KOMTINIKASI LINGKUNGAN Sprlorphotsff Arta:ra Manusia, Budaya dan Lingkungan di Grumbul Kili Bening Desa l)awuhan Kulon Banyumas)
H:r
Agoeng Noegroho
,,lErrrcr
afkonan obligation in their hfe is playing to preserve their natural environment. m fr rEft *cy lruman can sustain their natural life. One way to make them better is use H *doil to make harmony relations between human and rutural environment. The ,fifrr ltryens at Grumbul Kali Bening Dawuhan Kulon Banyumas as the model to One
1ru*fru
Xcy
conservation. The model can be adopted in other places.
vqds : etwironment, model
EIAHULL-E,\
*h mensheid speelt de order noturz' thursia memainkanketeraturan dalam ff demftian kata bdak yang diungkapkan ffI"eo Febrenius. Maka ketika danau Ijsel @ menjadi Bandara SchiPhol, orang Bchda ber*ata: Kanri bangsa besar di atas hha sempit Batrkan ketika pematang fu yang menghubungkan semenanjung hc dengan semenanjung utara (Friesland) dihrka, mereka berucap: Tuhan menciptakan hgsa Belanda, tapi orang Belandalah yang reip&kanNederland (Yusuf, I 99 I : I 0 1). Kemudian apa hubungannya bangsa Bduda dengan masyarakat $umbul Kali Bcoing Banyumas? Ketika bangsa Belanda hgga dapat mengatur alam meski dengan f&an yang sempit, maka masYarakat gnmbul Kali Bening Banyumas juga tidak trtah. Dengan kepribadian cablaka 6ujur dan demokratis), tanggon (memegang ginsip; untuk menjaga kelestarian sumber om air dengantetap memeliharahubungan
dengan alam dengan bingkai mitologi ?asucen Tiga Lapis", maka kejernihan smber mata air Kali Bening tetap terjaga sampai sekarang, bahkan pada musim kemarau sekalipun mata air tidak pernatt kering.
Bagaimana ketajamatr daYa
Acta Diurna, Volume 5 No.2, September 2008
perseptual masyarakat grumbul Kali Bening
Banyumas berkomunikasi dengan lingkungan baik lingkungan geografisbiosferik, lingkrmgan kognitif-persephral, maupun lingkungan simbolis-transendental, dengan dipadu sistem sosial dan sistem budaya yang melingkupinya, telah berhasil
mempertahankan konservasi air? inilah pertanyaan yang harus dijawab dengan penelitian kualitatifyang lebih dalam dengan pendekatan fenomenologi. (Kuswarno, 2009) Berdasarkan observasi awal yang dilakrftan peneliti di gnmbul ttuli lsning Desa Dawuhan Kulon Banyrmas tergambar menurut juru kunci Pesangrahan Kali Bening, Mbah Ardja Semita mengatakan bahwa kepercayaan'?asucen Tiga Lapis" memang benaradanya dan sampai sekarang masyarakat sekitar j uga turut menj aga. Memiqjam istilah yang dipakai Yusuf (1991:103) tentang perilaku lingkungan,
bahwa perilaku lingkungan dalam
hubrmgannya dengan fhktor-faktor budaya merupakan hasil atau outcome dari interaksi beberapa variabel yang termasuk ke dalam
"bangunan lingkungan" sebagai hasil orientasi, persepsi dan kognisi masyarakat grumbul Kali Bening terhadap lingkungan,
sejalan dengan latar belakang
kebudayaannya.
9t
PEMBAIIASATI
Konsep
Geografi dan Etnografi Banyumas Secara geografis wilayatr Banyumas terbentang dari sisi baratdayaPropinsi Jawa lbngatr (pulau Jawa bagian tengatr) pada 5' Lintang selatan, 10' Lintang Selatan, dan 105' Bujrn Timur dan ll5' Bujur Timur. Sedangkan secara administratif witayatl
hgbrysan antara manusia dan lingkungan, ada beberapa pemikiran dari para ani tentan-g lingkungan. Misalnya, Segre
Banyumas terbagi menjadi empat kabupaten: Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara- Sebelah barat berbatasan dengan teritorial Propinsi Jawa Barat dengan sungai Citanduy. Sebelah selatan dibatasi pantai Samudra Hindia" sebelah tenggara berbatasan dengan Bagelen (kabupaten Kebumen), sebelah timur dengan Kabupaten Wonosobo, s-edangkan utara berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan, Pemelang, Tegal danBrebes. Secara historis-sosiologis, wilayatr Banyurnas bagian barat merupakan wilayah perbatasan yang rakyatnya terkait hubungan persaudaraan dengan kraton pakuan Parahiyangan (Pajajaran), hubungan itu terjalin sejak zaman Kadipaten pasirtutnr. Sdangkan wilayah Banyumas bagian timur
memiliki hubungan historis silsilah Pelggtwa (garis perempuan) dan mer{adi wilayatr mancanegara kraton-kraton Jir.q sejak Kerajaan Majapahit, Mataram II,
,Kartasura, Surak arta, hingga Ngayogyakarto (Herusatoto, 2008 : I 5).
