Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
Laut dalam dengan kedalaman -20 m memanjang hingga 10 km ke arah timur laut hingga muara sungai Belawan.
E. 466000.000
E. 468000.000
E. 470000.000
E. 472000.000
E. 474000.000
E. 470000.000
E. 472000.000
E. 474000.000
N. 430000.000 N. 426000.000
N. 426000.000
N. 428000.000
N. 428000.000
N. 430000.000
N. 432000.000
E. 464000.000
N. 432000.000
E. 462000.000
Peilchaal S
Sedimen Layang & Dasar
A
Arus
N. 420000.000
N. 420000.000
N. 422000.000
N. 422000.000
N. 424000.000
N. 424000.000
Mercusuar
BM. X= 465976.00 Y= 418620.00 Z= +3.509
46°
20" 3' 2
ND LA
O
PE CO
RG CA O
II
AN KAN U ANG UMP LAP PEN
N BIO GA
II
CFS
I CFS
I
RG CA
UJUNG BARU INTERLAND El.+4.234
102
103
El.+ 3.109
107
106
105
OP EN STORAGE
U J U N G
111
112
T ERMINAL P ENUM PANG
113
S E L A T LA U T
31.6"
JL. BROMO
J A LA N
46'
A N G G A DA I
OP EN ST ORAGE
D O S O M UKO JL. TEMB US
J A LA N
N. 418000.000
109
BAR U
JL. ANGGA DA II
JAL AN
JAL AN
J A LA N
203
202 CITRA
I II S U L A W ES
IK
00 8
R OA D -6
42
' 35
D
"
MA UTA
46°
DOK WARUNA NUSA
NA WA BHA
S ENTANA
P T.
ARI
00 6
0 07
N. 418000.000
101
JL. M ARION
PENGERUKAN
201
KPLP
26°
B EA & CUKAI
COPE LAND 8 6° 41' 535"
D
7° 9 2' 20"
ROA -1 D
-3
46 ' 60" 28°
001
0 02
12 ° 14 ' 30"
0 03
B ELAWAN LAMA
ROA
E. 464000.000
E. 466000.000
E. 468000.000
N. 414000.000
N. 414000.000
E. 462000.000
N. 416000.000
- 4
N. 416000.000
R OA D
Gambar 3.4 Bathimetri Perairan Belawan
3.3
KONDISI KLIMATOLOGI
Sumatra utara terletak diwilayah khatulistiwa dimana tekanan udara rendah dan mempunyai iklim tropikal. Perubahan iklim sangat kecil sehingga iklim harian dapat diprediksi dengan mudah. Dalam kondisi khusus hujan lebat kadang terjadi di sepanjang garis pantai.
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 5
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
Suhu udara harian di Belawan berkisar antara 220 C - 330 C dengan kelembaban sangat tinggi dengan rata-rata 82%. Angin dominan adalah angin muson timur-laut yang bertiup sepanjang Bulan November hingga Bulan Maret. Sedangkan angin munson barat daya bertiup dari Juni hingga September dengan kekuatan rata-rata di Selat Malaka 10 knots. Rata-rata curah hujan bulanan di Medan untuk perioda ulang 25 tahun (1952-1977) bervariasi antara 100-260 mm/bulan. Dari data tersebut diketahui pula bahwa rata-rata curah hujan bulanan lebih tinggi diantara Bulan September hingga Bulan Desember. 3.4
HIDRO-OSEANOGRAFI
3.4.1
Pasang Surut
Data pasang surut untuk keperluan kajian ini merupakan hasil pengamatan yang dilaksanakan pada tanggal 7 – 23 September 2007, dengan pembacaaan ketinggian air setiap 1 (satu) jam. Pengamatan pasang surut dilakukan di 3 titik yaitu, muara Sungai Belawan, muara Sungai Percut dan muara Sungai Koala Besar (Gambar 3.5). Pengukuran Pasang Surut di S. Koala Besar
Pengukuran Pasang Surut di S. Belawan
Pengukuran Pasang Surut di S. Percut
Gambar 3.5 Lokasi Pengamatan Pasang Surut
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 6
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
Hasil pengukuran pasang surut yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.1, Tabel 3.2 dan Tabel 3.3. Tabel 3.1 Hasil pengamatan pasang surut di S. Koala Besar 7 – 21 September 2007 J/T 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 234 255 270 285 288 288 296 287 280 270 248 230 223 218 215
