Bisnis Properti di Indonesia
Efiensi Biaya Properti - Lesunya bisnis Properti
MAJALAH INVESTASI 2 8
Investasi Saham OKTOBER 2015
Di Saat Ekonomi Melemah
LENTERA MITRA
STRATEGIS INVESTASI PENCERAH NEGERI
1 / OKTOBER 2015
DAFTAR ISI 04 Kata Pengantar 10 Peluang Emas di Bumi Sumatera 11 Industri Kecap Nusantara 14 Menyiasati Properti yang Lesu 15 Bisnis Properti dengan Cara Instan 16 Investasi Saham Saat Ekonomi Lemah 18 Kontrol dalam Properti Komersil 22 Efesiensi Biaya Bisnis Properti 24 Meraup Manis dari Kerajaan Lebah 26 Laporan Keuangan
06 INFO UTAMA
06
PT Lentera Mitra Strategis merupakan perusahaan investasi yang didirikan oleh para tokoh kunci dari Rumah Kepemimpinan untuk mendukung kegiatan-kegiatan Rumah Kepemimpinan.
24 KOMISARIS UTAMA Bachtiar Firdaus, S.T., MPP KOMISARIS Trian Hendro Asmoro, CCP, PMP Ahadiyat, S.Sos. DIREKTUR UTAMA Muhammad Lingga Naashiruddin, S.E. PEMASARAN DAN HUBUNGAN INVESTOR Muhammad Jhovy Rahadyan, S.E. KEUANGAN & SDM Yuliani Dewi, SEI KREATIF & DESAIN Chandra Augustha, A.Md 2 / OKTOBER 2015
PENERBIT PT LENTERA MITRA STRATEGIS EDITOR Muhammad Iqbal Muhammad Jhovy Rahadyan ALAMAT Jl. Lenteng Agung Raya no.20, Jakarta Selatan,Indonesia - 12640 EMAIL
[email protected] [email protected] WEBSITE www.lenteramitra.co.id
18 16
22
10 11
3 / OKTOBER 2015
KATA PENGANTAR
BACHTIAR FIRDAUS, S.T., MPP KOMISARIS UTAMA PT LENTERA MITRA STRATEGIS
A
lhamdulillah atas terbit perdananya majalah investasi ini, segala puji hanya untuk Allah SWT serta shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW. PT Lentera Mitra Strategis atau biasa disingkat LENTRAS adalah perusahaan investasi yang menyokong kegiatan Rumah Kepemimpinan di masa kini dan di masa depan. Rumah Kepemimpinan sendiri merupakan institusi yang kegiatan utamanya bergerak di bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia dalam mempersiapkan generasi pemimpin masa depan untuk Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.
Dalam perjalanan lebih dari satu dekade, Rumah Kepemimpinan memerlukan penyokong pendanaan program beasiswa dan community development yang berkesinambungan selain dana CSR, donasi maupun ZISWAF dari para donatur. Untuk itulah LENTRAS hadir sebagai sumber kekuatan finansial, serta turut membantu Rumah Kepemimpinan untuk fokus pada core businessnya dalam mengembangkan SDM strategis dan pengembangan beasiswa kepemimpinan bagi mahasiswa dan pemuda berprestasi di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, saya mendukung penuh kemajuan dan berkembangnya perusahaan ini untuk menjadi perusahaan investasi terkemuka di tanah air. Mari bergabung bersama kami, mencerahkan SDM strategis Indonesia. Maju terus PT Lentera Mitra Strategis, Investasi Pencerah Negeri, Konkret Pemuda Indonesia, Buktikan cing!” Read, Travel, Act! :-)
MUHAMMAD LINGGA NAASHIRUDDIN, S.E. DIREKTUR UTAMA PT LENTERA MITRA STRATEGIS
A
lhamdulillah, majalah investasi pertama kita telah terbit. Kami berharap majalah ini dapat menjadi referensi bagi para pihak yang sedang mencari peluang-peluang investasi produktif dengan bermitra strategis bersama kami. Pada perjalanannya, satu tahun sudah kami memimpin perusahaan ini dengan suka maupun duka di dalamnya. Bagi kami, tantangan untuk semakin mengembangkan perusahaan adalah komitmen yang tidak akan pernah kami padamkan dalam relung sanubari mendalam. Potensi untuk menjadi pemain nasional memang sudah di depan mata, hanya yang lebih penting saat ini adalah bagaimana kita mampu memanfaatkan potensi-potensi yang ada menjadi optimum. Saat ini, masalah pendanaan sedang menjadi tantangan besar bagi manajemen agar bisa terus mengembangkan perusahaan pada level atas. Karena itulah, investasi yang kami lakukan harus tetap pada koridornya dan diusahakan untuk tetap managable, walaupun Istilah high risk high return telah mengakar dalam dunia investasi, tapi apakah arti risiko itu sebenarnya? Jika kita pahami betul apa itu risiko, maka risiko akan berubah menjadi peluang jika kita memahami secara detail bisnis yang akan dijalankan. Jangan pernah bermain dengan usaha yang tidak pernah kita pahami risikonya karena hal itu tidak akan membuat kita tenang dan nyaman dalam melakukan investasi. Di akhir kata, saya ucapkan terimakasih kapada para stakeholders (investor, komite investasi, mitra strategis dan karyawan) yang telah bahu membahu mengembangkan investasi produktif pada berbagai sektor industri. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang kita tanamkan di dunia dan membalasnya dengan pahala di akhirat kelak sebagai jalan menuju surga-Nya. Teruslah yakin akan apa yang ingin kita capai dan jangan pernah menyerah untuk memeluk mimpi-mimpi kita. Karena Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang selalu berikhtiar dan bertawakal. Amin
4 / OKTOBER 2015
5 / OKTOBER 2015
TENTANG PT LMS
INVESTASI PENCERAH NEGERI PT Lentera Mitra Strategis merupakan perusahaan investasi yang didirikan oleh para tokoh kunci dari Rumah Kepemimpinan untuk mendukung kegiatan-kegiatan Rumah Kepemimpinan. Kami memiliki akronim LENTRAS yang diambil dari kata “Lend Trust” (Meminjamkan Kepercayaan). Saat ini, dengan latar belakang tantangan peradaban global yang berfokus pada kompetensi dan profesionalisme, PT Lentera Mitra Strategis hadir sebagai cikal bakal kekuatan ekonomi nasional yang secara langsung ikut mencetak pemimpin-pemimpin muda masa depan melalui Rumah Kepemimpinan maupun para mitra strategis yang berkonglomerasi bersama LENTRAS. Bekerja penuh integritas, profesional dan kontributif untuk membangun ekonomi dan SDM Indonesia, yang penuh dengan karya dan prestasi telah mengakar dalam budaya kami. Para investor yang bergabung dengan LENTRAS diharapkan memiliki visi, nilai dan semangat yang sama untuk mendonasikan 50% (lima puluh persen) dari keuntungan (dividen) yang didapatkan dari aktivitas investasi untuk mendukung Rumah Kepemimpinan mandiri secara finansial. 6 / OKTOBER 2015
NILAI PERUSAHAAN
O P T I M I S T OPENNESs
TOGETHERNESS
PROFESSIONALISM
INTEGRITY
MORE
SMART INNOVATIVE
TRANSPARANCY
OPENNESS Kami memiliki prinsip keterbukaan untuk berkolaborasi dengan semua pihak yang sejalan dengan visi dan nilai yang dimiliki oleh PT LMS.
MORE Berfokus pada pertumbuhan perusahaan, kami selalu mematok target yang lebih dari cukup sebagai etos kerja dari PT LMS.
PROFESSIONALISM Setiap lini proses yang dilakukan, kami selalu mengedepankan semangat profesionalisme untuk memperoleh hasil terbaik
INNOVATIVE Inovasi merupakan ruh yang terus kami tiupkan untuk membawa perubahan-perubahan produktif dalam setiap lini bisnis yang dilakukan oleh PT LMS, termasuk diantaranya kepada semua mitra PT LMS.
