Nama Rumpun : Ekonomi/ Akuntansi
LAPORAN PENELITIAN HIBAH PRODI
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN IFRS 8, PSAK 5, DAN FRAMING EFFECT TERHADAP INTERPRETASI INVESTOR NON PROFESIONAL (Uji Eksperimen pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
Tim Peneliti: Erni Suryandari F, SE, M.Si Imelda Puspita Arisanti
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
1
ABSTRACT This study attemps to determine the effects of variable implementation of IFRS 8 which differs in IFRS 8 positive frame, IFRS 8 negative frame, PSAK 5 positive frame, and PSAK 5 negative frame toward non profesional investor’s interpretation. This experiment study is an experiment with factorial design 2x2 between subject. The subject is 120 participants from accounting undergraduate students of Muhammadiyah Yogyakarta University as a subtitute of non professional investors. Data analysis used to test hypotetical result is multiple regression with additional analysis using SPSS ver. 16. The results show that segment information in IFRS 8 with positive frame positive and significantly affect non professional investor’s interpretation than those in PSAK 5 with positive frame. In contrast, segment information in PSAK 5 with negative frame positive and significantly affect non professional investor’s interpretation than those in IFRS 8 with negative frame. This study proves that assessment and individu interpretation can be affected by framing and Prospect Theory plays a role in option choosing and the assessment. There is no difference in interpretation by investor non professional when the information given such as difference format Keywords: IFRS 8, PSAK 5, framing effect, non professional investor’s interpretation.
2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Adanya IFRS memudahkan bisnis terhubung di seluruh dunia dengan standar pelaporan global sebagaimana tercermin dalam informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Namun adaptasi IFRS tidaklah mudah. Sebuah negara pasti akan membutuhkan waktu cukup lama untuk menyesuaikan diri dan memahami karakteristik aturan pelaporan keuangan yang baru. Penerapan IFRS yang efektif mulai berlaku tahun 2012 di Indonesia juga memunculkan banyak kesulitan dan kendala bagi perusahaan terutama dalam banyak aspek seperti aturan mengenai laporan konsolidasian, laporan interim, pengakuan dan pengungkapan imbalan karyawan, segmen operasi, dan sebagainya. Kesulitan yang dialami perusahaan berupa adopsi untuk pertama kali, ketidakjelasan lini jika membedakan kondisi ketika ketentuan akuntansi yang berbeda diterapkan, adanya peningkatan biaya training dan konsultasi terhadap IFRS, atau perusahaan perlu melakukan penyesuaian dalam penyusunan laporan keuangan dengan pengecualian dan larangan yang diberikan IFRS. Kesulitan lain juga dirasakan oleh investor. Format laporan konsolidasian yang berubah tentu akan memengaruhi investor dalam memahami isi laporan keuangan secara keseluruhan. Investor pun perlu belajar dan menyesuaikan diri dengan standar pelaporan ini, sebab banyak informasi yang tentu maknanya berbeda dari standar pelaporan yang sebelumnya. Akan tetapi permasalahan bukan saja berasal dari pelaporan dan pengungkapan yang berubah saat IFRS telah diterapkan, melainkan juga berasal dari
3
investor itu sendiri. Banyak investor yang tidak bisa memahami dan tidak bisa menafsirkan isi informasi dalam laporan keuangan baik karena kurangnya pemahaman ekonomi dan investasi maupun karena faktor psikologis, dan banyak juga investor yang tidak memiliki pengalaman yang cukup memadai dalam berinvestasi karena merupakan investor baru. Investor yang demikian disebut sebagai investor non profesional. Investor non profesional akan sulit memahami makna laporan keuangan jika formatnya berbeda dan akan kesulitan menginterpretasi informasi dan memberikan penilaian atas informasi yang termuat di dalamnya, karena ada kemungkinan bukan mereka sendiri yang menafsirkan informasi keuangan, melainkan ada pihak lain yang berperan sebagai penasehat keuangan atau konsultan keuangan yang membantu investor non profesional dalam pengambilan keputusan terkait dengan informasi yang disajikan entitas dalam laporan keuangan, namun tetap saja sebagai seorang investor apakah profesional ataupun non profesional seharusnya memahami dan bisa menginterpretasikan informasi dari laporan keuangan yang disajikan. Terkait dengan adaptasi IFRS dan investor non profesional, salah satu yang mengalami perubahan standar adalah mengenai segmen operasi. Standar IFRS yang mengatur mengenai segmen operasi adalah IFRS 8, sedangkan pada PSAK yang mengatur tentang pelaporan segmen yaitu PSAK 5. Pelaporan segmen ini bertujuan untuk memberikan informasi pada pengguna mengenai outline pembahasan manajemen yang meliputi kegiatan operasi dan ikhtisar kinerja keuangan segmen. Kedua standar tersebut memiliki perbedaan terkait segmen yang dilaporkan, perbedaan utamanya yaitu pada IFRS 8 segmen yang dilaporkan adalah segmen operasi saja, sementara pada PSAK 5 melaporkan segmen operasi dengan tambahan rincian per area geografis. Informasi
4
segmen operasi biasanya dapat ditemukan di kolom analisis dan pembahasan manajemen dan merupakan item krusial dalam laporan keuangan karena berisi tinjauan operasi perusahaan selama tahun berjalan. Oleh karena aturan mengenai segmen operasi di Indonesia berubah secara berkala, yang dimulai dari penerapan PSAK 5 kemudian diubah menjadi penerapan PSAK 5 (revisi 2009), hingga saat ini mengadaptasi IFRS 8, maka format penyajian terhadap pelaporan dan pengungkapan segmen secara tidak langsung memengaruhi penafsiran oleh investor non profesional. Format penyajian tersebut berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan. Berikut beberapa tipikal pelaporan segmen dalam laporan keuangan perusahaan setelah penerapan IFRS 8: 1. Segmen yang dilaporkan hanya segmen operasi yang langsung membahas kegiatan operasi dan kinerja keuangan per produk/jasa usaha, tanpa melaporkan segmen industri dan geografis sama sekali. 2. Segmen yang dilaporkan hanya segmen operasi yang langsung membahas kegiatan operasi dan kinerja keuangan per produk/jasa usaha, dengan melaporkan satu atau lebih elemen segmen industri dan geografis (prospek usaha dan pangsa pasar) secara terpisah. 3. Segmen yang dilaporkan hanya segmen operasi yang langsung membahas kegiatan operasi dan kinerja keuangan per segmen, tanpa melaporkan segmen industri dan geografis sama sekali. 4. Segmen yang dilaporkan hanya segmen operasi yang langsung membahas kegiatan operasi dan kinerja keuangan per segmen, dengan melaporkan satu atau lebih elemen segmen industri dan geografis (prospek usaha dan pangsa pasar) secara terpisah.
5
5. Segmen yang dilaporkan adalah segmen industri dan segmen geografis secara full serta segmen operasi yang membahas kegiatan operasi dan kinerja keuangan per produk/jasa usaha. 6.
Segmen yang dilaporkan adalah segmen industri dan segmen geografis secara full serta segmen operasi yang membahas kegiatan operasi dan kinerja keuangan per segmen. Banyaknya segmen operasi dalam pelaporan segmen suatu entitas tentu akan
memberikan informasi masing-masing sehubungan dengan pendapatan dan biaya segmen, ukuran profitabilitas segmen, aset dan liabilitas segmen, serta keputusan penting apa yang diambil dan diprioritaskan oleh masing-masing Chief Operating Decision Maker (CODM) di tiap segmen. Komponen kinerja keuangan yang beragam tersebut akan berujung pada laba tiap segmen. Meskipun fokus utama investor adalah laba, tetapi investor juga akan melihat informasi lain yang mendukung terjadinya laba tersebut. Format penyajian dalam pelaporan dan pengungkapan segmen yang disebutkan sebelumnya berpeluang memengaruhi interpretasi laba segmen, terutama bagi investor non profesional dengan membaca dan mempertimbangkan tidak hanya segmen operasi, tetapi tambahan rincian per area geografis. Nichols et al., (2013) dalam hasil risetnya mengemukakan bahwa pengguna laporan keuangan memandang pengungkapan informasi geografis diperlukan untuk menilai kondisi ekonomi dan politik perusahaan. Konsisten dengan penelititian tersebut, Hope et al., (2009) juga menyatakan bahwa bagi perusahaan yang berhenti mengungkapkan segmen, mengkibatkan penurunan kemampuan investor dalam menggeneralisasi informasi dalam pengumuman laba kuartalan.
6
Interpretasi investor non profesional akan dibayangi oleh perilaku bias dalam pengambilan keputusan investasi, seperti ketidaktahuan informasi; keraguan dalam memberikan penilaian; dan salah persepsi dalam memahami informasi yang disajikan. Seringkali dalam proses pengambilan keputusan banyak para decision maker yang hanya mendasarkan pada cara yang sederhana dan mudah saja (Bazerman, 1994). Hal tersebut terjadi karena terbatasnya kapasitas kemampuan mereka dalam memproses informasi sehingga mereka hanya mengadopsi cara-cara sederhana dengan menggunakan mental strategies atau heuristics untuk mengatasi kompleksitas masalah yang terjadi (Tversky dan Kahneman, 1974). Salah satu faktor penyebab munculnya bias adalah framing. Framing ini terkait dengan perbedaan pembingkaian informasi yang disajikan kepada investor, yang diduga berpengaruh terhadap keputusan investor apabila informasi tersebut diframe menjadi informasi yang mengandung gain dan informasi yang mengandung loss. Bias tersebut bisa terjadi pada investor non profesional ketika mereka diberikan informasi segmen yang berbeda antara informasi segmen operasi dengan IFRS 8 dengan informasi segmen operasi PSAK yang menambahkan segmen geografis. Peneliti menduga ada perbedaan interpretasi oleh investor non profesional ketika opsi atas penghentian atau pemberlanjutan segmen berdasarkan informasi segmen disajikan dalam bentuk IFRS 8 positive frame, IFRS 8 negative frame, PSAK 5 positive frame, dan PSAK 5 negative frame terkait faktor kesederhanaan atau ketidaksederhanaan format yang kemungkinan memengaruhi keputusan investasi investor non profesional (Arifin, 2004). Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Penerapan IFRS 8 dan Framing Effect terhadap Interpretasi Investor Non Profesional”. Penelitian ini merupakan penelitian
7
kompilasi dari penelitian Putri dkk. (2012) dan penelitian Arifin (2004), dan Hope et al., (2004). Alasan untuk mengkompilasi penelitian tersebut ke dalam penelitian ini karena penelitian tentang investor non profesional di Indonesia belum banyak dilakukan dan belum ada penelitian yang menguji pengaruh adopsi IFRS terhadap segment reporting dari sudut pandang investor non profesional, sebab peneliti menduga masih banyak investor non profesional yang belum memahami aturan IFRS tersebut. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan uji eksperimen mengenai: (1) pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 dan PSAK 5 dalam positive frame terhadap interpretasi investor non profesional, dan (2) pengaruh pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 dan PSAK 5 dalam negative frame terhadap interpretasi investor non profesional. Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti menggunakan variabel penerapan IFRS 8 sebagai variabel independen dan interpretasi laba segmen sebagai variabel dependen. Perbedaan juga terdapat pada subjek penelitiannya dimana peneliti menggunakan mahasiswa S1 akuntansi dan mahasiswa S1 non akuntansi sebagai subjek penelitian untuk investor non profesional.
B. BATASAN MASALAH Ruang lingkup pengujian eksperimen dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk investor non profesional, tidak diperluas sampai ke investor profesional. Investor non profesional yang dimaksud adalah calon investor, investor baru dan investor yang kurang berpengalaman dalam bidang investasi serta memiliki background ekonomi tetapi masih belum memahami IFRS. Sehingga investor non profesional dalam penelitian ini tidak menggunakan real investor/analis/karyawan yang berinvestasi dalam
8
perusahaan sebagai partisipan, melainkan menggunakan mahasiswa S1 akuntansi kriteria tertentu sebagai partisipan. C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam positive frame berpengaruh positif dan signifikan terhadap interpretasi investor non profesional dibandingkan dengan pelaporan segmen operasi dengan PSAK 5? 2. Apakah pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam negative frame berpengaruh negatif terhadap interpretasi investor non profesional dibandingkan dengan pelaporan segmen operasi dengan PSAK 5?
D. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris: 1. Pengaruh pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam positive frame terhadap interpretasi investor non profesional. 2. Pengaruh pelaporan segmen operasi dengan PSAK 5 yang dinyatakan dalam positive frame terhadap interpretasi investor non profesional. 3. Pengaruh pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam negative frame terhadap interpretasi investor non profesional. 4. Pengaruh pelaporan segmen operasi dengan dengan PSAK 5 yang dinyatakan dalam negative frame terhadap interpretasi investor non profesional.
9
E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Manfaat penelitian bagi perkembangan literatur akuntansi adalah menambah referensi dan literatur terkait dengan dampak adopsi IFRS terutama IFRS 8 dan menambah referensi penelitian tentang investor non profesional yang belum banyak ditemukan referensinya di Indonesia. 2. Manfaat Praktis Bagi para praktisi, penelitian ini menjadi dasar pertimbangan dan penilaian atas informasi segmen agar investor non profesional lebih memahami dan andal dalam menginterpretasikan opsi investasi terkait segmen meskipun pengungkapan dan pelaporan laporan keuangan segmen berbeda antara laporan keuangan dengan IFRS 8 dan dengan PSAK 5.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI 1. Investor non Profesional Tidak ada definisi yang jelas dan pasti mengenai investor non profesional secara umum. Makna investor non profesional berkembang sesuai dengan hal atau situasi atau kondisi tertentu, antara satu kondisi dengan kondisi yang lainnya tidak selalu sama bahkan bisa sangat berbeda. Adhikara (2009) berpendapat bahwa investor merespon
informasi
keuangan
secara
lugu
(naive)
dan
belum
mahir
(unsophisticated). Investor termasuk non profesional dan analis mempunyai kemampuan
terbatas
dalam
memahami
makna,
menganalisis,
dan
menginterpretasikan informasi yang disajikan. Oleh karena itu, investor cenderung menggunakan rumor, dan spekulatif dalam menilai informasi tersebut, serta berperilaku mass behaviour. Akibatnya, seringkali investor melakukan pengambilan keputusan yang salah sehingga sekuritas bersangkutan dinilai secara tidak tepat dan seringkali mereka tampaknya tersesat (fooled) oleh informasi yang harus diinterpretasikan. Di sisi lain, sophisticated investors (investor yang mahir) akan menganalisis
informasi yang diterima sehingga mereka tidak mudah dibodohi oleh perusahaan karena investor tersebut menggunakan informasi secara penuh dan tepat dalam memahami dan menganalisis informasi yang ada di pasar (Sudrajat, 2009). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa investor non profesional adalah
11
investor yang memiliki pemahaman yang kurang dalam menafsirkan informasi keuangan dan oleh karena itu, ia cenderung untuk berspekulasi dan ragu-ragu serta mampu bertindak yang menyimpang dari sisi psikologis dalam menilai informasi yang disajikan untuk pengambilan keputusan.
2. Investor’s Financial Information Choices Poin utama sebuah informasi keuangan akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh investor. Penggunaan informasi keuangan akuntansi yang relevan dan pemilihan format penyajiannya memberikan pengaruh yang besar terhadap keputusan investasi investor. Pemilihan informasi tersebut biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan interpretasi investor, dan ada kecenderungan bahwa investor profesional lebih memilih informasi yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dibandingkan dengan investor non profesional yang lebih memilih informasi yang sederhana. Pilihan informasi tersebut dibagi menjadi dua tipe informasi, yaitu unfiltered dan filtered information. Unfiltered information diartikan sebagai informasi yang diungkapkan oleh manajemen dan tidak dapat diubah melalui perantara profesional, sedangkan filtered information adalah informasi yang buat oleh perantara profesional yang digunakan investor untuk keperluan investasi. Pembahasan tersebut diperkuat dengan adanya penelitian Elliot et al. (2006) yang menemukan bahwa investor non profesional yang less-experienced memperoleh return yang lebih rendah ketika mereka menggunakan unfiltered information daripada menggunakan filtered information, karena jenis informasi tersebut menyajikan data yang lebih luas dan melimpah sehingga pada akhirnya data
12
tersebut justru membuat investor kesulitan untuk memisahkan dan menganalisis informasi yang relevan secara efektif. Sebaliknya, investor yang more-experience memperoleh return yang lebih tinggi ketika mereka menggunakan unfiltered information. Efek tersebut terjadi sesuai dengan kemampuan investor dalam memahami dan menggunakan unfiltered information setelah mereka memiliki pengalaman berinvestasi, bukan karena perubahan dari penggunaan unfiltered information ke filtered information. Disisi lain, Hodge dan Pronk (2006) dalam Elliot et al. (2006) membuktikan bahwa investor non profesional cenderung mengandalkan filtered information yang diberikan oleh manajemen (misalnya hasil analisis pembahasan manajemen) daripada menggunakan unfiltered data akuntansi ketika membuat keputusan investasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa investor non profesional memiliki pengetahuan yang terbatas terhadap pentingnya data laporan keuangan yang spesifik, dan filtered information menyajikan data dan informasi akuntansi untuk tujuan keputusan investasi dan menyederhanakan bentuk informasi menjadi format yang “siap pakai”. Penelitian lainnya mengenai pengaruh format informasi terhadap penilaian investor non profesional juga telah banyak diuji. Misalnya pada penelitian Maines dan McDaniel (2000) menyatakan bahwa penilaian kinerja manajemen dan perusahaan oleh investor non profesional mencerminkan volatilitas pendapatan komprehensif hanya ketika disajikan dalam format pendapatan komprehensif. Kemudian pada penelitian Frederickson dan Miller (2004) menyatakan bahwa investor non profesional yang menerima pengumuman laba yang terdiri dari pro forma dan pengungkapan GAAP menilai harga saham lebih tinggi dibandingkan
13
dengan investor profesional. Hal ini menunjukkan bahwa investor non profesional memiliki pemahaman yang lebih rendah dibandingkan dengan investor profesional, ketika format penyajian berbeda maka penilaian investor non profesional pun berbeda.
3. Pengalaman Investasi Ada perbedaan yang jelas antara bagaimana investor profesional dan investor non profesional menganalisis informasi keuangan. Jika dilihat dari sudut pandang pengalaman investasi, meskipun pengalaman investasi tidak sinonim dengan keahlian investasi, beberapa riset mengasumsikan bahwa investor yang moreexperienced mengembangkan proses investasi seperti para ahli dan individu dengan pengalaman mengerjakan task-specific dalam jumlah besar cenderung lebih baik dalam memisahkan dan menganalisis informasi yang relevan. Dalam konteks investasi, investor yang more-experienced lebih banyak mengetahui kebutuhan informasi mereka, lebih fokus dalam mencari informasi yang relevan, dan menggabungkan informasi laporan keuangan sampai pada tingkat tertinggi dibandingkan dengan investor yang less-experienced. Seiring dengan bertambahnya pengalaman, investor akan mengembangkan financial template yang dapat membantu
mereka
dalam
mengorganisir
informasi.
Template
tersebut
memungkinkan investor untuk melakukan self-filter dan mengorganisir data dengan cara yang memudahkan pembuatan keputusan terhadap informasi tersebut. Istilah untuk menggambarkan investor yang seperti itu tidak harus dengan istilah “investor non profesional”, tetapi bisa juga dengan istilah “less-sophisticated
14
investor”, “less-experinced investor” atau “less-educated investor” tergantung kepada gambaran situasi. Salah satu daya tarik investor terhadap laporan keuangan adalah laba, baik oleh investor profesional maupun investor non profesional. Namun, laba bukan satusatunya yang menjadi fokus utama investor. Umumnya, investor akan mendapatkan informasi jika ia memahami dan bisa membaca apa yang tertulis di dalamnya. Laporan keuangan memiliki dua jenis informasi, yaitu informasi ekplisit dan implisit. Informasi eksplisit yang tertulis dapat berupa total laba, aset, kewajiban, dan/atau angka-angka rasio, sedangkan informasi implisit adalah berupa makna yang terdapat dalam informasi eksplisit tersebut yang berupa kondisi atau keadaan keuangan perusahaan, apakah berada dalam kondisi yang sehat atau tidak. Tidak semua investor dapat membaca dan menafsirkan informasi yang disajikan. Bagi beberapa investor non profesional yang kurang memiliki pemahaman yang baik atas laporan keuangan, ketika suatu aturan baru diterapkan maka ia akan kebingungan dalam menginterpretasi informasi. Di sisi lain, sebaliknya, beberapa investor justru merasa lebih mudah mengerti dan memahami isi laporan keuangan dengan standar pelaporan yang baru.