2 216 230 255 270 278 296 310 298 310 300 275 257 240 224 213
3 206 205 223 240 254 277 291 310 320 310 287 263 257 240 211
4 201 194 190 205 221 240 264 290 290 295 285 280 260 245 215
5 201 185 175 178 180 200 215 248 253 270 264 270 256 247 217
6 212 190 170 163 160 168 185 199 220 240 240 250 247 240 220
7 219 195 175 155 145 148 158 173 190 200 207 223 230 232 224
8 231 214 197 172 150 140 142 148 160 176 180 198 213 221 223
9 240 234 221 205 180 160 152 145 145 160 160 180 195 210 221
10 256 250 247 238 219 200 185 170 158 158 158 168 183 200 218
11 250 264 270 265 261 245 230 210 193 182 170 175 180 194 215
12 240 263 285 285 285 275 263 248 230 215 195 193 187 193 208
13 220 247 278 295 300 297 290 278 265 247 227 215 198 195 201
14 198 217 248 271 295 305 305 298 290 270 250 235 210 200 200
15 174 185 210 235 260 285 300 300 295 285 265 253 220 205 200
16 157 158 175 188 215 240 255 278 295 280 270 256 226 210 201
17 152 139 145 140 168 195 215 235 260 263 250 250 230 223 207
18 160 130 128 110 134 151 167 195 225 225 235 238 228 225 218
19 174 140 128 109 111 122 139 161 189 190 207 220 220 227 230
20 200 173 150 138 107 111 126 145 163 167 185 203 215 227 241
21 219 205 180 160 130 129 119 140 153 154 170 185 207 227 243
22 237 237 222 198 180 170 165 163 165 159 168 184 203 224 246
23 247 250 257 243 225 220 215 205 200 180 185 185 205 220 244
24 260 273 280 274 268 263 250 245 235 218 210 205 210 220 240
J/T 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Tabel 3.2 Hasil pengamatan pasang surut di S. Belawan 8 – 22 September 2007 J/T 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 187 203 215 206 205 203 193 189 177 159 149 135 135 140 153
2 175 193 216 208 226 230 227 223 209 188 173 152 145 137 140
3 145 170 192 205 225 241 245 241 235 211 193 170 155 139 123
4 119 135 160 175 202 223 240 249 248 227 212 185 162 140 120
5 108 101 112 134 159 182 210 218 233 224 212 191 168 122 119
6 104 89 90 95 114 140 174 179 208 198 194 183 168 155 125
7 108 78 73 70 75 98 122 133 155 168 164 162 159 150 135
8 118 99 75 58 56 67 84 99 121 122 135 135 150 153 143
9 141 125 105 77 60 55 60 66 89 89 111 130 142 149 155
10 161 157 140 120 96 81 65 50 72 72 92 110 130 155 160
11 180 181 174 156 144 124 101 88 84 75 85 101 118 142 163
12 190 203 198 194 186 168 143 132 118 104 105 103 112 137 158
13 186 209 220 222 211 199 185 173 155 135 128 110 115 125 140
14 164 195 218 232 234 225 215 205 189 164 151 125 120 110 124
15 130 165 195 220 230 235 229 225 207 185 166 136 123 120 108
16 95 120 148 177 198 215 225 233 217 199 183 145 133 117 99
17 70 82 101 130 156 178 201 219 206 198 185 157 143 120 81
18 40 51 56 80 102 131 155 185 183 178 179 160 152 125 98
19 48 42 27 41 56 82 109 144 142 148 158 155 154 136 113
20 71 48 23 15 26 51 75 98 103 120 135 145 153 147 132
21 105 81 52 30 25 34 56 73 80 97 110 135 150 153 154
22 140 125 100 78 64 52 60 72 72 88 102 129 148 159 173
23 172 165 145 127 118 99 93 94 82 95 101 126 147 162 183
24 J/T 195 8 198 9 184 10 173 11 165 12 155 13 144 14 139 15 117 16 120 17 112 18 124 19 145 20 160 21 187 22
23 217 209 148 141 156 132 125 109 116 116 133 155 171 188 214
