NILAI EKONOMI SATWALIAR BERDASARKAN PREFERENSI MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN : Studi Kasus di Hutan Produksi PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah
DINI RAHMANITA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
NILAI EKONOMI SATWALIAR BERDASARKAN PREFERENSI MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN : Studi Kasus di Hutan Produksi PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah
DINI RAHMANITA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
Judul Penelitian
: Nilai Ekonomi Satwaliar Berdasakan Preferensi Masyarakat di Sekitar Hutan : Studi Kasus di Hutan Prodiksi PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah
Nama Mahasiswa
: Dini Rahmanita
NIM
: E14101025
Program Studi
: Manajemen Hutan
Fakultas
: Kehutanan
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Ir. Bahruni, MS NIP.131 781 162
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS NIP. 131 430 799
Tanggal Lulus :
RINGKASAN
Dini Rahmanita (E14101025). Nilai Ekonomi Satwaliar Berdasarkan Preferensi Masyarakat di Sekitar Hutan : Studi Kasus di Hutan Produksi PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah. Di bawah bimbingan Ir. Bahruni, MS. Keberadaan hutan mampu memberikan manfaat dan peran yang sangat besar bagi kehidupan penduduk Indonesia. Namun demikian kekayaan hutan tropis dan peran penting keberadaan hutan tersebut bagi kesejahteraan masyarakat secara luas baru dipandang dan dimanfaatkan sebatas penghasil kayu, sedangkan manfaat selain kayu termasuk satwaliar belum dikembangkan secara optimal. Satwaliar memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi, namun pemanfaatannya
sampai saat ini lebih kecil dibandingkan hasil hutan kayu.
Penelitian dan informasi mengenai potensi dan nilai ekonomi satwaliar masih sangat terbatas, sehingga diperlukan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi tersebut guna mendasari upaya pelestarian, pemanfaatan dan pengembangan satwaliar, sehingga diharapkan akan terjadi keseimbangan antara tujuan produksi dan tujuan perlindungan. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengidentifikasi
jenis-jenis
dan
pemanfaatan satwaliar oleh masyarakat di sekitar Hutan Produksi PT. Sari Bumi Kusuma (PT. SBK), Kalimantan Tengah serta menentukan nilai ekonomi satwaliar, berupa nilai kegunaan dan nilai pilihan. Pengambilan data primer dilakukan dengan wawancara semi terbuka secara langsung kepada masyarakat di tiga desa yaitu desa Tanjung Paku, Tumbang Kaburai dan Nanga Siai. Data yang dikumpulkan berupa data sosial ekonomi masyarakat dan data nilai ekonomi satwaliar yang terdiri dari nilai guna (use value) dan nilai pilihan (option value). Data sekunder tentang data monografi desa, kondisi umum lokasi penelitian dan data hasil inventarisasi satwaliar di hutan produksi PT SBK diperoleh dari dokumen perusahaan. Penentuan nilai ekonomi satwaliar dilakukan dengan menggunakan metode harga pasar dan metode kontingensi. Penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar hutan produksi PT SBK unit Seruyan telah memanfaatkan satwaliar yang ada di hutan. Jenis-jenis
satwaliar yang sudah dimanfaatkan masyarakat tersebut terdiri dari babi hutan, kancil, kijang, rusa dan trenggiling. Pemanfaatan terhadap satwaliar ini didukung oleh tingkat preferensi seseorang terhadap suatu jenis satwaliar. Secara umum tingkat preferensi masyarakat terhadap satwaliar paling tinggi adalah tingkat preferensi terhadap babi hutan dengan total skor preferensi 135. Berdasarkan pemanfaatan terhadap jenis-jenis tersebut diperoleh nilai guna satwaliar per ekor untuk babi hutan sebesar Rp 454.813/ekor, kancil sebesar Rp 68.335/ekor, kijang sebesar Rp 227.073/ekor, rusa sebesar Rp 795.690/ekor dan trenggiling sebesar Rp 243.750/ekor. Nilai guna satwaliar bagi masyarakat di sekitar hutan PT SBK Unit Seruyan sebesar Rp 32.298.547 /tahun/KK dengan kontribusi terbesar berasal dari trenggiling dan babi hutan. Sebagian besar responden di lokasi penelitian mempunyai perhatian terhadap pelestarian satwaliar disamping pemanfaatannya. Rata-rata nilai kesediaan membayar pelestarian jenis yang sudah dimanfaatkan dan yang belum dimanfaatkan adalah Rp 14.327/jenis/tahun. Nilai ekonomi total satwaliar bagi masyarakat di hutan produksi PT SBK Unit Seruyan yang berasal dari nilai guna dan nilai pilihan adalah sebesar Rp 1.994.249.056/tahun/desa. Berdasarkan potensi dan nilai ekonomi satwaliar bagi masyarakat di sekitar hutan produksi PT SBK Unit Seruyan, maka dimasa yang akan penetapan tujuan selain tujuan produksi kayu sangat penting untuk diperhatikan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 12 Desember 1982 dari pasangan Bapak Tatang Priatna A. dan Ibu Pursita. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara. Penulis mengawali jenjang pendidikan formal di SD Negeri Cikelet pada tahun 1989 sampai tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Garut dari tahun 1995 sampai tahun 1998 kemudian melanjutkan ke SMU Negeri 1 Tarogong sampai tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Manajemen Hutan Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selama menjalani perkuliahan di IPB, penulis pernah bergabung dengan organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan periode 2002/2003 dan periode 2003/2004, serta BEM KM IPB periode 2004/2005. Penulis melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Hutan di Cagar Alam Leuweung Sancang dan Taman Wisata Alam Kamojang Garut, Praktek Pengelolaan Hutan di KPH Indramayu dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di HPHTI PT. Sumalindo Lestari Jaya, Tbk Kalimantan Timur. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis melakukan penelitian yang berjudul “Nilai Ekonomi Satwaliar Berdasarkan Preferensi Masyarakat di Sekitar Hutan : Studi Kasus di Hutan Produksi PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah” di bawah bimbingan Ir. Bahruni, MS.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dalam upaya menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Tema yang diambil dalam penelitian yang dilaksanakan selama bulan September 2005 ini ialah nilai ekonomi satwaliar, dengan judul “Nilai Ekonomi Satwaliar Berdasarkan Preferensi Masyarakat di Sekitar Hutan: Studi Kasus di Hutan Produksi PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah. Skripsi ini membahas tentang potensi nilai ekonomi satwaliar yang ada di kawasan hutan produksi PT Sari Bumi Kusuma, baik yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan maupun yang belum dimanfaatkan. Nilai ekonomi yang dimaksud berupa nilai guna (use value) dan nilai pilihan (option value). Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada keluarga tercinta atas ketulusan dan keikhlasan doa, kasih sayang dan motivasi, Bapak Ir. Bahruni, MS selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, nasehat, masukan dan pengarahan selama penelitian dan penyusunan skripsi, seluruh pimpinan dan karyawan PT. Sari Bumi Kusuma yang telah membantu kelancaran pengambilan data, serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Mei 2006
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak dan Mama tercinta...Bapak dan Mama tersayang...Bapak dan Mama terkasih atas ketulusan cinta dan kasih sayangnya serta keikhlasan doa, pengorbanan dan dukungan yang tiada batas. A Yudi, Teteh Vini, Kiki dan De Visi atas kasih sayang, doa, dan keceriaan yang telah diberikan. 2. Wa Agus dan Wa Wiwi atas doanya dan dukungannya. 3. Bapak Ir. Bahruni, MS selaku dosen pembimbing atas kesabaran, ketulusan dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan, bantuan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Bapak Ir. Bintang CH Simangunsong, MS. Ph D sebagai dosen penguji wakil Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. 5. Bapak Ir. Tutut Sunarminto, Msi sebagai dosen penguji wakil Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. 6. Bapak Supriyanto, Bapak Joko, Mas Heri, Pak Bulian, Mas Bayu, Mas Ridho, Mas Agus, Mas Donal, Pak Edo, serta seluruh pimpinan dan seluruh karyawan PMDH dan BINHUT PT. SBK Kalimantan Tengah yang telah banyak membantu selama penulis melakukan pengambilan data. 7. Seluruh staff pengajar di Fakultas Kehutanan IPB pada umumnya dan Departemen Manajemen Hutan pada khususnya atas semua ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 8. Rekan-rekan Fahutan A’38 spesial untuk keluarga besar MNH’38 atas kebersamaan, persahabatan dan keceriaan yang telah terjalin, sungguh suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri telah menjadi bagian dari kalian. Semoga kebersamaan kita akan menjadi sebuah kisah klasik yang akan dikenang di masa depan. 9. Teman–temanku di Rinjani serta teman dan adik-adiku di Mahameru atas semangat dan kebersamaannya. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR..................................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vi PENDAHULUAN Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan
................................................................................................. 2
Hipotesis
................................................................................................. 2
Manfaat
................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Nilai dan Penilaian........................................................................ 3 Hasil Penelitian Penilaian Hasil Hutan Bukan Kayu ................................. 5 Satwaliar
............................................................................................. 6
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 8 Bahan dan Alat
...................................................................................... 8
Batasan Penelitian
................................................................................ 8
Pengumpulan Data
................................................................................ 8
Jenis Data
.......................................................................................... 8
Metode Pengumpulan Data .................................................................. 9 Metode Pengambilan Contoh................................................................ 10 Metode Penilaian Ekonomi Satwaliar................................................... 10 Pengolahan dan Analisa Data..................................................................... 10 Karakteristik Pemanfaat Satwaliar....................................................... 10 Penentuan Jenis Satwaliar dan Kontribusinya ..................................... 10 Metode Skoring Tingkat Preferensi ..................................................... 11 Pendugaan Nilai Guna Satwaliar ......................................................... 11 Pendugaan Nilai Pilihan Satwaliar....................................................... 12
KONDISI UMUM LOKASI Letak dan Luas Hutan ................................................................................ 13 Topografi.................................................................................................... 13 Geologi dan Tanah ..................................................................................... 14 Iklim ........................................................................................................... 14 Hidrologi ................................................................................................... 14 Tipe Hutan.................................................................................................. 15 Penggunaan Lahan ..................................................................................... 15 Biologi........................................................................................................ 16 Flora .................................................................................................... 16 Fauna dan Biogeografinya ................................................................... 17 Sosial Ekonomi Masyarakat....................................................................... 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden ............................................................................ 22 Umur Responden ................................................................................ 22 Tingkat Pendidikan ............................................................................. 23 Jumlah Anggota Rumah Tangga.......................................................... 24 Mata Pencaharian dan Tingkat Pendapatan ......................................... 24 Nilai Ekonomi Satwaliar di Kawasan Hutan Produksi PT SBK Unit Seruyan .............................................................................................. 26 Potensi Satwaliar Yang Dimanfaatkan Masyarakat............................. 27 Nilai Guna Satwaliar ........................................................................... 32 Nilai Pilihan Pelestarian Jenis Satwaliar.............................................. 35 Nilai Pilihan Untuk Pelestarian Rusa................................................... 39 Nilai Ekonomi Total Satwaliar ............................................................ 40 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................ 42 Saran
...................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44 Lampiran ........................................................................................................ 46
DAFTAR TABEL Halaman 1. Skor tingkat preferensi...........................................................................
11
2. Gambaran kemiringan lapangan areal konsesi hutan PT SBK ..............
13
3. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di areal konsesi PT SBK Blok Seruyan..........................................................................................
18
4. Jumlah penduduk berdasarkan mata penceharian di areal konsesi PT. SBK Kalteng.. ........................................................................................
20
5. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di areal konsesi PT. SBK Kalteng ..........................................................................................
21
6. Kelompok responden ............................................................................
22
7. Distribusi responden berdasarkan kelompok usia .................................
22
8. Tingkat pendidikan responden...............................................................
23
9. Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota rumah tangga .........
24
10. Distribusi responden berdasarkan mata penceharian utama ..................
25
11. Distribusi responden berdasarkan mata penceharian utama ..................
25
12. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendapatan...........................
25
13. Jenis-jenis satwaliar yang dimanfaatkan dan jumlah pemanfaat ...........
29
14. Bentuk-bentuk pemanfaatan satwa oleh masyarakat di desa-desa sekitar PT SBK dan jumlah pemanfaat..................................................
30
15. Tingkat preferensi responden Desa Tanjung Paku terhadap suatu jenis satwaliar .................................................................................................
31
16. Tingkat preferensi responden Desa Tumbang Kaburai terhadap suatu jenis satwaliar. .......................................................................................
31
17. Tingkat preferensi responden Desa Nanga Siai terhadap suatu jenis satwaliar .................................................................................................
32
18. Nilai guna satwaliar bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan produksi PT SBK Unit Seruyan.............................................................
34
19. Perbandingan jumlah populasi antar waktu berdasarkan persepsi masyarakat .............................................................................................
35
20. Distribusi responden berdasarkan persepsi terhadap pelestarian jenis satwaliar yang sudah dimanfaatkan .......................................................
36
21. Distribusi responden berdasarkan persepsi terhadap pelesatarian jenis satwaliar yang belum dimanfaatkan ......................................................
36
22. Nilai kesediaan membayar untuk pelestarian jenis yang sudah dimanfaatkan dan belum dimanfaatkan .................................................
38
23. Nilai kesediaan membayar untuk pelestarian jenis rusa ........................
40
24. Nilai ekonomi total satwaliar bagi masyarakat di sekitar hutan produksi PT SBK ...................................................................................
41
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1.
Karakteristik masyarakat di sekitar Hutan Produksi PT SBK Unit Seruyan ...........................................................................................
47
2.
Harga Jual Satwaliar Masyarakat Sekitar Hutan Produksi PT SBK .......
49
3.
Nilai kesediaan membayar masyarakat untuk pelestarian satwaliar yang belum dimanfaatkan ................................................................................ 51 Nilai kesediaan membayar masyarakat untuk pelestarian satwaliar yang sudah dimanfaatkan........................................................................ 52
4. 5.
Perubahan jumlah populasi satwaliar berdasarkan persepsi masyarakat ..............................................................................................
53
6.
Nilai kesediaan membayar untuk penambahan jumlah rusa ...................
55
7.
Nilai kesediaan dibayar untuk pengurangan jumlah rusa ......................
56
8.
Daftar satwaliar yang ditemukan di lokasi virgin foresrt di hutan produksi PT SBK ....................................................................................
9.
57
Daftar satwaliar yang ditemukan di lokasi TPTJ 2000 di hutan produksi PT SBK ...................................................................................................
