LEMBAR PENGESAHAN
ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO
OLEH: RIVAL S. NAKI NIM. 631409029
1
KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO Rival S. Naki 1), Ade Muharam 2), Mulis 3) Email :
[email protected] Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan parameter kualitas air yakni kedalaman, kecerahan, oksigen terlarut, suhu, pH, Nitrat dan Nitrit dengan Produktivitas Perikanan Budidaya Ikan Nila di Danau Limboto. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pengambilan data penelitian pada 5 stasiun dimana Stasiun I (bagian Utara), II (bagian Timur), III (bagian Tengah), IV (bagian Barat) dan V (bagian Selatan). Masingmasing stasiun responden terdiri atas 3 orang. Setiap stasiun terdapat keramba jaring apung (KJA) yang dipelihara ikan nila (Oreochromis niloticus). Analisis data yang digunakan yakni analisis Regresi sederhana. Masing-masing stasiun pengamatan memberikan kualitas yang sesuai dimana produktivitas budidaya ikan nila cenderung akan meningkat seiring dengan peningkatan kualitas perairan danau limboto. Kata Kunci : Kualitas Air, Produktivitas, Danau Limboto.
2
1.1.
PENDAHULUAN Danau Limboto yang terletak di Propinsi Gorontalo merupakan salah satu danau
yang dianggap kritis di Indonesia disebabkan oleh masalah sedimentasi. Saat ini luas danau tinggal kurang dari 3000 ha dengan kedalaman rata-rata 2,5 m (Balitbang Gorontalo, 2006). Ikan Nila (Oreochromis nilotica), adalah salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang banyak diminati dan banyak disuplai ke pasar untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat. Hal ini dapat dicermati dari tingginya permintaan rumah makan dan restoran yang secara kontinyu memerlukan pasokan ikan nila setiap harinya. Di Provinsi Gorontalo ikan nila merupakan jenis ikan yang sangat diminati. Sentra budidaya ikan nila yang merupakan pemasok terbesar adalah dari petak pemeliharaan Karamba Jaring Apung (KJA) Danau Limboto. Produksi budidaya ikan nila dalam keramba jaring apung saat ini masih belum memenuhi kebutuhan konsumen di daerah Gorontalo. Hal ini kemungkinan disebabkan keadaan kualitas air yang semakin tercemar setiap tahunya akibat aktivitas masyarakat di sekitar Danau Limboto. Menurut Suryono, dkk., (2010) dampak langsung yang terjadi pada perairan Danau Limboto saat ini sudah terlihat seperti pendangkalan dan eutrofikasi sebagai akibat meningkatnya nutrien dan zat pencemar ke badan perairan danau. Eutrofikasi dan pencemaran merupakan permasalahan lingkungan yang berpengaruh terhadap perairan danau secara umum. Pengetahuan mengenai kondisi kualitas perairan Danau Limboto yang dicerminkan oleh nilai konsenstrasi beberapa parameter kualitas air baik secara fisika maupun secara kimia sangat diperlukan untuk menunjang hasil produksi perikanan khususnya budidaya sistem keramba jaring apung (KJA). Oleh sebab itu, penulis merasa kiranya perlu dilakukan 3
penelitian mengenai “Kajian Hubungan Antara Kualitas Air dan Produktivitas Budidaya Ikan Nila di Danau Limboto”. II.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey dengan
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi untuk memperoleh data primer. Responden/sampel untuk analisis produktivitas adalah pembudidaya ikan nila di Keramba Jaring Apung Danau Limboto. Jumlah responden sebanyak 15 orang dimana kriteria pembudidaya yang dipilih untuk menjadi responden yaitu minimal selama lima tahun terakhir masih bertahan dalam usaha pembesaran ikan nila pada KJA di Danau Limboto. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan di lokasi pembesaran ikan nila dalam Keramba Jaring Apung (KJA) yang terbagi atas 5 stasiun yakni stasiun I (bagian Utara), stasiun II (bagian Timur), stasiun III (bagian Tengah), stasiun IV (bagian Barat) dan stasiun V (bagian Selatan). Pengumpulan data tentang poduktivitas usaha pembesaran ikan nila pada KJA menggunakan teknik wawancara untuk melengkapi data yang akan dianalisis. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai petani sekaligus mengisi lembar/form isian wawancara kepada responden. Selain dengan kuesioner dan wawancara, pengumpulan data juga dilakukan dengan teknik observasi. Data-data yang diambil pada analisis kualitas air adalah kedalaman, kecerahan, pH, Suhu, DO, Nitrat dan Nitrit. Selanjutnya ditabulasikan kedalam microsoft exel untuk dianalisis bersamaan dengan produktivitas.