Wong Banyumas yang kini tetap menggunakan logat bahasa Jawadwipa (ngoko lugu dan kramatantra atau krama lugu) pun menunjukan kebudayaan komunitas yang mereka miliki, yaitu hasil dari tetap tidak tersentuh oleh kibudayaan laatorl yang sering diistilalrkan sebagai *adoh ratu cedhek watu" (iauh dari raja dan tetap dekat batu). Ratu adalah lambang kebudayaan kraton (priyayi) sedangkan batu lambang 'brang grmung" atau disa yang jauhdari kerajaan (Herusatoto, 2008 :9).
92
Syrc o mo rp h o ustit Sebelum lebih jauh membahas
Bourfourline (dalam yusuf,
lgtl)
membangun dua pengertian tentang lingkungan yang dapat dijadikan sebagil pegangan untuk melihat visi mana yang akan lebih meqiadi alur pikir utama dalam melihat
gejala hubungan manusia secara total
(holon) antara manusia dengan lingkungan. membagi lingkungan kedalam dua pengertian, yalari lingkungan fisik dan lingkrmgan manusia (human environment). Linglcungan fisik adalah "a specific set of
Ia
measurable physical phenomena.
exicingduring o specific periode oftime at a location point". di sini mencuat persepsi obyektif manusia terhadap lingkungannya (lingkungan fisik). Adapun human erwirontmenl disebutnya uis a squence of reslnwes to physical experience,'. pada batasan ini ia menuqiukan serentetan ryspons (uga dalam bentuk squence of disicions). Manusia selalu akan harus
membuat urutas putusan dalam
kehidupannya. Misalnya dalam reaksi verbal dan nonverbal seperti aduh..hore.., t€rmasuk putusan yang berkaitan dengan aspek kehidupan sosial yang nyata lainnya.
di sini metrcuat persepsi subyektif man*ia terhadap lingkmgannya (Yusuf, I 99 I : I 03).
Begitu juga Prosansky (1976) yarry
mengatakan 'othere
is no phystcal
eroirontment wich is not at the same tim a
social ond cultural ewirontment',.
palr;elr
psikofogr lingkungan Roger Barker (196g) menekankan hubungan lingkungan de,lrgan perilaku spasial dan konsep persepsi lingkungan. beliu mencetuskan gagasan ecologlcal phychologt yang pertama kalinya. Gagasan hubungan manusia dengan
Iingkungannya menurut Gumpf (1t51 dalam Yusuf, 1991) mengajulcan konsep sytomorphoustit atau hubungan antara
Acta Dhtrna, Volume 5 No.2, September 20Ag
r-r
d-'pg-n lingkungannya bersifat rywnitan. Konsep ini mengarah d hhrsi uau kepada pembentukkan alternatif sebagaimana ffitrp:atu oH Michelson (1977 dalam *Ut ru, I99l) yang menyebutkan bahwa ,ru Xhmhuugatr antara manusia dan lreCrm menumbuhkan congruence
ffi.
mgn yang lebih menekankan 6*1rc inmraksi antara manusiadengan konsepsi Emery hhEm fierlihat dalam h fEin (n965 rtetelnr. yusuf, l99l) yang -?flirh*t relasi antara manusia
dan sebagai suatu transactional mllrynaancf', mak5pd1y4 hubungan Et{ hr.csa kesalingtergantungan yang
*{atrq trraliras) diteirtukan oleh kondisi ndndmkmdisi sekaligus. Lem kairannl'a dengan konsep ini, rmrr'fr Errnlr menyimak kOnSepSi dafi hr* ymg bertata secara rinci tentang ff, FI*u manusia dalma lingkungan lEI dffihadaPiaYa, untuk memahami gdfu mrousia di dalam lingkungan er5.,n roEfahan tentang pandangan mF rqr@akd yang berperilaku itu, nftrrlla kebudayaatrnya (yusuf, mmin'@fi-
f,saha menjelaskan perilaku cb*gri perilaku budaya dalam
:dr hqim d-,gnn tingkunga& terlebih lagi dbifim, pcrspektif lintas budaya, qmg bm!.ak variabel yang slaing rklam keseluruhan sistem ryEpt ulffi). Peodekafan yang mengena Fu tu|E fr 't visi psikologi lingkungan qftnm sistemik antara beberapa n ylpg &, dalam keseluruhan fttsQr mI yang melingkupi satuan 3ry rda- Unmk melihat kenyataan ffh3nm rot8l. untuk menjelaskan lehm ad"lah dengan melihat rf, ymg ada, terutama dalam mr-l-e dengan interaksi antara lEfl?d-F" lingkungan (yusufl ]ftffir. "&Ibu.
