LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ISU GLOBAL WARMING DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
RAHMAD RIZIKI NIM : 204046102973
Di Bawah Bimbingan :
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP : 150 210 422
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa ; 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 November 2008
RAHMAD RIZIKI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul HUBUNGAN ISU GLOBAL WARMING DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 9 Desember 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN 1. Ketua ...................... )
(
: Drs. Djawahir Hejazziey, SH. MA 130 789 745
2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA ...................... ) 150 269 678
(
3. Pembimbing : ...................... )
(
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM 150 210 422
4. Penguji I : Drs. Djawahir Hejazziey, SH. MA ...................... ) 130 789 745
(
5. Penguji II : Drs. H. Ahmad Yani, MA ...................... ) 150 269 678
(
KATA PENGANTAR ¯2lµo G¡+Ýo ¯2Ù{´ Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas ridha dan rahmat-Nya-lah skripsi ini dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum Islam pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Salawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, Sahabat, dan juga umatnya. Yang InsyaAllah kita termasuk di dalamnya. Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus juga sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi. 2. Euis Amaliya, M.Ag, dan Ah. Azharudin Latif, M.Ag, masing-masing sebagai ketua dan sekretaris Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA, dan Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag yang keduanya adalah Koordinator Teknis Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN SYarif Hidayatullah Jakarta. 4. Kedua orang tua tercinta yang terhormat Ayanda H. Masrial dan Ibunda Hj. Asiah yang telah mendidik, membesarkan, memberikan kasih sayang yang tidak ternilai harganya, semangat serta doanya kepada penulis. 5. Saudara-saudaraku tercinta N’mely, N’Decy, B’One, K’En, K’Nancy, K’Ina, B’Dq, D’Egha yang memberikan dorongan serta semangatnya ketika penulis mulai mengalami kejenuhan dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Kepada seluruh staff pengajar Fakultas Syariah, yang telah banyak memberikan banyak ilmu, wawasan, serta kesabarannya dalam mendidik penulis selama bangku perkulihan. Semoga akan menjadi manfaat dan berkah untuk penulis. 7. Segenap staff Perpustakaan Syariah dan Hukum maupun perpustakaan utama yang telah menfasilitasi penulis untuk melengkapi referensi dalam penulisan skripsi ini. 8. Pusat Riset Informasi dan Data Ekonomi Syariah (PRIDES), terutama pada Ibu Siti Najma yang telah membantu penulis dalam mencari literatur-literatur primer dalam skripsi ini. 9. Sahabat-sahabatku, Wirna, Indah, Vaqoe, Fida, Link, Iroel, Bon-bon, Irham, Irsyad, Toni, teman-teman PS-c eks’04 dan teman-teman seatap-sependeritaan di ‘villa zeeda’ yang telah banyak mencurahkan waktu dan tenaganya untuk membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
10. Serta rekan-rekan, dan semua pihak yang mungkin tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu dalam skripsi ini. Besar harapan skripsi ini dapat memberikan konstribusi yang positif bagi pihak-pihak yang memberikan bantuan kepada penulis terutama bagi rekan-rekan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Muamalat konsentrasi Perbankan Syariah. Penulis sangat sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Demikian sedikit pengantar dan ucapan terima kasih. Atas semua perhatian yang diberikan, penulis sampaikan ucapan terima kasih.
Jakarta, 28 November 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
3
D. Kajian Kepustakaan (Studi Review Terdahulu)
4
E. Kerangka Konseptual
6
F. Metode Penelitian
6
G. Sistematika Penulisan
9
GLOBAL WARMING A. Pengertian Global Warming
11
B. Penyebab Global Warming
14
C. Akibat Global Warming
19
KONSUMSI DALAM ISLAM A. Nilai-Nilai Konsumsi
25
B. Pola dan Proses Konsumsi
28
C. Etika Konsumsi
30
HUBUNGAN ISU GLOBAL WARMING DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT
A. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Global Warming Dalam Perspektif Konsumsi Masyarakat
35
B. Hubungan Global Warming Dengan Perilaku Konsumsi Masyarakat C. Global Warming Dalam Islam
49 50
D. Strategi Pemberdayaan Pola Konsumsi Dalam Upaya Mencegah Dampak Global Warming E. Analisis Global Warming Dalam Pandangan Islam
BAB V
54 57
PENUTUP A. Kesimpulan
61
B. Saran
64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
67
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Tabel 4.1
Pengeluaran Konsumsi Rata-Rata Per Kapita Sebulan Untuk Makanan dan Bukan Makanan Indonesia
Halaman
35
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Gambar 1.1
Kerangka Konseptual Penelitian
6
Gambar 3.1
Grafik Tiga Dimensi dari Keseimbangan Konsumsi
29
Gambar 4.1
Konsumsi AC dan Kulkas dari Tahun 2004-2007
37
Gambar 4.2
Konsumsi AC dari Tahun 2004-2007
38
Gambar 4.3
Konsumsi Kulkas dari Tahun 2004-2007
38
Gambar 4.4
Sistem Dakwah dalam Permberdayaan Konsumsi Masyarakat
Halaman
55
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pasti mempengaruhi lingkungan. Manusia sejak lahir memerlukan dukungan alam seperti selimut, kain, popok, makanan, susu, dan sebagainya, sehingga keberadaan manusia di muka bumi akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Semakin banyak jumlah manusia maka kecenderungan kerusakan lingkungan semakin besar. Semakin banyak kebutuhan manusia, semakin cepat terdegradasi lingkungan di sekitarnya. Global warming atau pemanasan global sedang kita alami saat ini. Semua ini adalah akibat dari kecerobohan manusia. Perilaku konsumsi manusia yang tidak terkendali, menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya global warming. Indonesia mulai merasakan dampak global warming yang dibuktikan dari berbagai perubahan iklim maupun bencana alam yang terjadi. Global warming muncul karena perubahan tatanan yang diakibatkan oleh manusia, serta umur alam kita sendiri yang sudah tua. Global warming terjadi karena rusaknya lapisan ozon yang menjadi lapisan pelindung atau pengaman permukaan bumi. Kerusakan ini kian hari kian bertambah. Iklim yang berubah tidak menentu serta cuaca yang yang berganti pada saat sekarang ini adalah jelas merupakan dampak dari global warming.
Dalam kajian Islam menurut al-Quran dan Hadist sebenarnya telah diletakkan kaidah-kaidah global yang sangat prinsipil sebagai dasar operasional setiap kegiatan ekonomi masyarakat termasuk dalam kegiatan konsumsi. Kaidahkaidah global tadi dapat dijadikan rujukan atas upaya untuk mengurangi global warming dalam aspek konsumsi masyarakat. Melihat polemik di atas, maka penulis sangat tertarik untuk membahas secara mendalam bagaimana perilaku konsumsi dalam Islam serta bagaimana Islam menyikapi global warming seperti yang sedang kita alami saat ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis akan membahas dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “ HUBUNGAN ISU GLOBAL WARMING DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM ”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap persepsi masalah yang hendak ditulis, penulis merasa perlu untuk memberikan batasan dan perumusan masalah terhadap objek yang dikaji. Adapun masalahnya berkisar pada perilaku konsumsi dalam Islam untuk mengatasi global warming. 2. Perumusan Masalah Setelah mempertimbangkan permasalahan di atas, maka penulis perlu memilih dan memilah permasalahan yang menjadi fokus penulisan karya
ilmiah ini. Untuk lebih jelasnya, penulis berusaha merumuskan permasalahan yang tertuang dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut: F. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya global warming dalam perspektif konsumsi masyarakat ? G. Bagaimana strategi pemberdayaan pola konsumsi masyarakat dalam upaya mencegah dampak global warming ? H. Bagaimana global warming dalam pandangan Islam ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis rumuskan di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian, diantaranya: a. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya global warming dalam perspektif konsumsi masyarakat. b. Untuk mengetahui bagaimana strategi pemberdayaan pola konsumsi masyarakat dalam upaya mencegah dampak global warming. c. Untuk mengetahui bagaimana global warming dalam pandangan Islam? 2. Manfaat Penelitian a. Untuk masyarakat, memberikan informasi mengenai keberadaaan ilmu ekonomi Islam dalam kaitan perilaku konsumsi masyarakat serta memberikan kiat-kiat berkonsumsi secara Islami.
b. Untuk fakultas, memberikan sumbangsih hasil pemikiran terhadap perilaku konsumsi masyarakat terutama ekonomi mikro Islam guna memperkaya khazanah pemikiran ekonomi Islam di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Untuk penulis, menambah wawasan mengenai ekonomi mikro Islam, serta mengembangkan seluruh materi yang diperoleh semasa perkuliahan serta mendapatkan keterampilan yang aplikatif.
D. Kajian Kepustakaan ( Studi Review Terdahulu) Penulisan ini dilakukan karena penulis termotivasi dan terinspirasi dengan fenomena alam yang diakibatkan oleh pola konsumsi masyarakat yang tidak sesuai. Penulis juga telah membaca skripsi terdahulu yang dilakukan oleh : 1. Awaludin, (Mahasiswa Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 2003. “Peran Konsumsi Dalam Memelihara Unsur Utama Maqashid asySyari’ah”. Dalam skripsi tersebut menjelaskan bahwa peran konsumsi dalam Islam sangat penting yang memiliki tujuan untuk kesejahteraan hidup umat manusia, dan penulis tersebut menggunakan metode deskriptif analisis untuk mengumpulkan data-data. Namun demikian, penulis tidak membahas langsung tentang bagaimana perilaku konsumsi yang tepat dalam Islam. 2. Moch Irwan, (Mahasiswa Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 2003. “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Iklan dan Implikasinya
Terhadap Perilaku Konsumsi”. Dalam skripsi tersebut membahas mengenai bagaimana hukum Islam memandang sebuah iklan dan bagaimana implikasinya
terhadap
perilaku
konsumsi
masyarakat,
dan
penulis
menggunakan dua metode penulisan, yakni studi kepustakaan (library research) serta analisa indukatif.