24 J/T 230 9 211 10 194 11 191 12 178 13 173 14 168 15 133 16 131 17 131 18 139 19 151 20 166 21 192 22 237 23
Tabel 3.3 Hasil pengamatan pasang surut di S. Percut 9 – 23 September 2007 J/T 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 213 217 223 235 233 231 222 203 191 149 176 149 146 157 177
2 209 195 226 238 256 252 244 243 209 167 177 159 148 138 155
3 179 159 204 231 234 255 252 253 225 213 185 167 148 134 139
4 151 127 167 195 218 214 232 245 234 218 196 175 154 126 122
5 123 99 135 147 168 188 203 195 211 208 194 179 155 125 121
6 106 90 107 118 129 141 167 144 176 188 186 174 157 129 125
7 105 101 83 97 118 116 121 128 147 161 173 179 160 145 140
8 111 131 79 79 82 95 103 116 121 138 150 160 158 164 154
9 132 163 105 92 77 71 84 96 109 116 126 145 155 166 177
10 165 195 139 128 97 90 80 88 100 100 116 134 151 164 192
11 194 219 181 173 165 123 113 111 84 101 110 125 147 163 196
12 218 237 216 208 190 176 156 140 95 123 117 125 139 156 189
13 223 219 243 238 219 209 197 174 126 141 129 123 131 143 157
14 207 187 237 248 243 234 227 205 155 166 138 134 129 127 134
15 174 145 214 226 221 238 238 217 183 179 151 139 128 114 115
16 108 113 168 188 198 213 235 219 203 191 163 149 129 103 104
17 83 85 126 146 154 177 202 199 204 195 164 161 134 116 83
18 74 75 105 111 121 119 173 162 196 177 166 164 144 118 98
19 71 74 84 106 96 106 129 136 170 159 148 162 155 129 109
20 99 97 76 91 78 95 107 112 124 133 147 156 166 157 138
21 149 156 98 84 65 96 86 85 103 117 142 166 168 164 175
22 188 197 136 89 71 86 91 86 97 118 135 164 171 178 174
Pengolahan data pasang surut dilakukan dengan alur sebagaimana disajikan pada Gambar 2.1. Analisa pasang surut dilakukan untuk memperoleh elevasi muka air penting, dengan urutan analisa sebagai berikut:
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 7
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
a.
Menguraikan konstanta pasang surut
b. Meramalkan fluktuasi muka air akibat pasang surut selama 1 (satu) periode pasang surut c.
Menghitung elevasi muka air penting
Perhitungan konstanta pasang surut dapat dilakukan dengan menggunakan Metoda Least Square. Komponen pasang surut hasil penguraian dengan Metoda Least Square, dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Komponen Pasang Surut Hasil Pengamatan
Karakteristik Pasang Surut
Koala Besar Fasa Amplitud (derajat o (cm) )
Lokasi Belawan
Percut
Amplitudo (cm)
Fasa (derajat)
Amplitudo (cm)
Fasa (derajat)
61.707 26.969 11.773 39.159 1.679 3.346 30.916 18.348 2.367
-84.81 -69.94 49.49 28.46 10.67 59.1 -76.01 65.61 39.58
57.049 29.03 9.813 14.157 1.819 2.254 6.704 23.251 1.868
-67.52 -25.09 69.65 13.92 -69.55 71.82 55.03 40.52 68.23
Konstanta: M2 S2 N2 K1 M4 O1 P1 K2 MS4 Bilangan Formzall (F) Tipe Pasang Surut
53.583 32.33 8.641 39.981 0.627 4.02 33.491 8.869 0.444
-65.59 -62.99 68.41 43.74 59.51 69.12 -60.97 -60.15 -44.95
0.566
0.574
0.278
mixed, semidiurnal
mixed, semidiurnal
mixed, semidiurnal
Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut selama 15 hari, yang dipilih bersamaan dengan masa pengukuran yang dilakukan di lokasi kajian. Hasil peramalan tersebut dibandingkan dengan pembacaan elevasi di lapangan untuk melihat kesesuaiannya. Perbandingan hasil peramalan dengan hasil pengukuran untuk ketiga lokasi disajikan pada Gambar 3.6, Gambar 3.7 dan Gambar 3.8.
