LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DISUSUN OLEH : FAJAR PUJIYASTUTI P 27220010 056
DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA 2010
Konsep Dasar A. Pengertian Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikelpartikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2008). Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2004). Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. B. Komposisi Cairan Utama Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : 1.
Cairan Intraseluler (CIS) Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh (Abdul H, 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water[TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler.
2.
Cairan Ekstraseluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar 20% berat tubuh (Price & Wilson, 1986). CES terdiri dari tiga kelompok yaitu (Abdul H, 2008) : a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler. b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel. c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu:anion dan kation. C.
Faktor-Faktor Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain : 1. Umur Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung. 2. Iklim Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari. 3. Diet Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4.
Stress Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya : a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL. b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran. c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan
intake
cairan
karena
kehilangan
kemampuan
untuk
memenuhinya secara mandiri. Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu : a. Urine Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. b. IWL (Invisible Water Loss) IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat. c. Keringat Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit. d. Feces Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon). D.
Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam empat proses (proses transport) yaitu :
1)
Difusi Yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area berkonsentrasi
rendah
dengan
melintasi
membrane
semipermiabel.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperatur larutan 2)
Filtrasi Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi penting dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini memungkinkan kekuatan yang memungkinkan ginjal untuk memfilter 180 liter/hari.
3)
Transport Aktif Yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah melintasi membrane sel melewati gradien konsentrasinya (gerakan partikel dari konsentrasi satu ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.
4)
Osmosis
Yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari area berkonsentrasi menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dapat melewati semua membran bila konsentrasi yang terlarut keduanya berubah. E.
Regulasi Elektrolit
1.
Kation, terdiri dari : a. Sodium (Na+) : 1)
Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2)
Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
3)
Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4)
Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan
5)
Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang. Potassium (K+) :
b. 1)
Kation berlebih di ruang intraseluler.
2)
Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel. 3)
Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves.
4)
Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis. Calcium (Ca++) :
c.
1)
Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2)
Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3)
Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan protrombin dan trombin.
4)
Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.
2.
Anion, terdiri dari :
a.
Chloride (Cl-) : 1)
Kadar berlebih di ruang ekstrasel.
2)
Membantu proses keseimbangan natrium.
3)
Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster.
4)
Sumber : garam dapur. Bicarbonat (HCO3-) :
b.
1)
Bagian dari bicarbonat buffer system.
2)
Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH.
3)
Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :
c.
1)
Bagian dari fosfat buffer system.
2)
Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel.
3)
Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang.
4) F. 1.
Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.
Gangguan Volume Cairan Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan) Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama (Brunner & suddarth, 2002), pengertian hipovolemia yaitu sebagai berikut : a. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES). b. Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES). c. Hipovolemia
adalah
kekurangan
cairan
di
dalam bagian-bagian
ekstraseluler (CES). Etiologi Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena : a.
Penurunan masukkan. b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal abnormal, dll.
c.
Perdarahan. Patofisiologi:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan. Manifestasi klinis Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkn gagal ginjal akut. Komplikasi Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
2.
a.
Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b.
Renjatan hipovolemik.
c.
Kejang pada dehidrasi hipertonik. Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)
Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth. 2002). Etiologi Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat : a.
Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b.
Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
c.
Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d.
Perpindahan interstisial ke plasma. Patofisiologi Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisiselektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler. Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah : a. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung. b. Infark miokard. c. Gagal jantung kongestif. d. Gagal jantung kiri. e. Penyakit katup. f. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma rendah, etensi natrium. g. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker, berhubungan dengan kerusakan arus balik vena. h. Varikose vena. i. Penyakit vaskuler perifer. j. Flebitis kronis Sedangkan gangguan lainya meliputi : Gangguan Ketidak Seimbangan Elektrolit yaitu : 1. Hyponatremia dan hypernatremia Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel maksudnya terjadi perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari extrasel ke intrasel mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan hypernatremia yaitu kelebihan sodium pada cairan extrasel sehingga tekanan osmotic extrasel meningkat mengakibatkan cairan intrasel keluar maka sel mengalami dehidrasi. 2.
