LAPORAN PENELITIAN MEDIA PEMBELAJARAN
PENERAPAN MEDIA VIDEO STREAMING PEMBACAAN PUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KRITIK
OLEH : RUSDHIANTI WURYANINGRUM FUROIDATUL HUSNIAH ANITA WIDJAJANTI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS JEMBER
LAPORAN PENELITIAN MEDIA PEMBELAJARAN
PENERAPAN MEDIA VIDEO STREAMING PEMBACAAN PUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KRITIK
OLEH : RUSDHIANTI WURYANINGRUM FUROIDATUL HUSNIAH ANITA WIDJAJANTI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRAINDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS JEMBER
HALAMAN PENGESAHAN Judul Penelitian
: Penerapan Media Video Streaming untuk MeningkatkanKemampuan Menulis Kritik
Mata Kuliah
: Kritik Sastra
Identitas Peneliti A. Ketua Nama Alamat Telp Email B. Anggota Nama Alamat Telp Email C. Anggota Nama Alamat Telp Email
: Rusdhianti W., S. Pd., M.Pd. : Perum Taman Bambu EE 12, Jember, : (0331) 334407/ 081330753089 :
[email protected] : Furoidatul Husniah, S. S., M. Pd. : Semboro, Tanggul, Jember : 08155113525 :
[email protected] : Anita Widjajanti, M.Hum : Jl. Dr.Soebandi GG.kenitu No.46 : 081559659653 :widjajantianita @ yahoo.com
Dana Penelitian
: Rp 5.000.000,00
Sumber Dana
: Mandiri Mengetahui,
Kaprodi PBSI
Ketua Peneliti
Rusdhiyanti Wuryaningrum, S.Pd.,M. Pd. NIP 197805062003122001
Furoidatul Husniah., S. S., M. Pd. NIP 197902072008122002
Mengetahui, Dekan FKIP
Drs. H. Imam Muchtar, S.H. M.Hum. NIP 195407121980031005
I.
Identitas Media Pembelajaran
A. Nama Media
: Media Video Streaming Pembacaan Puisi
B. Mata Kuliah
: Kritik Sastra
C. Pokok Bahasan
: Menulis Kritik
D. Waktu Pelaksanaan
: 4 Oktober 2012 dan 18 Oktober 2012
E. Estimasi Waktu
: 2 X tatap muka (200 Menit)
II.
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang Perkuliahan kesastraan merupakan perkuliahan yang membutuhkan berbagai informasi yang mendukung proses pembelajaran. Informasi tersebut dibutuhkan
untuk
memperluas
pengetahuan
mahasiswa
sejalan
dengan
perkembangan dunia kesastraan. Oleh sebab itu, informasi perkembangan dunia sastra harus menjadi bagian yang tidak bisa dilewatkan dalam pembelajaran sastra, terutama dalam perkuliahan kritik sastra. Perkuliahan sastra tidak hanya membutuhkan pemahaman teori terkait materi, tetapi juga contoh-contoh riil yang bisa ditemui dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kondisi tersebut, kebutuhan akan
media
pembelajaran sastra tidak bisa dielakkan. Kehadiran media pembelajaran yang membantu mahasiswa menemukan contoh aplikasi perkuliahan sastra sangat penting untuk mendukung pengetahuan mereka dan memaksimalkan kemampuan mereka dalam mengapresiasi karya sastra bahkan dalam memproduksi karya sastra. Kekhasan pembelajaran sastra di FKIP, khususnya di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ialah muatan penerapannya dalam pembelajaran sastra untuk diaplikasikan pada pembelajaran sastra di sekolah.oleh karena itu, sebagai calon guru, mahasiswa harus mampu menyajikan kemampuan apresiasi sastra dan mampu memberikan contoh konkret kegiatan kesastraan produktif, misalnya membaca puisi, menulis puisi, memerankan tokoh dalam drama, membaca dan menulis cerpen atau novel, dan sebagainya. Terkait dengan mata kuliah kritik sastra, mereka pun harus mampu menulis kritik dengan baik. Kemampuan dan keterampilan tersebutakan terasah jika mahasiswa banyak mengamati, mengapresiasi, dan berlatih dalam kemampuan produktif sastra. Melalui media yang dapat memberikan informasi produksi sastra seperti teater, pementasan drama, pembacaan puisi, cerpen, atau novel, akan membantu mereka mendapat contoh riil. Hal tersebut akan memaksimalkan pemahaman
mereka
pada
pembelajaran
sastra
khususnya
matakuliah
sastra
yang
membutuhkan kemampuan produktif, seperti prosa, fiksi dan drama. Melihat kondisi tersebut, dalam matakuliah kritik sastra, pokok bahasan menulis kritik, disusunlah sebuah media inovatif yang akan diterapkan yaitu media video streaming drama yang dapat dijadikan bahan diskusi, apresiasi, dan pembahasan kegiatan sastra yang pada akhirnya dapat digunakan untuk objek menulis kritik sastra. Video streaming yang digunakan ialah video streaming puisi oleh penulis asli puisi tersebut, yaitu W. S. Rendra. Pembacaan video tersebut diunggah langsung saat pembelajaran atau telah diinternalkan alamat URL nya dalam power point pengampu matakuliah.
2.2 Permasalahan Berdasarkan uraian tersebut masalah yang akan dijawab pada penelitian penerapan media ini ialah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah penerapan media video streaming pembacaan puisi dalam mata kuliah kritik sastra pokok bahasan menulis kritik pada kelas angkatan 2010 di PSPBSI? (2) Bagaimanakah hasil pembelajaran dengan media video streaming pembacaan puisi dalam mata kuliah kritik sastra pokok bahasan menulis kritik pada kelas angkatan 2010 di PSPBSI?
