Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
PEMBELAJARAN YANG INOVATIF DAN MENYENANGKAN PESERTA DIDIK Oleh Dr. Ikka Kartika A. Fauzi, M.Pd (Universitas Islam Nusantara)
Abstrak Hakikat pendidikan adalah membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Pada hakikatnya manusia itu selalu berkembang mengikuti dinamika kehidupannya. Apa yang dipelajari hari ini belum tentu diperlukan pada masa mendatang, dan apa yang dipelajari di sini belum tentu berguna di tempat lain. Ini tidaklah berarti pendidikan harus berjalan secara alami. Pendidikan tetap memerlukan inovasi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan hendaknya berpijak pada empat pilar (learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be); serta menganut prinsip belajar seumur hidup (life long learning). Kultur demikian harus dikembangkan dalam pembangunan manusia karena pada akhirnya aspek kultural dari kehidupan manusia lebih penting dari pertumbuhan ekonomi. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memberi peluang bagi Kepala Sekolah, pendidik Jan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah pada semua aspek. Inovasi pembelajaran bukanlah sesuatu yang mahal, Satu hal yang paling penting dan mungkin dapat dikatakan „mahal" adalah komitmen untuk melakukan inovasi tersebut. Tanpa komitmen, inovasi ini sulit dapal dilaksanakan. Kata Kunci : Pembelajaran, inovasi, komitmen.
Pendahuluan Kegiatan pendidikan bukanlah upaya pembodohan, bukan pula upaya untuk melahirkan budaya diam seperti yang dikatakan oleh Paulo Freire, tapi hakikat pendidikan adalah untuk membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Namun, masalah pendidikan tidak akan pemah selesai sebab pada hakikatnya manusia itu selalu berkembang mengikuti dinamika kehidupannya. Apa yang dipelajari hari ini belum tentu diperlukan pada masa mendatang, dan apa yang dipelajari di sini belum tentu berguna di tempat lain. Ini tidaklah berarti pendidikan harus berjalan secara alami. Pendidikan tetap memerlukan inovasi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai manusia, baik sebagai mahluk sosial maupun sebagai mahluk religius. Apalagi dalam era globalisasi dan pasar bebas,manusia dihadapkan pada perubahan-perubahan cepat dan tidak menentu. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja karena dunia kerja sulit diikuti oleh dunia pendidikan.
Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS
Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
Untuk menanggapi hal tersebut, perlu adanya perubahan sosial yang memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan itu. Pemecahan masalah secara reflektif sangat penting dalam kegiatan belajar yang dilakukan melalui kerjasama secara demokratis. Unesco (1994) mengemukakan dua prinsip pendidikan yang sangat relevan dengan kondisi ini. Pertama, pendidikan harus diletakkan dalam empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersaman (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be); dan kedua, belajar seumur hidup (life long learning). Kultur demikian harus dikembangkan dalam pembangunan manusia karena pada akhirnya aspek kultural dari kehidupan manusia lebih penting dari pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, pendidik selalu menjadi salah satu kambing hitam penyebab rendahnya kualitas lulusan. Alasannya karena masih banyak yang beranggapan bahwa pendidik merupakan satu-satunya sumber belajar di kelas. la yang paling tahu dan paling menentukan peserta didik, sehingga seringkali tidak mau kalah dengan peserta didik, bahkan sering tidak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya atau berpendapat. la memborong seluruh pembicaran dengan tujuan agar semua bahan atau mated pelajaran dapat diselesaikan tepat waktu. Ada juga pendidik yang menyuruh peserta didik melakukan diskusi untuk membahas topik tertentu, tapi ia sendiri pergi meninggalkan kelas. la beranggapan dengan cara seperti itu peserta didik akan lebih aktif belajar. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memberi peluang bagi Kepala Sekolah, pendidik dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya, yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas dan profesionalisme yang dimiliki. Dalam hal ini dituntut peningkatan kemampuan profesional pendidik sesuai dengan perkembangan yang dibutuhkan.