4. IFRS 8, PSAK 5, dan Interpretasi Investor non Profesional a. Dampak Adopsi IFRS Proses adaptasi dan adopsi IFRS di banyak negara tidak selalu berjalan dengan baik. Di beberapa negara seperti negara-negara Eropa ketentuan untuk mengadopsi IFRS ini menimbulkan banyak pro kontra dan menjadi kontroversial dalam hal pengesahan IFRS dan dari segi konten aturan itu sendiri, begitu pun
15
dengan Finlandia. Sejak disahkannya IFRS menjadi aturan global pelaporan keuangan, banyak aturan-aturan akuntansi yang digantikan dengan IFRS seperti IAS meskipun pada beberapa negara yang tidak sepenuhnya mengadopsi IFRS, aturan akuntansi lokalnya masih berlaku dan aturan IFRS disesuaikan dengan kondisi yang ada. Menurut Nichols dan Wahlen (2004) dalam Natalia (2010) laba merupakan ukuran akuntansi yang dapat menjadi dasar pengambilan keputusan oleh pemegang saham. Perubahan standar menjadi IFRS akan meningkatkan kualitas laba yang dihasilkan. Adanya perubahan standar ke standar yang lebih baik akan mengurangi praktik manajemen laba. Glaum et al.. (2008) dalam Natalia (2010), yang meneliti pengaruh adopsi IFRS di Jerman terhadap kecenderungan manajemen laba, menyatakan bahwa adopsi IFRS menurunkan intensitas manajemen laba dibandingkan saat menggunakan local GAAP. Hal ini didukung pula dengan penelitian Chen et al. (2010) dalam Natalia (2010) yang meneliti pengaruh IFRS terhadap kualitas akuntansi di negara-negara Uni Eropa. Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas akuntansi setelah pengadopsian IFRS di Uni Eropa. Hal ini ditunjukkan dengan lebih sedikitnya pengaturan laba dengan target tertentu dan absolute discretionary accrual yang jauh lebih rendah. Hasil penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa IFRS meningkatkan kualitas akuntansi pada perusahaan, hal ini karena aturan pelaporan keuangan pada IFRS terdiri atas beberapa aturan yang mengharuskan untuk melaporkan secara komprehensif dan IFRS menuntun para pemakai keuangan untuk lebih memahami informasi
melalui
analisis
dan
16
pengungkapannya,
serta
IFRS
juga
menyederhanakan beberapa aturan terdahulu yang dianggap akan mengurangi kualitas akuntansi karena pelaporannya yang cukup banyak. Salah satu aturan IFRS yang berlaku secara efektif di Indonesia dan mengalami penyederhanaan aturan adalah IFRS 8 yaitu mengenai segmen operasi. Aturan ini tidak sepenuhnya menggantikan PSAK 5 (revisi 2009), hanya saja perusahaan listed saat ini diwajibkan untuk menerapkan IFRS 8. Prinsip inti IFRS 8 adalah suatu entitas harus mengungkapkan informasi tinjauan operasi suatu aktivitas bisnis kepada pihak eksternal untuk mengevaluasi kinerja keuangan entitas tersebut selama tahun berjalan (Ankarath dkk., 2010: 496). Dalam hal IFRS 8 mengenai segmen operasi, investor selain mengacu pada pelaporan dan pengungkapan laporan secara komprehensif, juga mengacu pada pelaporan dan pengungkapan segmen. Segment reporting (pelaporan segmen) merupakan standar pengungkapan yang secara khusus berlaku bagi perusahaan berukuran besar yang tersebar secara geografis, dan bagi perusahaan dengan bermacam-macam bisnis. Tujuan dari standar tersebut adalah untuk memberikan informasi-informasi tentang berbagai jenis produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dan berbagai wilayah geografis operasi perusahaan dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam: 1) Memahami kinerja perusahaan dengan lebih baik. 2) Menilai lebih baik kemungkinan aliran kas masa depan. 3) Membuat pertimbangan lebih informatif mengenai perusahaan secara keseluruhan. b. Persyaratan Pelaporan Segmen Operasi IFRS 8
17
IFRS 8 menetapkan bagaimana sebuah entitas melaporkan informasi segmen operasinya dalam laporan keuangan. Apalagi, sebagai akibat dari amandemen yang dibuat pada IAS 14, seluruh entitas diwajibkan untuk melaporkan informasi pilihan segmen operasinya dalam laporan keuangan interim, ketika laporan keuangan interim diperlukan. IFRS 8 juga menetapkan persyaratan untuk pengungkapan terkait produk dan jasa, daerah geografis, dan pelanggan penting. Di masa lalu, terdapat perdebatan mengenai nilai dan validitas hasil pengungkapan basis segmen operasi. IFRS 8 mewajibkan entitas untuk melaporkan ukuran laba atau rugi segmen operasi dan aset segmen. IFRS 8 juga mewajibkan entitas pelaporan untuk melaporkan ukuran liabilitas segmen dan pendapatan khusus dan item-item biaya jika ukuran tersebut disediakan rutin oleh Chief Operating Decion Maker, serta mewajibkan rekonsiliasi total pendapatan segmen, total laba atau rugi, total aset, total liabilitas, dan jumlah lainnya yang diungkapakan oleh segmen yang dilaporkan untuk pencocokkan jumlah dalam laporan keuangan entitas (Epstein dan Jermakowicz, 2010: 924). Informasi-informasi tersebut digunakan tidak hanya untuk pelaporan segmen dan untuk penggunaan internal, tetapi juga digunakan dalam laporan keuangan yang diperuntukkan untuk pengguna eksternal untuk menginterpretasikan tinjauan keuangan segmen operasi termasuk sebagai pembanding dengan periode sebelumnya.
c. Segmen Operasi dan Segmen yang Dilaporkan dalam IFRS 8. Berbagai standar akuntansi keuangan mendefinisikan segmen operasi dan segmen yang dilaporkan secara berbeda, seperti IAS 14 yang tidak mendefinisikan secara terpisah apa itu segmen operasi melainkan menggabungkannya dalam
18
istilah pelaporan segmen (segmen reporting); sementara PSAK 5 (revisi 2009) dan FAS 131 secara khusus menyatakan bahwa segmen operasi adalah komponen suatu entitas yang (1) menjalankan suatu kegiatan usaha yang dapat menghasilkan pendapatan dan mengeluarkan beban atau biaya; (2) hasil operasinya ditinjau secara berkala oleh chief operating decision maker entitas tersebut untuk membuat keputusan terkait alokasi sumber daya dan mengevaluasi kinerja; dan (3) menyediakan informasi keuangan terpisah dari segmen lainnya. Menurut Epstein dan Jermakowicz (2010: 927) dalam bukunya yang berjudul Interpretation and Application of International Financial reporting Standards 2010 bahwa segmen yang dilaporkan merupakan subset dari segmen operasi. Dengan kata lain, mungkin tidak semua segmen operasi memenuhi kriteria sebagai segmen yang dilaporkan. Kriteria yang ditetapkan IFRS agar suatu segmen operasi memenuhi kualifikasi sebagai segmen yang dilaporkan disebut sebagai ambang batas kuantitatif alternatif (alternative quantitative threshold) dengan angka pengujian sebesar 10%. Segmen operasi yang tidak memenuhi ambang batas kuantitatif tersebut masih dapat dianggap sebagai segmen dilaporkan dan diungkapkan terpisah, apabila menurut manajemen informasi segmen tersebut bermanfaat bagi pengguna eksternal. Oleh karena itu kunci pemahaman konsep ini adalah penerapan standar IFRS yang tepat, karena tidak setiap bagian dari entitas memerlukan segmen operasi atau menjadi segmen operasi itu sendiri, misalnya kantor pusat yang merupakan departemen fungsional dan tidak memperoleh penghasilan.
19
d. Karakteristik Pelaporan Segmen PSAK 5 Pada peristiwa dimana secara internal segmen yang dilaporkan kurang sesuai untuk mendefinisikan segmen industri dan segmen geografis, IFRS 8 mengungkapkan dan melaporkan segmen entitas berdasarkan pada sudut pandang manajemen dan untuk keperluan internal, hal ini tentu berbeda dengan aturan pada PSAK 5. Perbedaan utama pelaporan segmen IFRS 8 dengan pelaporan segmen PSAK 5 adalah bahwa segmen yang dilaporkan hanyalah segmen operasi yang mencakup pembahasan operasi secara umum, pembahasan informasi laba atau rugi segmen, dan pembahasan aset, liabilitas, dan rekonsiliasi total laba rugi segmen, sedangkan pada PSAK 5 perusahaan diharuskan untuk melaporkan segmen operasi, segmen industri, dan segmen geografis dalam pelaporan segmennya. PSAK 5 menyatakan bahwa untuk tujuan pelaporan, segmen industri dan geografis dapat ditentukan dengan berbagai cara. Pengelompokan aktivitas perusahaan menurut segmen untuk tujuan ini merupakan tanggung jawab manajemen. Dalam keputusannya, manajemen biasanya mempertimbangkan banyak faktor, antara lain kesamaan dan perbedaan produk serta aktivitas perusahaan; profitabilitas, risiko dan pertumbuhan produk serta aktivitas perusahaan; dan bidang-bidang operasi serta pemasaran dan kepentingan relatif masing- masing bidang terhadap perusahaan secara keseluruhan. Adanya ketentuan-ketentuan khusus yang harus dipenuhi dan karakteristik dari industri tertentu seperti industri perbankan dan asuransi merupakan faktor tambahan yang harus dipertimbangkan dalam penentuan segmen yang harus dilaporkan (IAI,
20
1994). Tabel 1 meringkas secara umum perbedaan PSAK 5: Pelaporan Informasi Keuangan menurut Segmen dengan IFRS 8: Segmen Operasi sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan PSAK 5 dengan IFRS 8
PSAK 5 Pengungkapan informasi laporan keuangan terpisah kedalam segmen
IFRS 8 Pengungkapan informasi segmen entitas yang manajemen gunakan untuk membuat keputusan operasi
Ruang lingkup
Laporan keuangan lengkap
Identifikasi segmen
Segmen diidentifikasi dan dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa dan memiliki resiko yang berbeda dari segmen lain Definisi meliputi istilah: segmen usaha, segmen geografis dan segmen dilaporkan, pendapatan, beban, hasil, aset, kewajiban, dan kebijakan akuntansi segmen, serta organ perusahaan yang berwenang
Laporan keuangan tersendiri dan laporan keuangan konsolidasian Segmen diidentifikasi dari basis pelaporan internal yang ditinjau secara rutin oleh Chief Operating Decision Maker (CODM)
Pendekatan
Definisi segmen
21
Segmen operasi
Lanjutan Tabel 2.1 PSAK 5 Laporan bentuk primer dan laporan bentuk sekunder yang meliputi informasi geografis dan informasi produk
IFRS 8 Segmen operasi
Pengungkapan segmen
Pengungkapan pada level segmen
Pengungkapan pada level segmen dan pengungkapan level entitas
Segmen dilaporkan
Syarat kuantitatif: 1. Mayoritas (> 50% penjualan eksternal)
Syarat kualitatif Syarat kuantitatif: 1. Salah satu a. Pendapatan (internal / transfer antar segmen dan eksternal) 10% dari seluruh segmen operasi b. Laba atau rugi absolut, 10% dari jumlah absolut dari seluruh segmen operasi yang melaporkan laba dan seluruh segmen operasi yang melaporkan rugi c. Aset 10% dari kombinasi seluruh segmen operasi
Format pelaporan
2. Salah satu a. Pendapatan (internal dan eksternal) 10% dari seluruh segmen usaha b. Laba atau rugi absolut , 10% dari jumlah absolut, mana yang lebih besar dari segmen usaha yang laba atau asegmen usaha yang rugi c. Aset 10% dari seluruh segmen operasi 3.Total pendapatan eksternal segmen dilaporkan minimal 75% dari total pendapatan 4. Periode lalu sebagai segmen dilaporkan, periode kini sebagai segmen dilaporkan (walaupun tidak memenuhi syarat)
22
2. Total pendapatan eksternal segmen operasi > 75% dari pendapatan entitas, maka tambahan segmen operasi harus diidentifikasi sebagai segmen yang dilaporkan (bahkan jika tidak memenuhi kriteria quantitative threshold)
Segmen dilaporkan
5. Suatu segmen dapat dianggap segmen dilaporkan (tanpa melihat ukuran kuantitatif) 6. Integrasi vertikal, segmen penjual digabung dengan segmen pembeli (jika bukan segmen terpisah)
Sumber: Crawford et.,al (2012) dan ED PSAK 5: Segmen Operasi no.5 (revisi 2009). Dalam IFRS, segmen industri dan segmen geografis tidak secara spesifik dilaporkan, sehingga ada kemungkinan bahwa meskipun tidak terkait secara langsung dengan laba, investor non profesional mempertimbangkan segmen industri dan segmen geografis untuk menilai apakah di tahun berjalan segmen atau produk atau segmen yang bersangkutan menguntungkan atau merugikan. Beberapa penelitian terdahulu mengenai pelaporan segmen menunjukkan bahwa ada ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai perlu tidaknya segmen geografis dan segmen industri dalam pelaporan segmen. Dalam penelitian Hope et al., (2004) berpendapat bahwa ketidakpengungkapan laba segmen geografis tidak berdampak pada keakuratan peramalan analis, sehingga FASB tidak lagi memerlukan pengungkapan laba segmen geografis untuk segmen tambahan dalam memprediksi laba perusahaan multinasional. Senada dengan penelitian tersebut, Chen dan Zhang (2006) berpendapat bahwa perubahan laba antar segmen menyebabkan asimetri informasi terhadap kinerja segmen, yang mengarah pada market misvaluation. Sedangkan Wulandari (2011) menyatakan bahwa pengungkapan segmen geografis sama pentingnya dengan pengungkapan segmen operasi sebab terdapat hubungan
23
positif yang signifikan antara pengungkapan segmen geografis dengan foreign earnings perusahaan. Dari ketiga hasil penelitian tersebut, peneliti menduga bahwa ada tidaknya pengungkapan segmen tambahan seperti segmen geografis selain segmen operasi akan memengaruhi pemahaman dan penilaian laba segmen oleh investor non profesional. Pelaporan segmen berguna untuk mengetahui rincian kegiatan operasi dan kinerja keuangan suatu perusahaan selama tahun berjalan. Dengan melaporkan segmen, hal ini membuktikan bahwa perusahaan transparan dan akuntabel terhadap laporan keuangannya. Terkait dengan entitas multi segmen, dengan diterapkannya IFRS 8 investor non profesional diduga akan menafsirkan secara berbeda hal-hal yang dilaporkan seperti aset, kewajiban, pendapatan, biaya, dan laba segmen karena format pelaporannya yang berbeda dari aturan sebelumnya, serta penyajian laporan memang ditujukan untuk pelaporan internal dari sudut pandang manajemen justru akan membuat investor non profesional salah menginterpretasi informasi. Format pelaporan dan pengungkapan segmen disajikan secara berbeda oleh tiap perusahaan. Tipikal penyajian tersebut berdasarkan pada kebijakan akuntansi yang diambil perusahaan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa ada perusahaan yang hanya melaporkan segmen operasi sesuai dengan IFRS 8, ada juga perusahaan yang melaporkan elemen-elemen segmen industri dan segmen geografis. Beragam tipikal penyajian pelaporan segmen kemungkinan memengaruhi penilaian laba secara keseluruhan oleh investor non profesional. Belum banyak penelitian yang membahas dampak penerapan IFRS 8 tehadap interpretasi laba segmen, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menguji pemahaman investor non profesional dalam menginterpretasi laba setelah penerapan
24
IFRS 8 yang hanya melaporkan segmen operasi atau dengan melaporkan segmen industri dan segmen geografis seperti pada aturan PSAK 5.
5. Pengungkapan Informasi Geografis dalam Perusahaan Nichols et al., (2013) dalam hasil risetnya mengemukakan bahwa pengguna laporan keuangan memandang pengungkapan informasi geografis diperlukan untuk menilai kondisi ekonomi dan politik perusahaan. Oleh karena resiko region-toregion ini, pengungkapan informasi geografis membuat pengguna laporan keuangan untuk meramalkan pertumbuhan perusahaan dan laba masa depan yang lebih akurat. Beberapa penelitian yang meneliti SFAS 14 menemukan bahwa para manajer menggunakan fleksibilitas standar untuk mengidentifikasi segmen geografis dan oleh karena itu kegunaan segmen geografis dipertanyakan (Arnold et al., 1980; Bavishi dan Wyman, 1980; Gray dan Radebaugh, 1984). Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa ada kurangnya konsistensi antara perusahaan atau struktur pelaporan internal yang teridentifikasi dalam laporan keuangan dan segmen geografis yang diungkapkan dalam catatan kaki (Emmanuel dan Gray, 1977). Menanggapi kritikan tersebut, FASB (1997) menyatakan bahwa pengungkapan area geografis justru lebih mudah diinterpretasikan dan menyediakan informasi yang lebih berguna dalam menilai resiko karena tingkat pertumbuhan dan kondisi ekonomi berbeda disetiap negara. Belum banyak penelitian yang mempertimbangkan kualitas pengungkapan segmen IFRS 8. Kebanyakan penelitian melakukan penelitian terhadap kualitas informasi terhadap pengungkapan lini bisnis SFAS 131.
25
Maines et al., (1997) melakukan uji eksperimen untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh dalam penilaian dan keputusan analis terhadap pelaporan segmen dalam SFAS 131 dimana materi kasusnya adalah operasi-operasi yang berbeda digabung dalam satu segmen untuk pelaporan eksternal. Hasilnya menunjukkan bahwa analis menilai pelaporan segmen lebih reliabel ketika segmen internal dan eksternal kongruen dan melaporkan produk yang sama dibandingkan produk yang berbeda yang digabung dalam satu segmen. Ketika pelaporan segmen internal dan eksternal kongruen, kepercayaan diri analis tidak terpengaruh oleh kesamaan produk-produk yang dipisah. Sebaliknya, ketika segmen internal dan eksternal tidak kongruen, analis lebih merasa percaya diri terhadap penilaian mereka ketika produk-produk yang sama dipisah dalam sebuah segmen tersendiri dibandingkan ketika produk-produk yang tidak sama dipisah. Peneliti menyimpukan bahwa pendekatan manajemen dalam SFAS 131 dan IAS 14 sebaiknya meningkatkan pelaporan keuangan dengan meningkatkan pandangan analis terhadap reliabilitas data segmen.
6. Konsep Framing Effect Pada umumnya dalam melihat laporan keuangan, investor hanya berfokus pada laba atau rugi sesuai dengan prinsip bottom line. Jika menghasilkan laba, investor akan melanjutkan investasinya dan mengevaluasi secara berkelanjutan, namun jika sebaliknya, maka investor cenderung memilih untuk tidak melanjutkan. Para pengambil keputusan seringkali gagal untuk memaksimalkan nilai yang diharapkan. Barberis dan Huang (2001) dalam Adhikara (2009) menyatakan bahwa investor
26
memberikan perhatian besar pada informasi mengenai gain/return dan loss/return terhadap investasi yang dilakukannya. Ketika informasi tersebut disajikan dalam bentuk gain/return yang tinggi maka investor cenderung memilih opsi untuk menerima resiko dengan harapan gain/return yang diterimanya di masa depan lebih tinggi, dan sebaliknya ketika informasi tersebut disajikan dalam bentuk loss/risk yang tinggi, maka investor cenderung memilih untuk menghindari resiko, atau dari dua kondisi tersebut bisa saja investor bersikap netral, dan investor memiliki kecenderungan untuk memilih alternatif yang memberikan benefit kepadanya. Framing effect merupakan format atau cara penyampaian informasi yang dibingkai dengan arah tertentu yang dapat memengaruhi individu dalam pengambilan keputusan. Biasanya framing effect ini terjadi pada manajer dan investor. Framing effect pada manajer dalam banyak kasus mengakibatkan timbulnya eskalasi komitmen, sedangkan fenomena framing effect pada investor biasanya menimbulkan konsekuensi terkait dengan keputusan investasi. Di dalam framing effect, informasi disajikan dalam dua jenis pembingkaian, yaitu informasi yang dibingkai positif (positive framed) dan informasi yang dibingkai negatif (negative framed). Informasi yang dibingkai positif merupakan informasi tertentu yang dibingkai dalam bentuk gain/return yang diterima individu, sedangkan informasi negatif merupakan informasi tertentu yang dibingkai dalam bentuk loss/risk yang diterima individu. Pada dasarnya informasi yang diterima individu memiliki konten dan inti yang sama, hanya saja informasi tersebut dibingkai secara berbeda. Tidak ada tujuan khusus mengapa informasi tersebut harus dibingkai dan disampaikan secara berbeda kepada pengguna informasi, ada kemungkinan bahwa itu merupakan gaya manajemen.
27
Beberapa penelitian mengenai framing effect yang berkaitan dengan pengambilan keputusan telah banyak dilakukan, seperti penelitian Wardani dan Sukirno (2014) yang menyatakan bahwa manajer dalam kondisi positive framing tidak akan berinvestasi dibandingkan pada manajer dalam kondisi tanpa framing, sedangkan manajer dalam kondisi negative framing akan berinvestasi dibandingkan pada manajer dalam kondisi tanpa framing karena informasi yang disajikan dalam negative framing meningkatkan preferensi resiko individu. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya, Putri dkk. (2012) juga menyatakan bahwa partisipan dalam penelitiannya mengambil tindakan yang tidak beresiko ketika informasi disajikan dalam bentuk positive framed. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketika suatu informasi dibingkai secara positif dan tampak menguntungkan, maka kebanyakan individu akan memilih opsi keputusan yang tidak beresiko dan dapat diterima (acceptable). Namun, framing effect tersebut tergantung pada situasi apakah individu menguraikan atau tidak menguraikan (elaborate) rangkaian informasi selama proses pembuatan keputusan. Dalam kondisi low-elaborate, framing effect dapat diamati namun dalam kondisi high-elaborate, framing effect tidak dapat diamati (Takemura, 1993).
7. Teori Prospek Teori prospek pertama kali diperkenalkan oleh Tversky dan Kahneman pada tahun 1979. Menurut Safiq dkk. (2014) teori prospek dikembangkan untuk menjelaskan alasan seseorang membuat atau mengambil keputusan tertentu dari sisi psikologis. Teori prospek membantah teori sebelumnya yang menyatakan bahwa seseorang membuat keputusan secara rasional dan linear, expected utility theory.
28
Dari sisi psikologis teori prospek menyatakan bahwa dalam membuat keputusan, individu cenderung berfokus pada prospek atau peluangnya, yaitu prospek untung (gain) atau prospek rugi (loss). Ketika individu diberikan informasi yang dibingkai tertentu ada kemungkinan individu bersikap menolak resiko (risk aversion) dan ketika dengan esensi yang sama informasi tersebut dibingkai berbeda ada kemungkinan ia bersikap mengambil resiko (risk seeking). Dalam konteks keputusan investasi, seorang decision maker yang menerima umpan balik negatif atas keputusan investasinya akan berada dalam posisi menderita kerugian dan akan memandang keputusan selanjutnya sebagai opsi antara kerugian pasti yang telah terjadi (memilih untuk tidak menambah investasi) dengan kerugian di masa yang akan datang yang kurang pasti (memilih untuk mengambil resiko menambah dana dengan harapan mendapat return positif). Dalam keadaan tersebut, decision maker cenderung mengambil/mencari resiko yaitu memilih kerugian yang tidak pasti yang memberikan harapan perbaikan dibandingkan dengan kerugian yang pasti. Sedangkan jika informasi disajikan dengan bingkai keputusan positif, decision maker dihadapkan pada opsi antara keuntungan yang pasti (pengembalian investasi semula) dengan keuntungan di masa depan yang tidak pasti. Menurut Bateman dan Zeithaml (1989) dalam keadaan tersebut decision maker cenderung akan menghindari resiko dengan mengambil keuntungan yang pasti daripada menghadapi resiko keuntungan yang tidak pasti dengan tidak melanjutkan proyek.
8. Bias dalam Penilaian
29
Untuk keperluan keputusan investasi, investor non profesional yang menginvestasikan sahamnya pada perusahaan multi segmen tentu perlu untuk menganalisis pelaporan segmen yang berkaitan dengan segmen operasi perusahaan tersebut. Dari sisi psikologis, investor non profesional selain kurang memahami dan bisa salah tafsir terhadap informasi yang disajikan, investor non profesional cenderung bias dalam melakukan penilaian seperti overconfidence; terlalu optimis terhadap gain/return; selalu meninjau peristiwa yang sudah terjadi di masa lalu (hindsight); overreaction terhadap peristiwa yang sering terjadi; mengalami error preference; dan loss-control terhadap loss/risk yang bisa berdampak negatif terhadap persepsi dan keyakinannya atas investasi tersebut, sehingga investor non profesional perlu berhati-hati saat menafsirkan informasi keuangan secara keseluruhan, bukan hanya sekedar melihat laba secara sepintas. Investor yang cenderung bias akan mengambil resiko yang tidak mereka ketahui dan memperoleh outcome yang tidak mereka antisipasi, cenderung melakukan transaksi yang tidak tepat, dan pada akhirnya menyalahkan diri mereka sendiri jika hasil akhirnya buruk. Tversky dan Kahneman (1981) menyatakan bahwa “The psychological principles that govern the perception of decision problems and the evaluation of probabilities and outcomes produce predictable shifts of preference when the problem is framed in diferrent ways. Reversals of preference are demonstrated in choices regarding monetary outcomes, both hypothetical and real, and in questions pertaining to the loss of human lives. The effects of frames on preferences are compared to the effects of perspectives on perceptual appearance”. “Prinsip-prinsip psikologis yang mengatur persepsi masalah keputusan dan evaluasi probabilitas dan hasil menghasilkan pergeseran preferensi yang dapat diprediksi ketika masalah tersebut dibingkai secara berbeda. Pembalikan preferensi terjadi dalam pilihan yang menyangkut hasil moneter, baik secara hipotetis maupun situasi yang sebenarnya, dan dalam pertanyaan-pertanyaan yang menyinggung pada kerugian. Efek pembingkaian dalam preferensi dibandingkan dengan efek sudut pandang dalam tampilan perseptual”.