2.3 Tujuan Pelaksanaan Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini ialah mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut. (1) Penerapan media video streaming pembacaan puisi dalam mata kuliah kritik sastra pokok bahasan menulis kritik pada kelas angkatan 2010 di PSPBSI. (2) Hasil pembelajaran dengan media video streaming pembacaan puisi dalam mata kuliah kritik sastra pokok bahasan menulis kritik pada kelas angkatan 2010di PSPBSI
2.4 Manfaat Pelaksanaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis.Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi bidang pembelajaran secara umum. Secara khusus, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi khasanah penerapan media yang menerapkan dunia maya atau cyber sastradalam perkuliahan. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembelajar atau pengampu mata kuliah kritik sastra karena proses pembelajaran dapat lebih efisien. Di samping itu, melalui media ini pengampu mata kuliah dapat lebih mudah memberikan assesment dalam bentuk penugasan di rumah atau tugas diskusi kelas.Bagi pembelajar atau mahasiswa, media ini dapat menjadi bahan diskusi yang menarik, mereka pun dapat belajar dengan lebih bersemangat karena dapat melihat contoh riil bagaimana puisi dibacakan langsung oleh sastrawan yang menulisnya sehingga keindahannya dapat mereka nikmati dengan baik.Di samping itu, mereka dapat berlatih menulis kritik dengan baik melalui aktivitas mendeskripsikan, menafsirkan, menganalisis dan menilai karena objek riil yang mereka lihat. Ini pun akan menginspirasi mereka tentang cara membaca puisi dengan baik.
III.
KAJIAN PUSTAKA
3.1 Media Video Streaming dalam Pembelajaran Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium.Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001).Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yaitu guru (komunikator), bahan pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran. Tanpa media pembelajaran, hambatan komunikasi selama penyampaian materi akan terjadi. Hal tersebut tentu akan menghambat pencapaian tujuan belajar. Santyasa (2007:3) menyatakan beberapa hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah: (1) verbalisme, artinya peserta didik dapat menyebut kata tanpa tahu apa maknanya. Hal ini terjadi karena kebiasaan guru yang menggunakan metode ceramah selama pembelajaran. Melalui metode ini, siswa hanya menirukan apa yang diucapkan guru, (2) salah tafsir. Peristiwa ini terjadi pemahaman arti kata atau konsep yang tidak sesuai dengan yang diharapkan atau yang sebenarnya karena siswa menerjemahkan dengan makna yang berbeda.Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa
bantuan gambar, bagan, percobaaan, praktik, atau model dan sebagainya, (3) perhatian tidak terpusat. Hal initerjadi karena beberapa hal, antara lain gangguan fisik. Ada hal yang lebih menarik yang mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara guru mengajar membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru, (4) tidak terjadi pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat dialami terpisah. Tidak terjadinya proses berfikir yang logis mulai kesadaran hingga timbulnya konsep. Pengembangan
media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk
memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan terus menghindari
hambatan-hambatan
yang
mungkin
muncul
dalam
proses
pembelajaran. Dalam pembelajaran prosa fiksi dan drama media yang membantu menguatkan penanaman konsep, pengembangan imajinasi, dan contoh aplikasi teori yang diperlukan. Salah satu fungsi media terkait dengan perkuliahan kritik sastra yaitu: (1) Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video atau media lain yang dapat membuat siswa memperoleh gambaran nyata tentang suatu peristiwa. Dalam hal ini, akan dibutuhkan peristiwa pentas drama masa lalu, monolog yang dibawakan sastrawan pada masa lampau. Media tersedia di internet melalui video streaming, misalnya monolog cerpen yang dibawakan Rendra tahun 1977 yang dimiliki oleh ITB(Childunderground). (2) Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, biaya, dan sebagainya. Misalnya mahasiswa membutuhkan tayangan teater ternama untuk belajar contoh dramatisasi atau teatrikal Teater Tanah Air atau Teater Koma. Media tersebut tersedia dalam video streaming yang dimiliki komunitas Salihara. (3) Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara detail. Misalnya mengetahui prosesi persiapan pementasan drama sebuah teater. Mahasiswa dapat mengamati dalam persiapan dan produksi Monolog
“Cinta Itu Luka” yang diangkat dari Novel dengan judul yang sama karya Eka Kurniawan yang dapat ditayangkan melalui video streaming Uswatunww. Dapat disimpulkan bahwa peranan video streaming dalam perkuliahan kritik sastra sangat membantu pemantapan kemampuan apresiasi mahasiswa. Melalui pengamatan tayangan drama, pembacaan cerpen, monolog, pembacaan puisi dan sebagainya mahasiswa akan mendapatkan informasi seluas-luasnya tentang persiapan hingga penayangan drama, karakteristik pementasan drama dan hal-hal lain yang terkait prosa fiksi dan drama. Dalam penulisan kritik, mahasiswa dapat dengan mudah terbantu mengamati komponen yang menjadi kunci keindahan dan nilai positif dalam karya tersebut. Video adalah sebuah file yang biasanya hanya dibuka dan dimainkan oleh aplikasi multimedia yang digunakan seperti Windows Media Player, Winamp, dan lain sebagainya. Yang dimaksud dengan video streaming adalah fasilitas yang membuat pembelajaran bisa melihat langsung video pada satu halaman web tanpa harus download terlebih dahulu. Melalui media ini pembelajar dapat, (1) Melihat video secara langsung melalui web. Kita bisa melihat video secara langsung pada media browser yang kita buka tanpa harus melakukan proses download dan memakan waktu yang panjang tersebut karena biasanya sebuah file video rata-rata memiliki ukuran sebesar 10-30 Mega Byte, bisa dibayangkan untuk mengetahui isi dari video tersebut, kita terlebih dahulu harus melakukan proses download dari situs tersebut yang biasanya memakan waktu cukup lama. (2) Dapat dengan bebas mengatur permainan video. Seperti halnya sebuah perangkat lunak video player yang Anda miliki pada computer Anda, kita bisa dengan bebas mengatur permainan video yaitu seperti play, pause, volume, dan trackbar yang bisa kita geser secara sembarang. Tetapi pada video streaming ini hanya terbatas pada satu video saja yang dapat kita mainkan dan tidak bisa untuk video yang lain. (3) Memberitahukan teman kita melalui email tentang video yang Anda lihat pada web tersebut. Sebelum / setelah Anda melihat video yang sedang Anda mainkan melalui web, Anda dapat memberitahukan kepada teman melalui email mereka dari web tersebut.
