lung barunya yang baru saja ia terima sebagai hadiah dari K i Patih Narotama, Lasmini berkata sambil tersenyum mengejek. "Kakang-mbok (kakak) Listyarini, mengapa engkau duduk seorang diri dan melamun d i sini? Apakah engkau mengenang masa lalumu ketika engkau masih berada di dusun kecil yang berada diBali-dwipa itu? Ketika engkau mas ih na ma Ni Nogati sebelum diangkat oleh Kakangmas Narotama menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ isterinya?" Dala m ucapan itu terkandung ejekan yang a mat merendahkan, mengingatkan Listyarini a kan masa la lunya sebagai seorang berkasta biasa dan rendah. Listyarini tentu saja merasakan penghinaan ini, akan tetapi wanita yang halus budi ini sudah terlalu ser ing menga la mi ejekan itu dan ia mengerti bahwa madunya me mang sengaja hendak menyakiti hatinya. Pengertian ini me mbuat ia tersenyum dan sama sekali tidak merasa sakit hati. "Dugaan mu benar, Lasmini. Memang aku mengenang akan keadaanku ketika masih t inggal di Sukadana, Bali-Dwipa sebagai seorang gadis dusun. Alangkah bahagianya ketika itu, semua orang begitu ramah, rukun dan damai dan akupun saling mencinta dengan Kakangma Narota ma yang ketika itu juga seorang muda biasa, bukan bangsawan, dan belum menjad i patih seperti sekarang ini." Ucapan yang le mbut dan terus terang tanpa ber maksud menyerang itu diterima oleh Lasmini dengan muka berubah merah karena ia merasa disindir Madunya itu seolah hendak mengatakan bahwa Listyarini saling mencinta dengan Narotama sejak patih itu masih pe muda biasa sebaliknya ia menjad i isteri Narotama setelah dia menjad i patih! Seolah ia
mengejar kedudukan!
Jilid 11
”HEEMM, sebelum menjad i isteri Kakangmas Narotama, aku adalah puteri Ratu Kerajaan Parang Siluman! Kedudukanku bahkan lebih tinggi daripada Ki Patih Narota ma!" Ia balas menyerang. Merasa betapa dalam suara Lasmini terkandung kemarahan, Listyarini lalu bangkit dari bangkunya dan berkata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan suara tetap halus, "Maafkan, Yayi Lasmini, aku tidak dapat melayanimu bercakap-ca kap lebih la ma lagi. Aku ingin mandi dan berganti pakaian sebelum malam tiba." Setelah berkata demikian, Listyarini lalu men inggalkan taman itu dengan cepat, seolah ia merasa risi berada di dekat Lasmini terlampau la ma. "Jahanam .....!" desis Lasmini lirih dengan gera m sa mbil mengepal tangan kanannya. Ia merasa gemas sekali kepada Listyarini dan ingin sekali me mbunuhnya. Akan tetapi ia tidak berani melakukan hal itu dengan tangannya sendiri karena kalau hal ini ketahuan Ki Patih Narotama, tentu ia akan celaka. Lasmini merasa menyesal dan kecewa sekali. Semua rencana yang diaturnya bersama Mandari, pa mannya dan ibunya,
ternyata mengalami kegagalan. Selama ha mpir dua tahun ia me mbiarkan d irinya menjad i selir Ki Patih Narotama. Memang benar suaminya itu seorang pria yang mengagumkan dan dia m-dia m ia sendiripun jatuh cinta kepadanya. Akan tetapi suaminya itu adalah musuh besar keluarganya yang harus ia hancurkan dan se mua rencana itu tidak berhas il. Siasat untuk mengadu domba antara Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama belum pernah berhasil. Untuk membunuh Ki Patih Narotama, selain ia merasa sayang dan tidak tega, juga ia merasa ngeri dan takut. Ki Patih Narotama itu terlalu sakti untuk dapat dibunuh begitu saja "Awas kau, Listyarini, bersiaplah untuk ma mpus!" desisnya lagi dan Lasmini lalu cepat men inggalkan taman. Ia me masu ki keputren dan me manggil Sarti, pelayan pribadinya. Sarti ini seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun, seorang kawula Parang Siluman yang sengaja dipanggilnya untuk menjad i pelayan pribadinya. Tentu saja Sarti yang dahulu menjad i pengasuhnya ketika ia masih kecil, merupa kan hamba yang setia kepadanya, apalagi wanita itu juga seorang kawula Parang Silu man.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setelah Sarti menghadap kepadanya, Lasmini berkata, "Sarti, cepat kau panggil Nis mara ke sini, suruh dia mene mui diriku di taman, belakang rumpun ba mbu gading." "Baik, gusti puteri." Sarti menye mbah dan wanita berusia empat puluh tahun yang bertubuh tinggi besar dan berwajah buruk kasar seperti laki-la ki itu cepat meninggalkan keputren. Ia menyelinap dan tak la ma kemudian sudah berhasil mene mui Nis mara, seorang perajurit pengawal kepatihan. Nis mara ini berusia sekitar e mpat puluh tahun, bertubuh
pendek gempa l (kokoh). Dia seorang perajurit pengawal kepatihan yang sudah lama mengabdi kepada Narotama. Akan tetapi diam-dia m dia merasa denda m kepada Narotama karena pernah dalam keadaan mabok me nggoda dayang (gadis pelayan) kepatihan. Perbuatan ini diketahui KI Patih Narotama yang menegurnya dengan keras, bahkan menghukumnya dengan ca mbukan dan men urunkan pangkatnya. Biarpun pada lahirnya dia menghaturkan terima kasih karena dia mpuni dan tidak dipecat, namun batinnya menaruh denda m kepada Ki Patih Narotama. Lasmini yang bermata tajam dan cerdik dapat melihat ha l ini dan ia segera mende kati Nis mara dan me mberinya hadiah-had iah sehingga sebentar saja perajurit yang berwatak buruk ini tunduk kepada Lasmini dan menjadi anteknya! Ketika mendengar ucapan Sarti, Nis mara segera menyelinap ke da la m ta man. Di sudut taman itu terdapat serumpun ba mbu kuning (gading) dan ketika dia tiba di belakang rumpun ba mbu gading yang gelap, dia melihat Lasmini sudah berdiri menantinya di situ. Nis mara yang mata keranjang itu tergila-gila kepada Lasmini. Akan tatapi sekarang ia selalu gemetar ketakutan kalau berhadapan dengan wanita cantik itu karena pernah Las mini menghajarnya habis habisan karena dia berani bersikap kurang ajar dan merayu selir Ki Patih ini. semenjak itu tahulah dia bahwa dia
sama sekali bukan lawan wanita yang sakti ma ndraguna ini. Karena itu pula dia menjad i se makin tunduk, menghormati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dan menaatinya karena Lasmini royal kali me mberi hadiah kepadanya. "Paduka me manggil saya, gusti putri?" tanya Nismara setelah me mber i hormat dengan se mbah. "Ada tugas penting sekali untukmu, Nismara. " kata Las mini. "Perintahkan sa"ja, gusti. Pasti akan saya laksanakan dengan sebaiknya!" jawab Nis mara gagah. Lasmini mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dari balik penutup dadanya dan me mberikannya kepada Nismara. "Ini adalah sebungkus bubuk racun yang me matikan. Usahakanlah agar engkau dapat me masukkan bubuk racun ini ke dalam cawan tempat minuman Kakangmbok Listyarini." Nis mara me mbuka matanya lebar lebar sambil me mandang bungkusan kecil yang sudah berada di tangannya. "Ta..... tapi ....., itu berbahaya sekali, gusti Kalau ketahuan ....." "Bodoh! Tentu saja jangan sampa i ketahuan. Kalau engkau berani menolak engkau akan mati tersiksa hebat. Sebaliknya kalau engkau me laksanakan tugas ini sa mpai berhasil, he m m ..... engkau boleh mene man i aku bersenang-senang dalam pondok mungil di ta man ini! " Jantung dalam dada Nis mara berdebar kencang. Janji ini jauh lebih mendebarkan dan mengge mbirakan dar ipada janji diberi hadiah uang berapapun banyaknya Dia sudah dapat me mbayangkan betapa dia akan dapat mendekap dan me mbe lai tubuh yang bahenol itu! Ingin dia seketika menerka m tubuh Las mini dan menciumi wajahnya, akan tetapi tentu saja dia tidak berani sebelum men dapat ijin dar i si
empunya tubuh! "Sendika dawuh paduka, gusti. Saya akan me laksanakannya dengan baik!" Lasmini melangkah maju men ghampiri, lalu tangan kirinya yang bertelapak halus dan berbau harum itu me ngusap pipi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Nis mara seperti me mbelai mesra. "Nah, pergi dan lakukanlah, Nis mara. Kalau engkau berhasil, besok kita bersenangsenang." Nis mara ha mpir terkula i. Sentuhan le mbut pada pipinya itu seperti mengusap hatinya. Untuk belaian itu saja rasanya dia mau melakukan apa saja untuk sang puteri ini! "Sendika, gusti!" Dia lalu melompat dan pergi dengan jantung masih berdebar debar, dan seluruh tubuh terasa panas dingin! Setelah Nis mara pergi, Lasmini tersenyum mengejek. Tentu saja ia tidak sudi menyerahkan dirinya kepada laki laki maca m Nis mara! la hanya me mber i janji untuk mendorong laki-la ki bodoh itu agar me laksanakan perintahnya sekuat tenaga. Dan nanti, baik tugasnya itu berhasil atau tidak, Nis mara harus mati agar tidak dapat me mbuka rahasianya! Sambil tersenyum-senyum me mbayangkan Listyarini berkelojotan dan mati, Ki Patih Narotama terpukul hatinya dan berdukacita, kemudian ia tentu akan naik kedudukannya menjadi garwa padmi isteri perta ma) sehingga akan leb ih banyak mendapat
kesempatan untuk melaksanakan siasatnya mengadu domba antara Ki Patih Narotama dan Sang Prabu Erlangga, atau me mbunuh Ki Patih, atau melakukan apa saja untuk menghancurkan Kahuripan lewat K i Patih Narotama! Dengan kepandaiannya yang tinggi, Lasmini lalu dia m-dia m me mbayangi Nis mara untuk me lihat apakah perajurit pengawal itu akan berhasil me laksanakan perintahnya. Sebagai seorang perajurit pengawal, tentu saja Nismara me mpunyai kebebasan untuk meronda di se mua bagian bangunan kepatihan. Bahkan dia dapat pula meronda sampai di keputren. Ketika dia meronda di keputren, me masuki bagian dapur, hampir saja dia bertabrakan dengnan seorang dayang yang menjad i pelayan pribadi Listyarini. "Aduh ..... eh, kiranya engkau, pa man Nis mara. Engkau mengejutkan aku, ha mpir saja aku tertabrak, dan ja mu ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tumpah. Aku tentu akan mendapat marah dari Gusti Puteri kalau jamu ini sampa i tumpah!" kata gadis pelayan itu. "Maaf, Tarni, aku tidak sengaja Lihat, jamunya tertumpah sedikit ke lantai. Hayo bersihkan, jangan sampai nanti gusti puteri terpeleset kalau lewat di sini. Untuk siapakah jamu ini?" , "Untuk s iapa lag i kalau bukan untuk gusti puteri Listyarini?" "Apakah beliau sa kit?" tanya Nis mara sambil mendekati secawan jamu yang diletakkan di atas meja kecil yang
terdapat di depan dapur karena dayang itu harus me mbers ihkan lantai yang terkena sedikit air ja mu yang tumpah. "He mm, apakah seorang puteri harus sakit dulu untuk minum ja mu? Setiap hari sang puteri minum ja mu untuk menjaga kesehatan dan kecantikannya!" kata Tarni, gadis pelayan yang berusia kurang leb ih se mbilan be las tahun itu. Setelah me mbersihkan lantai, Tarni menga mbil cawan berisi jamu yang tadi diletakkan di atas meja, la lu me mbawanya ke kamar Puteri Listyarini, sama sekali tidak tahu bahwa tadi Nis mara me mpergunakan kesempatan itu untuk me masu kkan bubuk racun dari bungkusan itu ke dalam cawan berisi ja mu. Setelah berhasil me masu kkan racun itu, Nis mara me lanjutkan perondaan dengan hati berdebar tegang. Tarni mengetuk pintu kamar Listyarini dan setelah diperkenankan masuk, ia me masuki kamar itu sambil me mbawa cawan berisi ja mu. Listyarini sudah mandi dan berganti pakaian. Melihat jamu dalam cawan yang diletakkan Tarni di atas meja, Listyarini lalu menga mbilnya dan seperti biasa tiap malam, ia minum ja mu itu dengan tenang. Jamu itu pahit dan berbau harum sehingga kalau ada rasa lain me masu kinya, tidak akan terasa karena kalah oleh rasa pahit jamu itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akan tetapi begitu jamu itu terminum habis, Listyarini me lepaskan cawan yang jatuh berkerontangan di atas lantai, kemudian wanita itu mengaduh dan terkulai roboh di atas lantai! Melihat ini, Tarni terkejut, menubruk dan melihat Listyarini mengge liat kesakitan, ia menjadi ketakutan dan berlari keluar dari ka mar itu sambil berteriak-teriak.
