LAPORAN PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF BUNGLON (Bronchochela sp.)
Oleh :
Elsafia Sari
E34120016
Rizki Kurnia Tohir
E34120028
Rachmi Aulia
E34120065
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
I. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama kurang lebih 1 minggu (18 Maret – 27 Maret 2014) pada lokasi pengamatan yaitu daerah Persemaian IPB, Pintu Gerbang belakang IPB, Pengeringan Kayu, penjernihan air dan tegakan pinus Cangkurawok,
B. Alat dan Bahan Alat yang dibutuhkan dalam pengambilan data aktivitas harian Bunglon (Bronchocela sp). disajikan pada Tabel 1. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah semua Bunglon yang ditemukan di plot pengamatan Tabel 1 Alat yang digunakan selama penelitian No. Kegunaan 1 Pengambilan data satwa 2 Dokumentasi
Alat Senter, baterai, jam tangan, alat tulis, tally sheet Kamera digital
C. Jenis Data Jenis data yang diambil pada penelitian terdiri dari data primer yang merupakan data biologi dan ekologi Bunglon Bronchocela sp. meliputi: aktivitas, posisi satwa terhadap titik ikat,ketinggian satwa dan substrat saat ditemukan.
D. Metode Pengambilan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Encounter method atau yang diartikan sebagai metode penjumpaan langsung. Metode ini adalah salah satu metode yang biasa digunakan untuk mengetahui kekayaan jenis satwa dan merupakan suatu teknik menjelajahi suatu area atau habitat untuk mencari fauna secara sistematis dalam kisaran waktu yang ditentukan. Dengan metode perjumpaan langsung ini peneliti dapat langsung mengamati perilaku Bunglon Bronchocela sp. secara acak di dalam plot pengamatan.
II. HASIL
A. Kondisi Habitat di Lokasi Penelitian Secara umum lokasi penelitian merupakan wilayah dataran rendah. Wilayah studi berada di persemaian IPB dan sekitar tegakan hutan pinus Cangkurawok. Tipe habitat pada hutan tegakan pinus memiliki tutupan tajuk yang rapat. Sedangkan tipe habitat pada persemaian IPB merupakan areal terbuka, dan dikedua lokasi ini berbatasan dengan aliran sungai. Hutan tegakan pinus Cangkurawok didomiasi oleh pohon pinus, sawit dan tumbuhan bawah. Di lokasi ini berdekatan dengan perumahan warga dan jalan umum, sehingga banyak aktifitas yang dilakukan warga sekitar. Lokasi pembibitan IPB memiliki lahan yang sebagian ditanami jambu kristal dan kebun jagung. Di lokasi Pembibitan ini terdapat jalan umum dan banyak sekali aktifitas manusia. Lokasi pengeringan kayu merupakan lokasi yang paling dekat dengan aliran sungai kecil dan memiliki kondisi habitat yang basah. Lokasi pembibitan, penjernihan air, dan tegakan pinus cangkurawok memiliki aliran sungai ciapus tetapi jarak relatif jauh dari lokasi pengamatan.
B. Perilaku Bunglon (Bronchocela sp.) Pengamatan yang telah dilakukan selama 15 jam untuk mengetahui perilaku Bunglon (Bronchocela sp.) menghasilkan data sebagai berikut:
Gambar 1. Perilaku Bunglon (Bronchocela sp.)
