I
B-s
penanggungjawab: Fuad
.
Ketua penyunting: Muh. Si,amsuddin
pcnyuuting pelaksana:
Muh. Isnanto. lvfaharsl, Syafiq -h{"h^u.tuh Hanafi, Ratno Lukiro
Sekretariat: yuli Triwahyrningsrh, Suta-nni
Sri Jauharin Alfiyah,
STT: SK MENPEN RI NO: I g9B/SK,DITJEN FPG/STTi I 994 ISStrr:C854 27i?
Diterbitkan olch:
Lembaga penetirian
r"*uugu
UIN-_'
Sunen Kal;jaga yopl,.akana
r"n"nfJlTK s,n*
ruuiunu
Jl. &{arsda Adisuctpto, relp.lozz+; 550??;, F;. i0.jt;!r_ifit6 1,ogyu1**u ,.52s, e_mail : lemlit@uin_suka.ac.id
j-*_"1:1,*":rya merupakaiJ mal itr.riah.png diterbtkrn lTl r(alrJag4 penama kali berdajarkao sK Rekor
eleh pusatpenerlfiall LAIN Sunatr I Agustus 1992, sebagai media komunikasi hasil Detreritian antar para peneliti, iJrmran dan ceo-iekiap.an. Kemudian mutai terbitan Eomor s didasarkan Dada sK R"d". ,z adanya perubahan .t uttrrr p"ng*tola "op"_rr., keretrtuar aai Uepademcn Penerallgsll R[.
Nonior l+ f.Ar_
l?3-,1llTrr
ilii,
*"g!"r
f";;;lr;i;*;iiiiorg, ;"rJr* I"irJ a"l**
Jurnal Pe[e]itian AgaEa. rerbit s€tiap 4 bulan sekali dan menerima setiap karya maksud jumal tersebut di aras. Naskah vang dikirim og". dik"At *pi ;eki# beserta biodata perulis dao mencanrumkandin".
t[lis
;
menperbaiki susunan kalimar tanpa mengub"h i"i
sesuai dengan spasi
hahman
I
p*turi ,"l"gui ,.,J[J idrelr. ,.eaa*i Uertat L,""gu;
t;'g d;;;'*-'-"
:, ti!
I*,
4., tl- .
ISSN:085{2R2
JURftAL
tnnn|Ift*llAgiltnile LEMSAGA PENELITIAII UITI SUIIAII KATIJAGA YOGYAKARTA IMPLEMENTASI PARADTCTIA IIITEGRASI-IIITERKONEKSI DALAI STUDI IIAIIAJEIIET'I SUIJEER DAYA iIANUSIA: tlAflAJE Etl SUXBER OAYA OOSEN 0l Ultl SUI{AH KALIJAGA YOGYAKAFTA} .Afil Bitai, Aci1i^d Mull6,no|sd dan Ruspita Rani Pediwi PARAOIGITA IIITENKOflEKSITAS OALAX PEHELITIA'{ HUKUII ISLAIT SEDISAII{ TERHADAP BAIIGUI{AII gYANI'Afi UIII SUNAI{ KAUJAGA YOGYAKABTA TTETOOOLOGI PEI{EUTIAII SKNIPSI IIAHASISIVAFAKULTAS Basni dan Wiyo Baidi Supriaha, Yask OFIETITASI PET.IGABOIAN LPII OALAII EIIIGKAt PABAOIGITA ITITEBKONEKSITAS UII'I Ahnad Patlrcy, Syalau! tu{udawan dan Fuad Arif Fudyatlaniq
I.'Yll'G HAOIS OALAIT KEEAIIGKA CASAR KEII-IIUAII
UITI SUNAI{ KALIJAGA YOGYAKARTA
M. A\atih Suttadlaga, /,bdui Muskqln dar Ahnad Rofrq
GAMBARAII KEHA PUAit TIEHULIS HUBUF AL"OUR'AN SISWA S'IA Betno
{,aiini
KEEIASAAI{ DAII KREASI OALA BEFAGAHA' TINJATIATI ATiTROPOLOGIS TERAAOAF ORGANISASI KEAGAIIAAN I{U DAfl HUHAfl ADIYAH g^dfln Ahena dat g,oiral Eke P&e IIUHAITIIADIYAH DAN POLITIK II{OOiIESIA PASCA OFOE 8AEi,I Syariltlddn Judi WAt{tTA
DALAfI HOV1L AL-fHULtrfHlY H KARYA HAJIB HAHFUZ SEBUAII TiNJAUAN STnUKTURALISIIE
GEt{ETI K
Eemaw Munlhe PEHDTOIKAI{
II{KLUSF GENDEB DI PESAflAEN
Malhunl€h STUOI TEFTAflO PAIAOIG|IA TUI DALAM IEI{GEI"UARKAII FATWA SESAT TERIIADAP AURAI{ KEAGAiIAAI{ DAi{ KAITAI{IIYA OEI{GAN Pf, IIISIF.PRI'ISIP HAII
R$kfrn
dan
glu
Arinn
BERAGAIIA OEI{GAT{ TNDAHI I,{EIEL|SIK ITASKAH SASTRA {ELAYU SYI'R S'7I HAJI AU Musa dan Muslai SOO( RFVIEW
ISLAI{ DAN KEMAJUAT{
SAIT.IS
Maha6i
vol.
rulll,
No- 2 Mei-Agustus 2009
SI"Ti Tfl KARYA €
GKU
STUDI TENTANC PARADIGMA MUI DALAM MENGELUARKAN FATWA SESAT IERIIADAP ALIRA' KEAGAMAAN DAN KAITANNYA DENGAN PRINSII}.PRTNSIP
-
IIAM
Rohiditt" StaJ
Pengajar Universilas Islan Indonesia Yogyakarta Saru
AiJin,
-fogyat :rta Staf Pengajar Universitas Islam Indoncic
o
Abstrack Tni.t research attempt to analyze of MUI's paradigm in arranging the de' fiete fatvva for ,te,.,eral [slamic religion groups, such as Ahm.'tdiyah, Lia Eckn, and Al-Qilada Al-Islcmiyah. This research clso artempts to analyze what -fa. '
iatv'a controversion in the society. And the last this r.' search aiso attempts lo anal,tze the faata from perspectiv'e o! the intert:.' tiornl human ights law. This research use the primnry arul secondary &'t ' The priinary data was coliected thrcagh intemieu' with thc some infomi-' such as MUI, Ahmadiyah, and Human ights activist. The result of this !€ search show, that MUI\ paradigm in arranging tle deviate fanva b thost religion group is normative-positivism. In the normative paradigm MUI use ii argument through some Al-Qur'an verses and also hadist in determining weather one religion group leamed soying deviate or not. And the MUI posi ' tive paradigm is using its argument through sotnc ciminal law articel in rle termining one religion group deviate or not. Some factors which is made the fatwa confioversion are there two causes. First, because of dffirent Wrspec' tfue betv,een MUI with democracy and hwnan rights activist in viewing tlu: co.se. M(JI views that thE cdse as rcligion shnne, but the democracy and lruman rights vieu's as a a religious liberty. And. second is that MUI'I opinion r',
tor: are t:ausing
the
luRNAt pENEtlftAw AGAlr'tA voL xv///, No. 2 MErAGUSrus 2oo9
443
'i Roh'd n
&
S,o'ru
fuifin, Studi Tentang Poradigma Mui Dolam Mengelus*dn Fotwo
Sescit._.
Indonesia s-vstem Is rcligion state according to the first article of Pancasila. But according to the domocracr- and human rights views that Indonesia system is a d.emocracy state not a religion stdte. Accordtng to the hwnan right Iaw perspective, th.e fatv,a is contntdiction with the covenan of ICCPR. Because the covenan is guarantee the religicn liberty. Keywords: MUI Paradigm, the dzviate Fan,la, religion group, und religious. liberry
I.
Pendahuhan Sejarah pcrjalanan agama'agama, terutama di Indcnesi4 memrrut sebagial
ahh banyak diu'amai oletr ketegangan-ketegangan yang berakfiir derrgan pertumpaian
darah antar sesarna pemeluk agama. Atas nama agam4 masing-masing kelompok rnerasa diiinva yar,g paling benar sambil memurtadkan atau mengkafirkan satu sama
lainnya {Ltnar; 20t}6). Dalam konteks yang hampir sama dr Eropa, menurut
Irhnhof
(2002: 2), sikap
saling berebut legitimasi dari pemenntah oleh para kelompok penganut agtu'rq sepcrti Kristen, YahuCi , Islam dan kelomlnk-kelompok kepercayaan lainnya- tela,\ rnemicu perdebatan di kalangan aktivis t{AM, sehingga hal itu sedikit banyak memicu ketegangan daiam relasi antar kelompok agama. Dewasa ini di tanah air memmjukkan gejala timbulnya ketegangan-ketegangan dalam huburrgan antar p.-meluk agama muircul kembali, khususnya dalam agama Islam. llal itu, diyakini oleh sebagian kalangan, seperti Muzakki (2007: 16), dipicu
oleh fatwa MUI teihadap sejumlah kelompok penganut agama Islam seperti Ahrnadiyah, Jamaah Salamullah (Lia Eden), Ajaran shalat dwr baha-qa t-rleh '1trsman Roy, dan terakhir al-Qiyadah al-Islamiyah sebagai kelompok yang sesat dan rn€nyesatkan.