"Tolooonggg ..... toloongRgg .....!" Akan tetapi pada saat itu, sebatan pisau dapur yang runcing melayang dan menancap di dadanya. Gadis pelayan itu menjer it dan roboh, tewas seketika. Sesosok bayangan berkelebat. Itulah Lasmini yang tadi menga mbil pisau dapur itu dan dia m-dia m me mbayangi Tarni Setelah melihat Listyarini roboh dan Tarni ber lari keluar kamar sa mbil menjer it-jerit, ia cepat melontarkan p isau itu yang me mbunuh Tarni. Teriakan Tarni sebelum roboh tadi mengejutkan K i Patih Narotama yang sedang berjalan men uju ke keputren. Dia cepat melompat ke arah dari mana datangnya jeritan itu. Juga para pelayan wanita berhamburan keluar dan melihat Tarni mengge letak mandi darah, K i Patih Narota ma yang mengenalnya sebagai dayang pelayan pribadi Listyarini, cepat me masu ki kamar isterinya yang pintunya terbuka itu. Melihat Listyarini mengge letak di atas lantai, K i Patih Narotama cepat menubruknya. Wanita itu pingsan dan wajahnya kebiruan. Sekali pandang saja tahulah Narotama bahwa sterinya keracunan. Cepat dia me mondong tubuh isterinya, dibawa lari me masu ki kamarnya sendiri dan segera dia menga mbil Tongkat Tunggulman ik. Tongkat berwarna hitam ini merupa kan sebatang tongkat wasiat yang dapat dipergunakan sebagai obat penawar racun yang ampuh sekali. K i Patih Narotama cepat menggunakan tongkat pusaka itu, digosok-gosokkan di se luruh tubuh Listyarini, terutama di bagian perutnya. Selagi dia me lakukan pengobatan itu, Lasmini berlari me masuki kamarnya. Kalau para abdi tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berani me masuki kamar itu tanpa dipanggil, tentu saja Lasmini
berani. "Ah, apakah yang terjadi, kakangmas? Kenapa kakangmbok Listyarini?" tanya Lasmini sa mbil duduk di tepi pe mbaringan me lihat betapa dengan penuh perhatian dan kasih sayang Narotama menggosok-gosokkan tong kat pusaka hita m itu ke tubuh Listyarini. Dengan matanya yang cerdik, Lasmini mendapatkan kenyataan yang amat mengecewakan hatinya. Jelas sekali ta mpak o lehnya yang ahli dalam ha l racun bahwa Listyarini tertolong oleh pengobatan menggunakan tong kat pusaka itu. Warna kebiruan pada tubuh Listyarini sudah mulai men ipis dan sebentar lagi saja Listyarini tentu akan terbebas sama sekali dari pengaruh racun, "la keracunan dan abdinya dibunuh orang! Entah siapa yang melakukan perbuatan jahat dan keji itu. Diajeng Lasmini, cepat pergunakan kepandaianmu untuk menyelidiki s iapa pelaku kejahatan ini, mungkin dia mas ih berada di dalam gedung kepatihan. Cari dan tangkap dia" kata Narotama. "Baik, kakangmas!" kata Lasmini dan sekali berkelebat ia telah keluar dari kamar itu. Beberapa la ma kemudian masuk kembali ke kamar itu. Ia me lihat betapa keadaan Listyarini sudah jauh lebih baik, bahkan wanita itu telah sadar dari pingsannya. "Bagaimana, diajeng?" tanya Narotama. Lasmini duduk di tepi pe mbaringan. "Sudah kucar i, akan tetapi aku tidak mene mukan jejaknya. Setelah kuperiksa keadaan gadis pelayan itu, kulihat bahwa pe mbunuhnya tentu seorang biasa saja. dia menggunakan pisau dapur kepatihan sini untuk me mbunuh pelayan itu." Dengan suara masih le mah, Listyarini yang sudah diberi tahu suaminya bahwa Tarni dibunuh orang, bertanya, "Akan tetapi ..... mengapa penjahat itu me mbunuh Tarni? la tidak me mpunyai kesalahan apapun, bahkan tidak pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berhubungan dengan orang luar, sikapnya juga baik terhadap semua keluarga dan abdi yang berada di kepatihan." Narotama menghela napas. "Sama anehnya dengan orang yang hendak meracunimu, diajeng! Engkau juga t idak pernah me mpunyai musuh!" "He mm, kalau kakangmbok hendak dibunuh, ha l itu t idak mengheran kan mengingat bahwa paduka tentu mempunyai banyak musuh, kakangmas. Bisa saja denda m kepada paduka ditu mpahkan kepada kami, keluarga paduka. Dan tentang Tarni, mungkin saja pelayan itu mengenal orang yang hendak meracun i kakangmbok Listyarini, maka ia bunuh." Narotama mengangguk-angguk. "Hemmnn, kurasa pendapatmu itu tepat sekali, ajeng Lasmini." Akan tetapi Lasmini me lihat betapa sinar mata Listyarini me mandang penuh kecurigaan, la segera berkata "Kakangmas, keadaan kakangmbok Listyarini masih le mah, agaknya hawa racun belum bers ih benar dari tubuhnya, Aku mengetahui cara pengobatan untuk men gusir se mua s isa hawa beracun itu. "Kalau begitu, lakukanlah, diajeng" kata Narotama. "Kakangmbok
Listyarini, telentanglah, biar aku mengobatimu sampai se mbuh benar." kata Lasmini kepada madunya yang rebah miring. Listyarini tampa k meragu dan me mandang sua minya. Narotama mengangguk. "Menurut sajalah, diajeng. Diajeng Lasmini tentu dapat menyembuhkan mu secara tuntas." Listyarini lalu mene lentangkan tubuh, Lasmini meletakkan kedua telapak tangannya ke atas perut madunya, mengerahkan tenaga sakti dari Aji A mpa k-Ampa k. Listyarini merasa betapa kedua telapak tangan madunya itu dingin sekali. Hawa dingin me masu ki perutnya dan dia merasa nyaman sekali. Rasa panas yang tadi men gganggunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perlahan-lahan lenyap dan saking nyamannya, Listyarini lalu tertidur! Lasmini menghentikan pengobatannya. Narotama me mer iksa denyut jantung isteri pertamanya dengan meraba lehernya. Dia merasa lega. Denyut itu menunjukkan bahwa isterinya telah benar benar sehat kemba li dan kini tertidur pulas. Narotama tersenyum, la lu merang kul dan men cium bibir
Lasmini yang selalu menantang setiap kali selir itu me mandangnya. "Terima kasih, diajeng. la telah sehat kembali." Lasmini yang amat kecewa itu dapat me mperlihatkan wajah .yang gembira,turun dari pe mbar ingan. "Kakangmas, saya hendak me lanjutkan penyelidikan.. mudah-mudahan dapat me mbongkar rahasia ini dan mene mukan pe mbunuh itu." "Baik, diajeng. Kuharga i sekali sekali bantuan mu." kata Narotama. Peristiwa itu me mbangkitkan rasa cinta Narota ma kepada Listyarini, perasaan cinta yang tadinya agak mengurang, karena semua berahinya dikuasai oleh Lasmini yang pandai menyenangkan dan menggairahkan itu. Mula i malam itu sampai ma la m-malam ber ikutnya, Narotama menahan Listyarini agar tidur dikamarnya untuk menjaga dan me lindungnya. Tiga bulan kemudian setelah peristiwa pembunuhan itu. Mala m terang bulan. Taman kepatihan sunyi sekali, akan tetapi di belakang rumpun ba mbu gading itu Lasmini bicara berbisik-bisik dengan Nismara yang bertubuh pendek. "Sebetulnya sudah sejak dulu seharusnya engkau kubunuh! Masih ingin mengharapkan hadiah dariku? Engkau bodoh,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tolol! Kegagalan
