Laporan Problem Based Learning Maret 2009 Sistem Indera Khusus
Makassar,
TULI
Disusun oleh:
KELOMPOK 5B Herawati Tjongi Asnita Berry Erida Hasbi Nurliah Handayani Rosmainar Agus Jumriah Ayu Merdekawaty Putri Nur Azizah Cindy Permata Sari Dian Permatajaya Rimi Titien Sa’Pang Ade Ulfa
110.206.126 110.206.127 110.206.128 110.206.129 110.206.130 110.206.131 110.206.132 110.206.133 110.206.134 110.206.135 110.206.136 110.206.137 110.206.138
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Makassar 2009
MODUL TULI
23
SKENARIO Seorang anak laki- laki, 12 tahun. Datang ke Puskesmas dengan keluhan pendengaran berkurang sejak 2 tahun yang lalu, disertai dengan perasaan pusing bila kepala dipalingkn dengan tiba- tiba. Nilai rapor menurun seiring dengan bertambah beratnya penurunan pendengaran. Si A juga akhir-akhir ini sering menarik diri dari pergaulan. Riwayat keluar cairan dari dalam telinga sejak usia 7 tahun.
KATA KUNCI laki-laki 12 tahun Pendengaran berkurang sejak 2 thn yg lalu Pusing bila kepala dipalingkan tiba-tiba Penurunan nilai rapor seiring dgn bertambahnya ketulian Menarik diri dari pergaulan Riwayat otore sejak 7 thn yg lalu
PERTANYAAN: 1. Bagaimana fisiologi dari pendengaran dan keseimbangan? 2. Apa-apa saja yang dapat menyebabkan meurunnya pendengaran? 3. Apa yang dapat menyebabkan pusing? 4. Apakah ada hubungan antara keluhan utama dengan nilai rapot yang menurun dan menarik diri dari pergaulan? 5. Apa yang menyebabkan otorea?
6. Pemeriksaan apa yang perlu dilakukan? 7. Apa diagnosisnya? 8. Bagaimana penanganan pasien? JAWABAN PERTANYAAN 1. Fisiologi pendengaran dan keseimbangan
FISIOLOGI PENDENGARAN •
Bunyi
Proses Fisika
Diubah menjadi impuls oleh sel sensorik organon
Corti N. Akustikus (VIII) •
Lintasan utama bunyi mencapai labirin :
•
MAE
Labirin •
•
•
Cortex Cerebri
MT
Osikula Auditiva (MIS) Foramen Ovale
Air Conduction
Lintasan lain :
•
- Bone Conduction
•
- Secara langsung melalui MT yang perforasi
Secara anatomis telinga dibagi menjadi 3 bagian : •
Telinga luar
: Fs. Konduksi
•
Telinga tengah
: Fs. Konduksi + perkuatan
•
Telinga dalam
: Proses neurofisiologi
Efek perkuatan getaran bunyi dihasilkan oleh dua mekanisme : •
Rasio luas MT : FO = 17 : 1 (pembesaran 17 X)
•
Efek pengungkit dari maleus dan inkus = 1.3 X
•
Pembesaran total = 17 X 1,3 = 22 X dari bunyi asli
JARAS PENDENGARAN
N.koklearis Nuc.Koklearis Dorsalis et Ventralis Nuc.Olivarius Sup. Lemniskus Lat. Kollikulus Inf. Nuc. Geniculatum Med. korteks Pendengaran Persepsi Pendengaran
FISIOLOGI KESEIMBANGAN
3 Kanalis Semi Sirkularis - KSS ANTERIOR - KSS POSTERIOR - KSS LATERALIS Fungsi: mendeteksi akselerasi dan deselerasi rotasi dari kepala B. Sakulus dan Utrikulus FUNGSI : •
mendeteksi posisi kepala relatif terhadap gravitasi
•
mendeteksi erubahan kecepatan gerakan linear (lurus)
PERTANYAAN 2. Apa yang menyebabkan pendengaran berkurang?
GANGGUAN PENDENGARAN :
Berkurangnya kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya pada salah satu atau kedua telinga, derajat ringan atau lebih berat dengan angka pendengaran lebih dari 26 dB pada frekuensi 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz. (WHO) KETULIAN: Hilangnya kemampuan mendengar pada salah satu atau kedua telinga merupakan gangguan pendengaran sangat berat dengan ambang pendengaran rata-rata lebih dari 81 dB pada frekuensi 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz (WHO)
ETIOLOGI 1. tuli konduktif: a. Benda asing dalam MAE b. Kongenital c. Trauma d. Tumor e. Radang f. Otosklerosis
2. Tuli sensorineural a. Kongenital b. Trauma c.
Radang
d. Ototoksik
e. Tumor f. Penyakit SSP PERTANYAAN 3. Apa yang menyebabkan pusing? Vertigo terdiri dari 3 macam: 1. Vetigo spontan 2. Vertigo posisi 3. Vertigo kalori Dari gejala klinis di atas, termasuk tipe posisi akibat perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena perangsangan pada kupula kanalis semisirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal.
