Pendidikan
LAPORAN PENELITIAN
PERKEMBANGAN MOTORIK SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 REJOSARI, KECAMATAN BANDONGAN, KABUPATEN MAGELANG
Oleh: Ahmad Syarif, M. Or. Bahtiyar Heru Susanto, M. Pd.
0630038903 FKIP UMM 0502049002 FKIP UPY
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2017
i
HALAMAN PENGESAHAN
1. a. Judul Penelitian
: Perkembangan Motorik Siswa Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Rejosari Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. : Pendidikan
b. Bidang Kajian 2. Ketua Peneliti a. Nama b. Jenis Kelamin c. NIK d. Jabatan/Golongan e. Program Studi f. Perguruan Tinggi 3. Alamat Peneliti a. Alamat kantor b. Alamat rumah/tlp
: Ahmad Syarif, M. Or. : Laki-laki : 158908155 : : Pendidikan Guru Sekolah Dasar : Universitas Muhammadiyah Magelang : Kampus I UMM, Jl. Tidar 21 Magelang : Sidomulyo, Rejosari, Kec. Bandongan, Kab. Magelang/085643592785
4. Jumlah Anggota Peneliti a. Jumlah Anggota b. Nama angota/fakultas/prodi 5. Lokasi Penelitian 6. Lama Penelitian 7. Biaya Yang Diperlukan 8. Sumber dana
: 1 orang (dosen) : 1. Bahtiyar Heru S., M. Pd./KIP/PGSD : SD N 2 Rejosari, Bandongan, Magelang : 3 bulan : Rp. 2.500.000,: Mandiri Magelang, 3 April 2017
Mengetahui, Dekan
Ketua Pengusul
Drs. Subiyanto, M. Pd. NIP. 19570807 198303 1 002
Ahmad Syarif, M. Or. NIK. 158908155
Mengesahkan, Ketua LP3M UMM
Dr. Heni Setyowati ER, S.Kp.,M.Kes. NIK. 937008062
ii
abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan datanya menggunakan tes. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang yang berjumlah 15 responden. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif yang dituangkan dalam bentuk persentase kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang secara keseluruhan sebanyak 1 siswa (6,67%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 2 siswa (13,33%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 9 siswa (60,00%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 1 siswa (6,67%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 2 siswa (13,33%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi terbanyak pada kategori sedang, yaitu sebesar 60,00%, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang adalah sedang. Kata Kunci: perkembangan motorik dan sekolah dasar.
iii
DAFTAR ISI HALAMAN COVER ...................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ABSTRACT ....................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. B. Identifikasi Masalah .................................................................... C. Rumusan Masalah ...................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Pendidikan Jasmani .............................................. 1. Hasil belajar pendidikan jasmani .......................................... a. Teori belajar .................................................................... b. Teori belajar motorik....................................................... c. Hakikat hasil belajar........................................................ d. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ...................... 2. Hakikat metode pembelajaran pendidikan jasmani............... a. Hakikat Teaching Games for Understanding ................. 3. Karakteristik anak sekolah menengah atas ........................... a. Pertumbuhan fisik ........................................................... b. Kognitif ........................................................................... c. Emosi .............................................................................. d. Sosial .............................................................................. BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ....................................................................... B. Kontribusi (manfaat) terhadap ilmu pengetahuan ...................... 1. Manfaat Teoritis .................................................................... 2. Manfaat Praktis ..................................................................... C. Luaran Penelitian ........................................................................ BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis atau Desain Penelitian ........................................................ B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... C. Subyek Penelitian ...................................................................... D. Variabel Penelitian ...................................................................... E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... F. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... G. Keabsahan Data ...........................................................................
i ii iii iv v vi 1 4 4 5 5 5 11 13 17 18 18 25 25 26 26 26
28 28 28 28 29 30 30 31 31 31 31 32 iv
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Hasil Pembahasan ...................................................................... B. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................ B. Saran ..........................................................................................
33 35 38 38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 41
v
DAFTAR TABEL Tabel 1.
vi
DAFTAR GAMBAR
Lampiran 1. Lembar Observasi Kerjasama Siswa .................................................38
vii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan motorik merupakan salah satu bagian dari pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan yang berpusat pada tujuan pembelajaran agar siswa memiliki keterampilan gerak yang memadai. Permasalahan yang sering dihadapi oleh guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan dengan menciptakan, mendorong, dan mengelola situasi pembelajaran dengan segala kemampuan siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Belajar dan mengajar di sekolah merupakan dua kegiatan yang dilakukan guru dan siswa yang saling berhubungan dan bergantung dengan siswa lain. Dalam kegiatan mengajar guru tidak hanya memudahkan pengetahuan tetapi juga memberikan pemahaman pada siswa. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara aktif untuk membangun pengetahuan dan mencari makna dari sesuatu yang dipelajari. Jadi guru harus berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dalam UU No 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Jhon Dewey (dalam
1
Siswoyo, 2007: 18) pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya. Belajar dalam Glosarium Permendiknas No 41 Tahun 2007 diartikan perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dan praktik yang dilakukannya. Sehingga, penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru. Pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa salah satunya adalah pemilihan metode pembelajaran. “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. PP No 19. Tahun 2005 BAB IV Pasal 19). Pendidikan jasmani merupakan salah satu media untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan yang mengarah pada pembangunan seutuhnya yaitu adanya keselarasan, keseimbangan, dan keserasian lahir dan batin. Pendidikan jasmani dapat memfokuskan siswa dalam pengembangan kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jamani.
2
Sarana untuk meningkatkan kualitas hidup salah satunya adalah dengan pendidikan jasmani. Dua hal penting yang menyangkut tentang pendidikan jasmani yaitu: pertama, setiap orang bebas untuk mengembangkan dan melestarikan kemampuan fisik, mental dan moral; kedua, pendidikan jasmani memberikan kontribusi yang efektif terhadap penguasaan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar dan melandasi perkembangan sepenuhnya semua orang. Proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus mempertimbangkan keseluruhan kepribadian anak, sehingga pengukuran proses dan produk memiliki kedudukan yang sama penting. Melalui aktivitas pendidikan jasmani peserta didik dapat meningkatkan kesegaran jasmani, keterampilan motorik, serta nilai-nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif, dan sosial. Kemampuan mempelajari tugas gerak merupakan salah satu faktor mempengaruhi keberhasilan anak dalam proses pembelajaran gerak, terutama bila gerakan-gerakan yang dipelajari memiliki kompleksitas yang cukup tinggi. Melalui kegiatan pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat tumbuh, berkembang sehat dan bugar jasmaninya, serta perkembangan pribadinya. Kemampuan motorik merupakan hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik yang bukan gerak olahraga atau kematangan penampilan keterampilan gerak. Pembelajaran pendidikan jasmani yang terjadi, guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Pemanfaatan sarana dan prasarana yang belum optimal mengakibatkan pembelajaran pendidikan jasmani menjadi membosankan dan aspek psikomotorik, kognitif, dan afektif tidak tercapai seperti yang diharapkan. 3
Tujuan utama dalam pembelajaran adalah penguasaan psikomotorik, kognitif dan afektif. Pembelajaran seperti ini menjadikan guru pendidikan jasmani di sekolah harus lebih kreatif. Guru menggunakan metode pembelajaran yang baru dan penggunaan sarana dan prasarana yang lebih variatif dalam meningkatkan perkembangan motorik siswa. Kemampuan dan keterampilan motorik merupakan sisi penting kehidupan karena dari sinilah siswa bisa mengekspresikan dan mengaktualisasikan potensi, bakat, dan kelebihan. Pembelajaran pendidikan jasmani dalam meningkatkan perkembangan motorik siswa diharapkan dapat membentuk karakter, moralitas, dan sikap sosial siswa yang menjadi salah satu unsur utama dalam membangun bangsa dan Negara. Oleh karena itu, program pendidikan jasmani diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan motorik anak SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang yang merupakan lembaga pendidikan dasar yang mengajarkan pendidikan jasmani. Keberhasilan program pendidikan jasmani di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor guru, siswa dan sarana dan prasarana. Rendahnya kemampuan motorik dan kebugaran jasmani siswa, berawal dari metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan pertumbuhan dan karakteristik siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diurai tersebut, berbagai masalah yang telah teridentifikasi adalah sebagai berikut: 4
1. Sejauh mana peran pendidikan jasmani dalam meningkatkan kemampuan motorik siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. 2. Belum diketahuinya peran guru pendidikan jasmani terhadap kemampuan motorik siswa. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah berdasarkan identifikasi masalah penelitian ini adalah, bagaimana perkembangan motorik siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang?