Perilaku yang teramati pada gambar 1 didapatkan dari pengamatan yang dilakukan di sekitar lokasi persemaian IPB dan di sekitar tegakan hutan pinus Cangkurawok pada waktu pagi, siang, sore dan malam. Pengklasifikasian data frekuensi bunglon beraktifitas dihitung bukan per-lima menit sekali, tetapi dihitung per pergerakan. Dari seluruh aktivitas bonglon (Bronchocela sp.) yang teramati, kebanyakan bunglon (Bronchocela sp.) melakukan aktivitas di tegakan bambu. Aktivitas bunglon (Bronchocela sp.) yang paling sering terlihat adalah diam yang dilakukan sebanyak 8 kali aktivitas, sedangkan aktivitas yang paling jarang terlihat adalah melompat yang dilakukan sebanyak 2 kali aktivitas. Dari aktivitas diam yang teramati, bunglon (Bronchocela sp.) lebih sering terlihat berdiam di atas tajuk pohon bagian terluar dengan posisi kepala dan tubuh yang sejajar. Perilaku diam pada bunglon (Bronchocela sp.) yang telah teramati belum bisa disimpulkan apakah bunglon tersebut sedang melakukan aktivitas basking, tidur, atau sedang mencari mangsa. Kebanyakan bunglon (Bronchocela sp.) yang melakukan aktivitas diam melakukannya dalam waktu yang relatif panjang. Aktivitas diam pada bunglon ini banyak terlihat pada siang dan sore hari. Perilaku berikutnya yang sering terlihat adalah perilaku tidur pada malam hari. Perilaku ini masuk ke dalam tipe epimeletik (memelihara diri). Bunglon yang sedang tidur sering terlihat di ujung tajuk pohon. Perilaku ini banyak terlihat pada malam hari. Selain perilaku tidur, perilaku yang teramati adalah menoleh ke kanan dan ke kiri yang termasuk ke dalam tipe investigatif (memeriksa lingkungan). Bunglon yang sedang berdiam kebanyakan melakukan aktivitas diam bersamaan dengan aktivitas menoleh ke kanan dan ke kiri terutama saat pengamat datang untuk mengamati. Perilaku berikutnya adalah basking atau berjemur. Perilaku ini masuk ke dalam tipe epimeletik (memelihara diri). Kebanyakan bunglon yang sedang melakukan basking melakukannya dengan posisi kepala menengadah ke atas dan sesekali menganga. Perilaku basking ini banyak terlihat pada waktu pagi hari. Perilaku lainnya yang terlihat adalah perilaku berikutnya adalah lokomosi atau berpindah dengan jarak yang relatif dekat hanya beberapa meter bahkan hanya beberapa senti meter. Perilaku lain yang teramati pada pengamatan perilaku adalah perilaku bersembunyi. Perilaku ini masuk ke dalam tipe shelter-seeking. Perilaku ini muncul pada saat bunglon merasa terancam. Perilaku lainnya adalah
perilaku melompat. Perilaku melompat pada bunglon yang teramati hanya melompat beberapa meter saja untuk mencari tempat basking dan faktor lain bunglon melompat adalah dahan yang dihinggapi tertiup angin.
C. Jelajah Harian Bunglon (Bronchocela sp.) Bunglon (Bronchocela sp.) yang berada di sekitar wilayah persemaian IPB dan hutan tegakan pinus Cangkurawok kebanyakan ditemukan di dekat titik ikat rumah pengeringan kayu IPB dan titik ikat toilet yang sudah tidak terpakai. Bunglon (Bronchocela sp.) ditemukan juga di sekitar wilayah persemaian IPB. Wilayah jelajah harian bunglong (Bronchocela sp.) dapat dilihat pada peta yang memiliki legenda yang digambarkan bulat (titik). Setiap bunglon yang diamati rata-rata memiliki wilayah jelajah yang sempit. Luas wilayah jelajah bunglon (Bronchocela sp.) yang teramati rata-rata hanya beberapa meter saja dan kebanyakan hanya berpindah dari dahan satu ke dahan lainnya dalam pohon yang sama. Oleh karena itu, peta jelajah harian bunglon (Bronchocela sp.) dibuat dengan hanya disimbolkan dengan titik.