karena ketololan mu itu bahkan mendatangkan kerugian yang amat besar kepadaku!" "Ampun, gusti puteri. Sebetulnya hamba sudah berusaha sebaik mungkin." kata Nismara merendah. "Berapa kali engkau men gatakan begitu! Akan tetapi kenyataannya, engkau sembrono, bodoh dan tolol. Semestinya engkau tidak me mperlihatkan diri kepada Tarni itu. Kalau Tarni tidak kubunuh, tentu ia akan menceritakan pertemuannya denganmu dan apa kaukira Ki Patih Narotama begitu bodoh? Engkau tentu akan ditangkap dan dihukum mati! Sialan, karena ketololan mu, sekarang kakang- mbok Listyarini malah ha mil!" Las mini marah sekali sehingga biarpun ia bicara berbisik, suaranya seolah menghujam kehati Nis mara. "Akan tetapi .....i gusti puteri apa hubungannya kehamilan itu dengan kegagalan ha mba "Dasar tolol, goblok! Ka lau engkau tidak terlihat oleh Tarni, kalau Listyarini minum ja mu itu seorang diri di kamarnya, tentu ia sudah ma mpus karena tidak ada yang tahu. Akan tetapi karena kesalahanmu, Tarni melihat Listyarini roboh dan ia menjerit-jerit sehingga Ki Patih Narota ma keburu datang menyelamatkannya! Kemudian, karena pengaruh racun dari pengobatannya
itu mendatangkan kesuburan dalam guwagarba Listyarini dari se menjak itu, Ki Patih Narotama selalu mene man inya di waktu malam, maka kini Listyarini hamil. Goblok kau!" "Aduh, gusti puteri. Hamba tidak mengira akan begini jadinya. Hamba kira gusti ayu Listyarini akan tewas seketika setelah minum ja mu yang diberi racun itu." "Sudah! Sekarang engkau harus menebus kesalahanmu!" "Menebus ..... bagaimana ....., gusti puteri?" tanya Nismara dengan muka pucat. Sungguh sial. Dahulu ia sampai ber mimpi menerima hadiah Lasmini, dapat membelai tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengga irahkan itu dan menikmatinya. Tidak tahunya sekarang ia malah diancam dan mendapat makian setiap kali bertemu dengan sang puteri. Masih untung bahwa sampai sekarang, hampir tiga bulan se menjak terjadinya peristiwa itu, dia belum dibunuh. Akan tetapi agaknya sekarang saatnya tiba, maka tubuhnya sudah menggigil ketakutan. "Engkau harus menebus kesalahan dan kegagalanmu yang dulu dan sekarang aku tidak ingin melihat engkau gagal lagi. Engkau harus me mbunuh Listyarini!" Nis mara terbelalak. "Akan tetapi ..... bagaimana caranya,
gusti puteri?" "Begini. Sudah menjadi kebiasaan Listyarini untuk dudukduduk di bangku dekat pondok di ta man ini. Biasanya, ia datang di sini seorang diri saja. Ia ditemani Ki Patih Narotama hanya di waktu malam. Nah, saat sore di waktu, ia seorang diri duduk di ta man ini merupakan kesempatan yang a mat baik. Kau tangkap Listyarini, lalu kaubawa ia pergi, culik ia dan bawa lari keluar dari kota raja. la kuserahkan kepadamu seluruhnya. Kau boleh perkosa ia, boleh memper ma inkannya sesuka hatimu. Kalau engkau sudah puas, kaubunuh ia!" Wajah Nis mara menjadi se makin pucat. "Akan tetapi ..... Gusti Patih tentu akan marah sekali. Kalau ha mba dikejarnya dan tertangkap, celakalah ha mba" "Jangan khawatir, aku telah me mpers iapkan se mua. Setelah berhasil me mbunuh Listyarini, engkau larilah ke selatan. Setelah tiba di perbatasan Kerajaan Parang Siluman, orang-orangku akan menye mbunyikan engkau di sana dan Ki Patih Narotama tidak akan pernah dapat menemukan mu. Aku tanggung hal itu!" "Tapi ..... tapi ....." Nis mara masih ragu dan takut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sekarang pilih saja. Engkau menerima tugas ini dan mendapatkan kesenangan, menikmati Listyarini yang cantik jelita. Apakah engkau tidak melihat betapa cantik wajahnya dan betapa menggairahan tubuhnya? Selain itu, kalau engkau berhasil me mbunuhnya, engkau akan kuber i hadiah banyak sekali dan mungkin kelak akan kuber i kedudukan tinggi di Kerajaan Parang Siluman. Sebaliknya, kalau engkau tidak mau me laksanakan perintahku itu, sekarang juga engkau akan
kusiksa dan kubunuh!" Tiada lain pilihan bagi Nis mara. Apa lagi, nafsu berahinya sudah bangkit ketika dia me mbayangkan kejelitaan Listyarini dan ia percaya bahwa Lasmini akan me lindunginya seperti yang telah dilakukan Lasmini ketika me mbunuh Tarni agar ia tidak sampai dicurigai. "Baiklah, gusti puteri. Akan ha mba la ksanakan perintah itu." Lasmini menjad i girang sekali. "Engkau s iap-siap saja. Pekerjaan ini mudah bagimu. Listyarini adalah seorang wan ita le mah. Tentu engkau akan dapat menculiknya dengan mudah tanpa ada perlawanan yang berarti. Cegah jangan sampai ia dapat menjerit. Aku akan melakukan pengamatan dan setelah kuanggap saatnya yang tepat tiba, aku akan me mberi isarat kepadamu. Mulai hari ini setiap kali Listyarini seorang diri me masu ki taman, engkau harus sudah s iap di sana. Kalau sampai engkau melalaikan tugas ini, kepala mu a kan menjadi seperti ini.' Lasmini menggerakkan tangan kirinya ke arah sebuah batu besar. "Darr!" Batu itu pecah berantakan, kepingannya bertebaran. Nismara me mandang dengan muka pucat. Dia sendiri adalah seorang perajurit pengawal kepatihan yang cukup sakti. Kalau hanya menghadapi pengeroyokan lima orang lawan saja dia mas ih sangup menang. Akan tetapi me lihat ta mparan tangan mungil itu sedemikian hebatnya, tubuhnya menggigil, hatinya penuh kengerian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sambil tersenyum man is Lasmini la lu mengeluarkan sebuah kantung kecil berwarna merah dari balik bajunya, dari belahan sepasang payudaranya. Kantung itu berisi kepingan-kepingan emas. "Terima lah ini untuk biaya perjalananmu ke selatan." katanya sambil me le mparkan kantung merah itu kepada Nis mara. Perwira perajurit itu menangkap kantung kecil, menciumnya dengan penuh gairah mengingat benda itu tadi dia mbil dari antara payudara yang membusung indah. Dia mencium keharuman me lati yang me mbuat dia me meja mkan matanya. "Sudah, pergilah!" Lasmini menghardikankan tetapi sa mbil tersenyum geli. "Sendika dawuh! Baik, gusti puteri!" kata Nis mara la lu dia me lompat dan menghilang di antara pohon-pohon. Demikianlah, mulai har i itu, dua orang yang me mpunyai rencana keji itu setiap hari melakukan pengintaian. Nis mara menunggu isarat dan Lasmini menanti datangnya kesempatan baik. Selama beberapa bulan a khir-a khir ini hati Ki Patih Narotama selalu merasa tidak enak. Terkadang berdebardebar tak menentu. Terkadang dia merasa gelisah tanpa sebab tertentu. Bahkan sejak, terjadinya peristiwa percobaan pe mbunuhan dengan racun atas diri Listyarini, dia selalu menduga-duga siapa gerangan orang yang ingin me mbunuh isterinya itu. Dia tidak percaya bahwa rencana pembunuhan itu diatur oleh mendiang Tarni yang merupa kan dayang pribadi kepercayaan isterinya. Tentu ada seorang musuhnya yang mengatur semua itu. Sayang dia tidak dapat mene mukan orangnya.
