LAPORAN PENELITIAN MANDIRI
Analisis Kelaikan Pengoperasian Bus Trans Sarbagita Koridor - I Trayek Kota - GWK
Nama Peneliti : Ir. I Gusti Putu Suparsa, MT.
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 2016
Penelitian Dilakukan Secara Swadana Dengan Bantuan Data Dari UPT Trans Sarbagita Dinas Perhubungan Provinsi Bali
KATA PENGANTAR
SARBAGITA adalah wilayah aglomerasi kota metropolitan yang terdiri dari 4 (empat) kabupaten/kota, meliputi Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan. Trans Sarbagita adalah sistem angkutan umum masal yang dioperasikan untuk melayani mobilitas masyarakat di wilayah Sarbagita sebagai alternatif pilihan untuk berpindah moda dari penggunaan kendaraan pribadi yang tidak efisien. Kota metropolitan Sarbagita akan dilayani oleh 17 (tujuh belas) trayek utama dan 36 (tiga puluh enam) trayek cabang dan ranting yang berfungsi sebagai trayek pengumpan (feeder route). Salah satu trayek yang sudah beroperasi adalah trayek Kota Denpasar – GWK (PP) selanjutnya dikenal sebagai koridor I. Dalam pengoperasiannya hampir 4 (empat) tahun terakhir banyak terjadi kerusakan pada bus, dimana suku cadangnya (sparepart) sulit didapatkan karena agennya sudah tidak berada di Bali. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan kajian untuk mendapatkan informasi, data dan fakta penyebab terjadinya kerusakan bus serta mencari alternatif solusi berdasarkan kondisi yang ada. Untuk maksud tersebut dilakukan penelitian secara swadana melakukan kajian Kelaikan Teknis dan Operasional Bus Trans Sarbagita Koridor – I. Kami berharap laporan akhir ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk memperbaiki Standar Pelayanan Minimal (SPM) bus Trans Sarbagita.
Denpasar, Maretr 2016. Penulis
i
ABSTRAK
Kota Denpasar dan sekitarnya (greater Denpasar) yang beraglomerasi menjadi kota metropolitan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan), merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, pemukiman, pendidikan, pariwisata dan beragam kegiatan jasa lainnya. Kondisi tersebut menjadikan kota Denpasar sebagai tujuan pergerakan internal dan eksternal yang menggunakan kendaraan pribadi, sehingga terjadi permasalahan, antara lain : kemacetan dan kesemerawutan lalu lintas terutama pada jam-jam sibuk pagi, siang dan sore hari. Kota Denpasar juga merupakan pusat bisnis dan perdagangan mempunyai skala baik lokal, regional maupun internasional, sehingga arus lalu lintas perdagangan yang keluar masuk kota Denpasar cukup tinggi. Semenjak tahun 2010 Pemerintah Provinsi Bali telah mengoperasikan Angkutan Umum Trans Sarbagita dengan moda bus sedang pada koridor-I, trayek Kota – GWK, tetapi dalam pengoperasiannya bus sering mengalami kerusakan teknis, sehingga belum memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM). Tujuan penelitian adalah mengkaji kelaikan operasional Angkutan Umum Trans Sarbagita dengan pendekatan kondisi lalu lintas dan geometrik jalan pada lintasan/trayek dan merekomendasikan kebijakan dalam jangka pendek. Hasil yang didapat dari kajian berdasarkan data kerusakan komponen yang terjadi pada bus Trans Sarbagita yang berumur kurang dari 5 tahun dapat dijelaskan sebagai berikut : Pada kondisi normal (tidak sering mengalami kemacetan dan lintasan trayek pada ruas jalan relatif datar) kerusakan komponen bus umumnya disebabkan oleh beban kerja kendaraan sudah melebihi batas penggunaannya (Km). Pada kondisi operasional bus sering terjebak kemacetan (congestion) dalam lalu lintas yang bercampur (mixed traffic), terutama pada lintasan trayek bus dikota Denpasar kerusakan akan dipercepat karena sering terjadi pergantian perseneling dan pengereman yang mempercepat terjadi keausan pada komponen bus akibat gesekan internal. Pada kondisi geografis dengan geometrik jalan yang sulit seperti pada tanjakan dan turunan sampai 10% disekitar kampus Universitas Udayana dan Politeknik Negeri Bali menuju GWK beban kerja mesin bus pada transmisi kecil (rpm rendah) untuk pembebanan yang bertambah berat akibat beban tambahan menghidupkan sistem pendingin (AC), geometrik jalan maupun kelebihan daya angkut sehingga memerlukan torsi yang besar. Kerusakan komponen/sparepart bus secara signifikan sangat ditentukan oleh kualitas dari material yang digunakan, tetapi tidak bisa dilihat secara langsung dan harus dilakukan pengujian dilaboratorium. Untuk menghindari kerugian berikutnya yang ditanggung oleh operator akibat kerusakan dini dari komponen bus Trans Sarbagita koridor I, maka direkomendasikan untuk mengganti dengan bus yang kualitasnya sesuai dengan kondisi lalu lintas dan geometrik jalan pada lintasan trayek dan bus yang ada sekarang dipindahkan untuk melayani trayek yang lebih pendek dan kondisi geometrik yang relatif datar. Kata kunci : angkutan publik, bus trans sarbagita, karakteristik lingkungan operasional dan kerusakan bus.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………... DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………. 1.2 Maksud dan Tujuan …………………………………………………………….. 1.3 Lingkup Pekerjaan ……………………………………………………………...
Halaman i ii 1 2 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pilihan Moda Angkutan Umum ……………………………………………….. 2.2 Indikasi Teknis Bus Trans Sarbagita ………………………………………….. 2.3 Alternatif Moda Bus Trans Sarbagita ………………………………………….. 2.4 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bus Trans Sarbagita ……………………… 2.5 Tingkat Kemandirian Moda (ROW) …………………………………………… 2.6 Pendekatan Aspek Legal ……………………………………………………….. 2.7 Kondisi Lingkungan Lalu Lintas ………………………………………………. 2.8 Kerusakan dan Perbaikan Bus Trans Sarbagita ………………………………..