58
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu sumberdaya alam terbesar yang dimiliki Indonesia adalah hutan tropis, dimana sebagian dari hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan luasannya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo (dulunya Zaire). Hutan-hutan ini memiliki kekayaan hayati yang unik (Forest Watch Indonesia-GFW, 2001). Hutan tropis Indonesia menyimpan kekayaaan hayati yang sangat tinggi. Selain memiliki keragaman jenis tumbuhan, hutan tropis Indonesia juga memiliki keragaman jenis fauna (satwa) yang tinggi, dimana sebagian besar habitatnya berstatus hutan produksi. Dengan kekayaan sumberdaya hayati yang dimilikinya, keberadaan hutan mampu memberikan manfaat dan peran yang sangat besar bagi kehidupan penduduk Indonesia. Banyak sumber daya yang tersedia di hutan tropis Indonesia berupa sumberdaya hutan kayu dan sumberdaya hutan non kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya masyarakat yang berada disekitar kawasan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun demikian kekayaan hutan tropis dan peran penting keberadaan hutan tersebut bagi kesejahteraan masyarakat secara luas baru dipandang dan dimanfaatkan sebatas sebagai penghasil kayu, sedangkan manfaat produk-produk salain kayu termasuk satwaliar belum dikembangkan secara optimal. Satwaliar memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi dipasaran pada saat ini dan masa yang akan datang. Namun pemanfaatannya sampai saat ini kurang atau lebih kecil dibandingkan hasil hutan kayu. Penelitian dan informasi mengenai potensi dan nilai ekonomi satwaliar masih sangat terbatas. Untuk itu sangat diperlukan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi tersebut guna mendasari upaya pelestarian, pemanfaatan dan pengembangan satwaliar, sehingga diharapkan akan terjadi keseimbangan antara dua tujuan yaitu tujuan produksi dan tujuan perlindungan. Untuk mengetahui nilai ekonomi dari satwaliar secara kuantitatif, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menghitung nilai pemanfaatan satwaliar yang dapat diperoleh melalui penelitian khusus,
sehingga akhirnya diperoleh pendekatan terhadap nilai ekonomi hutan alam dalam menyediakan satwaliar bagi masyarakat sekitar hutan.
Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1. Mengidentifikasi jenis-jenis dan pemanfaatan satwaliar oleh masyarakat di sekitar Hutan Produksi PT. Sari Bumi Kusuma (PT SBK), Kalimantan Tengah. 2. Menentukan nilai ekonomi satwaliar, berupa nilai kegunaan dan nilai pilihan.
Hipotesis Dalam penelitian ini digunakan hipotesis sebagai berikut : 1. Masyarakat pengguna satwaliar memberikan nilai yang cukup tinggi terhadap satwaliar karena manfaat yang dapat mereka rasakan. 2. Preferensi masyarakat terhadap berbagai jenis satwaliar akan berbeda-beda.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah tersedianya data atau informasi jenis-jenis dan pemanfaatan satwaliar oleh masyarakat di sekitar hutan produksi PT. SBK serta informasi nilai ekonomi dari satwaliar tersebut. Selain itu, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat di sekitar hutan produksi PT. SBK untuk ikut berpartisipasi dalam pelestarian hutan alam. Hal ini didukung oleh adanya manfaat yang mereka peroleh dan rasakan dari hutan alam, dalam hal ini satwaliar sebagai hasil hutan bukan kayu. Data atau informasi kuantitatif yang diperoleh dari nilai ekonomi satwaliar dapat dijadikan acuan bagi pengelola hutan alam dalam pengambilan keputusan penetapan tujuan pengelolaan sumberdaya hutan secara tepat .
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Nilai dan Penilaian Nilai adalah persepsi manusia, tentang makna sesuatu objek (sumberdaya hutan), bagi orang (individu) tertentu, tempat dan waktu tertentu pula. Nilai sumberdaya hutan yang dinyatakan oleh suatu masyarakat di tempat tertentu akan beragam, tergantung kepada persepsi setiap anggota masyarakat tersebut, demikian juga keragaman nilai akan terjadi antar masyarakat yang berbeda. Keragaman nilai ini mencakup besar nilai maupun macam nilai yang ada (Bahruni, 1999). Penilaian adalah penentuan nilai manfaat suatu barang ataupun jasa bagi manusia atau masyarakat. Adanya nilai yang dimiliki oleh suatu barang dan jasa (sumberdaya dan lingkungan) pada gilirannya akan mengarahkan perilaku pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu, masyarakat ataupun organisasi (Bahruni, 1999). Menurut Davis dan Johnson (1987), nilai merupakan persepsi atau penghargaan terhadap barang atau jasa, nilai adalah harga sesuatu yang dinilai oleh setiap individu tergantung waktu dan tempat. Sedangkan penilaian diartikan sebagai pendugaan terhadap nilai dari sesuatu kemudian dinyatakan harganya. Jenis nilai yang dimaksud adalah nilai pasar. Dalam keadaan dimana tidak ada pasar sama sekali untuk komoditikomoditi jenis-jenis yang akan dinilai digunakan standar lain yaitu dengan subtitusi atau nilai barang pengganti (Duerr, 1960). Menurut Bahruni (1999) penilaian ekonomi adalah proses kuantifikasi nilai biofisik dan fenomena sosial budaya untuk setiap indikator nilai (komponen sistem) menjadi nilai ekonomi (moneter) dengan metode tertentu sesuai dengan sifat setiap indikator nilai tersebut. Metode penilaian manfaat hutan maupun peranan (keterkaitan) ekonomi sumberdaya hutan terhadap sektor ekonomi lainnya dalam pembangunan ekonomi wilayah dan nasional pada dasarnya ada dua yaitu metode atas dasar pasar dan metode pendekatan terhadap pasar atau pendekatan terhadap kesediaan membayar (willingness to pay/willingness to accept).
Metode penilaian yang digunakan dilakukan melalui proses pemilihan berdasarkan kriteria yang menggambarkan karakteristik setiap jenis nilai yang diklasifikasikan atas 1) Nilai guna langsung (direct use value), 2) Nilai guna tidak langsung (indirect use value), 3) Nilai pilihan akan datang (option value), 4) Nilai keberadaan (existentce value). Nilai guna yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri pengolahan kayu, kayu bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti perladangan, kebun, produksi air untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan air rumah tangga dan pertanian, pembangkit listrik, ekowisata (wisata alam). Nilai pilihan merupakan nilai harapan masa yang akan datang terhadap komoditas yang saat ini digunakan (konsumsi), maupun yang belum dimanfaatkan. Nilai ini berkaitan dengan adanya ketidakpastian, yang bersumber dari dua hal yaitu preferensi masyarakat konsumen saat ini terhadap komoditas hutan (barang dan jasa) pada masa yang akan datang, maupun preferensi generasi yang akan datang (demand-side option value). Nilai
ekonomi
total
merupakan
konsep
yang
sesuai
untuk
memperhitungkan manfaat dari peningkatan kualitas barang publik atau kerusakan yang ditimbulkan oleh banyak proyek pembangunan. Nilai ekonomi total dianggap sebagai instrumen yang tepat untuk menghitung keuntungan dan kerugian bagi kesejahteraan masyarakat sebagai akibat dari pengalokasian sumberdaya hutan (Natural Resources Management Program, 2000 dalam Anggaraspati, 2002). Menurut Davis dan Johnson (1987), untuk hasil hutan yang dimanfaatkan dapat dilakukan penilaian berdasarkan metode: 1. Metode Nilai Pasar Nilai pasar adalah nilai atau angka rupiah yang ditetapkan untuk transaksi atau jual beli pasar. Nilai yang dianggap standar adalah nilai pasar, yakni harga yang ditetapkan untuk penjual dan pembeli tanpa campur tangan pihak lain atau keadaan kompetisi sempurna.
2. Metode Nilai Relatif Metode nilai relatif adalah sebuah metode yang didasarkan pada nilai barang yang ditukar terhadap barang yang telah ada nilai pasarnya. Nilai relatif suatu barang akan lebih diterima apabila dicari pertukarannya dengan barang yang telah ada pasarnya. Pearce dalam Hufschmidt dkk. (1987), mengemukakan bahwa metode penilaian dapat dikembangkan dari segi manfaat atau permintaan, yaitu: 1. Berdasarkan pada nilai pasar, melalui tiga pendekatan mencakup: pendekatan kehilangan pendapatan, perubahan produktifitas dan nilai produksi. 2. Berdasarkan pada harga barang pengganti mencakup: harga hedonic, harga pengganti (barang substitusi), biaya perjalanan dan nilai relatif. 3. Berdasarkan pendekatan survey dengan metode penilaian kontingensi, mecakup: cara tawar menawar, mencoba menjual dan membeli, membuat simulasi perdagangan serta mengumpulkan pendapat dari para ahli
Hasil Penelitian Penilaian Hasil Hutan Bukan Kayu Menurut hasil penelitian Bahruni,dkk (2002) diketahui bahwa nilai guna (use value) flora di Hutan Taman Nasional Gunung Halimun dan Hutan Lindung Gunung Salak bagi masyarakat lokal adalah sebesar Rp 575.118/tahun/RT (Rumah Tangga), dimana sebagaian besar disumbang oleh pemanfaatan agathis, puspa, rasamala, dan bambu sebagai bahan bangunan, sedangkan nilai guna fauna (satwa) oleh masyarakat adalah sebesar Rp 269.806/tahun/RT, dimana kontribusi terbesar berasal dari kumbang yang diperdagangkan untuk ekspor ke Jepang, dan kancil. Selain memiliki nilai guna, sumberdaya hayati yang ada di lokasi tersebut juga memiliki nilai keberadaan (existence value) maupun nilai harapan akan datang (option value) dengan ukuran kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perlindungan dengan derajat perlindungan 100% cukup tinggi, yaitu berkisar antara Rp 16.500-48.500/tahun/RT dengan rata-rata Rp 26.088/tahun/RT. Bagi masyarakat di sekitar Hutan Lindung Gunung Darajat nilai guna flora mencapai Rp 7.122.660/tahun/RT, sedangkan nilai guna fauna di lokasi tersebut adalah Rp1.374.000/tahun/RT.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rofiko (2003) diketahui bahwa nilai guna flora di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun bagi masyarakat lokal sebesar Rp 23.421.423,84/tahun/RT yang mencakup dalam enam lokasi desa. Keenam lokasi desa tersebut merupakan desa yang terletak di dalam kawasan, di perbatasan kawasan dan di luar kawasan TNGH yang masih memiliki intersaksi dengan kawasan TNGH. Menurut Bismark (1998) dari berbagai data yang dilaporkan MacKinnon et al (1990) di Botswana, lebih dari 50 jenis satwaliar dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengonsumsi protein hewani dengan jumlah 90,7 kg/orang/tahun dan bahkan dapat menyumbang 40% dari ransum penduduknya. Di Serawak, penduduk setiap tahun memakan daging satwaliar senilai 50 juta $US dan di Ghana, 80% daging yang dikonsumsi penduduk berasal dari satwaliar. Pemanfaatan satwaliar di Indonesia sudah ada, baik langsung dari alam atau melalui hasil penangkaran untuk tujuan ekspor. Dalam tahun 1993 nilai ekspor satwaliar mencapai $US 1.700.000 (Departemen Kehutanan, 1994 dalam Bismark 1998).
Satwaliar Satwaliar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia ( Departemen Kehutanan, 1990). Satwaliar hidup pada berbagai macam lingkungan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan, termasuk daerah perairan. Mereka hidup pada lingkungan yang memenuhi persyaratan, yaitu adanya
tempat untuk berlindung dan berkembangbiak,
tersedianya pakan dan air, dan dapat bergerak dengan bebas (Alikodra, 2002). Secara umum untuk mendukung kehidupan satwaliar diperlukan satu kesatuan kawasan yang dapat menjamin segala keperluan hidupnya baik makanan, air, udara bersih, garam mineral, tempat berlindung, berkembangbiak, maupun tempat mengasuh anak-anaknya. Kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembangbiak satwaliar disebut habitat. Satwaliar
menempati habitat sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya. Penebangan hutan telah memberikan dampak yang cukup berarti terhadap keberadaan jenis. Beberapa jenis baru muncul dan juga ada beberapa jenis yamg hilang. Kegiatan penebangan telah merubah struktur vegetasi, komposisi dan keanekaragaman yang menyebabkan berubahnya habitat satwaliar. Hal ini secara langsung dapat mengurangi ketersediaan pakan dan tempat berlindung/cover bagi satwaliar. Perubahan ini menyebabkan berubahnya komposisi satwaliar yang ada pada suatu areal. (Lumme,1994). Menurut Alikodra (2002), satwaliar mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik ditinjau dari segi ekonomi, penelitian, pendidikan dan kebudayaan, maupun untuk kepentingan rekreasi dan pariwisata. Peranan satwaliar dalam kehidupan manusia sangat besar. Manusia memanfaatkannya dari mulai daging, kulit, minyak, tanduk, tulang, maupun bulunya. Bahkan sarang jenis burung walet (Collocalia spp.) merupakan komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Satwaliar Indonesia mempunyai permintaan pasar yang cukup kuat, terutama burung dan reptil. Keadaan ini tentunya mempunyai dampak yang positif bagi kondisi ekonomi dan sosial masyarakat (Alikodra, 2002).
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan September 2005 di desa-desa sekitar Hutan Produksi PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer hasil wawancara dengan masyarakat desa sekitar kawasan hutan produksi PT SBK Unit Seruyan melalui wawancara semi terbuka dengan panduan kuisioner, serta data sekunder mengenai kondisi umum lokasi penelitian, monografi desa dan data inventarisasi satwaliar PT SBK. Alat yang digunakan dalam analisis data adalah alat tulis, kalkulator, Personal Computer dengan menggunakan software Microsoft Excel.
Batasan Penelitian 1. Wilayah penelitian adalah hutan produksi PT SBK Unit Seruyan dengan mengambil contoh desa-desa yang terletak di sekitar kawasan hutan produksi PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan, Kalimantan Tengah. 2. Masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang tinggal dan hidup di sekitar hutan produksi PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan, Kalimantan Tengah, baik yang berada di dalam kawasan maupun yang berada di luar kawasan yang masih memiliki interaksi terhadap hutan. 3. Nilai ekonomi yang dianalisis adalah nilai guna (use value) dan nilai pilihan (option value).