Hipokalemia dan hiperkalemia Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel sehingga potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium ditahan oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH plasma. Sedangkan hyperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium pada cairan ektrasel, hal ini jarang terjadi, kalaupun ada hal ini sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat transmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung.
3.
Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan calcium dengan mengambilnya dari tulang. Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar calcium pada cairan extrasel, kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. 4.
Hipokloremia dan hiperkloremia Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal.
5.
Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hiperfosfatemia yaitu peningkatan kadar ion fosfat dalam serum, kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Gangguan Ketidak Seimbangan Asam Basa yaitu : 1.
Asidosis Respiratorik Yaitu gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO2 akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru berkurang, terjadi peningkatan H2CO2 yang kemudian menyebabkan peningkatan [H+]. Tanda dan gejala klinisnya meliputi :
a.
Napas dangkal, gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi b. Adanya tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran, dan disorientasi. c. pH plasma <7,35; pH urine <6 d. PCO2 tinggi (>45 mm Hg) 2.
Asidosis Metabolik
Yaitu gangguan yang mencakup semua jenis asidosis yg bukan disebabkan oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Tanda dan gejala klinisnya : a.
Pernapasan kussmaul (pernapasan cepat dan dalam)
b.
Kelelahan (malaise)
c.
Disorientasi
d.
Koma
e.
pH plasma <3,5
f.
PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
g.
Kadar bikarbonat rendah (anak-anak <20mEq/l, dewasa <21 mEq/l) 3.
Alkalosis Respiratorik Yaitu dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi. Tanda dan gejala klinisnya :
a.
Penglihatan kabur
b.
Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
c.
Kemampuan konsentrasi terganggu
d.
Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
e.
pH >7,45 4.
Alkalosis Metabolik Yaitu penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh defesiensi relatif asamasam nonkarbonat. Tanda dan gejala klinisnya :
a.
Apatis
b.
Lemah
c.
Gangguan mental
d.
Kram
e.
pusing
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian 1.
Riwayat Kesehatan a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental). b.
Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit. d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan. e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial). f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2.
Pengukuran Klinik
a.
Berat Badan (BB) Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang berhubungan dengan berat badan : 1) Ringan
: ± 2%
2) Sedang
: ± 5%
3) Berat
: ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama. b.
Keadaan Umum Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan darah serta tingkat kesadaran.
c.
Asupan cairan Asupan cairan meliputi: 1)
Cairan oral
: NGT dan oral
2)
Cairan parental
3)
Makanan yang cenderung mengandung air
4)
Iritasi kateter
: termasuk obat-obat intravena
d. Pengukuran keluaran cairan
1)
Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2)
Feses : jumlah dan konsistensi
3)
Muntah
4)
Tube drainage & IWL
e.
Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
3.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik difokuskan pada : a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani dan sensasi rasa. b. Kardiovaskuler
: distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi jantung.
c. Mata
: cekung, air mata kering.
d. Neurology
: reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal
: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntahmuntah dan.
4. a.
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan elektrolit serum Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
b.
Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit (Ht).
c.
Ht naik
: adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun
: adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik
: adanya hemokonsentrasi
Hb turun
: adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
pH dan berat jenis urine Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
d.
Analisa gas darah Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi O2.
Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3- : 25 – 29 mEq/l. Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena (60 – 85 %). B. Diagnosa Keperawatan 1.
Kekurangan Volume Cairan Definisi : kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular. Batasan Karakteristik : a Ketidak cukupan asupan cairan per oral. b Balanc negative antara asupan dan haluaran. c Penurunan berat badan. d Kulit/membrane mukosa kering ( turgor menurun). e Peningkatan natrium serum. f Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih. g Urine pekat atau sering berkemih. h Penurunan turgor kulit. i Haus, mual/anoreksia Faktor yang berhubungan : a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes insipidus. b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan melalui evaporasi akibat luka bakar. c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal, dari luka, diare. d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang berlebihan. e. Berhubungan dengan mual, muntah. f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet. h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi. i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri mulut. 2.
