Gereja Waldensis Pernahkan Anda mengenal sebutan Gereja Waldensis? Pasti ada yang pernah mendengar dan ada pula yang belum pernah mendengar. Gereja Waldensis ini secara umum merupakan persekutuan dari Gereja Protestan. Gereja Waldensis merupakan nama bagi sebuah golongan Kristen yang mengikuti aliran Petrus Waldo. Gerakan Gereja Waldensis atau Waldens ini muncul sekitar abad ke-12 di Lyon, Prancis. Gerakan ini muncul sebelum gerakan Reformasi Protestan dimulai. Oleh karena itu, gerakan Gereja Waldensis termasuk ke dalam gerakan pra-Reformasi.
Latar Belakang Gereja Waldensis Gerakan Waldens atau Gereja Gereja Waldensis muncul sebagai respons atas ketidaksetujuan dan penentangan mereka terhadap Gereja Katolik Roma yang terlalu feodal. Gereja Katolik dari Roma dianggap bersifat duniawi, dan terlalu berkuasa. Bagi kelompok Gereja Waldensis, praktik-praktik gereja Katolik yang terjadi pada saat itu tidak berdasarkan pada isi-isi Alkitab. Oleh karena itu, Kaum Waldens hadir sebagai kelompok penentang yang mengkritik keberadaan kaum gereja yang kaya raya pada saat itu. Menurut Kaum Waldens, gereja harus kembali kepada kebaradaannya seperti gereja-gereja yang ada di zaman gereja pada maa Rasul Petrus. Gerakan Gereja Waldensis dipelopori pada abad ke-12 oleh seorang saudagar kaya raya yang merupakan pedagang buah, sayur, dan kain dari Kota Lyon di Prancis. Saudagar kaya itu bernama Petrus Waldo atau Petrus Valdes. Oleh karena itu, nama sekte ini atau kelompok ini adalah Waldens. Nama itu diambil dari nama saudagar kaya raya tersebut, Petrus Waldo. Pembentukan Gereja Weldensis karena Petrus Waldo melihat dan menilai bahwa praktik-praktik yang dilaksanakan kaum gerejawi atau orang-orang kudus Katolik ada zamannya itu telah menyimpang dari ajaran dan isi Alkitab yang bersifat hakiki. Petrus Waldo menilai bahwa ajaran Katolik pada saat itu sangatlah duniawi. Praktik-praktik yang dimiliki kaum Katolik
yang ditentang Kaum Walden antara lain berdoa kepada orang kudus, pemujaan relikwi, mishnah, selibat, menolak sumpah dan penumpahan darah, ziarah, dan paraphernalia (seperti air suci dan pakaian rohaniawan gereja). Hal-hal tersebutlah yang dianggap tidak sealiran dengan ajaran yang diyakini oleh Petrus Waldo tersebut. Menurut kaum Waldens, hal itu dianggap tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Selain itu, Waldo melihat kehidupan gereja pada saat itu sangat tidak sesuai dengan kehidupan gereja pada masa awal adanya gereja mula-mula. Menurut Walden, gereja hidup di dalam kekayaan dan nafsu duniawi sehingga akan gagal dalam menggembalakan umat. Hal-hal tersebut pun membuat Kaum Waldens dari Lyon, Prancis muncul dan mengkritik kehidupan gereja pada saat itu. selain itu, kamu Waldens berpendapat bahwa kehidupan gereja seharusnya sesuai dengan kehidupan gereja pada masa awal gereja. Oleh karena itu, Kaum Waldens sangat menekankan hidup sederhana, berpakaian yang baik, dan percaya Alkitab. Oleh karena itulah, di dalam khotbah-khotbahnya, kaum Waldens selalu menyatakan “reinkarnasi gereja”, yang artinya kehidupan-kehidupan dalam gereja haruslah bereinkarnasi menjadi gereja-gereja pad awal ajaran Kristen terbentuk. Topik-topik yang berhubungan dengan fenomena kemiskinan menjadi fokus dari khotbah Gereja Waldensis. Gerakan ini dinyatakan di dalam pasar. Pernyataan mereka di pasar seperti berikut, “Kamu tidak dapat melayani Dua AIlah, Tuhan dan Mammon.” Dari pernyataan tersebut, dapat ditarik sebuah benang merah bahwa bahwa Kaum Waldens anti dengan kehidupan yang duniawi dan berusaha menjadi seorang yang kudus dan dekat dengan Tuhan.
