PENERAPAN PEMBELAJARAN SERU DENGAN MEDIA ROTI TAWAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PECAHAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 3 SINGKAWANG TIMUR
Lizawati Guru SD Negeri 3 Singkawang Timur
[email protected] Abstrak: Rendahnya hasil belajar siswa sering menjadi masalah yang harus dicari solusinya oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 3 Singkawang Timur pelajaran matematika tentang pecahan, siswa yang tuntas belajar 34,48%. Salah satu alternatif mengatasi permasalahan di atas adalah menerapkan pembelajaran seru menggunakan media roti tawar. Agar tercipta pembelajaran aktif menyenangkan dan bermakna. Metode penelitian ini adalah PTK dengan 2 siklus, terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI dengan jumlah 29 orang. Hasil penelitian menunjukkan siswa yang tuntas pada siklus I (75,86%) dan siklus II (93,10 %). Hasil penelitian ini membuktikan pembelajaran seru dengan media roti tawar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: pembelajaran seru, media roti tawar, peningkatan hasil belajar
Dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika SD guru memiliki peranan yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran. Untuk itu, guru harus mempu mengembangkan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan hidup siswa melalui proses pembelajaran yang baik. Pembelajaran yang mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu, guru dalam proses pembelajaran diharapkan mampu mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP, alat peraga, metode, alat evaluasi, serta pendekatan yang sesuai sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal. Proses pembelajaran harus diciptakan secara aktif, efektif, inovatif dan menyenangkan. Pembelajaran tidak didominasi oleh guru tetapi berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan, sehingga dapat mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradapan dunia (Kemendikbud 2013). Kenyataan di lapangan saat ini yaitu pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Singkawang Timur Kelurahan Pajintan Kecamatan Singkawang Timur Kota Singkawang Kalimantan Barat. Dengan Latar belakang siswa antara lain: (1) semua siswa berasal dari keturunan Tiong Hua, (2) berasal dari lingkungan pedesaan yang kesadaran pendidikannya kurang sehingga budaya belajarnya juga rendah, (3) sebagian besar terlahir dari keluarga petani buah dan sayur, (4) dukungan belajar dari orang tua rendah. Pembelajaran matematika sering menghadapi masalah tentang hasil belajar siswa yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Untuk materi pecahan hasil ulangan harian siswa kelas VI masih sangat rendah, dalam satu kelas siswa yang tuntas belajar hanya 10 orang yaitu 34,48% dengan KKM yang telah ditetapkan yaitu 60, sementara ada 19 orang siswa yang belum tuntas. Dari hasil pengamatan sementara, hal tersebut terjadi karena banyak hal,
48
Lizawati, Penerapan Pembelajaran Seru dengan Media Roti Tawar, 49
diantaranya rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep pecahan yang telah diajarkan. Untuk hal yang sederhana saja, siswa masih sulit menentukan nilai pecahan dari gambar yang diarsir, membedakan pecahan satu per empat dan tiga per empat saja siswa masih bingung. Pada saat dijelaskan siswa mengaku telah paham dan dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan, ternyata setelah beberapa hari kemudian diadakan tes materi pecahan siswa tidak dapat mengerjakan soal dengan benar semua. Banyak siswa kurang paham dengan materi pecahan yang diajarkan di kelas VI. Padahal materi ini sudah pernah dipelajari siswa mulai dari kelas III meskipun tingkat kesukarannya lebih mudah. Pada saat di kelas siswa kurang semangat dalam belajar, siswa kurang aktif dalam belajar, siswa kurang dapat