Dalam skripsi ini hanya memfokuskan
tinjauan Islam terhadap iklan, bukan bagaimana perilaku konsumsi yang tepat dalam konsumsi Islami. 3. Irham Fachreza Anas, (Mahasiswa Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 2008. “Analisis Komparatif Pemikiran Muhammad Abdul Mannan dan Monzer Kahf dalam Konsep Konsumsi Islam”. Skripsi ini membandingkan konsep konsumsi Islam menurut dua pemikiran yaitu pemikiran Muhammad Abdul Mannan dan Monzer Kahf. Dalam skripsi tersebut, penulis menggunakan metode deskriptif komparatif. Skripsi tersebut hanya memfokuskan permasalahan terhadap konsep pemikiran dua orang tokoh. Namun, dalam penelitian yang penulis lakukan ini berbeda dengan kedua penelitian yang ada di atas yaitu membahas tentang perilaku konsumsi masyarakat dan kaitannya dengan isu global warming serta solusi yang akan diberikan Islam dalam mengatasi isu global warming.
E. Kerangka Konseptual Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian
GLOBAL WARMING
PERILAKU KONSUMSI
KONSUMSI BARANG MEWAH
GERAKAN VEGETARIAN
ANALISIS KUALITATIF DALAM PERSPEKTIF KONSUMSI ISLAM
STRATEGI PEMBERDAYAAN POLA KONSUMSI SEBAGAI UPAYA MENCEGAH DAMPAK GLOBAL WARMING
F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Secara keseluruhan jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan penghitungan
matematis,
statistik
dan
lain
sebagainya,
melainkan
menggunakan penekanan ilmiah1 atau penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi2. Bilamana terdapat ilustrasi yang mengarah pada penghitungan yang berbentuk angka-angka (kuantitatif), maka hal itu dimaksudkan hanya untuk mempertajam analisa penelitian. Secara keseluruhan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan normatif, yaitu penelitian ekonomi normatif. Bilamana terdapat data-data empiris, maka hal itu dimaksudkan hanya untuk menguatkan argumentasi penelitian. 2. Data Penelitian Dalam penelitian ini sumber data dibagi dalam dua kategori, yaitu: a. Data Primer Yaitu data yang digunakan dan tertuang dalam item-item pertanyaan yang terangkum, dan dihasilkan dalam bentuk wawancara penelitian. Jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan akan menjadi data pokok untuk melihat hubungan antara perilaku konsumsi dengan global warming.
1
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , cet. Ke-8 (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,1997), h. 6 2
Syamsir Salam, dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : UIN Jakarta Press.2006), h. 30
b. Data Sekunder Yaitu seluruh literatur yang berhubungan dengan Ekonomi Islam secara umum atau literatur lain yang dapat memberikan informasi tambahan pada judul yang diangkat dalam skripsi ini, yaitu; buku, majalah, jurnal, artikel dan lain sebagainya. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penulisan skripsi ini adalah Studi Dokumentasi Naskah (studi pustaka), yaitu pengumpulan data dengan cara mengkaji buku-buku ilmiah, literatur, media cetak serta semua bahan tertulis lainnya, termasuk karya ilmiah yang diakses dari internet. 3. Metode Analisa Data Teknik yang digunakan pada skripsi ini adalah Analisis Deskriptif Kualitatif. Deskriptif di sini menjelaskan gambaran mengenai global warming dan
perilaku
konsumsi
menginterpretasikan
masyarakat.
permasalahan
Setelah
yang
ada,
itu
penulis berikutnya
mencoba penulis
menyimpulkan hasil dari analisis tersebut. Selajutnya akan diberikan sebuah solusi dari permasalahan yang terjadi. 4. Pedoman Penulisan Skripsi Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2007 yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
G. Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN Meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Konseptual, Kajian Kepustakaan (Studi Review Terdahulu), Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan.
BAB II
GLOBAL WARMING Membahas Global Warming yang meliputi; Pengertian Global Warming, Penyebab Global Warming, dan Akibat Global Warming
BAB III
KONSUMSI DALAM ISLAM Membahas tentang Konsumsi Dalam Islam yang meliputi; NilaiNilai Konsumsi, Pola dan Proses Konsumsi, dan Etika Konsumsi
BAB IV
HUBUNGAN ISU GLOBAL WARMING DENGAN PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT Yaitu membahas tentang Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya
Global
Warming
Dalam
Perspektif
Konsumsi
Masyarakat, Hubungan Global Warming Dengan Perilaku Konsumsi Masyarakat, Global Warming Dalam Islam, Bagaimana Strategi Pemberdayaan Pola Konsumsi Masyarakat dalam Upaya Mencegah Dampak Global Warming, serta Analisa Global Warming dalam Pandangan Islam.
BAB V
PENUTUP Terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran
BAB II GLOBAL WARMING
A. Pengertian Global Warming Global warming atau pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia atau proses alam. Para ilmuan telah menghitung bahwa temperatur rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR) menjelaskan, global warming adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (disebut juga gelombang panas/inframerah) yang dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca).3 Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebagai sebuah lembaga panel yang menghimpun sekitar 2500 ilmuan dari lebih 100 negara menyimpulkan bahwa, “Sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
3
Abu Fatiah Al-Adnani, Global Warming Sebuah Isyarat Dekatnya Akhir Zaman dan Kehancuran Dunia, (Surakarta, Granada Mediatama, 2008), h. 26-28
konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca”. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademik sains nasional dari negara-negara G8, meskipun masih terdapat beberapa ilmuan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.4 Model iklim yang dijadikan acuan oleh proyek IPCC menunjukkan bahwa temperatur permukaan global akan meningkat antara 1.1 hingga 6.4 °C (2,0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.5 Adanya kesimpulan yang berbeda diakibatkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda pula dari emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang juga akibat model-model dengan sensitivitas iklim yang berbeda pula. Meningkatnya
temperatur
global
diperkirakan
akan
menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser (gunung es) dan punahnya berbagai jenis hewan. Masih menurut IPCC bahwa pada tahun 2005 terjadi peningkatan suhu di dunia 0,6-0,7 °C sedangkan di Asia lebih tinggi, yaitu 10°C. Temuan lainnya adalah ketersediaan air di negeri-negeri tropis berkurang antara 10-30% dan
4
5
Ibid
Fred Pearce, Essential Science Pemanasan Global. Penerjemah Dr. Wibowo Mangunwardoyo, Msc. (Jakarta, Erlangga, 2003), h. 35
melelehnya gletser di Himalaya dan Kutub Selatan. Secara general, peristiwa yang juga dirasakan oleh seluruh dunia saat ini adalah makin panjangnya musim panas dan makin pendeknya musim hujan, selain itu makin maraknya badai dan banjir di kota-kota besar (el Nino) di seluruh dunia. Di sisi lain efek pemanasan global ini akan menyebabkan meningkatnya cuaca secara ekstrim, yang tentunya sangat dirasakan di negara-negara tropis. Sehingga bisa kita saksikan di sebuah tempat kekeringan namun tidak jauh dari tempat justru kebanjiran. Hal ini seperti yang sering kita saksikan di Indonesia belakangan-belakangan ini.6 Kondisi cuaca ekstrim akan menjadi peristiwa rutin. Badai tropis akan lebih sering terjadi dan semakin besar intensitasnya. Gelombang panas dan hujan lebat akan melanda area yang lebih luas. Resiko terjadinya kebakaran hutan dan penyebaran penyakit meningkat. Sementara itu, kekeringan akan menurunkan produktivitas lahan dan kualitas air. Kenaikan muka air laut akan memicu banjir lebih luas, mengasinkan air tawar, dan menggerus kawasan pesisir. Dalam rangka mencegah terjadinya pemanasan global, maka beberapa negara melakukan sebuah persetujuan yang diberi nama ’Protokol Kyoto’. Protokol
Kyoto
adalah
sebuah
persetujuan
sah
dimana
negara-negara
perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang perlu diperhatikan
6
Abu Fatiah, Global Warming Sebuah Isyarat, h. 27-28
adalah, jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa Protokol, target ini berarti pengurangan sebesar 29%). Tujuannya adalah untuk mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca - karbon dioksida, metana, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC, yang dihitung sebagai ratarata selama masa lima tahun antara 2008-2012. Dinegosiasikan di Kyoto Jepang pada Desember 1997, dibuka untuk penandatanganan 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada tanggal 16 Februari 2005, setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004. Target nasional berkisar dari pengurangan 8% untuk Uni Eropa, 7% untuk AS, 6% untuk Jepang, dan penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk Australia dan 10% untuk Islandia.7
B. Penyebab Global Warming Allah SWT telah menjadikan matahari sebagai cahaya yang bersinar terang, yang dengannya segala sumber energi di muka bumi tercipta. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi inframerah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap
7
http://www.vanillamist.com.html, artikel diakses pada 23 juni 2008
terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas- gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Adapun yang menjadi penyebab terjadi global warming ialah Efek Rumah Kaca. Efek Rumah Kaca atau dalam bahasa asingnya dikenal dengan istilah ’green house effect’ adalah suatu fenomena dimana gelombang pendek radiasi matahari menembus atmosfer dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi. Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang tersebut dipantulkan kembali ke atmosfer. Namun, tidak seluruh gelombang yang dipantulkan itu dilepaskan ke angkasa luar. Sebagian gelombang panjang dipantulkan kembali oleh lapisan gas rumah kaca di atmosfer ke permukaan bumi. Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan untuk menyerap radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga bumi menjadi semakin panas.8
8
Abu Fatiah, Global Warming Sebuah Isyarat, h. 31-33
Efek Rumah Kaca pada awalnya merupakan istilah yang berasal dari pengalaman para petani di daerah beriklim sedang yang menanam sayur-mayur dan biji-bijian di dalam rumah kaca. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang hari waktu cuaca cerah, meskipun tanpa alat pemanas suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih tinggi dari pada suhu di luarnya. Cara ini dinilai cukup memangkas biaya sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih. Hal tersebut terjadi karena sinar matahari yang menembus kaca dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar inframerah.9 Oleh karena itu, udara di dalam rumah kaca suhunya naik dan panas yang dihasilkan terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak tercampur dengan udara di luar rumah kaca yang relatif lebih rendah. Akibatnya, suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih tinggi dari pada suhu di luarnya dan hal tersebutlah yang dikatakan sebagai efek rumah kaca.10 Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumya bahwa efek rumah kaca terjadi karena emisi gas rumah kaca. Berikut ini merupakan benda-benda yang memiliki peran dan kontribusi dalam proses terbentuknya gas rumah kaca, yaitu: 1. Energi Seiring dengan meningkatnya kebutuhan pokok dan sekunder manusia (terutama akibat gaya hidup yang berubah), maka meningkat pula kebutuhan
9
Gatut Susanta dan Hari Sutjahjo, Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global cet. Ke-2, (Jakarta: Penebar Plus, 2007), h. 33 10
Abu Fatiah, Global Warming Sebuah Isyarat, h. 34