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Pendidikan Jasmani 1. Hasil Belajar Pendidikan Jasmani a. Teori belajar Perbedaan antara manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antara sesamanya. Agar manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman antara sesama maka diperlukan interaksi saling tenggang rasa. Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Menurut Rahyubi, H. (2012: 3) belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau mengusai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, mengusai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Menurut Sadiman (2010: 2) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga keliang lahat nantinya. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono, 2011: 9). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
6
memperoleh
pengetahauan
melalui
pengalaman
dalam
meningkatkan
keterampilan. Menurut Audrey (2002: 52) siswa dalam belajar bisa menyampaikan informasi sederhana dan memahami instruksi yang diberikan guru, yang paling mengesankan yaitu siswa memvariasi pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil dalam mengembangkan pemahaman dan gagasan dari belajar tersebut.
Proses belajar
Proses internalisasi
Nilai
Pengalaman
Pengetahuan
Kehidupan yang lebih baik dan berkualitas Gambar 1. Skema proses belajar dan hasil akhir (Rahyubi, H., 2012: 4). Proses
memperoleh
pengetahuan
manurut
pemahaman
sains
konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman. Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan. Setalah lahir teori kognitivisme, definis pengetahuan mengalami perubahan. Oleh karena
7
fenomena atau fakta alami tertentu, maka pada hakikatnya juga terbangun dari sekumpulan fakta-fakta. Dalam hubungan ini, menurut Suyono (2011: 11) sebagai akibat praktek belajar yang kurang kondusif, tidak demokratis, tidak memberikan kesempatan untuk berkreasi dan belum mengembangkan seluruh potensi siswa secara optimal, telah mengidentifikasi enam mitos tentang belajar. Ke enam mitos itu adalah sebagai berikut: 1) Belajar itu membosankan, merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan; 2) Belajar hanya terkait dengan materi dan keterampilan yang diberikan di sekolah; 3) Pembelajaran harus pasif, menerima dan mengikuti apa yang diberikan oleh guru; 4) Di dalam belajar, siswa di bawah aturan guru; 5) Belajar harus sistematis, logis, dan terencana; 6) Belajar harus mengikuti seluruh program yang sudah ditentukan. Menurut Rahyubi, H. (2012: 9) dalam pembelajaran ada seperangkat peristiwa eksternal yang diciptakan dan dirancang untuk mendorong, menggiatkan, dan mendukung belajar siswa. Penyusunan teori belajar dan konsep mengajar dapat dilakukan dengan enam pendekatan berikut:
8
1) Menghubungkan dan mengintegrasikan hasil-hasil suatu studi dengan hasil studi lainnya yang menggunakan prosedur yang sama. 2) Mensintesiskan penemuan yang saling berhubungan dengan cara mempelajari beberapa model miniatur yang difokuskan pada sub proses belajar. 3) Menghubungkan hasil-hasil penemuan dengan teori-teori yang lebih komprehensif agar diperoleh teori belajar yang komprehensif pula. Teori belajar yang komprehensif minimal mencakup persepsi, kemampuan, dan motivasi. 4) Mewujudkan kesepakatan untuk membangun satu teori yang diterima bersama sebagaai kerangka dasar untuk mengembangkan teori belajar yang komprehensif. 5) Berdasarkan empat pendekatan di atas, muncullah aliran-aliran dan teori belajar dan pembelajaran yang berbeda sehingga terjadi “kompetisi” satu sama lain, menuju teori belajar yang paling relevan, tepat, dan komprehensif. 6) Proses belajar dan pembelajaran seyogyanya terintegrasi dengan teori ilmu perilaku manusia seperti psikologi, sosisologi, antropologi, dan politik; serta melibatkan berbagai ilmu yang relevan dan mendasar seperti sejarah, filsafat, dan teologi. Belajar tidak hanya memperdalam teknik, taktik, dan strategi tetapi juga merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu 9
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Reber (Sugihartono, 2007: 74) mendefinisikan bahwa belajar dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif sebagai hasil latihan yang diperkuat. Menurut Sugihartono (2007: 74-76) tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar. Adapun tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku menyadari terjadinya
perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya
merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya misalnya menyadari pengetahuannya bertambah. Oleh karena itu, perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar tidak termasuk dalam pengertian belajar. 2) Perubahan bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan atau bagi proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar membaca, maka akan mengalami perubahan dari tidak
10
dapat membaca menjadi dapat membaca. Perubahan ini akan berlangsung terus menerus sampai kecakapan menjadi cepat dan lancar. Bahkan dapat membaca berbagai bentuk tulisan di beragam media. 3) Perubahan bersifat positif dan aktif Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar dan apabila perubahan-perubahan itu bersifat positif dan aktif. Dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha belajar dilakukan maka makin baik dan makin banyak perubahan yang diperoleh. Perubahan dalam belajar bersifat aktif bararti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Oleh karena itu, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dari dalam tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. 4) Perubahan bersifat permanen Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam bermain sepeda setelah belajar tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah 11
laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang ditetapkannya. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya siswa akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan. b. Teori belajar motorik Pembelajaran motorik sering dikaitkan dengan aktivitas olahraga karena hampir semua jenis cabang olahraga terjadi aktivitas gerakan motorik yang aktif dan padat. Namun, banyak aktivitas gerak motorik diluar olahraga. Artinya, pembelajaran motorik dan gerak motorik meliputi banyak bidang dan aktivitas manusia, bukan hanya pada aktivitas olahraga belaka. Menurut Rahyubi, H. (2012: 209) tujuan pembelajaran motorik adalah meningkatkan atau mengembangkan aspek-aspek psikomotor. Pembelajaran motorik adalah upaya mengubah perilaku motorik melalui kondisi dan situasi yang sengaja diciptakan agar proses perubahan menjadi efektif dan efisien. Menurut Hopper (2005: 3) dalam rangka memberikan pembelajaran motorik guru pendidikan jasmani memerlukan keterampilan, pengetahuan dan pemahaman yang diperlukan supaya siswa bekerjasama dan aktif bergerak 12
dengan kesadaran resiko di setiap aktivitas yang dilakukan untuk keselamatan siswa tersebut. Menurut Rahyubi, H. (2012: 207) perilaku gerak dibagi menjadi tiga bagian yaitu: teori gerak, belajar gerak, dan perkembangan gerak. 1) Teori gerak Teori gerak adalah studi mengenai faktor-faktor fungsi syaraf yang mempengaruhi gerak manusia. Sistem saraf merupakan bagian penting dalam memproduksi gerak manusia, sebab sel-sel saraf merangsang otot untuk memproduksi gerak manusia. 2) Belajar gerak Belajar gerak merupakan studi tentang keterampilan untuk memperoleh dan menyempurnakan gerakan. Belajar gerak sangat dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman, dan situasi belajar siswa. Siswa melakukannya dengan adanya kontrol perhatian, dan pemusatan konsentrasi. 3) Perkembangan gerak Perkembangan gerak merupakan sebuah perubahan dalam perilaku gerak yang mampu merefleksikan adanya interaksi antara kematangan organisme siswa dengan lingkungan. Perkembangan gerak akan mengubah kompetensi gerak siswa yang diawali sejak bayi hingga dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku.