Faktor yang Perlu Diperhatikan Menyenangkan Peserta Didik
dalam
Pembelajaran
yang
Inovatif
dan
Inovasi biasanya muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap sesuatu yang sedang berjalan. Alasan ketidakpuasan, tidak selamanya karena sesuatu yang sedang berjalan itu buruk, tapi juga karena adanya kesenjangan dengan perkembangan yang terjadi di sekelilingnya. Penyesuaian diperlukan agar kesenjangan ini tidak semakin melebar dan semakin mempengaruhi pencapaian kebutuhan atau tujuan. Dalam bidang pendidikan, kesenjangan yang muncul karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan-perubahan yang cepat dalam era globalisasi, akan terasa akibatnya ketika lulusan harus bersaing dalam memperoleh kesempatan pendidikan lanjutan maupun di pasar kerja. Upaya-upaya inovativ dalam proses pembelajaran menjadi sangat diperlukan karena akan mempengaruhi output pendidikan itu sendiri. Untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif, beberapab hal yang harus mendapat perhatian utama adalah orangorang yang terlibat langsung dengan proses pembelajaran, yaitu Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS
Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
pendidik dan peserta didik. Dalam hal ini keduanya perlu melakukan perubahan-perubahan yang searah dengan tuntutan inovasi, terutama dalam aspek-aspek yang berkaitan dengan implementasi metodologi pembelajaran. 1. Pendidik Pada dasarnya, pendidik selalu melakukan inovasi dalam proses pembelajarannya seiring dengan perubahan yang dituntut dalam setiap kurikulum. Perubahan kinerja pendidik selalu dikaitkan dengan dua aspek, yaitu aspek proses dan hasil pembelajaran. Bila saat ini inovasi pembelajaran dikaitkan dengan KBK, maka dalam implementasi KBK , kulitas pendidik dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses pendidik dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental maupun social. Sedangkan dari segi hasil, pendidik dikatakan berhasil bila pembelajaran yang diberikannya mampu mengadakan perubahan perilaku pada sebagian besar peserta didik ke arah yang lebih baik. Agar implementasi KBK berhasil memperhatikan perbedaan individual, maka pendidik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Mulyasa,2002:186) :
Mengurangi metoda ceramah Memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya serta disesuaikan dengan mata pelajaran Bahan harus dimodifikasi dan diperkaya Jangan ragu berhubungan dengan spesialis bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan Gunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan membuat laporan Ingat bahwa peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang sama Usahakan mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemampuannya masing-masing pada tiap pelajaran Usahakan untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan
Untuk mendukung pelaksanaan inovasi tersebut, perlu ada perubahan paradigma dalam memandang dan mengimplementasikan proses pembelajaran. Perubahan yang dimaksud antara lain berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut : a. Pendekatan Dalam kegiatan pembelajaran terhadap anak usia sekolah, biasanya mengacu pada paedagogi (ilmu dan seni mengajar anak-anak). Salah satu masalah dalam pengertian paedagogi adalah pandangannya yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan ini bersifat mentransmisikan pengetahuan. Padahal sekarang ini pendidikan tidak lagi hanya sekedar diartikan sebagai transfer ilmu namun suatu proses penemuan sepanjang hayat terhadap apa
Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS
Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
yang dibutuhkan untuk diketahui. Muncul teori baru yang dikenal dengan andragogi, yaitu ilmu dan teknik membantu orang dewasa belajar. Ada perbedaan mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh Andragogi dan Paedagogi. Andragogi pada dasarnya menggunakan asumsi-asumsi antara lain : 1. Konsep diri. Orang dewasa memandang dirinya sudah mampu untuk sepenuhnya mengatur dirinya sendiri. la akan menolak bila diperlakukan seperti anak-anak, seperti diberi ceramah. Namun, bila dibawa ke dalam situasi belajar yang memperlakukan mereka dengan penuh penghargaan, maka mereka akan melakukan proses belajar tersebut dengan penuh pelibatan diri. Beberapa implikasi dari asumsi ini antara lain : Iklim belajar perlu diciptakan sesuai keadaan orang dewasa, terutama kerja sama yang saling menghargai antara para peserta didik