Selain itu, di masyarakat j uga te{ adi kontroversi terhadap fatwa sesat oleh MIJI terhadap kelompok-kelompok agama ters€bul Tidak sedikit perdebatan pubtik melalui media mass4 baik Televisi maupun Media Cetak, yang sejauh ini melibatkan kelonrpok-kelompok yalg PToFIAM (pendukung kebebasan beragama), Islam Lib-
eral Vs Kelompok Islam Garis keras dan ju-ra melibatkan institusi Agama, baik MUI sendui maupun Muharnmadryah dan r\ir (S upriyadr, 2006:9).
444
JURNAI PEI,IELITIAAI AGAMA. VOI, XVI//. /VO.
2 ME|-AGU'\U'
2OO9
Rohidin &
furu Arifin,
Saudi Tentqng
furcdigno Mui Dolom Mengeluarke
Muculnya berbagai interpretasi terhadap makna kebebasan berag.. melalirkan kontroversi di masyarakat, khususnya di Indonesia tjdak LL adanya perbedaan sudut pandang yang berbeda dmi masing-masing pihal,,. . kebebasan beragama, khususnya dalam klam diterapkan oleh para penguas;, ,.. . klasik berkenaan dengan agama-agama Timrrr Tengah, khususnya Krister, . ,g terbagi dalarn beberapa sekle dengan masing-masing mengaku 1.ang paling I ,
dan kemudian saling bermusuhan . Para penguasa Islam klaslk menegakkan pnnsi
.
bahwa setiap sekle mempunyai hak untuk hidup darr menyatakan diri. .; bed<edudukan sama dihadapan hukum. Kebebasan beragama ini dinikmatr olt
bangsa-bangsa Timur Tengah dan dunia Islam sampai sekarang (Rachir,a,,.
20ff:1319)Sementara itu, menurut Kovenan IIAM Intemasional (ICCpR), khustrs, Pasal I8, mendefinisikan kebebasan beragama secara menyeluruh, mencl,f kebe basan nremilih agama tertentu. berpindai agama dan balukan kebebasan r rr .
tidak beragama- Defirusi inl secara implisit menegaslcrn tentang sifat pn,.asi -r.. suatu keyakinar. yang harus dihcrmati oleh siapa pun, sebab keyakinan merup;., perscalan batirr yang intrir rsik rlalam jiwa setiap orang yang drpertahankanny r; r, segala a:rcaman yang datang dan ekstemal dirinya. Oieh sebab itu, ketii
oleh masyarakat dunia. Hal ini ditandai dengan dimasukkannya hak kebebzisa;i DTIIIA}I mauprm kovenan-kovenan hak-hak sipil lainny4 s:1:. : r
beragama dalam
dalam ICCPR, ICESCR dan Isin-itun. Agama esensinl,a adalab kumpul,,,, kepercayaan yang mengatur ketentuan-ketentuan tertentu bagi hidup. Hal ,t merupakan masalah yang sangat pnbadi. Oleh sebab itq undang-undang tidak daprr memaksa individu untuk mempercayai suatu kumpulan kepercayaan keagama,,, : l tertentu yang harus diplih (Dicksoq 1995:35). Sebagian respon masyarakat dalam menyikapi fatwa MUI terhadap kasus kasus yang terkait dengan keberagamaan fomal tersehx tarnpak keuhatan destrukrif. Fatwa itu dipalnmi .sebagar legitinasi dan errergr kr:at bagi lahimya aksi riil di kalarr.::. rr , pengikut agama yang berundak layalarya elaekutor lapangan. Semenara iq rerhaclap kasus-kasus lain yang lebih berdimensi ekonomi dan
JURNAL PE/VEIIT/ANAGAMA. VOT. XVXI. A/O.
politik, seperti kasus fatu.a
2 MEI-AGUS\US
2OOg
445
Rohidin
&furu Arifo,
Studi lentnng furodigmo Mui Dolom hlengeluorkon Fotwo Sesot'-
tidak mendidiknya tayangan televisi, masyarakal tidaft penrah bereaksi semestinyaFatwa atas tontonan tidak mendrdik di TV j uga sudah dikeluarkan oleh MIJI akan
tetapi tontonannya sendiri, seperti infotainment tetap saja bergerak layaknya ungkapan anjing meflggonggong kafilah berlalu g4uzakki, 2ffi7:16). Eksistensi kelompok-kelompok kea,vamaan yang difatwakan sesat oleh MUI tersebut dipdhami sebagai ajaran atau aktivitas yang menympang dari nonna-nomra agarna yang berlaku secara universal, sehingga eksistensinya selama ini dirasakan
telah
menl;fi6
6ati dan menyinggung perasaan keaga.maan, se'ta menimbulkan keresahan di dalam masyarakat (S up nya.dr,2AO69).
Fatwa sesat atau teminologi sesat, menurut Assyaukanie (2007), merupakan istilah dan katrgori teologi yang diwariskan dari abad pertengahan. oleh karena itu. menurutnya Polisi tidak
menuliki'
- .venang untuk menangkap seseorang ata-s dasa.
pilihan keimanan atau keyakinan. rika seseora.ng dianggap "sesat" oleh kelomp.k mayoritas, polisi wajib turun tangarr, bukan untuk membela mayoritas, akan tetapi untuk ntelindungi keyaktnan minoritas yang hak-hakberagamaannyadirjndas.
Berdasarkan pernaparan dalam latar belakang masalah di atas, ma-ka Capat drrumuskan nertan,vaan penelitian sebagai berilcrt: ( l)_ Mengapa fatw a sesat MUI terhadap beberapa kelompok k-eagarnaan seperii: Ahnradiyah, Lia F/en dan
al-
Qiyadah a]-hlamiyah menimbulkan kontroversi di masyarakat?; (2 t. Bagaimanakah paradigma MUI daiam nengkonstruksi fatwa sesat terhadap kelompok aliran agama terscbut'l; (3). Apakah fatwa sesat MLII itu bertentangan dengan prinsip_prinsip
IIAT{? Penelitian ini dilakukan unhrk menguraikan dan menjelaskan secara akademik mengenal masalai fatwa sesat tersebut, guna menghasilkan bangruran konsepfual
keilmuan di bidang hukum Israrn dan HAI',{ dalam penepktif ke-Indonesia-an. Berdasarkan tujuan umum tersebut, maka secara khusus penenelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentrfika-si dan menganalisis hal_tral yang menyebabkan teqadinya
kontroversi di masyarakat terhadap fatv/a sesat ]v[JI tersebut; (2) men-q€tahui dan menganalisis paradigma yang digunakan MLII dalam nrengeluarkan fatwa
sesat terharlaF sejumlah aliran keagamaan, seperti Ahmadiyah, Lia &len dan al-eyadrh al-Islamiyah; (3) mengetahui dan menganalisis fatwa sesat MUI tersebut
ditinjau
dan prinsip-prinsip HAJ\A kfrususnya dalam hal kebebasiur beragama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meujadi salah satu bagian kontribusi dari upaya memecahkan permasalahan aliran sesat secara akademis. Dalam konteks itu-
446
iuRNAt pEtvFtlr/ANAGAMA VOt,
XWI
NO.
