LIVING IN GOD’S KINGDOM Menikmati Kebutuhan: makan, minum, pakai dan Kebutuhan plus-plus dari Tuhan (MMP1 plus jodoh, MMP plus lain-lain)
Konsep Kerajaan Allah dalam Perjanjian Lama Berbicara tentang konsep kerajaan Allah sebagai salah satu tema yang dikenal dan popular dalam kekristenan, tidak hanya ditemukan dalam Perjanjian Baru berkaitan dengan ucapan TUHAN Yesus seperti catatan para penginjil Perjanjian Baru (Sinoptik dan surat-surat). Istilah “kerajaan Allah” harus dipahami dalam dua terminologi, “kerajaan” dan “Allah”. Dua terminologi ini secara terpisah memiliki konsep yang berbeda. “Kerajaan” tanpa kata “Allah” tentu harus dimengerti berkaitan dengan raja yang memiliki kuasa atas wilayah teritorial tertentu di dunia. Memiliki system pemerintahan, memiliki hukum, memiliki rakyat. Kekuasaannya meliputi wilayah yang berada di bawah kekuasaannya. Howard P. Kainz dalam esainya yang berjudul “The Development of the Concept of a Kingdom of God in the Old Testament,”2 bahwa fakta sejarah Perjanjian Lama menunjukkan jikalau era para patriakh dimulai pada “19 sebelum masehi dimulai dari migrasinya Yakub ke Mesir pada abad 17 sebelum masehi. Hal ini mengingatkan tentang masa 400 tahun sampai masa keluarnya Israel. Dan masa menuju kerajaan dimulai saat penaklukan Kanaan, dan dari penaklukan
1
MMP: Makan, Minum, Pakai Esai ini terdapat dalam bukunya, Howard P. Kainz, Democracy and the “Kingdom of God”, USA: Kluwer Academic Publishers, 1993, p. 18 2
Kanaan menuju masa monarkhi serta dari masa monarkhi menuju masa perpecahan. Ketika hendak merekonstruksi konsep ini dalam “Perjanjian Lama”3 dan mungkin saja bisa melihatnya melalui masa Yakub, Musa atau pun Daud tetaplah bahwa parameter yang paling cocok adalah melihat dan menginterpretasi melalui tulisan nabi-nabi, baik di Yehuda maupun Israel. “Kerajaan yang diberitakan para nabi sangat signifikan dalam pemberitaan Perjajiaan Lama”. 4Pra monarkhi konsep ini dapat dilihat dalam konteks teokrasi. Hengstenberg juga mengatakan bahwa sejarah kovenan dapat juga dilihat atau disebut sebagai tema yang sama dengan “Kingdom of God under the Old Testament” bahkan secara khusus berhubungan dengan sejarah kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru-…at the same time specifies its connection with the history of the Kingdom of God under the New Testament. Mengapa konsep kerajaan Allah dalam Perjanjian Lama dikatakan lebih cocok dilihat dari perspektif narasi nabi (prophet naratif). …”realistic parameters for us to reconstruct some inchoate stage of the development of the concept which laid the groundwork for the redactions of later writers and the final spiritualized reinterpretation of the prophets of the Israel and Judah”.5 Sebab bagaimanapun juga, raja Israel dan Yehuda merupakan representasi dari pemerintahan YHWH. Dalam berita nabi-nabi hal ini tidak terbantahkan. Namun dari sudut pandang para
3
Bandingkan dengan, Ernst Wilhelm Hengstenberg, History of the Kingdom of God Under the Old Testamen. Edinburg: 1871, p. 9 4 Bandingkan dengan, Lewis Sperry Chafer, The Kingdom in History and Prophecy,Chichago: Moody Publisher, 1915, p. 9. Dalam catatan Chafer, kerajaan Tuhan dilihat sebagai: Immanuel‟s kingdom will be theocratic-Immanuel, God with us; Immanuel‟s kingdom will be heavenly in character; immanuel‟s kingdom will be, in the earth, centered at Jerusalem, over regathered and overted Israel, and extanding ti the natios; Immanuel‟s kingdom will be established by the power of the returning King; Immanuel‟s kingdom will be spiritual. 5 Kainz, Democracy, Ibid, p. 20
raja sering terjadi penyimpangan sehingga sang raja tidak mengikuti apa yang dikehendaki YHWH. Kainz menekankan bahwa “…the king was sharing the glory with Yahweh, or Yahweh was sharing glory with the king”.6 Artinya melalui kerajaan Daud (juga nanti pasca perpecahan) kemuliaan YHWH harus dinyatakan. Tidak hanya menyataan kemuliaan TUHAN melainkan memiliki arti yang futuristic. “This remnant, the establishment by Yahweh of a future messianic rule of a Jewish king over the empire of the world”.7 Hengstenberg dan Kainz menempatkan kerajaan Allah dalam Perjanjian Lama sebagai tema yang berkesinambungan dengan Perjanjian Baru yang bersifat futuristik. Kefuturistikan kerajaan Allah inilah yang tidak dapat dilihat dengan jelas oleh para raja yang memerintah di masa monarkhi. Para raja yang menyembah berhala memandang kerajaan yang dipimpinnya merupakan otoritasnya semata atas kerajaan dan tidak melihat kekuasaan TUHAN (power of God behind kingdom). Bahkan Israel pun terjebak untuk melihat konsep mesianik sebagai konsep yang politis. Kefuturustikan kerajaan Allah berkaitan dengan kerajaan mesias yang akan memerintah di atas bumi. Dan inilah kesinambungan Perjajian Lama dan Perjanjian Baru dalam konteks kerajaan Allah. Konsep mesianik harus ditempat di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sekaligus sebagai orientasi atau tujuan.