30
Dalam IFRS 8 dimana pelaporan segmen melaporkan dan mengungkapkan segmen operasi, tidak semua perusahaan menampilkan secara utuh pelaporan tersebut, sebab ada beberapa perusahaan yang hanya menampilkan garis besarnya saja tanpa mencantumkan rincian tinjauan operasinya. Peneliti mengasumsikan bahwa investor non profesional yang hanya melihat informasi yang disajikan secara positif dalam format gain akan membuat investor menjadi gegabah dan bias dalam pengambilan keputusan, dan sebaliknya. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji eksperimen untuk menguji penilaian investor non profesional terhadap laba segmen dengan membagi perlakuan menjadi dua yaitu ilustrasi kasus yang hanya menampilkan garis besar labanya saja dengan format gain/loss yang jelas seperti dalam IFRS 8 yang diujikan pada subjek mahasiswa akuntansi dan menampilkan tambahan rincian segmen geografis informasi seperti yang diterapkan PSAK 5 dengan format gain/loss yang juga jelas yang dilaporkan dalam pelaporan segmen.
B. HASIL PENELITIAN TERDAHULU Behn et al., (2002) meneliti tentang kemampuan prediksi pengungkapan segmen geografis pada perusahaan di Amerika dan modifikasi terbaru pelaporan segmen yang ditujukan kepada analis berdasarkan data geografis. Hasil penelitian adalah signifikan yang mendukung pernyataan FASB bahwa informasi segmen per negara sangat informatif dan berguna karena lebih mudah diinterpretasikan. Hope et al., (2004) meneliti apakah ketidakpengungkapan laba segmen geografis setelah implementasi SFAS berdampak pada prediksi laba perusahaan multinasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakpengungkapan laba segmen geografis tidak berdampak pada keakuratan peramalan analis, sehingga FASB tidak lagi memerlukan
31
pengungkapan laba segmen geografis untuk segmen tambahan dalam memprediksi laba perusahaan multinasional. Chen dan Zhang (2006) membuat model teoritis untuk menjelaskan divestasi perusahaan dalam konteks accounting – based valuation dan menjelaskan mengapa perusahaan dengan multiple segment business memiliki insentif dalam pelaporan keuangan untuk mengubah laba dari satu segmen ke segmen lain. Hasil penelitian menunjukkan secara empiris bahwa divestasi didahului oleh peningkatan perbedaan dalam profitabilitas antara segmen yang dihentikan dengan segmen yang dilanjutkan dalam perusahaan yang mengalami divestasi, dan market revaluasinya lebih kompleks karena jumlah segmen yang banyak dan investor menghadapi ketidakpastian yang lebih besar. Wulandari (2011) meneliti tentang perbedaan penerapan standar antara IAS 14 dengan FAS 131 terhadap pelaporan dan pengungkapan segmen pada perusahaan multinasional. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pada saat IAS 14 diterapkan masih belum banyak perusahaan multinasional yang mau melaporkan dan mengungkapkan segmen usahanya terutama segmen geografis karena tidak ada korelasi antara tingkat pengungkapan segmen dalam laporan keuangan dengan leverage keuangan, proporsi aset tetap dan fluktuasi keuntungan serta harga saham perusahaan yang terkait. Selain itu, ada korelasi positif antara pengungkapan segmen dengan persaingan industri. Sedangkan menurut FAS 131 menyatakan bahwa pengungkapan segmen geografis sama pentingnya dengan pengungkapan segmen produksi karena ada korelasi positif antara pengungkapan segmen geografis dengan foreign earnings perusahaan.
32
Wijayanti dan Rusiti (2014) meneliti praktik manajemen laba di tingkat segmen sebelum dan sesudah adopsi IFRS 8 pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan bukti empiris bahwa manajemen laba di tingkat segmen dengan Discretionary Unallocated Cost pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada saat sebelum dengan sesudah adopsi IFRS 8 menjadi PSAK 5 (revisi 2009). Beberapa penelitian framing effect seperti Tversky dan Kahneman (1981) yang meneliti pengaruh sisi psikologis terhadap persepsi keputusan dan evaluasi probabilitas dan hasilnya menunjukkan bahwa ada perubahan preferensi yang dapat diprediksi ketika masalah yang sama dibingkai secara berbeda. Wardani dan Sukirno (2014) meneliti tentang pengaruh framing terhadap keputusan investasi dengan locus of control sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2 between subject dan menggunakan mahasiswa Program Studi Akuntansi sebagai partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara signifikan pengambil keputusan yang berada dalam kondisi positive framing akan melakukan investasi tanpa terpengaruh dengan resiko yang ditanggung, pengambil keputusan yang berada dalam kondisi negative framing juga akan melakukan investasi sama halnya dengan pengambil keputusan dalam kondisi tanpa framing. Yahya dan Surya (2012) meneliti tentang pengaruh framing sebagai deteminant of escalation commitment terhadap keputusan investasi dengan working experience sebagai dampaknya menggunakan metode eksperimen dengan empat puluh manajer di Aceh sebagai partisipan. Hasil eksperimen menegaskan ulang bahwa frame keputusan tidak memiliki dampak pada penilaian sebjek yang berpengalaman namun frame tersebut
33
justru berdampak pada penilaian oleh subjek yang tidak berpengalaman untuk melanjutkan proyek. Secara keseluruhan hasil penelitian ini menyatakan bahwa efek frame keputusan dari kinerja investasi memberikan feedback informasi yang negatif terhadap penilaian subjek yang berpengalaman dibandingkan dengan subjek yang tidak berpengalaman. Eveline (2010) melakukan penelitian eksperimen laboratorium untuk menguji pengaruh adverse selection, pembingkaian negatif, dan self eficacy terhadap keputusan investasi proyek yang tidak menguntungkan. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan sehingga manajer yang berada dalam kondisi adverse selection dan pembingkaian negatif akan melakukan eskalasi komitmen dengan melanjutkan proyek investasi yang tidak menguntungkan sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan untuk menutupi kerugian investasi awal.
C. PENURUNAN HIPOTESIS 1. Pengaruh Pelaporan Segmen Operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam positive frame dan Pelaporan Segmen Operasi dengan PSAK 5 yang dinyatakan dalam positive frame terhadap Interpretasi Investor non Profesional IFRS 8 menyajikan pelaporan segmen operasi yang melaporkan dan mengungkapkan informasi segmen operasi perusahaan secara keseluruhan. Maksud dari pelaporan dan pengungkapan secara keseluruhan adalah informasi segmen yang tercantum tidak dilaporkan menurut area geografis seperti PSAK 5 tetapi telah secara komprehensif per segmen atau per divisi. Informasi segmen dalam IFRS 8 ini lebih terpadu dan terintergrasi yang menyederhanakan informasi menjadi ikhtisar yang lebih mudah dipahami oleh investor. Bagi investor non profesional kesederhanaan
34
format dan informasi yang “siap pakai” sangat memengaruhi keputusan investasi mereka karena memudahkan mereka dalam melakukan analisis yang berkaitan dengan
keputusan
investasinya.
Eksperimen
ini
dilakukan
karena
ada
ketidakkonsistenan hasil penelitian seperti penelitian Hope et al., (2009) yang menyatakan bahwa pada perusahaan yang menghentikan pengungkapan laba segmen terdapat penurunan kemampuan investor dalam menggeneralisasi informasi dari pengumuman laba kuartalan. Oleh karena pengalaman berinvestasi investor non profesional masih kurang sehingga mereka masih belum mahir dalam menganalisis laporan keuangan tidak seperti investor profesional atau analis. Semakin sederhana sebuah informasi, maka semakin banyak yang bisa dipahami oleh investor non profesional. Investor non profesional memproses informasi secara berbeda dengan investor profesional, mereka membaca laporan keuangan dalam urutan penyajian laporan tersebut, sehingga mereka memeroleh informasi yang tidak terstruktur karena mereka belum memiliki model valuasi sendiri (Bouwman, 1982: Maines dan McDaniel, 2000; dalam Fortin dan Berthelot, 2009) . Susanto (2008) dalam Wardani dan Sukirno (2014) menyatakan bahwa pembingkaian informasi berpengaruh terhadap sifat keputusan yang diambil. Putri dkk. (2012) yang menyatakan bahwa partisipan mengambil tindakan yang tidak beresiko ketika informasi disajikan dalam bentuk positive framed karena ketika suatu informasi dibingkai secara positif dan tampak menguntungkan, maka kebanyakan individu akan memilih opsi keputusan yang tidak beresiko dan dapat diterima (acceptable). Arifin (2004) juga menyatakan ketika informasi keputusan dapat disederhanakan atau ketika
35
informasi disajikan dalam gain/loss domain positive framing pengaruh framing akan sangat signifikan terhadap pengambilan keputusan dan penilaian partisipan. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1:
Pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam positive frame berpengaruh positif dan signifikan terhadap interpretasi investor non profesional dibandingkan dengan pelaporan segmen operasi dengan PSAK 5
2. Pengaruh Pelaporan Segmen Operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam negative frame dan Pelaporan Segmen Operasi dengan PSAK 5 yang dinyatakan dalam negative frame terhadap Investor non Profesional IFRS 8 menyajikan pelaporan segmen operasi yang melaporkan dan mengungkapkan informasi segmen operasi perusahaan secara keseluruhan. Maksud dari pelaporan dan pengungkapan secara keseluruhan adalah informasi segmen yang tercantum tidak dilaporkan menurut area geografis seperti PSAK 5 tetapi telah secara komprehensif per segmen atau per divisi. Informasi segmen dalam IFRS 8 ini lebih terpadu dan terintergrasi yang menyederhanakan informasi menjadi ikhtisar yang lebih mudah dipahami oleh investor. Bagi investor non profesional kesederhanaan format dan informasi yang “siap pakai” sangat memengaruhi keputusan investasi mereka karena memudahkan mereka dalam melakukan analisis yang berkaitan dengan keputusan investasinya. Hal ini karena pengalaman berinvestasi mereka masih kurang sehingga mereka masih belum mahir dalam menganalisis laporan keuangan tidak seperti investor
36
profesional atau analis. Semakin sederhana sebuah informasi, maka semakin banyak yang bisa dipahami oleh investor. Investor non profesional memproses informasi secara berbeda dengan investor profesional, mereka membaca laporan keuangan dalam urutan penyajian laporan tersebut, sehingga mereka memeroleh informasi yang tidak terstruktur karena mereka belum memiliki model valuasi sendiri (Bouwman, 1982: Maines dan McDaniel, 2000; dalam Fortin dan Berthelot, 2009) . Berbeda dengan Behn et al., dan Wulandari (2011) yang menyatakan bahwa informasi segmen per negara sangat informatif dan berguna karena lebih mudah diinterpretasikan. Susanto (2008) dalam Wardani dan Sukirno (2014) menyatakan bahwa pembingkaian informasi berpengaruh terhadap sifat keputusan yang diambil. Arifin (2004) juga menyatakan ketika informasi keputusan tidak dapat disederhanakan atau ketika informasi disajikan dalam gain/loss domain negative framing pengaruh framing tidak signifikan terhadap pengambilan keputusan dan penilaian partisipan.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H2:
Pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam negative frame berpengaruh negatif terhadap interpretasi investor non
profesional
dibandingkan
PSAK 5
D. MODEL PENELITIAN
37
dengan
pelaporan
segmen
operasi
Berdasarkan uraian landasan teori dan penelitian terdahulu, maka model penelitian ini adalah mengenai analisis pengaruh penerapan IFRS 8 dan framing effect terhadap interpretasi investor non profesional. Gambar 2.1 menampilkan model penelitian terkait dengan pengembangan hipotesis. Berikut model penelitian yang dibuat untuk memudahkan dalam memahami penelitian ini: Gambar 2.1 Skema Model Penelitian Pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam positive frame dibandingkan dengan pelaporan segmen operasi dengan PSAK 5
H1 (+)
Interpretasi investor non profesional Pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam negative frame dibandingkan dengan pelaporan segmen operasi dengan PSAK 5
38
BAB III METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dalam pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang diajukan. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain faktorial 2x2 between subject. Eksperimen ini memanipulasi suatu kasus dengan framing negatif dan framing positif pada pelaporan hanya segmen operasi dan pelaporan dengan segmen geografis dan segmen industri. Tabel 3.1 menyajikan desain eksperimen sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Eksperimen 2x2 Between Subject Format Pelaporan Framing Effect Segmen Operasi
Positif
Negatif
IFRS 8
A
B
Non IFRS 8 (PSAK 5)
C
D
Berikut adalah tugas yang harus diselesaikan oleh partisipan berdasarkan treatment yang diberikan, masing-masing treatment tersebut adalah sebagai berikut: (1) Partisipan yang mendapatkan kasus A diberi treatment kasus dengan IFRS 8 dalam framing positif dan diminta untuk memilih salah satu dari dua alternatif keputusan, yaitu “alternatif A” atau “alternatif B”; (2) Partisipan yang mendapatkan kasus B diberi treatment kasus dengan IFRS 8 dalam framing negatif dan diminta untuk memilih salah satu dari dua alternatif keputusan, yaitu “alternatif A” atau “alternatif B”; (3) Partisipan yang
39
mendapatkan kasus C diberi treatment kasus dengan PSAK 5 dalam framing positif dan diminta untuk memilih salah satu dari dua alternatif keputusan yaitu “alternatif A” atau “alternatif B”; dan (4) Partisipan yang mendapatkan kasus D diberi treatment kasus dengan PSAK 5 dalam framing negatif dan diminta untuk memilih salah satu dari dua alternatif keputusan, yaitu “alternatif A” atau “alternatif B”. Penelitian ini dilakukan secara random terhadap treatment yang diberikan untuk mengurangi pengaruh yang dapat mengganggu validitas hasil penelitian. Penelitian secara random (randomisasi) dilakukan dengan cara setiap partisipan mendapatkan satu perlakuan dan kasus yang berbeda dari peluang kombinasi variabel dengan IFRS 8 dalam framing dan dengan PSAK 5 dalam framing yang diberikan sebanyak empat versi kasus. Setiap versi kasus didistribusikan dalam jumlah yang sama dan diharapkan dapat menghasilkan jumlah partisipan yang sama untuk setiap kombinasi perlakuan yang hampir sama.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian eksperimen dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2015 sampai dengan 21 Desember 2015, sedangkan pelaksanaan pilot test telah dilakukan pada tanggal 3 Desember 2015. Lokasi penelitian eksperimen adalah di gedung Fakultas Ekonomi dan lokasi pelaksanaan pilot test adalah di gedung Pasca Sarjana Fakultas Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
C. SUBJEK PENELITIAN Definisi investor non profesional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah investor baru dan calon investor yang kurang berpengalaman dalam bidang investasi
40
serta memiliki background ekonomi tetapi masih belum memahami IFRS secara tepat. Partisipan yang sesuai untuk mewakili investor non profesional merupakan mahasiswa S1, sebab mereka masih dalam proses belajar dan belum berpengalaman dalam berinvestasi meskipun beberapa dari mereka diduga sudah pernah/sedang berinvestasi di komunitas pasar modal dalam rangka mengaplikasikan wawasan yang diperoleh selama proses perkuliahan. Oleh karena itu, subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam pemilihan partisipan dengan kriteria yaitu mahasiswa S1 Akuntansi yang sedang atau telah mengampu mata kuliah Akuntansi Manajemen, Teori Akuntansi dan Akuntansi Keperilakuan. Partisipan yang diikutsertakan adalah 120 orang dengan masing-masing 30 orang untuk mengisi setiap versi kasus.
D. UJI COBA EKSPERIMEN 1. Pilot Test Pilot test merupakan tahap awal untuk mengujicoba instrumen yang akan digunakan dalam penelitian eksperimen yang sebenarnya. Fungsi pilot test adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman partisipan terhadap instrumen kasus yang diberikan. Pelaksanaan pilot test mengujicoba mahasiswa S2 program studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai partisipan sebanyak 40 orang. Peneliti membagikan instrumen penelitian dan menjelaskan instruksi pengisiannya. Untuk mengukur tingkat pemahaman partisipan terhadap
41
kasus, dapat diketahui dari jawaban manipulation check setiap partisipan yang berpartisipasi dalam pilot test tersebut. Partisipan dikatakan paham apabila jawaban manipulation check memiliki persentase kebenaran ≥ 50% atau dengan menjawab tiga sampai empat pernyataan dengan benar yang tertulis di dalam instrumen kasus.
E. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data kuantitatif terhadap variabel – variabel yang diteliti. Penelitian ini menggunakan instrumen kasus untuk variabel dengan IFRS 8 dan dengan PSAK 5, dan framing effect. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini relatif baru namun peneliti mengkompilasi dari beberapa penelitian seperti Jasrul (2015), Yahya dan Surya (2012), Wibowo dan Purwanugraha (2013), dan Adhikara dkk. (2009). Dari beberapa instrumen tersebut peneliti menyusun instrumen dengan melakukan modifikasi. Peneliti juga memasukkan pertanyaan manipulation check dengan tujuan untuk mengetahui apakah partisipan telah memahami keseluruhan isi kasus ketika memutuskan untuk memilih satu dari dua alternatif yang disediakan dan membuat penilaian berdasarkan alternatif tersebut. Ada empat pertanyaan manipulation check dalam setiap kasus yang terdiri dari dua pertanyaan mengenai informasi umum perusahaan, satu pertanyaan yang berhubungan dengan framing effect terhadap alternatif yang disediakan, dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan format pelaporan segmen operasi pada kasus yang dikerjakan (sesuai dengan manipulasi dan kasus yang dikerjakan oleh masing-masing partisipan). Tabel dibawah ini menggambarkan gars besar instrumen kasus eksperimen.
42
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Penelitian ini menggunakan data primer dan data tersebut diperoleh secara langsung dari partisipan penelitian dengan penyebaran instrumen kasus dalam pelaksanaan eksperimen. Teknik pengumpulan dilakukan dengan cara dilakukan penelitian eksperimen untuk variabel penerapan IFRS 8 (dengan IFRS 8 dan dengan PSAK 5) dan variabel framing effect.
G. TAHAPAN EKSPERIMEN Eksperimen dilakukan dalam empat tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Pengisian Form Pernyataan Kesediaan dan Data Demografi Partisipan Tahap ini merupakan tahap awal dimana partisipan diminta untuk mengisi nama dan semester yang sedang ditempuh beserta mengisi beberapa ketentuan persetujuan yang dilanjutkan dengan menandatangani form sebagai tanda kesediaan dan kesepakatan untuk berpartisipasi dalam eksperimen. Setelah itu, partisipan diminta untuk mengisi data demografi yang disediakan untuk keperluan arsip peneliti. 2. Tahap Treatment Pada tahap ini, partisipan diberikan ilustrasi kasus yang terbagi kedalam empat treatment yaitu: ilustrasi kasus dengan format IFRS 8 dalam framing positif; ilustrasi kasus dengan format IFRS 8 dalam framing negatif; ilustrasi tanpa format IFRS 8 (format PSAK 5) dalam framing positif; dan ilustrasi kasus tanpa format IFRS 8 (format PSAK 5) dalam framing negatif. Dalam kasus, partisipan dimanipulasi untuk bertindak seolah-olah sebagai investor yang berinvestasi di PT. KSHS, sebuah perusahaan penghasil kertas. Treatment tersebut diberikan agar partisipan sebagai seorang investor dapat melihat informasi terkait laba perusahaan, berdasarkan
43
informasi tersebut partisipan memutuskan alternatif yang hendak dipilih, apakah alternatif A atau alternatif B. 3. Tahap Pemberian Penilaian atau Interpretasi Pada tahap ini, setelah diberikan perlakuan, partisipan diminta untuk memberikan penilaian berdasarkan alternatif yang telah dipilih dengan menyatakan apakah alternatif tersebut menguntungkan atau merugikan, dengan tujuan agar peneliti dapat mengetahui apakah partisipan dapat menafsirkan informasi yang diberikan dalam kasus. Opsi tersebut diukur dengan menggunakan skala Diferensial Semantik sesuai dengan persepsi partisipan dengan melingkari angka/poin dari skala. 4. Tahap Manipulation Check Pada tahap ini, ada empat soal dalam manipulation check. Partisipan diminta untuk melingkari jawaban benar atau salah (B/S) pada setiap pernyataan yang tertulis. Manipulation check merupakan kontrol atas jawaban yang diberikan partisipan untuk mengukur besarnya kemampuan partisipan dalam memahami ilustrasi kasus yang diberikan.
H. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Variabel Dependen Interpretasi segmen merupakan kemampuan pengguna laporan keuangan khususnya pihak eksternal untuk memahami dan menafsirkan informasi segmen yang disajikan dari angka laba segmen yang tertera, sehingga pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan terkait dengan informasi segmen tersebut. Biasanya penilaian tersebut berupa apakah segmen tersebut menguntungkan atau merugikan bagi pengguna laporan keuangan. Pada penelitian ini, peneliti
44
menggunakan investor non profesional sebagai subjek pengguna laporan keuangan. Investor non profesional merupakan investor yang memiliki pemahaman kurang memadai dalam hal analisis dan penilaian informasi dalam laporan keuangan, khususnya ketika suatu informasi yang sama disajikan dalam format yang berbeda, baik berbeda aturan pelaporan (PSAK 5 vs IFRS 8) maupun berbeda cara penyajian dan pembingkaian informasi (framing) maka analisis dan penilaian investor non profesional menjadi berbeda pula. Investor non profesional cenderung merupakan investor baru, belum berpengalaman dalam berinvestasi dan memiliki background ekonomi yang memadai tetapi ia tidak paham dengan baik terhadap aturan yang digunakan dalam laporan keuangan, sehingga ia cenderung bias dalam menilai informasi dan cenderung salah dalam pembuatan keputusan. Dengan demikian, interpretasi investor non profesional merujuk pada seberapa jauh pemahaman dan kemampuan investor dalam menafsirkan dan menginterpretasikan informasi segmen perusahaan untuk menilai dan mengambil keputusan terkait keputusan investasinya. Pengukuran variabel interpretasi investor non profesional dilakukan dengan melihat jawaban partisipan dalam skala 1 sampai 7. Skala 1-3 adalah interpretasi merugikan dan skala 4-7 adalah interpretasi menguntungkan. Skor 1 adalah skor terendah yang berarti partisipan menilai bahwa opsi keputusan investasi yang diambil adalah sangat merugikan dan skor 7 adalah skor tertinggi yang berarti partisipan menilai bahwa opsi keputusan investasi yang diambil adalah sangat menguntungkan. 2. Variabel Independen a. Penerapan IFRS 8
45
IFRS 8 merupakan salah satu aturan yang mengatur pelaporan dan pengungkapan segmen operasi perusahaan. IFRS 8 memerlukan pengungkapan segmen operasi yang digunakan oleh manajemen secara internal untuk membuat keputusan (Crawford et al., 2012). Penerapan IFRS 8 adalah standar IFRS yang diterapkan di perusahaan multi segmen
terkait dengan pengungkapan dan
pelaporan segmen operasi dalam perusahaan, mulai berlaku di Indonesia sejak Januari 2012. Faktor pembeda dari variabel ini adalah pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 dan pelaporan segmen operasi dengan PSAK 5.
b. Framing Effect Framing effect didefinisikan sebagai pembingkaian informasi yang dapat memengaruhi
decision
maker
dalam
pembuatan
keputusan.
