LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PASER 2013
PEMERINTAH KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KABUPATEN PASER TAHUN 2012
Diterbitkan oleh : Bidang Pengembangan Kapasitas Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Paser
Jl. R.M. Noto Sunardi No.1 Tanah Grogot 76211 Telp/Fax. 0543 21526 Website. www.blhpaserkab.co.id
Ketua : Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Paser Sekretaris : Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas BLH Kabupaten Paser Anggota : Kasubbid. Teknologi Lingkungan BLH Kab. Paser ; Kasubbid. Pengendalian Lingkungan BLH Kab. Paser ; Kasubbag. Perencanaan Program BLH Kab. Paser ; Kasubbag. Perencanaan Program Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Perumahan ; Kab. Paser, Kasubbag. Perencanaan Program Dinas Bina Marga Kab.Paser ; Kasubbag. Perencanaan Program Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kab.Paser ; Kasi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kab. Paser ; Kasi Pengendalian Dampak dan Konsenvasi Pasca Tambang Dishuttamben Kab. Paser ; Kasubbag. Perencanaan Program Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab.Paser ; Kasi Usaha Industri Dinas Perindagkop dan UKM Kab.Paser ; Kasi Neraca Wilayah dan Analisa Badan Pusat Statistik Kab. Paser ; Kasubbag. Perencanaan Program Dishubkoinfo Kab.Paser, Suyatno, S.ST ; Ikhsan Fitrian Noor, ST. Penyusun : Syafruddin Anshari, ST Sekretariat : Siti Rifa’tul M ; Wahyudi, S.Pi ; Ahmad Burdani
KATA PENGANTAR Pembangunan yang berwawasan lingkungan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1982. Tidak terkecuali dengan Kabupaten Paser juga harus melaksanakan kewajiban ini. Sebagai daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup melimpah terutama pertambangan dan perkebunan maka perlu memperhatikan aspek pelestarian fungsi lingkungan selain aspek ekonomi. Salahsatu Misi Kabupaten Paser adalah Mewujudkan Kabupaten Konservasi yang bertujuan menjadikan Kabupaten Paser sebagai kabupaten yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip konservasi, sehingga dalam memanfaatkan sumber daya untuk pembangunan senantiasa berlandaskan kepada pemanfaatan berkelanjutan, perlindungan sistem penyangga kehidupan, dan pengawetan keanekaragaman hayati. Sedangkan sasaran misi ini adalah terjaganya kawasan konservasi sehingga kawasan tersebut dapat berperan dan berfungsi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan Pedoman SLHD Tahun 2013 maka beberapa perubahan juga dilakukan di beberapa bagian. Akhirnya dengan memohon ridho dan rahmat ALLAH SWT, semoga laporan hasil penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kabupaten Paser Tahun 2014 akan dapat memberi manfaat bagi seluruh stakeholder di daerah Kabupaten Paser dalam upaya menjaga dan meningkatkan kelestarian lingkungan hidup di daerah Kabupaten Paser. Tana Paser, 10 Januari 2014 Bupati Paser,
H. M. RIDWAN SUWIDI
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL
I Ii Iii v
BAB I
Pendahuluan A. Gambaran Umum Wilayah B. Visi dan Misi C. Isu Lingkungan D. Tujuan Penyusunan
I-1 I-1 I-4 I-6 I-7
BAB II
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan B. Keanekaragaman Hayati C. Air D. Udara E. Laut, Pesisir dan Pantai F. Iklim G. Bencana Alam
II-1 II-1 II-5 II-12 II-25 II-28 II-40 II-42
BAB III
Tekanan Terhadap Lingkungan A. Kependudukan B. Pemukiman C. Kesehatan D. Pertanian E. Industri F. Pertambangan G. Energi H. Transportasi I. Pariwisata J. Limbah B3
III-1 III-1 III-6 III-9 III-11 III-16 III-18 III-23 III-26 III-27 III-29
BAB IV
Upaya Pengelolaan Lingkungan A. Rehabilitasi Lingkungan B. AMDAL C. Penegakan Hukum D. Peran Serta Masyarakat E. Kelembagaan
IV-1 IV-1 IV-5 IV-8 IV-11 IV-13
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
ii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 2.3. Gambar 2.4. Gambar 2.5.
Gambar 3.11.
Peta Dasar Kabupaten Paser (Sumber : Bappeda Kabupaten Paser I-3 Luas Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Paser (dalam Ha) II-1 Luasan kawasan hutan menurut status/fungsi dalam Ha II-1 Hutan Lindung Sungai Samu II-2 Flora dan Fauna khas Kabupaten Paser II-11 Kondisi Air Sungai di Kabupaten Paser Pada Musim Hujan dan Musim Kemarau II-12 Sumber Air Baku PDAM S. Kandilo Sangkuriman dan S. Lombok. II-13 Hasil pemeriksaan parameter BOD-5 (mg/l) Tahun 2013 II-14 Hasil pemeriksaan parameter COD (mg/l) Tahun 2013 II-15 Hasil pemeriksaan parameter Residu Tersuspensi (TDS) Tahun 2013 II-17 Hasil pemeriksaan parameter Residu Tersuspensi (TSS) Tahun 2013 II-18 Hasil analisa kualitas air danau, kolam, embung dan waduk untuk parameter TSS, COD dan BOD di Kabupaten Paser Tahun 2013 II-19 Hasil analisa kualitas air danau, kolam, embung dan waduk untuk parameter TDS di Kabupaten Paser Tahun 2013 II-20 Hasil analisa kualitas air sumur untuk parameter TSS, BOD dan COD di Kabupaten Paser Tahun 2013 II-21 Hasil analisa kualitas air sumur untuk parameter TDS di Kabupaten Paser Tahun 2013 II-21 Sumber pencemaran udara dari sumber tidak bergerak Pengolahan minyak sawit II-26 Konversi Mangrove untuk pelabuhan II-37 Konversi mangrove untuk tambak dan permukiman II-38 Perbandingan curah hujan (dalam mm) II-40 Banyaknya curah hujan dan Hari hujan di Kab. Paser dalam mm II-41 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Kabupaten Paser III-2 Presentase Penduduk Kabupaten Paser Menurut Kecamatan III-4 Persentase Penduduk Kabupaten Paser Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Terakhir Yang Ditamatkan, Tahun 2008 – 2011 III-5 Jumlah Rumah Tangga dan Cara Menurut Pembuangan Sampah III-8 Jumlah timbulan sampah dalam kg/hari per kecamatan III-8 Jumlah Rumah Tangga dengan Fasilitas Tempat Air Besar III-9 Jumlah Emisi CH4 (Ton/ Tahun) dari lahan sawah per kecamatan di Kabupaten Paser III-13 Jumlah Emisi CH4 (Ton/Tahun) dari kegiatan peternakan per kecamatan di Kabupaten Paser III-14 Jumlah Emisi CO2 (Ton/ Tahun) dari konsumsi penggunaan pupuk urea di Kabupaten Paser III-15 Perkiraan Beban Pencemaran Limbah Cair (mg/L) dari Industri Minyak Sawit di Kabupaten Paser Tahun 2013 III-17 Produksi Pertambangan di Kabupaten Paser dalam ton per tahun 2013 III-20
Gambar 3.12. Hidup Gambar 3.13. Gambar 3.14. Gambar 3.15.
Potensi Bahan Galian Mineral Energi dan Efeknya terhadap Lingkungan III-22 Pengaruh pertambangan terhadap bentang alam dan kualitas lahan III-23 Prasarana & Sarana Transportasi Darat dan Laut di Kab. Paser III-26 Panjang jalan ( dalam km) di Kabupaten Paser III-26
Gambar 2.6. Gambar 2.7. Gambar 2.8. Gambar 2.9. Gambar 2.10. Gambar 2.11. Gambar 2.12. Gambar 2.13. Gambar 2.14. Gambar 2.15. Gambar 2.16. Gambar 2.17. Gambar 2.18. Gambar 2.19. Gambar 3.1. Gambar 3.2. Gambar 3.3. Gambar 3.4. Gambar 3.5. Gambar 3.6. Gambar 3.7. Gambar 3.8. Gambar 3.9. Gambar 3.10.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
iii
Gambar 3.16. Gambar 4.1. Gambar 4.2. Gambar 4.3. Gambar 4.4. Gambar 4.5. Gambar 4.6. Gambar 4.7. Gambar 4.8. Gambar 4.9. Gambar 4.10. Gambar 4.11.
Museum Sadurangas (kiri) dan Goa Tengkorak (kanan) III-28 Kegiatan Penanaman Pohon di Desa Petangis bersama Bupati Paser IV-1 Dokumen Lingkungan yang diterbitkan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser IV-5 Pemantauan Kegiatan Reklamasi PT. Telen Paser Prima IV-6 Salah satu lahan bekas tambang yang tidak ditanami vegetasi yang direkomendasikan IV-7 Lahan kritis akibat reklamasi lahan bekas yang tidak dijalankan sesuai prosedur IV-7 Melakukan peninjauan lokasi yang diduga menyebabkan pencemaran oleh PPLHD Kabupaten Paser IV-10 Kegiatan Daur Ulang Sampah SMK Negeri 1 Tanah Grogot IV-13 Kegiatan Bank Sampah di Kota Tana Paser IV-13 Alokasi Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser (per satu juta rupiah) IV-15 Kegiatan Pengambilan Sampling Air Danau/Embung/Kolam dan Air Sumur Tahun 2013 IV-16 Workshop Pendampingan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Tahun 2013 IV-16
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
iv
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 4.1. Tabel. 4.2. Tabel. 4.3.
Suku dan Jenis Mangrove yang Terdapat di Kabupaten Paser Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Jenis Kelamin Kabupaten Paser, Tahun 2010- 2011 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Kabupaten Paser Menurut Jenjang Pendidikan, Tahun 2009 – 2011 Daerah Pelayanan Persampahan Tahun 2010 s.d. 2011 Realisasi Pelayanan Persampahan Tahun 2010 s.d. 2011 Sarana Prasarana Pengangkutan Persampahan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II-30 III-3 III-6 IV-2 IV-2 IV-3
v
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Paser merupakan wilayah Propinsi Kalimantan Timur yang terletak paling selatan, tepatnya pada posisi 00 45’18,37" - 20 27’20,82" LS dan 1150 36’14,5" 1660 57’ 35,03" BT. Kabupaten Paser terletak pada ketinggian yang berkisar antara 0 - 500 m di atas permukaan laut. Di sebelah utara, Kabupaten Paser berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara dan Selat Makasar, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kota Baru Propinsi Kalimantan Selatan, serta di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tabalong Propinsi Kalimantan Selatan. Luas Wilayah Kabupaten Paser saat ini adalah 11.603,94 km2, terdiri dari 10 Kecamatan dengan 144 buah Desa/Kelurahan. Kecamatan dengan wilayah terluas di Kabupaten Paser adalah Kecamatan Long Kali, dengan luas wilayah 2.385,39 km2, termasuk di dalamnya luas daerah lautan yang mencapai 20,50 persen dari luas wilayah Kabupaten Paser secara keseluruhan, sedangkan kecamatan yang luas wilayahnya terkecil adalah Kecamatan Tanah Grogot, yang mencapai 33,58 Km2 atau 2,89 persen. Dari segi konstelasi regional, Kabupaten Paser berada di sebelah Selatan Propinsi Kalimantan Timur. Posisinya dilintasi oleh jalan arteri primer (jalan negara/nasional) yang menghubungkan Propinsi Kalimantan Timur dengan Kalimantan Selatan. Pada bagian timur Kabupaten Paser melintang selat Makassar, yang dimasa yang akan datang memiliki prospek dan fungsi penting sebagai jalur alternatif pelayaran internasional. Pelabuhan laut utama di Kabupaten Paser, yaitu Pelabuhan Pondong terletak 12 Km ke arah utara ibukota Kabupaten (Kota Tanah Grogot), sedangkan Kota Tanah Grogot berjarak lebih kurang 145 Km dari Kota Balikpapan, atau 260 Km dari Ibukota Propinsi Kalimantan Timur (Kota Samarinda). Saat ini Pelabuhan Pondong dapat digunakan selain untuk bongkar muat barang juga digunakan untuk angkutan penumpang ke beberapa kota di dalam maupun diluar Pulau Kalimantan. Topografi Secara umum karateristik Topografi di Kabupaten Paser terbagi 2 bagian, yaitu : a. Bagian Timur merupakan daerah dataran rendah, landai hingga bergelombang. Bentangan daerah ini memanjang dari utara hingga selatan dengan lebih melebar. Di bagian selatan yang terdiri dari rawa-rawa dan daerah aliran sungai dengan Jalan Negara Penajam - Kuaro - Kerang Dayo sebagai batas topografi. b. Bagian Barat merupakan daerah dataran yang bergelombang, berbukit dan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
I - 1
bergunung sampai ke perbatasan Provinsi Kalimantan Selatan. Pada Daerah ini terdapat beberapa puncak yaitu Gunung Serumpaka dengan ketinggian 1.380m, Gunung Lumut 1.233m, Gunung Narujan atau Gunung Rambutan dan Gunung Halat. Selanjutnya, ketinggian wilayah Kabupaten Paser berkisar antara 0 sampai 100 meter lebih di atas permukaan air laut. Kecamatan yang memiliki ketinggian 00 — 25 m diatas permukaan meliputi kecamatan Tanjung Harapan, Paser Belengkong, dan Kecamatan Tanah Grogot. Kecamatan Muara Samu, Batu Sopang, dan Muara Komam yang memiliki ketinggian wilayah di atas permukaan laut berkisar antara 25 – 100 m. Sedangkan kecamatan Batu Engau, Kuaro, Longikis dan Longkali merupakan kecamatan yang memiliki ketinggian wilayah di atas permukaan laut berkisar antara 00 – 100 m. Geologi dan Kondisi Tanah Struktur geologi Kabupaten Paser berumur antara metazoik, tertier dan kwartair, penyebarannya adalah sebagai berikut : • • •
Wilayah Bagian Timur kwartair dan meoser atas (neogen), Wilayah Bagian Tengah berumur meoser bawah (paleagen); Wilayah Bagian Barat berumur tertier dan pratertiair (mesozoik).
Geologi daerah umumnya terbentuk di zaman meocene muda, alluvial yang berumur kuartair dan ultrabasic yang berumur pratertiair, pelecene dan sedikit Oligocene. Secara umum wilayah Kabupaten Paser merupakan antiklinorium dari punggung struktur deretan pegunungan Meratus yang miring kearah Selat Makassar. Formasi yang terbentuk pada zaman meocene muda umumnya tersusun dari batu liat, batubara, batu pasir dan mineral tanah lapuk. Sedang formasi yang terbentuk pada zaman pratertiair tersusun dari batu kapur, batu pasir dan sedikit batu liat, formasi di zaman kuartair terdiri dari bate liat. Secara eksploratif di daerah Kabupaten Paser terdapat beberapa jenis tanah dengan kondisi : •
•
•
Tanah AIluvial/ Gambut, menyebar pada daerah dataran rendah, landai dan bergelombang di bagian timur pada lembah-lembah aliran sungai dan pantai dengan luas wilayah ± 181.200 ha Tanah Podzolik Merah Kuning, terdapat pada daerah-daerah bergelombang dan berbukit yaitu pada bagian barat wilayah dengan luas ± 517.850 ha. Kompleks, terdiri dari podzolik coklat / anclosol seluas ± 32.750ha, podzolik/lithozol yang luasnya ± 74.000ha, organosol/organo gambut luasnya ± 56.000ha, jenis podzol ik luasnya ± 422.000ha.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
I - 2
Gambar. 1.1 Peta Dasar Kabupaten Paser (Sumber : Bappeda Kabupaten Paser
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
I - 3
B .
Visi dan Misi Dengan mempertimbangkan kemajuan yang telah dicapai pada periode 2006-2010; memperhatikan hasil analisis isu strategis; mengacu pada Visi dan Misi Bupati/ Wakil Bupati Paser yang terpilih untuk masa bakti 2011-2015; berpedoman pada RPJMD Kabupaten Paser 2006-2025; memperhatikan prioritas pembangunan Provinsi Kalimantan Timur dalam RPJMD Kalimantan Timur Tahun 2010-2013; serta merujuk pada tujuan nasional yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, maka VISI Pembangunan Kabupaten Paser Tahun 2011-2015 adalah : “MENUJU MASYARAKAT KABUPATEN PASER YANG AGAMAIS, SEJAHTERA DAN BERBUDAYA” VISI tersebut mengandung makna bahwa : 1. 2.
3.
4.
5.
Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan ditujukan bagi kepentingan seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Paser; Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang merupakan upaya meletakkan landasan bagi terwujudnya masyarakat Kabupaten Paser yang agamais, sejahtera dan berbudaya; Masyarakat Agamais mengandung pengertian bahwa masyarakat yang ingin diwujudkan adalah masyarakat yang religius, yakni masyarakat yang menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya; Masyarakat Sejahtera mengandung pengertian bahwa masyarakat yang telah mencapai kemajuan dalam seluruh aspek kehidupan dan seluruh potensi hidupnya telah berkembang, baik dipandang dari aspek material maupun spiritual; Masyarakat Berbudaya mengandung pengertian bahwa masyarakat yang ingin diwujudkan adalah masyarakat yang memiliki kekuatan dan ketahanan sosial yang ditandai oleh tertanamnya nilai-nilai budaya pada setiap warganya, yaitu nilai-nilai yang mencerminkan ketaqwaan, kedisiplinan, ketaatan pada normanorma hukum, kesetiakawanan dan tenggang rasa, demokratis, gemar bekerja keras, gemar memperdalam pengetahuan dan meningkatkan penguasaan teknologi.
Berdasarkan Visi Pembangunan tersebut maka ditetapkan Pembangunan Kabupaten Paser tahun 2011-2015 sebagai berikut : 1. Mengembangkan Ekonomi Kerakyatan; 2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia; 3. Menumbuhkembangkan Kehidupan Masyarakat Yang Berbudaya; 4. Mewujudkan Kabupaten Konservasi; 5. Meningkatkan Pelayanan Prasarana Wilayah.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
MISI
I - 4
Misi Mengembangkan Ekonomi Kerakyatan bertujuan memperbaiki perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berdomisili di perdesaan, melalui upaya-upaya peningkatan kuantitas dan kualitas lapangan usahanya, seperti pembangunan pertanian terpadu, pengembangan usaha kecil dan menengah, pengembangan industri kecil, peningkatan peran koperasi dan peningkatan penguasaan keterampilan masyarakat sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dan memberikan nilai tambah terhadap potensi ekonomi yang tersedia di lingkungannya. Sedangkan pengembangan ekonomi berskala menengah dan besar dilakukan sebagai upaya menunjang pengembangan ekonomi lemah. Sasaran pengembangan ekonomi kerakyatan ialah berkurangnya persentase kepala keluarga miskin di Kabupaten Paser. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia bertujuan meningkatkan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia agar warga masyarakat Kabupaten Paser memiliki daya saing yang tinggi sehingga mampu menghadapi persaingan hidup yang cenderung makin keras pada masa yang akan datang. Sasaran misi ini adalah terpenuhinya pelayanan kesehatan yang bermutu, tersedianya pelayanan pendidikan dasar yang bermutu dan merata, tersedianya pusat-pusat latihan keterampilan, terbangunnya sistem perlindungan sosial, dan meningkatnya kesejahteraan keluarga. Misi Menumbuhkembangkan Kehidupan Masyarakat Yang Berbudaya bertujuan mewujudkan ketahanan sosial sehingga masyarakat Kabupaten Paser mampu berkembang dan meraih kemajuan di atas landasan nilai-nilai kepribadiannya sendiri yang sanggup menghadapi berbagai tantangan perubahan zaman. Sasaran misi ini adalah tertanamnya nilai-nilai budaya yang sanggup mengantarkan setiap warga masyarakat Kabupaten Paser memasuki dunia modern dan era globalisasi, yaitu nilai-nilai ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, taat terhadap norma-norma hukum, berdisiplin, setiakawan dan tenggang rasa, demokratis, gemar bekerja keras, gemar memperdalam pengetahuan dan meningkatkan penguasaan teknologi. Misi Mewujudkan Kabupaten Konservasi bertujuan menjadikan Kabupaten Paser sebagai kabupaten yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip konservasi, sehingga dalam memanfaatkan sumber daya untuk pembangunan senantiasa berlandaskan kepada pemanfaatan berkelanjutan, perlindungan sistem penyangga kehidupan, dan pengawetan keanekaragaman hayati. Sedangkan sasaran misi ini adalah terjaganya kawasan konservasi sehingga kawasan tersebut dapat berperan dan berfungsi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misi Meningkatkan Pelayanan Prasarana Wilayah bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Paser sebagai kabupaten yang mempunyai infrastruktur yang secara riil dapat menggerakkan ekonomi, meningkatnya peran ekonomi kerakyatan, berkurangnya kesenjangan pembangunan antar kawasan (pedalaman, tengah dan pantai) serta terbukanya wilayah yang terbelakang, terpencil dan daerah pedalaman.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
I - 5
C. Isu Lingkungan Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu upaya rekayasa untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pembangunan suatu negara lazimnya merupakan rekayasa di bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya, agar mampu mencapai suatu tahapan tujuan yang telah dicita-citakan suatu negara. Pembangunan berwawasan lingkungan diharapkan dilakukan sejak awal perencanaan dan pemanfaatan sumber daya, khususnya setelah melakukan pertimbangan faktor-faktor lingkungan. Ini artinya pembangunan harus dilakukan dengan mempertimbangkan faktor sumber daya secara bijaksana, dimana pembangunan harus berkesinambungan dan mampu meningkatkan kualitas hidup generasi ke generasi (Emil Salim, 1986). Dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan, maka pengelolaan lingkungan hidup mempunyai nilai yang strategis karena melalui pengelolaan lingkungan hidup dapat dilakukan upaya memadukan kontradiksi antara pembangunan dan pelestarian kemampuan lingkungan. Karena, kenyataan yang masih ada pemihakan yang timpang terhadap pembangunan dan pelestarian kemampuan lingkungan yang ditujukan dengan sikap dualistik. Kebijakan pembangunan yang sudah digariskan seharusnya tidak mendua tetapi justru saling ditautkan agar salah aspek tidak dikorbankan, tetapi merupakan suatu kebijakan yang terpadu. Pengelolaan lingkungan akan meminimalkan konflik sehingga kebijakan yang akan berdampak pada ketegangan antara negara dan masyarakat (Zainudin, 1995). Demikian pula yang telah berlangsung di Kabupaten Paser. Pemerintah Daerah melalui Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser terus berusaha mewujudkan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan agar pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat bisa diwujudkan. Namun pada kenyataan masih terdapat kegiatan-kegiatan pembangunan yang menurunkan kualitas lingkungan yang sampai saat ini masih jadi isu lingkungan utama di daerah ini. Adapun yang menjadi isu lingkungan utama di Kabupaten Paser yaitu penurunan kualitas Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS Kandilo merupakan salah satu dari 4 (empat) DAS yang besar di daerah Kabupaten Paser. Permasalahan yang saat ini sedang mengancam kondisi DAS Kandilo sangat kompleks dan mebutuhkan kepedulian semua elemen baik pemerintah, pelaku kegiatan dan masyarakat. Ada pun permasalahan yang timbul pada DAS Kandilo antara lain : 1. Meluasnya lahan kritis akibat aktivitas manusia baik skala kecil maupun besar dalam memanfaatkan lahan untuk berbagai kebutuhan (pertambangan, perkebunan, pertanian, tambak dan lain-lain) ; 2. Adanya bencana kebakaran hutan dan lahan yang berpengaruh kepada ekosistem DAS ; 3. Terjadinya peningkatan laju sedimentasi yang merusak kualitas air dan terjadinya pendangkalan pada DAS ;
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
I - 6
4. 5. 6. 7. 8.
Terjadinya pencemaran dan banjir pada DAS dan berdampak kepada kerugian dan keluhan masyarakat di sepanjang DAS ; Keberadaan hutan mangrove terganggu sedikit demi sedikit. Keberadaan dan keanekaragaman hayati dan satwa liar terganggu habitatnya sehingga terancam punah ; Terjadinya tumpang tindih pemanfaatan ruang / kawasan dan penggunaan lahan tidak sesuai dengan fungsi peruntukkannya ; Terjadinya konflik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam berbagai aspek.
D. Tujuan Penyusunan. Tujuan utama penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser tahun 2013 adalah : Tersajinya gambaran yang seobyektif mungkin terhadap dampak kegiatan manusia (sosial ekonomi) maupun pengaruh gejala alam terhadap komponen kependudukan dan lingkungan hidup pada tahun 2013. Tersusun dan tersajinya informasi secara lengkap dalam bentuk ringkasan bagi masyarakat secara umum dan bagi para pengambil keputusan secara khusus, agar dapat memahami dan menilai serta mengajukan usulan baik peningkatan dampak positif maupun pencegahan atau penanggulangannya terhadap dampak lingkungan negatif yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Sebagai alat bantu untuk mengevaluasi pengelolaan kependudukan dan lingkungan hidup di Kabupaten Paser.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
I - 7
BAB II KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A.
Lahan dan Hutan Lahan dan hutan merupakan sumberdaya utama yang menopang pembangunan di Kabupaten Paser. Paser Kawasan hutan di Kabupaten Paser mencapai 79 % pada tahun 2009 sedangkan perhitungan data spasial data terakhir menunjukkan bahwa luas kawasan hutan menurun menjadi sekitar 52,16 % dari total seluruh luas wilayah yang merupakan hutan murni, hutan rawa dan hutan sekunder tua tidak ak termasuk hutan mangrove. Luas pemanfaatan p lahan di Kabupaten Paser dapat dilihat pada diagram berikut ini : 9.720,67 341.875,43
Non Pertanian Sawah
573,80
601.683,10
Lahan Kering Perkebunan
59.403,80 140.302,38
Hutan Badan Air
Gambar 2.1 Luas Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Paser (dalam Ha) Sumber : Bappeda Kabupaten Paser.
Hall ini menunjukkan bahwa potensi sumberdaya kehutanan yang dimiliki oleh Kabupaten Paser masih tergolong relatif besar dan merupakan aset vital dan strategis bagi daerah. Dengan kata lain ,sektor kehutanan masih berpeluang untuk memberikan kontribusi yang besar besar dan berkelanjutan bagi pembangunan daerah. Adapun penurunan luasan hutan di Kabupaten Paser karena di konversi ke beberapa peruntukan seperti pemukiman, pertanian lahan kering dan basah, perkebunan, pertambangan dan lainnya. Adapun luasan kawasan hutan menurut status/fungsi dapat dilihat pada gambar 2.2. 9.965,10
106.381,10 Cagar Alam
172.623,49 121.838,92 243.507,10
Hutan Lindung Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas
Gambar 2.2. Luasan uasan kawasan hutan menurut status/fungsi dalam Ha (Sumber: Dinas Kehutanan)
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013 20
II - 1
Kondisi lahan di kabupaten Paser dari waktu ke waktu mengalami penurunan kualitas, hal ini dapat dilihat dari kecenderungan terus meningkatnya luasan lahan kritis, yang diakibatkan antara lain karena adanya penebangan liar dan pembukaan perkebunan. Selain itu di daerah – daerah tertentu dapat ditemui banyaknya lubanglubang bekas penambangan yang ditinggalkan pasca tambang dan melakukan pemulihan sekedarnya bahkan tanpa adanya pemulihan lingkungan sehingga berpotensial menjadi lahan kritis. Berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/1980 dan Nomor: 683/Kpts/Um/8/1998 kawasan hutan di Kabupaten Paser terbagi menjadi dua kawasan yaitu kawasan budidaya (KBK) dan kawasan lindung/ Kawasan Non Budidaya Kehutanan (KBNK). Kawasan – kawasan tersebut adalah sebagai berikut: a. Kawasan Budidaya Kehutanan ( KBK ) 1) Hutan Lindung ( HL ) Data sampai tahun 2009 hutan lindung di Kabupaten Paser seluas 123.684,392 Ha sedangkan tahun 2011 diperoleh data hutan lindung seluas 123.805,23 Ha. Hal ini disebabkan adanya perkembangan Tata Batas Kawasan Hutan Wilayah Kabupaten Paser. Hutan lindung terdapat pada sebagian wilayah Kecamatan Muara Komam bagian Barat, Timur dan Selatan; Kecamatan Long Kali bagian Timur; Kecamatan Batu Sopang bagian Barat, Kecamatan Muara Samu Bagian Barat dan Kecamatan Long Ikis bagian Barat. Berdasarkan sebarannya sampai tahun 2011 terdapat 5 (lima) kawasan hutan lindung (HL) di Kabupaten Paser, yaitu : HL Gn.Lumut seluas 41.684,22 Ha, HL Hilir Sungai Sawang seluas 14.597,65 Ha - HL Gunung Beratus seluas 4.128,43 Ha, HL. Sungai Samu seluas 26.307,84 Ha dan HL. S. Kendilo – Gn. Ketam seluas 37.087,09 Ha.