Piranti yang dapat digunakan untuk melihat video streaming, menurut Kusuma (2010:2) ialah Adobe Flash Player Plugins. Ini satu-satunya aplikasi yang wajib dimiliki untuk dapat memainkan video pada web, karena video yang akan dimainkan berformat flash dan itu harus dimiliki oleh web sebagai plugins. Melalui jejaring internet disekitar kita dalam bentuk wifi, pembelajaran dengan pemanfaatan video streaming sangat memungkinkan. Video streaming menurut Sabri (2010:1) adalah sebuah komunikasi yang dilakukan melalui broadcast akses internet untuk menghasilkan sebuah gambar, video streaming bukan hal yang baru sejak munculnya 3G (Generasi ke Tiga). Sebenarnya penggunaan video streaming ini sudah lama kita lakukan, mungkin kita sudah lupa dengan penggunaan kita pada Yahoo Messenger, skype, youtube atau yang sejenisnya sudah dilakukan sebelum 3G menjamur, sekitar tahun 2008 lebih kurangnya, mulai muncul media televisi di Indonesia yang menggunakan video streaming, seperti metrotv, antv, transtv kini sudah sampai tvone. Video streaming sebenarnya sebuah teknologi yang mempermudah kita dalam mendapatkan informasi dalam bentuk tampilan video, apalagi dengan internet tersedia di segala penjuru dunia, kita makin mudah mendapatkan informasi dan menikmati hiburan tanpa membutuhkan media antena televisi biasa maupun parabola, karena banyak broadcast televisi yang free to air memberikan fasilitas tersebut agar media tersebut dapat disimak di segala penjuru dunia, seperti saat kita di Singapura, Amerika dan lainnya. Kita masih bisa menyimak tayangan televisi di tanah air tanpa perangkat antenna televise atau parabola.
3.2 Perkuliahan Kritik Sastra Perkuliahan Kritik Sastra adalah salah satu perkuliahan bidang kesastraan yangharus ditempuh mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Unej.Mata kuliah tersebut membahas konsep-konsep, aliran, bentuk-bentuk dan jenis kritik sastra, menulis kritik sastra, serta penerapan kritik sastra dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah menengah. SKS mata kuliah ini 2 dan diampu oleh tim pengampu mata kuliah sastra.
Kata kritik sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni krites yang berarti hakim, krinein yang berarti menghakimi, criterion yang berarti dasar penghakiman. Di samping itu, pada abad IV sebelum Masehi, muncul istilah kritikos yang berarti hakim kesusastraan (Wellek, 1978:2; Hajana, 1981:1: Padopo, 1997:198). Akan tetapi, kata kritikos sempat mengalami perkembangan, seperti digambarkan Wellek (1963:23); Hardjana (1981:3-5) yang tertuang dalam sastra latin klasik. Kritikos sempat diartikan penafsir naskah dan berbagai asal-usul kata.Pada masa Rainnasance, arti kata kritikos bertukar-tukar penggunaannya dengan gramaticus dan philosophicus yang semuanya mengacu pada makna orang-orang yang menekuni sastra atau pustaka lama untuk dideskripsikan ataupun dipahami isinya.Jika mengacu pada kata kritik, yakni krities berarti penghakiman, kritik sastra dapat diartikan sebagai penghakiman terhadap karya sastra.Hal ini sejalan dengan pengertian William Hendri Hudson (1955:360) yang menyamakan istilah kritik sastra sebagai penghakiman.Istilah penghakiman juga digunakan H.B. Jasin (Pradopo, 1997:199).Jasin mendefinisikan kritik sastra sebagai pertimbangan baik dan buruk suatu karya sastra, penerangan, dan penghakiman karya sastra. Ardhana dalam “Media Sastra” menyatakan kritik sastra ialah sebuah pertanyaan yang berat untuk dijawab bahkan oleh orang-orang yang telah menempuh pendidikan formal sastra, khususnya di Indonesia.Kalaupun ada jawaban atas pertanyaan itu, jawaban tersebut umumnya tidak memuaskan. Salah satu contoh, yang paling kini, dari ‘jawaban-yang-tidak-memuaskan’ ini adalah makalah Budi Dharma yang dipaparkan di Temu Sastrawan Indonesia III di Tanjung Pinang yang berlangsung dari tanggal 28 hingga 31 Oktober 2010 lalu. Bagi Prof. Dr. Budi Dharma, yang seorang akademisi sastra, pembelajar sastra (Dosen Pascasarjana Unesa) “semua pendapat mengenai sastra pada hakikatnya adalah kritik sastra”.Sehingga, tulisan sekecil apapun tentang karya sastra adalah kritik sastra; blurb-blurb di sampul-sampul novel juga adalah kritik sastra. Sebaliknya, menurut Katrin Bandel, yang juga seorang akademisi sastra yang ‘ditugasi’ untuk menanggapi/menyanggah makalah Budi Dharma, sebuah kritik sastra “mesti ada elaborasi yang menjelaskan mengapa penulisnya (kritikus-pen)
sampai pada penilaian tertentu.” Dalam pendapat Katrin Bandel, blurb-blurb tentu tidak dapat digolongkan sebagai kritik sastra.Ketidakpuasan Katrin dari makalah Budi Dharma mengenai penggolongan ‘kritik sastra’, hal yang mendasar dalam dunia sastra, adalah sinyal yang patut ditangkap. Makalah Budi Dharma, yang seharusnya merupakan tulisan akademis (memberi penjelasan yang lebih masuk akal dan disertai beberapa kutipan pendapat teoritikus sastra sebelumnya sebagai pembanding) tapi tak jadi, merupakan simbol parahnya pendidikan sastra di Indonesia, termasuk para akademisi yang menghidupinya. Secara lebih luas, dalam makalahnya, Katrin Bandel melihat keparahan para akademisi sastra ini dengan menyatakan bahwa “tulisan-tulisan di jurnal-jurnal akademis sering justru bermutu lebih rendah daripada tulisan di Koran, di majalah sastra atau di website sastra.”Penyebabnya, bagi
Katrin
Bandel,
mengembangkan
diri
adalah dan
kurangnya
besarnya
keinginan
tekanan
para
struktural
dosen (kampus)
sastra yang
mengharuskan para dosen hanya menulis di jurnal-jurnal dengan lisensi DIKTI. Menurut saya, ada penyebab lain yang sebenarnya turut mengambil peran terjadinya fenomena di atas yaitu tidak adanya pendidikan sastra yang memadai sejak dini di Indonesia : di Indonesia tidak ada pelajaran sastra di tingkatan SD, SMP/SLTP maupun SMA/SLTA, hanya mata pelajaran Bahasa Indonesia yang ada dan tentu tidak akan mampu mencakup sastra Indonesia secara menyeluruh. Yang kedua, penekanan pentingnya kritik sastra sebagai bagian mendasar dari studi sastra tidak diberikan di fakultas sastra.Beberapa mahasiswa sastra yang mengetahui bahwa tujuan akhir dari fakultas sastra, salah satunya, adalah mencetak kritikus sastra?Atau berapa mahasiswa yang mengetahui bahwa kritikus sastra adalah sebuah profesi?Dan itu bukanlah sebuah kebetulan semata, karena sangat jarang brosur-brosur iklan fakultas-fakultas sastra yang menuliskan kritikus sastra sebagai salah satu profesi, bahkan yang utama, yang hadir sebagai hasil dari pendidikan di fakultas sastra; kebanyakan profesi yang diiklankan adalah sastrawan, budayawan, bahkan wartawan. Dari segi kurikulum, berapa SKS dalam setiap prodi bernama-depan ‘sastra’ yang membahas kritik sastra secara khusus?