2
MEI-AGUSTUS 20Og
Rohidin
&furu
Arifin, gudi Tentongfurodigmo Mti
fulom Nengeluo*on Fot*
'
hasil penelitian ini dapat menjadi sualu prototipebangunan teori hak kebr''l ' beragama yang menggabungkan dua persFektifkeilmuan, yaitu hukum Isli;: " ''-
'
FI,AM,
Dalam tataran pralcis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi baha ' p€rtirnbangan, baik bagi pemerintah dalam menyusun kebrjakan penanggulanga" aliran sesat dalam agama, maupun para tokoh agama lslam dalam melakukan pmbinnan dan pendidikan umatdalam mengembangkan keagamaarmya'
il,
Metode Penelitian
Pcnelitian ini merupokarrjenis penelitian normatif-empiris yang bertolak pada kajian ternadap sejtrnlah aliran keagamaan yan; jjfatwa sesat oleh M[JI, seperti Afunadiy'ah, Lia Eden, da'r al{iyadah al-Islamiyah, elan paradigma MUI dala;
mengkons*n*si fawa tersdur Pendekalan yang dig.rnakan dalam penelitian ini adalah pendekat:r' fenomenologis (Eogda dan Biklen, 1982; AIsa' 2004; Molecng' 2LSl )' Dalal konteks ini, peneliti berusaha rnemaha:ni rnakna dari fatwa sesat yang dikeluarkar oleh MIJT ierhadap seiumlah aliran keagamaan.
rnasyarakaL
penelitia ini tercliri dari duajenis data. yaitu: data pnmer dan rl ' : ' selarnde;. Data primer arial*h data yang diperoleh langsung di Iapangan yair;' Data dalarn
dikumpulkan rnelalui wawancara serni telstrulcrir terhadap beberapa inforrnan, ya,': Ahmart Muhsin K (Seketaris Umum MUI DIf); Malik Madani (Anggota M-
L
jl
ketua Mustasyar PBNU); Salahudin al-Ayyubi (Sekretaris Komisi Fatwa M Lli hsat); Suparman Manuki (Ketua RIsFIAM Utr) dan Ali Yasir (Salah satu Ketua Ahmadiyah Lahorc). Sedangkan data selarnder adalah data yang berasal dari teks' baik berupa dolrumes, buku, hasil I'qiian, dan data tertulis lainny4 seperti: (i)' Fatw'a
MLII Terhadap Aliran Ahmadiyah' Lia Eden, dan al-Qiyadah al-Islamiyah; {ii)' perpres No. I Tiahun I 965 rbnAng Perrcegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Aga.rna, Pasal 156a KUHP, Pasal 29 ULID 1945, Konvensi ILAM ICCPR' dilalarkan secara indukrif, yaitu berangkat dan berbagai fakta dan peristiwa kongkrit dari fatwa sesat MLII terhadap aliran C-ara analisis data dalam penelitian ini
./(JftA/A! PENELffIAN AGAMA, VOT. XU//!, NO.
2
IL4EI-AGUSTUS 2OO9
441
: Rohidin & furu fuifrn, Studi Tentong Porodigmo
Mui Dalom l4engelucrkqn Fdrwc
Sesor.
-_
keagamaan yang diambil contoh kasus dalarn penelitian ini, lalu dari berbagai fakta khus',:s iru ditarik generalisasi. cara demikian rnenggunakan cara berfikir sentetik,
yang pembui
be
rcift a posteiori
(t{adi , 20o0).
IIL
l{asil dan Anali.sis
A.
Fatwa Sesat MUI terhadap Kelompok Ke_agamaan Pada bagian berikrrt akan di uraikan mengenai fatwa sesat oleh MUI terhadap aliral keagarnaan tersebrrr, seF€rti Ahrnadiyah, Ua Eden, dan al_eiyadah
sej umlah
al-Islamiyah. Beberapa aliran keagamaan yang di fatwa sesat oleh M[lI ini dipilih sebagai gambaran kasus untuk selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif-
hulitatif-
l)
FatwaTerhadapAhmadiyai Selama ini sudah ada tiga ketrtapan
MUI tenrang Ahmadiyah, dua dalam benruk fatwa daq sstu dalam bentuk rekomenCasi, yakni pada tahun l9g0 (fatwa), tahun 1984 frekomendasi), darr tahun 2005 (fatwa)- Dalam perkembangan mutakhir, pemerintah mengeluarkan SKB tiga menteri yang membel,,ukan aktifitasAhmadiyah. Fatwa tahuri 1980 dikeluarkan
MtjI
daiam Musyawarah Nasional
II
tanggal l1-17 Rajab l4O0 FIl26lvlei- I luni 1980 Mdi Jakarra, memfativakan Jam:rahAlmadiy'ah sebagai kelonrpokkeagamaan y.ang sesat dan menyesatkan, karena mengah,ri kenabi::n Mjrza Ghulam Ahmad dan adanya wahlu bam yang diterimanya. Fatwa irri ,tidasarkan pada data yang ditemukan dalam 9 (sembilan) bul tentang Ahmadiyah _vang ditulis oleh tokoh dan pengilrr:t Ahmadiyah.
buah
4-7
Selanj utnya, pada rapar keda nasional bulan I -4 Jumadil Akhi_r 14&{ fV Mffet 1984 M, i{rJI setelah diprotes oleh kelornpok Ahmadiyah khore,
menurut AIi Yasir (\4hwancar4 26ll/2009) merevisi fatwa tahun 1 9g0 yang di dalanmya nrngeneralisirsemua aliranAhmadiyah sebagai kelorlpokyang sesar
Dalam Rakernas tersebut, kemudian kelompok A}madiyah l-ahore setelah melalui kajian yang mendalam, rnaka kemudian dikecualikan dari kelompok Ahmadiyah Qadhiyan.
fatwaM[Jl tenrang {fu661iyah rahun 2005 yang Hcantum dalam Keputusan MUI No. 11/MLI{AS VlyMUVl j/2005, merupakan Sementara rtu,
448
JUNNAL PEA,/ELII/AN
AGAM4
VOT..
XV/|4 NO, 2 ME/-AGUf\U| 2OOg
Rohidin &
furu Arifin,studi Tentongfurodigmo l{ui Datom
lvlengeluorkon Fdtwa
:'
pengantar keputL- p€mbaharuan fatwa pada tahun 1980' Pada bagian di Indorcsia sudah sug' Lrsebut dinrliskar, bahwa belkembangnyaAhmadiyah
meresahkanumat.Meskitelahdlfatwakansebagaialiransesatda|an. serta pelarangan aktivitas Musyawarah Nasional II MUI pada tahun 1980' penyebarar r ajarm Ahmadiyah melakri sejunrlah keputusan pengadilan daerah, tetap b€dalan dan berkembang'
maka dalam I\{unas Berdasarkan pertimbangan-pertimbang4n tersebut' terhadap Ahmbdivah' serta itu MII juga dimintanrrregaskan kemb'ali fatwanya p"tt-ittft untuk m€netapk&'l pelarangan organisasi dan penyebaran
t*"a"t"L
AhmadiYah. secara nasional'
SecarasubtantifanrarafatwatahunlgS0
tesamaan
MUI' IrIUI' Salahudin A oatalm kontiics ini, ,nenurut Sekretaris Komisi Fatwa sesat dan menyesatkan oleh mengembangkan ajararnya yang dipandang
wacana yang berkembang dt
l&awancatt, 21 t8i2Cr08)' tidak ada dinamika rntemaiMUlketikamemtrtuskanfatwaterhadapAhmadiyah'karenapokok
persoalannya sudah jelas dalam fatwa tahun l98O' sebagairnana tercantum .Secara umum dasar fatrra ya'rg digunakan MlIl' MUI Pusat Nomoc dakim penjelasan fatwa atasAhmadiyah yang dikeluarkan i
tirtlriliesvnmuill5i2005
adalah mencahrp dua hal' Pertamn' mengl
ajaran-ajarar.nya dengai' aliranAhmadiyah secara inenyeluruh, mencakup historis dan studi kepustakaan' yaitu dengai' -eoggunukan p"nriekatan *""JfL- *i"*ft Ahcndiyah, mengkaji kitab-kitab da'r tulisan kar-va Mira. Ciot"* nit-"d a* para tokoh Ahmadiyah ' serta mengkaji dua kelompol rnemj uk iangsung berbagal .qfrmudiyah dan ujarannya nnsing-masing dengan hteratur asli telbitan mereka tahun 198C' MUI Sebagai contoh dalam fatwa pelaranganAhmadiyah bular tentangAhrnadiyah- Namun mendasarkan padakajian terhadap sembilan penelitian pada senbilan buku itu memrrut AIi Yasir {wawancar4 2612009), isi buku tersebut sama sekali sangat tidak berimbang, karena hampii semua menurut Yasir tidai mencerminkan Ahmadiyah Lahore' Bahkan anehnya' Ahmadiyah ters€bu"' tesembiian buku yarg 'lipakai MuI unhrk "nrenghakimi" kesembilan buku ini U"lum pernah diungkap ke publik' Padahal
,u-oui
,uut
juRluAr 4ENEI|AN AGAM+ vol . xv///. No. 2 MEt-AGUtrUs 20c9
44'
fuhidin & Soru Aritin, Studi Tentong turodignn Mui Dalom Mengeluorkon Fotwa Sesot...
tersebut, menurutnya adalah kunci dan inti dan persoalan fatwa sesat dan
menyesatkan oleh
MIII
kepada Ahmadiyah.
