BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN KINERJA 1
Tahun 2016
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB I PENDAHULUAN KATA PENGANTAR
ii
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kita masih dapat menyelesaikan tugas-tugas diantaranya menyusun Laporan Kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Tahun 2016 dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Permenristekdikti Nomor 51 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Di tahun 2016 ini Kemenristekdikti terus meningkatkan konsolidasi untuk dapat mewujudkan capaian kinerja sesuai target-target yang ditetapkan dalam Rencana Strategis 2015-2019, yang tercermin pada capaian Indikator Kinerja Utama (IKU). Sejalan dengan pelaksanaan Reformasi Birokrasi (RB), Kemenristekdikti juga bertekad untuk terus mengimplementasikan tata kelola pemerintahan yang baik yaitu tata kelola yang berorientasi pada hasil (kinerja) dan meningkatkan kualitas layanan publik. Disadari bahwa untuk dapat mewujudkan hal itu perlu mengimplementasikan SAKIP secara baik melalui peningkatan kualitas pada perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja serta evaluasi kinerja. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka membangun sinergi dan sebagai arah serta acuan pelaksanaan SAKIP di Kemenristekdikti, pada tahun 2016 telah dikeluarkan beberapa Peraturan Menteri terkait : Pedoman Penyusunan Laporan Kinerja
Laporan kinerja tahun 2016 disusun mengacu pada indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenristekdikti 2015–2019, serta berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, agar masyarakat dan berbagai pihak yang berkepentingan serta stakeholder dapat memperoleh gambaran tentang kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Jakarta,
Februari 2017
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,
ttd
Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D.Ak
BAB I PENDAHULUAN
Kemenristekdikti juga berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja, memenuhi amanah mewujudkan pembangunan iptek dan pendidikan tinggi yang mampu menghasilkan inovasi teknologi serta sumber daya manusia yang terampil untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sekaligus dapat menjadi solusi bagi permasalahan nyata yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam kaitan ini telah diselenggarakan Rakernas dengan mengambil Tema : Memperkuat Sinergi Ristek dan Dikti Untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa. Melalui Rakernas telah dirumuskan Model-model sinergi Ristek dan Dikti, Evaluasi pelaksanaan program/kegiatan 2016 dan persiapan pelaksanaan program/kegiatan
prioritas 2017 serta rencana 2018, serta Rencana aksi penguatan reformasi birokrasi. Melalui Rakernas pula Kemenristekdikti ingin mendorong Perguruan Tinggi (PT) untuk meningkatkan kinerja sehingga menjadi World Class University (WCU), meningkatkan kinerja lembaga litbang sehingga dapat membawa lembaganya menjadi Pusat Unggulan Iptek (PUI), peningkatan kualitas lulusan pendidikan tinggi yang memiliki daya saing, dan meningkatkan hilirisasi hasil litbang melalui kerjasama dengan pihak industri.
iii
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
PTN BH, Pedoman Pelaksanaan SAKIP, Pemantauan dan Evaluasi Program dan Anggaran Secara Elektronik, Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai, Revisi Renstra, serta Keputusan Menteri tentang Revisi Indikator Kinerja Utama (IKU).
iv
BAB I PENDAHULUAN Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Kami telah mereviu Laporan Kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun Anggaran 2016, sesuai Pedoman Reviu atas Laporan Kinerja. Substansi informasi yang dimuat dalam Laporan Kinerja menjadi tanggung jawab manajemen Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
BAB I PENDAHULUAN LEMBAR PERNYATAAN
PERNYATAAN TELAH DIREVIU Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi TAHUN ANGGARAN 2016
Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas laporan kinerja telah disajikan secara akurat, andal, dan valid.
Jakarta, 20 Februari 2017 Inspektur Jenderal,
ttd
Jamal Wiwoho NIP. 19611108 198702 1 001
v
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang menimbulkan perbedaan dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam laporan kinerja ini.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
TIMI PENYUSUN BAB PENDAHULUAN
vi
Tim Penyusun
Penanggungjawab
:
Pengarah
Ketua
: Jamal Wiwoho Intan Ahmad Patdono Suwignjo Ali Ghufron Mukti Muhammad Dimyati Jumain Appe : Erry Ricardo Nurzal
Wakil Ketua
: Moch. Wiwin Darwina
Sekretaris
: E. Wahyudi
Anggota
: Yusrial Bachtiar Sutrisna Wibawa Agus Indarjo John Hendri Prakoso Hadirin Suryanegara Suyatno Eddy Siswanto Sawitri Isnandari Agus Susilohadi Endang Taryono Zulfan Adrinaldi
Desain
: Youngest Arsyani Akmad
Ainun Na’im
Akhmat Mahmudin M. Samsuri Wigit Jatmiko Arnold Achdijalsjah Verawati Puspitaningtyas Rini Susanti Praharani Anjasmara Yulia Setia Lestari Setio Wahyu Purnomo Triani Fatimaningpuri Evi Julianti
Ikhtisar Eksekutif
Sesuai amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyelenggarakan fungsi : a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang standar kualitas sistem pembelajaran, lembaga pendidikan tinggi, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana pendidikan tinggi, dan keterjangkauan layanan pendidikan tinggi; b. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang standar kualitas lembaga penelitian, sumber daya manusia, sarana dan prasarana
c. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan, sumber daya, penguatan riset dan pengembangan, serta penguatan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi; d. pemberian izin tertulis kegiatan penelitian dan pengembangan oleh perguruan tinggi asing, lembaga penelitian dan pengembangan asing, badan usaha asing, dan orang asing di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; e. pemberian izin tertulis kegiatan penelitian dan pengembangan terapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi dan berbahaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; f. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; g. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; h. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; dan i. pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis
BAB I PENDAHULUAN Ikhtisar Eksekutif
Tahun 2016, merupakan tahun kedua Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melaksanakan Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019, mengimplementasikan tata kelola pemerintahan yang baik yaitu tata kelola yang berorientasi pada hasil (kinerja) dan meningkatkan kualitas layanan publik. Beberapa upaya yang dilakukan dalam rangka mengimplementasikan SAKIP secara baik adalah melakukan perbaikan pada perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja serta evaluasi kinerja, menindaklanjuti catatan-catatan penting rekomendasi hasil evaluasi oleh Menpan RB.
riset dan teknologi, penguatan inovasi dan riset serta pengembangan teknologi, penguasaan alih teknologi, perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, percepatan penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan riset dan teknologi;
vii
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Laporan kinerja ini disusun sebagai wujud dan tekad Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Permenristekdikti No. 51 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
organisasi. Masing-masing sasaran strategis yang ditetapkan mempunyai indikator kinerja sebagai alat untuk mengukur tingkat ketercapaiannya. Hasil pengukuran kinerja Tahun 2016 bisa dilihat dari ketercapaian masing-masing indikator kinerja utama. Untuk Sasaran Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi, dari 5 indikator kinerja, 2 indikator kinerja belum mencapai target dan 3 indikator kinerja yang mencapai target. Indikator yang belum mencapai target adalah Jumlah
prodi terakreditasi unggul dan Persentase lulusan bersertifikat kompetensi. Sedangkan indikator yang telah mencapai target adalah Persentase lulusan yang langsung bekerja, Jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat nasional dan internasional, dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi. Capaian kinerja Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi digambarkan pada grafik berikut ini.
Grafik 1 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi target adalah Jumlah Pusat Unggulan Iptek, Jumlah Perguruan Tinggi Berakreditasi A (Unggul), jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia. Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti digambarkan pada grafik berikut ini.
BAB I PENDAHULUAN Ikhtisar Eksekutif
Untuk Sasaran Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti, dari empat indikator kinerja, 1 indikator kinerja belum mencapai target dan 3 indikator kinerja yang mencapai target. Indikator yang belum mencapai target adalah Jumlah Taman Sain dan Teknologi yang Mature. Sedangkan indikator yang telah mencapai
viii
Grafik 2 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti
mencapai target. Capaian kinerja Meningkatnya Relevansi, Kualitas, dan Kuantitas Sumber Daya Iptek dan Dikti digambarkan pada grafik berikut ini.
Grafik 3 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Relevansi, Kualitas, dan Kuantitas Sumber Daya Iptek dan Dikti Untuk Sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Riset dan Pengembangan, dari empat indikator kinerja, seluruh indikator kinerja telah
mencapai target. Capaian kinerja Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Riset dan Pengembangan digambarkan pada grafik berikut ini.
Jumlah Prototipe Industri (TRL 7)
BAB I PENDAHULUAN Ikhtisar Eksekutif
Untuk Sasaran Meningkatnya Relevansi, Kualitas, dan Kuantitas Sumber Daya Iptek dan Dikti, dari 3 indikator kinerja, seluruh indikator kinerja telah
ix
Jumlah Prototipe R&D (TRL s.d 6)
125%
Jumlah Publikasi Internasional
153%
Jumlah HKI Yang Didaftarkan
184% 0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
Grafik 4 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Riset dan Pengembangan
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
300%
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB I PENDAHULUAN
x
Sedangkan untuk Sasaran Menguatnya Kapasitas Inovasi, dengan indikator kinerja Jumlah Produk Inovasi (produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan pengguna) sudah tercapai dengan capaian kinerja sebesar 200%. Pagu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam DIPA 2016 yang digunakan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis sebagaimana ditetapkan dalam penetapan kinerja kementerian tahun 2016 sebesar Rp 44.182.608.934.994. Pagu sebesar tersebut dilaksanakan untuk membiayai dua fungsi yang ada Kemenristekditi yaitu fungsi layanan umum dan fungsi pendidikan tinggi. Dari pagu anggaran Rp 44.182.608.934.994 yang dianggarkan untuk mencapai target yang ditetapkan berhasil terserap sebesar Rp 37.389.860.499.110 sehingga persentase daya serap anggaran Kemenristekdikti sampai Desember 2016 adalah sebesar 84,63%.
5.
4.
3.
2.
1.
No
Menguatnya kapasitas inovasi
3.540
5.450
15
30
Jumlah Produk Inovasi (produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan pengguna)
1.081
12.089
15
4
1.641
6.470
1.521
10.736
10.000
2.305
24.747
19
41.500
30
Jumlah Prototipe Industri àTRL 7
Meningkatnya relevansi Jumlah Publikasi Internasional dan produktivitas riset Jumlah Prototipe R&D àTRL s.d 6 dan pengembangan
Jumlah HKI Yang Didaftarkan
Jumlah Dosen Berkualifikasi S3 Meningkatnya relevansi, Jumlah Pendidik Mengikuti Sertifikasi kualitas, dan kuantitas Dosen sumber daya Iptek dan Dikti Jumlah SDM Litbang Berkualifikasi Master dan Doktor
Jumlah Pusat Unggulan Iptek
2
6
5
Jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia
60,50%
58
90%
Prosentase Lulusan Yang Langsung Bekerja
729
26
420
Jumlah Mahasiswa Peraih Medali Emas Tingkat Nasional Dan Internasional
9.352
55%
27,83%
194
15.000
75%
32,56%
TARGET 2015 - 2019 CAPAIAN 2015
Jumlah Prodi Terakreditasi Unggul
Prosentase Lulusan Bersertifikat Kompetensi
Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi
KINERJA UTAMA
Meningkatnya kualitas Jumlah Perguruan Tinggi Berakreditasi kelembagaan Iptek dan A (Unggul) Dikti Jumal Taman Sains dan Teknologi Yang Mature
Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi
SASARAN
INDIKATOR
Tabel 1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016
15
15
632
6.229
1.735
3.700
10.000
28.000
15
14
39
3
60%
390
12.000
60%
28,16%
TARGET
30
45
791
9.574
3.184
6.647
10.936
29.140
27
12
49
3
71%
530
11.190
50,03%
28,63%
REALISASI
TAHUN 2016
200%
300%
125%
153%
184%
179,64%
109,36%
104,07%
180%
85,71%
125%
100%
118,33%
134,80%
93,25%
83,38%
101,66%
% Capaian
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI
Daftar Isi Kata Pengantar................................................................................................... ii Tim Penyusun.....................................................................................................vi Ikhtisar Eksekutif............................................................................................... vii Daftar Isi............................................................................................................. xii Daftar Gambar...................................................................................................xiii Daftar Tabel........................................................................................................xvi Daftar Grafik.......................................................................................................xix BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 12 1.1. Latar Belakang.......................................................................................................... 12 1.2 Maksud dan Tujuan................................................................................................... 13 1.3 Tugas dan Fungsi....................................................................................................... 13 1.4 Struktur Organisasi................................................................................................... 15 1.5 Sumber Daya Manusia.............................................................................................. 16 1.6 Anggaran................................................................................................................... 17 1.7 Sistematika Penyajian............................................................................................... 18
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA......................................19
2.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019............... 19 2.2 Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019.................................................................... 22 2.3 Arah Kebijakan dan Strategi ..................................................................................... 25 2.4 Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016.......................................................................... 26
DAFTAR ISI
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA.................................................................... 27
xii
3.1 Pengendalian Kinerja................................................................................................ 27 3.2 Pengukuran Kinerja.................................................................................................. 28 3.3 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)........................................ 28 3.4 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)..................................................................... 35 3.5 Analisis Capaian Kinerja............................................................................................ 36 3.6 Realisasi Anggaran................................................................................................... 153
BAB IV PENUTUP............................................................................................. 156
Daftar Gambar Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi Kemenristekdikti.......................................................................... 15 Gambar 2 Kerangka Logis dan Program Kemenristekdikti dalam Mendukung Daya Saing.................20 Gambar 3 Manajemen Kinerja Berorientasi Hasil (Output/Outcome).................................................. 27 Gambar 4 Rapat Finalisasi Renstra Kemenristekdikti.............................................................................. 32 Gambar 5 Fitur SIMonev Capaian Output............................................................................................... 33
Gambar 7 Agenda Tahunan (Siklus) Peningkatan Akuntabilitas Kinerja................................................ 34 Gambar 8 Penyerahan Beasiswa Bidikmisi dan ADik di Lampung ........................................................ 43 Gambar 9 Kegiatan NUDC Tahun 2016 di UMB Jakarta......................................................................... 56 Gambar 10 Kegiatan Mawapres Tahun 2016.......................................................................................... 56
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6 Fitur SIMonev Capaian Kinerja............................................................................................... 33
Gambar 11 Kegiatan PIMNAS 2016 di IPB............................................................................................... 57 Gambar 12 Halaman Beranda Sistem Informasi Kebutuhan Dunia Kerja (SINDIKKER).......................59 Gambar 13 Perbandingan Ranking Perguruan Tinggi Indonesia dan Malaysia.................................... 63
xiii
Gambar 14 Tim WCU Indonesia Mengikuti Konferensi Rankers QS-Apple Dan Menjadi Salah Satu
Gambar 15 Kawasan Bandung Techno Park............................................................................................ 76 Gambar 16 Aktivitas Solo Techno Park.................................................................................................... 78 Gambar 18 Kunjungan Presiden Jokowi dan Kegiatan Hari Pangan Sedunia....................................... 79 Gambar 19 Lokasi N-STP BATAN dan Aktivitas di KNPJ........................................................................... 82 Gambar 20 Inkubator dan Produk Science Techno Park – Institut Teknologi Bandung (STP - ITB).....85 Gambar 21 Desain STP IPB....................................................................................................................... 85 Gambar 22 Teknologi/inovasi dan Start-Up Company STP-IPB.............................................................. 86 Gambar 23 Hasil Teknologi dan Inovasi STP UGM Gama-Cha............................................................... 87 Gambar 24 Rencana Pengembangan STP-UGM di Purwomartani........................................................ 88
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI
Narasumber di Malaysia, 24-27 November 2016.............................................................. 65
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI
Gambar 25 Rencana Pengembangan STP Kopi dan Kakao.................................................................... 88 Gambar 26 Gedung Riset Mobil Listrik - ITS............................................................................................ 90 Gambar 29 Eksterior & Interior Design Airport Railink Service Bandara Soekarno-Hatta....................91 Gambar 27 Desain Sepeda Motor Listrik oleh Tim Riset Mobil Listrik ITS............................................. 91 Gambar 28 Desain Boyorail...................................................................................................................... 91 Gambar 30 Rencana pembangunan STP Universitas Padjajaran........................................................... 92 Gambar 31 Jumlah dan Sebaran Penerima Beasiswa Luar Negeri Dosen Kemenristekdikti
2010-2016...........................................................................................................101
Gambar 32 Arsitektur Mesin Perkakas CNC dan Spektrum..................................................................128 Gambar 33 Optical Nerwork Termination (ONT)................................................................................... 129 Gambar 34 Inovasi Teknologi Plastik Komposit Dengan Vacuum Forming..........................................130 Gambar 35 Shunt Untuk Pendarahan Stroke Dan Kebutuhan Drainase Eksterna..............................131 Gambar 36 EKG 12 Kanal Telemetri........................................................................................................ 132 Gambar 37 Rubber Airbag pada Industri Karet Nasional...................................................................... 133 Gambar 38 Computer Based Interlocking (CBI)...................................................................................... 133 Gambar 39 Coastal Surveillance Radar................................................................................................... 134 Gambar 40 Thermoelectric...................................................................................................................... 135 Gambar 41 Sepeda Motor Listrik GESITS................................................................................................ 136 Gambar 42 Pengalengan Makanan Tradisional...................................................................................... 137 Gambar 43 Start Up Industri Benih Padi IPB 3S..................................................................................... 138 Gambar 44 Digicoop Smartphone 4G..................................................................................................... 139
DAFTAR GAMBAR
Gambar 45 Pengembangan Industri Perbibitan Sapi Lokal
xiv
Berbasis Iptek Di Maiwa Breeding Centre Unhas..............................................................140
Gambar 46 Flying BTS.............................................................................................................................. 141 Gambar 47 LEDIKAN................................................................................................................................ 141 Gambar 48 B Smart (Keyboard Braille)................................................................................................... 142
Gambar 49 Magic Ring............................................................................................................................ 143 Gambar 50 Fruits Up................................................................................................................................ 144 Gambar 51 E-Ticketing............................................................................................................................. 145 Gambar 52 Printer 3D.............................................................................................................................. 145 Gambar 53 Satpam Pintar....................................................................................................................... 146 Gambar 54 Motor Disabilitas Dengan Teknologi Tilting Three Wheel (TTW)......................................147 Gambar 55 Aplikasi Sociocaster.............................................................................................................. 148
Gambar 58 AOL (Akuntansi Online)........................................................................................................ 151 Gambar 59 Portable Elektronik Nose Urinalisasi Meter........................................................................152 Gambar 60 CNC Grafir dan Cutting........................................................................................................ 153
xv
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI
Gambar 57 Pleasurra Mobile APP........................................................................................................... 150
DAFTAR GAMBAR
Gambar 56 Beecloud............................................................................................................................... 149
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI
Daftar Tabel Tabel 1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016.............................................................................................x Tabel 2 Pegawai Kemenristekdikti Berdasarkan Unit Kerja....................................................................................16 Tabel 3 Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2016.....................................................................................................17 Tabel 4 Sasaran Strategis dan IKU Renstra Kemenristekdikti 2015-2019..............................................................24 Tabel 5 Perjanjian Kinerja (PK) Kemenristekdikti Tahun 2016................................................................................26 Tabel 6 Sasaran Strategis dan IKU Renstra Kemenristekdikti 2015-2019..............................................................29 Tabel 7 Perubahan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Kementerian............................................................30 Tabel 8 Perubahan Indikator Kinerja Program (IKP) Unit Utama...........................................................................30 Tabel 9 Unit Organisasi Pada SIMonev.....................................................................................................................32 Tabel 10 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016..........................................................................................35 Tabel 11 Capaian Sasaran Meningkatnya Kualitas .................................................................................................38 Tabel 12 APK Perguruan Tinggi di Bawah Kemristekdikti.......................................................................................39 Tabel 13 Tabel APK Perguruan Tinggi Secara Nasional...........................................................................................40 Tabel 14 Perolehan IPK Mahasiswa Bidikmisi..........................................................................................................41 Tabel 15 Penerima Beasiswa PPA.............................................................................................................................42 Tabel 16 Jumlah Penerima Beasiswa ADik Papua dan 3T.......................................................................................43 Tabel 17 Alokasi BOPTN............................................................................................................................................44 Tabel 18 Pertumbuhan PT dan Prodi 2010 – 2016.................................................................................................44 Tabel 19 Persentase Kelulusan Uji Kompetensi Enam Profesi................................................................................46 Tabel 20 Peserta Uji Kompetensi Dokter.................................................................................................................48 Tabel 21 Peserta Uji Kompetensi Dokter Gigi..........................................................................................................48 Tabel 22 Peringkat Akreditasi dengan Tingkat Kelulusan........................................................................................50
DAFTAR TABEL
Tabel 23 Jumlah Prodi Terakreditasi Peringkat Unggul Tahun 2012 – 2016..........................................................51
xvi
Tabel 24 Total Prodi Berdasarkan Peringkat dan Jenjang.......................................................................................52 Tabel 25 Perolehan Medali Emas Nasional dan Internasiona................................................................................54 Tabel 26 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti Tahun 2016...............60 Tabel 27 Jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia......................................................................................62
Tabel 28 Peringkat 3 PT Indonesia di Tingkat Dunia Tahun 2014-2016.................................................................62 Tabel 29 Nilai Perguruan Tinggi Indonesia Tahun 2016 .........................................................................................63 Tabel 30 Akreditasi Perguruan Tinggi 2012-2016....................................................................................................67 Tabel 31 Perguruan Tinggi Terakreditasi A (Unggul) Tahun 2016...........................................................................67 Tabel 32 Target dan Capaian Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature...................................................70 Tabel 33 Revisi Target Jumlah Taman Sains dan Teknologi.....................................................................................71 Tabel 34 Hasil Produk Inovasi/Teknologi 12 TST Mature........................................................................................71
Tabel 36 Jumlah Unggulan Iptek..............................................................................................................................93 Tabel 37 Lembaga Litbang yang telah Ditetapkan Sebagai PUI Tahun 2011-2016...............................................94 Tabel 38 Perbandingan Kondisi Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi..............................................................96
DAFTAR TABEL
Tabel 35 Hasil Inkubator Bisnis dan Teknologi.........................................................................................................77
Tabel 39 Strategi Pembinaan Kelembagaan Pusat Unggulan Iptek.......................................................................97 Tabel 40 Target dan Capaian Indikator Kinerja........................................................................................................99 Tabel 41 Jumlah Dosen di Beberapa Negara Asia..................................................................................................100
xvii
Tabel 42 Persentase Pertumbuhan Dosen Berkualifikasi S3 Tahun 2011-2016...................................................101 Tabel 43 Sebaran Jumlah Dosen yang Tersertifikasi (2010-2016).........................................................................103
Tabel 45 Distribusi Fungsional SDM Iptek Perekayasa...........................................................................................107 Tabel 46 Distribusi SDM Iptek dari fungsional Litkayasa........................................................................................108 Tabel 47 Jumlah Kualifikasi SDM IPTEK dan Jumlah Karyasiswa ..........................................................................109 Tabel 48 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Riset dan Pengembangan.......110 Tabel 49 Capaian Indikator Kinerja Jumlah HKI yang Didaftarkan........................................................................111 Tabel 50 Perbandingan Jumlah Permintaan Paten ................................................................................................111 Tabel 51 Publikasi Internasional Negara ASEAN 2014-2016..................................................................................113 Tabel 52 Peringkat Scientific Journal Ranking.........................................................................................................114 Tabel 53 Tingkat Kesiapan Teknologi (TRL, Technology Readiness Level).............................................................116 Tabel 54 Capaian Kegiatan InSINas (Data 2015-2016)...........................................................................................119
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI
Tabel 44 Distribusi Peneliti Bergelar Master dan Doktor ......................................................................................105
DAFTAR TABEL
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI
Tabel 55 Capaian Hasil Penelitian Perguruan Tinggi (Data 2016)..........................................................................119
xviii
Tabel 56 Hasil Capaian Jumlah Prototipe Laik Industri TRL 7................................................................................121 Tabel 57 Capaian Indikator Kinerja Utama Jumlah Produk Inovasi.......................................................................125 Tabel 58 Produk Inovasi Tahun 2016.......................................................................................................................126 Tabel 59 Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2016 Berdasarkan Unit.....................................................153 Tabel 60 Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Belanja......................................154 Tabel 61 Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2016 Berdasarkan Program.............................................155
Daftar Grafik Grafik 1 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi........................................................................................................... viii
Grafik 2 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti.................................... viii Grafik 4 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Riset dan Pengembangan......... ix Grafik 3 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Relevansi, Kualitas,
dan Kuantitas Sumber Daya Iptek dan Dikti.............................................................................................. ix
Grafik 6 Peminat dan Daya Tampung Bidikmisi 2010 s.d. 2016.............................................................. 41 Grafik 7 Trend Kelulusan Uji Kompetensi Dokter.................................................................................................... 48 Grafik 8 Trend kelulusan Uji Kompetensi Dokter Gigi............................................................................................. 49 Grafik 9 Perkembangan Peserta Uji Kompetensi Ners, Perawat, dan Bidan......................................................... 50
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5 Alokasi Anggaran Berdasarkan Belanja Tahun 2016.................................................................................17
Grafik 10 Bobot Penilaian Indikator Peringkat PT Dunia........................................................................................ 61 Grafik 11 Realisasi Jumlah Perguruan Tinggi Berakreditasi A (Unggul)................................................................. 66 Grafik 12 Bobot Penilaian 7 Standar Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi........................................................... 67
xix
Grafik 13 Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature Tahun 2015-2016.................................................... 70
Grafik 15 Perbandingan Jumlah Dosen Berkualifikasi S3 Terhadap
Jumlah Penduduk Di Beberapa Negara Asia.........................................................................................101
Grafik 16 Jumlah Peserta Yang Mengikuti dan Lulus Serdos.................................................................................103 Grafik 17 Jumlah Dosen Tidak Lulus Sertifikasi Dosen..........................................................................................104 Grafik 18 Jumlah SDM Litbang berkualifikasi Master dan Doktor Periode 2011-2016.......................................109 Grafik 19 Publikasi Internasional Negara ASEAN...................................................................................................114 Grafik 20 Jumlah Prototipe Industri TRL 7 (2014-2016)........................................................................................120
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI
Grafik 14 Jumlah Dosen yang Berkualifikasi S3......................................................................................................100
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan pendidikan tinggi merupakan faktor penting dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang Dasar (UUD) yang menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan pemerintah. Dasar hukum pembangunan iptek nasional dan pendidikan tinggi (dikti) tersebut adalah UUD Negara Republik Indonesia 1945 Amandemen ke-4 Pasal 28 C ayat (1) dan Pasal 31 ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).
