BAB VI
CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT DAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA
A. PENDAHULUAN
Topik kuliah Cairan Tubuh, Elektrolit dan Keseimbangan Asam-Basa membahas tentang evaluasi gangguan yang melibatkan ketidak seimbangan cairan elektrolit dan asambasa dalam tubuh. Topik ini membahas tentang penyebab gangguan ketidakimbangan cairan tubuh, cara evaluasi dan terapi cairan yang harus diberikan pada pasien hewan yang mengalami gangguan tersebut. Dalam evaluasi status cairan tubuh diperlukan interaksi antara namnesa, tanda-tanda klinik serta pemeriksaan laboratorik, pengertian tersebut dapat menentukan cara terapi yang tepat dalam mengatasi status gangguan cairan tubuh. Penentuan jenis cairan yang perlu diberikan pada pasien dengan mengkaitkan pemeriksaan laboratorik tentang komponen cairan tubuh yang hilang, sangat menentukan keberhasilan terapi. Dalam topik kuliah ini juga dibahas gangguan yang diakibatkan oleh ketidak imbangan asam-basa tubuh meliputi gangguan respiratorik dan gangguan metabolik yang bersifat asidosis maupun alkalosis. Topik kuliah ini secara keseluruhan dapat diselesaikan dalam tiga kali tatap muka (kurang lebih 3 jam). Setelah mengikuti pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa dapat membantu mahasiswa memahami gangguan kelidakimbangan cairan elektrolit dan asam basa tubuh, sehingga mahasiswa mampu menentukan diagnosis penyebab gangguan tersebut dan dapat memberi saran dalam terapi secara tepat. Kesalahan dalam menentukan jenis cairan terapi dapat berakibal fatal bagi pasien yang mengalami pergeseran status asam atau basa dalam tubuh.
Universitas Gadjah Mada
1
B. PENYAJIAN
EVALUASI CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT DAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA
Ketentuan umum untuk evaluasi:
Pemeriksaan laboratorium harus disertai dengan pemeriksaan gejala klinik dan anamnesa
Tanda-tanda klinik dan anamnesa menunjukkan besarnya kebutuhan cairan
Tanda klinik hewan yang mengalami dehidrasi 7%, membutuh cairan sebanyak ± 7% dan berat badan
Diare akut menunjukkan adanya metabolik asidosis, mengindikasikan adanya gangguan keseimbangan asam-basa
Gangguan respirasi yang ditandai dengan sesak nafas menunjukkan adanya metabolik
Kelemahan berat. menunjukkan adanya kekurangan K+ atau Ca++
Gangguan fungsi jantung rnenunjukkan ada perubahan-perubahan K+
Pemeriksaan laboratorium memperkuat gejala klinik yang terlihat, sehingga dapat digunakan untuk menentukan terapi cairan:
Jika hewan mengalami asidosis: perlu diberi cairan alkalis, pemberian cairan asam dapat membahayakan hidup
Jika hewan mengalami hiperkalemia: perlu diberi cairan bebas K+, pemberian cairan kaya K+ dapat menyebabkan tekanan jantung
Identifikasi abnormalitas elektrolit dapat digunakan untuk membantu diagnosis:
Hiponatremia dan hiperkalemia dengan ratio Na+/ K+ < 23/I, mendukung diagnosa hipoadrenokortismus
Hipochiondemia
dengan
kombinasi
normonatrernia
dan
metabolik
alkalosis,
mendukung diagnosa gangguan abomasal pada sapi
