LAPORAN PENELITIAN HIBAH NON KOMPETITIF FK UNLAM
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT PADA DINDING ABDOMEN DAN VENA BESAR (LEHER) DALAM PENURUNAN SUHU TUBUH PADA KLIEN FEBRIS DI RUANG RAWAT INAP RSUD BANJARBARU
Eka Santi, S.Kep, Ns NIP 19780615 200812 2 001 (Ketua) Rismia Agustina, S. Kep, Ns, M. Kep (Anggota) Naya Ernawati, S.Kep, Ns (Anggota)
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2012
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... .
2
DAFTAR ISI.............................................................................................. .
3
ABSTRAK...................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
8
BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................
25
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………….
30
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................... ...
35
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
36
REKAPITULASI ANGGARAN PENELITIAN .....................................
38
LAMPIRAN ............................................................................................
40
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kompres panas dan dingin merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh (5). Sesuai dengan reseptor suhu tubuh bagian dalam, maka penurunan suhu tubuh dengan pendinginan dapat dilakukan pada bagian hypotalamus, medula spinalis, organ dalam abdomen dan di sekitar vena-vena besar (4). Selama ini yang sering dijumpai dalam perawatan pada klien dengan peningkatan suhu dilakukan hanya dengan pemberian kompres pada daerah tubuh yang memiliki aliran vena besar, seperti leher, ketiak (Axila) dan inguinal (lipatan paha). Dimana sebelumnya, dilakukan dengan pemberian kompres pada daerah dahi/kepala (11). Organ intra abdomen merupakan reseptor yang lebih peka terhadap suhu dingin (4). Sedangkan daerah vena besar, dirasakan cukup efektif karena adanya proses vasodilatasi dengan pemberian kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh. Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru sesuai hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada tanggal 15 – 20 Desember 2011 di Ruang Rawat Inap Anak, dari 20 orang perawat, 51% perawat menjawab selama ini memberikan kompres pada daerah ketiak/leher sebagai daerah vena besar dan 49% perawat memberikan di daerah dahi/kepala dengan alasan daerah reseptor hypothalamus. Pemberian kompres pada daerah leher, ketiak dan lipat paha mempunyai pengaruh yang baik dalam menurunkan suhu tubuh karena ditempat-tempat itulah terdapat pembuluh darah besar yang akan membantu mengalirkan darah. Sedangkan kompres
pada daerah dahi kurang mempunyai pengaruh yang besar dalam menurunkan suhu tubuh karena tidak memiliki pembuluh darah besar. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai perbandingan antara pemberian kompres hangat dan dingin (12). Hasil penelitian tersebut kompres hangat lebih efektif daripada pemberian kompres dingin. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan kompres hangat sebagai perlakuan. Kompres hangat diberikan kepada pasien anak yang mengalami febris, untuk lokasi kompres hangat diberikan pada daerah abdominal dan vena besar (leher) sebagai upaya untuk menurunkan suhu tubuh. Perlakuan ini diberikan pada organ intra abdomen karena merupakan reseptor suhu yang lebih sensitif. Kandungan jaringan lemak pada daerah abdomen sangat mempengaruhi proses konduksi panas dari dalam ke permukaan kulit (4). Dengan dilakukannya penelitian ini nantinya diharapkan dapat diketahui kompres pada daerah dinding abdomen pada pasien anak yang mengalami febris apakah lebih efektif dibandingkan dengan pemberian kompres pada daerah vena besar/leher yang selama ini dilakukan.
1.2 Perumusan Masalah Apakah pemberian kompres hangat yang diberikan pada dinding abdomen lebih efektif dibandingkan pemberian kompres pada vena besar (leher) dalam penurunan suhu tubuh pada pasien anak dengan febris?
1.3 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektifitas pemberian kompres hangat pada dinding abdomen dan vena besar (leher) dalam penurunan suhu tubuh pada pasien anak dengan febris di Ruang Rawat Inap RSUD Banjarbaru.
1.4 Tujuan Khusus 1. Mengukur derajat penurunan suhu tubuh pada kelompok kontrol yang tidak diberi kompres hangat. 2. Mengukur derajat penurunan suhu tubuh pada kelompok yang diberi kompres hangat pada dinding abdomen. 3. Mengukur derajat penurunan suhu tubuh pada kelompok yang diberi kompres hangat pada vena besar (leher). 4. Menganalisis perbandingan efektifitas kompres hangat pada dinding abdomen dan vena besar (leher) dalam penurunan suhu tubuh.
LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT
IbM OPTIMALISASI PERAN KELUARGA DALAM MEMBERIKAN PERAWATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI RUMAH
Oleh:
Herawati, S. Kep., Ns, M. Kep
(KETUA)
Naya Ernawati, S. Kep., Ns
(ANGGOTA)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2013
DAFTAR ISI
Halaman judul ....................................................................................... Lembar pengesahan ............................................................................... Kata Pengantar......................................................................................... Daftar isi ................................................................................................
i ii iii iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... A. Analisis Situasi ................................................................................ B. Tinjauan Pustaka .............................................................................. C. Permasalahan Mitra ........................................................................ D. Solusi Yang Ditawarkan .................................................................
1 1 2 5 6
BAB II METODE KEGIATAN ........................................................... A. Khalayak Sasaran............................................................................. B. Metode Kegiatan............................................................................... C. Langkah Kegiatan.............................................................................
7 7 7 7
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
8
BAB I PENDAHULUAN
A.
Analisis Situasi Di negara berkembang, jumlah penduduk usia 60 tahun ke atas diperkirakan
meningkat menjadi 20% antara tahun 2015–2050. Indonesia berada di urutan keempat, setelah China, India, Jepang. Penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tahun 2005 berjumlah 18,2 juta orang atau 8,2%,
tahun 2007 penduduk lansia berjumlah 18,7 juta (8,42%), tahun 2010
meningkat menjadi 9,77%, dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi dua kali lipat berjumlah 28,8 juta (11,34%) (1). Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada usia yang lebih dari 85 tahun akan mengalami gangguan kognitif, dimana akan dijumpai gangguan yang ringan sampai terjadinya demensia (2). Penurunan kognitif dan lansia umumnya dianggap sebagai salah satu hal yang paling ditakuti seiring bertambahnya usia (3). Hal yang sering terlihat pada penurunan fungsi kognitif adalah berupa penurunan daya ingat. Fungsi kognitif yang mengalami penurunan dapat menjadi mild cognitive impairment (prodroma demensia), yang kemudian menjadi demensia. Para pakar menyatakan bahwa demensia dapat didiagnosa sebelumnya, dapat dihambat, dicegah, bahkan dapat diobati jika tahapannya sudah dikenali. Oleh karena itu, kemampuan kognitif lansia perlu diamati untuk mengenali keadaan yang dapat berkembang menjadi prademensia (4).. Risiko penurunan fungsi kognitif mengancam kemandirian kualitas hidup lansia yang merupakan tantangan untuk sistem perawatan kesehatan (7). Berdasarkan penelitian Noorkamelia (2012) yang meneliti masalah hubungan fungsi kognitif dengan kualitas hidup lansia didapatkan hasil terdapat hubungan antara fungsi kognitif dengan kualitas hidup lansia. Berdasarkan penelitian Muhlisoh (2012) yang
meneliti masalah hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansa
didapatkan hasil
bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia. Berdasarkan
data dari Dinkes Banjarbaru didapatkan
kunjungan lansia dari periode
Januari-Desember 2011 ada sebanyak 8975, kunjungan lansia dengan kelainan mental emosi sebanyak 933, dan kelainan pada tingkat kemandirian sebanyak 1722. Pemilihan lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin karena berdasarkan data Dinkes Kota Banjarbaru, jumlah kunjungan lansia terbanyak urutan pertama berada di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin yaitu 1929 orang, kedua di Puskesmas Banjarbaru Utara dan Puskesmas Guntung Payung (8). Dari wawancara dengan petugas posyandu lansia dan beberapa keluarga di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin Banjarbaru didapatkan gambaran secara umum bahwa sebagian besar keluarga yang memiliki anggota keluarga
lansia menyebutkan bahwa lansia mengalami
kesulitan dalam mengingat dan mudah lupa ketika meletakkan barang-barang di rumah. Untuk mencegah kondisi lebih lanjut dari kesulitan mengingat pada lansia yang akan mengancam kemandirian & kualitas hidup lansia maka perlu diberikan peningkatan pengetahuan untuk optimalisasi peran keluarga dalam pemberian perawatan fungsi kognitif pada lansia di rumah.
LAPORAN PENELITIAN HIBAH NON KOMPETITIF FK UNLAM
HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
OLEH : Herawati, S. Kep., Ns, M. Kep
(KETUA)
Naya Ernawati, S. Kep., Ns
(ANGGOTA)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT JULI, 2013
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... .