Kedua, selain mengkaji Ahmadiyah secara menyeluruh, MIII juga melakukan kajian yang mendalam terhadap al_eur,an, iadrst, Ijma,, Aqwal Ulama, serta keputusan_keputusan fatwa ulama di dunia lslam. Misalnya,
berdasarkan kajian yang mendalam dan fakta_fakta ajaran mereka oleh para ulama Pakistan dan India sepakat menghukumi
ffuna4
kafir kepada Mrrza Ghulam pengikrhya tersebut sejak 70 tahun yang la.lu. j uga dilakukan oleh berbagai negara/pemerintahan
serta kedua kelompok
Pelarangan Ahmadi yah
muslim seperti l\,falaysi4 Brunei Darussalam, Saudi Arabia Jar berbagai negara
Islam lainnya-
Terhadap 6"1futr5"ngan_pertimbangan tersebut, pihakAfunadiyah l_ahore yang disampaikan oreh AIi yasir (wawancara26!1/2ffi9), mer,orak dengan keras. Menurumya, fatrva IvIUI tahun 20O5 yang
menggenera.lrsr A hmadryah
delgar menganggap semua pengilo:t AhmaCiyah sesat. adata tr salah arah tlan tidak cuk:r-rp beralasan. Sebab, Ahmadiyah I-ahcre, memiliki keyakinan yrrng berbeda dari Qadhiyan 1,ang rrengal,.ti kenabian Mrza Ghulam Ahmad. Hat ini diilnjukket ole*r Ali ya-ctr'r€ialui dua trfsirAhnratliyah dari eadhiyan dan Lahore. Pangkal persoalan kenabian yang menjadi penricu fatwa sesat terhadap Ahmadiyah, seber,amya menurut Ali yash disebabkan oleh adarrva kesalahpahaman terhadap makna nabi oleh para ulamu. Oufu- p_aunlun Alrnradiyah, khususnya [,ahore, makna nabi disini lebih bersifatma]azi, r]alwn dunia sufi yang dijarani oleh Mirza Ghuram Ahmad selama puluhan tahun, dan bukan makna syar'i sebagaiinana dipahami ulama.
Selain itu, dalam nremaklai kenabian antara Ahmarliyah eadhiyan dan Lahore, menurut Ati yasir sangatjelas perbedaannya. pangkal perbedaan keyakinan (aqidah,) ini bermula dari penafsiran terhrlap nnrian rutafr aaAm
Surat al-Baqarah ayat (a) yang berbunyi :,,wa
azdinayuim;nuum binw ruqila ilaika, !,amn_aaaalnLrysbEL wabil akhiratihum lauainuun,. Makna kata wama unlila minqablik yar.g digarisbawahi di atas, dalam tafsir Ahmadiyah Qadhiyan diartikan sebagai risalah terdahuru kepada Nabi Muhamrnad. Kenudian makn a k-ata wzb iI alfiiratihumyuuqirutun, dluitkuj sebagai risalah yang datar,g kemudian
450
JURNAI PEN€I||IANAGALIA, t/Ot. XV//l, nro.
2
ME/_AGUS1US 2OOg
Mengeluarkon Fqtwo fuhidin &furu Arifrn, Studi Tentang Porodigmo Mui Dolom
ksoi
yang dipimpin olefr Dalam irnplementasi pralcisnyaAhmadiyah Qadhiyan
Ghulam Ahmacj Muhammad Basyiruddin Mahmud, putra dari Mrrza
risalah yang diterirna oleh menyatakan bahwa risalah kemudian rersebut adalah
Mirza Chulam Ahmad Mirza GhulamAhmad Meskipun menurutAli Yasir' karenalameyakini bahwa tidak oemah menyatakan dirinya sebagai nabi baru' risalah nubuwah sudah selesai cli era Nabi Muhammad'
Sementaraitu'dalamtafsirLahorepemyataa!dariQadhiyanlersebut al(hiratihwnyuuqinuwt ditenlang keras, dengan tidak mdmakn ukara wabil
Nabi Nfakna yang sudah diteqiemahkan ke kaalersebut, dalam tafsir Ahmadiyah l-ahore (kiamat), bukan risalel yang datang dalarr. 1 6 bahasa dulia adalah hari akhir Ahmadiyah khore juga tidak kemudian, seteiah Nabi Muhamrnad- Selain itu' kumpulan wahyu atau kitab menganggap kitab Tazdkirah Qarthiyan sebagai hiknrah dalr kata-kata suci."Meiinrt Yasir buls: itu adalah kumpulan ru'yah' CftulamAhmad yang banyak menggunak"an bahasa metaforis Mirza Ghuiam sebagai sebagai n-salah kemudian yang diterima oleh
Ui;uf.
C.i f,,fi.-
(mcjaz) bukan hakiki'
Z)
Fatwa
-ItrhadaP Aliran Lia Eden
keputusan fatwa Mf I1 Fatwa terh adap Aliran Lia Edcn dikeluarkan melalui $fiJlJfrtlgg7 tertanEEal22-12-1997 yang menyatalian
no*o.'
f"p
ZfS
bahwaMataij
FatwaterscbutdikeluarkanolehMUlPusatsetelahadarryasurar
ffuf demikian' menr'uutpengir{n surat jelas dapat meresahkan Islam' u-rnat kar€na berlentangan dengan akidah kajian dengan Marlkapi penninraan tersebut, kemudian MUI melakukan Salamullah untuk ,rr"ngondung-Uu Eden sebagai pimpinan kelompok dalam ,n"rli""t*t--t"puau perihal ajaran yang ia kembangkan' Seianjutnya' iiUri"f
,r*fufui
U"
XVIII, NO' JT/RNAI PEN]EUflAN AGAMA. VOT.
2
MEI'AGUSTUS 2OO9
451
/ Rohidin & Soru Ariftn, Studi Tentong pqrodignq Mui Dolam Mengeluo(kon Fatwa Sesat...
Keputusan Sidang Komisi Fatrva dan- Hukum Majelis t/lama Indonesia, pada hari Selas4 l l Nopember 199? dan 3 Desember 199?, yang membahas
ten;g
"kemungkinan manusia pada saat ini (setelah Nabi Muhammad SLW; didampingi, serta dapat berkomunikasi dan mendapat ajaran dari Malaikat Jibril". Kemudian dalam penjelasannya kepada Sekretari s Komrsi Fatwa
MIII
Selasa, 4 Nopember 1997 tersebut, UaAnrinuddin menyatakan bahrva benar ia didampingi dan mendqFat ajaran d4ri Malarkat Jibnl.
Berdasarkan algu mentasi nasJbnafi
qah,i,baik al-eur.,an
rnaupun al_
Fladi st, kemudian
3)
Komisi Fatwa MI-}I memufuskan: ( I ) Keyakinan irtau akidah tentang rru.taikal ermasukrnaiaikatJib,ril, bejkmengenai sifat maupui tugasnla haru-c didasarkan pada keterangan atau penjelasan dari wahyu (al_etrr,an dan hadis); (2) Tidak ada saht pun ayat maupun ha.dis yang menyatakan bahwa malaikat Jibril masih dlberi trrgas oleh Allah untuk menurunkan ajaran kepada umat manusi4 baik ajaran baru maupun yahg bersifat penjelasan 4amn terhart,rp aJnran agama y ang telah ada. HaI ini krena ajaran Allah telah sernpurna; (31 Pengakuan seseorang bahrva dirinya didampingi dan rnenCapat aiaran keagamaan dari malaikat Jibril bertentangan dengan aieur,an. Oieh tarena itu, pengal.uan tersebut dipandang sesirt dnn menyesaikan . Fatwa Terhadap al-eiyadah al-islamiyah Fatw.a sesat r\,[f]I terhadap alira,r al-eiyadah al-Isla.,niyah, dikeluarkan
MUI hovinsi DIYNo. B-149A{UI-DI-1/FAT.WA/IXDIX}7 ientang al{iyadal ai_
Islamiy;lh. Fatwa tcrsebut dikeluarkan setelah adar,ya kasus trga rvarga Sedayu yang rtperiksa Pol isi kerena menyebarkan paham at{iyadah al_Islamiy.ah yang diduga sebagai aliran sesat. Menurut Ahmad Muhsin Karnaluadlningrai
(lffarvarca:a, IU l/2UJ9), masyarakat yang anaknya menjadi korban terselut, kemudian memrnta MIJI untuk mengeluarkan fatwa terhadap al_eiyadah al_
Islamiyah-
Merespon permintaan tersebut, kemudraa MUI rrelakukan kajian secara mendalam terhadap ajaran al-eiyadah al_Islamiyah melalui kitab suci
yang
mereka yakini. Pad
aawdny4 memang agakkesul.iian unark mendapatlcan kitab dan bular-buku karya al-Mushaddieq tersebur. Narnun, setelah melalui ke{a
keras di Iapangan, kemudian kitab dan buku-buku al_eiyadai tersebut daoat dl temukan-
452
JUFTUAL
pE4talr/Au AGAA4A VOr. XVl/t i/o. 2 MEl AGUrruS 20og
:
Fahidin
&9ru ffin,
Studi Tentong furodigmo Mui Dolom Mengeluatkon Fatwa
:
Selain menggunakan argumentasr normatif berdasarkan nash-nasli
juga mendasarkan fatwanya tersebut pa"r Qur'an dan al-Hadist, MIII tr Jav ; Keputusan Rapat Kordinasi Antar Daerah (Rakorda) MUI Wlayah danjuga : I ' Lampung Tahun 2007 di Yogyakarta- tanggal 6-8 Agustus 2007, Komisi i: ' ran dan usui pesena Rapat Dewan Pirrrpinan beserta Ketua-Ketua 24 Agustus 200:' Pengruus Komisi Fatwa MLII Propinsi D.I.Yogyakarta tanggal Fat'r'a saran dan usul peserta Rapat Dewan Pimpinan beserta Komisi serta
28 S3f MUt emp. n:.Yogyakarta tanggal ? September 2007 dan tanggal
trrn}letzffI. Berdasarkan beberapa dgumentasi tersebut di atas, kemudian Dewan terhadi'' Pimpinan MUI Provinsi DI Y- rnernrrtuskan dan menetapkan fatwa al-Qiyadah :'l aliran alQiyadah al-Islamiyah sebagai bei,kut penanm, aliran sebag' Islarniyah yangdikernbangftan oleh at-Masih al-Maw'ud dan murgah'r peristiwi pada Nabi dan Rasul dan di antara aj arannya adalah tidak percaya sholat -r Isra'Mi'ra.1Nabi Mr*rammad S AW, serta tidak mengakui wajibnya yar:. waKu adalah berada di luar lslam, sesat dan rnenyesatkan' Orang Islam yan3: mengikutinya adalah murtad (keluar dari Islam); ftzdaa' bagr mereka bertaubat dar terlaniur meng:Ja.iti FJiran al-Qiyadah ai Islarruyah supaya segera kepad ' : kembali kepada aj aran Islarn yang be oar dan ke tiSa' ftrengusulkan Pernerintalruntuk: (a) melarangpenyebararr ajai'an al-Qiyadah al-Islamiyahr (b) melarang dan menutup semua tempat kegiatannya; (c) mencabut melararg peredaran buku 'Ruhul Qudus yang turun kepada Al MrasiL' '
N{aw'uf ', dan buku-btr.ku lain yang sejeni's sestrai dengan Penetapan Presld- ' paha: No.4 Tahur 1963; (di orang-orang yang terlibat dalam penyebaran berdasarkr' tersebut agar ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku Penetapar, hesiderr No-l Tahun 1965 tentang "Pencegahan Penyalagunaai. tersebui dan/atau Penodaan Agama", sebab temyata bahwa dalam buku NaL pada butir (c) banyak mengutip ayat-ayat al-Qur'an dan Hadits-hadits ymgdipahami
rmYirPag.