bekerja sama dalam belajar kelompok dan siswa tidak berani mengungkapkan menjawab pertanyaan guru, bertanya dan mengungkapkan ide, bahkan ada beberapa siswa yang senang keluar masuk kelas dengan berbagai alasan. Jika dikaji lebih dalam maka hal tersebut terjadi bukan hanya disebabkan oleh faktor siswa saja, melainkan juga dari guru. Dalam pembelajaran masih konvensional yang didominasi oleh guru sehingga proses belajar yang dilakukan kurang membuat siswa aktif. Guru kurang menggunakan media konkrit, sehingga minat belajar siswa rendah, pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari rendah jadi mudah lupa. Guru kurangnya menerapkan pembelajaran kontekstual yang mampu mengaitkan pengetahuan awal siswa dengan konsep matematika yang akan dipelajari dengan lingkungan kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran kurang bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Kondisi demikian apabila terus dibiarkan akan berdampak buruk terhadap kualitas pembelajaran matematika khususnya SD Negeri 3 Singkawang Timur pada materi pecahan. Apalagi siswa kelas VI tidak lama lagi akan mengikuti ujian sekolah sehingga juga berdampak pada nilai hasil ujian nantinya. Materi pecahan ini merupakan materi yang esensial dalam kurikukulum. Hal ini tercermin dari selalu termuatnya materi ini dalam SKL untuk
ujian Nasional pada beberapa tahun terakhir ini. Salah satu dari Standar Kompetensi Lulusan SD pada mata pelajaran matematika yaitu, memahami konsep dan operasi hitung bilangan pecahan, perbandingan dalam pemecahan masalah serta penggunaanya dalam kehidupan seharihari (Depdiknas 2006). Salah satu alternatif pemecahan masalah di atas yang dapat dilakukan oleh guru adalah melaksanakan pembelajaran matematika dengan menerapkan pembelajaran seru dengan menggunakan media konkrit yaitu roti tawar. Penggunaan media roti tawar dalam belajar pecahan terinspirasi dari belajar dengan metode Pendidikan Matematika Realistis Indonesia (PMRI) yang terbukti memang sungguh mengasyikkan dan bermakna. Menurut Dienes (dalam Ruseffendi, 1998: 134) mengatakan bahwa setiap konsep matematika dapat dipahami dengan mudah apabila kendala utama yang menyebabkan anak sulit memahami dapat dikurangi atau dihilangkan. Dienes berkeyakinan anak pada umumnya melakukan abstraksi berdasarkan intuisi dan pengalaman konkrit, sehinga cara mengajarkan konsep-konsep matematika yang dapat dilakukan dengan bantuan objek konkrit. Dengan demkian, dalam mengajarkan matematika perlu adanya benda-benda konkrit yang merupakan model dari ide-ide matematika, yang selanjutnya disebut sebagai alat peraga alat bantu dalam pembelajaran. Alat bantu dalam pembelajaran ini digunakan dengan tujuan agar anak dapat mengoptimalkan panca indranya dalam proses pembelajaran, mereka dapat melihat, meraba, mendengar dan merasakan obek yang sedang dipelajari. Dengan penggunaan media, pembelajaran menjadi seru terciptanya suasana yang menyenangkan yang membuat siswa menjadi aktif. Ada beberapa hal yang mendasari pembelajaran aktif. Salah satunya berdasarkan pengalaman belajar yang diungkapkan oleh Peter Shea (Depdiknas, 2004), maka siswa belajar 10% dari apa yang siswa baca, 20% dari apa yang siswa dengar, 30% dari apa yang siswa lihat, 50% dari apa yang siswa lihat dan dengar, 70% dari apa yang siswa katakan, dan 90%
50, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