13
Perkembangan sangat bersifat spesifik, setiap individu mempunyai gerak yang berbeda dengan individu lain, karena dipengaruhi oleh kemampuan kognitif dan efektif, faktor lingkungan dan faktor biologis dari individu yang bersangkutan. pengajar
Proses pembelajaran motorik
individu
Mampu atau tidaknya seorang pengajar memandu proses pembelajaran
lingkungan
Kondusif atau tidaknya tempat pembelajaran
Berkaitan dengan potensi, bakat, dan kemauan siswa.
Gambar 2. Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran motorik (Rahyubi, H., 2012: 210). c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Sugihartono (2007: 76-78) terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedang faktor eksternal merupakan faktor yang ada pada luar individu. Ditinjau dari faktor pendekatan belajar terdapat tiga bentuk dasar, yaitu:
14
1) Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriyah) Kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya belajar karena takut tidak lulus ujian sehingga dimarahi orang tua. 2) Pendekatan deep (mendalam) Kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari dalam (instrinsik), misalnya belajar yang disebabkan ketertarikan siswa pada materi dan merasa membutuhkan. Gaya belajar sangat serius dengan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi) Kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan
untuk
mewujudkan ego enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi diri dengan cara meraih cita-cita. Gaya belajar siswa ini lebih serius daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar yang lainnya. Terdapat keterampilan belajar yang baik dalam arti memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengatur ruang kerja, membagi waktu dan menggunakan secara efisisen, serta memiliki keterampilan tinggi dalam keterampilan tinggi dalam memilah-memilah silabus. Di samping itu siswa dengan pendekatan ini juga sangat disiplin, rapi, sistematis, memiliki perencanaan ke depan (plan ehead), dan memiliki dorongan berkompetisi tinggi secara positif. 15
2. Hakikat Metode Pembelajaran Pendidikan Jasmani Menurut Sugihartono (2007: 81) pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasikan dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode pembelajaran yang dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal. Menurut Sadiman (2010: 2) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak manusia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Menurut Suyono (2011: 9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Sedangkan menurut Rahyubi, H. (2012: 3) belajar adalah proses transformasi ilmu guna memperoleh kompetensi, keterampilan, dan sikap untuk membawa perubahan. Model pembelajaran pendekatan permainan ini meliputi perkenalan tentang model orisinil, diskusi tentang prinsip-prinsip pemandu, dan eksplorasi dari berbagai macam kegiatan dan ide yang membentuk perkembangan model. Model pembelajaran pendekatan permainan menggeser pengajaran permainan
16
sebuah pendekatan yang berbasis perkembangan teknik atau konten dengan pelajaran yang sangat terstruktur ke pendekatan yang lebih berbasis pada siswa yang berhubungan dengan taktik dan kemampuan dalam konteks permainan (Butler, 2005: 2). 1) Prinsip pedagogik Menurut Butler (2005: 3) juga memperkenalkan empat prinsip pedagogik (sampling, representasi, eksagerasi, dan kompleksitas taktik) yang berhubungan dengan pembelajaran pendekatan taktik. a) Memberikan kepada siswa untuk memberikan kesempatan dalam mengeksplor persamaan dan perbedaan di antara berbagai permainan (Bunker & Thorpe dalam Butler, 2005: 3). Ekspos pada berbagai bentuk permainan membantu siswa belajar mentransfer pembelajaran siswa dari satu permainan ke permainan yang lain. b) Representasi meliputi pengembangan permainan yang dipadatkan yang mengandung struktur taktikal yang sama dari bentuk yang lebih maju dari
permainan
tersebut.
Sistem
klasifikasi
permainan
dapat
memfasilitasi proses representasi dengan adanya seleksi berbagai macam permainan dengan masalah taktikal yang serupa dengan seleksi tradisional pengajaran satu olahraga sebagai sebuah pembelajaran. c) Eksagerasi meliputi perubahan aturan sekunder permainan menjadi lebih menekankan masalah taktik yang spesifik.
17
d) Kompleksitas taktik meliputi kesesuaian permainan terhadap level perkembangan siswa. Beberapa masalah taktik terlalu kompleks untuk dipahami pemain-pemain pemula, tetapi ketika siswa mengembangkan pemahaman mengenai masalah taktik dan solusi yang sesuai, kompleksitas permainan dapat bertambah. Permainan dan bentuk permainan didisain untuk sesuai dengan perkembangan siswa. 3. Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak pada masa Sekolah Menengah Atas pada umumnya sedang berada dalam pertumbuhan. Rata-rata Anak Sekolah Menengah Atas berumur 7-12 tahun dapat dikatakan juga dalam masa anak-anak. Menurut Weinberg, G. (2006: 28) kepribadian adalah karakteristik yang membuat siswa tersebut menjadi unik. Cara terbaik dalam memahami kepribadian siswa dengan mengenal psikologis siswa, bagaimana menyelesaikan masalah, dan tingkah laku sehari-hari. Menurut Zulkifli (2005: 65-67) ciri-ciri remaja adalah sebagai berikut: a.
Pertumbuhan fisik Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan kehidupan individu di mana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan dewasa. Perkembangan fisik akan terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, otot-otot tubuh
18
berkembang pesat, sehingga anak kelihatan bertubuh tinggi, tetapi kepala masih mirip dengan anak-anak. b.
Kognitif Cara berpikir remaja adalah kausalitas, yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Remaja sudah berpikir kritis sehingga akan melawan jika orang tua, guru, lingkungan, masih menganggap sebagai anak kecil. Remaja secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal dan lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah (Syamsu Yusuf, 2011: 195).
c.
Emosi Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Dapat dikatakan emosi remaja masih labil dikarenakan erat hubungannya dengan keadaan hormon. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan dan dorongan-dorongan yang baru seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis.
19
d.