Hasil kajian lapangan itu, kemudian direkomendasikan kepada Komisi telaahan Fahva supaya ditelaah lebih lanjut dari perspektif hulrrmlslam' Hasil
al-Islamiy* dari Komisi Fatwa ters€but menetapkan, bahwa aj mrr al{)iyadah adalah bertentangan dengan ajaran Islam' sesat dan menyesatkan'
JURNAL PE/,]EU
ANAGAMA
VOL.
XVX, NO.2
MEI-AGUSTUS 2OO9
I
45i
Rohidin &Saru
B.
kifin,
Studi Tentong porcdigno Mui Dolom Mengeluorkon Fdtw6 Sesor...
Kontroyersi Fatwa Sesat MLII
Fatwa sesat yang dikeluarkan oleh MUI terhadap sejumlah kelompok keberagamaar di atas, ditanggapi secara kontroversial oleh masyarakat, terutama fatwa terhadap Ahmadiyah. Sebagian kasus fatwa tersebut
berujung pada proses hukum pubrik di tangan aparat penegak hukum, seperti daiam kasus aliran sesat ua Eden, dan ai -eiyadah ar-Islamiyah. Khusus mengenai kasus ahmadi.r,ah sejauh iru bemlfirpada tahap pengeluanin SI{B tiga menten yang pada intinya melararg akivitas Ahmadiyah' Namun, proses ini kemudi,n"n.run.uikun konfiik banr d misyarakat yang ditandai dengan teqadinya bentrokan antara kelompok peudukung kebebasan beragama dengan Forum I Imat Jslam di silang Monas. Terkait dengar hal inr, sctidaknya ada dua hal nren.ir"ar.yang menjadr pemicu
terjir.rrnya kontricversi fatwa sesat yang dikeluarka" LtUt t.ihuOup Uj*.upu kelompok keagamaandi atas. pertanta, yaitu pada pe6Jean perspet
diatur dalam pasal l56a Pandangan
kasus ariran sesat penodaan agama, sebagaimana yalg Telakukan terhadap ajarin yang ,ualh map"n ai masyarakat.
ketcmpokllg
I(lflp
MUI tersebut men u niukkan penihiL n"gadf terhadap kelompok keagamaan yang berbeda dalam menginterpretasi kan kel,"akinan k"aga*aun;uang mereka anul. sehingga hal ihr dian,qgap mer,yalahi dak ltar,ya a;aran ogama Islam y'arg sudah mapan, rnelainkanjugakctentuan hukumposirii bark pasat l56a KUHp rnaupun Fasal I perpres Nomor I Tahun 1965. Sebagar insrinrsr keagamaen bentui
.
tnakaMUl dapatdinyatakan mJlar suatu kelompok k€agamaan tertentu apakah mengembangkan ajaran yung ,"rut utuu tidalq yang hasil kajiarmya kemudian direkonrendasitan kepaaa perrrritaLvang punya o'oritas untuk
unrrkmelakukan penqgakan hukum, seperti pihak Kepolisian danKejaksaan_ Dialari oleh Kamaluddiningrat, bahwa kapasitas MUI datam konteks itu hanyalah sebatas memberikan azsy,'ay'? atau rekomendasi bukan pada wiluyuh ela"tusi, s"hingga berbagai bentuk kekerasan yang e{adi di masyaraka, y*g driuk .tun uras narna organisasi maupun agama apapun hu.u, alp**",
***airilr*.
454
JUR|UAI PEAIEUTU
AGAMA
VOI.
XV/|I MO,2 MF/-AGU,TUS
2OOg
fuhidin &furu Arifin, Studi Tentong Porodignn Mui Dolom Mengelu
Bebeda dengan penpektif itu, menurut Kamaluddiningrag kel ' ;m1
'
: pembela I{AM memandang kasus itu dari sudut pandang kebeba':'' ' dalam ranah ini terdapat prinsip mendasar yang tidal: :r'
' :
' :
Menurutnya, i: konteks Indonesia. Sebab, menurutnya bangunan IIAM yang disuara !n fti " kelompok-kelompok penentang fatwa berakar dari tradisi barat yang nrenga Padahrl I kebebasan individu, sehingga memposisikan FL{M di depan agama' agama l I t t t ' nesia, menurutnya secara irnplisit mendasarkan negara atas fondasi r
dibuktikan olett Pancasila, khususnya sila pertama'Tfttuhanan Yang Mair Pa&nganllAMveni MLII msebut, riP,n|mlt SuParrnan lvlamiki (Sr
'
$ilt2}}D,
'
''
salah seorang p€giat HAM DlY, mencerminkan pa;"
'
'
Ni;;' .' ' i' partihrlaristik terhxlap konsep FIAM. Sifat partikularistrk sendiri' rnenurut '' terbagi menjadi du4 yaitu relatif dan absoluc Dalam konteks iru' rnenurutrr'! ' ' ut, sebaga ; i l tela.h mendorong FIAM Indonesia k'e arah partikulari stik absol '' tersebut. sesal fatwa dalam ercermin I '' Kedaa, selarn disebabkan arJanya perbedaan pandamgan terhadap kasur dai penl sesat antar? MUI dengan para pembela ttAM, juga dapat dianaiisis atas {i" sistem negara Indonesia ycrrg dianggap ldlrl sebagai "negara agarna" "Kenrhanan Yang Maha Esa". Perscalan ir"r' pada masa ialu ridak banyak mengtr lic.l permas:rlahan dan perdebatan publi h sebab tafsir tunggal te{hadap sistefil
Parcasila berada di tangan pemerintah. Dalam konteks itu, para pembela
IIAM dan demolrasi tampaknl"a I '' n '-' mempersoalkan eksisiensi fatwa sesat MUI terselrut' fndonesia adaiah
'
.''"
' demokra-qi, yang menjamin kebebasan bagi masyarakat dalam menger ' dan lain orang rneresaikan yaitu: tidak bata;an, keyakinan ajarannya dengan dua
tidak memaksakan ajarann'7a tersebui kepada orang lain ('lMawancala dengi"; Su parman Maraiki, IY V?1fr9) -
C.