mereka terhadap energi. Sumber energi yang paling utama adalah berbagai macam bahan bakar fosil atau BBM (bahan bakar minyak) yang hampir digunakan di seluruh lini kehidupan. Sumber energi ini memberi kontribusi besar terhadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca, terutama CO2. Kita lihat mayoritas kendaraan bermotor menggunakan BBM. Demikian pula bahan bakar yang digunakan oleh kebanyakan pabrik dan mesin industri. Selain BBM, yang paling banyak menghasilkan gas rumah kaca adalah batubara yang melebihi BBM. 2. Kerusakan Hutan Salah satu fungsi hutan adalah sebagai penyerap emisi gas rumah kaca. Karena hutan dapat mengubah CO2 menjadi O2, sehingga perusakan hutan akan memberi kontribusi terhadap naiknya emisi gas rumah kaca. Keberadaan hutan sebagai ’paru-paru dunia’ memiliki peranan yang sangat penting dalam mencegah pemanasan global. Hutan yang lebat dan subur bisa mengubah gas karbon dioksida (yang menjadi penyebab global warming) menjadi gas oksigen pembawa kehidupan. 3. Pertanian dan Perternakan Pada sektor peternakan, emisi gas rumah kaca bisa terbentuk dari pemanfaatan pupuk, pembusukan sisa-sisa pertanian, pembusukan kotorankotoran ternak, dan pembakaran sabana. Di sektor pertanian, gas metana (CH4) adalah yang paling banyak dihasilkan. Metana sendiri merupakan komponen utama gas alam (termasuk gas rumah kaca). Ia merupakan insulator
yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbon dioksida. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat dikeluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. 4. Sampah Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sampah telah menjadi salah satu masalah terbesar masyarakat dunia, terkhusus warga perkotaan. Dengan beragamnya jenis sampah yang terbuang, maka tidak bisa dipungkiri bahwa sampah adalah salah satu kontributor besar bagi terbentuknya gas metana (CH4), karena aktivitas manusia sehari-hari. 5. Asap Industri dan Kendaraan Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, maka sektor industri juga akan mengalami kenaikan produksinya. Berdirinya pabrik-pabrik yang menggunakan pembangkit listrik bertenaga batubara ini telah memberikan sumbangan atas tercemarnya udara yang tidak sedikit. Pembangkit listrik ini membuang energi 2 kali lipat dari energi yang dihasilkan faktor lain yang juga mengiringi tingkat kebutuhan manusia adalah keberadaan teknologi transportasi. Setiap kendaraan bermotor itu akan melakukan pembakaran untuk menghasilkan energi. 6. Penggunaan gas freon AC,
Selanjutnya yang bisa memberikan sumbangan atas tercemarnya udara ialah gas-gas dengan waktu hidup/waktu tinggal yang lumayan lama seperti gas CFC yang digunakan pada alat pendingin ruangan (AC) dan lemari pendingin (kulkas).11
C. Akibat Global Warming Ketidakseimbangan alam dalam akibat global warming ini akan membuat kehidupan manusia di muka bumi juga terancam. Pada kenyataannya, global warming itu sendiri berjalan lebih cepat dari perkiraan, dan sejumlah bahaya mengancam di depan mata. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahanperubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat global warming yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan. Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari global warming. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak global warming terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.12
11
Ibid., h. 36-42
Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh global warming adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan suhu muka bumi 2. Naiknya permukaan laut lebih cepat 3. Gelombang udara panas dan kekeringan yang mengakibatkan berkurangnya sumber-sumber air 4. Bencana-bencana alam yang dahsyat seperti banjir dan erosi 5. Meningkatnya potensi terjangkitnya penyakit yang diakibatkan oleh panas dan menyebarnya penyakit menular yang disebabkan oleh serangga dan tikus di daerah-daerah yang sebelumnya tidak terdapat penyakit tersebut 6. Punahnya berbagai hewan dan tumbuhan yang tidak mampu bertahan akibat perubahan iklim 7. Perubahan siklus cuaca yang mempengaruhi sektor ekonomi dengan berubahnya jadwal bercocok tanam terutama di negara-negara berkembang karena belum tersedianya sarana pengairan yang baik.13 Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti di seluruh dunia menjelaskan bahwa: 1. Pada tanggal 26/04/2002, para ilmuwan menyatakan temperatur global selama 3 bulan pertama di tahun 2002 telah mengalami peningkatan, dan lebih tinggi
12
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global.html. Artikel diakses pada 22 juni 2008
13
http://www.w3.org/TR/html4/loose.dtd.. Artikel diakses pada 23 juni 2008
dari temperatur yang pernah dicapai bumi dalam 1000 tahun terakhir. Penelitian ini dimotori oleh Dr. Geoff Jenkins, direktur UK government’s Hadley Centre yang khusus meneliti dan memprediksikan perubahan iklim dunia. 2. Pada tanggal 24/12/1999, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, James Baker, sekretaris dari U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration, bersamaan dengan Peter Ewins, ketua dari British Meteorological Office, memperingatkan bahwa iklim dunia berubah dengan cepat, dan manusia harus segera menindaki perubahan ini dengan mencoba untuk mengurangi emisi karbon dioksida ke udara. 3. Pada tanggal 01/03/1999, American Geophysical Union, suatu badan keilmuan internasional yang membawahi sekitar tiga puluh lima ribu ilmuwan yang mengkhususkan diri pada penelitian tentang bumi dan planet-planet mengeluarkan pernyataan yang berani mengenai perubahan iklim dan hubungannya dengan gas-gas efek rumah kaca. Pernyataan ini dikeluarkan setelah mengadakan serangkaian penelitian mengenai pemanasan global. 4. Pada tanggal 17/01/2002, didapatkan data dari satelit dari hasil penelitian yang dilakukan oleh NASA di Langley Research Centre, yang membantah pernyataan Richard Lindzen, seorang skeptis yang menyatakan bahwa pengurangan jumlah awan di daerah tropis akan menyebabkan pendinginan terhadap bumi dan mengatasi global warming yang mungkin terjadi. Hasil
penelitian NASA menunjukkan bahwa awan-awan ini akan memperkuat efek rumah kaca, dan memicu terjadinya pemanasan global. 5. Pada tanggal 18/12/2001, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Organisasi Meteorologi Dunia memperingatkan bahwa temperatur global mengalami peningkatan tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan waktuwaktu lalu.14 Sudah banyak fenomena yang terjadi di bumi ini yang disebabkan oleh global warming. Berikut ini akan dijelaskan beberapa fenomena global warming yang terjadi di permukaan bumi ini. 1. Di Indonesia, pengaruh global warming telah menyebabkan perubahan iklim, antara lain terlihat dari curah hujan di bawah normal, sehingga masa tanam terganggu, dan meningkatnya curah hujan di sebagian wilayah. Kondisi tata ruang, daerah resapan air, dan sistem irigasi yang buruk semakin memicu terjadinya banjir, termasuk di daerah persawahan.15 2. Di Indonesia, pada akhir 1992 bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami melanda Flores. Lalu pada awal 1993, hujan deras mengguyur berbagai daerah di Indonesia, lebih deras dari tahun-tahun yang lalu. Berdasarkan pemantauan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) terhadap
14
http://www.angelfire.com/moon/artemisia_diana/Files/Metpenassg2.doc.html. Artikel diakses pada 11 juli 2008 15
Abu Fatiah, Global Warming Sebuah Isyarat. h. 51
90 daerah prakiraan musim, diketahui bahwa musim hujan 1992-1993 bersifat di atas normal pada 45 daerah (50%). 3. Di Indonesia, kemarau panjang yang terjadi pada 1982-1983, 1987, dan 1991 telah menyebabkan kebakaran hutan yang luas dan merugikan negara serta masyarakat setempat. Pada 1982-1983 sekitar 3,6 juta hektar hutan di Kalimantan Timur rusak karena terbakar. 4. Di Indonesia, musim kemarau 1991 juga menyebabkan 40.000 hektar sawah dipusokan dan produksi gabah menurun dari 46,451 juta ton gabah kering pada tahun 1990 menjadi 44,127 juta ton. Akibatnya, pemerintah Indonesia yang sudah mencapai swasembada beras sejak 1984, terpaksa mengimpor beras dari India, Thailand dan Korea Selatan seharga Rp 200 miliar.16 5. Di Indonesia, hilangnya berbagai jenis flora dan fauna yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30 persen atau sebanyak 90-95 persen karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut.17 6. Di Antartika, pada tanggal 6 maret 2008, sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya) runtuh. Menurut peneliti, bongkahan es berbentuk lempengan yang sangat besar itu mengambang permanen di sekitar 1.609 kilometer selatan Amerika Selatan,
16
http://www.voctech.org.bn/virtual_lib/swisscontact/Atmosfer/atmosfer.htm, Artikel diakses pada 11 juli 2008 17
http//www.syariahpublications.com/, Artikel diakses pada 12 januari 2008
barat daya Semenanjung Antartika. Padahal diyakini bongkahan es itu berada di sana sejak 1.500 tahun lalu. “Ini akibat pemanasan global”, ujar ketua peneliti NSIDC Ted Scambos. Menurutnya, lempengan es yang disebut Wilkins Ice Shelf itu sangat jarang runtuh. 7. Di Amerika Serikat, pada tahun 2007 adalah pemecahan rekor baru untuk suhu yang dicapai oleh gelombang panas yang biasa melanda Amerika Serikat. Daerah St. George, Utah memegang rekor tertinggi dengan suhu tertinggi mencapai 48 °C. 8. Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih, dan pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan level air laut dunia. NASA mencatat bahwa sejak tahun 1960 hingga 2005 saja, jumlah gletsergletser di berbagai belahan dunia yang hilang tidak kurang dari 8.000 meter kubik.18
18
h. 8-13
Agus R dan Rudy S, “Global Warming Mengancam Keselamatan Planet Ini” (T.tp., 2008),
BAB III KONSUMSI DALAM ISLAM
Pada hakikatnya konsumsi dalam Islam adalah suatu pengertian yang positif. Menurut, Muhammad Abdul Mannan konsumsi merupakan permintaan.19 Islam tidak mengakui kegemaran matrealis, khususnya dalam pola konsumsi modern. 1. Nilai-Nilai Konsumsi Menurut Muhammad Abdul Mannan, ketentuan Islam mengenai konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip, yaitu keadilan (righteousness), kebersihan (cleanliness), kesederhanaan (moderation), kemurahan hati (beneficence) dan moralitas (morality).20 Berikut penjelasannya; a. Keadilan Sesungguhnya, kebebasan ekonomi yang disyariatkan Islam bukanlah kebebasan mutlak yang terlepas dari berbagai ikatan. Kebebasan itu adalah kebebasan yang terbatas, terkendali dan terkait dengan keadilan yang diwajibkan Allah. Pada dasarnya manusia memiliki tabiat yang sering kali
19
Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economics; Theory and Practice Foundation of Islamic Economics, (England : Hodder and Stoughton Ltd, 1986) h. 45 20
Ibid, h. 45
kontradiktif,
yang
diciptakan
Allah
dengan
hikmah
agar
terwujud
kemakmuran di muka bumi21. b. Kebersihan Prinsip ini mengandung arti makanan dan minuman yang dikonsumsi umat muslim harus baik atau cocok dimakan, tidak kotor dan menjijikkan sehingga merusak selera. Oleh karena itu, tidak semua yang diperkenankan untuk dimakan dan diminum boleh dikonsumsi dalam semua keadaan. Dari semua yang boleh dimakan dan diminum, hanya makanan dan minuman yang bersih dan bermanfaatlah yang boleh dikonsumsi. Islam adalah agama yang sangat menganjurkan kebersihan. c. Kesederhanaan Kesederhanaan bukan berarti serderhana secara harfiah dalam gaya hidup. Kesederhanaan berarti menghindari konsumsi yang berlebihan conspicuous consumption yang dapat mengarahkan pada kemubaziran dalam perspektif ekonomi Islam.22 Prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makanan dan minuman adalah dengan sikap tidak berlebih-lebihan dalam makan dan minum. Seperti firman Allah SWT dalam surat al-A’raf ayat 31 dan surat al-Maidah ayat 87.