Pengumpulan Data Jenis Data Data primer yang dikumpulkan berupa data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara langsung dengan masyarakat di lokasi penelitian, meliputi : 1. Data Sosial Ekonomi Masyarakat yang terdiri dari :
a. Umur responden (kepala keluarga) b. Jumlah anggota keluarga c. Tingkat pendapatan masyarakat d. Tingkat pendidikan masyarakat 2. Data nilai ekonomi sumberdaya hutan (satwaliar) mencakup : h Nilai Guna, terdiri dari : a. Identifikasi jenis satwaliar yang dimanfaatkan b. Periode berburu c. Volume atau jumlah satwaliar yang dimanfaatkan d. Pemilihan lokasi berburu dan alasannya e. Bentuk pemanfaatan atau penggunaan satwaliar hasil berburu oleh masyarakat f. Pengetahuan masyarakat tentang kondisi populasi satwaliar. g. Tingkat preferensi masyarakat terhadap jenis satwaliar yang mereka manfaatkan. h Nilai Pilihan a. Identifikasi jenis satwa yang ingin dilindungi/dilestarikan oleh masyrakat. b. Kesediaan membayar dan kesediaan dibayar untuk pelestarian jenis satwaliar. c. Kesediaan membayar dan kesediaan dibayar untuk pelestarian Rusa
Data sekunder yang diperlukan dalam penilaian ekonomi adalah : 1. Data umum lokasi penelitian 2. Monografi desa 3. Data Inventarisasi Satwaliar Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data tersebut, dilakukan dengan cara-cara berikut : 1. Studi literatur untuk mendapatkan data sekunder tentang daerah penelitian. 2. Wawancara yang dilakukan bersifat semi terbuka, untuk mendapatkan data primer.
Metode Pengambilan Contoh Pengambilan contoh dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Pemilihan desa contoh dilakukan secara sengaja (purposive). Desa contoh dipilih berdasarkan pertimbangan kemudahan akses menuju desa dan berdasarkan informasi awal mengenai besarnya interaksi masyarakat desa dengan hutan di sekitarnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut diambil tiga desa contoh yaitu dua desa di dalam kawasan hutan dan satu desa di luar kawasan hutan. 2. Pemilihan contoh rumah tangga sebagai responden dilakukan pada masingmasing desa secara acak. Jumlah contoh responden diambil sebanyak 31 orang dari seluruh desa. Metode Penilaian Ekonomi Satwaliar Penilaian ini memerlukan informasi atau data tentang harga atau nilai per unit hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat serta data atau informasi diperoleh melaui wawancara dengan responden. Dalam penelitian ini, untuk menilai manfaat satwaliar digunakan dua metode sebagai berikut : 1. Metode harga pasar, nilai diperoleh berdasarkan harga jual beli (harga pasar). 2. Metode kontingensi, yaitu teknik wawancara untuk menentukan nilai hipotesis konsumen tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki harga pasar.
Pengolahan Data dan Analisa Karakteristik Pemanfaat Satwaliar Pengolahan data dilakukan dengan merekapitulasi hasil wawancara dengan responden yang meliputi umur kepala keluarga, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian, dan tingkat pendapatan. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabulasi. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara deskriptif dan persentase. Penentuan Jenis Satwaliar dan Kontribusinya Pengolahan data dilakukan melalui rekapitulasi data hasil wawancara mengenai nilai ekonomi satwaliar dan disusun tabel mengenai jenis-jenis satwaliar
yang dimanfaatkan serta nilai kontribusi tiap jenis satwaliar terhadap seluruh jenis satwaliar yang dimanfaatkan. Metode Skoring Tingkat Preferensi Tingkat preferensi masyarakat terhadap satwaliar dibagi kedalam lima tingkat kesukaan kemudian masing-masing tingkat tersebut diberi skor. Pembagian skor tingkat preferensi tersebut disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Skor tingkat preferensi Tingkat Preferensi 1 2 3 4 5
Skor 5 4 3 2 1
Untuk menghitung total skor tingkat preferensi masyarakat terhadap satwaliar adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut : S tot = ∑ ( s i xn)
Keterangan : Stot
= total skor tingkat preferensi suatu jenis satwaliar
si
= skor tingkat preferensi ke i suatu jenis satwaliar
n
= jumlah responden yang mempunyai tingkat preferensi ke i terhadap suatu jenis satwaliar
Pendugaan Nilai Guna Satwaliar Nilai guna satwaliar dapat dihitung menggunakan metode harga pasar dengan menggunakan pendekatan harga jual satwaliar yang berlaku di lokasi penelitian. Dalam menduga nilai guna ini diukur dengan menghitung nilai ratarata pemanfaatan dan total pemanfaatan satwaliar. Nilai rata-rata pemanfaatan satwaliar dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
y=
y n
Keterangan :
y = nilai rata-rata pemanfaatan per tahun tiap individu pemanfaat satwaliar y = nilai total pemanfaatan seluruh contoh dalam setahun
n = banyaknya contoh Sedangkan nilai total pemanfaatan dihitung dengan menggunakan rumus berikut : Y = (y/n). N = y . N Keterangan : Y
= nilai total pemanfaatan populasi
N
= jumlah populasi pemanfaat satwaliar
y
= nilai total pemanfaatan seluruh contoh dalam setahun
y
= nilai rata-rata pemanfaatan per tahun tiap individu pemanfaat satwaliar
n
= banyaknya contoh
Pendugaan Nilai Pilihan Satwaliar Nilai pilihan satwaliar merupakan nilai yang menunjukkan jaminan terhadap pelestarian jenis sehingga manfaatnya masih dapat dirasakan di masa yang akan datang. Nilai pilihan satwaliar dapat diukur dalam bentuk nilai pelestarian jenis satwaliar baik untuk jenis yang sudah dimanfaatkan pada saat sekarang maupun untuk jenis yang belum dimanfaatkan pada saat sekarang. Metode yang digunakan dalam pendugaan nilai pilihan ini adalah Metode Penilaian Kontingensi (MPK) dengan menggunakan pendekatan kesediaan membayar atau Willingness To Pay (WTP) dari masyarakat untuk pelestarian jenis satwaliar.
KONDISI UMUM LOKASI Letak dan Luas Hutan Secara geografis areal PT Sari Bumi Kusuma (PT SBK Unit Seruyan) berada pada posisi 00°36’-01°10’ Lintang Selatan dan 111°39’-112°25’ Bujur Timur. Berdasarkan administrasi pemerintahan, areal konsesi hutan ini sebagian berada dalam wilayah Kecamatan Katingan Hulu (Kabupaten Katingan) dan sebagian kecil termasuk wilayah Kecamatan Seruyan Hulu (Kabupaten Seruyan), Propinsi Kalimantan Tengah. Batas-batas areal kerja PT SBK Unit Seruyan dengan wilayah lain adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: HPH Kayu Waja dan TN Bukit Baka-Raya
Sebelah Timur
: HPH PT Erna Djuliawati dan HPH PT Meranti Mustika
Sebelah Barat
: HPH PT Erna Djuliawati
Sebelah Selatan
: HPH PT Erna Djuliawati dan HPH PT Meranti Mustika
Berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 201/Kpts-II/1998 tanggal 28 Februari 1998, luas areal untuk Unit Seruyan adalah ± 147.600 ha. Melalui perhitungan ulang areal menggunakan GIS diperoleh luas 151.020 hektar. Sampai saat ini belum ada penetapan luas definitif areal kerja PT SBK Unit Seruyan.
Topografi Seluruh areal konsesi hutan PT SBK berupa tanah daratan kering, dengan bentuk lapangan bervariasi dari landai-curam serta memiliki kemiringan 645%.dengan ketinggian antara 100-1.550 m dpl. Sebagian besar arealnya (47%) berada pada daerah dengan kemiringan lapangan agak curam (15-25%). Gambaran kemiringan lapangan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Gambaran kemiringan lapangan areal konsesi hutan PT SBK Kondisi Lapangan Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam Jumlah
Persen Lereng 0-8 % 9-15 % 16-25 % 26-40 % >= 40 %
Luas (Ha) 4.029 61.818 98.674 44.342 1.132 209.995
Sumber : RKPHTI PT SBK (1998) dalam Rusolono T et al. 2002
Persentase (%) 1,92 29,43 46,99 21,12 0,54 100
Areal yang mempunyai ketinggian tempat di atas 500 m dengan keadaan lapangan bergelombang berat terutama penyebarannya berada di bagian Utara yang berfungsi sebaga Hutan Lindung dan berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Barat.
Geologi Dan Tanah Jenis tanah di areal konsesi PT SBK Unit Seruyan dibedakan atas 3 satuan peta tanah (SPT) atas dasar perbedaan fisiografi lapangannya. Pada daerah dengan fisiografi perbukitan dan pegunungan instrusi jenis tanah dominan (menurut klasifikasi PPT, 1983) adalah Kambisol Distrik, sedangkan pada daerah dataran berupa
tanah
Podsolik
Kandik.
Jenis-jenis
diatas
(menurut
klasifikasi
Supraptoharjo, 1976) juga diklasifikasikan sebagai tanah kompleks podsolik. Tanah kompleks podsolik adalah tanah-tanah yang memiliki sifat erodibilitas tinggi. Secara geologi, daerah ini terbentuk pada masa intrusif dan plutonik BasaMenengah (Peta Geologi skala 1: 2.000.000, Direktorat Geologi Bandung, 1965).
Iklim Areal konsesi hutan PT SBK termasuk wilyah yang memiliki curah hujan yang tinggi. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson, areal ini termasuk tipe iklim A (sangat basah, Q = 11,11%). Atas dasar data hujan Katingan Kuala/Pagatan (1992-1997), curah hujan tahunan sebesar 2.835 mm/tahun dengan hari hujan 136 hari/tahun, atau intensitas hujannya 21,3 mm/tahun. Hasil pengukuran data hujan selama 1 tahun (September 2001-Agustus 2002) menunjukkan besarnya curah hujan sebesar 3.730 mm/tahun dengan hari hujan 131 hari/tahun atau dengan intensitas hujan 29 hmm/hari (intensitas tinggi). Suhu rata-rata pada waktu pagi hari sebesar 25,2°C, sedangkan kelembaban udara ratarata sebsar 98% pada pagi hari dan 57% pada sore hari.
Hidrologi Berdasarkan posisinya dalam wilayah DAS , areal PT SBK berada di bagian hulu dari DAS Katingan dan bagian hulu dari DAS Seruyan. Atas dasar cakupan wilayah dalam DAS, maka lebih dari dua pertiga wilayah dalam DAS,
maka lebih dari dua pertiga wilayahnya berada di DAS Katingan. Sungai Katingan dan Sungai Seruyan adalah dua sungai besar yang keduanya bermuara ke laut Jawa. Sungai-sungai tersebut masih memiliki beberapa anak sungai yang banyak terdapat di dalam areal konsesi ini. Anak-anak sungai Katingan (S. Katingan Hulu, S. Senamang, dll) dan sungai Seruyan (S. Seruyan, S.Kebahau, dll) yang mengalir di dalam areal kerja ini umumnya mempunyai lebar sekitar 2030 meter dan relatif dangkal. Hanya Sungai Katingan dan Sungai Senamang yang dapat dimanfaatkan untuk sarana transportasi dan pengngkutan kayu, khusunya pada saat musim penghujan.
Tipe Hutan Vegetasi di kelompok hutan S. Seruyan Hulu belum dirisalah secara menyeluruh, kecuali untuk kepentingan perhitungan kayunya. Kemungkinan sebagian besar termasuk ke dalam tipe hutan dipterokarpa dataran rendah. Ekspedisi Bukit Raya di wilayah Taman Nasional Bukit Raya-Bukit Baka -yang bersebelahan dengan areal konsesi PT SBK- yang dilakukan oleh Noteboom dkk. pada tahun 1982/1983 mencatat bahwa hutan dipterokarpa dataran rendah terdapat hingga ketinggian sekitar 400 m dpl; dimana suku Dipterocarpaceae mendominasi hingga lebih dari 60% pohon-pohon penyusunnya. Diatas ketinggian ini jumlah Dipterocarpaceae semakin berkurang; dan diatas ketinggian 1.600 m dpl terdapat hutan lumut (MacKinnon dkk, 2000 dalam Rusolono, 2002). Seperti diketahui, ketinggian tempat di areal kerja PT SBK berkisar antara 100-1.550 m dpl.
Penggunaan Lahan Sampai saat ini penggunaan lahan di areal konsesi hutan ini sebagian besar masih berupa vegetasi asli hutan alam dan hanya sebagian kecil saja yang digunakan untuk lahan pertanian lahan kering (ladang, kebun) atau lahan basah (persawahan). Menurut informasi penutupan lahan dari hasil penafsiran Citra Landsat liputan tahun 1998 dan tahun 1999, areal dengan kondisi tidak berhutan (semak atau belukar, lahan pertanian) kurang dari 10% luas areal kerja PT SBK tersebut. Dari pengamatan Citra Landsat selama 15 tahun terakhir, laju pengurangan areal berhutan diperkirakan kurang dari 1% luas hutannya.
Lahan-lahan tidak berhutan umumnya lokasi peladangan sistem rotasi, yakni lokasinya biasanya berdekatan dengan areal perkampungan, disepanjang wilayah sungai dan beberapa berada di pinggir jalan hutan. Lahan-lahan ini umumnya ditanami dengan tanaman pangan untuk waktu tertentu kemudian ditinggalkan. Dalam periode waktu beberapa tahun kemudian lahan yang telah ditinggalkan tersebut kembali didatangi dan dilakukan pembukaan ulang dengan pembakaran. Hutan alam menempati bagian terluas dari areal hutan PT SBK, dan terdiri dari hutan primer yang masih belum mengalami penebangan dan hutanhutan bekas tebangan. Hutan primer yang masih ada umumnya berada pada daerah-daerah sempit yang topografi lapangannya berbukit-curam atau berupa sisa hutan primer yang terlewat (tidak terambil) pada saat penebangan sebelumnya. Penyebarannya sebagian besar berada di bagian sisi Timur dan Utara ke arah batas HPH dengan hutan lindung atau Taman Nasional Bukit Raya-Bukit Baka.
Biologi Flora Hutan primer di areal PT SBK didominasi oleh jenis-jenis dipterokarpa, terutama meranti merah. Dokumen SEL (1992) dalam Rusolono, T et al (2002) menyebutkan bahwa Shorea leprosula (meranti merah) mendominasi tingkat pepohonan dengan INP 46,98; diikuti dengan Eugenia sp. (INP 29,49) dan Eusideroxylon zwageri (INP 22,37).