3 4 6 6 12 14 14 17
BAB III METODOLOGI 3.1 Pendekatan Analisis Teknis Bus Trans Sarbagita ……………………………… 3.2 Pendekatan Geografis Lintasan Bus Trans Sarbagita ………………………….. 3.3 Kerangka Analisis ………………………………………………………………
25 27 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pentingnya Angkutan Umum Trans Sarbagita ………………………………… 4.2 Kerusakan Komponen Bus Trans Sarbagita ……………………………………
30 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan …………………………………………………………………….. 5.2 Saran ……………………………………………………………………………
32 32
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………
33
ii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Denpasar sebagai bagian wilayah SARBAGITA merupakan kawasan strategis yang menjadi pusat petumbuhan dan perputaran perekonomi di Bali sehingga banyaknya tarikan perjalanan di kawasan tersebut tidak dapat dihindari. Pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi terus meningkat tidak sebanding dengan pembangunan jalan baru, sementara angkutan umum dalam beberapa tahun belakangan keberadaannya semakin marjinal. Dalam rangka memberdayakan kembali layanan angkutan umum yang sudah sangat terpuruk, maka perlu dilakukan berbagai macam terobosan guna menyediakan alternatif pelayanan kepada masyarakat yang memenuhi standar kualitas dan dengan tarif yang terjangkau (affordable). Untuk mengatasi masalah tersebut Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi Provinsi Bali merekomendasikan pengoperasian angkutan umum masal yakni Trans Sarbagita merupakan angkutan umum dalam trayek dengan asal – tujuan dan rute tetap, meliputi 17 trayek utama dan 36 trayek cabang dan ranting sebagai trayek pengumpan (feeder route). Cakupan wilayah yang akan dilayani oleh Trans Sarbagita adalah wilayah Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan merupakan wilayah aglomerasi yang menjadi pusat kegiatan ekonomi dan pariwisata di Provinsi Bali. Menindak lanjuti SK Gubernur Bali No 1186/03-F/HK/2010 Tanggal 11 Nopember 2010 Tentang Trayek Angkutan Publik Trans Sarbagita, pada tanggal 18 Agustus 2011 (Koridor II) mulai beroperasi dan tanggal 10 Agustus 2012 (Koridor I) mulai beroperasi dan selanjutnya direncanakan seluruhnya 17 koridor yang didukung oleh 11 trayek cabang dan 25 trayek ranting. Sampai sekarang bus Trans Sarbagita baru beroperasi pada 3 trayek utama/koridor, yaitu koridor I : melayani rute Kota – GWK (PP), koridor II : melayani rute Batubulan - Nusa Dua (PP) dan koridor VIII : melayani rute Terminal Pesiapan (Tabanan) – Terminal Mengwi (Badung) – Jalan Raya Kapal – Jalan Mahendradata – Sentral Parkir – Bandara Ngurah Rai (PP). Trans Sarbagita dijadualkan beroperasi mulai pukul 05.00 hingga 21.00 Wita (Dishub Provinsi Bali, 2013). Sampai saat ini dari rencana 17 (tujuh belas) trayek utama dan 36 (tiga puluh enam) trayek cabang/ranting yang berfungsi sebagai trayek pengumpan (feeder) baru beroperasi 6(enam) trayek dan masyarakat belum sepenuhnya beralih menggunakan angkutan umum bus Trans Sarbagita, sehingga kemacetan belum dapat teratasi secara signifikan. Masyarakat yang tinggal jauh dari wilayah cakupan pelayanan dan lokasi halte bus Trans Sarbagita harus beberapa kali berpindah moda dan seringkali para penumpang yang menggunakan bus Trans Sarbagita harus menitipkan kendaraan mereka di sekitar halte Trans Sarbagita tanpa pengawasan yang memenuhi standar keamanan. Untuk mengatasi kendala tersebut pemerintah kota Denpasar telah menyiapkan angkutan pengumpan (feeder) kepada pengguna bus Trans Sarbagita, khususnya 1
koridor I tanpa dipungut biaya untuk memudahkan penumpang menuju halte tanpa harus berkendara. Angkutan pengumpan tersebut memiliki empat trayek yang berada diseputar wilayah kota Denpasar, yaitu trayek TP 01 (GOR Ngurah Rai – Renon), trayek TP 02 (Matahari Terbit – Simpang Teuku Umar), trayek TP 03 (Sanglah - Pemogan), dan trayek TP 04 (Sudirman – Sidakarya). Dalam menarik minat masyarakat menggunakan angkutan umum Trans Sarbagita, diperlukan berbagai fasilitas penunjang, salah satunya adalah perlunya membuat sarana kantong parkir (park and ride) di halte Trans Sarbagita. Sampai saat ini halte Kamboja 1 adalah salah satu halte dengan jumlah keberangkatan paling banyak. Banyak penumpang yang mencapai halte tersebut dengan kendaraan pribadi dan menitipkan kendaraannya disekitar halte bahkan banyak juga masyarakat yang batal menggunakan Trans Sarbagita karena tidak mendapat tempat parkir untuk kendaraannya. Koridor I (melayani trayek Kota – GWK) dengan menggunaka bus sedang sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 tahun 2003. Bus yang akan dioperasikan merupakan bantuan dari pemerintah pusat (Kementerian Perhubungan) dengan merk Hyundai dari Korea. Berdasarkan pengalaman pengoperasian selama 3 (tiga) tahun dari 2012 – 2015 kendaraan bus sering mengalami permasalahan kerusakan pada komponen bus hingga turun mesin (overhaul). Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan kajian terhadap kelaikan operasi dan kondisi teknis dari bus Trans Sarbagita pada koridor I. 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan hasil evaluasi pengoperasian bus Trans Sarbagita Koridor I trayek Kota Denpasar - GWK (PP) yang diluncurkan oleh Gubernur Bali pada tanggal 10 Agustus 2012, teridentifikasi permasalahan sebagai berikut : a) Hampir semua bus yang beroperasi di koridor I sering mengalami kerusakan, sehingga mengganggu kinerja operasional dan kualitas pelayanan angkutan umum Trans Sarbagita. b) Bus Trans Sarbagita yang beroperasi pada koridor I adalah kendaraan dengan merk Hyundai sebagai Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM), sementara Hyundai sebagai ATPM telah tutup/tidak beroperasi lagi, sehingga dalam penanganan kerusakan yang terjadi pada bus mengalami kendala secara teknis karena kesulitan mendapatkan suku cadang/sparepart. c) Dengan seringnya terjadi kerusakan pada bus akan dilakukan pendekatan melalui tindakan pencegahan dan perbaikan, meliputi kondisi lalu lintas dan lingkungan sepanjang trayek, kondisi geometrik jalan yang melayani trayek dari kota Denpasar – GWK (PP) melalui kampus Universitas Udayana dan Politeknik Negeri Bali di Bukit Jimbaran dan program perawatannya.