Paradigna MUI Dalam Mengeluarkan Fatwa Sesat Menurut Kamaluddiningrat (wa'tr'ancar&
Ullzffigi
dan Malik Madani
(wawancara16/1/2009),dalammengeluarkanfatwasesatterhadapsejunilahali-cr; MUI keagamaan, seperti Ahmadiyah' Lia Eden, dan al-Qiyadah al-islamiyah' al-Harlr;t, metrggunakan standar-standar norrnatif hulum Islarn" seperti: al-Qur'an" yattu: mhap' dan Ijma' (Jlama. Perumusan tatwa tersebut dilakukan melalui dua fatu '' melaiui kaiian secara mendalam ierhadap aliran-aliran yang akan diberi
JtlRNAt PENET|TIAA. AGAMA VOL XVI//. NO.2 ME|-AGUSrUS 2OO9
455
Rohidin
&kru
Arifin, Studi Tentong Porodigmo Mui Dolom Mengeluqrkon Fatwo
ksot "
mencakup profil organisasi dan ajarannya, serta menelaah ajarannya tersebut berdasarkan ketentuan tus& al-Qur'an dan al-Hadrst. Berdasarkan hasil kajian terhadap ketiga ajaran aliran keagamaan' dan nashnash al-Qur'an dan al-Hadist tersebut, kemudian ML|I menl'usun sejumlah lriteria aliran sesat, sebagai pedoman dalam menilar apa.kah suatu aliran keagarrann dialggap sesat
atlu ticiak Kriteua aliran sesat yang riisusun MfII tersebut mencakup sepuluh
hnl yang pada prinsipnya han,va penjabarar dan ajaran -vang sudah menjadi keyakinan
umat Islam. Apatrila ada suatu ajaran y;ing terindlkasi salah satu dari kesepuluh kiterai itu, maka dia akan difatwa sebagar aliran sesat- Sepuluh knteria aliran sesat yang dimaksud adalalt:
I) 2)
mengingkmi nrhm iman dan mkun Islam meyai
l) 4) i) 6) 7) ) 9)
mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al-Qur'an melakukan penafsiran AI-Qur'an yang tidak b":r'dasarkan kaidah tatsir mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam melecehkan darr atau merendahkan para nabi dan rasul mengingkad Nabr Muhammad SAW sebagai nabi d.a-n rcu! terakhir mengubah pokok-pokck ibadah;'ang telah ditetapkan syariah
l0)
rnengkafirkar'. sesama Mr.slim tanpa dal I syar'i
8
:;'an
Al-Qur'ar
Proses perumusan fatwa yang dilakukan oleh MLrI tersebtrt di atas, menur jukkan, ba-hwa MLII cerderung menggunakan pa-'adrgma normatii-pc'sitivistik Datem pamdigma normatif, fal{a atau dinamrka yang terjaCi dalam kettga kelompok keagamaan tersebut dinilai kesesuainnya dengan norma-ncrma agama Islam yang suCah baku, beniasarkan sepuluh kriieria aliran sesat yang dibuat MUI' sehingga jika terjadi penyimpangal, maka hal iur akan dianggap berientangan' sesat dan menyesatkan. Sementafa aspek positivistik dalam fat$'a sesat teisebut, teriihat dari penpektif MIII yang memandang rrrasa-tah aliran keagamaan ,vang drfaru'a sesat itu sebagai
penodaan agama. Dalam ranah ini, maka hukum positif negara turut menjadi pertimbangan M[II- Delik penodaan agama dalam hukum positif ten€but tercantum dalam KUHP khususnya Pasal 156a KLIHP dan Perpres No. 1 Tahm 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan A-garnaDalam ketentuan Pasal 1 Perpres Nomor I Tahun 1965 Tentang Pencegahan
456
JURMAT PENEI.TIAN
AGAMA. VOI. XVllL NO.
2
MEI.AGUSTUS 2OO9
Rohidin & Soru Arifio, Studi Tentang furodigmo Mui Dolom Mengeluorkon Fdtwo
*sot._
.
dan Penyalahgunaan dadatau PenoC,aan Agama dengan tegas menyebutkan larangan
mengusahakan dulrrngan umum dan untuk melalorkan penafsiran tentang s€suatu agams yang menyimpang dari norma-norma yang berla]aJ. Penggunaan pafadigma
norrnatif-positivistik semata dalam suatu fatw4 nrenurut Mustofa Bisri adalah kurang tetr1l sebab pertimbangan-pedirnbangan sosiologis Mngat pqlting diakorndasi guna rnempertimbangkar dampak posi tif dan negatif dari fatwa tersebut.
D.
Fatwa Sesal MUI dalam Perspektif Dalam
IIAM
penpektifllAM, fatwa sesat yang dikeluarkan MUI
terhadap beberapa
aliran keagamaan, seperti Ahmadiyah, Lia Eden, dan al-Qiyadah al-Islamiyah, termasuk dalam ranah kebebasan beragama. Dalam pandangan Marzr:ki (Wawancara, 19/l/20O9), konsepsi HAM kebebasan beragama tersebut hanis dipardang s.ecara filosofis dan universal, sebagaj hak ya,rg fundamental bagi setizrp individu yang berrif:l non derrsge ble rights, yaat:uhak yang tidak dapat dikurangr oleh siapa pun termasuk negara- Negar4 menurumya boleh mrngatur, misalnya1ika aliran yang dipandang sesat itu dalam ibadahnya meresahkan orang lain dan melakukan pemaksaan, seperti dalam pcnyebaran agama yang dilalcukan oleh para nissionans, maka negara hanls meiararrgnyaDalam konteks itu menurut Marzuki, maka harus dib'.:Ltikan rnelalui kajian .vang obyeFtif. Sebab, dalam se-iarahnya di berbagai belahan negara di dunia ini banyak sekali sekte-sekte, tetapi tidak pemah bisa besar, seperti p€nyembah sapi di India- Adapnjika ada pribadi-pribadi yang tertarik d:n ikut serta dalam kelompok itu, rrrakia hai itu rcrupalian persoalan pri vasi. Selain itu, daiam sejarahnya di Eropa Barat, pengurangan atau p€ngekangan terhadap hak asa-
ICCPR sebagai kovenan l{AN{ utarna PBB , pada dasamya memuat ketentuan
mengenai pembatasan penggunaan kewenangan oleh aparat represif negara,
JURNAI PENA| AN AGAMA, VOL. XYXI NO,
2 ME/-AGUsTU'
2OO9
457
Rohidin
&hru fuifin,
StudiTentong Parodigma Mui Do[om Mengeluorkan Fatwo ksqt...
khususnya aparatur represif negarir yang menj adr Negara-Negara Pihak ICCPR. Makanya hak-hak yang terhimpun di dalamnyaj uga sering disebut sebagai hak-hak negxif (neguive iglts). Artinya, hak -hak dan kebebavn yang dij amin di dalamnya akan dapat terpenuhi apabila peran negara terbatasi atau terlihat minus. Tetapi apabila
negara bcrperan intervensionis, maka tidak bisa dielakkan hak-hak dan kebebasan yang diatur di dalamnya akan dilanggar oJeh negara. Inilah yang membedakannla dengan model Iegislasj Kovenan Intemasicnal Hak-lIak Ekonomi, Sosial dan Budaya
(biasanya disingkat ICE-SCR) y6g.1ustru menuntut peran maksimal negara- Negara j ustru melanggar trak-hak yang dijamin dr dalamnyn apabila negara tidak berperan secara aktif atau menunjukkan peran yang mrnus. ICESCR karena itu serirrgjuga disebut sebagai hak-hak positif (po.silive righrs'1. Tidakan Indonesia ]'ang memhfikasi kovenan FIAtvI PBB rr^enunjukkan, bahwa
Indonesia berkeinginan untuk menerapkan konsepsi HAM yang bercorak univcrsalitas tersebut Dengan kata lain, dalam brdang kebebasan beragama Indonesia harus merrerapkan ketentuan Pasal 18 kovenan ICCPR se.r-ara penuh, seperti: ha,f:
menentukan agam4 berpinCah egirma, maupun titiak beragama sekalipun. Dalam
l:onteks itu, makn ketentuan hukum positif Indonesia yang mengatur mengenai penodaan agartra, seperti Perprcs Nornor I tahur' 1965, dan K{IHP Pasal 156a, harus dih armonisasikan dengan kcvenar ICCPR tenebut. Sebab, fa.lcanya sampai saat ini masih berdid sendiri-sendiri antara ya.rg satu dengan larnnya
Beriasarkan perspktif tlAM di aus. maka intervensi pemerintah nrelalui Mt II dan Badan Kocrdinasi Penganut Aliran Kepercayaan dan Keimanan
(BAKORPAKET'{), yang mengeluarkan pelarangan d3n pembubaren kelompok Aluradiy'ah, dan alirar-aliran keagamaan lainnla yang difatua s€sai oleh MUI, tampak tidak sel;uzs dengan ketentuan dalarn Kovenan ICCPR, khususnya Pasal 18. Se.bab, ekspresi keyakinan beragama dalarn bennrk apapun dihndungi ol"Jr kovenan tersebul Dalam konteks ini, Indonesia yang telah meratifikasi ketenfiian Kovenan ICCPR pada tahun 2005 lalu, terlihat tidak kon5i51gn delam penerapannya yang cenderung
partikularistik dalam melihat persoalan kebebasan beragama. Padahal Indonesia tidak melakukan reservasi atau pun deklarasi atas pasal ICCPR yeng terkait dengan kebebasan beragama. Di samping itu, kebebasan beragama telah menjadi bagian dari jus cogen. Kalau pun Indonesia melakukan
ratifikasi, hal itu tidak
ak-an mengurangi keu'alibannya
sedikit pun. Sebagai
konsekuensinya, Indonesia diwajibkan menerapkannva secara penuh sesuai dengan
458
JUR|IAI PEI1IEI/NAM AGAMA. VOL XUX, NO. 2 ME/.AGUSTUS 2OO9
Rohidrn & Soru
Arifn,
Stsda Tentang
futodigmo /v'lui Dolcm *lergeluorkon Fotrvo -. '
penafsiranyangdibeikanolehtheHurrunRishtsCommi/eesebagaisatu-satr,... organ yang memiliki kewenangan penuh atas implerneffasi ICCPR ;' Dalam kontek itu, tampak bahwa pemahaman IIAM yang dipralcekk::r donesi a bersifat parii kul aristik absolut yang membatasi ekspresi keyakinan umr beraganratrarus selaras dengan keyakinan mainstreamyangsecara normatif suJ'rl terstandar, khustsnya keyakinari beragama dalam Islam. . Namun demikian, dalam konsepsi llAMuniversal pembatasan ierhadap hakhak kebebasar dalam beragama iersebut hanya bisa dilakukdn melalui hukum ai r" pertimbangan keamanan publik dan negara. [fu] ini pun haius dilakukan secara te] I &n tidak diskriminatif. Dalam konteks ini, negara yang memberikan limitasi lFrhtdjip kebebasan beragama dengan alasan kealnanan P.lblik dan negara hans melaporkar secara berkala kepada Komite
lV.
