LAPORAN SINGKAT HOTEL ARYADUTA, JAKARTA 3-4 OKTOBER 2012
DEVELOPING INFLUENTIAL THINK TANKS in INDONESIA
PENGANTAR Laporan ini merupakan rangkuman catatan proses Lokakarya Pengembangan Think Tank yang Berdampak di Indonesia atau Developing Influential Think Tanks in Indonesia yang diselenggarakan pada 3-4 Oktober 2012 oleh The Knowledge Sector Program AusAID. Ini adalah program inisiatif b e r s a m a a n t a r a Pe m e r i n t a h Australia dan BAPPENAS untuk meningkatkan kualitas kebijakan publik di I ndonesia melalui pemanfaatan hasil penelitian, analisis dan bukti. Lokakarya Pengembangan Think Tank yang Berdampak di Indonesia bertujuan untuk menggali kemampuan think tank untuk mempengaruhi kebijakan publik, juga memberi kesempatan untuk berbagi pengalaman membangun think tank yang unggul. Alur proses lokakarya dirancang di hari pertama untuk mengarah pada
menjawab bagaimana cara think tank yang paling efektif untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui pembelajaran dari pengalaman think tank internasional dan Indonesia. S e l a n j u t ny a m e n g e n a l i d a n menemukan kekuatan think tank di Indonesia. Di hari kedua, dimulai dengan menciptakan visi think tank di Indonesia dilanjutkan dengan berbagi gagasan dan menentukan strategi-strategi yang
paling tepat untuk dikembangkan di Indonesia. Selanjutnya, pada siang hari kedua ada kelas-kelas klinik dimana peserta belajar bagaimana “mempercantik ” diri, terkait keterampilan riset dan menciptakan strategi komunikasi riset dan engagement yang baik. Laporan ini merangkum catatan proses lokakarya yang difasilitasi o l e h I N S P I R I T I N N O VAT I O N CIRCLES. Dalam P E M B U K A A N , Hanna Birdsey, Counsellor, Education and Scholarships AusAID, menekankan bahwa program yang akan diproyeksikan berjalan selama 15 tahun ini memiliki capaian jangka panjang yang pada akhirnya menjadikan Indonesia memiliki kapasitas untuk mengembangkan kebijakan yang efektif dan dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Pada akhirnya, hasil yang diharapkan adalah
1
DEBAT
/ 3 Oktober 2012
sektor pengetahuan Indonesia dapat menghasilkan data-data yang akurat untuk mempengaruhi kebijakan pembangunan sosial. Dalam lokakarya ini hadir 50 think tank terbaik di Indonesia. Seluruhnya merupakan think tank yang paling tahu bagaimana memperbaiki mutu penelitian dan menggunakan advokasi penelitian untuk perubahan kebijak an. Disamping itu, sejumlah think tank berpengalaman dari Indonesia dan luar negeri juga hadir untuk berbagi pengalaman mereka. Lokakarya ini diharapkan menjadi ruang untuk mengeksplorasi kemampuan think tank mempengaruhi kebijakan publik, berbagi pengalaman dalam membangun think tank yang kuat, mendiskusikan arah penelitian b a r u , d a n m e n g i d e n t i fi k a s i peluang untuk penelitian dan investasi. Sesi pertama adalah D E B AT : Cara
Think Tank Mana yang Paling Efektif untuk Mempengaruhi Kebijakan Publik? Tujuan dari sesi ini bukan untuk mencari jawaban, melainkan untuk mengangkat isu-isu penting dan hangat yang berkaitan dengan pengembangan think tank yang berpengaruh. Debat dimulai dengan pengantar oleh Enrique Mendizabal, pengamat think tank internasional. Dilanjutkan dengan tanggapan-tanggapan dari Prof. dr. Laksono Trisnantoro dari Universitas Gajah Mada, Natalia
Soebagjo dari CSIS, Agung Wijaya dari YLBHI dan peserta lain yang diundang oleh fasilitator untuk mengungkapkan tanggapannya. Pembicaraan dalam debat ini menekankan pengaruh hasil penelitian terhadap kebijakan yang sangat terk ait dengan konteks, tantangan independensi think tank, dan bagaimana meningkatkan posisi tawar politik think tank. Dalam sesi selanjutnya peserta diajak mendengarkan
