84
Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani
Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah satunya adalah memperbaiki proses penggilingan padi kecil yang jumlahnya mencapai 85% dari total penggilingan padi di Indonesia. Perbaikan konfigurasi penggilingan dari satu pass menjadi dua pass serta penambahan unit pengabut dapat meningkatkan rendemen dan mutu beras serta mengurangi susut penggilingan. Pada pascapanen jagung, pemipilan jagung dalam kondisi basah setelah dipanen kemudian jagung pipil segera dikeringkan dapat mempercepat waktu pengeringan dan menekan perkembangan aflatoksin pada jagung. Upaya ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap pencapaian swasembada pangan dan kesejahteraan petani.
Pascapanen
85
Teknologi Produksi Beras Premium Salah satu upaya untuk mencapai swasembada beras adalah dengan meningkatkan rendemen dan mutu beras serta menekan susut penggilingan padi. Untuk mencapai target tersebut, teknologi penggilingan padi perlu diperbaiki untuk menghasilkan beras premium. Beras premium adalah beras dengan mutu terbaik atau kelas mutu I. Berdasarkan standar mutu beras di Indonesia (SNI Beras Mutu I), beras premium adalah beras yang putih bersih dengan persentase beras kepala 100% dan derajat sosoh 100%. Penggilingan padi di Indonesia sebagian besar (85%) berupa penggilingan padi kecil (PPK) dengan konfigurasi proses penggilingan yang beragam dan tidak sesuai dengan rekomendasi sehingga rendemen beras rendah, antara 50–60%. Beragamnya konfigurasi proses penggilingan tersebut juga menyebabkan mutu beras yang dihasilkan bervariasi. Konfigurasi penggilingan yang digunakan di PPK umumnya adalah satu pass atau dua pass yang tidak sesuai rekomendasi (dua kali pemecahan kulit dan
dua kali penyosohan), tanpa diikuti pembersihan sehingga gabah kotor. Konfigurasi penggilingan dengan dua kali pemecahan kulit gabah menyebabkan beras banyak yang retak sehingga persentase beras patah tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konfigurasi proses penggilingan berpengaruh terhadap rendemen dan mutu beras yang dihasilkan (Tabel 1). Pembuatan beras premium terbaik adalah menggunakan konfigurasi yang dimulai dengan proses pembersihan gabah (cleaner), pemecahan kulit (husker), pemisahan gabah dan beras pecah kulit (separator), serta penyosohan (polisher) dua kali disertai pengabutan air atau disingkat C–H–S–P–P. Dengan proses ini, rendemen beras mencapai 67,3% dengan persentase beras kepala 78,4%. Penyosohan beras pecah kulit yang disertai dengan pengabutan air menghasilkan rendemen dan mutu beras yang lebih baik (Tabel 2). Aplikasi penyemprotan kabut air pada beras selama proses penyosohan kedua menghasilkan beras yang lebih bersih dan transparan serta rendemen beras
Tabel 1. Rendemen dan mutu beras dengan beberapa konfigurasi penggilingan. Konfigurasi penggilingan
Rendemen (%)
Satu pass H–P H–H–P H–H–P–P C–H–S–P–P
60,34 61,98 62,56 66,88 67,31
Mutu beras (%) Kadar air
Beras kepala
Beras patah
Menir
10,74 13,31 11,26 15,29 13,32
49,05 37,46 55,65 73,38 78,38
53,53 60,98 43,96 26,56 21,07
1,23 1,47 0,36 0,07 0,54
H = husker (pemecahan kulit gabah); P = polisher (penyosohan); C = cleaner (pembersihan gabah); S = separator (pemisahan gabah dan beras pecah kulit)
Tabel 2. Rendemen dan mutu beras dengan dan tanpa proses pengabutan air. Pengabutan air Tanpa pengabut Dengan pengabut
86
Rendemen (%) 59,78 61,66
Mutu beras (%) Kadar air
Beras kepala
Beras patah
Menir
13,30 13,40
75,52 75,54
23,44 23,43
0,11 1,03
Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani
Kondisi proses yang penting dan harus dipenuhi dalam memproduksi beras premium yaitu: (1) kadar air gabah 14%, (2) menggunakan sistem pengabutan air, (3) debit air pengabutan 5 liter per jam, (4) tekanan udara dalam sistem pengabutan air 30–40 psi, (5) kecepatan putaran silinder penyosoh 800– 1.000 rpm, (6) beban katup pengeluaran beras pada skala 2–3, dan (7) tipe penyosoh kombinasi abrasif – friksi – poles. Teknologi beras premium ini telah diaplikasikan pada unit penggilingan skala pilot (2 ton/ jam) yang dibangun di Instalasi Laboratorium Karawang, Jawa Barat.
Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil untuk Meningkatkan Rendemen Beras
Mesin produksi beras premium skala pilot kapasitas 2 ton/jam.
meningkat 1,8%. Proses pengabutan air bertujuan untuk menghilangkan bekatul yang menempel pada permukaan beras yang menyebabkan beras tampak kusam dan kotor. Penyemprotan beras dengan kabut air menghasilkan beras yang bersih dan mengilap sehingga sering disebut sebagai beras siap tanak atau beras premium (beras kristal). Pengabutan air dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sistem air menetes (gravitation injection) dan pengabutan air (compresor injection) dari arah depan maupun samping.