TOGETHERNESS Semangat kebersamaan dalam karya merupakan hal yang kami yakini sebagai katalisator yang akan menggandakan sinergi kebaikan yang dimiliki oleh setiap mitra-mitra PT LMS INTEGRITY Demi terjaganya amanah yang diberikan oleh para investor, keutuhan dan ketulusan hati dalam melaksanakan setiap pekerjaan di PT LMS merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian utama kami.
SMART Kecerdasan dalam menjalankan setiap strategi telah menjadi identitas yang wajib dimiliki oleh setiap personil LMS untuk menghasilkan zero error result TRANSPARANCY Dalam setiap pelaporan yang dilakukan oleh LMS kepada para mitra, asas transparansi menjadi hal yang sangat kami junjung tinggi sebagai salah satu nilai utama kami.
TAHAPAN PERTUMBUHAN
Dalam perkembangannya, LENTRAS diciptakan untuk menjadi sebuah Holding Company (HC) yang membawahi anak-anak perusahaan dalam berbagai sektor usaha. Oleh karena itu, LENTRAS selalu berupaya membangun jejaring secara sinergis dengan pelaku industri dan para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam lingkup kerjasama yang harmonis dan profesional. Di fase awalnya, LENTRAS sedang bergerak menjadi perusahaan investasi bagi mitra-mitra usaha yang berasal dari berbagai sektor strategis. Hal ini sejalan dengan visi LENTRAS yang mendukung perkembangan ekonomi Indonesia dengan cara mendampingi mitra-mitra strategis untuk terus hidup, belajar dan tumbuh besar. Dalam jangka pendek LENTRAS sedang mencari mitra strategis yang sudah melewati fase learning curve sehingga bisnis yang dijalankan sudah proven dengan tingkat ROI setara dengan 30%per tahun. Di tahapan selanjutnya, LENTRAS sedang menyiapkan diri untuk menjadi sebuah Holding Company (HC) yang akan membawahi berbagai operating company dari berbagai sektor industri di Indonesia, demi terwujudnya kekuatan ekonomi nasional berbasis masyarakat madani.
2020
SUSTAINABLE GROWTH
2016
HOLDING & SUBSIDIARIES
2015
SELF PROJECT & SUB PROJECT
2012
DATABASE MITRA &
PROSPEK INVESTASI
2010
ESTABLISH & NETWORKING
7 / OKTOBER 2015
MITRA STRATEGIS AL FATH PROPERTY Wahyu Hermanto
Jawa timur
Nilai Investasi : IDR 2,6 Milyar
“Pebisnis yang sudah teruji dan membuktikan keahliannya dalam membangun perumahan di daerah asalnya, Tulungagung dan sekitarnya. Memegang 3 proyek besar bersama Lentras, dimana salah satu diantaranya telah selesai yaitu Perumahan BMW Tulungagung dengan hasil investasi yang memuaskan”
INDUSTRIAL PARK Gesa Falugon
Nilai Investasi : IDR 2,2 Milyar
Balikpapan
“Pebisnis kelas wahid dengan segudang pengalaman yang sangat menginspirasi, memulai usaha dengan jatuh bangun hingga mendirikan ramnesia mesin yang memiliki omzet milyaran rupiah per bulan, Pak Gesa saat ini sedang membantu Lentras mengambangkan lahan industri di daerah Penajam, Kalimantan Timur”
SAPPHIERE REGENCY Ibnu Abdul Aziz
Citayam
Nilai Investasi : IDR 1,35 Milyar
“Mantan banker yang satu ini membanting setir untuk menjadi pengusaha properti sukses, dengan memegang proyek pertama bersama Lentras di daerah Citayam bernama Saphiere Regency sebanyak 22 unit. Pribadi yang tenang dan pekerja keras”
ALAM KENTEN RESIDENCE Syaibathulham & Adi R
Palembang
Nilai Investasi : IDR 300 Juta
“Dua pribadi yang memiliki integritas tinggi dan punya keinginan yang kuat untuk membuat mimpi-mimpinya menjadi nyata, bekerjasama dengan Lentras untuk fokus membantu mengerjakan proyek properti di Palembang dan Sumatera melalui bendera PT Lentera Sriwijaya Group
KATEGORI MITRA MITRA PROPERTI
MITRA PARIWISATA
8 / OKTOBER 2015
MITRA FASHION
MITRA PERJALANAN
MITRA FARMASI
MITRA OTOMOTIF
MITRA KULINER
MITRA TEKNOLOGI
MITRA AGRIKULTUR
MITRA PERTAMBANGAN
MITRA DESAIN
MITRA PASAR MODAL
LANGKAH STRATEGIS MENJADI MITRA
1
2
3
4
Kirim Proposal
Survei & Observasi
Validasi Model Bisnis
Pit ching Process
Pihak manajemen PT Lentera Mitra Strategis akan melakukan survei dan observasi terkait rencana bisnis anda.
Pihak Manajemen PT Lentera Mitra Strategis akan melakukan wawancara calon mitra.secara mendalam
Proses presentasi rencana bisnis di depan Komisaris & Investor sekaligus penilaian bisnis yang akan dijalankan
Calon mitra mengirimkan proposal bisnis ke email
[email protected] [email protected] [email protected]
5
6
7
8
Final Appraisal
MoU
Pemberian Investasi
Mitra asi Strategis
Penandatangan perjanjian bersama dibawah materai dan notaris.
Proyek bisnis anda akan dibiayai. dengan pemberian investasi sesuai kebutuhan.
Penilaian akhir oleh Komisaris & Investor PT Lentera Mitra Strategis.
ce
Selamat bergabung menjadi mitra strategis!
AKTIVITAS PROYEK
Sharing Knowledge
Industrial Park Kaltim
Corporate Social Responsibility
Pitching Process
Komite Investasi
Azkia Property 9 / OKTOBER 2015
P
alembang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia. Dengan kultur dan keberagaman kekhasan yg menjadi cikal bakal tempat layak huni. Tak bisa dipungkiri, semakin pesatnya perkembangan ekonomi dan modernisasi di tanah Sumatera Selatan ini, semakin banyak pula permintaan dan peminatan yg menjadi peluang emas bagi para pengusaha ataupun investor. Apalagi pasca menjadi tuan rumah Sea Games, harga properti meroket naik, begitupun permintaan rumah-rumah mewah modern dengan harga kisaran Rp 1,5 M. Ada yg memang untuk dihuni dan banyak pula untuk investasi. Selain harga pasaran dan lokasi strategis, permintaan konsumen menjadi penentu kenaikan harga. Bahkan setiap tahun kenaikannya bisa mencapai 20-50%. Persentase yang sangat menggiurkan.
Kondisi ini menjadi target empuk para pengusaha dan perusahaan-perusahaan besar seperti Ciputra, Sinarmas, dan sebagainya. Artinya prospek investasi ke depan di Kota Palembang bukan sekedar mimpi.
Á.RQGLVLLQLPHQMDGLWDUJHW HPSXN3DUDSHQJXVDKDGDQ SHUXVDKDDQSHUXVDKDDQEHVDU VHSHUWL&LSXWUD6LQDUPDVGDQ VHEDJDLQ\DÂ Selain itu fasilitas umum yg merambah seperti mall, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya menentukan harga jual tinggi. Maka jangan heran ketika ada rumah atau rumah toko yang beberapa kali ganti pemiliknya padahal tak pernah dihuni, menandakan bahwa investasi rumah adalah investasi yang jauh dari kata rugi. Belum lagi daya tarik pariwisata dan kulinernya yang khas. Kebutuhan pekerja industri pertambangan, bata bara, minyak bumi dan gas, semen batu raja dan pupuk Pusri menjadikan kota ini kaya akan alam dan daya tarik tersendiri. Dengan banyaknya peluang gunung emas di tanah Sumatera Selatan ini, tidak lantas kami menyia-nyiakan begitu saja melainkan menangkap peluang ini dengan terjun langsung bersama LMS, memanfaatkan peluang ini sebagai jembatan mencapai “gunung emas” tersebut dibawah bendera Lentera Sriwijaya Group.