Akan tetapi dalam peristiwa yang hampir merengut nyawa istrinya itu Narota ma mendapatkan hikmat dan berkah yang amat besar. Buktinya, kini Listyarini mengandung! Hal yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sudah la ma mereka ida m-ida mkan. Dia me mang ingin sekali me mpunyai keturunan dari Listyarini. Dia tidak ingin me mpunyai keturunan dari Lasmini. Bukan karena dia kurang mencinta selir je lita itu. Akan tetapi dia dapat merasakan bahwa cinta antara dia dan Lasmini hanyalah cinta yang sepenuhnya mengandung birah i se mata. Jiwa mereka tidak pernah bersentuhan. Hanya tubuh mereka yang saling bermesraan, saling me mbutuhkan saling men ikmati dan saling dipuaskan. Dia merasa bahwa secara batiniah, tidak ada keserasian antara dia dan Lasmini. Karena itu, dia dengan kebija ksanaan dan kesaktiannya, selalu menjaga agar hubungan badan mereka t idak me mbuahkan keturunan. Perasaan hati yang selalu tidak enak ini me mbuat Narotama bersikap hati hati sekali. Kepekaannya itu mengisaratkan kepadanya bahwa ada sesuatu yang menganca m dirinya atau diri Listyarini, isterinya. Oleh karena itu dia selalu waspada, apalagi kalau isterinya berada seorang diri. Sore itu udara tidak dapat dibilang gerah. Bahkan agak mura m karena mendung tebal bergantung rendah di bagian barat. Terdengar bunyi guntur bergema di kejauhan, seperti bergulung-gulung marah. Namun karena jauhnya, maka hanya kadang saja tampak kilatan cahaya halilintar mene mbus awan mendung yang hitam. Hampir se mua orang yang berada di
luar rumah me mandang ke arah barat. Mereka mengharapkan hujan turun karena sudah dua minggu leb ih tidak ada hujan sedangkan sawah ladang me mbutuhkan air. Akan tetapi seorang kakek yang melihat betapa angin sore hari itu bertiup kuat dan awan mendung itu terbawa angin menuju ke barat, semakin menjauh dari kepatihan, menggeleng kepala dan menghela napas kecewa. Agaknya, sore dan malam hari itu daerah kepatihan mas ih belum mendapatkan bagian air hujan yang amat dibutuhkan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Listyarini keluar dari pintu belakang gedung kepatihan. Ia sudah mandi dan berganti pakaian, la ta mpak segar dan ayu. Kehamilannya be lum ta mpak benar. perutnya belum ta mpak menggendut, hanya pinggangnya tidak begitu ra mping dan pinggulnya menjadi monto k dan penuh. Namun, bagi orang yang biasa melihat ciri wanita hamil, cahaya berseri pada wajahnya itu sudah cukup me nunjukkan bahwa Listyarini sedang men jadi seorang calon ibu, walaupun kandungannya masih muda, baru sekitar satu bulan leb ih. Dengan langkah perlahan Listyarini me masuki ta man kepatihan. Taman itu terawat baik, dapat dilihat dari tumbuhtumbuhan yang subur, kembang-kembang ha mpir semua berbunga. Ia paling suka menana m bunga mawar beraneka warna dan dengan teliti ia me lihat apakah tanah di bawah semua tana man bunga kesayangan itu basah, tanda mendapatkan s ira man setiap har i. Sama sekali Listyarini tidak pernah menduga bahwa sejak kakinya me langkah me masuki taman, ada dua pasang mata nengikuti setiap langkahnya dari te mpat tersembunyi. Dengan penuh perhatian dan rasa sayang, Listyarini me mperhatikan
setiap pohon mawar, membuang daun yang mengering dan bunga yang sudah rontok agar kuncup-kuncup muda yang lain mendapat kesempatan dan rangsangan untuk mekar semerbak menggantikan ke megahan bunga-bunga yang sudah rontok dan layu. Dia m-dia m Lasmini merasa girang sekali. Inilah kese mpatan terbaik, pikirnya. Cepat ia lalu me mberi isarat kepada Nis mara untuk bersiap-siap melaksanakan apa yang telah lama ia rencanakan. Sekali ini ia dan Nis mara pasti berhasil, harus berhasil. Keberhasilan me mbunuh Listyarini -mendatangkan banyak keuntungan baginya. Pertama, kebencian dan keirihatiannya terhadap wanita isteri ki patih itu terpuaskan, kedua, hal itu akan menghancurkan perasaan hati Ki Patih Narotama dan ke tiga setelah Listyarini mati, ma ka akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mudah baginya untuk menjad i garwa padma sang patih sehingga ia akan lebih leluasa melaksanakan tugas dan kewajibannya yang telah direncana kan. Kini Listyarini sudah bergerak melangkah se makin mende kati pondok kecil yang terletak di tengah taman, seolah seekor kelinci yang tanpa disadarinya semakin mendekati moncong harimau yang sudah lama menantinya di tempat persembunyiannya. Harimau dalam ujud seorang laki-laki, Nis mara, yang mendekam dan menanti dengan sepasang mata mencorong penuh nafsu bagaikan seekor harimau yang sudah me mbayangkan betapa akan sedapnya daging lunak dan darah hangat kelinci yang akan dirobek-robeknya. Melihat wajah ayu manis merak ati, tubuh yang sintal dan denok itu melenggang dengan langkah yang me mbuat tubuh itu bergoyang-goyang indah seperti menari, berulang kali
Nis mara menelan air liurnya. Dalam benaknya sudah dia bayangkan semua kenikmatan yang akan dapat direguknya. Mendekap tubuh seperti itu! Tidak, dia tidak akan segera me mbunuh Listyarini. Terlalu sayang kalau dibunuh begitu saja. Dia akan menangkapnya dan melarikannya keluar dari kepatihan dan akan bersenang-senang sepuas hatinya. Bahkan kalau perlu, perempuan ini tidak akan dibunuhnya, me lainkan dia mbilnya sebagai teman hidup, sebagai penghibur dan pusat kesenangan! Listyarini kini t iba di luar pondok, lalu me mbuka pintu pondok yang tidak terkunci, me mbiarkan daun pintu itu terbuka lalu me masuki pondok. Akan tetapi baru saja ia duduk diatas sebuah dipan untuk beristirahat karena taman itu cukup luas dan perjalanan dari gedung kepatihan sampa i pondok di tengah taman itu cukup jauh. tiba-tiba tampak sesosok bayangan orang berkelebat dan melompat me masu ki pondok. Tahu-tahu Nis mara telah berdiri didekat pe mbaringan, bertolak pinggang sambil menyeringai menyeramkan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Listyarini yang tadinya terkejut sekali kini me mandang heran ketika mengenal s iapa orang yang menyelonong masuk seperti itu. la segera bangkit berdiri dan me mandang kepada Nis mara dengan alis berkerut. "Nis mara! Apa maksudmu masuk kesini dengan s ikap seperti ini?" Merasa aman dan yakin bahwa di situ tidak ada bahaya baginya, apalagi dia merasa yakin pula bahwa dia m-dia m Lasmini tentu akan me lindunginya, Nis mara tertawa bergelak. "Ha-ha-ha, Listyarini wong denok ayu, Sudah la ma aku
mer indukan dirimu dan sekarang engkau harus pergi bersamaku dan menjad i isteriku. Marilah, manis, mari kupondong!" Listyarini se makin terkejut. Wajahnya berubah merah karena marah. "Nis mara keparat! Berani engkau bersikap kurang ajar seperti ini? Kalau gustimu patih mengetahui, tentu engkau akan dihukum berat! Pergilah dan jangan mengganggu aku!" "Ha-ha-ha, aku tidak takut. Tidak ada seorangpun dapat mengha langiku!" Nis mara mengha mpiri dan siap untuk menubruk wanita itu. Listyarini me mang seorang wanita le mah yang tidak me miliki aji kanuragan. Akan tetapi ia adalah isteri seorang sakti dan iapun terpengaruh suaminya, memiliki ketabahan dan keberanian. Ketika tadi me masuki ta man, ia me mbawa sebatang pisau yang tadi ia pergunakan untu k me mbersihkan tanaman bunga dan untuk me motong tangkai tangkai yang layu. Kini, ia mencabut pisau yang diselipkannya di ikat pinggang dan dengan pisau itu ia menyambut Nis mara yang menubruknya. Akan tetapi, apa artinya serangan seorang wanita lemah seperti Listyarini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hanya me mpergunakan sebatang pisau dapur, terhadap perwira perajurit pengawal seperti Nismara? Dengan mudah di menang kap pergelangan tangan kanan wanita itu dan sekali cengkeram, Listyarini menjerit dan pisaunya terlepas dari genggamannya. Sambil tertawa-tawa Nismara lalu menangkap kedua lengan wanita itu dan me mondongnya. Listyarini meronta dan me njerit.
"Toloonggg .....!" Akan tetapi jeritnya terhenti seketika karena Nis mara menekan tengkuknya dan wanita itu terkulai pingsan di atas pundak Nis mara yang me manggulnya dan me mbawanya keluar dar i pondok itu. Menurut gelora nafsu berahinya, ingin ia me mper kosa wanita itu di te mpat itu juga, akan tetapi dia merasa ngeri kalau-kalau akan muncul Ki Patih Narotama. Maka dia ingin me mbawa wanita itu cepat-cepat pergi jauh me ninggalkan kepatihan men uju ke te mpat a man. Pada saat itu, tak jauh dari pondok itu Lasmini sedang mengintai dan hatinya merasa gembira sekali melihat betapa Nis mara telah menyerbu masuk ke dala m pondok. Akan tetapi ia terkejut juga men dengar jerit suara Listyarini. "Goblok .....!" la mema ki, marah karena menganggap Nis mara bodoh sekali me mberi kesempatan kepada Listyarini untuk mengeluarkan jer itan. Dengan hati khawatir ia melihat ke kanan kiri, tak kalau-kalau suara jeritan pendek yang cukup me lengking itu menarik perhatian orang la in. Dan benar saja, ia melihat dua orang laki-laki datang berlarian kearah situ. Mereka adalah dua orang tukang kebun yang biasa mengurus taman. Dia m-dia m Lasmini mengutuk. Sialan p ikirnya, padahal menurut perhitungannya, biasanya pada waktu sore seperti itu dua orang tukang kebun itu t idak pernah bekerja di ta man. Kenapa begitu kebetulan mereka se karang berada di situ dan agaknya mendengar jeritan suara Listyarini? Yang sial adalah dua orang tukang kebun itu. Mereka mengadakan pe meriksaan ke da la m ta man karena mengira akan turun hujan sehingga mereka hari me mpersiapkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ segalanya agar