BAB I PENDAHULUAN
UUD 1945 Pasal 28 C ayat (1) menyebutkan bahwa “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, dan memperoleh manfaat dari iptek, seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. Selanjutnya dalam Pasal 31 ayat (1) dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Sementara itu, Pasal 31 ayat (3) menyebutkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
12
Selanjutnya Pasal 31 ayat (4) menjelaskan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional. Tambahan pula, Pasal 31 ayat (5) menyatakan bahwa Pemerintah memajukan iptek dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Pada Rencana Strategis (Renstra) Kemenristekdikti 2015-2019, terpancang sasaran strategis Kemenristekdikti untuk periode 5 tahun yaitu : 1. Peningkatan mutu pendidikan tinggi; 2. Hilirisasi hasil penelitian. Upaya strategis tersebut ditujukan untuk peningkatan pembangunan iptek dan dikti sehingga mampu menghasilkan produk teknologi dan inovasi serta sumber daya manusia yang terampil untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang pada akhirnya memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Kemenristekdikti juga mendorong adanya kerja sama antara dunia penelitian dari berbagai universitas, lembaga litbang dengan dunia bisnis. Kemenristekdikti mendorong adanya kerja sama peneliti dengan pelaku bisnis sejak awal supaya ada kepastian dari industri bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti bisa dipakai oleh industri, supaya hasil penelitian memberikan sumbangan terhadap perekonomian negara.
Maksud dan Tujuan
Penyusunan laporan kinerja Kemenristekdikti tahun 2016 ditujukan sebagai bentuk pertanggungjawaban Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi kepada Presiden atas pelaksanaan program/kegiatan, kinerja dan pengelolaan anggaran dalam rangka mencapai Visi dan Misi yang telah ditetapkan. Penyusunan laporan kinerja ini juga untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian sasaran dan kinerja tahun 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
BAB I PENDAHULUAN
1.2
13
1.3
Tugas dan Fungsi
Sesuai Perpres No. 7 Tahun 2015 Tentang Organisasi Kementerian Negara, Pasal 2 ayat (3), Kemenristekdikti merupakan Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD Tahun 1945, yang selanjutnya dalam Peraturan Presiden ini disebut Kementerian Kelompok II. Pada Pasal 4 ayat (1), Kementerian Kelompok I dan Kelompok II mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut, Kementerian Kelompok II menyelenggarakan fungsi: a) perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya; b) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; c) pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; d) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian di daerah; dan e) pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Pembangunan iptek dan dikti hanya akan memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, jika pembangunan iptek dan dikti mampu menghasilkan produk teknologi dan inovasi serta sumber daya manusia yang terampil untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau dapat menjadi solusi bagi permasalahan nyata yang dihadapi oleh masyarakat. Mengingat pentingnya iptek serta dikti dalam pembangunan di Indonesia, Pemerintah Indonesia menggabungkan riset, teknologi, dan pendidikan tinggi menjadi satu kementerian, yaitu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dengan harapan akan semakin meningkatkan produktivitas dan relevansi penelitian baik di perguruan tinggi maupun lembaga penelitian lainnya.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Dalam melaksanakan tugasnya, sesuai amanah Perpres No. 13 Tahun 2015 Pasal 2, Kemenristekdikti mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Selanjutnya dalam Pasal 3, dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kemenristekdikti menyelenggarakan fungsi:
g. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kemenristekdikti;
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang standar kualitas sistem pembelajaran, lembaga pendidikan tinggi, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana pendidikan tinggi, dan keterjangkauan layanan pendidikan tinggi;
Hal penting dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi lembaga-lembaga publik adalah implementasi tata kelola pemerintahan yang baik. Untuk itu, Kemenristekdikti menyadari sepenuhnya bahwa aspek tata kelola kepemerintahan yang baik merupakan landasan awal bagi kesuksesan tercapainya Visi dan Misi organisasi. Tantangan yang dihadapi organisasi kedepan sangatlah berat seiring dengan perkembangan lokal dan global yang menuntut organisasi harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan-perubahan dan trend baru yang terjadi.
b. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang standar kualitas lembaga penelitian, sumber daya manusia, sarana dan prasarana riset dan teknologi, penguatan inovasi dan riset serta pengembangan teknologi, penguasaan alih teknologi, penguatan kemampuan audit teknologi, perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), percepatan penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan riset dan teknologi; c. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan, sumber daya, penguatan riset dan pengembangan, serta penguatan inovasi iptek; d. pemberian izin tertulis kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) oleh perguruan tinggi asing, lembaga litbang asing, badan usaha asing, dan orang asing di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
BAB I PENDAHULUAN
e. pemberian izin tertulis kegiatan litbang terapan iptek yang berisiko tinggi dan berbahaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
14
f. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kemenristekdikti;
h. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kemenristekdikti; dan i. pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kemenristekdikti.
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Kemenristekdikti ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemenristekdikti, terdiri atas :
i. Staf Ahli Bidang Infrastuktur; j. Staf Ahli Bidang Relevansi dan Produktivitas; k. Pusat Data dan Informasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
Pembelajaran
dan
c. Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti; d. Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti;
l. Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; dan m. Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Struktur Organisasi Kemenristekdikti digambarkan pada Gambar 1 berikut ini.
e. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan; f. Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi; g. Inspektorat Jenderal;
BAB I PENDAHULUAN
a. Sekretariat Jenderal; b. Direktorat Jenderal Kemahasiswaan;
h. Staf Ahli Bidang Akademik;
15
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Kemenristekdikti
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
1.4
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB I PENDAHULUAN
1.5
Sumber Daya Manusia
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi didukung oleh 113.119 orang pegawai, yang terdiri
Tabel 2 Pegawai Kemenristekdikti Berdasarkan Unit Kerja
Jenis Kelamin Pria Wanita
No
Unit Kerja
1
Menteri
1
1
2
Staf Ahli Bidang Akademik
1
1
3
Staf Ahli Bidang Infrastruktur
1
1
4
Staf Ahli Bidang Relevansi Dan Produktivitas
1
1
5
Sekretariat Jenderal Sekretaris Jenderal
1
1
Biro Perencanaan
16
12
28
Biro SDM
44
26
70
Biro Keuangan dan Umum
56
24
80
Biro Hukum dan Organisasi
18
16
34
Biro Kerjasama dan Komunikasi Publik
8
17
25
6
Inspektorat Jenderal
53
15
68
7
Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan
56
43
99
8
Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti
63
59
122
9
Ditjen Sumber Daya Iptek dan Dikti
59
35
94
10
Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan
89
68
157
11
Ditjen Penguatan Inovasi
53
39
92
12
Pusat Data dan Informasi Iptek dan Dikti
21
7
28
13
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
278
37
315
14
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
21
9
30
15
PTN / Kopertis Total
16
dari 1.243 pegawai pusat dan 111.872 pegawai PTN dan Kopertis.
Jumlah
111.872 836
407
113.119
1.6 Anggaran Pagu anggaran Kemenristekdikti Tahun 2016 sebesar Rp. 44.182.608.934.994 dengan proporsi terbesar adalah anggaran untuk PTN dan Kopertis
sebesar 72,6% dan sisanya dialokasikan untuk Unit Utama.
Satuan Kerja
Pagu
Proporsi (%)
1
Ditjen Belmawa
4.921.054.508.101
11,10%
2
Ditjen Kelembagaan
603.635.089.033
1,40%
3
Ditjen Sumber Daya Iptek dan Dikti
2.468.441.505.572
5,60%
4
Ditjen Penguatan Risbang
1.485.760.927.028
3,40%
5
Ditjen Penguatan Inovasi
173.782.534.267
0,40%
6
Sekretariat Jenderal
2.394.226.711.932
5,40%
7
Inspektorat Jenderal
43.589.184.000
0,10%
8
PTN/KOPERTIS
32.092.118.475.061
72,60%
44.182.608.934.994
100%
Grand Total
Dari sisi jenis belanja paling besar dialokasikan untuk belanja barang sebesar 47%, belanja pegawai
30%, belanja modal 16% dan belanja bantuan sosial 7%.
Grafik 5 Alokasi Anggaran Berdasarkan Belanja Tahun 2016
17
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
No
BAB I PENDAHULUAN
Tabel 3 Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2016
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB I PENDAHULUAN
18
1.7
Sistematika Penyajian
Laporan kinerja ini melaporkan capaian kinerja Kemenristekdikti tahun 2016 sesuai Renstra Tahun 2015-2019. Analisis Capaian Kinerja (Performance Result) diperbandingkan dengan Perjanjian Kinerja (Performance Agreement) sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi, yang memungkinkan diidentifikasinya sejumlah celah kinerja (Performance Gap) sebagai perbaikan kinerja di masa mendatang. Sistematika penyajian Laporan Kinerja Kemenristekdikti Tahun 2016 adalah sebagai berikut : 1. Ikhtisar Eksekutif, menyajikan ringkasan pencapaian Kemenristekdikti Tahun 2016. 2. Bab. I - Pendahuluan, menjelaskan latar belakang penyusunan laporan, maksud dan tujuan, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi, sumber daya manusia dan anggaran.
3. Bab. II - Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Rencana Strategis, Arah Kebijakan dan Strategi, dan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016. 4. Bab. III – Akuntabilitas Kinerja Tahun 2016, menjelaskan tentang pengendalian, pengukuran dan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, serta pencapaian kinerja sebagai pertanggungjawaban terhadap pencapaian sasaran strategis pada tahun 2016. 5. Bab. IV – Penutup, menjelaskan kesimpulan menyeluruh dan upaya perbaikan.
2.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Agenda pembangunan Indonesia berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ketiga (2015-2019) adalah memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian berbasis pada Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan Iptek. Dari sisi daya saing, dalam laporan Indeks Daya Saing World Economic Forum (WEF) 2016-2017 peringkat daya saing Indonesia menurun dari posisi ke-37 pada tahun lalu menjadi ke-41. Demikian pula posisi Indonesia tidak lebih baik dibandingkan dengan negara tetangganya di Asia Tenggara, seperti Thailand (34), Malaysia (25), dan Singapura (2). Namun, Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan Filipina (57), Vietnam (60), dan Laos (93). Meski skornya tetap (4,52), posisi Indonesia melorot empat level setelah disalip sejumlah negara. Ada 12 indikator yang menjadi penilaian WEF, yakni kualitas institusi, infrastruktur, kondisi makro ekonomi, pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar, pelatihan dan pendidikan tinggi, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, penerapan teknologi, ukuran pasar, dan kecanggihan bisnis. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berkontribusi terhadap peningkatan indeks dari pilar pendidikan dan pelatihan pendidikan tinggi dan pilar penerapan teknologi (inovasi) dalam upayanya
mendukung daya saing. Menurut WEF, banyak upaya reformasi yang sebenarnya telah dilakukan Indonesia untuk memperbaiki iklim berusaha. Namun berbagai upaya tersebut belum cukup menaikkan peringkat daya saing Indonesia di dunia. WEF menempatkan Indonesia di peringkat ke 10 negara dengan ukuran pasar terbesar di dunia. Terkait lingkungan ekonomi makro, Indonesia bertengger di posisi ke-30. Sedangkan untuk kategori inovasi, Indonesia masih berkutat di posisi ke-31 dari 138 negara yang disurvei. Untuk mewujudkan peningkatan indeks pendidikan dan pelatihan pendidikan tinggi dan inovasi, ada dua direct core element yang harus ditingkatkan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, yaitu inovasi dan tenaga kerja terampil dikti seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.1. Dua direct core element tersebut didukung oleh indirect core element, yaitu penelitian dan pengembangan serta didukung juga oleh dua supporting element, yaitu lembaga yang berkualitas dan sumber daya yang berkualitas. Untuk mewujudkan peningkatan kedua indeks tersebut, maka direct core element, indirect core element, dan supporting element ini harus ada dan saling mendukung satu sama lain.
19
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II PERENCANANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Program Penguatan Kelembagaan
Program Penguatan Inovasi
Lembaga Yang Berkualitas
Inovasi
Penelitian dan Pengembangan
DAYA SAING
Program Penguatan Riset dan Pengembangan
Sumber Daya Berkualitas
Tenaga Terampil Dikti
Program Penguatan Sumber Daya
Program Pembelajaran dan Kemahasiswaaan
BAB II PERENCANANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Gambar 2 Kerangka Logis dan Program Kemenristekdikti dalam Mendukung Daya Saing
Pada lima elemen tersebut, masih ditemui beberapa permasalahan. Pertama adalah kualitas kelembagaan iptek masih harus ditingkatkan. Beberapa hal yang perlu dicermati dalam kaitan ini misalnya aspek tata kelola administrasi lemlitbang pemerintah masih sangat rumit sehingga akan menghambat efektifitas koordinasi. Isu yang cukup mendasar dalam konteks Kelembagaan Iptek adalah revitalisasi kelembagaan khususnya dalam upaya membangun fleksibilitas kelembagaan iptek dan mendorong lemlitbang untuk menjadi pusat unggulan atau center of excellence. Salah satu upaya dalam mendukung berkembangnya Pusat Unggulan adalah dengan mendorong efektifitas pelaksanaan akreditasi dengan penjaminan mutu lembaga litbang yang dilakukan oleh Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP). Karena pelaksanaannya tidak bersifat mandatory, belum banyak pranata litbang yang telah terakreditasi KNAPPP. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan revitalisasi terhadap kelembagaan KNAPPP dan revisi pedoman KNAPPP untuk dapat digunakan sebagai standar nasional dalam proses akreditasi dan penjaminan mutu lembaga litbang. Selain itu, kualitas pendidikan tinggi masih relatif rendah baik dalam konteks institusi (Perguruan
20
Tinggi) maupun program studi yang diindikasikan oleh mayoritas Perguruan Tinggi hanya berakreditasi C dan masih sangat sedikit yang berakreditasi A atau B. Disamping itu, Perguruan Tinggi Indonesia juga belum mampu berkompetisi dengan Perguruan Tinggi negara lain bahkan masih tertinggal dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara sekalipun. Sejumlah lembaga internasional secara berkala melakukan survei untuk menyusun peringkat universitas terbaik dunia dan menempatkan universitas-universitas Indonesia, bahkan yang berstatus paling baik di Indonesia sekalipun berada pada posisi yang masih rendah. Elemen kedua adalah sumber daya yang berkualitas. Bertolak dari fakta yang ada sekarang bahwa berdasarkan data GCR peringkat ketersediaan ilmuwan dan engineer masih berada di peringkat 40 dunia pada tahun 2013-2014. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2009-2010 yang berada pada peringkat 31. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan Indonesia dalam menangani masalah SDM Iptek khususnya ketercukupan jumlah dosen, ilmuwan, dan perekayasa masih perlu ditingkatkan. Pemerintah juga berusaha memfasilitasi peningkatan kapasitas SDM Iptek di lembaga litbang pemerintah melalui pemberian beasiswa pendidikan S2 dan S3, maupun pelatihan.