P E M BE L AJ AR AN dar i Penggiat Think Tank Inter nasio nal dan I n d o n e s i a . Dari think tank internasional, hadir Antonia Mutaro (Institute of Policy Analysis and Research - IPAR, R wa n d a ) , Ar u n M a h i z h n a n (Institute of Policy Studies - IPS, Singapore), Martine Letts (Lowy Institute, Australia) dan Goran Buldioski (Open Society Think Tank Fund, Hungary). Setelah penjabaran dari keempat pembicara internasional diadakan diskusi untuk mengambil pembelajaran faktor sukses yang dapat dipetik dari pengalaman think tank internasional. Antonia membagi 3 kunci sukses lembaganya yaitu strategi engagement, penentuan agenda riset yang relevan dan informasi reguler pada para pihak. Arun menyoroti peran think tank di negaranya yang mengikuti rumus ABC: analysis and research (analisis dan riset), bridge building ( jembatan bagi riset dan
aplikasinya) dan communication (komunikasi) untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pemangku pihak untuk mengambil keputusan. Pengalaman Martine dengan lembaganya mengangkat urgensi think tank untuk hadir sebagai penghubung power yang dimiliki pemerintah dan knowledge yang dimili perguruan tinggi untuk mendorong debat, mempengaruhi masyarakat dan membentuk hasil kebijak an. Terakhir, Goran mengingatkan bahwa istilah “think tank” tidak memiliki makna bagi banyak orang, terutama di negara berkembang. Ini adalah benchmark yang penting: bagaimana kita bisa menjelaskan tentang think tank pada orang umum dan dunia secara luas. Goran juga menekankan agar think tank bersifat terbuka seperti wikipedia, bukan seperti ensiklopedia besar Britanica yang meskipun lebih kompeten, namun sulit dijangkau. Dalam diskusi, peserta menyampaikan bahwa kondisi
2
PEMBELAJARAN think tank internasional berbeda dengan think tank di Indonesia, namun peserta banyak belajar tentang independensi think tank d a l a m s e g i fi n a n s i a l d a n p e n e nt u a n a g e n d a , s t rate gi komunikasi dan engagement dengan pemangku kebijakan. Setelah itu, pembelajaran think tank Indonesia disampaikan oleh Daniel Dhakidae (Prisma Resource Center), Nurul Widyaningrum (Akatiga), Rizal Sukma (CSIS), dan Ilham Cendikia Srimarga (Pattiro). Daniel menceritakan lembaganya yang berjuang untuk menjadi pusat penelitian kebijakan dan mengangkat para peneliti muda d e n g a n m e m p e r b a nya k d a n meningkatkan kualitas publikasi. Nurul berbagi pengalaman lembaganya yang banyak melakukan penelitian yang m e n g a d vo k a s i i s u - i s u k a u m marjinal dan pemerintah daerah untuk mendorong pengambilan kebijakan yang partisipatif. Rizal menyampaikan kegiatan lembaganya yang lebih berorientasi pada kebijak an dibanding menciptakan gerakan sosial, namun masih tetap bisa 100% independen. Kemudian Ilham Cendikia menceritakan lembaganya yang berfokus pada penelitian terkait desentralisasi dan advokasi kebijakan daerah dalam pelayanan publik. S esi selanjutnya merupak an Pembelajaran dari Pihak
/ 3 Oktober 2012
