LIMBAH PEMBALAKAN DAN MASSA KARBON YANG TERSIMPAN PADA LIMBAH KAYU DI PT SARI BUMI KUSUMA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
RISMA PRAMESWARI KUSUMAWARDHANI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Limbah Pembalakan dan Massa Karbon yang Tersimpan pada Limbah Kayu di PT Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Risma Prameswari K NIM E1411076
ABSTRAK RISMA PRAMESWARI KUSUMAWARDHANI. Limbah Pembalakan dan Massa Karbon yang Tersimpan pada Limbah Kayu di PT Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh JUANG RATA MATANGARAN. Pengelolaan hutan lestari akan tercapai dengan adanya keselarasan aspek ekologi, sosial dan produksi. Salah satu kegiatan produksi adalah kegiatan pemanenan yang meninggalkan limbah di petak tebang, TPn, dan TPk. Limbah pemanenan mempengaruhi faktor eksploitasi dan emisi karbon melalui dekomposisi. Limbah dalam penelitian ini berupa tunggak, batang bebas cabang, batang atas, dan cabang dengan diameter minimal 5 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah di petak tebang rata-rata 13.21 m³/ha (88.36%), limbah di TPn 1.74 m³/ha (11.64%), dan limbah di TPk 0 m³/ha (0%), sedangkan limbah berdasarkan bagian pohon, yaitu 3.52 m³/ha bagian tunggak, 3.46 m³/ha bagian batang bebas cabang, dan 6.23 m³/ha bagian batang atas termasuk cabang.Faktor eksploitasi yang diperoleh dengan pendekatan persen limbah yaitu 0.79 kemudian dengan pendekatan indeks tebang, indeks sarad, dan indeks angkut yaitu 0.8. Simpanan massa karbon pada limbah kayu di PT Sari Bumi Kusuma adalah 1.318 ton C/ha. Kaya kunci : limbah pemanenan, faktor eksploitasi, massa karbon, hutan alam
ABSTRACT RISMA PRAMESWARI KUSUMAWARDHANI. Logging Residue and Carbon Mass Stored on Wood Harvesting at PT Sari Bumi Kusuma Central Kalimantan Province. Supervised by JUANG RATA MATANGARAN. Sustainable forest management will be achieved with the alignment of ecology, social, and production aspects. One of the production aspects was harvesting activities which leave logging residue in felling areas, landing site, and logyard. Logging residue defined as stumps, main stems, upper stems, and branches with diameter minimum of 5 cm. Logging residue affected the exploitation factor and carbon emissions through decomposition. The results showed that the logging residue on the felling area had the average number 13.21 m³/ha (88.36%), 1.74 m³/ha (11.64%) at landing site, and 0 m³/ha (0%) at logyard, while the logging residue based on parts of the tree were 3.52 m³/ha stumps, 3.46 m³/ha main stems, and 6.23 m³/ha upper stems include branches. The exploitation factor which was obtained by approaching percent of the logging residue was 0.79, then with the approach of felling index, skidding index and hauling index were 0.8. The mass of carbon which stored in the logging residue at PT Sari Bumi Kusuma was approximately 1.318 ton C/ha. Keywords: logging residue, exploitation factor, carbon mass
LIMBAH PEMBALAKAN DAN MASSA KARBON YANG TERSIMPAN PADA LIMBAH KAYU DI IUPHHK-HA KALIMANTAN TENGAH
RISMA PRAMESWARI KUSUMAWARDHANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Limbah Pembalakan dan Massa Karbon yang Tersimpan pada Limbah Kayu di PT Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah Nama : Risma Prameswari Kusumawardhani NIM : E1411076
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi berjudul Limbah Pemanenan Kayu dan Massa Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu di IUPHHK-HA Kalimantan Tengah disusun berdasarkan penelitian pada bulan April−Juni 2015 di IUPHHK-HA PT Sari Bumi Kusuma dan Laboratorium Kimia Kayu Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada PT Sari Bumi Kusuma beserta para pegawai yang telah membantu pelaksanaan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu serta seluruh keluarga atas semua doa dan motivasi yang telah diberikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman Manajemen Hutan Angkatan 48 atas kerjasama dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2015 Risma Prameswari Kusumawardhani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Bahan
2
Alat
2
Prosedur penelitian
3
Pengolahan dan Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN
8 16
Simpulan
16
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
17
RIWAYAT HIDUP
19
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Rata-rata jumlah pohon yang ditebang Limbah pemanenan kayu berdasarkan lokasi Limbah pemanenan kayu berdasarkan bagian pohon Limbah pemanenan kayu di petak tebang Persentase pohon growong setiap plot Persentase pohon growong setiap jenis Analisis hubungan peubah bebas terhadap volume limbah Faktor eksploitasi berdasarkan pendekatan persen limbah Faktor eksploitasi berdasarkan indeks tebang, sarad, dan angkut Rata-rata biomassa limbah pemanenan kayu (nekromassa) Rata-rata massa karbon limbah pemanenan kayu
9 10 10 11 11 12 13 13 14 15 16
DAFTAR GAMBAR 1 Klasifikasi pengukuran limbah di lapang
3
PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan hutan produksi lestari merupakan salah satu sistem pengelolaan hutan yang menyelaraskan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan pemegang IUPHHK-HA fokus utamanya pada aspek ekonomi yang ditunjang dari kegiatan produksi yang terdiri dari serangkaian kegiatan pemanenan. Kegiatan pemanenan akan menghasilkan limbah pemanenan, limbah tersebut berupa potongan kayu sisa dari pembagian batang, tunggak, ranting, dan pucuk yang dapat terjadi di petak tebang, Tempat Pengumpulan Kayu (TPn), dan Tempat Penimbunan Kayu (TPk) (Matangaran et al. 2013). Besarnya volume limbah dipengaruhi dengan kondisi pohon (growong) yang merupakan salah satu cacat alami karena lingkungan maupun serangan makhluk alami berupa lubang besar ke arah panjang kayu (Maulana 2009). Limbah kayu yang ditinggalkan/ dibiarkan berada di petak tebang dapat menyebabkan emisi karbon. Emisi tersebut berasal dari proses dekomposisi limbah kayu. Terjadi pengurangan nilai karbon di dalam limbah tersebut. Dapat dikatakan bahwa semakin banyak limbah kayu maka semakin banyak menimbulkan emisi karbon (Suhartana dan Yuniawati 2014). Data dan informasi mengenai besarnya limbah dan massa karbon dapat digunakan sebagai indikator telah tercapainya efisiensi pemanenan, karena semakin banyak kayu yang berhasil dikeluarkan dari hutan, maka semakin sedikit terjadinya limbah dan emisi karbon. Perumusan Masalah Proses pembalakan pada umumnya akan meninggalkan limbah kayu atau bagian pohon yang tidak dimanfaatkan di areal hutan. Kemudian limbah kayu yang ditinggalkan dalam hutan tersebut akan mengalami proses dekomposisi (pembusukan) dan melepaskan kandungan karbon yang tersimpan ke atmosfer. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Berapa besarnya volume limbah yang terjadi akibat pemanenan dalam satuan luas (hektar) dan setiap bagian pohonnya? 2. Berapa besarnya faktor eksploitasi berdasarkan pendekatan volume limbah dan pendekatan indeks tebang, indeks sarad dan indeks angkut? 3. Bagaimana komposisi pohon growong baik jenis dan jumlah yang mempengaruhi besarnya volume limbah? 4. Berapa besarnya biomassa dari limbah pemanenan yang akan terdekomposisi? 5. Berapa besarnya massa karbon yang akan diemisikan akibat terjadinya proses dekomposisi?