Ditinjau dari aspek agroindustri maupun agribisnis perberasan, usaha peningkatan produksi maupun mutu beras merupakan dua variabel yang sama penting. Mutu dan rendemen beras sangat ditentukan oleh varietas, agroekosistem, teknik budi daya, penanganan pascapanen, pengolahan, serta distribusi dan pemasaran. Dengan demikian, proses pengolahan beras di penggilingan padi ikut menentukan kualitas beras. Teknologi pengolahan padi sudah lama dikenal di Indonesia. Meskipun telah ada teknologi modern yang dapat menghasilkan beras berkualitas premium dengan rendemen yang lebih tinggi, pengusaha penggilingan padi di Indonesia masih menggunakan teknologi sederhana. Kondisi ini diperparah oleh umur mesin penggilingan padi yang umumnya sudah tua (lebih dari 10 tahun). Jumlah penggilingan padi di Indonesia sekitar 185 ribu unit, yang terdiri atas 85% penggilingan padi kecil (PPK), 10% penggilingan padi menengah (PPM), dan 5% penggilingan padi besar (PPB). Jenis PPK yang berkembang adalah yang memiliki kapasitas kurang dari 1.500 kg/jam. Masalah dalam pengoperasian PPK adalah: (1) belum menerapkan kaidah pengolahan beras yang baik atau terstandar, (2) masih menerapkan konfigurasi penggilingan satu pass sehingga rendemen dan mutu beras rendah
Pascapanen
87
(rendemen 50-60% dan beras patah lebih dari 20%), dan (3) tingkat kehilangan hasil dan biaya pengolahan beras cukup tinggi. Oleh karena itu, PPK perlu direvitalisasi dalam upaya meningkatkan rendemen dan mutu beras. Strategi revitalisasi PPK adalah memperbaiki aspek teknologi, keterampilan sumber daya manusia (SDM), dan manajemen kelembagaan. Pada aspek teknologi, perbaikan dilakukan dengan mengubah konfigurasi PPK dari satu pass menjadi dua pass dengan menambahkan unit proses sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, pada unit mesin penyosoh (polisher) dilakukan penggantian komponen penyosoh dengan menggunakan bahan stainless steel serta menambahkan sistem pengabutan air. Dengan demikian, pada model revitalisasi PPK, konfigurasi penggilingan adalah C–H–S–P–P. Pada tahun 2015, model revitalisasi PPK dibangun pada kelompok tani/UD di tujuh kabupaten/ provinsi, yaitu Kabupaten Karawang, Jawa Barat; Tegal, Jawa Tengah; Lamongan, Jawa Timur; Banyuasin, Sumatera Selatan; Pulang Pisau,
Kalimantan Tengah; Bone, Sulawesi Selatan; dan Tabanan, Bali. Lokasi PPK dan kelompok tani/UD yang mendapat bantuan unit revitalisasi disajikan pada Tabel 3. Unit revitalisasi PPK yang diintroduksikan di Tabel 3. Kelompok tani/UD yang mendapat bantuan unit revitalisasi PPK. Kelompok tani/UD UD Jembar Jaya UD Mitra Sejahtera UD Sri Muncul Jaya UD Sinar Ladang UD Mujiono UD Mutiara UD Karyanadi
Lokasi Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Jabar Kecamatan Lebak Siu, Kabupaten Tegal, Jateng Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan, Jatim Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumsel Kecamatan Pande Batu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, Sulsel Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali
GKG bersih ka 14%
Penggilingan dan spiral diganti dengan stainless steel
Husker Sekam
Blower
GKG (40%) PK (60%)
Pengabut
Separator Polisher GKG PK
Gabah yang baik menghasilkan 60% PK
Beras kelas 3
Beras kelas 2
Beras kelas 1, (beras ristal)
Skema model revitalisasi penggilingan padi kecil dengan konfigurasi penggilingan C-H-S-P-P.
88
Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani
masing-masing kelompok tani/UD meliputi cleaner, separator, komponen penyosoh berbahan stainless steel, dan pengabut air untuk melengkapi unit PPK yang sudah ada. Tahapan dalam membangun model revitalisasi PPK yaitu: (1) penentuan calon petani dan calon lokasi (CPCL), (2) pengukuran rendemen dan mutu beras pada PPK yang telah ada, (3) pengadaan unit revitalisasi PPK meliputi cleaner, separator, dan komponen penyosoh beras, (4) pembangunan unit revitalisasi PPK dan pengujian penggilingan padi setelah direvitalisasi, dan (5) pelatihan dan sosialisasi di masing-masing lokasi. Hasil pengukuran rendemen beras dan susut penggilingan pada PPK menunjukkan bahwa
konfigurasi penggilingan padi yang dianjurkan (C–H– S–P–P) dapat meningkatkan rendemen beras dari ratarata 59,3% sebelum revitalisasi menjadi 66,2% setelah revitalisasi. Susut penggilingan menurun dari rata-rata 5,5% sebelum revitalisasi menjadi 2,0% setelah revitalisasi (Tabel 4).