21
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, cet.ke-5, penerjemah Zainal Arifin dan Dahlia Husin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), hal. 220 22
Muhammad Abdul Mannan, Economic Development and Social Peace in Islam, (Bangladesh : Bangladesh Social Peace Foundation, 1989), h. 35
Arti penting kedua ayat di atas adalah kekurangan makanan dan minuman dapat mengakibatkan terganggunya pembangunan jiwa dan tubuh. Demikian pula sebaliknya, bila perut manusia itu terlalu penuh maka hal itu akan mengakibatkan terganggunya kesehatan tubuh dan jiwanya. Praktik mengingkari jenis-jenis makanan tertentu dengan pertimbangan individu, dengan tegas tidak diperbolehkan dalam Islam. d. Kemurahan Hati Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa bilamana seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman halal yang telah disediakan Allah SWT karena kemurahan hati-Nya. Artinya, kebolehan untuk mengkonsumsi adalah selama dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan guna dapat melaksanakan perintah Allah SWT dengan keimanan yang kuat. Atas dasar ini, dalam Islam terjadi peralihan secara bertahap yang bersifat elastis dan memperhitungkan tujuan makanan dan minuman yang pokok (tidak berbahaya). e. Moralitas Tujuan akhir dari konsumsi bukan hanya sekedar makan dan minum, melainkan untuk meningkatkan nilai-nilai spritualitas seorang muslim. Nilai ini didasarkan pada kaidah al-Quran, bahwa sementara orang mungkin merasa sedikit kenikmatan atau keuntungan dengan minum minuman keras dan makan makanan terlarang lainnya, tetapi hal itu dilarang karena adanya
bahaya yang mungkin ditimbulkannya lebih besar daripada kenikmatan atau keuntungan yang mungkin diperolehnya.23. 2. Pola dan Proses Konsumsi Menurut Monzer Kahf, seorang konsumen akan berusaha untuk mencapai kepuasan maksimum menyeimbangkan pendapatan dan hartanya. Dalam asumsi rasionalitas Islam seorang konsumen muslim akan mengkombinasikan rasional ekonominya dengan kepercayaan ‘hari akhir’. Artinya, seorang konsumen muslim akan mengalokasikan hartanya untuk kegiatan-kegiatan amal, misalnya; sedekah. Harta dan pendapatan seorang muslim akan dipergunakan untuk tiga keperluan, yaitu alokasi kebajikan (untuk mendekatkan diri pada Allah SWT), tabungan dan konsumsi itu sendiri.24 Perhatikan gambar dibawah ini;
23
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2004), h.167 24
Monzer Kahf, The Demand Side or Consumer Behaviour In Islamic Perspective. Makalah yang diterima dari Pusat Riset Informasi dan Data Ekonomi Syariah/PRIDES (Sabtu, Maret 2008), h. 24
Gambar 3.1 Grafik Tiga Dimensi dari Keseimbangan Konsumsi S
f
g
B
h C
Dalam gambar di atas huruf S adalah tingkat tabungan. Sedangkan, huruf B dan C merupakan pengeluaran kebajikan dan konsumsi. Point f, g dan h merupakan penyangga (intercept) dari grafik S,B,C. Point ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi S, B dan C. Kedua bagian pada grafik tersebut merupakan satu kesatuan. Adapun garis-garis pada S, B dan C merupakan jumlah dari pemanfaatan barang dan jasa {Q1…n}yang dikaitkan dengan harga {P1…n}. Kahf mengkaji pemaknaan falâh dalam menjelaskan kepuasan konsumsi seorang muslim. Kahf menyatakan bahwa falâh merupakan fungsi dari nilai keagamaan, psikologis, budaya, legalitas, politik dan faktor lain yang mempengaruhi
pilihan
digambarkan dengan ;
konsumen.
Secara
matematis
pernyataan
kahf
F = f (M, s, b, Q1, Q2…, Qn) Huruf F mengambarkan tingkat falâh seorang konsumen muslim yang dipicu dari penggunaan harta untuk tabungan, pengeluaran kebajikan dan konsumsi. Sedangkan huruf M mengambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen, meliputi nilai keagamaan, kebudayaan, psikologis, legalitas, politik dan lain sebagainya. 3. Etika Konsumsi a. Mensyukuri Nikmat Allah SWT Teramat banyak ayat al-Quran dan matan al-Hadist yang memerintahkan kita umat manusia umumnya dan orang-orang beriman khususnya supaya bersyukur kepada Allah SWT dan mensyukuri nikmat yang telah dianugrahkan oleh Nya. Termasuk untuk tidak mengatakan terutama nikmat dalam bentuk ekonomi ummnya dan harta kekayaan pada khususnya. Mensyukuri ekonomi dan harta kekayaan (al-mal) itu antara lain dengan jalan yang serba halalan thayyiban, baik dalam hal produksi dan distribusinya, maupun terutama dalam memperoleh dan mengkonsumsinya.25 b. Menjauhi Sifat Kikir Penjabaran kikir, yaitu pertama manakala seseorang tidak menafkahkan hartanya untuk dirinya sendiri dan untuk keluarganya sesuai kebutuhan
25
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi & Keuangan Islam, (Tangerang: Kholam Publishing, 2008), h. 322-.323
masing-masing, dan yang kedua manakala seseorang tidak menafkahkan hartanya untuk tujuan kebaikan dan kedermawanan. Orang-orang yang mengharamkan dirinya dari menggunakan hartanya untuk memuaskan keinginan-keinginan yang diperbolehkan dan dihalalkan atau mencoba untuk bertindak pelit dalam pengeluaran, umumnya Islam menganggap tindakan tersebut sebagai suatu kejahatan. Dengan tidak membelanjakan harta yang telah dikaruniakan dan dianugerahkan oleh Allah SWT berarti mereka melakukan tiga kesalahan.26 Pertama, mereka tidak bersyukur kepada Allah SWT karena tidak membelanjakan harta yang dikaruniakan oleh Allah SWT untuk diri mereka sendiri,
kerabat
dan
teman-teman
mereka.
Kedua,
orang-orang
menyembunyikan harta mereka dari masyarakat. Mereka menyangka bahwa tindakan kekikiran ini baik buat mereka sedangkan al-Quran menyatakan perbuatan seperti itu buruk dan tidak mendatangkan manfaat bagi mereka. Ketiga, dengan menyembunyikan harta mereka, berarti mereka telah merendahkan tingkat penggunaan dan dengan demikian turut mengurangi tingkat produksi dan kesempatan kerja dalam masyarakat. Ungkapan kekikiran itu buruk bagi mereka, yang disinyalir dalam al-Quran itu cukup komprehensif yang mencakup kekurangan-kekurangan dan kelemahan-
26
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid II, (Yogyakarta: PT.Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 55-56
kelamahan dalam bidang ekonomi, misalnya tertutupnya industri, kerugian dalam bidang lain, meningkatnya pengangguran dan sebagainya, yang timbul akibat tertutupnya kekayaan dari mata masyarakat.27 .