Sosial Dalam kehidupan sosial, remaja sangat tertarik pada kelompok sebaya
sehingga remaja sering menomorsatukan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan dengan keluarga. Remaja merasa yang dapat mengerti dengan dirinya adalah teman sebayanya. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Perasaan ini yang mendasari remaja menjalin hubungan yang lebih akrab dengan teman sebaya. Dalam memilih teman, remaja akan memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang hampir sama baik menyangkut interes, sikap, nilai, dan kepribadian. Dengan itu maka remaja sering menyebut kelompok siswa dengan istilah gang sebenarnya tidak berbahaya jika orang tua guru dan lingkungan dapat mengarahkan. Sebab dalam kelompok tersebut remaja dapat memenuhi kebutuhan yang belum tentu dapat diperoleh di rumah maupun sekolah.
20
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui perkembangan motorik siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang.
B. Kontribusi (Manfaat) terhadap ilmu pengetahuan 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk
kegiatan-kegiatan
penelitian
yang berkaitan
dengan
perkembangan motorik siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam meningkatkan perkembangan motorik pada pembelajaran pendidikan jasmani. b. Bagi Guru Meningkatkan kemampuan guru dalam meningkatkan perkembangan motorik. c. Bagi Sekolah Meningkatkan kualitas pendidikan bagi sekolah. Dapat memberikan bantuan yang bermanfaat pada sekolah khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani. C. Luaran Penelitian Target luaran yang dicapai melalui kegiatan penelitian ini antara lain, 1. Publikasi Ilmiah 2. Penggunaan metode pembelajaran dalam meningkatkan motorik siswa pada pembelajaran di sekolah.
21
BAB IV. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, artinya dalam penelitian ini hanya ingin menggambarkan situasi yang sedang berlangsung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik tes. Penelitian ini dilakukan pada kelas V SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari bulan 4 Januari sampai dengan 31 Maret 2017. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakn di Sekolah Dasar Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. C. Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. 3. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster sample, yaitu pengambilan sampel dengan adanya kelas atau tingkat di masing-masing tingkatan sekolah.
22
D. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik anak kelas V. Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan motorik mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Agung H.W (2011) yang meliputi : kecepatan dengan lari jarak pendek 40 meter, kelincahan dengan lari zig-zag atau dodging run, daya tahan dengan lari 600 meter, kekuatan dengan lompat jauh tanpa awalan, koordinasi dengan lempar tangkap bola tenis, dan keseimbangan dengan cara meniti balok titian.
E. Teknik Pengumpulan Data Di dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran. Adapun tes yang digunakan sebagai berikut: 1. Kecepatan dengan Lari jarak pendek 40 meter. Petunjuk pelaksanaan: peserta lari secepat mungkin sejauh 40 meter dan berusaha melewati garis finish. Penelitian dilakukan dengan cara: waktu yang diambil pada saat dada siswa melewati garis finish, catat waktu dengan tingkat ketepatan 0,1 detik, siswa melakukan lari cepat 40 meter sebanyak 2 kali, catat kedua waktunya dan diambil waktu terbaik. 2. Kelincahan dengan lari zig-zag atau dodging run. Petunjuk pelaksanaan : peserta tes lari meurut lintasan yang telah ditentukan, ukuran lintasan panjang 11 meter, lebar 5 meter, jarak rintangan 5m, 2m, 2m, 2m, jumlah 4 rintangan. Penilaian tes dilakukan dengan cara: waktu diambil pada saat dada peserta melewati garis finish, catat waktu dengan tingkat ketepatan 0,1 detik, sebanyak 2 kali, catat kedua waktunya dan diambil waktu terbaik. 3. Daya tahan lari 600 meter. Petunjuk pelaksanaan: peserta berlari dimulai dari start menuju finish dengan jarak 600 meter dan berusaha sampai garis finish. Cara penilaian tes: waktu diambil pada saat dada melewati garis finish, catat lama waktunya. 23
4. Kekuatan dengan lompat jauh tanpa awalan. Petunjuk pelaksanaan: peserta tes berada dibelakang garis bantalan tolakan, kedua ujung kaki tepat berada dibelakang garis bantalan tolakan, setelah peserta siap untuk lompatan bersama dengan mengayunkan lengan kedepan, kemudian dengan seluruh tenaganya kedua kaki menolak, melakuakn lompatan sejauh mungkin, setiap peserta diberi 2 kali kesempatan, dan diambil jarak terbaik. Cara penilaian tes: hasil yang di catat adalah hasil yang dicapai, diukur dengan centimeter. Jarak lompatan diukur dari garis batas permulaan lompatan ketitik terdekat dari sentuhan tumit pada tanah. 5. Koordinasi lempar tangkap. Petunjuk pelaksanaan: peserta diinstruksikan melempar bola sesuai dengan yang dipilih kearah sasaran dan berusaha agar bola tersebut ditangkap dengan tangan yang sama (sebanyak 10 kali), bola dilempar dengan cara bola dilempar ke bawah dan bola harus ditangkap sebelum bola memantul ketanah, lempar tangkap bola dinyatakan berhasil jika bola mengenai sasaran, tangkapan dinyatakan berhasil jika bola tangkap hanya dengan tangan tanpa bantuan anggota badan lainya. Jarak 2,5 meter dari tembok sasaran yang diberi tanda, sasaran di tempelkan pada tembok dengan bagian bawah sejajar dengan tinggi bahu siswa yang melakukan, bola yang digunakan adalah bola tenis. Cara penilaian tes: satu lemparan yang mengenai sasaran dan dapat ditangkap dengan benar mendapat skor 1. Jumlah nilai hasil 10 lemparan pertama dengan 10 lemparan kedua, kemungkinan skor yang didapat 20. 6. Keseimbangan dengan meniti balok titian. Petunjuk pelaksanaan tes: siswa berjalan meniti balok titian yang tingginya 50 cm dan panjang 4 m, balok berbentuk bulat dengan diameter 10 cm, peserta berusaha agar badan seimbang tidak jatuh, apabila jatuh diulang kembali dari awal start. Cara penilaian tes: lama waktu pada saat meniti balok titian, sikap badan yang seimbang, ketenanganberjalan di atas balok dan mencapai garis batas yang ditentukan. 24
F. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan Agung H.W (2011). Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : kecepatan dengan lari jarak pendek 40 meter, kelincahan dengan lari zig-zag atau dodging run, daya tahan dengan lari 600 meter, kekuatan dengan lompat jauh tanpa awalan, koordinasi dengan lempar tangkap bola tenis, dan keseimbangan dengan cara meniti balok titian. G. Keabsahan Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif dengan presentase. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. (Sugiyono, 2003 : 221). Langkahlangkah untuk mengklasifikasikan sebagai berikut: 1.
Hasil Kasar Hasil setiap butir tes yang dicapai oleh setiap siswa yang telah mengikuti tes ditersebut hasil kasar. Tingkat kemampuan motorik anak tidak dapat dinilai secara langsung berdasarkan hasil tes yang telah dicapai, karena satuan ukuran yang digunakan masing-masing butir tidak sama, yaitu : a. Untuk butir tes lari cepat 40 meter menggunakan satuan ukur (detik) b. Untuk butir tes melompat jauh tanpa awalan, (cm) c. Untuk butir tes melempar sasaran menggunakan (frekuensi)
2.