4
Variabel Pengamatan Tingkat produktivitas usaha pembesaran ikan nila di KJA menurut Soekartawi (1990) dalam Mudlofar (2012) menggunakan pendekatan rumus, berikut :
Berat Panen Total (kg) P=
Keterangan : P
Total Luas Unit KJA (m2)
= Produktivitas
Output = Berat Panen Total (kg) Input
= Total Luas Unit KJA (m2) Untuk mengetahui hubungan antara kualitas air terhadap produktivitas perairan,
maka digunakan Nilai Koefisien Determinasi (R2) yang diperoleh dengan melakukan pengolahan data hasil penelitian menggunakan analisis regresi linier. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Produktivitas Budidaya Ikan Nila di Danau Limboto Hasil studi lapangan pada 5 stasiun di lokasi Keramba Jaring Apung (KJA) Danau
Limboto diperoleh hasil produktivitas budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Hasil Produktivitas Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Luas KJA Berat Total Produktivitas Stasiun (m²) Panen (kg) (kg/m²) I 950 4153 4.37 II 958 4106 4.29 III 1.366 6020 4.40 IV 1.083 5040 4.65 V 833 3920 4.70
5
Keterangan : Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV Stasiun V
: Bagian Utara : Bagian Timur : Bagian Tengah : Bagian Barat : Bagian Selatan
2.
Hubungan Kualitas Air dan Produktivitas Budidaya Ikan Nila
a.
Tingkat Kedalaman Perairan Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa nilai tingkat kedalaman perairan berkisar antara
2,34 – 3,19 m. Nilai terendah dijumpai pada stasiun V (bagian selatan) sementara nilai tertinggi pada stasiun IV (bagian barat). Dilihat dari kedalaman Danau Limboto, dapat diartikan perairan Danau Limboto termasuk perairan yang sangat dangkal. Hasil analisis statistik hubungan korelasi tingkat kedalaman perairan Danau Limboto dan produktivitas budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Hubungan Korelasi Tingkat Kedalaman Perairan dan Produktivitas Ikan Nila Berdasarkan Gambar 1 di atas
menunjukkan bahwa
nilai
rata-rata
tingkat
kedalaman Danau Limboto yang terdapat Keramba Jaring Apung (KJA) Stasiun I, II, III, 6
IV dan V, pada masing-masing lokasi diperoleh variabel Y (produktivitas ikan nila) dan X (tingkat kedalaman peraian) dimana y = - 0.1703x + 4.9725. Hal ini artinya produktivitas cenderung akan meningkat sejalan dengan tingkat kedalaman suatu perairan. Nilai R 2 (0.1028) menunjukan bahwa tingkat kedalaman perairan tidak menunjukkan hubungan yang erat terhadap produktivitas budidaya ikan nila di Danau Limboto. Berdasarkan hal ini kemungkinan ikan nila masih dapat dibudidayakan di Danau Limboto. Oleh karena perairan yang dangkal cenderung banyak menghasilkan pakan alami phytoplankton. Sedangkan ikan nila itu sendiri tergolong ikan yang suka memakan phytoplankton. Akan tetapi hal ini perlu diantisipasi adanya kemungkinan terjadinya bloming plankton yang nantinya akan menggangu proses pengambilan oksigen oleh ikan yang akan dibudidayakan. Jika diabaikan tingkat kedalaman perairan Danau Limboto dikhawatirkan ikan yang dibudidayakan akan mengalami kematian akibat kurangnya oksigen yang terkandung dalam air. b.
Kecerahan Tingkat kecerahan perairan pada Danau Limboto berkisar antara 0,26 – 0,38 m.