maupun peserta didik dengan fasilitator (pendidik). Ini berarti setiap peserta diberi kesempatan seluasluasnya untuk mengemukakan pandangannya tanpa ada rasa takut dihukum maupun dipermalukan. Terciptanya iklim belajar ini cenderung tergantung dari kemampuan fasilitator. Peserta didik dilibatkan dalam mendignosa kebutuhan belajarnya, proses perencanaan belajarnya serta evaluasi hasil belajarnya. Mereka akan termotivasi untuk belajar apabila rnateri yang dipelajarinya sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipelajari. Dalam proses perencanaan belajamya, fasilitator lebih banyak berperan selaku pembimbing dan manusia sumber. Dengan pelibatan ini, mereka akan merasa bertanggung jawab terhdap kegiatan belajar yang mereka lakukan. Proses pembelajaran merupakan tanggung jawab bersama antara fasilitator dan peserta didik. Kedudukan fasilitator lebih banyak berperan sebagai manusia sumber, pembimbing dan katalisator daripada sebagai guru. Dalam andragogi terdapat suatu asurnsi bahwa seseorang hanya dapat membantu orang lainnya belajar karena belajar adalah suatu proses dari dalam yang dikontrol langsung oleh peserta sendiri serta melibatkan dirinya, termasuk fungsi intelek, emosi dan fisiknya. 2. Pengalaman Setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda sebagai akibat latar belakang kehidupan yang berbeda. Pengalaman ini menjadi bagian dari hidupnya. Konsekuensinya, orang dewasa mempunyai kesempatan untuk mengkotribusikan pengalamannya dalam proses belajar peserta lainnya. Di samping itu, bila ia mempelajari sesuatu yang baru mempunyai kecenderungan untuk rnengambil makna dari pengalaman yang lama. Implikasi dari asurnsi ini antara lain : Karena mereka telah memiliki pengalaman, maka proses belajar lebih ditekankan kepada teknik yang sifatnya rnenyadap pengalaman mereka, seperti diskusi kelompok, studi kasus, permainan peran, sirnulasi, demonstrasi, eksperimen dan sejenisnya.
Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS
Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
Penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari pengalaman, melalui penemuan sendiri atau bagairnana belajar secara bersarna dengan pertolongan kawannya dan bukan berkompetisi dengan mereka, serta bagaimana belajar menganalisis pengalamannya sendiri.
Penerapan teori ini bukan hanya ditujukan pada orang yang sudah benarbenar dewasa, namun juga bisa juga diterapkan pada mereka yang sedang menuju proses kedewasaan. Narnun penerapannya masih bersifat kontinum, artinya pada saat awal digunakan teori paedagogi kernudian bergerak mengarah ke teori andragogi. Pada saat-saat tertentu mungkin bergerak lagi ke arah teori paedagogi. Artinya kedua teori ini bisa digunakan secara bersamaan dalarn proses pembelajaran siswa SMU yang berada dalam usia rnenuju proses kedewasaan. b. Strategi Pembelajaran Bila pendekatan paedagogi dan andragogi digunakan dalam proses pembelajaran siswa SMU secara bersarnaan, maka strategi mengajar juga menggunakan strategi mengajar yang berpusat pada peserta didik, dan dalam keadaan tertentu, misalnya saat pendidik perlu mengernukakan informasi barn secara tuntas dan menyeluruh dalam waktu relatif singkat serta untuk seluruh peserta didik, rnaka dapat digunakan strategi mengajar yang berpusat pada pendidik. Perbedaan, keunggulan dan kelemahan masing-masing strategi, dapat dilihat pada uraian berikut ini : 1) Strategi Mengajar yang Berpusat pada Peserta didik Strategi Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan seluasluasnya kepada peserta didik untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajarannya. Strategi ini menekankan bahwa peserta didik adalah pemegang peran dalam proses keseluruhan pembelajaran, sedangkan pendidik berfungsi selaku fasilitator dalarn pembelajaran peserta didik. Strategi ini akan cocok untuk pembelajaran lanjutan tentang konsepkonsep yang telah dipelajari sebelurnnya, belajar dari pengalaman peserta didik dalarn kehidupannya, dan untuk pemecahan masalah yang dihadapii bersama dalam kehidupan. Keunggulan strategi ini adalah : peserta didik akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena peserta didik diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi; peserta didik rnerniliki motivasii yang kuat untuk mengikuti pembelajaran; tumbuhnya suasana demokratis dalam pernbelajaran sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling rnembelajarkan di antara peserta didik; dapat menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi pendidik karena sesuatu yang dialarni dan disampaikan peserta didik mungkin belum diketahui sebelurnnya oleh pendidik. Kelemahan strategi ini meliputi : rnemerlukan waktu yang relatif lebih lama; aktivitas pembicaraan dalam pembelajaran cenderung akan didominasi oleh peserta didik yang senang berbicara dan pernbicaraan dapat menyirnpang dari arah pembelajaran yang telah ditetapkan semula. Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS
Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
2) Strategi Mengajar yang Berpusat Pada Pendidik Strategi ini rnenekankan pada pentingnya aktivitas pendidik dalarn mengajar peserta didik. Perencanan, pelaksanaan dan penilaian proses serta basil belajar dilakukan dan dikendalikan oleh pendidik. Sedangkan peserta didik hanya berperan sebagai pengikut kegiatan yang ditarnpilkan pendidik. Bahan belajar terdiri dari konsep-konsep dasar atau rnateri belajar yang baru dan peserta didik membutuhkan informasi yang tuntas dan garnblang dari pendidik. Jurnlah peserta didik cukup banyak sehingga tidak mungkin dilakukan oleh perorangan atau kelompok kecil, dan terbatasnya sarana belajar. Keunggulan strategi ini adalah : bahan belajar dapat disampaikan secara tuntas oleh pendidik sesuai dengan program mengajar yang telah disiapkan sebelumnya; dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah besar; waktu yang digunakan akan tepat sesuai dengan jadwal dan materi belajar mudah tercapai. Kelemahannya, mudah menimbulkan rasa bosan pada peserta didik sehingga dapat mengurangi motivasi, perhatian dan konsentrasi peserta didik terhadap pembelajaran; perubahan lebih banyak menyentuh ranah kognisi; kualitas pencapaian tujuan belajar relatif rendah. c. Peran Pendidik Dalam pembelajaran yang inovatif, peran pendidik yang perlu mendapat penekanan proses pembelajaran yaitu : 1) Pemimpin Belajar, artinya merencanakan, melaksanakan dan mengontrol kegiatan peserta didik belajar. Pola kepemimpinan kelas yang demokratis merupakan ciri utama dalam proses pengajaran. Beberapa ciri yang menonjol dalam pembelajaran yang demokrtis adalah adanya partisipasi semua peserta didik dalam belajar, adanya kebebasan peserta didik mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan masalah yang dipelajarinya, adanya kesediaan peserta didik untuk menerima dan mempertimbangkan pendapat peserta didik lain, adanya kesempatan bagi para peserta didik untuk menarik kesimpulan dari hasil belajarnya. 2) Demonstrator. Melalui perannya selaku demonstrator atau pengajar, pendidik hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai peserta didik. Salah satu yang harus diperhatikan pendidik bahwa ia sendiri juga adalah pelajar, dalarn arti pendidik harus belajar terus rnenerus agar mampu memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya. 3) Fasilitator belajar, artinya pendidik sebagai pemberi kemudahankemudahan kepada peserta didik dalam melakukan pembelajarannya, terutarna agar peserta didik dapat terlibat dalam berbagai kegiatan pembelajarannya. Kemudahan itu bisa diupayakan dalam berbagai bentuk, antara lain rnenyediakan sumber dan alat-alat belajar, menyediakan waktu belajar yang cukup, memberikan bantuan kepada peserta didik Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS
Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
yang memerlukan, menunjukkan jalan keluar dalam pemecahan rnasalah yang dihadapi peserta didik, menengahi peruedaan pendapat yang muncul di antara peserta didik. 4) Moderator Belajar, artinya pendidik sebagai pengatur arus pembelajaran peserta didik. Dalam hal ini pendidik rnenampung persoalan yang diajukan peserta didik dan mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada peserta didik lain untuk dijawab dan dipecahkan. Jawaban peserta didik tersebut dikembalikan kepada penanya atau kepada kelas untuk dinilai bersama kebenarannya sebagai jawaban. Dengan demikian setiap peserta didik dikondisikan untuk aktif memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan. Di samping sebagai pengatur arus kegiatan, pendidik juga harus menarik kesirnpulan bersama peserta didik atas sernua jawaban rnasalah yang dibahas dan diajukan peserta didik. 5) Motivator Belajar, artinya sebagai pendorong agar peserta didik rnau melakukan pembelajaran. Pendidik hares menciptakan kondisi kelas yang dapat merangsang peserta didik melakukan pernbelajaran secara kelompok rnaupun secara individual. 2.