Gambar 2.3. Hutan Lindung Sungai Samu
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 2
2) Hutan Suaka Alam / Cagar Alam Sampai tahun 2013 kawasan ini memiliki luas 106.381,10 Ha membentang sepanjang kawasan pantai di Teluk Adang yang tersebar pada Kecamatan Long Ikis, Kuaro dan Tanah Grogot serta di Teluk Apar pada Kecamatan Tanjung Harapan. Selain itu juga terdapat Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya Lati Petangis.. 3) Hutan Produksi Terbatas ( HPT ) Berdasarkan Perkembangan Tata Batas Kawasan Hutan Wilayah Kabupaten Paser sampai tahun 2013 kawasan hutan ini mengalami perubahan seluas ± 172.623,49 Ha yang pemanfaatannya dipertahankan sesuai dengan fungsinya dimana eksploitasinya dapat dilakukan dengan sistem tebang pilih. Hasil dari hutan produksi dan hutan produksi terbatas antara lain, kayu, rotan ataupun pohon gaharu yang banyak dicari oleh masyarakat karena nilai jualnya yang cukup tinggi sehingga bisa menambah pendapatan dari masyarakat sekitar. Ada tiga kawasan hutan produksi terbatas (HPT) yakni HPT S.Toyu – S. Kuaro, HPT S.Kendilo – S.Payang dan HPT S.Sawang. 4) Hutan Produksi ( HP ) Kawasan hutan ini tersebar di wilayah S.Segendang – S.Samu, S.Kendilo – S.Biu, S.Samu dan S. Toyu – S. Kuaro dengan luas 243583,61 Ha. Selain sangat penting bagi kelangsungan makhluk hidup dan beraneka jenis flora dan fauna yang ada di hutan – hutan tersebut, secara ekologis hutan di Kabupaten Paser juga sangat penting sebagai sumber pendukung dari beberapa sungai besar dan kecil yang ada diwilayah kabupaten Paser, seperti DAS Telake, Adang, Kuaro, Kandilo dan Kerang, serta sub DAS lainnya yang berfungsi untuk daerah tangkapan air. Faktor – faktor yang memberikan tekanan dan menjadi penyumbang kerusakan sumber daya lahan dan hutan yang turut memberikan sumbangan terhadap penurunan kualitas lahan dan hutan di Kabupaten Paser disebabkan antara lain oleh : Aktifitas Pertambangan Kabupaten Paser merupakan salah satu wilayah yang memiliki kekayaan bahan tambang berupa batubara, nikel, bijih besi dan bahan galian lainnya, sehingga pengeksploitasian sumber daya alam tersebut berjalan terus menerus dalam intensitas yang cukup tinggi. Dari perkembangan jumlah tersebut diatas dapat dilihat bahwa kekayaan alam Kabupaten Paser semakin menarik banyak investor untuk melakukan eksploitasi kekayaan sumber daya alam di Kabupaten Paser. PT. Kideco
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 3
Jaya Agung (KJA) merupakan perusahaan tambang batu bara yang terbesar di kabupaten Paser yang telah beroperasi sejak tahun 1993 dengan lokasi tambangnya yang tersebar di Kecamatan Batu Sopang, Muser, Muara Komam, Long Kali dan Long Ikis. Selain itu maraknya penambangan emas tanpa ijin (PETI) yang beroperasi dengan cara tebang tebing dan sistem mekanisasi lahan kering, yaitu pertambangan yang dilakukan di daratan atau di sekitar bibir sungai dengan membuat lubang tambang dengan diameter 5 – 20 meter dan kedalaman tambang yang berbeda – beda tergantung dari klasifikasi lokasi tambang menambah degradasi lahan dan hutan. Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi sampai saat ini mendata bahwa PETI ini banyak berlangsung di Desa Busui dan Desa Batu Kajang Aktifitas penambangan Galian C Kerusakan yang ditimbulkan aktifitas ini umumnya menyebar Hampir diseluruh wilayah kabupaten Paser dengan skala kerusakan yang relative kecil. Namun demikian aktifitas penambangan galian C ini memiliki potensi untuk merusak lingkungan yang Hampir sama dengan bahan galian yang lain, karena penambangan pasir dan kerikil adalah penambangan yang secara teknis mudah dilakukan karena dapat dilakukan dengan alat sederHana (manual) hingga alat berat yang dapat dilakukan skala perorangan (< 100 m2) hingga skala industri (> 1000 m2). Penambangan galian golongan C bukan Hanya terbatas pada wilayah daratan tetapi juga dilakukan dilakukan pada wilayah perairan/sungai yaitu tambang pasir sungai dan batu sungai dan batu krikil dan koral. Pertambangan jenis ini banyak dilakukan disepanjang Sungai Kandilo. Jenis bahan galian yang paling banyak dilakukan adalah batu gunung yang diikuti oleh sirtu, emas dan batu hitam. Konversi Lahan dan Hutan Untuk Perkebunan Selain akibat aktifitas – aktifitas yang telah disebutkan diatas, menurunnya kualitas lahan dan hutan di Kabupaten Paser juga disebabkan oleh adanya konversi hutan dan lahan oleh kegiatan lain, misalnya untuk perkebunan, perumahan, pertanian dan lainnya. Konversi lahan dan hutan untuk perkebunan semakin penting karena perkebunan yang ada di Kabupaten Paser diyakini sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan para petani sehingga diharapkan taraf hidup masyarakat semakin meningkat. Untuk mewujudkan hal diatas maka perlu ditunjang dan didukung oleh ketersediaan lahan yang cukup luas yang sesuai bagi tanaman perkebunan, sehingga penggunaan lahan untuk usaha tersebut juga semakin luas. Apabila dilihat dari karateristik tanamannya pohon kelapa sawit merupakan tanaman yang kurang ramah lingkungan yang disebabkan oleh sifat akar pohonnya yang
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 4
banyak menghisap air, tetapi tidak dapat menampung air. Akibat dari keadaan ini adalah sumber mata air dan sungai yang berada didekat perkebunan kelapa sawit akan mengalami kekeringan dan terjadi banjir pada musim hujan. Produksi kelapa sawit di Kabupaten Paser dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit rakyat dan perkebunan kelapa sawit milik negara atau PTPN XIII yang tersebar di tiga kecamatan yaitu; Kecamatan Long Kali, Long Ikis dan Pasir Belengkong. Konversi Lahan dan Hutan Untuk kegiatan lainnya Selain kegiatan – kegiatan diatas, konversi lahan yang marak akhir – akhir ini adalah alih fungsi lahan untuk pembukaan pemukiman atau perumahan. Meskipun belum ada data yang pasti tentang jumlah perumahan tetapi dilihat dari perkembangan jumlah penduduk yang cenderung naik tiap tahunnya yang membutuhkan tempat tinggal, maka ketersediaan akan perumahan juga ikut naik. Perkembangan kegiatan pembangunan di sektor perumahan, juga meningkatkan pemakaian bahan bangunan yang berasal dari alam seperti pasir, batu gunung, tanah urug, batu bata dan gamping. Pembuatan batu bata dikabupaten selama ini masih dalam skala industri kecil dengan memanfaatkan atau mengambil tanah dari lahan yang sebenarnya masih subur untuk kemudian dicetak. Selain itu proses pembakaran batu bata yang menggunakan kayu bakar yang cukup banyak juga menambah jumlah perambah hutan. Jumlah pengusaha batu bata di Kabupaten Paser terbanyak berada di Tanah Grogot. B.
Keanekaragaman Hayati Kabupaten Paser merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki berbagai macam keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang tersebar di kawasan cagar alam maupun hutan lindung. Cagar alam di Kabupaten Paser yang tersebar di Cagar Alam Teluk Adang dan Cagar Alam Teluk Apar. Kawasan Cagar Alam Teluk Adang dan Teluk Apar banyak didominasi oleh keberadaan berbagai macam jenis bakau dan berbagai macam fauna laut. Keanekaragaman hayati di Kabupaten Paser juga tersebar di berbagai hutan lindung yaitu hutan lindung S. Kendilo – Gn. Ketam, hutan lindung Gn. Lumut, hutan lindung S. Sawang dan hutan lindung S. Samu dengan total luas 123.684,392 Ha. Dari empat hutan lindung tersebut hutan lindung Gn. Lumut merupakan hutan lindung yang paling terkenal di Kabupaten Paser dikarenakan keunikan dan adanya berbagai keanekaragaman hayati yang dimilikinya dengan luas hutan lindung Gn. Lumut 35.350 Ha. Sesuai namanya, Gunung Lumut (1.210 meter) di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, dipenuhi berbagai jenis lumut yang beberapa di antaranya sangat
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 5
langka. Lumut bukan hanya menutupi tanah dan bebatuan, tetapi juga dahan dan ranting pepohonan karena udara di sekitarnya sangat lembab dan basah. Kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut luasnya sekitar 41.684,22 hektar dan puncak tertingginya sekitar 1.210 meter di atas permukaan laut (dpl). Tidak terlalu tinggi, jika dibandingkan dengan gunung-gunung yang ada di Pulau Jawa. Namun, uniknya gunung ini dibalut lumut. Balutan lumut sudah mulai terlihat pada ketinggian sekitar 900 meter dpl, sesuai dengan iklimnya yang basah, lembab, dan suhunya yang rendah. Namun, pada ketinggian 900 meter, lumut baru terlihat sporadis di sela-sela batu, sekitar akar maupun batang pohon yang sudah tumbang. Hamparan lumut yang sangat tebal, baru terlihat pada ketinggian sekitar 1.140 meter dpl. Pada ketinggian 70 meter menjelang puncak gunung itulah terlihat hamparan lumut yang menutupi kawasan sekitarnya. Warnanya dominan hijau, tetapi ada juga yang berwarna hijau keputih-putihan. Bentuknya sangat beragam. Ada lumut daun (Muski) yang bentuknya sporotil di atas, ada juga lumut hati (hepaticeae) yang bentuknya seperti hati. Ada lumut yang menggantung halus dan panjang seperti meteor sehingga disebut Meteoridae, ada juga lumut Leucobryun, yakni lumut yang daunnya berwarna putih. Bahkan ada juga lumut Usnea yang menggantung seperti janggut, tetapi agak kasar seperti sabut kelapa. Saking kuat dan kenyalnya lumut ini, penduduk biasa menggunakannya sebagai isi bantal tidur pengganti kapuk. Pada masyarakat lain, lumut ini digunakan untuk menghambat proses pengasaman pada gula nira. Ada pula yang menggunakan lumut ini sebagai bahan pembuatan jamu,” kata Dr Harry Wiriadinata, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang meneliti bersama Tropenbos International Indonesia di Gunung Lumut. Penelitiannya diikuti sedikitnya 30 peneliti senior dari Indonesia dan Belanda dari berbagai disiplin ilmu. Tidak gampang menaklukan Gunung Lumut. Kendala terbesar terutama tebing yang sangat curam dan jalan setapak yang sangat sempit dan terjal. Bahkan, gunung itu penuh batu-batu tajam yang sangat licin karena dibalut lumut. Begitu salah menginjak, maka bisa tergelincir masuk jurang yang sangat dalam. Selain lembab, kawasan gunung itu penuh pacet atau lintah yang siap mengisap darah setiap saat. Bukan cuma pacet tanah yang rakus darah, pacet daun yang warnanya indah, tetapi sangat ganas. Dr Chandradewana Boer, ahli burung (ornitologi) dari Universitas Mulawarman, Samarinda, mengidentifikasi sedikitnya ada 160 jenis burung di kawasan gunung itu. Jenis yang dominan ialah burung berparuh besar yang langka dan dilindungi, enggang atau rangkong (bucerotidae). Melihat beragamnya flora dan fauna di hutan lindung Gunung Lumut, kawasan ini harus betul-betul dijaga kelestariannya,” kata Dicky Simorangkir, Direktur Tropenbos Indonesia (2006) yang memimpin Ekspedisi Keanekaragaman Hayati Gunung Lumut. Bukan cuma burung yang banyak terdapat di kawasan hutan lindung penuh bebatuan ini. Gunung Lumut juga kaya berbagai
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 6
jenis jamur. Dr. Djumali Mardji, ahli jamur (mikologi) dari Universitas Mulawarman, Samarinda, yang melakukan penelitiandi kawasan Gunung Lumut, menemukan sedikitnya 120 jenis jamur. Dari jumlah itu, 40 jenis di antaranya ditemukan pada ketinggian 600-1.210 meter di atas permukaan laut. Di kawasan Gunung Lumut, ditemukan pula jamur Amauroderma, jamur langka yang bagian atasnya berwarna hitam, sedangkan bagian bawahnya bisa mencetak sidik jari siapa pun yang memegangnya. Saat dipegang, sidik jari pada jamur itu berwarna merah, namun perlahan-lahan berubah menjadi hitam. Ada pula jamur unik bernama Ramaria largentii, bentuknya persis seperti terumbu karang di laut. Adapun jamur phallus impudicus bentuknya seperti kelambu atau jaring kecil seukuran balon. Uniknya, jamur ini berwarna merah muda atau putih. Sementara itu, bagi penggemar anggrek, kawasan Gunung Lumut merupakan “surga anggrek” yang menawan. Selain jumlahnya cukup banyak, bentuknya unik-unik dan tempat tumbuhnya tersebar mulai dari sekitar akar hingga menjelang pucuk pohon. Salah satu anggrek yang cukup favorit di antaranya bulbophylum yang berwarna kuning. Anggrek ini tampak genit karena memiliki semacam lidah yang selalu bergerak-gerak meskipun tidak diterpa angin. Ada pula anggrek Eria yang unik karena bagian bunganya selalu berbulu (erion), dan ditemukan pada ketinggian di atas 600 meter dpl. Di Gunung Lumut ditemukan anggrek merpati (dendrobium rumenatum). Dinamakan demikian karena ketika berbunga, bentuknya persis seperti kepak sayap merpati. Putih bersih, bunganya yang sangat indah hanya mekar sehari. Di gunung penuh bebatuan ini juga ditemukan anggrek tebu (gramatoplilum speciosium). Dinamakan demikian karena tangkai bunga anggrek ini sangat panjang, bisa mencapai dua meter sehingga mirip tebu. Bunganya seperti belimbing kecil, sedangkan warnanya menyerupai macan, yakni bintik-bintik perpaduan coklat, kuning, dan hitam. Melihat beragamnya flora dan fauna di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut, maka sudah semestinya kawasan hutan lindung ini diselamatkan. Sampai saat ini, kawasan hutan lindung seluas 42.000 hektar ini, masih lestari dan terpelihara baik, terutama di atas ketinggian 600 dpl. Berat dan curamnya medan menjadi salah satu faktor positif masih terpeliharanya Gunung Lumut. Namun, pada ketinggian di bawah 300 meter dpl yang medannya tidak terlampau curam, kerap dijumpai penebangan liar. Secara umum kondisi vegetasi di kawasan Hutan Lindung Gn. Lumut , tergolong kedalam hutan hujan tropis lembab yang didominir oleh jenis – jenis antara lain meranti merah (Shohera spp), Aglaia spp, dan Artocarpus elasticus. Adapun untuk kelompok kayu rimba banyak didominasi oleh jenis pohon buno ( aglaia sp ). Tipe vegetasi yang ada dalam kawasan hutan lindung masih dikategarikan sebagai vegetasi hutan, Adapun jenis – jenis tumbuhan pada kawasan lindung ini yang termasuk kriteria dilindungi diantaranya banggris dan ulin. Banggris dikenal juga dengan sebutan pohon madu karena dipohon tersebut biasanya banyak terdapat sarang lebah madu, sedangkan kayu sering disebut juga kayu besi karena tekstur kayunya yang keras dan tidak
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 7
berubah meskipun terkena air, sehingga banyak dipakai untuk bahan bangunan. Adapun hasil hutan non kayu yang terdapat pada kawasan hutan lindung ini antara lain rotan, damar, sarang burung, madu, gaharu muda, akar tunjuk langit dan lain – lain. Rotan tersebar luas dalam kawasan hutan lindung ini namun tidak banyak dan merupakan hasil hutan non kayu yang dimanfaatkan masyarakat sekitar termasuk diambil nilai ekonomisnya. Jenis meranti (Shorea sp) yang dapat dimanfaatkan untuk mengHasilkan damar juga terdapat dikawasan ini, namun sampai saat ini masyarakat lokal belum memanfaatkan potensi jenis meranti ini secara intensif sebagai penghasil damar. Hasil non kayu lainnya yang banyak dijumpai di kawasan hutan lindung Gunung Lumut khususnya di sekitar Desa Kasungai adalah sarang burung wallet yang berasal dari Goa Ompang, Goa Muntai Berewe, Goa Sidu dan Goa Boroklus, yang potensinya belum diketahui secara pasti karena ada secara alamiah. Selain itu komoditas akar tunjuk langit sering dijumpai pada areal bekas ladang. Beberapa penduduk di sekitar kawasan hutan lindung juga biasa mencari madu dan dijual ke pasar. Madu tersebut dihasilkan oleh lebah madu yang hidup di hutan, namun sejauh ini masyarakat lokal sekitar kawasan hutan lindung hanya berperan sebagai pencari madu dan belum berperan sebagai pembudidaya lebah madu dengan cara menangkar lebah madu dari hutan. Salah satu pohon yang banyak sarang lebah madunya adalah pohon banggris sehingga pohon banggris oleh penduduk sekitar juga dikenal dengan sebutan pohon madu. Jenis flora lain yang juga banyak terdapat di Kabupaten Paser tetapi keberadaannya Hampir punah adalah Kantong Semar (Nephentes spp) dan Anggrek Hitam (Coelogyne Pandurate). Berbagai jenis Kantong Semar ( Nephentes spp ) yang hidup di Kabupaten Paser diantaranya Nepenthes ampularia, Nepenthes gracilis, Nepenthes hirsute, Nepenthes mirabilis, Nepenthes reinwardtiana dan Nephentes tentaculata yang masing – masing mempunyai ciri khas sendiri – sendiri. Keunikan dari Nephentse adalah sebagai bunga pemakan nyamuk dengan bentuk bunganya yang memiliki kantong dibagian bawah serta memiliki kelenjer sekresi nectar untuk mengundang mangsanya (nyamuk). Anggrek Hitam (Coelogyne Pandurate) merupakan jenis anggrek yang disukai banyak orang karena bunganya yang berwarna hijau menarik perHatian. Anggrek Hitam (Coelogyne Pandurate) diHabitatnya dilindungi dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999, karena merupakan flora yang tidak Hanya langka di Indonesia tetapi juga langka di dunia dan merupakan jenis anggrek khas Kabupaten Paser. Habitat Anggrek Hitam (Coelogyne Pandurate) pada umumnya tumbuh pada pohon tua, dekat pantai atau di daerah rawa dataran rendah yang cukup panas dengan penyebarannya di pulau Sumatera dan Kalimantan. Ada tiga
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 8
variasi Anggrek Hitam (Coelogyne Pandurate) yang hidup di Kabupaten Paser berdasarkan media tumbuh dan warna bunganya yaitu; media tanah, media batu dan media batang. Selain jenis anggrek di atas masih banyak jenis anggrek lain yang banyak terdapat di Kabupaten Paser. Selain anggrek hitam ada jenis anggrek lain yang juga dilindungi yaitu Anggrek Tebu (Grammatophyllum Speciosum) disebut anggrek tebu karena sosok batangnya yang menyerupai batang pohon tebu. Tanaman ini tersebar luas dari Sumatera, kalimantan, Jawa sampai Papua. Di Kabupaten Paser lebih dari 60 jenis anggrek yang terdapat di Taman Anggrek Sungai Riye seluas 20 hektar dari luas total 450 hektar, bahkan masih ada sekitar 1000 jenis anggrek lain yang belum diteliti jenisnya. Jumlah ini menunjukkan bahwa Kabupaten Paser merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai keanekaragaman flora yang cukup tinggi, sehingga keberadaan berbagai macam flora tersebut perlu dijaga kelestariannya. Selain itu jenis flora jenis fauna juga banyak dijumpai di hutan lindung Gn. Lumut yaitu tercatat sebanyak 33 jenis satwa liar yang terdapat di kawasan ini. Dari jumlah tersebut , kelompok mamalia merupakan kelompok yang terbesar, yakni 16 jenis (49%), disusul oleh kelompok aves sebanyak 11 jenis (33%). Sedangkan untuk kelompok reptilia Hanya 4 jenis (12%) dan kelompok primate yang terkecil yakni Hanya 2 jenis (6%). Dari seluruh jenis satwa liar terdapat 16 jenis yang dilindungi dengan undang – undang, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 07 Tahun 1999, yakni 12 jenis (75%) kelompok mamalia, 1 jenis (6%) kelompok primate, 2 jenis (13%) kelompok aves dan 1 jenis (6%) kelompok reptilia. Komposisi jenis satwa liar kelompok mamalia, primata, aves dan reptilia berdasarkan tingkat trofiknya dapat dikatakan masih lengkap karena terdiri dari carnivore, herbivore dan insectivore. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa siklus / rantai makanan pada kelompok mamalia masih dapat berlangsung dengan baik. Jenis – jenis satwa liar yang tergolong kedalam kelompok primate, relative jarang ditemukan dikawasan ini, ada 2 jenis hanya primate yang kadang – kadang ditemui yaitu Beruk (Macaca nemestrina) dan owa/klawat (Hylobates muellerii). Habitat dari jenis owa biasanya adalah lahan yang masih berhutan dengan makan dari buah – buaHan dan tunas muda daun ficus. Hal ini merupakan indikator bahwa kawasan hutan lindung ini terdiri dari vegetasi berhutan kendatipun dibeberapa areal terdapat vegetasi belukar. Jenis ini juga merupakan salah satu satwa primate arboreal murni yang peka terhadap gangguan, sehingga adanya keterbukaan tajuk mengakibatkan terjadinya migrasi keareal / habitat lain. Secara umum di Kabupaten Paser terdapat kurang lebih 24 jenis satwa yang dilindungi dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 07 Tahun 1999. Selain satwa liar yang termasuk kedalam kelompok mamalia, primate dan aves pada
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 9
kawasan lindung juga dijumpai pula beberapa jenis satwa liar kelompok reptilia. Berdasarkan informasi masyarakat setempat jenis – jenis reptilia yang sering dijumpai adalah biawak (Varamus salvator), ular sawa (Phyton nolurus), ular tikus (Elaphe radiate),dan ular pucuk (Dryophis prasinus). Bekantan (Navalis larvatus) umumnya terdapat disekitar sungai besar, rawa, hutan sekunder atau mangrove. Lutung Kelabu (Presbytis cristata) umum terdapat disekitar sungai dan hutan sekunder. Rusa Sambar (Cervus unicolor) umum terdapat di hutan sekunder yang relative landai maupun area sekitar rawa. Flora dan fauna ini perlu dilindungi dan dilestarikan karena mulai langka dan hampir punah keberadaannya, selain itu sebagian dari flora dan fauna tersebut merupakan ciri khas Kalimantan termasuk di Kabupaten Paser misalnya Anggrek Sirana dan Burung Enggang. Selain di hutan lindung Gunung Lumut berbagai macam flora dan fauna juga dapat dijumpai di hutan sekunder seperti di area hutan Damit dan Bekoso. Pada area ini tumbuhan Dipterocarp tidak terlalu mendominasi, kemungkinan disebabkan karena telah mengalami eksploitasi. Beberapa tanaman yang ada merupakan jenis tanaman buah seperti durian (Durio zibethinus), jambu (Euginia spp), rambutan (Nephelium lapacceum), belimbing (Averrhoea carambola), mangga (Mangifera indica) dan salak (Salacca edulis) meskipun frekwensi tanaman buah tersebut tidak terlalu tinggi. Selain itu juga banyak ditemukan jenis – jenis Palmae seperti rotan (Calamus spp), aren (Arenga pinnata), pinang (Areca catechu) dan jenis liana (Bauhinia spp).Tegakan pohon yang cukup umum antara lain adalah rengas, bungur, waru, kedawung, kupang, tarap dan beringin. Tipe hutan hujan tropis sekunder dataran rendah seperti didaerah Lempesu, Luan dan Sungai Terik tipikal tumbuhannya adalah Diptwrocarp (nanyuk,nansang,mayas,bekokal,minwei,ipil/ Intsia sp, medan) Cinnamomum sp, tempuro, kapur /Dryobalanops spp, gaharu/Aguilaria sp, Meranti/Shorea spp, bangkirai dan Kruing, Liana, palmae, rotan, kayu jati/sungkai juga cukup umum. Bambu apus (Gmelina arborea) merupakan vegetasi yang cukup dominan di Sungai Terik. Dekat dengan hutan Sungai Terik banyak terdapat tanaman buah rambutan, durian, nangka, cempedak dan langsat meskipun keberadaannya semakin berkurang. Diketahui bahwa berbagai macam flora dan fauna yang ada diatas sangat penting dan perlu dilindungi, tetapi jumlah dan speciesnya dari hari ke hari mengalami penurunan. Berkurangnya keanekaragaman hayati sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia yaitu perburuan liar, perdagangan illegal dan degradasi, konversi serta fragmentasi habitat sehingga mempercepat punahnya flora dan fauna yang dilindungi. Konversi hutan dilakukan untuk membuka lahan pemukiman, perkebunan pertambangan dan lain – lain sehingga fauna yang ada dikawasan tersebut merasa terganggu dan tidak aman sehingga akan berpindah
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 10
ketempat lain yang dirasa lebih aman dan mencukupi bahan makanannya. Selain itu masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai jenis – jenis flora dan fauna yang dilindungi juga ikut berpengaruh keberadaan keanekaragaman Hayati. Adanya kebiasaan masyarakat sekitar hutan lindung yang berburu satwa baik untuk kebutuhan sendiri maupun diambil nilai ekonomisnya seperti rusa juga ikut menurunkan keanekaragaman Hayati. Pada tahun 2008 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser telah mengembalikan kurang lebih hewan biuku (batagor baska) kembali ke habitatnya setelah di kembang biakan beberapa tahun di penangkaran biuku Desa Bekoso Kecamatan Pasir Belengkong.
Biuku (Batagus Baska)
Buah Paken (durio kutejensis)
Buah Mentega (Diospyros Blancoi)
Gambar. 2.4. Fflora dan fauna khas Kabupaten Paser
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 11
C.
Air Umumnya sungai – sungai yang ada di Kabupaten Paser mempunyai fungsi strategis terutama sebagai sarana transportasi air, sumber air bagi pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat yang bermukim di sepanjang sungai, maupun sarana air bersih dan air baku PDAM. Meskipun sangat penting peranan sungai – sungai tersebut tetapi dari segi kuantitas keadaannya semakin menurun dari tahun ke tahun. Selama ini belum ada pengukuran dan pengamatan kuantitas air / debit air secara rutin. Penentuan debit air sungai dilaksanakan dengan melakukan pengukuran lebar sungai, dalamnya sungai dan kecepatan aliran sungai. Berdasarkan data dari hasil studi dan evaluasi DAS Kandilo pada tahun 2006 terhadap 19 titik yang diharapkan dapat mewakili keadaan Sungai Kandilo yaitu; 4 titik pengukuran di Sungai Kandilo bagian Hulu dan tengah, 14 titik di anak – anak Sungai Kandilo dan 1 titik di hulu dan hilir di intake PDAM yang merupakan daerah pasang surut. Sub DAS Kandilo bagian hulu yaitu Sungai Komam dan Sungai Muara Kuaro merupakan sub DAS yang biasanya mempunyai debit air yang paling besar dimusim kemarau diantara DAS lainnya. Secara fisik kondisi perubahan kuantitas air baku pada sungai-sungai yang ada di Kabupaten Paser dapat dilihat berdasarkan musim yang sedang berlangsung, pada saat musim hujan air akan menjadi sangat berlimpah bahkan terjadi banjir pada wilayah tertentu, sedangkan pada musim kemarau sungai menjadi dangkal dan kering.
Gambar 2.5. Kondisi Air Sungai di Kabupaten Paser Pada Musim Hujan dan Musim Kemarau.
