Konsep
PEMELIHARAAN DAN PENGAWASAN
LINGKUNGAN HIDUP TINGKAT RUKUN WARGA
Yayasan / Non governmental organization Alamat : Jl. Jatibening Kincan No. 16 Rt 001/ Rw 007, Jatibening 17412 Bekasi – Indonesia . Telpon (021)70163869 /HP : 085219153300 E-mail :
[email protected]; www.binalingkunganms.or.id; FB : Bina Lingkungan Masyarakat Sejahtera Akta Notaris Rita Asnani , SH ; No : 70 tahun 2007 0
Akta Notaris Rita Asnani, SH No . 2 tahun 2000 Akta Notaris Pembaruan Rita Asnani, SH No . 70 tahun 2007 SK Men Hukum dan HAM RI No. C-1642.HT.01.02.TH 2007 NPWP 02.220.631.2-407.000 No. Rek. : 000 10712 90 Bank Muamalat Indonesia Capem Kalimalang
Latar Belakang
Sebagian besar wilayah Perkotaan adalah wilayah dengan lingkungan yang berkategori kumuh. Banyak masalah lingkungan fisik yang menjadi makanan sehari-hari warganya. Pengelolaan sampah masih menjadi masalah yang belum tuntas ditangani. Sudah menjadi kebiasaan bagi warga tanpa merasa bersalah membuang/menyapu sampah ke dalam got/kali/sungai. Dari segi air buangan dan drainasi, ada tinja/berak yang dibuang langsung ke dalam got/kali/sungai yang berasal dari rumah-rumah penduduk dan MCK-MCK umum yang jumlahnya sangat banyak. Ada oli bekas dari bengkel-bengkel bermotor yang jumlahnya banyak dibuang langsung ke got/kali/sungai. Dari segi air bersih, wilayah Perkotaan termasuk ke dalam fase kritis. Sumber air baku yakni dari beberapa sungai yang ada sudah mencapai kapasitasnya yang maksimum, dan beberapa kawasan tercemar air limbah. Sementara sumber air tanah sudah semakin turun permukaannya , dan pada kawasan dekat pantai sudah terinterusi air laut. Dari segi udara, DKI Jaya sebagai salah satu kota di tanah air adalah kota terpolusi ke tiga di dunia. Kondisi fisik lingkungan hidup yang parah ini pasti berdampak kepada kondisi sosial lingkungan hidup. Seperti dilansir oleh media masa belakangan ini bahwa saat ini telah banyak muncul penyakit kaum urban seperti, stroke, kanker, jantung, paru-paru, diabetes, dan lain-lain.
1
Maksud dan Tujuan
Dari latar belakang di atas timbul keinginan kita untuk membenahi lingkungan hidup yang kumuh tersebut. Membenahi secara tuntas dalam jangka panjang, sembari membenahi dengan cara praktis dalam jangka pendek. Tujuan yang diharapkan, hadirnya sebuah lingkungan masyarakat yang bersih, peduli dan ‘hidup’. Got/kali/sungai bersih dari sampah dan tidak berbau busuk. Got/kali/sungai yang mampu menampung limpasan air permukaan. Tidak ada lagi timbulan-timbulan sampah. Me-recovery dan menjaga kualitas air tanah sebagai salah satu sumber air bersih. Mengurangi polusi udara, dan dalam jangka panjang menghadirkan ‘langit yang benar-benar biru’.