10 / OKTOBER 2015
Penulis : Syaibathulham
(Wings Food). Nama-nama tersebut telah menghiasi persaingan ketat perebutan pasar di Indonesia.
UNGGULNYA NILAI EKSPOR PRODUK KECAP DI TENGAH LESUNYA EKONOMI INDONESIA
A
da ungkapan yang mengatakan, selama orang masih hidup maka bisnis makanan akan selalu jaya. Di tengah kepungan ekonomi yang sulit saat ini ternyata bisnis makanan dan minuman masih ramai. Menurut keterangan dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, pertumbuhan industri makanan dan minuman skala negara telah mencapai 8,46% di semester pertama tahun 2015. Nilai ekspor produk makanan dan minuman Indonesia telah menembus angka US$ 2.2263,1 juta pada Mei 2015. Itu artinya naik sebesar 4,05% dari nilai ekspor pada Mei 2014. Tentu hal ini menggembirakan mengingat nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah tidak pernah di bawah Rp 10.000 per 1 US$ menurut data yang dilansir Bank Indonesia sejak 1 Januari 2014. Itu artinya, industri makanan dan minuman Indonesia berpeluang meningkat secara profit dari hasil ekspor. Uniknya lagi, bisnis kecap adalah salah satu penopang dalam industri makanan dan minuman ini. Ada 94 unit usaha industri kecap skala menengah sampai besar yang menyumbang nilai produksi mencapai Rp 7,1 triliun pada tahun 2014. Bagaimana dengan nilai ekspor produk kecap di tengah lesunya ekonomi Indonesia? Ternyata ekspor produk kecap telah meraih angka US$ 14,2 juta di tahun lalu. Tren ekspor produk kecap terlihat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bahkan pada periode Januari hingga Juni 2015, ekspor komoditi ini telah menembus angka US$ 7,6 juta. Saat ini, tahun 2015 belum berakhir, masih ada 3 bulan sebelum penutupan di Desember 2015. Tidak menutup kemungkinan bahwa angka-angka ini akan kembali merangsek naik dari segi volume perjualan maupun laba perusahaan. Banyak pemain besar kecap yang telah menguasai pasar kecap. Sebut saja kecap Bango (Unilever), kecap ABC (Heinz ABC), kecap Nasional (Sari Sedap Indonesia), kecap Indofood (Indofood), kecap Sedaap
Namun, jangan lupakan nama-nama kecap yang masih bergerak pelan di daerah tetapi terus menggeliat. Ada Kecap Cap Korma (Jakarta), kecap Kunci (Karawang), kecap Benteng (Tangerang), kecap Maja Menjangan (Majalengka), kecap Kenari (Surabaya). Nama-nama tersebut terus menggeliat dan bergerilya di arus persaingan ketat para pemilik nama besar industri kecap. Kecap Cap Korma sendiri telah mendirikan persero terbatasnya pada tahun 1948, tiga tahun setelah Indonesia merdeka. Berawal dari usaha rumah tangga. Kemudian di tahun 1974 pemiliknya memutuskan mendirikan pabrik di Jakarta. Saat isu lemak babi merebak di tahun 1988, hampir semua produk dihantam badai kecurigaan konsumen. Namun, Kecap Cap Korma ternyata memiliki brand yang kokoh sebagai kecap halal. Sampai omzetnya sempat melonjak 100% pada saat itu karena banyaknya permintaan. Terlebih varian produk saat ini yang non GMO dan non MSG dapat menjadi keunggulan dalam bersaing dengan bumbu-bumbu dapur lainnya. Wilayah pemasarannya pun telah mencakup kawasan Timur Tengah. Tidak semua produk dapat menembus pasar mancanegara. Melihat data-data bahwa peluang produk kecap dapat mendobrak pasar internasional, seharusnya menambah rasa optimis bagi para investor maupun pengusaha kecap Indonesia. Walau kini nama Kecap Cap Korma belum sebesar pemain kecap yang menjadi market leader, tetapi suatu saat Kecap Cap Korma dapat menjadi kuda hitam dalam percaturan industri kecap Indonesia.
Penulis : Muhammad Jhovy Rahadyan
11 / OKTOBER 2015
12 / OKTOBER 2015
13 / OKTOBER 2015
MENYIASATI PROPERTI YANG LESU SELALU ADA KESEMPATAN DI SETIAP KESEMPITAN
S
udah menjadi topik di mana-mana bahwa saat ini kondisi perekonomian Indonesia masih lesu. Angka rupiah terhadap dolar yang terus naik, kondisi perpolitikan Indonesia yang belum stabil dan naiknya berbagai kebutuhan pokok menjadi sumber semakin lesunya berbagai sektor di Indonesia. Salah satu yang terkena imbasnya adalah properti. Berdasarkan survei dari Bank Indoesia (BI), penjualan rumah pada kuartal II-2015 hanya tumbuh sebesar 10,84%. Padahal, pertumbuhan penjualan pada kuartal sebelumnya bisa mencapai lebih dari dua kali lipatnya, yaitu sebesar 26,2%. Fenomena penurunan penjualan ini paling banyak dialami pada rumah kelas menengah. Sebagai tambahan, hanya rumah tipe kecil saja yang mengalami kenaikan walaupun tidak sebesar kenaikan pada kuartal sebelumnya. Kondisi ini diprediksi akan terus berlanjut hingga kuartal II-2016. Kondisi penurunan penjualan properti juga dikeluhkan oleh sebagian besar pebisnis properti, baik dari pemain kecil hingga pemain besar. Salah satunya adalah Mitra Mugi Property. Tim Mitra Mugi Property menyebutkan bahwa pada kuartal I-2015, tiap minggunya rata-rata ada 40 hingga 60 konsumen yang menanyakan properti di daerah Depok. Namun, saat ini permintaan turun secara drastis menjadi hanya 20 hingga 30 penelpon dalam seminggu. Berbagai keluh kesah bermunculan dari para pelaku usaha. Tidak hanya developer. Usaha-usaha turunan lainnya pun juga terkena imbasnya, seperti kontraktor, arsitek, toko material, toko furniture, agensi properti dan berbagai jenis usaha lainnya. “Harga kebutuhan pokok naik, harga material naik bahkan upah tukang juga turut naik. Tapi jika harga properti dinaikan, maka akan berdampak pada penjualan yang semakin melambat” ucap Ibnu Abdul Aziz, Direktur Harmony Land pada Selasa, 6 Oktober 2015. Fenomena pertumbuhan bisnis properti yang sangat drastis pada tahun 2011 hingga 2013 kemarin, yang ditandai dengan permintaan yang terus meningkat, telah berdampak pada semakin banyaknya pelaku usaha properti yang bermunculan. Namun disisi lain, di tahun 2015 ini angka rupiah terhadap dollar telah melejit naik hingga menembus pada kisaran 13 ribu per dolarnya. Kondisi ini mengakibatkan berbagai komoditas juga terseret naik harganya.