1.1. Kualitas Air Sungai Penilaian kualitas air untuk badan air/sungai di Kabupaten Paser saat ini berpedoman pada Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Setiap tahun Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser secara rutin melakukan pemantauan kualitas air sungai yang meliputi Sungai Kandilo, Anak Sungai Kandilo dan Sungai sungai lain yang ada di wilayah Kabupaten Paser terutama untuk sungai sumber air baku PDAM. Adapun sumber air baku PDAM berasal dari Sungai Kandilo untuk
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 12
masyarakat di Kecamatan Tanah Grogot, Pasir Belengkong, Batu Sopang, dan Muara Komam, Sungai Muru untuk Kecamatan Kuaro, Sungai Telake untuk Kecamatan Long Kali dan Sungai Lombok untuk kecamatan Long Ikis.
Gambar 2.6. Sumber Air Baku PDAM S. Kandilo Sangkuriman dan S. Lombok.
Sampai tahun 2011 titik sampling ada 28 (dua puluh delapan) titik pengambilan sampel. Setelah itu dilakukan uji sampling dengan penambahan titik sebanyak 4 (empat) lokasi sehingga berjumlah 32 (tiga puluh dua) titik. Hasil pengukuran terhadap beberapa parameter air sungai yang tidak sesuai dengan baku mutu air sesuai Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, antara lain : a. BOD, COD Biological Oksigen Demand atau BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk proses dekomposisi bahan organik dalam air. Dari Hasil pengujian diperoleh kandungan BOD dalam air cukup tinggi, beberapa diambang batas dan melebihi baku mutu. Hampir semua mengandung BOD diatas baku mutu yaitu 3 mg/l. Berdasarkan hasil analisa sampling pada tahun 2013 dapat dilihat kandungan BOD bervariasi dengan kandungan BOD tinggi di Sungai Seratai Jembatan Km 4 Tanah Grogot (9,75 mg/lL, Jembatan Seniur Kecamatan Kuaro (10,43 mg/L) dan Sungai Apar Besar (8,19 mg/L). Sedangkan di lokasi yang lainnya berkisar antara 3 – 5 mg/L (Gambar 2.7) Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya kebutuhan oksigen untuk menguraikan atau proses dekomposisi bahan kimia (organic/anorganik). Hasil analisa sampling pada Tahun 2013 ditemukan kandungan COD terbesar terdapat pada Sungai Soi Kecamatan Long Ikis (153 mg/L) dan melebihi baku mutu. Sedangkan di titik lain tidak ada yang melebihi baku mutu sebagaimana terlihat pada Gambar.2.8.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 13
Sungai Apar Besar Kec. Batu Engau Sungai Kerang Kec. Batu Engau Sungai Sebakung/ ds. Petiku Kec. Long Kali Sungai Telake Kec. Long Kali Sungai Sakurau kec. Long Ikis Sungai Lombok Kec. Long Ikis Sungai Soi Kec. Long Ikis Sungai Pekasau Kec. Kuaro Sungai Muru Kec. Kuaro Sungai Seratai (Jembatan Tanah Priuk) Kec. Tanah Grogot Sungai Seratai (Jembatan KM 4) Kec. Tanah Grogot Sungai Seratai (Jembatan Seniur) Kec. Kuaro Sungai Seratai (Lolo) Kec. Kuaro Sungai Kandilo (Pasar Senaken) Kec. Pasir Belengkong Sungai Belengkong (Kandilo) Kec. Pasir Belengkong Intake PDAM Sangkuriman (Kandilo) Kec. Paasir Belengkong Sungai Bekoso (Kandilo) Kec. Pasir Belengkong Sungai Lempese (Kandilo) Kec. Pasir Belengkong Sungai Luan (Kandilo) Kec. Muara Samu Sungai Biu (Kandilo) Kec. Muara Samu Jembatan Biu (Jembatan Gantung / Kandilo) Kec. Muara Samu Sungai Samurangau (Kandilo) Kec. Batu Sopang Muara Sungai Samurangau (Kandilo) Kec. Batu Sopang Jembatan Hauling Kideco (Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Legai (Jembatan Gantung/Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Terik (Kandilo) Kec. Batu Sopang Jembatan Batu Kajang (Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Kesungai (Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Songka (Kandilo) Kec. Batu Sopang Jembatan Gantung Batu Butok (Kandilo) Kec. Muara Komam Sungai Tulus (Kandilo) Kec. Muara Komam Sungai Muara Kuaro (Kandilo) Kec. Muara Komam BAKU MUTU
0
5
10
15
Gambar 2.7. Hasil pemeriksaan parameter BOD-5 (mg/l) Tahun 2013 (Sumber : Subbid. Pengendalian Perusakan Lingkungan BLH Kab.Paser)
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 14
Sungai Apar Besar Kec. Batu Engau Sungai Kerang Kec. Batu Engau Sungai Sebakung/ ds. Petiku Kec. Long Kali Sungai Telake Kec. Long Kali Sungai Sakurau kec. Long Ikis Sungai Lombok Kec. Long Ikis Sungai Soi Kec. Long Ikis Sungai Pekasau Kec. Kuaro Sungai Muru Kec. Kuaro Sungai Seratai (Jembatan Tanah Priuk) Kec. Tanah Grogot Sungai Seratai (Jembatan KM 4) Kec. Tanah Grogot Sungai Seratai (Jembatan Seniur) Kec. Kuaro Sungai Seratai (Lolo) Kec. Kuaro Sungai Kandilo (Pasar Senaken) Kec. Pasir Belengkong Sungai Belengkong (Kandilo) Kec. Pasir Belengkong Intake PDAM Sangkuriman (Kandilo) Kec. Paasir Belengkong Sungai Bekoso (Kandilo) Kec. Pasir Belengkong Sungai Lempese (Kandilo) Kec. Pasir Belengkong Sungai Luan (Kandilo) Kec. Muara Samu Sungai Biu (Kandilo) Kec. Muara Samu Jembatan Biu (Jembatan Gantung / Kandilo) Kec. Muara Samu Sungai Samurangau (Kandilo) Kec. Batu Sopang Muara Sungai Samurangau (Kandilo) Kec. Batu Sopang Jembatan Hauling Kideco (Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Legai (Jembatan Gantung/Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Terik (Kandilo) Kec. Batu Sopang Jembatan Batu Kajang (Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Kesungai (Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Songka (Kandilo) Kec. Batu Sopang Jembatan Gantung Batu Butok (Kandilo) Kec. Muara Komam Sungai Tulus (Kandilo) Kec. Muara Komam Sungai Muara Kuaro (Kandilo) Kec. Muara Komam BAKU MUTU
0
100
200
Gambar 2.8. Hasil pemeriksaan parameter COD (mg/l) Tahun 2013 (Sumber : Subbid. Pengendalian Perusakan Lingkungan BLH Kab.Paser)
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 15
b. Residu Terlarut dan Residu Tersuspensi Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2011 batas maksimum untuk parameter Residu Terlarut (Total Dissolved Solid) maksimum 1000 mg/L untuk air Kelas II dan Residu Tersuspensi (Total Suspensed Solid) maksimum 50 mg/L untuk air Kelas II. Pada pengambilan sampel tahun 2010 diketahui bahwa nilai Residu Terlarut (TDS) tidak ada yang melebihi baku mutu padahal sampel diambil pada saat musim kemarau sedangkan sampel yang mengandung Residu Tersuspensi di atas baku mutu terdapat pada hampir semua Sungai dan tertinggi terdapat pada Sungai Samurangau (360 mg/L), Muara Sungai Samurangau (360 mg/L) , Sungai Belengkong (355 mg/L), Jembatan Batu Butok (360 mg/L). Nilai Residu Terlarut terendah ada di Sungai Samurangau sebesar 3,7 mg/L dan yang tertinggi ada di Sungai Seratai sebesar 1.323 mg/L dengan rata-rata 543,345 mg/L. Sedangkan Residu Tersuspensi yang terendah ada di Intake PDAM (17 mg/L) dan Sungai Seratai (Lolo) sebesar 47,5 mg/L. Sedangkan untuk akhir 2011 saat musim penghujan parameter TDS dan TSS dapat dilihat pada gambar. 2.13. Pada grafik terlihat bahwa hampir semua TDS berada di atas baku mutu yang dipersyaratkan namun tidak terlalu signifikan sedangkan TSS jauh berada di atas baku mutu. Hal ini menunjukkan banyak padatan tersuspensi yang sudah mencemari perairan utama di kawasan Kabupaten Paser. Tahun 2013 Badan Lingkungan Hidup menganalisa sebanyak 32 titik sampling untuk paramater Residu Terlarut (Total Dissolved Solid) dan Residu Tersuspensi (Total Suspensed Solid) yang hasilnya disajikan pada gambar 2.9 dan gambar 2.10. Dari gambar terlihat untuk TDS hampir semua berada jauh di bawah baku mutu yaitu 1.000 mg/L kecuali Sungai Apar besar yakni 5.940 mg/L. Sedangkan untuk parameter TSS sebagian titik lokasi sampling melebihi baku mutu yakni 50 mg/L. Adapun lokasi yang nilai TSS nya melebihi baku mutu berada di aliran Sungai Kandilo Kecamatan Batu Sopang dan Sungai Seratai sehingga ini harus menjadi bahan kebijakan selanjutnya bagaimana menyikapi keadaan ini sehingga diperoleh antisipasi yang tepat dan tidak merugikan berbagai pihak baik masyarakat maupun pelaku usaha yang berada di area tersebut.
.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 16
Sungai Apar Besar Kec. Batu Engau Sungai Kerang Kec. Batu Engau Sungai Sebakung/ ds. Petiku Kec. Long Kali Sungai Telake Kec. Long Kali Sungai Sakurau kec. Long Ikis Sungai Lombok Kec. Long Ikis Sungai Soi Kec. Long Ikis Sungai Pekasau Kec. Kuaro Sungai Muru Kec. Kuaro Sungai Seratai (Jembatan Tanah Priuk) Kec. Tanah Grogot Sungai Seratai (Jembatan KM 4) Kec. Tanah Grogot Sungai Seratai (Jembatan Seniur) Kec. Kuaro Sungai Seratai (Lolo) Kec. Kuaro Sungai Kandilo (Pasar Senaken) Kec. Pasir Belengkong Sungai Belengkong (Kandilo) Kec. Pasir Belengkong Intake PDAM Sangkuriman (Kandilo) Kec. Paasir Belengkong Sungai Bekoso (Kandilo) Kec. Pasir Belengkong Sungai Lempese (Kandilo) Kec. Pasir Belengkong Sungai Luan (Kandilo) Kec. Muara Samu Sungai Biu (Kandilo) Kec. Muara Samu Jembatan Biu (Jembatan Gantung / Kandilo) Kec. Muara Samu Sungai Samurangau (Kandilo) Kec. Batu Sopang Muara Sungai Samurangau (Kandilo) Kec. Batu Sopang Jembatan Hauling Kideco (Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Legai (Jembatan Gantung/Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Terik (Kandilo) Kec. Batu Sopang Jembatan Batu Kajang (Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Kesungai (Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Songka (Kandilo) Kec. Batu Sopang Jembatan Gantung Batu Butok (Kandilo) Kec. Muara Komam Sungai Tulus (Kandilo) Kec. Muara Komam Sungai Muara Kuaro (Kandilo) Kec. Muara Komam BAKU MUTU
0
2000
4000
6000
8000
TDS (mg/L)
Gambar 2.9. Hasil pemeriksaan parameter Residu Tersuspensi (TDS) Tahun 2013.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 17
Sungai Apar Besar Kec. Batu Engau Sungai Kerang Kec. Batu Engau Sungai Sebakung/ ds. Petiku Kec. Long Kali Sungai Telake Kec. Long Kali Sungai Sakurau kec. Long Ikis Sungai Lombok Kec. Long Ikis Sungai Soi Kec. Long Ikis Sungai Pekasau Kec. Kuaro Sungai Muru Kec. Kuaro Sungai Seratai (Jembatan Tanah Priuk) Kec. Tanah Grogot Sungai Seratai (Jembatan KM 4) Kec. Tanah Grogot Sungai Seratai (Jembatan Seniur) Kec. Kuaro Sungai Seratai (Lolo) Kec. Kuaro Sungai Kandilo (Pasar Senaken) Kec. Pasir Belengkong Sungai Belengkong (Kandilo) Kec. Pasir Belengkong Intake PDAM Sangkuriman (Kandilo) Kec. Paasir Belengkong Sungai Bekoso (Kandilo) Kec. Pasir Belengkong Sungai Lempese (Kandilo) Kec. Pasir Belengkong Sungai Luan (Kandilo) Kec. Muara Samu Sungai Biu (Kandilo) Kec. Muara Samu Jembatan Biu (Jembatan Gantung / Kandilo) Kec. Muara Samu Sungai Samurangau (Kandilo) Kec. Batu Sopang Muara Sungai Samurangau (Kandilo) Kec. Batu Sopang Jembatan Hauling Kideco (Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Legai (Jembatan Gantung/Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Terik (Kandilo) Kec. Batu Sopang Jembatan Batu Kajang (Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Kesungai (Kandilo) Kec. Batu Sopang Sungai Songka (Kandilo) Kec. Batu Sopang Jembatan Gantung Batu Butok (Kandilo) Kec. Muara Komam Sungai Tulus (Kandilo) Kec. Muara Komam Sungai Muara Kuaro (Kandilo) Kec. Muara Komam BAKU MUTU
0
200
400
600
800
1000
TSS (mg/L)
Gambar 2.10. Hasil pemeriksaan parameter Residu Tersuspensi (TSS) Tahun 2013.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 18
1.2. Kualitas Air Danau/Embung/Kolam Selain sungai, di Kabupaten Paser sampai saat ini terinventarisasi sebanyak 6 (enam) danau, 3 (tiga) kolam, 7 (tujuh) waduk dan 6 (enam) embung yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan yang merupakan Daerah Tangkapan Air (DTA) yang juga digunakan sebagai sumber air minum, persawahan maupun keperluan lainnya bagi masyarakat sekitarnya. Sebagian merupakan danau buatan sedangkan yang lainnya terjadi secara alamiah. Danau terbesar yakni Waduk Tandarayan yakni seluas 18,17 Ha dengan volume air 2.169.276 m3 yang berada di wilayah PT. Kideco Jaya Agung (Pertambangan Batubara). Sedangkan yang lainnya rata-rata memiliki luas berkisar antara 0,5 – 4 Ha. Pada tahun 2013 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser melakukan kegiatan pengambilan sampling dan uji kualitas air untuk kategori air permukaan ini yakni sebanyak 5 (lima) titik lokasi. Hasil analisa kualitas air untuk parameter TSS, BOD dan COD dapat dilihat pada gambar 2.11. sedangkan parameter TDS dapat dilihat pada gambar 2.12. 140
120
100
80
60
40
20
0 BAKU MUTU
Danau KM.18 Jl. Waduk Tandarayan Embung Muru Kec. Hauling PT. KJA Kuaro
Embung Telaga Embung Eks. BHP / Ungu Wisata Lati Petangis
TSS (mg/ L)
COD (mg/L)
BOD (mg/L)
Gambar 2.11. Hasil analisa kualitas air danau, kolam, embung dan waduk untuk parameter TSS, COD dan BOD di Kabupaten Paser Tahun 2013.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 19
1200
1000
800
600
400
200
0 BAKU MUTU
Danau KM.18 Jl. Hauling PT. KJA
Waduk Tandarayan
Embung Muru Kec. Kuaro
Embung Telaga Embung Eks. BHP Ungu / Wisata Lati Petangis
TDS (mg/L)
Gambar 2.12. Hasil analisa kualitas air danau, kolam, embung dan waduk untuk parameter TDS di Kabupaten Paser Tahun 2013.
Untuk parameter BOD dan COD untuk kelima lokasi rata-rata berada di atas baku mutu meskipun tidak begitu signifikan namun keadaan ini perlu diwaspadai lebih dini mengingat air permukaan ini juga digunakan untuk keperluan masyarakat disekitarnya. Sedangkan untuk parameter TSS, Waduk Tandarayan dan Embung Telaga Ungu berada di atas baku mutu, lebih-lebih Embung Muru Kec. Kuaro sangat jauh berada di atas baku mutu.yakni 130 mg/L. Namun untuk nilai TDS semuanya berada di bawah baku mutu. 1.3. Kualitas Air Sumur Tahun 2013 kualitas air sumur diuji, diharapkan masyarakat dapat mengetahui bahwa beberapa air sumur dapat dikonsumsi atau tidak. Dari hasil analisa di peroleh seperti terlihat pada gambar bahwa untuk parameter TSS, TDS dan dan COD berada di bawah baku mutu, sehingga keadaan ini perlu dijaga dan dipertahankan keberadaannya. Namun untuk BOD sudah berada di atas baku mutu meskipun nilainya tidak terlalu signifikan namun keadaan ini perlu diwaspadai lebih awal.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 20
60 50 40 30 20 10 0 BAKU MUTU
Sumur Belakang Sumur Belakang Sumur Gang Buen Sumur Pasar Sumur Samping Kantor Camat Batu Kantor Camat Desa Tapis Belengkong Kantor Camat Kuaro BOD (mg/L) (Parkiran Depan) TSSSopang (mg/ L) COD (mg/L)Belengkong
Gambar 2.13. Hasil analisa kualitas air sumur untuk parameter TSS, BOD dan COD di Kabupaten Paser Tahun 2013.
1200 1000 800 600 400 200 0 BAKU MUTU
Sumur Belakang Sumur Belakang Sumur Gang Sumur Pasar Sumur Samping Kantor Camat Kantor Camat Buen Desa Tapis Belengkong Kantor Camat Batu Sopang KuaroTDS (mg/L) (Parkiran Depan) Belengkong
Gambar 2.14. Hasil analisa kualitas air sumur untuk parameter TDS di Kabupaten Paser Tahun 2013
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 21
Penyebab Penurunan Kualitas dan Kualitas Air 1. Penebangan hutan Adanya penebangan hutan yang tidak memperhatikan kaidah lingkungan terutama di daerah aliran sungai akan mengakibatkan erosi disungai / badan air yang ditandai dengan warna air yang coklat kekuning – kuningan dan berada diatas ambang batas toleransi yaitu diatas 57 skala TCU. Warna kekuning – kuningan ini disebabkan oleh padatan tersuspensi dan terlarut dari bahan organik dan liat. Bahan organik ini merupakan salah satu komponen yang terangkut dalam proses erosi, baik yang bersifat koloid maupun yang masih kasar. 2. Kegiatan Pertambangan Pencemaran air dari kegiatan pertambangan adalah bersumber dari air limbah proses pengolahan. Hasil tambang dan air run off dari wilayah tambang. Sebelum dibuang ke sungai limbah air buangan dari genangan air yang berasal dari lubang ( fit ) tambang ditampung terlebih dahulu disettling pond ( bak pengendap ) kemudian hasil pengendapan selanjutnya dialirkan di badan air. Dalam hal proses pengolahan air limbah pertambangan ini tidak dilakukan secara sempurna akan memberikan dampak negatif berupa pencemaran atau kerusakan bagi badan perairan umum sebagai penerima akhir dari proses pengolahan air limbah tersebut. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa menurunnya kandungan pH dalam air sehingga air bersifat lebih asam dari sungai lain. Penurunan keasaman disebabkan adanya bahan tambang yaitu Ferro Sulfida (FeS). 3. Industri Pengolahan Kelapa Sawit (CPO) Air buangan industri pengolahan minyak sawit (Pabrik Minyak Sawit) mengandung padatan tersuspensi yang cukup tinggi yang berupa senyawa organik dan senyawa anorganik. Adanya kandungan padatan suspensi akan menghalangi sinar matahari menembus ke dalam air yang menyebabkan terganggunya proses fotosintesis tumbuhan air dan suplain oksigen terlarut (DO) dalam airpun berkurang. Kandungan lain yang terdapat pada hasil limbah pengolahan CPO adalah minyak dan lemak. Adanya kandungan minyak dan lemak akan menghambat masuknya oksigen dan sinar matahari kedalam air. Warna air yang kehitaman dan menimbulkan bau merupakan salah satu indikasi terjadinya pencemaran limbah dari pengolahan minyak kelapa sawit. 4. Penambangan Emas Rakyat Dampak yang dimunculkan dari aktifitas penambangan emas rakyat yang umumnya disebut dengan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) adalah adanya tingkat kekeruhan yang tinggi dan warna air yang kuning kecoklatan yang disebabkan oleh warna tanah dari proses penambangan yang dialirkan/dibuang langsung ke
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 22
badan sungai. Penambangan emas juga menyebabkan padatan tersuspensi (TSS) dalam air menjadi tinggi sehingga mengakibatkan peningkatan kekeruhan. Penambangan emas oleh masyarakat banyak dilakukan di daerah hulu sungai antara lain Sungai Biu, Sungai Samu, Sungai Songka, Sunga Setiu dan Sungai Serakit yang berada di Kecamatan Muara Komam dan Kecamatan Batu Kajang. 5. Penambangan Golongan C ( Pasir / Batu Sungai ) Adanya kegiatan penambangan pasir di sungai akan menimbulkan padatan terlarut Hal ini disebabkan karena padatan terlarut yang sebelumnya terikat pada padatan sediment muncul kepermukaan, karena padatan sedimennya terangkut, maka timbullah kekeruhan dalam air. Kegiatan penambangan pasir di Kasungai banyak dilakukan di pinggir sungai sehingga tidak banyak berpengaruh terhadap kualitas air sungai. Hal ini dibuktikan dengan keadaan air sungai Kasungai yang masih bagus dan jernih. Sedangkan penambangan pasir sungai yang dilakukan di Sungai Kandilo Tanah Grogot banyak pada badan sungai yang kemudian diangkut kepinggir sungai sehingga menimbulkan kekeruhan. Metode yang digunakan dalam penambangan golongan C tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu dilakukan secara manual dengan cara penyelaman dan penambangan secara mekanis mempergunakan peralatan mesin penyedot. 6. Kegiatan Lain Kabupaten Paser adalah merupakan kawasan yang memiliki potensi yang cukup luas sebagai wilayah pengembangan sektor pertanian dan perkebunan. Dampak dari kegiatan pembukaan lahan pelaksanaan pengembangan perkebunan kelapa sawit dan pembukaan lahan yang luas bagi kegiatan pertanian juga memberikan dampak pencemaran terhadap badan – badan perairan umum. Umumnya pengaruh yang diberikan dari kedua aktivitas tersebut adalah peningkatan erosi tanah permukaan yang mengakibatkan meningkatnya kandungan Total Suspended Solid (TSS) dan penggunaan bahan organik yang berasal dari pupuk yang dapat mengakibatkan terganggunya ekosistem perairan. Dampak yang ditimbulkan dari penurunan kualitas dan kuantitas air sebagian sudah disampaikan diatas. Secara umum dampak dari penurunan kualitas dan kuantitas air adalah air tidak dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya. Dampak tersebut terutama dirasakan oleh masyarakat sekitar yang memanfaatkan sungai untuk kebutuhan hidupnya dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang memanfaatkan sungai sebagai sumber baku air minum. Bagi PDAM air yang tercemar membuat air tidak layak untuk diminum serta membutuhkan proses dan biaya yang lebih tinggi untuk pengolahan air minum. Permasalahan yang dihadapi PDAM dari penurunan kuantitas air adalah
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 23
berkurangnya sumber baku air minum terutama pada musim kemarau yang pada akhirnya berdampak pada masyarakat pelanggan PDAM karena pasokan air minum yang tidak lancar. Dampak dari penurunan kuantitas air juga dirasakan oleh masyarakat sekitar sungai yang kesulitan memperoleh air terutama pada musim kemarau. Penurunan kualitas air juga berdampak pada kesehatan yaitu menyebabkan penyakit kulit (gatal-gatal, kudis,kutu air), mata dan penyakit gangguan pencernaan. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan orang banyak sehingga perlu dijaga kelestariannya sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan. Pelestarian kualitas air dapat dilakukan pada sumber air yang terdapat di hutan lindung. Sedangkan pengelolaan kualitas air pada sumber air diluar hutan lindung dapat dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air sehingga kualitas air sesuai dengan baku mutunya. Agar kerusakan air tidak semakin parah maka kegiatan secara dini baik melalui tindakan pemantauan, pencegahan maupun pengamatan sangat penting. Kegiatan yang harus dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain : Penerapan pemanfaatan kawasan sesuai dengan RTRW Kabupaten Paser Melakukan pengawasan secara reguler terhadap sumber – sumber pencemar (pertambangan, perkebunan, Industri, dan lain-lain). Pemantauan dan pengawasan kualitas air baku dan air minum melalui pengujian kualitas laboratorium secara rutin. Melakukan pengambilan dan pengujian sample air sungai yang dilakukan secara rutin sebanyak dua kali (musim hujan dan musim kemarau) dalam satu tahun, demikian pula air permukaan lainnya. Melakukan inventarisasi daerah tangkapan air dan sumber-sumber air untuk menjaga kuantitas air di Kabupaten Paser. Penerapan peraturan yang ketat untuk pemeliharaan buffer zone terutama didaerah sempadan sungai dan kawasan tangkapan air serta kawasan lindung lainnya. Reboisasi pada lahan-lahan kritis. Penerapan kewajiban Analisis Kelayakan Lingkungan terhadap kegiatan/usaha yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak negatif dan besar bagi lingkungan dalam pelaksanaan usaha/kegiatannya. Meningkatkan komunikasi dengan masyarakat dalam rangka kebersamaan dalam pengawasan dan pengendalian pencemaran air. Masyarakat yang memanfaatkan air sungai untuk kebutuhannya agar melakukan pengolahan dasar seperti pemberian tawas/koagulan.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 24
D.
Udara Berdasarkan Keputusan Gubernur Kaltim Tahun 339 Tahun 1988 Pencemaran Udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke udara dan atau berubahnya tekanan udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ketingkat tertentu menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya. Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara definisinya menjadi masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhinya. Pertambangan batubara, perkebunan sawit dan pabrik minyak sawit masih mendominasi kegiatan ekonomi di kawasan Kabupaten Paser. Salah satu komponen lingkungan yang terpengaruh dengan adanya kegiatan tersebut adalah udara, dimana didalam udara terkandung zat – zat yang apabila melampaui batas tertentu akan mempengaruhin kesehatan manusia sehingga perlu adanya eliminasi dan pencegahan terhadap pencemaran udara, salah satunya dengan melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap kualitas udara tersebut. Zat – zat pencemar diantaranya adalah Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Debu Total (TSP), Karbon Monoksida (CO), NO3 dan amonia (NH3). Secara umum keadaan udara Kabupaten Paser masih cukup baik dan tidak menunjukkan gejala – gejala yang mengkhawatirkan jika berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999. Dari hasil analisa laboratorium udara ambien untuk parameter Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), NO3 dan amonia (NH3) masih jauh dibawah batas baku mutu. Sedangkan untuk Debu (TSP) di beberapa titik mempunyai kandungan yang melebihi baku mutu dan itupun fluktuatif artinya untuk pengambilan sampling di periode berbeda nilainya di bawah baku mutu. Hasil pemeriksaan udara ambient dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan diantaranya cuaca, angin, kelembaban, suhu, dan aktifitas disekitar tempat pemantauan. Adanya aktifitas kendaraan bermotor yang cukup tinggi seperti di jalan raya, lingkungan industri atau pertambangan akan menghasilkan kandungan Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Oksida (NOx) , dan Karbon Monoksida (CO) yang lebih tinggi dari pada di lokasi lain. Hal ini disebabkan adanya emisi kendaraan bermotor yang mengandung zat – zat yang yang beracun yang berasal dari emisi buangan proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dikeluarkan dari knalpot kendaraan bermotor. Pemantauan dan pengukuran kualitas udara di Kabupaten Paser selama ini
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 25
hanya meliputi kualitas udara ambient, sedangkan kualitas udara emisi terutama yang dihasilkan dari proses atau kegiatan industri misalnya industri pengolahan minyak sawit meskipun penting tetapi sampai saat ini belum dilaksanakan, pemantauan hanya dilaksanakan melalui laporan hasil swapantau yang dilakukan oleh masing-masing industri yang bersangkutan. 2. Sumber Tidak Bergerak Penyumbang pencemaran udara dari sumber tidak bergerak berasal dari kegiatan yang disengaja maupun tidak disengaja. Kegiatan yang tidak disengaja misalnya adanya kebakaran hutan dan lahan yang ditimbulkan dari proses alam, ataupun kebakaran hutan dan lahan yang disebabkan karena kesengajaan manusia dalam membuka lahan untuk pertanian, pembukaan tambak, perkebunan, industri maupun pertambangan. Kegiatan pertambangan yang ada di Kabupaten Paser yang berpotensi menimbulkan pencemaran udara adalah pertambangan batu bara, nikel maupun bahan galian golongan C. Sumber pencemaran udara dari sumber tidak bergerak lainnya adalah dari sektor industri, baik industri skala kecil, skala sedang atau besar. Salah satu industri rumah tangga yang berpotensi menimbulkan pencemaran udara adalah pembakaran batu bata yang menggunakan kayu dan sekam padi sebagai bahan bakarnya ataupun pembuatan / pembakaran batu gamping. Disamping itu proses pengemasan batu gamping kewadah/karung juga berpotensi menimbulkan pencemaran udara terhadap pekerjanya maupun lingkungan sekitar. Industri batu bara dan pembakaran batu gamping banyak terdapat di Kecamatan Long Kali dan Long Ikis. Sumber Pencemaran udara lainnya yang berpotensi menimbulkan penurunan kualitas udara adalah dari proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) yang menggunakan solar sebagai bahan bakar utama serta memanfaatkan tandan kosong untuk menggerakkan broiler.