Terkait sarana-prasarana litbang yang telah dibangun di berbagai lokasi, di antaranya yang paling menonjol adalah di kawasan Puspiptek Serpong yang di dalamnya terdapat 35 laboratorium yang dikembangkan untuk mendukung fungsi litbang berbagai lemlitbang di antaranya LIPI, BATAN, BPPT, dan Kementerian Lingkungan Hidup juga perlu direvitalisasi untuk mendukung relevansi dan produktivitas iptek. Sedangkan untuk meningkatkan akses mahasiswa belajar di Perguruan Tinggi, banyak Perguruan Tinggi yang masih kekurangan gedung belajar, fasilitas dan peralatan penelitian. Kemudian, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar bisa menjadi negara dengan pendapatan tinggi, Indonesia membutuhkan banyak tenaga terampil dari berbagai profesi. Sayangnya pendidikan profesi dan sertifikasi tenaga terampil terlambat dilaksanakan di Indonesia. Meskipun pendidikan profesi dokter, akuntan, dan pengacara sudah dilaksanakan cukup lama tetapi beberapa pendidikan profesi, seperti profesi insinyur yang sangat dibutuhkan di lapangan kerja sampai sekarang belum dilaksanakan. Keterlambatan yang lebih parah lagi terjadi pada sertifikasi tenaga terampil. Sampai sekarang uji kompetensi dan sertifikasi tenaga terampil baru dilakukan untuk profesi dokter, perawat dan dimulai tahun 2014. Untuk tenaga profesi yang lain misalkan insinyur, akuntan, dan arsitek belum dilakukan.
Permasalahan lain terkait dengan sumber daya pendidikan tinggi di Indonesia juga terjadi pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Permasalahan pokok pada pendidikan calon guru di LPTK adalah banyaknya jumlah LPTK dan rendahnya mutu LPTK yang merupakan wahana untuk meningkatkan tenaga pendidik. Sementara itu, elemen ketiga adalah penelitian dan pengembangan yang ditunjukkan oleh produktivitas iptek yang dinilai oleh dua indikator yaitu paten dan publikasi ilmiah. Berdasarkan data dapat dilihat bahwa sekitar 90% permohonan hak paten yang mendaftarkan ke Direktorat Jenderal HKI merupakan paten dari luar negeri dan sisanya sekitar 10% merupakan paten domestik Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sampai saat ini, Indonesia masih tergantung dan dikuasai oleh teknologi dari luar dibandingkan dari dalam negeri. Pendaftaran paten domestik Indonesia jika dilihat dari Tahun 2001 s/d 2013 semakin bertambah akan tetapi jumlah pendaftaran paten domestik tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan jumlah pendaftaran paten dari luar negeri yang mengajukan ke Direktorat Jenderal HKI-Kementerian Hukum dan HAM. Ukuran lainnya dari produktivitas iptek adalah jumlah publikasi (dokumen). Dalam hal ini, menurut Scientific Journal Ranking (SJR), Indonesia berada pada peringkat ke-61 dengan H-index sebesar 112. H-index merupakan indeks komposit dari 5 indikator: (1) jumlah dokumen (publikasi) dari tahun 19962007; (2) jumlah publikasi yang layak dikutip (citable documents); (3) jumlah kutipan (citations); (4) jumlah kutipan sendiri (self citation); dan (5) jumlah kutipan per dokumen (citations per document). Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia hanya lebih baik dari Vietnam dan Filipina.
BAB II PERENCANANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Pemerintah masih merupakan penyedia dana terbesar dan juga pelaku terbesar dari kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia sedangkan sektor swasta masih sangat terbatas peranannya, baik sebagai pelaku apalagi sebagai penyedia dana. Rasio belanja litbang sektor pemerintah di Indonesia saat ini sebesar 82,3%, sementara sektor swasta hanya sebesar 17,7% (Survey Litbang Sektor Industri Manufaktur, 2011). Sebagai perbandingan di negara lain seperti Malaysia, rasio belanja litbang pemerintahnya hanya sebesar 15% sedangkan sektor swastanya sebesar 85% (tahun 2006). Thailand memiliki rasio belanja litbang pemerintah sebesar 55% sedangkan yang bersumber dari swasta sebesar 45%.
Kebutuhan tenaga terampil yang bersertifikat menjadi lebih penting lagi saat diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pada saat itu, tenaga terampil yang tidak bersertifikat akan sulit untuk bersaing dengan tenaga terampil bersertifikat dalam mendapatkan pekerjaan. Lebih-lebih lagi jika tenaga kerja terampil Indonesia untuk bisa bersaing di lapangan kerja di luar negeri harus mempunyai sertifikat profesi yang tidak hanya diakui oleh Indonesia tetapi juga diakui oleh negara-negara lain. Ke depan, Indonesia harus segera melakukan sertifikasi pada tenaga terampilnya agar mampu bersaing dengan tenaga kerja asing di pasar tenaga kerja domestik maupun internasional.
21
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Dari aspek investasi litbang, perhatian pemerintah terhadap iptek dalam tiga dekade terakhir menunjukkan penurunan terus menerus. Indikasi bahwa perhatian pemerintah semakin rendah terlihat pada fakta bahwa sepanjang tahun 1980-2012 terjadi penurunan rasio antara anggaran yang dialokasikan untuk litbang pemerintah terhadap keseluruhan anggaran dalam APBN. Memang secara nominal rupiah terjadi peningkatan, namun rasio terhadap keseluruhan APBN terus mengalami penurunan (LIPI, 2012).
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB II PERENCANANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
22
Ke depan upaya mendorong peningkatan perolehan HKI, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui instrument kebijakan InsentiF Riset SINas disamping riset-riset dasar dan terepan untuk meningkatkan academic exelance juga mendorong lebih banyak lagi pelaksanaan riset melalui pola konsorsium yang melibatkan lembaga litbang, pemerintah dan dunia usaha/industri sehingga menghasilkan prototype yang dapat diadopsi oleh industri. Disamping juga memfasilitas peningkatan perolehan HKI domestik, dengan memberikan insentif berupa insentif inventor yang ingin mendaftarkan paten, dan fasilitasi pembentukan dan penguatan sentra HKI. Elemen keempat adalah pembelajaran dan kemahasiswaan. Permasalahan pokok yang mengemuka adalah akses ke layanan pendidikan tinggi belum merata bahkan ketimpangan tingkat partisipasi antara kelompok masyarakat kaya dan miskin tampak nyata, masing-masing 43,6% dan 4,4% (Susenas 2012). Kelompok masyarakat miskin tidak mampu menjangkau layanan pendidikan tinggi karena kesulitan ekonomi dan terhambat oleh ketiadaan biaya. Kendala finansial menjadi masalah utama bagi lulusan-lulusan sekolah menengah dari keluarga miskin untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Selain itu, angka pengangguran terdidik masih cukup tinggi yang mengindikasikan bahwa relevansi dan daya saing pendidikan tinggi masih rendah dan ketidakselarasan antara Perguruan Tinggi dan dunia kerja. Pengangguran terdidik memberi indikasi bahwa program-program studi yang dikembangkan di Perguruan Tinggi mengalami kejenuhan karena peningkatan jumlah lulusan tidak sebanding dengan pertumbuhan pasar kerja. Bagi lulusan Perguruan Tinggi yang terserap di pasar kerja, sebagian besar (60%) bekerja di bidang pekerjaan yang termasuk kategori white collar jobs (manajer, profesional) yang menuntut keahlian/keterampilan tinggi dan penguasaan ilmu khusus (insinyur, dokter, guru). Namun, sebagian dari mereka (30%) juga ada yang bekerja di bidang pekerjaan yang bersifat semi terampil (tenaga administrasi, sales) bahkan ada juga yang berketerampilan rendah sehingga harus bekerja di bagian produksi (blue-collar jobs). Gejala ini memberi gambaran bahwa kurikulum yang dikembangkan di Perguruan Tinggi kurang relevan dan tidak sesuai dengan kebutuhan dunia usaha atau dunia industri. Perguruan Tinggi juga belum sepenuhnya dapat melahirkan lulusan-lulusan berkualitas yang memiliki daya saing mumpuni. Relevansi dan daya saing lulusan perguruan tinggi sangat ditentukan oleh penguasaan
tiga hal, yaitu: (i) academic skills yang berhubungan langsung dengan bidang ilmu yang ditekuni di Perguruan Tinggi, (ii) generic/lifeskills yang merujuk pada serangkaian dan jenis-jenis keterampilan yang diperoleh selama menempuh pendidikan yang dapat diaplikasikan di lapangan kerja serta mencakup banyak hal seperti kemampuan berpikir kritis-kreatif, pemecahan masalah, komunikasi, negosiasi, kerja dalam tim, dan kepemimpinan, dan (iii) technical skills yang berkaitan dengan profesi spesifik yang mensyaratkan pengetahuan dan keahlian agar berkinerja bagus pada suatu bidang pekerjaan. Elemen kelima adalah inovasi. Fakta menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi dalam negeri di industri masih perlu ditingkatkan. Data hasil survei Kemenristek–BPPT (2011) terhadap industri manufaktur menyatakan bahwa 58% teknologi di industri diperoleh dari luar negeri dan hanya sekitar 31% yang menyatakan diperoleh dari dalam negeri. Jepang, Cina, Jerman dan Taiwan menjadi negara yang paling besar teknologinya digunakan oleh industri di dalam negeri. Meskipun anggaran untuk penelitian semakin tahun semakin besar, besarnya anggaran penelitan sebelum tahun 2015 belum mampu mendanai penelitian sampai ke hilir, yaitu penelitian yang mampu mendatangkan manfaat ekonomi secara langsung pada masyarakat luas. Hal ini disebabkan hilirisasi penelitian membutuhkan anggaran yang besar. Sebagai akibatnya, selama ini penelitian di Perguruan Tinggi kebanyakan berhenti sampai menghasilkan prototipe skala laboratorium, HKI, dan publikasi internasional. Oleh karena itu pada lima tahun kedepan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui program/kegiatan Pendayagunaan Teknologi di Industri mendorong agar teknologi yang dihasilkan lemlitbang dimanfaatkan dan didayagunakan oleh industri.
2.2 Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019. Rencana strategis (Renstra) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 2015-2019 ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi No. 13 Tahun 2015. Dalam rangka menjalankan amanah UndangUndang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek, dan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi serta mempertimbangkan kondisi umum dan aspirasi masyarakat, kerangka kerja logis yang
Dalam rangka melaksanakan agenda pembangunan RPJMN 2015-2019 dan menjalankan amanah sesuai tugas dan fungsinya, maka pada tahun 2015-2019 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Visi sebagai berikut :
Terwujudnya Pendidikan Tinggi Yang Bermutu Serta Kemampuan Iptek dan Inovasi Untuk Mendukung Daya Saing Bangsa Pendidikan tinggi yang bermutu dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang berpengetahuan, terdidik, dan terampil, sedangkan kemampuan iptek dan inovasi dimaknai oleh keahlian SDM dan lembaga litbang serta perguruan tinggi dalam melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek yang ditunjang oleh pembangunan faktor input (kelembagaan, sumber daya, dan jaringan). Sementara itu, makna daya saing bangsa adalah kontribusi iptek dan pendidikan tinggi dalam perekonomian yang ditunjukkan oleh keunggulan produk teknologi hasil litbang yang dihasilkan oleh industri/perusahaan yang didukung oleh lembaga litbang (LPNK, LPK, Badan Usaha, Perguruan Tinggi) dan tenaga terampil pendidikan tinggi.
2.2.2 Misi Sebagai upaya untuk mewujudkan Visi tersebut di atas, maka Misi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi adalah: 1. Meningkatkan akses, relevansi, dan mutu pendidikan tinggi untuk menghasilkan SDM yang berkualitas; dan
Dalam rangka mencapai Visi dan Misi, maka Visi dan Misi tersebut dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan strategis (strategic goals) yang harus dicapai adalah:
Meningkatnya relevansi, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia berpendidikan tinggi, serta kemampuan iptek dan inovasi untuk keunggulan daya saing bangsa Untuk melihat secara lebih konkrit ketercapaian tujuan strategis tersebut perlu ditetapkan ukuran indikator tujuan tersebut secara kuantitatif. Dalam rancangan lima tahun ke depan, indikator kinerja tujuan strategis diukur dengan indeks pendidikan tinggi pada tahun 2019 ditargetkan berada pada peringkat 56 besar dunia dengan nilai 5,0 dan indeks inovasi Indonesia pada tahun 2019 yang ditargetkan berada pada peringkat 26 besar dunia dengan nilai 4,4.
2.2.4 Sasaran Strategis Tujuan strategis tersebut kemudian dijabarkan dalam 5 (lima) sasaran strategis sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan dalam kurun waktu 2015-2019. Sasaran strategis tersebut adalah :
23
1. Meningkatnya kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan pendidikan tinggi; 2. Meningkatnya kualitas kelembagaan iptek dan pendidikan tinggi; 3. Meningkatnya relevansi, kualitas, dan kuantitas sumber daya iptek dan pendidikan tinggi; 4. Meningkatnya relevansi dan produktivitas riset dan pengembangan; dan 5. Menguatnya kapasitas inovasi.
2. Meningkatkan kemampuan iptek dan inovasi untuk menghasilkan nilai tambah produk inovasi. Misi ini mencakup upaya menjawab permasalahan pembangunan iptek dan pendidikan tinggi pada periode 2015-2019 dalam aspek pembelajaran dan kemahasiswaan, kelembagaan, sumber daya, riset dan pengembangan, dan penguatan inovasi.
BAB II PERENCANANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.2.1 Visi
2.2.3 Tujuan Strategis
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
dibangun untuk menopang daya saing nasional, mengoptimalkan potensi yang dimiliki dan mencermati potret permasalahan-permasalahan, maka Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis.
Sasaran strategis tersebut tertuang dalam Renstra Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 2015-2019 dengan Indikator Kinerja Utama sebagai berikut :
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Tabel 4 Sasaran Strategis dan IKU Renstra Kemenristekdikti 2015-2019
No.
1.
BAB II PERENCANANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.
24
3.
4.
5.
SASARAN STRATEGIS
Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi
Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti
Meningkatnya Relevansi, Kualitas, dan Kuantitas Sumber Daya Iptek dan Dikti
Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Riset dan Pengembangan
Menguatnya Kapasitas Inovasi
INIDIKATOR KINERJA UTAMA
TARGET 2016
Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi
28,16%
Prosentase Lulusan Bersertifikat Kompetensi
60%
Jumlah Prodi Terakreditasi Unggul
12.000
Jumlah Mahasiswa Peraih Medali Emas Tingkat Nasional dan Internasional
390
Prosentase Lulusan Yang Langsung Bekerja
60%
Jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia
3
Jumlah Perguruan Tinggi Berakreditasi A (Unggul)
39
Jumal Taman Sains dan Teknologi Yang Mature
14
Jumlah Pusat Unggulan Iptek
15
Jumlah dosen Berkualifikasi S3
28.000
Jumlah Pendidik Mengikuti Sertifikasi Dosen
10.000
Jumlah SDM Litbang Berkualifikasi Master dan Doktor
3.700
Jumlah HKI Yang Didaftarkan
1.735
Jumlah Publikasi Internasional
6.229
Jumlah Prototipe R&D > TRL s.d 6
632
Jumlah Prototipe Industri à TRL 7
15
Jumlah Produk Inovasi (Produk Hasil Litbang Yang Telah Diproduksi dan Dimanfaatkan Pengguna)
15
Sedangkan, fokus utama pembangunan iptek adalah mengacu pada RPJPN 2005-2025 yaitu ditujukan untuk mendukung pengembangan dan pemanfaatan iptek pada bidang-bidang sebagai berikut: Pangan; Energi; Teknologi dan Manajemen Transportasi; Teknologi Infomasi dan Komunikasi; Teknologi Pertahanan dan Keamanan; Teknologi Kesehatan dan Obat; dan Material Maju. Sesuai dengan revitalisasi tugas pokok, fungsi dan kewenangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, secara substansial Strategi Kebijakan diarahkan untuk: • Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK), lulusan bersertifikat kompetensi, mahasiswa dan lulusan berkemampuan wirausaha, mahasiswa mendapat medali emas di kancah internasional, lulusan yang langsung bekerja, mutu LPTK, dan calon pendidik yang mengikuti pendidikan profesi guru; • Meningkatkan jumlah Perguruan Tinggi masuk dalam ranking 500 top dunia dan Perguruan Tinggi berakreditasi A (unggul), Pusat Unggulan Iptek dan Science Technology Park (STP) atau Taman Sains dan Teknologi (TST) yang dibangun dan mature; • Meningkatkan jumlah dosen berkualifikasi S3, jumlah pendidik mengikuti sertifikasi dosen, jumlah sumber daya litbang (peneliti/ perekayasa) yang berkualifikasi master dan
doktor, jumlah SDM Dikti dan lembaga litbang yang meningkat kompetensinya, dan revitalisasi sarpras Iptek dan Dikti; • Meningkatkan jumlah paten, publikasi internasional; dan prototipe hasil litbang termasuk yang laik industri; dan • Meningkatkan jumlah produk inovasi yaitu produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan oleh pengguna. Strategi kebijakan tersebut dioperasionalkan dengan 5 (lima) program teknis, 1 (satu) program dukungan manajemen, dan 1 (satu) program pengawasan yaitu: 1. Program Pembelajaran dan Kemahasiswaan; 2. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti; 3. Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Iptek dan Dikti; 4. Program Penguatan Riset dan Pengembangan; 5. Program Penguatan Inovasi. 6. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya; dan
25
7. Program Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Akuntabilitas Kinerja Aparatur. Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Mencermati potret permasalahan-permasalahan tersebut diatas, maka Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Arah Kebijakan dan Strategi. Peningkatan kualitas pendidikan tinggi, pembangunan kemampuan iptek dan inovasi, serta peningkatan kontribusi iptek untuk mendukung peningkatan daya saing nasional bukan lagi sebuah pilihan namun menjadi sebuah keniscayaan. Arah kebijakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi adalah: 1) Meningkatkan tenaga terdidik dan terampil berpendidikan tinggi; 2) Meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan lembaga litbang; 3) Meningkatkan sumber daya litbang dan pendidikan tinggi yang berkualitas; 4) Meningkatkan produktivitas penelitian dan pengembangan; dan 5) Meningkatkan inovasi bangsa.
BAB II PERENCANANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
2.4 Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Perjanjian Kinerja, merupakan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam waktu satu tahun dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dikelola. Tujuan khusus ditetapkan Perjanjian Kinerja antara lain : meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian
BAB II PERENCANANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah menetapkan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsinya berbasis pada Renstra Kemenristekdikti 2015-2019. Perjanjian Kinerja ini merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada tahun 2016, selengkapnya dapat dilihat pada tabel.
Tabel 5 Perjanjian Kinerja (PK) Kemenristekdikti Tahun 2016
No.
Sasaran Strategis
Inidikator Kinerja Utama Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi
Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan 1. Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi
Meningkatnya Kualitas 2. Kelembagaan Iptek dan Dikti
Prosentase Lulusan Bersertifikat Kompetensi
Anggaran (Rp. )
60%
Jumlah Mahasiswa Peraih Medali Emas Tingkat Nasional dan Internasional
390
Prosentase Lulusan Yang Langsung Bekerja
60%
Jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia
3
Jumlah Perguruan Tinggi Berakreditasi A (Unggul)
39
Jumal Taman Sains dan Teknologi Yang Mature
14
Jumlah Pusat Unggulan Iptek
15
Meningkatnya Relevansi Jumlah Publikasi Internasional 4. dan Produktivitas Riset Jumlah Prototipe R&D > TRL s.d 6 dan Pengembangan
Program
28,16%
12.000
Jumlah HKI Yang Didaftarkan
Menguatnya Kapasitas Inovasi
Target 2016
Jumlah Prodi Terakreditasi Unggul
Jumlah Dosen Berkualifikasi S3 Meningkatnya Relevansi, Jumlah Pendidik Mengikuti Sertifikasi Kualitas dan Kuantitas 3. Sumber Daya Iptek Dan Dosen Dikti Jumlah SDM Litbang Berkualifikasi Master dan Doktor
5.
26
tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.
Pembelajaran dan Kemahasiswaan
6.162.976.061.000
Peningkatan Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti
953.570.229.000
Peningkatan Kualitas Sumberdaya Iptek dan Dikti
3.202.731.542.000
Penguatan Riset dan Pengembangan
1.527.752.004.000
28.000 10.000 3.700 1.735 6.229 632
Jumlah Prototipe Industri > TRL 7
15
Jumlah Produk Inovasi (Produk Hasil Litbang Yang Telah Diproduksi dan Dimanfaatkan Pengguna)
15
Penguatan Inovasi
190.608.900.000
BAB III
Pengendalian Kinerja.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan tata kelola pemerintahan yang berorientasi hasil, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, secara konsisten menerapkan manajemen kinerja berupa: perencanaan kinerja, pelaksanaan kinerja, pengukuran kinerja, pengendalian kinerja, pelaporan kinerja dan evaluasi kinerja sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2. Hal ini dilakukan agar kinerja kementerian berubah dari cara pandang yang berorientasi proses/kegiatan (process oriented) menuju manajemen kinerja yang berorientasi hasil/ kinerja (output/outcome oriented). Untuk itu, hal-hal yang berkaitan dengan kinerja seperti tujuan, sasaran, target, capaian, indikator kinerja utama (IKU) menjadi
titik-tolak manajemen, yang dirumuskan secara seksama, jelas dan akurat serta ditetapkan. Dalam hal pengendalian kinerja, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi terus melakukan perbaikan. Dari PK 2016 yang telah ditandatangani, telah dibuat penjabaran lebih lanjut ke dalam suatu rencana aksi yang lebih detail dan dimanfaatkan sebagai instrumen untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan kinerja secara periodik (triwulan). Sehubungan dengan hal tersebut terus dikembangkan sistem informasi dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja program, realisasi capaian fisik dan anggaran unit organisasi (SIMonev).