c. Islam Memerangi Tindakan Mubazir Islam mewajibkan setiap orang membelanjakan harta miliknya untuk memenuhi kebutuhan diri pribadi dan keluarganya serta menafkahkannya di jalan Allah SWT. Dengan kata lain, Islam adalah agama yang memerangi kekikiran dan kebakhilan. Dasar pijakan kedua tuntunan yang adil ini adalah larangan bertindak mubazir, karena Islam mengajarkan agar konsumen bersikap sederhana. Sebagaimana seorang muslim dilarang memperoleh harta dari jalan haram, ia juga dilarang membelanjakan hartanya dalam hal-hal yang diharamkan. Ia juga tidak dibenarkan membelanjakan hartanya dalam hal-hal yang diharamkan. Ia juga tidak dibenarkan membelanjakan uang di jalan halal dengan melebihi batas kewajaran karena sikap boros bertentangan dengan paham istikhla’ harta majikannya (Allah SWT).28 Islam membolehkan umatnya menikmati kebaikan dunia dengan memperhatikan prinsip-prinsip dan mengutamakan kesederhanaan, tidak melewati batas-batas kewajaran. Seperti firman Allah dalam surat al-An’am ayat 141. 27
28
Ibid, 56-57
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, cet.ke-4, penerjemah Zainal Arifin dan Dahlia Husin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal. 148
Hidup sederhana adalah tradisi Islam yang mulia, baik dalam membeli makanan, minuman, pakaian, dan kediaman, atau dalam segi kehidupan apapun.29 Oleh sebab itu Islam sangat melarang gaya hidup yang boros atau mubazir. Dalam etika konsumsi dikenal dengan istilah aksioma etika Islam. Aksioma ialah suatu yang tidak perlu dibuktikan lagi karena sudah diterima kebenarannya secara pasti. Pandangan yang padu, seimbang, dan realistis mengenai alam manusia dan peran sosialnya yang khas Islam, dapat diikhtisarkan dengan tepat oleh aksioma etika, yaitu : tauhid, kesetimbangan, kehendak bebas, dan pertanggungjawaban.30 a. Tauhid Sistem etika Islam, yang meliputi kehidupan manusia di bumi secara keseluruhan, selalu tercermin dalam konsep tauhidullah (pemahaesaan Allah) yang dalam pengertian absolut, hanya berhubungan dengan Tuhan. Tauhid merupakan konsep serba eksklusif dan sekaligus serba inklusif. Pada tingkat absolut ia membedakan al-Khaliq dengan makhluk, memerlukan penyerahan tanpa syarat oleh semua makhluk kepada kehendak Nya. b. Kesetimbangan
29
Ibid, hal 149
30
305-306
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi & Keuangan Islam, h.
Sebagai
tambahan
terhadap
dimensi
vertikal
adalah
al-‘adl
(kesetimbangan), yang dalam pengertian lebih mendalam menunjukkan suatu imbangan daya kesetimbangan. Pada sifat mutlak, ini merupakan sifat tertinggi Allah yang mengingkarinya berarti merupakan pengingkaran pula terhadap Nya. Berikutnya, pada tingkat relatif, sifat kesetimbangan juga harus menandai semua ciptaan Nya yang mesti mencerminkan sifat-sifat Nya. c. Kehendak Bebas Salah satu kontribusi Islam yang paling orisinil dalam filsafat sosial adalah konsep mengenai manusia bebas/merdeka. Maksudnya, hanya Tuhanlah yang mutlak bebas, tetapi dalam batas-batas skema penciptaan Nya manusia juga secara relatif bebas. d. Pertanggungjawaban Yang secara logis berhubungan dengan kehendak bebas adalah aksioma pertanggungjawaban. Allah menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan membuatnya bertanggung jawab atas semua yang ia lakukan. Selanjutnya, pemujaan kepada individualisme yang tidak terkendalikan dan tidak beretika, juga tidak diperkenankan oleh Islam. Bahkan logika murni harus meyakinkan kita bahwa kebebasan yang tak terbatas adalah sesuatu yang dibuat-buat: kebebasan yang tidak terbatas berarti pertanggungjawaban yang tak terbatas.
BAB III KONSUMSI DALAM ISLAM
Pada hakikatnya konsumsi dalam Islam adalah suatu pengertian yang positif. Menurut, Muhammad Abdul Mannan konsumsi merupakan permintaan.31 Islam tidak mengakui kegemaran matrealis, khususnya dalam pola konsumsi modern. 1. Nilai-Nilai Konsumsi Menurut Muhammad Abdul Mannan, ketentuan Islam mengenai konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip, yaitu keadilan (righteousness), kebersihan (cleanliness), kesederhanaan (moderation), kemurahan hati (beneficence) dan moralitas (morality).32 Berikut penjelasannya; f. Keadilan Sesungguhnya, kebebasan ekonomi yang disyariatkan Islam bukanlah kebebasan mutlak yang terlepas dari berbagai ikatan. Kebebasan itu adalah kebebasan yang terbatas, terkendali dan terkait dengan keadilan yang diwajibkan Allah. Pada dasarnya manusia memiliki tabiat yang sering kali
31
Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economics; Theory and Practice Foundation of Islamic Economics, (England : Hodder and Stoughton Ltd, 1986) h. 45 32
Ibid, h. 45
kontradiktif,
yang
diciptakan
Allah
dengan
hikmah
agar
terwujud
kemakmuran di muka bumi33. g. Kebersihan Prinsip ini mengandung arti makanan dan minuman yang dikonsumsi umat muslim harus baik atau cocok dimakan, tidak kotor dan menjijikkan sehingga merusak selera. Oleh karena itu, tidak semua yang diperkenankan untuk dimakan dan diminum boleh dikonsumsi dalam semua keadaan. Dari semua yang boleh dimakan dan diminum, hanya makanan dan minuman yang bersih dan bermanfaatlah yang boleh dikonsumsi. Islam adalah agama yang sangat menganjurkan kebersihan. h. Kesederhanaan Kesederhanaan bukan berarti serderhana secara harfiah dalam gaya hidup. Kesederhanaan berarti menghindari konsumsi yang berlebihan conspicuous consumption yang dapat mengarahkan pada kemubaziran dalam perspektif ekonomi Islam.34 Prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makanan dan minuman adalah dengan sikap tidak berlebih-lebihan dalam makan dan minum. Seperti firman Allah SWT dalam surat al-A’raf ayat 31 dan surat al-Maidah ayat 87.
33
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, cet.ke-5, penerjemah Zainal Arifin dan Dahlia Husin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), hal. 220 34
Muhammad Abdul Mannan, Economic Development and Social Peace in Islam, (Bangladesh : Bangladesh Social Peace Foundation, 1989), h. 35
Arti penting kedua ayat di atas adalah kekurangan makanan dan minuman dapat mengakibatkan terganggunya pembangunan jiwa dan tubuh. Demikian pula sebaliknya, bila perut manusia itu terlalu penuh maka hal itu akan mengakibatkan terganggunya kesehatan tubuh dan jiwanya. Praktik mengingkari jenis-jenis makanan tertentu dengan pertimbangan individu, dengan tegas tidak diperbolehkan dalam Islam. i. Kemurahan Hati Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa bilamana seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman halal yang telah disediakan Allah SWT karena kemurahan hati-Nya. Artinya, kebolehan untuk mengkonsumsi adalah selama dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan guna dapat melaksanakan perintah Allah SWT dengan keimanan yang kuat. Atas dasar ini, dalam Islam terjadi peralihan secara bertahap yang bersifat elastis dan memperhitungkan tujuan makanan dan minuman yang pokok (tidak berbahaya). j. Moralitas Tujuan akhir dari konsumsi bukan hanya sekedar makan dan minum, melainkan untuk meningkatkan nilai-nilai spritualitas seorang muslim. Nilai ini didasarkan pada kaidah al-Quran, bahwa sementara orang mungkin merasa sedikit kenikmatan atau keuntungan dengan minum minuman keras dan makan makanan terlarang lainnya, tetapi hal itu dilarang karena adanya
bahaya yang mungkin ditimbulkannya lebih besar daripada kenikmatan atau keuntungan yang mungkin diperolehnya.35. 2. Pola dan Proses Konsumsi Menurut Monzer Kahf, seorang konsumen akan berusaha untuk mencapai kepuasan maksimum menyeimbangkan pendapatan dan hartanya. Dalam asumsi rasionalitas Islam seorang konsumen muslim akan mengkombinasikan rasional ekonominya dengan kepercayaan ‘hari akhir’. Artinya, seorang konsumen muslim akan mengalokasikan hartanya untuk kegiatan-kegiatan amal, misalnya; sedekah. Harta dan pendapatan seorang muslim akan dipergunakan untuk tiga keperluan, yaitu alokasi kebajikan (untuk mendekatkan diri pada Allah SWT), tabungan dan konsumsi itu sendiri.36 Perhatikan gambar dibawah ini;
35
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2004), h.167 36
Monzer Kahf, The Demand Side or Consumer Behaviour In Islamic Perspective. Makalah yang diterima dari Pusat Riset Informasi dan Data Ekonomi Syariah/PRIDES (Sabtu, Maret 2008), h. 24
Gambar 3.1 Grafik Tiga Dimensi dari Keseimbangan Konsumsi S
f
g
B
h C
Dalam gambar di atas huruf S adalah tingkat tabungan. Sedangkan, huruf B dan C merupakan pengeluaran kebajikan dan konsumsi. Point f, g dan h merupakan penyangga (intercept) dari grafik S,B,C. Point ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi S, B dan C. Kedua bagian pada grafik tersebut merupakan satu kesatuan. Adapun garis-garis pada S, B dan C merupakan jumlah dari pemanfaatan barang dan jasa {Q1…n}yang dikaitkan dengan harga {P1…n}. Kahf mengkaji pemaknaan falâh dalam menjelaskan kepuasan konsumsi seorang muslim. Kahf menyatakan bahwa falâh merupakan fungsi dari nilai keagamaan, psikologis, budaya, legalitas, politik dan faktor lain yang mempengaruhi
pilihan
digambarkan dengan ;
konsumen.