Gambar 2.15. Sumber pencemaran udara dari sumber tidak bergerak pengolahan minyak sawit Long Pinang dan Mendik (Sumber : Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kab. Paser)
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 26
Di Kabupaten Paser saat ini terdapat 8 (delapan) Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) yaitu PTPN XIII Long Pinang, PTPN XIII Samuntai , PTPN XIII Mendik, PT. Agro Inti Kencana Mas (AIK), PT. Harapan Sawit Sejahtera (HSS), PT. Buana Wira Subur, PT. Sahabat Sawit Sejahtera. Sedangkan hasil pemantauan udara ambien dengan menggunakan Massive Sampler dari Pusarpedal Tahun 2012 untuk pemukiman (NO2 = 14,16 µg/m3 dan SO2 = 2,62 µg/m3) dan perkantoran / komersil (NO2 = 11,88 µg/m3 dan SO2 = 3,81 µg/m3 ) diperoleh angka-angka yang menunjukkan bahwa NO2 dan SO2 masih berada dibawa baku mutu kualitas udara seperti yang dipersyaratkan. Dampak Penurunan Kualitas Udara Berbagai kegiatan baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak telah menyebabkan kualitas udara menurun, meskipun masih dalam batas toleransi. Berbagai penyakit yang ditimbulkan akibat pencemaran udara dan banyak diderita masyarakat adalah penyakit infeksi saluran pernafasan yang beberapa tahun terakhir tetap merupakan sepuluh penyakit terbesar di Kabupaten Paser dari total penderita 10 (sepuluh) penyakit terbesar di Kabupaten Paser. Walaupun kualitas udara di Kabupaten Paser secara umum masih relatif baik, namun apabila kondisi tersebut tidak dipertatankan maka pada suatu saat kondisi kualitas udara akan mengalami penurunan, hal ini juga berkaitan erat dengan samakin besarnya peluang berinvestasi khususnya bidang industri, pertambahan jumlah penduduk, pertambahan jumlah sumber pencemar dari sumber bergerak dan peningkatan ekonomi. Untuk menjaga dan mempertahankan kualitas udara yang baik tersebut serta mengurangi pencemaran udara yang ditimbulkan dari sumber bergerak dan sumber tidak bergerak perlu dilakukan beberapa upaya baik terhadap sumber pencemarnya maupun lingkungan sekitar. Upaya-upaya tersebut diantaranya adalah: 1.
2.
3.
Melakukan Penanaman pohon dipinggir jalan dan pembuatan taman kota selain memperindah pemandangan dan tempat rekreasi juga dapat menangkap emisi buangan proses pembakaran bahan bakar yang dikeluarkan dari knalpot kendaraan bermotor. Melaksanakan pemeriksaan emisi kendaraan bermotor secara berkala dengan melakukan uji kelayakan yang wajib diperuntukan bagi kendaraan umum setiap tahun, yang dilakukan oleh Balai Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) Daerah. Pengawasan dan pemantauan kewajiban pelaksanaan swapantau terhadap usaha dan atau kegiatan industri sesuai dokumen Pengelolaan Lingkungan (AMDAL, RKL/RPL) yang dimiliki dan yang Harus dilaksanakan oleh pemrakarsa.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 27
Penetapan Kawasan Terbuka Hijau (Hutan Kota dan Taman Kota). Pengawasan dan pembinaan terhadap kegiatan industri atau sumber pencemar tidak bergerak dilakukan dengan pengetatan pengelolaan pada sumbernya seperti dengan kewajiban pemasangan sarana pengukuran emisi buang pada cerobong-cerobong asap, pemasangan jaring penangkap debu dan tindakan lain yang berfungsi untuk mengurangi terjadinya pencemaran udara. 6. Bagi kegiatan yang menimbulkan debu dapat melakukan penyiraman berkala di jalur transportasi untuk meminimalkan debu yang beterbangan. 7. Melaksanakan proses penegakan hukum bagi para pelaku pembukaan lahan dengan cara dibakar. 8. Melaksanakan program pengujian dan pengukuran kualitas udara di Kabupaten Paser secara berkala setiap tahun. 9. Meningkatkan peran serta perusahaan dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) khusus di bidang peningkatan tingkat keseHatan masyarakat disekitar kawasan perusahaan beroperasi. 10. Saat ini telah dilaksanakannya pemasangan alat MASSIVE SAMPLER yang digunakan untuk memantau kualitas udara yang dipasang pada titik-titik yang tingkat penurunan kualitas udaranya tinggi. Dimana datanya diambil setiap dua minggu sekali. 4. 5.
E.
Laut, Pesisir, dan Pantai Kabupaten Paser merupakan salah satu Kabupaten di Kalimantan Timur yang mempunyai sumber daya alam hayati laut yang cukup kaya. Luas wilayah perairan Kabupaten Paser 752,76 km2 yang tersebar di tujuh kecamatan dengan kecamatan terluas wilayah perairannya Kecamatan Tanjung Harapan, dengan panjang garis pantai di Kabupaten Paser ± 191,930 km. Kecamatan Tanjung Harapan merupakan kecamatan yang memiliki wilayah laut terluas yaitu 233,63 km2 yang tersebar di empat desa. Adapun kecamatan yang tidak memiliki wilayah pesisir dan laut adalah Kecamatan Batu Sopang, Muara Komam dan Muara Samu. Pesisir dan laut merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang cukup penting karena wilayah ini memiliki sumber daya alam yang sangat kaya dan beragam, baik sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Selain itu wilayah ini juga mempunyai peranan yang cukup penting di sektor ekonomi, seperti transportasi dan pelabuhan, industri, pemukiman, perikanan dan pariwisata. Ekosistem pesisir dan laut merupakan suatu himpunan integral dari komponen biotik (fisik-kimia) dan abiotik (organisme hidup) yang berhubungan satu sama lainnya dan saling berinteraksi membentuk suatu sruktur fungsional. Teluk Adang dan Teluk Apar merupakan teluk – teluk utama yang menyusun bentangan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 28
geografi wilayah pesisir Kabupaten Paser. Teluk Adang dikelilingi oleh empat kecamatan, yaitu Long Kali, Long Ikis, Kuaro dan Tanah Grogot. Sementara kawasan Teluk Apar terletak diantara dua kecamatan, yaitu Kecamatan Tanah Grogot dan Tanjung Harapan. Kedua teluk tersebut merupakan kawasan pesisir yang berinteraksi sangat kuat dengan daratan dan lahan termasuk didalamnya daerah aliran sungai (DAS) yang ada disekitarnya. Sungai – sungai yang ada dikawasan Teluk Adang yaitu : Sungai Telake, Sungai Lombok, Sungai Adang, Sungai Kuaro, Sungai Siput, Sungai Tedung, Sungai Pampang, Sungai Raya dan Sungai Air Mati. Sedangkan sungai – sungai yang terdapat disekitar Teluk Apar yaitu ; Sungai Jenggeru, Sungai Apar Besar, Sungai Kerang dan Sungai Segendang. Dengan banyaknya sungai dan muara sungai diwilayah pesisir ditambah dengan adanya hutan bakau, maka wilayah pesisir kaya akan sumber daya ikan. 1. Sumber Daya Hayati 1.1. Mangrove Sebagian besar luasan Kabupaten Paser merupakan wilayah dari 2 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Kandilo dan Telake. Sungai-sungai ini memiliki debit air yang besar dan berair sepanjang tahun. Anak-anak sungai yang cukup besar yang menjadi bagian dari DAS Kandilo ini adalah merupakan sub DAS-sub DAS dari DAS Kandilo. Terdapat 9 sub DAS di kabupaten ini yaitu sub DAS Kandilo bagian hulu ,sub DAS Kuaro, sub DAS Komam, sub DAS Kesungai, sub DAS Setiu, sub DAS Samurangau, sub DAS Biu, sub DAS Samu, sub DAS Seratai, sub DAS Pasir dan sub DAS Suliliran. Banyaknya aliran sungai yang terdapat di kabupaten ini menunjukkan bahwa daerah ini merupakan daerah dataran rendah yang sangat sesuai untuk kehidupan ekosistem mangrove terutama daerah yang berhubungan atau mendapat pengaruh dari perairan laut dengan perairan tawar. Sungai-sungai yang mengalir di Kabupaten Paser bermuara ke arah Timur di Selat Makasar melalui dua teluk yaitu : Teluk Adang dan Apar, kecuali Sungai Kandilo. Secara ekologis kawasan Pesisir merupakan kawasan yang banyak di tumbuhi oleh ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove di kedua kawasan teluk tersebut merupakan salah satu ekosistem mangrove terbaik yang ada di Indonesia. Keanekaragaman dan keragaman ekosistem mangrove di kedua kawasan tersebut sangat tinggi, hal ini menjadi salah satu alasan kedua kawasan teluk ini dijadikan kawasan Cagar Alam sehingga kondisi hutan mangrove yang memiliki fungsi ekologi da ekonomi tinggi tetap lestari. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Luas total hutan mangrove yang terdapat di kawasan Pesisir berdasarkan hasil analisis Citra Landsat
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 29
tahun 2002 dan hasil survey tahun 2003 adalah 54.116 Ha yang tersebar di kedua kawasan teluk tersebut. Apabila dibandingkan dengan luas tahun 2001, yaitu 59.879 Ha, maka hutan mangrove di Pesisir mengalami penyusutan sekitar 5.763 Ha (data PKSPL – IPB, 2004). Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Pertambangan 2010, luas mangrove di wilayah Pesisir Kabupaten Paser berjumlah 40.867 Ha. Hasil pengolahan data Citra Landsat Tim RZWP3K Kabupaten Paser 2013 untuk luasan Kabupaten Paser yang semakin berkurang menunjukkan kecenderungan bahwa semakin bertambahnya waktu maka luasan mangrove di kabupaten ini semakin menyusut. Penyusutan hutan mangrove di kedua kawasan teluk tersebut lebih banyak disebabkan karena faktor manusia, salah satunya adalah pengalihan pamanfaatan lahan menjadi kawasan pertambakan dan pemukiman. Di beberapa lokasi, kerusakan ekosistem mangrove yang dikonversi hanya menyisakan mangrove yang sangat tipis yang memisahkan antara tambak dengan hutan mangrove. Kawasan hutan mangrove yang ada di Kabupaten Paser umumnya terdiri atas asosiasi beberapa suku dan jenis mangrove maupun vegetasi lainnya yang mempunyai kemampuan adaptasi terhadap lingkungan fisik kawasan. Terdapat 8 (delapan) jenis dari 5 suku vegetasi mangrove yang tumbuh di sepanjang pesisir Kabupaten Paser sebagaimana terlihat pada Tabel dibawah. Tabel 2.1 Suku dan Jenis Mangrove yang Terdapat di Kabupaten Paser No 1
Suku Verbenaceae/ Avecenniaceae
2
Sonneratiaceae
3
Rhyzophoraceae
4
Meliaceae
5
Palmae
Jenis
Teluk Apar
Avecennia marina
v
Sonneratia alba Aegiceras carniculatum Rhyzophora mucronata Ceriops decandra Bruguiera parviflora Bruguiera sexagula Nypa sp.
v v v v v v v
Teluk Adang v v v v v V
Sumber : Bapedalda Kabupaten Pasir Tahun 2000. Ket : v = terdapat jenis tersebut ; - = tidak terdapat jenis tersebut
Kedelapan jenis dari lima suku mangrove yang ada di Kabupaten Paser ini keseluruhannya terdapat di kawasan Teluk Apar sedangkan di kawasan Teluk Adang hanya terdapat enam jenis dari lima suku mangrove yang ada. Jenis yang tidak terdapat di kawasan Teluk Adang yaitu Ceriops decandra (suku Rhyzophoraceae) dan Bruguiera sexagula (suku Meliaceae). Dengan fungsi ekologis yang sangat penting bagi ekosistem perairan umum dan kawasan pesisir lainnya menyebabkan keberadaan dan fungsi kawasan mangrove di Pesisir harus tetap dilestarikan sebagai suatu sistem penyangga.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 30
Kondisi ekosistem mangrove di Kabupaten Paser secara keseluruhan sampai saat ini kondisi mangrove tersebut dalam kondisi kurang baik karena sudah terdegradasi oleh pembukaan lahan pertambakan serta pengaruh arus dan gelombang yang secara bertahap mengikis akar bakau yang memiliki kepadatan yang rendah akibat kematian. Faktor kerusakan alamiah pada umumnya timbul dari fenomena fisik alami yang menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan komunitas mangrove pada suatu kawasan sehingga mengancam keberadaan komunitas mangrove tersebut. Bentuk – bentuk penyebab kerusakan alamiah yang terjadi di kedua teluk tersebut antara lain adalah abrasi pantai oleh gelombang laut dan fluktuasi suplai air tawar maupun sedimen dari arah daratan. Kerusakan akibat abrasi terjadi pada kawasan hutang mangrove di sekitar Teluk Adang, seperti desa Muara Pasir. Abrasi di kawasan ini, disamping akibat gelombang laut juga dipengaruhi oleh arus air sungai kandilo. Pada bagian-bagian tertentu dari daerah muara sungai, arus air yang kuat mengikis tebing sungai yang ditumbuhi oleh vegetasi Mangrove dan Nypah serta membawa sedimen yang terkikis dari bagian sungai tersebut ke bagian sungai lainnya yang berseberangan. Akibatnya ada bagian-bagian tertentu mengalami abrasi/pengikisan tebing sungai dan ada pula bagian muara sungai yang menerima suplai sedimen. Pada daerah yang mengalami abrasi terjadi penyusutan media tumbuh vegetasi mangrove yang mengakibatkan kematian sebagian dari populasi mangrove yang tumbuh di kawasan tersebut, namun pada kawasan yang mendapat suplai sedimen dari kawasan yang terabrasi (sebelah muara dari Desa Muara Pasir) vegetasi mangrovenya mengalami pertumbuhan dan perkembangbiakan populasi yang cepat. Dibandingkan kerusakan yang terjadi akibat faktor alamiah, kerusakan akibat pendayagunaan sumberdaya kawasan oleh berbagai aktivitas manusia memiliki skala luasan dan intensitas kerusakan yang jauh lebih besar. Bentuk kerusakan ini antara lain berupa musnahnya vegetasi mangrove pada suatu kawasan serta penurunan populasi dan keragaman jenis mangroveyang ada. Jenis kegiatan yang paling ekstensif dalam pendagunaan kawasan hutan mangrove di kedua kawasan teluk tersebut adalah kegiatan di bidang perikanan (Tambak) kemudian disusul oleh pemukiman, prasarana umum dan lainnya. Akibat dari kegiatan-kegiatan di atas adalah terjadinya penyusutan kawasan karena musnahnya vegetasi mangrove di daerah-daerah yang dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan di atas. Disamping musnahnya vegetasi akibat pendayagunaan kawasan hutan mangrove, bentuk kerusakan kawasan lainnya yang terjadi di Kabupaten Paser adalah penurunan kerapatan populasi dan keragaman jenis yang ada. Hal ini terjadi akibat penebangan jenis-jenis tertentu yang bernilai ekonomis tinggi seperti Avicenia marina yang dimanfaatkan sebagai bahan baku industri meubel. Dengan penebangan jenis-jenis hutan mangrove tertentu yang berkualitas, dikawatirkan akan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 31
mengurangi/memusnahkan populasi pohon induk yang baik yang mampu menghasilkan anakan/bibit mangrove yang berkualitas pula. 1.2. Padang Lamun (Sea Grass Beds) dan Terumbu Karang (Coral)
Reefs)
Lamun (Sea Grass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam didalam laut. Lamun hidup diperairan dangkal agak berpasir yang sering dijumpai diterumbu karang. Secara ekologis padang lamun memiliki beberapa fungsi penting bagi daerah pesisir antara lain: sumber utama produktifitas primer, sumber makanan penting bagi oragnisme (dalam bentuk detritus), tempat berlindung organisme, tempat pembesaran bagi beberapa species yang menghabiskan masa dewasanya dilingkungan ini misalnya udang dan ikan beronang dan sebagai peredam arus sehingga menjadikan perairan disekitarnya tenang. Kabupaten Paser tidak memiliki lamun. Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat didaerah tropis. Terumbu terbentuk dari endapan – endapan massif terutama kalsium karbonat yang diHasilkan oleh organisme karang , alga berkapur dan organisme – organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat. Terumbu karang kaya akan keragaman species penghuninya. Salah satu penyebab tingginya keragaman species ini adalah karena variasi habitat yang terdapat diterumbu. Selain itu berbagai jenis biota yang hidup didaerah terumbu karang merupakan suatu komonitas yang terdiri dari berbagai tingkatan trofik, dimana masing – masing komponen dalam komonitas ini memiliki ketergantungan yang erat satu sama lain. Terumbu karang dijadikan tempat oleh berbagai jenis biota laut, baik sebagai tempat berlindung dan mencari makan maupun sebagai tempat pemijaHan dan pembesaran sehingga terumbu karang memberikan andil yang besar bagi keanekaragaman biota dan dapat menjadi sumber plasma nutfah bagi ekosistem pesisir maupun lautan. Disamping itu terumbu karang dapat melindungi komponen ekosistem pesisir dan laut lainnya dari tekanan gelombang dan badai. Perairan hangat di daerah tropis memiliki komunitas yang jumlahnya berlimpah dan berwarna-warni dari seluruh lautan di dunia. Perairan hangat di daerah tropis tersebut terkandung ekosistem terumbu karang yang merupakan ekositem terkaya di lautan dengan keanekaragaman yang tak tertandingi di dalamnya. Ikan terkecil hingga ikan dengan ukuran terbesar dilautan berenang di ekosistem ini. Selain itu, banyak pula biota laut lain yang hidup di ekosistem ini seperti gastropoda, bivalvia, cephalopoda, holothuria dan banyak lagi. Semua biota itu ada karena adanya terumbu karang. Mereka datang karena terumbu karang yang sehat menyediakan tempat tinggal, tempat berlindung, tem[at berkembang biak (Spawning ground), tempat pembesaran (Nursey ground), dan mencari makanan (Feeding ground) bagi ribuan biota laut yang tinggal di dalam dan di sekitarnya. Tidak ada
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 32
wilayah laut lain yang mempunyai begitu banyak jenis kehidupan dengan rantai makanan yang sangat produktif seperti terumbu karang. Secara langsung maupun tidak langsung terumbu karang mampu mendukung kehidupan manusia, khususnya dalam sektor perikanan. Dari 1km2 terumbu karang yang sehat, dapat diperoleh 20 ton ikan yang cukup untuk memberi makan 1.200 orang di wilayah pesisir setiap tahun (Burke et al.,2002). Tapi tidak ada satupun makhluk hidup yang akan tinggal dilingkungan ini jika ada terumbu karang. Tak heran jika degradasi terumbu karang yang parah memberikan dampak pada turunnya produksi perikanan tangkap, semakin kecilnya ukuran ikan yang tertangkap dan semakin jauhnya daerah penangkapan (fishing ground). Sebagai contoh di Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara yang merupakan daerah konservasi terumbu karang yang kondisinya masih relatif sehat, waktu yang dibutuhkan nelayan ditaman nasional untuk memamgkap ikan satu kilogram ikannya separuh dari waktu yang dibutuhkan nelayan di luar taman nasional. Ini membuktikan bahwa terdapat korelasi yang sangat erat antara jumlah ikan dengan kesehatan terumbu karang. Semakin banyak ikan, maka terumbu karang pun banyak dan bagus, demikian pula sebaliknya. Salah satu gejala dari semakin banyaknya ekosistem yang rusak adalah hilangnya sejumlah jenis ikan konsumsi lokal di pasar-pasar tradisional. Dampak akhir dari semua ini akan mendorong meningkatnya biaya produksi sehingga mengurangi rante sumberdaya (resource rent) yang menyebabkan rendahnya pendapatan nelayan khususnya nelayan skala kecil. Jika hal ini terus terjadi maka kesejahteraan masyarakat nelayan akan terancam. Semakin berkurangnya ikan akan membuat harga ikan di pasaran semakin melambung. Ditengah perekonomian yang belum stabil seperti saat ini akan membuat ibu-ibu rumah tangga berpikir ulang menyesuaikan penghasilan keluarga untuk menyajikan komoditi perikanan laut sebagai menu keluarga di rumah. Semakin mahal harga komoditi perikanan laut akan semakin tinggi pula tingkat konversi konsumsi komoditi ini menjadi komoditi non perikanan yang memiliki kandungan gizi yang jauh lebih rendah. Jika kondisi ini terus terjadi maka dapat dibayangkan bagaimana rapuhnya kualitas sumberdaya manusia negeri ini di masa depan sebagai penerus pembangunan. Kondisi Eekosistem Terumbu Karang di Kabupaten Paser Propinsi Kalimantan Timur Berdasarkan hasil analisa data citra satelit dan informasi langsung dari nelayan pesisir, tim hanya menemukan dua lokasi yang merupakan spot terumbu karang di perairan pesisir kabupaten Paser. Fakta ini menunjukkan bahwa daerah pesisir kabupaten ini bukanlah merupakan daerah yang cocok/sesuai untuk
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 33
kehidupan ekosistem terumbu karang. Hal ini karena kondisi perairan disekitar pesisir relatif keruh dan didominasi oleh mangrove dan banyaknya muara sungai yang kondisi perairannya relatif keruh. Pengambilan data dilapangan dilakukan dengan menghitung persen penutupan karang dengan metode Manta Tow sesuai dengan Setyobudiandi et al. (2009). Untuk mengetahui kategori atau kondisi terumbu karang, digunakan kategori Gomez & Yap (1984) yang mengacu pada tutupan karang keras. Selain itu untuk mengetahui kategori dan deskripsi permukaan laut, digunakan kategori English et al. (1994). Lokasi pengambilan data terumbu karang di Kabupaten Paser ditentukan oleh Citra Landset dan informasi loangsung dari nelayan. Pengambilan data dilakukan pada dua lokasi yaitu Gosong Desa Sungai Batu dan Gosong Tiga Desa Tanjung Harapan. Pengambilan data pada Gosong Desa Sungai Batu dilakukan pada tanggal 18 Mei 2013 pukul 12.40 WITA dengan jarak dari daratan hanya sekitar 1.75 Km. Sedangkan pengambilan data untuk lokasi Gosong Tiga Desa Tanjung Harapan dilakukan pada tanggal 19 Mei 2013 pukul 13.40 WITA dengan jarak dari daratan sekitar 7 Km. Kondisi Terumbu Karang pada Gosong Desa Sungai Batu (Spot Karang Karangan) Pengamatan kondisi terumbu karang pada Gosong Desa Sungai Batu dilakukan saat surut terendah harian atau konda dengan kategori dan deskripsi permukaan laut nomor 2, yaitu permukaan laut beralun-alun halus dan kecepatan angin 6-10 knots (ringan). Daya pandang atau visibilitas di kolom perairan pada saat pengambilan data adalah < 1 meter. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perairan sangat keruh. Pengambilan data kondisi terumbu karang si lokasi ini dilakukan pada titik koordinat 1160 28’ 44,68” BT dan 020 55’ 40,45” LS. Kondisi terumbu karang pada Gosong Desa Sungai Batu pada saat pengambilan data sudah tertutupi oleh lapisan sedimen dan alga. Hal ini disebabkan oleh tingginya sedimentasi yang terjadi akibat adanya pembukaan lahan di pesisir pantai Desa Sungai Batu. Proses sedimentasi akibat pembukaan lahan ini diperkirakan telah terjadi sejak tahun 1980-an. Proses yang telah terjadi sekitar 20 tahun inilah yang menyebabkan kondisi karang dilokasi ini telah berubah menjadi tutupan lumpur. Selain itu, saat ini di pesisir Desa Sungai Batu terdapat aktivitas tambak udang oleh warga sekitar dan perkebunan kelapa sawit PT. Palma serta PT. Astra. Keberadaan aktivitas-aktivitas tersebut sangat mempengaruhi kualitas perairan laut di sekitarnya. Tingginya tutupan silt pada karang diestimasikan karena lokasi karang
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 34
yang berdekatan dengan muara sungai yang telah tercemar oleh sedimentasi mulai dari daratan akibat aktifitas run off yang meningkat atau buangan limbah sawit ataupun air yang tercuci langsung dari daerah budidaya (tambak). Secara alami, kondisi terumbu karang seharusnya tetap akan baik jika kondisi sungai tidak tercemar oleh sedimentasi. Fakta ini sebenarnya menunjukkan bahwa lokasi ini dulunya merupakan daerah ekosistem terumbu karang. Namun, akibat kekeruhan yang terjadi cukup lama dan dengan tingkat kekeruhan yang semakin tinggi sehingga terumbu karang akhirnya mati. Sedimentasi yang tinggi akan menyebabkan karang mati karena polip karang akan tertutup oleh sediment. Akibatnya karang tidak dapat melakukan fotosintesis dan mendapatkan makanan. Hal ini menyebabkan karang akhirnya mati secara cepat. Ekosistem terumbu karang memerlukan cahaya matahari untuk fotosintesis sehingga mengharuskan perairan yang jernih sehingga matahari dapat menembus kolom air hingga mencapai dasar perairan. Zooxanthella yang hidup pada karang memerlukan sinar matahari dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan sekitar 85% makanan bagi hewan karang. Oleh karena itu, jika perairan tercemar oleh sedimentasi tinggi maka dapat diprediksi akan terjadi kematian massal pada ekosistem terumbu karang tersebut. Hal inilah yang telah terjadi pada ekosistem Terumbu Karang di Gosong Desa Sungai Batu. Kondisi Terumbu Karang pada Gosong Aru Desa Tanjung Harapan Pengamatan kondisi terumbu karang pada Gosong Tiga Desa Tanjung Harapan dilakukan saat surut terendah harian atau konda. Dengan kategori dan deskripsi permukaan laut nomor 3, yaitu permukaan laut berombak kecil-panjang dan kecepatan angin 11-15 knots (sedang). Daya pandang atau visibilitas di kolom perairan pada kedalaman 3 meter adalah < 6 meter, sedangkan pada bagian tubir dengan kedalaman 5 meter adalah < 3 meter. Pengambilan data dilakukan pada titik koordinat 1160 39’ 44,91” BT dan 20 15’ 33,27” LS. Kategori karang pada kedalaman 3 meter di lokasi ini didominasi oleh Acropora Tubulate (ACT) dengan presentase 29,2 %, lalu diikuti Acropora Branching (ACB) 21,5 % dan Patahan Karang/Rubble (R) 23,6 %. Pada kedalaman 3 meter ini, kondisi terumbu karang termasuk dalam kategori tutupan karang cukup baik. Secara visualisasi, hal ini disebabkan oleh kualitas perairan yang mendukung pertumbuhan terumbu karang seperti kecerahan dan salinitas. Hal ini karena letak dari spot karang ini cukup jauh dari daratan (sekitar 4 mil laut). Kategori karang pada kedalaman 5 meter di lokasi ini didominasi oleh komponen abiotik yaitu pasir (S) dengan presentase 47 %, lalu diikuti Patahan Karang/Rubble (R) 18.7 % dan Acropora Submassive (ACS) 12.2 %. Pada kedalaman 5 meter ini, kondisi terumbu karang termasuk dalam kategori tutupan karang buruk. Rendahnya daya pandang (visibilitas)
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 35
dan tingginya sedimentasi menyebabkan rendahnya tutupan karang dan banyaknya karang-karang yang mati. Selain itu, di daerah Gosong Tiga Desa Tanjung Harapan ini terdapat aktivitas penangkapan ikan dengan cara memancing, menjaring dan pengeboman. Aktivitas penangkapan seperti menjaring dan pengeboman tersebut dapat merusak ekosistem terumbu karang. Dimana aktivitas menjaring dapat menyebabkan pematahan dan aktivitas pengeboman dapat menyebabkan hancurnya rataan terumbu karang. Daerah Gosong Tiga Desa Tanjung Harapan yang terdapat ekosistem terumbu karang ini memiliki potensial untuk dijadikan kawasan wisata laut, khususnya wisata penyelaman (diving). Untuk mendukung potensi tersebut, maka daerah ini perlu dijadikan kawasan konservasi laut. Dengan begitu, daerah ini dalam jangka panjang diperkirakan mampu menjadi habitat dari berbagai jenis organisme yang kini jumlahnya sangat sedikit. 1.3. Budidaya Perikanan Sebagai Kabupaten yang mempunyai luas laut 6,49% atau 752.76 hektar, maka Kabupaten Paser mempunyai potensi budidaya perikanan laut yang cukup baik dan dapat menopang hidup masyarakat pesisir yang sebagian besar mata pencaHarian sebagai nelayan penuh maupun nelayan sambilan Meskipun Kabupaten Paser kaya akan perikanan laut tetapi dari jumlah hasil tangkapan tergolong masih rendah, yang salah satunya kendalanya adalah masih rendahnya kemampuan nelayan lokal, yang hanya menggunakan alat tangkap yang sederhana yaitu jakung, perahu tidak bermotor dan motor tempel/boat sehingga luas jangkauan terbatas dimana mereka hanya mampu mencari ikan maksimal 4 mil laut dari pantai, sehingga hasil tangkapan rendah padahal potensi perikanan di Selat Makasar sangat besar. Belum adanya pengolahan ikan pasca tangkap atau industri perikanan yang bisa menaikkan nilai ekonomis komoditas perikanan juga belum berkembang sehingga kebanyakan hanya dibuat ikan kering/ikan asin. 2. Sumber Daya Non Hayati Perusakan dan pencemaran lingkungan di wilayah pesisir dan laut di Kabupaten Paser dari waktu ke waktu semakin meningkat terutama kerusakan disumber daya hayati. Luas kerusakan hutan mangrove yang lebih dari 50 % disebabkan oleh berbagai hal, baik yang bersifat alamiah maupun sebagai dampak aktifitas pembangunan dan perekonomian masyarakat. Kerusakan secara alamiah umumnya terjadi dalam bentuk abrasi pantai dan fluktuasi suplai air tawar maupun sedimen dari wilayah daratan. Namun demikian kerusakan secara alamiah skalanya
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 36
jauh lebih kecil dibandingkan kerusakan yang terjadi akibat berbagai aktifitas manusia. Berbagai aktifitas manusia yang menyebabkan kerusakan mangrove adalah kegiatan konversi lahan mangrove menjadi kawasan pertambangan, pertambakan, pemukiman maupun kegiatan lain. Sampai akhir 2009 sebanyak 27 perusahaan tambang dan perkebunan melakukan pembukaan hutan mangrove untuk pelabuhan dengan luas mangrove antara 3 – 5 Ha setiap kegiatan dengan total seluas 102 Ha. Dan meningkat menjadi 32 pelabuhan sampai tahun 2011. Pada tahun 2013 beberapa perusahaan batubara dan perkebunan sawit sudah mengajukan izin pembangunan pelabuhan khusus untuk kegiatan-kegiatan tersebut.