taman jangan menjadi rusak oleh me mbanjirnya air hujan. Ketika dengan lapat-lapat mereka mendengar jer it wanita, mereka la lu berlari menuju ke pondok. Akan tetapi, dalam perjalanan itu, tiba-tiba saja dua buah batu sebesar kepala mereka me luncur dan menghantam kepala mereka. Tanpa dapat mengeluarkan teriakan lagi dua orang tukang kebun itu tersungkur roboh dan tewas seketika dengan kepala pecah! Lasmini me mang cerdik sekali. Ia tidak mau me mbunuh dua orang itu dengan menggunakan aji pukulannya yang a mpuh, karena kalau hal itu ia lakukan, Ki Patih Narotama tentu akan mengenal aji itu dan rahasianya akan terbuka. Akan tetapi, pada saat itu, kebetulan Lasmini meno leh ke belakang, ke arah gedung kepatihan dan wajahnya mendadak nenjadi pucat sekali. Dia me lihat sesosok bayangan berkelebat seperti terbang dan segera, mengenal bahwa itu adalah bayangan Ki Patih Narotama sen"Celaka .....!" Lasmini berbis ik dalam hati. Akan tetapi dasar ia seorang yang amat cerdik, ia sudah dapat me mbuang kegugupannya, bahkan kini ia berlagak menya mbut suaminya itu. "Kakangmas ..... celaka ..... sesuatu yang hebat telah terjadi .....!" katanya setelah bertemu dengan Ki Patih Narotama yang menghentikan larinya. Patih Narotama tadi berlari cepat me masuki taman setelah mendengar dari para dayang bahwa Listyarini seorang diri berjalan-jalan dalam taman. Hatinya merasa khawatir dan dia cepat berlari menyusul. ”Diajeng Lasmini! Apa yang terjadi.....? Di mana Listyarini
.....?" "Saya ..... saya tidak tahu, kakangmas Tadi saya me masuki taman dan me lihat dua orang tu kang kebun menggeletak dengan kepala pecah dan sudah tewas!" "Di mana mereka?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Di sana, mar i!" Mereka berdua berlompatan dan dengan cepat sudah tiba di tempat di mana dua orang tukang kebun itu mengge letak tak bernyawa lagi. Ki Patih Narotama me mer iksa sebentar. Darah yang mengalir keluar dari kepalakepala yang pecah itu masih segar. "He mm, baru saja dibunuh. Pembunuhnya tentu masih berada di ta man. Tapi ..... Listyarini .....! Di mana ia .. ...?" "Saya tidak tahu, kakangmas. Ketika me masuki taman, saya tidak melihatnya dan baru tiba di sini, saya melihat dua orang ini. Ketika me lihat kakangmas berlari me masuki ta man, saya cepat menyongsong dan me mberitahukan. Mari kita mencari Ka kangmbok Listyarini!" Lasmini mendahului sua minya, melompat dan lari me nuju pondok. Tentu saja ia tersenyum dalam hatinya karena tahu benar bahwa Nismara sudah lama me mbawa lari Listyarini dari dalam pondok itu. Keduanya me masuki pondok. Tidak ada siapapun di sana. Juga tidak tampak adanya bekas-bekas kekerasan. Akan tetapi Ki Narotama me mbungkuk dan nengambil sebatang pisau yang mengge letak di atas lantai, dekat dipan. "He mm, pisau apakah ini? Milik siapa?" Dia bertanya sambil menga mati pisau itu. Lasmini menga mbil pisau itu dari tangan suaminya dan me meriksanya. "Ini seperti pisau yang biasa dipergunakan para dayang di
dalam dapur, kakangmas. Hemm, saya kira pisau ini tadi dibawa Kakangmbok Listyarini ke ta man untuk me motong kembang dan ranting yang sudah layu, kemudian tertinggal di sini. Mungkin sekali ia sudah ke mba li ke gedung kepatihan!" "He mm, mudah-mudahan begitu. Mari kita cari ia di sana!" Ki Patih Narotama tidak merasa curiga karena tidak melihat ada tanda-tanda kekerasan terjadi di dalam pondok yang kesemuanya mas ih rapi. Mereka kembali keluar dari pondok dan dengan cepat berlari menuju ke gedung kepatihan. Tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ saja senyum dalam hati Las mini makin melebar karena ia tahu bahwa kini Nis mara tentu sudah dapat lari lebih jauh lagi sehingga takkan mungkin dapat disusul oleh Ki Patih Narotama. Setelah tiba di gedung kepatihan, dengan selalu diikuti Lasmini, Narotama mencari isterinya. Akan tetapi sia-sia, Listyarini t idak dapat dite mukan dan tidak ada seorangpun dayang tahu kemana perginya garwa padmi ki patih itu. Setahu mereka hanyalah bahwa Listyarini seorang diri me masu ki taman me mbawa sebatang pisau dapur. Narotama berlari lagi me masuki ta man, diikut i Lasmini. Kini mereka me ncari sa mbil berteriak-teriak me manggil, bergantian. "Diajeng Listyarini .....!" "Kakangmbok Listyarini ......'" Akan tetapi yang menjawab hanya suara gaung gema
teriakan mereka. Mereka mencari keluar dan ta man, akan tetapi karena tidak mene mukan jejak, Narotama menjadi gelisah dan bingung, tidak tahu harus mengejar ke arah mana. Sementara itu, senja telah mulai ge lap, dalam mulai datang menguasai bumi. Setelah tiba jauh di luar daerah Kerajaan Kahuripan, Narota ma mengajak Lasmini untuk menga mbil jalan yang menuju ke selatan. Jantung Lasmini berdebar tegang, karena menurut seperti yang telah direncanakan, Nis mara yang me larikan Listyarini tentu juga menga mbil ja lan itu. Dan betapapun cepat larinya Nismara, kalau Narotama melakukan pengejaran yang arahnya tepat, akhirnya Nis mara tentu akan tersusul! A kan tetapi otaknya yang cerdik sudah membuat ia menga mbil sikap yang amat tepat. Ia berlutut, menyembah dan merangkul kedua kaki Narotama sa mbil me nangis!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Narotama cepat merangkul dan mengangkat bangun selirnya itu. "Adinda Lasmini, apa yang kaulakukan ini? Apa artinya ini?" "Aduh kakangmas pujaan ha mba .... tidak tahukah paduka betapa remuk reda m, betapa hancur luluh hati ha mba" mendengar aja kan paduka untuk mengejar penjahat yang menculik kakangmbok ke se latan? Aduh kakangmas sesembahan hamba, mengapa hati kakangmas begitu tega kepada hamba, menjatuhkan fitnah keji kepada ha mba dan keluarga hamba? Lasmini berkata di antara tangisnya. "Diajeng Lasmini!" kata Narotama dengan alis berkerut dan me mandang wajah selirnya di keremangan malam yang hanya diterangi bulan sepotong. "Aku mengajak engkau men gejar
penculik Listyarini untuk menyelamatkannya dari marabahaya Aku sama sekali tidak pernah menduga atau mengatakan bahwa pelaku penculikan ada lah keluarga mu. Mungkin saja penjahat itu melarikan diri ke arah selatan sana! Jangan berkesimpulan yang bukan-bukan!" Lasmini sudah tidak menangis, akan tetapi ia me mbiarkan dirinya didekap Narota ma dan ia menyandarkan kepalanya yang semerbak harum me lati itu didada sua minya. "Akan tetapi, kakangmas. Se mua orang tahu belaka bahwa di selatan sana termasuk wilayah Kerajaan Parang Siluman di mana ibu kandung ha mba, Sang Ratu Durgakuma la menjadi penguasanya. Penculik itu tentu mengetahui pula bahwa hamba, puteri Parang Siluman, telah menjad i garwa paduka. Bagaimana mungkin dia me mbawa lari Kakangmbok listyarini ke sana? Sama saja dengan ular mengha mpiri penggebuk. Kalau paduka melakukan pengejaran me masu ki wilayah Kerajaan Parang Siluman, bukankah itu berarti bahwa paduka mencurigai kanjeng ibu ratu dan keluarganya? Tidak, kakangmas, paduka tidak boleh mengejar dalam wilayah Parang Siluman. Hamba ma lu, kakangmas, malu kepada kanjeng ibu, malu kepada kanjeng ra ma, ma lu kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kanjeng paman yang juga guru hamba, malu kepada seluruh keluarga dan kawula Parang Siluman." Narotama termenung sejenak. Ah..betulnya juga ucapan yang keluar mulut selirnya yang diseling isak tangis itu. "He mm, diajeng Lasmini, semua aturmu itu dapat kuterima dan me mang benarnya. Akan tetapi, bagaimana kalau kemudian ternyata bahwa Listyarini diculik orang me masu ki daerah Para Siluman ?"
"Kakangmas, kalau sampa i terjadi seperti itu, kalau kemudian ternyata bahwa penjahat itu me larikan Kakang mbok Listyarini ke dalam daerah Parang Siluman dan menye mbunyikan nya di sana, hamba me mpertaruhkan nyawa ini. Hamba s iap dipenggal leher ha mba sebagai pertanggunan jawab. Akan tetapi sebaliknya, kakangmas, kalau sekarang paduka bersikeras untuk mengejar sa mpai me masu ki perbatasan Parang Siluman, ha mba akan me mbunuh diri sekarang juga di depan kaki paduka. Tidak kuat hamba mender ita aib dan malu karena tida k paduka percaya." Narotama menghela napas panjang dan mengusap ra mbut kepala selirnya yang masin dipeluknya itu. "Baiklah, diAjeng. Kalau begitu janji dan tanggung jawabmu, aku tidak akan mengejar kedala m daerah Kerajaan Parang Siluman. Akan tetapi, lalu ke mana aku harus mencari Listyarini? Aku khawatir sekali akan kesela matannya." "Harap kakangmas menenangkan hati dan jangan khawatir. Hamba dapat me mastikan bahwa keselamatan nyawa kakangmbok Listyarini tidak a kan terancam bahaya. Hamba yakin bahwa penculik itu tida k akan me mbunuhnya. " "Bagaimana andika dapat yakin begitu diajeng?" "Menurut penalaran, kakangmas. Kalau penjahat itu me mang berniat me mbunuh Kakangmbok Listyarini, tentu hal itu sudah dia lakukan dalam taman, seperti juga dia telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me mbunuh dua orang tukang kebun itu. Kenyataannya bahwa dia tidak me mbunuh me lainkan menculik Kakangmbok Listyarini men unjukkan bahwa dia tidak ingin me mbunuhnya sehingga mas ih terdapat harapan bahwa kita akan dapat mene mukannya. Hamba akan me mbantu dengan taruhan