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 8
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
GRAFIK PASANG SURUT AIR SUNGAI KOALA BESAR TANGGAL 7 SEPTEMBER - 21 SEPTEMBER 2007
350 300
TINGGI MUKA AIR (cm)
250 200
Pengukuran Peramalan
150 100 50 0 0
24
48
72
96
120
144
168
192
216
240
264
288
312
336
360
384
408
JAM KE -
Gambar 3.6 Pasang surut Sungai Koala Besar
GRAFIK PASANG SURUT AIR SUNGAI BELAWAN TANGGAL 8 SEPTEMBER - 22 SEPTEMBER 2007
350 300
TINGGI MUKA AIR (cm)
250 200
Pengukuran Peramalan
150 100 50 0 0
24
48
72
96
120
144
168
192
216
240
264
288
312
336
360
384
408
JAM KE -
Gambar 3.7 Pasang surut Sungai Belawan
GRAFIK PASANG SURUT AIR SUNGAI PERCUT TANGGAL 9 SEPTEMBER - 23 SEPTEMBER 2007
350 300
TINGGI MUKA AIR (cm)
250 200
Pengukuran Peramalan
150 100 50 0 0
24
48
72
96
120
144
168
192
216
240
264
288
312
336
360
384
408
JAM KE -
Gambar 3.8 Pasang surut Sungai Percut
Dengan konstanta yang didapatkan, dilakukan pula peramalan elevasi muka air untuk satu periode pasang surut yaitu selama 18.6 tahun. Hasil peramalan ini digunakan untuk menentukan nilai elevasi muka air penting pasang surut yang menjadi ciri khas suatu Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 9
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
lokasi. Adapun nilai elevasi muka air penting untuk ketiga lokasi pengamatan pasang surut ditunjukan pada Tabel 3.5, Tabel 3.6 dan Tabel 3.7. Tabel 3.5 Elevasi Muka Air Penting di S. Koala Besar
Elevasi Muka Air Hingest Water Spring (HWS) Mean High Water Spring(MHWS) Mean High Water Level (MHWL) Mean Sea Level (MSL) Mean Low Water Level (MLWL) Mean Low Water Spring (MLWS) Lowest Water Spring (LWS)
Bacaan Peilschaal = = = = = = =
386.87 307.49 264.28 217.28 169.22 116.39 53.69
Elevasi
(+) 3.33 2.54 2.11 1.64 1.16 0.63 0.00
Tabel 3.6 Elevasi Muka Air Penting di S. Belawan
Elevasi Muka Air Hingest Water Spring (HWS) Mean High Water Spring(MHWS) Mean High Water Level (MHWL) Mean Sea Level (MSL) Mean Low Water Level (MLWL) Mean Low Water Spring (MLWS) Lowest Water Spring (LWS)
Bacaan Peilschaal = = = = = = =
321.217 240.053 191.618 142.107 91.210 28.764 -19.904
Elevasi
(+) 3.41 2.60 2.12 1.62 1.11 0.49 0.00
Tabel 3.7 Elevasi Muka Air Penting di S. Percut
Elevasi Muka Air Hingest Water Spring (HWS) Mean High Water Spring(MHWS) Mean High Water Level (MHWL) Mean Sea Level (MSL) Mean Low Water Level (MLWL) Mean Low Water Spring (MLWS) Lowest Water Spring (LWS)
Bacaan Peilschaal = = = = = = =
294.40 246.74 196.70 154.89 113.33 67.42 29.74
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
Elevasi
(+) 2.65 2.17 1.67 1.25 0.84 0.38 0.00
3- 10
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
3.4.2
Gelombang
Gelombang yang terjadi di sepanjang garis pantai Belawan berasal dari gelombang laut dalam dari arah utara ke timur laut, yang dibangkitkan sesuai fetch di perairan Selat Malaka. Gelombang ini terjadi pada saat muson timur laut yang terjadi dari November hingga Maret. Gelombang ini merupakan gelombang signifikan yang merupakan penyebab utama terjadinya sedimentasi di pintu masuk alur pelayaran Belawan. Informasi gelombang disajikan dalam bentuk waverose seperti yang terlihat pada Gambar 3.9.