Nilai Tes Hasil kasar yang masih merupakan satuan ukuran yang berbeda tersebut, perlu diganti dengan ukuran yang sama. Satuan ukuran pengganti ini dengan menggunakan T skor. Menurut Rusli Rutan dan Adang Suherman (2000: 42) rumus T skor sebagai berikut:
25
x x .10 SD
T Skor = 50 +
Kemudian dari nilai T skor dari kelima item dijumlahkan dan dibagi lima sehingga didapatkan total T skor. Hasil T skor menjadi dasar untuk menentukan klasifikasi kemampuan motorik siswa. Untuk mengetahui batas nilai T skor tiap masing-masing kategori yaitu menggunakan skor baku. Untuk memudahkan dalam mendistribusikan data digunakan skor baku (T skor) dengan penilaian 5 kategori, Menurut Saifuddin Azwar (2005: 108) penilaian dengan 5 kategori adalah sebagai berikut : Tabel 1. Skor Baku Kemampuan Motorik No. 1 2 3 4 5
Rentangan Norma > X + 1,5 SD X + 0,5 SD s/d < X + 1,5 SD X - 0,5 SD s/d < X + 0,5 SD X - 1,5 SD s/d < X - 0,5 SD < X – 1,5 SD
Kategori Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali
26
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan pada 15 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Rejosari, Bandongan, Kabupaten Magelang. Masing-masing siswa diberikan tes. Hasil dari perolehan data tes siswa adalah sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Tes Perkembangan Motorik Siswa No
Nama
Hasil Test Lari 40 Lari
Lempar Lari
Lompat Balok
m
tangkap 600 m
jauh
titian
zigzag
1
EKO
8.1
3.1
13
1.46
1.6
29.3
2
ADITYA
7.4
2.9
10
1.50
1.55
34.86
3
AJI
8.1
2.8
13
1.73
1.91
22.84
4
ANGGUN
7.8
3.1
9
1.56
1.43
23.91
5
ARINDA
8.1
2.6
7
1.37
1.68
19.35
6
INDRA
7.8
2.4
17
1.55
1.98
37.39
7
IRSYAD
8.1
2.4
9
1.54
1.68
31.02
8
KHUSWATUN 8.4
2.6
4
2.15
1.48
48.22
9
DIMAS
7.1
2.5
13
1.31
1.86
33.4
10
ZUDHAN
7.4
2.5
9
2.15
1.54
22.81
11
ZAHRA
9.1
2.7
6
1.30
1.25
26.92
12
EKHSAN
7.1
2.4
9
2.00
3.1
24.22
13
DESI
8.4
2.6
5
1.54
1.36
33.13
14
HAFIT
7.8
2.4
6
2.15
1.55
25.22
15
ABI
7.1
2.3
10
1.70
1.39
26.45
Mean
7.85
2.62
9.33
1.70
1.62
29.27
Standar Devisiasi
0.57
0.25
3.54
0.33
0.24
7.35
27
Tabel 3. Hasil T Skor No
Nama Lari 40 m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
eko aditya aji anggun arinda indra irsyad khuswatun dimas zudhan zahra ekhsan desi hafit abi Mean Standar Devisiasi
28.04 40.54 28.04 33.39 28.04 33.39 28.04 22.68 45.89 40.54 10.18 45.89 22.68 33.39 45.89 49.94 9.97
Lari zigzag 45.81 52.26 55.48 45.81 61.94 68.39 68.39 61.94 65.16 65.16 58.71 68.39 61.94 68.39 71.61 50.00 10.16
Hasil Pre-Test Lempar Lari Lomp tangkap 600 m at jauh 52.23 90.23 60.00 41.78 89.30 57.22 52.23 83.95 77.22 38.29 87.91 50.56 31.32 92.33 64.44 66.17 88.14 81.11 38.29 88.37 64.44 20.87 74.19 53.33 52.23 93.72 74.44 38.29 74.19 56.67 27.84 74.19 40.56 38.29 93.95 87.78 24.36 77.67 46.67 27.84 88.37 57.22 41.78 74.19 48.33 50.01 50.08 50.17 9.22 9.96 10.20
Balok Kemam titian puan motorik 47.06 53.89 52.20 55.55 41.09 56.34 42.08 49.67 37.87 52.66 54.54 65.29 48.65 56.03 64.55 49.59 50.85 63.72 41.06 52.65 44.86 42.72 42.37 62.78 50.60 47.32 43.29 53.08 44.43 54.37 50.00 50.03 10.00 5.67
Berdasarkan tes perkembangan motorik siswa tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa merasa senang dan mata pelajaran pendidikan jasmani dapat meningkatkan motorik siswa. Setiap siswa memiliki kesan yang berbedabeda saat melakukan pendidikan jasmani, ada yang terkesan karena dalam kegiatan pendidikan jasmani terdapat siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar dan penurunan hasil belajar. Secara garis besar siswa banyak mengalami peningkatan dibandingkan penurunan hasil belajar. Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui hasil lembar tes perkembangan motorik siswa, pembelajaran pendidikan jasmani dapat meningkatkan perkembangan motorik siswa di SD Negeri 2 Rejosari, Bandongan.
28
B. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sehingga keadaan obyek akan digambarkan sesuai dengan data yang diperoleh. Dari hasil penelitian tentang kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, perlu dideskripsikan secara keseluruhan maupun secara masing-masing dari faktor-faktor yang yang mendasari kemampuan motorik siswa. Faktor-faktor untuk kemampuan motorik kasar siswa adalah kemampuan lari 40 meter, kemampuan lari zig-zag, kemampuan lempar tangkap, kemampuan lari 600 meter, kemampuan lompat jauh, dan kemampuan naik turun balok titian. Berikut akan dideskripsikan secara keseluruhan maupun deskripsi berdasarkan masing-masing faktor yang mendasarinya. Kemampuan Motorik Siswa Kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang Secara keseluruhan, hasil penelitian tentang kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang memperoleh nilai maksimum sebesar 60,04 dan nilai minimum 38,99. Rerata diperoleh sebesar 50,03, dan standar deviasi 5,67. Selanjutnya data dikategorikan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan menjadi 5 kategori, yaitu kategori kurang sekali, kurang, sedang, baik, dan baik sekali berdasarkan nilai Mean dan standar deviasi. Tabel 4 merupakan penghitungan norma kategori kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang.
29
Tabel 4. Penghitungan Normatif Kategorisasi Kemampuan Motorik Siswa Kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Formula
Batasan
Kategori
< X – 1,5 SD X - 1,5 SD s/d < X - 0,5 SD X - 0,5 SD s/d < X + 0,5 SD X + 0,5 SD s/d < X + 1,5 SD ≥ X + 1,5 SD
< 41,53 41,53 - 47,19 47,20 - 52,86 52,87 - 58,83 ≥ 58,84
Kurang Sekali Kurang Sedang Baik Baik Sekali
Keterangan:
X = rerata = 50,03 SD = simpangan baku = 5,67
Mengacu pada kategorisasi kecenderungan yang telah dihitung tersebut, maka distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasarkan tanggapan subyek penelitian dapat diketahui. Tabel 5 berikut merupakan distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Siswa Kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang Frekuensi No Kelas Interval Kategori Frekuensi Relatif 1 < 41,53 Kurang Sekali 1 6,67% 2 41,53 - 47,19 Kurang 2 13,33% 3 47,20 - 52,86 Sedang 9 60,00% 4 52,87 - 58,53 Baik 1 6,67% 5 ≥ 58,54 Baik Sekali 2 13,33% Jumlah 15 100,00% Dari tabel di atas diperoleh kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang yaitu sebanyak 1 siswa (6,67%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 2 siswa (13,33%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 9 siswa (60,00%) mempunyai 30
kemampuan motorik sedang, 1 siswa (6,67%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 2 siswa (13,33%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi terbanyak terletak pada interval 47,20 - 52,86, maka kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang secara keseluruhan adalah sedang.