Saya, sebagai orang yang pernah belajar di fakultas sastra, tidak mendapatkan mata kuliah- mata kuliah yang membahas kritik sastra secara khusus itu. Esai ini berangkat dari lemahnya pendidikan sastra di Indonesia, yang mana saya termasuk salah satu produknya, yang bahkan tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana di awal esai ini. Dengan mencoba menjawab pertanyaan tersebut, dengan semaksimal mungkin, paling tidak esai ini akan mengisi ruang lowong di ranah pendidikan sastra (di) Indonesia. Kritik sastra sangat berguna bagi perkembangan dunia sastra. Dalam mengkritik, kritikus akan menunjukkan hal yang bernilai/tidak bernilai dari suatu karya sastra. Kritikus bisa jadi akan menunjukkan kebaruan-kebaruan dalam karya sastra, hal-hal apa saja yang belum digarap oleh sastrawan. Dengan demikian sastrawan dapat belajar dari kritik sastra untuk lebih meningkatkan kecakapannya dan memperluas cakrawala kreativitas, corak, dan mutu karya sastranya. Jika sastrawan-sastrawan dalam di negara tertentu menghasilkan karya-karya yang baru, kreatif, dan berbobot, maka perkembangan sastra negara tersebut juga akan meningkat pesat, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dengan kata lain, kritik yang dilakukan kritikus akan meningkatkan kualitas dan kreativitas sastrawan, dan pada gilirannya akan meningkatkan perkembangan-perkembangan sastra itu sendiri dan implikasinya. Kritik sastra berguna untuk penerangan bagi pembaca. Dalam melakukan kritik, kritikus akan memberikan ulasan, komentar, menafsirkan kerumitankerumitan, kegelapan-kegelapan makna dalam karya sastra yang dikritik. Dengan demikian, pembaca awam akanmudah memahami karya sastra yang dikritik oleh kritikus. Disisi lain ketika masyarakat sudah terbiasa dengan apresiasi sastra, maka daya apresiasi masyarakat terhadap karya sastra akan semakin baik. Masyarakat dapat memilih karya sastra yang bermutu tinggi (karya sastra yang berisi
nilai-nilai
kehidupan,
memperhalus
budi,
mempertajam
pikiran,
kemanusiaan, dan kebenaran). Kritik sastra berguna bagi khasanah ilmu sastra sebagai tempat pijakannya.Analisis yang dilakukan kritikus dalam mengkritik tentulah didasarkan pada referensi-referensi, teori-teori yang akurat. Tidak jarang pula, perkembangan
teorisastra lebih lambat dibandingkan dengan kemajuan proses kreatif pengarang. Untuk itu, dalam melakukan kritik, kritikus sering kali harus meramu teori-teori baru.teori-teori
sastra
yang
baru
inilah
yang
justru
akan
semakin
memperkembangkan ilmu sastra. Kritik sastra dapat memberi sumbangan pendapat untuk menyusun sejarah sastra. Sejarah sastra akan membantu kritik sastra memahami sastra. Dalam melakukan kritik, kritikus tentu akan menunjukkan ciri-ciri karya sastra yang dikritik secara struktural (ciri-ciri intrinsik). Tidak jarang pula kritikus akan mencoba mengelompokkan karya sastra yang dikritik ke dalam karya sastra yang berciri sama. Kenyataan inilah yang dapat disimpulkan bahkan kritik sastra sungguh membantu penyusunan sejarah sastra. Dalam
mengkritik
dibutuhkan
kemampuan
ekspositoris
dalam
menjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan ukuran keindahan dan “kelebihan” karya prosa itu. Dengan demikian, penghargaan yang diberikan dapat diharapkan bersifat tepat dan objektif.Suatu apresiasi sastra, menurut Maidar Arsjad dkk dalam Blog Mbahbrata (2009:2) dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan. Tahap-tahap tersebut ialah (1) penikmatan atau menyenangi.Tindakan operasionalnya pada tahap ini adalah membaca karya sastra (puisi maupun novel), menghadiri acara deklamasi untuk penikmatan dan penghiburan dan sebagainya. (2) Tahap penghargaan. Tindakan operasionalnya, antara lain, melihat kebaikan, nilai, atau manfaat suatu karya sastra, dan merasakan pengaruh suatu karya ke dalam jiwa. (3) Tahap pemahaman. Tindakan operasionalnya adalah meneliti dan menganalisis unsur intrinsic dan unsur ekstrinsik suatu karya sastra, serta berusaha menyimpulkannya. (4) Tahap penghayatan. Tindakan operasionalnya adalah menganalisis lebih lanjut akan suatu karya, mencari hakikat atau makna suatu karya beserta argumennya; membuat tafsiran dan menyusun pendapat berdasarkan analisis yang telah dibuat. (5) Tahap penerapan. Tindakan operasionalnya adalah melahirkan ide baru, mengamalkan penemuan, atau mendayagunakan hasil operasi dalam mencapai material, modal, dan struktural untuk kepentingan sosial, politik, dan budaya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui peran media video streaming dalam memberikan contoh konkret akan memudahkan mahasiswa mengamati dan memudahkan pengampu mata kuliah menyajikan bahan diskusi atau apresiasi. Video streaming puisi merupakan contoh riil betuk karya sastra yang dapat dikaji.Kajian sastra terkait pembacaan dan penulisan puisi dapat dimulai dengan pengamatan, pemahaman, dan akhirnya diperoleh suatu gambaran tentang pelahiran dan keindahan puisi tersebut.Dari sinilah menulis kritik dapat dimulai.
IV.