PROSENTASE DISTRIBUSI ARAH TERHADAP KEJADIAN GELOMBANG TAHUN 1992-2001 LOKASI PELABUHAN BELAWAN
U BL
TL
B
T
TG
BD S
Gambar 3.9 Waverose di Pelabuhan Belawan
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 11
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
3.4.3
Sedimen Layang dan Sedimen Dasar
Sampel sedimen di ambil dari 23 lokasi (Gambar 3.10). Sampel sedimen layang yang telah diambil dianalisis di laboratorium untuk mendapatkan kandungan dan konsentrasi TSS maupun TDS, juga turbiditas dan salinitas. Tabel 3.8 menunjukan hasil analisis laboratorium sedimen layang.
Gambar 3.10 Lokasi pengukuran arus dan pengambilan sampel air dan sedimen
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 12
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
Tabel 3.8 Hasil analisis laboratorium sedimen layang
Analisis No
Kode Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Lok-1 Lok-2 Lok-3 Lok-4 Lok-5 Lok-6 Lok-7 Lok-8 Lok-9 Lok-10 Lok-11 Lok-12 Spring Lok-12 Neap Lok-13 Lok-14 Lok-15 Lok-16 Lok-17 Lok-18 Lok-19 Lok-20 Lok-21 Lok-22
TDS ( mg/l ) 35372.5 38200 18907.5 30327.5 24570 265222.5 31725 25825 35200 41200 19040 17848.75 19860 14272.5 11675 16120 14250 16087.5 13440 20577.5 21995 16775 16452.5
TSS ( mg/l ) 20.915 5.5 1 3.75 67 20 3 25.5 59 33 27.75 47.875 59.5 70 122 13.75 77 97.25 41.75 116.25 30.25 21.75 42.25
Turbidity ( NTU ) 0.675 0.005 0.35 2.675 14.075 3.525 1 7.55 17.5 11 6.5 10.3625 16.675 25.75 48.25 7.925 23 35.25 71.25 48.75 63.75 17.85 35.75
Salinitas ( O/oo ) 32.975 32.175 17.1 23.55 24.75 20.6 30.775 21.15 32.925 39.35 16.55 15.575 20.325 13.85 9.75 8.675 12.375 13.85 11.425 13.625 19.675 14.5 13.975
Sampel sedimen dasar dianalisis di laboratorium untuk mendapatkan kurva distribusi ukuran partikel (grainsize) dan juga parameter-parameter seperti specific gravity dan juga Cc dan Cu. Hasil analisis tersebut akan digunakan untuk mengklasifikasikan jenis tanah berdasarkan klasifikasi tanah USDA pada Gambar 3.11 dan juga untuk mendapatkan ukuran partikel d50.
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 13
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
Gambar 3.11 Klasifikasi tanah berdasarkan USDA
Rekapitulasi hasil analisis sampel sedimen dasar disajikan pada Tabel 3.9.
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 14
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
Tabel 3.9 Hasil analisis laboratorium sedimen dasar
Sample No.
:
PASSING # 200 Gravel Sand Silt Clay Specific gravity (Gs) Sample No.
% % % % %
:
PASSING # 200 Gravel Sand Silt Clay Specific gravity (Gs) Sample No.
% % % % %
:
PASSING # 200 Gravel Sand Silt Clay Specific gravity (Gs) Sample No.
% % % % %
:
PASSING # 200 Gravel Sand Silt Clay Specific gravity (Gs) Sample No. PASSING # 200 Gravel Sand Silt Clay Specific gravity (Gs)
% % % % %
: % % % % %
1
2
3
4
5
51.56 4 45 44 8 2.607
70.46 8 21 56 14 2.592
93.09 0 7 58 36 2.636
95.07 0 5 58 37 2.627
89.75 0 10 62 28 2.624
6
7
8
9
10
97.85 0 2 56 42 2.597
50.17 0 50 43 7 2.618
87.87 3 9 64 24 2.612
93.93 1 5 59 35 2.623
32.69 14 54 30 3 2.602
11
12
13
14
15
19.16 2 79 19 0 2.664
59.27 18 23 49 11 2.655
3.81 1 96 4 0 2.636
34.14 4 62 32 3 2.710
32.78 2 66 28 5 2.609
16
17
18
19
20
67.41 5 28 59 9 2.614
43.67 19 38 39 4 2.615
20.45 6 74 20 0 2.673
37.63 2 61 35 3 2.667
6.17 1 93 6 0 2.691
21
22
23
98.72 0 1 57 42 2.560
78.55 3 19 62 17 2.538
94.14 1 5 61 33 2.548
S. Deli S. Nonang 17.95 0 82 18 0 2.724
70.42 1 29 59 11 2.573
Hasil analisis butiran (d50) di setiap stasiun berkisar antara 0,0058 mm sampai dengan 0.2753 mm, material dasar perairan pelabuhan pada umumnya tanah liat berpasir.