Á'HQJDQPHPEHOLSURSHUWL\DQJPXUDK WHUVHEXW GLWDPEDK SHQJRODKDQ \DQJ WHSDWPDNDNLWDDNDQELVD PHPXQFXONDQ OHGDNDQ NHXQWXQJDQ \DQJ OXDUELDVDVDDWVHNWRUSURSHUWL NHPEDOLVHJDUÂ Konsekuensinya, kenaikan kebutuhan pokok ini berdampak secara tidak langsung pada menurunnya tingkat permintaan properti secara nasional. Dengan tingkat penawaran semakin tinggi akibat semakin banyaknya pelaku usaha properti, bertemu dengan tingkat permintaan yang rendah akibat naiknya kebutuhan pokok, maka untuk mendapatkan titik equilibrium sesuai hukum ekonomi, maka harga jual properti haruslah turun. Hal ini memang berdampak negatif bagi para 14 / OKTOBER 2015
developer. Namun di sisi lain, jika kita melihat lebih cermat, akan muncul berbagai peluang potensial yang bisa dimanfaatkan. Ada beberapa hal yang harus terlebih dahulu kita garis bawahi terkait hal ini. 1. Kondisi properti yang lesu adalah siklus per dekade yang juga memiliki titik jenuh. Artinya, industri properti akan kembali segar setelah melewati titik jenuh penurunan properti. 2. Ketika kebutuhan pokok meningkat dan pendapatan tidak mengalami peningkatan, maka sebagian besar orang akan menjual asetnya. Dari kedua poin di atas, kita bisa mengambil satu benang merah dalam menghadapi tantangan properti saat ini. Ketika kondisi perekonomian makin turun, maka secara alami akan ada banyak orang yang menjual asetnya. Namun, dikarenakan kebanyakan orang masih cenderung wait and see terhadap dunia investasi, sementara sebagian orang lainya masih berjibaku pada kebutuhan pokok, maka menjual aset properti menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat kita. Karena itu lah, dengan semakin mendesaknya tingkat kebutuhan seseorang, maka akan semakin banyak bermunculan penawaran properti yang under value, yaitu ketika harga properti ditawarkan di bawah harga pasar normalnya saat ini. Di sinilah kita akan bermain. Dalam kondisi ini, mengakuisisi sebanyak-banyaknya properti under value adalah strategi yang sangat cerdas dan potensial. Dengan membeli properti yang murah tersebut, ditambah pengolahan yang tepat, maka kita akan bisa memunculkan ledakan keuntungan yang luar biasa saat sektor properti kembali segar.
Penulis : Fithor Muhammad
BISNIS PROPERTI DENGAN CARA INSTAN BISNIS PROPERTI TIDAK SELALU MEMBUTUHKAN MODAL BESAR SEPERTI YANG DIASUMSIKAN MASYARAKAT SELAMA INI.
Di negara berkembang seperti Indonesia, properti masih dianggap sebagai investasi terbaik dikarenakan karakteristik khusus yang melekat padanya, yaitu adanya kecenderungan pertambahan nilai dari properti dari waktu ke waktu. Hal ini tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi secara natural di negeri ini. Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus melaju pesat seperti saat ini, sudah mulai banyak fenomena di mana ketersediaan lahan tidak mampu lagi untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk. Karena itulah, sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, menjadi sangat wajar bila nilai properti di negeri ini akan terus tumbuh secara menjanjikan secara makro setiap tahunnya. Namun, walaupun terkenal dengan potensi aset dan keuntungannya yang menggiurkan, bisnis properti kerap dipandang sebagai bisnis yang sulit dilakukan. Biasanya, masalah yang paling sering menjadi hambatan bagi para calon pelaku bisnis ini adalah ketersediaan modal. Anggapan yang berlaku umum terkait bisnis properti saat ini adalah kebutuhan modalnya yang sangat besar hingga milyaran rupiah. Sontak, hal ini membuat banyak pengusaha yang berada di awal karir mengurungkan niatnya untuk berbisnis properti. Padahal, bila kita cermat melihat peluang, memulai bisnis properti ternyata tidak selalu membutuhkan dana milyaran. Ada satu strategi bisnis properti berbiaya murah yang nyatanya sudah banyak dilakukan oleh para pengusaha muda yang jeli melihat peluang. Strateginya adalah berbisnis properti berbasis renovasi rumah sederhana. Apa itu? Ide dasarnya adalah mengunakan modal seminimal mungkin atau membangun kerjasama dengan pihak kedua untuk membeli rumah sederhana yang murah, untuk selanjutnya diberikan polesan renovasi sehingga bisa dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi.
BEBERAPA FAKTOR YANG MEMBUAT ANDA TAK PERLU BERPIKIR PANJANG DALAM MENGAMBIL LANGKAH STRATEGI BISNIS PROPERTI BERBASIS RENOVASI RUMAH SEDERHANA 1. Biaya Biaya yang diperlukan relatif lebih murah jika dibandingkan dengan bisnis properti pada umumnya. Disamping itu, rumah lama sudah memiliki struktur bangunannya sendiri sejak awal, sehingga secara operasional tidak akan menyulitkan.
5. Akses Biasanya, lingkungan rumah sederhana di wilayah komplek atau perumahan sudah memiliki akses yang memadai, sehingga lokasi-lokasi publik dapat dijangkau dengan mudah, seperti sekolah, tempat ibadah, pasar, angkutan umum, dll. Hal ini karena area komplek atau perumahan sudah ditetapkan masterplan-nya dari pemda setempat dengan status tanahnya yang sudah jelas.
2. Lahan Tidak perlu adanya pembuatan lahan baru, seperti pengerukan dan perataan.
6. Laba Investasi dan Penjualan Margin keuntungan yang didapat sangat besar, karena untuk membangunnya hanya membutuhkan modal sedikit. Di samping itu, menjual rumahrumah renovasi semacam ini pun biasanya sangat cepat, tergantung dari kreativitas dalam menjual rumah tersebut. Ada beberapa metode penjualan rumah yang bisa dilancarkan, antara lain bekerjasama dengan marketing property yang sudah ada, atau juga bisa menggunakan berbagai media online yang mempunyai aplikasi khusus penjualan rumah.
3. Legalitas Sertifikat Rumah dan IMB sudah tersedia. 4. Waktu Renovasi Pengerjaan renovasi tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Biasanya, renovasi bisa dilakukan dalam kurun wakktu kurang lebih dua bulan. Hal ini sangat tergantung dari inovasi dan kreativitas yang dilakukan dalam memanfaatkan bangunan yang sudah ada.
7. Peluang Adanya peluang kerjasama dengan pihak kedua (pemilik rumah lama) atau pihak ketiga (investor) untuk mengembangkan usaha ini. Sehingga, modal yang digunakan dari uang pribadi bisa ditekan jauh. Selamat Mencoba!
Penulis : Ferdiansyah 15 / OKTOBER 2015
INVESTASI SAHAM SAAT
EKONOMI MELEMAH
KONDISI EKONOMI YANG MELEMAH TIDAK SELAMANYA MENJADI PENGHAMBAT. BAGI SEBAGIAN ORANG, BAHKAN HAL INI MERUPAKAN PELUANG EMAS Saat ini pertumbuhan ekonomi terus melambat. Nilai rupiah terhadap Dolar Amerika serikat terus menurun. Hal ini tentu berpengaruh terhadap dunia usaha. Melemahnya nilai pasar dapat dilihat dari IHSG yang cenderung terus turun. Namun kondisi ini bukan halangan untuk menginvestaskan uang di pasar saham. Bahkan, bagi sebagian investor, saat harga-harga saham turun adalah saatnya untuk membeli, dengan harapan akan mendapatkan capital gain setelah pasar kembali normal. Namun investor juga harus berhati-hati, karena harga saham bisa jauh lebih turun dari harga beli. Selain itu tidak semua perusahaan dapat menghadapi lemahnya ekonomi dengan baik. Berikut tips dalam memilih saham yang tepat saat ekonomi melemah :
16 / OKTOBER 2015
1. Pilih sektor yang tepat. Cara pertama untuk memilih perusahaan yang tepat adalah dengan memilih sektor yang tepat. Pada saat ekonomi mengalami penurunan, maka sektor yang paling tahan banting adalah sektor infrastruktur, sektor barang konsumsi, dan sektor teknologi. Sektor infrastruktur cenderung stabil pada saat resesi ekonomi diakibatkan kebutuhan akan infrastruktur terus meningkat, selain itu untuk memicu perekonomian kembali, pemerintah biasanya menambah belanja di bidang infrastruktur. Di lain pihak sektor konsumsi Sektor Barang Konsumsi yang Cenderung Terus Naik cenderung stabil karena porsi belanja untuk konsumsi merupakan komponen yang tidak bisa dihapuskan masyarakat. Sedangkan sektor teknologi bisa bertahan saat resesi karena cenderung cepat dalam melakukan innovasi. 2. Pilih perusahaan yang rutin membagikan dividen. Kedua, calon investor dapat memilih perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dividen paling tidak sama dengan deposito. Pada saat resesi ekonomi harga saham cenderung terus turun dan tidak stabil. Jadi alih-alih mengharapkan keuntungan dari kenaikan harga saham, investor perlu melirik perusahaan yang memberikan dividen secara rutin. Perbandingan terhadap deposito dilakukan karena bunga deposito merupakan patokan keuntungan minimal yang layak di dapatkan investor. Jadi walaupun perkembangan harga saham tidak begitu menggembirakan, investor dapat mengandalkan keuntungan dari dividen. Jika harga saham juga naik maka investor tentu akan mendapatkan keuntungan lebih.