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian Penelitian berdesain penelitian deskriptif dengan penerapan tindakan kelas (PTK).Penelitian dilakukan berdasarkan penerapan media pembelajaran untuk memperbaiki hasil pembelajaran kritik sastra, terutama pada pokok bahasan menulis kritik. Melalui tindakan perbaikan berdasarkan refleksi, pengampu mata kuliah dapat mencari jalan terbaik untuk memaksimalkan hasil dan proses belajar. Seperti yang dinyatakan Carr dan Kemiss (dalam Mc Niff, 1992:2), penelitian tindakan kelas adalah suatu upaya penelitian refleksi diri secara kolektif yang melibatkan partisipan baik itu siswa, guru, atau pun kepala sekolah dalam situasi social dengan tujuan mengembangkan rasionalisasi praktik pendidikan yang sedang dialami guru. Sedangkan Mc Niff (1992:4), berpendapat bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah pendekatan untuk meningkatkan pendidikan melalui perubahan dengan mendorong guru untuk menyadari praktik mengajar mereka, kritis terhadap praktik mengajar yang dilakukan, dan siap terhadap perubahan. Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap. Sesuai pendapat Kemmis, S. dan Mc Taggart, R. (1988:11), dalam setiap siklus selalu ada aktivitas dasar yaitu ide awal, analisis, menemukan masalah umum, perencanaan umum tindakan, mengembangkan langkah tindakan, melaksanakan langkah tindakan, mengevaluasi langkah tindakan, dan merevisi perencanaan umum. Berdasarkan siklus dasar ini peneliti mengadakan perbaikan-perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Rancangan penelitian ini mengacu pendapan Lewin dengan beberapa langkah yang dilakukan.Langkah-langkah tersebut yakni studi pendahuluan, persiapan tindakan, melaksanakan tindakan, dan refleksi. Pada
studi
pendahuluan,
dilakukan
identifikasi
permasalahan
pembelajaran, baik permasalahan yang ada pada siswa, guru, maupun dalam proses perencanaan. Setelah itu diadakan analisis hasil permasahan dan diperoleh penemuan bahwa perlu diterapkan media pembelajaran riil untuk memperbaiki kualitas
kemampuan
mahasiswa
dalam
memahami dan
menulis
kritik
sastra.Perencanaan tindakan kelas dilaksanakan bersama antara pengampu mata kuliah
dan
peneliti.Rencana
tindakan
dilakukan
dalam
siklus-siklus
pembelajaran.Setiap selesai melakukan tindakan, pengampu mata kuliah dan peneliti mengadakan refleksi untuk melaksanakan tindakan selanjutnya sehingga tujuan tercapai yakni 80 persen siswa dapat menulis kritik dengan baik dan mendapat nilai akhir minimal B (70-79). Penelitian bersifat diskriptif karena akan mendiskripsikan bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan media pembelajaran video streaming puisi.
4.2 Diskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini pada umumnya dilaksanakan pada mahasiswa semester V, yakni mahasiswa angkatan 2010. Namun peserta perkuliahan tidak hanya semester V, terdapat juga mahasiswa tingkat akhir (angkatan 2006) yang memprogram ulang mata kuliah ini. Peserta perkuliahan berjumlah 60 orang yang terdiri dari 21 mahasiswa dan 39 mahasiswi.Dari 60 peserta tersebut, 2 diantaranya mahasiswa angkatan 2006 dan sisanya angkatan 2010.Dalam pelaksanaan selanjutnya dua mahasiswa angkatan 2006 tersebut tanpak tidak aktif mengikuti perkuliahan.Sedangkan mahasiswa
dan
mahasiswi
angkatan
2010
aktif
melaksanakan
perkuliahan.Keaktifan terbukti dengan kehadiran, penyelesaian tugas, UTS, UAS, dan partisipasi dalam perkuliahan. Peserta perkuliahan 80 persen berasal dari luar kota Jember dan 20 persen berasal dari kota Jember dan sekitarnya (Semboro, Tanggul, Kencong, dan sekitarnya).Sebagian dari peserta berlatarbelakang ekonomi bagus.Orang tua mereka bekerja sebagai PNS,
karyawan swasta, TNI, pedagang,
petani.Beberapa diantara mahasiswa
mendapat
beberapa
beasiswa
dan yang
ditawarkan oleh UNEJ. Semua peserta perkuliahan mampu mengakses internet dengan aktif, memiliki komunitas di Facebook dan jejaring sosial lain, bergabung dalam
mengakses cyber sastra dan memiliki buku referensi dan penunjang mata kuliah kritik sastra yang dianjurkan pengampu mata kuliah. 4.3 Deskripsi Per Siklus 4.3.1 Siklus I Pada siklus I ini, mahasiswa akan mendapat materi langkah-langkah menulis kritik melaksanakan menulis kritik. Siklus I diawali dengan persiapan, pelaksanaan, dan refleksi.Pada langkah persiapan pengampu mata kuliah melaksanakan persiapan RPP yang berisi pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan media video streaming (RPP terlampir). Pada siklus I ini, pengampu mata kuliah menyajikan
beberapa video streaming yang
diperlukan denga power point pembelajaran kritik sastra. Beberapa video streaming puisi tersebut berasal dari karya guru dan mahasiswa yang berhasil di unggah.Siklus I ini dilaksanakan pada Kamis, 4 Oktober 2012, pukul 08.55 s.d. 10.45. Pada langkah tindakan guru menyajikan materi dan menayangkan video streaming pemabacaan puisi dan mengevaluasi keaktifan dan partisipasi peserta perkuliahan.Setelah itu, mahasiswa menulis kritik sastra. Langkah akhir ialah refleksi yang dilakukan oleh pengampu mata kuliah dan peneliti. Pada langkah ini ditemukan beberapa kelemahan pelaksanaan media pembelajaran yang akan diperbaiki pada siklus II.
4.3.2 Siklus II Siklus ini merupakan siklus lanjutan yang berisi trik untuk memperbaiki langkah tindakan pada siklus I, siklus II dilaksanakan pada Kamis, 18 Oktober 2012, pukul 08.55 s.d. 10.45.pada pelaksanaannya dihadiri 58 mahasiswa. 2 mahasiswa angkatan 2006 tidak hadir dalam perkuliahan ini. Pada siklus ini, sebagai permulaan, pengampu mata kuliah dan peneliti melakukan diskusi untuk menghindari kelemahan siklus I, setelah itu, diketahui bahwa kelemahannya ialah ketidakjelasan penulisan kritik, pemberian motivasi, dan beragamnya video streaming yang diunggah
sehingga mengurangi keobjektifan. Disamping itu, lemahnya sinyal wifi juga mengganggu efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu, pada siklus II ini pengampu mata kuliah dan peneliti berkeinginan memperbaiki dengan langkah penerapan sebagi berikut, (1) mengunduh terlebih dahulu file video streaming, (2) memilih video streaming yang dapat mewakili sebagi objek menulis kritik. Dalam hal ini ditemukan video streaming W. S. Rendra berjudul “Kupanggil Namamu” yang akan dijadikan objek penulisan kritik, (3) menjelaskan melaksanakan penulisan kritik, metodenya, dan formatnya; (4)
memotivasi
mahasiswa
untuk
menulis
dengan
baik
termasuk
memperhatikan ejaan dan tata bahasa. Pada langkah akhir, refleksi, peneliti dan pengampu mata kuliah berdiskusi untuk menganalisis kemajuan dan memutuskan untuk melanjutkan atau menghentikan prosedur tindakan kelas.