Frekuensi
Kemampuan Motorik 10 5 0 Kurang Sekali
Kurang
Sedang
Baik
Baik Sekali
Kategori
Gambar 3. Histogram Kemampuan Motorik Siswa Kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Secara jelas berikut akan dideskripsikan data mengenai masing-masing faktor yang mendasari kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang: 1. Kemampuan Lari 40 Meter Lari 40 meter merupakan salah satu bagian dari kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Hasil penelitian memperoleh nilai maksimum sebesar 9,1 dan nilai minimum 7,1. Rerata diperoleh sebesar 7,85, dan standar deviasi 0,57. Selanjutnya data dikategorikan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan 31
menjadi 5 kategori, yaitu kategori kurang sekali, kurang, sedang, baik, dan baik sekali berdasarkan nilai Mean dan standar deviasi. Tabel 6 merupakan penghitungan norma kategori kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari 40 meter. Tabel 6. Penghitungan Normatif Kategorisasi Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lari 40 Meter. Formula
≥ X + 1,5 SD X + 0,5 SD s/d < X + 1,5 SD X - 0,5 SD s/d < X + 0,5 SD X - 1,5 SD s/d < X - 0,5 SD < X – 1,5 SD
Batasan
Kategori
≥ 8,70 8,13 - 8,69 7,56 - 8,12 6,99 - 7,55 < 6,98
Kurang Sekali Kurang Sedang Baik Baik Sekali
Keterangan: X = jumlah skor subyek, X = rerata = 7,85 SD = simpangan baku = 0,57
Mengacu pada kategorisasi kecenderungan yang telah dihitung tersebut, maka distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari 40 meter berdasarkan tanggapan subyek penelitian dapat diketahui. Tabel 7 berikut merupakan distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari 40 meter.
32
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lari 40 Meter No
Kelas Interval
Kategori
Frekuensi
1 2 3 4 5
≥ 7,71 7,15 - 7,70 6,59 - 7,14 6,03 - 6,58 < 6,03
Kurang Sekali Kurang Sedang Baik Baik Sekali
1 6 3 5 0 15
Frekuensi Relatif 6,67% 40,00% 20,00% 33,33% 0% 100,00%
Dari tabel di atas diperoleh kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari 40 meter sebanyak 1 siswa (6,67%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 6 siswa (40,00%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 3 siswa (20,00%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 5 siswa (33,33%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan tidak ada siswa (0 %) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi terbanyak terletak pada interval 8,13 - 8,69, maka kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari 40 meter adalah kurang. Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut gambar histogram yang diperoleh:
33
Frekuensi
Lari 40 M 6 5 4 3 2 1 0 Kurang Sekali
Kurang
Sedang
Baik
Baik Sekali
Kategori
Gambar 4. Histogram Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lari 40 Meter 2. Kemampuan Lari Zig-Zag Lari zig-zag merupakan salah satu bagian dari kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Hasil penelitian memperoleh nilai maksimum sebesar 3,10 dan nilai minimum 2,30. Rerata diperoleh sebesar 2,62, dan standar deviasi 0,25. Selanjutnya data dikategorikan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan menjadi 5 kategori, yaitu kategori kurang sekali, kurang, sedang, baik, dan baik sekali berdasarkan nilai Mean dan standar deviasi. Tabel 8 merupakan penghitungan norma kategori kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari zig-zag.
34
Tabel 8. Penghitungan Normatif Kategorisasi Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lari Zig-Zag Formula
Batasan
Kategori
≥ X + 1,5 SD X + 0,5 SD s/d < X + 1,5 SD X - 0,5 SD s/d < X + 0,5 SD X - 1,5 SD s/d < X - 0,5 SD < X – 1,5 SD
≥ 3,00 2,75 - 2,99 2,50 - 2,74 2,25 - 2,49 < 2,25
Kurang Sekali Kurang Sedang Baik Baik Sekali
Keterangan: X = jumlah skor subyek, X = rerata = 2,62 SD = simpangan baku = 0,25
Mengacu pada kategorisasi kecenderungan yang telah dihitung tersebut, maka distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari zigzag berdasarkan tanggapan subyek penelitian dapat diketahui. Tabel 9 berikut merupakan distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari zig-zag. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lari Zig-Zag. Frekuensi No Kelas Interval Kategori Frekuensi Relatif 1 ≥ 3,00 Kurang Sekali 2 13,33% 2 2,75 - 2,99 Kurang 2 13,33% 3 2,50 - 2,74 Sedang 6 40,00% 4 2,25 - 2,49 Baik 5 33,33% 5 < 2,25 Baik Sekali 0 0% 15 100,00%
35
Dari tabel di atas diperoleh kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari zig-zag sebanyak 2 siswa (13,33%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 2 siswa (13,33%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 6 siswa (40,00%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 5 siswa (33,33%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan tidak ada siswa (0 %) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi terbanyak terletak pada interval 2,50 - 2,74, maka kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari zig-zag adalah sedang. Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut gambar histogram yang diperoleh:
Frekuensi
Lari Zig-Zag 6 4 2 0
Kurang Sekali
Kurang
Sedang
Baik
Baik Sekali
Kategori
Gambar 5. Histogram Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lari Zig-Zag.