D. Ethogram (Tipe Perilku Adaptif Bunglon Bronchocela sp.) Ethogram merupakan katalog yang digunakan untuk mengamati perilaku adaptif pada satwa. Ethogram yang dibuat pada pengamatan perilaku kali ini dikhususkan pada perilaku bunglon (Bronchocela sp.) yang teramati di sekitar wilayah persemaian IPB dan hutan tegakan pinus Cangkurawok. Dari seluruh perilaku yang terlihat pada bunglon di wilayah tersebut, perilaku yang terlihat hanya dapat dimasukkan ke dalam tiga tipe yaitu tipe perilaku shelter-seeking, epimeletik, dan investigatif dengan frekuensi sebagai berikut:
Gambar 2. Ethogram Perilaku bunglon (Bronchocela sp.) yang masuk ke dalam tipe epimeletik merupakan perilaku yang paling sering terlihat pada saat pengamatan. Tipe perilaku epimeletik merupakan tipe perilaku adaptif yang dilakukan bunglon (Bronchocela sp.) untuk memelihara diri. Perilaku yang masuk ke dalam tipe ini adalah perilaku basking dan tidur. Tipe perilaku adaptif bunglon (Bronchocela sp.) yang kedua adalah tipe shelter-seeking. Tipe ini merupakan tipe perilaku adaptif bunglon untuk mencari tempat berlindung. Perilaku bunglon (Bronchocela sp.) yang terlihat dan masuk ke dalam tipe ini adalah perilaku berlindung yang dilakukan bunglon saat merasa terancam. Tipe perilaku adaptif bunglon yang ketiga adalah tipe investigatif. Tipe perilaku adaptif ini merupakan tipe perilaku bunglon (Bronchocela sp.) untuk mengamati lingkungan. Perilaku bunglon (Bronchocela sp.) yang masuk ke dalam tipe ini adalah perilaku menoleh ke kanan dan ke kiri. Perilaku ini dilakukan terutama pada saat pengamat datang untuk mengamati bunglon di wilayah pengamatan.
III. PEMBAHASAN Bunglon (Bronchocela sp.) termasuk ke dalam famili aganidae dari kelas reptilia. Bunglon termasuk ke dalam reptil yang aktif pada siang hari (diurnal). Selain itu, bunglon memiliki kemapuan untuk meluncur dari satu dahan ke dahan yang lainnya (Das 2010). Hal ini menunjukkan bahwa waktu tidur bunglon (Bronchocela sp.) adalah pada waktu malam. Dari data pengamatan yang didapatkan melalui pengamatan perilaku harian bunglon (Bronchocela sp.) menunjukkan bahwa bunglon banyak melakukan aktivitas pada pagi dan siang hari. Perilaku bunglon yang sering terlihat pada pagi hari adalah perilaku basking. Perilaku
basking
merupakan
perilaku
yang
dilakukan
bunglon
untuk
mengahangatkan tubuh bunglon agar dapat melakukan aktivitas. Hal ini dilakukan oleh bunglon karena bunglon merupakan reptil yang termasuk ke dalam hewan berdarah dingin dan memerlukan sinar matahari untuk menghangatkan tubuhnya (Setford 2005). Saat bunglon melakukan aktivitas berjemur, bunglon rata-rata diam di atas tajuk pohon. Dari perilaku bunglon yang teramati, dapat disimpulkan bahwa bunglon merupakan hewan arboreal yang banyak melakukan aktivitas di atas tajuk pohon dengan kerapatan sedang sampai tinggi (Das 2010). Bunglon (Bronchocela sp.) tidak hanya ditemukan di habitat tepi hutan, kebun dan taman tetapi juga sering ditemukan pada substrat buatan seperti tembok, pagar dan kabel telefon (Manthey 2006). Dari data yang diperoleh melalui pengamatan, bunglon banyak ditemukan di tajuk bambu bagian luar. Hal ini disebabkan oleh tumbuhan bambu merupakan tempat tinggal dari berbagai jenis serangga yang merupakan pakan bagi bunglon (Bronchocela sp.) (Tewari 1993). Dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh bunglon (Bronchocela sp.), aktivitas tersebut dibagi-bagi menjadi sembilan tipe yang ada di dalam ethogram. Ethogram adalah katalog atau kumpulan daftar perilaku yang merinci berbagai perilaku yang ditunjukkan oleh satwa. Fungsi dari ethogram itu sendiri adalah agar antar perilaku dapat dibedakan dan tidak ada perilaku overlap. Sembilang tipe perilaku adaptif dalam ethogram adalah: ingestive (makan dan minum), shelter-seeking (mencari tempat berlindung), agonistik (bertahan), seksual (perkawinan dan percumbuan), epimeletik (memelihara diri), et-epimeletik