4.4 Keberhasilan Pelaksanaan Siklus Seperti telah diuraikan sebelumnya, perjalanan penelitian ini dinyatakan usai jika telah dipenuhinya syarat keberhasilan.Penelitian yang dilaksanakan dua siklus ini dinyatakan berhasil apabila (1) 80 persen peserta perkuliahan mendapat nilai 70 keatas. Hal tersebut diperoleh dengan dasar perolehan nilai B dimulai dari nilai 70 dan A dari 80. Dibawah 70 peserta akan mendapat nilai C, D, atau E, dengan besaran nilai yang telah ditentukan; (2) sebanyak kurang 80 persen mahasiswa menyatakan aplikasi media pembelajaran ini menyatakan kelayakan media dan kemudahan belajar dengan media video streaming ini.
4.5 Instrumen Penelitian Alat yang diguanakan untuk menjaring data penelitian ini ialah tes menulis kririk sastra dalam lembar kerja yang disediakan mahasiswa sendiri. Penilaian penulisan didasarkan ketepatan penilaian, unsur kajian, ketajaman pembahasan, relevansi dengan bidang sastra lain, dan ejaan serta tata bahasa pada hari-hari pelaksanaan siklus tersebut, instrument berikutnya ialah wawancara
tentang keefektifan media dari segi tampilan, estimasi waktu, dan nilai akademis media sebagai penyampai dan objek materi kritik sastra.
V.
HASIL DAN ANALISIS DATA
5.1 Deskripsi Pelaksanaan Media Pembelajaran Siklus I Siklus I, yang dilaksanakan tanggal 4 Oktober 2012.Pada siklus I dihadiri 58 mahasiswa angkatan 2006 yang memprogram ulang untuk perbaikan tidak hadir. Dari catatan peneliti ditemukan langkah pertama, pengampu menjelaskan langkah-langkah kerja menulis kritik dari menyiapkan kertas kerja menulis kritik yang diawali dengan pengamatan objek kritikan hingga pemahaman terhadap karya sastra serta cara melihat dengan cermat esensi karya sastra.Pada siklus ini pengampu menggambarkan pentingnya memahami hidup penulis karya sastra untuk mempertajam kritikan.Pada pelaksanaan terdapat pertanyaan. Pertanyaan pertama, berasal dari Yuris (2010) yang menanyakan seberapa besar kehidupan pengarang dituangkan dalam tulisan kritik?, dan pertanyaan kedua berasal dari Wahyu (2010) yang menanyakan seberapa popular tulisan kritik di Indonesia? Mengapa majalah tidak pernah memuat tulisan kritik?. Dan apa perannya dalam pembelajaran. Pertanyaan tersebut dijawab dengan baik dan peserta perkuliahan merasa puas dengan jawaban pengampu mata kuliah. Pada penerapan media, sebagai langkah pelaksanaan selanjutnya, pengampu menayangkan video streaming beberapa pembacaan puisi dan berbagai sumber.Hal tersebut membuat pembelajaran tidak efektif karena banyaknya yang ditayangkan
membuat
peserta tidak
banyak
waktu mengamati.Terlebih,
ketidaktajaman sinyal karena banyaknya pengguna dan tidak strategisnya kelas membuat penayangan terputus, kalaupun tersambung harus dilakukan dengan sabar karena gangguan buffering dari server menghambat penyajian video streaming. Dari hasil tulisan kritik mahasiswa hanya 17 orang yang mampu menuntaskan pekerjaannya dengan nilai di atas 70.Sisanya menyatakan belum mampu menyelesaikan pekerjaannya karena masalah tersebut.Namun mereka tetap mengakhiri pekerjaannya denga memberikan kalimat penutup yang relevan.Namun, hal tersebut tidak mengindikasikan mereka telah menuntaskan
pekerjaannya sehingga mereka mendapat nilai dibawah 70 (bervariasi antara 6068). Dari hasil wawancara dengan peserta perkuliahan, diketahui bahwa mereka (1) merasa tidak nyaman dengan ketidaktajaman sinyal dan buffering, (2) tidak jelas dengan tugas yang diberikan, (3) bingung menentukan objek tulisan kritik, (4) merasa lemah dengan ejaan dan tata bahasa. Kondisi ini perlu diperbaiki dengan perbaikan pada siklus kedua.Melihat kondisi tersebut peneliti menganjurkan dan membantu pengampu untuk memperbaiki masalah tersebut.
5.2 Deskripsi Pelaksanaan Media Pembelajaran Siklus II Dari permasalahan pada siklus I, peneliti menyarankan untuk menyiapkan media sebelum pelaksanaan perkuliahan.Peneliti dan pengampu mengunduh terlebih dahulu satu video streaming yang dianggap mewakili. Dipilihlah video streaming W. S. Rendra berjudul “Ku panggil Namamu” yang akan dijadikan objek tulisan kritik mahasiswa. Dalam kegiatan persiapan, pengampu
menyiapkan
tayangan
dengan
semaksimal-maksimalnya
agar
pelaksanaannya tidak terlambat. Pada pelaksanaannya, pengampu menayangkan dengan lancar dan mahasiswa memiliki waktu yang cukup untuk mengamati obyek tulisannya. Selanjutnya pengampu memperjelas tugas dengan mendeskripsikan tulisan kritik, format, cara melihat bagian yang perlu ditekankan untuk menguatkan kritik, dan memotivasi mahasiswa dengan ejaan dan tata bahasa yang baik berdasarkan contoh tulisan mereka sebelumnya untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pada pelaksanaannya, mahasiswa merasa tayangan tersebut lebih baik dari diskusi bersama pengampu diketahui pemahaman mereka tentang tulisan kritik dan manfaatnya dalam pembelajaran bahasa sudah cukup baik, yang perlu dilakukan ialah pengayaan contoh tulisan kritik dan media autentik obyek tulisan kritik.