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 15
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
3.5
DATA HIDROMETRI
3.5.1
Arus
Tujuan pengukuran arus adalah untuk mendapatkan besaran kecepatan dan arah arus. Hal ini sangat berguna dalam penentuan sifat dinamika perairan lokal. Titik lokasi dari survei pengukuran arus ini disesuaikan dengan kondisi oceanography lokal, dimana arus mempunyai pengaruh yang sangat penting. Dalam pengukuran arus, yang dilakukan adalah pengukuran distribusi kecepatan. Dalam hal ini pengukuran dilakukan pada beberapa kedalaman dalam satu penampang, yaitu pada kedalaman 0.2d, 0.6d, dan 0.8d. Kecepatan arus rata-rata pada suatu penampang yang besar dihitung dengan persamaan: V = 0.25 ( v0.2d + 2.v0.6d + v 0.8d ) dimana : v0.2d
= arus pada kedalaman 0.2d
d
= kedalaman lokasi pengamatan arus.
Data arus yang digunakan pada kajian ini merupaka hasil pengukuran arus secara simultan pada lokasi 12. Lokasi titik pengukuran arus dapat dilihat pada Gambar 3.10. Hasil pengukuran arus simultan disajikan pada Tabel 3.10 dan Tabel 3.11 serta Gambar 3.12 dan Gambar 3.13.
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 16
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
Tabel 3.10 Kecepatan dan arah arus lokasi 12 (neap)
Data Kec. & Arah Arus Lokasi 12 No Kec.Rata2 (m/det) 0,2D 0 0.27 240 1 0.34 210 2 0.45 220 3 0.41 200 4 0.45 230 5 0.27 230 6 0.17 10 7 0.56 20 8 0.52 30 9 0.41 40 10 0.52 60 11 0.39 30 12 0.30 180 13 0.40 240 14 0.49 260 15 0.41 170 16 0.38 180 17 0.40 190 18 0.34 220 19 0.22 220 20 0.46 40 21 0.43 20 22 0.23 30 23 0.33 40 24 0.09 20 25 0.31 220 26 0.46 220 27 0.43 200 28 0.43 240 29 0.25 210 30 0.21 10 31 0.45 40 32 0.21 40 33 0.43 30 34 0.43 40 35 0.44 20
Arah (o) 0,6D 210 180 210 210 210 240 40 40 10 20 40 40 160 100 220 160 190 200 260 260 50 40 10 20 40 240 200 220 230 230 30 30 60 10 20 40
0,8D 220 220 200 230 200 210 30 30 20 10 30 20 170 220 180 190 200 180 240 240 30 40 20 10 30 200 210 210 210 240 40 20 20 20 30 10
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 17
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
Gambar 3.12 Kecepatan & arah terhadap waktu di lokasi 12 (neap) pada 0.2d, 0.6d, 0.8d
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 18
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
Tabel 3.11 Kecepatan dan arah arus lokasi 12 (spring)
Data Kec. & Arah Arus Lokasi 12 No Kec.Rata2 (m/det) 0,2D 0 0.52 10 1 0.25 20 2 0.10 40 3 0.14 240 4 0.30 230 5 0.34 210 6 0.24 230 7 0.18 220 8 0.17 40 9 0.37 20 10 0.37 40 11 0.23 20 12 0.21 40 13 0.22 30 14 0.39 220 15 0.20 210 16 0.22 260 17 0.37 260 18 0.32 230 19 0.30 210 20 0.27 240 21 0.38 230 22 0.47 10 23 0.45 30 24 0.45 20 25 0.29 40 26 0.21 10 27 0.23 220 28 0.36 210 29 0.46 240 30 0.32 240 31 0.22 220 32 0.22 70 33 0.25 80 34 0.42 60 35 0.23 20
Arah (o) 0,6D 30 40 10 210 210 240 220 210 60 40 20 10 50 40 240 230 280 240 220 230 220 210 30 10 40 10 40 200 240 230 220 210 50 100 40 40
0,8D 40 10 30 200 240 230 200 240 80 30 10 40 20 10 250 240 250 250 240 220 210 240 20 40 30 50 30 210 250 220 250 200 60 90 30 30
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 19
