MAKALAH KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DAN ASKEP
Disusun Oleh : Agus Yulianto Anggun Dwiyana Bq. Armi Mustika Sari Desiana Megawati Dita Debiesta Russant Dwi Kurniawan Eko Febri Fadlurrahm Habibah Hamzan Wadi Intan Pandini I jero Eka Astawa Kunto Setyadi Luh Made Ayu Lestari Dewi
PROGRAM STUDI IMU KEPERAWATAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2009
I PENDAHULUAN
Semua sel dan jaringan tubuh manusia terendam dalam cairan yang memiliki komposisi kimia surupa dengan air laut. Hal ini mencerminkan awal evolusi manusia. Agar fungsi sel dapat berlangsung normal, komposisi cairan ini harus relative konstan. Keseimbangan yang dinamis atau homeostasis dari air, elektrolit, dan keseimbangan asam-basa dalam tubuh dipelihara melalui mekanisme faal kompleks yang melibatkan banyak system tubuh lain. Gangguan cairan, elektrolit, dan asam-basa sering merupakan dasar penyebab suatu penyakit yang pada akhirnya menyebabkan gangguan sistemik. Cara terbaik untuk dapat mengenali dan mengatasi gangguan hal ini adalah dengan memahami faal normal cairan dan elektrolit beserta mekanisme patofisisologi yang mendasarinya. Keseimbangan cairan dan elektrolit mencakup komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat tertentu. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Ciran dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusikan keseluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit menandakan cairan dan elektrolit tubuh total yang normal, demikian juga dengan distribusinya dalam seluruh bagian tubuh. Kesimbangan ciraan dan elektrolit saling bergantung satu dengan lainnya; jika salah satu terganggu, maka demikian pula yang lainnya. Oleh karena itu, cairan dan elektrolit harus dibicarakan secara bersamaan. Cairan dan elektrolit menciptakan lingkungan intraselular dan ekstraselular bagi semua sel dan jaringan tubuh, sehingga ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi pada semua golongan penyakit. Gangguan cairan dan elektrolit berkaitan dengan penyakit sistemik mayor maupun dengan beberapa penyakit sistemik minor. Keadaan normal status cairan dan elektrolit Air adalah komponen pembentuk tubuh yang paling banyak jumlahnya. Pada orangdewasa kurang lebih 60 % dari berat badan adalah air (air dan elektrolit), 2/3 bagian berada di intrasel, dan 1/3 bagian berada di ekstrasel. 60 % berat badan tubuh adalah : a. Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat badan b. Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan yang terdiri dari cairan intravaskuler (plasma) 5 % dari berat badan, dan cairan interstisil 15 % dari berat badan. Elektrolit utama a. Dari CES : Natrium (N = 135 - 147 mEq/liter), Klorida (N = 100 - 106 mEq/liter) b. Dari CIS : Kalium (N = 3,5 - 5,5 mEq/liter), Phospat (N = 3 - 4,5 mg/liter) Secara lebih terperinci kandungan kadar elektrolit dalam tubuh adalah sebagai berikut :
mEq Na
Plasma 145
Interstisial 143
Seluler 14
Cl
100
110
-
HCO3
27
27
10
K
4
4
150
Ca
5
5
-
Mg
3
3
26
PO4
2
2
113
SO4
1
1
-
Protein
16
2
74
Konsentrasi ion H pada suatu larutan atau tingkat keasaman dan kebasaan ditunjukkan sebagai pH . Nilai pH normal adalah 7,35 - 7,45 Air murni merupakan larutan netral mempunyai pH 7 Larutan asam mempunyai pH < 7 Larutan basa mempunyai pH > 7 Rehidrasi Goldberger (1980) melakukan beberapa cara menghitung kebutuhan cairan dan elektrolit, yaitu : Cara I
Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka kehilangan
cairan kira-kira 2 % dari BB pada waktu itu. Contoh: BB 50 kg maka defisit cairan sekitar 1 liter. (1000 cc)
Jika seseorang bepergian 3-4 hari tanpa air dan ada rasa haus, mulut kering, oliguria, maka
defisit air sekitar 6 % atau 3000 cc pada orang dengan BB 50 kg.