nyawa hamba agar kita dapat mene mukan kemba li Kakangmbok Listyarini." Narotama merasa lega sekali. Kalau ada selirnya ini yang me mbantu, dia merasa yakin bahwa dia a kan dapat mene mukan kembali garwa padminya yang hilang diculik orang itu. "Aduh, diajeng Lasmini, terima kasih. Kalau tidak ada engkau, entah bagaimana jadinya. Hatiku sekarang ini merasa risau dan ce mas sehingga aku tidak dapat berpikir dengan baik. Kalau menurut pendapatmu, apa yang harus kulakukan sekarang, yayi?" "Kalau menurut hamba, kakangmas, sebaiknya kita pulang saja dulu. Bagaimanapun juga, hamba yakin Kakangmbok Listyarini tidak akan dibunuh. Kakangmas pulang dulu untuk mencari jalan terbaik. Hamba kira, dengan mengerahkan pasukan yang kita sebar, akan lebih mudah mene mukan penculik itu. Juga kita berdua dapat pula melanjutkan pencarian kita. Sekarang, untuk mengejarpun, kita belum tahu ke arah mana penjahat itu lar i. Mungkin ke utara, ke timur, atau ke barat. Karena itu, mar i kita pulang dulu, menenangkan hati dan merencanakan s iasat terbaik untuk mencari Kakangmbok Listyarini." Dengan hati agak lega Narotama mencium bibir yang mengucapkan kata-kata yang dianggapnya amat bijaksana itu. Mereka lalu bergandengan tangan, berlari cepat kembali ke gedung kepatihan di Kahuripan. Betapa hebatnya sebuah rencana, betapa telitinyapun rencana itu diatur dan betapa canggihnyapun pelaksanaannya, semua itu belum dapat dipastikan berhasil. Ada Kekuasaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lain yang mut lak menentu kan hasil tidaknya sebuah tindakan. Manusia dengan sega la akal budinya boleh merencanakan yang muluk-muluk, na mun pada akhirnya manusia harus tunduk kepada Kekuasaan yang menentukan itu. Kekuasaan Ulahi, Kekuasaan Gusti Yang Maha Kuasa, Kekuasaan Sang Hyang Widhi w asa, Pengatur seluruh alam se mesta dengan semua isinya! Demikian pula dengan rencana pe mbunuhan atas diri Listyarini yang telah diatur dengan sempurna oleh Lasmini Memang pada mulanya rencana itu tampaknya seperti berhasil baik menurut rencana. Listyarini telah dapat diculik Nis mara seperti direncanakan, bahkan Las mini telah berhasil me mbujuk Narotama agar tida k melakukan pengejaran ke se latan. Akan tetapi, hasil kelanjutannya ternyata lain sa ma sekali seperti yang telah direncanakan. Nismara tidak me larikan diri ke selatan, tidak masuk ke wilayah Kerajaan Parang Siluman. Mengapa demikian ? Ternyata Nismara sudah mengena l baik keadaan di Kerajaan Parang Siluman. Dia tahu bahwa kerajaan itu menjadi tempatnya orang-orang yang a mat keji dan kejam, orang-orang yang licik dan curang. Kalau dia me mbawa Listyarini ke sana, jangan-jangan nasibnya menjadi celaka. Bukan tidak mungkin dia akan icurangi dan dibunuh, sedangkan Listyarini akan dira mpas darinya. Tidak, dia tidak akan pergi ke Kerajaan Parang Siluman itu. Dia kini telah me mondong puteri ayu, telah mengantungi banyak emas. Dia telah bebas, boleh pergi ke mana dia suka. Mengapa harus ke Parang Siluman? Kalau Narota ma mengejar ke sana, mungkin saja untuk menyimpan rahasia, Ratu Parang Siluman yang cantik akan tetapi keji seperti iblis betina itu akan me mbunuhnya! Teringat akan kekeja man Lasmini saja dia sudah berg idik. Lebih baik dia me mbawa Listyarini pergi jauh sekali dari Kahuripan dan Parang Siluman, di tempat jauh
dia akan hidup senang dengan sang puteri juita, tanpa ada yang mengganggu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pemikiran inilah yang me mbuat Nis mara tidak jadi lari ke selatan, melainkan lari ke arah barat! Dia me manggul tubuh Listyarini dan melarikan d iri kebarat, me lalui hutan-hutan dan gunung gunung. Dia tidak berani mengganggui Listyarini karena hatinya selalu dikejar rasa takut dan ngeri. Kini dia tidak hanya melarikan diri dar i pengejaran Narota ma, akan tetapi juga pengejaran Lasmini yang tentu akan me mbunuhnya kalau mengetahui bahwa ia lari ke barat,bukan masu k ke w ilayah Parang Siluman! seperti yang diperintahkan Lasmini. Dan dia ma lah lebih takut akan pengejaran Lasmini daripada pengejaran Ki Patih Narota ma. Dia tahu, Narotama adalah seorang bijaksana dan tidak kejam. Mungkin dia akan dibunuhnya begitu saja. Akan tetapi kalau dia sa mpai terjatuh ketangan Las mini, dia tentu a kan dis iksanya setengah mati! Karena setiap hari dikejar rasa ngeri dan ketakutan, seolah setiap saat dia mendengar langkah kaki orang-orang yang mengejarnya, Nismara tidak pernah mau mengganggu Listyarini. Apalagi setelah Listyarini ta mpaknya tidak meronta lagi. Ketika itu dia menurunkan Listyarini dari pondongannya untuk sekadar beristirahat melepas le lah dan menenangkan hatinya yang terguncang rasa takut dan gelisah.
Listyarini kini tidak ma u menjerit lag i. la maklum bahwa dirinya tidak berdaya dan ia hanya pasrah kepada Hyang Widhi, setiap saat berdoa se moga Sang Hyang Widhi me lindunginya dari pada marabahaya. Melihat Nis mara menyeka keringat dari leher dan mukanya, dan melihat wajah Itu seperti orang ketakutan, matanya bergerak liar ke sana sini seolah takut melihat orang datang, Listyarini yang dilepas dari pondongan dan kini duduk di atas tanah itu menyapa dengan suara le mbut. "Nis mara, katakan saja terus terang, mengapa engkau me mbawa aku pergi ke te mpat ini? Mengapa engkau yang menjad i perw ira pasukan pengawal tega menculik aku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sudah beberapa kali pertanyaan diajukan oleh Listyarini selama beberapa hari ini, akan tetapi Nis mara tidak pernah mau menjawab. Kinipun dia tidak menjawab, hanya me mandang sejenak wajah elok itu la lu menggeleng kepala dan menga lihkan pandang matanya. Entah bagaimana, mungkin karena dihantui rasa takut dan ngeri kalau-kalau dia tertangkap, selama beberapa hari ini seolah se mua nafsu berahinya terhadap wanita cantik ini menghilang begitu saja! "Nis mara, " kata Listyarini dengan halus. "Aku tahu bahwa selama beberapa hari ini seja k engkau menculik a ku engkau bersikap baik sekali padaku, engkau me mondongku, me mperhatikan keperluanku dan tidak pernah mengangguku. Sebaliknya aku selalu meronta dan melawan, sehingga engkau tentu lelah sekali. Aku berterima kasih kepadamu untuk itu.
Akan tetapi, Nismara, aku melawanmu karena aku takut dan tidak tahu mengapa aku kaular ikan ini. Kala engkau me mber itahu, tentu aku akan merasa lega dan tidak akan me lawan lagi. Aku akan menyerah sehingga perjalanan ini dapat dilakukan lebih lancar dan menyenangkan. Karena itu, katakanlah, Nis mara, mengapa kau lakukan se mua ini." "Benar engkau akan menyerah dan tidak melawan atau meronta lagi kalau kuberitahu?" Nis mara bertanya. "Aku bukan orang yang suka berbohong. Apa yang kujanjikan pasti akan kutepati." kata Listyarini. "Baiklah, akan kuber itahu. Sudah la ma ku men gagumimu, Listyarini, bahkan aku tergila gila kepadamu. Aku cemburu kepada Ki Patih Narota ma, yang telah memper isterimu, akan tetapi masih begitu murka untuk me mpunyai seorang isteri lain, yaitu Lasmini. Puteri dari Parang Siluman itulah yang merencanakan ini se mua, menyuruh aku untuk menculikmu dan me mbawa mu perg i, agar ia dapat menjadi garwa padmi Ki Patih Narota ma."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Listyarini terkejut, namun tidak merasa terlalu heran karena ia sudah dapat merasakan betapa selir sua minya itu dia mdia m me mbencinya. "He mm, jadi ini biang keladinya? Lalu, kenapa engkau me larikan aku sa mpa i sejauh ini dan tidak me mbunuhku?" "Me mbunuhmu? Tidak, Listyarini, aku tidak tega
me mbunuhmu. Aku ..... aku cinta padamu. Aku diperintah untu me mbawa engkau ke Parang Siluman, akan tetapi aku tidak mau karena setibanya di sana engkau pasti dibunuh mereka! Aku tidak ingin engkau dibunuh, maka engkau kularikan sa mpai di sini. Aku harus melarikan sejauh mungkin sehingga Ki Patih Narota ma dan juga Lasmini dan pihak Parang Siluman tidak a kan dapat mencari kita. Nah, kuharap mulai sekarang engkau suka menurut dan me larikan diri tanpa me lakukan perlawanan." Listyarini berpikir. Selama orang ini tidak menggangguku, sebaiknya aku menurut agar dia tidak bersikap kasar kepadaku. Akan tetapi, kalau dia hendak berbuat sesuatu yang tidak senonoh, aku akan me mbunuh diri. Sementara itu, hanya mengharapkan pertolongan dari Sang Hyang Widhi. Maka, lapun me ngangguk. Dengan girang Nis mara mengajak ia me lanjutkan perjalanan dan ketika mereka melewati sebuah dusun yang cukup ra mai, yaitu dusun Kerta, Nis mara la lu me mbe li dua ekor kuda. Biarpun t idak pernah me mpelajari ilmu kanuragan, namun kalau menunggang kuda, Listyarini cukup mah ir. Perjalanan dilanjutkan dengan berkuda sehingga lebih cepat dan lancar. Juga bagi Listyarini, tentu lebih leluasa dan enak me lakukan perjalanan menunggang kuda daripada dipondong oleh Nis mara. Mereka menda ki Gunung Lawu dari sisi timur. Pada suatu pagi tibalah mereka di lereng Gunung Lawu. Pemandangan alamnya amat indah dan tempat itu- pun sunyi, penuh dengan hutan lebat dan hawanya sejuk, nyaman bukan ma in. Dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tempat mereka berhenti mengaso, tampak sebuah telaga yang airnya me mbiru dan pe mandangan di situ teramat indahnya. Timbul kegembiraan besar di da la m hati Nis mara. Selama beberapa hari ini kekhawatirannya mulai menipis dan perjalanan berkuda yang menyenangkan itu, tanpa harus me mondong tubuh Listyarini, me mbangkitkan kemba li gairahnya. Mereka mena mbatkan kuda di batang pohon dan keduanya duduk di atas batu gunung. Di sekeliling mereka tampak padang rumput menghijau. Nis mara mulai me mandang kepada Listyarini dengan penuh perhatian dan perlahan-lahan api gairah berah i mulai menyala dalam pandang matanya. Wanita itu tampak amat cantik mengga irahkan. Rambutnya yang agak kusut itu bahkan mena mbah keelokannya, dengan sinom berjuntai dan bergantung! kacau di dahi dan pe lipisnya, pakaian yang kusut itu me mpertajam le kuk lengkung tub uhnya. Muncul bayangan-bayangan penuh nafsu berahi dalam benak Nis mara. Ah.. sebetulnya sudah lama wanita ini berada di tangannya akan tetapi dia tidak sempat me milikinya. Sekaranglah saatnya pikirnya. Jelas bahwa tidak akan ada