dari apa yang siswa katakan dan lakukan. Pembelajaran dengan penuturan kata-kata mempunyai nilai yang sangat rendah dalam alur pengalaman belajar siswa. Tampaknya pengalaman belajar yang paling baik adalah dengan mengatakan dan melakukan. Hal ini sangat sesuai dengan pembelajaran aktif yang menuntun siswa untuk ikut serta terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang pecahan pelajaran matematika dengan menerapkan pembelajaran seru menggunakan media roti tawar. Meningkatkan semangat, keaktifan, kerjasama dan keberanian siswa dalam mempelajari pecahan serta meningkatkan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran yang lebih aktif, menyenangkan dan bermakna. METODE Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Mc. Niff (1992: 1) seorang ahli penelitian mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dapat dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Singkawang Timur Kelurahan Pajintan Kecamatan Singkawang Timur Kota Singkawang Kalimantan Barat. Pada pelajaran matematika di kelas VI semester II tahun pelajaran 2013/2014 dengan
materi pokok pecahan. Jumlah siswa 29 orang yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Penelitian ini di bantu oleh kepala sekolah dan satu orang guru (teman sejawat). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada setiap siklus terdiri dari empat (4) tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, pengamatan (observasi) dan refleksi. Pada tahap perencanaan yang dipersiapkan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Perbaikan, Lembar Kerja Siswa (LKS), media pembelajaran (roti tawar selai/ mesis, piring, pisau dan tisu), identitas kelompok (nama kelompok), lembar observasi aktivitas siswa dan guru. Pada tahap Pelaksanaan Pembelajaran dilaksanakan (2 x 35 menit) sesuai dengan skenario yang telah dibuat dalam RPP mulai dari kegiatan awal, inti dan penutup. Tahap pengamatan dan evaluasi, peneliti meminta bantuan kepada satu orang guru untuk mengamati pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Tahap refleksi atau analisis, data dilakukan dengan menggunakan analisis data secara deskriftif, kualitatif. Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Pemilihan media roti tawar dalam pembelajaran matematika tentang pecahan karena berukuran sama besar, mudah untuk dipotong dan sudah dikenal oleh siswa. Adapun penerapan pembelajaran seru dengan media roti tawar pada materi pecahan adalah sebagai berikut:
1. Empat lembar roti tawar dipotong seperti gambar berikut B. . 1:2
½
1: 4
¼
1: 6
1/6
1: 8
2. Empat roti tawar dipotong dan diberi selai/mesis seperti gambar berikut
1/8
Lizawati, Penerapan Pembelajaran Seru dengan Media Roti Tawar, 51
3. Empat roti tawar dipotong dan diberi selai/mesis seperti gambar berikut
½
2/4
Pembelajaran sederhana dengan media roti tawar pada pecahan memberikan stimulan serta arahan kepada siswa supaya mereka mampu menemukan sendiri (re-invention) sekaligus telah mempelajari beberapa materi pecahan dalam satu rangkaian kegiatan yaitu: (1) pecahan sebagai pembagian (nomor 1), (2) pecahan sebagai bagian dari keseluruhan (nomor 1 & 2), (3)membandingkan pecahan berpenyebut sama (nomor 2), (4) mengurutkan pecahan berpenyebut sama (nomor 2), (5) pecahan senilai dan menyederhanakan pecahan (nomor 3). HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Permasalahan yang terjadi sebelum menerapkan pembelajaran seru dengan menggunakanan media konkrit roti tawar pada pokok bahasan pecahan yaitu siswa belum paham konsep pecahan, sulit membedakan nilai pecahan, membandingkan pecahan, mengurutkan pecahan, kurang minat, semangat, aktifitas siswa dalam proses pembelajaran kurang aktif yang berdampak pada hasil belajar yang kurang memuaskan. Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 27 Maret 2014. Pelaksanaan ini berpedoman pada apa yang telah direncanakan peneliti sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa. Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun. Pada kegiatan awal dimulai dengan berdoa bersama-sama, kemudian dilanjutkan hafalan rutin siswa mulai dari pancasila, sumpah pemuda dan budaya malu. Kemudian guru mengabsen siswa. Ketika akan memulai pelajaran siswa terlihat tegang, pasif dan tidak konsentrasi. Guru: ‘’Selamat pagi. Siswa: ‘’Selalu semangat