Á3HUEDQGLQJDQWHUKDGDSGHSRVLWRGLODNXNDQNDUHQD EXQJDGHSRVLWRPHUXSDNDQSDWRNDQNHXQWXQJDQPLQLPDO \DQJOD\DNGLGDSDWNDQLQYHVWRUÂ 3. Memilih saham LQ45. Ketiga, calon investor dapat memilih saham yang berada pada indeks LQ45. Indeks ini merupakan kumpulan saham yang memiliki likuiditas tinggi. Artinya, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dinilai baik. Hal ini penting karena likuiditas perusahan menjadi salah satu indikator penting perusahaan akan tetap bertahan. Saham-saham LQ45 memiliki risiko yang lebih rendah daripada saham non-LQ45. 4. Berinvestasi jangka panjang. Pada saat ekonomi melemah, harga saham cenderung mudah berubah dan turun. Tidak disarankan untuk melakukan pembelian saham untuk jangka pendek. Investor disarankan untuk berinvestasi dalam jangka panjang. Investasi pada jangka pendek memang menjanjikan kemungkinan mendapatkan return besar, namun juga diiringi dengan resiko kerugian lebih besar. Keuntungan dari investasi jangka panjang cenderung lebih stabil. Warren Buffet, legenda investor dari Amerika Serikat pernah berkata “I never invest in anything that I dont understand.” Pelajarilah perusahaan yang ingin anda investasikan sebelum membeli sahamnya. Performa perusahaan yang baik akan diikuti dengan nilai saham yang juga naik. Selamat berinvestasi. Penulis : M. Khairul Hamid 17 / OKTOBER 2015
LEVERAGE DAN CONTROL DALAM PROPERTI KOMERSIAL
MENAKSIR PROPERTI BERDASARKAN NILAI CASH FLOW LEBIH BAIK DIBANDINGKAN MENILAI KARENA ASUMSI
T
idak dapat dipungkiri, setiap dari kita, berhadapan dengan masalah yang oleh Kiyosaki sebut sebagai ‘money problems’ baik untuk mereka yang belum kaya maupun yang sudah. Keduanya sama-sama dapat terjerat permasalahan yang terkait dengan uang, walaupun subjek masalahnya bisa sangat bertolak belakang. Bagi yang belum kaya, permasalahannya berkisar pada ketidakpunyaan cukup uang, sehingga harus menggunakan kartu kredit atau hutang untuk memenuhi kebutuhannya. Apalagi di masa sekarang di mana biaya hidup menjadi semakin mahal, tagihan pajak yang semakin melambung, serta ketidakcukupan dana pensiun yang diperoleh. Di sisi yang lain, alih-alih terjerat karena
18 / OKTOBER 2015
masalah tagihan, orang-orang yang sudah kaya menghadapi problematika dan kebingungan terkait pengelolaan uangnya yang sudah terlalu melimpah. Mereka kebingungan tentang investasi apa yang harus mereka lakukan, bagaimana agar uang mereka tetap aman, dan bagaimana mereka menjamin bahwa rekan-rekan yang dekat dengan mereka bukanlah sebuah bom waktu yang bersiap untuk mengeruk seluruh aset mereka. Di zaman ini, di saat semakin meningkatnya golongan menengah di Indonesia, banyak orang yang mulai berpikir bahwa uang yang dipegangnya bukan hanya sekedar ‘money’ saja, tetapi sebuah currency. Perbedaan mendasarnya terletak pada sebuah perumpamaan bahwa currency layaknya sebuah aliran listrik yang harus terus bergerak, yang akan mati jika berhenti. Inilah aturan baru yang melekat pada entitas uang semenjak Nixon mengganti standar menjadi emas dalam mencetak uang pada 1971. Karena itulah, agar uangnya tidak tergerus inflasi, setiap orang akan berfikir rasional untuk melakukan investasi. Selanjutnya, seseorang biasanya akan bingung terkait moda investasi yang akan mereka lakukan. Apakah sebaiknya dananya diinvestasikan ke dalam bisnis, saham, properti, emas, atau alternatif investasi lainnya? Atau justru ingin
melakukan diversifikasi investasi dikarenakan alasan teoritis yang berbunyi don’t put your eggs in one basket. Sebenarnya, Buffet mengatakan bahwa diversifikasi investasi dilakukan oleh sejumlah orang lebih karena orang tersebut tidak paham dengan apa yang dilakukan. Karena secara logika, apabila dia paham dengan moda investasi yang dipilih, pastinya mayoritas dananya akan fokus pada satu instrumen yang sangat dikuasainya. Terkait dengan risiko yang selalu hadir bersama dengan investasi jenis apapun, ada beberapa orang yang cenderung memilih investasi yang low risk. Namun, banyak pula orang yang meyakini bahwa high risk high return, sehingga hal tersebut perlu diperjuangkan. Hal ini juga perlu diketahui dengan jelas, karena sebenarnya dalam bisnis maupun investasi, tidak selamanya high return harus selalu high risk. Ada juga beberapa kasus dimana high return dapat diperoleh dari proses bisnis yang low risk. Apalagi jika kita turut berhitung bahwa pada dasarnya high risk sama dengan high cost. Hal-hal detail semacam inilah yang biasa dipikirkan oleh para ahli bisnis di bidangnya untuk meminimalisasi resiko yang ada. Lalu Investasi apa yang memenuhi kriteria low risk, high return? Setidaknya investasi itu harus memenuhi 2 kriteria, yaitu adanya leverage dan control.