Di hutan-hutan bekas tebangan RKL I hingga RKL V dominasi spesies ini tidak banyak berubah. Meranti (Shorea sp.) masih tetap mendominasi tingkat pepohonan diikuti oleh ubah (Eugenia sp.), atau bergantian. Pada RKL I, II, dan V Shorea sp. dominan (INP berturut-turut 85.55, 61.82, dan 50.25) diikuti Eugenia
sp. (INP berturut-turut 40.25, 50.43, dan 39.47). Sedangkan pada RKL III dan IV Eugenia sp. mendominasi (INP berturut-turut 45.05 dan 58.86); diikuti Shorea sp.
dengan INP 42.68 pada RKL III, dan Litsea (INP 34.26) serta Shorea (INP13.28) pada RKL IV. Meskipun demikian, persentase jumlah pohon dipterokarpa sebagai penyusun tegakan menyusut menjadi 35% pada RKL I, dan hingga tinggal 13% pada RKL IV. Sementara itu tercatat pula beberapa jenis pohon yang dilindungi yang ditemukan di areal PT SBK seperti Jelutung (Dyera costulata), tengkawang
(Shorea sp.) dan ulin (Eusideroxylon zwageri). Dibawah diameter 60 cm pohonpohon tidak boleh ditebang oleh HPH, karena dibeberapa tempat dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat setempat. Fauna dan Biogeografinya Satwaliar di areal kerja PT SBK Unit Seruyan belum didata secara lengkap, baik jumlah jenis, agihan maupun kelimpahannya. Meskipun demikian, dari data yang telah terkumpul selama ini, terlihat bahwa kekayaan jenis fauna di PT SBK Unit Seruyan cukup tinggi yang dapat dilihat dengan ditemukannya 19 spesies mamalia dan 34 spesies burung tercatat selama studi dilakukan seperti dikemukakan dalam Dokumen SEL (1992) dalam Rusolono, T et al (2002). Kekayaan jenis yang sesungguhnya diduga jauh lebih tinggi, mengingat bahwa jenis-jenis yang tercatat adalah jenis-jenis mamalia besar. Areal PT SBK Unit Seruyan juga merupakan tempat hidup bagi banyak jenis satwaliar yang dilindungi. Mulai dari mamalia besar seperti orang utan (Pongo pygmaeus), beruang (Helarctos malayanus), rusa sumbar (Cervus unicolor) dan macan dahan (Neofelis nebulosa); hingga yang kecil seperti kancil
(Tragulus javanicus) dan singapuar (Tarsius bancanus) (Vanlie dan Dimus, 1999 dalam Rusolono, T et al 2002). Burung-burung yang dilindungi juga banyak
jenisnya seperti elang ular (Spilornis cheela), ulung-ulung (Haliastur indus), ruwai (Argusianus argus), berbagai jenis rangkong (misalnya Buceros rhicinoceros, B. vigil, Anthracoceros malayanus), hingga burung-burung pengisap
madu seperti Arachnothera, Anthreptes dan Nectarinia.
Sosial Ekonomi Masyarakat Secara administrasi, areal konsesi PT.SBK Unit Seruyan Kalimantan Tengah semula termasuk wilayah kabupaten Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Tengah. Namun dengan adanya pemekaran kabupaten baru, maka areal konsesi ini menjadi masuk ke dalam dua kabupaten baru yaitu Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Katingan. Sebagian besar areal masuk ke dalam wilayah Kabupaten Katingan. Pada batasan administrasi yang lebih kecil, areal konsesi masuk kedalam dua kecamatan, yakni Kecamatan Katingan Hulu yang menjadi bagian Kabupaten Katingan dan
Kecamatan Seruyan Hulu yang menjadi bagian Kabupaten Seruyan. Kemudian ada beberapa desa yang yang melingkup areal konsesi, dimana pemukiman penduduk sebagian desa tersebut berada didalam batas konsesi dan sebagian lagi berada di sekitar konsesi. Disamping itu terdapat juga satu desa yang terkait dengan aliran kayu PT SBK Unit Seruyan yakni dengan keberadaan log pond di wilayah propinsi Kalimantan Barat, tepatnya Desa Nanga Siai, Kecamatan Menukung Kabupaten Sintang. Berdasarkan data monografi desa di PT SBK Unit Seruyan periode 2004 sekitar 3.954 orang penduduk tinggal di desa-desa atau dusun-dusun sekitar kawasan tersebut. Populasi terbesar terletak di
bagian wilayah Kalimantan
Tengah yaitu sebanyak 2.362 orang. Penyebaran penduduk di sekitar kawasan hutan PT SBK Unit Seruyan kurang merata antara desa yang satu dengan desa yang lainnya. Jarak antara desa atau kompleks pemukiman terpencar berjauhan dan belum didukung oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai, hanya menggunakan kendaraan milik perusahaan. Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di areal konsesi PT SBK Unit Seruyan No. I
II
Desa/Dusun Wilayah Kalbar a. Sungkup b. Ancana c. Belaban Ella d. Nanga Siyai e. Nanga Apat f. Landau Mumbung Jumlah I Wilayah Kalteng a. Tanjung Paku b. Tanjung Paku Km 72 c. Riam Batang d. Tumbang Teberau e. Tumbang Kaburai f. Tanjung Batik g. Tumbang Karuei h. Tumbang Karuei Km.72 i. Tumbang Kejamai j. Kiham Batang k. Rangan Rawit Jumlah II Jumlah I+II
Sumber : Data Monografi Desa PT SBK, 2004
Jumlah Penduduk (Jiwa) Laki-laki Perempuan Total
Sex Ratio
151 22 258 158 95 125 809
132 26 261 136 98 130 783
283 48 519 294 193 255 1.592
114,39 84,62 98,85 116,18 96,94 96,15 103,32
80 70 128 62 172 80 123 48 206 103 119 1.191 2.000
201 59 126 56 154 79 116 52 200 95 104 1.242 2.025
210 129 254 118 326 159 239 100 406 198 223 2.362 3.954
39,80 118,64 101,59 110,71 111,69 101,27 106,03 92,31 103,00 108,42 114,42 95,89 98,77
Suku Dayak merupakan etnis asli dan tersebar dari wilayah Kalimantan, yang terbagi atas suku yang lebih kecil tinggal di desa atau dusun. Suku Dayak yang tinggal di desa Nanga Siai (sekitar jalan koridor) terdiri dari suku Dayak Limbai, Kenyilu dan Ransa, sedangkan di Desa Tanjung Paku, Tumbang Teberau (di dalam areal HPH) tinggal masyarakat dari Dayak Pangin, dan di desa Tumbang Kaburai tinggal suku Dayak Dohoi Ot Danum, Melawi, dan Katingan. Sebagian besar dari masyarakat tersebut beragama Kristen dan Hindu Kaharingan. Mata penceharian penduduk di sekitar kawasan hutan PT SBK sebagian besar adalah bertani atau berladang secara tradisional dengan sekali-kali membuka hutan baru untuk lahan pertanian yang biasa disebut “mahimba” dan yang paling sering adalah berladang pada bekas lahan beberapa tahun sebelumnya yang biasa disebut “ngumo taja” (Dayak Ot Danum). Kegiatan ekonomi peladang bersifat tertutup (hasil pertaniannya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri dan tidak untuk dijual) karena pengaruh aksesibilitas, modal, dan pasar. Kegiatan sampingan peladang masih banyak mengalami hambatan dan belum berkembang. Masyarakat di dalam dan di sekitar hutan biasanya mempunyai aksesibilitas yang tinggi ke dalam wilayah hutan (areal konsesi HPH) dikarenakan berbagai hal seperti untuk keperluan berburu, mencari hasil hutan, membuka areal perladangan dan sebagainya. Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di areal konsesi PT. SBK Kalteng. No
I
II
Desa/Dusun
Wilayah Kalbar a. Sungkup b. Ancana c. Belaban Ella d. Nanga Siyai e. Nanga Apat f. Landau Mumbung Jumlah I Wilayah Kalteng a. Tanjung Paku b. Tanjung Paku Km 72 c. Riam Batang d. Tumbang Teberau e. Tumbang Kaburai f. Tanjung Batik g. Tumbang Karuei h. Tumbang Karuei Km.72 i. Tumbang Kejamai j. Kiham Batang k. Rangan Rawit Jumlah II Jumlah I+II
Mata Pencaharian
Total
Petani
Peladang
Petani & Peladang
Hasil Hutan
Kry Prsh
PNS/ TNI/ Polri
Pertukangan
40 4 29 16 26 31 146
71 309 14 28 422
29 6 100 294 40 52 521
7 7
13 2 29 7 6 57
3 1 4
2 -2
84 12 232 620 87 124 1.159
89 37
71 43
44 21
-
191 28
5 -
14 -
414 129
-
196 110 312 129 176 13
3 312 63
4 2 17 15 16
42 3 11 4 5 8
3 6 3 -
12 3 2 -
254 118 326 159 201 100
-
212 170 192
145 -
11 15 -
25 10 23
8 1 8
4 2 -
405 198 223
126 272
1.312 1.734
588 1.109
80 87
350 407
34 38
37 39
2.527 3.686
Sumber : Data Monografi Desa PT SBK, 2004
Sebagian besar tingkat pendidikan dari masyarakat di sekitar kawasan hutan tersebut masih sangat rendah. Keadaan tingkat pendidikan yang rendah ini menyebabkan sulitnya mencari pekerjaan, selain bertani secara tradisional. Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di areal konsesi PT. SBK Kalteng. Tingkat Pendidikan No
I
Blm Sekolah (0-13 thn)
TK/ SD
a. Sungkup
85
47
60
65
b. Ancana
13
9
13
10
c. Belaban Ella
36
64
29
36
26
d. Nanga Siyai
42
50
20
30
6
e. Nanga Apat
19
13
16
4
1
f. Landau Mumbung
21
18
12
15
Jumlah I
216
201
150
Desa/Dusun
Tdk Tmt. SD
Tmt SD
SLTP
Jumlah
Tdk Tmt. SLTP
Tmt SLTP
SLTA
Tidak tmt. SLTA
Tamat SLTA
Aka./PT
Tidak Tmt. Aka/PT
-
-
20
-
-
6
-
-
-
283
-
-
8
1
-
4
-
-
-
58
12
8
24
18
6
1
-
1
261
10
4
4
2
2
-
-
-
170
18
2
-
-
-
-
-
-
73
3
2
7
1
1
1
-
1
-
82
160
36
42
49
30
21
19
1
1
1
927
Tamat Aka./PT
Wilayah Kalbar
II
Wilayah Kalteng a. Tanjung Paku
63
83
84
79
20
22
20
6
6
24
2
-
2
411
b. Tanjung Paku Km 72
38
24
62
2
1
-
-
2
-
-
-
-
-
129
c. Riam Batang
41
55
39
55
13
6
23
9
3
7
3
-
-
254
d. Tumbang Teberau
22
34
25
33
1
-
1
1
-
1
-
-
-
118
e. Tumbang Kaburai
44
80
-
-
10
-
-
5
9
1
-
2
-
326
f. Tanjung Batik
28
30
86
2
11
-
-
-
2
-
-
-
-
159
g. Tumbang Karuei
49
68
56
40
5
-
5
2
-
9
1
2
2
239
h. Tumbang Karuei Km.72
30
17
29
14
1
3
4
-
-
2
-
-
-
100
i. Tumbang Kejamai
124
46
85
29
12
27
16
32
9
22
1
-
3
406
j. Kiham Batang
65
32
64
15
1
5
7
2
2
5
-
-
-
198
k. Rangan Rawit
48
45
67
31
3
7
10
1
1
9
1
-
-
223
Jumlah II
552
514
597
300
78
70
86
60
32
80
4
4
7
2.563
Jumlah I+II
768
715
747
460
114
112
135
90
53
99
5
5
8
3.49
Sumber : Data Monografi Desa PT SBK, 2004
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden yang diambil berasal dari tiga desa terdiri atas dua desa di dalam kawasan hutan PT SBK Unit Seruyan, yaitu Desa Tanjung Paku dan Desa Tumbang Kaburai, dan satu desa di luar kawasan hutan yaitu Desa Nanga Siai. Distribusi responden berdasarkan kelompok disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan lokasi desa Lokasi Desa di dalam kawasan hutan Desa di luar kawasan hutan
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
15 6 10 31
48,39 19,35 32,26 100
Ds. Tanjung Paku Ds. Tumbang Kaburai Ds. Nanga Siai
Total
Umur Responden Kisaran umur responden di tiga desa terpilih yaitu 25-65 tahun dengan rata-rata umur responden di Desa Tanjung Paku adalah 46 tahun, di Desa Tumbang Kaburai adalah 43 tahun dan di Desa Nanga Siai adalah 48 tahun. Distribusi jumlah responden berdasarkan umurnya diasajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur Jumlah Responden (%) Tumbang Kaburai Nanga Siai
No
Umur
1
19-25
0
0
10
3,23
2
26-30
6,67
0
10
6,45
3
31-35
26,66
16,67
10
19,35
4
36-40
6,67
16,67
0
6,45
5
41-45
6,67
33,33
20
16,12
6
46-50
20
33,33
10
19,35
7
>50
33,33
0
40
29,03
100
100
100
100
Total
Tanjung Paku
Rata-rata
Sebagian besar kisaran umur responden di Desa Tanjung Paku adalah diatas 50 tahun (33,33%), responden Desa Tumbang Kaburai antara 41-45 tahun dan 46-50 tahun (33,33%), dan responden Desa Nanga Siai berumur diatas 50 tahun (40%). Secara umum kisaran umur masyarakat di sekitar hutan produksi PT SBK Unit Seruyan adalah diatas 50 tahun (29,03%). Bakir dan Manning (1984)
23
dalam Agussabti (1997) mengemukakan bahwa umur produktif untuk bekerja di
negara-negara berkembang umumnya adalah 15-55 tahun. Berdasarkan klasifikasi umur tersebut maka dapat dikatakan bahwa komposisi umur responden pada ketiga lokasi tersebut masih dapat digolongkan ke dalam umur produktif kerja. Tingkat Pendidikan Anggaraspati
(2002)
mengemukakan
bahwa
tingkat
pendidikan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya status seseorang di masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dalam suatu masyarakat maka status sosialnya semakin tinggi. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikannya di ketiga lokasi penelitian disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Tingkat pendidikan responden Jumlah responden (%) Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah Tidak Lulus SD/SR SD/SR
Tanjung Paku
Tumbang Kaburai
Nanga Siai
Rata-rata
13,33
0
40
19,35
40
33,33
40
38,70
13,33
0
20
12,90
SMP
20
33,33
0
16,13
SMU
13,33
33,33
0
12,90
0
0
0
0
100
100
100
100
Perguruan tinggi Total
Sebagian besar responden di ketiga lokasi penelitian mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, hal ini terlihat dari banyaknya jumlah responden yang tidak lulus Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Rakyat (SR) yaitu sebanyak 38,70%. Sebanyak 40% responden Desa Tanjung Paku dan responden Desa Nanga Siai, serta 33,33% responden Desa Tumbang Kaburai tidak lulus SD atau SR . Ratarata lama pendidikan formal di masing-masing desa adalah 6 tahun untuk Desa Tanjung Paku, 8 tahun untuk Desa Tumbang Kaburai dan 3 tahun untuk Desa Nanga Siai. Rendahnya tingkat pendidikan tersebut terutama disebabkan oleh kurangnya sarana pendidikan yang tersedia di desa yang menjadi lokasi penelitian.