3/6
4/8
pagi.’’ Guru: ‘’Apa kabar hari ini?’’ Siswa: ’’Baik, luar biasa. Guru: ‘’Supaya semangat, mari sama-sama tepuk semangat.’’ Secara serempak siswa memperagakan tepuk semangat. Guru: ’’Supaya lebih semangat lagi bagaimana kalau kita nyanyi bersama lagu matematika asyik sesuai dengan pelajaran kita hari ini.’’ Siswa: ’’Setuju…’’. Kemudian siswa bersama-sama menyanyikan lagu matematika asyik (matematika itu memang asyik…… asyik, matematika itu memang mudah….. mudah, matematika itu memang mengasyikkan, matematika itu memang mudah). Guru memberikan apersepsi berupa beberapa pertanyaan. Guru: ’’Siapa yang belum sarapan tadi pagi ?’’ Guru: ‘’Siapa yang suka sarapan roti?‘’ Dua orang siswa yang belum sarapan diminta ke depan untuk membagi sebuah roti menjadi dua bagian dengan temannya. Setelah dibagi kemudian dibandingkan rotinya ternyata siswa tersebut membaginya tidak sama besar akhirnya mereka berebut untuk mengambil bagian yang paling besar. Guru memberikan penjelasan supaya adil membagi sesuatu harus sama besar apakah satu roti dibagi dua, tiga, empat dan seterusnya. Kemudian kedua siswa tersebut duduk kembali ke bangkunya masing-masing. Terlihat siswa mulai fokus perhatiannya, siswa mulai senang dan bersemangat dalam belajar. Kemudian guru menjelaskan bahwa apa yang dilakukan tadi ada kaitannya dengan materi yang akan dipelajari hari yaitu tentang pecahan. Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa bahwa pembelajaran ini sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, tidak lupa guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti secara klasikal guru menyampaikan tentang pecahan pecahan adalah sebagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang
52, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
dimaksud adalah bagian yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Salah satu siswa diminta memotong sebuah roti tawar menjadi empat bagian yang sama besar. Kemudian mengambil satu bagian dari roti yang telah dipotong tadi.Guru: Anak – anak, berapa nilai pecahan roti tawar yang diambil temanmu ?’’. Siswa: ‘’ ’’. Guru: ’’Berapa nilai pecahan roti tawar yang tidak diambil? ‘’ Siswa ‘’ ’’. Kemudian siswa secara bergiliran diminta untuk menyebutkan nilai pecahan dari beberapa gambar yang ditampilkan oleh guru di papan tulis. Siswa mulai aktif dan senang dalam belajar suasa belajar mulai seru siswa mulai berebutan untuk menyebutkan nilai pecahan dari gambar yang ditampilkan walaupun baru beberapa siswa yang terlibat. Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok setiap kelompok anggotanya 4-5 orang. Setiap kelompok dipilih berdasarkan kemampuan akademiknya. Sebagai identitas diberi topi yang berbeda-
Gambar 1. Siswa Bekerja Kelompok
beda gambarnya. Siswa semakin senang dan penasaran apa lagi yang akan dilakukan. Kemudian setiap kelompok dibagikan LKS dan roti tawar. Setiap kelompok masing-masing menyediakan selai, mesis atau pasta yang sudah diberitahu sebelumnya. Mereka ditugaskan untuk memotong roti tawar sama besar dan diberi mesis, selai atau pasta (daerah yang diarsir) sesuai petunjuk yang ada di LKS secara bersama-sama. Menetukan nilai pecahan, membandingkan dan mengurutkan pecahan berpenyebut sama serta menyederhanakan pecahan. Dalam diskusi kelompok siswa dapat berinteraksi dengan baik dan antusias dalam mengerjakannya. Meskipun masih ada beberapa kelompok yang masih belum jelas untuk prosedur pengerjaannya, sehingga guru harus menghampiri kelompok belajar tersebut untuk menjelaskannya sehingga mereka paham. Untuk setiap kelompok yang sudah selesai dapat menyajikan roti tawar yang sudah diberi selai, mesis atau pasta di atas meja kelompoknya dan tidak lupa menuliskan nilai pecahannya.