Revitalisasi Pascapanen Jagung untuk Menekan Susut Hasil Jagung memiliki peran strategis sebagai bahan baku utama industri pakan unggas (50%) dan industri lainnya (industri pangan olahan, minyak, pemanis,
Tabel 4. Rendemen beras dan susut penggilingan pada penggilingan padi kecil sebelum dan setelah direvitalisasi. Sebelum revitalisasi Lokasi
Setelah revitalisasi
Rendemen (%)
Susut penggilingan (%)
Rendemen (%)
Susut penggilinan (%)
Karawang Timur, Karawang, Jabar Lebak Siu, Tegal, Jateng Kedungpring, Lamongan, Jatim Tanjung Lago, Banyuasin, Sumsel Pande Batu, Pulang Pisau, Kalteng Tanete Riattang Timur, Bone, Sulsel Tabanan, Tabanan, Bali
58,10 58,08 61,00 61,55 58,69 60,67 57,18
10,25 3,92 5,61 5,71 2,09 3,84 6,90
64,36 67,55 62,86 69,54 64,63 65,14 69,57
5,60 0,37 1,61 0,00 2,84 2,52 1,43
Rata-rata
59,32
5,47
66,24
2,05
Kegiatan revitalisasi penggilingan padi kecil serta sosialisasi dan pelatihan di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Pascapanen
89
pati, etanol). Selain produk utama, tanaman jagung juga menghasilkan bahan pakan ternak yang berkualitas, yang jumlahnya berkisar antara 80–100 t/ha jika ditanam sebagai produk utama (dipanen pada umur 60–70 hari) atau sekitar 8–12 t/ha jika sebagai hasil samping. Di beberapa wilayah kering di Indonesia Timur, jagung merupakan bahan pangan utama. Permasalahan dalam penanganan pascapanen jagung adalah susut panen yang masih tinggi. Selain itu, jagung pipil di tingkat petani mengandung kadar aflatoksin cukup tinggi, yaitu lebih dari 50 ppm. Tingginya kadar aflatoksin ini, selain karena petani tidak segera memipil jagung setelah dipanen, juga disebabkan proses pengeringan jagung bertongkol memakan waktu cukup lama.
Untuk memperbaiki mutu dan menekan susut pascapanen jagung, dilakukan revitalisasi penanganan pascapanen jagung dengan melakukan pemipilan pada kondisi basah (masih berkelobot), kemudian jagung pipil segera dikeringkan. Proses ini dapat mempercepat waktu pengeringan sehingga lebih efisien dan dapat menekan perkembangan aflatoksin pada jagung. Pada tahun 2015, model revitalisasi penanganan pascapanen jagung telah diimplementasikan pada kelompok tani di tiga kabupaten/provinsi, yaitu Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan; Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur; dan Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Peralatan pascapanen jagung yang diintroduksikan di masing-masing kelompok tani adalah mesin pemipil dan pengering.
Pemipilan jagung secara manual dan dengan menggunakan mesin pemipil.
Tabel 5. Mutu jagung sebelum dan sesudah revitalisasi. Komponen mutu Kadar air (%) Butir baik (%) Butir pecah (%) Butir rusak (%) Butir warna lain (%) Kotoran (%)
90
Sebelum revitalisasi 10,4 96,5 0,23 3,11 0,00 0,27
Setelah revitalisasi 10,51 96,26 1,35 0,49 0,47 1,60
SNI 01-3920-1995 (Mutu I) Maks. Maks. Maks. Maks. Maks.
14 1 2 1 1
Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani
Tabel 6. Susut pascapanen jagung sebelum dan sesudah revitalisasi. Susut pascapanen (%) Lokasi
Sebelum revitalisasi
Setelah revitalisasi
Kecamatan Tondano Utara, Minahasa, Sulawesi Utara Kecamatan Lilirilau, Soppeng, Sulawesi Selatan
5,08
4,97
7,80
5,48
Rata-rata
6,44
5,23
Revitalisasi pascapanen jagung di tiga lokasi tersebut dapat menurunkan butir rusak dari 3,1% sebelum revitalisasi menjadi 0,5% setelah revitalisasi (Tabel 5). Butir jagung yang rusak dapat disebabkan oleh faktor fisik, biokimiawi, atau biologis. Penurunan biji jagung yang rusak akan mengurangi kadar aflatoksin. Kadar aflatoksin B1 menurun dari 19,8% menjadi 16,0% dan aflatoksin G1 berkurang dari 44,5% menjadi 40,9%.
Revitalisasi penanganan pascapanen jagung dengan melakukan pemipilan pada kondisi basah (masih berkelobot) dan jagung pipil langsung dikeringkan dapat menurunkan susut pascapanen dari rata-rata 6,4% menjadi 5,2% (Tabel 6). Total susut pascapanen tersebut meliputi susut selama proses panen dan pemipilan serta susut karena pengeringan.
Pascapanen
91