24
Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden di ketiga desa mempunyai kisaran jumlah anggota rumah tangga yang berbeda-beda. Sebagian besar responden Desa Tanjung Paku (53,33%) dan responden Desa Nanga Siai (50%) mempunyai jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4-6 orang. Sedangkan sebagian besar responden Desa Tumbang Kaburai (50%) responden mempunyai jumlah anggota rumah tangga 79 orang. Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota rumah tangga disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota rumah tangga Jumlah Anggota Rumah Tangga (orang)
Tanjung Paku
1-3 4-6 7-9 >9 Total
13,33 53,33 26,67 6,67 100
Jumlah responden (%) Tumbang Kaburai Nanga Siai 16,67 33,33 50 0 100
30 50 20 0 100
Rata-rata 19,35 48,39 29,03 3,23 100
Agussabti (1997) mengemukakan bahwa besarnya jumlah tanggungan akan dapat berakibat jumlah pendapatan petani semakin meningkat atau semakin menurun. Apabila besarnya jumlah tanggungan dapat membantu usaha tani keluarganya atau membantu keluarganya dengan bekerja di sektor lain, maka pendapatan total keluarga tani akan dapat meningkat. Namun, apabila besarnya jumlah tanggungan itu hanya akan menambah angka pengangguran dalam keluarga, sedangkan pendapatan keluarga hanya tertumpu pada satu orang yaitu ayah sebagai kepala keluarga, maka akan menyebabkan konsumsi keluarga sering tidak dapat ditutupi oleh pendapatan yang diterimanya. Mata Pencaharian dan Tingkat Pendapatan Mata
pencaharian
Responden
dikelompokkan
berdasarkan
mata
pencaharian utama dan mata pencaharian tambahan. Data distribusi responden berdasarkan masing-masing kelompok mata pencaharian dan pendapatan responden disajikan pada Tabel 10, Tabel 11 dan Tabel 12.
25
Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian utama Total (%)
Mata Pencaharian Utama (%)
Desa Petani
Pegawai
Buruh
tidak bekerja
Tanjung Paku
80
0
20
0
100
Tumbang Kaburai
50
50
0
0
100
Nanga Siai
80
0
10
10
100
Rata-rata
70
16,67
10
3,33
100
Tabel 11. Perbandingan responden berdasarkan mata pencaharian tambahan Mata Pencaharian Tambahan (%)
Desa Tanjung Paku Tumbang Kaburai Nanga Siai Rata-rata
Total (%)
Petani
Pegawai
Buruh
pedagang
pengrajin
peternak
berburu
20
0
0
0
0
13,33
40
73,33
33,33
16,67
0
16,67
16,67
0
16,37
99,71
0
0
40
0
0
0
20
60
17,78
5,56
13,33
5,56
5,56
4,44
25,56
77,79
Tabel 12. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendapatan Jumlah Responden (%) Tingkat Pendapatan
Tanjung Paku
Tumbang Kaburai
Nanga Siai
Ratarata
0-500.000 500.001-1.000.000 >1.000.000 Total
60 13,33 26,67 100
66,66 16,67 16,67 100
50 30 20 100
58,06 19,35 22,58 100
Berdasarkan data pada Tabel 10. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden bermatapencaharian sebagai petani (70%) baik petani sawah, ladang terutama perladangan berpindah, dan petani kebun dengan jenis tanaman karet, durian, padi, palawija seperti cabe, singkong, jagung, bawang, kacang, dan lain lain. Sedangkan sisanya bekerja sebagai pegawai pemerintahan Desa setempat dan buruh harian di PT SBK. Di Desa Nanga Siai terdapat 1 orang atau 10% responden yang tidak memiliki pekerjaan, biaya hidup sehari-harinya hanya dengan mengandalkan kiriman dari anaknya berupa padi dan bahan-bahan pokok lainnya. Berdasarkan data pada Tabel 11. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki mata pencaharian tambahan disamping mata pencaharian
26
utama. Sebanyak 77,79% responden memiliki mata penceharian tambahan, dimana sebagian besar (25,56%) mata pencaharian tambahan responden adalah berburu satwaliar di hutan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, sedangkan sisanya bekerja sebagai pegawai Taman Nasional Bukit Raya-Baka, buruh harian di PT SBK, pedagang, pengrajin rotan, dan peternak ayam. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan sulitnya mencari pekerjaan selain bekerja sebagai petani tradisional serta menggantungkan hidupnya dari hasil hutan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Dilihat dari tingkat pendapatan responden di ketiga desa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendapatan yang tergolong rendah yaitu sebanyak 58,06% mempunyai kisaran tingkat pendapatan sebesar Rp 0-500.000 /bulan Besarnya rata-rata pendapatan responden di ketiga desa contoh berbeda- beda yaitu rata-rata tingkat pendapatan responden Desa Tanjung Paku adalah sebesar Rp
1.505.644/bulan/KK,
responden
Desa
Tumbang
Kaburai
Rp
455.100/bulan/KK, dan Desa Nanga Siai Rp 742.772 /bulan/KK (Lampiran 1). Tingkat pendapatan yang tergolong rendah ini terkait dengan jenis mata pencaharian responden di lokasi penelitian yang sebagian besar sebagai petani. Nilai Ekonomi Satwaliar di Kawasan Hutan Produksi PT SBK Unit Seruyan Kawasan hutan produksi PT SBK mempunyai kekayaan alam yang sangat beragam termasuk diantaranya kekayaan jenis satwaliar. Berbagai jenis satwaliar hidup di dalam kawasan hutan ini, diantaranya adalah jenis-jenis satwaliar dari kelas mamalia. Jenis-jenis tersebut antara lain babi hutan, beruang madu, kancil atau pelanduk, kelasi atau lutung merah, kijang, klempiau, landak, musang hutan, orang utan, rusa, trenggiling, kucing hutan, dan lain-lain. Sebagian dari jenis-jenis satwaliar tersebut telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan sehingga satwaliar tersebut mempunyai nilai ekonomi baik yang sudah memiliki harga pasar maupun yang belum memiliki harga pasar. Nilai ekonomi satwaliar sebagai hasil hutan bukan kayu di kawasan PT SBK Unit Seruyan diidentifikasi di tiga lokasi yaitu Desa Tanjung Paku, Desa Tumbang Kaburai dan Desa Nanga Siai dengan spesifikasi nilai yang diidentifikasi di masing-masing lokasi adalah nilai guna satwa dan nilai pilihan satwa.
27
Potensi Satwaliar Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Potensi satwaliar di Hutan Produksi PT SBK Unit Seruyan yang dimanfaatkan oleh masyarakat lokal diidentifikasi melalui studi kasus di Desa Tanjung Paku, Desa Tumbang Kaburai dan Desa Nanga Siai. Manfaat yang diidentifikasi di masing-masing desa tersebut adalah manfaat sebagai bahan makanan, dijual atau untuk dipelihara. Sebagian besar masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan produksi PT SBK Unit Seruyan sudah memanfaatkan satwaliar dari hutan yang berada tidak jauh dari tempat tinggal mereka dengan cara berburu. Kegiatan berburu satwaliar sudah dilakukan sejak lama oleh masyarakat yang berada di sekitar hutan. Pada awalnya kegiatan berburu ini dilakukan di dalam hutan yang masih utuh atau hutan perawan, namun seiring dengan terjadinya perubahan penutupan lahan hutan akibat adanya kegiatan pengusahaan hutan berupa kegiatan penebangan pohon-pohon di dalam hutan maka kegiatan berburu perlahan-lahan bergeser ke kawasan hutan bekas tebangan dan ladang. Kegiatan berburu biasanya dilakukan sendiri atau ada juga yang pergi secara berkelompok 2 orang sampai 7 orang. Pada saat pergi berburu ke dalam hutan biasanya masyarakat akan membawa beberapa ekor anjing yang akan membantu mereka dalam menemukan mangsanya. Alat buru yang biasa mereka gunakan adalah Lantak, yaitu alat yang berupa senjata api rakitan yang berbentuk seperti senapan dengan menggunakan peluru berbentuk bundar yang terbuat dari bubuk mesiu. Selain Lantak mereka juga bisa menggunakan tombak dan jerat. Lantak dan tombak digunakan oleh mereka yang berburu didalam hutan, sedangkan jerat digunakan untuk berburu di sekitar ladang. Jerat ini biasanya dipasang mengelilingi ladang sebanyak 15-70 jerat dan akan diperikasa setiap hari atau tiga hari sekali. Frekuensi berburu dari masyarakat lokal ini beragam, ada yang pergi berburu hanya 1 kali dalam setahun ada juga yang pergi berburu setiap hari. Bagi masyarakat yang berada di sekitar hutan produksi PT SBK Unit Seruyan
tidak ada musim khusus untuk pergi berburu, kapan saja mereka
menginginkan untuk pergi berburu maka mereka akan melakukannya. Akan tetapi tidak setiap kali pergi berburu mereka akan memperoleh hasil buruannya, adakalanya setelah beberapa kali pergi berburu mereka baru akan mendapatkan
28
hasil buruan. Jumlah hasil yang diperoleh tidak selalu sama pada setiap waktu berburu, kadang-kadang hanya memperoleh satu ekor satwa dan kadang-kadang memperoleh lebih dari satu ekor. Satwa hasil berburu ini bisa berupa induknya dan bisa juga anaknya baik jantan maupun betina. Jenis-jenis satwaliar yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat di ketiga desa contoh terdiri dari lima jenis.Jenisjenis satwa yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar hutan produksi PT SBK Unit Seruyan disajikan pada Tabel 13.
29
Tabel 13. Jenis-jenis satwaliar yang dimanfaatkan dan jumlah pemanfaat Rata-rata Jenis
Nama Lokal
Nama Latin
Tanjung Paku Jumlah Pemanfaat Persentase (orang) (%)
Tumbang Kaburai Jumlah Pemanfaat Persentase (orang) (%)
Nanga Siai Jumlah Pemanfaat Persentase (orang) (%)
pemanfaat (orang)
persentase (%)
Babi hutan
Sus barbatus
15
100
5
83,33
8
80
28
90,32
Kancil
Tragulus javanicus
5
33,33
3
50
6
60
14
45,16
Kijang
Muntiacus muntjak
6
40
2
33,33
5
50
13
41,94
Rusa
Cervus unicolor
11
73,33
4
66,67
7
70
22
70,97
Trenggiling
Manis javanica
0
0
0
0
3
30
3
9,68
29
30
Berdasarkan hasil tabulasi diatas dapat diketahui bahwa secara umum satwa yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat lokal di sekitar kawasan hutan produksi PT SBK Unit Seruyan adalah babi hutan yang dimanfaatkan oleh 90,32% responden. Hal ini disebabkan oleh mewabahnya babi hutan sebagai hama yang menyerang tanaman yang ada di ladang-ladang masyarakat sehingga dianggap dapat merugikan masyarakat tersebut. Oleh sebab itu masyarakat menganggap perlu untuk memburu babi hutan sebagai upaya untuk memberantas hama yang menyerang tanaman yang ada di ladang untuk menghindari kerugian yang mungkin terjadi. Bentuk-bentuk pemanfaatan satwaliar oleh masyarakat lokal sekitar kawasan hutan PT SBK berbeda satu dengan yang lainnya. Diantara masyarakat yang memanfaatkan satwaliar dalam kehidupan sehari-harinya ada yang memanfaatkannya untuk dikonsumsi rumah tangga sendiri dan ada juga yang menjualnya. Akan tetapi tidak ada responden yang memanfaatkan satwa hasil buruannya untuk dipelihara. Bentuk-bentuk pemanfaatan satwaliar oleh masyarakat disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Bentuk-bentuk pemanfaatan satwa oleh masyarakat di sekitar hutan produksi PT SBK dan jumlah pemanfaat. Jumlah Responden yang Memanfaatkan Untuk Lokasi Tanjung Paku
Tumbang Kaburai
Nanga Siai
Jenis Satwa babi hutan kancil kijang rusa trenggiling babi hutan kancil kijang rusa trenggiling babi hutan kancil kijang rusa trenggiling
Dijual 11 4 5 9 0 4 3 2 4 0 4 2 1 3 1
Makanan 10 3 5 7 0 4 0 1 3 0 7 5 4 6 2
Dipelihara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Besar Pemanfaatan Rata-rata (ekor /KK/tahun) 26,4 16,4 2,67 14,73 0 12,6 17 7 5 0 25 11.8 15 12,57 45,67
Pemanfaatan satwaliar oleh masyarakat sekitar hutan produksi PT SBK Unit Seruyan ini didukung oleh preferensi atau tingkat kesukaan seseorang terhadap suatu jenis satwa yang ingin mereka buru. Preferensi responden terhadap jenis-jenis satwaliar di tiap- tiap desa berbeda satu dengan lainnya. Preferensi ini menunjukkan
31
jenis satwaliar yang paling disukai untuk diburu responden yang didasari oleh beberapa alasan, antara lain karena satwa tersebut bersifat hama bagi tanaman di ladang sehingga responden menganggap perlu untuk memburu jenis satwa tersebut untuk melindungi tanaman yang ada di ladang, atau karena satwa tersebut memiliki daging yang banyak dan rasa daging yang enak sehingga responden menganggap akan sangat menguntungkan jika dijual. Preferensi responden terhadap jenis-jenis satwaliar di tiap-tiap desa disajikan pada Tabel 15, Tabel 16 dan Tabel 17. Satwa yang mempunyai skor preferensi paling tinggi belum tentu menjadi satwa yang paling sering diperoleh responden pada saat berburu. Adakalanya satwa yang diinginkan untuk diburu merupakan satwa yang sangat susah diperoleh. Biasanya hasil buruan yang bisa diperoleh seseorang dipengaruhi oleh alat dan jumlah orang yang berburu. Tabel 15. Skor tingkat preferensi responden Desa Tanjung Paku terhadap suatu jenis satwaliar Nama Jenis
Skor Tingkat Preferensi
Total
babi hutan
1 65
2 4
3 3
4 0
5 0
72
kancil
13
0
4
3
6
0
kijang
0
12
9
0
0
21
rusa
10
24
6
2
0
42
trenggiling
0
0
0
0
0
0
Tabel 16. Skor tingkat preferensi responden Desa Tumbang Kaburai terhadap suatu jenis satwaliar Nama Jenis babi hutan kancil kijang rusa trenggiling
1 20 0 0 5 0
Skor Tingkat Preferensi 2 3 4 0 0 3 0 6 12 0 0 0
Total 4 0 4 0 0 0
5 0 0 0 0 0
24 7 6 17 0
32
Tabel 17. Skor tingkat preferensi responden Desa Nanga Siai terhadap suatu satwaliar Nama Jenis babi hutan kancil kijang rusa trenggiling
1 35 0 5 0 5
Skor Tingkat Preferensi 2 3 4 0 0 6 0 12 28 0 0 0
jenis
Total 4 0 8 0 0 0
5 0 0 0 0 2
39 14 17 28 7
Secara umum urutan tingkat preferensi masyarakat terhadap satwaliar yang paling tinggi adalah preferensi terhadap babi hutan dengan total skor tingkat preferensi sebesar 135, preferensi terhadap rusa dengan total skor tingkat preferensi sebesar 87, preferensi terhadap kijang dengan total skor tingkat preferensi sebesar 44, preferensi terhadap kancil dengan total skor tingkat preferensi sebesar 34, dan preferensi terhadap trenggiling dengan total skor tingkat preferensi sebesar 7. Alasan yang dapat menjadikan suatu jenis satwaliar mempunyai tingkat preferensi tinggi adalah karena jenis tersebut mempunyai daging yang banyak dan rasanya sangat enak, serta adanya kandungan lemak yang sangat enak dan berguna bagi mereka yaitu sebagai pengganti minyak goreng. Alasan lain adalah karena suatu jenis satwaliar dianggap sebagai hama yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap produksi pertanian, hewan ini merusak berbagai tanaman terutama di ladang yang lokasinya berdekatan dengan hutan, sehingga untuk mengendalikannya maka masyarakat berusaha untuk memburunya. Responden cenderung akan kurang menyukai suatu jenis satwa apabila responden menganggap jenis tersebut mempunyai daging yang sedikit atau rasa daging yang kurang enak. Selain itu, jenis yang dianggap susah diperoleh seperti trenggiling akan cenderung kurang disukai oleh responden. Nilai Guna Satwaliar Satwaliar sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu memiliki nilai guna (use value) terutama bagi masyarakat di sekitar hutan. Nilai guna satwaliar bagi
masyarakat di desa-desa sekitar hutan produksi PT SBK Unit Seruyan terukur dari pemanfaatan jenis-jenis satwaliar oleh masyarakat yang didasarkan pada harga jual setiap jenis satwa tersebut. Satwa-satwa hasil buruan masyarakat setempat biasanya dijual kepada tetangga satu kampung, kampung-kampung tetangga dan karyawan
33
perusahaan PT SBK yang tinggal di camp. Hampir tidak ada responden yang menjual satwa hasil buruannya ke pasar kecuali untuk menjual sisik trenggiling yang biasa dijual ke pasar di Nanga Pinoh atau pasar Nanga Nuak, hal ini disebabkan oleh lokasi pasar yang jauh dari tempat tinggal mereka dan sarana transportasi yang sulit untuk menuju pasar tersebut. Satwa-satwa yang dijual biasanya sudah dalam bentuk daging potong, kecuali untuk kancil yang dijual masih dalam bentuk utuh satu ekor dan trenggiling yang dijual bagian sisiknya saja. Harga jual tersebut beragam sesuai dengan jenisnya dan akan berbeda antara satu desa dengan desa lainnya. Nilai guna satwaliar bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan produksi PT SBK Unit Seruyan disajikan ada Tabel 18.