yang ma mpu mengejarnya sampai di tempat sunyi ini. Dia harus me milikinya sekarang juga dan sekali menjad i miliknya, wanita ini tentu selanjutnya akan tunduk kepadanya dan akan menjad i isterinya. Nis mara turun dari atas batu dan menghampiri Listyarini. Listyarini menengo k. Mereka bertemu pandang dan Listyarini terbelalak. Ia melihat kobaran nafsu berahi dalam mata la kilaki itu. Marabahaya yang hampir setiap hari dikhawatirkannya itu akhirnya muncul. Nalurinya mengatakan bahwa saat itu Nis mara seperti ke masukan iblis dan ia me ma ndang ngeri. "Nis mara, kau mau apa .....?" tanyanya dan wajahnya sudah berubah pucat. Nis mara tersenyum, menyeringai seperti seekor sr igala me mper lihatkan taringnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mari kubantu engkau turun, Listyarini, kita melanjutkan perjalanan." katanya sambil men julurkan tangannya. Listyarini merasa agak lega dan ia mener ima uluran tangan itu. Akan tetapi ketika ia sudah turun dari atas batu, tiba-tiba saja kedua lengan Nis mara mendekapnya dengan kuat dan muka laki laki itu mendekati mukanya, berusaha untuk menciuminya. "Jangan .....! Tidaaak .....!" Listyarini menjerit dan menge lak dar i ciu man dengan memalingkan mukanya ke
kanan kiri. Akan tetapi tentu saja ia kalah kuat dan pada saat hidung Nis mara mendarat di pipi kirinya, dalam kenekatannya Listyarini mengangkat lututnya ke atas Nis mara berteriak mengaduh dan rangkulannya mengendur karena lutut kaki Listyarini tepat menghanta m bawah pusarnya. Listyarini meronta sekuat tenaga sehingga terlepas dari rangkulan lalu me mba lik dan melarikan diri. Akan tetapi hanya sebentar Nismara kesakitan. Dia me lompat dan mengejar. Akhirnya dia dapat menubruk dari belakang dan me me luk Listyarini. Wanita itu terguling dan Nis mara ikut pula terjatuh Mereka bergulingan di atas rumput. Lityarini mencoba untuk me mukul, mencakar bahkan menggigit. Namun karena kalah kuat, akhirnya Nis mara dapat metindihnya dan me megang i kedua pergelangan tangannya. Pada saat yang teramat gawat bagi kehormatan Listyarini itu, tiba-tiba saja .sebuah tangan mencengkeram ra mbut kepala Nis mara, menariknya ke belakang dengan sentakan yang demikian kuatnya sehingga Nis mara berteriak kesakitan dan tubuhnya terseret ke belakang. Sebuah tendangan menyusul dan tubuh Nis mara terpental bergulingan. Akan tetapi yang paling nyeri adalah kepalanya. Rambutnya seolah tercabut copot semua, rasanya pedih dan panas. Dia meraba kepalanya dan merasa lega bahwa ra mbutnya masih ada. Dia me lompat berdiri dan dengan mata merah dia me mandang kedepan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dia melihat seorang laki-laki me mbantu Listyarini bangun dan berkata kepada wanita itu. "Ke sanalah, nona. Biar kuhajar orang jahat ini." Laki-laki itu bicara dengan suara pelo. Usianya sekitar dua
puluh lima tahun. Tubuhnya tinggi kurus, mukanya agak pucat kekuningan, matanya sipit dan ra mbutnya digelung ke atas dan ikat dengan pita biru. Dari raut wajahnya sampai bentuk baju dan celananya tahulah Nis mara bahwa, pemuda itu adalah seorang berbangsa Cina. Pernah dime lihat beberapa orang Cina berkunjung ke Kahuripan, sebagian sebagai pedagang dan ada pula yang menjadi tukang-tukang yang ahli dalam pe mbuatan perabot rumah tangga dari kayu dan rotan atau dari ba mbu. Sungguh mengherankan sekali di te mpat sesunyi itu dia bertemu dengan seorang Cina. Akan tetapi orang Cina itu telah berani mengganggunya bahkan menyeret dan menendangnya sehingga dia gagal memperkosa Listyarini. Dia bangkit dan mukanya berubah merah ketika dia me mandang kepada pe muda Cina itu dengan mata me lotot. ”Setan alas keparat busuk! Siapa enhkau berani menca mpuri urusanku?" ia menghardik dan tangan kanannya meraba gagang keris yang terselip di pinggangnya. Dengan bahasa daerah yang cukup je las dan lancar na mun yang diucapkannya dengan pelo, orang itu menjawab "Na ma saya The Jiauw Lan ....." "Siapa?" Nis mara menegaskan karena nama yang diucapkan orang itu tidak dapat ditangkap telinganya dengan baik. "The Jiauw Lan," Orang Cina itu mengulang. Namun tetap saja Nis mara tidak dapat menerima jelas. "Sudahlah, persetan dengan namamu! Kenapa engkau berani menca mpuri urusanku dengan wanita itu? Hayo cepat minggat dari sini, atau aku akan me mbunuhmu!" Dia mencabut Kerisnya dan menganca m.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ The Jiauw Lan menggeleng-geleng kepalanya. "Aku tidak ingin berkelahi, tidak ingin mencari musuh. Akan tetapi kau jangan ganggu pele mpuan itu. Itu tidak ba ik, salah dan jahat sekali! Kau pelgilah, jangan ganggu ia!" "Babo-babo, keparat. Berani engkau menghalang dan menantangku? Engkau sudah bosan hidup. Mampuslah!" Nis mara lalu me nubruk sa mbil me nyerang dengan kerisnya. Gerakannya cukup cekatan dan mengandung tenaga kuat. Dia merupakan seorang perwira kepatihan yang cukup tangguh. Namun, tusukan keris itu hanya mengenai te mpat kosong karena The Jiauw Lan dapat cepat menge lak dengan geseran kakinya yang lincah sekali. Nis mara menjad i sema kin marah. Dia cepat menyusulkan serangan kerisnya, lagi, dilanjutkan dengan tamparan tangan kirinya. Ketika tusukan keris dan ta mparan tangan itu kenbuli hanya mengenai tempat kosong, dia mena mbahkan dengan tendangan bertubi-tubi. Namun se mua serangannya itu tidak mengenai sasaran. Lawannya ternyata me miliki gerakan yang amat lincah, tubuhnya berkelebatan ke kanan kiri dan semakin cepat dan gencar Nismara rntnyerang, semakin cepat pula dia bergerak menghindar.
Jilid 12 ”Aku tidak ingin be lkelah i. Pelgilah......!" The Jiauw Lan berseru lagi. Akan tetapi karena merasa penasaran, Nismara tetap saja menyerang secara bertubi-tubi. Ketika kerisnya meluncur ke arah perut lawan, tiba-tiba orang Cina itu menepis dengan tangan kiri dari sa mping. Tepisan dengan jari-jari tangan ini
mengenai pergelangan tangan yang me megang ker is.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tukk!" Keris terlepas dari pegangan dan di lain detik, sebuah tendangan mengenai perut Nis mara. "Bukk .....!" Tubuh Nis mara terjengkang. Dia merasa lengan kanannya nyeri dan perutnya mendadak mulas. Terkejutlah dia dan sekarang baru dia menyadari bahwa dia berhadapan dengan orang yang pandai dan tangguh. Maka cepat dia menyambar kerisnya yang menggeletak di dekatnya, kemudian dia bangkit dan me larikan diri. "Jahanam, kau tunggu pembalasanku!" teriaknya menganca m sa mbil me lanjutkan larinya. Orang Cina itu hanya me mandang sambil mengge leng-geleng kepala. "Helan ..... di sana ..... di sini ..... dunia ini penuh olang jahat ....." Dia menghela napas panjang lalu me mutar tubuhnya untuk me mandang wanita yang nyaris diperkosa penjahat tadi. Listyarini berd iri di bawah pohon. Sejak tadi ia menonton perkelahian itu. Dia mengerti bahwa orang yang bicaranya pelo itu sedang me mbelanya, ma ka tentu saja dia m-dia m ia mendoakan kemenangan bagi orang asing itu. Mula mula ia merasa ngeri me lihat Nis mara menyerang bertubi-tubi dengan kerisnya dan agaknya orang asing itu terdesak. Ia sudah menga mbil keputusan nekat. Ada sebuah batu besar di bawah pohon didekatnya. Kalau ia melihat pe mbelanya itu kalah, ia akan me mbunuh diri dengan menghanta mkan kepala send iri
kepada batu besar itu. Akan tetapi ternyata pembelanya itu menang dan Nis mara me larikan diri! Hal yang sa ma sekali tidak disangkanya ini me mbuat wajahnya yang tadinya pucat berubah kemerahan berseri, sinar mata yang tadinya layu kini bercahaya dan bibirnya yang mungil berkembang dan muncullah senyumnya yang manis penuh rasa bahagia. Tadi ketika melihat seorang laki-la ki hendak me mperkosa seorang wanita, The Jiauw Lan tidak dapat tinggal diam saja dan cepat dia mencegah. Pada saat itu, dia sa ma sekali tidak me mperhatikan wajah Listyarini. Baru sekarang dia bertatap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ muka dengan Listyarini, melihat wajah yang berseri, mata yang indah bercahaya serta senyuman yang man is itu. Dia terbelalak heran, terpesona, lalu tiba-tiba dia menjatuhkan diri berlutut dan menyembah-nye mbah sa mbil berucap penuh hormat. "Kwan Im Pouwsat .....!" Kwan Im Pouwsat atau Dewi Kwan Im ada lah sebutan seorang dewi kahyangan yang juga disebut Dewi Kebajikan, Dewi Penolong atau Dewi Welas Asih yang terkenal cantik jelita dan sakti mandraguna. Dala m dongeng di Negeri Cina, sang dewi ini sering kali muncul di dunia untuk menyelamatkan manusia, dan tidak jarang pula ia menjelma manusia biasa untuk menguji budi pe kerti orang. Jadi, menurut kepercayaan The Jiauw Lan, bukan mustahil kalau tadi Kwan Im Pouwsat sengaja menyamar sebagai wanita yang hendak diperkosa penjahat untuk mengujinya! The Jiauw Lan percaya sekali sang dewi yang menjad i pujaan seluruh rakyat di Negeri Cina itu, maka melihat Listyarini yang demikian cantik jelita, anggun dan penuh wibawa serta merta
dia menganggapnya Dewi Kwan Im dan me mberi hormat sambil mohon a mpun dan menghaturkan terima kasih. Listyarini tertegun. Penolongnya itu tiba-tiba berlutut kepadanya, menyembah-yembah dan berkata-kata dalam bahasa yang tidak dimengertinya sarna sekali! Ia meenengok ke belakangnya, untuk me lihat kalau- kalau di sana ada orang lain yang dihor mati penolongnya itu. Akan tetapi tidak ada siapa-siapa sehingga jelaslah bahwa ia yang disembahsembah itu. Maka, ia la lu me langkah maju mengha mpiri penolongnya dan menyentuh pundak orang itu. "Ki sanak, bangkitlah dan bicaralah dengan bahasa yang kumengerti. Jangan menyembah-nye mbah seperti ini." Sentuhan le mbut di pundaknya itu terasa oleh The Jiauw Lan sebagai sentuhan yang mengandung getaran hebat,maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ makin gencar dia menyembah karena hatinya makin yakin bahwa yang menyentuhnya itu benar-benar jari tangani Kwan Im Pouwsat yang sakti. "Paduka Kwan Im Pouwsat ..... Kwan Im Pouwsat ..... saya holmati ....." "Kwan Im Pouwsat? Siapa itu ....." Listyarini bertanya heran. "Dewi pujaan kami, Dewi Solga yan bijaksana, penyelamat manusia. Paduka Dewi Kebajikan, maafkan saya .. ..." Kini mengertilah Listyarini. Ia merasa geli dan tertawa. Tawanya lembut tertahan dan sopan. "Heh-heh, aku sa ma sekali bukan dewi kahyangan, ki sanak. Aku manusia biasa. Bangkitlah dan mari kita bicara. Engkaulah yang menolongku dan aku berterima kasih sekali kepadamu."