Sikap Gereja Katolik Terhadap Kaum Waldens Munculnya gerakan Kaum Walden membuat Paus Aleksander II berang, sehingga Kaum Waldens dilarang untuk melakukan praktik khotbah, kecuali mendapat persetujuan dari imam setempat atau uskup setempat. Kaum Waldens berada di luar struktur Gereja
Katolik sehingga Kaum Waldens tidak mendapat pengakuan hirarkis dari Gereja Katolik. Pada 1207, kaum Waldens kembali lagi ke Gereja Katolik. Namun, perihal kembalinya Gereja Walden ke Gereja Katolik tidak berjalan mulus. Paus saat itu yang dijabat oleh Paus Innocentius II menawarkan kepada kaum Waldens sebuah tawaran yang cukup menurunkan martabat para kaum Wladens. Tawaran tersebut yaitu tunduk terhadap Gereja Katolik agar mereka diterima kembali dipangkuan Gereja Katolik. Dari penawaran tersebut, sebagian kaum Waldens pun memilih jalannya masing-masing. Sebagian kamu Waldens setuju dengan penawaran dari Paus Innocentius II. Dan sebagian yang lainnya oun tetap bersikeras dengan keyakinan ajaran Waldensnya. Seiring dengan banyaknya pertentangan dari kaum Waldens, pada 1214 Paus mengutuk Kaum Waldens sebagai kelompok yang sesat. Akhirnya, Kaum Waldens masuk ke dalam daftar pencarian Inkusisi saat itu. Inkusisi yang diterima oleh Kaum Waldens membuat mereka harus menghadapi pengadilan untuk menyingkirkan keberadaan mereka oleh Kaum Katolik. Kaum Waldens dipaksa harus memilih untuk bergabung dengan Kaum Katolik atau harus diadili karena ajaranya yang dianggap sesat. Setelah masuk Inkusisi, pada saat Reformasi Protestran muncul di Eropa pada abad 16, Kaum Waldens pun akhirnya bisa lepas. Kebebasan Kaum Waldens ini kemudian diwujudkan dengan bergabungnya Kaum Waldens dengan Gereja Protestan. Kaum Waldens kemudian meleburkan diri ke dalam Kelompok Calvinisme dan berpegang teguh pada ajaran Predestenasi. Sejak 1848, Kaum Waldens diberi kebebasan untuk membuka sebuah seminari di Firenxe, Italia. Seminari ini merupakan sebuah pendidikan agama Kristen, baik untuk pendidikan menjadi pendeta, maupun pendidikan menjadi seorang Pastor seperti halnya ajaran Katolik. Pada tahun 1855-1922, tempat seminari yang asalnya di Ferinxe, Italia dipindahkan ke Roma yang kemudian menjadi pusat Ajaran Agama Kristen di dunia.