Nilai terendah dijumpai pada stasiun I (bagian utara) sementara nilai tertinggi pada Stasiun II (bagian timur). Hasil analisis statistik hubungan korelasi tingkat kecerahan perairan Danau Limboto dan produktivitas budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada Gambar 2.
7
Gambar 2. Grafik Hubungan Korelasi Tingkat Kecerahan dan Produktivitas Ikan Nila Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat kecerahan Danau Limboto yang terdapat Keramba Jaring Apung (KJA) Stasiun I, II, III, IV dan V pada masing-masing lokasi pengamatan diperoleh variabel Y (produktivitas ikan nila) dan X (tingkat kecerahan peraian) dimana y = - 0.4324x + 4.6238 Hal ini artinya produktivitas budidaya ikan nila cenderung akan meningkat sejauh dengan tingkat kecerahan suatu perairan. Nilai R2 (0.0117) menunjukan bahwa produktivitas budidaya ikan nila tidak memiliki hubungan yang erat dengan tingkat kecerahan perairan. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan masing-masing Keramba Jaring Apung (KJA) yang digunakan oleh para pembudidaya ikan mempunyai nilai kecerahan yang tidak jauh berbeda dengan hasil produksi yang diperoleh. Dengan demikian dapat diartikan bahwa tingkat kecerahan perairan Danau Limboto pada masing-masing stasiun tidak memberikan dampak yang tinggi untuk melakukan budidaya ikan nila di keramba jaring apung. Akan tetapi hal ini tidak memberikan nilai produktivitas yang optimal bagi para pembudidaya ikan, hal ini disebabkan adanya peningkatan populasi plankton yang 8
dapat menghambat aktivitas ikan untuk mengambil oksigen. Selain itu juga kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh sisa pakan yang diberikan selama pemeliharaan. Sisa pakan yang tidak termanfaatkan akan masuk kedalam dasar perairan sehingga dapat merespon proses kesuburan dasar perairan yang akan memicu peningkatan populasi dari plankton. c.
Oksigen Terlarut Oksigen terlarut di perairan Danau Limboto masing-masing stasiun berkisar antara
5,30 – 6,40 mg/l. Rustam (2010), menyatakan bahwa oksigen terlarut diperlukan untuk mendekomposisi limbah organik dalam perairan. Kadar oksigen terlarut di perairan yang baik untuk budidaya adalah > 3 mg/l. Suryono dkk., (2010) menerangkan bahwa nilai konsentrasi oksigen terlarut 3,42 mg/L, kemungkinan diakibatkan pengaruh dari aktivitas masyarakat seperti adanya kegiatan keramba jaring apung. Oksigen diperlukan oleh organisme air untuk menghasilkan energi yang sangat penting bagi pencernaan dan asimilasi makanan pemeliharaan keseimbangan osmotik, dan aktivitas lainnya. Jika persediaan oksigen terlarut di perairan sangat sedikit maka perairan tersebut tidak baik bagi ikan dan makhluk hidup lainnya yang hidup di perairan, karena akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan organisme air tersebut. Kandungan oksigen terlarut minimum 2 mg/l sudah cukup mendukung kehidupan organisme perairan secara normal (Wardana, 1995 dalam Silalahi, 2010). Hasil analisis statistik hubungan korelasi kandungan oksigen terlarut di Danau Limboto dan produktivitas budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada Gambar 3.