Universitas Gadjah Mada
2
STATUS HIDRASI -
Tanda-tanda klinik dapat ditentukan berdasar tingkat dehidrasi yang diperkirakan dari persentase berat badan
-
Tingkat dehidrasi pada anjing dan kucing: -
Tingkat dehidrasi 5% konsistensi kulit lunak
-
Tingkat dehidrasi 7% = elastisitas kulit menurun bola mata cekung Berat jenis urin naik (fungsi ren normal)
-
Tingkat dehidrasi 10-12% = Sama dengan diatas tapi lebih berat kejang otot shock
-
Tingkat dehidrasi 12-15/= shock berat status moribund
-
Tingkat dehidrasi pada kuda dan sapi sapi -
tanda-tanda kurang nyata bila dibanding pada anjing dan kucing
-
Tingkat dehidrasi 5% = -
-
Tingkat dehidrasi 7° = -
-
elastisitas kulit menurun tapi kembali normal setelah 15 detik
retraksi mata kearah orbital
Tingkat dehidrasi 10-12% = -
elastisitas kulit sangat menurun dan kembali ke posisi normal setelah 30 detik
-
retraksi mata ke orbital’ lebih kuat
Selama terapi dengan cairan perubahan-perubahan status dehidrasi dicek dengan pemeriksaan laboratorik memberikan evaluasi yang lebih nyata dibanding pemeriksaan kinik: -
PCV, HP dan BUN
-
perubahan-perubahan nilal tersebut relatif lebih cepat untuk indikasi perubahan status dehidrasi
TEKANAN OSMOTIK -
Distribusi cairan intrasel dan extrasel tergantung dan tekanan osmotik cairan extrasel. Isotonitas menunjukkan fungsi normal sel.
-
Hipertonisitas dan hipotonisitas dibutuhkan untuk menentukan prosedur pemeriksaan. Universitas Gadjah Mada
3
Metode untuk deteksi tekanan osmotik cairan dengan OSMOMETER -
Diukur berdasar osmolalitas larutan
-
Bahan: plasma / serum / urin
-
Estimasi ∑ partikel dlm. larutan dengan satuan milliosmol / kg
-
Osmolalitas serum diestimasikan dengan adanya konsentrasi formula/ solutan yang ada dalam serum: mOsm/kg = 1.86 x Na+ (mEq/l) + glucosa (mg/dl) + urea (mg/dl) 18 2.8 Karena Na ion ada ± 95% dalam serum = mOsm/kg =2.1 x Na+ (mEq/l)
Keseimbangan asam basa : -
Reaksi seluler dan biokimia dalam tubuh tergantung dari range pH sekitar 0.3, secara normal pH tubuh sekitar 7.4
-
Sistem buffer yang menentukan pH darah: sistem bicarbonat = H2CO3 – HCO3 sistem phosphat = H2PO4 - HPO4-2 plasma protein
-
Sistem bicarbonat merupaka salah satu sistem untuk evaluasi imbangan asam-basa
Metode untuk menentukan keseimbangan asam-basa -
Blood gas / analisis pH: Alat teliti mempunyai elektrode untuk penentuan pH dan tekanan CO2 darah segar Bicarbonat (HCO3) dihitung dengan persamaan HENDERSON dan HASSELBACH:
Universitas Gadjah Mada
4
RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN
Pertemuan
: Minggu ke-12
Waktu
: 50 menit
Pokok bahasan
: 12. Cairan Tubuh, Elektrolit dan Keseimbangan Asam-Basa (lanjutan)
Subpokok bahasan
: 1. Gangguan Keseimbangan Asam Basa 2. Asidosis Respiratorik 3. Asidosis Metabolik 4. Alkalosis Metabolik 5. Alkalosis Respiratorik
Tujuan khusus
: 1. Mahasiswa
mengetahui
berbagai
gangguan
akibat
ketidak
imbangan asam basa dalam cairan tubuh. 2. Mahasiswa mengetahui pedoman pemberian terapi cairan yang diberikan pada hewan yang mengalami gangguan pergeseran ratio asam basa.