Á.DUHQDLWXODKDJDUXDQJQ\DWLGDNWHUJHUXV LQIODVLVHWLDSRUDQJDNDQEHUSLNLU UDVLRQDOXQWXNPHODNXNDQLQYHVWDVLÂ Menurut Trump, jangan pernah melakukan investasi tanpa adanya leverage didalamnya. Secara sederhana, leverage berarti do more with less. Kriteria kedua adalah control. Mengapa investasi bagi sebagian besar orang kadang terlalu beresiko, sebab tidak adanya control dari sang investor. Sebenarnya, dibandingkan semua instrumen investasi yang ada, propertilah yang paling mudah untuk dilakukan leverage dan control terutama pada properti komersial seperti ruko, kos-kosan, rumah kontrakan, apartemen yang dikontrakan, office lease, gudang, dan lain-lain yang mengandung cash flow harian/bulanan/ tahunan. Terminologi leverage yang biasa dipakai adalah terkait others people money (OPM), yang bisa berupa uang bank maupun uang investor. Sebagai contoh, ada dalam kasus ketika kita membeli properti menggunakan KPR dimana kita mengeluarkan uang untuk down payment sebesar 20-30%, dalam rangka untuk mendapatkan pembiayaan 80-70% dari bank sebagai modal awal untuk pengakuisisian sebuah aset properti dalam properti komersial, control menentukan value/nilai dari properti komersial dan pengaman leverage itu sendiri karena terlalu berbahaya menggunakan uang milik orang lain tanpa adanya control. Ada hal-hal yang berada diluar control kita, seperti kenaikan harga properti yang berujung pada capital gain. Bergantung pada capital gain sebenarnya terlalu semu karena capital gain baru akan terealisasi jika properti tersebut secara rill terjual. Kita bisa saja menilai properti kita senilai 1M tetapi jika saat transaksi hanya terjual 700juta, maka itulah nilai properti kita. Hal ini karena sifatnya yang
taksiran dan sangat bergantung pada kondisi perekonomian. Berbeda dengan yang dibawah control kita, yaitu cash flow atau arus kas yang kita ciptakan dari jasa sewa atau jasa komersial yang lain yang kita sediakan. Cash flow bukan sebuah taksiran, dia adalah darahnya bisnis. Bentuk control atas cash flow dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai sewa dan melakukan efisiensi biaya-biaya. Misalkan ketika kita memiliki kos-kosan, untuk meningkatkan nilai sewa kita bisa menambahkan fasilitas-fasilitas tambahan bagi penghuni seperti adanya AC, Wifi, gratis laundry, gratis cuci motor atau mobil sepekan sekali, renovasi bangunan kos-kosan yang secara cost benefit analysis lebih besar berpengaruh pada kenaikan nilai sewa. Efisiensi biaya dilakukan dengan cara misalkan mencegah penunggakan pembayaran sewa oleh penghuni, penggunaan token pada listrik, menganggarkan depresiasi bangunan kos-kosan sebagai biaya, penggunaan wifi bersama, dan efisiensi biaya-biaya operasional lainnya. Jika dibandingkan dengan investasi saham, kita tidak memiliki dan control semacam ini, karena tidak ada bank yang mau meminjamkan seseorang untuk membeli saham. Hal ini dikarenakan tidak adanya underlying yang jelas dan juga tidak ada control atasnya. Kita tidak dapat mengatur manajemen dalam mengelola perusahaan publik yang kita beli, karena porsi kepemilikan saham kita yang sangat kecil. Oleh sebab itu, banyak orang investasi saham bermain di level trader untuk mendapatkan gain. Hal ini berbeda dengan cara bermain Warren Buffet yang memainkan kepemilikan besar porsi saham sehingga dapat mengontrol sebuah perusahaan tempat Berkshire Hathaway berinvestasi. Namun, cara ini memerlukan dana yang amat besar. Pada akhirnya, harus kita pahami bersama bahwa Value dari properti komersial akan tercermin dari cashflow yang diciptakan. Cash flow adalah bentuk dari kuasa/control yang kita miliki dengan nilai yang lebih tidak rentan krisis dibandingkan dengan saham. Karena itulah, menaksir properti berdasarkan nilai cash flow lebih baik dibandingkan menilai karena ‘asumsi’. Nilai sewa properti komersial pun minimal naik 10% setiap tahunnya dan menurut Panangian Simanungkalit, berdasarkan Pusat Studi Properti Indonesia, properti komersial direkomendasikan sebagai alternatif investasi properti yang baik untuk jangka menengah dan panjang dengan Cap Rate 5 hingga tertinggi 10. Investasi jenis ini menjadi semakin menggiurkan karena berdasarkan data yang sama, properti komersial memiliki yielding dengan kategori quick dan very quick jika dibandingkan investasi di tanah mentah atau tanah kavlingan. Jadi, apakah anda sudah menentukan pilihan?
Penulis : Ibnu Abdul Aziz
19 / OKTOBER 2015
20 / OKTOBER 2015
21 / OKTOBER 2015
EFISIENSI BIAYA BISNIS PROPERTI
‘‘EFESIENSI AKAN MENJADI SENJATA DALAM PERSAINGAN DI MASA YANG AKAN DATANG’’
J
ika kita membahas tentang efisiensi biaya pada sisi seorang developer, kita akan menemukan banyak sisi yang dapat dijadikan sarana untuk melakukan efisiensi tersebut. Bagi seorang developer, kegiatan efisiensi biaya ini akan menyentuh berbagai hal diantaranya efisiensi biaya pada sisi konstruksi, efisiensi biaya pada sisi akuisisi tanah, efisiensi biaya pada sisi pengurusan perizinan dan legalitas, efisiensi biaya pada sisi marketing dan efisiensi biaya pada hal-hal lainnya. Pada tulisan ini, saya ingin berfokus terlebih dahulu pada hal efisiensi biaya dalam lingkup konstruksi. Efisiensi dalam pelaksanaan proyek konstruksi adalah merupakan suatu keharusan dalam rangka menjaga laba yang telah ditargetkan. Maksud efisiensi disini sama sekali tidak boleh dipelesetkan sebagai tindakan mengurangi takaran, karena efisiensi mensyaratkan suatu output yang sesuai dengan gambar dan 22 / OKTOBER 2015
spesifikasi rencana. Efisiensi adalah suatu keadaan atau ukuran perbandingan antara biaya aktual yang dikeluarkan untuk suatu pekerjaan/output/item biaya tertentu dengan biaya yang direncanakan di awal. Saat ini dikatakan efisiensi akan terjadi bila biaya aktual kurang dari biaya rencana awal atau perbandingan antara biaya aktual terhadap biaya rencana awal kurang dari 1. Lalu jika sebaliknya dikatakan inefisiensi. Konsep efisiensi yang ingin saya pertegas dalam tulisan ini adalah konsep bagaimana tindakan-tindakan dalam pelaksanaan konstruksi proyek akan menghasilkan efisiensi biaya dimana produk atau output yang dihasilkan haruslah tetap sesuai gambar rencana dan RKS yang disyaratkan dalam kontrak. Efisiensi biaya atas tindakan-tindakan dalam konstruksi proyek diharapkan sebagai tambahan laba atau setidaknya sebagai extra cost contigency jika terjadi risiko yang tidak terduga. Umumnya tindakan yang dilakukan pada kontraktor untuk mendapatkan efisiensi yang utama adalah mendapatkan discount harga yang paling tinggi dengan para vendor sehingga harga aktual yang diharapkan akan serendah mungkin terhadap harga rencana awal. Setelah mendapatkan discount tertinggi den-
gan para vendor, kontraktor seperti sudah bekerja keras mendapatkan keuntungan. Lalu tarik nafas panjang dan istirahat. Padahal pemilihan vendor dengan harga terendah (bukan harga terbaik) adalah keputusan yang sering kali keliru. Harga terendah seringkali menyimpan risiko bagi kontraktor dalam pelaksanaannya. Ini sudah sering terbukti.Suatu kasus nyata yang tak perlu dijelaskan siapa kontraktornya. Di proyek diperlukan suatu alat berat excavator. Kontraktor sibuk mencari penjual excavator bekas yang paling murah. Tak peduli waktu pelaksanaan sudah terlambat. Ketika akan menguji excavator yang termurah (mungkin (se-Indonesia), Kontraktor mendapat info bahwa ada excavator yang lebih murah lagi. Maka dibatalkanlah rencana uji coba excavator yang sudah direncakan. Kontraktor akhirnya membeli excavator yang lebih murah dari yang termurah. Efisien sekali? Ternyata tidak. Ketika alat excavator tersebut mulai digunakan di proyek, ternyata ada komponen yang perlu dibeli dulu. Beli komponen alat berat tentu perlu transport karena hanya tersedia di kota besar. Kemudian begitu dipakai beberapa saat, ada kabel yang korslet. Setelah berhasil sempat digu-
nakan beberapa jam, tingkat konsumsi solar sangat tinggi (mungkin karena saking tua dan maintenance yang jelek). Daya tahan pemakaian hanya beberapa hari. Akhirnya kantor proyek jadi bengkel sepanjang pelaksanaan proyek. Alat tersebut setelah setahun proyek selesai tidak juga di-demob walaupun personil kontraktor sudah lama tidak ada di lapangan karena pekerjaan yang sudah selesai. Efisiensi yang berubah jadi inefisiensi /risiko yang tak terlihat (hidden cost). Berdasarkan pengalaman, kejadian hal yang terduga dalam pelaksanaan proyek berdampak pada biaya sekitar 1-5%. Jika dianggap keberhasilan mengatasi masalah (problem solving) adalah 50% (termasuk bagus), maka dampaknya menjadi 0,5 – 2,5%. Angka ini jika dihubungkan dengan Laba bersih suatu perusahaan jasa konstruksi yang berkisar 3-5%, tentu menjadi sangat riskan, sangat rawan bagi perusahaan tersebut mengalami kerugian secara korporat. Efisiensi adalah jawaban tepat agar target laba dapat tetap tercapai dan bahkan jika dilakukan secara sistematis, diharapkan dapat menambah laba perusahaan. Perlu penelitian atas data-data yang disebutkan di atas.