Peserta Didik
Peserta didik adalah remaja yang sedang dalam masa pubertas dan sedang berproses menuju ke arah kedewasaan. Secara psikologis mereka masih labil, sedang mencari jati diri dan sudah merasa bukan anak lagi. Paling sedikit ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dari peserta didik dalarn upaya mengembangkan pembelajaran yang inovatif, yaitu, pertama, bila dilihat dari kategori usia dalam Undang Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, rnereka masih kategori anak karena masih berusia 18 tahun ke bawah sehingga rnasih memerlukan perlindungan orang dewasa. Dalam pasal (1) Undang-Undang tersebut ditegaskan bahwa penyelenggaraan perlindungan anak di antaranya didasarkan pada prinsip-prinsip Konvensi Hak Anak, meliputi antara lain :
kepentingan yang terbaik untuk anak, bahwa semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislative dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak hares menjadi pertirnbangan utama. hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan, adalah hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua. penghargaan terhadap pendapat anak, adalah penghormatan atas hak-hak anak untuk berpartisipasi dan rnenyarankan pendapatnya dalam pengambilan keputusan terutama jika menyangkut hal yang rnernpengaruhi kehidupannya.
Kedua, anak adalah pribadi utuh yang memiliki perasaan, pikiran, kehendak dan kebutuhan seperti halnya orang dewasa. Maslow (1970) yang terkenal dengan teori kebutuhan, mengungkapkan bahwa hirarki kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk diakui, kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan
Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS
Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
untuk aktualisasi diri. Kebutuhan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa akan tetapi juga pada anak, tentunya dengan intensitas yang berbeda. Kebutuhan anak ini diharapkan dapat disikapi pendidik untuk melahirkan layanan yang bijak. Bentuk-bentuk layanan yang bijak itu antara lain : a.
b.
c.
d.
e.
Menyadari adanya kebutuhan fisik berupa makan dan minum, pendidik bisa mengijinkan peserta didik yang membutuhkan makan dan rninum jika mernang hal itu dianggap rnendesak dan tidak mengganggu proses belajar. Menyadari adanya kebutuhan rasa aman, pendidik berupaya agar setiap peserta didik merasa aman, baik dari gangguan ternannya, dari gangguan lingkungan sekolah, misalnya pencurian, dan bahkan dari perilaku pendidik sendiri dalam bentuk ancaman, cemoohan dan pukulan. Menyadari akan kebutuhan untuk diakui, pendidik memperhatikan jawaban setiap peserta didik, memberikan giliran secara adil, memperhatikan kritik dan saran atau usulan-usulan peserta didik, menjaga iklim sosial dan emosional kelas. Menyadari akan kebutuhan penghargaan, pendidik tidak segan rnernberikan pujian secara wajar dan proporsional, demikian pula dengan pemberian penguatan, balikan, hadiah dan berterima kasih kepda peserta didik. Menyadari akan kebutuhan aktualisasi, pendidik tidak segan rnemberikan kesempatan untuk menyatakan diri, menunjukkan keberadaannya dalam berbagai bentuk penarnpilan.