6 7
Ibid, p. 21 Ibid
Living in God’s Kingdom Kerajaan Allah adalah wilayah di mana kehendak Allah diaktualisasikan. Surga adalah bagian dari Kerajaan Allah, malaikat adalah warga Kerajaan, dan semua ciptaan (secara umum) berada dalam Kerajaan Allah. Hanya orang-orang dan roh-roh jahat yang melalui perlawanan mereka terhadap kehendak Allah, menemukan diri mereka di luar Kerajaan Allah. Setiap orang datang untuk menghuni Kerajaan Allah ketika kehendak mereka sejalan dengan Allah. Dengan demikian, Kerajaan Allah tersedia bagi siapa saja yang bersedia untuk menyerahkan kehendak mereka kepada Allah. Ketika seseorang membuat kemauan mereka, pikiran mereka dan tubuh mereka tersedia untuk Allah sebagai alat di tangan kehendak-Nya, maka mereka hidup dalam Kerajaan Allah. Pada tingkat yang paling sederhana, hidup di dalam Kerajaan Allah adalah harus memilih untuk melakukan apa yang TUHAN inginkan. Ketaatan adalah unsur terpenting. “Hidup dalam Kerajaan Allah berarti bahwa saya dengan sengaja (akan) menempatkan hidup saya di tangan TUHAN dan mengejar ketaatan … bahkan pengalaman jasmaniah dari realitas, keberadaan, kekuasaan dan kebaikan TUHAN.” Penyerahan ini merupakan fondasi dari hidup, menghasilkan pengalaman perdamaian tanpa syarat, sukacita dan cinta, memungkinkan untuk memperlakukan semua orang dengan cinta dan segala sesuatu sebagai milik Allah. Bahkan "Hidup kekal" adalah sebagai deskripsi tentang keselamatan, karena bebicara tentang
durasi waktu. Kita bisa juga menyebutnya hidup yang tak terbatas atau hidup yang ilahi. Sedangkan Injil Sinoptik (Matius, Markus dan Lukas) sering berbicara tentang Kerajaan, Yohanes berbicara tentang kehidupan zoe, hidup yang kekal, hidup yang berkelimpahan, yang jelas dari karakter yang berbeda dari kehidupan biasanya (biologis) atau bahkan kesadaran belaka. Duane Vander Klok dalam blognya mengungkapkan bahwa tidak dinafikan bahwa kedatangan Kristus sebagai kehadiran kerajaan Allah adalah kebenaran berkaitan dengan keselamatan. Kehadiran Yesus (Jesus ministry’s) tidak hanya menolong manusia bebas dari neraka tetapi mendemonstrasikan tentang “bagaimana hidup dalam kerajaan Allah”-“While it is true that salvation has a future tense, Jesus’ ministry was not focused on merely helping people escape hell. Instead, He taught and demonstrated how to live in the kingdom of God now”. Bahkan Klok mengakatan bahwa kerajaan Allah merupakan tema yang sangat penting. “The kingdom of God is such a significant topic to Jesus that He started His ministry by preaching about it. Mark 1:14-15 tells us, “Jesus came to Galilee, preaching the Gospel of the kingdom of God, and saying, „The time is fulfilled, and the kingdom of God is at hand. Repent, and believe in the Gospel.‟” The Message Bible says it this way: “Times up, God‟s kingdom is here. Change your life and believe the message.” Dapat dikatakan bahwa tema khotbah Yesus adalah tentang kerajaan Allah yakni bagaimana mempersiapkan diri untuk menerima (to receive), hidup di dalamnya (living in His Kingdom) sehingga berdampak pada perubahan hidup. Sikap dan pelayanan Yesus seperti catatan “Matius, Markus, Lukas dan Yohanes
tentang kerajaan Allah”8 bukan hanya tentang masa yang akan datang melainkan juga tentang masa kini. Setuju dengan Klok, bahwa “The kingdom that Jesus and His disciples preached was far from being only about what happens after death. This can be seen clearly in Acts 2:40 where Peter urged the people, “Be saved from this perverse generation.” You see, God wants to transform your life today. Not just when you die. He wants you to be saved today from this perverse generation. Dapat dipahami bahwa kehadiran Kristus sebagai realisasi dari kehendak Bapak bukan hanya tentang keselamatan semata-mata melainkan untuk membaharui, melepaskan, mamastikan bahwa setiap orang yang menerimanya tinggal dalam kerajaan-Nya dan mengaktualisasikan kerajaan Allah melalui kehidupan. Kerajaan Allah tidak dimulai setelah kematian, melainkan sekarang. Dalam Kisah para Rasul 2:40, Petrus berkata jangan “sesat”. Kata " sesat " seperti yang digunakan di sini berasal dari kata Yunani yang