32
Tabel 18. Nilai guna satwaliar bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan produksi PT SBK Unit Seruyan Desa Tanjung Paku
Tumbang Kaburai
Nanga Siai
Keterangan Volume (ekor/tahun/KK) Nilai (Rp/ekor) Nilai Total (Rp/tahun/KK) Volume (ekor/tahun/KK) Nilai (Rp/ekor) Nilai Total (Rp/tahun/KK) Volume (ekor/tahun/KK) Nilai (Rp/ekor) Nilai Total (Rp/tahun/KK)
Rataan Jenis (Rp/tahun/KK)
Babi
Kancil
Kijang
Rusa
Trenggiling
26,4
16,4
2,67
14,73
0
454.813 12.007.063 12,6
68.335 1.120.694 17
227.073 606.285 7
795.690 11.720.514 5
0 0
454.813 5.730.644 25
68.335 1.161.695 11,8
227.073 1.589.511 15
795.690 3.978.450 12,57
454.813 11.370.325
68.335 806.353
227.073 3.406.095
9.702.677
1.029.581
1.867.297
Total (Rp/tahun/KK)
795.690 10.001.823
0 45,67 243.750 11.132.063
60,2 1.545.911 25.454.556 41,6 1.545.911 12.460.300 110 1.789.661 36.716.659
8.566.929
11.132.063
32.298.547
34
35
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai guna satwaliar bagi masyarakat lokal di sekitar hutan produksi PT SBK Unit Seruyan adalah sebesar Rp 32.298.547/tahun/KK dengan kontribusi terbesar berasal dari trenggiling dan babi hutan . Nilai Pilihan Pelestarian Jenis Satwaliar Menurut pengetahuan responden, jumlah populasi satwaliar yang sudah dimanfaatkan pada saat sekarang sudah mengalami prerubahan karena mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kondisi pada saat 10 tahun dan 5 tahun yang lalu. Semakin menurunnya kondisi populasi satwa-satwa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah terjadinya perubahan penutupan lahan hutan yang disebabkan oleh penebangan yang berpengaruh terhadap terjadinya perubahan kondisi habitat satwaliar tersebut, selain itu juga karena semakin bertambahnya penduduk sehingga jumlah orang yang melakukan perburuan semakin meningkat. Faktor lainnya adalah besarnya pemanfaatan satwaliar yang jauh diatas riap, sehingga lama-kelamaan jumlah satwaliar di alam akan menjadi habis, padahal satwaliar ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Perbandingan kondisi satwaliar antar waktu berdasarkan persepsi masyarakat disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Perbandingan populasi satwaliar antar waktu berdasarkan persepsi masyarakat. Perbandingan Populasi Antar Waktu (%) Jenis Satwa 10 tahun lalu 5 tahun lalu sekarang Babi hutan hutan 48,94 (100) 29,97 (61,23) 21,72 (44,38) Rusa 54,96 (100) 27,96 (50,87) 19,71 (35,86) Kijang 56,38 (100) 26,91 (47,73) 16,72 (29,66) Kancil 51,82 (100) 28,79 (55,56) 17,60 (33,96) Rata-rata 53,14 (100) 28,41 (53,46) 18,94 (35,64) Keterangan : angka di dalam kurung menunjukkan angka perbandingan populasi antar waktu dengan asumsi kondisi pada 10 tahun lalu sebagai tahun dasar.
Menurut hasil perhitungan pada Tabel 19 dapat diketahui bahwa berdasarkan perbandingan populasi antar waktu telah terjadi penurunan populasi dari kondisi pada saat 10 tahun lalu, 5 tahun lalu sampai kondisi pada saat sekarang. Perubahan populasi terbesar terjadi dari kondisi pada saat 10 tahun lalu ke kondisi pada saat 5 tahun lalu yaitu menurun hampir setengah dari kondisi populasi pada saat 10 tahun lalu.
36
Terjadinya penurunan kondisi populasi satwaliar tersebut menimbulkan kekhawatiran pada masyarakat sekitar hutan. Sebagian besar responden di lokasi penelitian mempunyai perhatian terhadap pelestarian satwaliar disamping pemanfaatannya. Mereka takut jika satwaliar yang ada di hutan tidak dilestarikan maka anak cucu mereka tidak akan bisa merasakan manfaatnya. Menurut responden ada beberapa jenis satwaliar baik jenis yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum dimanfaatkan yang dianggap mempunyai nilai harapan pada masa yang akan datang sehingga perlu untuk dilestarikan. Persepsi masyarakat terhadap pelestarian jenis-jenis satwaliar disajikan pada Tabel 20 dan Tabel 21. Tabel 20. Persepsi masyarakat terhadap pelestarian jenis satwaliar yang sudah dimanfaatkan Jumlah Responden (%)
Jenis Satwa
Rata-rata (%)
Tanjung Paku
Tumbang Kaburai
Nanga Siai
25
40
37,5
20,60
Kancil
12,5
40
37,5
18,09
Kijang
25
2
25
14,07
Rusa
87,5
60
62,5
42,21
Trenggiling
12,5
0
12,5
5,03
Total
162,5
160
175
Rataan
32,66
32,16
35,18
Babi hutan
100
Tabel 21. Persepsi masyarakat terhadap pelestarian jenis satwaliar yang belum dimanfaatkan. Jenis Satwa Aji Bulan Orang Utan Klempiau Burung Ruai Kelasi Beruang Madu Burung Beo Monyet Kucing Hutan Macan Akar Kera Total Rataan
Jumlah Responden (%) Tanjung Paku Tumbang Kaburai Nanga Siai 0 25 0 75 25 62,5 37,5 25 37,5 0 0 12,5 0 0 12,5 37,5 0 12,5 12,5 0 0 25 0 0 12,5 0 0 12,5 25 0 12,5 0 0 225 100 137,5 48,65 21,62 29,73
Rata-rata (%) 5,41 35,14 21,62 2,70 2,70 10,81 2,70 5,41 2,70 8,11 2,70 100
37
Menurut
persepsi
masyarakat
yang
menaruh
perhatian
terhadap
pentingnya pelestarian jenis-jenis satwaliar disamping pemanfaatannya, jenis satwaliar yang memiliki nilai harapan masa yang akan datang untuk jenis yang sudah dimanfaatkan yang cukup signifikan adalah rusa, sedangkan untuk jenis yang belum dimanfaatkan yang cukup signifikan adalah orang utan dan klempiau. Masyarakat Desa Nanga Siai mempunyai persepsi yang lebih tinggi dari kedua desa lainnya terhadap pelestarian jenis satwa yang sudah dimanfaatkan dan memiliki nilai harapan akan datang (35,18%), sedangkan masyarakat yang mempunyai persepsi paling tinggi terhadap pelestarian jenis satwa yang belum dimanfaatkan dan memiliki nilai harapan akan datang adalah masyarakat Desa Tanjung Paku (48,65%). Responden di ketiga desa contoh mengatakan bahwa jenis-jenis yang sudah dimanfaatkan perlu untuk dilestarikan selain karena jenis-jenis satwa tersebut kecuali babi bukan hama bagi tanaman di ladang juga agar keberadaannya di masa yang akan datang tetap terjaga dan tidak terjadi kepunahan, sehingga manfaatnya masih dapat terus dirasakan oleh generasi yang akan datang. Mereka berharap di masa yang akan datang mereka masih dapat menjadikan kegiatan berburu sebagai salah satu sumber mata pencaharian yang dapat memberikan penghasilan tambahan. Jenis-jenis satwa yang belum dimanfaatkan perlu untuk dilestarikan karena beberapa alasan, antara lain sebagian dari jenis-jenis tersebut termasuk jenis yang sudah dilindungi oleh hukum atau keberadaannya yang sudah mulai langka akibat dari adanya perburuan secara liar oleh sebagian orang yang tidak bertanggung jawab dan ingin mengambil keuntungan untuk kepentingan diri sendiri, sehingga jika dibiarkan terus akan mengakibatkan terjadinya kepunahan satwa tersebut dan tidak dapat dirasakan lagi manfaatnya oleh generasi berikutnya. Alasan lain, suatu jenis itu perlu dilestarikan karena jenis tersebut dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai sahabat nenek moyang mereka, sehingga ada aturan adat yang tidak tertulis yang melarang siapapun untuk memburunya. Jenis Kelasi dan Klempiau mempunyai keunikan tersendiri yaitu dapat memberi tanda suara bahwa hari mau hujan, sehingga masyarakat menganggap sangat perlu untuk melestarikannya. Masyarakat juga beranggapan jenis-jenis satwa yang sudah langka ini perlu
38
dipertahankan kelestariannya karena di masa yang akan datang akan mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Jenis-jenis tersebut diharapkan akan mempunyai nilai di masa yang akan datang baik untuk digunakan ataupun karena status kelangkaannya memberikan nilai seperti nilai wisata alam. Adanya kesadaran dari masyarakat sekitar hutan untuk melakukan pelesatrian terhadap jenis-jensi satwaliar yang ada di hutan produksi PT SBK Unit Seruyan menyebabkan jenis-jenis satwaliar tersebut mempunyai nilai pilihan. Nilai pilihan (option value) atau nilai harapan untuk masa yang akan datang terukur dari nilai kesediaan membayar masyarakat untuk pelestarian jenis baik untuk jenis yang sudah dimanfaatkan maupun untuk jenis yang belum dimanfaatkan. Nilai kesediaan membayar masyarakat untuk pelestarian jenis disajikan dalam Tabel 22. Tabel 22. Nilai kesediaan membayar untuk pelestarian jenis yang sudah dimanfaatkan dan belum dimanfaatkan. Status pemanfaatan 1. Sudah dimanfaatkan
Desa
WTP/KK (Rp/jenis/tahun)
Nama jenis
Tanjung Paku
Babi, Rusa, Kijang, Kancil, trenggiling
29.489
Tb. Kaburai Nanga Siai
Babi, Rusa, Kijang, Kancil, trenggiling Babi, Rusa, Kijang, Kancil, trenggiling
16.200 10.114
Rata-rata WTP1 2. Belum dimanfaatkan
Tanjung Paku
18.601
beruang, burung beo, orang utan, monyet, kera,
15.818
kucing hutan, macan akar, klempiau, Tb. Kaburai Nanga Siai
Aji Bulan, macan, orang utan, klempiau
10.909
orang utan, klempaiu, burung ruai, kelasi, beruang
3.429
Rata-rata WTP2
10.052
Rata-rata WTP 1 dan WTP 2 (Rp/jenis/tahun)
14.327
Berdasarkan data hasil tabulasi diatas terlihat bahwa rata-rata nilai kesediaan membayar setiap kepala keluarga untuk pelestarian jenis-jenis yang sudah
dimanfaatkan
mempunyai
nilai
yang
lebih
tinggi
yaitu
Rp
15.601/jenis/tahun dibandingkan dengan rata-rata nilai kesediaan membayar tiap kepala keluarga untuk pelestarian jenis-jenis yang belum dimanfaatkan yaitu Rp 10.052/jenis/tahun. Hal ini disebabkan oleh responden sudah dapat merasakan nilai guna atau manfaat dari jenis-jenis yang sudah dimanfaatkan, sehingga dalam memberikan nilai kesediaan membayarnya responden akan membandingkan dengan besarnya nilai guna yang dapat mereka peroleh dari jenis-jenis tersebut.