2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan menghitung besarnya potensi limbah pembalakan sehingga dapat diketahui besarnya faktor eksploitasi di PT Sari Bumi Kusuma, menganalisis jenis, jumlah, dan persentase pohon growong di areal pemanenan, serta menghitung besarnya biomassa dan kandungan massa karbon yang tersimpan di dalam limbah tersebut. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan mengenai potensi limbah pemanenan, faktor eksploitasi, dan massa karbon yang terkandung di dalam limbah pemanenan. Berdasarkan informasi tersebut diharapkan dapat memberikan pertimbangan kepada perusahaan untuk melakukan evaluasi kegiatan pemanenan baik dari teknik pemananenan yang mampu meminimalkan limbah ataupun pemanfaatan limbah pemanenan yang dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di petak AA15 IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah. Pengujian contoh uji dilakukan di Laboratorium Kimia Kayu Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan April – Juni 2015. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon yang ditebang beserta limbah kayu yang dihasilkan yang terdapat di petak tebang, TPn, dan TPk. Alat Alat yang digunakan dalam melakukan penelitian ini meliputi alat yang digunakan di lapangan dan uji di laboratorium. Alat yang digunakan di lapangan antara lain : phiband meter, pita meter, Global Positioning System (GPS), Suunto Clinometer, software pengolah data, tally sheet, kamera, label, kompas, alat tulis, kalkulator, kantong plastik, timbangan. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk uji contoh di laboratorium yaitu cawan porselen, oven tanur listrik, timbangan, alat penggiling (willey mill), dan alat saring (mesh screen) ukuran 4060 mesh.
3 Prosedur Penelitian Pengukuran limbah di lapang Penentuan Plot Contoh Penentuan plot contoh dilakukan dengan cara purposive sampling , yaitu suatu teknik pengambilan contoh mengikuti kegiatan penebangan perusahaan berdasarkan RKT tahun 2015 yang dilaksanakan ketika penelitian dengan ukuran plot 100 meter x 100 meter sebanyak 8 plot yang mewakili tingkat kelerengan 0−8%, 9−15%, 16−25%, 26−40%. Inventarisasi Tegakan Sebelum Tebangan Kegiatan Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) dilakukan pada 8 plot contoh (8 Ha). Kegiatan ITSP digunakan untuk mendapatkan data dan informasi pohon yang ditebang pada periode tersebut. Data tersebut adalah nomor pohon, jenis pohon, diameter pohon (untuk pohon berdiameter 50 cm), tinggi bebas cabang, dan tinggi total pohon. Pengukuran Limbah berdasarkan Bagian Klasifikasi limbah yang diukur di lapang menurut Matangaran et al. (2013) antara lain : 1. Tunggak adalah bagian bawah pohon yang berada di bawah takik rebah dan takik balas. 2. Batang bebas cabang adalah batang dari atas banir sampai sebelum cabang pertama. Limbah batang bebas cabang dapat berupa potongan pendek dan kayu gelondongan, potongan pendek biasanya karena cacat atau rusak sehingga perlu dipotong. Potongan pendek meliputi batang cacat nampak, pecah, dan busuk. Kemudian kayu gelondongan akan menjadi limbah apabila jatuh ke jurang ataupun pecah terlalu banyak sehingga ditinggalkan. 3. Batang atas adalah bagian batang dari cabang pertama sampai tajuk yang merupakan perpanjangan dari batang utama. 4. Dahan adalah komponen tajuk yang terdiri dari cabang dan ranting. Batasan diameter cabang yang diukur adalah ≥5 cm. Cabang dan ranting yang ditemukan di lapang sebagian besar sudah patah.