Pengendalian Kinerja
Perncanaan Kinerja
Pelaksanaan Kinerja
Pelaporan Kinerja
Pengukuran Kinerja
Gambar 2 Manajemen Kinerja Berorientasi Hasil (Output/Outcome)
Capaian Kinerja
Evaluasi Kinerja
27
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
3.1
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
3.2
Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja. Pengukuran kinerja akan menunjukkan seberapa besar kinerja manajerial yang dicapai, seberapa bagus kinerja finansial organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara target kinerja yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:
Prosentase Capaian =
Realisasi Rencana
x 100%
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Dengan membandingkan antara realisasi dan rencana, maka dapat dilihat jumlah persentase pencapaian pada masing-masing indikator kinerja utama. Dengan diketahui capaian kinerja, maka dapat dianalisis faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan, yang selanjutnya dapat dipetakan kekurangan dan kelemahan realisasi dan rencana kegiatan, kemudian ditetapkan strategi untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang.
28
Untuk mengukur capaian kinerja masing-masing IKU dilakukan dari data capaian kinerja unit utama, data yang diolah oleh pusdatin dan data capaian kinerja output yang mendukung pencapaian kinerja outcome. Sedangkan analisis capaian masing-masing IKU disampaikan secara rinci dengan mendefinisikan alasan penetapan masing-masing IKU; cara mengukurnya; capaian kinerja yang membandingkan tidak hanya antara realisasi kinerja dengan target, tetapi pembandingan dengan tahun sebelumnya, trend kinerja selama 3-5 tahun terakhir dan pada akhir periode Renstra, pencapaian secara Nasional dan/atau internasional yang disertai dengan data pendukung berupa tabel, foto/gambar, grafik, dan data pendukung lainnya.
3.3
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Dalam upaya mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi terus melaksanakan berbagai upaya perbaikan, dengan tujuan untuk mendorong terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance) dan berorientasi kepada hasil (result oriented government). Oleh karena itu dalam rangka membangun sinergi pelaksanaan SAKIP untuk peningkatan kinerja di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, telah dilakukan berbagai agenda penguatan akuntabilitas kinerja (siklus penguatan akuntabilitas kinerja). Pada tahun 2016, dimulai dengan membangun fondasi penguatan akuntabilitas kinerja yang dilakukan di semua komponen yang merupakan bagian integral dari SAKIP meliputi aspek: perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pengelolaan data kinerja, pelaporan kinerja, serta penyusunan peraturan perundangan yang melandasi pelaksanaan SAKIP di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Dengan memperhatikan secara cermat hasil penilaian akuntabilitas kinerja di tahun sebelumnya, perbaikan dan penguatan diantaranya juga difokuskan pada halhal yang menjadi catatan penting dan rekomendasi hasil evaluasi yang dilakukan Kementerian PAN dan RB, antara lain meliputi:
a. Perencanaan Kinerja 1) Mereviu Rencana Strategis, IKSS, IKP dan Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan melibatkan seluruh pimpinan dalam Rapat Pimpinan. IKU telah di tetapkan melalui Keputusan Menteri Nomor 333/M/ KPT/2016, untuk di implementasikan pada tahun 2017. 2) Merumuskan dan menetapkan indikator kinerja secara berjenjang dalam PK 2017 hingga Eselon IV 3) Renstra dalam proses pembahasan terkait Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) serta target yang akan dicapai.
Tabel 6 Sasaran Strategis dan IKU Renstra Kemenristekdikti 2015-2019
Terwujudnya pendidikan tinggi yang bermutu serta kemampuan iptek dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa
Menjadi Terwujudnya pendidikan tinggi yang bermutu serta kemampuan iptek dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa
• • Misi
•
Meningkatkan relevansi, kuantitas dan kualitas pendidikan tinggi untuk menghasilkan SDM yang berkualitas Meningkatkan kemampuan iptek dan inovasi untuk menghasilkan nilai tambah produk inovasi
• •
• Tujuan Strategis
Meningkatnya relevansi, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia berpendidikan tinggi, serta kemampuan Iptek dan inovasi untuk keunggulan daya saing bangsa
• • Sasaran Strategis
• • •
• •
Meningkatnya kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan pendidikan tinggi Meningkatnya kualitas kelembagaan Iptek dan pendidikan tinggi • Meningkatnya relevansi, kualitas, dan kuantitas sumber daya Iptek dan pendidikan • tinggi • Meningkatnya relevansi dan produktivitas riset dan pengembangan Menguatnya kapasitas inovasi
Meningkatkan relevansi, kuantitas dan kualitas pendidikan tinggi untuk menghasilkan SDM yang berkualitas Meningkatkan kemampuan iptek dan inovasi untuk menghasilkan nilai tambah produk inovasi Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dalam rangka reformasi birokrasi
Meningkatnya relevansi, kuantitas dan kualitas pendidikan tinggi untuk keunggulan daya saing bangsa Meningkatnya inovasi untuk keunggulan daya saing bangsa Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang efektif, efisien dan berintegritas dalam rangka reformasi birokrasi
Meningkatnya relevansi, kuantitas, dan kualitas pendidikan tinggi Meningkatnya kemampuan iptek dan inovasi Terlaksananya reformasi birokrasi
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Visi
Semula
29
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Elemen
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Tabel 7 Perubahan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Kementerian
Sasaran
Indikator
Meningkatnya relevansi, kuantitas, dan kualitas pendidikan tinggi
Indeks Pendidikan Tinggi
Meningkatnya kemampuan iptek dan inovasi Terlaksananya reformasi birokrasi
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Indeks Reformasi Birokrasi
Tabel 8 Perubahan Indikator Kinerja Program (IKP) Unit Utama
Program
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
30
Indeks Inovasi
Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Akuntabilitas
Semula
Menjadi
X1
Prosentase efisiensi perencanaan penganggaran
X1
Persentase Efisiensi Perencanaan Penganggaran
X2
Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK
X2
Opini Penilaian Laporan Keuangan Oleh BPK
X3 Penilaian terhadap AKIP
X3 Penilaian Terhadap AKIP
X4 Indeks kepuasan pelayanan
X4 Indeks Kepuasan Pelayanan
Kualitas penilaian Kementerian PAN X5 dan RB atas pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kemenristekdikti
X5
Persentase Kasus Hukum Yang Diselesaikan
Prosentase kasus hukum yang telah X6 terselesaikan (berkekuatan hukum tetap)
X6
Tingkat Kesesuaian Kompetensi Pejabat
X7
Ratio Data dan Knowledge Iptek dan Dikti Yang Dimanfaatkan
Jumlah unit organisasi dan Satker X1 yang bersih dari penyimpangan yang material X2
Jumlah unit organisasi yang nilai akuntabilitasnya kategori B (baik)
Jumlah Unit Organisasi dan Satker X1 Yang Bersih Dari Penyimpangan Yang Material
Menjadi
X1
Jumlah Perguruan Tinggi masuk top 500 dunia
X1
X2
Jumlah Perguruan Tinggi berakreditasi A (unggul)
X2 Jumlah PT Berakreditasi A (Unggul)
X3
Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang dibangun
X3
X4
Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature
X4 Jumlah Pusat Unggulan Iptek
X5 Jumlah Pusat Unggulan Iptek
Penguatan Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature
X1
Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi
X1
X2
Jumlah mahasiswa yang berwirausaha
X2 Jumlah Mahasiswa Yang Berwirausaha
X3
Prosentase lulusan bersertifikat kompetensi
X3
Persentase Lulusan Bersertifikasi Kompetensi dan Profesi
X4 Jumlah Prodi terakreditasi Unggul
X4
Persentase Prodi Terakreditasi Minimal B
X5
Jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat Nasional
X5
Persentase Lulusan Pendidikan Tinggi Yang Langsung Bekerja
X6
Jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat internasional
X6
Persentase Perguruan Tinggi Yang Menerapkan SNDIKTI
X7
Prosentase lulusan yang langsung bekerja
X7 Jumlah Mahasiswa Berprestasi
Jumlah LPTK yang meningkat mutu X8 penyelenggaran pendidikan akademik X9
Jumlah calon pendidik mengikuti Pendidikan Profesi Guru
X1
Jumlah dosen berkualifikasi minimal S2
X2 Jumlah dosen berkualifikasi S3
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Iptek dan Dikti
Jumlah Perguruan Tinggi masuk Top 500 dunia
X8
Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi
Jumlah LPTK Yang Meningkat Mutu Penyelenggaran Pendidikan Akademik
X1 Persentase Dosen Berkualifikasi S3 X2
Persentase SDM Litbang Berkualifikasi S3
X3
Jumlah SDM Dikti yang meningkat kompetensinya
X3
Jumlah SDM Yang Meningkat Karir dan Kompetensinya
X4
Jumlah pendidik mengikuti sertifikasi dosen
X4
Jumlah Revitalisasi Sarpras PTN dan Litbang
X5
Jumlah SDM litbang berkualifikasi Master dan Doktor
X6
Jumlah SDM litbang yang meningkat kompetensinya
X7
Jumlah revitalisasi sarpras lemlitbang dan PTN
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Peningkatan Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti
Semula
31
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Program
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Program
Penguatan Riset dan Pengembangan
Penguatan Inovasi
Semula
Menjadi
X1 Jumlah publikasi internasional
X1 Jumlah Publikasi Internasional
X2 Jumlah HKI yang didaftarkan
X2 Jumlah HKI Yang Didaftarkan
X3 Jumlah prototipe R & D
X3 Jumlah prototipe R & D
X4 Jumlah prototipe industri
X4 Jumlah Prototipe Industri
X1 Jumlah Produk Inovasi
X1 Jumlah Produk Inovasi
Gambar 4 Rapat Finalisasi Renstra Kemenristekdikti
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
b. Pengukuran Kinerja
32
Pada tahun 2016 dikembangkan sistem informasi untuk pengukuran dan pengelolaan data kinerja (Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi - SIMonev) yang merupakan pengembangan dari sistem yang telah ada sebelumnya yaitu SIREN (Sistem Informasi
Perencanaan) yang diimplementasikan di Kementerian Riset dan Teknologi. Pengembangan sistem dilandasi pada semakin besarmya unit organisasi di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Tabel 9 Unit Organisasi Pada SIMonev
Elemen
Semula
Sistem Pengukuran dan Pengelolaan Data Kinerja
SIREN (5 Satker) • Satker Kemenristek • Puspiptek • PP Iptek • ATP • Eijkman
Menjadi SIMonev (143 Satker) • 11 Satker Kemenristekdikti • 118 PTN • 14 Kopertis
•
Data capaian output fisik dan realisasi anggaran yang dilaporkan setiap bulan.
•
Data capaian kinerja yang dilaporkan setiap triwulan.
Gambar 5 Fitur SIMonev Capaian Output
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Fitur yang ada di SIMonev meliputi:
Gambar 6 Fitur SIMonev Capaian Kinerja
c. Pelaporan Kinerja Penyajian informasi capaian kinerja dalam Laporan Kinerja secara terus menerus diperbaiki dan ditingkatkan antara lain melalui Capaian Kinerja dari unit utama dengan IKU yang terukur dan berorientasi hasil (outcome). Laporan kinerja juga terus ditingkatkan kualitasnya diantaranya menggambarkan pembandingan capaian kinerja yang memadai,
tidak hanya antara realisasi kinerja dengan target tahun berjalan, tetapi pembandingan dengan tahun sebelumnya, tren kinerja dan pada akhir periode Renstra maupun kontribusinya terhadap pencapaian Nasional dan pembandingan dengan Internasional, serta dampak yang ditimbulkan dari capaian kinerja IKU.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
33
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
d. Evaluasi Kinerja Monitoring dan evaluasi kinerja dilakukan melalui: •
•
Sistem (SIMonev) yaitu capaian output baik fisik maupun anggaran dipantau oleh pimpinan secara real time. Capaian kinerja unit kerja telah digunakan dalam penentuan tunjangan kinerja dan rapor unit kerja juga disampaikan kepada seluruh unit organisasi oleh Menristekdikti secara langsung dan berkala (triwulan). Tatap muka dengan mengundang pimpinan unit utama di lingkungan Kemenristekdikti untuk menyampaikan capaian kinerja program (IKP) kegiatan-kegiatan prioritas setiap triwulan.
e. Penyusunan Peraturan Penyusunan peraturan perundangan merupakan upaya Kementerian dalam rangka meningkatkan sinergi dan kualitas penerapan SAKIP di seluruh unit organisasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Pada tahun 2016 telah disusun Peraturan dan Keputusan Menteri dalam rangka memberikan arah dan pedoman implementasi SAKIP untuk peningkatan akuntabilitas kinerja yaitu: Permenristekdikti No. 40 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Kinerja PTN Badan Hukum.
Permenristekdikti No. 51 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan SAKIP di Kemenristekdikti.
•
Permenristekdikti No. 36 Tahun 2016 tentang Pemantauan dan Evaluasi Program dan Anggaran secara elektronik (SIMonev).
•
Permenristekdikti Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi.
•
Kepmenristekdikti No. 333/M/KPT/2016 Tentang Indikator Kinerja Utama Kepmenristekdikti 2015-2019.
f. Agenda Tahunan Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah menetapkan Agenda Tahunan (siklus) implementasi SAKIP dalam rangka peningkatan akuntabilitas kinerja mulai dari perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja dan evaluasi kinerja.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
•
•
Gambar 7 Agenda Tahunan (Siklus) Peningkatan Akuntabilitas Kinerja
34
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah merumuskan indikator-indikator dan telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) agar pemangku kepentingan mudah dalam mengukur dan menganalisa keberhasilan kinerja Kementerian. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan tolok ukur capaian tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang menjadi tanggungjawabnya. IKU ditetapkan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 2015-2019 sesuai dengan Permenristekdikti No. 13 Tahun 2015. Ada 2 (dua) hal penting yang mendasari ditetapkannya IKU untuk periode 5 tahun perencanaan strategis tahun 2015-2019 yaitu peningkatan mutu pendidikan tinggi dan hilirisasi hasil-hasil penelitian. Upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi menjadi kian penting dalam rangka menjawab berbagai tantangan besar. Tantangan paling nyata adalah globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), pergerakan tenaga ahli antar Negara yang begitu masif. Hal ini menuntut lembaga perguruan tinggi untuk melahirkan sarjana-sarjana yang berkualitas, memiliki keahlian dan kompetensi yang siap menghadapi kompetisi global.
Peningkatan mutu pendidikan di perguruan tinggi juga merupakan urgensi yang mendesak untuk ditingkatkan. Pendidikan dan dunia kerja bukan hanya untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja karena memiliki keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan dunia industri. Pendidikan mesti juga melatih lulusan untuk mampu mandiri menjadi wirausaha yang membuka lapangan kerja bagi dirinya maupun orang lain. Pendidikan dan dunia kerja jadi fokus yang penting saat ini. Disisi lain bahwa hasil riset harus dikomersialisasikan dan dihilirisasikan, tidak hanya berhenti di riset saja, tidak cukup menjadi prototype, namun harus bermanfaat bagi masyarakat. Untuk meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian di masyarakat, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melakukan sinergi dengan kementerian lain, lembaga litbang dan dunia usaha mengembangkan konsorsium riset. Sehubungan dengan hal tersebut berikut ini adalah Indikator Kinerja Utama (IKU) dan capaian kinerjanya, dapat dilihat pada Tabel berikut
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.4 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
35
Tabel 10 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016
1.
SASARAN
Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi
TARGET 2015 - 2019
CAPAIAN 2015
Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi
32,56 %
27,83 %
28,16 %
28,63%
101,66%
Prosentase Lulusan Bersertifikat Kompetensi
75 %
55 %
60 %
50,03%
83,38%
Jumlah Prodi Terakreditasi Unggul
15.000
9.352
12.000
11.190
93,25%
Jumlah Mahasiswa Peraih Medali Emas Tingkat Nasional Dan Internasional
420
729
390
530
134,8%
Prosentase Lulusan Yang Langsung Bekerja
90 %
60,5 %
60 %
71%
118,33%
TARGET
REALISASI % Capaian
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
No
TAHUN 2016
INDIKATOR KINERJA UTAMA
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
No
SASARAN
Meningkatnya kualitas 2. kelembagaan Iptek dan Dikti
Meningkatnya relevansi, kualitas, 3. dan kuantitas sumber daya Iptek dan Dikti
Meningkatnya relevansi dan 4. produktivitas riset dan pengembangan
5.
Menguatnya kapasitas inovasi
TARGET 2015 - 2019
CAPAIAN 2015
Jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia
5
2
3
3
100 %
Jumlah Perguruan Tinggi Berakreditasi A (Unggul)
194
26
39
49
125%
Jumal Taman Sains dan Teknologi Yang Mature
58
6
14
12
85,71%
Jumlah Pusat Unggulan Iptek
30
19
15
27
180%
Jumlah Dosen Berkualifikasi S3
41.500
24.747
28.000
29.140
104,07%
Jumlah Pendidik Mengikuti Sertifikasi Dosen
10.000
10.736
10.000
10.936
109,36%
Jumlah SDM Litbang Berkualifikasi Master dan Doktor
5.450
3.540
3.700
6.647
179,64%
Jumlah HKI Yang Didaftarkan
2.305
1.521
1.735
3.184
184%
Jumlah Publikasi Internasional
12.089
6.470
6.229
9.574
153%
Jumlah Prototipe R&D TRL s.d 6
1.081
1.641
632
791
125%
Jumlah Prototipe Industri TRL 7
15
4
15
45
300%
Jumlah Produk Inovasi (produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan pengguna)
30
15
15
30
200%
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.5 Analisis Capaian Kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah menetapkan sasaran yang akan dicapai dalam periode 2015 - 2019 yaitu: 1. Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi, 2. Meningkatnya kualitas kelembagaan Iptek dan Dikti, 3. Meningkatnya relevansi, kualitas, dan kuantitas sumber daya Iptek dan Dikti, 4. Meningkatnya relevansi dan produktivitas riset dan pengembangan, dan 5. Menguatnya kapasitas inovasi.
36
TAHUN 2016
INDIKATOR KINERJA UTAMA
TARGET
REALISASI % Capaian
Sesuai amanah Perpres No. 13 Tahun 2015 Pasal 2, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyelenggarakan fungsi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan. Pada tahun 2016 telah dikeluarkan beberapa kebijakan dalam rangka pencapaian sasaran antara lain: 1. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 2 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 26 Tahun 2015 Tentang Registrasi Pendidik Pada Perguruan Tinggi
Secara lebih detil capaian indikator kinerja utama dijelaskan dalam analisis capaian kinerja sebagai berikut.
3. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 11 Tahun 2016 tentang Sertifikat Profesi Dokter Atau Dokter Gigi
Sasaran 1 : Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi
5. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 26 Tahun 2016 tentang Rekognisi Pembelajaran Lampau 6. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 32 Tahun 2016 tentang Akreditasi Program Studi Dan Perguruan Tinggi 7. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 35 Tahun 2016 tentang Program Profesi Insinyur 8. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 42 Tahun 2016 tentang Pengukuran Dan Penetapan Tingkat Kesiapterapan Teknologi 9. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 62 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi 10. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 69 Tahun 2016 tentang Pedoman Pembentukan Komite Penilaian Dan/ Atau Reviewer Dan Tata Cara Pelaksanaan Penilaian Penelitan Dengan Menggunakan Standar Biaya Keluaran 11. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 100 Tahun 2016 tentang Pendirian, Perubahan, Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri, Dan Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta Untuk capaian kinerja Sasaran Strategis tercermin pada capaian Indikator Kinerja Utama (IKU). Dari tabel 3.1 diatas menunjukkan capaian IKU Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun 2016, bahwa secara umum target kinerja berhasil dipenuhi, bahkan terdapat capaian yang melebihi target yang telah ditentukan.