Penulis : Adi Rahman
23 / OKTOBER 2015
MERAUP MANIS DARI SANG KERAJAAN LEBAH
‘‘PRODUKSI MADU DALAM NEGERI SAAT INI HANYA MENCAPAI ANGKA 5000 TON’’
S
ebagai negara yang memiliki potensi biodiversitas yang luas, Indonesia memiliki keunggulan dalam hal produk-produk hayati yang terhimpun di daratan dan lautan negeri ini. Menjadi sebuah keniscayaan bahwa negeri ini memiliki hutan dengan beragam biota sebagai efek langsung dari iklim tropis yang lembab. Potensi ini rasanya sangat sayang apabila tidak dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan perkembangan ekonomi masyarakat, melalui pengelolaannya yang tetap sesuai kaidah ekologis yang diatur dalam undang-undang. Salah satu produk hutan bukan kayu yang sangat potensial untuk dikembangkan dari hutan-hutan di Indonesia adalah madu dan produk-produk turunan lebah madu lainnya. Sayangnya, potensi ekonomi produk madu yang sangat signifikan ternyata belum mampu menjadikannya sebagai primadona di negeri sendiri. Padahal, produk madu dan turunannya berpotensi untuk menjadi salah satu produk unggulan non migas yang bernilai ekspor menjanjikan. Potensi yang besar ini salah satunya terletak pada faktor permintaan produk madu yang masih terbuka luas, bahkan cenderung meningkat setiap tahunnya. Faktor yang menentukan peningkatan ini adalah semakin merebaknya budaya hidup sehat berbasiskan alam di tengah-tengah masyarakat kita. Bila kita amati di sekitar kita, pastilah akan mudah kita temukan label Go Green atau eco-label yang disematkan di berbagai bisnis untuk menarik perhatian masyrakat. Tak dipungkiri, hal ini membuat cakupan pasar dari produk-produk kesehatan berbasiskan alam menjadi begitu populer, termasuk madu dan produk-produk turunannya. Karena itulah, tak aneh bila konsumsi madu nasional meningkat dari yang tadinya hanya 10-15 g/kapita, menjadi 15-20 g/kapita di tahun 2015 ini. Sehingga, total permintaan madu dari dalam negeri telah mencapai angka 4800 ton pertahun. Lain di dalam negeri, lain pula di luar negeri. Berdasarkan data dari kementerian perdagangan di tahun ini, hingga kini permintaan madu dari luar negeri memiliki potensi sampai di angka 15.000 ton pertahun. Sayangnya, tidak semua permintaan tersebut dapat dipenuhi oleh produksi madu lokal. Bagaimana tidak? Produksi madu 24 / OKTOBER 2015
dalam negeri saat ini hanya mencapai angka 5000 ton. Sehingga, negeri yang penuh dengan kekayaan hayatinya ini pun terpaksa untuk tetap menjadi pengimpor madu sebesar 2000-3000 ton pertahunnya, atau sekitar 70% dari kebutuhan nasional, demi memenuhi permintaan dalam negeri. Hal ini pulalah yang mendorong banyak produsen madu di Indonesia untuk tega memalsukan produk madu kemasan dengan cara dicampur dengan gula, agar dapat meraup keuntungan besar. Dari pemaparan di atas, dapat kita tarik kesimpulan awal bahwa potensi permintaan produk madu di Indonesia telah mencapai angka 20.000 ton pertahun. Namun, perlu kita sadari bersama bahwa konsumsi perkapita penduduk Indonesia terhadap produk madu masih sangatlah kecil. Sebagai perbandingan, konsumsi madu perkapita di negara-negara maju seperti US, Jepang, dan UK sudah mencapai 1.000-1.600 g. Apabila kita melihatnya dari kacamata bisnis dan pembangunan nasional, tentu hal ini merupakan potensi yang sangat luar biasa. Lantas, apakah mungkin kita memanfaatkan potensi permintaan tersebut, padahal produksi dalam negeri saja masih sangat minim hingga kini? Jawabannya ya! Seperti yang sudah disebutkan di awal, potensi alam Indonesia sangatlah tak terbatas. Dengan luas hutan yang mencapai 140 juta hektar, Indonesia masih menyimpan potensi produksi madu sampai sebesar 2,5 juta ton. Apalagi, pasokan produk madu nasional yang berasal dari madu budidaya baru mencapai 25%. Artinya, dengan SDM dan pengelolaan yang memadai, tidak aneh bila Indonesia mampu menjadi produsen madu terbesar di dunia. Disamping potensi
ekonominya yang berbasiskan volume permintaan yang besar, produk madu dan turunannya juga memiliki potensi berbasiskan nilai produk murni dan turunannya. Sudah menjadi rahasia umum di dunia produk hayati bahwa harga produk akan ditentukan dari kualitasnya. Semakin berkualitas sebuah produk, maka wajar sekali bila harganya akan semakin mahal. Hal ini juga berlaku bagi produk-produk lebah madu. Menurut Ketua Perkumpulan Perlebahan Jawa Tengah, Henki Febrianto, 45 gram madu murni kualitas nomor satu dapat dihargai sampai Rp 800.000 di Eropa. Hal ini tentunya harus menjadi cambuk bagi pelaku industri madu dalam negeri untuk terus berupaya menghasilkan proses produksi dan pengolahan madu yang sesuai dengan standard internasional. Sebagai tambahan, Indonesia pun berpotensi menjadi produsen madu dengan berbagai jenis branding yang berbeda. Apa maksudnya? Dengan potensi tumbuhan lokalnya yang berbagai macam, Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi pengembang madu dari berbagai nektar bunga, sehingga akan menghasilkan produk madu yang berbeda rasa, warna dan khasiat tergantung dari bunga yang menjadi sumber pakan. Bila hal ini didukung dengan riset dan teknologi, bukan tidak mungkin Indonesia mampu membuat produk madu seberkualitas Madu Pohon Manuka dari Selandia Baru yang memiliki keunikan dari segi kandungan dibandingkan madu jenis lainnya. Disamping semua potensinya yang menggiurkan, nyatanya industri madu dalam negeri masih dilanda beberapa permasalahan mendasar. Salah satu masalah paling pelik yang mempengaruhi produksi madu
dalam negeri adalah kasus pembalakan hutan yang semakin marak terjadi di pulau-pulau di Indonesia. Dengan menipisnya kondisi vegetasi hutan di Indonesia, maka ekosistem yang dapat mendukung kehidupan lebah madu pun menjadi rusak. Hal inilah yang membuat banyak petani madu menderita kegagalan panen selama beberapa periode ini. Pada akhirnya, pemerintah lah yang memiliki wewenang terbesar untuk bisa merevitalisasi dan merealisasikan potensi industri madu di Indonesia. Kita membutuhkan SDM yang cukup di setiap hutan dan desa yang potensial, teknologi yang memadai, sosialiasi dan pendidikan SDM yang handal, permodalan yang cukup, akses pasar yang baik serta kebijakan yang adil agar visi menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi madu dunia dapat terwujud. Pertanyaannya, apakah anda ingin mengambil bagian?