Gambar 1 Klasifikasi pengukuran limbah di lapang
4 Keterangan : D : Diameter tunggak T : Tinggi tunggak Dp : Diameter pangkal Du : Diameter ujung L : Panjang batang a : Limbah bebas cabang b : Limbah batang atas c : Limbah tunggak Pengukuran limbah dilakukan setelah kegiatan penebangan, pengukuran limbah pemanenan dilakukan di tiga lokasi, yaitu sebagai berikut : 1. Petak tebang Pengukuran limbah di petak tebang meliputi limbah tunggak, batang bebas cabang, batang atas, dan cabang. Dimensi yang diukur adalah diameter dan panjang batang. Limbah tunggak diameter yang diukur adalah diameter ujung, kemudian untuk limbah batang bebas cabang, batang bebas cabang, dan cabang diameter yang diukur adalah diameter pangkal dan diameter ujung. 2. Tempat pengumpulan kayu (TPn) Pengukuran limbah di TPn berasal dari batang bebas cabang yang disarad dari petak tebang. Limbah yang diukur berupa sisa potongan kayu dari batang bebas cabang tersebut. 3.Tempat penimbunan kayu (TPk) Pengukuran limbah di TPk berupa batang bebas cabang yang tidak dapat diangkut dan didistribusikan ke tempat lain. Perhitungan Pohon Growong Perhitungan pohon growong dilakukan pada 8 plot contoh menggunakan metode destruktif. Hasil dari penghitungan pohon growong setiap plot contoh kemudian dinyatakan dalam persentase jenis komersil yang telah teridentifikasi growong terhadap total pohon dalam setiap plot. Persentase tersebut dapat dihitung menggunakan rumus: % pohon komersil growong :
Jumlah pohon growong Jumlah seluruh pohon dalam setiap plot
Pengukuran Karbon Limbah Kayu Pengambilan Contoh Uji Kayu di Lapangan Contoh uji yang diambil di lapangan yaitu tunggak, batang bebas cabang, batang setelah cabang pertama dan cabang. Contoh uji yang diambil pada bagian batang dan cabang (diameter ≥5 cm) berukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm. Ukuran contoh uji tersebut diambil dari potongan melintang (gubal dan teras) limbah Contoh uji yang diambil di lapang setiap jenis pohon terdiri atas 3 sampel yang terdiri dari bagian tunggak, batang bebas cabang, batang atas termasuk cabang. Kadar air contoh uji harus tetap terjaga sampai pengujian di laboratorium,
5 oleh karena itu contoh uji harus ditutup rapat dengan kertas aluminium foil dan dimasukkan ke dalam kantong plastik tanpa udara. Pengujian Data di Laboratorium Adapun data yang diambil di laboratorium, yaitu : 1. Berat Jenis Contoh uji untuk mengukur berat jenis berukuran 2cm × 2cm × 2cm. Contoh uji harus ditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan berat awal. Kemudian mencari volume contoh uji, yaitu dengan cara contoh uji yang sudah dicelupkan ke dalam parafin kemudian dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer yang berisi air sampai contoh uji berada di bawah permukaan air, lihat berapa nilai yang tertera pada timbangan. Untuk mengetahui berat kering contoh uji dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu 103 ± 2 °C selama 24 jam dan timbang untuk mengetahui berat keringnya. Berat jenis dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai barikut: BJ =
Massa kering tanur volume Kerapatan air
………..…….(Haygreen dan Bowyer 1989)
2. Kadar Air Contoh uji yang akan dihitung kadar airnya berasal dari masing-masing bagian pohon (tunggak, batang bebas cabang, batang setelah cabang pertama, dan cabang). Sebelum dilakukan pengukuran kadar air, contoh uji ditimbang lagi untuk mengetahui berat basahnya, karena ketika di alumunium foil kadar airnya akan tetap ada yang keluar. Selanjutnya contoh uji dikeringkan dalam tanur dengan suhu 103 ± 2oC. Sebelum ditimbang untuk mengetahui berat kering tanurnya (BKT) contoh uji dimasukkan dahulu ke desikator. Kadar air dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Berat dengan air - BK
100% ………….(Haygreen dan Bowyer 1989) BK 3. Kadar Zat Terbang Berdasarkan American Society for Testing Material (ASTM) D 5832-98, kadar zat terbang contoh uji dari masing-masing limbah dipotong kecil sebesar batang korek api kemudian di oven dengan suhu 80oC selama 48 jam. Sampel kering digiling menjadi serbuk dengan mesin penggiling. Kemudian contoh uji disaring dengan menggunakan saringan 40-60 mesh. Contoh uji dimasukkan ke dalam cawan ditutup rapat sebanyak 2 g dan ditimbang. Kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik dengan suku 950 oC selama 2 menit dan didinginkan di dalam desikator kemudian ditimbang kembali. Untuk mengetahui persen kadar zat terbang maka dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : %KA =
Kadar zat terbang (%) =
Kehilangan berat contoh Berat contoh bebas air
100%
4. Kadar Abu Berdasarkan American Society for Testing Material (ASTM) D 2866-94, kadar abu diketahui dengan memasukkan sisa contoh uji kadar zat terbang ke dalam tanur listrik dengan suhu 900oC selama 6 jam. Selanjutnya didinginkan di
6 dalam desikator dan kemudian timbang kembali. Untuk mengetahui persen kadar abu maka dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kadar abu (%) =
Berat sisa contoh uji Berat contoh uji bebas air
100%
5. Nekromasa Nekromasa merupakan massa dari bagian pohon yang telah mati (untuk bagian limbah kayu) Nekromasa = Volume limbah (m³) x Kerapatan kayu (kg/m³) 6. Kadar Karbon Kadar karbon tetap ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995 sebagai berikut: Kadar Karbon = 100% - Kadar Zat Terbang – Kadar Abu 7. Massa Karbon Karbon tersimpan pada limbah pemanenan kayu dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Massa karbon (ton/ha) = Nekromassa (ton/ha)
Kadar karbon (%)
Pengolahan dan Analisis Data Perhitungan volume a. Perhitungan volume biomassa kayu (limbah), dapat menggunakan rumus Brereton (Ditjen Pengusahaan Hutan 1993) sebagai berikut : Dp Du V = 0,25π ( ) P 2 100 3 Keterangan : V = Volume kayu mati (m ) Dp = Diameter pangkal kayu mati (cm) Du = Diameter ujung kayu mati (cm) P = Panjang kayu mati (m) Π = 22/7 atau 3,14 b. Perhitungan volume limbah kayu per hektar dan volume limbah kayu per pohon menggunakan rumus sebagai berikut : Volume limbah per hektar (m3/ha) = Volume limbah per pohon (m3/pohon) =
Volume total limbah (m3 ) Luas plot contoh (ha) Volume total limbah (m3 )
Jumlah pohon yang ditebang
c. Perhitungan volume pohon yang ditebang dapat menggunakan rumus volume pohon, yaitu : V= π (Dbh/100)² × T × F Keterangan :V = Volume pohon(m3) DBH = Diameter setinggi dada (cm) T = Tinggi total (m) F = Faktor bentuk
7 Perhitungan persen limbah Persen limbah dihitung berdasarkan potensi pohon dan lokasi terjadinya limbah, yaitu dengan menggunakan rumus : Persen limbah =
Volume limbah(m3 ) 100% Volume pohon yang ditebang (m3 )
Persen limbah di petak tebang = Persen limbah di TPn =
Volume limbah di petak tebang(m3 ) 100% Volume limbah total (m3 )
Volume limbah di
Persen limbah di TPK =
n (m3 ) 100%
Volume limbah total (m3 ) Volume limbah di
K (m3 ) 100%
Volume limbah total (m3 )
Faktor Eksploitasi Faktor eksploitasi merupakan perbandingan antara banyaknya produksi kayu yang dihasilkan dari suatu areal hutan dengan potensi standing stock-nya dan dimasukkan dalam target penentuan produksi. Makin besar faktor eksploitasi maka akan semakin besar target produksi tahunan (Matangaran et al. 2000). Perhitungan faktor eksploitasi dihitung berdasarkan persen limbah, tetapi dapat juga melalui pendekatan indeks tebang, indeks sarad, dan indeks angkut. Secara matematis adalah sebagai berikut: 1. Fe = 100% - % limbah total 2. Fe = Indeks tebang × Indeks sarad × Indeks angkut (Abidin 1994 dalam Matangaran et al. 2013) Indeks tebang = Indeks sarad=
Indeks angkut=
Volume batang siap sarad Volume pohon berdiri asal
Volume batang siap angkut Volume batang siap sarad Volume batang sampai
K
Volume batang siap angkut
Analisis Hubungan antara Peubah dan Peubah Lainnya Koefisien korelasi linear merupakan ukuran hubungan liniear antara dua peubah x dan y yang dilambangkan sebagai r (Walpole 1995). Analisis korelasi dilakukan pada peubah terikat (volume limbah) terhadap peubah bebas (intensitas tebang, tinggi total, luas bidang dasar, dan kemiringan lereng) Hipotesis: H0:ρ=0 H1: ρ≠0 Kriteria uji: Jika ρ≤α, maka tolak Ho artinya ada hubungan antar variabel. Nilai r yang mendekati 1 atau -1, hubungan antara kedua peubah itu kuat dan berarti terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya (Mattjik dan Sumertajaya 2006).