Gambar 2. Guru memberikan penjelasan kepada kelompok yang belum paham
Gambar 3. Empat roti tawar dipotong dan diberi mesis. Potongan roti yang diberi mesis menunjukkan pecahan
Lizawati, Penerapan Pembelajaran Seru dengan Media Roti Tawar, 53
Setelah selesai guru meminta perwakilan dua orang dari setiap kelompok untuk bertamu dikelompok yang lain untuk melihat hasil kerja kelompok dengan model pembelajaran cooperatif Two Stay Two Stray (dua tinggal dua bertamu). Siswa senang walaupun masih ada malumalu, untuk mewakili kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan teman-temannya. Perwakilan kelompok masing-masing diwakili oleh ketua kelompok saja. Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan pelajaran. Evaluasi akhir diberikan oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran. Setelah selesai soal evaluasi dibahas bersama–sama. Guru memberikan arahan untuk siswa supaya lebih giat belajar dan pembelajaran hari ini diakhiri dengan makan roti bersama-sama. Berdasarkan pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran sebagian besar siswa sudah mulai semangat, aktif, mampu bekerjasama dan sedikit keberanian dalam mengungkapkan ide atau pertanyaan. Guru sudah dapat menyampaikan apersepsi yang dapat memotivasi siswa untuk belajar. Pembelajaran menjadi seru dengan media konkrit roti tawar, maka diperoleh peningkatan lebih baik dari sebelumnya. Aktivitas siswa secara keseluruhan dalam pembelajaran dinilai baik. Hasil belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari rata-rata nilai yang berkriteria kurang baik (48,28) menjadi kriteria baik (70,35). Siswa yang tuntas belajar pada kondisi awal 10 orang (34,48 %) meningkat pada siklus I menjadi 22 orang (75,86 %). Dari 29 orang siswa yang tidak tuntas ada 7 orang yaitu sekitar (24,14%). Dalam pengamatan kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus I masih terdapat hambatan dalam proses belajar mengajar yaitu masih ada beberapa siswa kurang kerjasama secara aktif dalam diskusi kelompok, siswa kurang berani mengungkapkan ide atau pertanyaan, sebagian siswa kurang memanfaatkan waktu dengan efektif, guru kurang memberikan penguatan dalam pembelajaran, dan suasana kelas masih ribut pada saat
diskusi kelompok memotong roti dan memberinya mesis sesuai petunjuk di LKS. Berdasarkan refleksi maka penelitian pada siklus I masih belum berhasil karena indikator keberhasilan 85% siswa tuntas belajar belum tercapai, maka perlu diadakan tindakan pada siklus II. Dengan melakukan beberapa perbaikan dari siklus I yaitu: (1) guru seharusnya menggunakan media pembelajaran lebih banyak agar semua siswa terlibat aktif, (2) semua siswa sebaiknya mendapat kesempatan dalam penggunaan media, (3) guru sebaiknya menyampaikan instruksi untuk mengerjakan tugas dengan tegas dan jelas untuk alokasi waktu, (4) guru harus memperhatikan keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung (baik fisik, mental, dan emosional), (5) guru memberikan penguatan segera dan motivasi pada siswa yang telah melakukan demonstrasi, (6) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan memberikan tanggapan terhadap hasil kegiatan (karya siswa). Siklus II Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 April 2014. Materi yang disajikan sama dengan siklus I yaitu pecahan. Tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama dengan siklus I, namun ada sedikit perbedaan, yaitu jika siklus I media roti tawar yang disediakan untuk kegiatan kelompok hanya empat buah sedangkan pada siklus II media roti tawar yang disediakan untuk setiap kelompok lebih banyak yaitu delapan dengan tujuan supaya semua siswa bisa terlibat aktif. Untuk pembahasan hasil diskusi menggunakan model Talking Stick (tongkat berbicara). Siswa yang mendapatkan tongkat pada saat lagu berhenti mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi. Pada awal pembelajaran guru memulai pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdo’a, mengabsen, kemudian memberikan apersepsi berupa pertanyaan. Guru: ’’Siapa yang suka makan kue donat?’’. Ada empat orang siswa yang mengacungkan jarinya. Kemudian ke empat anak tersebut diminta ke depan.
54, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
Guru: ‘’ Ibu ada sebuah donat, sekarang kamu bagi bagaimana caranya supaya keempatnya mendapatkan kue donat ini.’’ Satu orang siswa memotong donat tersebut menjadi empat bagian kemudian setiap siswa yang maju dapat merasakan donat tersebut. Tidak ada siswa yang rebutan dalam pembagian donat. Ternyata siswa sudah dapat membagi sebuah roti itu dengan sama besar. Kemudian guru menyampaikan kepada siswa manfaat mempelajari pecahan dalam kehidupan seharihari dan menginformasikan tujuan pembelajaran.
Gambar 4. Semua siswa aktif
Pada saat presentasi kelompok guru menggunakan model Talking Stick (tongkat berbicara). Siswa bersama sama bernyanyi sambil memegang setangkai tongkat secara bergiliran. Siswa yang memegang bunga pada saat lagu berakhir maka dia yang akan mewakili kelompoknya untuk maju mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat itu siswa yang mendapat tongkat sudah berani langsung tampil tanpa harus disuruh terlebih dahulu. Dengan bermain, siswa yang tadinya diam ikut aktif dalam belajar, dan semua siswa harus selalu dalam keadaan siap. Dengan pembelajaran ini dapat melatih berbicara siswa yang mendapat tongkat akan men-
Pada kegiatan inti guru tetap menggunakan media roti tawar yang jumlahnya lebih banyak dari siklus I. Pada kegiatan diskusi kelompok setiap kelompok diberi 8 roti tawar untuk dikerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada LKS. Untuk mesis/selai disiapkan oleh siswa sesuai dengan selera masing–masing. Pada saat diskusi kelompok semua siswa sudah terlibat secara aktif. Siswa sudah mulai paham mengerjakannnya sesuai dengan prosedur yang diberikan, sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.
Gambar 5. Delapan roti tawar dipotong dan diberi mesis. Potongan roti yang diberi mesis menunjukkan pecahan
jelaskan hasil diskusinya mewakili kelompoknya. Siswa yang lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak dapat menjawab pertanyaan. Pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Siswa terlihat ceria, senang dengan demikian dapat melatih mental siswa untuk siap pada kondisi dan situasi apapun. Meskipun ada beberapa siswa yang kelihatan gelisah, merasa deg-degkan, dan bercanda tetapi tidak mengganggu proses belajar mengajar. Guru juga memberikan penghargaan kepada setiap kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Lizawati, Penerapan Pembelajaran Seru dengan Media Roti Tawar, 55
Gambar 6. Siswa membacakan hasil kerja kelompok.
Pada akhir pembelajaran kesimpulan materi pelajaran dilakukan oleh siswa bersama guru. Siswa megerjakan evaluasi akhir dan kegiatan diakhiri
dengan arahan dari guru. Kemudian siswa bersama-sama makan roti tawar dan tanpa disadari pembelajaran dilewati siswa dengan suka cita.
Gambar 7. Setelah belajar anak-anak makan roti yang telah dipotong-potong dan diberi mesis
Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa pada siklus II meningkat lagi dari siklus I. Siswa sangat bersemangat dalam belajar, semua siswa sudah terlibat sangat aktif dalam pembelajaran. Siswa dapat bekerja sama dengan sangat baik dalam kelompok belajar dan siswa juga sudah berani mengungkapkan ide dan menjawab pertanyaan dari guru. Bahkan pada saat
istirahat banyak siswa yang menyampaikan bahwa kami senang sekali belajar hari ini . Hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan lagi dari nilai rata-rata siklus I yang berkriteria baik (70,35) menjadi berkriteria sangat baik (94,48) pada siklus II. Siswa yang tuntas belajar sebanyak 27 orang yaitu (93,10%). Walaupun masih ada 2 orang siswa yang tidak tuntas (6,9%).
56, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
Tabel 1. Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Kegiatan
Nilai
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
70 60 50 40 30 90 80 70 60 50 40
Jumlah siswa 4 6 6 11 2 5 8 7 2 6 1
Persentase 13,79% 20,69% 20,69% 37,93% 6,90% 17,24% 27,59% 24,13% 6,90% 20,69% 3,45%
100 90 80 70 60 50
24 0 3 0 0 2
82,75% 0% 10,35% 0% 0% 6,90%
Keterangan Nilai 60 – 100 baru mencapai 34,48%. Maka harus diadakan perbaikan pembelajaran
Nilai 60– 100 sudah mencapai 75,86%. Namun masih perlu diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II karena indikator keberhasilan 85% siswa tuntas belajar belum tercapai Nilai 60 – 100 sudah mencapai 93,10%. Sudah tidak perlu diadakan perbaikan pembelajaran.
80 60 40 20 0
N MMMENDAPATKAN NILAINILAI RATA-RATA
100 NNNNN
PRESENTASE YANG MENDAPAT NILAI ≥ 60
Perbandingan ketuntasan belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat digambarkan pada diagram di bawah ini.
93,10 75,86
34,48
PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
Grafik 1. Hasil Belajar Siswa AWAL
Hasil belajar siswa kelas VI (enam) SD Negeri 3 Singkawang Timur mulai dari siklus I dan siklus II sangat terlihat adanya perbedaan yaitu adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa. Pada kondisi awal
nilai rata-rata 48,28, siklus I menjadi 70,35 dan pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 94,48. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan nilai ≥ 60 juga mengalami peningkatan pada kondisi awal siswa yang tuntas
Lizawati, Penerapan Pembelajaran Seru dengan Media Roti Tawar, 57
belajar hanya 10 orang yaitu 34,48 %. Kemudian siklus I siswa yang tuntas belajar 22 orang yaitu 75,86 % mengalami peningkatan dari sebelumnya yaitu
41,38%. Pada siklus II siswa yang tuntas belajar 27 orang yaitu 93,10% mengalami peningkatan dari Siklus I sebesar 17,24%.
Tabel 2. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Aspek yang dinilai
N o
Siswa 1 bersemangat dalam pembelajaran
Pra Siklus I Siklus II siklus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2 3 4
Keaktifan 2 siswa dalam pembeajaran
2
Kerjasama 3 siswa dalam diskusi kelompok
1
4 Keberanian Siswa
1
3
Ket.
1. 2. 3. 4.
tidak bersemangat kurang bersemangat bersemangat dalam sangat bersemangat
1. 2. 3. 4.
tidak aktif kurang aktif aktif sangat aktif
1. 2. 3. 4.
tidak dapat bekerjasama kurang bekerjasama bekerjasama dgn baik bekerjasama dgn sangat baik
1. 2. 3. 4.