5.3 Analisis Hasil Penelitian Dari hasil siklus I diperoleh pada siklus I tidak semua mahasiswa menyelesaikan pekerjaan dengan baik hanya 17 orang atau 28 % menuntaskan pekerjaannya dan sisanya mengumpulkan pekerjaan, namun menyatakan tidak atau belum menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan dengan karakteristik media yang disajikan dengan unggah langsung dari URL yang dihiperlinkkan sebagian besar mahasiswa merasa kurang nyaman dengan media tersebut karena maslah waktu dan ketidak jelasan tayangan karena buruknya sinyal wifi dan buffering, 17% mahasiswa yang mengerjakan pekerjaannya dan mendapat nilai antara 70 s.d. 75 menyatakan terganggu dengan buffering, namun mereka berusaha menjelaskan dalam kritik sastra dengan mencatat cepat isi puisi. Disisi lain mereka menyatakan pekerjaan kurang maksimal. Dengan kondisi tersebut bahwa media pembelajaran tersebut memiliki tampilan yang kurang menarik, terbukti yang menjawab tampilan kurang menarik hampir 97%, dan sisanya menjawab cukup menarik. Dari segi estimasi waktu 100% menjawab estimasi yang diberikan sangat kurang, dan dari segi nilai akademis 95% menyatakan baik, sisanya menyatakan cukup baik. Pada siklus II diperoleh gambaran bahwa perbaikan telah dilakukan berdasarkan hasil refleksi siklus I, perbaikan dilakukan dengan pengemasan tayangan video streaming sebelum ditayangkan; memilih salah satu video streaming yang cukup mewakili; memperjelas metode penulisan dan formatnya; memotivasi masalah ejaan dan tata bahasa untuk meningkatkan kualitas tulisan. Dari langkah tersebut diketahui, pada siklus II pengampu telah melakukan perbaikan dengan tepat sehingga diperoleh hasil 48 dari 58 peserta perkuliahan atau 83% dapat menulis kritik dengan baik dari segi ketepatan penilaian, unsure kajian, ketajaman pembahasan, relevansi dengan bidang sastra lain, dan ejaan serta tata bahasa. Mereka mampu mendapat nilai 70 s.d. 80.Dan sisanya atau 17 % mendapat nilai dibawah 70.Dari yang mendapat nilai yang dibawah 70 dketahui kelemahannya ialah kurang mampunya mereka menyampaikan relevansi karya yang dikritik dengan bidang sastra misalnya sejarah sastra.Bahkan diantara
mereka tidak menyampaikan sama sekali. Hal tersebut membuat mereka memperoleh nilai 65-68. Hasil wawancara pada siklus II ini diperoleh gambaran bahwa siklus II lebih baik daripada siklus I. Media yang ditetapkan memiliki tampilan yang baik karena kelancaran dan kejernihan tampilan sebab tayangan tanpa buffering.Hal ini terbukti dengan jawaban peserta perkuliahan yang menyatakan tempilan pembelajaran baik, sangat baik sebanyak 95% dan sisanya menyatakan cukup baik.Dari segi estimasi waktu 80% menyatakan cukup, dan sisanya menyatakan kurang. Dari segi nilai akademis masih sama seperti siklus sebelumnya 96 % menyatakan baik dan memiliki nilai akademis positive dan sisanya 4% menyatakan cukup. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa keberhasilan media dari kemampuan peserta menulis kritik sebesar 52%.Artinya, perbaikan siklus II dari siklus I meningkat 52%. Sementara nilai keberhasilan media dari umpan balik peserta pekuliahan, perbaikan media pembelajaran meningkat dari segi tampilan meningkat 92%, dari segi estimasi meningkat 80%, dan dari segi nilai akademis meningkat 1%.Jadi diukur rata-rata peningkatan media pembelajaran dari wawancara dengan mahasiswa sebesar 58%. Kemajuan perbaikan media video streaming persiklus dapat digambarkan sebagai berikut,
Sedangkan kemajuan kemampuan peserta perkualiahan menulis kritik sastra pada siklus I dan II dapat diamati pada chart berikut,
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Dari hasil dan analisis penelitian tersebut dapat diketahui perbaikan pelaksanaan media pembelajaran video streaming berhasil meningkatkan kemampuan menulis kritik mahasiswa.Semula pengampu menyatakan menulis kritik pada angkatan sebelumnya sulit terukur keobyektifannya karena mereka menggunakan obyek yang kurang tepat.Disamping itu, mahasiswa manyatakan jika tanpa media pembelajaran video streaming, pembelajaran tidak berjalan dengan lancar karena mereka tidak mendapat obyek yang memadai.Sebelumnya pun, perkuliahan kritik sastra kurang menarik karena tidak didukung media yang menunjang dan menarik. Peningkatan perbaikan media dengan video streaming W. S. Rendra diketahui meningkatkan kemampuan menulis kritik dengan peningkatan keberhasilan menulis kritik sebesar 52%.Sementara kemajuan perbaikan media dari tanggapan mahasiswa atau peserta perkuliahan sebesar 58%.Kelemahan media kritik diindikasi kemampuan memnghubungkan tulisan kritik dengan kajian sastra seperti sejarah sastra atau latar belakang penulis atau sastrawan.Menurut pengampu faktor penyebabnya ialah rendahnya kemampuan membaca mahasiswa terkait materi sastra.
6.2 Saran Untuk mengaplikasikan media ini, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yang
dalam
hal
ini
dijadikan
saran
dari
peneliti
dan
pengampu.Pertama, media ini membutuhkan ketajaman sinyal wifi atau jejaring internet yang bagus yang mengunduh atau menyajikan langsung.Jika tidak memungkinkan menyajikan langsung dari alamat URL yang dihyperlinkkan, pengguna media dapat mengunduhnya dari menghyperlinkkan dengan file biasa.Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media ini ialah pilihan materi harus memungkinkan untuk dicermati atu memiliki tingkat kesulitan sesuai kemampuan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, Alwi Atma. 2010. “Kritik Sastra Puisi” dalam Blog Media Sastra.