8 Regresi Linier Sederhana Regresi linier sederhana merupakan persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara satu peubah bebas (X) dan satu peubah tak bebas (Y). Hubungan kedua peubah tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan: Y = α + βXi ε (Mattjik dan Sumertajaya 2006) Keterangan: Y = Peubah tak bebas α = Intersep/perpotongan dengan sumbu tegak β = Kemiringan/gradien Xi = Peubah bebas (intensitas tebang, luas bidang dasar, tinggi pohon, kemiringan lereng) ε = Sisaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Dampak dari kegiatan pemanenan dipengaruhi oleh pemilihan sistem silvikultur, teknik pemanenan, dan standar operasional yang telah dispesifikasi dalam perencanaan hutan. Selain itu sistem pemanenan sangat mempengaruhi tingkat kerusakan tegakan yang ada di dalam areal hutan. Karakteristik dari tegakan hutan alam tropika tidak seumur adalah apabila digambarkan dalam kurva akan berbentuk kurva J terbalik yang artinya adalah tegakan yang berusia muda (diameter kecil) jumlahnya akan lebih banyak dibandingkan dengan tegakan yang sudah cukup umur (diameter yang lebih tua). Hal tersebut dikarenakan tegakan muda akan selalu bertambah besar dan tegakan tua perlahan akan mati (Sessions 2007). Kegiatan pemanenan meliputi 4 tahap, yaitu penebangan (felling), penyaradan (skidding), muat bongkar (loading dan unloading), dan pengangkutan (hauling). Penebangan di PT Sari Bumi Kusuma menggunakan chainsaw tipe Stihl 070 yang dioperasikan oleh operator dan dibantu oleh helper. Kegiatan penebangan meliputi penentuan arah rebah pohon, pembersihan pohon dari liana, pembersihan areal sekitar pohon yang ditebang, pembuatan jalur penyelamatan, pembuatan takik rebah dan takik balas, serta pemotongan bagian pangkal dan ujung pohon. Kemudian dilakukan kegiatan penyaradan menggunakan traktor tipe CAT 527, sebelum menggunakan tipe traktor tersebut, penyaradan dilakukan menggunakan traktor tipe D7G, tetapi karena dampak kerusakannya seperti pemadatan tanah dan keterbukaan areal terlalu besar maka tipe traktor diganti dengan tipe CAT 527 yang memiliki ukuran blade lebih kecil dan berat traktor yang lebih kecil sehingga tekanan per satuan luas pada tanah juga akan lebih kecil. Setelah log disarad dan sudah terkumpul di TPN hutan maka akan dilakukan pengangkutan menuju TPN utama di km 54 cabang C, kegiatan pengangkutan menggunakan truck trailer tipe ACTROSS. Log dimuat ke atas trailer menggunakan 2 tipe loader yaitu CAT 977 L (loader ban besi) dan CAT 980G (loader ban karet). Proses setelah log sampai di TPN utama adalah dilakukan pemasangan barcode yang menandakan bahwa kayu tersebut sudah lunas PSDH (Provisi Sumber Daya Hutan) dan DR (Dana Reboisasi), setelah itu
9 pengangkutan dilanjutkan ke logpond untuk dikirimkan ke industri Kumpay untuk diolah lebih lanjut. Limbah Pemanenan Kayu Kegiatan yang menjadi kunci utama dalam penentuan kualitas mutu kayu yang akan dimanfaatkan adalah kegiatan penebangan, karena pada umumnya kegiatan penebangan akan menghasilkan banyak limbah yang akan mempengaruhi besar volume kayu yang dapat dimanfaatkan. Limbah pemanenan adalah bagian pohon yang ditebang yang tidak dimanfaatkan karena adanya cacat, rusak/pecah,diameter kecil (< 30 cm) serta panjang sortimen tidak memenuhi syarat untuk suatu tujuan (< 2m) dan bagian pohon pada tegakan tinggal yang menjadi rusak/pecah karena kegiatan pemanenan (Suhartana et al. 2005). Jumlah pohon yang ditebang pada 8 plot pengamatan adalah 59 pohon yang terdiri atas jenis meranti merah (Shorea sp.), melapi (Shorea lamelata), mayau (Shorea johorensis), meranti kuning (Shorea gibbosa), meranti putih (Shorea hopeifolia), ubah (Eugenia sp.), belapis (Polyalthea sp.), mahabai (Polyalthea hypoleucha), kempas (Koompassia mallacensis), jabon (Anthocephalus cadamba), medang (Litsea firma), menjalin (Xanthophyllum excelsum), kulim (Scorodocarpus boorneensis), simpur (Dillenia eximia), belantik (Cococeras sumatrana), dan uram (Elmerillia fsiampala). Rata-rata jumlah pohon yang ditebang setiap plot adalah 7 pohon/ha. Tabel 1 Rata-rata jumlah pohon yang ditebang Plot Ʃ Pohon ditebang (pohon/ha) 1 8 2 3 3 10 4 4 5 9 6 8 7 8 8 9 Rata-rata 7.38 Persentase limbah paling besar terjadi di petak tebang yaitu 88.36% dari seluruh total limbah yang ada. Hal tersebut dikarenakan pada petak tebang merupakan proses paling awal kegiatan pemanenan, mulai penebangan pohon yang menyisakan limbah tunggak, perapihan bagian pangkal dan ujung log yang menghasilkan limbah tunggak batang bebas cabang dan limbah batang atas termasuk ranting. Hasil tersebut selaras dengan penelitian Purnamasari (2012) dan Larasati (2013) yaitu sebesar 96.17% dan 98.19% limbah paling banyak terjadi di petak tebang. Hasil persentase limbah dapat dilihat pada Tabel 2.