tidak berani kurang berani berani sangat berani
4
3
4
2
3
5 4 3
semangat
2
keaktifan kerjasama
1
keberanian
0 pra siklus
siklus 1
siklus 2
Grafik 2. Aktivitas siswa
Berdasarkan catatan observasi aktivitas siswa juga mengalami peningkatan pada kondisi awal siswa kurang semangat, kurang aktif, kurang dapat bekerjasama
dalam kelompok belajar dan tidak berani mengungkapkan ide dan menjawab pertanyaan guru. Pada saat dilakukan perbaikan dengan menerapkan pembelajaran seru
58, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
dengan media roti tawar aktivitas siswa pada siklus I sudah baik. Siswa sudah mulai bersemangat dan aktif dalam pembelajaran. Siswa sudah bisa bekerjasama dengan baik dalam kelompok dan masih kurang berani mengungkapkan ide atau menjawab perttanyaan guru. Pada siklus II aktivitas siswa sudah sangat baik. Siswa sangat bersemangat, sangat aktif dalam pembelajaran dan sudah berani mengungkapkan ide atau menjawab pertanyaan guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran seru dengan menggunakan media konkrit roti tawar dalam pembelajaran pecahan tidak hanya dapat meningkatkan hasil belajar tetapi juga meningkatkan aktivitas siswa kelas VI SD Negeri 3 Singkawang Timur. Penggunaan media roti tawar dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena dalam pelaksanaannya siswa dapat memahami konsep pecahan dengan media yang kongkrit yang sudah dikenal siswa, bekerjasama mendapatkan pengalaman langsung dalam belajar dalam rangka memperoleh hasil belajar yang maksimal dan suasana pembelajaran yang menyenangkan siswa bersemangat, aktif dan bermakna. Dan sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar memenuhi kriteria sangat baik. Siswa yang tuntas belajar sudah lebih dari 85%. Sehingga penelitian ini dikatakan berhasil meningkatkan hasil belajar siswa yang berupa peningkatan ketuntasan dan nilai rata-rata tes formatif siswa. Penelitian ini didukung oleh peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Suroso (2001) yang menyatakan pembelajaran matematika di kelas dengan menggunakan media pembelajaran dapat memberikan pengaruh yang cukup nyata untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini juga sejalan dengan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai dalam buku Media Pengajaran bahwa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam
pengajaran yang pada akhirnya mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ternyata pembelajaran dengan penuturan kata-kata mempunyai nilai yang sangat rendah dalam alur pengalaman belajar siswa. Oleh karena itu, agar pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih berarti bagi siswa, perlu dipikirkan bentuk-bentuk media pembelajaran tertentu yang dapat membawa siswa kepada pengalaman belajar lebih konkrit. Agar pengalaman belajar atau hasil belajar itu dapat diperoleh secara efektif melalui kegiatan belajar, maka media pembelajaran yang digunakan mempertimbangkan kemanfaatannya. Dengan demikian, pemilihan bentuk-bentuk media pembelajaran tertentu disesuaikan dengan kepentingannya untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan (Sumiati: 2011). PENUTUP Penerapan pembelajaran seru dengan menggunakan media konkrit roti tawar dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang pecahan pada siswa kelas VI SDN 3 Singkawang Timur, hal ini dapat ditunjukkan dari hasil analisis data yang dapat dilihat dalam proses pembelajaran dari kondisi awal siswa yang tuntas belajar 34,48% meningkat pada siklus I siswa yang tuntas belajar 75,86 % dan meningkat lagi pada siklus II siswa yang tuntas menjadi 93,10 %. Siswa menjadi bersemangat, aktif, berani dan mampu bekerja sama dalam belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan. Dalam pembelajaran matematika untuk memahami konsep yang abstrak hendaknya menggunakan media yang konkrit. Pemilihan media pembelajaran yang digunakan mempertimbangkan kemanfaatannya. Penggunaan media konkrit yang kontekstual dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dan meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran matematika.
Lizawati, Penerapan Pembelajaran Seru dengan Media Roti Tawar, 59
DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud McNiff, J.1992. Actiaon Research: Principles and Practice. London: Routeledge Russeffendi. 1998. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
.
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Tarsito Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 2002. Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru Algensindo Sumiati. 2011. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima Suroso. 2001. Peningkatan Daya Ingat Terhadap Pelajaran Matematika Melalui Penggunaan Media Pembelajaran. Buletin Pelangi Volume 4 No. 2 Tahun 2002