2
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian Dalam menganalisis kelaikan kendaraan bus Trans Sarbagita pada koridor I yang melayani trayek Kota Denpasar – GWK (PP) berdasarkan pada acuan kerja (ToR), dibatasi pada identifikasi kondisi yang terjadi dilapangan/praktis karena sering terjadi kerusakan pada komponen kendaraan bus hingga terjadi turun mesin (overhaul) terhadap beban kerja kendaraan bus, kondisi lalu lintas pada trayek dan kondisi geografis lintasan trayek (geometrik jalan).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pilihan Moda Angkutan Umum Angkutan umum adalah angkutan yang disediakan untuk penumpang dan pengoperasiannya diserahkan kepada operator atau perusahan yang berbadan hukum (bukan individu/informal) dalam sistem transit dan/atau paratransit. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2003 untuk angkutan publik yang berbasis jalan raya, moda yang digunakan adalah bus konvensional yang disesuaikan dengan trayek yang dilayani, yaitu trayek utama, trayek cabang dan trayek ranting. Pasal 19, ayat 2 : AKDP (Trayek Lintas Kabupaten/Kota : Trans Sarbagita) a) Jadual tetap; b) Bersifat pelayanan cepat atau lambat; c) Pelayanan dengan bus besar atau sedang; d) Terminal sekurangnya tipe B (asal – singgah – tujuan); e) Jalan yang dilalui sesuai ijin trayek. Pasal 20, ayat 3 : Angkutan Kota Untuk kota yang berpenduduk diatas 500.000 jiwa, trayek utama dan trayek langsung dilayani dengan bus besar, trayek cabang dengan bus sedang dan trayek ranting dengan bus kecil dan/atau mobil penumpang umum. Catatan : Penduduk kota Denpasar hasil sensus tahun 2010 adalah : 788.445 jiwa > 500.000 jiwa dan tahun 2013 adalah 804.950 jiwa.
4
Sumber : Vukan R Vuchic (1985) Diagram 1. Klasifikasi Moda Angkutan Umum
2.2 Indikasi Teknis Bus Trans Sarbagita Berdasarkan data teknis dan kondisi bus Trans Sarbagita yang beroperasi pada koridor I (Trayek Kota – GWK) menggunakan bus ukuran sedang dengan pertimbangan melewati jalan arteri/kolektor sekunder dengan kondisi lalu lintas bercampur (mixed traffic) dengan mobil pribadi dan sepeda motor. Kapasitas bus dengan 23 tempat duduk dalam satu hari masing – masing bus dapat beroperasi sampai 8 round trip dengan faktor muatan rata – rata 40,54%. Tetapi realitas dilapangan pada jam sibuk pagi faktor muatan bisa mencapai 100%. Tenaga penggerak internal combustion engine dengan sistem pengoperasian secara manual.
5
Diagram 2. Diskripsi Angkutan Umum
Tabel 1. Spesifikasi Teknis Angkutan Umum Jenis Pelayanan
Keterkaitan dengan rute dimana moda tersebut dioperasikan, misalnya : jalan arteri, jalan kolektor/distributor dan jalan lokal Right Of Way (ROW) Tingkat kemandirian moda pada rutenya, diklasifikasikan menjadi ROW : A, ROW : B dan ROW : C Jenis Teknologi Dikaitkan dengan ROW dan bagimana mekanisme antara moda tersebut dengan track, road base, rail base, cable. Jenis support : supported, suspended. System guidance : stir (2-derajat kebebasan), guided rail (1-derajat kebebasan) Kapasitas Angkut Kemampuan per satuan waktu (p2hpd) Tenaga Penggerak Internal combustion engine (ada gesekan), electrical motor (ada gesekan), magnetic gravitation (seperti diatas fluida) – TGV, air propulsion, jet (paling canggih) dan non motorized (paling tidak canggih) Sistem Pengoperasian Manual, semi otomatis dan otomatis Sumber : Vukan R. Vuchic (1985)
6
2.3 Alternatif Moda Bus Trans Sarbagita Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2003 pilihan teknologi angkutan publik yang berbasisi jalan raya berdasarkan kepada jenis trayek yang dilayani. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. 274/HK.105/DRJD/96 menentukan pilihan teknologi bus berdasarkan klasifikasi trayek dan ukuran kota/jumlah penduduk Table 2. Pilihan Teknologi
Untuk angkutan public Trans Sarbagita koridor I (Trayek Kota – GWK) penentuan pilihan teknologi bus tetap menggunakan acuan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor Km 35 Tahun 2003 berdasarkan pada jenis trayek yang dilayani.
2.4 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bus Trans Sarbagita Undang Undang No. 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan wajib menjamin tersedianya angkutan umum yang selamat, aman, nyaman, dan tarif terjangkau. Untuk maksud tersebut, Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi Provinsi Bali, telah membuat kajian akademik terhadap permasalahan Angkutan Umum di wilayah Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita) dan direkomendasikan untuk meningkatkan peran angkutan umum dengan melakukan penataan, peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan angkutan umum mencakup 17 Trayek Utama, 11 Trayek Cabang dan 25 Trayek Ranting sebagai satu kesatuan sistem jaringan pelayanan angkutan umum dengan Sistem Pembelian Layanan yang disebut Angkutan Umum Trans Sarbagita. 7
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan akan dapat dicapai secara efektif dan efisien, memerlukan adanya standar pelayanan minimal sebagai pedoman dan tolok ukur penilaian dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Untuk maksud tersebut, maka disusunlah Standar Pelayanan Minimal (SPM) Angkutan Umum Trans Sarbagita dan mengacu pada azas-azas manajemen pelayanan publik dalam kontek transportasi, sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik dalam hal keamanan, keselamatan, kelancaran, kenyamanan, kehandalan, tepat waktu dan keterjangkauan kepada masyarakat pengguna jasa transportasi.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Angkutan Umum Trans Sarbagita ini, terdiri atas beberapa standar, antara lain : a. Pelayanan No 1.
Indikator Rencana Headway
Definisi Rencana Headway adalah standar maksimal jeda waktu keberangkatan antar kendaraan pada saat peak dan off peak.
8
Tolok Ukur Penetapan Headway di halte ujung rata-rata 15 menit, yaitu 5 menit pada saat peak dan 25 menit pada saat off peak
2.
3.
4.
Ketepatan Headway
Ketepatan jeda waktu keberang katan Deviasi terhadap head antar kendaraan dari yang telah way rencana diukur ditetapkan. dengan standar deviasi (dalam %) realisasi headway. Kecepatan Jarak rute trayek terhadap waktu Kecepatan perjalanan ter perjalanan perjalanan rata-rata. tinggi adalah 50 km/ jam untuk luar kota, & 40 km/ jam untuk dalam kota Waktu me Waktu pemberhentian naikan dan Waktu yang dibutuhkan kendara an kendaraan di halte untuk menurunkan berhenti di halte untuk menurunkan dan menurunkan dan penumpang menaikkan penumpang. menaikkan penumpang (dwel time) maksimal 30 detik (halte kecil) dan maksimal 60 detik (halte besar).
5.
6.
7.
Jarak antara Jarak celah antara pintu ken daraan dan Pintu kenda halte pada saat naik turun penumpang raan dan Halte secara lateral, (jarak antara pintu kendaraan dan pintu halte), vertikal (per bedaan tinggi antara dermaga halte dan lantai kendaraan) dan longitudinal (selisih lebar pintu kendaraan yang terbuka dengan lantai halte yang terbuka) Kehandalan Armada tidak mengalami gangguan Armada kerusakan pada saat beroperasi yang menyebabkan kendaraan berhenti beroperasi.
Konsistensi jam perjalanan
Deviasi jarak celah antara pintu kendaraan dan halte pada saat menaikan/ menurun kan penumpang secara lateral < 15 cm, vertikal < 5 cm dan longitudinal <10 cm.