Ajaran Waldens Ajaran Kaum Waldens adalah hidup miskin atau hidup sederhana. Kaum Walden ini menentang keras praktik-praktik gereja yang tidak didasarkan pada Alkitab, seperti berdoa kepada orang-
orang kudus, pemujaan relikwi, selibat, menolak sumpah, dan pekerjaan penumpahan darah. Nah, berikut ini karakteristik dari ajaran Kaum Waldens. Gaya komunal yang sederhana. Menekankan khotbah di bukit. Menginjinkan perempuan berkhotbah. Menyangkal Purgatory. Purgatory merupakan teologi Gereja Katolik Roma. Purgatory sendiri merupakan proses penyucian setelah penghakiman dalam kematian. Setelah proses penghakiman ini, dilakukanlah proses penyucian sebelum arwah masuk kedalam surga. Berkhotbah atau membaca Alkitab dalam bahasa seharihari. Ajaran-ajaran Kaum Waldens inilah yang membuat penganut Gereja Katolik berang dan tidak mengizinkan Gerakan Gereja Waldens ini diresmikan dan diakui. Pada dasarnya, gerakan Gereja Waldens merupakan gerakan alam agama Kristen yang menolak ajaran-ajaran yang berlaku dalam ajaran Kristen Katolik. Gerakan Waldens ini sebenarnya merupakan perkumpulan dari banyaknya gerakan-gerakan yang menolak ajaran-ajaran Katolik dalam agama Kristen. Namun, terlepas dari hal tersebut gerakan tersebut tetap beriman kepada Tuhan Yesus Kristus yang dianggapnya sebagai Yang Maha Agung dalam agama Kristen. Ajaran Gerakan Waldens ini pada akhirnya melebur bersama dengan ajaran Calvin. Hal ini terbukti dengan banyaknya umat Kristen Protestan yang banyak dipengaruhi oleh ajaran Calvin dalam teori Lutheran. Ajaran Protestan yang berkiblat pada ajaran dari Calvin ini terlihat dari banyaknya Umat Protestan di Indonesia yang lebih banyak meyakini ajaran dari teori Lutheran. Oleh karena itulah, ajaran Kristen saat ini yang dapat diaktakan terbesar adalah ajaran Katolik dan Protestan. Ajaran Katolik yang banyak dinilai oleh kaum Protestan lebih duniawi tidak bisa ditoleransi keberadaannya. Hal ini menyebabkan Kaum Waldens yang bergabung dengan kaum yang tidak
juga setuju dengan ajaran Katolik mendirikan ajaran baru dalam agama Kristen saat itu, yaitu Protestan. Ajaran Protestan yang diyakini lebih banyak menggunakan Alkitab dalam agama Kristen sedikitnya telah banyak menarik perhatian para uma Kristen. Hal tersebut kemudian mengakibatkan, kedua ajaran tersebut mempunyai jumlah umat yang hampir sama jumlahnya. Nah, itulah penjelasan mengenai Gereja Wadensis. Semoga penjelasan yang singkat ini bermanfaat bagi Anda.
Mengerti Firman Tuhan Ayat bacaan: Lukas 11:28 =================== “Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” mengerti Firman TuhanDua anjing dewasa sudah terdidik patuh, sekarang dua anaknya sedang kami didik untuk bisa patuh seperti mereka. Hasilnya sudah cukup lumayan di usia mereka yang masih kecil. Keduanya sudah pintar salaman, mengerti ketika dilarang, datang ketika dipanggil dan membuang kotorannya di tempat yang sudah disediakan. Betapa menyenangkannya melihat keempat anjing yang kami punya tidak merepotkan untuk dipelihara. Dan yang lebih menyenangkan lagi, mereka mengerti disayang dan tahu menyayang. Setiap saya pulang bekerja, mereka selalu menyambut dengan gembira dan membuat rasa lelah saya bisa hilang seketika. Ekornya bergoyang-goyang, mereka mengantri minta digendong dan dipeluk satu persatu sebelum akhirnya membiarkan saya untuk melakukan hal lainnya. Ini sesuatu yang rutin setiap hari, dan saya sulit membayangkan bagaimana sedihnya jika keempat anjing ini tidak ada dalam keluarga kami. Sangatlah menarik sebenarnya melihat bagaimana anjing bisa