Gambar 2.16 Konversi mangrove untuk pelabuhan
Berkembangnya pemukiman penduduk disekitar desa – desa pesisir dengan segala aktifitas kehidupan masyarakat, ditambah dengan taraf kehidupan masyarakat pesisir dan tingkat pendidikan yang rendah serta ketergantungan hidupnya akan pemberdayaan alam disekitarnya yang tinggi, membuat mereka cenderung memanfaatkan sumberdaya alam secara serampangan dan kurang peduli terhadap lingkungan. Di antara kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan tersebut adalah penebangan hutan mangrove untuk kebutuhan ekonomis maupun kayu bakar dan pembukaan lahan tambak secara besar – besaran baik yang dilakukan oleh masyarakat setempat maupun oleh petambak yang datang dari luar wilayah pesisir serta pemakaian bahan – bahan kimia yang dapat menurunkan produktifitas tambak tersebut. Kondisi air laut Kabupaten Paser sampai sekarang masih cukup baik, meskipun begitu tetap perlu pengawasan dan pemantauan agar kondisi ini tetap baik. Pencemaran air laut antara lain berasal dari kegiatan pengisian batu bara ke kapal, adanya tumpaHan minyak dilaut serta adanya limbah industri, limbah rumah tangga, penggunaan pestisida dan pembuangan sampah kelaut. Meningkatnya kegiatan pelabuhan untuk masyarakat umum maupun jalur transportasi dan industri batu bara juga ikut menyebabkan penurunan kondisi pesisir dan laut. Selain itu kegiatan nelayan yang menangkap ikan menggunakan cara – cara merusak lingkungan, misalnya menggunakan pukat harimau atau bahan peledak serta adanya pencurian dan pengrusakan terumbu karang juga ikut
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 37
menyebabkan kepunahan ikan maupun biota laut. Disamping itu ekosisitem terumbu karang yang terdapat pada beberapa wilayah perairan laut Kabupaten Paser juga diduga mengalami ancaman kerusakan akibat perubahan lingkungan pesisir dan eksploitasi yang berlebihan. Ekosistem pesisir dan laut merupakan suatu himpunan integral dari komponen – komponen abiotik (fisik-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berhubungan satu sama lain dan membentuk struktur fungsional. Apabila salah satu dari komponen tersebut terganggu maka akan mempengaruhi komponen yang lain. Adanya pengeksploitasian sumberdaya alam dan lingkungannya yang tidak berwawasan lingkungan akan memberikan dampak negatif bagi lingkungan maupun manusianya.
Gambar 2.17. Konversi mangrove untuk tambak dan permukiman
Konversi kawasan hutan mangrove untuk berbagai kegiatan telah menyebabkan berkurang atau bahkan hilangnya fungsi dan nilai dari keberadaan hutan seperti ; hilangnya fungsi ekologis sebagai penahan ombak dan pencegah abrasi, berkurangnya tempat berkembang biak / habitat dan mencari nutrisi berbagai jenis biota laut sehingga berkurangnya populasi ikan dan jumlah tangkapan ikan oleh nelayan. Sedimentasi yang tinggi diwilayah pantai disebabkan penggundulan dan penebangan liar didaerah hulu menyebabkan pendangkalan pada perairan pesisir, sehingga mengakibatkan terganggunya aktifitas khususnya para nelayan pada saat hendak berlabuh. Adanya tumpahan batu bara serta buangan limbah oli mesin kapal menyebabkan kerusakan habitat biota laut serta kerusakan ekosistem terumbu karang. Dari semua dampak negatif diatas pada akhirnya berimbas pada masyarakat khususnya nelayan karena berkurangnya populasi ikan dan biota laut lainnya yang menjadi target tangkapan nelayan dan berdampak terjadinya penurunan pendapatan baik bagi nelayan maupun daerah. Keberadaan, karakterisktik dan pentingnya fungsi ekologis sumber daya hayati terhadap ekosistem perairan laut maupun daerah pesisir menyebabkan keberadaan dan fungsi kawasan tersebut harus tetap dilestarikan sebagai suatu ekosistem penyangga kehidupan yang memiliki
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 38
ketergantungan dengan kawasan tersebut. Untuk mengendalikan kerusakan lingkungan pesisir dan laut beberapa upaya penanganan yang dilakukan adalah : Rehabilitasi tanda batas kawasan serta pemagaran kawasan disekitar daerah Tanjung Cihag hingga anak desa Lori sepanjang 20 km dikawasan Teluk Apar dan pemagaran dari tepi Sungai Telake hingga Sungai Adang sepanjang 20 km dikawasan suaka alam Teluk Adang Kebijakan Penetapan Kawasan Suaka Alam melalui Keputusan Menteri Pertanian No: 24/Kpts/Um/I/1983 Pemasangan tanda batas dan larangan melakukan kegiatan pada sekitar desa – desa yang berbatasan langsung dengan kawasan suaka alam Pembangunan pola percontohan tambak ramah lingkungan disekitar desa – desa pesisir. Mengusulkan kepada Departemen Kehutanan Republik Indonesia untuk merasionalisasikan kawasan Cagar Alam Hutan Mangrove sesuai kondisi lapangan sehingga dapat dilakukan pengelolaan kawasan secara lebih efektif. Pemanfaatan potensi kawasan pesisir dan pulau-pulau dengan memperhatikan prinsip-prinsip optimalitas pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan pulau-pulau, kelestarian ekologis, integrasi pengelolaan dengan kawasan daratan serta sustainabilitas kegiatan pembangunan Pengelolaan ekosistem pada 4 (empat) mil laut sesuai dengan batas kewenangan Daerah. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia aparatur pemerintah dalam kegiatan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau. Pemberdayaan masyarakat pada kawasan pesisir dan pulau-pulau serta pelibatan masyarakat pesisir serta stakeholder lainnya dalam upaya pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau. Bagi usaha / kegiatan yang akan membuka lahan mangrove diharuskan mengganti pohon mangrove yang telah dibuka ditempat / lahan lain seluas lahan yang dibuka. Melaksanakan uji sampling kualitas air laut secara rutin. Penyusunan rencana dan pengembangan taman wisata laut sebagai tempat perlindungan bermacam – macam biota laut Perlu tindakan dan penegakan hukum yang tegas dari aparat bagi pelaku perusakan sumberdaya Hayati dan non Hayati Melakukan penanaman pohon mangrove pada kawasan-kawasan yang telah terganggu/ rusak kawasan mangrovenya.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 39
F.
Iklim Secara umum wilayah Kabupaten Paser beriklim tropis basah dengan kecepatan angin sedang dan suhu rata – rata sepanjang tahun 25 – 26 oC. Karena berada di garis khatulistiwa maka Kabupaten Paser mempunyai musim yang hampir sama dengan wilayah Indonesia lainnya yaitu, adanya musim kemarau dan musim hujan. musim kemarau terjadi sekitar Bulan Mei sampai Oktober, sedangkan musim hujan terjadi pada Bulan Nopember hingga Bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan – bulan tertentu. Namun dalam tahun – tahun terakhir ini keadaan musim di Kabupaten Paser kadang tidak menentu. Pada bulan – bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyatannya tidak turun hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan – bulan yang seharusnya musim kemarau justru terjadi banyak hujan dengan periode musim yang jauh lebih panjang. Dalam klimatologi, curah hujan merupakan faktor yang paling dominan dalam menentukan iklim suatu wilayah. Dari gambar 2.16 dapat dilihat bahwa dari tahun 2009 sampai dengan 2012 curah hujan fluktuatif. Pada umumnya curah hujan tertinggi relatif berada diantara bulan Nopember sampai Maret untuk setiap tahunnya. Tahun 2009 dan 2012 volume curah hujan lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 dan 2011. Kecamatan yang memiliki curah hujan paling tinggi pada tahun terakhir adalah Tanah Grogot seperti terlihat pada gambar 2.17. Namun rata-rata kawasan Kabupaten Paser bagian selatan seperti Kecamatan Batu Sopang, Muara Samu dan Tanjung Harapan memiliki debit curah hujan yang lebih tinggi di bandingkan dengan kawasan lainnya untuk setiap tahunnya. 3.500 3.000 2.500
2009
2.000
2010
1.500
2011
1.000
2012
500 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Gambar 2.18. Perbandingan curah hujan (dalam mm) (Sumber : Dinas Perkebunan dan Pertanian Kab. Paser)
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 40
Des
Nop
Okt
Sep
Ags
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan -
100
200
300
400
Long Kali
Muara Komam
Long Ikis
Kuaro
Tanah Grogot
Pasir Belengkong
Tanjung Sarapan / Batu Engau
Muara Samu
500
600
Batu Sopang Gambar 2.19. Banyaknya curah hujan dan Hari hujan di Kab. Paser dalam mm (Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kab. Paser, 2012)
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 41
G. Bencana Alam Bencana alam yang rawan terjadi di Kabupaten Paser adalah kebakaran hutan dan lahan, tanah longsor serta banjir. Pada tahun 2013 terjadi bencana banjir pada 5 (lima) kecamatanyakni Muara Komam, Batu Sopang, Long Kali, Long Ikis, Tanah Grogot dan Pasir Belengkong dengan total area terendam seluas 2.549 Ha dengan jumlah korban sebanyak 5.898 jiwa yang mengungsi dan satu orang meninggal dunia. Adapun total kerugian sebesar kurang lebih Rp. 10.350.000,-. Bencana kekeringan terjadi di Kecamatan Tanah Grogot dengan total area 102 Ha. Sedangkan kebakaran lahan dan tanah longsor masing-masing terjadi di Kecamatan Tanah Grogot dan Pasir Belengkong serta Kecamatan Muara Komam. Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengantisipasi bencana di Kabupaten Paser : Memperbaiki sistem drainase yang ada karena ini juga faktor penyebab terjadinya banjir dan memperbaiki sistem konstruksi jalan khusus di jalur rawan bencana longsor. Agar tidak melakukan pembakaran di lahan yang rawan kebakaran, dengan berkoordinasi dengan instansi yang menangani bencana alam. Pemerintah Daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah melaksanakan kegiatan peningkatan SDM kepada para SATGAS dan membuat SOP / PROTAP Penanggulangan Bahaya Kebakaran sehingga bahaya kebakaran cepat teratasi dan tidak menimbulkan hal-hal yang dapat menurunkan kualitas lingkungan yang signifikan.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
II - 42
BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN A. Kependudukan Bumi ini diwariskan dari nenek moyang kita dalam keadaan yang sangat berkualitas dan seimbang. Nenek moyang kita telah menjaga dan memeliharanya bagi kita sebagai pewaris bumi selanjutnya, sehingga kita berhak dan harus mendapatkan kualitas yang sama persis dengan apa yang didapatkan nenek moyang kita sebelumnya. Bumi adalah anugerah yang tidak ternilai harganya dari Tuhan Yang Maha Esa karena menjadi sumber segala kehidupan. Oleh karena itu, menjaga alam dan keseimbangannya menjadi kewajiban kita semua secara mutlak tanpa syarat. Masyarakat jaman dahulu telah menyadari benar bahwa lingkungan hidup merupakan bagian kehidupannya. Dari catatan sejarah diketahui bahwa pada abad ke-7, masyarakat di Indonesia sudah membentuk suatu bagian yang bertugas mengawasi hutan, yang hampir sama fungsinya dengan jabatan sekarang yang disebut dengan Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA). Masyarakat seperti ini sering kita sebut masyarakat tradisional. Kawasan hutan mereka bagi menjadi beberapa bagian, ada yang boleh digarap yang disebut hutan rakyat, ada pula yang boleh diambil hasil hutannya dengan syarat harus terlebih dahulu menggantinya. Kawasan hutan ini sering disebut hutan masyarakat yang berfungsi sebagai hutan produksi. Akan tetapi, ada pula hutan yang tidak boleh digarap sama sekali. Hutan yang tidak boleh digarap ini merupakan hutan adat. Kawasan hutan adat ini sangat tertutup, dan masyarakatnya percaya bahwa hutan inilah yang menjaga wilayah mereka dari segala bencana alam. Pada hutan masyarakat, pohon boleh ditebang untuk keperluan masyarakat, akan tetapi sebelum ditebang harus menanam terlebih dahulu pohon yang sama jenisnya di samping pohon yang akan ditebang sehingga mereka tetap mewariskan lingkungan alam yang sama terhadap anak cucunya. Hal ini menunjukkan betapa baiknya mereka menjaga lingkungan untuk diteruskan kepada generasi yang akan datang. Perkembangan jumlah penduduk yang cepat serta perkembangan teknologi yang makin maju, telah mengubah pola hidup manusia. Bila sebelumnya kebutuhan manusia hanya terbatas pada kebutuhan primer dan sekunder, kini kebutuhan manusia telah meningkat kepada kebutuhan tersier yang tidak terbatas. Kebutuhan manusia tidak hanya sekedar kebutuhan primer untuk dapat melangsungkan kehidupan seperti makan dan minum, pakaian, rumah, dan kebutuhan sekunder seperti kebutuhan terhadap pendidikan, kesehatan, akan tetapi telah meningkat menjadi kebutuhan tersier yang memungkinkan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 1
seseorang untuk memilih kebutuhan yang tersedia. Kebutuhan tersier telah menyebabkan perubahan yang besar terhadap pola hidup manusia menjadi konsumtif. Bagi yang mampu, semua kebutuhan dapat dipenuhi sekaligus, dan bagi yang memiliki kemampuan terbatas harus memilih sesuai kemampuannya. Akan tetapi, semua orang yang telah tersentuh oleh kemajuan jaman akan berusaha mendapatkannya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak sekedar terpenuhi akan tetapi selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan. Meningkatnya jumlah penduduk serta kebutuhan tersier yang semakin banyak sebagai akibat perkembangan teknologi yang pesat, telah menyebabkan tekanan terhadap sumber daya alam dan lingkungan semakin berat. Jumlah penduduk Kabupaten Paser dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan yang cukup berarti. Pada tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Paser mencapai 239.221 jiwa dan bertambah menjadi 247.612 jiwa pada tahun 2012. Penduduk Kabupaten Paser masih mengelompok pada wilayah – wilayah yang jaraknya cukup dekat dengan ibu kota kabupaten. Lebih dari 25 persen penduduk Kabupaten Paser bertempat tinggal di kecamatan yang terletak di ibu kota kabupaten, yaitu Kecamatan Tanah Grogot. Sedang sisanya tidak merata tersebar di 9 kecamatan.
Gambar 3.1. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Kabupaten Paser Sumber : BPS Kabupaten Paser (Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun)
Dibandingkan dengan Tahun 2010, dimana jumlah penduduk pada saat itu adalah sebanyak 230.316 jiwa, maka telah terjadi pertumbuhan sebesar 3,56 persen di tahun 2011. Rata – rata laju pertumbuhan penduduk tahun 2010 - 2011 turun jika dibandingkan rata – rata laju pertumbuhan pertahun pada 2000 – 2010. Jika pada tahun 2000 – 2010
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 2
rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun Kabupaten Paser mencapai 3,77 persen, maka pada tahun 2010 – 2011 turun menjadi 3,56 persen. Pertumbuhan penduduk tidak hanya memerlukan kebutuhan primer dan sekunder, akan tetapi juga memerlukan kebutuhan tersier dalam jumlah besar. Pertumbuhan penduduk dalam jumlah besar, telah banyak mengubah lahan hutan menjadi lahan permukiman, pertanian, industri, dan sebagainya. Hal ini mengakibatkan luas lahan hutan terus mengalami penyusutan dari tahun ke tahun, terutama di negara-negara miskin dan negara berkembang. Demikian pula kebutuhan tersier yang terus mengalami peningkatan, baik dalam jumlah maupun kualitasnya, menyebabkan industri-industri berkembang dengan pesat. Perkembangan industri yang pesat, membutuhkan sumber daya alam berupa bahan baku dan sumber energi yang sangat besar pula. Sebagai akibatnya, sumber-sumber bahan baku dan energi terus dikuras dalam jumlah besar. Cadangan sumber daya alam di alam semakin merosot, hutan-hutan semakin rusak karena banyaknya pohon yang diambil untuk kebutuhan bahan baku industri, apalagi bila tidak diimbangi dengan usaha reboisasi akan menimbulkan bencana pencemaran terhadap udara, air, dan tanah, yang akhirnya menganggu kehidupan manusia. Tabel 3.1 Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Jenis Kelamin Kabupaten Paser, Tahun 2010- 2011 Jenis Kelamin (1)
Tahun 2010 (2)
2011 (3)
Laki – Laki
3,95
4,58
Perempuan
3,65
2,40
Total
3,81
3,56
Sumber : BPS Kabupaten Paser (Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun)
Persebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk di Kabupaten Paser secara geografis dapat dikatakan belum merata yang mengakibatkan penumpukan penduduk pada suatu wilayah. Ketidakmerataan ini tentunya disebabkan beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah potensi wilayah yang dimiliki. Jika diperhatikan, penduduk Kabupaten Paser masih mengelompok pada wilayah – wilayah yang jaraknya cukup dekat dengan ibu kota kabupaten. Lebih dari 25 persen penduduk Kabupaten Paser bertempat tinggal di kecamatan yang terletak di ibu kota kabupaten, yaitu Kecamatan Tanah Grogot. Sedang sisanya tersebar di 9 kecamatan yang lain. Pola penyebaran ini akan sangat tidak menguntungkan bagi pemerataan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 3
pembangunan di suatu wilayah. Ketidakmerataan persebaran penduduk ini, secara tidak langsung juga berpengaruh pada tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Paser. Kecamatan Tanah Grogot, sebagai kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak, memiliki kepadatan 195,96 jiwa/Km2. Hal ini berarti tiap Km2 dihuni 195 sampai 196 jiwa.
Gambar. 3.2. Presentase Penduduk Kabupaten Paser Menurut Kecamatan Sumber : BPS Kabupaten Paser (Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun)
Pendidikan merupakan suatu hal yang lumrah, yang selalu berhubungan erat dengan bidang apapun, termasuk dalam hal ini kesadaran terhadap lingkungan hidup. Dapat dilihat bahwa tantangan lingkungan yang paling berat yang akan dialami umat manusia di muka bumi ke depan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Terjadinya pemanasan global yang terlampau ektrim akibat pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara, minyak bumi, dan gas alam yang berlebihan, ditambah dengan kerusakan lingkungan yang menyebabkan pengurangan penyerapan emisi karbon dari hutan. Dengan inilah pentingnya menumbuhkan kesadaran pada diri akan lingkungan hidup, berupa pemanfaatan dan pengembangannya. Seperti di kemukakan Dr. M Bahri Ghazali (1996:32); bahwa "kesadaran lingkungan merupakan syarat mutlak bagi pengembangan lingkungan seara efektif. Artinya tanpa adanya kesadaran tentang lingkungan hidup bagi manusia maka tentu pengembangan lingkungan kearah yang bermanfaat tidak akan tercapai." Syarat penunjang untuk pencapaian tujuan tersebut adalah dengan pendidikan. Pendidikan akan mengajarkan kepada manusia bagaimana cara mengolah dan memberdayakan alam.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 4
Selama lima tahun terakhir peningkatan pendidikan penduduk umur 10 tahun keatas ditandai dengan menurunnya persentase penduduk berpendidikan rendah kemudian emudian diikuti dengan meningkatnya persentase penduduk pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Persentase penduduk Kabupaten Paser umur 10 tahun ke atas yang berpendidikan rendah (SD ke bawah) masih cukup besar (56.08 ( persen), walau sebagian besar diantaranya ntaranya adalah penduduk dewasa dan tua. Oleh karena itu proporsi penduduk yang berpendidikan rendah tersebut secara berangsur akan turun sejalan dengan peralihan generasi dan perluasan kesempatan melanjutkan sekolah.
Gambar 3.3. Persentase Penduduk Kabupaten Paser Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Terakhir Yang Ditamatkan, Tahun 2008 – 2011 (Sumber : BPS Kabupaten Paser,, 2011) 2011
Perbaikan tingkat pendidikan di Kabupaten Paser ini seiring dengan ketersediaan sarana dan tenaga pengajar yang memadai. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan dapat dilihat pada tabel 3.4. .4. Dari tabel tersebut dapat diketahui jumlah sekolah tingkat SLTP dan SLTA selama tahun 2011 mengalami mengalami peningkatan. peningkatan Namun penambahan jumlah SLTP dan SLTA ini belum diimbangi dengan penambahan tenaga pengajar. Hal-hal hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang secara tidak langsung juga akan memperbaiki kualitas lingkungan : a. Memberikan sosialisasi dan pengarahan tentang pentingnya pendidikan pendidika antar instansi yang berwenang menangani masalah pendidikan khusus di wilayah yang terpencil. b. Membuka akses yang baik dan berkualitas untuk masyarakat ke pusat-pusat pusat pendidikan setempat. c. Memberikan sosialisasi tentang lingkungan hidup bagi masyarakat yang telah mengenyam pendidikan di mulai dari pendidikan dasar seperti Program Adiwiyata. Adiwiyata
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013 20
III - 5
Tabel 3.2. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Kabupaten Paser Menurut Jenjang Pendidikan, Tahun 2009 – 2011 Jenjang Pendidikan
2009
2010
2011
(1)
(2)
(3)
(4)
SD/MI/SDLB Jumlah SD Murid Guru Rasio Murid Guru
225 225 31 143 32 338 1 987 2 457 15,63 13,16 SLTP/ MTS/ SMPLB
225 32 847 2 457 13,37
Jumlah SLTP Murid Guru Rasio Murid Guru
68 69 10 819 11 260 925 874 11,7 12,88 SLTA / SMK / MA
72 11 294 836 13,51
Jumlah SLTA Murid Guru Rasio Murid Guru
32 7 897 698 11,31
34 8 140 712 11,43
36 8 283 736 11,25
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Paser
B. Pemukiman Arahan pengembangan permukiman di Kabupaten Paser meliputi sistem pusat permukiman perkotaan dan sistem pusat permukiman perdesaan. Untuk pembahasan lebih lanjut adalah sebagai berikut : 1. Sistem Pusat Permukiman Perkotaan Kawasan permukiman kota mencakup wilayah pengembangan kota (untuk ibukota kabupaten dan IKK baik yang telah mempunyai RDTRK maupun belum). Kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan mengembangkan kawasan permukiman kota sebagai tempat pemusatan penduduk, beserta pengembangan sarana-prasarana penunjangnya yang meliputi: penataan ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali (evaluasi, revisi) rencana tata ruang kota. Dalam mengarahkan pengembangan sistem kota-kota, pendekatan titik tumbuh yang memandang sebagai titik pertumbuhan dan pembangunan untuk mengembangkan daerah belakangnya. Faktor yang memperlihatkan tingkat perkembangan suatu kota dapat teridentifikasi meliputi jumlah penduduk perkotaan, jumlah prasarana kota dan kemudahan pencapaian/aksesibilitas.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 6
2. Sistem Pusat Permukiman Perdesaan Kawasan ini mencakup perkampungan yang ada dan arahan bagi perluasannya. Kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian, perikanan, dan perkebunan yang meliputi pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan. Dalam konteks tata ruang Kabupaten Paser, sesuai dengan arahan yang tertuang di dalam RTRWN dan RTRWP maka pengembangan sistem permukiman perdesaan dapat diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut: Permukiman perdesaan akan menjadi penyeimbang pertumbuhan pusat dan wilayah hinterland Permukiman perdesaan diarahkan sebagai media transformasi fungsi perkotaan kepada kawasan perdesaan Permukiman perdesaan menjadi pusat distribusi dan pengumpulan sumberdaya yang diperlukan bagi pengembangan wilayah perdesaan. Salah satu hal yang penting dalam masalah pemukiman adalah masalah sumber air minum bagi masyarakat. Dari 230.316 jiwa penduduk Kabupaten Paser baru sekitar 11.056 jiwa atau 4,8 % yang menggunakan fasilitas air minum yang berasal dari ledeng. Sisanya masih menggunakan sumur dan sungai. Sampai saat ini Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser belum melaksanakan kegiatan analisa kualitas air sumur di kawasan yang digunakan untuk air minum. Diharapkan Pemerintah Daerah mendorong agar instansi yang berwenang untuk melaksanakan program kegiatan pemantauan kualitas air sumur ataupun daerah tangkapan air yang digunakan untuk keperluan masyarakat. Selain itu masalah persampahan juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari salah satu permasalahan yang timbul dari kawasan pemukiman. Dari gambar 3.4. terlihat bahwa masih banyaknya masyarakat yang melakukan pembakaran sampah terutama di 4 (empat) kecamatan yakni Kecamatan Pasir Belengkong, Batu Sopang, Long Ikis dan Long Kali dimana hal ini merupakan salahsatu faktor penyebab penurunan kualitas udara. Cara pembuangan sampah dengan cara angkut saat ini paling banyak dilakukan di ibukota kabupaten yakni Tanah Grogot. Dari gambar 3.5. dapat menginformasikan bahwa timbulan sampah per hari terbesar ada pada kecamatan Batu Sopang, Pasir Belengkong, Tanah Grogot dan Long Ikis. Dan jika dibandingkan cara menurut pembuangan sampah kecamatan Paser Belengkong dan Long Ikis perlu mendapat perhatian karena dengan timbulan sampah per hari yang tinggi tapi disertai dengan pembakaran sampah yang juga tinggi.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 7
5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 -
Angkut Timbun Bakar Ke Kali Lainnya
Gambar 3.4. Jumlah Rumah Tangga dan Cara Menurut Pembuangan Sampah (Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Paser, 2011)
Tanah Grogot 28,526
Pasir Belengkong
57,100
Batu Sopang 154,791 90,267
Muara Samu Batu Engau
56,781 59,734
Tanjung Harapan Kuaro Longikis
19,257
50,863 35,576
Muara Komam
12,754
Gambar 3.5 Jumlah timbulan sampah dalam kg/hari per kecamatan (Sumber : Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Perumahan Kab. Paser, 2013)
Permasalahan lain yang muncul di areal pemukiman adalah tempat buang air besar. Dari gambar 3.6. terlihat masih kurangnya fasilitas buang air besar yang memenuhi syarat secara sanitasi sehingga pencemaran terhadap air dan udara cukup tinggi. Ditambah lagi masih tingginya prosentase rumah tangga yang belum memiliki septic tank yang berkisar antara 69 – 95 % dari jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten Paser.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 8
Tanjung Harapan Batu Engau Pasir Belengkong Tanah Grogot Kuaro Muara Samu Batu Kajang Muara Komam Longikis Longkali -
2.000 Tidak Ada
4.000 Umum
6.000 Bersama
8.000
10.000
Sendiri
Gambar 3.6. Jumlah Rumah Tangga dengan Fasilitas Tempat Air Besar (Sumber : Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Perumahan Kab. Paser, 2013)
Untuk itu mengatasi masalah yang terjadi di kawasan pemukiman harus dilakukan upaya-upaya antara lain : Pemerintah Daerah melalui Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Perumahan Kabupaten Paser semakin meningkatkan dan menyediakan fasilitas pembuangan dan pengolahan sampah di setiap Kecamatan. Sampai saat ini daerah Pelayanan Persampahan sampai 2011 masih terbatas yakni Janju, Sangkuriman, Tepian Batang, Tanah Grogot, Tanah Periuk, Jone dan Pasir Belengkong yang berada hanya di wilayah Kecamatan Tanah Grogot dan Kecamatan Pasir Belengkong. Meningkatkan prasarana pengangkutan sampah seperti gerobak sampak, mini truck, dump truck, kontainer armroll, motor sampah, TPS permanen, mobil penyedot tinja, TPS fiber dan TPS besi. Melakukan kegiatan pemantauan kualitas lingkungan perumahan agar semakin tertata dan layak. Rumah yang layak huni akan sangat mendukung terciptanya pengelolaan persampahan yang baik. Sosialisasi program 3 R (Reduce, Reuse, Recyle) di pemukiman perumahan untuk menekan volume sampah. Penerapan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), penyuluhan PHBS, sosialisasi sanitasi dan kegiatan sanitasi lainnya. C.