PERTANYAAN 4. Apakah ada hubungan antara keluhan utama dengan nilai rapot yang menurun dan menarik diri dari pergaulan? Ada, hal ini bermula kurang konsentrasi akibat sensasi penuh pada telinga sehingga sistem konduksi menurun. Hal ini menyebabkan proses belajar-mengajar tidak maksimal dan memicu penurunan nilai rapor. Menarik diri dari pergaulan bisa akibat efek langsung dari penurunan pendengaran atau karena indeks prestasi yang menurun
PERTANYAAN 5. Apa yang menyebabkan otorea? •
Adanya cairan akibat otitis media eksterna
•
OMSA stadim perforasi
•
OMSK
PERTANYAAN 6. Pemeriksaan apa yang perlu dilakukan?
TES PENDENGARAN 1. Tes bisik •
Bahan tes : Bisikan dokter, yang disebut AC
•
Banyak digunakan untuk skrining/penyaringan calon pegawai
•
Ada 3 syarat yang harus dipenuhi : 1. Bahan tes 2. Ruangan tes 3. Penderita
•
Tehnik pelaksanaan
•
Jarak pendengaran
•
Interpretasi hasil pemeriksaan : 6 meter
: Normal
5 meter
: Dalam batas normal
4 meter
: Ketulian ringan
3 – 2 meter : Ketulian sedang < 1 meter
: Ketulian berat
2. tes garpu tala •
Digunakan seperangkat GT frekuensi rendah sampai tinggi : - 128 Hz – 1024 Hz - 256 Hz – 1024 Hz - 512 Hz – 4096 Hz
•
Tujuan Tes GT : Menentukan Jenis ketulian
•
Tes GT
: Garis pendengaran, Tes Rinne,
Tes Weber, Tes Schwabach TES AUDIOMETRI
TES KESEIMBANGAN •
Tes posturografi
•
Nistagmus: tes Kobrak, kalori bilateral
•
Elektronistagmografi
•
Tes nistagmus posisi o Tes gliserin o Tes fistula o Tes nigtagmus posisi
PERTANYAAN 7. Apa diagnosis dan penatalaksaannya? Dari gejala klinis dan pendekatan diagnosis, kita dapat simpulkan penyebab penurunan pendengan akibat adanya infeksi pada telinga tengah oleh otitis media supuratif kronik tipe maligna dengan kolesteatom dengan komplikasi perandangan telinga dalam dan perforasi MT. diagnosis bandingnya adalah otitis media akut.
TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA ANALYSIS DIGNOSIS
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media supuratisf kronis selian merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat juga merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga sedikit sekali / tidak pernah terjadi resolusi spontan. Otitis media supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna karena terbentuknya kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik. Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis ini dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah yang terus menerus ( hilang timbul ) dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus. Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans ( streptococcus A hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus. Suatu teori patogenesis mengatakan terjadinya otititis otitis nekrotikans akut menjadi awal penyebab OMSK yang merupakan hasil invasi mukoperiusteum organisme yang virulen, terutama berasalh dari nasofaring terbesa pada masa kanakkanak, atau karena rendahnya daya tahan tubuh penderita sehingga terjadinya nekrosis jaringan akibat toxin nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi perforasi
pada membrane timpani setelah penyakit akut berlalu membrane timpani tetap berlubang atau sembuh dengan membrane atrofi. Pada saat ini kemungkinan besar proses primer untuk terjadinya OMSK adalah tuba eustachius, telinga tengah dan sel-sel mastoid. Faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis sangat majemuk, antara lain : 1. gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat : a. infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang b. obstruksi anatomic tuba eustachius parsial atau total 2. perforasi membrane timpani yang menetap 3. terjadinya metaplasia skuamosa / perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah 4. obstruksi terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid 5. terdapat daerah dengan skuester atau otitis persisten ddi mastoid 6. faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh. PATOLOGI Omsk lebih merupakan penyakit kekambuhan daripada menetap, keadaan ini lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi, ketidakseragaman ini disebabkan oleh proses peradangan yang menetap atau kekambuhan disertai dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut secara umum gambaran yang ditemukan : 1. Terdapat perforasi membrane timpani dibagian sentral, ukuran bervariasi dari 20 % luas membrane timpani sampai seluruh membrane dan terkena dibagianbagian dari annulus.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang akan nampak normal kecuali infeksi telah menyebabkan penebalan atau metaplasia mukosa menjadi epitel transisonal. 3. Jaringan tulang2 pendengaran dapat rusak/ tidak tergantung pada berat infeksi sebelumnya 4. Mastoiditis pada OMSK paling sering berawal pada masa kanak-kanak , penumatisasi mastoid paling aktif antara umur 5 -14 tahun. Proses ini saling terhenti oleh otitis media yang sering. Bila infeksi kronis terus berlanjut mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran mastoid berkurang. Antrum menjadi lebih kecil dan penumatisasi terbatas hanya ada sedikit sel udara saja sekitar antrum.