Pembuat Kebijakan. Sejauh mana mereka memanfaatkan think tank dan hasil penelitian dalam pembuatan kebijakan? Hadir Dr Ali Ghufron Mukti, MSc., PhD - Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Vivy Yulaswati, MSc - Direktur Perlindungan dan KesejahteraanMasyarakat, Bappenas, dan Poempida Hidayatullah - Anggota Komisi IX D e w a n Pe r w a k i l a n R a k y a t Republik Indonesia. Dr. Ali menyampaikan dalam proses pembuatan kebijakan, ia mempertimbangkan empat faktor penting: konten, konteks, proses dan aktor. Untuk itu, Dr. Ali mendorong think tank agar pandai dalam timing dan memilih isu, memahami kebutuhan pemerintah dan bermain cantik dalam mengkomunikasikan hasil penelitian. Dr. Vivy menekankan urgensi timing dalam penyampaian dan hasil penelitian karena masukan dari think tank lebih sering dibutuhkan dalam situasi-situasi kritis yang membutuhkan pengambilan keputusan secara cepat. Untuk itu, sangat penting bagi think tank untuk menemukan solusi-solusi dari permasalahan yang ada kini, membangun kredibilitas dan berkomunikasi secara efektif. Poempida sebagai anggota badan legislatif menyayangkan rendahnya pengaruh think tank I ndonesia dalam perubahan kebijakan karena di Indonesia,
menurut Poempida, yang dihargai adalah kekayaan dan kekuasaan. Karena itu, Poempida mendorong think tank untuk terus mencoba dan tidak ragu-ragu mencari orang yang dapat menyuarakan hasil riset mereka. Masuk pada sesi terakhir lokakarya hari pertama, fasilitator mengajak peser ta untuk berbagi dan b e r d i s k u s i , m e r e fl e k s i k a n pembelajaran dari para pembicara pada pengalaman di lembaganya masing-masing. Peserta diminta untuk secara berkelompok di mejanya masingmasing menceritakan hal yang paling membanggakan dari organisasi think tank mereka dan menemukan kekuatan think tank Indonesia. Dari delapan kelompok, kekuatan think tank Indonesia yang paling banyak disebut adalah sumber daya manusia yang semangat dan jaringan think tank dengan pemerintah, masyarakat, LSM dan perguruan tinggi.
3
THINK TANK IMPIAN
/ 4 Oktober 2012
KANVAS | KELEMBAGAAN THINK TANK YANG BERPENGARUH MITRA
Siapa yg bisa memperkuat?
SASARAN
VISI
Apa yang ingin diciptakan?
Siapa yang akan dibantu?
SUMBERDAYA
PRODUK
Apa yang ditawarkan?
Apa saja yang Anda butuhkan untuk percepatan dampak?
KOMUNIKASI
Bagaimana menjangkau dan merawat sasaran?
BIAYA
HASIL
Apa yang dikeluarkan?
Apa yang diterima?
VISIONING THINK TANK INDONESIA Mengawali rangkaian acara di hari kedua, fasilitator mengajak peserta untuk melihat kembali kekuatankekuatan yang ditemukan dan sudah dimiliki think tank Indonesia saat ini. Selanjutnya, peserta diminta untuk menemukan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh think tank Indonesia di masa depan agar menjadi think tank yang keren.
Thursday, October 4, 12
• Produk - Apa yang ditawarkan? • Hasil - Apa yang diterima? • Komunikasi - Bagaimana menjangkau dan merawat sasaran? • Mitra - Siapa yang bisa memperluas? • Sumberdaya - Apa saja yang Anda butuhkan untuk percepatan dampak? • Biaya - Apa yang dikeluarkan?
Setelah menemukan ciri think tank Indonesia yang keren, diskusi dilanjutkan dengan Visioning Think Tank Indonesia masa depan yang ingin diwujudkan menggunakan alat bantu “Kanvas Kelembagaan Think Tank yang Berpengaruh”. Kanvas terdiri dari delapan blok yang berisi topik atau pertanyaan kunci yang perlu didiskusikan. Kedelapan blok itu adalah: • Visi - Apa yang ingin diciptakan? • Sasaran - Siapa yang akan dibantu?
4
K L I N I K THINK TANK Diskusi pada awalnya dilakukan secara berkelompok di meja masing-masing, kemudian dilanjutkan dengan berbagi hasil diskusi dengan kelompok lain dengan metode World Cafe. Setelah itu peserta diminta untuk memilih satu blok yang menurut kelompoknya paling penting untuk mewujudkan think tank Indonesia yang berpengaruh. Blok yang dianggap paling penting bagi peserta diantaranya adalah visi, mitra, komunikasi, sumberdaya manusia, biaya dan sasaran.