10 Tabel 2 Limbah pemanenan kayu berdasarkan lokasi Lokasi Petak tebang TPN TPK Total
Volume limbah (m³/8 ha) 105.66 13.92 0.00 119.59
Volume (m³/ha) 13.21 1.74 0.00 14.95
Volume (m³/pohon) 1.79 0.24 0.00 2.03
Persenlimbah (%) 88.36 11.64 0.00* 100.00
Keterangan* : tidak terjadi pemotongan
Limbah di TPN berasal dari hasil trimming (pemotongan kayu) karena kondisi log yang akan mengurangi kualitas kayu seperti growong, mata kayu, bengkok, dll sebesar 11.64%. Kemudian limbah di TPK tidak ada karena di TPK sudah tidak dilakukan pemotongan log dengan kata lain log yang sudah sampai di TPK merupakan log yang sudah siap kirim ke industri. Limbah menurut bagian pohon dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Limbah pemanenan kayu berdasarkan bagian pohon Bagianpohon Tunggak BBC* B.Atas* Total
Volume (m³) 28.13 27.70 49.83 105.66
Volume rata-rata (m³/ha) 3.85 3.30 6.75 13.90
Volume rata-rata (m³/pohon) 0.52 0.45 0.92 1.88
Persen limbah (%) 26.63 26.21 47.16 100.00
*Keterangan :BBC = batang bebas cabang, B.Atas = batang atas
Bagian pohon yang dikeluarkan dari hutan adalah yang memiliki nilai komersil yaitu yang bentuk batangnya lurus, tidak ada cacat (mata kayu), dll, sehingga kayu yang dianggap akan mengurangi kualita akan dilakukan pemotongan. Bagian yang paling banyak ditinggalkan dalam hutan adalah bagian batang atas dan ranting, persentase limbah pada batang atas mencapai 47.16% atau 0.92 m³/pohon , dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa volume rata-rata limbah dalam satu pohon adalah 1.88 m³/pohon. Besarnya limbah dalam satu pohon dalam penelitian ini lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian limbah yang dilakukan di PT Indexim Utama yang mencapai 5.06 m³/pohon dengan metode yang sama (Purnamasari 2012). Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan pada limit diameter pohon yang ditebang, penelitian di PT Indexim Utama limit diameternya 60 cm, sehingga limbah yang dihasilkan juga pasti lebih besar. Besarnya limbah di petak tebang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kemahiran penebang untuk menentukan arah rebah yang berkaitan dengan limbah batang atas dan limbah batang bebas cabang, pembuatan takik rebah (limbah tunggak), kondisi topografi, kondisi pohon, kesilindrisan kayu, dan jenis pohon yang mempengaruhi bentuk tajuk.
11 Tabel 4 Limbah pemanenan kayu di petak tebang Plot
Tunggak
Batang bebas cabang
Batang atas
Total volume limbah
m³/ha
m³/pohon
m³/ha
m³/pohon
m³/ha
m³/pohon
m³/ha
m³/pohon
1
3.49
0.44
0.38
0.05
6.84
0.85
10.70
1.34
2
2.07
0.69
0.04
0.01
1.90
0.63
4.02
1.34
3
5.30
0.53
0.59
0.06
5.67
0.57
11.56
1.16
4
1.17
0.29
0.23
0.06
3.61
0.90
5.01
1.25
5
4.01
0.45
12.06
1.34
4.06
0.45
20.13
2.24
6
5.42
0.68
6.07
0.76
10.41
1.30
21.89
2.74
7
2.61
0.33
6.78
0.85
8.37
1.05
17.75
2.22
8
4.07
0.45
1.55
0.17
8.98
1.00
14.59
1.62
Rata-rata
3.52
0.48
3.46
0.41
6.23
0.84
13.21
1.74
Limbah pemanenan di petak tebang didominasi oleh limbah batang atas yaitu 6.23 m³/ha dengan rata-rata setiap pohonnya 0.84 m³/pohon, kemudian limbah tunggak mencapai 3.53 m³/ha dengan volume 0.48 m³/pohon dan batang bebas cabang 3.46 m³/ha dengan volume 0.84 m³/pohon. Rata-rata volume limbah adalah 13.21 m³/ha dan 1.74 m³/pohon. Dalam pemanenan, growong pada pohon akan mempengaruhi besarnya limbah yang dihasilkan, karena ketika suatu pohon tersebut terdapat growong, bagian growong tersebut dipotong dan tidak dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu sangat diperlukan pengetahuan mengenai penentuan kerusakan pada pohon saat di lapang. Menurut Mangold (1997) yang diacu dalam Mariyanti (2011), tandatanda bahwa suatu pohon telah terjadi kerusakan dapat dilihat secara fisik antara lain, adanya luka terbuka, akar patah atau mati, perubahan warna daun, kerusakan kuncup, hilangnya dominasi ujung (mati pucuk), dll. Plot 1 2 3 4 5 6 7 8 Ratarata
Tabel 5 Persentase pohon growong setiap plot Ʃ Pohon yang Ʃpohon Persen pohon growong ditebang growong (%) 8 0 0 3 1 33.33 10 0 0 4 2 50 9 0 0 8 4 50 8 1 12.5 9 0 0 7.4 1 18.23
Pengujian kualitas pohon ada dua, yaitu pengujian secara destruktif (merusak bagian pohon) dan secara non destruktif (tanpa merusak bagian pohon), ketika di lapang pengujian yang paling sering dilakukan adalah pengujian non destruktif atau biasa disebut visual yaitu dengan melihat ciri fisik kerusakan pada bagian luar pohon. Menurut Karlinasari (2007) metode non destruktif akan sangat
12 subyektif tergantung interpretasi setiap orang dan ada kemungkinan tidak teridentifikasinya kerusakan tersebut . Sebelum ditebang biasanya operator mengecek batang pohon dengan memukulkan golok ke batang kayu sampai ketinggian tertentu. Pohon yang growong biasanya bunyinya kurang nyaring karena di dalamnya berlubang, selain itu operator juga menggunakan chainsaw untuk ditusukkan bilah gergajinya ke batang pohon untuk mengetahui growong atau tidak. Pertimbangan operator tetap menebang pohon yang growong adalah besarnya volume pohon yang dimanfaatkan masih besar, sehingga operator juga masih mendapatkan keuntungan. Tabel 6 Persentase pohon growong berdasarkan jenis Jenis pohon yang ditebang Shorea sp. Xanthophyllum exelsum Shorea lamelata Shorea johorensis Shorea hopeifolia Shorea gibbosa Scorodocarpus borneensis Polyalthea sp. Polyalthea hypoleuca Litsea firma Koompassia malaccensis Eugenia sp. Elmerillia fsiampala Dillenia eximia Cococeras sumatrana Anthocephalus cadamba