TANDA DAN GEJALA OMS TIPE BENIGNA Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten. Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang2 pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit. Perforasi membrane timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian tepinya . Proses peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada
meatus menghalangi pandangan membrane timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut diangkat . Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid da setelah satu atau dua kali pengobatan local abu busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang dari perforasi besar tipe sentral dengan membrane mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani merupakan diagnosa khas pada omsk tipe benigna. OMSK TIPE MALIGNA DENGAN KOLESTEATOM Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keeping-keping kecil, berwarna putih mengkilat. Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom. PENATALAKSANAAN Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konstervatif atau dengan medika mentosa. Bila sekret yang keular terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2o2 3 % selama 3 – 5 hari. Setelah sekret berkurang terapi dilanjutkan dengan obat tetes telinga yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid, kultur dan tes resisten penting untuk perencanaan terapi karena dapat terjadi strain-strain baru seperti pseudomonas atau puocyaneous. Infeksi pada kolesteatom sukar diobati sebab kadar antibiotic dalam kantung yang terinfeksi tidak bias tinggi. Pengangkatan krusta yang menyumbat drainage sagaat membantu. Granulasi pada mukosa dapat diobati dengan larutan AgNo3 encer ( 5 -100 %) kemudian dilanjutkan dengan pengolesan gentian violet 2 %. Untuk mengeringkan sebagai bakterisid juga berguna untuk otitis eksterna dengan otorhea kronik.
Cara terbaik mengangkat polip atau masa granulasi yang besar, menggunakan cunam pengait dengan permukaan yang kasar diolesi AgNo3 25-50 % beberapa kali, selang 1 -2 minggu. BIla idak dapat diatasi , perlu dilakukan pembedahan untuk mencapai jaringan patologik yang irreversible. Konsep dasar pembedahan adalah eradikasi penyakit yang irreversible dan drainase adekwat, rekontruksi dan operasi konservasi yang memungkinkan rehabilitasi pendengaran sempurna pada penyakit telinga kronis. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS OMSK tipe benigna : Omsk tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan komplikasi, tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring dapat menjadi superimpose otitis media supuratif akut eksaserbsi akut dapat menimbulkan komplikasi dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler. Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mongering. Tetapi sisa perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani disarankan. OMSK tipe maligna : Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa : 1. erosi canalis semisirkularis 2. erosi canalis tulang 3. erosi tegmen timpani dan abses ekstradural 4. erosi pada permukaan lateral mastoid dengan timbulnya abses subperiosteal 5. erosi pada sinus sigmoid
Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis, abes otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti
OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT (OMA) Otitis media supuratif akut (OMA) adalah otitis media yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik. Bakteri piogenik sebagai penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, dan Pneumokokus. Kadang-kadang bakteri penyebabnya yaitu Hemofilus influenza, Escheria
colli,
Streptokokus
anhemolitikus,
Proteus
vulgaris,
Pseudomonas
aerugenosa. Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling sering kita temukan pada pasien anak berumur dibawah 5 tahun. otitis media adalah infeksi pada rongga telinga tengah , sering diderita oleh bayi dan anak-anak, penyebabnya infeksi virus atau bakteri. Pada penyakit bawaan spt down syndrome dan anak dgn alergi sering terjadi. Terapi antibiotika dan kunjungan ke dr. tht dalam proses perbaikan sangat disarankan. Komplikasi yang bisa timbul jika otitis media tidak segera diobati adalah mastoiditis, perforasi gendang telia dgn cairan yang terus menerus keluar. Komplikasi lebih lanjut seperti infeksi ke otak walau jarang masih mungkin terjadi, sumbatan pembuluh darah akibat tromboemboli juga bisa terjadi. Disarankan segera bawa anak anda bila rewel dan memegang-megang telinga, tidak nyaman merebah demam dan keluar cairan pada telinga. Bila anda memeriksakan
secara dini otitis media bisa dicegah sebelum memberikan kerusakan lebih lanjut dengan paracentesis atau miringotomi. Faktor pencetus terjadinya otitis media supuratif akut (OMA), yaitu : Infeksi saluran napas atas. Otitis media supuratif akut (OMA) dapat didahului oleh infeksi saluran napas atas yang terjadi terutama pada pasien anak-anak. Gangguan faktor pertahanan tubuh. Faktor pertahanan tubuh seperti silia dari mukosa tuba Eustachius, enzim, dan antibodi. Faktor ini akan mencegah masuknya mikroba ke dalam telinga tengah. Tersumbatnya tuba Eustachius merupakan pencetus utama terjadinya otitis media supuratif akut (OMA). Usia pasien. Bayi lebih mudah menderita otitis media supuratif akut (OMA) karena letak tuba Eustachius yang lebih pendek, lebih lebar
dan
lebih
horisontal.