berarti skolios bengkok atau melengkung. Petrus mengatakan kepada mereka bahwa mereka tinggal di sebuah generasi di mana orang-orang tidak mengikuti jalan TUHAN, tetapi berjalan dengan cara yang bengkok dan gaya hidup menyesatkan. Hal yang sama tentu dapat dikatakan generasi kita. Tinggal dalam kerajaan Allah berarti harus mengoperasikan dan merealisasikan segala hal yang berkaitan dengan kehendak Allah sebagai pemilik kerajaan. Kehendak Allah harus menjadi orientasi dan tujuan dari setiap penghuni. Tinggal dalam kerajaan Allah (living in God‟s Kingdom) berarti tidak dalam konteks “realitas material” atau kerajaan yang nyata di atas muka bumi dan Allah 8
Matius: kerajaan Allah sudah dekat, Markus: kerajaan Allah sudah datang, Lukas: Kerajaan Allah ada di antaramu, dan Yohanes: ia mengidentifikasi kerajaan yang sedang datang sebagai kerajaan terang dan hidup-Yohanes 1:1-6
secara material/fisikal memerintah. Melainkan, “pemerintahan kerajaan Allah yang real atau nyata melalaui realitas badani/jasmani dari para penghuni”. Dengan kata lain, para penghuni yakni orang percaya dalam konteks kejasmanian memilih untuk mengoperasikan dan merealisasikan kehendak Allah di atas bumi melalui kehidupan nyata. Ini dalam konteks kekinian atau present dari tinggal dalam kerajaan Allah dan juga dalam konteks kedisanaan atau future berkaitan dengan kerajaan Allah yang akan diperitah oleh Kristus dalam kekekalan atau bersifat eskatologis. Hal di atas mendapat dukungan bahkan menjadi landasan dalam membangun konsep tersebut melalui teks Matius 6:10, “datanglah kerajaanMu jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga”. “In the other words, let the spiritual Kingdom and its principles be done on earth as it is done in the spiritual realm”.9 Prinsip-prinsip kerajaan Allah harus dinyatakan baik dalam diri, keluarga, bangsa, pendidikan, dan lain-lain. Pada intinya, prinsip kerajaan Allah harus direalisasikan dan menjadi nyata dalam kehidupan di segala bidang pekerjaan. Hal yang paling sederhana berkaitan dengan konteks di atas (kehendak Allah nyata dalam kehidupan keseharian) adalah tidak lagi risau dan kuatir tentang apa hendak di makan, diminum, dipakai (Matius 6:25). Ketika kehendak Allah nyata dalam kehidupan keseharian, seharusnya tidak kuatir lagi tentang kebuTUHAN pokok. Jika demikian, apakah yang sesungguh-sungguhnya dikuatirkan manusia? Sebetulanya bukan yang sekunder melainkan primer. Mengutip dari Myles Munroe, bahwa yang “paling sekunder dan menjadi prioritas 9
Kenneth B. Alexander and JD., Minister, Principles of the Kingdom of God, USA: Living Word Publications, n.d, p. 7
TUHAN adalah kehedank Allah”.10 Bahkan Munroe mengatakan bahwa sebetulnya TUHAN sudah mempersiapkan semua kebutuhan itu sejak penciptaan dan artinya kebutuhan dasar manusia (basic needs) ada dalam prioritas Tuhan-“God established His priority at the beginning of creation and made it clear by His own declaration to mankind”.11 Tepat seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, mengapa kita masih ragu dan kuatir dengan apa yang kita makan, minum, pakai? Yesus berkata: jangan takut soal “apa yang kamu minum, makan, dan pakai?-ayat 31. Bukankah semuanya itu (makan, minum, pakai) menjadi prioritas dan dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah…akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu (ingat: Bapamu yang di sorga. Bapa di bumi saja tahu member apa yang dibutuhkan, apalagi Bapa yang di sorga) bahwa kamu memerlukan semuanya itu (makan, minum pakai. Boleh di tambah juga, kuatir akan jodoh? Oga ahhhh). Di ayat 23, Yesus menekankan kunci untuk menerima semuanya (makan, minum, pakai dan plus-plus) “tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya (bukan kebenaran diri) maka maka semuanya (makan, minum, pakai, dan plus-plus). Jadi, agar tidak disusahkan lagi dengan kebutuhan makan, minum, pakai maka tinggallah dalam kerajaan Allah dengan mencari dan mendahulukan kerajaan Allah dan kebenaranNya maka semuanya ditambahkan (kebutuhan plus-plus) kepadamu.
19.
10
Myles, Munroe, God’s Kingdom, Bahamas: Bahamas Faith Ministry, 2006, p.
11
Ibid