9
Gambar 3. Grafik Hubungan Korelasi Oksigen Terlarut dan Produktivitas Ikan Nila Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata oksigen terlarut perairan Danau Limboto yang terdapat Keramba Jaring Apung (KJA) Stasiun I, II, III, IV dan V menunjukan bahwa, pada masing-masing lokasi diperoleh variabel Y (produktivitas ikan nila) dan X (tingkat oksigen terlarut) dimana y = - 0.3607x + 6.5668. Hal ini artinya produktivitas cenderung akan meningkat sejauh dengan tingkat oksigen terlarut suatu perairan. Hasil pengukuran yang dilakukan masing-masing Keramba Jaring Apung (KJA) yang digunakan oleh para pembudidaya ikan mempunyai nilai oksigen terlarut yang tidak jauh berbeda dengan hasil produksi yang diperoleh. Oksigen terlarut perairan masingmasing stasiun
dapat menerangkan hubungan dengan produktivitas sebesar 0,7379
sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor lain. Dengan demikian dapat diartikan bahwa oksigen terlarut di perairan Danau Limboto pada masing-masing stasiun masih dapat memberikan dampak yang baik untuk melakukan budidaya ikan nila di keramba jaring apung. Akan tetapi hal ini tidak memberikan nilai produktivitas yang optimal bagi para 10
pembudidaya ikan. Jika diperhatikan nilai produktivitas dari masing-masing stasiun tertinggi sebesar 4.70 kg/m3. d.
Suhu (0C) Nilai rata-rata suhu air pada Danau Limboto berkisar antara 29,6 – 30,8°C,
suatu kisaran nilai suhu yang umum dijumpai pada perairan di daerah tropis. Nilai terendah dijumpai pada stasiun II (bagian timur) sementara nilai tertinggi pada stasiun IV (bagian barat).
Terjadinya
kenaikan
suhu
pada
lokasi
pengamatan berdekatan
dengan arus bolak-balik perahu katintin yang digunakan oleh masyarakat pembudidaya ikan. Sedangkan
pada
stasiun I nilai suhu
perairan
masih
tergolong
rendah
dibandingkan dengan stasiun lain. Akan tetapi hal ini masih dapat ditelorir oleh ikan nila yang dibudidayakan. Hasil analisis statistik hubungan korelasi suhu perairan Danau Limboto dan produktivitas budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Hubungan Korelasi Tingkat Suhu Perairan dan Produktivitas Ikan Nila
11
Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata suhu perairan Danau Limboto yang terdapat Keramba Jaring Apung (KJA) Stasiun I, II, III, IV dan V pada masingmasing lokasi diperoleh variabel Y (produktivitas ikan nila) dan X (Kandungan Suhu Perairan) dimana y = -0.2836x + 4.0204. Hal ini artinya produktivitas akan cenderung meningkat sejauh dengan tingkat kandungan suhu disuatu perairan. Hasil pengukuran yang dilakukan masing-masing Keramba Jaring Apung (KJA) yang digunakan oleh para pembudidaya ikan mempunyai kandungan suhu yang tidak jauh berbeda dengan hasil produksi yang diperoleh. Kandungan suhu perairan masing-masing stasiun
dapat menerangkan hubungan dengan produktivitas sebesar 0.6026 sedangkan
sisanya diterangkan oleh faktor lain. Dengan demikian dapat diartikan bahwa suhu di perairan Danau Limboto pada masing-masing stasiun masih dapat memberikan dampak yang baik untuk melakukan budidaya ikan nila di keramba jaring apung. Akan tetapi hal tidak memberikan nilai produktivitas yang optimal bagi para pembudidaya ikan. Jika diperhatikan nilai produktivitas dari masing-masing stasiun tertinggi sebesar 4.70 kg/m3. e.
pH perairan Hasil pengamatan di masing-masing stasiun yang berbeda diperoleh nilai terendah 6
dan tertinggi 7. Nilai pH terendah merupakan hasil pengamatan pada stasiun III dan V (bagian selatan dan tengah) dan nilai pH tertinggi adalah hasil pengamatan stasiun I, II dan IV (utara, timur dan bagian barat). Tinggi rendahnya kandungan pH tidak terdapat hubungannya
yang erat dengan pergerakan produktivitas ikan nila. pH dalam suatu
perairan merupakan faktor pembatas bagi ikan nila dalam melakukan aktifitas. Hasil analisis statistik hubungan korelasi pH perairan di Danau Limboto dan produktivitas budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada Gambar 5. 12
Gambar 5. Grafik Hubungan Korelasi pH Perairan dan Produktivitas Ikan Nila Kandungan pH
perairan Danau Limboto pada masing-masing Keramba Jaring
Apung (KJA) Stasiun I, II, III, IV dan V diperoleh variabel Y (produktivitas ikan nila) dan X (kandungan pH perairan) dimana y = -0.0118x + 0.5262. Hal ini artinya produktivitas akan cenderung meningkat sejauh dengan tingkat kandungan pH disuatu perairan. Hasil pengukuran yang dilakukan masing-masing Keramba Jaring Apung (KJA) yang digunakan oleh para pembudidaya ikan mempunyai pH yang tidak jauh berbeda dengan hasil produksi yang diperoleh. pH perairan masing-masing stasiun dapat menerangkan hubungan dengan produktivitas sebesar 0,1236 sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pH di perairan Danau Limboto pada masing-masing stasiun masih dapat memberikan dampak yang baik untuk melakukan budidaya ikan nila di keramba jaring apung. Akan tetapi hal tidak memberikan 13
nilai produktivitas yang optimal bagi para pembudidaya ikan. Jika diperhatikan nilai produktivitas dari masing-masing stasiun tertinggi sebesar 4.70 kg/m3. f.