Bila ada tanda di atas ditambah dengan kelemahan fisik nyata, perubahan mental seperti
bingung atau delirium, maka defisit cairan sekitar 7-14% atau sekitar 3,5 sampai 7 liter pada orang dengan BB 50 kg. Cara II: Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan BB 4 kg pada fase akut cuma dengan defisit air 4 liter. Cara III: Dengan suatu kenyataan bahwa kosentrasi natrium dalam plasma berbanding terbalik denganvolume ekstrasel dengan pengertian bahwa kehilangan air tidak disertai dengan perubahan kosentrasi natrium dalam plasma, maka dapat dihitung dengan rumus:
Na2
x
BW2
=
Na1 x
BW1 dimana;
Na1 = kadas Na plasma normal 142 mEq/liter BW1 = volume air badan normal sekitar 60 % dari BB pria dan 50 %
dari BB wanita.
Na2 = Kadar natrium plasma sekarang. BW2= Volume air badan sekarang. Daldiyono (1973) mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial pada gastro enteritis akut berdasarkan sistim score. Adapun nilai/score gejala klinis dapat dilihat pada tabel dibawah ini Gejala klinik Muntah
Score 1
Vox colerica (suara sesak)
2
Kesadaran apatis
1
Kesadaran somnolent sampai dengan koma
2
Tensi sistolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2
Nadi lebih atau sama dengan 120 x/menit
1
Napas kusmaul > 30x/menit
1
Turgor kulit <
1
Vacies colerica
2
Ekstremitas dingin
1
Jari tangan keriput
1
Sianosis
2
Umur 50 atau lebih
-1
Umur 60 tahun atau lebih -2 Semua score ditulis lalu dijumlah. Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam dapat dihitung: Score x 10% x BB (Kg) x 1 liter 15 Dengan menggunakan rumus Margon-walten (dikutip dari Daldiyono) yaitu dengan mengukur BJ Plasma: BJ plasma -1,025 x BB (Kg) x 4 ml 0,001 Contoh : Pria BB 40 Kg dengan BJ Plasama pada waktu itu 1,030, maka kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial : 1,030 - 1,025 x 40 x 4 ml = 800 ml 0,001 Jumlah cairan yang dibutuhkan adalah : Menurut Golderberg (1980) kebutuhan cairan berdasarkan gejala klinis adalah: cara 1. Kehilangan cairan sekitar 6% dari BB atau sekitar 3 liter. Menurut cara III rumus :
Na II x Bw 2 = Na I x Bw I 123 x X X
= 142 x 22 = 25,4 (tak sesuai)
Menurut score Daldiyono dari gejala klinis ditemukan score 6 , perhitungannya: 6 x 10% x 50 Kg x 1 liter = 2 liter (2000 ml) 15
II PEMBAHASAN 2.1 CAIRAN ELEKTROLIT Cairan tubuh adalah larutzn isotonik yang tersusun atas air dan zat terlarut. Elektrolit adalah partikel yang bermuatan listrik (ion) saat berada dalam larutan. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti bahwa konsentrsi air tubuh total (TBW) dan elektrolit normal diseluruh kompartemen tubuh, demikian juga dengan distribusinya. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit dihubungkan dengan semua penyakit utama dan beberapa penyakit minor.
2.2 PROSENTASE CIRAN TUBUH TBW (merupakan persentase berat badan total yang terdiri dari air) bervariasi sesuai jenis kelamin, usia, lemak tubuh. Pada awal kehidupan (bayi), persentase berat badan yang merupakan air adalah sekitar 75%. TBW sekitar 60% pda laki-laki dewasa, 50% pada perempuan dewasa, dan kurang dari 50% pda orangtua. Lemak merupakan zat besar yang esensial, sedikit persentase berat tubuh yang berupa Cairan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain : a. Umur b. Kondisi lemak tubuh c. Sex Perhatikan Uraian berikut ini : No.
Umur
Prosentase
1.
Bayi (Baru Lahir)
75%
2.
Dewasa:
3.
a. Pria (20-40 tahun)
60%
b. Wanita (20-40 tahun)
50%
Usia Lanjut
45-50%
Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya
berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler. air. 2.3.FUNGSI CAIRAN TUBUH Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi utama yaitu : a. sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral b. berfungsi sebagai pembawa oksigen (O ) ke dalam 2 sel-sel tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO ) dan juga senyawa nitrat. 2 Sel a i n ber p e ra n d a lam p ro s e s metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut & hidung, pelumas dalam cairan sendi02tubuh, katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah & konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu Di dalam tubuh manusia, cairan akan terdistridusi ke dalam 2 kompartemen utama yaitu cairan.