36
3. Kemampuan Lempar tangkap Lempar tangkap bola merupakan salah satu bagian dari kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Hasil penelitian memperoleh nilai maksimum sebesar 17 dan nilai minimum 4. Rerata diperoleh sebesar 9,33, dan standar deviasi 3,54. Selanjutnya data dikategorikan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan menjadi 5 kategori, yaitu kategori kurang sekali, kurang, sedang, baik, dan baik sekali berdasarkan nilai Mean dan standar deviasi. Tabel 10 merupakan penghitungan norma kategori kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lempar tangkap. Tabel 10. Penghitungan Normatif Kategorisasi Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lempar Tangkap Formula
Batasan
Kategori
< X – 1,5 SD X - 1,5 SD s/d < X - 0,5 SD X - 0,5 SD s/d < X + 0,5 SD X + 0,5 SD s/d < X + 1,5 SD ≥ X + 1,5 SD
< 4,02 4,02 - 7,55 7,56 - 11,09 11,10 - 14,63 ≥ 14,64
Kurang Sekali Kurang Sedang Baik Baik Sekali
Keterangan: X = jumlah skor subyek, X = rerata = 9,33 SD = simpangan baku = 3,54
Mengacu pada kategorisasi kecenderungan yang telah dihitung tersebut, maka distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lempar
37
tangkap berdasarkan tanggapan subyek penelitian dapat diketahui. Tabel 11 berikut merupakan distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lempar tangkap. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lempar Tangkap Frekuensi No Kelas Interval Kategori Frekuensi Relatif 1 < 8,06 Kurang Sekali 0 0,00% 2 8,06 - 10,92 Kurang 5 33,33% 3 10,93 - 13,79 Sedang 6 40,00% 4 13,80 - 16,66 Baik 3 20,00% 5 ≥ 16,67 Baik Sekali 1 6,67% 15 100,00% Dari tabel di atas diperoleh kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lempar tangkap sebanyak 0 siswa (0,00%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 5 siswa (33,33%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 6 siswa (40,00%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 3 siswa (20,00%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 1 siswa (6,67%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi terbanyak terletak pada interval 7,56 - 11,09, maka kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lempar tangkap adalah sedang. Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut gambar histogram yang diperoleh:
38
Frekuensi
Kemampuan Lempar Tangkap 6 5 4 3 2 1 0 Kurang Sekali
Kurang
Sedang
Baik
Baik Sekali
Kategori
Gambar 6. Histogram Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lempar Tangkap
4. Kemampuan Lari 600 Meter Lari 600 meter merupakan salah satu bagian dari kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Hasil penelitian memperoleh nilai maksimum sebesar 2,15 dan nilai minimum 1,30. Rerata diperoleh sebesar 1,70, dan standar deviasi 0,33. Selanjutnya data dikategorikan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan menjadi 5 kategori, yaitu kategori kurang sekali, kurang, sedang, baik, dan baik sekali berdasarkan nilai Mean dan standar deviasi. Tabel 12 merupakan penghitungan norma kategori kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari 600 meter.
39
Tabel 12. Penghitungan Normatif Kategorisasi Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lari 600 Meter
Formula
Batasan
Kategori
≥ X + 1,5 SD X + 0,5 SD s/d < X + 1,5 SD X - 0,5 SD s/d < X + 0,5 SD X - 1,5 SD s/d < X - 0,5 SD < X – 1,5 SD
≥ 2,20 1,87 - 2,19 1,54 - 1,86 1,21 - 1,53 < 1,21
Kurang Sekali Kurang Sedang Baik Baik Sekali
Keterangan: X = jumlah skor subyek, X = rerata = 1,70 SD = simpangan baku = 0,33
Mengacu pada kategorisasi kecenderungan yang telah dihitung tersebut, maka distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari 600 meter berdasarkan tanggapan subyek penelitian dapat diketahui. Tabel 13 berikut merupakan distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari 600 meter. Tabel 13. Distribusi Frekuensi Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lari 600 Meter Frekuensi No Kelas Interval Kategori Frekuensi Relatif 1 ≥ 2,20 Kurang Sekali 0 0,00% 2 1,87 - 2,19 Kurang 5 3,33% 3 1,54 - 1,86 Sedang 5 33,33% 4 1,21 - 1,53 Baik 5 33,33% 5 < 1,21 Baik Sekali 0 0,00% 28 100,00% 40
Dari tabel di atas diperoleh kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari 600 meter sebanyak 0 siswa (0,00%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 5 siswa (33,33%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 5 siswa (33,33%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 5 siswa (33,33%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 0 siswa (0,00%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi terbanyak terletak pada interval 1,87 - 2,20, 1,54 – 1,86, dan 1,21 – 1,53 maka kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari 600 meter adalah sedang. Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut gambar histogram yang diperoleh:
Frekuensi
Lari 600 M 5 4 3 2 1 0 Kurang Sekali
Kurang
Sedang
Baik
Baik Sekali
Kategori
Gambar 7. Histogram Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lari 600 Meter
41
5. Kemampuan Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu bagian dari kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Hasil penelitian memperoleh nilai maksimum sebesar 2,10 dan nilai minimum 1,25. Rerata diperoleh sebesar 1,62, dan standar deviasi 0,24. Selanjutnya data dikategorikan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan menjadi 5 kategori, yaitu kategori kurang sekali, kurang, sedang, baik, dan baik sekali berdasarkan nilai Mean dan standar deviasi. Tabel 14 merupakan penghitungan norma kategori kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lompat jauh. Tabel 14. Penghitungan Normatif Kategorisasi Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lompat Jauh Formula
Batasan
Kategori
< X – 1,5 SD X - 1,5 SD s/d < X - 0,5 SD X - 0,5 SD s/d < X + 0,5 SD X + 0,5 SD s/d < X + 1,5 SD ≥ X + 1,5 SD
< 1,26 1,26 - 1,49 1,50 - 1,73 1,74 - 1,97 ≥ 1,98
Kurang Sekali Kurang Sedang Baik Baik Sekali
Keterangan: X = jumlah skor subyek, X = rerata = 1,62 SD = simpangan baku = 0,24
Mengacu pada kategorisasi kecenderunagan yang telah dihitung tersebut, maka distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lompat jauh berdasarkan tanggapan subyek penelitian dapat diketahui. Tabel 15 berikut 42
merupakan distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lompat jauh. Tabel 15. Distribusi Frekuensi Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lompat Jauh No
Kelas Interval
Kategori
Frekuensi
1 2 3 4 5
< 1,26 1,26 - 1,49 1,50 - 1,73 1,74 - 1,97 ≥ 1,98
Kurang Sekali Kurang Sedang Baik Baik Sekali
1 4 6 2 2 15
Frekuensi Relatif 6,67% 26,67% 40,00% 13,33% 13,33% 100,00%
Dari tabel di atas diperoleh kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lompat jauh sebanyak 1 siswa (6,67%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 4 siswa (26,67%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 6 siswa (40,00%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 2 siswa (13,33%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 2 siswa (13,33%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi terbanyak terletak pada interval 1,50 - 1,73, maka kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lompat jauh adalah sedang. Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut gambar histogram yang diperoleh: 43
Lompat Jauh Frekuensi
6 4 2 0 Kurang Sekali
Kurang
Sedang
Baik
Baik Sekali
Kategori
Gambar 8. Histogram Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Lompat Jauh 6. Kemampuan Meniti Balok Titian Berjalan meniti balok titian merupakan salah satu bagian dari kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Hasil penelitian memperoleh nilai maksimum sebesar 48,22 dan nilai minimum 19,35. Rerata diperoleh sebesar 29,27, dan standar deviasi 7,35. Selanjutnya data dikategorikan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan menjadi 5 kategori, yaitu kategori kurang sekali, kurang, sedang, baik, dan baik sekali berdasarkan nilai Mean dan standar deviasi. Tabel 16 merupakan penghitungan norma kategori kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes meniti balok titian.