Wune 5
No.2, September 2008
PnsucenTigaTingkatan Berdasarkan observasi
Kali Bening Desa
di
grumbul
Dawuhan Kulon
Banyumas tergambar menurut juru kunci Pesangrahan Kali Bening, Mbah Ar4ia kepercayaan ..pasucen Tila $*itu bahwa Jingkatan" yang dikeramatkan memang benar adanya dan sampai sekarang masyarakat sekitar juga turut meqiagi Deskripsi tentang "Pasucen Tiga Tingkatan,' menurut MbahArdja Semita adalah sebagai berikut Tingkatan Pertama, sumber mata ai1 lagisan tertinggi atau lapisan pertama
adalah lapisan yang paling lernih,
peruntukannya hanya pada saat mencuci benda-benda pusaka pada tanggal 12 mulud menurut kalender Jawa. Namun demikian, para peziarah yang ingin sekedar minum atau wudhu juga bisa masuk ke wilayatr sumur mata air lapisan pertama yang berdiameter kurang lebih 3 meter dengan kedalaman kurang lebih 4 meter yang terlihat dasar dan dinding sumurnya teriebi[ datrulu hanrs meminta izin dan masuk bersamajurukunci. Tingkatan Kedua, sumber mata air lapisan kedua ini diperuntukan hanya bagi kaum wanita saja yang boleh masuk [e wilayah sumber mata air. Mlayah sumber mata air ini memang relatif tertutup karena biasa digunakan ibu-ibu atau remija putri grumbul Kali Bening untuk mandi. Airnya tidak sejemih tingkat pertama. Tingkatan ketiga, adalatr sumber mata air lapisan ketiga yang peruntukannyahanya untuk kaum pria saja yang boleh masuk ke wilayah sumber
mataairini. Hubungan yang dibangun antara
kepercayaan masyarakat tentang ..pasucen
tiga lapis" individu anggota-keiompok masyarakat dengan lingkungannya di grumbul Kali Bening, akan tercipta suatu hubungan menurut Gumpf (lg7l dalam Herusatoto, 2008) synamorphousfit (saliqg menyesuaikan) yang mengarah kepada pembentukan perilaku-perilaku alternatif dan dipertegas oleh Michelson (1977 dalam Herusatoto, 2008 ) yang menyebutkan 93
batrwa jatinan hubungan manusia dengan lingkungan menumbuhkan congruence behavior.
Implementasi pelestarian kepercayaan masyarakat tentang "pasucen
tiga lapis" di sekitar Makam Mbah Kali Bening oleh masyarakat Kali Bening Dawuhan Kulon dengan berbagai macam perilaku seperti: dalam memutuskan suatu pilihan atau persoalan yang dihadapi, ada yang mencoba tidur di pesanggrahan
makam Mbah
Kali Bening untuk
mendapatkan wangsit. Kemudian ketika
masyarakat Kali Bening akan
melaksanakan hajatan, bersama juru kunci mereka melakukan ritual doa di makam
Mbah Kali Bening. Masyarakat juga mempercayai akan kegunaan sumber air "pasucen" dapat mengobati berbagai macampenyakit. Beberapa penggolongan variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan terlihat pada gambardibawahini.
Gambar Kerangka Kerja Hubungan antara Budaya dan Lingkungan
World view of people environtment relationship
Environment behavior & processes
diadaptasi dari Altnan dan Chemers (dalarn Yusuf, l99l:105)
Garnbaran kerangka kerja di atas sesuai hubungan masyarakat gnrmbul Kali
Bening Dawuhan Kulon dengan lingkungannya, mulai dari pandangan yang
94
mementingkan hubtrngan yang harmonis dengan lingkungannya sampai pada kognisi dan persepsi masyarakat terhadap lingkungannya.
Acta Diurna, Volume
5
No.2, September 2008
DAT'TARPUSTAKA
aman daya perseptual IftliBeningBanyumas tiingkungan baik lingkungan lingkungan kognitifma{gm lingkungan simbolisdengan dipadu sistem sosial hrdaya yang melingkupinya, meinpertahankan konservasi
komrmikasi linglarngan yang ,dqgen pendekatan kearifan lokal runbangun hubungan manusia socara hannonis di Grumbul Dawutran Kulon Banyumas model atau contoh konservasi laindiluarBanyumas.
Herusatoto, Budiono. 2008, Banyumas: sejarah, budaya, bahasa dan watak. LkiS,Yogyakarta.
Kuswarno, Engkus, 2009. Metode
Penelitian Komunikasi
Fenomenolo gi. Widya padj adj aran,
Bandung
Yusuf, Yusmar, 1991. Psikologi Antarbudaya. Rosdakarya,
Bandung.
iE
Yoltone 5 No.2, September 2008
E,
95