Secara
matematis
pernyataan
kahf
F = f (M, s, b, Q1, Q2…, Qn) Huruf F mengambarkan tingkat falâh seorang konsumen muslim yang dipicu dari penggunaan harta untuk tabungan, pengeluaran kebajikan dan konsumsi. Sedangkan huruf M mengambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen, meliputi nilai keagamaan, kebudayaan, psikologis, legalitas, politik dan lain sebagainya. 4. Etika Konsumsi a. Mensyukuri Nikmat Allah SWT Teramat banyak ayat al-Quran dan matan al-Hadist yang memerintahkan kita umat manusia umumnya dan orang-orang beriman khususnya supaya bersyukur kepada Allah SWT dan mensyukuri nikmat yang telah dianugrahkan oleh Nya. Termasuk untuk tidak mengatakan terutama nikmat dalam bentuk ekonomi ummnya dan harta kekayaan pada khususnya. Mensyukuri ekonomi dan harta kekayaan (al-mal) itu antara lain dengan jalan yang serba halalan thayyiban, baik dalam hal produksi dan distribusinya, maupun terutama dalam memperoleh dan mengkonsumsinya.37 b. Menjauhi Sifat Kikir Penjabaran kikir, yaitu pertama manakala seseorang tidak menafkahkan hartanya untuk dirinya sendiri dan untuk keluarganya sesuai kebutuhan
37
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi & Keuangan Islam, (Tangerang: Kholam Publishing, 2008), h. 322-.323
masing-masing, dan yang kedua manakala seseorang tidak menafkahkan hartanya untuk tujuan kebaikan dan kedermawanan. Orang-orang yang mengharamkan dirinya dari menggunakan hartanya untuk memuaskan keinginan-keinginan yang diperbolehkan dan dihalalkan atau mencoba untuk bertindak pelit dalam pengeluaran, umumnya Islam menganggap tindakan tersebut sebagai suatu kejahatan. Dengan tidak membelanjakan harta yang telah dikaruniakan dan dianugerahkan oleh Allah SWT berarti mereka melakukan tiga kesalahan.38 Pertama, mereka tidak bersyukur kepada Allah SWT karena tidak membelanjakan harta yang dikaruniakan oleh Allah SWT untuk diri mereka sendiri,
kerabat
dan
teman-teman
mereka.
Kedua,
orang-orang
menyembunyikan harta mereka dari masyarakat. Mereka menyangka bahwa tindakan kekikiran ini baik buat mereka sedangkan al-Quran menyatakan perbuatan seperti itu buruk dan tidak mendatangkan manfaat bagi mereka. Ketiga, dengan menyembunyikan harta mereka, berarti mereka telah merendahkan tingkat penggunaan dan dengan demikian turut mengurangi tingkat produksi dan kesempatan kerja dalam masyarakat. Ungkapan kekikiran itu buruk bagi mereka, yang disinyalir dalam al-Quran itu cukup komprehensif yang mencakup kekurangan-kekurangan dan kelemahan-
38
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid II, (Yogyakarta: PT.Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 55-56
kelamahan dalam bidang ekonomi, misalnya tertutupnya industri, kerugian dalam bidang lain, meningkatnya pengangguran dan sebagainya, yang timbul akibat tertutupnya kekayaan dari mata masyarakat.39 .
c. Islam Memerangi Tindakan Mubazir Islam mewajibkan setiap orang membelanjakan harta miliknya untuk memenuhi kebutuhan diri pribadi dan keluarganya serta menafkahkannya di jalan Allah SWT. Dengan kata lain, Islam adalah agama yang memerangi kekikiran dan kebakhilan. Dasar pijakan kedua tuntunan yang adil ini adalah larangan bertindak mubazir, karena Islam mengajarkan agar konsumen bersikap sederhana. Sebagaimana seorang muslim dilarang memperoleh harta dari jalan haram, ia juga dilarang membelanjakan hartanya dalam hal-hal yang diharamkan. Ia juga tidak dibenarkan membelanjakan hartanya dalam hal-hal yang diharamkan. Ia juga tidak dibenarkan membelanjakan uang di jalan halal dengan melebihi batas kewajaran karena sikap boros bertentangan dengan paham istikhla’ harta majikannya (Allah SWT).40 Islam membolehkan umatnya menikmati kebaikan dunia dengan memperhatikan prinsip-prinsip dan mengutamakan kesederhanaan, tidak melewati batas-batas kewajaran. Seperti firman Allah dalam surat al-An’am ayat 141. 39
40
Ibid, 56-57
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, cet.ke-4, penerjemah Zainal Arifin dan Dahlia Husin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal. 148
Hidup sederhana adalah tradisi Islam yang mulia, baik dalam membeli makanan, minuman, pakaian, dan kediaman, atau dalam segi kehidupan apapun.41 Oleh sebab itu Islam sangat melarang gaya hidup yang boros atau mubazir. Dalam etika konsumsi dikenal dengan istilah aksioma etika Islam. Aksioma ialah suatu yang tidak perlu dibuktikan lagi karena sudah diterima kebenarannya secara pasti. Pandangan yang padu, seimbang, dan realistis mengenai alam manusia dan peran sosialnya yang khas Islam, dapat diikhtisarkan dengan tepat oleh aksioma etika, yaitu : tauhid, kesetimbangan, kehendak bebas, dan pertanggungjawaban.42 a. Tauhid Sistem etika Islam, yang meliputi kehidupan manusia di bumi secara keseluruhan, selalu tercermin dalam konsep tauhidullah (pemahaesaan Allah) yang dalam pengertian absolut, hanya berhubungan dengan Tuhan. Tauhid merupakan konsep serba eksklusif dan sekaligus serba inklusif. Pada tingkat absolut ia membedakan al-Khaliq dengan makhluk, memerlukan penyerahan tanpa syarat oleh semua makhluk kepada kehendak Nya. b. Kesetimbangan
41
Ibid, hal 149
42
305-306
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi & Keuangan Islam, h.
Sebagai
tambahan
terhadap
dimensi
vertikal
adalah
al-‘adl
(kesetimbangan), yang dalam pengertian lebih mendalam menunjukkan suatu imbangan daya kesetimbangan. Pada sifat mutlak, ini merupakan sifat tertinggi Allah yang mengingkarinya berarti merupakan pengingkaran pula terhadap Nya. Berikutnya, pada tingkat relatif, sifat kesetimbangan juga harus menandai semua ciptaan Nya yang mesti mencerminkan sifat-sifat Nya. c. Kehendak Bebas Salah satu kontribusi Islam yang paling orisinil dalam filsafat sosial adalah konsep mengenai manusia bebas/merdeka. Maksudnya, hanya Tuhanlah yang mutlak bebas, tetapi dalam batas-batas skema penciptaan Nya manusia juga secara relatif bebas. d. Pertanggungjawaban Yang secara logis berhubungan dengan kehendak bebas adalah aksioma pertanggungjawaban. Allah menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan membuatnya bertanggung jawab atas semua yang ia lakukan. Selanjutnya, pemujaan kepada individualisme yang tidak terkendalikan dan tidak beretika, juga tidak diperkenankan oleh Islam. Bahkan logika murni harus meyakinkan kita bahwa kebebasan yang tak terbatas adalah sesuatu yang dibuat-buat: kebebasan yang tidak terbatas berarti pertanggungjawaban yang tak terbatas.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1. Faktor yang menyebabkan terjadinya global warming dalam perspektif konsumsi masyarakat adalah: a. Konsumsi barang-barang yang mengandung nilai lebih (mewah) seperti AC dan Kulkas tidak disalahkan dalam Islam. Memang benar bahwa kedua jenis elektronik tersebut menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya global warming. Namun, hal itu bisa diatasi dengan menerapkan pola hidup yang sewajarnya dan tidak berlebih-lebihan. Selama kita hidup menjalani aturan-aturan yang sudah ditetapkan, baik itu aturan yang ditetapkan oleh pemerintah maupun aturan yang ditetapkan oleh Allah, maka bencana yang selama ini menjadi polemik seperti global warming, akan dapat dihindari. Selain itu jika seseorang ingin mendapatkan kebahagian dunia akhirat dituntut harus mampu berjalan pada ‘jalan Ilahi’. Artinya, tunduk dan patuh pada peraturan dan ketentuan yang telah Allah SWT ciptakan bersamaan dengan pelaksanaan segala aktifitas ekonomi manusia, termasuk di dalamnya ketentuan mengenai kegiatan konsumsi yang dilakukan oleh manusia. b. Gerakan
Vegetarian
adalah
sebuah
gerakan
anti
daging
yang
dipropagandakan oleh negara barat kepada dunia. Dalam hal ini gerakan
vegetarian menjadi sebuah gerakan yang diharuskan untuk diterapkan oleh masyarakat luas dengan alasan untuk mengurangi global warming, karena dengan mengkonsumsi daging akan berdampak kepada kerusakan lingkungan hidup, seperti gas metana yang ditimbulkan oleh kotoran hewan ternak tersebut. Jika dilihat dari apa saja yang menyebabkan terjadinya global warming memang hewan ternak menjadi salah satu penyebab terjadinya global warming. Tetapi gerakan vegetarian bukanlah sebuah solusi yang tepat untuk menghentikan global warming. Solusi yang tepat adalah dengan menerapkan pola kesederhanaan dalam konsumsi. Kesederhanaan konsumsi memiliki arti bahwa mengkonsumsi makanan dengan standar hidup yang layak dan juga tidak berlebihan. Dengan menerapkan pola kesederhanaan dalam konsumsi maka secara tidak langsung akan mengurangi terjadinya global warming seperti yang sedang kita rasakan saat ini. Allah telah memberitahukan kepada hamba Nya untuk dapat memakan daging dari binatang ternak, dan tidaklah apa yang Allah perintahkan melainkan sebuah kebaikan. Maka akan menjadi suatu kesalahan ketika seorang vegetarian tidak memakan daging dengan alasan untuk mencegah terjadinya global warming. Sekali lagi perlu kita ingat, bahwa tidaklah apa yang Allah perintahkan dan tentukan merupakan kebaikan walaupun mungkin kita belum mengetahui hikmahnya. Demikianlah syariat menjelaskan tentang makanan yang berasal dari binatang ternak. Janganlah tertipu dengan akal kita yang menilai sesuatu
hanya berdasarkan penglihatan lahir dan perasaan semata. Sudah kehilangan kenikmatan dunia berupa makanan lezat, merugi pula di akhirat karena berbuat dosa. Na’udzu billah min dzalik. 2. Strategi pemberdayaan pola konsumsi masyarakat adalah sebuah upaya untuk mencegah dampak global warming. Hal ini dibutuhkan karena dengan adanya sebuah strategi maka tujuan yang akan dicapai dalam sebuah masalah akan lebih mudah dicapai dan akan segera terselesaikan. Dalam hal ini strategi untuk penyelesaian masalah yang ada yaitu dengan cara berdakwah atau mensosialisasikan sesuatu yang sudah pasti kebenarannya. Dengan berdakwah kita bisa memberikan sebuah informasi kepada kalangan yang belum mengetahui akan permasalahan yang ada. Seperti peran pemerintah dalam menghimbau masyarakatnya untuk meninggalkan sikap hidup yang berlebihlebihan
dan
menerapkan
sikap
hidup
yang
sederhana.