Metodologi
Ada dua cara yang diharapkan bisa dilakukan : 1. Jangka Panjang Membuat aturan tentang ‘Insentif Lingkungan’. Metode ini berangkat dari konsep Protokol Kyoto. Daerah/kawasan industri/perkotaan membayar fee kepada daerah/kawasan “hijau”, karena kontribusi polutannya yang akan dinetralisir/eliminir oleh kawasan “hijau”. Baik polutan udara maupun polutan air. Selain itu kawasan hijau telah menyediakan sumber air baku bagi kawasan industri/perkotaan. Dampak yang diharapkan dari konsep ini, PAD pedesaan/kawasan hijau akan meningkat, sehingga bisa mencegah arus urbanisasi. Selanjutnya masalah-masalah dan penyakit kawasan urban akan bisa teratasi dengan sendirinya, karena hadirnya kawasan yang seimbang, dimana SDA-nya mampu mendukung segala kegiatan manusia. 2. Jangka Pendek Berangkat dari aksioma : Sesungguhnya teknik pengelolaan lingkungan hidup yang baik itu mudah, asal dilakukan 2
secara profesional dan moralis, penuh kejujuran. Sebaliknya, secanggih apapun teknik/strategi yang ada, namun bila petugas pelaksana tidak profesional dan tidak amanah, maka masalah tentang lingkungan hidup tidak pernah terselesaikan. Dibuat sebuah konsep yang disebut : “Pemeliharaan dan Pengawasan Lingkungan Hidup Tingkat RW”. Ada sebuah kelompok/organisasi yang beranggotakan orang-orang yang kapabel di lingkungan hidup dan mempunyai moralitas yang tinggi, yang dibentuk oleh RW. Kelompok ini bertugas melakukan pemeliharaan dan pengawasan fisik lingkungan hidup di RW-nya. Dengan demikian bisa disebut Kelompok Pemeliharaan dan Pengawasan Lingkungan Hidup RW (PPLH-RW). Tugas Rinci kelompok ini : 1. Sosialisasi konsep Pemeliharaan dan Pengawasan Fisik LH kepada komunitas RW. 2. Implementasi konsep Pemeliharaan dan Pengawasan Fisik LH kepada komunitas RW. Praktek konsep Pemeliharaan dan Pengawasan Fisik LH yang dilakukan oleh Kelompok PPLH-RW pada RW masing-masing : 1. Mengkondisikan warga agar peduli kepada lingkungan hidupnya dengan melibatkan mereka dalam program ini. 2. Setiap anggota kelompok wajib mengikuti training peningkatan profesionalitas dan moralitas secara berkala. 3. Mengadakan pembelajaran yang berkaitan dengan LH kepada warga. 4. Melakukan pemeliharaan/ pengawasan sendiri, dan atau mengkordinir warga dalam bentuk kerja bakti secara berkala. 5. Melakukan pengolahan sampah dengan metode “Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Mandiri” (Si Pesat Man) yang melibatkan warga. (Uraian Si Pesat Man terlampir) 3
6. Melakukan pemeliharaan/pengawasan sendiri, dan atau mengkoordinir warga dalam bentuk kerja bakti secara berkala terhadap saluran-saluran air/got/kali/sungai. 7. Melakukan pengawasan terhadap buangan tinja warga. Bisa juga mengkoordinir/ melaksanakan pemeliharaannya. 8. Melakukan pengawasan terhadap buangan industri/bengkel ke saluran-saluran air/got/kali/sungai. Bisa juga mengkoordinir/ melaksanakan pemeliharaannya. 9. Melakukan pengawasan/pelaporan terhadap kebocoran-kebocoran pipa air bersih dalam rangka ketersediaan air bersih warga dan menjaga estetika LH. 10. Melakukan pengawasan terhadap Peraturan Daerah tentang Pengadaan Sumur Resapan. Bisa juga mengkordinir pengadaan/pemeliharaan sumur resapan warga dalam rangka recovery air tanah sebagai sumber air bersih. 11. Mengkoordinir warga untuk mengadakan penghijauan dan lahan-lahan penghijauan dalam rangka program ‘Langit Biru’. 12. Membuat mekanisme sanksi terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan warga berkaitan dengan kelestarian fisik LH, dan kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat. 13. Untuk semua kegiatan, Kelompok Pengelola LHM mendapatkan dana dari : - 3 R (recycle, reuse, recovery) limbah padat. - Penjualan Pupuk Organik limbah padat. - Biaya kordinasi pembuangan tinja/limbah industri/limbah bengkel dari warga. - Reward dari pengawasan/ pelaporan kebocoran pipa-pipa air bersih. - Insentif LH terhadap penghijauan yang dilakukan. - Bantuan pihak-pihak lain (Funding, Pemerintah, dan lain-lain). Kelompok Pengelola LHM memulai kegiatan lapangannya dari segi pengelolaan sampah dengan menggunakan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Mandiri (Uraian Si Pesat Man 4
dapat dilihat pada lampiran). Keuntungan dana yang didapat dari kegiatan pertama ini cukup banyak untuk membiayai kegiatan selanjutnya. Yayasan Bina Lingkungan Masyarakat Sejahtera (secara sendiri, atau bekerjasama dengan LSMLSM yang lain) berperan sebagai pelaksana training, pengawasan, standarisasi dan membantu pemasaran. Pimpinan RW/RT berperan sebagai pimpinan wilayah tempat pelaksanaan program yang membantu sosialisasi dan kontrol terhadap warga.
Penutup
Dalam rangka implementasi konsep Pemeliharaan dan Pengawasan Fisik LH, Yayasan Bina Lingkungan Masyarakat Sejahtera menyebarluaskan konsep ini kepada pihak-pihak yang tertarik. Sangat idealis, akan tetapi dengan keyakinan penuh, insya Allah bisa dilakukan dengan cara bertahap. Kelompok Pengelola LHM di tingkat RW (Kelompok PLHM-RW) bisa memulai pekerjaannya dari masalah yang mudah diikuti oleh warga. Ada sasaran dan evaluasi pada setiap tahap sebelum beranjak ke tahap berikutnya. Jakarta, 26 Oktober 2011
5