2.4. CAIRAN UTAMA DALAM TUBUH Komposisi kimia cairan tubuh adalah elektrolit dan nonelekrolit. Yang termasuk nonelektrolit misalnya protein atau glukosa, tidak membawa aliran listrik. Elektrolit adalah garam yang berdisosiasi dalam air menjadi satu atau lebih partikel bermuatan dan dapat menghantarkan aliran listrik. Kation adalah elektrolit yang membawa muatan positif (misalnya Na+, K+ atau Ca++ ), sedangkan anion (seperti Cl- dan HCO3-) membawa mutan negatif. Konsentrasi elektrolit cairan tubuh bervariasi dari suatu komponen cairan tubuh dengan yang lain. Na+ adalah kation utama pada ECF, dan K+ adalah kation utama ICF. Perbedaan muatan listrik melewati membrane diperlukan untuk menimbulkan potensial aksi otot dan saraf dan perbedaan konsentrsi Na+ dan K+ melewati membran sel berperan penting untuk mempertahankannya.
2.5. PERINDAHAN CAIRAN DAN ELEKTOLIT TUBUH Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu : a) Fase I Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal. b) Fase II
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel c) Fase III Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara: 1. Diffusi Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu : • Permebelitas membran kapiler dan sel • Konsenterasi • Potensial listrik • Perbedaan tekanan • Filtrasi 2. Osmosis Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi. 3.
Transport Aktive Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan
konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium. Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. 2.6. PENGATURAN FISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT Table pemasukan dan pengeluaran cairan setiap hari pada orang dewasa sehat. Pemasukan Cairan 1200 ml Makanan
yang
Pengeluaran diminum Ginjal (urine)
padat
(air)
Usus halus (feses)
1500 ml 200 ml
1000 ml Oksidasi makanan (air) Paru
(dalam
udara 400 ml
300 ml ekspirasi) Pemasukan total = 2500 Kulit (kringat difusi)
400 ml
ml Pengeluaran total =
2500 ml
Sejumlah mekanisme homeostatik bekerja tidak hanya untuk mempertahankan konsentrasi elektrolit dan osmotik cairan tubuh, tetapi juga volume cairan tubuh total. Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal terjadi akibat keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar system organ. 2.7.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN DAN CAIRAN ELEKTROLIT
1) Umur Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung. 2) Iklim Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari 3) Diet Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema 4) Stress Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah. 5) Kondisi Sakit Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri. 6) Tindakan Medis Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain. 7) Pengobatan : Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh. 8) Pembedahan : Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. 2.8. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH 1. Ketidakseimbangan Volume Kekurangan volume cairan ekstrasel (ECF) Kekurangan ECF atau hipovelomia adalah kehilangan cairan tubuh isotonic, yang disertai kehilangan natrim dan air dalam jumlah relative sama. Sering disalah artikan sebagai dehidrasi. Kelebihan volume ECF Dapat terjadi jika natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang lebih kurang sama. Seiring dengan terkumpulnya cairan isotonic berlebihan diECF (hipervolemia), maka cairan akan berpindah ke kompertemen cairan interstisial sehingga menyebabkan terjadinya edema. Kelebihan volume cairan selalu terjadi sekunder akibat peningkatan kadar natrium tubuh total yang akan menyebabkan terjadinya retensi air. 2. Ketidakseimbangan osmolalitas Osmolalitas adalah konsentrasi zat yang terlarut dalam cairan tubuh (perbandingan antara zat terlarut dan air).
Hiponatremia (ketidak seimbangan Hipo-osmolalitas) Hiponatremia (hipoosmolalitas) disebabkan oleh air yang berlebihan oleh atau Na+ (cairan yang terlarut dalam ECF yang actif secara osmotic) yang berkurang.
Hipernatremia Disebabkan oleh defisit air dan Na+ yang berlebihan. Menyebabkan pembengkakan sel (karena perpindahan air dari ICF ke ECF). 3. Ketidakseimbangan kalium Hipokalemia Adalah kadar kalium serum yang kurang dari 3,5 mEq/l. Hanya 2% dari K+ tubuh yang berbeda dalam ECF, sehingga kadar K+ serum tidak mencerminkan K+ total.
Hiperkalemia Suatu keadaan dengan kadar kalium serum lebih atau sama dengan 5,5 mEq/l. Hiperkalemia akut adalah suatu keadaan kedaruratan medis yang perlu segera dikenali dan ditangani untuk menghindari terjadinya disritmia dan henti jantung yang fatal.