Framing
membingkai informasi menjadi informasi yang bersifat gain dan loss. Ketika sebuah informasi dibingkai secara berbeda, maka hal tersebut akan memengaruhi decision maker dalam membuat keputusan. Framing yang diberikan dalam instrumen kasus diduga dapat memengaruhi interpretasi investor non profesional terhadap opsi keputusan investasi yang diambil baik menghentikan maupun melanjutkan segmen. Dalam variabel independen ini, partisipan diberi dua opsi alternatif yang mengandung positive dan negative framing. Untuk mengukur variabel ini mengadopsi dari penelitian Yahya dan Surya (2012) dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan dengan penelitian ini. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan memberikan skor 0 dan
46
1, perlakuan positive framing diberi skor 1 dan perlakuan negative framing diberi skor 0.
I. UJI KUALITAS INSTRUMEN DAN DATA 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas instrumen merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur kualitas kasus dan untuk mengetahui kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini, jenis uji validitas yang digunakan adalah face validity dan content validity. Teknik face validity digunakan untuk mengukur variabel penerapan IFRS 8 (dengan format dan tanpa format IFRS 8) dan variabel framing effect dimana instrumen penelitiannya berupa simulasi kasus dalam pemilihan alternatif keputusan terhadap pemberhentian segmen dan penilaian apakah alternatif yang dipilih menguntungkan atau merugikan menurut partisipan. Dalam teknik face validity, instrumen dikatakan valid dan dapat diukur dengan melihat dan membaca ilustrasi kasus secara sekilas. Untuk cara pengukuran face validity, peneliti meminta mahasiswa S2 yang berpartisipasi dalam pilot test, beberapa karyawan perusahaan, dan beberapa dosen pembimbing untuk membaca dan mengisi instrumen kasus tersebut dan meminta pendapat dan saran serta kritik mereka untuk keperluan revisi. Pendapat, saran, dan kritik serta hasil pengukuran face validity tersebut kemudian menjadi bahan untuk perbaikan dalam penggunaan kata dan penjelasan instruksi pengisian agar lebih mudah dipahami oleh partisipan. Untuk teknik content validity digunakan untuk variabel framing effect. Menurut Sekaran (2006) dalam Nazaruddin dan Basuki (2015) menyatakan bahwa content
47
validity atau validitas isi secara garis besar adalah apakah pengukuran benar-benar mengukur konsep. Content validity memastikan memasukkan sekumpulan item yang memadai dan mewakili sehingga dapat mengungkap konsep. Semakin skala item mencerminkan keseluruhan konsep yang diukur maka semakin besar tingkat validitas isinya. Alasan peneliti memilih untuk menggunakan teknik content validity adalah peneliti ingin mengetahui dan menguji apakah konsep akuntansi manajemen yang direpresentasikan dengan ilustrasi upaya pemberhentian segmen dalam kasus ketika diframingkan akan cocok dengan beberapa hasil penelitian yang ada bahwa keputusan investasi akan dipengaruhui oleh framing effect.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang sama dengan varians yang sama (homogen) atau tidak sama (heterogen). Suatu penelitian yang baik adalah apabila variansnya sama, sehingga penelitian tersebut tidak bias. Metode pengujian yang digunakan adalah test of homogenity of variances dengan kriteria pengujian yaitu jika nilai sig ≥ α 0,05 maka variansi populasi adalah sama. 3. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi dari suatu data yang diperoleh.
48
J. UJI KUALITAS DATA (UJI ASUMSI KLASIK) Uji asumsi klasik dilakukan dengan menguji normalitas distribusi data, korelasi, kolinearitas, dan kesamaan varians antar variabel, antar variabel dengan melakukan uji berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual terdistribusi normal. Jika data terdistribusi normal maka model regresi penelitian dapat dikatakan baik. Untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak dapat dilihat dengan melakukan uji One Sample t – test Kolmogorov – Smirnov. Distribusi data dapat dilihat dari nilai sig, apabila nilai sig ≥ 0,05 maka data terdistribusi normal, dan apabila nilai sig ≥ 0,05 serta terdapat tanda (*) maka data terdistribusi normal dan signifikan. 2. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Model regresi yang baik adalah yang tidak mengandung autokorelasi. Uji Durbin – Watson adalah yang paling sering digunakan untuk melakukan uji autokorelasi dengan ketentuan jika nilai d terletak antara dU dan (4-dU) artinya tidak terjadi autokorelasi. 3. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah hubungan linier antara variabel independen X dalam model regresi. Jika hubungan linier antar variabel independen dalam model regresi adalah korelasi sempurna maka variabel-variabel tersebut berkolinearitas ganda sempurna. Suatu model regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi multikolinearitas
49
antar variabelnya. Untuk mengetahui apakah terdapat multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance Inflation Factors (VIF) dan nilai tolerance, dengan ketentuan apabila nilai VIF ≤ 10 dan nilai tolerance ≥ 0,10 maka tidak terjadi multikolinearitas.
4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. model regresi yang baik adalah yang terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain atau disebut homokedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas maka dilakukan uji Glejser, dengan cara meregresikan variabel independen dengan nilai absolutnya. Jika nilai sig variabel independen ≥ 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
K. UJI HIPOTESIS DAN ANALISIS DATA Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan menggunakan model persamaan regresi berganda untuk menguji pengaruh variabel independen penerapan IFRS 8 dan framing effect sebagai berikut: PSEG
=
α + ß1 IFRS + ß2 FRAMING + Ɛ
Keterangan: PSEG
=
adalah interpretasi laba segmen yang diukur dengan menggunakan skala 1-7.
α
=
adalah konstanta.
50
IFRS
=
adalah
penerapan
pelaporan
IFRS
8
yang
meliputi
format
IFRS dan format pelaporan tanpa IFRS 8
dan PSAK 5. FRAMING
=
adalah
framing
effect
yang
membingkai
segmen dalam format IFRS 8 dengan negative frame
informasi
positive dan
dan informasi segmen dalam format
PSAK 5 dengan positive dan negative frame. Skor 1 untuk
positive
framing
dan
skor
0
untuk
negative
framing. Ɛ
=
error.
Analisis regresi berganda dilakukan untuk membuat model regresi dan menguji pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5% (0,05). Kriteria hipotesis diterima jika: 1. Nilai sig ≤ α 0,05 dan 2. Koefisien regresi searah dengan hipotesis. Untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian hipotesis menggunakan software analisis SPSS 16.0. pengujian hipotesis tersebut menggunakan beberapa pengujian sebagai berikut: a. Uji Statistik F Uji statistik F dalam regresi linier berganda dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dengan ketentuan pengujian jika nilai sig F ≤ 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
51
b. Uji Statistik t (Uji Parsial) Uji statistik t dalam regresi linier berganda dilakukan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dengan kriteria hipotesis diterima jika: 1) Nilai sig t ≤ α 0,05 dan 2) Koefisien regresi searah dengan hipotesis. c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Uji koefisien determinasi digunakan untuk menguji seberapa besar persentase variabel independen yang diteliti memengaruhi dan menjelaskan variabel dependen sementara sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Dalam regresi berganda, koefisien determinasi yang digunakan adalah besarnya nilai adjusted R2 yang kemudian diubah menjadi bentuk persentase dan diinterpretasikan kemudian sisanya (100% - persentase nilai koefisien Adjusted R2) merupakan variabel penjelas lain yang tidak diteliti dalam model persamaan.
52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN Data penelitian diperoleh melalui penelitian eksperimen pada mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang terdiri atas 116 mahasiswa semester lima dan 4 mahasiswa semester tujuh pada tanggal 15, 16, dan 21 Desember 2015 di Fakultas Ekonomi Gedung D Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Partisipan yang mengisi kasus eksperimen berjumlah 120 orang, dari jumlah tersebut sebanyak 20 partisipan tidak lolos manipulation check masing-masing 5 partisipan pada kasus A; 2 partisipan pada kasus B; 5 partisipan pada kasus C; dan 8 partisipan pada kasus D, sehingga jumlah subjek penelitian yang dapat dijadikan sampel menjadi 96 partisipan. Berikut deskripsi subjek dan data penelitian yang disajikan dalam tabel dibawah ini: Tabel 4.1 Subjek dan Data Penelitian Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Partisipan S1 AKUNTANSI UMY Pengisian tidak lolos manipulation check
Kasus A 30
Jenis Kasus Kasus B Kasus C 30 30
Jumlah Kasus D 30
120 20
5
2
5
8
A
Jenis Kasus B C
D
Partisipan
Jumlah
Berdasarkan pada tabel 4.1 peneliti hanya menggunakan 96 partisipan dari total 120
53
Jumlah data partisipan yang diperoleh Trimming Data yang diolah
25
28
25
22
100
24
25
25
22
4 96
partisipan karena ketika 100 partisipan dianalisis, hasil uji normalitas menunjukkan bahwa residual data tidak berdistribusi normal, sehingga peneliti harus menghilangkan data pengganggu agar residual data dapat berdistribusi normal untuk pengujian hipotesis. Hasil uji normalitas dapat dilihat di bagian lampiran. Tabel 4.2 Jumlah Subjek Penelitian Tiap Kasus Perlakuan (Treatment) Format Laporan
Framing Effect Positive
Negative
Kasus A
Kasus B
30 Partisipan
30 Partisipan
Non
Kasus C
Kasus D
IFRS 8 (PSAK 5)
30 Partisipan
30 Partisipan
Segmen IFRS 8
Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah subjek penelitian untuk masingmasing perlakuan adalah sama baik yaitu untuk perlakuan positive framing dengan format IFRS 8 adalah 30 partisipan; perlakuan negative framing dengan format IFRS 8 adalah 30 partisipan; perlakuan positive framing dengan format non IFRS 8 (PSAK 5) adalah 30 partisipan; dan perlakuan negative framing dengan format non IFRS 8 (PSAK 5) adalah 30 partisipan.
B. HASIL PILOT TEST Pilot test dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman partisipan terhadap kasus yang diberikan dalam posisi sebagai subjek penelitian yang diinginkan dalam
54
penelitian. Pilot test diikuti sebanyak 12 partisipan mahasiswa S2 Magister Manajemen tahun kedua Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang dilakukan pada tanggal 3 Desember 2015 pukul 17.30 WIB di ruang kelas A303 lantai 3 Gedung Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pilot test ini juga diikuti sebanyak 4 partisipan karyawan PT. Asia Pacific Fibre pada tanggal 24 November 2015 pukul 10.00 WIB di ruang EDP lantai dasar wilayah perkantoran PT. Asia Pacific Fibre. Pihak perusahaan hanya mengizinkan 4 karyawan karena alasan jam kerja dan kebijakan perusahaan. Setelah dilakukan penyaringan, dari 16 partisipan yang tidak lolos manipulation check ada 2 partisipan sehingga jumlah partisipan yang lolos syarat pilot test adalah 14 partisipan. Dalam pelaksanaan pilot test peneliti memberikan kasus A, B, C, dan D secara random kepada partisipan sehingga untuk masing-masing kasus dikerjakan oleh 4 partisipan. Kasus A untuk IFRS 8 positive frame, kasus B untuk IFRS 8 negative frame, kasus C untuk PSAK 5 positive frame, dan kasus D untuk PSAK 5 negative frame. Peneliti mengujicobakan seluruh kasus dengan alasan meskipun desain kasus A dan B sama serta kasus C dan D sama, peneliti ingin mengetahui apakah instrumen kasus dapat dan siap digunakan untuk eksperimen yang sesungguhnya dan bagaimana interpretasi yang mereka berikan. Waktu yang peneliti berikan sama dengan waktu yang diberikan pada saat eksperimen berlangsung, yaitu ± 15 menit. Segera setelah pelaksanaan pilot test selesai, peenliti merekap dan mengolah data yang telah didapatkan. Hasil pilot test dapat dilihat dalam lampiran di akhir penelitian ini. Rata–rata partisipan yang mendapatkan kasus A (IFRS 8 positive frame) telah mengerti terhadap kasus yang diberikan, dapat diketahui dari tabel hasil pilot test kasus A bahwa partisipan telah menjawab pernyataan manipulation check dengan benar sebanyak 3 sampai 4 pernyataan atau persentase kebenaran ≥ 50%, keempat partisipan
55
memilih untuk menghentikan segmen dan menilai bahwa opsi tersebut menguntungkan dengan mean tingkat interpretasi sebesar 5,000. Rata–rata partisipan yang mendapatkan kasus B (IFRS 8 negative frame) telah mengerti terhadap kasus yang diberikan, dapat diketahui dari tabel hasil pilot test kasus B bahwa partisipan telah menjawab pernyataan manipulation check dengan benar sebanyak 3 sampai 4 pernyataan atau persentase kebenaran ≥ 50%, 2 partisipan memilih untuk menghentikan segmen dan 1 partisipan memilih untuk melanjutkan segmen. Semua partisipan menilai bahwa opsi tersebut menguntungkan dengan mean tingkat interpretasi sebesar 5,000. Rata–rata partisipan yang mendapatkan kasus C (PSAK 5 positive frame) telah mengerti terhadap kasus yang diberikan, dapat diketahui dari tabel hasil pilot test kasus C bahwa partisipan telah menjawab pernyataan manipulation check dengan benar sebanyak 3 sampai 4 pernyataan atau persentase kebenaran ≥ 50%, 1 partisipan memilih untuk menghentikan segmen dan menilai bahwa opsi tersebut merugikan, 1 partisipan memilih untuk melanjutkan proyek dan menilai bahwa opsi tersebut menguntungkan, dan 1 partisipan memilih untuk menghentikan segmen dan menilai opsi tersebut menguntungkan dengan mean tingkat interpretasi sebesar 3,333. Rata–rata partisipan yang mendapatkan kasus D (PSAK 5 negative frame) telah mengerti terhadap kasus yang diberikan, dapat diketahui dari tabel hasil pilot test kasus D bahwa partisipan telah menjawab pernyataan manipulation check dengan benar sebanyak 3 sampai 4 pernyataan atau persentase kebenaran ≥ 50%, keempat partisipan memilih untuk menghentikan segmen dan menilai bahwa opsi tersebut menguntungkan dengan mean tingkat interpretasi sebesar 5,500.
56
C. UJI KUALITAS INSTRUMEN DAN DATA 1. Uji Validitas Dan Reliabilitas Menurut Sugiyono (2004: 137) dalam Nazaruddin dan Basuki (2015: 71) validitas merupakan tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut tepat dan harus dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur untuk mendapatkan data yang valid, sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menentukan apakah instrumen dapat digunakan lebih dari satu kali oleh responden yang sama meskipun dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda untuk mendapatkan hasil berupa data yang sama dan konsisten. Pengisian instrumen variabel penerapan IFRS 8 berupa format laporan segmen dan variabel framing effect menggunakan jenis validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan sejauhmana instrumen tersebut mewakili konsep yang akan diukur. Metode uji sampel terpakai digunakan untuk menguji validitas pada variabel penerapan IFRS 8 berupa format laporan segmen dan variabel framing effect dengan mengkorelasikan skor item pernyataan dengan skor total item penyataan. Signifikasi yang digunakan dalam uji validitas adalah 0,05 dengan uji dua sisi dan jumlah data (n) = 100 sehingga diperoleh nilai rtabel sebesar 0,202. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: a. Jika nilai rhitung ≥ rtabel maka item-item penyataan dalam instrumen memiliki korelasi signifikan terhadap skor total item penyataan, yang menunjukkan bahwa instrumen atau item-item pernyataan tersebut adalah valid.
57
b. Jika nilai rhitung ≤ rtabel maka item-item penyataan dalam instrumen tidak memiliki korelasi signifikan terhadap skor total item penyataan, yang menunjukkan bahwa instrumen atau item-item pernyataan tersebut adalah tidak valid. Uji validitas isi ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0 melalui uji korelasi Pearson Product Moment. Menurut uji korelasi Pearson Product Moment sebuah item dikatakan valid apabila r hitung atau nilai Pearson Correlation ≥ 0,202, dan item yang memiliki rhitung ≤ 0,202 akan disingkirkan. Hasil uji validitas dilampirkan dalam tabel 4.10. Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Data Item Nilai Pearson Correlation A 0,541 B 0,261 C 0,330 D 0,700 Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Keterangan Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil uji validitas dalam tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa semua item kasus variabel format laporan segmen adalah valid sehingga peneliti tidak perlu menghilangkan item. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji Cronbach Alpha dengan kriteria pengujian sebagai berikut: 1. Jika nilai Cronbach Alpha ≥ 0,90 maka reliabilitas sempurna. 2. Jika nilai Cronbach Alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi. 3. Jika nilai Cronbach Alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat. 4. Jika nilai Cronbach Alpha ≤ 0,50 maka reliabilitas rendah.
58
Nazaruddin dan Basuki (2015: 115) menyatakan bahwa untuk menguji reliabilitas item dapat diketahui dari nilai Cronbach Alpha untuk reliabilitas keseluruhan item dalam satu variabel dengan melakukan Reliability Analysis. Nilai tiap item sebaiknya ≥ 0,40 sehingga dapat dikatakan bahwa item tersebut reliabel dan memiliki konsistensi internal. Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Cronbach Alpha Jumlah Item (N) 0,689 4 Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Keterangan Reliabel moderat
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha dari 4 item penyataan adalah 0,689
yang menyatakan bahwa item tersebut cukup reliabel. Selain
menggunakan uji validitas isi, pengukuran validitas instrumen variabel format laporan segmen menggunakan teknik face validity (validitas muka). Face validity merupakan validitas yang berhubungan dengan apa yang nampak dalam mengukur suatu konsep secara sekilas. Pengukuran instrumen menggunakan teknik ini dilakukan dengan cara peneliti meminta pendapat dosen pembimbing, beberapa orang mahasiswa dan karyawan untuk mengisi instrumen kasus serta memberikan saran atau kritik terhadap kasus tersebut untuk keperluan revisi. Teknik face validity dilakukan dengan pertimbangan bahwa instrumen kasus yang peneliti buat masih belum banyak ditemukan kasus yang relevan dan sejenis dalam penelitian-penelitian terdahulu yang memuat konsep penerapan format IFRS 8 atau PSAK 5 dan framing effect dalam penilaian suatu keputusan investasi oleh investor non profesional. Peneliti melakukan modifikasi pada laporan laba rugi dari sebuah studi kasus dan alternatif opsi keputusan yang diframing dari beberapa instrumen penelitian terdahulu tentang framing effect yang sudah teruji validitasnya,
59
serta peneliti menambahkan tingkat penilaian terhadap alternatif yang dipilih oleh partisipan. Oleh karena itu, penggunaan teknik face validity perlu untuk menguji validitas instrumen kasus.
2. Uji Homogenitas
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas menggunakan test of homogenity of variances. Tes digunakan untuk menguji apakah asumsi ANOVA berlaku atau tidak, yaitu apakah sampel penelitian memiliki kesamaan variansi dan untuk mengetahui apakah setiap kelompok (group) berasal dari populasi yang sama dengan variansi yang juga sama. Kriteria uji homogenitas adalah jika nilai sig ≥ 0,05 maka variansi dari dua atau lebih kelompok data adalah sama (homogen). Peneliti melakukan uji homogenitas menggunakan levene’s test of homogenity of variances. Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Sum F df1 Sumber: 0,963 3 Data primer yang diolah, 2015
df2
Sig. 92
0,414
Keterangan Variansi sama
Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai F sebesar 0,963 dan nilai sig 0,414 ≥ 0,05 artinya keempat variansi kelompok pada penelitian eksperimen ini adalah sama.