Paling tidak kedua hal ini dapat menjadi dasar pelaksanaan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan bagi siswa karena upaya pemenuhan hak-hak dan kebutuhan mereka dapat memperkecil kesenjangan-kesenjangan yang selarna ini sering muncul dalam proses pembelajaran. 3. Hubungan Pendidik Dengan Peserta Didik Berdasarkan uraian di atas, terutama yang berkaitan dengan pendidik dan peserta didik, ada beberapa aspek yang tampaknya harus muncul dalam hubungan pendidik dengan peserta didik melalui proses pembelajaran, bilarnana kita rnenginginkan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan siswa. Aspek yang dimaksud yaitu : 1) Pendidik tidak rnendorninasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan rangsangan berpikir kepada peserta didik untuk rnernecahkan masalah. 2) Pendidik menyediakan dan mengusahakan surnber belajar tertulis maupun sumber manusia bagi peserta didik. Dalarn hal ini, peserta didik sendiri dapat rnenjadi sumber belajar bagi peserta didik lainnya atau bahkan bagi pendidik di sarnping pendidik itu sendiri sebagai sumber belajar. 3) Pernbelajaran bervariasi, ada kegiatan yang dilakukan oleh sernua peserta didik, ada kegiatan yang dilakukan secara kelompok dan ada pula kegiatan yang dilakukan peserta didik secara rnandiri. Penetapan pembelajaran diatur oleh pendidik secara sistematis dan terencana.
Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS
Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
4) Hubungan pendidik dengan peserta didik harus bersifat manusiawi seperti hubungan orang tua dengan anak, bukan hubungan pimpinan dan bawahan. Pendidik rnenempatkan diri sebagai pembimbing sernua peserta didik yang mernerlukan bantuan rnanakala mereka menghadapi persoalan belajar. Pada saat tertentu, hubungan pendidik dan peserta didik juga bisa sejajar bagaikan dengan sesama teman. Pendidik senantiasa rnenghargai pendapat peserta didik, terlepas dari benar atau salah, dan tidak diperkenankan rnernbunuh, mengurangi atau menekan pendapat peserta didik di depan peserta didik lainnya dalam pemecahan masalah belajar. 4. Manajemen Kelas Faktor lainnya yang perlu mendapat perhatian dalam inovasi pembelajaran adalah manajemen kelas. Manajemen adalah aktivitas yang memadukan sumber-sumber pernbelajaran agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Dengan demikian rnanajernen kelas menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mernpertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. Pendidik berusaha memahami dan mendiagnosa situasi kelas, kemudian bertindak selektif serta kreatif untuk memperbaiki kondisi, sehingga dapat diciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Beberapa hal penting yang berkaitan dengan manajemen kelas adalah : a. Garis Besar Pernbelajaran Garis besar pembelajaran ini 'diinformasikan kepada peserta didik saat awal kegiatan pembelajaran (awal semester) dengan tujuan agar peserta didik sudah mengetahui secara jelas tentang kegitan yang harus mereka kerjakan selama satu sernester. Isi garis besar pernbelajaran meliputi : 1) Kelas 2) Nama mata pelajaran 3) Semester 4) Nama dan alamat pendidik 5) Hari/jam yang disediakan untuk dapat berkonsultasi dengan pendidik 6) Nama buku-buku yang digunakan 7) Persyaratan pernbelajaran, antara lain: a) Partisipasi dalam kelas b) Materi yang harus dibahas sendiri c) Makalah yang harus dibuat 8) Evaluasi mencakup : a) Partisipasi kelas :.... % b) Ulangan harian : .... % c) Makalah/hasil penelitian/hasil eksperimen :....% d) Evaluasi Belajar Akhir Semester : ....% 9) Studi lapangan yang harus dikerjakan
Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS
Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