Metode
: Kuliah dan diskusi
Media
: OHP
Universitas Gadjah Mada
5
pH = pKa + log [HCO3-1 / [H2CO3], pKa asam carbonat 6.1 H2CO3 = p CO2 x 0.03 ↓ diketahui dengan alat
-
Syarat sampel yang diperiksa: 1. Darah dengan antikoagulan heparin 2. Darah venal arteri nilai pH, pCO, [H2CO3] sama 3. Hindarkan darah kemasukan udara 4. Temperatur 4°C (3 jam) dalam ice water bath -
sampel lebih dari 3 jam pH akan berubah
-
sampel pada temperatur kamar menakibatkan penurtunan pH sebanyak 0.01 unit tiap 20 menit
ELEKTROLIT -
Elektrolit utama yang digunakan untuk evaluasi adalah Na+ dan CI-
-
Metode pengukuran elektrolit: Flame photometry mengukur konsentrasi serum Na+ dan K+ -
Serum secepatnya dipisah dari jendalan
-
Tidak boleh hemolisis karena K+ eritrosit dapat mempengaruhi nilai K+ dalam serum (terutama pada sapi dan kuda)
CHLORIDOMETER, dengan cara titrasi untuk mengukur CI-
Gangguan keseimbangan asam-basa 1. Asidosis respiratorik -
Pengeluaran CO2 tidak imbang karena kebutuhan H+ meningkat akibat hipoventilasi
-
Ratio = HCO3- : H2CO3 < 20: 1 mengakibatkan pH darah turun (asam)
-
Reabsorbsi HCO3- oleh tubulus meningkat sebagai usaha untuk kompensasi
-
Anjing dan Kucing: pada kondisi nestesi, pneumonia berat (stadium akhir)
-
Sapi dan Kuda: akibat anestesi dan pneumonia
2. Alkalosis Respiratorik -
Ratio: HCO2- : H2CO3 > 20: 1 → pH darah meningkat (basa)
-
Pengeluaran C02>>, H+ menurun sebagai akibat hiperventilasi
-
Hipoksemia (gangguan respirasi bawah pada anjing)
-
Sebagai kompensasi terjadi pemngkatan excresi HCO3- oleh ginjal
-
Pada anjing dan kucing: stroke jantung, hepatic encephalopathy Universitas Gadjah Mada
6
3. Asidosis Metabolik -
Defisiensi HCO3- → Ratio HCO3- : H2CO3 <20: 1, pH asam
-
Asidosis
-
Keton pada DM (anjing dan kucing)
Ketosis pala ruminansia
Asam laktat pada shock, moribund, makan biji-bijian terlalu banyak
Asam organik menyebabkan uremia meningkat
Produksi saliva menurun mengakibatkan ruminansia tidak bisa menelan
Obstruksi intestinal (kuda) - sekresi usus berkurang
Diare - sekresi usus / pankreas berkurang
Gangguan ginjal - reabsorbsi HCO3 tubulus berkurang
Kompensasi akibat gangguan tersebut terjadi hiperventilasi untuk menurunkan CO2 sebagai usaha untuk mengembalikan ratio ke arah normal
-
-
-
Tanda-tanda klinik asidosis metabolik:
Gangguan pernafasan
Depresi CNS : gangguan keseimbangan. Coma
Pemeriksaan laboratorik
Urin : pliasam
Darah : pH < 7.35
Plasma bacarbonat ↓
Plasma klorid =↓ / variasi
Terapi:
pemberian ion bicarbonate
Larutan sodium bicarbonate
Sodium lactate
Sodium gluconat
4. Alkalosis Metabolik -
HCO3- plasma meningkat sehingga ratio HCO3-: H2CO3 > 20 : 1, pH basa
-
Mekanisme:
Reaksi normal H2CO3 + NaCl →HCl + NaHCO3 H+ hasil sekresi usus normal direabsorbsi dalam usus bagian bawah →jika H+ tidak direabsorbsi maka konsentrasi H2CO3 plasma meningkat. -
Obstruksi abomasum,(pada ruminansia)
-