Stadium Otitis Media Supuratif Akut (OMA) Ada 5 stadium otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah, yaitu : · Oklusi tuba Eustachius. · Hiperemis (pre supurasi). · Supurasi. · Perforasi. · Resolusi. 1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius Stadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam telinga tengah karena terjadinya absorpsi udara. Selain retraksi, membrana timpani kadang-kadang tetap normal atau hanya berwarna keruh pucat atau terjadi efusi.
Stadium oklusi tuba Eustachius dari otitis media supuratif akut (OMA) sulit kita bedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan virus dan alergi. 2. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi) Stadium hiperemis (pre supurasi) akibat pelebaran pembuluh darah di membran timpani yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. 3. Stadium Supurasi Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah). Selain itu edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial hancur. Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke arah liang telinga luar. Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak. Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini disebabkan oleh terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis venavena kecil. Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup kembali. Bahkan membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani tidak utuh lagi. 4. Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman. Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan bisa tidur nyenyak. Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret (nanah) tetap berlangsung selama lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih 1,5-2 bulan maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK). 5. Stadium Resolusi Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering. Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetap perforasi dan sekret tetap keluar secara terus-menerus atau hilang timbul. Otitis media supuratif akut (OMA) dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani. Gejala Klinik Otitis Media Supuratif Akut (OMA) Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh
menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan umur penderita, yaitu : Bayi dan anak kecil. Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas), sulit tidur, tibatiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang
sakit.
Anak yang sudah bisa bicara. Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek. Anak lebih besar dan orang dewasa. Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang). Terapi Otitis Media Supuratif Akut (OMA) Terapi otitis media supuratif akut (OMA) tergantung stadium penyakit, yaitu : Oklusi tuba Eustachius. Terapinya : obat tetes hidung & antibiotik. Hiperemis (pre supurasi). Terapinya : antibiotik, obat tetes hidung, analgetik & miringotomi. Supurasi. Terapinya : antibiotik & miringotomi. Perforasi. Terapinya : antibiotik & obat cuci telinga. Resolusi. Terapinya : antibiotik. Aturan pemberian obat tetes hidung : Bahan. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia dibawah 12 tahun. HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia diatas 12 tahun dan orang dewasa. Tujuan. Untuk membuka kembali tuba Eustachius yang tersumbat sehingga tekanan negative dalam telinga tengah akan hilang. Aturan pemberian obat antibiotik :
Stadium oklusi. Berikan pada otitis media yang disebabkan kuman bukan otitis media yang disebabkan virus dan alergi (otitis media serosa). Stadium hiperemis (pre supurasi). Berikan golongan penisilin atau ampisilin selama minimal 7 hari. Golongan eritromisin dapat kita gunakan jika terjadi alergi penisilin. Penisilin intramuskuler (IM) sebagai terapi awal untuk mencapai konsentrasi adekuat dalam darah. Hal ini untuk mencegah terjadinya mastoiditis, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Berikan ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 4 dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgbb/hr yang terbagi
dalam
3
dosis
pada
pasien
anak.
Stadium resolusi. Lanjutkan pemberiannya sampai 3 minggu bila tidak terjadi resolusi. Tidak terjadinya resolusi dapat disebabkan berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Curigai telah terjadi mastoiditis jika sekret masih banyak setelah kita berikan antibiotik selama
3
minggu.
Aturan tindakan miringotomi : Stadium hiperemis (pre supurasi). Bisa kita lakukan bila terlihat hiperemis difus. Stadium supurasi. Lakukan jika membran timpani masih utuh. Keuntungannya yaitu gejala klinik lebih cepat hilang dan ruptur membran timpani dapat kita hindari. Aturan pemberian obat cuci telinga : Bahan. Berikan H2O22 3% selama 3-5 hari. Efek. Bersama pemberian antibiotik yang adekuat, sekret akan hilang dan perforasi membran timpani akan menutup kembali dalam 7-10 hari. Komplikasi Otitis Media Supuratif Akut (OMA) Ada 3 komplikasi otitis media supuratif akut (OMA), yaitu : 1. Abses subperiosteal. 2. Meningitis.
3. Abses otak. Dewasa ini, ketiga komplikasi diatas lebih banyak disebabkan oleh otitis media supuratif kronik (OMSK) karena maraknya pemberian antibiotik pada pasien otitis media supuratif akut (OMA).