39
Hal ini berbeda dengan jenis-jenis yang belum dimanfaatkan dimana responden belum tahu manfaat atau nilai guna dari jenis-jenis tersebut. Rata-rata nilai kesedian membayar setiap kepala keluarga untuk pelestarian jenis yang sudah dimanfaatkan dan yang belum dimanfaatkan adalah sebesar Rp14.327/jenis/tahun. Dengan demikian semakin banyak jenis-jenis satwaliar yang ingin dilestarikan oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan produksi PT Sari Bumi Kusuma maka akan semakin besar nilai pilihan satwaliar bagi masyarakat. Besarnya nilai pilihan satwaliar bagi masyarakat sekitar hutan produksi PT SBK dapat diketahui selain dengan menggunakan pendekatan nilai kesediaan membayar dari responden juga dilakukan pendekatan dengan menggunakan pendekatan nilai kesediaan dibayar (willingness to accept-WTA) atau kesediaan menerima kompensasi untuk manfaat yang hilang dalam satuan moneter. Menurut hasil wawancara dengan menanyakan kesediaan membayar dan kesedian dibayar responden diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa nilai kesediaan dibayar cenderung lebih tinggi daripada nilai kesediaan membayarnya (Lampiran 3 dan Lampiran 4). Hal ini diduga karena adanya perbedaan persepsi masyarakat tentang konsep nilai kesediaan membayar untuk pelestarian jenis dengan konsep nilai kesediaan dibayar untuk pelestarian jenis. Masyarakat akan cenderung lebih menginginkan mendapatkan kompensasi yang besar untuk pelestarian jenis daripada harus mengeluarkan uang atau membayar untuk pelestarian jenis satwaliar baik untuk jenis yang sudah dimanfaatkan maupun untuk jenis yang belum dimanfaatkan. Nilai Pilihan Untuk Pelestarian Rusa Berdasarkan persepsi masyarakat tentang nilai harapan akan datang dari satwaliar di kawasan hutan PT SBK Unit Seruyan, jenis rusa merupakan satwa yang memiliki persepsi nilai harapan akan datang yang paling tinggi . Oleh sebab itu pada penelitian ini dilakukan identifikasi mengenai kesediaan membayar masyarakat untuk pelestarian jenis rusa sebagai simulasi untuk mengetahui besarnya niali kesediaan membayar untuk pelestarian satu jenis satwaliar (Tabel 23).
40
Tabel 23. Nilai kesediaan membayar untuk pelestarian jenis rusa. Desa Tanjung Paku Tumbang Kaburai Nanga Siai Rata-rata (Rp/ekor/KK)
WTP (Rp/ekor/KK/tahun) 258.286 185.886 116.114 186.762
Nilai kesediaan membayar masyarakat lokal di sekitar kawasan hutan PT SBK untuk pelestarian jenis rusa adalah Rp 186.762/ekor/KK/tahun yang tercakup dalam tiga lokasi desa yaitu Desa Tanjung Paku, Desa Tumbang Kaburai dan Desa Nang Siai. Nilai kesediaan membayar ini jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai kesediaan membayar untuk pelestarian seluruh jenis yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan hutan produksi PT SBK Unit Seruyan. Hal ini menunjukan sebuah fenomena dimana preferensi masyarakat terhadap pelestarian satu jenis satwa lebih besar dibandingkan dengan preferensi masyarakat terhadap beberapa jenis satwa. Nilai Ekonomi Total Satwaliar Untuk memperoleh Nilai Ekonomi Total (NET) satwaliar di kawasan hutan produksi PT SBK berdasarkan studi kasus di Desa Tanjung Paku, Desa Tumbang Kaburai dan Desa Nanga Siai dapat diperoleh dengan memperoleh ratarata nilai guna dan nilai pilihan dan jumlah total rumah tangga di masing-masing desa. Nilai ekonomi total pemanfaatan satwaliar di kawasan hutan produksi PT SBK Unit Seruyan bagi masyarakat sekitar hutan yang berasal dari nilai guna dan nilai
pilihan
untuk
pelestarian
jenis
satwaliar
adalah
sebesar
Rp
66.4749.685/tahun/desa (Tabel 24). Nilai ekonomi total pemanfaatan satwaliar di kawasan hutan produksi PT SBK Unit Seruyan bagi masyarakat sekitar hutan tersebut masih perlu dikaji lebih lanjut, mengingat dalam studi ini nilai tersebut masih berdasarkan persepsi masyarakat pada tiga desa contoh yang menjadi wilayah studi yang disadari masih sangat terbatas dan sulit untuk dikatakan telah mewakili kawasan hutan yang dinilai karena masih ada banyak desa yang berada di sekitar hutan produksi PT SBK Unit Seruyan. Namun demikian, dari angka tersebut sudah dapat ditunjukkan bagaimana manfaatnya terhadap masyarakat.
41
Tabel 24. Nilai ekonomi total satwaliar bagi masyarakat di sekitar hutan produksi PT SBK Lokasi
Desa Tanjung Paku
Desa Tumbang Kaburai
Nanga Siai
Bentuk Nilai
Rata-rata nilai (Rp/KK/tahun)
Nilai Guna Satwaliar Nilai Pilihan satwaliar yang sudah dimanfaatkan Nilai Pilihan yang belum dimanfaatkan Nilai Guna Satwaliar Nilai Pilihan satwaliar yang sudah dimanfaatkan Nilai Pilihan yang belum dimanfaatkan Nilai Guna Satwaliar Nilai Pilihan satwaliar yang sudah dimanfaatkan Nilai Pilihan yang belum dimanfaatkan
Jumlah jenis
25.454.556 29.489 15.818 12.460.300 16.200 10.909 36.716.659 10.114 3.429
Rata-rata nilai guna (Rp/tahun/desa)
5 8 5 4 5 5
Jumlah keluarga (RT) 94 94 94 64 64 64 75 75 75
Total (Rp/tahun) 2.392.728.264 13.859.830 11.895.136 797.459.200 5.184.000 2.792.704 2.753.749.410 3.792.750 1.285.875 1.981.312.291
Rata-rata nilai pilihan untuk jenis yang sudah dimanfaatkan (Rp/tahun/desa)
7.612.193
Rata-rata nilai pilihan untuk jenis yang belum dimanfaatkan (Rp/tahun/desa)
5.324.572
Total (Rp/tahun/desa)
1.994.249.056
41
46
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hutan Produksi PT SBK Unit Seruyan mempunyai kekayaan jenis satwaliar yang tinggi yang sebagian diantaranya sudah dimanfaatkan oleh masyarakat lokal. Jenis-jenis satwaliar yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar hutan produksi PT SBK Unit Seruyan adalah babi, kancil, kijang, rusa dan trenggiling yang memiliki nilai guna bagi masyarakat sebesar Rp 32.298.547/KK/tahun yang diperoleh berdasarkan harga jual yang berlaku di tempat penelitian. Kontribusi terbesar berasal dari trenggiling dan babi. Pemanfaatan satwaliar oleh masyarakat didukung oleh preferensi seseorang terhadap satwaliar. Secara umum tingkat preferensi paling tinggi adalah terhadap babi dengan total skor tingkat preferensi sebesar 135. Sebagian besar responden di lokasi penelitian mempunyai perhatian terhadap pelestarian satwaliar disamping pemanfaatannya, baik jenis yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum pernah dimanfaatkan. Jenis-jenis satwa yang memiliki nilai harapan akan datang dari jenis yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan produksi PT SBK Unit Seruyan yang cukup signifikan adalah rusa, sedangkan untuk jenis-jenis satwa yang belum dimanfaatkan yang cukup signifikan adalah orang utan dan klempiau. Persepsi yang paling tinggi tentang pelestarian terhadap satwa yang sudah dimanfaatkan dimiliki oleh masyarakat Desa Nanga Siai (35,18%), sedangkan persepsi yang tinggi untuk pelestarian jenis satwa yang belum dimanfaatkan dimiliki oleh masyarakat Desa Tanjung Paku (48,65%). Besarnya nilai pilihan diukur dari nilai kesediaan membayar masyarakat untuk pelestarian jenis baik untuk jenis yang sudah dimanfaatkan maupun untuk jenis yang belum dimanfaatkan. Nilai kesediaan membayar untuk pelestarian jenis satwaliar yang sudah dimanfaatkan dan belum dimanfaatkan adalah sebesar Rp14.327/jenis/tahun. Nilai ekonomi total satwaliar bagi masyarakat di sekitar hutan produksi PT SBK adalah Rp 1.994.249.056/tahun/desa.
47
Saran 1. Diperlukan adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui nilai ekonomi total satwaliar di hutan produksi PT SBK Unit Seruyan dengan menghitung nilai keberadaan satwaliar bagi masyarakat serta melakukan pendalaman nilai di desa-desa lainnya selain desa contoh dalam penelitian ini untuk meningkatkan ketersediaan informasi tentang potensi sumberdaya alam satwaliar yang terdapat di hutan produksi PT SBK Unit Seruyan secara kuantitatif. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi ekonomi satwaliar di kawasan hutan PT SBK Unit Seruyan dengan menentukan faktor-faktor atau variabel-variabel yang dapat mempengaruhi besarnya nilai ekonomi total satwaliar bagi masyarakat di sekitar hutan PT SBK Unit Seruyan. 3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk pendalaman mengenai motivasi kuat dari masyarakat untuk pelesatarian jenis satwaliar terkait dengan nilai pilihan satwaliar di hutan produksi PT SBK Unit Seruyan.
48
DAFTAR PUSTAKA Agussabti. 1997. Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Terbuka di Antara Pohon Kelapa di Kabupaten Aceh Timur [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Anggaraspati. 2002. Nilai Keberadaan (Existence Value) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Alikodra, HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bahruni. 1999. Penilaian Sumberdaya Alam. Diktat Kuliah. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bahruni, Nugroho B, Kartodiharjo H, Hendrayanto. 2002. Penyusunan Pengkajian Nilai Intrinsik Hutan Lindung dan Hutan Konservasi. Laporan Utama. Bandung : Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat dan PT.Ushakindo Jaya Konsultan. Bismark, M. 1998. Konservasi Biodiversitas Satwaliar Di Areal Hutan Tanaman Industri. Di dalam Duta Rimba/Oktober/220/XXIV/Jakarta. Davis, L.S. and K. N. Johnson. 1987. Forest Management. New York.: Mc. Graw-Hill Book Company. [Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Duerr, W. A. 1960. Fundamentals of Forestry Economic. New York: Mc GrawHill Book Company. FWI/GWF. 2001. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia : Forest Watch Indonesia dan Washington D.C. : Global Forest Watch Hufschmidt, M. M. D. E. James, A. D. Meister, B. T. Bower dan J.A. Dixon. 1987. Lingkungan Sistem Alami, dan Pembangunan, Pedoman Penilaian Ekonomis. (Reksohadiprojo, S. Penerjemah). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Lumme, Aki. L. 1994. Pengaruh Penebangan HutanTerhadap Keanekaragaman Jenis Satwaliar (Studi Kasus di ArealHPH PT. Rimba Sulawesi Tengah. Kabupaten Dati II Buol Tolitoli, Propinsi Dati I Sulawesi Tengah) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
49
Rofiko. 2003. Nilai Ekonomi Total Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (Studi Kasus di Desa Cisarua dan Desa Malasari) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. . Rusolono T et al. 2002. Laporan Hasil Penilaian Lapangan Sertifikasi Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL) PT. Sari Bumi Kusuma Blok Seruyan. PT. TUV International Indonesia
50
LAMPIRAN
46
Lampiran 1. Karakteristik Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan Produksi PT SBK Unit Seruyan. Desa
Nama Responden
Tumbang Kaburai
Cantik Ranan Maja Paulus Mangka Untung
Rata-rata Nanga Siai
Umur (tahun)
Pendidikan
49 50 32 37 45
6 7 8 3 6
42
9
42,5
6,5
Pokok
Tambahan
Rata-rata Pendapatan (Rp/Bulan)
SD kls 5 SMP kls 3 Tamat SMP SMA Kls 2 SMP Kls 1
Kaur Desa Kepala Desa Sekretaris Desa Bertani Bertani
Karyawan TN Bukit Raya-Baka Bertani Bertani Pedagang Berburu
200.000 527.604 293.709 1.288.334 175.000
SD Kls 6
Bertani
Pengrajin Rotan
245.951 455.100
Tunjung
58
1
Tdk Sekolah
Tidak Bekerja
-
143.750
Adom Jino Kian Mustimin Bani
30 65 47 32 57
5 4 5 6 7
SD kls 6 Tamat SD Tdk Sekolah SD Kls 3 Tdk Sekolah
Bertani Bertani Bertani Bertani Bertani
Berburu Buruh Buruh Harian SBK -
470.244 234.763 481.250 677.158 266.667
Ganay Karim
76 45
3 5
SR kls 3 Tdk Sekolah
Bertani Bertani
Chainsaw Man /Buruh Harian
1.462.209 700.000
Toro
45
7
SD kls 5
Chainsaw Man /Buruh Harian
2.286.250
Rubit
25
3
Tamat SD
Bertani Buruh Harian SBK
Berburu
605.425
48
4,6
62 33 33 49 55 33
3 7 7 5 13 5
Tamat SR SMP Kls 2 SMU kls 3 SD kls 6 SR kls 5 Tamat SD
Bertani Bertani Bertani Bertani Bertani Bertani
Beternak Berburu Beternak Berburu Berburu
5.395.834 4.886.667 283.333 4.187.500
Rata-rata Tanjung Paku
Mata Pencaharian
Jumlah Anggota Rumah Tangga
742.772
401.666 117.709
47
Timbas Deramansah Syahzaman Hendrik Runting Sakuyanto