Σ pohon 26 2 3 3 1 3 1 1 1 3 1 4 1 1 4 4
Σ pohon growong di lapang 3 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 0 1 0 0
Persen growong (%) 11.54 0.00 33.33 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 50.00 0.00 100.00 0.00 0.00
Jenis pohon yang paling banyak ditemukan dalam kondisi growong adalah jenis Shorea sp. Menurut Sumarni dan Muslich (2007), terdapat variasi kelas awet pada suatu jenis kayu terhadap suatu organisme perusak belum tentu mempunyai ketahanan yang sama terhadap organisme perusak lainnya. Dengan demikian, keawetan alami suatu jenis kayu bersifat relatif karena dipengaruhi oleh faktor dari dalam (zat ekstraktif) dan luar (jenis organisme perusak, suhu, dan kelembaban).
Analisis Hubungan Faktor yang Mempengaruhi Volume Limbah Faktor yang mempengaruhi volume limbah yang diuji dalam penelitian ini adalah luas bidang dasar, intensitas tebang, tinggi pohon, dan kemiringan lereng. Uji korelasi menggunakan software Minitab 16.
13
No 1 2 3 4
Tabel 7 Analisis hubungan peubah bebas terhadap volume limbah Jenis hubungan Koefisien ρ−value Persamaan regresi peubah korelasi (r) VL dan IT 0.650 0.081 y = 1.8512x + 0.3593 VL dan TT 0.616 0.104 y = 1.207x - 24.39 VL dan LBDS 0.767 0.026 y = 57.017x - 7.914 VL dan KL 0.495 0.212 y = 2.955x + 6.621
*Keterangan :VL=volume limbah, IT=intensitas tebang, TT=tinggi total, LBDS=luas bidang dasar, KL=kemiringan lereng
Nilai koefisien (r) untuk peubah yang mempengaruhi volume limbah yang mendekati +1 adalah luas bidang dasar (r = 0.767) dengan nilai ρ−value (0.026) < α (taraf nyata 95%) yang artinya luas bidang dasar berkorelasi sangat kuat dan berpengaruh nyata terhadap volume limbah, kemudian untuk peubah bebas lain seperti intensitas tebang, kemiringan lereng dan tinggi total juga berkorelasi positif tetapi kurang berpengaruh terhadap volume limbah. Faktor Eksploitasi Studi tentang limbah pemanenan biasanya dikaitkan dengan faktor eksploitasi. Faktor eksploitasi merupakan perbandingan antara banyaknya produksi kayu yang dihasilkan dari suatu areal hutan dengan potensi standing stock-nya yaitu sebesar 0,7 dan dimasukkan dalam target penentuan produksi. Makin besar faktor eksploitasi maka akan semakin besar target produksi tahunan (Matangaran et al. 2000). Faktor eksploitasi di setiap areal konsesi pasti berbeda sangat bergantung komitmen setiap perusahaan dalam menjaga kestabilan ekologi dengan penerapan teknik penebangan berdampak rendah (RIL). Pada penelitian ini dilakukan dua pendekatan perhitungan nilai faktor ekploitasi, yaitu pendekatan persentase limbah dan menggunakan indeks tebang, indeks sarad dan indeks angkut. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8 Faktor eksploitasi berdasarkan pendekatan persen limbah Plot 1 2 3 4 5 6 7 8 Rata-rata
%limbah total 20.76 15.81 23.11 26.90 18.91 17.74 27.20 18.33 19.81
Faktor Eksplotasi 79.24 84.19 76.89 73.10 81.09 82.26 72.80 81.67 78.91
14 Tabel 9 Faktor eksploitasi berdasarkan indeks tebang, sarad, dan angkut Plot IT IS IA FE 1 0.70 0.95 1 0.67 2 0.69 0.84 1 0.58 3 0.85 0.97 1 0.83 4 0.82 0.86 1 0.70 5 1.03 0.89 1 0.91 6 0.84 0.99 1 0.84 7 0.90 0.94 1 0.85 8 1.07 0.98 1 1.05 Rata-rata 0.86 0.93 1 0.80 Keterangan:IT=Indeks Tebang, IS=Indeks Sarad, IA=Indeks Angkut
Hasil perhitungan faktor eksploitasi berdasarkan pendekatan persentase limbah setiap plot rata-ratanya 78,91% atau 0,79 dan berdasarkan indeks tebang hasilnya 0,8. Faktor eksploitasi menggunakan pendekatan indeks tebang didasarkan pada tinggi bebas cabang. Indeks tebang merupakan perbandingan antara volume batang siap sarad dengan volume batang bebas cabang, diperoleh rata-rata 0,86, kemudian indeks sarad rata-rata sebesar 0,93 yang merupakan perbandingan volume batang siap angkut dan volume batang siap sarad. Indeks angkut pada semua plot bernilai 1, hal ini disebabkan volume batang yang sampai TPK dan volume batang siap angkut memiliki volume yang sama. Massa Karbon Limbah Pemanenan Kayu Biomassa hutan sangat relevan dengan isu perubahan iklim. Biomassa hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama siklus karbon. Dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% diantaranya tersimpan dalam vegetasi hutan. Sebagai konsekuensi, jika terjadi kerusakan hutan, kebakaran, pembalakan dan sebagainya akan menambah jumlah karbon di atmosfer (Sutaryo 2009). Limbah pemanenan bagian batang atas dan cabang walaupun masih bisa dimanfaatkan, dibutuhkan ekosistem hutan untuk menjaga siklus unsur hara berupa pupuk alami untuk menggantikan biomassa dan unsur hara yang hilang dari ekosistem hutan (Eisenbies et al. 2009)
15 Tabel 10 Rata-rata biomassa limbah pemanenan kayu (nekromassa) Jenis pohon yang ditebang
Shorea sp. Xanthophyllum exelsum Shorea lamelata Shorea johorensis Shorea hopeifolia Shorea gibbosa Scorodocarpus borneensis Polyalthea sp. Elmerillia fsiampala Dillenia eximia Cococeras sumatrana Anthocephaluscadamba Eugenia sp. Koompassia malaccensis Litsea firma Polyalthea hypoleuca Rata-rata