3. Uji Statistik Deskriptif Menurut Riduwan dan Sunarto (2013) analisis statistik deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun berkelompok. Tujuan analisis statistik deskriptif adalah untuk menggambarkan data
60
yang aktual dan akurat secara sistematis yang berisi fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diteliti. Pengukuran yang paling umum digunakan adalah mean, minimum, maximum, range, dan standar deviasi. Ada dua kategori statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu statistik deskriptif data demografi partisipan dan statistik deskriptif variabel. a. Statistik Deskriptif Umur Partisipan Tabel 4.6 Umur Partisipan pada Setiap Kasus Mean
Std. Deviation
21,00
20,1667
0,63702
19,00
21,00
20,0800
0,40000
3,00
19,00
22,00
20,2800
0,67823
2,00
19,00
21,00
20,0455
0,72225
Keterangan
N
Range Minimum Maximum
Kasus A
24
2,00
19,00
Kasus B
25
2,00
Kasus C
25
Kasus D
22
Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa rata-rata (mean) umur partisipan dari empat kasus yang diberikan dalam pelaksanaan eksperimen adalah 20,05 sampai 20,28. Nilai maksimum umur partisipan untuk kasus A, B, dan D adalah yaitu 21 tahun sedangkan untuk kasus C adalah 22 tahun dan merupakan umur yang paling tua. Nilai minimum umur partisipan untuk keempat kasus adalah sama yaitu 19 tahun dan merupakan umur yang paling muda. Selisih (range) antara nilai minimum dan maksimum untuk kasus A, B, dan D adalah 2,00 sedangkan selisih untuk kasus C adalah 3,00. Standar deviasi umur partisipan dari empat kasus yang diberikan berkisar 0,400 sampai 0,723. Tabel 4.7 Umur Partisipan Secara Umum Interval Umur 19 20 21
Frekuensi 11 61 23
Percent (%) 11,46 63,54 23,96
61
Cumulative Percent (%) 11,46 75,00 98,96
22 1 1,04 Total 96 100,00 Sumber: Data primer yang diolah, 2015
100,00
Tabel 4.7 menjelaskan frekuensi umur subjek penelitian secara umum. Dalam penelitian ini jumlah terbesar yaitu partisipan yang berumur 20 tahun sebanyak 61 partisipan dari total 96 partisipan, sedangkan jumlah terkecil yaitu partisipan berumur 22 tahun sebanyak 1 partisipan. b. Statistik Deskriptif Jenis Kelamin Tabel 4.8 Jenis Kelamin Partisipan Keterangan Kasus A Kasus B Kasus C Laki – laki 7 8 7 Perempuan 17 17 18 Total 24 25 25 Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Kasus D 4 18 22
Total 26 70 96
Percent 27,08 72,92 100,00
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa eksperimen ini diikuti oleh partisipan laki-laki dan perempuan. Partisipan berjenis kelamin laki-laki pada kasus A sebanyak 7 partisipan, pada kasus B sebanyak 8 partisipan, pada kasus C sebanyak 7 partisipan, dan pada kasus D sebanyak 4 partisipan sedangkan partisipan berjenis kelamin perempuan pada kasus A dan B sebanyak 17 partisipan, pada kasus C dan D sebanyak 17 partisipan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa jumlah partisipan berjenis kelamin perempuan lebih banyak yakni 70 partisipan dibandingkan dengan partisipan berjenis kelamin laki-laki yang hanya 26 partisipan. c. Statistik Deskriptif Status Investasi Tabel 4.9 Status Investasi Partisipan Keterangan Status Investasi Kasus A Percent (%) Status Investasi Kasus B Percent (%) Status Investasi Kasus C
Ya 8 8,33 8 8,33 9
62
Tidak 16 16,67 17 17,71 16
Jumlah 24 25,00 25 26,04 25
Percent (%) Status Investasi Kasus D Percent (%) Jumlah Percent Total (%) Sumber: Data primer yang diolah, 2015
9,375 9 9,375 34 35,41
16,67 13 13,54 62 64,59
26,04 22 22,92 96 100,00
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa terdapat 8 partisipan yang melakukan investasi pada kasus A dan B; dan 9 partisipan pada kasus C dan D sedangkan partisipan yang tidak melakukan investasi pada kasus A berjumlah 16 partisipan; pada kasus B berjumlah 17 partisipan; pada kasus C berjumlah 16 partisipan; dan pada kasus D berjumlah 13 partisipan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dari total 96 partisipan, partisipan yang melakukan investasi sebesar 35,41% dan partisipan yang tidak melakukan investasi sebesar 64,59%. d. Statistik Deskriptif Lama Investasi Tabel 4.10 Lama Investasi Partisipan Keterangan
Kasus A 16
Kasus B 17
0 bulan (tidak berinvestasi) ≤ 6 bulan 3 3 6 bulan – 1 2 tahun 1 – 3 tahun 5 3 ≥ 5 tahun Jumlah 24 25 Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Kasus C 16
Kasus D 13
Jumlah 62
Percent (%) 64,58
1 6
5 2
12 10
12,50 10,42
2 25
2 22
12 96
12,50 0,00 100,00
Tabel 4.10 menjelaskan bahwa ada perbedaan jumlah terhadap lama investasi yang dilakukan partisipan. Terdapat 12 partisipan dalam rentang waktu investasi ≤ 6 bulan; 10 partisipan dalam rentang waktu investasi 6 bulan sampai 1 tahun; 12 partisipan dalam rentang waktu investasi 1 sampai 3 tahun; dan tidak ada partisipan
63
yang berinvestasi dalam rentang waktu ≥ 5 tahun, sehingga total partisipan yang telah berinvestasi adalah 44 partisipan. Di sisi lain, partisipan yang tidak berinvestasi memiliki jumlah terbanyak yakni 62 partisipan dari total keseluruhan 96 partisipan.
e. Statistik Deskriptif Tingkat Semester Tabel 4.11 Tingkat Semester Partisipan Keterangan Jumlah Semester 5 92 Semester 7 4 Total 96 Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Percent (%) 95,83 4,17 100,00
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang berpartisipasi dalam pelaksanaan eksperimen terdiri dari dua tingkat semester, yaitu semester 5 dan semester 7. Partisipasi paling banyak dilakukan oleh mahasiswa semester 5 berjumlah 92 partisipan dan paling sedikit dilakukan oleh mahasiswa semester 7 yang hanya berjumlah 4 orang. f. Statistik Deskriptif Variabel Tabel 4.12 Variabel Independen dan Dependen Keterangan
Std. Minimum Maximum Mean Deviation
N
Range
Penerapan IFRS 8 dan PSAK 8
96
5,00
2,00
7,00
5,0521
1,11798
Framing Effect
96
1,00
1,00
2,00
1,7396
0,44117
9,00
6,7917
1,23046
Interpretasi Investor non 96 6,00 3,00 Profesional Sumber: Data primer yang diolah, 2015
64
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) variabel independen penerapan IFRS 8 adalah 5,052 dengan nilai minimum sebesar 2,00; nilai maksimum sebesar 7,00; dan standar deviasi sebesar 1,118. Nilai rata-rata (mean) variabel independen framing effect adalah 1,739 dengan nilai minimum sebesar 1,00; nilai maksimum sebesar 2,00; dan standar deviasi sebesar 0,441. Sedangkan nilai rata-rata (mean) variabel dependen interpretasi laba segmen oleh investor non profesional adalah 6,792 dengan nilai minimum sebesar 3,00; nilai maksimum sebesar 9,00; dan standar deviasi sebesar 1,230.
D. UJI KUALITAS DATA (UJI ASUMSI KLASIK) 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual data berdistribusi normal atau tidak. Suatu model regresi dikatakan baik apabila data berdistribusi normal. Peneliti melakukan uji normalitas pada keempat kasus menggunakan uji Nonparametric Test One Sample Kolmogorov Smirnov dan melihat normalitas data secara visual melalui Normal P-Plot untuk mengetahui penyebaran data dengan ketentuan pengujian jika nilai sig ≥ 0,05 maka residual data berdistribusi normal. Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas N = 96 Data Primer
Kasus
Interpretasi Investor Non Profesional
A
Jumlah Nilai Signifikansi Item Kolmogorov(N) Smirnov 24 1,306 0,066
B
25
0,991
0,280
C
25
0,834
0,489
65
Keterangan
Berdistribusi normal Berdistribusi normal Berdistribusi normal
D
22
0,787
0,566
Berdistribusi normal
N Total = 96 Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Hasil uji normalitas dari tabel 4.13 menunjukkan bahwa semua data dari keempat kasus berdistribusi normal yang dibuktikan dengan signifikansi semua kasus lebih besar dari 0,05 (kasus A 0,066; kasus B 0,280; kasus C 0,489; kasus D 0,566 ≥ 0,05).
2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji ada tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel independen dalam suatu model regresi linier berganda. Pengujian multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factors (VIF) dalam Collineary Statistics. Kriteria pengujiannya yaitu jika nilai VIF ≤ 10 dan nilai tolerance ≥ 0,1 maka tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel-variabel independen dan sebaliknya. Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinearitas Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,946 1,057
IFRS 8 Positive Frame IFRS 8 Negative 0,933 Model Frame 1 PSAK 5 Positive 0,898 Frame PSAK 5 Negative 0,887 Frame Sumber: Data primer yang diolah, 2015
1,072 1,113 1,128
Keterangan Bebas multikolinearitas Bebas multikolinearitas Bebas multikolinearitas Bebas multikolinearitas
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa variabel IFRS 8 positive frame memiliki nilai tolerance sebesar 0,946 dan nilai VIF sebesar s1,057; variabel IFRS
66
8 negative frame memiliki nilai tolerance sebesar 0,933 dan nilai VIF sebesar 1,057; variabel PSAK 5 positive frame memiliki nilai tolerance sebesar 0,898 dan nilai VIF sebesar 1,113; dan variabel PSAK 5 negative frame memiliki nilai tolerance sebesar 0,887 dan nilai VIF sebesar 1,128. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai tolerance ≥ 0,1 dan nilai VIF ≤ 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas atau tidak ada korelasi antar variabel independen.
3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji ada tidaknya korelasi yang terjadi antar residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah uji Durbin – Watson dengan kriteria pengujian jika nilai d terletak antara dU dan (4-dU) maka tidak terjadi autokorelasi. Nilai Durbin – Watson dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.15 Hasil Uji Autokorelasi Model Nilai Durbin – Watson 1 0,840 Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Keterangan Bebas autokorelasi
Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa nilai Durbin – Watson sebesar 0,840. Penelitian ini memiliki jumlah variabel bebas (k) sebanyak 4 variabel dan jumlah data (n) sebanyak 96, oleh karena itu dari tabel pembanding didapatkan nilai dU sebesar 1,7553. Hasil pengujian adalah 1,7553 ≥ 0,840 ≤ 2,2477 atau dU ≥ dW ≤ (4-dU), sehingga dapat disimpulkan bahwa antar residual tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini.
67
4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji ada tidaknya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi, sebab model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki kesamaan varian (homokedastisitas). Alat uji yang digunakan adalah uji Glejser dengan kriteria pengujian jika nilai sig ≥ α 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Tabel 4.16 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1(Constant)
B
Std. Error
2.044
1.511
IFRS8_Pos_Fram
-.037
.151
IFRS8_Neg_Fram
-.044
PSAK5_Pos_Fram PSAK5_Neg_Fram
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
1.353
.194
-.058
-.246
.809
.145
-.073
-.306
.764
.030
.145
.051
.210
.836
-.130
.115
-.279
-1.135
.272
Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa variabel IFRS 8 positive frame memiliki nilai sig 0,809 ≥ 0,05; variabel IFRS 8 negative frame memiliki nilai sig 0,764 ≥ 0,05; variabel PSAK 5 positive frame memiliki nilai sig 0,836 ≥ 0,05; dan variabel PSAK 5 negative frame memiliki nilai sig 0,272 ≥ 0,005 yang menunjukkan bahwa tidak satupun variabel independen yang memengaruhi variabel dependen secara signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
68
E. HASIL PENELITIAN (UJI HIPOTESIS) 1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 adalah persentase kecocokan model. R2 pada persamaan regresi rentan terhadap penambahan variabel independen dimana semakin banyak variabel independen yang terlibat maka semakin besar pula nilai R2. Oleh karena itu Adjusted R2 digunakan pada analisis regresi linier berganda (Nazaruddin dan Basuki, 2015: 96). Tabel 4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Summaryb Model
R
1
.906a
R Square
Adjusted R Square
.822
.780
Std. Error of the Estimate 1.20889
DurbinWatson .840
Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.17 nilai Adjusted R2 sebesar 0,780 artinya variabel IFRS 8 positive frame, IFRS 8 negative frame, PSAK 5 positive frame, dan PSAK 5 negative frame menjelaskan variabel interpretasi investor non profesional sebesar 78,0%, sedangkan sisanya sebesar 22,0% dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang tidak diteliti.
2. Uji Statistik F Uji statistik F dalam analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dengan ketentuan pengujian jika nilai sig F ≤ α 0,05 maka variabel IFRS 8 positive frame,
69
IFRS 8 negative frame, PSAK 5 positive frame, dan PSAK 5 negative frame berpengaruh secara simultan. Tabel 4.18 Hasil Uji F ANOVAb Model
Sum of Squares
df
Mean Square
1 Regression
114.429
4
28.607
Residual
24.844
17
1.461
139.273
21
Total
F 19.575
Sig. .000a
Sumber: Data primer yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa nilai F sig ≤ α 0,05 yaitu 0,000 ≤ 0,05 artinya variabel IFRS 8 positive frame, IFRS 8 negative frame, PSAK 5 positive frame, dan PSAK 5 negative frame berpengaruh signifikan secara simultan terhadap interpretasi investor non profesional.
3. Uji Statistik t (Uji Parsial) Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dengan kriteria hipotesis diterima jika nilai sig t ≤ α 0,05 maka variabel IFRS 8 positive frame, IFRS 8 negative frame, PSAK 5 positive frame, dan PSAK 5 negative frame berpengaruh terhadap interpretasi investor non profesional.
70
Tabel 4.19 Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
Model 1(Constant)
-.308
2.472
-.125
.902
IFRS8 Pos Fram
.891
.247
.379 3.602
.002
.946 1.057
IFRS8 Neg Fram
.625
.237
.279 2.634
.017
.933 1.072
PSAK5 Pos Fram
.651
.236
.298 2.755
.014
.898 1.113
PSAK5 Neg Fram
.864
.188
.501 4.604
.000
.887 1.128
Sumber: Data primer yang diolah, 2015
a. Hasil Pengujian Hipotesis Satu (H1) Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa variabel IFRS 8 positive frame memiliki nilai sig t ≤ α 0,05 yaitu 0,002 ≤ 0,05 dan arah koefisien regresi adalah positif artinya IFRS 8 positive frame berpengaruh positif dan signifikan terhadap interpretasi investor non profesional. Untuk variabel PSAK 5 positive frame memiliki nilai sig t ≤ α 0,05 yaitu 0,014 ≤ 0,05 dan arah koefisien regresi positif artinya PSAK 5 positive frame berpengaruh positif dan signifikan terhadap interpretasi investor non profesional. Nilai sig t IFRS 8 positive frame ≤ nilai sig t PSAK 5 positive frame yaitu 0,002 ≤ 0,014 artinya IFRS 8 positive frame berpengaruh positif dan lebih signifikan dibandingkan dengan PSAK 5 positive frame. H1 diterima atau terdukung.
b. Hasil Pengujian Hipotesis Dua (H2)
71
Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa variabel IFRS 8 negative frame memiliki nilai sig t ≤ α 0,05 yaitu 0,017 ≤ 0,05 dan arah koefisien regresi adalah positif artinya IFRS 8 negative frame berpengaruh positif dan signifikan terhadap interpretasi investor non profesional. Untuk variabel PSAK 5 negative frame memiliki nilai sig t ≤ α 0,05 yaitu 0,000 ≤ 0,05 dan arah koefisien regresi positif artinya PSAK 5 negative frame berpengaruh positif dan signifikan terhadap interpretasi investor non profesional. Nilai sig t IFRS 8 negative frame ≥ nilai sig t PSAK 5 negative frame yaitu 0,017 ≥ 0,000 artinya PSAK 5 negative frame berpengaruh positif dan lebih signifikan dibandingkan dengan IFRS 8 negative frame. H2 ditolak atau tidak terdukung.
F. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Peneliti telah melakukan pengujian dan analisis tambahan terhadap hipotesishipotesis yang diajukan dalam penelitian eksperimen ini, berikut analisis dan pembahasan hasil penelitian: Pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam positive frame dibandingkan dengan pelaporan segmen operasi dengan PSAK 5
IFRS 8 Positive Frame Sig. H1: 0,002 ≤ α 0,05 PSAK 5 Positive Frame Sig. H1: 0,014 ≤ α 0,05
Interpretasi investor non profesional Pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam negative frame dibandingkan dengan pelaporan segmen operasi dengan PSAK 5
IFRS 8 Negative Frame Sig. H2: 0,017 ≤ α 0,05 PSAK 5 Negative Frame Sig. H2: 0,000 ≤ 0,05 72
Gambar 4.1 Nilai Signifikansi Tiap Hipotesis
Tabel 4.20 Analisis Tambahan per Kasus Kasus A
Keterangan
Penilaian (Interpretasi) Menguntungkan Merugikan
Total Persentase
IFRS 8 Positive Frame Menghentikan Melanjutkan
18 (75,00%) 5 (20,83%)
1 (4,17%) 0 (0,00%)
24 (100%)
Lanjutan Tabel 4.20 Kasus B
C
D
Keterangan
Penilaian (Interpretasi) Menguntungkan Merugikan
Total Persentase
IFRS 8 Negative Frame Menghentikan Melanjutkan PSAK 5 Positive Frame Menghentikan Melanjutkan PSAK 5 Negative Frame
Menghentikan Melanjutkan Sumber: Data primer yang diolah, 2015
18 (72,00%) 6 (24,00%)
1 (4,00%) 0 (0,00%)
25 (100%)
18 (72,00%) 6 (24,00%)
1 (4,00%) 0 (0,00%)
25 (100%)
13 (59,09%) 7 (31,82%)
1 (4,55%) 1 (4,55%)
22 (100%)
Tabel 4.21 Mean Penilaian Menguntungkan atas Opsi Menghentikan Segmen Berdasarkan Status Investasi
73
Standar deviasi dalam tanda kurung Formal Laporan Segmen IFRS 8 Positive Frame PSAK 5 Positive Frame IFRS 8 Negative Frame PSAK 5 Negative Frame Total
Status Investasi Tidak Berinvestasi 5,154 (0,899) n = 13 5,583 (0,996) n = 12 5,091 (1,221) n = 11 5,286 (1,112) n=7 5,279 (1,031) n = 43
Berinvestasi 5,000 (1,000) n=5 4,667 (0,516) n=6 5,429 (0,787) n=7 5,667 (1,366) n=6 5,208 (0,977) n = 24
Total 5,111 (0,900) n = 18 5,278 (0,958) n = 18 5,222 (1,060) n = 18 5,462 (1,198) n = 13
Sumber: Data primer yang diolah, 2015
1. Pelaporan Segmen Operasi dengan IFRS 8 yang Dinyatakan dalam Positive Frame Berpengaruh Positif terhadap Interpretasi Investor non Profesional Dibandingkan dengan Pelaporan Segmen Operasi dengan PSAK 5. Hasil pengujian hipotesis 1 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa informasi segmen dalam IFRS 8 dengan positive frame berpengaruh positif dan signifikan terhadap interpretasi investor non profesional dibandingkan informasi segmen dalam PSAK 5 dengan positive frame. Peran format laporan segmen IFRS 8 seharusnya memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap opsi investor dan penilaian atas opsi tersebut karena format laporan segmen operasi dalam IFRS 8 menyajikan informasi segmen yang lebih sederhana dan secara komprehensif dibandingkan dengan PSAK 5 yang menyajikan informasi segmen dengan tambahan rincian area geografis. Semakin banyak informasi maka semakin kecil yang dipahami oleh investor. Bagi investor non profesional seperti mahasiswa yang belum memiliki banyak pengalaman dalam berinvestasi, kesederhanaan format penyajian informasi sangat memengaruhi
74
mereka dalam proses pemahaman informasi itu sendiri dan framing berperan dalam pembentukan persepsi terhadap pemahaman mereka atas informasi tersebut untuk pengambilan keputusan investasi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kesederhanaan format IFRS 8 dengan positive frame berpengaruh signifikan karena lebih mudah dipahami secara keseluruhan oleh partisipan terhadap interpretasi mereka atas opsi yang dipilih, konsisten dengan penelitian Arifin (2004) yang menyatakan ketika informasi keputusan dapat disederhanakan atau ketika informasi disajikan dalam gain/loss domain positive framing pengaruh framing akan sangat signifikan terhadap pengambilan keputusan partisipan. Format yang sederhana memungkinkan bagi investor non profesional untuk menyerap semua informasi karena keterbatasan yang dimiliki, maka investor non profesional akan menggunakan cara-cara yang sederhana untuk memproses informasi tersebut. Investor non profesional akan lebih mudah memahami konten informasi untuk pengambilan keputusan sehingga penilaian dan interpretasi mereka terhadap keputusan yang diambil berdasarkan informasi yang disajikan akan lebih tinggi, artinya semakin sederhana format pelaporan segmen maka semakin tinggi penilaian dan interpretasi investor non profesional terkait keputusan yang diambil. Dalam kondisi dimana informasi disajikan dalam positive frame, ada kecenderungan dari investor untuk memilih opsi yang menguntungkan bagi mereka. Jika dilihat dalam tabel 4.20 dapat diketahui bahwa dari kedua format laporan segmen operasi yaitu IFRS 8 dan PSAK 5 yang diframe positif, mahasiswa yang memilih opsi menghentikan dan menilai bahwa opsi tersebut menguntungkan berjumlah paling banyak daripada penilaian lainnya.
75
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Putri dkk. (2012) yang menyatakan bahwa partisipan mengambil tindakan yang tidak beresiko ketika informasi disajikan dalam bentuk positive framed karena ketika suatu informasi dibingkai secara positif dan tampak menguntungkan, maka kebanyakan individu akan memilih opsi keputusan yang tidak beresiko dan dapat diterima (acceptable). Terkait dengan Teori Prospek, hasil tersebut konsisten dengan penelitian Bateman dan Zeithaml (1989) dalam keadaan informasi disajikan dengan bingkai positif decision maker cenderung akan menghindari resiko dengan mengambil keuntungan yang pasti daripada menghadapi resiko keuntungan yang tidak pasti dengan tidak melanjutkan proyek. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak
ada perbedaan interpretasi atas opsi
menghentikan segmen diantara kedua format laporan tersebut dalam kondisi positive frame, dan ada pengaruh format laporan segmen dan positive frame lebih besar terjadi kepada mahasiswa yang diberikan kasus dalam IFRS positive frame. Status investasi juga ternyata mendukung hasil penelitian ini. Subjek penelitian merupakan mahasiswa S1 yang dibedakan menjadi dua yaitu partisipan yang berinvestasi dan partisipan yang tidak berinvestasi. Seperti yang dijelaskan dalam tabel 4.21 bahwa antara format laporan segmen IFRS 8 dengan positive frame pada mahasiswa yang berinvestasi dengan yang tidak berinvestasi tidak ada perbedaan interpretasi yang menyatakan bahwa opsi menghentikan segmen merupakan menguntungkan, justru mean penilaian menguntungkan partisipan yang tidak berinvestasi lebih besar dibandingkan dengan yang berinvestasi (mean 5,154 > 5,000). Temuan yang berbeda berlaku pada format laporan segmen PSAK 5 dengan positive frame dimana pada partisipan yang berinvestasi mean penilaian mereka lebih kecil
76
dibandingkan pada partisipan ynag berinvestasi dengan PSAK 5 positive frame (mean 4,667 < 5,583). Pada partisipan yang berinvestasi yang diberikan format laporan segmen IFRS 8 dengan positive frame, mean penilaian menguntungkan mereka lebih besar karena kepada mereka yang berinvestasi terbiasa membaca dan menganalisis laporan keuangan saat ini yang sudah terstandar IFRS dan framing memengaruhi mereka (mean = 5,000). Sedangkan kepada mahasiswa yang diberikan format laporan segmen PSAK 5 mean penilaian menguntungkan mereka lebih kecil (mean = 4,667), mereka tidak terbiasa dengan laporan keuangan yang terstandar PSAK 5 karena sejak tahun 2012 semua perusahaan go public sudah menggunakan standar IFRS dan framing juga memengaruhi mereka. Temuan tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan interpretasi antara partisipan yang berinvestasi yang diberikan format laporan segmen IFRS 8 dengan format laporan segmen PSAK 5 dengan positive frame. Sebaliknya kepada mahasiswa yang tidak berinvestasi yang diberikan format laporan segmen PSAK 5 dengan positive frame mean penilaian menguntungkan mereka lebih besar dibandingkan jika diberikan format laporan segmen IFRS 8 dengan positive frame. Hasil ini mendukung hasil penelitian Biyanto (2001) yang menyatakan bahwa pembingkaian informasi memang berpengaruh terhadap sifat keputusan yang diambil, dan pengaruh tersebut akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya pengalaman individual, meskipun pengalaman investasi yang dimiliki partisipan dalam penelitian ini masih kurang sehingga dalam proses memilih opsi dan memberikan penilaian tidak begitu terpengaruh oleh kemungkinan kerugian atau resiko yang akan diterima.