Kelebihan Volume Cairan Definisi : Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial. Batasan Karakteristik : a. Edema b. Kulit tegang, mengkilap. c. Asupan melebihi haluaran. d. Sesak napas e. Kenaikan berat badan Faktor yang berhubungan : a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat gagal jantung. b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung. c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites, dan kanker. d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena, thrombus, imobilitas, flebitis kronis. e. Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan kortikosteroid. f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan. g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi.
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu yang lama. i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil. j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat mastetomi. 3.
Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium) Batasan Karakteristik :
a.
Perubahan kadar kalium.
b.
Aritmia
c.
Kram tungkai
d.
Mual
e.
Hipotensi
f.
Bradikardia
g.
Kesemutan Faktor yang berhubungan : a.
Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas. b. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare. c. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan ginjal. d. Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/ rendah-kalium. C. Intervensi (Perencanaan)
1.
Kekurangan volume cairan Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kriteria Hasil Intervensi Rasional a. Terjdi peningkatan a. Kaji cairan yang a. Membuat klien lebih asupan cairan min.
disukai klien dalam
2000ml/hari
batas diet.
(kecuali
terjadi b. Rencanakan
kontraindikasi).
pemberian
kooperatif. b. Mempermudah
target asupan
b. Menjelaskan perlu-
cairan untuk setiap
nya meningkatkan
sif, mis : siang 1000
untuk
memantauan
kondisi klien.
asupan cairan pada
ml, sore 800 ml dan
saat
malam 200 ml.
stress/cuaca
panas. c. Mempertahankan
c. Kaji
pemahaman c. Pemahaman tentang
klien tentang alasan
alsan tsb membantu
berat jenis urine
mempertahankan
klien dlm mengatasi
dalm batas normal.
hidrasi yg adekuat.
gangguan.
d. Tidak menunjukan d. Catat tanda-tanda dehidrasi.
asupan
dan d. Untuk
haluaran.
mengontrol
asupan klien.
e. Pantau asupan per e. Untuk
mengetahui
oral, min. 1500 ml/
prkembangan status
24 jam.
kesehatan klien.
f. Pantau
haluaran
cairan
1000-
1500ml
/24jam.
Pantau berat jenis urine.
2.
Kelebihan volume cairan Tujuan : Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh klien. Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
a. Klien
akan a. Kaji asupan diet a. Untuk
menyebutkan faktor
dan kebiasaan yg
penyebab & metode
mendorong terjadi-
pencegahan edema.
nya retensi cairan.
b. Klien mperlihatkan b. Anjurkan penurunan edema.
mengontrol
asupan klien.
klien b. Konsumsi garam yg
untuk menurunkan
berlebihan
me-
konsumsi garam.
ningktkan
tekanan
darah. c. Anjurkan
klien c. Makanan yg meng-
untuk:
gunakan
i.Menghindari makanan
penyedap
rasa dan pengawet. gurih, d. Na+
makanan kaleng &
mengikat air, jadi
makanan beku.
tubuh
ii.Mengkonsumsi
akan
lebih
merasa lebih cepat
mkann tnpa garam
haus.
dan menambahkan bumbu aroma. iii.Mggunakan cuka pengganti
garam
utk penyedap rasa sop, rebusan dll. d. Kaji adanya tanda e. Venostasis dapat venostasis
dan
bendungan
vena
pada bagian tubuh
mengakibatkan terhambatnya aliran darah.
19
yang mengantung. e. Untuk
drainase f. Guna memperlancar
limfatik yang tidak adekuat:
g. Perlukaan pada
i.Tinggikan ekstremitas
sirkulasi. daerah yang sakit
dengan
menyebabkan
mnggunakn
bantal,
imobilitas,
bidai/
sirkulasi peredaran
balutan yang kuat,
darah di daerah tsb.
serta
kurang lancarnya
berdiri/duduk
dlm waktu yg lama ii.Jngn
memberikan
suntikan/infuse
pd
lengan yang sakit. iii.Ingatkan untuk
klien
h. Semua kegiataan tersebut
menghindari
memperparah
detergen yang keras,
keadaan klien
membawa
beban
berat,
memegang
rokok,
mencabut
kutikula/ bintil kuku, me-nyentuh kompor gas,
memgenakan
perhiasan atau jam tangan. iv. Lindungi kulit yg i. Untuk mepercepat edema dari cidera.
perbaikan jaringan tubuh.