mempunyai rasa kasih dan kepatuhan atau ketaatan yang tinggi. Tapi semua itu tidaklah didapat secara instan. Anjing yang bisa berperilaku demikian biasanya sudah diajar untuk mengerti kata-kata sederhana yang kami pakai dalam melatih sejak kecil. Mereka pun awalnya juga pernah salah, dan setiap kesalahannya kami tegur sampai dia bisa mengerti hal yang baik dan buruk untuk dilakukan. Kami memilih untuk mengajar supaya mengerti bukan lewat hukuman, tapi justru lewat pujian yang kami berikan padanya ketika mereka melakukan hal yang baik. Dalam selang waktu tertentu, keempatnya pun menjadi anjing yang patuh, baik dan setia. Apa yang terjadi pada keempat anjing ini sebenarnya paralel dengan kita, manusia yang terus dibentuk Tuhan agar menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Kalau anjing saja bisa, seharusnya kita akan lebih mudah untuk mengerti karena kita memiliki hati nurani dan roh, yang tidak dimiliki oleh hewan. Tapi kenyataannya justru kita manusialah yang seringkali sulit untuk diatur atau diajar. Hati yang keras membuat kepala pun menjadi sekeras batu, sehingga bukan saja merugikan diri sendiri tapi bisa pula merugikan orang lain. Berulang kali Yesus menekankan pentingnya untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan. Bukan hanya sekedar membaca, bukan hanya sekedar tahu, tapi juga diminta untuk mengerti dan kemudian mau melakukan atau menerapkan/mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. . Tanpa itu semua maka sia-sialah apa yang kita ketahui. Lihat bagaimana Yesus menegur beberapa orang Saduki karena mereka tahu isi, tapi tidak mengerti kitab suci. Hal demikian disebut Yesus dengan sesat. “Yesus menjawab mereka: “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!” (Matius 22:29). Orang Saduki ini adalah kelompok aristokrat Yahudi yang berkuasa di Yerusalem pada waktu itu. Mereka merupakan orang-orang yang menjabat sebagai imam besar dan biasanya bertanggung jawab terhadap ibadah yang dilakukan di Bait Suci. Saya yakin banyak diantara mereka yang hafal mati isi kitab Taurat. Tapi lihatlah bahwa mereka berhenti hanya sampai membaca dan menghafal saja. Perilaku mereka menunjukkan jelas bahwa mereka tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah yang terkandung di dalamnya. Mereka merasa diri paling benar dan berhak menghakimi siapapun yang berseberangan atau tidak sesuai dengan apa yang mereka anggap benar. Maka Yesus pun menegur mereka bahkan mengelompokkan mereka ke dalam kategori
sesat. Apa yang jadi inti dari kisah ini sungguh jelas. Kita tidak boleh hanya berhenti sampai membaca atau mengetahui saja, tetapi haruslah mengerti tentang segala sesuatu yang kita baca mengenai Firman Tuhan. Ada perbedaan nyata antara mengetahui dan mengerti. Orang yang mengetahui belum tentu mau melakukan, tetapi orang yang mengerti akan sesuatu biasanya akan tahu baik buruknya untuk patuh atau tidak. Orang yang mengerti akan melaksanakan apa yang telah mereka baca, karena mereka memang mengerti apa yang menjadi isinya. Dan inilah yang diinginkan Tuhan untuk kita lakukan. Ada banyak orang yang berhenti hanya sampai membaca, melakukan ritual atau tata cara/seremonial peribadatan dan malah beralih fokus dengan lebih mementingkan itu semua ketimbang berusaha mengerti secara sungguh-sungguh. Tidaklah heran apabila Yesus kemudian mengatakan mereka sesat, karena mereka sudah menyimpang dari apa yang seharusnya mereka lakukan dan mementingkan hal yang salah. Firman Tuhan berkata bahwa orang yang mau mendengar Firman Tuhan lalu memeliharanya sesungguhnya adalah orang-orang yang berbahagia. Ayat hari menggambarkan itu dengan jelas. “Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” (Lukas 11:28). Ddalam bahasa inggris dikatakan “But He said, Blessed (happy and to be envied) rather are those who hear the Word of God and obey and practice it!” Artinya bukan saja mau mendengar, tetapi mau melanjutkannya dengan mematuhi dan menerapkannya dalam seluruh sisi kehidupan kita. Dan mengerti Firman jelas merupakan awal bagi kita agar bisa mencapai tingkatan seperti ini. Dalam “perumpamaan tentang seorang penabur” pada Matius 13:1-23, kita bisa lihat bagaimana Yesus menjelaskan bahwa apa yang ditaburkan di tanah yang baik adalah orang yang mendengar firman, lalu mengerti akan firman itu. Dan karenanya, orang yang berlaku demikian akan berbuah berlipat ganda. Mari kita lihat ayatnya: “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” (Matius 13:23) Perhatikanlah bahwa mengerti akan membawa kita berbuah