Dengan
mensosialisasikan kedua konsep tersebut maka secara tidak langsung permasalahan yang sedang kita hadapi yaitu global warming akan terselesaikan. Oleh sebab itu strategi sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebuah permasalahan, yaitu global warming. 3. Islam memandang isu global warming ini adalah sebuah kejadian yang disebabkan oleh perilaku manusia yang tidak tepat dalam berkonsumsi. Hal ini terlihat dari perilaku manusia yang berlebih-lebihan dan tidak menerapkan pola hidup sederhana. Oleh karena itu Islam menawarkan dan menghimbau kepada seluruh masyarakat agar bisa meninggalkan sikap hidup yang
berlebih-lebihan dan menerapkan pola hidup sederhana. Disamping bisa menjaga kelestarian hidup dan alam juga bisa menjadikan kita sebagai hamba yang bertakwa.
B. SARAN Saran dibuat ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan upaya pemberdayaan preferensi konsumsi masyarakat Indonesia : 1. Kepada seluruh pihak mulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Civitas Akademik di Perguruan Tinggi Islam Negeri / Swasta (PTIN/S) agar dapat bersinergi dalam upaya melakukan sosialisasi, pelaksanaan dan pengawasan terhadap preferensi konsumsi masyarakat. 2. Kepada Pemerintah Pusat; yaitu Pemerintah Republik Indonesia agar dapat menindaklanjuti preferensi konsumsi masyarakat melalui pembuatan undangundang. Misalnya, Undang-undang tentang Kesederhanaan dan tidak berlebihan. Undang-undang semacam ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran untuk hidup sederhana serta meng-eleminir perilaku boros dan berlebih-lebihan dalam penggunaan harta di kalangan masyarakat secara yuridis. 3. Kepada Pemerintah Daerah; agar dapat memberikan sebuah keteladanan. Misalnya, menetapkan kepada para pejabat daerah agar tidak berlebihan dalam hal makanan, kendaraan, pakaian, dan barang-barang konsumtif.
4. Kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) khususnya di setiap daerah; agar secara aktif memberikan himbauan kepada masyarakat supaya menerapkan sikap hidup yang sederhana serta melakukan pengawasan terhadap perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang, agar tidak ada lagi tindakan yang berlebih-lebihan serta bisa diterapkannya sikap hidup sederhana. 5. Civitas akademik di Perguruan Tinggi Islam Negeri / Swasta (PTIN/S) yang ada di setiap daerah; agar secara aktif dan berkala melakukan penelitianpenelitian mengenai preferensi konsumsi masyarakat di daerah tersebut. Keberadaan penelitian dimaksudkan untuk memperoleh data-data empiris dari preferensi/pola konsumsi masyarakat. Data-data tersebut dapat berfungsi sebagai media untuk mengetahui preferensi konsumsi masyarakat daerah tersebut, di samping itu, data penelitian juga dapat berfungsi sebagai media untuk mengukur tingkat keberhasilan pemerintah dan pihak terkait lainnya dalam mengawasi perilaku konsumsi masyarakat. Misalnya, pertumbuhan kesadaran hidup sederhana dan peningkatan kesadaran menerapkan pola hidup tidak berlebih-lebihan. Kemudian, diharapkan kepada seluruh perguruan tinggi untuk mengembangkan Ekonomi Islam dari sisi teoritis dan praktis. 6. Kepada para ulama, ustadz dan ustadzah; agar secara terus-menerus menyampaikan dakwah-dakwah yang terkait dengan preferensi konsumsi Islam (misalnya; sikap sederhana, sikap tidak berlebih-lebihan dan lain-lain). Dakwah yang dimaksud adalah dakwah dengan lisan (dakwah bi al-Lisan) dan
dakwah dengan perbuatan/tauladan (dakwah bi al-Hal). Penyampaian dakwah dengan lisan (dakwah bi al-Lisan) kepada masyarakat dapat dilakukan melalui majlis ta’lim, pengajian mingguan dan kegiatan Islami lainnya yang bertujuan untuk melakukan pembinaan secara ke-ilmuan langsung kepada masyarakat. Sedang dakwah dengan perbuatan/tauladan (dakwah bi al-Hal) dapat dilakukan melalui kegiatan bermasyarakat sehari-hari dengan cara memberi contoh langsung kepada masyarakat yang bertujuan untuk melakukan pembinaan secara praktek/kebiasaan langsung kepada masyarakat. Proses menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap preferensi konsumsi Islam tidak mudah dan dibutuhkan kesabaran dari para ulama, ustadz dan ustadzah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim. Agus R dan Rudy S. “Global Warming Mengancam Keselamatan Planet Ini”, 2008. Al-Adnani, Abu Fatiah. Global Warming Sebuah Isyarat Dekatnya Akhir Zaman dan Kehancuran Dunia, Surakarta, Granada Mediatama, 2008. Al-Haritsi, Jaribah bin Ahmad. Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Khatab, cet.ke-2, Penerjemah Asmuni Solihan Zamakhsyari, Jakarta: Khalifa, 2008. Departemen Perindustrian. Data Konsumsi AC dan Kulkas dari Tahun 2004-2007. Direktorat Badan Statistik. Pengeluaran untuk Konsumsi penduduk Indonesia PerProvinsi 2007, Book 1 dan 3. Jakarta : Badan Pusat Statistik. 2007. Hasan, Abdul Halim. Tafsir Al-Ahkam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006. Kahf, Monzer. The Demand Side or Consumer Behaviour In Islamic Perspective. Makalah yang diterima dari Pusat Riset dan Data Perkembangan Ekonomi Syariah (PRIDES). Sabtu, Maret 2008. Khan, Muhammad Akram. An Introduction to Islamic Economics. Pakistan International Institute of Islamic Thought. 1994. Kharies. Konsumerisme Menjebak Bangsa Indonesia ke Dalam Kapitalisme. Artikel yang diakses dari http://ardian.awardspace.info/detail.php?recordID=2. Mannan, Muhammad Abdul. Economic Development and Social Peace in Islam. Bangladesh : Bangladesh Social Peace Foundation. 1989. _______________________.Islamic Economics; Theory and Practice (Foundation of Islamic Economics). England: Holder and Stoughton Ltd. 1986. Moleong, Lexy.J. Metode Penelitian Kualitatif, (edisi : revisi). Bandung : PT Remaja Rosda Karya. 2006. Muhammad. Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 2004.
Pearce, Fred. Essential Science Pemanasan Global. Penerjemah Dr. Wibowo Mangunwardoyo, Msc. Jakarta, Erlangga, 2003. Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Terj. Zainul Arifin dan Dahlia Husin. Jakarta : Gema Insani Press. 1997. Rahman, Afzalur. Economic Doctrines of Islam, Vol.2. Pakistan : Islamic Publications. 1985. ______________. Doktrin Ekonomi Islam Jilid II, (Yogyakarta: PT.Dana Bhakti Wakaf, 1995. Rosidi, Ajib. Ensklopedia Indonesia, Jakarta: PT. Ichtiar Baru. Van Hoeve. Salam, Syamsir dan Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : UIN Jakarta Press.2006. Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian alQur’an. Vol. 1,2,. Jakarta : Lentera Hati.2002. Soharto, et.al. Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Penerbit Indah. Suma. Muhammad Amin. Menggali Akar, Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam. Jakarta : Kolam Publishing. 2008. Susanta, Gatut, Hari Sutjahjo. Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global?, Jakarta: Penebar Plus, 2007, cet. Ke-2. Syafi’i, Muhammad Antonio. Bank Syari’ah Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, Jakarta: Bank Indonesia, 1997. Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi. Ciputat : Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. 2007. Wawancara Pribadi dengan Direktur WALHI. Jakarta. 26 Agustus 2008. Wawancara Pribadi dengan Direktur YLKI. Jakarta. 4 september 2008. Winardi. Kamus Ekonomi Inggris Indonesia, edisi 3, Bandung: Alumni Bandung, 1971.
http://www.zulkieflimansyah.com/detail.php?id=268 “Pemanasan Global”. http://www.vanillamist.com.html ”Pemanasan global (global warming)”. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global.html.,”Pemanasan Global”. http://www.w3.org/TR/html4/loose.dtd..“Pemanasan Global”. http//www.syariahpublications.com/“Dampak Global Warming di Indonesia Mulai Terasa”. http://www.voctech.org.bn/virtual_lib/swisscontact/Atmosfer/atmosfer.htm”Atmosfer dan PemanasanGloba”. http://www.angelfire.com/moon/artemisia_diana/Files/Metpenassg2.doc.html.“Peneli -tian Terhadap Kebenaran Pemanasan Global”.
BERITA WAWANCARA
NAMA
:
ILYANI S ANDANG
JABATAN
:
PENGURUS HARIAN YLKI
TANGGAL
:
4 SEPTEMBER 2008
1. Apa yang anda ketahui tentang global warming jika ditinjau dari barang mewah seperti AC dan Kulkas? Jawab : sekarang ini manusia semakin tinggi standar hidupnya, sehingga barangbarang yang disebutkan di atas tadi dibutuhkan. Jadi, yang paling penting dalam suatu organisasi konsumen adalah konsumen itu harus tahu apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan. Jadi apa yang mereka butuhkan tersebut menjadi standar hidup mereka. Misalnya apa gunanya kulkas, memang berfungsi sebagai pengawet makanan, sehingga makanan tidak terbuang sia-sia. Sekarang ini yang menjadi masalah ialah diantara sekian banyak yang kita butuhkan itu tentu ada yang memenuhi kriteria yang ramah lingkungan. Karena kita harus bilang bahwa dalam memilih itu kita jangan sampai mengatakan bahwa kita tidak punya pilihan lainnya, itu yang tidak boleh terucap oleh seorang konsumen. Konsumen harus sadar dalam memilih suatu produk masih banyak pilihan lainnya, dan mereka sadar bahwa mereka memiliki kekuatan dari daya belinya.