44
Tabel 16. Penghitungan Normatif Kategorisasi Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Meniti Balok Titian Formula
Batasan
Kategori
≥ X + 1,5 SD X + 0,5 SD s/d < X + 1,5 SD X - 0,5 SD s/d < X + 0,5 SD X - 1,5 SD s/d < X - 0,5 SD < X – 1,5 SD
≥ 40,30 33,05 - 40,29 25,60 - 33,04 18,25 - 25,59 < 18,25
Kurang Sekali Kurang Sedang Baik Baik Sekali
Keterangan: X = jumlah skor subyek, X = rerata = 29,27 SD = simpangan baku = 7,35
Mengacu pada kategorisasi kecenderunagan yang telah dihitung tersebut, maka distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes meniti balok titian berdasarkan tanggapan subyek penelitian dapat diketahui. Tabel 17 berikut merupakan distribusi frekuensi kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes meniti balok titian. Tabel 17. Distribusi Frekuensi Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Meniti Bslok Titian No
Kelas Interval
Kategori
Frekuensi
1 2 3 4 5
≥ 40,30 33,05 - 40,29 25,60 - 33,04 18,25 - 25,59 < 18,25
Kurang Sekali Kurang Sedang Baik Baik Sekali
1 4 4 6 0 15
Frekuensi Relatif 6,67% 26,67% 26,67% 40,00% 0,00% 100,00%
45
Dari tabel di atas diperoleh kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes meniti balok titian sebanyak 1 siswa (6,67%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 4 siswa (26,67%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 4 siswa (26,67%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 6 siswa (40,00%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 0 siswa (0,00%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi terbanyak terletak pada interval 18,25 - 25,59, maka kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes meniti balok titian adalah baik. Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut gambar histogram yang diperoleh:
Frekuensi
Balok Titian 6 5 4 3 2 1 0 Kurang Sekali
Kurang
Sedang
Baik
Baik Sekali
Kategori
Gambar 9. Histogram Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar Tes Meniti Balok Titian
46
A. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang adalah sedang. Secara rinci, sebanyak 3 siswa (10,71%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 2 siswa (7,14%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 13 siswa (46,43%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 8 siswa (28,57%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 2 siswa (7,14%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang dalam penelitian ini adalah sedang. Hal ini dibuktikan dengan frekuensi terbanyak terdapat pada kategori sedang, yaitu sebesar 46,43%. Kemampuan motorik merupakan kemampuan yang diperoleh dari keterampilan gerak umum yang mendasari tingkat penampilan gerak yang baik atau tingkat kemampuan gerak (motor ability) akan mencerminkan motorik yang baik. Dalam melakukan suatu gerakan, diharapkan anak dapat menampilkan gerakan tersebut dengan baik dan benar, sehingga tidak akan terjadi cedera karena salah gerak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan motorik siswa kelas V SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang mempunyai kategori sedang, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang mampu melakukan aktivitas motorik seperti anak-anak pada umumnya.
47
Berdasarkan tes lari 40 meter, diperoleh kategori sedang. Secara rinci, diperoleh sebanyak 3 siswa (10,71%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 5 siswa (17,86%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 12 siswa (42,86%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 6 siswa (21,43%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 2 siswa (7,14%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi terbanyak terletak pada interval 6,59 - 7,14, maka kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari 40 meter adalah sedang. Kategori sedang juga diperoleh pada tes lari zig-zag. Secara rinci diperoleh sebanyak 3 siswa (10,71%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 4 siswa (14,29%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 11 siswa (39,29%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 9 siswa (32,14%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 1 siswa (3,57%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi terbanyak terletak pada interval 2,82 - 3,12, maka kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari zig-zag adalah sedang. Pada tes lempar tangkap diperoleh kategori baik. Secara rinci diperoleh sebanyak 2 siswa (7,14%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 7 siswa (25,00%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 6 siswa (21,43%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 13 siswa (46,43%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 0 siswa (0%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi
48
terbanyak terletak pada interval 13,80 - 16,66, maka kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lempar tangkap adalah baik. Pada tes lari 600 meter diperoleh kategori sedang. Secara rinci diperoleh sebanyak 1 siswa (3,57%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 8 siswa (28,57%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 14 siswa (50,00%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 3 siswa (10,71%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 2 siswa (7,14%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi terbanyak terletak pada interval 2,98 - 3,40, maka kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lari 600 meter adalah sedang. Untuk tes lompat jauh, juga diperoleh kategori sedang. Secara rinci diperoleh sebanyak 1 siswa (3,57%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 6 siswa (21,43%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 12 siswa (42,86%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 7 siswa (25,00%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 2 siswa (7,14%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi terbanyak terletak pada interval 1,33 - 1,50, maka kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes lompat jauh adalah sedang. Pada tes berjalan meniti balok titian, diperoleh kategori baik. Secara rinci sebanyak 3 siswa (10,71%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 5 siswa
49
(17,86%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 6 siswa (21,43%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 14 siswa (50,00%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 3 siswa (10,71%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali. Frekuensi terbanyak terletak pada interval 16,25 - 27,06, maka kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang berdasar tes meniti balok titian adalah baik. Dari ke-enam jenis tes yang dilakukan, ternyata pada tes kemampuan lempar tangkap dan tes meniti balok titian memperoleh kategori baik, dan selebihnya keempat tes memperoleh kategori sedang. Namun demikian, secara keseluruhan kategori kemampuan motorik siswa adalah sedang, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang mempunyai kemampuan motorik sedang.
50
BAB. VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik siswa kelas V di SD Negeri 2 Rejosari, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang adalah sedang. Secara rinci, sebanyak 1 siswa (6,67%) mempunyai kemampuan motorik kurang sekali, 2 siswa (13,33%) mempunyai kemampuan motorik kurang, 9 siswa (60,00%) mempunyai kemampuan motorik sedang, 1 siswa (6,67%) mempunyai kemampuan motorik baik, dan 2 siswa (13,33%) mempunyai kemampuan motorik baik sekali.
B. Saran Berdasarkan penelitian, saran yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut, 1. Bagi Siswa, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan motoriknya secara optimal. 2. Bagi guru, hendaknya selalu mengevaluasi terhadap program pembelajaran yang telah dilakukan, karena kondisi factual peserta didik telah diketahui secara pasti. 3. Bagi Kepala Sekolah, hendaknya selalu mendukung segala inovasi dan informasi baru terhadap metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam meningkatkan perkembangan motorik siswa.
51
DAFTAR PUSTAKA
Agung, H.W. (2011). Motorik Siswa Kelas V di SD Negeri Peneket, Kacamatan Ambal, Kabupaten Kebumen. Yogyakarta: FIK UNY. Audrey, C. (2002). A curriculum for the pre-school child learning to learn. Canada: Rouledge. Butler, J.I. (2005). Teaching for game understanding theory, research, and practice. Canada: Human Kinetics. Depdiknas.(2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dwi Siswoyo, dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: FIK UNY. Hopper, B. (2005). Teaching physical education in the primary school. London: Rouledge Falmer. Rahyubi. H. (2012). Teori-teori belajar dan aplikasi pembelajaran motorik. Bandung: Nusa Media. Rusli Rutan dan Adang Suherman. (2000). Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Saifuddin Azwar. (2005). Skala Penyusunan Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Sugihartono. (2007). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY. Sugiyono. (2003). Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alvabeta. Suyono. (2011). Belajar dan pembelajaran teori dan konsep dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
52
Weinberg. (2006). Foundations of sport and exercise psycology. Canada: Human Kinetics. Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Zulkifli. (2005). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
53
Lampiran Lompat jauh tanpa awalan
Lari Zig-zag
54
Lari 40 Meter
Berjalan di atas papan
55
56