Volume limbah (m³/ha) T B C 1.280 1.895 2.598 0.067 0.358 0.153 0.476 0.005 0.751 0.102 0.019 0.149 0.067 0.019 0.088 0.157 0.030 0.408 0.026 0.003 0.057 0.037 0.014 0.064 0.077 0.029 0.306 0.092 0.144 0.403 0.552 0.532 0.420 0.114 0.013 0.225 0.265 0.053 0.283 0.034 0.038 0.052 0.091 0.009 0.234 0.079 0.300 0.037 0.220 0.216 0.389
Nekromassa (ton/ha) T B C 0.410 0.872 0.117 0.036 0.186 0.075 0.295 0.003 0.338 0.040 0.008 0.088 0.026 0.008 0.059 0.100 0.018 0.245 0.018 0.002 0.034 0.024 0.009 0.038 0.050 0.012 0.174 0.045 0.070 0.226 0.326 0.309 0.235 0.059 0.006 0.117 0.175 0.035 0.156 0.025 0.027 0.035 0.055 0.005 0.115 0.031 0.126 0.018 0.107 0.106 0.192
Total nekromassa (ton/ha) 1.280 0.067 0.476 0.102 0.067 0.157 0.026 0.037 0.077 0.092 0.552 0.114 0.265 0.034 0.091 0.079 0.220
*Keterangan: T=Tunggak, B=Batang, C=Cabang
Nekromassa merupakan massa dari bagian pohon yang telah mati yang masih tegak di lahan (batang atau tunggul kayu), kayu di permukaan tanah, tunggak, ranting, ataupun serasah yang belum terlapuk (Hairiah et al. 2011). Nekromassa yang dihitung pada penelitian ini adalah tunggak, batang bebas cabang, dan batang atas termasuk cabang. Nekromassa diperoleh dari volume limbah dan kerapatan kayu, semakin besar volume limbah dan kerapatan kayunya maka nekromassanya juga akan semakin besar. Hal tersebut dapat dilihat dari jenis Shorea sp. yang memiliki volume limbah paling banyak nekromassa yang dimiliki juga besar yaitu 1.28 ton/ha karena jumlah pohon yang ditebang didominasi oleh jenis tersebut. Rata-rata nekromassa paling banyak terkandung pada bagian batang atas termasuk cabang yaitu sebesar 0.192 ton/ha, sedangkan untuk bagian tunggak dan batang bebas cabang hanya sebesar 0.107 ton/ ha dan 0.106 ton/ha.
16 Tabel 11 Rata-rata massa karbon limbah pemanenan kayu Jenis Pohon Shorea sp. Xanthophyllum exelsum Shorea lamelata Shorea johorensis Shorea hopeifolia Shorea gibbosa Scorodocarpus borneensis Polyalthea sp. Elmerillia fsiampala Dillenia eximia Cococeras sumatrana Anthocephalus cadamba Eugenia sp. Koompassia malaccensis Litsea firma Polyalthea hypoleuca Rata-rata
T 32.29 39.03 40.36 36.90 38.32 41.72 64.70 51.15 36.44 46.63 53.86 34.88 41.81 63.13 38.00 51.15 44.40
% Karbon B C 39.50 36.35 41.46 38.70 35.61 31.81 35.88 33.70 48.53 42.87 34.32 46.46 24.27 40.89 30.98 35.08 35.11 34.20 46.94 50.47 53.44 42.13 20.55 35.18 56.06 46.92 66.70 63.77 40.68 36.50 30.98 35.08 40.06 40.63
T
Massa Karbon B C
Total (ton C/ ha)
0.839 0.060 0.303 0.055 0.034 0.170 0.037 0.033 0.111 0.188 0.226 0.079 0.118 0.033 0.089 0.019
0.162 0.015 0.105 0.014 0.013 0.034 0.004 0.007 0.018 0.021 0.174 0.012 0.098 0.017 0.022 0.010
0.317 0.072 0.001 0.003 0.003 0.008 0.001 0.003 0.004 0.036 0.130 0.002 0.016 0.017 0.002 0.044
1.318 0.147 0.409 0.072 0.050 0.213 0.042 0.043 0.133 0.245 0.531 0.093 0.233 0.067 0.113 0.073
0.150
0.045
0.041
0.236
Tabel 11 menunjukkan bahwa kadar karbon paling banyak berdasarkan uji laboratorium terdapat pada bagian tunggak pohon, rata-ratanya sebesar 44.40%, kadar karbon untuk batang bebas cabang sebesar 40.06%, dan batang atas 40.63%. Massa karbon merupakan hasil perkalian antara nekromassa dengan kadar karbon. Simpanan karbon terbesar terdapat pada jenis Shorea sp. (meranti merah) yaitu 1.318 ton C/ha. Simpanan massa karbon pada limbah pemanenan kayu tersebut mengindikasikan besarnya karbon yang akan dilepaskan ke atmosfer melalui proses dekomposisi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan sebaran limbah di PT Sari Bumi Kusuma paling banyak terjadi di petak tebang yaitu sebesar 88.36% atau sama dengan 13.21 m³/ha dengan bagian yang paling banyak ditinggalkan adalah batang atas termasuk cabang dengan rata-rata 6.75 m³/ha. Faktor eksploitasi menggunakan indeks tebang, indeks sarad, dan indeks angkut adalah 0.8. Hasil dari analisis faktor yang mempengaruhi besarnya limbah, peubah luas bidang dasar memiliki korelasi dan pengaruh paling kuat dibandingkan dengan peubah lain seperti intensitas tebang, tinggi total, dan kemiringan lereng. Pohon growong yang paling banyak ditemukan di lapang adalah jenis Shorea sp. yang memiliki biomassa sebesar 1.28 ton/ha. Besarnya simpanan massa karbon dipengaruhi oleh besarnya biomassa dan volume limbah. Simpanan
17 karbon terbesar terdapat pada jenis Shorea sp. yaitu 1.318 ton C/ha dan berdasarkan bagian pohon paling banyak terkandung pada bagian tunggak yaitu 0.15 ton C/ha. Saran Perlu penelitian lanjutan mengenai identifikasi pohon growong dengan metode non destruktif dan pemanfaatan limbah lebih lanjut untuk menghasilkan nilai ekonomi tamahan untuk perusahaan. DAFTAR PUSTAKA [ASTM] American Society For Testing and Materials. 2008. Standard Test Methods for direct moisture content measurement of wood and wood-base materials. Baltimore, MD, U.S.A. Ditjen Pengusahaan Hutan. 1993. Petunjuk Cara Pengukuran dan Penetapan Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. Draper NR, H Smith. 1992. Analisis Regresi Terapan. Edisi 2. Sumantri H penerjemah; Jakarta (ID). Gramedia. Terjemahan dari: Applied Regression Analysis Second Edition. Eisenbies MH, ED Vance, W Aust, JR Seiler. 