(meminta untuk dipelihara), eliminatif (membuang kotoran), Allelomimetrik (meniru) dan investigatif (memeriksa lingkungan). Dari sembilan tipe perilaku adaptif yang ada di dalam ethogram, hanya ada tiga tipe perilaku adaptif berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan. Tiga tipe tersebut adalah shelter-seeking, investigatif dan epimeletik. Perilaku yang masuk ke dalam tipe shelter-seeking adalah berpindah untuk bersembunyi. Hal ini disebabkan bahwa shelter-seeking atau mencari tempat untuk berlindung merupakan proses dasar yang dilakukan satwa untuk berjaga jaga dari individu lain yang yang merasa akan mengancam bunglon. Tipe ini merupakan tipe yang bersifat universal dan juga termasuk ke dalam perilaku untuk mencari perlindungan dari individu lain. Tipe kedua berdasarkan pengamatan perilaku bunglon adalah tipe epimeletik. Tipe ini merupakan tipe perilaku adaptif yang menunjukkan bahwa satwa mampu untuk memelihara dirinya sendiri. Perilaku yang termasuk ke dalam tipe ini adalah basking, dan tidur. Perilaku tersebut masuk ke dalam tipe epimeletik dikarenakan basking merupakan perilaku yang wajib untuk dilakukan oleh bunglon agar menjaga dirinya tetap hangat. Hal ini disebabkan oleh bunglon adalah reptil yang berdarah dingin dan memerlukan panas dari sinar matahari untuk melakukan aktivitas, sedangkan tidur merupakan perilaku yang wajib dilakukan oleh bunglon untuk menjaga dirinya agar bisa meneruskan aktivitas di esok hari (Setford 2005). Tipe perilaku yang terakhir adalah perilaku investigatif. Tipe perilaku adaptif ini merupakan tipe perilaku yang dilakukan oleh satwa untuk memantau dan atau memeriksa lingkungan. Contoh dari tipe perilaku adaptif ini adalah eksplorasi lingkungan baik biologi maupun fisik. Perilaku bunglon yang teramati dan masuk ke dalam tipe ini adalah perilaku bunglon untuk menoleh dan perilaku berpindah untuk memeriksa lingkungan. Tipe perilaku ini merupakan tipe perilaku yang sangat penting bagi satwa agar satwa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan menjadi bagian dari lingkungan itu sendiri. Tipe ini juga penting untuk memantau pemangsa yang ada di sekitar daerah bunglon itu berada agar bunglon tersebut bisa melanjutkan ke tipe perilaku adaptif berikutnya yaitu tipe perilaku adaptif shelter-seeking (Mcdonnell 2003).
IV. KESIMPULAN Bunglon Bronchocela sp. merupakan reptil yang aktif pada siang hari (diurnal). Aktifitas bunglon yang terbanyak adalah berdiam di tajuk terluar pohon, hal ini dimungkinkan bunglon berdiam untuk mencari makan. Dari aktifitas bunglon yang teramati hanya termasuk kedalam tiga perilaku adaptif yaitu Shelter seeking, epimeletik, dan investigatif. Perilaku adaptif yang paling banyak adalah epimeletik (memelihara) termasuk tidur dan basking.
V. SARAN Mengetahui perilaku satwa liar termasuk Reptil bukanah kegiatan yang bisa dilakukan dengan mudah, perlu rangkaian pelajaran yang harus dipelajari sebelum melakukan pengamatan perilaku satwa. Oleh karena itu pemahamanpemahaman dasar mengenai ekologi satwa liar harus didiapatkan dulu sebelum melakukan pengamatan perilaku ini.
VI. DAFTAR PUSTAKA Das I. 2010. A Field Guide to the Reptiles of South-East Asia. New Holland (UK): London. Manthey U & Schuster N. 1996. Agamid Lizards. Neptune City, NJ: T.F.H. Publishing McDonnell S. 2003. Practical Fieldguide to Horse Behavior the Equid Ethogram. USA: The Blood-Horse,inc Mistar. 2003. Panduan lapangan Amfibi di kawasan ekosistem Leuser. The Gibbon Foundation & PILI-NGO Movement, Bogor: viii + 111 hlm. Setford S. 2005. Ular dan Reptilia Lain. Jakarta: Erlangga. Tewari D.N. 1993. A Monograph on Bamboo. International Book Distributors: Dehra Dun
LAMPIRAN
Foto 1. Foto kelompok 17
Foto 2. Bronchocela sp. (siang)
Foto 3. Habitat Bunglon
Foto 4. Bronchocela sp. (malam hari)
Foto 5. Bronchocela sp. (pagi hari)