HAM PBB untuk dilakukan penilei
an
.
Simpubn Konlrovetsi fatwa sesat yang dikelualkan IvIUI terhadap sejumlah aliran
keagamaan diplcu oleh ciua hal, yaitu: adanya pe-rbedaan pandangan terhadap kasus aliren se:catitu s€rldiri, di niana MtlI nrecrandangnya ddi perspektif penodaan agamr ' semeotara para pemtrela
HAM melihatnya dari perspel'tif kebebasatr beragarrr
'
yang berpangkal dari kebeba-san indrvidu di negara-negara baratSelain itu, kontroversi dipicu oleh sikap MU-t yang mempersepsikan sisiem negam seb.rgai negara agama atas dasar sila pertama Pancasila- Sernentara kelorrpo!. pembela HAM memandang sistem negara Indonesia sebagai nega.ra &mokrasi ya' rrery':imin kebebasan inditidr <Jalam menyaluka.r aspirasilya, tennasuk daiam bidarls agama, sehingga dalain pandangan pembela FIAM terminologi "sesat dar menyesaikan" ciatam
fatwaM(ll
tersebut dapat rnenimhikan p'roblem konsti ursionai'
Paradigma MLII dalam menpluarkan fatwa sesat cenderung bersifat norma[f positivistik. Hal ini ditandai oleh duahal nrendasar yang dijadikan pijakan dalam
mengkonstruksi fatrla s€sat oleh MUI t€rhadap sejumlab aliran keagamaan, sepertJ
UaRbn dadAlQiyadahAl-Islmiyah. Dalarnnrr5aing sumr kelorpck apakah termasuk aliran sesat atau tidah MUI mendasarkan pada sepuluh kriteri; Ahmadiyub,
aliran sesat yang drbuamya sendui, dan pada prinsiPnya berasal dari norma-norma
Islam, seperti al-Qur'an, al-Hadist, dan ljma'Ulama'- Selain itu' MUI juga menggunakan perspelcuf penodaan agama dalam sistem hulium pidana Indonesia dalam menilai sesuatu kelompok apakah termasuk aliran sesat atau tidak. Kedua
]URNAT PENEI|TIA AGAMA, VOI. XVIII, NO.
2
MEI.AGUSTUS 2OO9
459
Rohidin
&foru Arfin,
Studi Tentong Porodigmo
Mui Dalom Mengeluorkon Fotwq Sesot...
perspektif normatif dalam menilai perilaku suatu kelompok/individu tersebut merupakan bagian dari paradigna normatif-positivistik Dalam sisfem IIAM PBB Kebebasan bengama dan berkeyakinan masuk dararn ranah privat, sehingga tidak boleh diganggu gugat ( non derogeble rigftrs) oleh siapapun termasuk oleh negara. Sementara dalam sistem IIAM Islam, keyakinan masuk ianah publi( sehingga pelarggaran terhadapnya beratrdbat sanksi pidana.
Berdasarkan kesimpulan .tteiktt. .Pentmr+
di atas, maka dapat direkomendasikap sebagai
dalam penarrggulangan alimn sesat, perlu dilakukan pendekatan
dialogis dan humanis, tidak secara normarif_posirivisrik semata yang terbukti kontraprodrfttif datam mencapai tujuan unnrk mengembalikal keiompck_kelompok yang difatwa scsat oieh MUi kejalan yang bena:., sesuai dengan nonna_norrna agama islam yang benar.
Kedtq bahwa
unhrk mengarasi dilema
ILAM khususnya dalam hal kebebasan beragamadan berkeyakinan di Indonesia diperlukan iangkiehJangkah hukum yang sclaras dengan sistcm pedanjian internasicnal, yaitu melalmkan trnCakan ie_servasi
ierhadap kovenan ICCPR, khususnya menyangkut kebebasan beragama dan berkevakinan. Tlndakrri resen'asi tersebut d'rnksudkar untuk menurlukkan ketidakerikatan Indonesia terl,acrap klausuia rersebut, meslopun hal ini secara yurdis normafif tidrk banyak mempengaruhi berlakr:nya k-or.enan ICCpR iersebut dr Indonesia. Sebab, ketentrran yang irerfal:u dalam kovenan tersebut sudah menjadi jus
cogen, yakni
norma hukum intemasional ya'g sudah dialrri oreh mal'oriias negara-nega.ra dr dunia. Akal etapi, paling tidakjika tindai
Daftar Pustaka Ai-Qur'an Al-Karint dan Terjemahan Afin y yog1, akana: UUpress. 4 Adji, Oemar Seno , HulantAcare pidana Dalan prospeksL, Jakaaa: Eralangga, I981.
Al-Amin, Bahnr I Haq, Prospek Demokrasi dan Hak-hntc Sipil Keagamnan di Indonesia, diakses pada tanggal I1 April 200g dari http:// wq.w.bahrulhaq.multiply.con/joumayjreml25.
2007.
al-Anshari, Fauzan, Kasas Altmadiyah, diakses l9 Juli 2005 dan httpj/
460
JUR /A! PElyEll AN AGA|/IA. VOt. XV/L /VO-
2
MF|-AGUS1US 2OOg
Fo'wo ScsoL.-' fuhidin &furu fuifin, Studi Tentong furadgmq Mui Dolom Mengeluarkon
Ilamzah,2006. Alsa, Asmadi, Pen dekatan Kuantitatif & Kuotitatif Sertd Kombirnsinya Dalam Penelitian Psikologr, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004' Al-Qardhawi, Yusuf , Fanva dan Keutamaannya' Iakx:ta: Gema Insani Press" 1997.
Anoninr, MLII D ulu., MUI SekqraLrg, diakses pada tanggal 2 Oktober 2008 dari hnp://www.adilnews'comf q=n/muidulu-mui-sekarang, 200?' Arifin, Saru, Kimfinlisasi Aliran Sesat di Indanesit: Studi Kosus Lin Eden' Yusmon Roy dan Ahmadiyah'Yogyakarta: Laporan Penelidan Dosen
|ludaDPPMIIII,2006. Assyaukarrie, Lttt}rfi, Catatan Kebebasan Beragama Kira, diakses tanggal 3 Januari 2O01 daiL http://www.assvaukanie'com/articles/cataLankebebasan-beragama-k lta- 2007. Bogdan, R.C. & Biklen, S.K- Qualitative Researchfor Education: An Introduc' Iion to Theon' and Methods, Boston: Allyn and Bacon' [nc, 1982'
Collin, Finrr, Sccia I RealitJ,l-nndon: Routledge- 1997.
Danim, Sudarw an, Menjadi Peneliti Kualitatlf:Ancangan Metodologi' Preseniasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untu'k Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang IImu-IImu Sosial' Pendidikan' dan [Iumsnio ra, B andung: Pustaka Setia, 2002. Dickson, B.'fie United Nations and Frcedom of Retgroru", Jumal intemational and Comparative Law Quaterly, 1995. Dinar; l\tda. ilIe,nalozai Hakekat Kebebasan daLam lilaru, diakses pada tanggal l4 April 2008 dari http://miqraiumal 'blogspot.com/20o7l I 1/memaknaihakekat-kebebasan-dalam-islam.htmi. 20O7.