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
Gambar 3.13 Kecepatan & arah terhadap waktu di lokasi 12 (spring) pada 0.2d, 0.6d, 0.8d
Di Sungai Belawan arus maksimum pada waktu pengukuran terjadi pada saat neap di titik 12 sebesar 0.56 m/detik, sedangkan arus minimum di titik 12 sebesar 0.09 m/detik. Arus maksimum yang terjadi pada waktu pengukuran saat spring di titik 12 sebesar 0.52 m/detik sedangkan arus minimum di titik 12 sebesar 0.10 m/detik. 3.5.2
Debit Sungai
Alur Pelabuhan Belawan terdapat di lokasi bermuaranya dua buah sungai, yaitu sungai Belawan dan Deli. Oleh karena itu, data debit aliran dan konsentrasi sedimen dari kedua sungai tersebut dapat dijadikan syarat batas dalam pemodelan matematika. Pada Gambar 3.14 dan Gambar 3.15 ditampilkan debit aliran dan debit sedimen pada kedua
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 20
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
sungai tersebut yang merupakan hasil pemodelan daerah aliran sungai pada studi sebelumnya. 250
Debit aliran (m 3/detik)
200
150
Sungai Deli Sungai Belawan 100
50
0 0
720
1440
2160
2880
3600
4320
5040
5760
6480
7200
7920
8640
Waktu (jam)
Gambar 3.14 Debit Aliran Sungai Belawan dan Deli untuk Periode 1 Tahun
0.9
Konsentrasi Sedim en (kg/m 3)
0.8 0.7 0.6 0.5
Sungai Deli
0.4
Sungai Belawan
0.3 0.2 0.1 0 0
720
1440
2160
2880
3600
4320
5040
5760
6480
7200
7920
8640
Waktu (jam)
Gambar 3.15 Konsentrasi Sedimen Tersuspensi Sungai Belawan dan Deli untuk Periode 1 Tahun
3.6
PENGERUKAN
Sungai Belawan membawa sedimen dalam jumlah yang banyak yang terendapkan di sepanjang pantai dan muara. Alur masuk pelabuhan Belawan dan Kolam Citra mempunyai kadar sedimentasi yang tinggi, sehingga diperlukan pemeliharaan yang berupa pengerukan berkala sebanyak 2 kali setahun untuk alur pelayaran dan 1 kali setahun untuk kolam pelabuhan. Pengerukan selalu diawali dengan survey bathimetri dengan cara sounding alur dan kolam pelabuhan yang disebut dengan istilah
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 21
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
predredging, untuk mengetahui volume sedimen yang akan dikeruk. Setelah pengerukan juga dilakukan sounding sebagai prosedur pemeriksaan yang disebut dengan istilah final sounding. Potongan melintang as saluran predredging dan final sounding tahun 1992 – 1996 untuk alur pelayaran disajikan dalam Gambar 3.16. Data rekapitulasi volume hasil pengerukan alur dan kolam pelabuhan untuk periode terdahulu, tahun 1979 – 1990 disajikan dalam Tabel 3.12. Tabel 3.12 Volume pengerukan alur dan kolam pelabuhan periode tahun 1979 - 1990
ALUR PELAYARAN BELAWAN NO TAHUN
KOLAM PELABUHAN
VOLUME KEDALAMAN NO TAHUN KERUK ( M. LWS ) ( M3 ) III IV V VI 3,360,445.0 -9.0 1 79
VOLUME KEDALAMAN KERUK ( M. LWS ) ( M3 ) VII VIII 178,000.0 -7 s/d -9
I 1
II 79
2
80
3,510,000.0
-9.0
2
80
250,060.0
-7 s/d -9
3
81
3,600,000.0
-9.0
3
81
449,815.0
-7 s/d -9
4
82
3,700,000.0
-9.0
4
82
292,800.0
-7 s/d -9
5
83
3,515,000.0
-10.0
5
83
582,775.0
-7 s/d -9
6
84
3,100,000.0
-10.0
6
84
176,500.0
-7 s/d -9
7
85
2,576,585.0
-10.0
7
85
56,004.0
-7 s/d -9
8
86
1,657,573.0
-9.5
8
86
237,014.0
-7 s/d -11
9
87
1,600,000.0
-9.5
9
87
85,714.0
-7 s/d -11
10
88
1,500,000.0
-9.5
10
88
185,000.0
-7 s/d -11
11
89
2,100,000.0
-9.5
11
89
190,000.0
-7 s/d -11
2,500,000.0 32,719,603.0
-9.5
12
90
178,000.0 2,861,682.0
-7 s/d -11
12 90 Total volume yang telah dikeruk
Untuk periode terdahulu 1979 – 1990 terlihat bahwa volume pengerukan untuk alur pelayaran relatif besar sampai dengan tahun 1984, hal ini dapat dipahami karena pada periode ini merupakan tahap pengembangan Pelabuhan Belawan. Pada periode ini terdapat butiran-butiran sedimen dalam jumlah besar yang dihasilkan dari konstruksi fisik pelabuhan yang terutama berupa reklamasi (Terminal Peti Kemas, Gabion). Setelah Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 22
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
reklamasi selesai, volume sedimentasi relatif berkurang, akan tetapi semakin meningkat seiring asumsi dengan perubahan tata guna lahan di sekitar hulu Pelabuhan Belawan dan perairan sekitarnya. Volume sedimen di kolam pelabuhan polanya sejalan dengan peningkatan sedimentasi pada alur., akan tetapi setelah tahun 1984 volume sedimentasi relatif fluktuatif, terutama terjadi peningkatan volume keruk pada tahun 1986 yang mungkin diakibatkan karena pemeliharaan akibat sedimentasi pada tahun 1985 yang kurang memenuhi persyaratan draft kapal atau perluasan kolam pelabuhan. Data rekapitulasi volume hasil pengerukan alur dan kolam pelabuhan periode terbaru untuk tahun 1997 – 2002 disajikan dalam Tabel 3.13 . Tabel 3.13 Volume pengerukan alur dan kolam pelabuhan periode tahun 1997-2002
ALUR PELAYARAN BELAWAN NO TAHUN
KOLAM PELABUHAN
VOLUME NO TAHUN KERUK ( M3 ) III V VI 1,800,000.0 1 79
VOLUME KERUK ( M3 ) VII 187,113.0
I 1
II 1997
2
1998
1,681,102.0
2
80
347,151.0
3
1999
800,000.0
3
81
203,426.0
4
2000
780,332.0
4
82
249,296.0
5
2001
818,915.0
5
83
238,493.0
6
2002
1,224,802.0
6
84
209,850.0
Total volume yang telah dikeruk
7,105,151.0
1,435,329.0
Untuk periode terbaru 1997 – 2002 terlihat bahwa volume pengerukan di alur pelayaran relatif sama dengan periode akhir tahun 1979-1990. Terlihat bahwa telah terjadi penurunan jumlah sedimentasi selama 3 tahun dari tahun 1999 – 2001, dan meningkat lagi pada tahun terakhir masa ini. Pada periode ini volume sedimen di kolam pelabuhan relatif stabil.
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 23
Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian
0
400
800
1200
1600
2000
2400
2800
3200
3600
4000
4400
4800
5200
5600
6000
6400
6800
7200
7600
8000
8400
8800
9200
9600
10000 10400 10800 11200 11600 12000 12400 12800 13200
0
2
Jan-94 Jan-93 Okt 95 Jun-96 Mar-96 Jun-95 Jan-95 Jun-94 Jan-96 Jul-93
4
6
8
10
12
14
Gambar 3.16 Profil Memanjang As Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan berdasarkan Pre Dredge Sounding Tahun 1993 -1996, dan final Sounding Tahun 1993 – 1996 (dalam meter; sumbu y adalah kedalaman dari LWS, sumbu x adalah alur dari station 0)
Dengan jika kedalaman alur pelayaran yang diperlukan sebesar –10 mLWS terlihat bahwa pada beberapa bagian alur relatif memerlukan pengerukan yang cukup dalam, s/d ∼2 meter.
Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan
3- 24