Maksimum gangguan operasi kendaraan aki bat gangguan operasi/ kerusakan adalah 10 (sepuluh) kejadian dari 200.000 km layanan Ketepatan waktu awal dan akhir Loket ticket dibuka se Operasi Trans SARBAGITA yaitu Jam suai jadwal dimulainya Buka Loket Tiket dan Jam Tutup Loket layanan dan ditutup se Tiket. suai dengan berakhirnya jadwal layanan, khusus nya lokasi–lokasi yang menjadi asal- tujuan.
9
b. Keamanan dan Keselamatan No 1.
Indikator Keamanan di Halte
Definisi Tolok Ukur Angka kriminalitas di Halte adalah Jumlah korban tindak jumlah penumpang di Halte yang kriminal per 250.000 menjadi korban tindak kriminal penumpang mencakup pencopetan, asusila dan lainnya dan divalidasi dengan penerbitan Berita Acara Tindak Kriminalitas
2.
Keamanan di kendaraan
Jumlah korban tindak kriminal per 250.000 penumpang kilometer
3.
Keselamatan di Halte
Angka kriminalitas dihitung dari jumlah penumpang yang menjadi korban tindak kriminal mencakup pencopetan, asusila dan lainnya selama penum pang berada dalam kendaraan dan divalidasi dengan penerbit an berita acara.tindak kriminal Keselamatan di Halte digambar kan dengan Angka kecelakaan/ insiden yang terjadi di Halte dihitung dari jumlah penumpang korban kecelakaan /insiden di Halte.
4.
Keselamatan di Kendaraan
Keselamatan didalam kendara an digambarkan dengan angka kecelakaan/ insiden dalam kendaraan dihitung dari jumlah penumpang korban kecelaka an/ insiden yang terjadi di dalam kendaraan.
Jumlah korban kecela kaan/ insiden per 250.000 penumpang kilometer
5.
Keselamatan di Jumlah korban kecelakaan sepanjang Jumlah korban kecela Jalur Kendaraan rute kendaraan yang berkaitan dengan kaan sepanjang koridor pelayanan. dari 200.000 kilometer layanan
Jumlah korban kecela kaan / insiden per 250.000 penumpang
c. Kemudahan No 1.
Indikator Kemudahan mendapatkan informasi
Definisi Tolok Ukur Kemudahan penumpang/ calon sejumlah 4 informasi penumpang mendapat kan Informasi tersedia secara akurat tentang Trans SARBAGITA melalui dan terbaharui disemua call center, internet, pengumuman halte, kenda raan, call Media lainnya di Halte dan tempatcenter dan internet; 10
tempat lain yang ditentukan
penumpang yang di survey oleh Surveyor Independen puas akan pelayanan kemudahan mendapatkan informasi Trans SARBAGITA Kecepatan waktu tran saksi tiket di loket 5 detik dengan toleransi 20% pada off peak hours atau 20% pada peak hour; penumpang puas da lam hal pelayanan ke mudahan transaksi pembelian tiket penum pang yang disurvey Surveyor Independen
2.
Kecepatan penjualan ticket
Waktu yang diperlukan calon penumpang untuk membeli tiket di loket-loket yang ditentukan. Perhitungan waktu dimulai dari penyerah an uang oleh penumpang sampai ke penerimaan tiket dan uang kembalian.
3.
Kemudahan melaporkan Kehilangan / Menemukan Barang
4.
Kemudahan menyampai kan pengadu an/ member kan saran
5.
Kemudahan akses menu ju /dari halte
Kemudahan penumpang/ calon pelaporan dapat dila penumpang dalam melaporkan yani disetiap Pos yang kehilangan / menemukan barang ditentukan dengan waktu kurang dari 30 menit. Pelaporan direspon dalam kurun waktu < 2 x 24 jam Survei kepuasan penumpang Kemudahan penumpang Tersedia form pengadu menyampaikan pengaduan/ an/saran di setiap halte / memberikan saran kendaraan Pengaduan/ saran di respon dalam kurun waktu < 2 x 24 jam Survei kepuasan penumpang Waktu maksimum yang dibutuhkan Waktu maksimum 5 penumpang dari ujung akses menuju menit. halte, dan sebaliknya, termasuk transit antar halte.
11
6.
Kebersihan di Halte
Keadaan Halte yang bebas dari Halte bersih. kotoran, termasuk di antaranya, debu, Survei kepuasan sampah, dan bau. Kebersihan lantai penumpang berarti secara visual permukaan asli lantai terlihat jelas, tidak ada obyek, partikel, kotoran baik padat maupun cair yang mem pengaruhi kekesatan lantai serta tidak berbau. Kebersihan dinding, atap atau plafon berarti secara visual permuka an asli dinding, atap atau plafon terlihat jelas, tidak ada obyek, partikel, kotoran, atau warna lain padat maupun cair yang menempel serta tidak berbau
d. Kenyamanan No 1.
Indikator Suhu di Halte
2.
Penerangan di Halte
3.
Kebersihan dalam Kendaraan
4.
Kepadatan penumpang dalam Halte
Definisi Tolok Ukur Suhu di Halte sesuai dengan standar Suhu di Halte max 32 C yang ditetap kan Kekuatan cahaya di Halte sesuai Kekuatan cahaya di Halte standar Minimal lebih besar atau sama dengan 100 lux Keadaan Kendaraan yang bebas dari kendaraan bersih. kotoran, termasuk debu, sampah, dan Survei Kepuasan bau. Penumpang Kebersihan meliputi interior dan exterior kendaraan meliputi dinding body, lantai, , jendela, pintu, tempat duduk dan panel-panel di bagian dalam dan luar termasuk peralatan perlengkapan kendaraan lainnya, secara visual permukaan asli bahan terlihat jelas, tidak ada obyek, partikel, kotoran baik padat maupun cair yang mempenga ruhi kekesatan dan kejernihan serta tidak berbau.
Jumlah penumpang maksimum di 5 orang / m2 (off peak), 8 Halte orang/m2 (peak), dan 10 orang / m2 (crush) 12
5.
6.
6.