10) Jadwal pelajaran yang dilengkapi dengan materi yang akan dibahas atau pokok-pokok materi yang akan diaarkan serta aktivitas yang harus dikerjakan peserta didik. Garis besar pernbelajaran ini dijelaskan pendidik untuk ditanggapi peserta didik sehingga peserta didik benar-benar rnemahami isinya. Sebaiknya semua peserta didik mendapat copy garis besar pembelajaran ini sehingga mereka tahu apa yang harus dikerjakan setiap pertemuan, misalnya harus rnernbaca Bab I buku A, harus rnembawa kliping yang berkaitan dengan masalah tertentu. b. Buku-buku yang dipergunakan, baik buku paket maupun di luar buku paket. c. Sumber-sumber materi yang lain selain buku-buku pelajaran sebagai sumber/materi pembelajaran, pendidik juga perlu menggunakan sumber-sumber lain diantaranya seperti berikut ini : 1) Photo copy naskah tertentu dalam surat kabar atau majalah. 2) Photo copy konsep-konsep atau model-model yang dibuat atas kreasi pendidik 3) Majalah-rnajalah popular atau ilmiah yang memuat artikel sesuai dengan rnateri yang dibahas 4) Selebaran-selebaran atau brosur-brosur yang mendukung atau berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. 5) Slide atau photo-photo 6) Videotape 7) Hasil-hasil penelitian relevan Bahan-bahan ini ditunjukkan saat ditunjukkan saat pelajaran sedang berlangsung. d. Variasi Teknik Pembelajaran Untuk mencegah kemungkinan timbulnya kebosanan peserta didik dan kesulitan belajar peserta didik, dilakukan variasi teknik dalam proses pembelajaran. e. Variasi Kegiatan Peserta didik Kegiatan yang dilakukan peserta didik juga hares bervariasi agar tidak mengalarni kebosanan serta merasa senang untuk mengikutinya. Kegiatan yang dimaksud antara lain : 1) Mendengarkan dan mencatat uraian pendidik 2) Mengamati brosur, selebaran, artikel, kliping 3) Mengamati gambar, foto dan model 4) Mengamati video 5) Bertanya jawab dengan pendidik dan peserta didik lainnya 6) Melakukan diskusi kelas 7) Melakukan perecanaan dan diskusi kelompok 8) Mencari penyelesaian/pemecahan masalah 9) Mengamati dan berpartisipasi dalam demonstrasi 10) Melaksanakan simulasi/bermain dalam simulasi 11) Membahas kasus masyarakat 12) Membahas hash penelitian Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS
Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
13) Membuat eksperirnen di lapangan dan membahasnya di kelas. Kegiatan peserta didik berupa mendengarkan dan rnencatat uraian pendidik tidak mendominasi proses pembelajaran pada setiap kali pertemuan karena mated yang akan dibahas sudah hams dibaca di rumah. Materi ini sudah tercantum dalarn garis besar pembelajaran. Dengan demikian pendidik tidak perlu berceritera panjang lebar tentang suatu materi, ia cukup rnenjelaskan yang penting-penting saja dan rnelakukan tanya jawab atau memberi materi tarnbahan sebagi pelengkap. Di samping dengan pendidik, peserta didik juga biswa saling bertanya jawab dengan peserta didik lainnya. Bila rnasalah yang ditanyakan cukup menarik dan baik untuk didiskusikan, maka suasana Tanya jawan dibuat menjadi suasana diskusi. Kegiatan mengamati gambar, foto, video, selebaran, brosur, kliping dapat mengundang pertanyaan, dialog dan diskusi dalam kelas. f. Kegiatan Peserta didik di Luar Kelas Kegiatan peserta didik di luar kelas tetap berkaitan dengan berbagai hal yang diajarkan di kelas. Kegiatan-kegiatan yang dirnaksud antara lain : 1) Mernbaca teks atau bab-bab tertentu dari buku-buku yang ditunjukkan untuk jam pertemuan tertentu dalam garis besar pernbelajaran . 2) Membuat makalah 3) Mencari kasus di rnasyarakat 4) Mengadakan penelitian di lapangan 5) Membuat eksperimen g. Evaluasi Evaluasi dilakukan terhadap berbagai aspek kegiatan peserta didik, meliputi : 1) partisipasi kelas 2) Ulangan harian 3) Makalah/hasil penelitian/hasil eksperimenEvaluasi Belajar Akhir Semester
Teknik Pembelajaran Dalam mengimplementasikan teknik pembelajaran, ada beberapa pertimbangan untuk memilih dan menentukan alternatif teknik yang digunakan. Paling sedikit, ada tiga aspek yang perlu dijadikan bahan pertimbangan, yaitu sebagai berikut : 1. Dilihat dari Perubahan yang Diinginkan a. Perubahan Pengetahuan : Tugas Membaca Merangkum Buku Ceramah Tanya Jawab b. Perubahan sikap Curah Pendapat Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS
Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
Kelompok Buzz Studi kasus Penelitian Penelaahan induktif Kitab Suci Diskusi kelornpok Simulasi games Bermain peran Diskusi menggunakan film / video c. Perubahan Keterampilan Demonstrasi Kelompok kerja Eksperimen Karyawisata 2. Dilihat dari Besarnya Kelompok Perubahan dalam diri seseorang lebih mudah terjadi dalam suasana interaksi antara pendidik dan peserta didik. di mana ada kesempatan untuk saling menerima dan mernberi penjelasan dan pengembangan gagasan. Dalam kelompok kecil interaksi antar anggota akan lebih banyak terjadi karena partisipasi anggota lebih besar dibandingkan dalam kelompok besar. Dengan demikian, teknik pembelajaran yang akan digunakan juga harus mempertimbangkan besamya kelompok. a. Teknik Pernbelajaran untuk Kelompok Kecil (kurang dari 15 orang) Teknik yang cocok yaitu yang membutuhkan komunikasi banyak arah. Teknik ini antara lain : studi kasus, diskusi kelompok, Simulation games. b. Teknik Pembelajaran untuk Kelompok kurang dari 15 orang atau lebih dari 15 orang adalah sebagai berikut : 1) Tugas Membaca 2) Merangkum Buku 3) Ceramah 4) Tanya Jawab 5) Curah Pendapat (Brainstorming) 6) Kelompok Buzz 7) Studi kasus 8) Penelitian 9) Pembahasan mendalam Kitab Suci 10) Penelaahan induktif Kitab Suci 11) Diskusi kelompok 12) Simulasi games 13) Bermain peran 14) Diskusi rnenggunakan film / video 15) Demonstrasi Kelompok kerja 16) Karyawisata 3. Dilihat dari Waktu yang Tersedia Beberapa teknik yang dikembangkan di sini memerlukan waktu yang lebih larna, sedangkan yang lainnya justnr efektif bila digunakan dalam waktu singkat. Perkiraan Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS
Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelenggarakan masing-masing teknik tersebut adalah sebagai berikut : a. Antara 10 -30 menit 1) Merangkum buku 2) Curah pendapat 3) Kelompok Buzz 4) Demonstrasi kelompok 5) Cerarnah 6) Tanya jawab 7) Bermain peran b. Antara 60 - 70 menit 1) Studi kasus 2) Pembahasan mendalam kitab suci 3) Diskusi menggunakan 4) film/video 5) Penelaahan induktif kitab suci 6) Penelitian dan Laporan c. Antara 1,5 - 2 jam Simulation games d. Waktu yang lebih larna 1) Karyawisata 2) Eksperimen
Penutup Inovasi pembelajaran bukanlah sesuatu yang mahal, yang mengharuskan tarnbahan sarana prasarana yang serba istimewa. Semua yang diperlukan sebenamya sudah ada di sekeliling kita hanya tinggal memacu kreativitas untuk menggali dan memanfaatkannya. Satu hal yang paling penting dan mungkin dapat dikatakan “mahal” adalah komitmen untuk melakukan inovasi tersebut. Tanpa komitmen, inovasi ini sulit dapat dilaksanakan. Namun untuk membangkitkan komitmen ini tidak mudah, karena dalam setiap proses inovasi selalu ada orang yang menjadi mau menjadi pionir dan ada pula orang yang rnenjadi pengikut akhir. Jurnlah yang paling banyak justru yang rnau melakukan inovasi tapi harus melihat dulu hasil yang diperoleh dari pelaku inovasi sebelumnya.
Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS
Literat Nomor 21 Tahun 2004
ISSN : 1411 - 2566
Pustaka Acuan Dimyati dan Mudjiono, (2002), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta Made Pidarta, (1990), Cara Mengajar di Universitas Negara Maju, Jakarta : Bumi Aksara Muharnmad Ali,(1996), Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algensindo Mulyasa, E, (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung : Remaja Rosdakarya Nana Sudjana, (1996), Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo Ratna Wilis Dahar, (1996), Teori-Teori Belajar, Jakarta : Erlangga Sudjana, D.,(2000), Metoda & Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung : Falah Production -----------------, (1983), Strategi Kegiatan Belajar Mengajar dalam Pendidikan Nonformal, Bandung: Theme 76 Suryadi, A.,(1983), Membuat Siswa Aktif Belajar, Bandung : Angkasa Uzer Usman, (2001), Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Zainudin Arif, (1990), Andragogi, Bandung : Rosdakarya
Majalah Ilmiah Kependidikan FKIP UNINUS