berlipat ganda. Dan disanalah kita bisa mengalami kebahagiaan yang sebenarnya dan juga diberkati, seperti aya Lukas 11:28 dalam versi bahasa Inggris di atas. Dengan kata lain, jika kita mau hidup bahagia dan hidup berbuah berlipat gand a, tidaklah cukup hanya membaca firman Tuhan, tapi juga harus mengerti, taat lalu melaksanakannya. Kita semua diminta untuk menjadi pelaku-pelaku firman. “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yakobus 1:22). Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa jika tidak demikian, itu artinya sama saja dengan menipu diri sendiri. Ketika anjing bisa belajar dari pemiliknya untuk mengerti lalu patuh, taat dan setia, kita seharusnya bisa lebih baik lagi menerima pengajaran-pengajaran Tuhan, mengerti dengan baik, serta melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita melakukan semua itu, hidup yang bahagia penuh buah berlipat ganda pun akan siap untuk menjadi bagian hidup kita. Jangan hanya membaca dan mendengar, tapi mengertilah sungguhsungguh akan Firman Tuhan Sumber : http://www.renunganharianonline.com/
Dasar yang Kuat Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.” (Matius 7:24-25). Orang yang bijaksana membangun rumahnya di atas dasar yang kokoh, pondasi yang kuat yaitu batu yang keras. Sebagai seorang arsitek saya mengerti betul bagaimana perlunya sebuah pondasi bangunan untuk berdiri di atas dasar yang kuat.
Sebaik apapun bangunan tersebut kelihatannya, kalau ia berdiri di atas dasar yang tidak kuat, maka tinggal hitungan waktu saja sampai bangunan tersebut mulai rusak dan pada akhirnya rubuh semua. Saya teringat dengan pengalaman saya di dalam sebuah proyek, ketika kami membangun sebuah bangunan. Berdasarkan penelitian atas kualitas tanah, diperoleh data bahwa tanah keras berada di kedalaman 4 m dr permukaan. Namun para pekerja kesulitan untuk menggali pondasi pada kedalaman tersebut karena, pada kedalaman 3 m saja tanah tersebut sudah cukup keras. Lalu mereka datang kepada saya untuk meminta agar pondasi cukup sampai kedalaman 3 m saja. Saya ingat sekali saat itu saya juga bingung karena kalau berpegang kepada data kualitas tanah, mereka masih harus menggali, tapi saya juga melihat bagaimana sulitnya menembus tanah sampai kedalaman 4 m sesuai data tersebut. Di kebingungan itu saya teringat akan prinsip dasar yang Tuhan ajarkan di sini. Bahwa kita harus membangun di atas dasar yang kuat. Lebih baik susah sekarang menggali daripada bangunan yg akan didirikan nantinya rubuh atau rusak karena tidak berdiri di atas dasar yang kuat. Akhirnya kami memilih untuk terus berusaha menembus tanah tersebut dan akhirnya kami berhasil mencapai kedalaman yang diharuskan walau dengan kerja keras. Demikian pula dengan kita, tidak ada dasar yang lebih kuat di dalam hidup kita selain Firman Tuhan. Kita bisa mencoba untuk berpegang kepada ilmu pengetahuan, kebaikan orang lain atau kepada harta benda dan lain-lain, namun semua itu tidaklah abadi. Tentu akan lebih mudah untuk berpegang kepada hal2 yang secara nyata dapat kita lihat atau nyaman bagi kita, namun lebih baik kita membayar harga untuk percaya kepada Firman dan melakukannya, karena kita akan mendapatkan dasar yang kuat dibandingkan kita merasa nyaman namun tidak di atas dasar yang kuat. Hanya dengan mendengar dan melakukan Firman Tuhan lah maka kita dapat berdiri tegak menghadapi tantangan kehidupan, dan percayalah, sebesar apapun tantangan yang kita hadapi dalam hidup kita akan tetap berkemenangan. Amin. Sumber : www.todayswisdoms.com