Evans, Malcom ,D. Hukwn International, Oxford University Press, Oxford' London, 2003. Gordon, Scott, The History and Filosophy of Social Science, Roultledge,
London, 1991. Hadi, Sutrisno, Me todologi Research, Jilid I, Yogyakarla: Andi Offset, 200O' i{idayati, Tri Wahyu, Apakah Kebebasan Beragama--Bebas Pindah Agana' Surabaya: JP Books' 2008.
JURNAI PTAJEUT/AN AGAMA, VOI.
XU/4
NO.
2
MFI'AGUSTUS 2OO9
461
Rohidin &
furu Arifin,
Studi Tentong Porcdigmo Mui Dolam Mengeluarkan Fatwo Sesot.,.
Ibrahim, Djohny, Perlindungan HAM lrs Ahmadiyah, Jawa pos, 12 Juni 200g. Jaiz, Hartono Amad, Anotomi Alira;tSescr, Solo: Majalah Sabili,2005. Jonathan, L. Crane, Blasphemy, Journal of Communication; ABL/INFORM clobal pg. 190, 1996.
Mnter 1996:46,
l;
Jumal HIMMAH, Bertarung di persinryangan,yogyakarta: LpM Lm, No.01/ Tahun XU2007. Juwana, Hikmahanto, Tantangan Inionesie pasca Ratifikasi ICCpR, diakses pada arr:.ggal I 8 Aprit 2008 dari hf,p://ww14..kompas.corn/komDas_c€tak/ 0506/08/opini/1 799437.htm.
Koentj araningra t, K e b u dayaan, M e nt al i t a s, dan p emb an g u nan, Gramedia" 1985.
! akarta:
I-.ehnhof, Lance 5., Freedom
of Religious Association: Tle Right of Religious Organizations Icgal Entity Stutus (Jnder the Uropean ConvBn7i677,
Brigham Young Uruversiry Law Review;ABVIAIFORITI Global, p. 56i, 2002.
Mabruri, Cufron, Demokrasi Selektif te rhadap penegakan HAM: Laporan Kondisi FIAM Indonesia 2005,Iakarta: Imparual, 2t)05. Menan, Abdul, Relo nnsi Hutatm Islan Ci hularzsiq Jakana: pT. Raia Gmfirrdo.
2{n6.
Mertokusumo, Soedikno, Tbori Hukum: Suatu pengantar, yogyakarta: Lib_ erty,2O03.
Moleong,
Irxy
J
.,
Metodologi ptnelitian Kualitatif,Bandung: pT. Rosdakarya,
200r. Muzakla, Akh. Fatwa dtn Kekerasan, diakses t9 Februari 2005 dari httD:i7 index.ohp?ontron=om content&iask=view&id=2?6g&Itemid=1. 2007. Muzdhat Mrhanmad Ato, Fatwa-Fath,a Majelis t llana Indonesut; Sebuah Sadi Tentang Pemikiran Hukum Islan di Indonesia 1975_l9gg, Iakana: Panjimas, 1993. Nnvrianto, Fatwa
IdIn, Refuksi
2OO7
Keridakpercayaan
dari
Dii
diakses tanggal
Index.Pho?PagC=Article&Mode=hint&Id=g65,
462
JURIUAI P€NHIT/ANAGAM4 VOL,
3
Januari
hilp://Islamlib.Com/Id/
XVII|
2007.
NO.
2 /I4E/.AGU5|U5
2OOg
Rohidin
&furu fuifin,
studi Tentang Poradigmo Mui Dalam Mengeluqrkon Fotwt
:
Rachman, Budhy Munawat, Ensiklopedi Nurcholis Madjid,Jakarta: Paramaiii 2A06.
'
,.:
Rahnrat, Aibdi, Ke sesatan Dalam Perspelaif Al-Qur'an, Yogyakarta: Pu:. ak'
Pelaja42D7. Rahardjo, M. Dawam, Dasasila Kebebasan Beragama, diakses tanggal 16 Jr-, '.
2007, pukul 10:03:29 pm. dari http://lslamlib.com/iil/
.
inciex.php?page=anicle&id=925.
Salman, Otje dan Sutanto, Anton
F.
,Teoi Hukum:Mengingat, Mengwnpulknn,
dan Memlnka Kembali, Bandung: RefikaAditama, 2004.
Supriyadi, Kejahatan Tbrhadap Agattw, Yogyakarta: Kedaulata-n Rakyal 20 Februari 2006. Supauto,DelikAgama, Lembaga Pengembangan Pendidikan (l,PP) UNS dar UPT Pcnerbitarr dan Pencetakan UNS (UNS Press), Surakarta: 20C7
Trigg, Roger, Re ligion in Public Life: Must Faith Be Privatized, Ctxford: FORD Unive.rsity Press, 2007.
OX-
Umar, Nazarudi n , Solusi Sufi Atas Aliren Sesat, diakses tanggal 2 Ja-nuari 2006 rieri httn:/u'rvusuilnews.comfi ndex. oho?wawancara. Usman, Sunyoto, Dlnamikn Persepsi MarJaraketTentang Aliron Sesat, Iltakalah disarnpaikan pada seminar nasional tentang Kebebasan Berkeyakinan, Aliran Sesat, Can Jamrnan Konstitusi (Llrgensi Pengaturan Kebebase.; Berkeyaldnan l, diselenggarakan oleh Mahasisvra Fakulks Hulium
UGM,
Yogyakarta: Gedung UC, 14 Mei 2008,
Vyver, Johan D. Van der dan Witte, Jr. John, Religious Human Rights in GIobaI Pe rspective : Izgal P erspe clive s,London: Martinus Nijhoff Prrblishe,rs, 1996. Wigjosoebroto,
S
Ja.i<arta:
oetandyo, HUL'um, Paradigma, Metode dan Piiihan Masalah,
EI-SAM-HUMA, 2002.
ndeteki Aliran Sesat,Makalah disampaikan pada seminiir nasional tentang Kebebasan Berkeyakinan, Aliran Sesat, dan Jaminan Konstitusi (Urgensi Pengaturan Kebebasan Berkeyakinan), diselenggarakan oleh Mahasiswa Fakultas Hukum UCM, Yogyakarta: Gedung UC, 14 Mei 2008.
Yaqub, Mustofa
Ali,
Me
JURNAT pElVEUr/ArV AGAA4A VOl. XV/t/, NO.
2 I4EIAGUSTUS
2OO9
463
a
,s
= Rohidin
&kru
Arifin, Studi Tentong furodigmo lvlui Dolom Mengeluorkon Fotwd Sesat
-.
Perundang-Undangan
. 2. . 1
3
The Declaration of Hurnan Rights, UN The Incrnational Covenant on Ci vrl and political Rights (ICCPR) fhe Declaiation on The Eliminati on of An Forms of IntDlerance and of
crimination
ba-sed on
Dis-
Religion or Belief @AIDRB).
Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHp) 5. Rancangan Kitab Undang Undang Hukum pidana {RKUHp) Undang tJndang DasarTahun 1945 [Anr,andemen Kedua] 7. Undang-undang Nomor I I Talun 2005 dalaml;mbaran Negara Republik Indonesia Tahun 20rf5 Nomor I lg, Tambahan lrmbaran Nelara Republik Indonesia Nomor 4557. 6Undang-undang Nomor 12 Thhun 2005 dalam l.embaran Negara Republik Indonesia Thhun 2005 Nomor | 19, Tambahan I_embaran Nelara p.epublik lndonesia Nomor 4558. 9. Undang Undang Nomor39Talun 1999 lentang FlakAsasi Manusia. 10. Undang Undang Nomor I 6 Tahun 2(lC4 Tentang Kej atsaan I 1- Pe.raturar Presiden Nomor r/pNIpS/1965 Tentang pencegahan penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama. 12. Keputusan Farwa Majelis Ulama Indonesia i.lomoc lI|MUI.IAS V[n {Uy 1 5/2005 Tenrang Ahmadiyah. Surat Kabar
!. 2L
Antara !l Marer 2007 Pikiran F-akyal 3 Januari 2007 Republ.ika l3 Juti I9y9
krfonnanc
1. ? 3. 4. 5.
464
MalikMadani (Mantan Ketua Komjsi Fatwa MflI dan Kerua pBN{) SalahudinAl-Agarbi (Seketaris Komisi Fatw? MIII pusat) Alhmad Husain KaEaluddinngrar (Sbkretaris Umurn tvtut Suparrnan Marzirki Getua pusfl'qU UUt
Ali Yasir (I(etua Bidang Dakwah
dan pendidikan
Off;
Aimadiyah Lahore)
JURNAI PEN€ITflA AGANIA. VOI. XV//T, NO.
2 /LIE/.AGU5.U5
2OOg