Kepadatan Jumlah penumpang maksimum di 5 orang / m2 (off peak), penumpang dalam kendaraan dan 8 orang / m2 (peak). dalam Kendaraan Waktu Tunggu
Waktu yang diperlukan oleh penumpang untuk menunggu sampai dapat masuk ke dalam kendaraan baik pada jam tidak sibuk maupun jam sibuk
Kehandalan pramudi
Ketrampilan pramudi mengemudikan kendaraan
Waktu tunggu antara 5 menit (peak untuk halte lain) sampai 15 menit (peak dan off peak untuk halte ujung dan transfer)
dalam Kepuasan penumpang terhadap akselerasi, de selerasi, gerakan me nikung/belok kendaraan 7. Pelayanan Tingkat kepuasan penumpang Penumpang puas terha Petugas terhadap pelayanan Petugas (ticketing, dap pelayanan Petugas satgas, pengemudi, Pramujasa, call yang dalam antrian di center) loket untuk membeli tiket, halte untuk naik ke kendaraan, proses naik turun penumpang di halte dan perjalanan dalam kendaraan. Sumber : UPT. Trans Sarbagita (2015)
2.5 Tingkat Kemandirian Moda (ROW) Bus Trans Sarbagita yang beroperasi pada koridor I (Kota – GWK) merupakan sistem transit dengan moda bus konvensional yang dioperasikan secara manual. Berdasarkan pengoperasian dilapangan, tidak mempunyai jalur/lajur khusus dan masih bercampur dengan kendaraan lainnya (ROW : C), sehingga akan mengganggu kualitas operasional dan tingkat pelayanann sesuai dengan kondisi lalu lintas yang ada pada ruas jalan yang dilalui. Sampai saat ini pengoperasian bus Trans Sarbagita dengan adanya pengendalian beberapa simpang bersinyal (traffic light) yang dikendalikan dari pusat pengendalian lalu lintas (TMC) dikantor Dinas Perhubungan Provinsi Bali hanya memberikan prioritas lampu hijau pada simpang bukan prioritas pada bus Trans Sarbagita karena tidak ada lajus khusus untuk bus.
13
Tabel 3. Tingkat Kemandirian Moda (ROW) ROW
CLASS
MODA
A
Rapid Transit
◙ Monorel ◙ Maglev ◙ Metro
B
Semi Rapid Transit
◙ Bus Way ◙ KRL
C
Transit
◙ Bus Konvensional ◙ Angkot
Sumber : Vukan R Vuchic (1985)
2.6 Pendekatan Aspek Legal Aspek legalitas adalah dasar hukum yang dipakai sebagai acuan dan/atau standar dalam pengoperasian angkutan umum Trans Sarbagita Koridor I, antara lain : a) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; b) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; c) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; d) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; e) Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa f) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; g) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; h) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 ahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum; i) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pokok – Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;
14
j) Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2004, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 4) k) Keputusan Gubernur Nomor 1186/03.F/HK/2010 tentang Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Umum Trans Sarbagita; l) Peraturan Gubernur Nomor 66 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Provinsi Bali (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 66); m) Peraturan Gubernur Bali Nomor 918/07/DPA/2015 tanggal 2 Januari 2015 tentang Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Bali Tahun Anggaran 2015; n) Peraturan Gubernur Bali Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penetapan Tarif Penumpang Angkutan Umum Trans Sarbagita di Provinsi Bali; o) Peraturan Gubernur Bali Nomor 11 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Angkutan Umum Trans Sarbagita. P) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi 2.7 Kondisi Lingkungan Lalu Lintas Terhadap Pengoperasian Bus Trans Sarbagita Lintasan bus Trans Sarbagita pada koridor I dimulai dari halte pemberangkatan di Jalan Kamboja (depan SMA 7 Denpasar) dan halte akhir di GWK (Badung) melintasi ruas jalan dengan lalu lintas bercampur (mixed traffics) dengan volume lalu lintas cukup tinggi dan kecepatan rendah (hambatan samping tinggi). Kondisi tersebut biasanya terjadi pada jam puncak pagi, siang dan sore. Dengan tingkat pelayanan jalan yang rendah dan sering macet pada beberapa ruas jalan dan simpang, dimana bus Trans sarbagita juga terjebak didalamnya.
15
Gambar 1. Halte Pemberangkatan di Jalan Kamboja
Gambar 2. Kondisi Pengoperasian Bus Trans Sarbagita (ROW : C)
16
Gambar 3. Kondisi Penumpang (duduk dan berdiri) Bus Trans Sarbagita Koridor I Sampai saat ini pengoperasian bus Trans Sarbagita pada koridor I (Trayek Kota – GWK) mempunyai pangsa pasar/penumpang potensial melayani civitas akademika (dosen. Pegawai dan mahasiswa) Universitas Udayana dan Politeknik Negeri Bali yang berlokasi di kampus Bukit Jimbaran, disamping penumpang dari masyarakat umum. Berdasarkan kondisi lapangan pada jam puncak pagi faktor muatan (load factor) mencapai lebih dari 100% (duduk dan berdiri), tetapi secara keseluruhan berdasarkan data dari UPT Trans Sarbagita rata – rata faktor muatan sekitar 40,54%.
17
Table 4. Faktor Muatan (Load Factor) Harian Rata – Rata Dalam Satu Tahun
Senin
Umum (orang) 455
Pelajar/Mhs (orang) 460
Jumlah (orang) 915
2.128
Load factor (%) 43,02
Selasa
370
333
703
1.887
37,26
Rabu
380
316
696
1.789
38,92
Kamis
372
359
731
1.724
42,38
Jum'at
263
214
477
1.200
39,77
Sabtu
394
377
771
1.825
42,23
Minggu
418
376
793
1.995
39,76
Rata-rata
379
348
727
1.792
40,54
Hari
Jumlah Seat
Sumber : UPT Trans Sarbagita, 2014
2.8 Kerusakan dan Perbaikan Bus Trans Sarbagita Koridor I Trayek Angkutan Umum Trans Sarbagita koridor I : Kota Denpasar – GWK (PP) menurut rencana dilayani oleh 10 (sepuluh) unit bus ukuran sedang. Data kerusakan dan perbaikan bus berdasarkan laporan dari UPT. Trans Sarbagita selama 30 (tiga puluh) hari kerja dari tanggal 01/09/2015 sampai dengan 30/09/2015. Table 5. Data Operasional Bus Trans Sarbagita Koridor I Tanggal 01/09/2015
02/09/2015
Nomor Bus 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 01 02 03 04 05 06 07 08
Kerusakan
Keterangan
Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin Normal Normal Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin Normal Normal
Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi, pukul 11.55 wita AC rusak Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi 18
03/09/2015
04/09/2015
05/09/2015
06/09/2015
07/09/2015
09 10 01 02 03 04 05 06 07 08 09
Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin Gagal Operasi Normal Normal
10 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 01 02 03 04 05 06
Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin Normal Normal Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin Normal Normal Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin Normal Normal Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin Perbaikan Mesin
Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Per depan kiri No. 2,3 dan 4 patah Operasi Bus dipulangkan ke pool, seling gas putus Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin 19
08/09/2015
09/09/2015
10/09/2015
11/09/2015
07 08 09
Normal Normal Normal
10 01 02 03 04 05
Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Normal
01 07 08 09 10 01 02 03 04 05 06 07
Perbaikan Mesin Normal Normal Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Normal
08
Normal
09 10 01 02 03 04 05 06 07
Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Normal
08 09 10 01 02 03 04 05 04 07 08
Normal Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Normal Normal