Tenaga terampil pendidikan tinggi merupakan permasalahan pokok yang mengemuka. Akses ke layanan pendidikan tinggi belum merata bahkan ketimpangan tingkat partisipasi antara kelompok masyarakat kaya dan miskin. Kelompok masyarakat miskin tidak mampu menjangkau layanan pendidikan tinggi karena kesulitan ekonomi dan terhambat oleh ketiadaan biaya. Kendala finansial menjadi masalah utama bagi lulusan-lulusan sekolah menengah dari keluarga miskin untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Sementara itu, angka pengangguran terdidik juga masih cukup tinggi yang mengindikasikan bahwa relevansi dan daya saing pendidikan tinggi masih rendah dan ketidakselarasan antara Perguruan Tinggi dan dunia kerja. Oleh karena itu, Sasaran Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi merupakan upaya yang harus dilakukan dengan menetapkan indikator kinerja yang harus ditingkatkan yaitu:
37
1. Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi 2. Prosentase lulusan bersertifikat kompetensi 3. Jumlah Prodi terakreditasi unggul 4. Jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat Nasional dan internasional 5. Persentase lulusan yang langsung bekerja Dari lima indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur sasaran kinerja, tiga indikator kinerja belum mencapai target dan dua indikator kinerja yang mencapai target. Indikator kinerja yang belum mencapai target tersebut adalah (1) Persentase Lulusan Bersertifikat Kompetensi, dan (2) Jumlah Prodi Terakreditasi Unggul. Sedangkan dua indikator kinerja yang mencapai target adalah (1) Angka Partisipasi Kasar (APK), (2) Jumlah Mahasiswa Peraih Medali Emas Tingkat Nasional dan Internasional, dan (3) Persentase Lulusan yang Langsung Bekerja. Untuk mencapai sasaran Sasaran Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi pada tahun 2016 telah dianggarkan sebesar Rp 7.631.928.604.101
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
4. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 12 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Uji Kompetensi Mahasiswa Bidang Kesehatan
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
2. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 6 Tahun 2016 tentang Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
dengan realisasi sebesar Rp 5.329.471.941.794 atau sebesar 69,83%. Gambaran tingkat ketercapaian sasaran Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi adalah sebagai berikut: Tabel 11 Capaian Sasaran Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi Tahun 2016
SASARAN
INDIKATOR KINERJA UTAMA
TARGET CAPAIAN 2015 2015 - 2019
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
TARGET
REALISASI
% Capaian
Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi
32,56 %
27,83 %
28,16 %
28,63%
101,66%
Persentase lulusan bersertifikat kompetensi
75 %
55 %
60 %
50,03%
83,38%
15.000
9.352
12.000
11.190
93,25%
420
729
390
530
134,8%
90 %
60,5 %
60 %
71%
118,33%
Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Jumlah Prodi terakreditasi unggul Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi Jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat nasional dan internasional Persentase lulusan yang langsung bekerja
1. Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi
38
TAHUN 2016
Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas SDM tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Seberapa jauh keberhasilan pemerintah dalam usaha di sektor pendidikan dapat dilihat melalui salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mengukur keberhasilan dibidang pendidikan. Cara melihatnya yaitu dengan melihat tingkat partisipasi masyarakat atau warga negara terhadap pendidikan itu sendiri, yaitu melalui Angka Partisipasi Kasar (APK). Perguruan tinggi memiliki peran yang sangat strategis dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa, sekaligus sebagai agen perubahan (agents of change) bagi sebuah bangsa. Daya saing SDM dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masih rendah akan menjadi persoalan serius bangsa dalam menghadapi pasar bebas (MEA). Oleh karena itu, upaya peningkatan daya saing bangsa perlu terus diupayakan oleh Pemerintah melalui peningkatan mutu dan kualitas layanan perguruan tinggi.
Salah satu indikator kualitas dan keberhasilan pendidikan tinggi di sebuah negara ialah dengan melihat besarnya jumlah masyarakat yang melanjutkan pendidikan dari jenjang pendidikan menengah ke jenjang pendidikan tinggi. Jumlah masyarakat yang melanjutkan pendidikan tersebut ditunjukkan melalui Angka Partisipasi Kasar (APK). Besarnya angka partisipasi kasar suatu jenjang pendidikan menunjukkan kualitas layanan pemerintah terhadap hak masyarakat memperoleh akses pendidikan. Sejalan dengan hal tersebut, besaran Angka Partisipasi Kasar (APK) juga menunjukkan bahwa masyarakat memperoleh kemudahan dalam akses menempuh pendidikan tinggi. Dengan demikian, persentase APK juga dapat digunakan sebagai penentu tingkat kualitas layanan pembelajaran dan kemahasiswaan perguruan tinggi. Sebagaimana negara-negara maju, maka kemajuan pendidikan tingginya juga dikaitkan dengan seberapa besar APK pendidikan tinggi di negera tersebut. Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Penetapan APK Perguruan Tinggi sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) bertujuan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan.
Cara penghitungan APT PT sebagai berikut. Jumlah penduduk kuliah PT APK PT = --------------------------------------- X 100% Jumlah penduduk usia 19-23 tahun Sebagaimana disebutkan di atas, besaran Angka Partisipasi Kasar dapat menjadi salah satu indikator kualitas dan keberhasilan layanan perguruan tinggi. Oleh karena itu, pada Renstra Kemenristekdikti 2015–2019, APK PT menjadi salah satu indikator kinerja sasaran strategis “Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.” Penetapan APK PT sebagai IKKS bertujuan
untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. Pada tahun 2016 capaian APK PT secara Nasional telah melampaui target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 28,16% berhasil terealisasi sebesar 28,63%. Dengan demikian, persentase capaian kinerja pada tahun 2016 ini sebesar 101,66%. Jika dibandingkan dengan target pada periode sebelumnya, pada tahun 2016 capaian APK PT mengalami kenaikan. Data tahun 2014 capaian APK PT sebesar 25,80% dan tahun 2015 sebesar 27,83%. Pada Renstra Kemenristekdikti 2015 – 2019, APK PT ditargetkan sebesar 32,56% pada tahun 2019. Dengan demikian capaian APK PT pada tahun 2016 sebesar 28,63%, persentase capaian kinerjanya telah mencapai sebesar 87,9%. Selain itu Target APK tersebut sebenarnya masih termasuk target pencapaian yang masih rendah. Menurut Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development – OECD) APK PT untuk negara berkembang minimal harus 36%. Oleh karena itu capaian APK PT Indonesia angkanya masih rendah dibandingkan dengan negara lain, seperti Filiphina (36%), dan Thailand (53%) (http://data.worldbank.org/indicator/SE.TER.ENRR? name_desc=false).
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi (APK PT) merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang kuliah pada suatu jenjang pendidikan tinggi terhadap jumlah penduduk usia kuliah (19-23 tahun). Semakin besar angka partisipasi suatu program pendidikan berarti, program, lembaga, daerah tersebut berkualitas, sebaliknya kurang dan peserta banyak berhenti dalam proses pelaksanaan program berarti program, lembaga dan daerah tersebut tidak berkualitas. Untuk IKU APK PT tahun 2016 ini adalah APK Perguruan Tinggi dibawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
39
Komponen
Tahun 2012
2013
2014
2015
2016
Penduduk Usia 19-23
19.858.146
21.055.900
21.376.600
21.385.800
21.592.800
Jumlah Mahasiswa
5.295.030
5.526.912
5.514.228
5.950.622
6.181.008
PTN
1.649.232
1.665.058
1.665.221
1.958.297
2.023.743
PTS
3.645.798
3.861.854
3.849.007
3.992.325
4.157.265
APK (%)
26,66
26,25
25,80
27,83
28,63
Sumber Data: Pusdatin Kemenristekdikti
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Tabel 12 APK Perguruan Tinggi di Bawah Kemenristekdikti
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Tabel 13 Tabel APK Perguruan Tinggi Secara Nasional
Komponen
Tahun 2012
2013
2014
2015
2016
Penduduk Usia 19-23
19.858.146
21.055.900
21.376.600
21.385.800
21.592.800
Jumlah Mahasiswa
6.001.721
6.288.517
6.231.031
6.398.773
6.825.430
PTN
1.649.232
1.665.058
1.665.221
1.958.297
2.023.743
PTS
3.645.798
3.861.854
3.849.007
3.992.325
4.157.265
PTK
103.072
144.405
97.771
100.572
127.586
PTA
603.619
653.846
619.032
347.579
516.836
APK (%)
30,2
29,87
29,15
29,92
31,61
Sumber Data: Pusdatin Kemenristekdikti
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Upaya peningkatan APK PT pada prinsipnya sudah sesuai dengan rencana jangka panjang pembangunan pendidikan Nasional. Hal itu ditunjukkan dengan adanya kecenderungan peningkatan APK PT tiap tahun. Namun demikian, masih perlu upaya yang optimal untuk meningkatkan APK Perguruan Tinggi sesuai dengan target yang ditetapkan. Untuk mencapai target tersebut terus diupayakan mengeliminasi atau mengatasi kendala-kendala yang menjadi penyebab tidak tercapai target persentase capaian APK PT.
40
Perhitungan APK PT sangat dipengaruhi oleh ketersediaan data tentang jumlah mahasiswa dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, pembaruan data yang valid tentang jumlah mahasiswa seluruh PT di Indonesia terus dioptimalkan. Berdasarkan data yang ada pada PD Dikti, sampai Desember 2016 masih belum semua PT di Indonesia menyampaikan laporan jumlah mahasiswa secara keseluruhan. Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan APK, di antaranya: (a) kurang meratanya pembangunan Perguruan Tinggi terutama di daerah tertinggal, terpencil, dan daerah terdepan/daerah perbatasan;
(b) biaya pendidikan tinggi yang dianggap masih terlalu mahal; (c) kurangnya motivasi masyarakat melanjutkan pendidikan di jenjang perguruan tinggi; (d) kurangnya partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan industri serta pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan kegiatan di antaranya: (a) pemerataan pembangunan Perguruan Tinggi di daerah tertinggal, terpencil, dan daerah terdepan/ daerah perbatasan; (b) bantuan biaya pendidikan tinggi melalui beasiswa; (c) sosialisasi pentingnya pendidikan di jenjang perguruan tinggi melalui media massa; kerja sama antar instansi/lembaga, dunia usaha, dan industri dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi. Di samping upaya tersebut di atas, untuk mencapai persentase Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi sebagaimana yang ditargetkan, telah dilakukan program/kegiatan di antaranya.
a. Bidikmisi Bidikmisi merupakan program unggulan Nasional yang dilaksanakan sejak tahun 2010, telah mencatatkan sejarah baru dalam pendidikan tinggi di Indonesia atas perannya dalam upaya memutus mata rantai kemiskinan. Bantuan biaya pendidikan ini diberikan kepada calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik baik untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi pada program studi unggulan sampai lulus tepat waktu. Peminat dan daya tampung program Bidikmisi (2011-2016) ditampilkan pada gambar berikut.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Program Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi yaitu bantuan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik baik untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi pada program studi unggulan sampai lulus tepat waktu. Misi pokoknya adalah untuk menghidupkan harapan bagi masyarakat tidak mampu dan mempunyai potensi akademik baik untuk dapat menempuh pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi dan menghasilkan sumber daya insani yang mampu berperan dalam memutus mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.
41
Tabel 14 Perolehan IPK Mahasiswa Bidikmisi
Range IPK
Jumlah Mahasiswa
Total
%
3.131
3.308
2,05%
314
11.427
12.679
7,84%
1.418
425
13.560
15.403
9,53%
3,00-3,49
6.439
1.884
74.812
83.135
51,41%
3,51-3,99
3.437
1.228
41.395
45.960
28,42%
4
112
46
1.060
1.218
0,75%
Grand Total
12.492
3.826
145.385
161.703
100%
D3
D4
S1
<2,00
148
29
2,00-2,74
938
2,75-2,99
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Grafik 6 Peminat dan Daya Tampung Bidikmisi 2010 s.d. 2016
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Besarnya beasiswa Bidikmisi adalah Rp 1.000.000 per bulan/mahasiswa dengan rincian untuk bantuan biaya pendidikan sebesar Rp 400.000/bulan/ mahasiswa diberikan langsung ke perguruan tinggi, dan bantuan biaya hidup sebesar Rp 600.000/bulan/ mahasiswa diberikan langsung ke mahasiswa. Sejak tahun 2013, sebanyak 20.336 mahasiswa Bidikmisi telah menyelesaikan studinya dari program sarjana dan diploma. Pada Semester Genap TA 2015/2016 ini diharapkan dapat menyelesaikan studi sejumlah 44.848 mahasiswa, terdiri atas 38.655 mahasiswa program sarjana (S-1)/Diploma 4(D4) angkatan 2012 dan 6.193 mahasiswa program Diploma 3 (D-3) angkatan 2012.
b. Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berupaya mengalokasikan dana untuk memberikan bantuan biaya pendidikan kepada mahasiswa yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya, dan memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang mempunyai prestasi tinggi, baik kurikuler maupun ekstrakurikuler. Beasiswa PPA adalah bantuan biaya pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa yang memiliki prestasi tinggi. Jumlah penerima beasiswa PPA setiap tahun bergantung pada anggaran yang tersedia.
Tabel 15 Penerima Beasiswa PPA
Tahun
Jumlah Penerima
2013
180.000
2014
155.000
2015
121.000
2016
61.904
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
c.Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Papua dan 3T
42
Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Papua dan 3T adalah bantuan biaya pendidikan dalam rangka percepatan dan pemerataan di bidang pendidikan tinggi di daerah 3T (Terluar, Tertinggal, Terdepan), program khusus sebagai wujud keberpihakan pemerintah bagi provinsi Papua, Papua Barat dan
daerah 3T. Putra-putri asli provinsi Papua, Papua Barat, dan Daerah 3T, melalui program ADik diberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di 39 Perguruan Tinggi Negeri terbaik di Indonesia, khususnya di wilayah pulau Jawa.
Angkatan
Papua
3T
Jumlah
Keterangan
2013
389
92
481
On-going
2014
395
168
563
On-going
2015
434
312
746
On-going
2016
730
239
969
Baru
Jumlah
1.948
811
2.759
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Tabel 16 Jumlah Penerima Beasiswa ADik Papua dan 3T
Gambar 8 Penyerahan Beasiswa Bidikmisi dan ADik di Lampung
d.Pemberian Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) Dewasa ini, kemajuan pembangunan membutuhkan kualifikasi yang semakin tinggi sehingga kebutuhan akan pendidikan tinggi juga semakin meningkat. Meskipun pertumbuhan partisipasi pendidikan tinggi terus meningkat, namun secara relatif APK pendidikan tinggi di Indonesia masih jauh tertinggal dibanding negara-negara tetangga. Mahalnya biaya pendidikan tinggi masih dirasa memberatkan masyarakat.
Salah satu upaya pemerintah dalam mengantisipasi mahalnya biaya pendidikan tinggi adalah menetapkan tidak ada kenaikan uang kuliah (SPP) dan menggunakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) pada perguruan tinggi negeri yang mulai berlaku mulai tahun akademik 2012/2013. Untuk mengatasi masalah tersebut serta untuk menjaga kelangsungan proses belajar mengajar di perguruan tinggi negeri sesuai dengan pelayanan
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
43
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
minimal, pemerintah meluncurkan program Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BO-PTN) dengan memberikan bantuan dana penyelenggaraan kepada perguruan tinggi negeri. Program BO-PTN bertujuan untuk menutupi kekurangan biaya operasional di perguruan tinggi. Bantuan operasional perguruan tinggi negeri yang selanjutnya disebut BO-PTN merupakan bantuan biaya dari Pemerintah yang diberikan pada
perguruan tinggi negeri untuk membiayai kekurangan biaya operasional sebagai akibat adanya batasan pada sumbangan pendidikan (SPP) di perguruan tinggi negeri. BO-PTN diperuntukkan bagi biaya operasional pendidikan termasuk untuk penelitian, yang langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan mutu lulusan namun terkendala jika seluruhnya dipungut kepada mahasiswa.
Tabel 17 Alokasi BOPTN
Tahun
Alokasi BOPTN Non Penelitian
Alokasi BOPTN Penelitian
Total BOPTN
2013
2.384.882.031.000
315.117.969.000
2.700.000.000.000
2014
3.017.994.757.000
180.281.050.000
3.198.275.807.000
2015
3.185.000.000.000
1.365.000.000.000
4.550.000.000.000
2016
3.185.000.000.000
1.365.000.000.000
4.550.000.000.000
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
e. Pembukaan Perguruan Tinggi Baru Dan Program Studi Baru
44
Perguruan tinggi merupakan bagian dari sistem pendidikan Nasional memiliki peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi sebuah lembaga pendidikan atau yang biasa disebut dengan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dan menjadi gerbang terakhir bagi generasi penerus pembangunan bangsa untuk menempuh jenjang pendidikan tertinggi. Keberadaan sebuah perguruan tinggi pada suatu daerah turut berperan dalam menentukan kemajuan suatu daerah, karena perguruan tinggi juga merupakan tempat untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menimba ilmu berbagai jenis ilmu pengetahuan yang diperlukan
untuk membangun daerah di mana perguruan tinggi tersebut berada. Keberadaan perguruan tinggi juga terbukti telah mampu meningkatkan jumlah angka partisipasi kasar (APK) ke perguruan tinggi, yang jika dikaitkan dengan semakin banyak jumlah warga negara yang menempuh jenjang pendidikan tinggi maka secara tidak langsung keberadaannya sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemajuan dan kemakmuran negara. Sampai tahun 2016 jumlah Perguruan Tinggi di bawah Kemenristekdikti mencapai 3.246 PT dan Program Studi mencapai 19.373.
Tabel 18 Pertumbuhan PT dan Prodi 2010 – 2016
TAHUN 2011
2012
2013
2014
2015
2016
Jumlah PTN
96
100
105
121
121
122
Jumlah PTS
2.849
2.910
2.966
3.089
3.106
3.124
Total PT
2.945
3.010
3.071
3.210
3.227
3.246
Jumlah Prodi
16.079
16.828
17.600
18.882
19.160
19.373
2. Persentase Lulusan Bersertifikat Kompetensi
Sertifikat kompetensi adalah dokumen pengakuan kompetensi atas prestasi lulusan yang sesuai dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi diluar program studinya. Mengukur lulusan perguruan tinggi yang lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan sertifikat kompetensi yang terstandar, lulusan perguruan tinggi Indonesia memiliki daya saing untuk masuk dalam pasar kerja Nasional, regional, ataupun internasional.
Tahun 2016 kita sudah memasuki era ASEAN Community yang mempunyai semangat kebersamaan berupa One Vision, One Identity, One Community. Pada era ASEAN Community, terbuka peluang pasar bebas dalam ketenagakerjaan. Hal itu ditandai salah satunya dengan adanya kesepakatan berupa Mutual Recognation Arrangement (MRA) terhadap beberapa profesi di wilayah ASEAN untuk dapat saling mengakui mampu bekerja di semua negara ASEAN. Pemberlakuan pasar bebas ASEAN (ASEAN Community) akan berakibat terjadinya peningkatan persaingan di bursa tenaga kerja. Hal itu, akan mempengaruhi banyak orang, terutama pekerja yang berkecimpung pada sektor keahlian khusus. Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya. Berbagai profesi tersebut sangat mungkin diisi oleh tenaga kerja asing yang notabene memiliki tingkat kompetensi lebih unggul. ASEAN Community di samping merupakan sebuah tantangan, pada dasarnya juga merupakan sebuah peluang. Sebagai sebuah tantangan, pasar bebas mengharuskan tenaga kerja Indonesia memiliki kompetensi unggul agar peluang kerja di Indonesia tidak dipenuhi oleh tenaga asing. Sementara itu, sebagai sebuah peluang pasar bebas ASEAN membuka akses pekerjaan yang lebih luas untuk tenaga kerja Indonesia yang berkompetensi unggul meraih pekerjaan di negaranegara ASEAN.
Berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan uji kompetensi, ada baiknya dicermati informasi yang diperoleh dari kegiatan studi banding Tim Direktorat Penjaminan Mutu ke Australia. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebagai berikut. Pertama, sistem uji kompetensi Nasional tidak ada di Australia. Tetapi perguruan tinggi menerapkan assessment ketat untuk memastikan lulusannya memenuhi standard professional yang telah di tetapkan oleh professional body. Kedua, terdapat batasan ratarata skore minimal SMU untuk dapat mendaftar menjadi mahasiswa perawat, bidan atau dokter untuk menjamin kesuksesan proses belajar. Ketiga, jumlah seat yang disediakan untuk pendidikan perawat dan bidan ditetapkan oleh pemerintah (kementerian kesehatan). Jumlah mahasiswa yang ditempatkan di rumah sakit sesuai dengan kesepakatan di RS dengan pertimbangan capaian kompetensi dan patient safety di rumah sakit. Hal-hal penting tersebut perlu mendapatkan perhatian sebagai bahan penetapan regulasi, khususnya berkaitan dengan pelaksanaan sistem uji kompetensi.
Pemberlakuan MEA menuntut lembaga pendidikan berbenah diri guna menyiapkan kualitas lulusan yang lebih baik. Dalam rangka mengupayakan tumbuhnya tenaga kerja Indonesia yang unggul dan kompetensi memerlukan keterlibatan perguruan tinggi. Perguruan tinggi harus mampu menghasilkan kualitas lulusan yang mampu menangkap peluang pasar bebas ASEAN. Kualitas lulusan ditandai dengan perolehan sertifikat sebagai pengakuan standar kompetensi yang dimiliki. Perolehan sertifikat tersebut melalui penyelenggaraan
Sebagaimana disebutkan di atas, jumlah lulusan yang bersertifikat kompentensi menjadi salah satu indikasi kualitas penyelanggaraan pembelajaran dan kemahasiswaan di perguruan tinggi. Oleh karena itu, pada Renstra Kemenristekdikti 2015–2019, lulusan bersertifikat kompetensi menjadi salah satu indikator pencapaian IKSS “Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Penetapan Persentase lulusan bersertifikat
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
uji kompetensi. Prosentase lulusan bersertifikat kompetensi merupakan indikator untuk mengukur lulusan perguruan tinggi yang lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan sertifikat kompetensi yang terstandar, lulusan perguruan tinggi Indonesia memiliki daya saing untuk masuk dalam pasar kerja Nasional, regional, ataupun internasional.