77
2. Pelaporan Segmen Operasi dengan IFRS 8 yang Dinyatakan dalam Negative Frame Berpengaruh Negatif terhadap Interpretasi Investor non Profesional Dibandingkan dengan Pelaporan Segmen Operasi dengan PSAK 5 Hasil pengujian hipotesis 2 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa informasi segmen dalam IFRS 8 dengan negative frame dan PSAK 5 dengan negative frame berpengaruh positif terhadap interpretasi investor non profesional. Pelaporan segmen operasi dengan PSAK 5 dalam negative frame berpengaruh positif dan signifikan terhadap interpretasi investor non profesional dibandingkan dengan pelaporan segmen operasi dalam IFRS 8 dengan negative frame. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 2 yang diajukan peneliti ditolak. Peran format laporan segmen IFRS 8 seharusnya memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pilihan opsi investor dan penilaian atas opsi tersebut karena format laporan segmen operasi dalam IFRS 8 menyajikan informasi segmen yang lebih sederhana dan secara komprehensif dibandingkan dengan PSAK 5 yang menyajikan informasi segmen dengan tambahan rincian area geografis. Namun hasil penelitian eksperimen yang didapatkan berbeda. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Behn et al., (2002) dan Wulandari (2011) yang menyatakan bahwa informasi segmen per negara secara signifikan sangat informatif dan berguna karena lebih mudah diinterpretasikan. PSAK 5 menyajikan segmen geografis dalam pelaporan segmen yang tercantum di laporan keuangan, artinya semakin rinci informasi segmen per negara yang disajikan maka semakin tinggi pula informasi yang dapat diinterpretasikan oleh investor sebab investor meyakini bahwa informasi seperti itu mencerminkan aktivitas operasi perusahaan atau anak perusahaan selama periode akuntansi yang tersebar tidak hanya di satu wilayah geografis.
78
Dengan mengetahui informasi segmen per negara, maka investor dapat meninjau tidak hanya aktivitas operasi segmen dalam negeri tetapi juga segmen di negara lain yang akan memberikan gambaran mengenai kajian kinerja perusahaan di masa lalu dan prospek di masa depan yang lebih baik. pengungkapan segmen geografis memberikan informasi yang lebih baik terkait foreign earnings perusahaan. Dalam kondisi dimana informasi disajikan dalam negative frame, ada kecenderungan dari investor untuk memilih opsi yang menguntungkan bagi mereka. Jika dilihat dalam tabel 4.20 dapat diketahui bahwa dari kedua format laporan segmen operasi yaitu IFRS 8 dan PSAK 5 yang diframe negatif, mahasiswa yang memilih opsi menghentikan dan menilai bahwa opsi tersebut menguntungkan berjumlah paling banyak daripada penilaian lainnya, namun penilaian cenderung beragam ketika informasi disajikan dalam PSAK 5 negative frame, dimana partisipan tidak hanya memilih opsi menghentikan tetapi juga memilih opsi melanjutkan dan memiliki penilaian merugikan. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan interpretasi atas opsi menghentikan segmen diantara kedua format laporan tersebut dalam kondisi negative frame, meskipun tidak ada perbedaan namun pengaruh format laporan segmen dan negative frame lebih besar dan sangat signifikan terjadi kepada mahasiswa yang diberikan kasus dalam PSAK 5 negative frame. Hasil ini menandakan bahwa partisipan mempertimbangkan informasi lain dalam kasus PSAK 5 negative frame. Ternyata ketidaksederhanaan format atau informasi dalam PSAK 5 justru memberikan pertimbangan lain pada partisipan, berbeda dengan hasil penelitian Arifin (2004) yang menyatakan bahwa ketika informasi keputusan tidak dapat disederhanakan atau ketika informasi keputusan disajikan dalam gain/loss domain
79
negative frame pengaruh framing tidak signifikan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan partisipan. Rincian informasi segmen per area geografis yang terdapat dalam PSAK 5 akan menambah daftar panjang informasi segmen perusahaan yang harus dianalisis dan membuat informasi tersebut. Investor non profesional akan mengetahui lebih banyak informasi mengenai segmen per area geografis dibandingkan dengan yang terdapat dalam IFRS 8, dari informasi-informasi tersebut mereka dapat mempertimbangkan kemungkinan lain dengan matang sebelum mengambil keputusan agar mereka tidak salah langkah terhadap keputusan investasi jangka panjang mereka, sehingga mereka dapat meminimalisir kerugian yang diterima. Bagi investor non profesional yang memiliki keterbatasan pengalaman investasi dengan memanfaatkan banyaknya rincian informasi, mereka dapat memanfaatkan rincian tersebut untuk membuat list atau highlight atau poin-poin penting untuk keperluan analisis. Informasi segmen per area geografis juga dapat menjadi pembanding antara investasi dalam negeri dengan investasi asing (luar negeri). Dengan demikian, semakin banyak informasi segmen per area geografis, maka semakin banyak pula informasi yang dapat dipertimbangkan untuk pengambilan keputusan investasi. Status investasi juga ternyata mendukung hasil penelitian ini. Subjek penelitian merupakan mahasiswa S1 yang dibedakan menjadi dua yaitu partisipan yang berinvestasi dan partisipan yang tidak berinvestasi. Seperti yang dijelaskan dalam tabel 4.21 bahwa antara format laporan segmen IFRS 8 dengan negative frame pada mahasiswa yang berinvestasi dengan yang tidak berinvestasi ada perbedaan interpretasi yang menyatakan bahwa opsi menghentikan segmen merupakan menguntungkan, dan mean penilaian menguntungkan partisipan yang tidak
80
berinvestasi lebih kecil dibandingkan dengan yang berinvestasi (mean 5,429 > 5,091). Temuan yang sama juga berlaku pada format laporan segmen PSAK 5 dengan negative frame (mean 5,667 > 5,286) . Pada partisipan yang berinvestasi yang diberikan format laporan segmen IFRS 8 dengan negative frame, mean penilaian menguntungkan mereka lebih kecil sedangkan kepada mahasiswa yang diberikan format laporan segmen PSAK 5 mean penilaian menguntungkan mereka lebih besar dan framing juga memengaruhi mereka sangat signifikan (mean 5,429 < 5,667). Temuan tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan interpretasi antara partisipan yang berinvestasi yang diberikan format laporan segmen IFRS 8 dan PSAK5 dengan negative frame atas opsi menghentikan segmen. Kepada mahasiswa yang tidak berinvestasi yang diberikan format laporan segmen PSAK 5 dengan negative frame, mean penilaian menguntungkan mereka lebih besar dibandingkan jika diberikan format laporan segmen IFRS 8 dengan negative frame (mean 5,091 < 5,286). Hasil ini mendukung hasil penelitian Biyanto (2001) yang menyatakan bahwa pembingkaian informasi memang berpengaruh terhadap sifat keputusan yang diambil, dan pengaruh tersebut akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya pengalaman individual, meskipun pengalaman investasi yang dimiliki partisipan dalam penelitian ini masih kurang sehingga dalam proses memilih opsi dan memberikan penilaian tidak begitu terpengaruh oleh kemungkinan kerugian atau resiko yang akan diterima.
81
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh penerapan IFRS 8 dan framing effect terhadap interpretasi investor non profesional, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam positive frame berpengaruh positif dan signifikan terhadap interpretasi investor non profesional dibandingkan dengan pelaporan segmen operasi dengan PSAK 5 yang dinyatakan dalam positive frame. 2. Pelaporan segmen operasi dengan PSAK 5 yang dinyatakan dalam negative frame berpengaruh positif dan signifikan terhadap interpretasi investor non profesional dibandingkan dengan pelaporan segmen operasi dengan IFRS 8 yang dinyatakan dalam negative frame.
B. KETERBATASAN Setelah melakukan analisis dan pembahasan serta menyimpulkan hasil penelitian, peneliti memaparkan adanya beberapa keterbatasan yang muncul baik dalam proses penelitian eksperimen maupun dalam proses pengolahan data yang berpotensi memengaruhi hasil akhir penelitian eksperimen ini sebagai berikut: 1. Mahasiswa cenderung tidak membaca instruksi pengerjaan kasus secara seksama dan menyeluruh. Selama proses eksperimen berlangsung ketika peneliti selesai
82
menjelaskan instruksi pengerjaan, mahasiswa masih banyak bertanya atau meminta pengulangan instruksi secara verbal dan personal ketika sesi eksperimen sudah dimulai. Banyak dari mereka yang enggan menuliskan umur dan nilai IPK dengan alasan privasi, sehingga peneliti harus menyampaikan dan mengingatkan secara lugas bahwa umur dan IPK mereka murni untuk keperluan arsip peneliti dan pembahasan dan tidak untuk dipublikasikan. Waktu yang peneliti berikan kepada mahasiswa untuk pengerjaan kasus sebanyak 15 menit tidak dimanfaatkan mahasiswa dengan baik sehingga banyak mahasiswa yang selesai terlalu cepat dan mereka mengajak berbicara mahasiswa lain yang belum selesai dan menimbulkan suasana yang tidak begitu kondusif, sehingga peneliti harus berkeliling dan ketat mengawasi untuk memastikan agar mahasiwa tidak merusak proses eksperimen. 2. Instrumen kasus yang peneliti buat dalam penelitian ini belum banyak ditemukan serta peneliti tidak menambahkan kuesioner untuk melengkapi konsep, akibatnya mahasiswa yang tidak lolos manipulation check cukup banyak dan peneliti kekurangan referensi yang relevan oleh sebab itu peneliti melakukan kombinasi pada beberapa instrumen dan sehingga hasil pengolahan data kurang optimal seperti yang peneliti harapkan. 3. Perbedaan hasil penelitian dari uji variabel IFRS 8 positive frame, PSAK 5 positive frame, IFRS 8 negative frame, dan PSAK 5 negative frame kemungkinan disebabkan karena keterbatasan pada poin 2 dan mahasiswa kurang memahami secara menyeluruh pada isi kasus.
83
C. SARAN Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, dan kesimpulan yang diuraikan sebelumnya untuk meminimalisir keterbatasan dan mengoptimalkan hasil penelitian eksperimen ini berikut beberapa saran yang dapat peneliti berikan untuk penelitian yang akan datang: 1. Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan dengan matang terlebih dahulu siapa yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian, dan sebaiknya tidak menggunakan mahasiswa S1 agar mendapatkan hasil penelitian yang optimal dan lebih baik sehingga bisa digeneralisasi dengan situasi di dunia nyata. Untuk investor non profesional bisa ditingkatkan kriterianya dan pertimbangkanlah untuk menggunakan karyawan sebagai subjek penelitian. 2. Sebelum memutuskan untuk melakukan penelitian eksperimen, perlu dilakukan pencarian dan analisis terlebih dahulu terhadap referensinya, apakah isu yang akan diteliti telah ada pada penelitian-penelitian terdahulu; apakah instrumen penelitiannya ada, banyak ditemukan dan dapat dimodifikasi. Perlu adanya rekan kerja atau pembimbing atau pendamping yang lebih berpengalaman untuk mendiskusikan bagaimana kasus akan dimodifikasi; apa kekurangan dan kelebihannya sehingga tepat digunakan untuk menilai keputusan segmen. Perbanyak pertanyaan dalam kuesioner dan manipulation check dan upayakan untuk menjadikan instrumen kasus lebih menarik dan mudah dipahami. 3. Penelitian selanjutnya dapat menambah teori seperti teori prospek dan preferensi investor; literatur pendukung; serta variabel lainnya seperti risk aversion dan locus of control. Penelitian selanjutnya juga dapat memasukkan faktor-faktor pendukung sebagai variabel independen seperti jenis kelamin, pengalaman investasi, dan tingkat
84
pendidikan untuk menjelaskan lebih spesifik pengaruhnya terhadap interpretasi investor non profesional. 4. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan alat bantu penjelas instrumen kasus seperti tayangan video atau audio visual untuk memberikan gambaran penelitian yang lebih baik kepada partisipan agar perlakuan (treatment) dapat bekerja secara efektif dan optimal.
85
DAFTAR PUSTAKA
Adhikara, M.F.A. (2009). Mental Accounting Investor di Bursa Efek Indonesia. http://www.esaunggul.ac.id/article/mental-accounting-investor-di-bursa-efekindonesia/. Diakses tanggal 15 Mei 2015 pk 13:00 WIB. Adhikara, M.F.A dan Dihin Septyanto. (2010). “Preferensi Investor dalam Pengambilan Keputusan Investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Publikasi. Universitas Esa Unggul. Ankarath, Nandakumar dkk. (2012). Memahami IFRS Standar Keuangan Internasional. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Indeks.
Pelaporan
Arifin, Amril. (2004). “Pengaruh Framing pada Keputusan Akuntansi Managerial dalam Perspektif Individu-kelompok: Pengujian atas Prospect Theory dan Fuzzy-Trace Theory”. Tesis tidak Dipublikasikan. Universitas Gadjah Mada. Arnold, J., W. Holder dan M. Mann. (1980). “International Reporting Aspects of Segment Disclosures”. International Journal of Accounting. Fall Edition 1980, pp. 125 – 135. Bateman, T., dan C. Zeithaml. (1989).”The Psychological Contest of Strategic Decisions: A Model and Covergent Experiment Findings”. Strategic Managment Journal. Vol. 10, pp. 59 – 74. Bazeman, Max H. (1994). Judgmental in Managerial Decision Making. Singapore: John Wiley & Sons, Inc. Bavishi, V dan H. Wyman. (1980). “Foreign Operation Disclosures by US based Multinational Coporations: Are They Adequate?”. International Journal of Accounting. Fall Edition 1980, pp. 153 – 168. Behn, B. K., N. B. Nichols, dan D. L. Street. (2002). “The Predictive Ability of Geographic Segment Disclosures by U. S. Companies: SFAS No. 131 vs SFAS No. 14”. Journal of International Accounting Research. Vol. 1, 2002, pp 31 – 44. Biyanto, Frasto. (2001). “Pengaruh Tanggungjawab, Motivasi Intrinsik dan Pembingkaian Informasi Anggaran dalam Pengambilan Keputusan Investasi dengan Group–Shifts sebagai Variabel Pemoderasi”. Tesis tidak Dipublikasikan. Universitas Gadjah Mada.
Chen, Peter F., dan Guochang Zhang. (2006). “Segment Profitability, Misvaluation, and Corporate Divestment”. HKUST Business School Research Paper No. 0707. Hong Kong University of Science and Technology Business School.
86
Crawford, L., C. Helliar, dan D. Power. (2012). “Politics or Accounting Principle: Why was IFRS 8 so Controvesional?”. Publication of ICEW Centre of Business Performance. University of Dundee. Deegan, Craig. (2003). Financial Accounting Theory. Australia: McGraw Hill Book Company Pty Limited. Elliot W.B., F. D. Hodge, dan K. E. Jackson. (2006). “The Association between Nonprofessional Investors’ Information Choices and Their Portfolio Returns: The Importance of Investing Experience”. The Accounting Review. Emmanuel, C. R. Dan S. J. Gray. (1977). “Segmental Disclosures and The Segment Identification Problem”. Accounting Business Research. Winter Edition 1977, pp. 37 – 50. Epstein, Barry J., dan Abbas Ali Mirza. (2006). Interpretation and Application of International Financial reporting Standards 2006. United States of America: Wiley. dan Eva K. Jermakowicz. (2010). Interpretation and Application of International Financial reporting Standards 2010. United States of America: Wiley. Eveline, Farida. (2010). “Pengaruh Adverse Selection, Pembingkaian Negatif, dan Self Eficacy tehadap Eskalasi Komitmen Proyek Investasi yang Tidak Menguntungkan”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol. 21 No. 2, Agustus 2010, pp. 181 – 198. ISSN: 0853 – 1269. Financial Accounting Standards Board. (2004). Original Pronouncements as Amended Accounting Standards: FASB Statements of Standards 126–150. 2004/2005 Edition. Volume II. United States of America: Wiley. . (1977). Statement of Financial Accounting Standards No. 131 (SFAS 131), Disclosures about Segments of an Enterprise and Related Informations. Norwalk: FASB. Frederickson, J.R., dan J.S. Miller. (2004). “The Effects of Proforma Earnings Disclosures on Analysts’ and Nonprofessional Investors’ Equity Valuation Judgments”. The Accounting Review. Vol. 79, No. 3 (2004), pp. 667686. Fortin, Anne dan S. Berthelot. (2009). “Annual Report Risk Disclosures and Non Professional Investor’s Judgments and Decisions”. Research. Unversity du Quebec a Montreal dan University de Sherbrooke. Gray, S. J. dan L. Radenbaugh. (1984). “International Segment Disclosures by US and UK Multinational Enterprises: A Descriptive Study”. Journal of Accounting Research. Spring Edition, 1984, pp. 351 – 360. Hendrickson, E. S., dan Nugroho W. (1982). Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jilid Pertama. Jakarta: Penerbit Erlangga.
87
Hope, O. K., W. B. Thomas, dan G. Winterbotham. (2004). “The Impact of Nondisclosure of Geographic Segment Earnings on Earnings Predictability”. Journal Of Accounting, Auditing & Finance. University of Toronto and University of Oklahoma. Ikatan Akuntan Indonesia. (1994). “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 5 Pelaporan Informasi Keuangan menurut Segmen”. Publikasi. IAI. Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). “Eksposur Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan: Segmen Operasi PSAK no. 5 (Revisi 2009)”. Publikasi . IAI. Juan, Ng Eng dan Ersa Tri W. (2012). Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan Berbasis IFRS. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Kustina, Ketut T. (2012). “Dampak Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) bagi Pelaporan Akuntansi Perusahaan di Indonesia”. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi STIE Triatma Mulya, Vol. 17, No. 2 (Desember 2012), pp. 70-82. Universitas Pendidikan Nasional Denpasar. Maines, L. A., dan L. S. McDaniel. (2000). “Effects of Comprehensive-Income Characteristics on Nonprofessional Investors’ Judgment: The Role of Financial Statement Presentation Format”. The Accounting Review. Vol. 75, No. 2 (April 2000), pp. 179-307. Natalia, Irene. (2012). “Kualitas Laba yang Dihasilkan oleh Pengadopsian International Financial Reporting Standards”. Jurnal Akuntansi Kontemporer. Vol. 2, No. 1 (Januari 2010), pp. 85 – 100. Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Nichols, N. B., D. L. Street, dan Ann Tarca. (2013). “The Effect of Segment Reporting under IFRS 8 and SFAS 131 Management Approach: A Research Review”. Journal of International Financial Management and Accounting. Vol. 24 No. 3, 2013. Nazaruddin, Ietje dan Agus Tri Basuki. (2015). Analisis dengan SPSS. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Danisa Media. Pransuamitra, Putu Agus. (2014). “Mark Douglas: Kualitas Mental Tentukan Kesuksesan Trading”. Majalah Futures Monthly Monex Investindo. Vol. 87 Edisi Juni 2014, halaman 28-29. Jakarta: TempPrint. Putri, Negina Kuncoro, dkk. (2012). “Experimental Test of Framing and NonProfessional Investor’s Decision: Study Of Risk Information in IFRS No. 7”. Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura. Vol. 15 No. 2, August 2012, pp 305 – 316. Universitas Jenderal Soedirman. Riduan, dan H. Sunarto. (2013). Pengantar Statistikauntuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
88
Safiq, Muhammad., Jogiyanto H.M., Supriyadi dan E. Nahartyo. (2014). “Teori Prospek dan Konservatisme Laporan Keuangan”. SNA 17 Mataram. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Suartana, I Wayan. (2010). Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Sudrajat, Ajat. (2009). “Analisis Kecanggihan Investor terhadap Ketepatan Reaksi Pasar dalam Merespon Pengumuman Deviden Meningkat. Skripsi tidak Dipublikasikan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Takemura, Kazuhisa. (1993). “Influence of Elaboration on the Framing of Decision”. The Journal of Psychology. 128 (1) pp. 33 – 39. Institute of Socio – Economic Planning, University of Tsukuba Japan. Tversky, Amos dan Daniel Kahneman. (1974). “Judgment Under Uncertainty: Heuristics and Bias”. Science Journal. Vol. 185 pp. 1124 – 1131. . (1981). “The Framing of Decision and The Psychology of Choice”. Science Journal. New Series Vol. 211 Issued January, 30 1981. Jstor. Wardani, Erlinda Kusuma dan Sukirno. (2014). “Pengaruh Framing Effect terhadap Keputusan Investasi dengan Locus of Control sebagai Variabel Pemoderasi”. Jurnal Nominal . Vol. III No. 1 Tahun 2014. Universitas Negeri Yogyakarta. Weiten, Wayne. (1998). Psychology Themes and Variations. Fourth Edition. United States of America: Brooks Cole Publishing Company. Wibowo, Ardyanto dan H. A. Purwanugraha. (2013). “Analisis Biaya Relevan untuk Pengambilan Keputusan Mempertahankan atau Menghentikan Segmen Perusahaan pada CV. Podo Kumpul”. Publikasi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Wijayanti, G. A., dan C. H. Rusiti. (2014). “Analisis Manajemen Laba di Tingkat Segmen Sebelum dan Sesudah Penerapan Adopsi IFRS 8 menjadi PSAK 5 (2009) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Working Paper. Universitas Tidak Diketahui. Wulandari, Trisninik Ratih. (2011). “Penerapan Standar Akuntansi Pelaporan dan Pengungkapan Segmen oleh Perusahaan Multinasional”. Jurnal Akuntansi dan Pajak. Vol. 14 No. 01 – 31, ISSN : 1412-6029X. Akademi Akuntansi Surakarta. Yahya, M. Nur dan Jen Surya. (2012). “Pengaruh Framing Effect Determinan Escalation of Commitment dalam Keputusan Investasi: Dampak dari Working Experience”. Jurnal Akuntansi. Vol. 4 No. 2 November 2012, pp: 153 – 154. Universitas Syiah Kuala dan Universitas Muhammadiyah Aceh.