Nitrat Hasil pengamatan di masing-masing stasiun yang berbeda diperoleh nilai terendah
2,8 mg/l dan tertinggi 3,3 mg/l. Kandungan nitrat terendah merupakan hasil pengamatan pada stasiun II (bagian timur) dan tertinggi adalah hasil pengamatan stasiun III (bagian selatan). Hasil analisis statistik hubungan korelasi kandungan nitrat perairan di Danau Limboto dan produktivitas budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6. Grafik Hubungan Korelasi Nitrat Perairan dan Produktivitas Ikan Nila Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang, sementara nitrit merupakan senyawa toksik yang dapat mematikan organisme air. Keberadaan nitrat di perairan sangat dipengaruhi oleh buangan yang dapat berasal dari industri, bahan peledak, pirotehnik dan pemupukan. Secara
14
alamiah kadar nitrat biasanya rendah namun kadar nitrat dapat menjadi tinggi sekali dalam air tanah di daerah yang diberi pupuk nitrat/nitrogen (Alaerts, 1987 dalam Silalahi, 2010 ). Hasil pengukuran yang dilakukan masing-masing Keramba Jaring Apung (KJA) yang digunakan oleh para pembudidaya ikan mempunyai kandungan nitrat yang tidak jauh berbeda dengan hasil produksi yang diperoleh. Kandungan nitrat perairan masing-masing stasiun dapat menerangkan hubungan dengan produktivitas sebesar 0.1644 sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor lain. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kandungan nitrat di perairan Danau Limboto pada masing-masing stasiun masih kurang memberikan dampak yang baik untuk melakukan budidaya ikan nila di keramba jaring apung. Jika diperhatikan nilai produktivitas dari masing-masing stasiun tertinggi sebesar 4.70 kg/m3. Nilai rata-rata konsentrasi nitrat tertinggi terdapat pada stasiun III (bagian selatan) yaitu 3,3 mg/l dan terendah pada stasiun II (bagian timur) yaitu 2,8 mg/l. Nilai konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan diduga bahwa jumlah pakan yang diberikan pada budidaya ikan sistem KJA telah memberikan pengaruh terhadap terjadinya peningkatan konsentrasi nitrat di perairan. Penelitian Ginting (2011) dalam Haro dkk., (2013) input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA mempunyai kontribusi terhadap pengkayaan nitrat (NO3) dalam badan air dengan koefisien determinasi sebesar 86%. g.