45
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Kemenristekdikti bersinergi dengan kementerian dan lembaga lain terus melakukan upaya untuk meningkatkan APK PT secara Nasional. Peningkatan APK PT menjadi salah satu indikator keberhasilan kebijakan pembangunan Nasional di bidang pendidikan. Dalam jangka menengah, APK PT di Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara lain di ASEAN, Asia, bahkan dunia.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
kompetensi merupakan indikator untuk mengukur lulusan perguruan tinggi yang lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan sertifikat kompetensi yang terstandar, lulusan perguruan tinggi Indonesia memiliki daya saing untuk masuk dalam pasar kerja nasional, regional, ataupun internasional. Pada tahun 2016 Kemenristekdikti baru melaksanakan Uji Kompetensi untuk enam profesi, yaitu: Dokter, Dokter Gigi, Perawat, Bidan, Ners, dan Guru. Pelaksanaan uji kompetensi untuk keenam pofesi tersebut sesuai dengan tuntutan pemberlakuan pasar bebas ASEAN membutuhkan tenaga kerja profesional yang memerlukan keahlian khusus, seperti dokter, dokter gigi, bidan, perawat, ners,
dan guru. Sejalan dengan hal itu, penyelenggaraan uji kompetensi dilaksanakan untuk keenam profesi tersebut. Harapannya, untuk waktu yang akan datang uji kompetensi juga dilaksanakan pada profesi-profesi yang lain sesuai tuntutan standardisasi dunia kerja. Jumlah total peserta uji kompetensi dari keenam profesi pada tahun 2016 sebesar 199.722. Dari jumlah total tersebut yang dinyatakan lulus sebesar 101.167 atau 50,65%. Persentase kelulusan tersebut merupakan hasil perhitungan rata-rata tingkat kelulusan dari keenam profesi. Masih rendahnya capaian persentase tingkat kelulusan profesi dipengaruhi oleh tingkat kelulusan tiga profesi, yakni: (a) bidan, (b) perawat, dan (c) ners. Tingkat kelulusan untuk ketiga profesi tersebut masih di bawah 60%. Sementara itu, untuk profesi dokter, dokter gigi, dan guru sudah mencapai di atas 60%
Tabel 19 Persentase Kelulusan Uji Kompetensi Enam Profesi Dokter
Dokter Gigi
No.
Jumlah
Metode CBT
Metode OSCE
Metode CBT
Metode OSCE
Ners
Bidan
Perawat
Guru
1
Peserta
14.334
9.870
2.381
2.012
39.084
75.950
53.591
2.500
2
Lulus
8.328
8.596
1.784
1.732
15.692
42.707
19.829
2.500
3
Persentase Kelulusan
58,10%
87,09%
74,93%
86,08%
40,15%
56,23%
37%
100%
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Ket : Metode CBT : Computer Based Test Metode OSCE : Objevtive Structured Clinical Examination
46
Pada tahun 2016 capaian persentase lulusan bersertifikat kompetensi masih belum memenuhi target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 60% berhasil terealisasi sebesar 50,65%. Dengan demikian persentase capaian kinerja pada tahun 2016 ini sebesar 83,38%. Jika dibandingkan dengan target pada periode sebelumnya, pada tahun 2016 capaiannya mengalami penurunan. Data tahun 2015 capaian persentase lulusan bersertifikat kompetensi sebesar 54,55%. Oleh karena IKSS ini baru ditetapkan pada tahun 2015, maka data pembanding capaian kinerja hanya tersedia untuk satu tahun sebelumnya. Dalam rencana strategis 2015-2019, target di akhir periode renstra, yakni tahun 2019, target untuk persentase lulusan bersertifikat kompetensi sebesar
75%. Sampai dengan tahun 2016 persentase lulusan bersertifikat kompetensi baru mencapai 50,65%. Dengan demikian, persentase capaian kinerja tahun 2016 dibandingkan dengan target pada akhir periode renstra sebesar 67,53%. Jumlah atau tingkat persentase lulusan bersertifikat kompetensi sangat dipengarui oleh jumlah peserta (lulusan) yang mengikuti kegiatan uji kompetensi pada tahun tersebut. Di samping itu, kualitas atau mutu lulusan juga berpengaruh pada persentase tingkat kelulusan uji kompetensi. Semakin tinggi kualitas atau mutu lulusan, maka semakin tinggi persentase kelulusan uji kompetensi. Kualitas dan mutu lulusan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah mutu atau kualitas PT/Prodi asal peserta. Data menunjukkan bahwa ada korelasi signifikan antara
Secara umum, kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan persentase lulusan bersertifikat kompetensi, di antaranya:
6) Perlu dicari format agar dapat menggabungkan penilaian uji teori dan uji praktik menjadi satu kesatuan. Saat ini proses dilakukan secara terpisah, artinya mahasiswa peserta ujian wajib lulus keduanya apabila dinyatakan kompeten.
1) objektivitas penilaian, khususnya pada ujian praktik; 2) keterbatasan tempat pelaksanaan uji kompetensi; 3) standarisasi soal uji praktik karena harus mempertimbangkan keberadaan sarana dan prasarana untuk ujian praktik; 4) ketersediaan bahan ujian praktik. Untuk mengatasi kendala-kendala dilakukan kegiatan di antaranya:
tersebut
1) Menambah jumlah penguji eksternal dari luar Institusi Pendidikan Dokter Gigi (IPDG) untuk menjadi penguji Objevtive Structured Clinical Examination (OSCE) agar proses ujian dapat lebih obyektif; 2) Perlu investasi pembelian alat dan bahan yang dipergunakan untuk uji kompetensi di pusat, dan disimpan untuk ujian berikutnya (dapat dipergunakan terus menerus walaupun bahan kemungkinan sudah expired karena tidak dipergunakan ke manusia hanya pada manequin (dental panthom); 3) Proses penetapan kepanitiaan uji kompetensi di bawah koordinasi dan supervisi Kemenristekdikti; 4) Kepanitiaan Nasional agar membuat tim kreatif yang dapat menghasilkan materi atau bahan uji yang benar-benar dapat di buat di pusat (center), hal ini ditujukan agar penyediaan bahan-bahan untuk uji praktik (OSCE) dapat disediakan oleh panitia pusat. Tujuannya adalah dengan proses ini proses uji praktik tidak dapat ditebak oleh IPDG, sehingga ujian akan menjadi lebih obyektif. Untuk memenuhi hal ini maka dibutuhkan support pembiayaan untuk investasi pengadaan alat dan bahan yang di inventarisir oleh panitia pusat dengan baik;
Untuk meningkatkan pencapaian target persentase Lulusan Bersertifikat Kompetensi, diinisiasi kegiatankegiatan sebagai berikut :
a. Uji Kompetensi Dokter Dokter sebagai pelaku pelayanan kesehatan utama harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang handal serta memiliki integritas etika/moral untuk mendukung terwujudnya pelayanan kedokteran bermutu. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dokter yang profesional maka proses pendidikan menjadi faktor yang sangat menentukan. Untuk menjamin mutu lulusan program pendidikan dokter di Indonesia harus sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) sebagaimana amanat UU RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan UU RI No. 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran. Institusi pendidikan kedokteran patut menerapkan standar sesuai dengan standar pendidikan profesi dokter Indonesia dalam menyelenggarakan pendidikan kedokteran secara komprehensif melalui berbagai proses. Proses tersebut antara lain proses seleksi mahasiswa, penyusunan kurikulum berbasis kompetensi, penentuan materi pembelajaran, desain proses dan metode pembelajaran, desain evaluasi pembelajaran, penyediaan dan pengelolaan sumber daya serta penjaminan mutu. Di akhir proses program pendidikan kedokteran dilakukan uji kompetensi mahasiswa yang bersifat Nasional untuk memperoleh sertifikat profesi dari institusi pendidikan sesuai UU Pendidikan Kedokteran sekaligus direkognisi sebagai Uji Kompetensi Dokter Indonesia untuk memperoleh sertifikat kompetensi dari organisasi profesi dalam hal ini Kolegium sesuai UU Praktik Kedokteran dan Perkonsil No.1 Tahun 2010. Peserta Uji Kompetensi Dokter pada tahun 2016 disajikan pada gambar berikut.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
5) Dukungan pembiayaan untuk pembelian investasi awal materi/bahan ini tidak dimasukkan dalam pembiayaan operasional yang didapat dari biaya peserta, namun dari Kemenristekdikti;
47
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
peringkat akreditasi prodi dan jumlah persentasi kelulusan peserta uji kompetensi. Prodi terakreditasi baik/unggul menghasilkan persentase lulusan uji kompetensi tinggi.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Tabel 20 Peserta Uji Kompetensi Dokter
Keterangan
Metode CBT
Metode OSCE
Peserta
14.334
9.870
Lulus
8.328
8.596
Persentase Lulus
58,10%
87,09%
Grafik 7 Trend Kelulusan Uji Kompetensi Dokter
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
b. Uji Kompetensi Dokter Gigi
48
Penyelenggaraan Uji Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (UKDGI), pertama kali diselenggarakan pada tanggal 3-4 April 2007 sebagai wujud pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Kolegium Dokter Gigi Indonesia (KDGI) yang menurut undang-undang
tersebut merupakan institusi penerbit Sertifikat Kompetensi, menjadi penyelenggara Uji Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (UKDGI) dengan dibantu oleh Institusi Pendidikan Dokter Gigi (IPDG) di seluruh Indonesia. Peserta Uji Kompetensi Dokter Gigi pada tahun 2016 disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 21 Peserta Uji Kompetensi Dokter Gigi
Keterangan
Metode CBT
Metode OSCE
Peserta
2.381
2.012
Lulus
1.784
1.732
Persentase Lulus
74,93%
86,08%
Tenaga kesehatan adalah salah satu faktor terpenting dalam mendukung fungsi sistem pelayanan kesehatan. Dibutuhkan tenaga kesehatan yang kompeten dan berdedikasi dalam jumlah dan sebaran yang baik untuk dapat menjalankan peran dan fungsinya secara optimal. Peningkatan kualitas pendidikan tenaga kesehatan adalah salah satu langkah strategis untuk meningkatkan ketersediaan tenaga kesehatan berkualitas dan memiliki kompetensi yang relevan untuk menjalankan sistem pelayanan kesehatan. Salah satu upaya untuk mendorong percepatan peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan tenaga kesehatan adalah dengan meningkatkan kendali mutu lulusan pendidikan. Uji kompetensi Nasional adalah salah satu cara efektif untuk meningkatkan proses pendidikan dan menajamkan pencapaian relevansi kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang diperlukan masyarakat. Tujuan dari uji kompetensi sesuai
Peraturan Menristekdikti No. 12 Tahun 2016 tentang Tatacara Pelaksanaan Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan adalah mencapai standar kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja. Pengakuan kompetensi harus didasarkan pada penguasaan lulusan terhadap kompetensi lulusan yang relevan dengan kompetensi kerja untuk dapat menjamin keselamatan pasien dalam praktik. Selain hal tersebut, uji kompetensi nasional dapat dijadikan sebagai bagian dari penjaminan mutu pendidikan. Uji Kompetensi telah dilakukan mulai Tahun 2013 oleh Majelis Tenaga Kesehatan, namun mulai Tahun 2014 Uji kompetesi dilakukan oleh perguruan tinggi bersama organisasi profesi yang dipayungi oleh Surat Keputusan Bersama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Kesehatan. Sejak Tahun 2015 Uji Kompetensi Nasional tenaga kesehatan dilakukan oleh Panitia Nasional yang anggotanya terdiri unsur perguruan tinggi dan organisasi profesi.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
c. Uji Kompetensi Profesi Ners, D3 Kebidanan dan D3 Keperawatan
49
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Grafik 8 Trend kelulusan Uji Kompetensi Dokter Gigi
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Grafik 9 Perkembangan Peserta Uji Kompetensi Ners, Perawat, dan Bidan
Di samping upaya di atas, hal penting yang perlu dilakukan adalah peningkatan mutu dan akreditasi prodi, utamanya prodi kebidanan, perawat, dan ners. Hal itu dengan pertimbangan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara peringkat akreditasi prodi dengan tingkat kelulusan peserta uji kompetensi.
Semakin baik peringkat akreditasi prodi, semakin tinggi tingkat kelulusan uji kompetensi pada prodi tersebut. Tabel berikut contoh korelasi antara Peringkat Akreditasi dan Tingkat Kelulusan peserta Uji Kompetensi Profesi Perawat.
Tabel 22 Peringkat Akreditasi dengan Tingkat Kelulusan Peserta Uji Komptensi Perawat
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Akreditasi
50
NEGERI Jumlah Prodi Jumlah Peserta
SWASTA % Lulus
Jumlah Prodi Jumlah Peserta
% Lulus
A
2
192
85%
-
-
-
B
47
4.992
71%
108
9.398
64%
C
16
1.495
24%
240
18.053
39%
TT
4
388
22%
28
1.833
29%
Keterangan : Skala Nilai Akhir Akreditasi: (0 – 400) A: (361 – 400) B: (301 – 360) C: (201 – 300) Tidak Terakreditasi (TT) : (< 201)
3. Jumlah Prodi Terakreditasi Unggul
Salah satu penilaian mutu perguruan tinggi adalah peringkat akreditasi setiap program studi yang ada di PT bersangkutan. Dengan demikian, peringkat akreditasi program studi mencerminkan kualitas sebuah perguruan tinggi. Oleh karena itu, menjadi kewajiban Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk mengawal peningkatan prodi menjadi unggul dan menjadikan peningkatan jumlah prodi unggul menjadi salah satu indikator sasaran strategisnya. Upaya berkelanjutan dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas dari program studi dan perguruan tinggi yang memegang peranan penting sebagai komponen utama dalam sistem pembelajaran pada suatu perguruan tinggi. Jumlah Prodi terakreditasi unggul merupakan indikator untuk mengukur kinerja program studi yang telah terakreditasi minimal B dan telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh BAN-PT dan
Berkaitan dengan pelaksanaan akreditasi program studi, ada baiknya dicermati hasil studi banding pelaksanaan akreditasi perguruan tinggi di Australia. Perizinan dan akreditasi perguruan tinggi di Australia dilakukan oleh lembaga independen TEQSA (Tertiary Education Quality and Standards Agency). Mekanisme akreditasi tingkat perguruan tinggi dan program studi dilakukan oleh perguruan tinggi secara mandiri, oleh professional body dan oleh TEQSA. TEQSA bertindak sebagai koordinator untuk memastikan bahwa terdapat standard penilaian yang serupa antar berbagai professional body yang melakukan akreditasi dan universitas yang self accredited. Perguruan tinggi mematuhi apa yang menjadi standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh professional body (contohnya nursing and midwifery board, medical council of Australia, and dental council of Australia) dan standard pendidikan dan akreditasi yang ditetapkan oleh TEQSA. Pada tahun 2016 capaian jumlah prodi terakreditasi unggul masih belum memenuhi target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 12.000 berhasil terealisasi sebesar 11.190. Dengan demikian persentase capaian kinerja pada tahun 2016 ini sebesar 93,25%. Jika dibandingkan dengan target pada periode sebelumnya, pada tahun 2016 capaian prodi terakreditasi unggul mengalami peningkatan. Data tahun 2015 capaian prodi unggul sebesar 9.325 dan tahun 2014 sebesar 7.389.
Tabel 23 Jumlah Prodi Terakreditasi Peringkat Unggul Tahun 2012 – 2016
Tahun
Akreditasi A
Akreditasi B
Total
2012
655
2.243
2.898
2013
1.042
4.081
5.123
2014
1.425
5.964
7.389
2015
1.845
7.480
9.325
2016
2.356
8.834
11.190
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Program studi merupakan kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik, pendidikan profesi, dana/atau pendidikan vokasi. Sebagai kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran, UU Dikti mengamanatkan bahwa program studi dapat diselenggarakan atas izin Menteri bila telah memenuhi persyaratan minimum akreditasi dan wajib diakreditasi ulang saat jangka waktu akreditasinya berakhir.
Lembaga Akreditasi Mandiri lainnya dengan merujuk pada standar Nasional pendidikan tinggi. Kriteria prodi unggul adalah Prodi tersebut sudah mendapatkan akreditasi “baik” dan “sangat baik” dari BAN-PT dan Lembaga Akreditasi Mandiri. Hal itu berarti bahwa Standar Mutu Perguruan Tinggi tersebut sudah dapat melampaui Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
51
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Global Competitiveness Index (GCI) Indonesia salah satunya ditopang oleh faktor perbaikan sejumlah indikator pendidikan, terutama keberhasilan dalam memperluas kesempatan pendidikan untuk memacu daya saing secara global, di antaranya dapat dengan cara memperbaiki sistem pelayanan pendidikan agar semakin banyak perguruan tinggi Indonesia yang masuk ke peringkat tinggi di dunia. Untuk dapat masuk ke peringkat dunia, salah satu indikatornya adalah program studi (prodi) yang unggul.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Total capaian prodi unggul tahun 2016 sebanyak 11.190 dari target 12.000 atau 93,25%. Secara akumulasi jumlah prodi unggul meningkat setiap tahun. Namun, jumlah Prodi terakreditasi unggul masih belum dapat mencapai target yang ditentukan
Tabel 24 Total Prodi Berdasarkan Peringkat dan Jenjang
Akreditasi A
B
C
Total Terakreditasi
Vokasi
223
1.580
2.184
3.987
1.945
S1 (Sarjana)
1.434
5.766
5.154
12.354
4.459
S2 (Magister)
475
1.196
426
2.097
1.117
S3 (Doktor)
175
215
60
450
267
Profesi
49
77
33
159
405
Spesialis
0
0
0
0
292
Total
2.356
8.834
7.857
19.047
8.485
Jenjang
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Dalam rencana strategis 2015-2019, target yang ditetapkan pada akhir periode tahun 2019, untuk Program Studi Terakreditasi Unggul sebesar 15.000. Sampai dengan tahun 2016 jumlah Program Studi Terakreditasi unggul sebesar 11.190, atau persentase capaian tahun 2016 dibandingkan dengan target akhir periode Renstra sebesar 74, 6%.
52
dalam Rencana Strategis Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Meskipun belum memenuhi target, jika dibandingkan dengan tahun 2015, jumlah prodi terakreditasi unggul tahun 2016 mengalami peningkatan.
Salah satu faktor yang menyebabkan belum tercapainya target jumlah prodi terakreditasi unggul pada tahun 2016 adalah proses akreditasi yang dilaksanakan oleh BAN PT sebagai lembaga mandiri dan independen. Jumlah prodi yang mengusulkan akreditasi setiap tahun tidak seimbang dengan kemampuan melaksanakan proses penilaian akreditasi. Pada tahun 2016 jumlah prodi yang mengusulkan akreditasi sebesar 3.800, sementara proses akreditasi baru menjangkau sebesar 1.800 prodi. Oleh karena itu, rintisan pembentukan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) harus terus diupayakan, agar proses akreditasi program studi dapat menjangkau jumlah yang lebih banyak dan merata secara Nasional. Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan jumlah Prodi terakreditasi unggul, di antaranya: a. jumlah prodi yang mengusulkan akreditasi setiap tahun tidak seimbang dengan kemampuan melaksanakan proses penilaian akreditasi. Pada tahun 2016 jumlah prodi yang mengusulkan akreditasi sebesar 3.800, sementara proses akreditasi baru menjangkau sebesar 1.800 prodi.