2009. Intensive utilization of harvest residues in southern pine plantation: Quantities availale and implications for nutrient budgets and sustainable site productivity. Bioenergy Research.3(2): 90−98. DOI: 10.1007 S12155-009-9036-z. Hairiah K, Ekadinata A, Sari RR, Rahayu S. 2011. Pengukuran Cadangan Karbon dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan. Bogor (ID) : World Agroforestry Center-ICRAF, SEA Regional Office. University of Brawijaya Indonesia. Haygreen JG, Bowyer JL. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Hadikusumo SA. Penerjemah; Prawirohatmodjo S, Editor. Yogyakarta: Gadjah Mada. Karlinasari L. 2007. Analisis kekakuan kayu berdasarkan pengujian non destruktif metode gelombang ultrasonic dan kekuatan, lentur kayu berdasarkan pengujian destruktif[Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Larasati N. 2013. Limbah pemanenan kayu dan massa karbon tersimpan pada limbah pemanenan kayu di perusahaan pemanfaatan kayu Kalimantan Timur[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mariyanti IS. 2011. Evaluasi kesehatan pohon ornamental di kota Bogor menggunakan metode visual dan gelombang ultrasonic[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Matangaran JR, Togar LT, Tjetjep UK, Yovi EY. 2000. Studi pemanfaatan limbah pemanenan untuk bahan baku industri dalam rangka pengenalan dan pemasaran hasil hutan. Laporan Akhir. Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Matangaran JR, Partiani T, Purnamasari DR. 2013. Faktor eksploitasi dan kuantifikasi limbah kayu dalam rangka peningkatan efisiensi pemanenan hutan alam.Jurnal Bumi Lestari .13(2):384−393.
18 Mattjik AA, Sumertajaya IM.2006. Perancangan Percobaan. Bogor (ID):IPB Pr. Maulana A. 2009. Pengujian kualitas kayu bundar Jati (Tectona Grandis Linn. f) pada pengelolaan hutan berbasis masyarakat tersertifikasi di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara[Skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor. Purnamasari DR. 2012. Limbah pemanenan kayu, faktor eksploitasi dan karbon tersimpan pada limbah pemanenan kayu di IUPHHK-HA PT Indexim Utama, Kalimantan Tengah[Skripsi]. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor. Sessions J, editor. 2007. Harvesting operations in The Tropics. New York:Springer. Suhartana S, Dulsalam, Tinambunan D. 2005. Peningkatan produksi hasil hutan melalui implementasi pemanenan hutan berwawasan lingkungan.Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Bogor (ID) : Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. hlm 65-77. Suhartana S, Yuniawati. 2014. Potensi karbon pada limbah pemanenan kayu Acacia Crassicarpa. Jurnal Ilmu Lingkungan. 12(1):21−31 Sumarni G, Muslich M. 2007. Keawetan 52 jenis kayu Indonesia dan kegunaannya untuk konstruksi bangunan. Prosiding Seminar Nasional MAPEKI X; 2007 Agustus 9−11; Pontianak, Indonesia. Bogor(ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. hlm 533−543. Sutaryo D. 2009. Penghitungan Biomassa (Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon).Bogor(ID): Wetlands International Indonesia Programme. Walpole RE. 1995. Pengantar Statistik Edisi 3 [Terjemahan dari: Introduction to statistics 3rd edition Penerjemah: Sumantri B]. Jakarta (ID): Gramedia.
19 RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Maret 1994 di Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Tri Warsito dan Ibu Heni Retno. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Mangkubumen Lor No 15 Surakarta lulus pada tahun 2005, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 9 Surakarta lulus pada tahun 2008, dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Surakarta lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi Mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif berkontribusi di beberapa organisasi kemahasiswaan antara lain: Ayumas Solo (Organisasi Mahasiswa Daerah) periode 2011−2014. Anggota Forest Management Student Club (FMSC) pada periode tahun 2012−2013, dan Pengurus BEM KM IPB Kabinet Berani Beda sebagai Bendahara Kementerian PSDM periode tahun 2013−2014. Penulis juga pernah menjadi panitia dalam berbagai acara dan kegiatan diantaranya adalah adalah Semarak Kehutanan, Leadership and Enterpreneur School (LES), Career and Development Training (CDT), dan Journalistic Fair (JF). Pada tahun 2013 penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) Jalur Papandayan – Sancang Timur, kemudian tahun 2014 penulis melakukan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan KPH Cianjur Jawa Barat. Selain aktif dalam organisasi, penulis juga menjadi Asisten Praktikum pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah (IUTPW) pada tahun 2013 sampai tahun 2014, kemudian mata kuliah Inventarisasi Hutan pada tahun 2014. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan PKM-M Save Nature with Super Dare yang berhasil didanai oleh DIKTI. Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul Limbah Pembalakan dan Massa Karbon yang Tersimpan pada Limbah Kayu di PT Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah dibawah bimbingan Bapak Prof Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS.