LATIHAN ASERTIF BAGI SISWA KORBAN BULLYING DI SEKOLAH Dosi Juliawati Institut Agama Islam Negeri Kerinci Email:
[email protected] Abstrak Bullying merupakan istilah untuk tindakan kekerasan atau penindasan yang dilakukan oleh pihak yang lebih kuat baik dari segi umur, kekuatan, kekuasaan kepada pihak yang lemah. Bentuk dari perilaku bullying yaitu bullying fisik, bullying verbal dan bullying mental/psikologis yang dapat berdampak buruk kepada korbannya, seperti lebam, luka, sakit, penakut, dan lain sebagainya dan untuk jangka panjang yaitu terganggunya kondisi psikologis dan penyesuaian sosial yang buruk. Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor memiliki peranan penting dalam mencegah dan menanggulangi bullying di sekolah salah satunya dengan latihan asertif. Kata Kunci: Latihan asertif, bullying Masalah yang sering diberitakan di
PENDAHULUAN Sekolah merupakan salah satu institusi
media masa seperti tauran antar pelajar, guru
yang menjadi ujung tombak keberhasilan atau
memukul peserta didik, senior menindas
kegagalan
pencapaian
junior, pelecehan seksual, senior menghukum
nasional.
Pendidikan
tujuan
pendidikan untuk
junior dengan push up dan masih banyak lagi
didik
yang lainnya. Menurut Beane (2008) “The
sehingga menjadi manusia yang beriman dan
term bullying describes wide range of
bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
behaviors that can have an impact on a
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
person's
negara yang bertanggungjawab (UU No. 20
relationships, reputation and social status”.
tahun 2003: Pasal 3). Untuk bisa mewujudkan
Istilah bullying menggambarkan berbagai
itu,
perilaku
mengembangkan
tentunya
mempengaruhi
bertujuan
potensi
banyak kelancaran
peserta
faktor
yang
pelaksanaan
property,
yang
kepemilikan
dapat
seseorang,
body,
feelings,
berdampak fisik,
pada
perasaan,
program pendidikan di sekolah. Apalagi
hubungan, reputasi dan status sosial. Korban
sekolah sebagai wadah yang menampung
bullying biasanya tidak memiliki daya atau
beragam peserta didik dari berbagai latar
kekuatan
belakang berbeda, hal ini memungkinkan
mempertahankan dirinya karena lemah secara
mereka membawa berbagai permasalahan ke
fisik atau mental, hal ini akan memicu
sekolah yang akan mengganggu kegiatan
terjadinya stres karena rasa takut yang luar
belajarnya.
biasa.
untuk
membela
atau
Seperti yang terjadi di SMA 46
oleh siswa kelas 1 yang dianiaya oleh siswa
Jakarta pada hari Sabtu tanggal 17 Februari
kelas 3. Korban bullying diperlakukan tidak
2010 terjadi tindakan bullying yang dialami
sopan
oleh
seniornya
seperti
meludahi, 1
menendang motor korban dan lebih parahnya
Nasel dkk, terungkap bahwa sebanyak 17%
korban
helm,
siswa menjadi korban bullying dan 19%
ditendang di punggung, dan lima sundukan
mengaku menjadi pelaku bullying terhadap
rokok di lengan kanannya. Hal ini membuat
temannya, kemudian 6% yang melaporkan
korban trauma dan memilih untuk home
menjadi pelaku sekaligus korban bullying (Ida
schooling. Seterusnya kejadian bullying di
Novianti, 2008).
bullying
dipukul
pakai
SMA 70 Jakarta yang terjadi pada bulan April
Jika
tindakan
bullying
ini
terus
2010, korban bullying dianiaya hanya karena
dibiarkan, maka besar kemungkinan tujuan
tidak memakai baju kaos dalam saat ke
pendidikan yang tertera di Undang-Undang
sekolah, korban bullying di pukuli hingga
Republik Indonesia akan sangat sulit dicapai,
lebam ditubuhnya. Kemudian pada hari
untuk itu dibutuhkan kerja sama dari berbagai
Kamis pada tanggal 27 Juli 2012 terjadi kasus
pihak untuk memberantas atau mencegah
bullying di SMA Don Bosco Pondok Indah
tindakan
Jakarta. Korban bullying dipukul dan disundut
masyarakat, pihak sekolah, orang tua, dan
rokok
siswa. Salah satu pihak sekolah yang sangat
oleh
seniornya
(Sumber:
http://forum.detik.com)
bullying
seperti
pemerintah,
berperan dalam mencegah dan mengentaskan
Kasus bullying yang dimuat di forum
tindakan bullying yaitu guru BK/Konselor.
detik.com hanya sebagian kecil yang sudah
Guru BK/Konselor mempunyai peran penting
terungkap, karena masih banyak kejadian
dalam
bullying terjadi di sekolah-sekolah yang
tindakan bullying di sekolah salah satunya
belum terungkap atau muncul ke publik.
dengan cara latihan asertif bagi siswa korban
Kasus bullying yang banyak terungkap adalah
bullying.
menanggulangi
atau
mencegah
bullying yang bersifat fisik, sebab dampaknya bisa langsung terlihat sedangkan yang bersifat
BULLYING
psikis dan verbal sulit untuk dilacak atau
Ada empat unsur yang terdapat dalam
dilihat dampaknya secara nyata. Hal ini
bullying dan selalu melibatkan tiga unsur
ditunjang dengan penelitian yang dilakukan
yaitu (1) ketidakseimbangan kekuatan, (2)
oleh
niat untuk menciderai, (3) ancaman agresi
Dorothy
Espelage,
mengungkapkan
bahwa fenomena bullying telah menggejala
lebih lanjut,, (4) teror
(Colorosa, 2007).
secara umum pada siswa. Perilaku bullying
Bullying bisa saja dilakukan oleh orang yang
dilakukan antar sesama mereka dan ada juga
lebih tua, lebih besar, dan lebih kuat karena
yang ikut-ikutan. Artinya, mereka dipaksa
bullying bukan perkelahian yang melibatkan
oleh temannya karena takut untuk melawan
dua pihak yang memiliki kekuatan seimbang.
kehendak kelompok gengnya. Selanjutnya
Perilaku bullying biasanya menyebabkan
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tonja
timbulnya kepedihan emosional, luka fisik, 2
dan bisa kedua-duanya (kepedihan emosional
lingkungannya; (2) anak termuda di sekolah;
dan luka fisik). Pelaku akan merasa senang
(3) anak yang pernah mengalami trauma; (4)
ketika melihat korban menderita. Bullying
anak penurut; (5) anak yang perilakunya
tidak terjadi hanya sekali, pelaku dan korban
dianggap mengganggu orang lain; (6) anak
mengetahui bahwa tindakan bullying itu bisa
yang tidak mau berkelahi; (7) anak yang
terjadi
dan
pemalu; (8) anak yang miskin atau kaya; (9)
semakin meningkat, jika semua hal itu terjadi
anak yang ras suku etnisnya dipandang
maka akan muncul teror. Ketika teror yang
inferior
dilancarkan
tepat
agamanya di pandang inferior oleh pelaku;
mengenai korbannya maka teror bukan hanya
(11) anak yang cerdas, berbakat atau memiliki
menjadi cara untuk mencapai tujuannya,
kelebihan; (12) anak gemuk atau kurus; (13)
sekali teror tercipta, pelaku bullying dapat
anak yang memiliki ciri fisik yang berbeda
bertindak
dengan orang lain; dan (14) anak yang berada
berulang-ulang,
oleh
tanpa
tanpa
pelaku
merasa
henti
bullying
takut
adanya
pembalasan dari korbannya
oleh
pelaku;
(10)
anak
yang
di tempat yang keliru pada saat yang salah
Tindakan bullying mempunyai tiga karakteristik yang terintegrasi yaitu: (1)
(Colorosa, 2007). Secara
umum,
bullying
dapat
adanya perilaku agresi yang menyenangkan
dikelompokkan pada tiga kategori yaitu, (1)
pelaku untuk menyakiti korban, (2) tindakan
bullying fisik, (2) bullying verbal, dan (3)
itu dilakukan secara tidak seimbang sehingga
bullying mental/psikologis. Bullying fisik
menimbulkan rasa tertekan pada korban, dan
merupakan jenis bullying yang bisa dilihat
(3) perilaku itu dilakukan secara berulang dan
secara kasat mata. Siapapun bisa melihatnya
terus-menerus (Rigby dalam Astuti, 2008).
karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku
Pelaku bullying biasanya akan sangat senang
bullying
apabila
korbannya
memukul, mendorong, mencekik, menggigit,
menderita olehnya, mereka akan merasa
menampar, menendang, meninju, mengunci
memiliki kepuasan batin atau kesenangan hati
seseorang dalam ruangan, mencubit, merusak
apabila dapat menyakiti korbannya. Biasanya
pakaian/property
pelaku bullying adalah orang atau sekelompok
menodongkan
orang yang lebih kuat, dalam artian tindakan
melempar
bullying dilakukan secara tidak seimbang
menghukum dengan cara push up, menarik
sampai korban bullying merasa tertekan,
baju, menjewer, menyenggol, menghukum
sehingga pelaku bullying bisa melakukannya
dengan cara membersihkan WC, memeras
secara berulang-ulang dan terus menerus.
dan merusak barang orang lain (Yayasan
melihat
target
atau
Karakteristik anak yang rentan menjadi
dengan
korbannya,
pribadi, senjata,
dengan
seperti:
mencakar,
menginjak barang,
kaki,
meludahi,
Semai Jiwa Insani, 2008).
korban bullying yaitu, (1) anak yang baru di 3
Banyak faktor yang mempengaruhi
sebagainya. Faktor biologis juga bisa menjadi
terjadinya bullying. Beane (2008:) menjelaskan
salah satu penyebab anak menjadi korban
kemungkinan penyebab terjadinya bullying
bullying seperti anak yang memiliki silsilah
yaitu:
keturunan
1.
physical influences,
mengolok-oloknya karena ia berbeda dengan
2.
biological factors,
yang lainnya. Lingkungan mempengaruhi
3.
temperament,
perkembangan anak, mereka banyak belajar
4.
social influences,
dari lingkungan seperti lingkungan keluarga,
5.
learned preferences,
sekolah, sosial dan masyarakat. Jika anak
6.
belief in one’s own superiority,
dibesarkan di lingkungan yang buruk dan
7.
violence, aggression, and conflict in the
sudah menganggap biasa kejadian bullying,
media,
maka kecenderungan anak akan meniru dan
8.
sport violence,
tindakan/perilaku
9.
prejudice,
lingkungan sosialnya karena hal ini akan
bisu,
teman-temannya
yang
akan
ditampilkan
di
10. jealousy,
memungkinkan si anak ingin mempelajari
11. protecting one’s image,
bullying dalam artian ingin tahu lebih banyak
12. fear,
tentang bullying sehingga membuat mereka
13. self-centeredness, lack of sensitivity, and
mencoba untuk melakukannya.
desire for attention,
Selanjutnya
Riauskina
mengemukakan
15. poor family environment,
penyebab terjadinya bullying di sekolah yaitu
16. never being told not bully,
(1) perilaku bullying merupakan tradisi turun-
17. poor self-esteem,
temurun dari senior (senioritas), (2) balas
18. reaction to tension,
dendam karena dulu pernah diperlakukan
19. seeing aggression allowed and rewarded,
sama (menurut korban laki-laki), (3) ingin
20. desire for control and power,
menunjukkan kekuasaan, (4) marah karena
21. oor neighborhood and community values,
korban tidak berperilaku sesuai dengan yang
22. poor school environment. Anak-anak yang memiliki kekurangan
diharapkan,
(5)
ada
(2005)
14. group mentality,
and
bahwa
dkk
mendapatkan
beberapa
kepuasan
(menurut korban perempuan), (6) perilaku dianggap
tidak
sopan
menurut
ukuran
secara fisik cenderung menjadi korban bullying
kelompok tertentu. Ada juga korban yang
seperti anak-anak yang badannya terlalu
mempersepsikan
gemuk, anak yang tinggi badannya tidak sama
korban bullying karena berpenampilan norak,
dengan teman-temannya yang lain seperti
tidak
dirinya
berperilaku
sendiri
sesuai
menjadi
dengan
badan yang pendek, anak yang cacat dan 4
kelompok/komunitas, perilaku dianggap tidak
Jujur berarti pernyataan dan gerak-geriknya
sopan dan tidak sesuai dengan tradisi.
sesuai
Selanjutnya
apa
yang diarahkannya.
(2007)
Sedangkan pada tempatnya berarti perilaku
menyebutkan beberapa karakteristik anak
tersebut juga memperhitungkan hak-hak dan
yang rentan menjadi korban bullying yaitu:
perasaan orang lain serta tidak melulu
1.
anak yang baru di lingkungannya;
mementingkan dirinya sendiri.
2.
anak termuda di sekolah;
3.
anak yang pernah mengalami trauma;
kejujuran, yaitu cara hidup atau bentuk
4.
anak penurut;
komunikasi yang berlaskan kepada kejujuran
5.
anak
yang
Colorosa
dengan
Inti
perilakunya
dianggap
dari
perilaku
asertif
adalah
dari hati yang paling dalam sebagai bentuk
mengganggu orang lain;
penghargaan pada orang lain, dalam cara-
6.
anak yang tidak mau berkelahi;
cara yang positif dan menetap, yang dicirikan
7.
anak yang pemalu;
dengan kemampuan untuk mengekspresikan
8.
anak yang miskin atau kaya;
diri tanpa
9.
anak yang ras suku etnisnya dipandang
menyingung, atau menyakiti perasaan orang
inferior oleh pelaku;
lain, mampu mengntrol perasaan diri sendiri
10. anak yang agamanya di pandang inferior
menghina, melukai,
mencerca,
tanpa rasa takut dan marah
oleh pelaku;
Manfaat latihan asertif bagi siswa
11. anak yang cerdas, berbakat atau memiliki kelebihan;
korban bullying yaitu membantu siswa korban bullying
yang
(a)
tidak
mampu
12. anak gemuk atau kurus;
mengungkapkan kemarahan dan perasaan
13. anak yang memiliki ciri fisik yang
tersinggung; (b) menunjukkan kesopanan
berbeda dengan orang lain; dan
yang berlebihan dan selalu mendorong orang
14. anak yang berada di tempat yang keliru
lain
untuk
mendahuluinya; (c) memiliki
kesulitan untuk mengatakan “tidak”; (d)
pada saat yang salah.
mengalami kesulitan untuk mengungkapkan LATIHAN
ASSERTIF
BAGI
SISWA
afeksi dan respon-respon positif lainnya merasa tidak punya hak untuk memiliki
KORBAN BULLYING Menurut Corey (2007) perilaku asertif
perasaan-perasaan
dan
pikiran-pikiran
adalah ekspresi langsung, jujur, dan pada
sendiri (Corey, 2007). Selanjutnya Lazarus
tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan,
(dalam Nursalim, 2005) tujuan latihan asertif
atau hak-hak seseorang tanpa kecemasan yang
adalah untuk mengoreksi perilaku yang tidak
beralasan. Langsung artinya
layak
pernyataan
dengan
respon-respon
tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-
emosional
belit
irasional. Jadi, dengan latihan asertif siswa
dan
dapat
terfokus dengan
benar.
dan
mengubah
mengeliminasi pemikiran 5
korban bullying mampu mengungkapkan dan
6.
Mampu untuk meminta
tolong
pada
menunjukkan sikap tidak suka akan tindakkan
orang lain pada saat kita memang
bullying dan mampu menghadapinya dengan
membutuhkan pertolongan.
baik,
hingga
mereka
mampu
untuk
7.
menghindar dari tindakan bullying.
Mampu
mengekspresikan
kemarahan,
ketidaksetujuan, perbedaan pandangan
Secara umum, orang yang asertif dicirikan dengan sikapnya yang terbuka,
secara proporsional. 8.
jujur, sportif, adaptif, aktif, positif, dan penuh
Tidak mudah tersinggung, sensitif, dan emosional.
penghargaan terhadap diri sendiri maupun
9.
Terbuka untuk ruang kritik.
orang lain. Jika hal ini sudah di miliki oleh
10. Mudah
berkomunikasi,
hangat,
dan
siswa korban bullying, maka diharapkan
menjalin hubungan sosial dengan baik.
mereka tidak lagi menjadi korban dari
11. Mampu memberikan pandangan secara
tindakan bullying yang dilakukan oleh teman-
terbuka terhadap
temannya di sekolah. Menurut Sunardi (2010)
sepaham.
ciri-ciri orang asertif yaitu: 1.
Mampu
hal-hal
yang
tidak
12. Mampu meminta bantuan, pendapat,
mengekspresikan
pikiran,
perasaan, dan kebutuhan dirinya, baik
atau
pandangan
orang
lain
ketika
sedang menghadapi masalah.
secara verbal maupun non verbal secara bebas, tanpa perasaan takut, cemas, dan khawatir. 2.
Bullying merupakan masalah yang
Mampu menyatakan “tidak” pada hal-hal
serius yang dapat mengakibatkan trauma bagi
yang memang dianggap
para korbannya, baik secara psikologis, fisik,
tidak
sesuai
dengan kata hati atau nuraninya. 3.
4.
Mampu menolak
dapat menyebab terjadinya bullying, jika
dianggap tidak masuk akal, berbahaya,
dikelompokkan secara umum maka dapat
negatif, tidak diinginkan, atau dapat
dibagi menjadi tiga bagian yaitu latar
merugikan orang lain.
belakang keluarga, pribadi individu dan
Mampu untuk
permintaan
sosial dan akademis. Banyak faktor yang yang
terbuka,
5.
PENUTUP
berkomunikasi
secara
langsung, jujur, terus terang
lingkungan
sekitar
seperti
sekolah,
masyarakat, teman dan sosial. Bullying dapat
sebagaimana mestinya
terjadi dalam berbagai bentuk yaitu fisik,
Mampu menyatakan perasaannya secara
verbal dan psikologis/mental. Semua bentuk
jelas, tegas, jujur, apa adanya, dan
bullying tersebut akan berdampak negatif
sopan.
kepada korbannya. Dampak yang terlihat jelas yaitu bullying fisik, karena bisa dilihat langsung seperti lebam, luka, sakit, dan lain 6
sebagainya. Sedangkan bullying verbal dan
dengan mengadakan latihan asertif. Kemudian
psikologis akan terlihat pada jangka panjang
melakukan kalobarasi dengan orang tua,
yaitu terganggunya kondisi psikologis dan
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru
penyesuaian sosial yang buruk.
mata pelajaran dan termasuk warga sekolah di
Dari paparan di atas, maka diharapkan
sekitarnya untuk menyediakan pengawasan
kepada guru BK/Konselor untuk berperan
yang baik untuk siswa sehingga sikap dan
dalam mencegah dan mengentaskan perilaku
perilakunya dapat dikontrol.
bullying yang ada di sekolah. Beberapa peran guru
BK/Konselor
yaitu
memberikan
pelayanan kepada siswa korban bullying
7
DAFTAR REFERENSI Astuti, R. P. 2008. Meredam Bullying (3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan pada Anak). Jakarta: Grasindo. Beane, A. L. 2008. Protect Your Child From Bullying. San Fransisco: Jossey-Bass. Colorosa, B. 2007. Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU). Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi. Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama. Ida Novianti. 2008. “Fenomena Kekerasan di Lingkungan Pendidikan”. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. Vol. 13 (2): 324 – 338. Nursalim, Mochamad. 2005. Strategi Konseling. Surabaya: Unesa University Press. Riauskina dkk. 2005. ”Gencet-gencetan” di Mata Siswa/Siswi Kelas 1 SMA: Naskah Kognitif Tentang Arti, Skenario, dan Dampak ”Gencet-Gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial, 12 (01): 1 – 13. Sunardi. 2010. “Latihan Asertif”. Makalah disajikan dalam Seminar PLB UPI Bandung, Bandung, 2010 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yayasan Semai Jiwa Insani. 2008. Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan. Jakarta: Grasindo. . 2012. Ini Dia 5 Kasus Bullying SMA di Jakarta. Diunduh di http://forum.detik.com tanggal 31 Oktober 2013.
8