3.
Ganguan keseimbangan elektrolit (kalium) Tujuan : Klien memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam- basa dalam 48 jam. Kriteria Hasil Intervensi a. Klien menjelaskan Penurunan kadar
Rasional a. Dengan meng-
diet yang sesuai utk kalium
etahui tanda hipo-
mmpertahnkan
kalemia, perawat
a. Observasi tanda dan
kadar kalium dlam
gejala
batas normal.
(vertigo,
b. Klien
berpartipasi
hipokalemia hipotensi
dapat menetapkn lngkh slanjutnya.
ariotmia,
mual, b. Poliuria dpat me-
untuk melaporkan
muntah,
diare,
tanda – tanda klinis
distensi
abdomen
ngeluaran kalium
hipokalemia/hiper-
,pnurunn peristaltis,
secara berlebihan.
kaenia.
kelemahan otot, dan c. Kelebihan cairan
c. Kadar kalium dlam
kram tungkai).
batas normal/dapat b. Catat ditoleransi.
asupan
dan status
klien
kalium
se-
rum.
bila d. Nilai kalium yg
terjadi hipokalemia. d. Kenali
kan pnurunan kadar
c. Tentukan
pe-
dapat menyebab-
haluaran. hidrasi
nyebabkan
perubahan
rendah dapat menyebabkan
kon-
tingkah laku yang
fusi, mudh mrah,
merupakan
depresi mental.
tanda-
tanda hipokalemia. e. Anjurkan klien dan keluarga
untuk
e. Kalium membantu menyeimbangkan cairan tubuh.
mngkonsmsi makan- f. Segmen ST dan an
tinggi
kalium
gelombang T yg
(mis. Buah-buahan,
datar atau terbalik
sari
merupkn indikasi
buah,
buah
kering, syur, daging, kacang-kacangan, teh, kopi, dan kola).
hipokalemia. g. Utk resiko
mengurangi iritasi
f. Laporkan perubahan
mukosa lambung.
EKG; segmen ST yg h. Streoid
kortison
memanjang, depresi.
dapat menyebab-
g. Encerkan suplemen
kan retensi natri-
kalium
per
sedikitnya
oral dalam
um
dan
ekresi
kalium.
113,2 gram air/sari i. Nilai kalium yang buah utk mngurangi
rendah dapat me-
resiko iritasi mukosa
ningkatkan kerja
lambung.
digitalis.
h. Pantau nilai kalium j. Dengan serum
pada
menge-
klien
tahui tanda hipo-
yang mendapat obat
kalemia, perawat
diuretic dan steroid.
dpt
i. Kaji tanda dan gejala toksisitas jika
langkah slnjutnya
digitalis
klien
tengah
mendapat
obat
golongan
digitalis
dan
menetapkan
diuretik
atau
steroid. Peningkatan
Kadar
Kalium
k. Haluaran urin yg
a. Observasi tanda dan
sedikit dapat me-
gejala hiperkalemia
nyebabkan hiper-
(mis.Bradikardia,
kalemia.
kram
abdomen, l. Nilai kalium lebih
oliguria, ksemutan&
dari 7mEq/ l dapat
kebas pd ekstremtas)
menye-babkan
b. Kaji haluaran urin.
henti jantung.
Sedikitnya 25ml/jam m. Untuk atau 600 ml/ hari.
melihat
adanya pelebaran
c. Laporkan
nilai
kompleks
QRS
kalium serum yang
dan gelombang T
melebihi
tggi yg merupkan
5mEq/l
batasi asupan kalium
tanda
jika perlu.
lemia.
hiperka-
d. Pantau EKG
D. Implementasi (Penatalaksanaan) 1.
Kekurangan volume cairan a. Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet. b. Merencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang 1000 ml. Sore 800 ml dan malam 200 ml. c. Mengkaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi yang adekuat Mencatat asupan dan haluaran. d. Memantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam. e. Memantau haluaran cairan 1000- 1500 ml/24 jam. Memantau berat jenis urine.