89
sebagai
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN PARTISIPAN EKSPERIMEN
Nama Partisipan
:
Semester
:
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Sehubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan terkait judul yang telah disebutkan sebelumnya, untuk mendukung hasil penelitian yang diharapkan, dengan ini saya bersedia untuk berpartisipasi dalam kegiatan eksperimen dengan merespon sebuah kasus yang terdapat dalam lembar terlampir. Berikut beberapa persyaratan yang harus saya pahami selaku partisipan eksperimen, tanda centang () diberikan pada tempat yang telah disediakan sebagai tanda persetujuan saya untuk berpartisipasi. Saya meyakinkan bahwa partisipasi ini bersifat sukarela tanpa ada paksaan dan tekanan dari peneliti Saya tidak keberatan terhadap kontrol yang diberikan peneliti selama eksperimen berlangsung Saya setuju untuk menuliskan identitas saya pada lembar penyataan ini untuk keperluan arsip peneliti Saya setuju untuk berpartisipasi dalam eksperimen ini
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan komprehensif, saya menyatakan bahwa saya merespon seluruh lampiran kasus secara jujur sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan saya, tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak lain. Saya yakin bahwa partisipasi akan sangat bermanfaat terhadap keperluan hasil penelitian ini untuk banyak orang baik akademisi maupun praktisi. Terima kasih Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
90
Yogyakarta,
/ Des
/ 2015
Tanda tangan Partisipan
Tanda tangan Peneliti
......................................................
.....................................................
91
DATA DEMOGRAFI PARTISIPAN 1. Nama
:
2. Jenis Kelamin
:
3. Umur
:
4. Angkatan
:
5. Nilai IPK
:
(boleh tidak diisi) P/L
6. Mata kuliah yang sudah diambil
:
Teori Akuntansi Akuntansi Keperilakuan Akuntansi Manajemen
7. Apakah Anda pernah melakukan investasi langsung di pasar modal/bergabung dengan komunitas pasar modal yang ada di universitas? a. Ya b. Tidak 8. Apabila Anda menjawab Ya pada pertanyaan no. 7, apakah Anda berpartisipasi secara aktif ? a. Selalu aktif b. Kadang aktif, kadang tidak c. Tidak pernah aktif 9. Apabila Anda menjawab Ya pada pertanyaan no. 7, sudah berapa lama Anda melakukan investasi? a. Kurang dari enam bulan b. Antara enam bulan sampai satu tahun c. Antara satu sampai tiga tahun d. Lebih dari lima tahun 10. Dalam bentuk apa Anda berinvestasi? (Boleh pilih lebih dari satu) a. Obligasi b. Saham c. Sukuk
92
INSTRUMEN PENELITIAN :
A
CASE
Instruksi Pengisian Anda diminta untuk mengisi jawaban pada lembar yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Bacalah dengan cermat dan menyeluruh serta perhatikan dengan seksama setiap rincian informasi dalam ilustrasi kasus terlampir sebelum memberi jawaban. Setiap rincian informasi mempengaruhi peran Anda sebagai investor dalam memberikan penilaian. 2. Pahami isi kasus secara hati-hati, Anda diminta untuk memposisikan diri seolah-olah sebagai seorang investor dan buatlah penilaian terkait ilustrasi kasus. 3. Sifat eksperimen adalah tertutup dan random (setiap partisipan tidak akan memperoleh lembar soal yang sama). Segala bentuk diskusi dengan partisipan lain tidak diizinkan selama eksperimen berlangsung. Partisipan diberi kebebasan untuk menjawab satu dari opsi yang diberikan, tidak ada jawaban yang benar maupun salah. 4. Partisipan diberikan waktu selama ±15 menit untuk menjawab. Berikut tahapan pengisian ilustrasi kasus, yakni : Tahap 1
:
Partisipan membaca rincian ilustrasi kasus yang tertera.
Tahap 2
:
Partisipan
memilih
alternatif
yang
disediakan
berdasarkan
analisis dan keterangan dari kasus. Tahap 3
:
Partisipan memberikan penilaian terhadap alternatif yang dipilih, apakah
alternatif
tersebut
“sangat
menguntungkan”
atau
“sangat merugikan”. Tahap 4
:
Setelah
selesai
melakukan
tahap
satu
sampai
tahap
tiga,
partisipan melingkari “benar” atau “salah” terhadap pernyataan yang disediakan sebagai tahap akhir pelaksanaan eksperimen.
93
PT. KSHS adalah sebuah perusahaan produsen kertas yang terdiri dari dua segmen utama yaitu segmen raw paper (kertas gulungan yang langsung dijual), dan segmen recycle (kertas daur ulang). Selama bertahun-tahun, perusahaan menghasilkan laba dan beroperasi dengan kapasitas penuh yaitu 28.000 roll untuk raw paper dan 12.000 ton untuk kertas recycle. Namun dalam dua tahun terakhir produksi raw paper dan recycle menurun dan tidak memenuhi kapasitas karena ketersediaan bahan baku berupa kulit kayu sudah mulai sulit didapatkan. Pada bulan Desember 2014, PT. KSHS membuat pelaporan segmen operasi per segmen pada tahun berjalan. Laporan Segmen Operasi PT. KSHS Uraian
Segmen Raw Paper Segmen Recycle
2012
2013
2014
$ 43.000.000
$ 46.000.000
$ 45.000.000
$ 5.000.000
$ (8.000.000)
$ (10.000.000)
Tingkat Kenaikan/Penurunan (%) (2,17) (25)
Laporan Laba Rugi Per Segmen Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Penjualan Dikurangi: Biaya variabel Marjin kontribusi Dikurangi: Biaya tetap langsung Marjin segmen Dikurangi: Biaya tetap umum Laba (Rugi) bersih
Segmen Raw Paper $ 250.000.000 (145.000.000) 105.000.000 (60.000.000)
Segmen Recycle $ 100.000.000 (50.000.000) 50.000.000 (60.000.000)
Total $ 350.000.000 (195.000.000) 155.000.000 (120.000.000)
$ 45.000.000
$ (10.000.000)
$ 35.000.000 (38.000.000) $ (3.000.000)
Hasil evaluasi manajemen menunjukkan bahwa kinerja segmen recycle cukup buruk dan marjin segmennya negatif. PT. KSHS sedang mempertimbangkan upaya pemberhentian segmen recycle yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
94
Manajemen memutuskan untuk melakukan analisis ulang dengan memperkirakan dampak pemberhentian segmen recycle terhadap laba dengan membuat ikhtisar analisis sebagai berikut: Segmen Raw Paper $ 250.000.000 (145.000.000) 105.000.000 (60.000.000) $ 45.000.000
Penjualan Dikurangi: Biaya variabel Marjin kontribusi Dikurangi: Biaya tetap langsung Marjin segmen Dikurangi: Biaya tetap umum Laba (Rugi) bersih
Menghentikan Segmen Recycle -
Total $ 250.000.000 (145.000.000) 105.000.000 (160.000.000) $ 45.000.000 (38.000.000) $ 7.000.000
Setelah diperhitungkan, ternyata laba perusahaan dapat meningkat sebesar $ 7.000.000. Berdasarkan analisis tersebut, manajer segmen memiliki alternatif keputusan dengan mempertimbangkan penilaian Anda sebagai investor yang akan berakibat sebagai berikut: Alternatif A :
Jika segmen recycle dihentikan, total laba sebesar $ 7 juta pasti akan diperoleh perusahaan.
Alternatif B :
Jika segmen recycle tetap dilanjutkan, peluang laba sebesar $ 7 juta akan hilang, sedangkan peluang tidak laba sebesar $
3 juta
akan tetap diperoleh perusahaan. Menurut analisis Anda terhadap kasus di atas, alternatif manakah yang akan Anda pilih ? Beri tanda silang (X) pada salah satu dari alternatif berikut. Alternatif A
Alternatif B
Tunjukkan penilaian Anda terhadap alternatif yang Anda pilih: 1
2
3
4
Sangat
5
6
7 Sangat
merugikan
menguntungkan
Lingkari benar (B) atau salah (S) terhadap pernyataan-pernyataan dibawah ini
95
1. Anda adalah seorang investor di PT. KSHS yang terdiri dari dua segmen yang sedang mengalami penurunan kapasitas produksi. (B/S) 2. PT. KSHS memutuskan untuk memilih satu segmen yang akan diberhentikan. Satu segmen yang diberhentikan akan menyebabkan peningkatan laba perusahaan sebesar $ 7 juta. (B/S) 3. Dalam kasus ini ketika Anda diberikan opsi memilih alternatif, dua opsi tersebut samasama menguntungkan. (B/S) 4. Dalam kasus ini ketika Anda diberikan tabel laporan laba segmen, format pelaporan tersebut sudah sesuai dengan aturan pelaporan segmen operasi di IFRS. (B/S)
Terima Kasih
96
INSTRUMEN PENELITIAN :
B
CASE
Instruksi Pengisian Anda diminta untuk mengisi jawaban pada lembar yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Bacalah dengan cermat dan menyeluruh serta perhatikan dengan seksama setiap rincian informasi dalam ilustrasi kasus terlampir sebelum memberi jawaban. Setiap rincian informasi mempengaruhi peran Anda sebagai investor dalam memberikan penilaian. 2. Pahami isi kasus secara hati-hati, Anda diminta untuk memposisikan diri seolah-olah sebagai seorang investor dan buatlah penilaian terkait ilustrasi kasus. 3. Sifat eksperimen adalah tertutup dan random (setiap partisipan tidak akan memperoleh lembar soal yang sama). Segala bentuk diskusi dengan partisipan lain tidak diizinkan selama eksperimen berlangsung. Partisipan diberi kebebasan untuk menjawab satu dari opsi yang diberikan, tidak ada jawaban yang benar maupun salah. 4. Partisipan diberikan waktu selama ±15 menit untuk menjawab. Berikut tahapan pengisian ilustrasi kasus, yakni : Tahap 1
:
Partisipan membaca rincian ilustrasi kasus yang tertera.
Tahap 2
:
Partisipan
memilih
alternatif
yang
disediakan
berdasarkan
analisis dan keterangan dari kasus. Tahap 3
:
Partisipan memberikan penilaian terhadap alternatif yang dipilih, apakah
alternatif
tersebut
“sangat
menguntungkan”
atau
“sangat merugikan”. Tahap 4
:
Setelah
selesai
melakukan
tahap
satu
sampai
tahap
tiga,
partisipan melingkari “benar” atau “salah” terhadap pernyataan yang disediakan sebagai tahap akhir pelaksanaan eksperimen.
97
PT. KSHS adalah sebuah perusahaan produsen kertas yang terdiri dari dua segmen utama yaitu segmen raw paper (kertas gulungan yang langsung dijual), dan segmen recycle (kertas daur ulang). Selama bertahun-tahun, perusahaan menghasilkan laba dan beroperasi dengan kapasitas penuh yaitu 28.000 roll untuk raw paper dan 12.000 ton untuk kertas recycle. Namun dalam dua tahun terakhir produksi raw paper dan recycle menurun dan tidak memenuhi kapasitas karena ketersediaan bahan baku berupa kulit kayu sudah mulai sulit didapatkan. Pada bulan Desember 2014, PT. KSHS membuat pelaporan segmen operasi per segmen pada tahun berjalan. Laporan Segmen Operasi PT. KSHS Uraian
Segmen Raw Paper Segmen Recycle
2012
2013
2014
$ 43.000.000
$ 46.000.000
$ 45.000.000
$ 5.000.000
$ (8.000.000)
$ (10.000.000)
Tingkat Kenaikan/Penurunan (%) (2,17) (25)
Laporan Laba Rugi Per Segmen Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Penjualan Dikurangi: Biaya variabel Marjin kontribusi Dikurangi: Biaya tetap langsung Marjin segmen Dikurangi: Biaya tetap umum Laba (Rugi) bersih
Segmen Raw Paper $ 250.000.000 (145.000.000) 105.000.000 (60.000.000)
Segmen Recycle $ 100.000.000 (50.000.000) 50.000.000 (60.000.000)
Total $ 350.000.000 (195.000.000) 155.000.000 (120.000.000)
$ 45.000.000
$ (10.000.000)
$ 35.000.000 (38.000.000) $ (3.000.000)
Hasil evaluasi manajemen menunjukkan bahwa kinerja segmen recycle cukup buruk dan marjin segmennya negatif. PT. KSHS sedang mempertimbangkan upaya pemberhentian segmen recycle yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
98
Manajemen memutuskan untuk melakukan analisis ulang dengan memperkirakan dampak pemberhentian segmen recycle terhadap laba dengan membuat ikhtisar analisis sebagai berikut: Segmen Raw Paper $ 250.000.000 (145.000.000) 105.000.000 (60.000.000) $ 45.000.000
Penjualan Dikurangi: Biaya variabel Marjin kontribusi Dikurangi: Biaya tetap langsung Marjin segmen Dikurangi: Biaya tetap umum Laba (Rugi) bersih
Menghentikan Segmen Recycle -
Total $ 250.000.000 (145.000.000) 105.000.000 (160.000.000) $ 45.000.000 (38.000.000) $ 7.000.000
Setelah diperhitungkan, ternyata laba perusahaan dapat meningkat sebesar $ 7.000.000. Berdasarkan analisis tersebut, manajer segmen memiliki alternatif keputusan dengan mempertimbangkan penilaian Anda sebagai investor yang akan berakibat sebagai berikut: Alternatif A :
Jika segmen recycle tetap dilanjutkan, total rugi sebesar $ 3 juta pasti tetap diperoleh perusahaan.
Alternatif B :
Jika segmen recycle dihentikan, peluang tidak rugi sebesar $ 7 juta akan diperoleh perusahaan, sedangkan peluang rugi sebesar $ 3 juta akan hilang.
Menurut analisis Anda terhadap kasus di atas, alternatif manakah yang akan Anda pilih ? Beri tanda silang (X) pada salah satu dari alternatif berikut. Alternatif A
Alternatif B
Tunjukkan penilaian Anda terhadap alternatif yang Anda pilih: 1
2
3
4
Sangat
5
6
7 Sangat
merugikan
menguntungkan
Lingkari benar (B) atau salah (S) terhadap pernyataan-pernyataan dibawah ini
99
1. Anda adalah seorang investor di PT. KSHS yang terdiri dari dua segmen yang sedang mengalami penurunan kapasitas produksi. (B/S) 2. PT. KSHS memutuskan untuk memilih satu segmen yang akan diberhentikan. Satu segmen yang diberhentikan akan menyebabkan peningkatan laba perusahaan sebesar $ 7 juta. (B/S) 3. Dalam kasus ini ketika Anda diberikan opsi memilih alternatif, dua opsi tersebut samasama merugikan. (B/S) 4. Dalam kasus ini ketika Anda diberikan tabel laporan laba segmen, format pelaporan tersebut sudah sesuai dengan aturan pelaporan segmen operasi di IFRS. (B/S)
Terima Kasih
100
INSTRUMEN PENELITIAN :
C
CASE
Instruksi Pengisian Anda diminta untuk mengisi jawaban pada lembar yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Bacalah dengan cermat dan menyeluruh serta perhatikan dengan seksama setiap rincian informasi dalam ilustrasi kasus terlampir sebelum memberi jawaban. Setiap rincian informasi mempengaruhi peran Anda sebagai investor dalam memberikan penilaian. 2. Pahami isi kasus secara hati-hati, Anda diminta untuk memposisikan diri seolah-olah sebagai seorang investor dan buatlah penilaian terkait ilustrasi kasus. 3. Sifat eksperimen adalah tertutup dan random (setiap partisipan tidak akan memperoleh lembar soal yang sama). Segala bentuk diskusi dengan partisipan lain tidak diizinkan selama eksperimen berlangsung. Partisipan diberi kebebasan untuk menjawab satu dari opsi yang diberikan, tidak ada jawaban yang benar maupun salah. 4. Partisipan diberikan waktu selama ±15 menit untuk menjawab. Berikut tahapan pengisian ilustrasi kasus, yakni : Tahap 1
:
Partisipan membaca rincian ilustrasi kasus yang tertera.
Tahap 2
:
Partisipan
memilih
alternatif
yang
disediakan
berdasarkan
analisis dan keterangan dari kasus. Tahap 3
:
Partisipan memberikan penilaian terhadap alternatif yang dipilih, apakah
alternatif
tersebut
“sangat
menguntungkan”
atau
“sangat merugikan”. Tahap 4
:
Setelah
selesai
melakukan
tahap
satu
sampai
tahap
tiga,
partisipan melingkari “benar” atau “salah” terhadap pernyataan yang disediakan sebagai tahap akhir pelaksanaan eksperimen.
101
PT. KSHS adalah sebuah perusahaan produsen kertas yang terdiri dari dua segmen utama yaitu segmen raw paper (kertas gulungan yang langsung dijual), dan segmen recycle (kertas daur ulang). Dua segmen tersebut tersebar secara geografis: segmen raw paper beroperasi di Eropa dan Amerika; sementara segmen recycle hanya ada di Asia. Selama bertahun-tahun, perusahaan menghasilkan laba dan beroperasi dengan kapasitas penuh yaitu 28.000 roll untuk raw paper dan 12.000 ton untuk kertas recycle. Namun dalam dua tahun terakhir produksi raw paper dan recycle menurun dan tidak memenuhi kapasitas karena ketersediaan bahan baku berupa kulit kayu sudah mulai sulit didapatkan. Pada bulan Desember 2014, PT. KSHS membuat pelaporan segmen operasi per segmen berdasarkan area geografis pada tahun berjalan. Laporan Segmen Operasi PT. KSHS Menurut Negara Uraian
Segmen Raw Paper Eropa Segmen Raw Paper Amerika Segmen Recycle Asia
2012
2013
2014
$ 16.000.000
$ 18.000.000
$ 17.500.000
Tingkat Kenaikan/Penurunan (%) (2,77)
$ 27.000.000
$ 28.000.000
$ 27.500.000
(1,78)
$ 5.000.000
$ (8.000.000)
$ (10.000.000)
(25)
Laporan Laba Rugi Per Segmen Tahun 2014 adalah sebagai berikut: Segmen Raw Paper
Penjualan Dikurangi: Biaya variabel Marjin kontribusi Dikurangi: Biaya tetap langsung Marjin segmen Dikurangi: Biaya tetap umum Laba (Rugi) bersih
Eropa $ 120.000.000 (72.500.000) 47.500.000 (30.000.000) $ 17.500.000
Amerika $ 130.000.000 (72.500.000) 57.500.000 (30.000.000) $ 27.500.000
Segmen Recycle Asia $ 100.000.000 (50.000.000) 50.000.000 (60.000.000) $ (10.000.000)
Total
$ 350.000.000 (195.000.000) 155.000.000 (120.000.000) $ 35.000.000 (38.000.000) $ (3.000.000)
Hasil evaluasi manajemen menunjukkan bahwa kinerja segmen recycle Asia cukup buruk dan marjin segmennya negatif. PT. KSHS sedang mempertimbangkan upaya pemberhentian segmen recycle Asia yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
102
Manajemen memutuskan untuk melakukan analisis ulang dengan memperkirakan dampak pemberhentian segmen recycle Asia terhadap laba dengan membuat ikhtisar analisis sebagai berikut: Segmen Raw Paper Eropa Amerika Penjualan Dikurangi: Biaya variabel Marjin kontribusi Dikurangi: Biaya tetap langsung Marjin segmen Dikurangi: Biaya tetap umum Laba (Rugi) bersih
$ 120.000.000 (72.500.000) 47.500.000 (30.000.000)
$ 130.000.000 (72.500.000) 57.500.000 (30.000.000)
Menghentikan Segmen Recycle Asia -
$ 17.500.000
$ 27.500.000
-
Total
$ 250.000.000 (145.000.000) 105.000.000 (60.000.000) $ 45.000.000 (38.000.000) $ 7.000.000
Setelah diperhitungkan, ternyata laba perusahaan dapat meningkat sebesar $ 7.000.000. Berdasarkan analisis tersebut, manajer segmen memiliki alternatif keputusan dengan mempertimbangkan penilaian Anda sebagai investor yang akan berakibat sebagai berikut: Alternatif A :
Jika segmen recycle Asia dihentikan, total laba sebesar $ 7 juta pasti akan diperoleh perusahaan.
Alternatif B :
Jika segmen recycle Asia tetap dilanjutkan, peluang laba sebesar $ 7 juta akan hilang, sedangkan peluang tidak laba sebesar $ 3 juta akan tetap diperoleh perusahaan.
Menurut analisis Anda terhadap kasus di atas, alternatif manakah yang akan Anda pilih ? Beri tanda silang (X) pada salah satu dari alternatif berikut.
Alternatif A
Alternatif B
Tunjukkan penilaian Anda terhadap alternatif yang Anda pilih: 1
2
3
4
Sangat
5
6
7 Sangat
merugikan
menguntungkan
Lingkari benar (B) atau salah (S) terhadap pernyataan-pernyataan dibawah ini
103
1. Anda adalah seorang investor di PT. KSHS yang terdiri dari dua segmen yang sedang mengalami penurunan kapasitas produksi. (B/S) 2. PT. KSHS memutuskan untuk memilih satu segmen yang akan diberhentikan. Satu segmen yang diberhentikan akan menyebabkan peningkatan laba perusahaan sebesar $ 7 juta. (B/S) 3. Dalam kasus ini ketika Anda diberikan opsi memilih alternatif, dua opsi tersebut samasama menguntungkan. (B/S) 4. Dalam kasus ini ketika Anda diberikan tabel laporan laba segmen, format pelaporan tersebut sudah sesuai dengan aturan pelaporan segmen operasi di PSAK . (B/S)
Terima Kasih
104
INSTRUMEN PENELITIAN :
D
CASE
Instruksi Pengisian Anda diminta untuk mengisi jawaban pada lembar yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut : 5. Bacalah dengan cermat dan menyeluruh serta perhatikan dengan seksama setiap rincian informasi dalam ilustrasi kasus terlampir sebelum memberi jawaban. Setiap rincian informasi mempengaruhi peran Anda sebagai investor dalam memberikan penilaian. 6. Pahami isi kasus secara hati-hati, Anda diminta untuk memposisikan diri seolah-olah sebagai seorang investor dan buatlah penilaian terkait ilustrasi kasus. 7. Sifat eksperimen adalah tertutup dan random (setiap partisipan tidak akan memperoleh lembar soal yang sama). Segala bentuk diskusi dengan partisipan lain tidak diizinkan selama eksperimen berlangsung. Partisipan diberi kebebasan untuk menjawab satu dari opsi yang diberikan, tidak ada jawaban yang benar maupun salah. 8. Partisipan diberikan waktu selama ±15 menit untuk menjawab. Berikut tahapan pengisian ilustrasi kasus, yakni : Tahap 1
:
Partisipan membaca rincian ilustrasi kasus yang tertera.
Tahap 2
:
Partisipan
memilih
alternatif
yang
disediakan
berdasarkan
analisis dan keterangan dari kasus. Tahap 3
:
Partisipan memberikan penilaian terhadap alternatif yang dipilih, apakah
alternatif
tersebut
“sangat merugikan”.