2
DAFTAR ISI.............................................................................................. .
3
ABSTRAK...................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
7
BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................
22
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………….
27
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................... ...
33
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
35
REKAPITULASI ANGGARAN PENELITIAN .....................................
37
LAMPIRAN ............................................................................................
38
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Konsekwensi dari pembangunan adalah pembaharuan diberbagai bidang, salah satunya dibidang pendidikan. Untuk mempercepat laju pembangunan diperlukan sumber daya manusia (human resource) yang handal. Dalam bidang pendidikan sumber daya manusia sangat diperlukan, karena merupakan ujung tombak pembinaan dan peningkatan sumber daya manusia (1). Sumber daya manusia yang dihasilkan dari proses pendidikan salah satunya yaitu perawat. Perawat adalah tenaga medis yang paling sering berinteraksi dan mengetahui secara pasti kondisi pasien perlu ditingkatkan kualitasnya. Program S1 Ilmu Keperawatan (S1 Keperawatan) merupakan program pemerintah dalam hal ini Depertemen Pendidikan Nasional untuk meningkatkan kualitas perawat sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara professional (Professional Nursing). Mahasiswa yang masuk jenjang pendidikan SI Keperawatan pada mulanya termotivasi karena ingin menjadi seorang perawat. Keinginan yang besar untuk menjadi perawat tersebut menjadikan mereka mampu untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga memiliki IPK yang memuaskan. Namun perkembangan dewasa ini sangatlah berbeda, mereka yang memasuki pendidikan SI Keperawatan tidak lagi didasari atas adanya motivasi atau panggilan jiwa untuk menjadi perawat, akan tetapi lebih banyak berorientasi karena ingin secepatnya mendapatkan suatu pekerjaan atau karena dorongan orang tua (2). Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman. Motivasi
yang dimanifestasikan dengan adanya konsentrasi dalam menghadapi materi perkuliahan akan menghasilkan prestasi yang memuaskan (3). Motivasi memegang peranan yang penting dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga dengan adanya motivasi diharapkan prestasi belajar mahasiswa juga meningkat (14). Berdasarkan penelitian sebelumnya Subhan (2003) yang meneliti masalah motivasi belajar dengan prestasi belajar didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi mahasiswa (3). Sedangkan hubungan motivasi untuk menjadi perawat dengan prestasi mahasiswa keperawatan PSIK UNLAM selama ini belum pernah diteliti. Berdasarkan data dokumentasi dari bagian administrasi akademik Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNLAM pada Bulan Maret 2013, nilai IPK rata – rata mahasiswa angkatan 2010 adalah 2, 91, sedangkan jumlah mahasiswa dengan IPK dibawah rata-rata sebanyak 22 mahasiswa dari total 45 mahasiswa. Nilai rata-rata IPK mahasiwa angkatan 2011 adalah 2, 85, sedangkan jumlah mahasiswa angkatan 2011 dengan IPK dibawah rata-rata adalah 16 mahasiswa dari total 34 mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan Mahasiswa Keperawatan Fakultas Kedokteran UNLAM pada Bulan Maret 2013 sebagian besar mahasiswa mengaku bahwa mereka masuk PSIK karena dorongan orang tua, dan
masuk PSIK sebagi
pilihan ke dua. Peneliti akan menggunakan angkatan 2011 sebagai responden penelitian dengan pertimbangan bahwa IPK rata –rata mahasiswa angkatan 2011 dibawah rata-rata IPK mahasiswa angkatan 2010 dan berdasarkan hasil wawancara mahasiswa angkatan 2011 lebih menunjukkan jika mereka masuk PSIK bukan atas keinginan sendiri akan tetapi karena dorongan orang tua dan masuk PSIK sebagai pilihan kedua. Kurangnya motivasi merupakan salah satu penghambat untuk mencapai prestasi belajar yang memuaskan (1). Sehingga untuk menunjang keberhasilan prestasi belajar peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan motivasi menjadi perawat dengan prestasi belajar Mahasiswa Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
1.2 Perumusan Masalah Apakah ada hubungan antara motivasi menjadi perawat dengan prestasi belajar mahasiswa Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
1.3 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi menjadi perawat dengan prestasi mahasiswa Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. b. Tujuan Khusus 1.
Mengidentifikasi tingkat motivasi menjadi perawat Mahasiswa Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
2. Mengidentifikasi tingkat prestasi belajar Mahasiswa Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. 3. Menganalisa hubungan motivasi menjadi perawat
dengan prestasi belajar
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
Mahasiswa