47
Lampiran 1. Karakteristik Masyarakat (Lanjutan) Umur (tahun)
Pendidikan
Odok
60
7
SR kls 2
Bertani
-
239.167
Nanyan
65
3
SR kls 4
Bertani
Berburu
150.000
Desa Tanjung Paku
Mata Penceharian
Jumlah Anggota Rumah Tangga
Nama Responden
Pokok
Tambahan
Rata-rata Pendapatan (Rp/Bulan)
Agas
52
5
SR kls 4
Bertani
-
243.740
Suwardi
35
4
Tamat SMU
Buruh Harian SBK
Bertani
784.941
Sumberman
40
4
SMP kls 3
Buruh Harian SBK
Bertani
687.825
Napa
45
4
Tdk Sekolah
Buruh Harian SBK
Bertani
4.260.983
Sugianto
50
5
SMP kls 2
Bertani
-
373.958
Cahuy
50
5
Tdk Sekolah
Bertani
Berburu
330.833
Ronde
27
8
SD kls 4
Bertani
Berburu
240.500
45,93
5,67
Rata-rata
1.505.644
48
48
Lampiran 2. Harga Jual Satwaliar Masyarakat Sekitar Hutan Produksi PT SBK
Desa Tumbang Kaburai
Nanga Siai
Tanjung Paku
No
2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8
Adom Jino Kian Mustimin Bani Ganay Karim Toro Rubit Timbas Deramansah Syahzaman Hendrik Runting Sakuyanto Odok Nanyan
Babi (Rp/Kg) 15.000 12.500 10.000 15.000 10.000 15.000 13.000 13.000 6.000 7.000 10.000 7.000 7.000 10.000 7.000
Kancil (Rp/Kg) 15.000 12.000 12.500 15.000 -
Harga Jual Kijang Rusa (Rp/Kg) (Rp/Kg) 15.000 12.500 15.000 15.000 10.000 15.000 7.500 -
15.000 13.000 7.000 15.000 8.000 7.500 15.000 13.500
Trenggiling (Rp/Kg) 195.000 -
Tempat Penjualan Camp PT SBK Camp PT SBK, tetangga Camp PT SBK, tetangga Camp PT SBK, tetangga tetangga Camp PT SBK, tetangga, kampung tetangga tetangga
kampung tetangga tetangga pasar nuak tetangga tetangga camp PT SBK, kampung tetangga camp PT SBK camp PT SBK camp PT SBK camp PT SBK, tetangga
49
1 2 3 4 5 6 1
Nama Responden Cantik Ranan Maja Paulus Mangka Untung Tunjung
49
Lampiran 2. Harga Jual Satwaliar (Lanjutan) Desa Tanjung Paku
No 9
Nama Responden
Babi (Rp/Kg)
Agas
7.000
10
Suwardi
11
Sumberman
12
Napa
13
Sugianto
14 15 Rata-rata
Harga Jual Kijang (Rp/Kg) Rusa (Rp/Kg)
Kancil (Rp/Kg) -
-
-
7.000
-
15.000
-
-
-
7.000
12.500
-
Cahuy Ronde
Tempat Penjualan
Trenggiling (Rp/Kg) -
camp PT SBK, tetangga
15.000
-
camp PT SBK, tetangga
-
-
5.000
10.000
-
-
7.000
7.000
-
7.000
-
-
-
-
tetangga
6.000
15.000
7.000
7.000
-
tetangga
9.575
13.667
10.813
11.367
195.000
tetangga
50
51
Lampiran 3. Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat Untuk Pelestarian Satwaliar Yang Belum Dimanfaatkan Desa Tumbang Kaburai
No
Nanga Siai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tanjung Paku
1 2 3 4 5 6
Nama Responden
1 2 3 4 5
Cantik Ranan Maja Paulus Mangka Untung Rata-rata Tunjung Adom Jino Kian Mustimin Bani Ganay Karim Toro Rubit Rata-rata Timbas Deramansah Sahzaman Hendrik Runting
6 7 8
Sakuyanto Odok Nanyan
9
Agas
10 11 12 13 14 15
Suwardi Sumberman Napa Sugianto Cahuy Ronde Rata-rata
Jenis Yang Ingin Dilindungi Aji Bulan Macan Akar Orang Utan, Trenggiling Klempiau
Orang Utan, Trenggiling Orang Utan Orang Utan, Klempiau Orang Utan Orang Utan, Klempiau Burung Ruai Klempiau,Kelasi Rusa, Kijang Beruang Madu Rusa, Kijang, Kancil Trenggiling Burung Beo Orang Utan Monyet,Orang Utan, Kucing hutan Monyet, Orang Utan Beruang Madu, Macan Akar, Klempiau, Orang Utan Orang Utan, Beruang Madu, Kera, Trenggiling, Klempiau Kijang, Kancil, Rusa Orang Utan, Klempiau
WTP (Rp/Bulan)
WTA (Rp/Bulan)
0 25.000 5.000 10.000 3.000 2.000 5.000 5.000 1.000 1.000 5.000 3.143 500 5.000 10.000 50.000 50.000
0 500.000 200.000 233.333 550.000 400.000 500.000 250.000 250.000 200.000 100.000 321.429 0 150.000 550.000 0 300.000
1.000 1.000
300.000
5.000
450.000
17.500 5.000 14.500
300.000 200.000 300.000 318.750
52
Lampiran 4. Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat Untuk Pelestarian Satwaliar Yang Sudah Dimanfaatkan Desa Tumbang Kaburai
No
Nanga Siai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tanjung Paku
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 2 3 4 5 6
Nama Responden
Jenis Yang Ingin Dilindungi
Cantik Rusa, Kijang, Kancil Ranan Rusa Maja Babi Paulus Kancil Mangka Untung Babi, Rusa Rata-rata Tunjung Adom Rusa Jino Kancil Kian Babi, Rusa, Kancil, Kijang Mustimin Kijang Bani Ganay Babi, Rusa, Kancil Karim Babi, Rusa Toro Rusa Rubit Trenggiling Rata-rata Timbas Rusa Deramansah Sahzaman Hendrik Rusa, Trenggiling Runting Kijang, Rusa Sakuyanto Odok Rusa Nanyan Agas Rusa Suwardi Rusa Sumberman Napa Babi Sugianto Cahuy Ronde Rusa,Babi, Kancil, Kijang Rata-rata
WTP (Rp/Bulan)
WTA (Rp/Bulan)
2.000 10.000 10.000 5.000 6.750 3.000 2.000 5.000 13.000 500 1.000 5.000 4.214 500 25.000 10 3.000 17.500 15.000 25.000
0 300.000 550.000 200.000 262.500 550.000 400.000 500.000 250.000 450.000 200.000 100.000 350.000 0 0 300.000 50.000 300.000 100.000 200.000
12.287
135.714
51
Lampiran 5. Perubahan Jumlah Populasi Satwaliar Berdasarkan Persepsi Masyarakat Desa
No
Kondisi Populasi (%)
Nama Responden
10 tahun lalu babi
Tumbang Kaburai
Nanga Siai
1
Cantik
kijang
kancil
babi
rusa
kijang
sekarang kancil
babi
70
rusa
kijang
kancil
30
2
Ranan
50
3
Maja
50
4
Paulus
60
70
70
50
30
20
20
30
10
10
10
20
5
Mangka
6 Rata-rata
Untung
50 52,5
50 60
70
50
30 30
30 26,67
20
30
20 17,5
20 20
50
50
30
30
30
10
20
30
20
20
20
20
1
Tunjung
2
Adom
33,33
60
60
60
33,33
30
30
30
33,33
10
10
10
3
Jino
50
50
50
50
30
30
30
30
20
20
20
20
50
70
33,33
30
20
33,33
20
10
33,33
4
Kian
5
Mustimin
6
Bani
50
50
7
Ganay
60
60
8
Karim 33,33
50
46,11
56,67
33,33
50 50
9
Toro
10
Rubit
Rata-rata Tanjung Paku
rusa
5 tahun lalu
50
Timbas
2
Deramansah
40
3
Syahzaman
33,33
4
Hendrik
70
10
5
Runting
70
50
48,67 50
50
50
30
30
60
30
30
33,33
30
31,11
28,33
33,33
30 30
55 50
30
50
33,33 20
20
50
20
30
35
20 35
20
20
20
10
10
15
15 10
33,33 31,67 30
30
28,75
22,78
14
33,33
20 20
30
30
20
33,33 10
70
30
10
20
19,67
13,75
20
20 10
20
20
53
1
50
30
52
Lampiran 5. Perubahan Jumlah Populasi Satwaliar Berdasarkan Persepsi Masyarakat (Lanjutan) Desa
Tanjung Paku
No
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rata-rata
Nama Responden Sakuyanto Odok Nanyan Agas Suwardi Sumberman Napa Sugianto Cahuy Ronde
10 tahun lalu rusa kijang 60 60 33,33 60 50 50
babi 50 60 33,33 60 50 20 70 50 50 33,33
70 50 50 33,33
70 50 50 33,33
48,22
48,21
50,48
kancil
Kondisi Populasi (%) 5 tahun lalu babi rusa kijang kancil 30 30 30 30 33,33 33,33 30
30
30
20 30 30 33,33
20 30 30 33,33
20
50 33,33
30 30 20 30 30 33,33
30 33,33
babi 20 10 33,33 40 20 50 10 20 20 33,33
50,48
28,81
28,89
29,05
27,62
24,89
50 70
Sekarang rusa kijang 10 10 33,33 40 20 20
kancil
20
10 20 20 33,33
10 20 20 33,33
10 20 33,33
25,13
20,48
19,05
54
53
Lampiran 6. Nilai Kesediaan Membayar Untuk Penambahan Jumlah Rusa Desa
No
Tumbang Kaburai
1 2 3 4 5
Nanga Siai
1 2 3 4 5 6 7 8
Tanjung Paku
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Responden Cantik Ranan Maja Mangka Untung Rata-rata Tunjung Jino Kian Mustimin Ganay Karim Toro Rubit Rata-rata Timbas Deramansah Sahzaman Hendrik Runting Sakuyanto Nanyan Agas Suwardi Sumberman Napa Sugianto Cahuy Ronde Rata-rata
X1=2 ekor 5.000 125.000 20.000 0 5.000 59.167 0 3.000 15.000 23.000 50.000 2.000 25.000 50.000 129.300 14.000 15.000 10.000 0 5.000 50.000 27.000 5.000 100.000 20.000 50.000 50.000 16.000 200.000 70.133
A= x1/2 2.500 62.500 10.000 0 2.500 0 1.500 7.500 11.500 25.000 1.000 12.500 25.000 7.000 7.500 5.000 0 2.500 25.000 13.500 2.500 50.000 10.000 25.000 25.000 8.000 100.000
WTP (Rp/bulan) X2=5 ekor B= x2/5 10.000 2.000 312.500 62.500 50.000 10.000 0 0 12.500 2.500 114.167 0 0 9.000 1.800 20.000 4.000 57.500 11.500 125.000 25.000 5.000 1.000 50.000 10.000 100.000 20.000 475.400 35.000 7.000 30.000 6.000 10.000 2.000 0 0 10.000 2.000 100.000 20.000 67.500 13.500 10.000 2.000 500.000 100.000 25.000 5.000 50.000 10.000 60.000 12.000 80.000 16.000 500.000 100.000 180.167
WTP/ekor/bulan X3=7 ekor 15.000 437.500 75.000 0 17.500 157.500 0 12.000 25.000 80.500 175.000 7.000 75.000 150.000 686.200 49.000 40.000 10.000 0 12.000 500.000 94.500 15.000 700.000 30.000 50.000 80.000 112.000 600.000 267.167
C= x3/7 2.143 62.500 10.714 0 2.500 0 1.714 3.571 11.500 25.000 1.000 10.714 21.429 7.000 5.714 1.429 0 1.714 71.429 13.500 2.143 100.000 4.286 7.143 11.429 16.000 85.714
2.214 62.500 10.238 0 2.500 15.490 0 1.671 5.024 11.500 25.000 1.000 11.071 22.143 9.676 7.000 6.405 2.810 0 2.071 38.810 13.500 2.214 83.333 6429 14.048 16.143 13.333 95.238 21.524
55
54
Lampiran 7. Nilai Kesediaan Dibayar Untuk Pengurangan Jumlah Rusa Desa
No
Tumbang Kaburai
1 2 3 4 5
WTA (Rp/bulan)
Nama Responden 1 ekor
Nanga Siai
3 ekor
25.000 312.500 200.000 3.000.000 0
50.000 625.000 400.000 5.000.000 0
75.000 937.500 600.000 6.000.000 0
6 Untung Rata-rata
50.000 117.500
100.000 235.000
150.000 352.500
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tunjung Adom Jino Kian Mustimin Bani Ganay Karim Toro
0 50.000 150.000 200.000 20.000 300.000 300.000 350.000 400.000
0 100.000 300.000 400.000 40.000 600.000 600.000 700.000 800.000
0 150.000 450.000 600.000 60.000 900.000 900.000 1.050.000 1.200.000
10
Rubit
100.000
200.000
300.000
187.000
374.000
561.000
100.000 150.000 130.000 500.000 300.000 500.000 50.000 100.000 15.000 200.000 50.000 100.000 100.000 350.000
200.000 300.000 260.000 1.000.000 600.000 1.000.000 100.000 200.000 30.000 400.000 100.000 200.000 400.000 700.000
300.000 450.000 390.000 1.500.000 900.000 3.000.000 150.000 300.000 45.000 600.000 150.000 300.000 800.000 1.050.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
243.000
466.000
795.667
Rata-rata Tanjung Paku
2 ekor
Cantik Ranan Maja Paulus Mangka
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Timbas Deramansah Sahzaman Hendrik Runting Sakuyanto Odok Nanyan Agas Suwardi Sumberman Napa Sugianto Cahuy
15
Ronde
Rata-rata
55
Lampiran 8. Daftar satwaliar yang ditemukan di lokasi virgin forest di hutan produksi PT SBK Mamalia No
Nama jenis
Nama Latin
Suku
1
Angkis ekor panjang
Trichys fasciculata
Hystricidae
2
Babi berjengot
Sus barbatus
Suidae
3
Beruang madu
Helarctus malayanus
Ursidae
4
Binturung
Arctictis binturong
Viverridae
5
Kijang muncak
Muntiacus muntjak
Cervidae
6
Landak raya
Hystrix brachyura
Hystricidae
7
Prionodon linsang
Viverridae
8
Lingsang-lingsang Musang leher kuning
Martes flavigula
Mustelidae
9
Owa kalawak
hylobates muelleri funerus
Hylobatidae
10
Pelanduk kancil
Trangulus javanicus
Tragulidae
11
Rusa sambar
Cervus unicolor
Cervidae
12
Sero ambrang
Aonyx cinerea
Mustelidae
13
Trenggiling peusing
Manis javanica
Manidae
14
Tupai indah
Tupaia splendidula
Tupaiidae
Aves No
Nama jenis
Nama Latin
Suku
1
Kuau raja
Argusianus argus
Phasiandae
2
Puyuh sengayan
Rollulus rouloul
Phasiandae
Bucceros rhinocceros
Bucerotidae
Lophura bulweri
Phasiandae
3
Rangkong badak Sempidan 4 kalimantan Sumber : Survei Satwaliar, 2005
56
Lampiran 9. Daftar satwaliar yang ditemukan di lokasi TPTJ 2000 di hutan produksi PT SBK Mamalia No
Nama Latin
Suku
1
Nama jenis Angkis ekor panjang
Trichys fasciculata
Hystricidae
2
Babi berjengot
Sus barbatus
Suidae
3
Beruang madu
Helarctus malayanus
Ursidae
4
Binturung
Arctictis binturong
Viverridae
5
Darthetor lucasii
Pteropodidae
6
Codot kecil kelabu Garangan ekor pendek
Herpestes brachyurus
Viverridae
7
Kijang muncak
Muntiacus muntjak
Cervidae
8
Landak raya
Hystrix brachyura
Hystricidae
9
Prionodon linsang
Viverridae
10
Lingsang-lingsang Musang leher kuning
Martes flavigula
Mustelidae
11
Pelanduk kancil
Trangulus javanicus
Tragulidae
12
Rusa sambar
Cervus unicolor
Cervidae
13
Sero ambrang
Aonyx cinerea
Mustelidae
14
Tikus duri gunung
Maxomys alticola
Muridae
15
Trenggiling peusing
Manis javanica
Manidae
16
Tupai kecil
Tupaia minor
Tupaiidae
17
Tupai tanah
Tupaia tana
Tupaiidae
Nama jenis
Nama Latin
Suku
Kuau raja
Argusianus argus
Phasiandae
Rollulus rouloul
Phasiandae
Aves No 1
2 Puyuh sengayan Sumber : Survei Satwaliar, 2005