Kesehatan
Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan penduduk dalam hal kualitas fisik, dalam hal ini dapat dilihat melalui angka kesakitan dan status gizi. Sementara untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat melalui pemberian imunisasi, penolong persalinan bayi, Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 9
ketersediaan sarana kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas fisik penduduk telah dilakukan yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk dan mutu pelayanan kesehatan serta meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kesehatan bagi seluruh penduduk baik yang tinggal di daerah perkotaan maupun perdesaan. Sarana Kesehatan Penyediaan sarana kesehatan yang memadai merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dan program ini terus ditingkatkan kualitas pelayanan serta keberadaannya. Sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Paser ternyata cukup memadai untuk jumlah penduduk yang harus dilayani. Hal ini dapat dilihat dari jumlah puskesmas, rumah sakit, dan jumlah tenaga medis yang ada di Kabupaten Paser. Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Paser dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 terdapat satu unit rumah sakit, 17 unit puskesmas, 95 unit pusban, 24 unit puskesmas keliling, dan didukung oleh 801 orang tenaga kesehatan. Bila dikaitkan dengan jumlah penduduk, maka sebuah puskesmas/puskesmas pembantu di wilayah Kabupaten Paser melayani kurang lebih 2.200 penduduk. Idealnya, satu puskesmas hanya melayani kurang lebih 7.000 penduduk. Oleh karena itu, jumlah puskesmas di Kabupaten Paser sudah memadai dengan jumlah penduduk yang ada. Untuk lebih mendekatkan akses masyarakat ke sarana layanan kesehatan, akan lebih baik jika keberadaan puskesmas/puskesmas pembantu mampu menjangkau masyarakat di desa secara langsung sehingga mengurangi biaya transportasi untuk berobat. Penduduk yang sehat cenderung memiliki kualitas fisik yang baik. Dengan fisik yang baik segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari akan berjalan dengan lancar baik bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga maupun melakukan aktivitas lainnya. Salah satu indikator yang dapat menggambarkan status kesehatan penduduk adalah angka keluhan kesehatan dan angka kesakitan. Angka keluhan kesehatan diukur dengan menggunakan pendekatan penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu, sedangkan angka kesakitan merupakan persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan hingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Bahwa angka keluhan kesehatan dan angka kesakitan penduduk di Kabupaten Paser mengalami penurunan. Untuk angka keluhan kesehatan mengalami penurunan sebesar 2,87 persen dari tahun 2011, sedangkan untuk angka kesakitan penurunnya sebesar 0,20 persen dari tahun sebelumnya. Turunnya angka keluhan kesehatan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama cuaca, kebersihan lingkungan atau pola hidup masyarakat. Dari berbagai jenis keluhan kesehatan yang ada pada tahun 2012, penduduk Kabupaten Paser paling banyak mengeluh batuk (7,03 persen) dan pilek (6,58 persen). Adapun keluhan kesehatan selain yang sudah disebutkan tadi, persentasenya tidak melebihi 5 persen untuk masing-masing
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 10
keluhan kesehatan penduduk Kabupaten Paser yang menderita sakit sebanyak 54,03 persen terganggu pekerjaan, sekolah atau kegiatan sehari-hari selama 0 sampai 3 hari, sebesar 33,65 persen terganggu pekerjaan, sekolah atau kegiatan sehari-hari selama 4 sampai 7 hari. Sementara itu persentase penduduk yang terganggu pekerjaan, sekolah atau kegiatan sehari-hari lebih dari 7 hari ada sebesar 12,32 persen. Dalam upaya untuk terapi penyembuhan bagi penduduk Kabupaten Paser tahun 2012 yang mengalami gangguan kesehatan dan berusaha mengobati sendiri ada sebanyak 54,28 persen. Berdasarkan grafik 4.3, selama kurun waktu lima tahun terakhir persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan usaha mengobati sendiri mengalami penurunan, begitu pula bila dilihat berdasarkan jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan. Penduduk laki-laki yang mengalami gangguan kesehatan dan berusaha mengobati sendiri pada tahun 2012 ada sebesar 55,62 persen sedangkan penduduk perempuannya sebesar 52,80 persen. Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan biasanya berusaha dengan berbagai cara untuk mengurangi bahkan menghilangkan keluhan tersebut. Secara umum dari tahun 2010 sampai tahun 2012, penduduk Kabupaten Paser lebih memilih untuk mengobati keluhan kesehatan mereka dengan obat modern. Di mana obat/cara pengobatan ini mengalami peningkatan dari 91,48 persen di tahun 2010 menjadi 92,81 persen di tahun 2011 kemudian naik lagi menjadi 97,10 persen tahun 2012. Obat/cara pengobatan lainnya yang juga merupakan pilihan adalah obat tradisional dan pengobatan sendiri (lainnya), akan tetapi kedua cara ini kurang begitu diminati. Saat ini di Kota Tanah Grogot hanya memiliki satu Rumah Sakit dengan Tipe C milik Pemerintah yang lokasinya telah dipindahkan ke tempat yang baru mengingat Rumah Sakit yang lama sudah tidak mampu lagi menampung jumlah pasien yang ada dan juga dikarenakan fasilitas yang sudah kurang memadai. Selain rumah sakit ada beberapa klinik swasta. D. Pertanian Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui sawah-sawah yang tergenang, pemanfaatan pupuk urea serta praktek pertanian, pembakaran sisa-sisa tanaman dan pembusukan sisa-sisa pertanian serta pembusukan kotoran ternak. Dari sektor ini gas rumah kaca yang dihasilkan yaitu gas metana (CH4) dan gas dinitro oksida (N20). Gas metan merupakan salah satu faktor memicu berlubangnya ozon yang berdampak terhadap pemanasan global (global warming). Dari tahun ke tahun produksi tanaman padi di Kabupaten Paser terus mengalami peningkatan. Tahun 2011 produksi tanaman padi mencapai 320,44 ton per Ha dengan luas kawasan persawahan seluas 13.390 Ha. Selain untuk pemenuhan kebutuhan lokal,
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 11
hasil perkebunan rakyat Kabupaten Paser sebagian besar diperdagangkan antar daerah. Tiap hasil komoditi perkebunan sudah memiliki saluran pemasaran tersendiri. Untuk komoditi karet, kopi, dan lada sebagian besar dibeli pedagang asal Kalimantan Selatan; untuk kelapa sebagian besar dijual ke Balikpapan, sedangkan kakao dibeli pedagang dari Sulawesi Selatan. Khusus untuk kelapa sawit rakyat, penyalurannya dilakukan melalui penampungan hasil panen oleh PTPN XIII, sebelum akhirnya masuk ke pasar. Hampir seluruh usaha masyarakat tersebut diusahakan di Kawasan Tengah Kabupaten Paser. Dilihat dari aspek perusahaan, kegiatan perkebunan tersebut terdiri dari Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) seluas 23.284 Ha atau 25,96%, BUMN (PTPN.XIII) seluas 14.270 Ha atau 15,91% dan Perkebunan rakyat seluas 52.134,03 Ha atau 58,13%. Luas areal tanaman perkebunan hingga tahun 2010 terus mengalami peningkatan. Sedangkan dilihat dari perkembangan produksi tanaman perkebunan juga mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan. Meningkatnya luas areal perkebunan merupakan akibat dan kegiatan ekstensifikasi yang dilaksanakan melalui pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR, UPP, swadaya dan perkebunan besar swasta lainnya. Setiap sistem pengelolaan sawah terutama sistem pengairan sawahnya akan memberikan pengaruh terhadap besaran emisi metana yang dihasilkan. Penggenangan merupakan karakteristik khas dari sistem tanah sawah. Pada kondisi tergenang, kebutuhan oksigen yang tinggi dibandingkan laju penyediaannya yang rendah menyebabkan terbentuknya dua lapisan tanah yang sangat berbeda, yaitu lapisan permukaan yang oksidatif atau aerobik dimana tersedia oksiden dan lapisan reduktif atau anaerobik di bawahnya dimana tidak tersedia oksigen bebas (Patrick dan Reddy, 1978). Emisi metan dari lingkungan akuatik seperti tanah sawah pada dasarnya ditentukan oleh dua proses mikrobial yang berbeda, yaitu produksi metan dan konsumsi metan (Rudd dan Taylor, 1980). Pada tanah sawah, metan diproduksi sebagai hasil antara dan hasil akhir dari berbagai proses mikrobial, seperti dekomposisi anaerobik bahan organik oleh bakteri metanaogen (Zehnder dan Stumm, 1988). Bakteri ini hanya aktif bila kondisi tanah yang reduktif atau anoksik telah tercapai akibat penggenangan. Sebagian dari metan yang diproduksi akan dioksidasikan oleh bakteri metanaotroph yang bersifat aerobik di lapisan permukaan tanah dan di zona perakaran. Sisa metan yang tidak teroksidasi ditransportasikan ke atmosfer dengan cara difusi melalui air genangan, ebulisi atau pembentukan gelembung-gelembung gas serta transportasi melalui aerenchyma padi. Kemampuan tanaman padi dalam mengemisi metana beragam, bergantung pada sifat fisiologis dan morfologis suatu varietas. Selain itu, masing-masing varietas mempunyai umur dan aktivitas akar yang berbeda yang erat kaitannya dengan volume emisi metana (Setyanto et al. (2004). Dalam kaitan dengan variasi besaran emisi metana dari setiap variatas, pengukuran emisi metana dari berbagai kondisi ekosistem dan varietas padi telah banyak dilakukan di Indonesia. Tujuan utama dari kegiatan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 12
tersebut adalah untuk mencari jenis varietas yang mempunyai emisi metana kecil tetapi mempunyai produktivitas yang optimum. Kecamatan yang paling banyak menyumbang emisi gas metan adalah Kecamatan Long Kali. Meskipun luas lahan persawahannya lebih kecil daripada Kecamatan Batu Sopang namun frekuensi penanamannya lebih tinggi sehingga menimbulkan emisi yang lebih besar. Data emisi tahun sebelumnya tidak lagi bisa ditampilkan karena masih perlu diklarifikasi keakuratannya. Emisi gas metan selama tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat sebagai berikut : 350.000,00 300.000,00 250.000,00 200.000,00 150.000,00 100.000,00 50.000,00 Batu Sopang Muara Samu
Tanjung Harapan
Batu Engau
Pasir Belengkong
2012
Tanah Grogot
Kuaro
Long Ikis
Muara Komam
Long Kali
2013
Gambar 3.7. Jumlah Emisi CH4 (Ton/ Tahun) dari lahan sawah per kecamatan di Kabupaten Paser.
Sedangkan sektor peternakan terdapat beberapa kecamatan di Kabupaten Paser yang potensial untuk pengembangan komoditi-komoditi peternakan, seperti sapi, kerbau, kambing, rusa dan unggas. Potensi pengembangan komoditi sapi, kerbau dan kambing dapat dilakukan di Kecamatan Tanah Grogot, sedangkan komoditi babi dikembangkan di Kecamatan Kuaro, Batu Sopang, Muara Komam, Long Ikis dan Pasir Belengkong. Rusa berpotensi dikembangkan di Kecamatan Long Ikis. Itik potensial dikembangkan di Kecamatan Tanah Grogot, dan Kuaro. Ayam petelur dapat dikembangkan di Tanah Grogot, sedangkan ayam pedaging di Tanah Grogot, Pasir Belengkong, Kuaro dan Long Kali. Ayam kampung juga dapat lebih banyak dihasilkan di Long Kali. Usaha peternakan di Kabupaten Paser pada umumnya dilakukan secara sambilan guna memenuhi kebutuhan hidup dan kalau ada kelebihan digunakan untuk menambah pendapatan rumah tangga. Jenis-jenis ternak yang ada di Kabupaten Paser adalah sapi, kerbau, rusa, babi, kambing, domba, ayam buras, ayam ras, angsa dan itik. Usaha peternakan secara intensif terutama jenis ternak unggas (ayam ras) baru dilakukan oleh sebagian kecil peternak. Potensi ledakan Gas Metana akibat pemanasan global adalah 72 kali lebih besar dari gas CO2 (sekitar lebih dari 20 tahun) atau 25 kali lebih besar dari gas CO2 (sekitar Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 13
lebih dari 100 tahun). FAO memperkirakan bahwa jumlah emisi gas peternakan adalah 3,7% dari total emisi gas rumah kaca tahunan di seluruh dunia, dengan menggunakan teori potensi lama yaitu sebesar 23 kali lebih dari gas CO2 (sekitar lebih dari 100 tahun). Namun, Goodland dan Anhang yakin bahwa jika menggunakan teori potensi sekitar 20 tahun, maka hasilnya akan lebih tepat karena pengaruh dan gangguan gas metana setelah diledakkan akan hilang dalam 20 tahun, serta gangguan iklim yang ekstrem juga diperkirakan akan berlangsung selama 20 tahun jika tidak ada hasil dari tindakan pengurangan gas rumah kaca. Karenanya mereka memperkirakan bahwa dampak emisi gas metana dari peternakan akan menjadi sebesar 11,6%, atau bertambah 7,9% dari angka 3,7% seperti yang diperkirakan oleh FAO sebelumnya. Demikian pula halnya emisi gas metan yang dihasilkan sektor peternakan 3 (tiga) tahun terakhir di wilayah Kabupaten Paser dapat dilihat pada gambar 3.6. Long Kali Long Ikis Kuaro Muara Samu Batu Sopang Muara Komam Batu Engau Tanjung Harapan Pasir Belengkong Tanah Grogot
0
2000
4000
6000
8000
10000
Emisi (Ton/Tahun) Gambar 3.8. Jumlah Emisi CH4 (Ton/Tahun) dari kegiatan peternakan per kecamatan di Kabupaten Paser.
Dari gambar 3.8 dapat menginformasikan bahwa emisi gas metan dari usaha peternakan semakin meningkat seiring meningkatnya produksi peternakan. Emisi metan terbesar berada di wilayah Kecamatan Long Ikis dan Long Kali ini meningkat signifikan dari tahun-tahun sebelumnya jika dibandingkan kecamatan lainnya. Penggunaan pupuk urea juga berpotensi menyumbang gas rumah kaca berupa CO2 di udara. Penggunaan per ton pupuk urea menghasilkan laju emisi CO2 sebesar 0,20 ton/tahun. Dari gambar 3.9. terlihat bahwa penurunan penggunaan pupuk urea yang menurunkan emisi karbon.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 14
300 250 200 150 100 50 0 Batu Sopang Muara Samu
Tanjung Harapan
Batu Engau
Pasir Tanah Grogot Belengkong
2012
Kuaro
Long Ikis
Muara Komam
Long Kali
2013
Gambar 3.9. Jumlah Emisi CO2 (Ton/ Tahun) dari konsumsi penggunaan pupuk urea di Kabupaten Paser.
Untuk mengatasi masalah emisi di sektor pertanian dan peternakan perlu upaya-upaya sebagai berikut : •
•
•
Perlunya sosialisasi peran mina padi. Budidaya mina padi merupakan salah satu sistem yang praktis untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan pada areal pertanian padi sawah yang sempit dengan cara memanfaatkan kolom air di areal sawah sebagai media pemeliharaan ikan. Konsep utama dalam mereduksi emisi gas metan dari lahan sawah adalah dengan meningkatkan konsentrasi oksigen pada lapisan anaerobik tanah (rizosfir) dan mengurangi suplai karbon yang mudah terurai. Dengan bertambahnya konsentrasi oksigen, proses produksi gas metan dapat berkurang karena gas metan teroksidasi secara biologi oleh bakteri metanotropik. Pengurangan penggunaan pupuk anorganik sebesar 30%. Kesuburan tanah di sawah dapat ditingkatkan karena kotoran ikan dan sisa makanan berfungsi sebagai pupuk. Lahan sawah menjadi subur dengan adanya kotoran ikan yang mengandung berbagai unsur hara, sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebesar 30%. Ikan dapat juga membatasi tumbuhnya tanaman lain yang bersifat kompetitor dengan padi dalam pemanfaatan unsur hara, sehingga dapat juga mengurangi biaya penyiangan tanaman liar. Modifikasi pakan untuk menurunkan produksi CH4 sebagai hasil fermentasi ruminansia perlu diikuti dengan penanganan kotoran ruminansia. Hal ini perlu dilakukan karena terdapat kecenderungan terjadi kompensasi kenaikan CH4 dari kotoran ternak seiring dengan menurunnya emisi CH4 oleh ternak. Namun kotoran yang memiliki potensi sebagai sumber emisi CH4 bila ditangani dengan baik akan menghasilkan CH4 yang dapat dikendalikan dan dimanfaatkan terutama sebagai gas bio untuk energi panas.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 15
E. Industri Kabupaten Paser merupakan daerah yang tidak begitu banyak memiliki jenis industri sebagaimana daerah-daerah di Pulau Jawa. Meskipun tidak banyak namun memiliki skala yang relatif besar dan produksinya tidak hanya untuk konsumsi nasional tapi juga berskala internasional. Industri skala menengah atau besar yang berada di kawasan Kabupaten Paser hampir semuanya adalah Industri Pengolahan Kelapa Sawit. Dengan meningkatnya lahan perkebunan kelapa sawit maka kebutuhan akan pabrik pengolahnyapun semakin meningkat. Sampai tahun 2013 ada 12 (dua belas) Pabrik Minyak Sawit. Secara umum limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah cair pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, limbah cair industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air. Sedangkan limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur, dan bungkil. TKKS dan lumpur yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya serangga lalat dan potensial menghasilkan air lindi (leachate). Limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser sampai saat ini hanya melakukan pemantauan terhadap 6 (enam) perusahaan yakni Pabrik Minyak Sawit (PMS) PTPN XIII Unit Semuntai, PMS PTPN XIII Unit Long Pinang, PT Harapan Sawit Sejahtera, PT. Buana Wira Subur, PT. Pucuk Jaya, dan PT. Sahabat Sawit Sejahtera yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3.10. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa beban pencemaran pada limbah cair untuk parameter BOD, COD, N Total serta Minyak dan Lemak berada diatas baku mutu. Hal inilah disenarai salah satu yang menyebabkan sungai yang berada disekitar perusahaan – perusahaan ini sudah mengalami penurunan kualitas. Selain PKS berdasarkan data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Paser tercatat tidak kurang dari 1052 (seribu lima puluh dua) industri logam, mesin, elektronika dan aneka (ILMEA). Diantaranya adalah industri tahu dan tempe. Industri tahu dan tempe merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan kecil. Tempe dan tahu merupakan makanan yang digemari oleh banyak orang. Akibat dari banyaknya industri tahu dan tempe, maka limbah hasil proses pengolahan banyak membawa dampak terhadap lingkungan. Limbah dari pengolahan tahu dan tempe mempunyai kadar BOD sekitar 5.000 - 10.000 mg/l, COD 7.000 - 12.000 mg/l.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 16
2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 PT. Sahabat Sawit Sejahtera (PKS)
PTPN Long Pinang (PKS)
PT. Pucuk Jaya PT. Buana Wira PT. Harapan PTPN Semuntai (PKS) Subur (PKS) Sawit Sejahtera (PKS) (PKS)
TSS (mg/L)
BOD-5 (mg/L)
Minyak dan Lemak (mg/L)
Nitrogen Total (mg/L)
Baku Mutu
COD (mg/L)
Gambar 3.10. Perkiraan Beban Pencemaran Limbah Cair (mg/L) dari Industri Minyak Sawit di Kabupaten Paser Tahun 2013 (Baku Mutu Berdasarkan Perda Provinsi Kaltim No.02 Tahun 2011 tentang Air Limbah untuk Industri Minyak Sawit
Besarnya beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan yang cukup serius terutama untuk perairan disekitar industri tahu dan tempe. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara kombinasi proses biologis anaerob-aerob yakni proses penguraian anaerob dan diikuti dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Dengan kombinasi proses tersebut diharapkan konsentrasi COD dalan air olahan yang dihasilkan turun menjadi 60 ppm, sehingga jika dibuang tidaklagi mencemari lingkungan sekitarnya. Dilain pihak air banyak digunakan sebagai bahan pencuci dan merebus kedelai untuk proses produksinya. Akibat dari besarnya pemakaian air pada proses pembuatan tahu dan tempe, limbah yang dihasilkan juga cukup besar. Pada saat ini sebagian besar industri tahu tempe masih merupakan industri kecil skala rumah tangga yang tidak dilengkapi dengan unit pengolah air limbah, sedangkan industri tahu dan tempe yang dikelola koperasi beberapa diantaranya telah memiliki unit pengolah limbah. Unit pengolah limbah yang ada umumnya menggunakan sistem anaerobik dengan efisiensi pengolahan 60-90%. Dengan sistem pengolah limbah yang ada, maka limbah yang dibuang ke peraian kadar zat organiknya (BOD) masih terlampau tinggi yakni sekitar 400 – 1 400 mg/l. Untuk itu perlu dilakukan proses pengolahan lanjut agar kandungan zat organik di dalan air limbah memenuhi standar air buangan yang boleh dibuang ke saluran umum. Ini adalah hal yang merupakan bagian dari efek usaha kecil pangan yakni dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 17
dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. Selain memiliki prospek yang sangat baik dari sektor agribisnis, Kabupaten Paser juga memiliki peluang yang terbuka lebar untuk pengembangan industri, terutama industri semen, industri bahan bangunan, industri keramik, industri kaca, industri geowisata, industri pembangkit energi, dan industri kimia, agro dan hasil hutan. Pengembangan industri tersebut dapat dilakukan karena Kabupaten Paser memiliki potensi penyediaan sumberdaya input yang mampu mendukung kegiatan operasional industri-industri tersebut di atas. Upaya-upaya yang sudah dan harus dilakukan ke depan adalah untuk mengatasi masalah tersebut adalah : Semakin meningkatkan kegiatan penilaian terhadap kinerja perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan yang selama ini sudah berlangsung. Penilaian yang objektif harus dilakukan dan tindak lanjut terhadap temuan yang ada di lapangan harus benar-benar dilaksanakan. Meningkatkan peran Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) sebagai ujung tombak pengawasan lingkungan hidup di daerah. Pihak perusahaan agar bekerjasama dengan pusat penelitian agar bisa menerapkan teknologi yang sesuai dan efisien untuk mengatasi masalah lingkungan di perusahaannya. F. Pertambangan Pertambangan di Kabupaten Paser terdiri dari Pertambangan Swasta Nasional maupun pertambangan rakyat, yakni : Batu Gamping Sebaran batuan tersebut cukup luas, memanjang dari arah utara ke selatan. Jenis batuan tersebut merupakan bagian dari formasi-formasi Berau. Penyebarannya melingkupi Batu Butok, Muara Komam, Batu Sopang, Legai, Muara Tiung, Songka, Rantau Bintungan dan Krayan. Hingga saat ini, jenis batu-batuan tersebut digunakan di dalam industri bangunan, pertanian, bahan baku semen dan sebagainya. Berdasarkan sampel hasil analisis kimia, batu gamping memiliki kadar CaCO mencapai 57,12%-53,73%; sedangkan kekerasan batuan gamping yang terbaik terdapat di daerah Krayan. Lempung Sebaran bahan galian tanah lempung meliputi daerah Lolo, Janju, Kuaro, Kerang, Petangis, Long Ikis, Tajur, Belimbing, Nipah-nipah, Simpang Pait, Muara Langon, Muara Komam dan Batu Sopang. Batuan tersebut juga dapat ditemukan pada formasi Pulau Balang, Berai, dan Tanjung. Ketebalan singkapannya mencapai 1-4 m, dengan kemiringan 10-15 derajat. Endapan yang diperkirakan, berdasarkan pemindaian menggunakan X-ray adalah mentmorilonit. Lempung dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan keramik
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 18
(gerabah/porselen), tergantung pada kandungan mineral dan sifat fisik didalamnya. Selain batu gamping, lempung juga merupakan bahan baku pada industri semen. Batuan Ultramafik Ultramafik yang ditemukan di Kabupaten Paser adalah harzburgit dan serpentinit, yang memiliki karakteristik berwarna hitam kehijauan. Singkapannya tersebar di daerah Gunung Rambutan, Batu Sopang, serta memanjang dari arah barat laut hingga ke tenggara Kabupaten Paser, dengan panjang sebaran lebih kurang 12 km dan lebar sekitar 5 km. Pasir Kuarsa Sebaran pasir kuarsa berlokasi di Long Ikis, Pasir Belengkong, Pasir Mayang. Di daerah Pasir Mayang, pasir kuarsa ditemukan dalam bentuk endapan alluvium, yang ketebalannya mencapai 2-3 meter, dengan warna kelabu kecoklatan. Selain itu, cadangan lainnya terdapat di Desa Serakit Batu Sopang, yang memiliki luas sebaran sekitar 4.000 Ha, dan ketebalan rata-rata 10 m. Taksiran cadangan pasir kuarsa diperkirakan mencapai 500 juta metrik ton, sedangkan di Pasir Belengkong luasnya sebarannya mencapai 10 Ha, dengan ketebalan rata-rata 5 m. Taksiran cadangan Paser kuarsa di Pasir Belengkong diperkiran mencapai 500.000 MT, sedangkan di Desa Pait ketebalan singkapan rataratanya adalah 2 m pada lahan seluas 10 Ha dan volume cadangan hingga 200.000 metrik ton. Pasir kuarsa biasa digunakan sebagai bahan baku dalam produksi gelas, keramik, bahan koreksi semen, dan produk-produk lainnya. Pasir kuarsa yang berasal dari formasi Warukin dan Pamaluan mengandung 99,99% pasir yang berukuran 1/8 – 1/2 mm. Kaolin Singkapan kaolin diduga dijumpai sebagai sisipan di antara batu Paser kuarsa dengan batu lempung pada formasi Kuaro, dengan karakteristik berwarna kelabu kecoklatan sampai kehitaman, serta berkarbon dengan sisipan tipis batu bara. Singkapan kaolin ditemukan di wilayah Bekoso, dengan luas sebaran mencapai 25 Ha, serta dengan ketebalan rata-rata 4 m. Cadangan kaolin di daerah tersebut diperkirakan tidak kurang dari 1.000.000 metrik ton. Dalam industri keramik, kaolin dapat digunakan untuk bahan pembuat lantai dan batu hias. Berdasarkan analisa bakar di Balai Keramik pada suhu 850-900oC dan 950oC, hasil pembakarannya berwarna merah muda. Sirtu Sirtu didefinisikan sebagai pasir dan batu, merupakan material lepas dari berbagai jenis batuan. Potensi bahan tersebut belum terukur secara kuantitatif. Meskipun demikian, cadangannya diperkirakan cukup besar dan tersebar hampir di seluruh kecamatan. Sirtu pada umumnya digunakan untuk bahan kontruksi jalan atau bangunan.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 19
Galian Mineral Logam Endapan emas dijumpai di daerah aliran Sungai Kandilo, Kecamatan Muara Komam dan Batu Sopang. Pendulangan oleh penduduk secara sederhana dilakukan di anak Sungai Kandilo, misalnya Sungai Kuaro, Sungai Uko, Sungai Payang, Sungai Kelian dan Sungai Terik, serta dilakukan secara berkelompok. Saat ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Paser berupaya melakukan penertiban penambangan tersebut. Galian Mineral Energi Bahan galian mineral energi yang cukup menonjol di Kabupaten Paser adalah batu bara. Endapan batu bara terdapat pada formasi-formasi Kampung Baru, Pulau Balang, dan Pamaluan. Beberapa lokasi singkapan yang diidentifikasi di Sungai Panjuran, Desa Tajur Long Ikis memiliki tebal singkapan sekitar 2-2,5 m, serta berasosiasi dengan perselingan batu Paser-lempung. Penambangan batu bara yang terbesar, terdapat di Kecamatan Batu Sopang oleh PT. Kideco Jaya Agung yang merupakan PKP2B. Sedangkan produksi perusahaan tambang dilihat pada gambar. 3.11. yang izinnya dikeluarkan Bupati Paser.