III 3.1 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN UNTUK KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT : KELEBIHAN CAIRAN DIAGNOSA KEPERAWATAN : ketidakseimbangan cairan dan elektrolit : kelebihan cairan. DEFINISI : ketidakseimbangan cairan dan elektrolit : kelebihan cairan adalah Mandiri TINDAKAN/INTERVENSI Pantau tanda vital dan CVP.
RASIONAL Takikardia dan hipertensi adalah manifestasi umum. Takipnea biasanya ada dengan/ tanpa dispnea. Peningkatan CVP terlihat sebelum dispnea dan bunyi napas adventisus. Bunyi napas adventisus (krekels) dan bunyi
Auskultasi paru dan bunyi jantung.
jantung ekstra (S3)adalah indikasi kelebihan cairan. Edema pulmoonal dapat terjadi dengan cepat. Edema mungkin umum atau local pada area
Kaji adanya/lokasi pembentukan edema.
dependen. Pasien lansia dapat mengalami edema dependen dengan kelebihan cairan yang relative kecil. Tanda dekompensasi jantung/GJK.
Perhatikan adanya distensi vena leher dan perifer, serta edema pitting dispnea.
Penurunan perfusi ginjal, insufisiensi jantung,
Pertahankan masukan dan haluan akurat. dan perpindahan cairan dapat menyebabkan perhatikan
penurunan
haluan
urine, penurunan haluan urine dan pembentukan
keseimbangan cairan positif pada kalkulasi 24 edema. jam.
Satu
liter
retensi
cairan
sama
dengan
Timbang berat badan sesuai indikasi. Waspada penambahan berat badan 1 kg. terhadap penambahan berat badan akut atau tiba-tiba.
Pembatasan cairan dengan serta perpindahan
Berikan cairan oral dengan waspada. Bila ekstraseluler, dapat menyebabkan kekeringan cairan dibatasi,
membrane mukosa, dan pasien menginginkan cairan lebih banyak dari seperlunya. Bolus cairan tiba-tiba/pemberian berlebih lama menimbulkankelebihan
beban
volume/resiko
Pantau kecepatan infuse dan cairan parenteral terhadap dekompensasi jantung. secara
ketat;
berikan
melalui
alat Perpindahan cairan pulmonal menimbulkan
control/pompa sesuai kebutuhan.
komplikasi pernafasan. Gravitasi memperbaiki ekspansi paru dengan
Dorong untuk batuk/latihan napas dalam.
menurunkan diafragma dan
memondahkan
Pertahankan posisi semi-fowler bila ada dispnea cairan ke rongga abdomen bawah. atau asites.
Menurunkan tekanan dan friksi pada jaringan edema, yang lebih cenderung rusak dari pada normal.
Balik, posisikan ulang, dan berikan perawatan Keterbatasan cadangan jantung mengakbatkan kulit pada interval regular.
kelelehan/intoleren aktivitas. Perpindahan cairan dapat menyebabkan edema
Tingkatkann tirah baring, jadwalkan perawatan serebral//perubahan mental, khususny padaa untuk memberikan priode istirahat sering.
populasi geriatric.
Berikan kewaspadaan keamanan sesuai indikasi, mis.,penggunaan pagar tempat tidur, tempat tidur
pada
posisi
rendah,
observasi
sering,restrein lunak (bila di perlukan)
Kolaborasi TINDAKAN/INTERVENSI Bantu dengan identifikasi
RASIONAL /pengobatan Rujuk pada faktor predisposisi atau pemberat.
penyebab dasar. Pantau
pemeriksaan
Perpindahan cairan ekstraseluler, pembatasan labolatorium
indikasi, mis., elektrolit, BUN, GDA.
sesuai natrium/air
dan
mempengaruhi
fungsi
ginjal
semua
kadar natrium serum. Deficit
kalium dapat terjadi dengan terapi deuretik. BUN
mungkin meningkat
disfunngsi/gagal
ginjal.
sebagai akibat GDA
dapat
menunnjukkan asidosis metabolic..