/ 4 Oktober 2012
diikutsertakan dalam mempertimbangkan agenda penelitian. Tuntutan klien juga bisa dijadikan barometer penetapan agenda, apakah relevan untuk dijadikan prioritas atau tidak. Dalam klinik menulis proposal penelitian, dibicarakan tips yang harus diperhatikan saat menyusun proposal diantaranya: konsisten, spesifik dan simpatik, mempertimbangkan nilai, menonjolkan keahlian tim dan keunggulan metode, mempertimbangkan implikasi pada strategi kebijakan, mengikuti panduan dan aturan dari peminta proposal, juga melakukan kontak informal dengan lembaga donor. Kemudian dalam klinik menulis policy brief, pembicara dan peserta saling berbagi pengalaman tentang policy brief yang berdampak, diantaranya: memiliki misi misal ingin berdampak pada perubahan kebijakan atau sebatas memberikan wacana, memasukkan dimensi politik, membangun iotimisme dan memberikan usulan solusi, mencantumkan contact person, melibatkan banyak stakeholder dan terus-menerus dilakukan konsultasi.
KLINIK THINK TANK Pada siang hari kedua, peserta diajak untuk berdiskusi lebih dalam tentang beberapa hal yang dianggap penting untuk mengembangkan think tank di Indonesia. Untuk itu dua sesi selanjutnya dibagi dalam beberapa ‘klinik’ paralel dengan tema utama: 1) Keterampilan Riset dan Menulis dan 2) Komunikasi dan Engagement.
Tema Komunikasi dan Engagement juga dibagi dalam 3 klinik, yaitu menyusun strategi komunikasi yang efektif, menulis di media dan menjalin hubungan dengan pembuat kebijakan. Klinik menyusun strategi komunikasi yang efektif membahas pengembangan strategi komunikasi digital dengan memanfaatkan jejaring sosial dan media sosial di internet, tips bagaimana merebut perhatian pers agar diliput oleh media massa, dan memperluas jangkauan media yang diproduksi oleh think tank.
Tema Keterampilan Riset dan Menulis dibagi menjadi 3 klinik paralel yaitu menetapkan agenda penelitian, menulis proposal penelitian dan menulis policy brief.
Klinik menulis di media membahas tentang tips meningkatkan kualitas tulisan dan seperti apa bentuk tulisan/informasi yang harus dibuat untuk dapat disampaikan melalui beragam media (majalah, koran, TV, internet, dan sebagainya).
Dalam klinik menetapkan agenda penelitian, ditekankan bahwa think tank harus pandai merespon kebutuhan proses kebijakan dengan memperhatikan visi think tank. Selain itu, konteks dan kearifan lokal harus
Lalu dalam klinik menjalin hubungan dengan pembuat kebijakan dibahas hal-hal yang dapat dilakukan agar think tank dikenal baik oleh pembuat kebijakan,
5
P E N U T U P
/ 4 Oktober 2012
diantaranya dengan cerdas membaca konteks, membangun pola hubungan yang beragam, berpikir strategis, membangun jaringan, dan yang terpenting mau mendengar. Setelah seluruh klinik selesai, peserta diminta berkumpul kembali ke ruang plenary untuk sesi penutupan. Sebelum acara ditutup secara resmi, peserta diminta melakukan refleksi atas keseluruhan proses dan isi dari lokakarya dengan membuat lirik lagu rap yang berisi langkah-langkah baru untuk mewujudkan think tank yang berpengaruh di Indonesia.
PENUTUP Penutupan acara dilakukan oleh Ben Davis. Ben menekankan bahwa pertemuan ini membuka kekuatan dan tantangan lembaga think tank di Indonesia. Ben mengajak seluruh peserta untuk merefleksikan diri dan saling belajar bagaimana posisi lembaga dengan pembuat kebijakan, apa keunikan lembaga dan bagaimana mengemban tugas masing-masing. Ben menyampaikan bahwa event ini adalah yang pertama bagi AusAID untuk membangun jaringan knowledge sector. Karena itu, ia mengajak para peserta untuk terus melakukan karya dalam riset.
Laporan Ringkas ini ditulis oleh INSPIRIT INNOVATION CIRCLES Foto: Dokumentasi EE Communications dan INSPIRIT Innovation Circles
6