2.
Kelebihan volume cairan a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi cairan. b. Menganjurkan klien untuk menurunkan konsumsi garam. c. Menganjurkan klien untuk: i. Menghindari makanan gurih,makanan kaleng,dan makanan beku. ii. Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma iii. Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan dll. d. Mengkaji adanya tanda venostasis dan bendungan vena pada bagian tubuh yang mengantung.
e. Memposisikan
ekstremitas
yang
mengalami
edema
diatas
level
jantung,bila memungkinkan(kecuali ada kontra indikasi). f. Untuk drinase limfatik yang tidak adekuat: i. Meninggikan ekstremitas dengan menggunakan bantal. ii. Mengukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit. iii. Jangan memberikan suntikan atau infuse pada lengan yang sakit. iv. Mengingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa beban berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku, memyentuh kompor gas, memgenakan perhiasan atau jam tangan. v. Melindungi kulit yang edema dari cidera 3.
Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium) Penurunan kadar kaliu: a. Mengobservasi tanda dan gejala hipokalemia (vertigo,hipotensi ariotmia, mual, muntah, diare, distensi abdomen, penurunan peristaltis, kelemahan otot, dan kram tungkai b. Mencatat asupan dan haluaran. (poliuria dapat menyebabkan pengeluaran kalium secara berlebihan). c. Menentukan status hidrasi klien bila terjadi hipokalemia. (kelebihan cairan dapat menyebabkan serum). d. Mengenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda- tanda hipokalemia. Nilai kalium yang rendah dapat menyebabkan konfusi, mudah marah, depresi mental. e. Menganjurkan klien dan keluarga untuka mengkonsumsi makanan tinggi kalium (mis. Buahbuahan, sari buah, buah kering, sayur, daging, kacangkacangan, teh, kopi,dan kola) f.Melaporkan perubahan EKG; segmen ST yang nmemanjang, depresin segmen ST dan gelombang T yang datar atau terbalik merupakan indikasi hipokalemia. g. Mengencerkan suplemen kalium per oral sedikitnya dalam 113,2 gram air/sari buah untuk mengurangi resiko iritasi mukosa lambung.
h. Memantau nilai kalium serum pada klien yang mendapat obat diuretic dan steroid. (Streoid kortisonndapat menyebabkan retensi natrium dan ekresi kalium). i. Mengkaji tanda dan gejala toksisitas digitalis jika klien tengah mendapat obat golongan digitalis dan diuretikatau steroid. (nilai kalium yang rendah dapat meningkatkan kerja digitalis. Peningkatan Kadar Kalium: a. Mengobservasi tanda dan gejala hiperkalemia (mis. Bradikardia, kram abdomen, oliguria, kesemutan dan kebas pada ekstremitas). b. Mengkaji haluaran urin. Sedikitnya 25 ml/ jam atau 600 ml/ hari (haluaran urin yang sedikti dapat menyebabkan hiperkalemia). c. Melaporkan nilai kalium serum yang melebihi 5 mEq/ l. batasi asupan kalium jika perlu. (nilai kalium lebih dari 7 mEq/ l dapat menyebabkan henti jantung) d. Memantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang T tinggi yang merupakan tanda hiperkalema.. Tindakan Keperawatan 1.
Pemberian cairan dan elektrolit per oral a. Penambahan intake cairan dapat diberikan per oral pada pasien-pasien tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I. b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000 cc per hari. c. Pemberian elektrolit per oral biasanya melalui makanan dan minuman.
2.
Pemberian therapy intravena a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi cairan extrasel secara langsung. b. Tujuan terapy intravena : 1) Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan per oral secara adekuat. 2) Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit.
c.
Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1) Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya dextrosa dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5% dextrosa in water (DSW) dan amigen, aminovel. 2) Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik, maupun hypertonik. Yang banyak digunakan yaitu normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%. 3) Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium bicarbonat. 4) Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan tekanan osmotik darah. 3.
Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang infus a. Mempertahankan infus intravena terhadap daerah pemasangan infus dan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien. b. Memenuhi rasa nyaman dan membantu aktivitas pasien misalnya dalam pemenuhan personal hygiene, membantu mobilitas. c. Observasi komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya :
1)
Infiltrat
: masukkannya cairan ke sub kutan. Gejala
2)
Phlebitis
: trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia. Gejala
3)
: bengkak, dingin, nyeri, tetesan infus lambat. : nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat pemasangan.
Kelebihan inteke cairan d.
: akibat tetesan infus yang terlalu cepat.
Mengatur tetesan infus Dilakukan setiap 30 menit sampai dengan 1 jam. Tetesan terlalu cepat menyebabkan masalah pada paru-paru dan jantung. Tetesan yang lambat dapat menyebabkan intake cairan dan elektrolit yang tidak adekuat. Faktor yang mempengaruhi jumlah tetesan :
1)
Posisi pemasangan
2)
Posisi dan patency tube/selang
3)
Tinggi botol infus
4)
Kemungkinan adanya infiltrat e.
Mengganti botol infus Dilakukan jika cairan sudah di leher botol dan tetesan masih berjalan.
Prosedurnya : 1)
Siapkan botol yang baru.
2)
Klem selang.
3)
Tarik jarum dan segera tusukan pada botol yang baru.
4)
Gantungkan botol.
5)
Buka klem dan hitung kembali tetesan.
6)
Pasang label.
7)
Catat tindakan yang dilakukan. f.
Mengganti selang infus Minimal 3x4 jam, langkah-langkahnya :
1)
Siapkan infus set yang baru, termasuk botol. 2) Masukkan cairan sepanjang selang dan gantungkan botol serta tutup klem. 3) Pegang poros jarum dan tangan lain melepas selang. 4) Tusukan tube yang baru ke poros jarum. 5) Lanhkah berikutnya seperti memasang infus. g.
Menghentikan infus Dilakukan bila program terapi telah selesai atau bila akan mengganti tusukan yang baru. Langkah-langkahnya :
1)
Tutup klem infus.
2)
Buka tape pada daerah tusukan sambil memegang jarum. 3) Tarik jarum sepenuhnya dan beri penekanan pada daerah bebas tusukan dengan kapas beralkohol selama 2-3 menit untuk mencegah perdarahan. 4) Tutup daerah bebas dengan kassa steril. 5) Catat waktu penghentian infus dan jumlah cairan yang masuk dan yang tersisa dalam botol.
4.
Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang transfusi darah Pengertian disini adalah memasukkan darah lengkap atau komponen darah ke dalam sirkulasi vena. Tujuannya yaitu untuk :
a.
Mengembalikan jumlah darah setelah perdarahan hebat.
b.
Mengembalikan sel darah merah misalnya pada anemia berat.
c.
Memberikan faktor-faktor plasma seperti antihemofilik. Reaksi-reaksi transfusi yang mungkin timbul yaitu : a. Hemofilik
: terjadi apabila aglutinogen dengan anti aglutinin dengan tipe sama bertemu.
b. Febris
: karena adanya kontaminasi pada darah atau sensitivitas dari sel darah putih.
c. Reaksi alergi : biasanya karena adanya antibody pada plasma donor. Risiko transfusi yang utama adalah transfusi penyakit hepatitis, AIDS, dsb. E. Evaluasi tindakan keperawatan 1.
Keseimbangan cairan dapat dipertahankan. 2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab, turgor kulit baik. 3. Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik. 4. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral, therapy intravena atau TPN). 5. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall.1995.”Diagnosa Keperawatan”.Jakarta : EGC Harnawatiaj.2008.Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (http://wordpress.com/, diakses 24 April 2010)
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul..2008.”Kebutuhan Dasar Manusia”. Jakarta: EGC. Faqih,
Moh. Ubaidillah.2009.”Cairan dan Elektrolit (http://www.scribd.com/ diakses 25 april 2010)
dalam
Tubuh
Manusia”,
Obet.2010.Kebutuhan Cairan dalam Tubuh, (http://akarrumput21.blogspot.com/, diakses 24 April 2010)