Nitrit Nilai rata-rata konsentrasi nitrit pada masing-masing stasiun menunjukan nilai yang
sama yakni tertinggi yaitu 0,6 mg/l yang berada pada daerah KJA. Hal ini diperkirakan banyaknya jumlah pakan yang tidak termakan dan sisa metabolisme. Menurut Hendrawati dkk., (2008) dalam Haro dkk., (2013) meningkatnya kadar nitrit berkaitan erat dengan
15
bahan organik yang ada pada zona tertentu (baik yang mengandung unsur nitrogen maupun tidak). Hasil analisis statistik hubungan korelasi kandungan nitrit perairan di Danau Limboto dan produktivitas budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Hubungan Korelasi Nitrit Perairan dan Produktivitas Budidaya Ikan Nila Nilai rata-rata kandungan nitrit perairan Danau Limboto yang dianalisis Laboratorium Kualitas Air UPTD Instalasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa kandungan nitrit tidak memberikan hubungan searah dengan hasil produktivitas ikan nila dalam KJA. Akan tetapi, hasil pengujian pada masing-masing stasiun pengamatan kandungan nitrit berada pada kisaran yang tercemar. Hasil pengujian pada masing-masing stasiun kandungan nitrit mencapai 0,6 mg/l. Nilai nitrit ini cukup tinggi sehingga kandungan nitrogen lebih banyak dalam bentuk amoniak. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi temperatur yang mungkin kurang optimal bagi kehidupan bakteri
16
nitrifikasi. Nilai nitrit yang diperbolehkan untuk budidaya ikan air tawar dalam KJA di danau yakni maksimal 0,2 mg/l (Sukadi, dkk.,1989 dalam Rochidianto, 1991). Faktor yang timbul dalam kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan nila secara umum terdiri atas dua yakni faktor internal dan faktor eksternal. Kemungkinan faktor internal mampu mentolerir kandungan nitrit yang cukup tinggi yakni faktor keturunan dan faktor gen itu sendiri, semakin kuat gen yang dihasilkan maka semakin tinggi daya tahan ikan nila untuk
menyesuaikan dengan habitat hidupnya. Akan tetapi hal ini tidak
memberikan nilai produktivitas yang optimal untuk ikan nila yakni 0,47 kg/m2. Oleh sebab nitrat mempengaruhi daya serap energi yang seharusnya dimanfaatkan untuk pertumbuhan. IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Kualitas air memberikan hubungan terhadap produktivitas budidaya ikan nila di Danau Limboto. 2. Hubungan antara kualitas air dan produktivitas perairan budidaya ikan nila di Danau Limboto dilihat dari nilai R2 pada masing – masing parameter kualitas air. Nilai R2 untuk kedalaman (0.1028), kecerahan (0.0117), Oksigen terlarut (0.7379), suhu (0.6026), pH (0.1236), Nitrat (0.1644) dan Nitrit (0)
B.
Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut pada lokasi pemeliharaan ikan nila di Keramba
Jaring Apung dengan jumlah pengambilan sampel kualitas air lebih banyak agar data hasil penelitian dapat memberikan informasi yang lebih akurat.
17
DAFTAR PUSTAKA Artuli, S., dan Sitohang. 2014. Profit Vertikal Fosfat di Danau Pinang. Jurnal. Ali K. S. 2013. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Di Danau Limboto Provinsi Gorontalo. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Jurusan Teknologi Perikanan. Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo. Anonim. 2011. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Materi penyuluhan. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. Akbar Y. M., Devi H. A., dan Kusuma M I. 2010. Pengaruh Jahe Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Lele (Clarias bathracus) Pada Polikultur Dengan Sistem Resirkulasi Tertutup. Usulan Program Kreativitas Mahasiswa. Bidang Kegiatan PKM Penelitian. Universitas Airlangga Surabaya. Akrimi dan Subroto. 2002. Tehnik Pengamatan Kualitas Air dan Plankton Direservat Danau Arang-Arang Jambi. Jurnal. Amidarhana, A. 2001. Analisis Produktivitas Usaha Budidaya Ikan Dalam Keramba Jaring Apung Di Waduk Jati Luhur Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan. Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Anonim. 2008. Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Kerangka Pemikiran, Dan Hipotesis Penelitian. Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi. Medan : Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara. Balitbang. 2006. “Master Plan Penyelamatan Danau Limboto”. Pemerintah Propinsi Gorontalo. 61 pp. Fadli. 2011. Kajian Beberapa Aspek Parameter Fisika Kimia Air dan Aspek Fisiologi Ikan yang Ditemukan Pada Aliran Buangan Pabrik Karet di Sungai Batang Arau. Artikel. Fitra, E. 2008. Analisis kualitas air dan hubungannya dengan keanekaragaman vegetasi akuatik di Perairan parapat danau toba. Tesis. Sekolah pascasarjana Universitas Sumatra Utara Medan.
18