Hal itu yang paling penting dari seorang konsumen. Jika mereka dalam mengkonsumsi suatu produk dalam keadaan sadar, maka tidak akan terjadi apa yang disebut dengan berlebihan, kemubaziran, kemudian hal-hal yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. 2. Apa kontribusi YLKI dalam mencegah global warming? Jawab : Seperti yang saya sebutkan tadi, kita selalu menekankan kepada konsumen untuk bisa menjadi ‘smart consumer’, dan menjadi konsumen yang kritis. Nah, jika menjadi smart consumer itu mereka mampu untuk membuat prioritas dalam hidup mereka dengan skala daya beli yang ada pada diri mereka. Jadi, hal tersebut lah yang kita ajurkan kepada konsumen. Sudah beberapa kali kita mengadakan pelatihan kepada konsumen baik ibu-ibu maupun remaja mengenai hal itu. Kemudian kita mempunyai media yang bisa menyalurkan pemikiran serta wacana kita kepada konsumen.
BERITA WAWANCARA
NAMA
:
SELAMET DAROYNI
JABATAN
:
DIREKTUR WALHI JAKARTA
TANGGAL
:
19 AGUSTUS 2008
1. Apa yang anda ketahui tentang global warming? Jawab : Global warming itu adalah satu kondisi terjadinya peningkatan suhu ratarata permukaan bumi karena semakin banyaknya jumlah emisi gas buang kaca di atmosfer. Global warming itu terjadi ketika ada efek rumah kaca. Jadi gas rumah kaca itu proses dimana masuknya panas matahari ke bumi dengan menembus lapisan atmosfer yang sebagian diserap ke bumi, dan sebagian lainnya dipantulkan kembali ke angkasa. Panas sebenarnya menjadi kebutuhan makhluk hidup yang ada di bumi, tetapi ketika panas itu melebihi kebutuhan yang ada, maka akan menjadi masalah. Hal itu diakibatkan oleh aktivitas manusia yang menyebabkan menebalnya selimut gas rumah kaca di atmosfer. Ketika terjadi efek rumah kaca itu pasti diikuti oleh pemanasan global, dan ketika terjadi pemanasan global pasti diikuti oleh terjadinya perubahan iklim. Hal ini menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
2. Apa penyebab terjadinya global warming? Jawab : Global warming disebabkan oleh efek rumah kaca, dimana efek rumah kaca itu diantaranya adalah akibat tingginya karbon dioksida (CO2), gas metan (CH4), atau denitro oksidan (N20), sebagian terjadi karena pemakaian bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Disisi lain juga ada masalah hilangnya paru-paru dunia (hutan) akibat terjadinya illegal loging, dan berlebihan dalam pengambiilan kayu, kemudian juga terjadinya kebakaran. Tetapi dari sekian banyak sumber akibat terjadinya efek rumah kaca itu, memang yang dominan adalah pemakaian bahan bakar fosil yaitu minyak bumi dan batu bara. 3. Apa saja akibat/dampak yang ditimbulkan oleh global warming ini? Jawab : Dampak yang paling signifikan itu adalah perubahan iklim. Perubahan iklim itu mengakibatkan beberapa dampak, yaitu; a.
Menurunnya kualitas kesehatan, dikarenakan banyaknya terjadi andemik berbagai penyakit seperti malaria dan demam berdarah.
b. Adanya masalah banjir, terutama kota-kota di pinggiran pantai yang disebabkan karena tingginya frekuensi curah hujan dan adanya badai serta angin topan. c. Kebakaran hutan disebabkan karena rentang panas yang semakin panjang. d. Berbagai jenis keanekaragaman hayati musnah. e. Gagal panen, akibat kekeringan sehingga terjadi kelaparan besar-besaran. f. Nelayan sulit mendapatkan ikan , karena kerusakan terumbu karang diseluruh dunia akibat suhu air laut meningkat, seperti di Indonesia setiap tahun suhu
meningkat 0.03˚C dikarenakan pemanasan global, dan hal ini sangat tidak strategis bagi nelayan. g. Terjadinya pengungsian besar-besaran yang diakibatkan hilangnya mata pencarian. 4. Apa kontribusi WALHI dalam pencegahan global warming, khususnya di Indonesia? Jawab : Ada dua hal yang kami lakukan secara garis besar, yaitu: a. Melakukan advokasi kebijakan, dalam artian bahwa advokasi yang kita bangun itu ada regulasi-regulasi dan kebijakan-kebijakan yang bisa menjawab dan mengurangi dampak pemanasan global. Artinya kegiatan adaptasi dan pencegahan terkait dengan ancaman itu perlu menjadi agenda utama bagi pemerintah. WALHI sendiri mendesak berbagai kebijakan di berbagai tempat umpama selain mendesak agar dihentikannya illegal loging di Indonesia, kita juga menggarap wilayah-wilayah perkotaan dimana instrumen dalam rangka untuk menjawab masalah pemanasan global ini dengan instrumen kebijakan seperti adanya peraturan-peraturan dalam rangka untuk mengurangi konsumsi publik terkait dengan kebutuhan hidupnya. Untuk di Jakarta secara khusus ada dua hal yang menjadi target kami, yaitu; Pertama, terjadinya pengendalian pencemaran udara, itu sudah dikeluarkannya PERDA no.2 tahun 2005 tentang pengendalian udara. Hal ini menjadi perhatian khusus kami karena pemanasan global itu diakibatkan selain kegiatan industrialisasi juga diakibatkan oleh gas buang kendaraan bermotor.
Kedua, ada PERGUB tahun 2005 tentang kawasan dilarang merokok, ini juga kalau dibaca secara konprehensif dan kaitan dengan konsumsi, kami kira ada dua hal penting yang perlu dikedepankan dalam hal ini, yaitu gaya hidup yang hedonis dan berlebihan. Seperti dalam menggunakan alat transportasi, masyarakat bisa menggunakan alat transportasi umum sehingga tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi, karena hal itu mencerminkan gaya hidup yang
berlebih-lebihan
dan
juga
memberikan
dampak
negatif
bagi
keberlangsungan hidup. Selain itu juga terkait dengan rokok, kami sangat fokus dalam masalah ini karena kami menghargai hak-hak orang yang tidak merokok. Pada tahun 2007-2008 kami melakukan advokasi kebijakan tentang sampah. Mengenai hal ini telah lahir UU no.18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Jadi di jakarta itu menghasilkan 6000 ton sampah perhari atau setiap orang itu menghasilkan sampah sebesar 2.9 liter perhari. Sementara dalam sistem pengelolaannya belum bisa masuk dalam kategori ramah lingkungan karena selama ini hanya ditumpuk dan dikubur saja. Hal ini akan menghasilkan gas metan yang akan menimbulkan pemanasan global dan akan berpengaruh terhadap kesehatan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Jadi kami berharap pemerintah mengeluarkan regulasiregulasi kepada produsen untuk mengeluarkan produk yang ramah lingkungan dan bisa didaurulang. Kalau hal itu tidak bisa dilakukan, maka mereka akan dikenakan sanksi.
b. Kami juga melakukan kampanye-kampanye kepada masyarakat agar tidak menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin
dan solar, tetapi beralih
kepada bahan bakar gas. Berikutnya kami juga mengkampanyekan mengenai mengolah gaya hidup yang sangat hedonis dan komsumeristik di wilayah perkotaan. 5. Belakangan ini terdengar isu ”gerakan vegetarian”, apa pendapat anda mengenai ”gerakan vegetarian” ini? Jawab : Sebetulnya jika kita berbicara tentang keseimbangan dan keberlanjutan, itu sebenarnya tidak perlu diperdebatkan. Saya tidak cukup sepakat dengan menggunakan paradigma gaya hidup yang vegetarian, karena jika kita bicara tentang keseimbangan kita tidak cukup hanya mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, tetapi juga harus diimbangi dengan mengkonsumsi daging. Tetapi persoalan kemudian adalah kalau sebelum terjadinya revolusi industri kemudian terjadinya gaya hidup yang hedonis dan konsumerisme ini menu utama adalah tumbuh-tumbuhan, sedangkan daging itu adalah sebagai pelengkap saja. Karena antara omnivora dan karbivora itu sebetulnya sudah ada keseimbangan, tetapi karena kerakusan dan ketamakan manusia sehingga paradigmanya itu berubah. Daging menjadi konsumsi utama sedangkan tumbuh-tumbuhan menjadi konsumsi kedua. Hal ini adalah pola gaya hidup barat yang dipropagandakan kepada dunia termasuk juga kepada negara-negara berkembang. Kami kira ini soal ketidakmampuan manusia memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang tidak. Jadi bagi kami justru ketika kita menafikan dan mendesak orang untuk
tidak mengkonsumsi daging, maka dari tumbuh-tumbuhan itu tidak bisa menghasilkan protein yang dihasilkan oleh daging, maka daripada itu hal ini menjadi sangat penting. Tetapi karena pola pergeseran gaya hidup dalam mengkonsumsi tadi bahwa harusnya tumbuh-tumbuhan itu menjadi prioritas utama dalam mengkonsumsi untuk menjaga keberlangsungan hidup itu bergeser, atau setidaknya sama volumenya. Artinya kalau sekarang ini masalahnya 50% dari nabati dan 50% dari hewani maka hal itu seimbang. Sebetulnya sebelum terjadinya revolusi industri itu adalah 70-80% itu dari kebutuhan tubuh kita dari nabati, sedangkan 20-30% dari hewani. Sekarang berbeda, 75% dari hewani dan 25 dari nabati. Hal ini yang mengakibatkan hal itu terjadi karena gaya hidup dan konstruksi barat untuk mendesaign hal itu, sehingga produksi daging menjadi suatu targetan yang harus dicapai. Yang semulanya kebutuhan daging cukup dipenuhi dengan cadangan yang ada di alam, tetapi karena pola konsumsi yang tidak baik, sehingga margin untuk kebutuhan daging itu ditingkatkan dengan melakukan peternakan sapi maupun hewan ternak yang lain. Hal itulah yang kemudian ternyata selain pola tersebut tidak sehat bagi keberlangsungan kehidupan manusia, ternyata hal itu juga mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan, yaitu keluarnya gas metan yang diakibatkan produksi peternakan hewan ternak tadi.