105
“sangat
menguntungkan”
atau
Tahap 4
:
Setelah
selesai
melakukan
tahap
satu
sampai
tahap
tiga,
partisipan melingkari “benar” atau “salah” terhadap pernyataan yang disediakan sebagai tahap akhir pelaksanaan eksperimen. PT. KSHS adalah sebuah perusahaan produsen kertas yang terdiri dari dua segmen utama yaitu segmen raw paper (kertas gulungan yang langsung dijual), dan segmen recycle (kertas daur ulang). Dua segmen tersebut tersebar secara geografis: segmen raw paper beroperasi di Eropa dan Amerika; sementara segmen recycle hanya ada di Asia. Selama bertahun-tahun, perusahaan menghasilkan laba dan beroperasi dengan kapasitas penuh yaitu 28.000 roll untuk raw paper dan 12.000 ton untuk kertas recycle. Namun dalam dua tahun terakhir produksi raw paper dan recycle menurun dan tidak memenuhi kapasitas karena ketersediaan bahan baku berupa kulit kayu sudah mulai sulit didapatkan. Pada bulan Desember 2014, PT. KSHS membuat pelaporan segmen operasi per segmen berdasarkan area geografis pada tahun berjalan. Laporan Segmen Operasi PT. KSHS Menurut Negara Uraian
Segmen Raw Paper Eropa Segmen Raw Paper Amerika Segmen Recycle Asia
2012
2013
2014
$ 16.000.000
$ 18.000.000
$ 17.500.000
Tingkat Kenaikan/Penurunan (%) (2,77)
$ 27.000.000
$ 28.000.000
$ 27.500.000
(1,78)
$ 5.000.000
$ (8.000.000)
$ (10.000.000)
(25)
Laporan Laba Rugi Per Segmen Tahun 2014 adalah sebagai berikut: Segmen Raw Paper
Penjualan Dikurangi: Biaya variabel Marjin kontribusi Dikurangi: Biaya tetap langsung Marjin segmen Dikurangi: Biaya tetap umum Laba (Rugi) bersih
Eropa $ 120.000.000 (72.500.000) 47.500.000 (30.000.000) $ 17.500.000
106
Amerika $ 130.000.000 (72.500.000) 57.500.000 (30.000.000) $ 27.500.000
Segmen Recycle Asia $ 100.000.000 (50.000.000) 50.000.000 (60.000.000) $ (10.000.000)
Total
$ 350.000.000 (195.000.000) 155.000.000 (120.000.000) $ 35.000.000 (38.000.000) $ (3.000.000)
Hasil evaluasi manajemen menunjukkan bahwa kinerja segmen recycle Asia cukup buruk dan marjin segmennya negatif. PT. KSHS sedang mempertimbangkan upaya pemberhentian segmen recycle Asia yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Manajemen memutuskan untuk melakukan analisis ulang dengan memperkirakan dampak pemberhentian segmen recycle Asia terhadap laba dengan membuat ikhtisar analisis sebagai berikut: Segmen Raw Paper Eropa Amerika Penjualan Dikurangi: Biaya variabel Marjin kontribusi Dikurangi: Biaya tetap langsung Marjin segmen Dikurangi: Biaya tetap umum Laba (Rugi) bersih
$ 120.000.000 (72.500.000) 47.500.000 (30.000.000)
$ 130.000.000 (72.500.000) 57.500.000 (30.000.000)
Menghentikan Segmen Recycle Asia -
$ 17.500.000
$ 27.500.000
-
Total
$ 250.000.000 (145.000.000) 105.000.000 (60.000.000) $ 45.000.000 (38.000.000) $ 7.000.000
Setelah diperhitungkan, ternyata laba perusahaan dapat meningkat sebesar $ 7.000.000. Berdasarkan analisis tersebut, manajer segmen memiliki alternatif keputusan dengan mempertimbangkan penilaian Anda sebagai investor yang akan berakibat sebagai berikut: Alternatif A :
Jika segmen recycle Asia tetap dilanjutkan, total rugi sebesar $ 3 juta pasti tetap diperoleh perusahaan.
Alternatif B :
Jika segmen recycle Asia dihentikan, peluang tidak rugi sebesar $ 7 juta akan diperoleh perusahaan, sedangkan peluang rugi sebesar
hilang.
Alternatif A
$
3 juta akan
Alternatif B
Menurut analisis Anda terhadap kasus di atas, alternatif manakah yang akan Anda pilih ? Beri tanda silang (X) pada salah satu dari alternatif berikut.
107
Tunjukkan penilaian Anda terhadap alternatif yang Anda pilih: 1
2
3
4
5
Sangat
6
7 Sangat
merugikan
menguntungkan
Lingkari benar (B) atau salah (S) terhadap pernyataan-pernyataan dibawah ini 5. Anda adalah seorang investor di PT. KSHS yang terdiri dari dua segmen yang sedang mengalami penurunan kapasitas produksi. (B/S) 6. PT. KSHS memutuskan untuk memilih satu segmen yang akan diberhentikan. Satu segmen yang diberhentikan akan menyebabkan peningkatan laba perusahaan sebesar $ 7 juta. (B/S) 7. Dalam kasus ini ketika Anda diberikan opsi memilih alternatif, dua opsi tersebut samasama merugikan. (B/S) 8. Dalam kasus ini ketika Anda diberikan tabel laporan laba segmen, format pelaporan tersebut sudah sesuai dengan aturan pelaporan segmen operasi di PSAK . (B/S)
Terima Kasih
108
Lampiran 2: Deskripsi Data Subjek Penelitian (n = 96)
No
Usia
Jenis Kelamin
Angkatan
IPK
1
20
P
2013
3.30
2
21
P
2013
3.54
3
20
L
2013
3.54
4
20
P
2013
3.82
5 6
20 20
L P
2013 2013
3.23 3.90
7 8 9
21 20 20
P P P
2013 2013 2013
3.50 3.67 3.60
10 11
19 20
L L
2013 2013
3.67 3.16
12
20
L
2013
3.20
13 14
21 21
P P
2013 2013
3.89 3.55
Mata Kuliah sudah diambil TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM AM TA, AKPER, AM TA, AM TA, AM TA, AKPER, AM AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM AM AM
Status Investasi
Lama Investasi
Alternatif Keputusan
Nilai
Penilaian
Kasus
TIDAK
-
Menghentikan
6
Menguntungkan
A
YA
1 – 3 thn
Melanjutkan
5
Cukup menguntungkan
A
YA
1 – 3 thn
Melanjutkan
5
Cukup menguntungkan
A
TIDAK
-
Menghentikan
4
Kurang menguntungkan
A
TIDAK TIDAK
-
Menghentikan Menghentikan
6 5
Menguntungkan Cukup menguntungkan
A A
TIDAK TIDAK TIDAK
-
Menghentikan Menghentikan Menghentikan
5 5 5
Cukup menguntungkan Cukup menguntungkan Cukup menguntungkan
A A A
TIDAK YA
≤ 6 bln
Menghentikan Menghentikan
6 5
Menguntungkan Cukup menguntungkan
A A
TIDAK
-
Menghentikan
5
Cukup menguntungkan
A
TIDAK TIDAK
-
Menghentikan Menghentikan
5 7
Cukup menguntungkan Sangat menguntungkan
A A
109
No
Usia
Jenis Kelamin
15
19
L
2013
3.10
16 17
20 20
L P
2013 2013
3.20 3.58
18
21
P
2013
3.60
19
19
P
2013
3.51
20
20
P
2013
3.65
21
20
P
2013
3.48
22
21
P
2013
3.50
23
21
P
2013
3.50
24
20
P
2013
3.65
25
20
P
2013
3.80
26 27
20 20
L P
2013 2013
3.23 3.90
28
20
P
2013
3.69
Angkatan
IPK
Mata Kuliah sudah diambil TA, AKPER, AM TA, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM AM TA, AKPER, AM TA, AM
Status Investasi
Lama Investasi
Alternatif Keputusan
Nilai
Penilaian
Kasus
TIDAK
-
Melanjutkan
5
Cukup menguntungkan
A
TIDAK TIDAK
-
Melanjutkan Melanjutkan
5 5
Cukup menguntungkan Cukup menguntungkan
A A
YA
1 – 3 thn
Menghentikan
6
Menguntungkan
A
YA
≤ 6 bln
Menghentikan
4
Kurang menguntungkan
A
TIDAK
-
Menghentikan
4
Kurang menguntungkan
A
YA
≤ 6 bln
Menghentikan
2
Merugikan
A
YA
1 – 3 thn
Menghentikan
6
Menguntungkan
A
YA
1 – 3 thn
Menghentikan
4
Kurang menguntungkan
A
TIDAK
-
Menghentikan
4
Kurang menguntungkan
A
TIDAK
-
Menghentikan
7
Sangat menguntungkan
B
TIDAK TIDAK
-
Melanjutkan Menghentikan
5 4
Cukup menguntungkan Kurang menguntungkan
B B
Menghentikan
7
Sangat menguntungkan
B
TIDAK
110
No
Usia
Jenis Kelamin
Angkatan
IPK
29 30
20 20
P P
2013 2013
3.50 3.69
31
20
P
2013
3.84
32
20
P
2013
3.87
33
20
P
2013
3.64
34
20
L
2013
3.47
35 36 37 38
20 20 20 20
L L L L
2013 2013 2013 2013
3.75 3.50 3.76 3.50
39 40
19 21
L P
2013 2013
3.49 3.95
41
20
P
2013
3.58
42 43
20 21
P P
2013 2013
3.50 3.80
Mata Kuliah sudah diambil TA, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM AKPER, AM
Status Investasi
Lama Investasi
Alternatif Keputusan
Nilai
Penilaian
Kasus
TIDAK TIDAK
-
Menghentikan Menghentikan
4 6
Menguntungkan Menguntungkan
B B
YA
Menghentikan
5
Cukup menguntungkan
B
TIDAK
6 bln – 1 thn -
Menghentikan
5
Cukup menguntungkan
B
TIDAK
-
Menghentikan
5
Cukup menguntungkan
B
YA
Menghentikan
6
Menguntungkan
B
TA, AM TA, AM TA, AM TA, AKPER, AM TA, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AM AM
YA YA YA YA
6 bln – 1 thn 1 – 3 thn ≤ 6 bln ≤ 6 bln ≤ 6 bln
Menghentikan Menghentikan Menghentikan Menghentikan
6 4 6 6
Menguntungkan Kurang menguntungkan Menguntungkan Menguntungkan
B B B B
TIDAK TIDAK
-
Menghentikan Melanjutkan
4 6
Kurang menguntungkan Menguntungkan
B B
TIDAK
-
Melanjutkan
4
Kurang menguntungkan
B
TIDAK YA
1 – 3 thn
Melanjutkan Melanjutkan
5 5
Cukup menguntungkan Cukup menguntungkan
B B
111
No
Usia
Jenis Kelamin
Angkatan
IPK
44
20
L
2013
3.59
45
21
P
2012
3.70
46
20
P
2013
3.85
47
20
P
2013
3.66
48
20
P
2013
3.50
49
20
P
2013
3.50
50
22
P
2012
3.81
51 52
20 21
P P
2013 2013
3.00 3.90
53
20
P
2013
3.94
54
20
P
2013
3.75
55 56
19 20
L P
2013 2013
3.60 3.78
57
20
P
2013
3.80
Mata Kuliah sudah diambil TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AM
Status Investasi
Lama Investasi
Alternatif Keputusan
Nilai
Penilaian
Kasus
TIDAK
-
Melanjutkan
6
Menguntungkan
B
YA
1 – 3 thn
Menghentikan
5
Cukup menguntungkan
B
TIDAK
-
Menghentikan
3
Cukup merugikan
B
TIDAK
-
Menghentikan
4
Kurang menguntungkan
B
TIDAK
-
Menghentikan
6
Menguntungkan
B
TIDAK
-
Menghentikan
4
Kurang menguntungkan
B
YA
Melanjutkan
7
Sangat menguntungkan
C
TIDAK TIDAK
6 bln – 1 thn -
Menghentikan Menghentikan
4 6
Kurang menguntungkan Menguntungkan
C C
YA
1 – 3 thn
Menghentikan
4
Kurang menguntungkan
C
YA
Menghentikan
5
Cukup menguntungkan
C
TA, AM TA, AKPER, AM TA, AM
TIDAK YA
6 bln – 1 thn 6 bln – 1 thn -
Melanjutkan Melanjutkan
5 4
Cukup menguntungkan Kurang menguntungkan
C C
Menghentikan
6
Menguntungkan
C
TIDAK
112
Mata Kuliah sudah diambil TA, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM AM TA, AM
Status Investasi
Lama Investasi
Alternatif Keputusan
Nilai
Penilaian
Kasus
TIDAK TIDAK
-
Menghentikan Menghentikan
4 6
Kurang menguntungkan Menguntungkan
C C
TIDAK
-
Menghentikan
5
Cukup menguntungkan
C
YA
Menghentikan
5
Cukup menguntungkan
C
TIDAK
6 bln – 1 thn -
Menghentikan
6
Menguntungkan
C
TIDAK
-
Menghentikan
5
Cukup menguntungkan
C
YA
≤ 6 bln
Menghentikan
4
Kurang menguntungkan
C
TIDAK TIDAK
-
Melanjutkan Melanjutkan
4 6
Kurang menguntungkan Menguntungkan
C C
TIDAK
-
Melanjutkan
4
Kurang menguntungkan
C
TIDAK YA
Menghentikan Menghentikan
6 2
Menguntungkan Merugikan
C C
YA
6 bln – 1 thn 1 – 3 thn
Menghentikan
5
Cukup menguntungkan
C
No
Usia
Jenis Kelamin
58 59
20 21
P P
2013 2013
3.41 3.68
60
20
L
2013
3.21
61
20
L
2013
3.50
62
20
L
2013
3.70
63
20
P
2013
3.76
64
20
P
2013
3.86
65 66
21 20
P L
2013 2013
3.37 3.40
67
21
L
2013
3.40
68 69
21 21
P L
2013 2013
3.48 3.70
TA, AKPER, AM AM TA, AM
70
20
P
2013
3.82
AM
Angkatan
IPK
113
No
Usia
Jenis Kelamin
Angkatan
IPK
71
20
P
2013
3.80
72
20
P
2013
3.85
73
21
P
2013
3.65
74
19
P
2013
3.71
75
21
P
2012
3.40
76
20
P
2013
3.92
77
20
P
2013
3.68
78
20
P
2013
3.56
79
20
P
2013
3.64
80
20
P
2013
3.46
81
20
P
2013
3.82
Mata Kuliah sudah diambil TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM
Status Investasi
Lama Investasi
Alternatif Keputusan
Nilai
Penilaian
Kasus
YA
Menghentikan
5
Cukup menguntungkan
C
TIDAK
6 bln – 1 thn -
Menghentikan
5
Cukup menguntungkan
C
TIDAK
-
Menghentikan
7
Sangat menguntungkan
C
TIDAK
-
Menghentikan
7
Sangat menguntungkan
C
YA
Melanjutkan
5
Cukup menguntungkan
D
TIDAK
6 bln – 1 thn -
Menghentikan
4
Kurang menguntungkan
D
YA
1 – 3 thn
Menghentikan
6
Menguntungkan
D
TIDAK
-
Menghentikan
7
Sangat menguntungkan
D
YA
≤ 6 bln
Menghentikan
7
Sangat menguntungkan
D
YA
≤ 6 bln
Menghentikan
6
Menguntungkan
D
YA
6 bln – 1 thn
Menghentikan
7
Sangat menguntungkan
D
114
No
Usia
Jenis Kelamin
Angkatan
IPK
82 94
20 19
P
2013
3.70 3.96
83 95
21
P
2013
3.81 3.40
96 84
19 21
P L
2013 2013
3.56 3.49
85
19
P
2013
3.94
86
19
L
2013
3.61
87
20
L
2013
3.50
88 89 90
20 21 20
L P P
2013 2013 2013
3.30 3.51 3.88
91
20
P
2013
3.83
92
19
P
2013
3.89
93
21
P
2012
3.70
Mata Kuliah sudah diambil TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AM AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM TA, AKPER, AM
Status Investasi
Lama Investasi
Alternatif Keputusan
Nilai
Penilaian
Kasus
TIDAK
-
Menghentikan Melanjutkan
26
Menguntungkan Merugikan
D
TIDAK
-
Menghentikan
53
Cukup Cukup menguntungkan merugikan
D
TIDAK TIDAK
--
Melanjutkan Menghentikan
46
Kurang menguntungkan Menguntungkan
D D
TIDAK
-
Menghentikan
4
Kurang menguntungkan
D
YA
≤ 6 bln
Menghentikan
4
Kurang menguntungkan
D
YA
≤ 6 bln
Menghentikan
4
Kurang menguntungkan
D
TIDAK TIDAK YA
≤ 6 bln
Menghentikan Melanjutkan Melanjutkan
5 5 5
Cukup menguntungkan Cukup menguntungkan Cukup menguntungkan
D D D
TIDAK
-
Melanjutkan
6
Menguntungkan
D
TIDAK
-
Melanjutkan
5
Cukup menguntungkan
D
YA
1 – 3 thn
Melanjutkan
5
Cukup menguntungkan
D
Sumber: Data primer yang diolah, 2015
115
Lampiran 3: Hasil Pilot Test Hasil Pilot Test – Kasus A Jenis Kelamin L
Usia
IPK
37 tahun 22 tahun 23 tahun 25 tahun
3.50 3.75 3.25
Status Investasi
Lama Investasi
Alternatif A
Alternatif B
-
Tingkat Interpretasi
P
1 tahun ≤ 6 bulan Mean Standar deviasi
5 5 4 6 5,000 0,817
Jawaban Manipulation Check Benar Salah 4 3 1 3 1 4 -
Tingkat Kebenaran (%) 100,00 75,00 75,00 100,00
Hasil Pilot Test – Kasus B Jenis Kelamin L
Usia
IPK
49 tahun 24 tahun 24 tahun
3.65 3.10
Status Investasi
Lama Investasi
Alternatif A
Alternatif B
-
Tingkat Interpretasi
P 1-3 tahun 1-3 tahun Mean Standar deviasi
116
5 4 6 5,000 1,000
Jawaban Manipulation Check Benar Salah 4 3 1 4 -
Tingkat Kebenaran (%) 100,00 75,00 100,00
Hasil Pilot Test – Kasus C Jenis Kelamin L
Usia
IPK
35 tahun 25 tahun 23 tahun
3.25 3.50
Status Investasi
Lama Investasi
Alternatif A
Alternatif B
-
Tingkat Interpretasi
P 1-3 tahun Mean Standar deviasi
1 4 5 3,333 2,082
Jawaban Manipulation Check Benar Salah 4 3 1 4 -
Tingkat Kebenaran (%) 100,00 75,00 100,00
Hasil Pilot Test – Kasus D Jenis Kelamin L
IPK
Status Investasi
Lama Investasi
Alternatif A
Alternatif B
39 tahun 23 tahun 30 tahun 26 tahun
3.50 3.10 3,90
Mean Standar deviasi
-
-
Tingkat Interpretasi
P
Usia
Sumber: Data primer yang diolah, 2015
117
6 5 6 5 5,500 0,577
Jawaban Manipulation Check Benar Salah 4 4 4 4 -
Tingkat Kebenaran (%) 100,00 100,00 100,00 100,00
Lampiran 4: Uji Validitas Correlations A A
Pearson Correlation
B
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.109
.541**
.866
.599
.629
.005
25
25
25
22
25
-.036
1
-.041
-.006
.261
.845
.978
.179
.866
N C
25
28
25
22
28
Pearson Correlation
.110
-.041
1
.369
.330
Sig. (2-tailed)
.599
.845
.091
.107
25
25
25
22
25
Pearson Correlation
.109
-.006
.369
1
.700**
Sig. (2-tailed)
.629
.978
.091
22
22
22
22
22
.330 .107
**
.700 .000
1
25
22
28
N D
TOTAL
.110
Sig. (2-tailed) B
D
-.036
1
N
C
N
**
TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.541 .005
.261 .179
N 25 28 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.000
Lampiran 5 : Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.689
4
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance if Item Deleted Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
IFRS8_PosFram
5.0909
1.229
.346
.697
IFRS8_NegFram
5.1364
.981
.614
.530
PSAK5_PosFram
5.1364
1.171
.369
.688
PSAK5_NegFram
5.2273
.946
.579
.549
118
Lampiran 6: Uji Homogenitas
Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:INTERPRETASI_LABA_SEGMEN F
df1 .963
df2 3
Sig. 92
.414
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Penerapan_IFRS8 + Framing_Effect + Penerapan_IFRS8 * Framing_Effect
Lampiran 7: Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas (n = 96) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test INTERPRET_ INTERPRET_ INTERPRET_ INTERPRET_ A B C D N Normal Parametersa
24 4.9583 .99909 .267 .233 -.267 1.306 .066
Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
119
25 5.1200 1.05357 .198 .176 -.198 .991 .280
25 5.0800 1.18743 .167 .167 -.153 .834 .489
22 5.0455 1.29016 .168 .150 -.168 .787 .566
Uji Multikolinearitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
-.308
2.472
IFRS8_Pos_Fram
.891
.247
IFRS8_Neg_Fram
.625
PSAK5_Pos_Fram
.651
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-.125
.902
.379
3.602
.002
.946
1.057
.237
.279
2.634
.017
.933
1.072
.236
.298
2.755
.014
.898
1.113
PSAK5_Neg_Fram .864 .188 a. Dependent Variable: INTERPRETASI_LSEG
.501
4.604
.000
.887
1.128
Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .906a .822 .780 1.20889 a. Predictors: (Constant), PSAK5_NEG_FRAM, IFRS8_POS_FRAM, IFRS8_NEG_FRAM, PSAK5_POS_FRAM
.840
b. Dependent Variable: INTERPRETASI_LSEG
Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
2.044
1.511
IFRS8_Pos_Fram
-.037
.151
IFRS8_Neg_Fram
-.044
PSAK5_Pos_Fram
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
1.353
.194
-.058
-.246
.809
.145
-.073
-.306
.764
.030
.145
.051
.210
.836
PSAK5_Neg_Fram -.130 a. Dependent Variable: ABS_RESID
.115
-.279
-1.135
.272
120
Lampiran 8: Uji Hipotesis (Uji Regresi)
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Summaryb
Model
R
Adjusted R Square
R Square
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .906a .822 .780 1.20889 a. Predictors: (Constant), PSAK5_NEG_FRAM, IFRS8_POS_FRAM, IFRS8_NEG_FRAM, PSAK5_POS_FRAM
.840
b. Dependent Variable: INTERPRETASI_LSEG
Uji Statistik F ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression Residual
df
Mean Square
114.429
4
28.607
24.844
17
1.461
F
Sig. .000a
19.575
Total 139.273 21 a. Predictors: (Constant), PSAK5_NEG_FRAM, IFRS8_POS_FRAM, IFRS8_NEG_FRAM, PSAK5_POS_FRAM b. Dependent Variable: INTERPRETASI_LSEG
Uji Statistik t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
-.308
2.472
IFRS8_Pos_Fram
.891
.247
IFRS8_Neg_Fram
.625
PSAK5_Pos_Fram
.651
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-.125
.902
.379
3.602
.002
.946
1.057
.237
.279
2.634
.017
.933
1.072
.236
.298
2.755
.014
.898
1.113
PSAK5_Neg_Fram .864 .188 a. Dependent Variable: INTERPRETASI_LSEG
.501
4.604
.000
.887
1.128
121
1