Operasi Operasi Operasi, pukul 06.36 wita tali gas macet, operasi mulai pukul 09.10 wita (GOR) Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi, pukul 13.21 wita temperature mesin naik. Selesai dikerjakan di GOR pukul 17.20 wita Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Dipulangkan ke Pool pukul 17.30 wita karena master kopling bocor Operasi shift 2, pagi ganti fan belt AC dan mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi 08.00 wita, menunggu perbaikan kopling Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi shift 2, pgi dilakukan perbaikan dudukan dynamo AC 20
09 10 01 02
Normal Normal Perbaikan Mesin Normal
13/09/2015
03 04 05 06 07 08 09 10 01 02 03 04 05 06 07 08 09
Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Perbaikan AC Normal Normal
14/09/2015
10 01 02
Normal Perbaikan Mesin Normal
03 04 05 06 07 08 09 10 01 02 03 04 05
Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Perbaikan AC Normal Normal Normal Perbaikan Mesin Perbaikan Bosch Pump di Pool Normal Perbaikan Mesin Normal
06 07 08 09 10 01
Perbaikan Mesin Perbaikan AC Normal Normal Normal Perbaikan Mesin
12/09/2015
15/09/2015
16/09/2015
21
Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi, pukul 11.38 wita fan belt AC lepas, dikerjakan di GOR, operasi kembali pukul 16.30 wita Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel AC Operasi Operasi, Bus kembali ke Pool 18.10 wita, Pramudi sakit Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi, fan belt AC kendor, Mesin pincang (GWK) Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel AC Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Sempat beroperasi pukul 15.15 wita Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi, guli – guli stelan perseneleng lepas diseputaran kampus Unud pukul 08.17 wita, Operasi pukul 11.17 wita Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel AC Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin
02 03 04 05 06 07
17/09/2015
18/09/2015
19/09/2015
20/09/2015
08 09 10 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 01 02
Perbaikan Bosch Pump Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Perbaikan AC (Dinamo AC dan Mesin) Normal Normal Normal Perbaikan Mesin Perbaikan Bosch Pump Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Normal Normal Perbaikan Mesin Normal
03 04 05 06 07 08 09 10 01 02 03 04 05 06 07 08
Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan AC
09 10 01 02 03 04 05 06 07
Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Korsleting kelistrikan, KM mati 22
Dikerjakan di Pool Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel AC Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Dikerjakan di Pool Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Bus beroperasi pukul 12.14 wita (GOR) Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Selesai ganti Bosch Pump, operasi pukul 12.45 wita (GOR) Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Pukul 07.55 wita kompresor AC rusak, Di Bengkel AC, Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Dikerjakan di Pool
21/09/2015
22/09/2015
23/09/2015
24/09/2015
25/09/2015
08 09 10 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 01 02 03 04 05
Perbaikan AC Normal Per No.1, 2 an 4 patah Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Korsleting kelistrikan Perbaikan AC Normal
Dibengkel AC Operasi Diperbaiki di Pool Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Dikerjakan di Pool Dibengkel AC Operasi
Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Kelistrikan bermasalah Perbaikan AC Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Perbaikan sistem kelistrikan Perbaikan AC Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Perbaikan sistem kelistrikan Normal Normal Normal Perbaikan Mesin Kampas rem roda depan kiri/kanan aus Normal Perbaikan Mesin Normal
Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Dikerjakan di Pool Dibengkel AC Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Dikerjakan di Pool Dibengkel AC Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Dikerjakan di Pool Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Ganti kampas rem, dikerjakan di Pool
23
Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi
06 07
08
26/09/2015
09 10 01 02 03 04 05 06 07
04 05 06 07 08
Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Normal, pukul 14.35 pegangan dynamo AC patah Normal, fan belt AC kendor pukul 06.10 wita (GOR) Normal, dynamo mesin tidak ngamphere Normal, ban depan kiri bocor pukul 05.00 di Jimbaran Perbaikan Mesin Normal Normal pukul 13.30 wita bus ke Pool Perbaikan Mesin Normal Perbaikan Mesin Normal, Normal
09 10 01 02
Normal Normal Perbaikan Mesin Normal
03 04 05 06 07
Normal Perbaikan Mesin
08 09 10 27/09/2015
28/09/2015
Perbaikan Mesin Normal pecah ban depan kanan pukul 14.38 wita di Bypass Ngurah rai (dekat Tanah Kilap) Normal, ban depan kanan sobek
01 02 03
08 09
Perbaikan Mesin Normal, pukul 15.05 wita perseneling tidak bias masuk Normal Normal, pukul 06.14 wita bout pegangan dynamo AC lepas, semua fan belt juga lepas di Jimbaran 24
Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi, ganti ban, operasi kembali pukul 19.13 wita Operasi, ganti ban luar pukul 20.00 wita (GOR) Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi, ganti pegangan dynamo, kembali operasi pukul 17.30 wita Operasi, dikerjakan di GOR, bus tetap beroperasi Operasi, ganti dynamo mesin pukul 13.10 wita Operasi, ganti ban, operasi kembali pukul 10.00 wita Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi, service ganti olie dan filter Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi, pukul 09.50 wita ke bengkel AC, kencangkan fan belt, bus tetap operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi pada shift 1 saja, shift 2 tidak ada crew Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi, bus dipulangkan ke Pool Operasi Operasi, ganti bout dan semua fan belt, bus operasi kembali pukul 11.10 wita
29/09/2015
10 01 02 03 04 05 06 07
30/09/2015
08 09 10 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
Normal Perbaikan Mesin Normal Normal, pukul 17.00 wita ban kemps diseputaran Sanglah Perbaikan Mesin Normal, pukul 17.48 wita KM, AC dan Lampu mati Perbaikan Mesin Ganti master kopling dan kampas rem roda depan kiri/kanan Normal Normal Normal Perbaikan Mesin Normal Normal Perbaikan Mesin Normal, pagi perbaikan sistem kelistrikan, ganti dinamo amphere Perbaikan Mesin Normal Normal Normal Normal
Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi, dikerjakan ditempat, bus tetap beroperasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi, bus dipulangkan ke Pool Di Bengkel, Bus Turun Mesin Dikerjakan di Pool Operasi Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi di shift 2 Di Bengkel, Bus Turun Mesin Operasi Operasi Operasi Operasi
Sumber : UPT. Trans Sarbagita, 2015 Berdasarkan data pengoperasian bus Trans Sarbagita pada koridor I selama 30 (tiga puluh) hari diketahui tingkat kerusakan bus cukup tinggi antara 30 – 50%, sehingga Standar Pelayanan Minimal (SPM) menyangkut kualitas pelayanan dan kehandalan armada belum memenuhi standar. Perbaikan mesin bus Trans Sarbagita pada koridor I dapat dilihat pada Rekapan Kondisi Bus Koridor I (sampai dengan : 31 Oktober 2015) Sampai dengan akhir bulan Oktober 2015 kondisi bus pada koridor I yang laik jalan berjumlah 6(enam) armada dan operator mentargetkan pergantian akan diselesaikan pada akhir kontrak tanggal 31 Desember 2015. Pada tahun anggaran tahun 2016 diharapkan semua armada bus yang beroperasi dikoridor I sudah laik jalan.