Mandiri TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL Berika diet tinggi protein, rendah natrium. Peningkatan protein serum dapat meningkatkan Batasi cairan sesuai indikasi.
gradient osmotic koloiddan meningkatkan aliran balik cairan ke ruang vaskuler. Pembatasan natrium/air
menurunkan
retensi
cairan
ekstraseluler. Untuk mencapai kelebihan ekskresi cairan, baik Berikan deuretik, mis., deritik loop, furosemid deuretik
tunggal (mis., tiazid) atau gen
(lasix), deuretik tiazid, mis.,hidroklorotiazid, kombinasi dapatt di pilih (mis., tiazid dan (esidex);
deuretik
hemat-kalium,
mis., spironolakton). Kommbinasi dapat terutama
spironolakton (aldactone).
membantu bila dua obat mempunyai sisi berbeda dari kerja dan mungkin control lebih efektif dari kelebihan cairan. Kekurangan kalium (yang dapat terjadi bila
Ganti kehilangan kalsium sesuai indikasi.
pasien menerima deuretik pembuang-kalium) dapat menyebabkan disritmia jantung letal bila tidak di atasi.
Siapkan
untuk/bantu
dengan Dapat di lakukan pada penurunan cepat
dialysis/ultrafiltrasi, bila di indikasikan.
kelebihan beban caran, khususnya pada adanya gagal jantung/ginjal berat.
DIAGNOSA Kelebihan Volume Cairan Definisi : retensi cairan isotonomi meningkat Batasan karakteristik :
Berat badan meningkat pada waktu yang singkat Asupan berlebihan disbanding output Tekanan darah berubah, tekanan arterio pulmonalis berubah, peningkatan CVP Distensi vena jugularis Perubahan pada pola nafas Dyspenu/ sesak nafas orthopneu, suara nafas abnormal (rales/ orakles) keongistif
kemacetan paru, pleura effusion. Hb dan HMT menurun, perubahan elektrolit khususnya perubahan berat jenis. Suara jantung sill Reflex hepatojugular positif. Oliguria, azotemia. Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan.
Factor-faktor yang berhubungan : Mekanisme pengaturan melemah. Asupan cairan berlebihan. Asupan natrium berlebihan. NOC Keseimbanagan cairan Indicator :
Tekanan darah dbn Rata-rata tekanan arteri dbn Tekanan ena central dbn Tekanan darah paru dbn Nadi perifer teraba Tidak ada hipotensi ortostatik Keseimbangan intake dan output 24jam Tidak adalah suara nafas tambahan Berat badan stabil Tidak ada asites Tidak ada distensi vena jugularis Tidak ada edema perifer Tidak ada cekung Tidak ada kebingungan Tidak haus berlebih Kelembban kulit dbn Membrane mmukosa lembab Elektrolit serum dbn Nilai hematokrit dbn BJ urin normal
Keterangan penilaian NOC :
Tiadak pernah menunjukkan Jarang menunjukkan Kadang menunjukkan Sering menunnjukkan Selalu menunjukkan NIC
Fluid Management
Cactat perubahan berat badan Catat intake dan output cairan Monitor status hidrasi Monitor tanda-tanda vital Monitor status nutrisi Persiapkan pemberian transfuse (seperti mengecek daerah dengan identitas pasien,
menyiapkan tempat alat tranfusi) Awasi pemberian produk darah/transfuse Fluid monitoring : Monitor intake dan output cairan Monitor makanan dan cairan dan hitung kalori harian (management nutrisi dan cairan) Monitor status nutrisi
Pertahankan catatan dan masukan yang akurat Konsultasikan dokter jika tanda dan gejala kelebihan cairan berlangsung lama/memburuk. Monitor vital sign Tentukan factor risiko yang mungkin menyebabkan ketidakseimbangan cairan Monitor lokasi, luas, edema, dan amati perkembangan tiap hari.
IV KESIMPULAN Keseimbangan cairan dan elektrolit mencakup komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat tertentu. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Ciran dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusikan keseluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit menandakan cairan dan elektrolit tubuh total yang normal, demikian juga dengan distribusinya dalam seluruh bagian tubuh. Kesimbangan ciraan dan elektrolit saling bergantung satu dengan lainnya; jika salah satu terganggu, maka demikian pula yang lainnya. Oleh karena itu, cairan dan elektrolit harus dibicarakan secara bersamaan.
Daftar pustaka Patofisiologi, keseimbangan cairan dan elektrolit, Price, S.,2005 edisi 6 vol 1, EGC, Jakarta Rencana Asuhan Keperawatan, ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, Doenges, E, Marlin, 2004 Edisi 3, EGC, Jakarta NIC and NOC, Joane C. McCloskey, Gloria M. Bulechek, 1995 edisi 2, EGC, Jakarta