Vomitus berlebihan (pada anjing dan kucing) menyebabkan ion Cl dalam glomerulus turun, sehingga terjadi peningkatan absorpsi HCO3- oleh tubulus Universitas Gadjah Mada
7
Hipokalemia -
menyebabkan metabolisme alkalosis K+ dalam cairan extrasel menurun sehingga ion H+ masuk ke intrasei mengakibatkan peningkatan H2CO3
-
Kompensasi:
Hiperventilasi (nafas tertahan), paru-paru ambil CO2 untuk mengembalikan ratio kearah normal
-
-
-
-
Tanda-tanda klinik
Gangguan nafas
Gangguan CNS (tetani, convulsi)
Pemeriksaan laboratorik:
Urin alkalis
Darah : pH> 7.4
Plasma bicarbonat↑
Plasma potasium ↓
Plasma chiorid ↓
Terapi
Sodium chlorid
Amonium chlorid
Gangguan cairan tubuh : osmolalitas dan bagian-bagian cairan tubuh
-
Tubulus ginjal mengexresikan HCO3+
Cairan extrasel : 0.3 x berat badan -
Cairan interstitial
-
Cairan plasma
Cairan intrasel: 0.5 X BB
Hipoosmolal : Cairan bergeser dari extrasel ke intrasel
Biasanya terjadi hiponatremia (Na ↓) -
Udem otak
-
Intravasculer hemolisis (coldhemoglobinemia pada sapi)
Tidak semua hiponatremia terjadi hipoosmolal -
Hiperglvcemia: terjadi hipo Na tapi osmolal normal
-
Hiperlemia: hipo Na tapi osmolal normal Universitas Gadjah Mada
8
-
Hiperosmolal : cairan intrasel bergeser ke cairan extrasel
Biasanya akibat hiper Na atau hiperglycemia -
Azotemia = hiperosmolal tapi tidak ada pergeseran cairan karena urea secara bebas dapat berdifusi dengan membran sel sehingga kondisi seimbang
Na+, glucose dan urea normal -
Asam laktat (kembung, shock, moribund)
-
Asam keto (DM)
-
Alkohol
Kematian dapat terjadi apabila pergeseran cairan menyebabkan peningkatan osmolalitas plasma = 380 - 390 mOsm / kg (pada anjing dan kucing)
Universitas Gadjah Mada
9
C. PENUTUP
Topik mata kuliah ini secara keseluruhan dapat difahami intisarinya dengan cara mahasiswa mengerjakan soal-soal berikut ini: 1. Jelaskan pedoman dasar untuk menentukan evaluasi gangguan cairan tubuh elektrolit dan keseimbangan asam basa 2. Sebutkan tanda-tanda klinis kucing yang mengalami dehidrasi 7% 3. Sebutkan tanda-tanda klinis sapi yang mengalami dehidrasi 10-12% 4. Sebutkan tipe 4 macam gangguan akibat ketidakimbangan asam-basa dalam cairan tubuh. 5. Jelaskan pergescran ratio asam-basa akibat gangguan respiratorik asidosis 6. Jelaskan pergeseran ratio asam-basa akibat gangguan metabolisme asdosis dan alkalosis 7. Bagaimana pertimbangan terapi cairan yang diberikan pada anjing yang mengalami muntah secara terus menerus
Agar mahasiswa dapat menilai kemampuan diri dalarn memahami setiap materi diberikan dalam setiap topik mata kuliah (BAB), maka mahasiswa harus dapat menyelesaikan soal-soal latihan tersebut. Seandainya ada kesulitan dapat didiskusikan lain kuliah dan dapat melihat kunci cara penyelesaian soal latihan, yaitu dengan mengikuti petunjuk halaman yang digunakan untuk penyelesaian soal. Kunci penyelesaian soal latihan (lihat halaman): 1,(73). 2. (74). 3. (74), 4. (76.77,78), 5. (76,77), 6. (77,78), 7. (78)
Universitas Gadjah Mada
10