Mendengar ini, The J iauw Lan mengangkat mukanya dan me mandang heran. Kini baru dia melihat bahwa yang berdiri di depannya adalah seorang wanita Jawa yang sudah pasti seorang bangsawan tinggi,cantik je lita dan anggun. Mungkin saja Kwan Im Pouwsat yang menyamar, akan tetapi wanita itu mengaku bahwa ia seorang manusia biasa. Maka diapun bangkit berdiri. "Engkau ..... seolang manusia biasa? Benalkah itu? Akan tetapi, bagaimana bisa belada di tempat ini dan siapa pula olang jahat tadi? Siapakah engkau dan dali mana?" Pertanyaannya meluncur bagaikan hujan dan Listyarini tersenyum. Biarpun laki-laki ini asing dan bicaranya lucu dan pelo, namun ia dapat merasakan dan tahu dari pandang matanya bahwa orang ini bukan orang jahat hamba nafsu. "Ceritanya panjang, ki sanak. Marilah duduk dan akan kuceritakan se mua untuk menjawab pertanyaanmu itu." Listyarini duduk di atas batu dan laki-laki itu duduk di atas batu lain tak jauh darinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ki sanak, sebelum aku mencer itakan keadaan diriku, kuharap engkau su ka lebih dulu menceritakan tentang dirimu. Memang aku telah menerima pertolongan dar i mu dan aku percaya sepenuhnya kepadamu, namun kiranya tidaklah pantas bagi seorang wanita menceritakan keadaan dirinya kepada seorang pria yang tidak dikenalnya sama sekali. Ki sanak, maukah engkau bercerita tentang dirinmu kepadaku?" "Tentu, tentu saja, nona. Namaku adalah The Jiauw Lan." kata laki-laki itu dengan nada ge mbira. "Tejo ..... siapa?" "The Jiauw Lan."
"Wah, sulit sekali na ma mu. Tejoranu begitukah?" Sepasang mata itu menjadi sema kin sipit ketika dia tertawa. "Tejolanu Begitu juga baiklah." "Baik, mulai sekarang aku akan menyebut mu Ki Tejoranu. Setujukah engkau?" "Ki Tejolanu? Ha-ha-ha, Ki Tejolanu! Bagus sekali, aku suka nama itu. Mula i sekalang, aku adalah Ki Tejolanu!" kata lakilaki itu sa mbil tertawa senang. Ketika tertawa, wajahnya yang tadinya tampak asing karena matanya yang sipit itu kelihatan cerah dan menyenangkan, sehingga Listyarini juga ikut tertawa. "Nah, sekarang ceritakan tentang dirimu, riwayatmu, Ki Tejoranu. Aku tahu bahwa engkau tentu seorang asing. Dari mana engkau datang dan bagaimana engkau dapat berada di sini?" "Aku belasal dali Tiongkok." "Tiongkok? Di mana itu?" "Aku bangsa Cina, dali Negeli Cina, nona."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jangan sebut aku nona. Aku sudah bersuami, na maku Listyarini." "Listyalini?" "Ya, jangan sebut nona, sebut aku dengan mas ayu Listyarini." "Mas ayu Lini, begitu lebih mudahlan dan tidak telalu panjang. Bolehkah?" "Baiklah, Ki Tejoranu. Nah, teruskan ceritamu. Engkau berasal dari Negeri C ina? Aku pernah mendengar tentang negara dan kerajaan besar di seberang itu, akan tetapi baru sekarang aku berte mu dengan seorang Cina." Ki Tejoranu lalu menceritakan riwayatnya. The Jiauw Lan
atau yang ki kita kenal sebagai Ki Tejoranu itu tadinya tinggal di sebuah dusun dekat kota Nan-king. Lima tahun yang lalu, ketika itu dia berusia dua puluh tahun, dia seorang yang dikenal sebagai seorang pendekar yang cukup lihai dan ditakuti golongan sesat karena permainan sepasang goloknya yang hebat sehingga dia dijuluki Sha-Jiong-to (Golok Pembunuh Naga). Karena dia se lalu bers ikap me nentang kejahatan, pada suatu hari dia menghajar, seorang pemuda dari Nan-king yang mencoba mengganggu dan menculik seorang gadis dusun, dibantu beberapa orang jagoannya. Ki Tejoranu menghajar kongcu (tuan muda) hidung belang itu bersama para jagoannya sehingga mereka kocar kacir me larikan diri pulang ke Nan-king. Ki Tejoranu sama sekali tidak tahu bahwa yang dihajarnya itu adalah putera seorang pejabat tinggi, bahkan masih keponakan dar i seorang pangeran! Ketika beberapa hari ke mudian dia men getahui akan hal ini, dia terkejut dan khawatir, akan tetapi telah terlambat. Dia mendengar dari seorang te man ketika dia keluar rumah. Karena khawatir akan a kibat peristiwa itu, dia cepat pulang, akan tetapi apa yang ditemukannya di rumahnya? Ayah dan ibunya telah tewas terbunuh, adiknya, seorang gadis kecil berusia empat belas tahun, telah hilang entah ke mana dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rumah mereka porak poranda dihancurkan sejumlah perajurit yang dipimpin oleh Bong-kongcu (tuan muda Bong) yang dihajarnya beberapa hari yang lalu. Dari para tetangganya dia mendengar bahwa pasukan itu mencar inya lalu menga muk dan merusak rumah, me mbunuh ayah ibunya. Adapun tentang adiknya, The Kim Lan, tidak ada yang mengetahuinya.
Menurut para tetangga, tidak ada yang melihat gadis cilik itu dibawa lari para perajurit. Mungkin anak itu sempat me larikan diri entah ke mana. The Jiauw Lan atau Ki Tejoranu marah sekali. Sambil me mbawa sepasang goloknya, dia segera pergi ke rumah keluarga Pembesar Bong dan di s itu dia menga muk. Puluhan orang perajurit pengawal dibunuhnya dan akhirnya dia berhasil juga me mbunuh Bong Kongcu. Setelah dapat me mbunuh tuan muda Bong itu barulah kemarahannya mereda dan karena tahu bahwa kalau dia me lanjutkan, amukannya, akhirnya dia akan mati dikeroyok banyak perajurit, akhirnya dia me larikan diri. "Begitulah, Mas ayu Lini. Aku dikejal pasu kan, telpaksa me lalikan dili ke sini, ikut pelahu jong bekelja menjadi kuli dan me lantau, kalena takut pembesal Bong men gilim olang-olang pandai menca li, aku belpindah pindah dan akhilnya aku belsembunyi 'di daelah ini, dekat telaga sana. " Ki Tejoranu mengakhiri ceritanya. Sejak tadi Listyarini mendengarkan dengan penuh perhatian. Biarpun bicaranya pelo, namun ternyata Ki Tejoranu sudah fasih berbahasa daerah sehingga ia dapat menang kap semua ceritanya. Ia menghela napas panjang, me mbayangkan betapa besar persamaan kejahatan orang di negeri Cina dan di sini. Orang-orang berkuasa condong untuk me miliki watak hadigang hadigung-hadiguna, me megang aji mumpung, menggunakan kekuasaan, harta dan kekuatan untuk berbuat sewenang-wenang. Ketenangan kehidupan di Kahuripan sendiri hanya terlaksana karena kebijaksanaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sang Prabu Erlangga dengan bantuan suaminya, Ki Patih
Narotama. Karena raja dan patihnya itu berwatak adil, berbudi bawa laksana, maka para pembesarnya takut untuk me lakukan pelanggaran, tidak berani bertindak sewenang wenang menganda lkan kedudukan dan kekuasaan mereka. Akan tetapi di daerah daerah yang agak jauh dari kota raja, sering terdengar penindasan dan kesewenangan seperti yang men impa diri Ki Tejoranu itu. "Ah, kasihan sekali engkau, Ki lejoranu. Jadi, sudah lima tahun engkau meninggalkan negerimu? Lalu bagaimana kaabarnya dengan adikmu, siapa namanya tadi, Kim Lan?" "Ya, The Kim Lan. Sebelum aku pelgi, aku su dah belusaha menca linya, namun s ia-sia. Dan aku mendengal kabal yang lebih menyedihkan lag i, yaitu .....tunanganku..... yang belna ma Mei Hwa, telah dipaksa, dia mbil menjadi isteli ke tiga dali Pe mbesal Bong, untuk balas denda m padaku!" Setelah berkata demikian, Ki Tejoranu mengayun tangannya ke atas batu. "Brakkk!" Tepi b