25
26
27
28
BAB III
METODOLOGI
3.1 Pendekatan Analisis Teknis Bus Trans Sarbagita (Koridor I) Kerusakan dini dari suatu mesin dapat ditentukan beberapa faktor yaitu perawatan, operasional, pembebanan, kualitas material maupun kapabilitas manusia. Perawatan: Mesin dalam keadaan hidup akan menyebabkan beberapa elemen-elemen mengalami gesekan dan peningkatan temperatur. Peningkatan temperatur terjadi akibat gesekan maupun akibat adanya proses pembakaran di dalam mesin. Pengendalian pengaruh gesekan dan peningkatan temperatur dibantu oleh pelumas dan sistem pendingin/radiator. Kualitas pelumas sangat ditentukan oleh viskositas pelumas dimana mampu berfungsi pada temperatur operasional mesin. Hal ini penting karena pelumas merupakan fungsi temperatur. Pelumas yang kelihatannya bagus atau kental pada temperatur lingkungan dapat menjadi tidak bagus/encer ketika digunakan dalam mesin akibat perubahan temperatur yang disebabkan oleh proses pembakaran. Pelumas yang demikian adalah pelumas yang mempunyai kualitas jelek sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik untuk melumasi/melapisi bagaianbagian komponen mesin yang bergerak. Keadaan yang demikian dapat menimbulkan keausan pada bantalan, silinder, torak, bubungan (cams), poros engkol dll. Sebagai contoh keausan antara torak dan silinder akan menyebabkan proses kompresi menjadi lemah sehingga tekanan di dalam silinder lebih rendah. Tekanan ini akan menyebabkan proses ekspansi/kerja torak menjadi lemah sehingga IHP menurun dan BHP. Sistem pendingin berfungsi menjaga kemampuan material untuk tidak mengalami pemuaian yang melebihi batas toleransi sehingga material tetap terjaga sesuai dimensinya. Sistem pendingin ini juga berfungsi menjaga temperatur pelumas melalui sistem penukar panas berupa alat pendingin (cooler). Sistem pendingin yang berfungsi dengan baik jumlah massa fluida selama mesin hidup tidak akan mengalami perubahan. Air yang menerima panas melalui dinding ruang bakar maupun cooler akan didinginkan dalam radiator dibuang ke udara atmosfir melalui sirip-sirip radiator. Mencermati pentingnya peran pelumas dan pendingin perlu mendapat perhatian dalam perawatan sistem pelumas dan sistem pendingin maupun kecukupan fluida pelumas dan air serta pergantian berkala sesuai persyaratan yang ditentukan. Operasional: Perubahan kinerja mesin sangat ditentukan oleh masa operasi mesin setiap harinya. Salah satu bagian kinerja mesin yaitu sfc (specific fuel comsumption) yaitu merupakan 29
perbandingan jumlah bahan bakar yang digunakan setiap jam disebut fc ( fuel comsumption) dengan daya HP dalam satuan (Liter/Hp.jam) atau (kg/HP.jam). Ini menunjukkan adanya korelasi antara pemakaian bahan bakar dengan daya yang dihasilkan oleh sistem (mesin). Mesin yang mengalami operasi 6 jam setiap hari umur pakai (life time) berbeda dengan mesin yang dioperasikan dengan 10 jam setiap hari. Mesin yang mendapatkan perawatan sama, tingkat kehausan yang ditimbulkan akan berbeda pada pengoperasian yang berbeda dalam setiap hari. Jadi mesin yang beroperasi lebih banyak setiap jam/hari akan mengalami keausan/kerusakan lebih cepat dari yang beroperasi lebih sedikit. Pembebanan: Mesin yang digunakan sebagai penggerak kendaraan pembebanan tambahan dapar berupa AC (air conditioning), beban penumpang atau barang maupun kondisi jalan. Tingkat kenyamanan AC sangat ditentukan oleh COP (Coefficient of Performance) yang merupakan perbandingan kapasitas pendinginan dengan daya yang diperlukan kompresor. Daya kompresor dikopel langsung pada mesin sehingga akan menjadi beban tambahan dan mempengaruhi kinerja mesin. Beban penumpang yang melebihi ketentuan daya angkut akan membebani mesin secara berlebihan sehingga mempengaruhi kinerja mesin dan mempengaruhi umur mesin. Medan jalan yang sering mengalami kemacetan, traffic signal light, jalan rusak, jalan menanjak menyebabkan mesin bekerja pada putaran rendah (rpm) sehingga membutuhkan torsi yang besar untuk mengimbangi pembebanan. Akumulasi pembebanan di atas dapat menyebabkan penurunan performa mesin lebih awal. Kualitas material: Mesin merupakan suatu sistem yang bersifat dinamis dimana bagianbagian sistem mengalami pergerakan sehingga terjadi gesekan yang dapat menimbulkan panas atau kenaikan temperatur. Kekuatan material sangat ditentukan oleh temperatur dalam hal ini titik lebur material. Material yang mempunyai titik lebur temperatur lebih rendah akan lebih mudah mengalami deformasi atau perubahan bentuk dari baik menjadi tidak baik (pencacatan). Perubahan bentuk yang terjadi dalam mesin sangat sensitif, hal ini disebabkan ukuran yang dipakai dalam milimickron. Perubahan tidak dapat dilihat dengan kasat mata, sehingga harus menggunakan alat-alat ukur dalam skala micron. Umur pemakaian komponen mesin sangat ditentukan oleh kekuatan material dan untuk menjaga tidak mudah terjadi deformasi pada material sistem pelumas dan sistem pendingin tetap terawat. Kapabilitas manusia: Perilaku (behavior): Mesin dalam hal ini kendaraan dapat berfungsi sebagai alat transportasi apabila ada pengemudi. Kemampuan pengemudi atau pengetahuan terhadap kendaraan sangat menentukan umur kendaraan. Pengemudi yang memahami ciri-ciri kelainan mesin saat dioperasikan akan dapat memperkecil kerusakan sehingga tidak bersifat fatal (overall). Pengetahuan bagian-bagian dari sistem kendaraan akan dapat menghindari kerusakan lebih cepat. Contoh: Pengemudi yang tidak memahami fungsi kopling dan menjadi kebiasaan (behavior) meletakkan kaki selalu di atas pedal kopling selama
30
kendaraan beroperasi. Keadaan ini akan menyebabkan umur kopling relatip lebih singkat (cepat rusak) dari pada sopir yang menggunakan kopling seperlunya dan tidak selalu ada di atas pedal.