Total TT
(Tidak Terakreditasi)
b. implementasi sistem penjaminan mutu internal di perguruan tinggi atau program studi yang belum optimal. c. keterbatasan sumber dana dalam pemenuhan standar operasional penyelenggaraan prodi. d. keterbatasan dalam implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal di PT dan Prodi. Untuk mengatasi permasalahan dalam upaya meningkatkan jumlah Prodi terakreditasi unggul, dilakukan upaya di antaranya: a) rintisan pembentukan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) terus diupayakan, agar proses akreditasi program studi dapat menjangkau jumlah yang lebih banyak dan merata secara Nasional. b) meningkatkan program pembinaan bagi perguruan tinggi atau program studi yang diarahkan untuk membangun dan mengimplementasikan sistem penjaminan mutu internal di perguruan tinggi atau program studi c) penyediaan bantuan/hibah Program Bantuan Operasional Proses Akreditasi (PBOPA) yang kompetitif dan afirmatif. d) mendorong, meningkatkan, dan mengembangkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi di Indonesia melalui penataan regulasi, fasilitasi
a. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi. Sasaran pemberian hibah pengembangan kurikulum ini adalah program studi di perguruan tinggi yang telah melakukan upaya dan tindakan nyata dalam merekonstruksi kurikulum program studinya namun masih memerlukan bantuan untuk penyempurnaan serta proses implementasinya. b. Pelatihan Calon Pelatih SPMI. Pelatihan calon pelatih SPMI perguruan tinggi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tentang penerapan SPMI. Selanjutnya untuk dapat diterapkan secara menyeluruh sehingga dapat terwujud keluaran yang maksimal untuk proses Akreditasi prodi tersebut. Selain itu, menghasilkan dan memenuhi kebutuhan Pelatih SPMI perguruan tinggi khususnya pelatih untuk kegiatan diseminasi SPMI. Diharapkan agar tersedia sumber daya manusia, narasumber, atau pelatih SPMI yang berkedudukan di 14 wilayah Kopertis dengan maksud untuk memudahkan penyebaran dan pengawasan implementasi sistem penjaminan mutu internal di wilayah masing-masing. c. Pelatihan Calon Pelatih Audit Internal. Audit mutu internal merupakan salah satu cara atau metode untuk mendapatkan cara-cara peningkatan dengan mengevaluasi bagaimana dan sejauh mana pelaksanaan standar pendidikan tinggi sudah dilakukan secara efektif dan efisien. Audit mutu internal terhadap mutu pendidikan tinggi menggunakan kriteria Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) yang terdiri atas Standar Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dan Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP mencakup 8 (delapan) standar. Untuk semakin menjamin mutu pelaksanaan audit internal di masingmasing perguruan tinggi, maka diperlukan adanya para auditor mutu internal yang bermutu. Audit mutu internal perguruan tinggi juga digunakan untuk persiapan akreditasi atau sertifikasi yang dilakukan oleh BAN-PT atau lembaga akreditasi lain baik Nasional maupun internasional.
e. Klinik Layanan SPMI. Klinik SPMI ini merupakan layanan untuk masyarakat (khususnya entitas perguruan tinggi) agar lebih memahami SPMI dan SPM-Dikti, serta yang lebih penting lagi adalah meningkatkan kesadaran untuk membangun budaya mutu. Klinik SPMI memberikan layanan informasi berupa FAQ (Frequently Asked Questions) melalui sarana online maupun offline dan interaktif tentang bagaimana membangun budaya mutu di perguruan tinggi, serta memberikan usulan solusi yang efektif terhadap segala tantangan yang dihadapi dalam mengakarkan budaya mutu pendidikan tinggi.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Untuk meningkatkan jumlah prodi terakreditasi unggul, diselenggarakan kegiatan-kegiatan antara lain:
d. Pendampingan Audit Internal PTN Baru/PTS. Dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas PTN baru dan juga perguruan tinggi swasta dalam menerapkan SPMI khususnya kemampuan audit mutu maka diberikan pendampingan/bimbingan pelaksanaan audit mutu kepada PTN baru dan perguruan tinggi swasta. Pada tahun 2016, telah diberikan pendampingan audit mutu internal kepada 5 (lima) PTN Baru dan 2 (dua) perguruan tinggi swasta.
4. Jumlah Mahasiswa Peraih Medali Emas Tingkat Nasional dan Internasional
53
Prestasi mahasiswa juga menjadi salah satu indikator penilaian dalam penentuan akreditasi perguruan tinggi. Jumlah prestasi yang diperoleh mahasiswa menunjukkan kualitas suatu perguruan tinggi. Hal itulah yang mendasari dijadikannya jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat Nasional dan internasional sebagai indikator kinerja sasaran stratgeis “Meningkatnya kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan di perguruan tinggi”. Jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat Nasional dan internasional merupakan indikator untuk mengukur kualitas dan kiprah civitas akademika atau sumber daya manusia perguruan tinggi di kancah Nasional dan Internasional dalam bentuk prestasi baik sains, olah raga dan seni. Dalam pengembangan minat, bakat, penalaran dan kreativitas serta organisasi kemahasiswaan tahun 2016 telah melakukan berbagai program/kegiatan antara lain pelatihan karakter kepemimpinan, kreativitas, olah raga dan seni.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
dalam bentuk sosialisasi, workshop, pelatihan, bimbingan teknis, maupun bantuan dana, sistem informasi, dan program pengembangan, yang dilaksanakan secara terintegrasi, sistemik, komprehensif, dan terus menerus.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
54
Pada tahun 2016 target jumlah Mahasiswa Peraih Medali Emas Tingkat Nasional dan Internasional sebesar 390, sementara realisasinya 530, berarti persentase capaian sebesar 135,89%. Dengan demikian capaian 2016 melebihi target yang ditetapkan. Tabel 25 Perolehan Medali Emas Nasional dan Internasional
No
Nama Kegiatan
Jumlah Medali
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
ASEAN University Game Sukmalindo Peksiminas Pesparawi NUDC Mawapres On MIPA Kontes Robot Pimnas Mobil Hemat Energi Gemastik
33 3 17 41 32 64 16 2 42 10 10
12
Kegiatan Lain yang Bersifat Nasional dan Internasional di masing-masing Perguruan Tinggi
250
Jumlah Total
530
2.356
Perolehan emas tahun 2016 ini, disamping kegiatan yang dilaksanakan oleh Kemenristekdikti juga kegiatan yang dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi dalam berbagai event baik di tingkat Nasional maupun internasional. Jika dibandingkan dengan tahun 2015, jumlah perolehan medali emas mengalami penuruan, dari jumlah 720 menjadi 530. Penurunan jumlah ini dikarenakan belum semua PT di Indonesia melaporkan medali emas yang diperoleh para mahasiswa yang mengikuti perlombaan atau kompetisi di tingkat Nasional maupun internasional dengan fasilitasi dari PT masing-masing atau lembaga lain di luar Kemenristekdikti. Data perolehan emas ini merupakan sebagian kecil dari aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi, tidak semua perguruan tinggi memberikan data secara lengkap. Dalam rencana strategis 2015-2019, target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk Jumlah Mahasiswa Peraih Medali Emas Tingkat Nasional dan Internasional sebesar 420 mahasiswa. Sampai dengan tahun 2016 jumlah Mahasiswa Peraih Medali Emas Tingkat Nasional dan Internasional sebesar 530, berarti persentase capaian sebesar 126,19%.
Faktor yang mendukung keberhasilan pencapaian target tersebut antara lain adalah kemudahan akses bagi mahasiswa dari seluruh PT di Indonesia untuk mengikuti event-event lomba dan kompetisi tingkat Nasional maupun internasional. Adanya dukungan dari dunia usaha dan dunia industri dalam memfasilitasi hasil inovasi dan kreasi mahasiswa juga menjadi faktor pendukung keberhasilan meningkatkan perolehan medali emas di tingkat Nasional dan internasional. Di samping itu, juga terus berupaya menyediakan sarana dan prasarana untuk mewadahi daya nalar dan kreativitas serta minat-bakat mahasiswa di berbagai bidang. Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat Nasional dan internasional, di antaranya: a. Disparitas prestasi antara PT di wilayah barat dan timur b. Mahasiswa dari PT wilayah timur belum mampu berkompetisi dengan mahasiswa dari PT di wilayah barat
e. Keterbatasan untuk mengakses perlombaan di tingkat internasional f.
kegiatan/
Keterbatasan SDM di PT dalam pembinaan dan pembimbingan mahasiswa untuk mengikuti kompetisi (Nasional dan internasional)
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dilakukan upaya di antaranya: a. Penyelenggaran event/perlombaan dengan mempertimbangkan sebaran wilayah secara proporsional b. Penyelenggaraan kompetisi tingkat wilayah perlu diperbanyak dan diperluas cakupannya c. Jenis perlombaan/kompetisi humaniora perlu ditingkatkan
bidang
sosial
d. Sinergi dengan dunia usaha dan dunia industri dalam pemanfaatan hasil perlombaan/kompetisi melalui tindak lanjut hasil temuan/inovasi e. Pemanfaatan jejaring dan teknologi untuk meningkatkan akses mengikuti perlombaan di luar negeri f.
Melibatkan ahli dan praktisi dari dunia usaha dan industri untuk membina dan membimbing mahasiswa mengikuti kompetisi
Untuk mendukung pencapaian target jumlah perolehan medali emas di tingkat Nasional dan internasional, telah diselenggarakan beberapa kegiatan sebagai berikut. a. Peksiminas. Peksiminas bertujuan untuk meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler kemahasiswaan di Perguruan Tinggi melalui minat, bakat dan kemampuan para mahasiswa khususnya dibidang seni. Peksiminas dapat meningkatkan dan mengembangkan apresiasi seni di kalangan mahasiswa untuk memperkaya seni dan memperkuat daya saing bangsa. Melalui Peksiminas dapat menjalin kerjasama antarmahasiswa dari berbagai daerah untuk mempererat rasa persaudaraan dalam rangka keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
c. SUKMALINDO (Sukan Malaysia-Indonesia). Pertandingan persahabatan olahraga antara dua negara, Indonesia dan Malaysia (SUKMALINDO) untuk mempererat tali persaudaraan dan persahabatan mahasiswa antara dua negara yang serumpun. Hal ini penting dilakukan sebagai bagian dari mewujudkan MEA. Kegiatan Sukmalindo dapat meningkatkan pemahaman dan persepsi mahasiwa untuk menjadi generasi muda yang unggul demi kemajuan negara dan bangsanya masing-masing. d. ASEAN University Games/ POM ASEAN. POM ASEAN merupakan ajang kompetisi multievent antar mahasiswa sebagai perwujudan semangat kebersamaan dan persahabatan sesama mahasiswa di kawasan Asia Tenggara. Keikutertaan dalam POM ASEAN/AUG merupakan partisipasi Indonesia sebagai anggota dari AUSC. POM ASEAN/AUG diselenggarakan 2 (dua) tahun sekali dengan tuan rumah secara bergantian. e. Debat Bahasa Inggris (NUDC). Kegiatan Debat Bahasa Inggris bertujuan untuk: (a) meningkatkan daya saing mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi melalui media debat ilmiah; (b) meningkatkan kemampuan bahasa Inggris lisan, dan menciptakan kompetisi yang sehat antar mahasiswa, (c) meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, sehingga mahasiswa mampu bersaing di tingkat Nasional maupun internasional, (d) mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat secara logis dan sistematis, dan (e) memperkuat karakter mahasiswa melalui pemahaman akan permasalahan Nasional dan internasional beserta alternatif pemecahannya melalui kompetisi debat.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
d. Kurangnya sinergi dengan dunia usaha dan dunia industri dalam pemanfaatan hasil perlombaan/ kompetisi (temuan dan inovasi)
b. Pekan Seni Gerejawi Kristiani (Pesparawi). Pesparawi diselenggarakan untuk mewadahi aktivitas kerohanian mahasiswa Kristiani. Hal itu dengan pertimbangan bahwa paduan suara mempunyai peran penting dalam ritual gereja (Tata Ibadah Gereja). Di samping sebagai kegiatan kompetisi, Pesparawi menjadi bagian dari pembinaan dan peningkatan keimanan para pemeluk agama Kristen. Kegiatan Pespawari dapat memancarkan nilai-nilai kebersamaan dan tali persaudaraan terhadap sesama umat manusia di tengah-tengah kebhinekaan dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
55
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
c. Jenis perlombaan/kompetisi lebih banyak mengakomodasi bidang sains dan teknologi
f.
Olimpiade Matematika dan IPA (ON-MIPA). Kegiatan Olimpiade Nasional MIPA-PT bertujuan untuk: a) mendorong peningkatan kemampuan akademik dan memperluas wawasan mahasiswa; b) mendorong mahasiswa untuk lebih mencintai bidang Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi; c) mendorong peningkatan kualitas dan memperluas wawasan staf pengajar; d) memberikan masukan untuk perbaikan pembelajaran di perguruan tinggi, khususnya dalam bidang Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi; e) Menjadi sarana promosi dan meningkatkan daya tarik Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi di tengah-tengah masyarakat.
g. Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres). Kegiatan Mawapres bertujuan untuk: (a) memilih dan memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang meraih prestasi tinggi; (b) memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler sebagai wahana menyinergikan hard skills dan soft skills mahasiswa; dan (c) mendorong perguruan tinggi untuk mengembangkan budaya akademik yang dapat memfasilitasi mahasiswa mencapai prestasi yang membanggakan secara berkesinambungan.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Gambar 9 Kegiatan NUDC Tahun 2016 di UMB Jakarta
Gambar 10 Kegiatan Mawapres Tahun 2016
56
Di samping kegiatan berskala Nasional yang dilaksanakan oleh Kemenristekdikti dan oleh tiaptiap PT, juga terus diupayakan penyertaan mahasiswa Indonesia mengikuti kegiatan olahraga di luar negeri. Kompetisi antar mahasiswa melalui olahraga pada tingkat internasional merupakan bentuk aktifitas yang cukup strategis untuk meningkatkan daya saing bangsa, sekaligus untuk mempererat persahabatan sesama mahasiswa dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia. Penyertaan mahasiswa Indonesia dalam mengikuti event internasional harus melalui organisasi Bapomi (Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia).
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
h. PKM dan PIMNAS. PIMNAS merupakan tahap terakhir dari pelaksanaan kegiatan PKM dan sebagai wadah bagi mahasiswa untuk saling berkomunikasi melalui produk kreasi intelektual berskala Nasional. Mahasiswa peserta PIMNAS diharapkan dapat memperoleh manfaat yang besar bagi peningkatan kreativitas di dalam bidang ilmunya masing-masing. Oleh karena itu, selama PIMNAS berlangsung para mahasiswa dituntut agar mampu menunjukkan level tertinggi kreativitas dan kemanfaatan produk intelektualnya. Dengan demikian, kritik, saran dan pujian yang diperoleh akan menjadi komponen penting bagi mahasiswa dalam upayanya meningkatkan kinerja akademik di kemudian hari.
57
5. Persentase Lulusan Yang Langsung Bekerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menjadikan persentase lulusan yang langsung bekerja menjadi salah satu indikator sasaran strategis “Meningkatnya kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan di PT”. Persentase lulusan yang langsung bekerja merupakan indikator untuk mengukur tingkat penyerapan dunia kerja terhadap lulusan perguruan tinggi. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, postur tenaga kerja Indonesia, yakni: (a) pekerja lulusan Sekolah Dasar (SD) ke bawah berjumlah sebesar 54 juta orang (47,1%) atau hampir setengah dari total pekerja sebesar 114,6 juta orang; (b) pekerja lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat sebesar 20,3 juta orang (17,7%); dan (c) pekerja lulusan
Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat sebesar 29,1 juta orang (25,4%). Jumlah paling rendah ditemui pada pekerja lulusan perguruan tinggi, dengan rincian sejumlah 8,2 juta orang (7,1%) lulusan sarjana dan sejumlah 2,9 juta orang (2,5%) lulusan diploma. Data ini menegaskan bahwa jumlah tenaga kerja lulusan perguruan tinggi masih relatif rendah. Kemampuan PT menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi unggul merupakan salah satu ukuran keberhasilan PT. Keberhasilan pendidikan tinggi adalah aspek relevansi. Oleh karena itu, perguruan tinggi dituntut mampu menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing dan siap berkiprah dalam pembangunan. Daya saing lulusan yang ditunjukkan melalui masa tunggu mendapatkan pekerjaan pertama, keberhasilan
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Gambar 11 Kegiatan PIMNAS 2016 di IPB
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
58
lulusan berkompetisi dalam seleksi, dan gaji yang diperoleh. Relevansi (kesesuaian) pendidikan lulusan ini ditunjukkan melalui profil pekerjaan (macam dan tempat pekerjaan), relevansi pekerjaan dengan latar belakang pendidikan, manfaat mata kuliah yang diprogram dalam pekerjaan, saran lulusan untuk perbaikan kompetensi lulusan. Selain itu, relevansi pendidikan juga ditunjukkan melalui pendapat pengguna lulusan tentang kepuasan pengguna lulusan, kompetensi lulusan dan saran lulusan untuk perbaikan kompetensi lulusan. Seberapa besar lulusan perguruan tinggi mampu berkiprah dalam pembangunan sesuai relevansi pendidikannya dapat dilakukan upaya penelusuran terhadap lulusannya (Tracer Study). Tracer Study merupakan pendekatan yang memungkinkan institusi pendidikan tinggi memperoleh informasi tentang kekurangan yang mungkin terjadi dalam proses pendidikan dan proses pembelajaran dan dapat merupakan dasar untuk perencanaan aktivitas untuk penyempurnaan di masa mendatang. Hasil Tracer Study dapat digunakan perguruan tinggi untuk mengetahui keberhasilan proses pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didiknya. Bahkan dalam program hibah kompetisi maupun akreditasi selalu mempersyaratkan adanya data hasil Tracer Study tersebut melalui parameter masa tunggu lulusan, persen lulusan yang sudah bekerja, dan penghasilan pertama yang diperoleh. Tracer Study adalah studi pelacakan jejak lulusan/ alumni yang dilakukan paling cepat 2 tahun setelah lulus. Tracer Study yang dilakukan dalam menghitung masa tunggu lulusan perguruan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan pertama. Untuk tahun 2015 adalah hasil survei mahasiswa yang lulus pada tahun 2013. Demikian juga untuk tahun 2016, data diambil dari survei lulusan tahun 2014. Hasil Tracer Study pada tahun 2016 sudah masuk 7.160 alumni tahun 2014 sebagai responden dari 570 institusi, dengan masa tunggu lulusan adalah rata-rata 2,8 bulan. Persentase lulusan yang langsung bekerja dengan kriteria mendapat pekerjaan di bawah 6 bulan diperoleh dari hasil penelusuran lulusan untuk lulusan/alumni tahun 2014 sebanyak 5,084 alumni atau sebesar 71%. Pada tahun 2016 target persentase lulusan yang langsung bekerja sebesar 60%, sementara realisasinya 71%. Dengan demikian, persentase capaian tahun 2016 sebesar 117,35%. Jika dibandingkan dengan target pada periode sebelumnya, pada tahun 2016 capaian persentase lulusan yang langsung berkerja mengalami peningkatan. Data tahun 2015 capaian lulusan yang langsung bekerja sebesar 50% dari target yang ditetap
sebesar 50%. Dalam rencana strategis 2015-2019, target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk persentase lulusan yang langsung bekerja sebesar 90%. Sampai dengan tahun 2016 jumlah persentase lulusan yang langsung bekerja sebesar 71%. Dengan demikian, capaian kinerja lulusan yang langsung bekerja tahun 2016 dibandingkan dengan target pada periode akhir Renstra tahun 2019 sebesar 78,89%. Keberhasilan capaian jumlah persentase lulusan yang langsung bekerja sangat dipengaruhi oleh ketersediaan data tentang jumlah lulusan hasil penelusuran alumni (Tracer Study) yang dilakukan oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, pembaruan data yang valid tentang jumlah lulusan yang sudah bekerja melalui kegiatan penelusuran alumni (Tracer Study) seluruh PT di Indonesia terus dioptimalkan dan dilakukan secara berkelanjutan. Harapannya, data hasil penelusuran alumni dapat menggambarkan jumlah lulusan PT di seluruh Indonesia. Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan persentase lulusan yang langsung bekerja, di antaranya: a. Masih kurangnya sosialisasi kepada perguruan tinggi mengenai pentingnya membangun pusat karir dan melakukan Tracer Study; b. Keterbatasan infrastruktur dan fasilitas komunikasi pada beberapa perguruan tinggi di wilayah Indonesia timur sehingga mereka kesulitan melakukan Tracer kepada alumninya; c. Tidak semua Perguruan Tinggi memiliki pusat karir dan tidak melakukan kegiatan Tracer Study; d. Pelaksanaan Tracer Study umumnya masih terkendala di sisi kebutuhan, sumber daya dan metodologi dalam pelaksanaannya. Seringkali Tracer Study dilakukan oleh perguruan tinggi hanya karena kebutuhan akan akreditasi, sehingga pelaksanaannya tidak dilakukan secara rutin. Selain itu, sumber daya pelaksana Tracer Study umumnya masih dianggap kurang memadai dan hal ini disertai dengan kesulitan dalam menerapkan metodologi yang tepat dalam pelaksanaannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa kebijakan yang dilaksanakan adalah : a. Meningkatkan intensitas kerjasama dengan penanggung jawab PD-Dikti, menambah jumlah kerja sama dengan berbagai instansi lainnya dalam
c. Untuk keperluan sosialisasi dan lebih mengenalkan Sindikker ke stakeholder, telah dibuat leaflet yang ringkas, menarik, dan informatif yang dapat memberikan simpulan makna dari informasi dan data yang ada pada Sindikker; d. Mensosialisasikan pentingnya pusat karir dan Tracer Study ke perguruan tinggi baik negeri maupun swasta; e. Menambah atau meningkatkan anggaran sehingga yang mendapatkan hibah dana untuk kegiatan pusat karir dan Tracer Study; f.