Arsyad. 2004. Media Pembelajaran.Jakarta : PT. Raja Grenvendo Persada Karya Aksara. Criticos, C. 1996. Media Selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Esd.): Internasional of Encyclopedia Educational Technology, 2nd edition. New York : Elsevier Science, Inc. Damono, Sapardi Djoko. 1999. Politik, Ideologi, Sastra Hibrida.Jakarta : Pusaka Firdaus. Hardjana, Andre. 1983. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Heinich, R., Molenda, M., Russel, J. D., & Smaldino, S. E. 2002. Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Ibrahim, H. 1999. “Pemanfaatan dan pengembangkan media slide pembelajaran”. Bahan ajar.Disajikan dalam pelatihan produksi dan penggunaan media pembelajaran bagi dosen MDU Universitas Negeri Malang, 8 Februari s. d. 6 Maret 1999. Pradopo, Rachmad Djoko. 1994. Prinsip-prinsipKritik Sastra. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
RENCANA PEMBELAJARAN
1. Mata Kuliah / Kode
: KRITIK SASTRA / KPI1530
2. Semester / SKS
:V/2
3. Standar Kompetensi
: mahasiswa dapat melakukan aktivitas kritik sastra yaitu penafsiran, analisis, dan penilaian terhadap karya sastra.
4. Materi Pokok
: Aktivitas kritik sastra / Teori Kritik Sastra
5. Waktu
: 12 X 50 menit
6. Kompetensi Dasar
: Mahasiswa dapat memahami dan menulis
kritik terhadap karya sastra 7. Rincian Materi Pembelajaran :
a. Penafsiran
a. Penafsiran berdasarkan orientasi sastra b. Penafsiran berdasarkan kerangka semiotic
b. Analisis
a. Analisis struktur lapis norma karya sastra b. Analisis struktural hubungan antarunsur karya sastra
c. Penilaian
a. Aliran-aliran Penilaian b. Penilaian berdasarkan orientasi karya sastra c. Criteria penilaian karya sastra
8. Model Pembelajaran Nama Model
: Pembelajaran Kontekstual
Landasan Teori
: Konstruktivisme
Langkah-langkah Pokok
:
Membentuk 6 kelompok diskusi
Orientasi konsep-konsep penting materi pembelajaran
Eksplorasi bahan pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan
Identifikasi dan klasifikasi Aktivitas Kritik sastra / Teori Kritik sastra
Analisis hasil identifikasi dan klasifikasi
Presentasi hasil analisis
9. Media : Laptop, LCD untuk presentasi, Video streaming (Puisi W. S. Rendra), dan makalah yang dibagikan pada mahasiswa. 10. Penilaian : (a) Proses, Metode : diskusi (b) Hasil belajar, Metode : penugasan; 11. Sumber Bacaan
Hardjana, Andre. 1981.Kritik Sastra, Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia
Pradopo, Rahmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, metode Kritik dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Pradopo, Rahmat Djoko. 2007. Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Teeuw, A. 1983.Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia
Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1968. Theory of Literature. Penguin Books: Harmonclsworth, Middlesex.
12. Proses Pembelajaran Pertemuan 2-3 Proses Pendahuluan
Langkah-langkah Pembelajaran
Apersepsi dengan mengingatkan
waktu 20
kembali materi yang telah diterima pada minggu lalu tentang pengertian kritik sastra.
Menjelaskan aktivitas kritik sastra sebagai tri tunggal yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Penyajian
Mendiskusi garis besar materi
140
pembelajaran entang pengertian penafsiran dan macam-macam penafsiran yaitu berdasarkan orientasi sastra dan penafsiran berdasarkan kerangka semiotic.
Memberi kesempatan kepada mahasiswa mengemukakan pandangannya setelah mengikuti penjelasan materi dari pemakalah.
Penutup
Memberikan pemantapan berupa klasifikasi, penegasan, dan atau penyimpulan materi aktivitas pembelajaran.
20
Proses Pembelajaran Pertemuan 4-5 Proses pendahuluan
Langkah-langkah Pembelajaran
Apresepsi dengan mengingatkan
waktu 20
kembali materi yang telah diterima pada minggu lalu tentang aktivitas kritik sastra sebagai tri tunggal yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Penyajian
Mendiskusikan garis besar materi
140
pembelajaran tentang pengertian analisis dan macam-macamnya misalnya analisis struktur lapis norma karya sastra dan analisis structural hubungan antar unsure karya sastra.
Member kesempatan kepada mahasiswa mengemukakan pandangannya setelah mengikuti penjelasan materi dari pemakalah.
Penutup
Memberikan pemantapan berupa klarifikasi, penegasan, dan atau penyimpulan materi aktivitas pembelajaran.
20
Proses Pembelajaran 6-7 Proses Pendahuluan
Langkah-langkah Pembelajaran
Apresepsi dengan mengingatkan
Waktu 20
kembali materi yang telah diterima pada minggu lalu tentang penafsiran dan analisiskarya sastra sebagai bagian dalam melakukan penilaian terhadap karya sastra. Penyajian
Mendiskusikan garis besar materi
140
pembelajaran tentang pengertian penilaian, aliran-aliran penilaian, penilaian berdasarkan orientasi karya sastra, criteria penilaian karya sastra.
Memberi kesempatan kepada mahasiswa mengemukakan pandangannya setelah mengikuti penjelasan materi dari pemakalah.
Penutup
Memberikan pemantapan berupa
20
klarifikasi, penegasan, dan atau penyimpulan materi aktivitas pembelajaran.
Proses Pembelajaran Pertemuan 7-8 Proses Pendahuluan
Langkah-langkah Pembelajaran
Apresepsi dengan mengingatkan kembali materi yang telah diterima pada minggu lalu tentang tiga aktivitas kritik sastra yang saling berjalinan dalam menulis kritik.
Menyaksikan Video Streamming Puisi
Waktu 20
W. S. Rendra Berjudul……… Penyajian
Menuliskan kritik Puisi W. S. Rendra
140
dengan analisis yang menggunakan pendekatan structural (teori lapis norma Roman Ingarden) dan melakukan penafsiran (interpretasi) bahasa yang digunakan dalam puisi sehingga mudah dipahami oleh penikmat sastra serta memberikan penilaian berdasarkan Kriteria estetik dan ekstra estetik sehingga dapat menemukan kesimpulan bahwa puisi W. S. Rendra bernilai sastra tinggi atau indah atau sebaliknya.
Mendiskusikan hasil kritik yang dilakukan secara perseorangan.
Memberi kesempatan kepada mahasiswa mengemukakan pandangannya setelah mengikuti penjelasan materi dari pemakalah.
Penutup
Memberikan pemantapan berupa klarifikasi, penegasan, dan atau penyimpulan materi aktivitas pembelajaran.
20