3.2 Pendekatan Geografis Lintasan Bus Trans Sarbagita (Koridor I) Pengoperasian bus Trans Sarbagita (Koridor I) dimulai dari halte Kamboja 1 yang terletak didepan SMAN 7 Denpasar melewati jalan arteri/kolektor sekunder dipusat kota Denpasar yang relatif medannya datar, tetapi rawan terhadap ke macetan terutama pada jam puncak pagi ketika aktivitas akan dimulai. Memasuki jalan bypass Ngurah Rai sampai wilayah Kedonganan pergerakan bus Trans Sarbagita relatif lancar tanpa ada gangguan kemacetan dan kesemerawutan lalu lintas yang berarti. Pada persimpangan Unud yang diatur dengan lampu lalu lintas (traffic light) bus Trans sarbagita sering terjebak dalam kemacetan karena panjangnya antrean walaupun lampu hijau bisa diatur dari TMC Dinas Perhubungan Provinsi Bali. Memasuki wilayah kampus Unud dan Politeknik sampai ke GWK kondisi geometrik jalan dengan medan berbukit (kemiringan 7 – 10%). Kedua kondidi tersebut akan sangat mempengaruhi ketahanan fisik (endurance) dan prilaku pengemudi dari bus Trans Sarbagita terhadap seringnya terjadi kerusakan pada komponen bus.
31
Gambar 4. Lintasan Trayek Angkutan Umum Trans Sarbagita Koridor I
32
3.3 Kerangka Analisis Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dari UPT Trans Sarbagita untuk melakukan kajian karena sering terjadi kerusakan dini pada komponen bus Trans Sarbagita sampai terjadi kasus turun mesin (overhaul) sebelum waktunya.
Diagram 2. Kerangka Analisis
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pentingnya Angkutan Umum Trans Sarbagita Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang sangat panjang tentang eksistensi angkutan publik khususnya dikota Denpasar dan sekitarnya, yaitu wilayah Sarbagita (Greater Denpasar) Bank Dunia (World Bank) melalui Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) pada tahun 1995 merekomendasikan 2 (dua) proyek besar secara simultan, yaitu : Traffic Management Scheme (TMS) dan Public Transport Study (PTS). Kedua studi yang dilakukan secara simultan tersebut tujuannya adalah untuk memperbaiki prasarana jalan dan simpang (supply system) dan memberdayakan angkutan publik (demand system). Setelah proyek selesai tahun 2000, kenyatannya harus menunggu sampai sepuluh tahun untuk merealisasikannya (18 Agustus 2011) dengan beroperasinya angkutan publik Trans Sarbagita Koridor II (Trayek Batubulan – Nusa Dua) dilanjutkan dengan Koridor I (Trayek Kota – GWK) dan Koridor Pesiapan – Terminal Mengwi – Sentral Parkir – Bandara Ngurah Rai.
Diagram 3. Marjinalisasi Angkutan Publik di Kota Denpasar
34
4.2 Kerusakan Komponen Bus Trans Sarbagita Berdasarkan data kerusakan komponen yang terjadi pada bus Trans Sarbagita yang berumur kurang dari 5 tahun dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Pada kondisi normal (tidak sering mengalami kemacetan dan lintasan trayek pada ruas jalan relatif datar) kerusakan komponen bus umumnya disebabkan oleh beban kerja kendaraan sudah melebihi batas penggunaannya (Km); b) Pada kondisi operasional bus sering terjebak kemacetan (congestion) dalam lalu lintas yang bercampur (mixed traffic), terutama pada lintasan trayek bus dikota Denpasar kerusakan akan dipercepat karena sering terjadi pergantian perseneling dan pengereman yang mempercepat terjadi keausan pada komponen bus akibat gesekan internal; c) Pada kondisi geografis dengan geometrik jalan yang sulit seperti pada tanjakan dan turunan (7 – 10%) disekitar kampus Universitas Udayana dan Politeknik Negeri Bali menuju GWK beban kerja mesin bus pada transmisi kecil (rpm rendah) untuk pembebanan yang bertambah berat akibat beban tambahan menghidupkan sistem pendingin (AC), geometrik jalan maupun kelebihan daya angkut sehingga memerlukan torsi yang besar. d) Kerusakan komponen/sparepart bus secara signifikan sangat ditentukan oleh kualitas dari material yang digunakan, tetapi tidak bisa dilihat secara langsung dan harus dilakukan pengujian dilaboratorium; e) Pada kondisi tertentu (personal) kebiasaan dan kompetensi pengemudi dapat mempengaruhi terjadi kerusakan dini pada komponen bus disebabkan kebiasaan yang salah, seperti sering menginjak rem, sering ganti perseneling, pengoperasian setengah kopeling dan meletakkan kaki diatas pedal kopeling.
35
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan kerusakan yang terjadi pada komponen bus Trans Sarbagita pada koridor I dapat disimpulkan, bahwa kondisi lalu lintas bercampur (mixed traffic), kondisi geometrik jalan dengan tanjakan/turunan sampai 10% , daya angkut yang fluktuatif sampai melebihi kapasitas angkut (duduk maupun berdiri) dan kualitas komponen bus dapat diduga sebagai penyebab sering terjadi kerusakan bus dari standar yang berlaku.
5.2 Saran Pengoperasian bus Trans Sarbagita pada koridor I dengan bus Merk Hyundai dari Korea apabila terjadi kerusakan mekanis dan/atau pergantian suku cadang/sparepart mengalami kesulitan karena Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) atau badan hukum lain yang memiliki hak usaha penyaluran atau pendistribusian dan perawatan terhadap suatu merk dagang kendaraan bermotor beserta kelengkapan suku cadang/sparepart sesuai dengan Bab II Pengertian Umum Point 48 dari SPM Angkutan Umum Trans Sarbagita, sudah tidak beroperasi di Provinsi Bali. Untuk menghindari kerugian berikutnya yang ditanggung oleh operator akibat kerusakan dini (lebih awal) dari komponen bus Trans Sarbagita pada koridor I, maka direkomendasikan: 1. 2. 3.
Melakukan rolling dengan bus yang memenuhi daya angkut pada trip atau jam puncak beban (penumpang) sehingga tidak membebani bus yang existing. Mengganti dengan bus yang kualitasnya sesuai dengan kondisi lalu lintas dan geometrik jalan pada lintasan trayek. Memindahkan bus yang ada sekarang (existing) untuk melayani trayek yang lebih pendek dan kondisi geometrik yang relatif datar.
Pengoperasian bus Trans Sarbagita “Hyundai”, apabila terjadi kerusakan mekanis dan/atau pergantian suku cadang/sparepart akibat kesulitan karena tidak ada bengkel dan agen penjualannya spearpart di Bali, maka dapat direkomendasikan: 1. 2.
Identifikasi engine dan spearpart untuk mendapatkan persamaan sehingga memudahkan melakukan perawatan atau overhaul Melakukan pergantian chassis dan engine mengingat harga body yang relatif mahal bila tidak ada kesamaan spearpart dengan mesin merk lain . 36
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4.
Urban Public Transportation by Vukan R. Vuchic (1985) Public Transport Study (PTS) – Bali Urban Improvement Project (BUIP - 2000) Laporan Tahunan Koridor I – UPT Trans Sarbagita (2014) Fundamental of Internal Combustion Engines by Paul W.Gill, James H. Smith, JR., and Eugene J.Ziurys (1959) 5. Diesel Engine Operation and Maintenance by V.L Maleev, M.E., DR. A.M (1986)
37