Primkoppol Resort Paser Koperasi Muru Djaya PT. Energi Bumi Tana Paser PT. Daya Taka Kreasi Bersama PT. Tunas Muda Jaya PT. Pola Andhika Realtor PT. Pasir Buen Energy PT. Nuansa Sakti Kencana PT. Bara Setiu Indonesia PT. Bima Gema Permata -
200.000
400.000
600.000
Produksi (Ton/Tahun)
Gambar 3.11. Produksi Pertambangan di Kabupaten Paser dalam ton per tahun 2013 (Sumber : Dinas Pertambangan Kab. Paser).
Dari segi ekonomi kegiatan ini memberikan sumbangan pemasukan bagi pemerintah daerah meskipun sampai saat ini hal tersebut belum terasa secara maksimal. Karena presentasi keuntungan yang dikembalikan bagi pemerintah daerah yang dirasakan masyarakat jauh lebih kecil dari keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 20
Proses penambangan batubara, di samping melakukan penebangan ataupun pembukaan hutan juga dilakukan pengangkatan ataupun pembuangan top soil. Dampak pembukaan ataupun pembuangan top soil adalah hilangnya lapisan tanah yang subur. Lebih fatal lagi hasil dari penggalian batubara akan tebentuk kubangan-kubangan yang mengakibatkan banjir pada bekas area penambangan. Proses penambangan batubara menghasilkan cairan asam yang cukup banyak. Pembuangan larutan /cairan asam ke lingkungan akan berpengaruh pada penurunan kualitas aliran air tanah, unsur beracun, tingginya kandungan padatan terlarut dalam drainase air tambang, sehingga akan meningkatkan beban sedimen yang dibuang ke sungai. Selain itu tumpukan sampah dan tumpukan penyimpanan batubara dapat menghasilkan sedimentasi pada sungai, dan air sisa yang dihasilkan dari tumpukan batubara tersebut bersifat asam dan mengandung unsur beracun lainnya. Akibat adanya kadar asam yang tinggi maka lahan tidak lagi layak untuk digunakan sebagai lahan pertanian, serta cadangan air yang ada tidak akan layak konsumsi baik untuk keperluan mandi, atau kebutuhan rumah tangga lainnya. Efek pada air tanah, Akibat banyaknya sedimentasi yang dihasilkan pada sungai-sungai maka konsekuensi terjadinya banjir sangat luas. Peristiwa banjir yang bersifat asam dapat menyebabkan kerusakan yang benar-benar parah pada infrastruktur jalan yang telah dibangun. Selain membahayakan kehidupan dan harta benda, sebadian besar sedimen dan kualitas air yang buruk dapat memberikan efek yang merugikan setelah terjadinya banjir pada daerah tambang. Pada umumnya, hal ini akan banyak menyebabkan pencemaran pada air minum. Ativitas pertambangan batubara membutuhkan air dalam jumlah besar untuk yang diperlukan untuk proses pencucian. Untuk itu memenuhi kebutuhan air dalam jumlah yang besar, pemenuhan kebutuhan air diperoleh dari air permukaan atau air tanah yang seharusnya digunakan untuk keperluan pertanian atau domestic. Selain itu akibat pertambangan ini berpengaruh pada penggunaan air akuifer dangkal, dimana dapat menurunkan level air di sekitarnya dan juga dapat mengubah arah aliran dalam akuifer; pencemaran akuifer akibat aktivitas penambangan terjadi karena infiltrasi atau perkolasi air tambang, serta aibat peningkatan infiltrasi curah hujan pada tumpukan batubara. Pada tumpukan batubara, akibat adanya infiltrasi air hujan pada tumpunkan batubara dapat mengakibatkan peningkatan limpasan air yang mempunyai kualitas buruk serta membawa material yang tererosi. Hal ini mengakibatkan terjadinya peresapan air dengan kualitas rendah pada akuifer air tanah dangkal, atau terjadinya aliran air dengan kualitas buruk menuju sungai, sehingga dapat mencemari air tanah dalam jangka panjang baik pada akuifer dangkal maupun sungai. Danau yang terbentuk akibat penambangan batubara, airnya cenderung bersifat asam.Sementara itu asam sulfat yang terbentuk ketika mineral yang mengandung sulfida teroksidasi pada saat terjadinya kontak udara dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Di samping itu sisa-sisa bahan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 21
kimia dari bahan peledak biasanya bersifat racun dan meningkatkan jumlah air yang tercemar dalam jangka waktu panjang. (Khusyairi, 2012). Selain itu banyak analis pertambangan yang tidak mampu mengekspose secara detail tentang bahaya air cucian batubara. Limbah cucian batu bara yang ditampung dalam bak penampung sangat berbahaya karena mengandung logam-logam beracun yang jauh lebih berbahaya dibanding proses pemurnian pertambangan emas yang mengunakan sianida (CN). Proses pencucian dilakukan untuk menjadi batubara lebih bersih dan murni sehingga memiliki nilai jual tinggi. Proses ini dilakukan karena pada saat dilakukan eksploitasi biasanya batubara bercampur tanah dan batuan. Agar lebih mudah dan murah, dibuatlah bak penampung untuk pencucian. Kolam penampung itu berisi air cucian yang bercampur lupur. Sluge mengandung bahan kimia karsinogenik yang digunakan dalam pemrosesan batubara yang logam berat beracun yang terkandung di batubara seperti arsenic, merkuri, kromium, boron, selenium dan nikel. Dibandingkan tailing dari limbah pertambangan emas, unsur beracun dari logam berat yang ada di limbah pertambangan batubara jauh lebih berbahaya. Sayangnya sampai sekarang tidak ada publikasi atau informasi dari perusahan pertambangan terhadap bahaya sluge kepada masyarakat di sekitar pertambangan. Unsur beracun menyebabkan penyakit kulit, gangguan pencernaan, paru dan penyakit kanker otak. Air sungai tempat buangan limbah digunakan masyarkat secara terus menerus. Gejala penyakit itu biasa akan tampka setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia. (Suhartono Ketua Umum Yayasan Lestari).
Gambar 3.12. Potensi Bahan Galian Mineral Energi dan Efeknya terhadap (Sumber:Dokumentasi BLH Kab. Paser).
Lingkungan Hidup
Setiap tahun Badan Lingkungan Hidup melakukan pemantauan beban pencemaran limbah cair pada beberapa perusahaan tambang yang kawasan sangat dekat dengan sumber air. Dari hasil pemantauan belum ada air limbah yang melebihi baku mutu limbah cair berdasarkan Baku Mutu Berdasarkan Perda Provinsi Kaltim NO.02 Tahun 2011 tentang Air Limbah Kegiatan Pertambangan Batu Bara. Untuk menjaga kondisi
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 22
langkah dan program yang telah dan perlu dilakukan untuk mengatasai hal tersebut adalah: -
-
Pengawasan dan penilaian kinerja perusahaan yang efektif tentang pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan tiap tahun sebanyak 2 (dua) periode. Sikap tegas pemerintah daerah dalam menindak lanjuti setiap kasus-kasus yang berhubungan dengan pengaduan masyarakat mengenai kasus pencemaran lingkungan dengan semakin meningkatkan kinerja PPLH Kabupaten Paser. Meningkatkan pemantauan kualitas air limbah dengan frekuensi yang lebih tinggi lagi. Meminta perusahaan untuk secara berkala melaporkan pemantauan kualitas lingkungannya kepada BLH Kabupaten Paser.
Gambar 3.13. Pengaruh pertambangan terhadap bentang alam dan kualitas lahan.
G. Energi Kebutuhan akan energi merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia sejak dahulu. Hanya bentuk dan pemanfaatan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Kabupaten Paser dapat dikatakan sebagai kabupaten yang kaya dengan sumber daya energi, terutama sumber daya energi terbarukan seperti biomasa (kayubakar dan limbah pertanian), tenaga air (hydro), dan sinar matahari (solar). Kabupaten tersebut juga mempunyai cadangan batubara yang pemanfaatannya hanya untuk diekspor ke luar kabupaten. Sementara itu kebutuhan energi di kabupaten tersebut dipenuhi dari sumbersumber energi biomasa, minyak tanah atau kerosene, diesel atau solar, premium atau bensin, LPG, serta listrik. Minyak tanah, diesel, bensin, dan LPG diperoleh dari luar kabupaten, sedangkan listrik umumnya diperoleh dari pembangkit yang dibangkitkan dengan diesel. Akhir-akhir ini pemadaman listrik di daerah tersebut sering terjadi yang disebabkan oleh kekurangan daya, sehingga perlu dibuat suatu strategi perencanaan energi untuk mengembangkan sumberdaya energi di Kabupaten Paser secara optimal.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 23
Dalam periode tahun 2000-2010, sumberdaya energi untuk pembangkit listrik yang perlu dikembangkan di Kabupaten Paser selain deisel, juga sumber energi terbarukan biomasa dan tenaga air (minihydro). Pengembangan sumber energi terbarukan tersebut sangat site spesific , yang artinya pertimbangan pengembangannya tidak hanya ditentukan ketersediaan potensi saja, tetapi harus dipertimbangkan pula faktor lainnya, seperti kedekatan lokasi kepada pemakai dan kondisi infrastruktur. Biomasa dan minihydro dapat dibangun di daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Selain itu sumberdaya energi lainnya yang dapat dimanfaatkan di daerah tersebut adalah energi matahari atau solar home system (SHS), namun pengembangan SHS tersebut dalam jumlah kapasitas yang relatif kecil. Dalam periode waktu 10 tahun tersebut, pembangkit listrik tenaga disel (PLTD) dari PLN masih tetap dipertahankan terutama di kota kecamatan yang sudah terjangkau oleh jaringan listrik. Sementara itu, batubara biasanya dapat dipergunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik dengan skala kapasitas relatif besar, pemanfaatannya di Kabupaten Paser masih perlu penelitian lebih lanjut terutama masalah keekonomiannya. (Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, V5. N5, Agustus 2003). Selain itu perkembangan otomotif sebagai alat transportasi, baik di darat maupun di laut, sangat memudahkan manusia dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Selain mempercepat dan mempermudah aktivitas, di sisi lain penggunaan kendaraan bermotor juga menimbulkan dampak yang sangat buruk terhadap lingkungan, terutama gas buang dari hasil pembakaran bahan bakar yang tidak terurai atau terbakar dengan sempurna. Sehingga transportasi juga merupakan penyumbang pencemar terbesar. Seperti diketahui bahwa proses pembakaran bahan bakar dari motor bakar menghasilkan gas buang yang secara teoritis mengandung unsur CO, NO2, HC, C, H2, CO2, H2O dan N2, dimana banyak yang bersifat mencemari lingkungan sekitar dalam bentuk polusi udara. Unsur gas karbon monoksida (CO) yang berpengaruh bagi kesehatan makhluk hidup perlu mendapat kajian khusus, karena unsur karbon monoksida hasil pembakaran bersifat racun bagi darah manusia pada saat pernafasan, sebagai akibat berkurangnya oksigen pada jaringan darah. Jumlah CO yang terdapat di dalam darah, lamanya dihirup dan kecepatan pernapasan menentukan jumlah karboksihemoglobin (kombinasi hemoglobin/karbon-monoksida) di dalam darah, dan jika jumlah CO sudah mencapai jumlah tertentu/jenuh di dalam tubuh maka akan menyebabkan kematian. Jika dilihat dari banyaknya jumlah penduduk di Kabupaten Paser maka di hitung rata-rata bahwa tiap 4 atau 5 orang penduduk memiliki kendaraan roda dua. Bisa disimpulkan bahwa jika satu keluarga memiliki 2 atau 3 orang anak maka tiap keluarga di Kabupaten Paser memiliki satu kendaraan roda dua, ditambah kendaraan pribadi yang lain. Sehingga kebutuhan bahan bakar minyak juga meningkat yang artinya emisi CO2 pun ikut meningkat. Dari data perhitungan emisi diperoleh bahwa perkiraan emisi CO2 di sektor transportasi di Kabupaten Paser sebesar 56.474, 942 ton/tahun. Jika dibandingkan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 24
dengan total emisi dari sektor transportasi Kalimantan Timur tahun 2007 yakni 2.189.000 ton/tahun. Maka Kabupaten Paser menyumbang sekitar 2,58 %. Selain transportasi penyumbang emisi yang sangat signifikan adalah dari sektor industri dan rumah tangga. Emisi dari industri di Kabupaten Paser sampai saat ini belum dapat ditampilkan karena belum adanya kegiatan inventarisasi kebutuhan energi untuk sektor industri yang akurat sedangkan dari sektor rumah tangga tidak kurang dari 0,11 % dari total emisi dari rumah tangga di Kalimantan Timur (2007) yakni tidak kurang dari 1.645,432 ton/tahun. Emisi ini dihitung hanya berdasarkan penggunaan LPG dan minyak tanah. Dan ini diperkirakan lebih dari itu karena data penggunaan energi merupakan data yang berhasil terinventarisasi di Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Paser. Beberapa upaya untuk mengurangi emisi ke udara dapat di upayakan usahausaha sebagai berikut ini : Mengembangkan substitusi bahan bakar dengan tujuan untuk mengurangi polutan (substitusi ini bisa berupa bahan bakar tanpa timbal ataupun gas). Mengembangkan sumber tenaga alternatif yang rendah polusi (sumber tenaga bisa berupa tenaga listrik, tenaga surya, ataupun tenaga angin). Memodifikasi mesin untuk mengurangi jumlah polutan yang terbentuk modifikasi mesin bisa dilakukan baik dengan menggunakan turbo cyclone, memperbaiki sistem pencampuran bahan bakar, maupun dengan mengatur pendinginan di dalam ruang bakar). Mengembangkan sistem pembuangan yang lebih sempurna (sistem pembuangan dari gas buang bisa disempurnakan dengan menggunakan semacam reheater yang telah dikembangkan di Program Studi dengan menggunakan catalytic converter yang biasanya dipasang pada kendaraan mewah). Memperbaiki sistem pengapian (sistem pengapian kendaraan dapat diperbaiki dengan mengatur ignition time dan delay period dari motor bakar, salah satunya adalah dengan menggunakan power ignition, EFI (Electronic Full Injection). Meningkatkan perawatan kendaraan bermotor dengan jalan memeriksa kandungan gas buang setiap 6 atau 12 bulan. Menghindari cara pemakaian yang justru menghasilkan polutan yang tinggi (beberapa cara pemakaian yang salah adalah dengan meng-gebergeber pedal gas ataupun melakukan trek – trek-an di jalan raya, menambahkan pelumas pada knalpot kendaraan sehabis di servis, dan beban angkut yang melebihi kapasitas daya angkut motor). Semakin memperbanyak Ruang Terbuka Hijau sebagai penangkap CO2 yang terbang ke udara. Mengubah pola konsumerisme masyarakat terhadap kepemilikan kendaraan roda dua. Agar anak-anak sekolah kembali dibiasakan menggunakan sepeda sebagaimana di negara-negara maju yang otomatis akan mengurangi emisi ke udara.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 25
H. Transportasi.
Gambar 3.14.. Prasarana & Sarana Transportasi Darat dan Laut di Kab. Paser (Sumber: Dokumentasi RPIJMD)
Perkembangan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Paser mengalami kemajuan yang cukup berarti, terutama dalam membuka isolasi daerah pada wilayah yang berbatasan dengan Kalimantan Selatan dan Kabupaten Kutai Barat. Infrastruktur yang sangat penting dalam kegiatan bisnis maupun aktivitas harian masyarakat di Kabupaten Paser meliputi fasilitas transportasi darat dan transportasi laut. Keberadaan jalan dan jembatan yang memadai menjadi sangat penting bagi penunjang sarana angkutan darat. Sesuai dengan fungsinya, nya, kondisi jalan sangat mempengaruhi kelancaran hubungan dari satu wilayah ke wilayah lain. Dilihat dari statusnya, jalan dibedakan menjadi empat sebagaimana terlihat pada grafik pada gambar 3.14. 267.690
224.710 286.536
Nasional Provinsi Kabupaten
638.197
Desa / Lingkungan
Gambar 3.15. Panjang jalan ( dalam km) di Kabupaten Paser
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013 20
III - 26
Transportasi Darat Transportasi darat merupakan satu-satunya alternatif sarana angkutan umum bagi sebagian besar masyarakat Kabupaten Paser yang ingin berpergian ke luar daerah. Untuk keluar daerah telah tersedia angkutan darat melalui jalur Tanah Grogot-Batu Licin (Kalsel), Kuaro-Banjarmasin, dan Tanah Grogot-Penajam. Untuk melayani trayek tersebut tersedia tiga buah terminal, yaitu; terminal kota Tanah Grogot, terminal Tepian Batang, dan terminal Kuaro. Kendaraan umum yang wajib uji dapat diasumsikan sebagai kendaraan angkutan penumpang umum yang masih layak beroperasi. Transportasi Sungai dan Laut Sarana angkutan laut yang ada di Kabupaten Paser sebagian besar hanya melayani angkutan barang. Terdapat 6 buah pelabuhan laut yang berada dibawah administrasi kantor Pelabuhan Tanah Grogot, antara lain; Pelabuhan Pondong, Sei Kandilo, Teluk Apar, PTP. XIII Tanah Merah, PT. Kideco Tanah Merah, dan Sei Lombok. Sedangkan sisanya merupakan pelabuhan khusus yang melayani angkut batubara dan kelapa sawit. Kegiatan transportasi juga menyumbang tekanan terhadap lingkungan yang disebabkan limbah padat dari sarana-sarana transportasi. Demikian pula aktifitas pelabuhan yang ada. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah : -
-
I.
Melakukan program perhitungan beban limbah yang dihasilkan dari kegiatan transportasi secara rutin untuk mengetahui dengan pasti dan berkelanjutan besarnya beban limbah padat yang dihasilkan. Peningkatan pengawasan khusus terhadap uji emisi kendaraan, pengelolaan pelabuhan beserta perlengkapannya. Pariwisata
Industri pariwisata (tourism) merupakan salah satu isu utama di millenium ke-3 ini selain transportasi, telekomunikasi, dan teknologi (4T). Ini berarti, pariwisata menjadi salah satu industri yang tumbuh dominan dan memiliki peran penting dalam aspek kehidupan manusia di berbagai belahan dunia. Beberapa waktu lalu dalam dunia pariwisata muncul isu mengenai Greenspeak dan Go Green. Kedua isu ini berkaitan erat dengan wisata yang berbasis pemeliharaan dan pelestarian alam. Lingkungan alam dijadikan basis pengembangan hampir keseluruhan industri, dan pariwisata merupakan salah satu industri yang tidak luput dari tuntutan aplikasi pengembangan industri berwawasan pemeliharaan alam (konservasi) yang sustainable way (berkelanjutan). Pengembangan kepariwisataan juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Walaupun kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas pariwisata hanya sebagian kecil dibandingkan kerusakan lingkungan akibat aktivitas
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 27
masyarakat lainnya. Sebagian besar kerusakan sebenarnya berasal dari kegiatan domestik yang dilakukan oleh masyarakat. Limbah cair rumah tangga, sampah, emisi gas buang, serta sumber pencemar lainnya yang masuk ke lingkungan jauh lebih banyak berasal dari kegiatan masyarakat sendiri. Terutama di daerah yang tidak memiliki sarana pengolahan limbah yang baik. Sampai saat ini, kerusakan lingkungan sebagai akibat limbah cair, sampah, polusi udara, limbah B-3, dan sanitasi lingkungan yang jelek belum memiliki sistem pengelolaan terpadu.
Gambar 3.16. Museum Sadurangas (kiri) dan Goa Tengkorak (kanan)
Beberapa tahun belakang ini di perkenalkan Ecotourism atau eko-wisata atau pariwisata ekologi di sub-kategorikan dari pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) atau salah satu segmen pasar dari pariwisata berbasis lingkungan alam. Pariwisata berbasis lingkungan alam (pariwisata hutan/pariwisata bahari) hanya merupakan aktivitas kunjungan ke tempat alamiah seperti melihat burung di hutan atau biota unik lainnya pada ekosistem pesisir (seperti rekreasi SCUBA diving). Sedangkan ‘ecotourism’ memberi keuntungan bagi lingkungan, budaya, dan ekonomi komunitas lokal seperti mengamati burung atau biota unik lainnya dengan ‘guide’ orang lokal, tinggal bersama penduduk lokal atau pondokan alami (eco-lodge) yang disediakan penduduk masyarakat dan memberi kontribusi ekonomi bagi penduduk local (eco-charge). Haruslah dibedakan antara konsep dari ‘ecotourism’ (wisata ekologi) dan ‘sustainable tourism’ (pariwisata berkelanjutan), dimana pengertian ‘ecotourism’ merujuk pada segmen dari sektor pariwisata, sedangkan prinsip ‘sustainability’ diterapkan pada segala tipe aktifitas, operasi, pembuatan/pendirian dan proyek pariwisata termasuk bentuk yang konvensional maupun alternatif. ‘Ecotourism’ mutlak memperhatikan pemeliharaan lingkungan alam (conservation), bukan sebaliknya mengubah keaslian alam sehingga menganggu keseimbangan alam. Pemahaman pariwisata ekologi adalah untuk menyokong atau menopang keseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan alamnya. Kualifikasi aktivitas dalam ecotourism senantiasa berorientasi terhadap cara-cara pengembangan dan pemeliharaan keutuhan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 28
alam yang berkelanjutan. United Nations of Environment Programme (UNEP) telah merangkum karakteristik umum mengenai ‘ecotoursim’ yaitu : 1. Berdasar atas bentuk pariwisata alam dengan motivasi utama turis adalah untuk pengamatan dan mengapresiasi serta menghargai alam sama seperti budaya tradisional dalam kesatuan daerah alami, seperti kesatuan ekosistem pulau. 2. Berisi pendidikan dan interpretasi mengenai obyek alam yang dijadikan target (misalnya pada objek alam ekosistem hutan, gunung, pulau atau ekosistem pesisir dan laut). 3. Secara umum memiliki kelompok kecil turis yang diorganisasi oleh sekelompok kecil specialist dan bisnisnya dimiliki dan dijalankan orang lokal.. Operator dari luar negeri dengan berbagai ukuran juga diatur, dioperasikan dan/atau dipasarkan dalam kelompok-kelompok kecil yang tentunya bekerjasama dengan penduduk setempat. 4. Seminim mungkin mengurangi dampak negatif pada lingkungan alam dan sosialbudaya lokal. 5. Mendukung perlindungan daerah alam. Kawasan wisata di Kabupaten Paser mayoritas merupakan daerah alami dan mengarah kepada “ecotourism”. Hanya saja jika pengelolaan infrastruktur yang mendukungnya tidak direncanakan secara baik justru akan mengakibatkan permasalahan lingkungan baru. Saat ini masalah limbah padat untuk daerah wisata di Kabupaten Paser belum pada tahap mengkhawatirkan dikarenakan tingkat kunjungannya masih tergolong rendah. Namun keadaan ini harus diantisipasi sejak awal dengan menyediakan sarana pengelolaan lingkungan yang memadai, efisien dan representatif. Sedangkan tingkat hunian sarana perhotelan di daerah ini kebanyakan bukan karena sektor wisata namun disebabkan karena pengaruh kegiatan perekonomian. Hampir dipastikan sarana perhotelan di Kabupaten Paser di isi oleh mereka yang melakukan kegiatan perekonomian di daerah ini. J.
Limbah B3
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya. Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 29
berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula. Sampai saat ini di Kabupaten Paser hanya perusahaan besar yang memiliki izin yang berhubungan dengan limbah B3 khususnya oli bekas. Sedangkan kegiatan usaha kecil seperti bengkel motor tidak memiliki izin. Faktor utama yang menyebabkan hal ini adalah kebijakan pusat yang mengharuskan izin tentang limbah oli bekas. Namun hal ini dapat disikapi dengan adanya SK Kemitraan. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah : -
Memperbaiki kebijakan dari pusat tentang perizinan pengumpulan dan penyimpanan oli bekas. Meningkatkan frekuensi pengawasan terhadap pengelolaan limbah B3. Memberikan insentif bagi pelaku usaha skala kecil yang dapat melakukan pengelolaan limbah B3 nya dengan baik.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
III - 30
BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN A. Rehabilitasi Lingkungan Penghijauan Untuk menekan laju peningkatan jumlah lahan kritis maka perlu diupayakan kegiatan rehabilitasi lahan. Sampai tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Paser telah melakukan penghijauan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kecamatan Tanah Grogot seluas 250 Ha sebanyak 50.000 pohon. Kecamatan Batu Engau seluas 150 Ha sebanyak 75.000 pohon. Kecamatan Pasir Belengkong seluas 150 Ha sebanyak 75.000 pohon. Kecamatan Long Kali seluas 150 Ha sebanyak 75.000 pohon. Kecamatan Long Ikis seluas 100 Ha sebanyak 50.000 pohon. Kecamatan Muara Komam seluas 450 Ha sebanyak 225.000 pohon. Kecamatan Batu Sopang seluas 50 Ha sebanyak 25.000 pohon. Kecamatan Muara Samu seluas 100 Ha sebanyak 50.000 pohon.
Selain itu Badan Lingkungan Hidup juga merencanakan kegiatan penghijauan yang dananya berasal dari APBD Kabupaten Paser melalui kegiatan yang ada di Bidang Pengendalian Perusakan dan Konservasi. Namun karena permasalahan teknis maka untuk tahun 2011 kegiatan tersebut hanya terealisasi sebagian.
Gambar. 4.1. Kegiatan Penanaman Pohon di Desa Petangis bersama Bupati Paser (Sumber : Subbid. Konservasi BLH Kab. Paser)
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 1
Persampahan Pelayanan persampahan masyarakat di Kota Tanah Grogot dikelola oleh Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Perumahan (DCKKP) khususnya Sub Bidang Kebersihan. Menurut data BPS (2010) daerah pelayanan pengelolaan sampah mulai tahun 2010 hingga meliputi 4 desa di wilayah Kecamatan Tanah Grogot dan 2 desa di wilayah Kecamatan Pasir Belengkong. Dengan adanya daerah pelayanan persampahan yang jelas berfungsi untuk memantau baik dalam pelaksanaan penanganan sampah maupun pengawasannya. Daerah pelayanan sampah disajikan pada tabel 4.1. berikut : Tabel. 4.1. Daerah Pelayanan Persampahan Tahun 2010 s.d. 2011
No. 1 2 3 4 5 6 7
Daerah Pelayanan Persampahan Janju Sangkuriman Tepian Batang Tanah Grogot Tanah Periuk Jone Pasir Belengkong
Luas Wilayah (km2) 40,08 13,03 25,97 10,36 6,74 46,78 13,85
Sumber : DCKKP 2011 Tabel. 4.2. Realisasi Pelayanan Persampahan Tahun 2010 s.d. 2011
No.
Tahun
1 2
2011 2010
Jumlah Penduduk Target Terlayani 66.610 31.380 64.160 27.775
Pelayanan Sampah (%) Target Realisasi 100 47,11 100 43,29
Sumber : DCKKP 2011
Berdasarkan tabel 4.2. diatas pada tahun 2010 target pelayanan penduduk yang terlayani persampahan sebanyak 64.160 jiwa dengan target pelayanan 100 % dengan hasil realisasi pelayanan persampahan sebanyak 43,29 %. Sedangkan pada tahun 2011 target pelayanan penduduk yang terlayani persampahan sebanyak 66.610 jiwa dengan target pelayanan 100 % dengan hasil realisasi pelayanan persampahan sebanyak 47,11 %. Berdasarkan data tersebut pelayanan persampahan mengalami peningkatan sebesar 3,82 %. Untuk mendukung terwujudnya perlayanan persampahan yang maksimal perlu sarana prasarana persampahan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Dari APBD Kabupaten Paser berikut beberapa sarana prasarana pengangkutan sampah sebagaimana terlihat pada tabel 4.3.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 2
Tabel. 4.3. Sarana Prasarana Pengangkutan Persampahan
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sarana Prasarana Pengangkutan Sampah Gerobak Sampah Mini Truck (Kijang) Dump Truck Kontainer Armroll Motor Sampah Mobil Penyedot Tinja TPS Permanen TPS Fiber TPS Besi 1 m3
Jumlah Tahun 2010 10 3 8 16 15 1 47 24 22
Jumlah Tahun 2011 40 3 8 20 15 47 1 24 42
Sumber : DCKKP 2011
Berdasarkan tabel 4.3. diatas, pada tahun 2010 untuk beberapa sarana prasarana pengangkutan sampah mengalami peningkatan pada tahun 2011, gerobak sampah meningkat 30 buah, kontainer armroll meningkat 4 buah dan TPS besi 1 m3 meningkat 20 buah. Drainase Tujuan dari penyusunan rencana pembangunan sub bidang drainase adalah untuk memberikan suatu manual yang dapat memberikan arahan khususnya bagi intansi yang berwenang, dan bagi pihak lain yang berkepentingan dalam pengelolaan/ penataan system drainase. Sehingga pada akhirnya dapat diwujudkan suatu sistem drainase yang terintegrasi dan dengan kualitas pelayanan yang memadai. Acuan yang dipakai adalah Kepmen PU No. 239/KPTS/1987 tentang fungsi utama saluran drainase sebagai drainase wilayah dan sebagai pengendalian banjir. Sistem drainase tidak dapat berdiri sendiri dan selalu berhubungan dengan sektor infrastruktur lainnya seperti pengembangan daerah, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
2.
Perencanaan sistem drainase harus mendukung skenario pengembangan dan pembangunan wilayah, serta terpadu rencana pengembangan prasarana lainnya. Perencanaan sistem drainase harus mempertimbangkan pengembangan infrastruktur air limbah, karena faktanya menunjukkan bahwa saluran air limbah kebanyakan masih bercampur dengan sistem pembuangan air hujan.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 3
3.
4.
Perencanaan sistem drainase harus dikoordinasikan dengan rencana pengembangan perumahan, terutama dalam kaitannya dengan perencanaan sistem jaringan dan kapasitas prasarana. Perencanaan drainase yang menjadi satu kesatuan dengan jaringan jalan harus disinkronkan dengan sistem jaringan drainase yang sudah direncanakan oleh istitusi atau lembaga pengelola jaringan drainase.
Secara pasti dapat dikatakan bahwa penyelesaian masalah drainase (banjir) di suatu kawasan selain memfokuskan pada penyelesaian masalah kawan internal, juga tidak terlepas dari penyelesaian masalah kawasan eksternal, terutama menyangkut aspekaspek yang terkait secara langsung dengan permasalahan drainase di Kawasan studi. Tahun 2011 pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan drainase tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Paser Dinas Cipta Karya, Kerbersihan dan Perumahan Kabupaten Paser. Air Minum Instansi yang berwenang mengembangkan program pembangunan penyediaan air bersih baik untuk skala Kabupaten Paser, IKK dan wilayah-wilayah Kelurahan terutama untuk wilayah IKK dan Kelurahan yang penduduknya miskin dan berada di kawasan yang sangat rawan air bersih. Program ini bersamaan dengan penguatan sistem kelembagaan dan peningkatan kerjasama dengan pihak swasta dalam berinvestasi guna mewujudkan MDG’s 2015. Kebijakan sub bidang penataan bangunan gedung dan lingkugnan adalah mewujudkan pembangunan prasarana sarana dan prasarana berkualitas. Kebijakan terkait PBL adalah Meningkatkan penataan kawasan konsisten sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. Bangunan-bangunan di wilayah Kabupaten Paser secara umum saat ini diarahkan kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan yaitu perdagangan dan jasa, pemukiman, perkantoran dan pendidikan. Tahun 2011 pembangunan, peningkatan jaringan pemipaan tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten Paser yang dilaksanakan Dinas Cipta Karya, Kerbersihan dan Perumahan Kabupaten Paser. Kegiatan Fisik Lainnya Selain kegiatan-kegiatan diatas beberapa kegiatan lainnya yang bertujuan untuk peningkatan kualitas lingkungan antara lain pembangunan fasilitas kesehatan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Paser yang pelaksanaanya tersebar di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Paser serta pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan saluran irigasi yang dilaksanakan Dinas Bina Marga, Pengairan dan Tata Ruang Kabupaten Paser.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 4
B. AMDAL Sampai tahun 2013 ada 193 (seratus sembilan puluh tiga) dokumen lingkungan baik berupa AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan – Upaya Pemantauan Lingkungan) maupun Dokumen Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan (DPPL) yang telah disahkan Pemerintah Kabupaten Paser. Adapun dokumen lingkungan yang diterbitkan telah mengalami penyempurnaan seiring dengan Peraturan Perundangan yang berlaku dan kapasitas Komisi Penilai AMDAL Daerah (Komdalda) Kabupaten Paser. Saat ini Komdalda Kabupaten Paser yang terdiri dari Komisi Penilai, Tim Teknis dan Sekretariat. Komisi Penilai beranggotakan Bupati sebagai Pembina, Sekda sebagai Pengarah, Kepala BLH Kabupaten Paser sebagai Ketua Tim dan Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan BLH Kabupaten Paser. Selain itu Komisi Penilai terdiri dari anggota tetap dan tidak tetap. Anggota tetap beranggotakan Kepala Bappeda Kabupaten Paser, Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Paser, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Paser, Kepala Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Paser dan Pakar Lingkungan yang biasanya diambil dari Perguruan Tinggi yang ada di Kalimantan Timur. Sedangkan anggota tidak tetap beranggotakan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terkait dengan kegiatan, organisasi lingkungan dan masyarakat yang terkena dampak. Selanjutnya Tim Teknis beranggotakan PNS di lingkungan Kabupaten Paser khususnya Badan Lingkungan Hidup yang telah memiliki sertifikat AMDAL Penilai dan atau Penyusun yang memiliki latar belakang disiplin ilmu yang beragam. Frekuensi penerbitan dokumen lingkungan sejak tahun 2002 sampai tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 4.2 . 30 25 20 15 10 5 0 2002
2003
2004
2005
AMDAL
2006
2007
2008
UKL-UPL
2009
2010
2011
2012
2013
DPLH/DPPLH
Gambar. 4.2. Dokumen Lingkungan yang diterbitkan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 5
Namun beberapa diantara pemrakarsa yang telah membuat dokumen lingkungan yang telah diterbitkan tidak semuanya berlanjut kepada tahap operasi karena beberapa kendala diantaranya perizinan atau teknologi yang digunakan dalam operasi yang ternyata secara ekonomi maupun teknis tidak menghasilkan keuntungan yang signifikan. Masalah lain yang kadang kerap timbul adalah perusahaan sudah melakukan pembersihan lahan dengan menebang vegetasi yang ada namun operasi tidak berlanjut dimana hal ini sangat merugikan dilihat dari sisi lingkungan. Dengan keadaan ini pihak perusahaan tidak berusaha untuk mengembalikan keadaan yang sudah berubah menjadi seperti rona awalnya. Selanjutnya sebagian dari kegiatan usaha sudah selesai beroperasi atau dalam keadaan shut down. Sehingga perlu pemantauan dalam hal reklamasi lahan terutama lahan bekas lubang tambang. Ada beberapa pelaku usaha yang melaksanakan reklamasi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya jenis vegetasi yang ditanam adalah bukan vegetasi yang direkomendasikan untuk reklamasi.
Gambar. 4.3. Pemantauan Kegiatan Reklamasi PT. Telen Paser Prima (Sumber : Dokumentasi BLH Kab. Paser)
Pada umumnya temuan - temuan yang kerap didapati pada saat pemantauan lingkungan di perusahaan khususnya tambang dan perkebunan adalah sebagai berikut : Belum dilakukannya penataan cover crop pada lahan yang akan dilakukan kegiatan 1. reklamasi. 2. Arel stock pile tidak dilengkapi tanggul dan settling pond. Jika ada pun belum dikelola sebagaimana standar yang dikehendaki. 3. Sebagian besar belum memiliki Tempat Pembuangan Sementara (TPS) B3 serta pengelolaan belum dilakukan maksimal.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 6
4.
5. 6. 7.
Belum dilakukannya pemantauan kualitas udara secara berkala padahal pada dokumen lingkungan yang dibuat akan melakukan pemantauan udara sebagai bagian dari pengelolaan lingkungan. Sebagian ada yang belum memiliki izin pembuangan limbah. Kegiatan reklamasi tidak dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Belum diterapkannya program 3 R pada lingkungan perusahaannya sendiri.
Gambar. 4.4. Salah satu lahan bekas tambang yang tidak ditanami vegetasi yang direkomendasikan (Sumber : BLH Kabupaten Paser)
Gambar. 4.5. Lahan kritis akibat reklamasi lahan bekas yang tidak dijalankan sesuai prosedur (Sumber : BLH Kab. Paser).
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 7
C. Penegakan Hukum Masalah lingkungan tidak selesai dengan memberlakukan Undang-Undang tanpa ada komitmen untuk melaksanakannya. Suatu Undang-Undang yang mengandung instrumen hukum masih diuji dengen pelaksanaan (uitvoering atau implementation) dan merupakan bagian dari mata rantai pengaturan (regulatory chain) pengelolaan lingkungan. Dalam merumuskan kebijakan lingkungan, Pemerintah lazimnya menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Kebijakan lingkungan disertai tindak lanjut pengarahan dengan cara bagaimana penetapan tujuan dapat dicapai agar ditaati masyarakat. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup mendasari kebijaksanaan lingkungan di Indonesia, karena Undang-Undang, peraturan pemerintah dan peraturan pelaksanaan lainnya merupakan instrumen kebijaksanaan (instrumenten van beleid). Instrumen kebijaksanaan lingkungan perlu ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan lingkungan demi kepastian hukum dan mencerminkan arti penting hukum bagi penyelesaian masalah lingkungan. Instrumen hukum kebijaksanaan lingkungan (juridische milieubeleidsinstrumenten) tetapkan oleh pemerintah melalui berbagai sarana yang bersifat pencegahan, atau setidak-tidaknya pemulihan, sampai tahap normal kualitas lingkungan. Dalam hubungan dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, penegakan hukum di bidang lingkungan hidup yang mencakup yaitu : 1. Penguatan fungsi, peran dan wewenang institusi lingkungan hidup dalam melindungi dan mengelola lingkungan hidup antara lain fungsi AMDAL, pengelolaan perizinan dan kewenangan penyidik PNS bidang lingkungan hidup. 2. Penguatan sistem hukum lingkungan hidup. 3. Pengembangan bisnis yang ramah lingkungan dimana izin lingkungan sebagai pra syarat memperoleh izin usaha. 4. Dukungan dari Pemerintah Daerah dalam menyusun struktur dan jabatan fungsional bagi pejabat pengawas lingkungan hidup daerah. Upaya penegakan hukum lingkungan yang konsisten akan memberikan landasan kuat bagi terselenggaranya pembangunan, baik dibidang ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan. Namun dalam kenyataan untuk mewujudkan supremasi hukum tersebut masih memerlukan proses dan waktu agar supremasi hukum dapat benar-benar memberikan implikasi yang menyeluruh terhadap perbaikan pembangunan nasional. Dalam upaya untuk menajalankan penegakan hukum di bidang lingkungan Kabupaten Paser melalui Badan Lingkungan Hidup Daerah telah melantik lima orang
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 8
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser melalui Keputusan Bupati Paser No. 660.1/Kep-549/2011 tanggal 14 November 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) Kabupaten Paser sekaligus Pelaksanaan Peresmian pembentukan Pos Pengaduan dan Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup (P3LH) Kabupaten Paser melalui Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser No.12 Tahun 2011 tanggal 13 April 2011. Selain telah memiliki PPLHD, Kabupaten Paser juga memiliki 1 (satu) orang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Bidang Lingkungan Hidup. Untuk operasionalnya PPLHD telah diberikan satu buah mobil operasional untuk keperluan pengawasan di lapangan. Sampai tahun 2012 kebanyakan masalah atau kasus yang terjadi di Kabupaten Paser yang sampai ke P3LH adalah dugaan pencemaran air sungai yakni Sungai Seputih yang berada dekat areal PTPN XIII Long Pinang Kecamatan Tanah Grogot, Sungai Sekiat yang berada di sekitar areal PTPN XIII PMS Long Kali dan dugaan pencemaran air. Selain dugaan pencemaran air tahun 2012 masalah yang diadukan adalah kerusakan lahan dan kawasan mangrove. Setelah dilakukan tinjauan ke lapangan mayoritas kasus tersebut terbukti benar. Setelah ditindak lanjuti maka pihak perusahaan / pelaku kegiatan siap untuk melakukan pembenahan namun masih diminta untuk melakukan penyempurnaan karena sumber-sumber yang menjadi penyebab pencemaran belum dibuat secara benar. Selama ini pemerintah memberikan Sanksi administrasi yang merupakan suatu upaya hukum yang harus dikatakan sebagai kegiatan preventif oleh karena itu sanksi administrasi perlu ditempuh dalam rangka melakukan penegakan hukum lingkungan. Disamping sanksisanksi lainnya yang dapat diterapkan seperti sanksi pidana. Upaya penegakan sanksi administrasi oleh pemerintah secara ketata dan konsisten sesuai dengan kewenangan yang ada akan berdampak bagi penegakan hukum, dalam rangkan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Sehubungan dengan hal ini, maka penegakan sanksi administrasi merupakan garda terdepan dalan penegakan hukum lingkungan (primum remedium). Jika sanksi administrasi dinilai tidak efektif, berulan dipergunakan sarana sanksi pidana sebagai senjata pamungkas (ultimum remedium).
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 9
Gambar. 4.6. Melakukan peninjauan lokasi yang diduga menyebabkan pencemaran oleh PPLHD Kabupaten Paser (Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kab. Paser)
Ini berarti bahwa kegiatan penegakan hukum pidana terhadap suatu tindak pidana lingkungan hidup baru dapat dimulai apabila : 1. Aparat yang berwenang telah menjatuhkan sanksi administrasi dan telah menindak pelanggar dengan menjatuhkan suatu sanksi administrasi tersebut, namun ternyata tidak mampu menghentikan pelanggaran yang terjadi. 2. Antara perusahaan yang melakukan pelanggaran dengan pihak masyarakat yang menjadi korban akibat terjadi pelanggaran, sudah diupayakan penyelesaian sengketa melalui mekanisme altenatif di luar pengadilan dalam bentuk musyawarah / perdamaian / negoisasi / mediasi, namun upaya yang dilakukan menemui jalan buntu, dan atau litigasi melalui pengadilan pedata, namun upaya tersebut juga tidak efektif, baru dapat digunakan instrumen penegakan hukum pidana lingkungan hidup. Berdasarkan jenisnya ada beberapa jenis sanksi administratif yaitu : 1. Bestuursdwang (paksaan pemerintahan). Diuraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata dari pengusaha guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah hukum administrasi atau (bila masih) melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh para warga karena bertentangan dengan undang-undang. 2. Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan (izin pembayaran, subsidi). Penarikan kembali suatu keputusan yang menguntungkan tidak selalu perlu didasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan. Hal ini tidak termasuk apabila keputusan(ketetapan) tersebut berlaku untuk waktu yang tidak tertentu dan menurut sifanya “dapat diakhiri” atau diatrik kembali (izin, subsidi berkala). Instrument kedua yang diberlakukan setelah sanksi administratif tidak diindahakan oleh pelaku pelanggara atau kejahatan lingkungan hidup adalah pengguna instrument perdata dan pidana , kedua instrument sangsi hukum ini biasa gunakan secara pararel maupun berjalan sendiri sendiri .
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 10
D. Peran Serta Masyarakat Sebagaimana telah dijamin di dalam beberapa peraturan perundang-undangan akan hak masyarakat untuk berperan serta dalam pengelolan lingkungan hidup, yaitu dalam Undang-undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang (peran serta masyarakat dalam tata ruang diatur lebih detil dalam PP No. 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang), kemudian peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup yang dijamin dalam pasal 5 UU No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, peran serta masyarakat dalam AMDAL yang dijamin dalam PP No. 27/1999 tentang AMDAL. Dengan dijaminnya peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan publik ini maka kesempatan mewujudkan good environmental governance diharapkan dapat dicapai. Keberhasilan mengarusutamakan perspektif partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik tak bisa dilepaskan dari peran LSM yang terlibat dalam Koalisi Kebijakan Partisipatif (KKP) yang mengawal RUU TCP3 hingga menjadi Undang-undang (UU) No. 10/2004. Dari UU inilah yang banyak mengilhami setiap perumusan perundangundangan yang berperspektif partisipasi masyarakat setiap sektor publik hingga sekarang ini. Disamping keberhasilan penerapan teori good governance yang diantaranya menekankan partisipasi masyarakat dalam setiap sektor publik. Berdasarkan sifatnya, peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu konsultatif dan kemitraan (Cormick,1979). Pola partisipatif yang bersifat konsultatif ini biasanya dimanfaatkan oleh pengambilan kebijakan sebagai suatu strategi untuk mendapatkan dukungan masyarakat (public support). Dalam pendekatan yang bersifat konsultatif ini meskipun anggota masyarakat yang berkepentingan mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan hak untuk diberitahu, tetapi keputusan akhir tetap ada di tangan kelompok pembuat keputusan tersebut (pemrakarsa). Pendapat masyarakat di sini bukanlah merupakan faktor penentu dalam pengambilan keputusan, selain sebagai strategi memperoleh dukungan dan legitimasi publik. Sedangkan pendekatan partisipatif yang bersifat kemitraan lebih menghargai masyarakat lokal dengan memberikan kedudukan atau posisi yang sama dengan kelompok pengambil keputusan. Karena diposisikan sebagai mitra, kedua kelompok yang berbeda kepentingan tersebut membahas masalah, mencari alternatif pemecahan masalah dan membuat keputusan secara bersama-sama. Dengan demikian keputusan bukan lagi menjadi monopoli pihak pemerintah dan pengusaha, tetapi ada bersama dengan masyarakat. dengan konsep ini ada upaya pendistribusian kewenangan pengambilan keputusan. Dalam hal ini Komdalda Kabupaten Paser memasukkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan sebagai anggotanya dalam upaya mengikutsertakan masyarakat dalam pengambilan keputusan rekomendasi kelayakan lingkungan bagi suatu usaha kegiatan.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 11
Untuk mengefektifkan partisipasi masyarakat mutlak dibutuhkan prakondisiprakondisi. Hardjasoemantri (1986) merumuskan syarat-syarat agar partisipasi masyarakat menjadi efektif dan berdaya guna, sebagai berikut : 1. Pemastian penerimaan informasi dengan mewajibkan pemrakarsa kegiatan mengumumkan rencana kegiatannya; 2. Informasi lintas batas (transfrontier information); mengingat masalah lingkungan tidak mengenal batas wilayah yang dibuat manusia; 3. Informasi tepat waktu (timely information); suatu proses peran serta masyarakat yang efektif memerlukan informasi sedini dan seteliti mungkin, sebelum keputusan terakhir diambil sehingga masih ada kesempatan untuk mempertimbangkan dan mengusulkan alternatif-alternatif pilihan; 4. Informasi yang lengkap dan menyeluruh (comprehensive information); dan 5. Informasi yang dapat dipahami (comprehensible information). Potensi masyarakat untuk mengembangkan kelembagaan keswadayaan ternyata telah meningkat akibat kemajuan sosial-ekonomi masyarakat. Potensi masyarakat tersebut diatas, dalam hal ini diartikan sebagai masyarakat Madani, perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara berkelanjutan. Kesadaran masyarakat madani dicirikan dengan timbulnya kesadaran bahwa, mereka paham akan haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat serta sanggup menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya untuk tercapainya kualitas lingkungan hidup yang dituntutnya. Kemudian, berdaya yaitu mampu melakukan tuntutan untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat. Selanjutnya, mandiri dalam kemampuan berkehendak menjalankan inisiatif lokal untuk menghadapi masalah lingkungan di sekitarnya. Dan, secara aktif tidak saja memperjuangkan aspirasi dan tuntutan kebutuhan lingkungan yang baik dan sehat secara terus menerus tetapi juga melakukan inisiatif lokal. (Khoirunnas, 2011). Di Desa Muara Adang Kecamatan Kuaro telah didirikan suatu kelompok organisasi masyarakat yang bergerak dalam rehabilitasi lahan mangrove yang bernama Kelompok Muara Adang Indah dimana telah bertahun-tahun kelompok ini melakukan swadaya penanaman bakau di kawasan mereka. Apa yang mereka lakukan sedikit demi sedikit telah memberikan dampak yang siginifikan terhadap kelestarian mangrove. Sampai tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Paser melalui Badan Lingkungan Hidup telah memnfasilitasi 4 (empat) sekolah menjadi Sekolah Adiwiyata Tingkat Propinsi dan Tingkat Nasional. Sekolah-sekolah ini telah mencapai target penilaian sebagai Sekolah Adiwiyata. Selain itu di beberapa tempat di Tana Paser telah berdiri Bank Sampah, bahkan telah berdiri semacam pabrik pencacahan sampah.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 12
Gambar. 4.7. Kegiatan Daur Ulang Sampah SMK Negeri 1 Tanah Grogot (Sumber: Badan LingkunganHIdup Kab. Paser).
Gambar. 4.8. Kegiatan Bank Sampah di Kota Tana Paser (Sumber: Badan LingkunganHIdup Kab. Paser).
E. Kelembagaan Kelembagaan lingkungan hidup khususnya Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser saat ini sudah cukup berkembang dan kesadaran berlingkungan juga meningkat dan meluas namun masih bersifat pasif karena hanya berkembang secara parsial tidak menyeluruh. Penaatan hukum juga masih tetap lemah, sedangkan instrumen alternatif untuk menjerat perusahaan yang merusakkan lingkungan hidup juga tidak dapat dilaksanakan. Kepentingan-kepentingan lingkungan hidup hanya diperjuangkan oleh kelompok kecil kelas menengah dengan hampir tanpa ada kekuatan politik. Oleh karena itu, perlu pembenahan kelembagaan sehingga pengelolaan lingkungan hidup dapat mempunyai kekuatan politik serta dapat tercipta mekanisme yang lebih menyuarakan aspirasi masyarakat. Mengembangkan kelembagaan pemerintah di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang visioner bergantung pada kemampuan membaca tantangan yang harus dihadapi dalam pembentukan dan implementasi kebijakan publik mengenai lingkungan hidup.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 13
Kebijakan lingkungan hidup sarat dengan aspek politik karena kuatnya keragaman pendapat para pemangku kepentingan yang tata nilainya sering bertolak belakang. Tipologi keputusan yang dihasilkannya akan selalu diperangkap perdebatan etika, karena umumnya berkaitan dengan pilihan-pilihan : mana yang harus dikorbankanmana yang harus diselamatkan, bagaimana mendistribusikan manfaat secara “adil”, atau bahkan memperjuangkan nasib kelompok yang tidak akan pernah terwakili dengan baik (misalnya spesies non manusia, atau bahkan generasi yang akan datang). Kancah “pertempuran”-nya selalu berada di wilayah ekonomi, karena kebijakan lingkungan hidup berhubungan langsung dengan tata kuasa, produksi, konsumsi, dan pelestarian sumber daya alam. Syarat dasar untuk membuat desain kelembagaan lingkungan hidup yang efektif adalah memahami pilihan-pilihan dan konsekuensi yang harus dihadapi dalam pembentukan dan pelaksanaan kebijakan publiknya. Jenis-jenis tantangan pelaksanaan kebijakan lingkungan hidup yang akan semakin kompleks dalam jangka waktu ke depan mencakup : 1. Tantangan ilmiah (scientific challenge) : perdebatan pengetahuan akan mendasari identifikasi dan pengenalan masalah; rasionalisasi hubungan antara masalah dengan dampak, resiko dan konsekuensinya; serta prediksi persoalan dan resiko dalam skala yang semakin mengglobal dan jangka waktu yang semakin panjang ke depan. Institusi berwenang akan semakin diharapkan menjadi institusi referensi yang akuntabilitas keilmiahannya diutamakan. 2. Tantangan hukum (legal challenge) : mengingat muara dari kebijakan publik adalah peraturan perundangan, kebijakan lingkungan hidup yang sebenarnya tersebar dalam beberapa jenis karakter kebijakan akan diwujudkan dalam lebih dari satu jenis peraturan perundangan. Institusi berwenang akan selalu dipaksa menjadi jembatan, apapun bentuknya, bagi implementasi banyak aturan yang sebenarnya saling terkait, saling tergantung, dan bahkan tumpang tindih. 3. Tantangan politis (political challenge) : penerapan asas-asas demokrasi akan mewarnai usaha penetapan agenda prioritas nasional yang adil; penyeimbangan antara penaatan dan pembinaan, serta pengaturan dan pendidikan; dan pelibatan masyarakat secara efektif dalam pengambilan keputusan yang semakin teknis dan kompleks. Institusi yang berwenang akan selalu menjadi tumpuan saluran keinginan masyarakat untuk berpartisipasi secara efektif. Tantangan ekonomi (economic challenge) : perjuangan yang paling berat ke depan 4. adalah mengadaptasikan tatanan dan kebutuhan ekonomi kontemporer terhadap keterbatasan lingkungan hidup skala lokal, nasional, dan global (bukan sebaliknya). (Laksmi Wijayanti, 2011) Kombinasi dari konsekuensi efektivitas pelaksanaan kebijakan lingkungan hidup dan munculnya tantangan yang semakin kompleks menyebabkan persyaratan kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup ke depan harus mencakup : 1) kearifan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 14
menyusun agenda kebijakan yang komprehensif dan adil; 2) konsisten menerapkan prinsip-prinsip demokrasi; 3) adaptif atau memiliki fleksibilitas memadai; 4) efisien; dan 5) memiliki kapasitas teknis-keilmiahan yang tinggi. Sampai tahun 2012 ada penambahan produk hukum yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup yakni Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Paser. Permasalahan lain yakni kurangnya sumber daya manusia dalam pengelolaan lingkungan, walaupun ada namun kapasitasnya belum dioptimalkan. Selain itu alokasi anggaran untuk pengelolaan lingkungan hidup sebenarnya sudah cukup tinggi jika dibandingkan daerah lain di Indonesia namun pemanfaatannya masih belum efisien. Alokasi anggaran pengelolaan lingkungan hidup sejak tahun 2007 sampai 2013 dapat dilihat pada gambar.4.9. Rp25.000,00
Rp20.000,00
Rp15.000,00
Rp10.000,00
Rp5.000,00
Rp-
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Besar Anggaran
Gambar 4.9. Alokasi Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser (per satu juta rupiah) Sumber : DPPKAD Kabupaten Paser.
Alokasi anggaran pengelolaan lingkungan hidup ini tersebar ke beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) seperti Badan Lingkungan Hidup, Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Pemukiman serta Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Paser yang berwujud kegiatan fisik maupun non fisik. Khusus Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser, untuk Tahun 2013 ada penambahan kegiatan pengambilan sampling air sumur dan air danau/embung/sungai yang masuk dalam kegiatan penyusunan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Paser Tahun 2013.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2013
IV - 15
Gambar 4.10. Kegiatan Pengambilan Sampling Air Danau/Embung/Kolam dan Air Sumur Tahun 2013 (Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser).
Sampai saat ini Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Paser terus berbenah dalam peningkatan kapasitas pegawai di lingkungannya sebagai instansi yang berwenang dalam pengawasan pengelolaan lingkungan hidup. Untuk itu perlu mengikutsertakan PNS di lingkungan BLH Kabupaten Paser dalam mengikuti berbagai pelatihan di dalam maupun luar daerah seperti AMDAL Penilai, AMDAL Penyusun, PPPLHD, Pengendalian Pencemaran Air, Udara dan Tanah serta Pelatihan lainnya yang mendukung pelaksanaan program dan kegiatan yang ada di lingkungan Kabupaten Paser dalam bidang lingkungan Hidup. Selain itu pengembangan kapasitas masyarakat maupun pelaku usaha juga telah dilaksanakan dengan sosialisasi ataupun bimtek yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan.
Gambar. 4.11. Workshop Pendampingan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Tahun 2013.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Paser Tahun 2012
IV - 16