Penulis : Muhammad Iqbal
25 / OKTOBER 2015
LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN MENCETAK LABA BERSIH HAMPIR 300 JUTA DAN TELAH MEMBERIKAN DONASI 60 JUTA UNTUK RUMAH KEPEMIMPINAN HINGGA Q3 2015 PT LMS telah menyelesaikan laporan keuangan untuk periode Januari - September 2015 (Q3). Laporan keuangan ini adalah salah satu persyaratan yang harus disampaikan kepada pihak yang berkepentingan (Investor, Mitra Kerja, Internal Perusahaan dan Masyarakat). Penyusunan laporan keuangan PT LMS disusun per triwulan dan akan diakumulasi selama satu periode laporan keuangan. Total aset perusahaan mencapai Rp 5.646.837.195 yang terdiri dari total Liability sebesar Rp 2.101.129.094,- dan total Equity perusahaan sebesar Rp 3.545.708.101, mengacu pada data tersebut dapat disimpulkan bahwa total modal yang dimiliki lebih besar dari total kewajiban yang harus ditunaikan.
Á7RWDODVHWSHUXVDKDDQPHQFDSDL5S\DQJ WHUGLULGDULWRWDO/LDELOLW\VHEHVDU5S GDQWRWDO(TXLW\SHUXVDKDDQVHEHVDU5SÂ Posisi Income Statement mengalami perkembangan yang positif. Persentase Nett Income dari Asset (ROA) mencapai 5,29% sedangkan ROE (Return on Equity) di angka 8,42%. Kenaikan Nett Income tersebut tidak terlepas dari kontribusi mitra PT LMS yang telah memberikan pendapatan usahanya hingga akhir periode 30 september ini, diantaranya adalah proyek BMW Permata di Tulungagung, Ferrari di Kediri, Arfand Motorent di Malang, Villa Fontana di Depok, dan BMW Mutiara di Blitar.
Balance Sheet
2015 Q2
Q1
Q3
Assets Cash & Equivalent Account Receivable Inventories Other Current Assets Total Current Assets Fixed Assets Other Non-Current Assets Total Non-Current Assets Total Assets
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
249,499,368 3,044,192,765 3,293,692,133 118,406,250 118,406,250 3,412,098,383
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
980,124,248 2,547,107,784 3,527,232,032 109,125,000 109,125,000 3,636,357,032
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
283,472,723 5,258,089,160 5,541,561,883 105,275,313 105,275,313 5,646,837,195
Liabilities Current Liabilities Long Term Liabilities Total Liabilities Total Equity Minority Interest Total Liabilities & Equity
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
101,865,668 101,865,668 3,310,232,715 3,412,098,383
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
436,338,467 436,338,467 3,260,018,565 3,696,357,032
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2,101,129,094 2,101,129,094 3,545,708,101 5,646,837,195
26 / OKTOBER 2015
Income Statement Total Revenue Operating Expense EBIT Other Income / Expense Earning Before Tax Tax Expense Net Income (NI)
2015 Q2
Q1 Rp
94,036,796 (30,848,820) 63,187,976 892,929 64,080,905 (940,368) 63,140,537
Rp Rp Rp
Number shares outstanding Earning per share (EPS) Rp Book Value Per Share (BV) Rp Close Price/share (Harga Saham) Rp PER (Close Price/EPS) PBV (Close Price/BV)
Rp Rp Rp Rp
2,975 21,224 Rp 1,112,683 Rp 1,200,000 56.54 1.08
Cash Flow
Q3
147,473,386 (139,090,951) 8,382,435 6,018,684 14,401,119 (1,474,734) 12,926,386
Rp
Rp
560,243,516 (262,955,715) 297,287,802 6,930,556 304,218,358 (5,602,435) 298,615,922
2,975 4,345 Rp 1,095,805 Rp 1,200,000 Rp 276.18 1.10
3,725 80,165 951,868 1,200,000 14.97 1.26
Rp Rp
2015 Q2
Q1
Q3
Operating Activities Investing Activities Financing Activities Net Cash Flow Activities
Rp Rp Rp Rp
77,247,966 30,500,000 107,747,966
Rp Rp Rp Rp
472,622,846 365,750,000 838,372,846
Rp Rp Rp Rp
Cash & Cash Equivalent. Beginning Cash & Cash Equivalent. Ending
Rp Rp
141,751,402 249,499,368
Rp Rp
141,751,402 980,124,248
Rp Rp
Key Ratio PER (X) (Close Price/EPS) PBV (X) (Close Price/BV) DER (X) (Tot. Liab/T. Eq) ROA (X) (NI/T.Assets) ROE (X) (NI/T.Equity) Op Margin (%) (EBIT/Sales)
56.54 1.08 3.08% 1.85% 1.91% 67.19%
276.18 1.10 13.38% 0.36% 0.40% 5.68%
(1,877,343,679) (6,685,000) 2,025,750,000 141,721,321 141,751,402 283,472,723
14.97 1.26 59.26% 5.29% 8.42% 53.06%
Fundamental Ratios
Fundamental2013 Ratios
2014
2015
1. Share Price (per 25 shares) 2. Share Price (per share) 3. Revenue 4. Nett Income 5. Total Assets 6. Shares Outstanding 7. Rights Issue (Penawaran Saham Baru) 8. Cash Inflow form New Investors 9. EPS (Earning per Share) 10. PER (Price to Earning) 11. Book Value per Share 12. PBV (Price to Book Value) 13. ROE (Return on Equity) 14. ROA (Return on Assets) 15. Donasi RK PPSDMS 16. Tax Payment 17. Dividen per 25 Shares 18. Dividen per Share 19. Dividen Yield per Share
Rp Price 25,000,000 Rp 25,000,000 1. Share (per 25 shares) Rp Price1,000,000 1,000,000 2. Share (per share) Rp Rp 349,778,873 Rp 193,406,680 3. Revenue RpIncome 299,577,970 Rp 26,014,209 4. Nett Rp Assets 3,259,477,970 Rp 3,366,561,228 5. Total 2,975 6. Shares Outstanding50 - Saham Baru) 7. Rights Issue (Penawaran Rp Inflow form New - Investors Rp 8. Cash Rp(Earning 5,991,559 8,744 9. EPS per Share) Rp 0.2 114.4 10. PER (Price to Earning) 65,189,559.4 1,131,617.2 11. Book Value per Share 0.02Value) 0.88 12. PBV (Price to Book 0.79% 13. ROE (Return on599% Equity) 0.77% 14. ROA (Return on9.19% Assets) Rp 62,000,000 15. Donasi RK PPSDMS- Rp Rp Payment 3,500,000 Rp 1,934,066 16. Tax Rp - Rp 500,000 17. Dividen per 25 Shares Rp 20,000 18. Dividen per Share - Rp 0 2.0% 19. Dividen Yield per Share
Rp 30,000,000 Rp 1,200,000 Rp 1,000,000,000 Rp 800,000,000 Rp 4,500,000,000 3,100 4,200 Rp 5,040,000,000 Rp 258,065 4.7 1,451,612.9 0.83 17.8% 17.8% Rp 200,000,000 Rp 10,000,000 Rp 600,000 Rp 24,000 2.0%
27 / OKTOBER 2015
28 / OKTOBER 2015