Membangun infrastruktur dan fasilitas komunikasi di beberapa perguruan tinggi yang
g. Mengingatkan beberapa perguruan tinggi yang kurang memiliki data alumninya; Meningkatkan kegiatan sosialisasi oleh tim pusat karir dan Tracer Study ke beberapa perguruan tinggi. Untuk mendukung pencapaian target persentase lulusan yang langsung bekerja, telah diselenggarakan kegiatan sebagai berikut. a. Sistem Informasi Kebutuhan Dunia Kerja (Sindikker). Sindikker adalah sistem informasi kebutuhan dunia kerja dan menganalisis data yang masuk dalam laman http://sindikker.ristekdikti. go.id. Sistem informasi ini membutuhkan peran serta seluruh pemangku kepentingan baik dari sisi pemerintah maupun swasta (Dunia Usaha dan Dunia Industri/DUDI). Berdasarkan data tersebut dapat dilakukan analisis kebutuhan dunia kerja yang meliputi dimensi kualitas/ kompetensi dan kuantitas pada lokasi dan waktu yang berbeda. Konsep pengembangan kerangka penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja terbagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu kerangka kerja sisi permintaan, sisi pasokan dan mekanisme penyelarasan. Proyeksi kompetensi lulusan yang selaras dengan kebutuhan dunia kerja, dunia industri dan jumlahnya di setiap lokasi di Indonesia merupakan informasi dasar yang diperlukan dalam perancangan sistem pendidikan yang meliputi kualitas pendidik, sarana prasarana serta sistem pembelajaran yang mengacu pada karakteristik khusus dan potensi yang dimiliki lokasi tersebut
Gambar 12 Halaman Beranda Sistem Informasi Kebutuhan Dunia Kerja (SINDIKKER)
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
b. Saat ini Sindikker tengah mengambangkan aplikasi yang dapat secara aktif dan mandiri melakukan pendaftaran data pencari kerja dan penyedia lowongan kerja online. Aplikasi ini berperilaku layaknya seperti bursa kerja, dimana pencari kerja dapat mendaftar untuk menyampaikan informasi diri dan pekerjaan yang diinginkan. Sementara dari pihak yang membutuhkan kerja, atau penyedia lowongan kerja juga dapat mendaftar untuk memberikan informasi kebutuhan tenaga kerja tertentu yang diperlukan. Dengan demikian akan terjadi transaksi ketenagakerjaan secara online dan mandiri;
tidak terjangkau jaringan operator;
59
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
rangka penyediaan data dan informasi kebutuhan SDM di Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) sehingga Sistem Informasi Kebutuhan Dunia Kerja (Sindikker) dapat membuat analisis secara lebih mendalam dan menyeluruh;
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
60
b. Sistem Pengembangan Pusat Karir (Career Centre). Sistem pusat karir adalah program untuk mendorong dan memperkuat pusat karir di beberapa PT sehingga dapat membantu para lulusan memasuki dunia kerja. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan pusat karir PT, fungsi dan kegiatannya. Hasil yang diharapkan dari kegiatan career centre adalah terciptanya sistem pusat karir di tingkat PT. Berdasarkan hasil tersebut PT dapat: (a) mengetahui penyerapan, proses dan posisi lulusan dalam dunia kerja; (b) menyiapkan lulusan sesuai dengan kompetensi yang diperlukan di dunia kerja; dan (c) membantu program pemerintah dalam rangka memetakan dan menyelaraskan kebutuhan dunia kerja dengan pendidikan tinggi di Indonesia. c. Tracer Study. Tracer Study menyediakan informasi berharga mengenai hubungan antara pendidikan tinggi dan dunia kerja profesional, menilai relevansi pendidikan tinggi, informasi bagi pemangku kepentingan (stakeholders), dan kelengkapan persyaratan bagi akreditasi pendidikan tinggi. Saat ini Tracer Study sudah dijadikan salah satu syarat kelengkapan akreditasi di Indonesia oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Setiap perguruan tinggi diharapkan mempunyai program Tracer Study yang bertujuan untuk mengetahui penyerapan, proses, dan posisi lulusan dalam dunia kerja; menyiapkan lulusan sesuai dengan kompetensi yang diperlukan di dunia kerja; membantu program pemerintah dalam rangka memetakan dan menyelaraskan kebutuhan dunia kerja dengan kompetensi yang diperoleh dari perguruan tinggi
Sasaran 2 : Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti
Hal mendasar dalam konteks Kelembagaan Iptek adalah revitalisasi kelembagaan khususnya dalam upaya membangun fleksibilitas kelembagaan iptek dan mendorong lemlitbang untuk menjadi pusat unggulan atau center of excellence. Disisi lain kualitas pendidikan tinggi masih relatif rendah baik dalam konteks institusi (perguruan tinggi), maupun program studi yang diindikasikan oleh mayoritas perguruan tinggi berakreditasi C dan masih sangat sedikit yang berakreditasi A atau B. Disamping itu, perguruan tinggi Indonesia juga belum mampu berkompetisi dengan perguruan tinggi negara lain bahkan masih tertinggal dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara sekalipun. Oleh karena itu Sasaran Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti merupakan upaya yang harus dilakukan dengan menetapkan indikator kinerja yang harus ditingkatkan yaitu: a.Jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 dunia b.Jumlah Perguruan Tinggi Berakreditasi A (Unggul) c.Jumlah Taman dan Teknologi Yang Mature d.Jumlah Pusat Unggulan Iptek Dari indikator kinerja tersebut,1 (satu) indikator kinerja belum mencapai target, sedangkan 3 (tiga) indikator kinerja mencapai target. Indikator kinerja yang belum mencapai target tersebut adalah jumlah taman sains dan teknologi yang Mature. Sedangkan 3 (tiga) indikator kinerja yang mencapai target adalah jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 dunia, jumlah Perguruan Tinggi Berakreditasi A (Unggul) dan jumlah Pusat Unggulan Iptek Yang Mature. Untuk mencapai sasaran Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti pada tahun 2016 telah dianggarkan sebesar Rp 932.922.931.801 dengan realisasi sebesar Rp 678.747.870.689 atau sebesar 72,75%. Gambaran tingkat ketercapaian sasaran Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti adalah sebagai berikut :
Tabel 26 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti Tahun 2016
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Jumlah Perguruan Tinggi Meningkatnya masuk top 500 dunia kualitas kelembagaan Iptek Jumlah Perguruan Tinggi dan Dikti berakreditasi A (Unggul)
Target Realisasi 2015-2019 2015
Tahun 2016 Target
Realisasi
%
5
2
3
3
100%
194
26
39
49
125%
Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas kelembagaan Iptek dan Dikti (lanjutan)
Indikator Kinerja
Target Realisasi 2015-2019 2015
Tahun 2016 Target
Realisasi
%
Jumlah Taman dan Teknologi yang Mature
58
6
14
12
85,71%
Jumlah Pusat Unggulan Iptek
30
19
15
27
180%
Sejalan dengan rencana strategis Kemenristekdikti, program ini dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya perguruan tinggi berkualitas, dikelola secara otonom dalam lingkungan organisasi yang sehat, sehingga mampu menghasilkan luaran yang bermutu dan berdaya saing tinggi. Secara khusus pendanaan ini ditujukan untuk mendorong peningkatan reputasi akademik perguruan tinggi menuju World Class University (WCU). Indikator utama yang digunakan untuk mengukur keberhasilan program ini meliputi aspek:
5.0%
5.0%
20%
1. Academic Reputation yaitu berupa peningkatan website dan database masing-masing perguruan tinggi, mengikuti pameran pendidikan di luar negeri dan berpartisipasi pada konferensi para rankers. 2. Employer Reputation yaitu berupa peningkatan customer relationship management (CRM) dengan para employers, mendesain ulang kurikulum agar relevan dengan kebutuhan pasar. 3. Faculty/student ratio yaitu berupa pembiayaan Post Doctoral program, pembiayaan visiting professor. 4. Citations per paper yaitu berupa pemberian insentif publikasi karya ilmiah yang terindeks (Scopus dan/atau Thompson Reuter), penyelenggaraan seminar internasional yang terindeks Scopus, langganan database Scopus dan Thompson-Reuters, pembiayaan kerjasama riset internasional, pendampingan penulisan karya ilmiah dan submission fee, bantuan pengelolaan jurnal yang terindeks Scopus. 5. Internationalization yaitu berupa pembiayaan Post Doctoral program, pembiayaan visiting professor, university summer program, pengiriman dosen mengikuti konferensi international.
ACADEMIC REPUTATION EMPLOYER REPUTATION FACULTY/ STUDENT RATIO
40%
20% 10%
CITATIONS PERPAPER INTERNATIONAL FACULTY INTERNATIONAL FACULTY
Grafik 10 Bobot Penilaian Indikator Peringkat PT Dunia
61
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Jumlah perguruan tinggi masuk top 500 dunia ditetapkan sebagai indikator kinerja sasaran strategis untuk mengukur mutu dan tingkat daya saing perguruan tinggi Indonesia di tingkat internasional dan membangun kesadaran pentingnya perguruan tinggi di Indonesia hadir dalam pemeringkatan perguruan tinggi dunia. Persaingan untuk menjadi yang terbaik akan mendorong perguruan tinggi selalu mengacu pada kriteria yang digunakan dalam menentukan pengembangan universitas dan programnya. Sehingga apapun kriteria yang digunakan oleh lembaga pemeringkat, secara otomatis akan diadopsi sebagai panduan dalam menyusun program kerja sekaligus sistem penilaian kinerja internal.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
1.Jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Indikator utama di atas diukur secara agregat di tingkat perguruan tinggi. Perguruan tinggi penerima dana ini diharuskan mengevaluasi base-line data per akhir tahun 2015, dan membuat target capaian per tahun sampai akhir tahun 2019. Selain indikator kinerja di atas, perguruan tinggi dapat menambahkan indikator tambahan yang mencerminkan reputasi akademik perguruan tinggi, misalnya jumlah penelitian kolaborasi internasional, jumlah program studi terakreditasi internasional, dan lain-lain.
Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan, pada tahun 2016 tingkat capaian IKU ini telah mencapai target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 3 Perguruan Tinggi berhasil terealisasi sebesar 3 perguruan tinggi, dengan persentase capaian kinerja sebesar 100%. Jika dibandingkan pada tahun 2015, capaian realisasi IKU tahun 2016 sama dari tahun sebelumnya. Jika dibandingkan target jangka menengah tahun 2019, realisasi IKU mencapai 60% dari target 5 perguruan tinggi di Indonesia masuk Top 500 Dunia.
Tabel 27 Jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia
2012
2013
2014
2015
2016
Target
5
6
8
2
3
Realisasi
3
3
2
2
3
Prosentase
60%
50%
25%
100%
100%
Peringkat Universitas Indonesia (UI) yang semula di tahun 2015 adalah 358, ditahun 2016 ini mengalami peningkatan menjadi peringkat 325 dunia. Peringkat Institut Teknologi Bandung (ITB) di tahun 2015 ada pada range 431, ditahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 401. Dan Peringkat Universitas Gadjah Mada (UGM) di tahun 2015 ada pada range 551, ditahun
2016 mengalami peningkatan menjadi 501.Peringkat 501 dunia ini dikategorikan memenuhi target masuk dalam 500 Top Dunia karena indikator penilaian utama yaitu Academic Reputation yang memiliki bobot 40%,UGM telah mencapai skor yang cukup signifikan yaitu 40,9. Demikian juga untuk International Faculty memiliki skor 18,
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Tabel 28 Peringkat 3 PT Indonesia di Tingkat Dunia Tahun 2014-2016
62
PT
2012
2013
2014
2015
2016
Universitas Indonesia
273
309
310
358
325
Institut Teknologi Bandung
451-500
461-470
461-470
431-440
401
Universitas Gajah Mada
401-450
501-550
551-600
551-600
501
Bila dibandingkan dengan negara tetangga terdekat yaitu Malaysia, peringkat perguruan tinggi Indonesia di dunia internasional masih berada dibawah perguruan tinggi Malaysia. Perbandingan peringkat perguruan
tinggi Indonesia dengan perguruan tinggi Malaysia untuk periode 2014/2015 dan 2015/2016 terlampir sebagai berikut:
Top 500 Dunia 2014/2015/2016
VS Universitas
Rangking 2014/2015
Rangking 2015/2016
No
Universitas
Rangking 2014/2015
Rangking 2015/2016
1
UI
358
325
1
UM
146
133
2
ITB
431
401
2
UKM
289
302
3
UGM
551
501
3
UIM
312
288
4
IPB
701+
701+
4
USM
303
330
5
UNAIR
701+
701+
5
UPM
331
270
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
No
Gambar 13 Perbandingan Ranking Perguruan Tinggi Indonesia dan Malaysia Dari bobot penilaian indikator Peringkat Perguruan Tinggi Berkelas Dunia, nilai yang diperoleh perguruan tinggi Indonesia di tahun 2016 per masing-masing indikator dapat dilihat pada tabel berikut ini:
63
Perguruan Tinggi
Academic Reputation
Employer Reputation
Faculty/ Stu- Citation per International International dent Ratio Paper Faculty Student
UI
55
65
45
5
45
7
ITB
47,4
51,3
21,6
2,8
17,6
3,3
UGM
40,9
32,8
16,7
1,6
18
2,4
Keberhasilan pencapaian kinerja jumlah perguruan tinggi masuk Top 500 dunia yaitu adanya sinergisitas antara keinginan perguruan tinggi untuk menjadi perguruan tinggi berkelas dunia, disamping dukungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui kebijakan untuk memberian bantuan pendanaan pada program peningkatan PT berkelas dunia.
Dalam rangka mendorong Perguruan Tinggi masuk Top 500 Dunia masih menghadapi kendala, antara lain : 1. Kurangnya komitmen Pimpinan menaikkan peringkat dunia;
PT
dalam
2. Pendanaan program WCU di masing-masing PT masih sangat bergantung pada dana dari Kementerian;
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Tabel 29 Nilai Perguruan Tinggi Indonesia Tahun 2016 per Indikator Pemeringkatan Dunia
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
3. Rasio dosen / mahasiswa masih rendah; 4. Jumlah publikasi terindeks dan sitasi yang amat rendah; 5. Jumlah dosen dan mahasiswa asing yang kecil; 6. Sistem pangkalan data yang belum terbangun; 7. Jejaring dengan pengguna global yang belum terbangun dan teridentifikasi dengan baik. Melihat kendala tersebut di atas, beberapa langkah antisipasi yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut : 1. Mendorong perguruan tinggi (terutama PTN-BH) untuk meningkatkan peringkat kelas dunia. 2. Perguruan Tinggi dalam pengalokasian anggaran perlu memprioritaskan pembiayaan program dan kegiatan yang terkait dengan penilaian WCU. 3. Menambah dosen untuk meningkatkan rasio dosen/mahasiswa 4. Menambah jumlah mahasiswa S3, 5. Meningkatkan alokasi beasiswa untuk S3 dalam negeri, 6. Menambah anggaran riset para dosen yang produktif, 7. Menginisiasi kerjasama institusional yang dapat meningkatkan produktivitas riset, 8. Membiayai post-doc dan world class profesor asing untuk meningkatkan mutu kelas dunia di PTNBH,
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
9. Memberi insentif riset program S3 dalam negeri dan kepada profesor / dosen produktif,
64
10. Memonitor dan mengevaluasi progress penyiapan menuju WCU, 11. Peningkatan kemampuan pangkalan data lokal (di tiap-tiap PTNBH). Berdasarkan hasil pemeringkatan kluster-1 tahun 2015, Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi menargetkan 11 (sebelas) perguruan tinggi di Indonesia masuk peringkat top 500 dunia dengan tahapan 5 (lima) perguruan tinggi masuk 500 besar dunia hingga tahun 2019, dan 6 (enam) perguruan tinggi lainnya masuk 500 besar hingga tahun 2024.
Target pencapaian lima perguruan tinggi Indonesia masuk dalam top 500 perguruan tinggi terbaik dunia bukanlah target yang mudah untuk dicapai. Perlu disusun rencana pendampingan yang sistematis dan diimplementasikan secara konsisten pada lima perguruan tinggi unggulan Indonesia yaitu: Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga dan Institut Pertanian Bogor, agar dapat masuk atau tetap berada pada daftar top 500 perguruan terbaik dunia. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berupaya mempertahankan dan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia agar masuk dalam 500 besar dunia melalui skema pendanaan khusus, mengalokasikan pendanaan khusus untuk mendorong peningkatan reputasi akademik beberapa perguruan tinggi di tingkat internasional. Skema pendanaan ini didasarkan pada pencapaian reputasi akademik selama ini, khususnya keberhasilan dalam mencapai peringkat 500 besar dunia atau 200 tingkat Asia. Pendanaan program peningkatan reputasi akademik perguruan tinggi pada tahun anggaran 2016 diintegrasikan dalam usulan rencana program dan kegiatan pada DIPA masing-masing perguruan tinggi dan atau Rencana Bisnis Anggaran (RBA) pada tahun 2016. Sebagai tindak lanjut dari penyusunan rencana program dan kegiatan tersebut, perguruan tinggi diharuskan membuat usulan lengkap program dan kegiatan peningkatan reputasi akademik perguruan tinggi menuju WCU berisi rancangan program secara rinci yang dilaksanakan dan target indikator yang akan dicapai untuk menuju WCU. Pendanaan untuk mendukung program dan kegiatan WCU di atas merupakan mekanisme pendanaan yang berbasis kinerja (performance-based budgetting), dimana Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui Direktorat Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bersama-sama perguruan tinggi penerima dana menyepakati serangkaian indikator kinerja berikut target yang harus dicapai oleh pihak perguruan tinggi. Selain itu melakukan koordinasi rutin dengan Tim Task Force WCU dari masing-masing perguruan tinggi, mengembangkan jejaring dengan beberapa universitas berkelas dunia seperti Kyoto University, Kobe University dan Osaka University serta berpartisipasi dalam beberapa konferensi internasional lembaga pemeringkat dunia seperti IREG Conference, THE Conference dan QS Conference.
2. Jumlah Perguruan Tinggi Berakreditasi A (Unggul) Jumlah Perguruan Tinggi berakreditasi A (Unggul) ditetapkan sebagai indikator kinerja sasaran strategis untuk mengukur kinerja institusi perguruan tinggi yang terakreditasi A dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan BAN-PT. Dengan akreditasi unggul akan memberikan jaminan bahwa institusi perguruan tinggi yang terakreditasi telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh BAN PT, sehingga mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat dari penyelenggaraan perguruan tinggi yang tidak memenuhi standar serta mendorong perguruan tinggi untuk terus menerus melakukan perbaikan dan mempertahankan mutu yang tinggi. Perguruan tinggi didedikasikan untuk: (1) menguasai, memanfaatkan, mendiseminasikan, mentransformasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (iptek), (2) mempelajari, mengklarifikasikan dan melestarikan budaya, serta (3) meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Oleh karena itu perguruan tinggi sebagai lembaga melaksanakan fungsi Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta mengelola iptek. Untuk menopang dedikasi dan fungsi tersebut, perguruan
tinggi harus mampu mengatur diri sendiri dalam upaya meningkatkan dan menjamin mutu secara terus-menerus, baik masukan, proses maupun keluaran berbagai program dan layanan yang diberikan kepada masyarakat. Selain itu, kualitas pendidikan tinggi masih relatif rendah baik dalam konteks institusi (Perguruan Tinggi) maupun program studi yang diindikasikan dengan mayoritas Perguruan Tinggi hanya mendapatkan akreditasi C dan masih sangat sedikit yang berakreditasi A atau B. Perguruan Tinggi Indonesia juga belum mampu berkompetisi dengan Perguruan Tinggi negara lain bahkan masih tertinggal dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara sekalipun. Sejumlah lembaga internasional secara berkala melakukan survei untuk menyusun peringkat universitas terbaik dunia dan menempatkan universitas-universitas Indonesia, bahkan yang berstatus paling baik di Indonesia sekalipun berada pada posisi yang masih rendah. Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, perguruan tinggi harus secara aktif membangun sistem penjaminan mutu internal. Untuk membuktikan bahwa sistem penjaminan mutu internal telah dilaksanakan dengan baik dan benar, perguruan tinggi
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
65
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Gambar 14 Tim WCU Indonesia Mengikuti Konferensi Rankers QS-Apple dan Menjadi Salah Satu Narasumber di Malaysia, 24-27 November 2016
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
diakreditasi oleh lembaga penjaminan mutu eksternal. Dengan sistem penjaminan mutu yang baik dan benar, perguruan tinggi akan mampu meningkatkan mutu, menegakkan otonomi, dan mengembangkan diri sebagai institusi akademik dan kekuatan moral masyarakat secara berkelanjutan. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan tahun 2016, tingkat capaian IKU sudah mencapai
target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 39 Perguruan Tinggi berhasil terealisasi sebesar 49 perguruan tinggi, dengan persentase capaian kinerja sebesar 125%. Capaian kinerja tahun 2016 juga meningkat jika dibandingkan pada tahun 2015, dimana realisasi IKU adalah 89,65%. Sedangkan jika dibandingkan target jangka menengah tahun 2019, realisasi IKU mencapai 25,25% dari target 194 perguruan tinggi berakreditasi A (Unggul).
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Grafik 11 Realisasi Jumlah Perguruan Tinggi Berakreditasi A (Unggul)
66
Jumlah Perguruan Tinggi pada tahun 2016 sebanyak 4.532 PT, dari jumlah tersebut Perguruan Tinggi yang sudah terakreditasi BAN PT adalah 1.120 PT sehingga masih ada 3.403 perguruan tinggi di Indonesia yang belum memperoleh akreditasi institusi oleh BAN PT dan hal ini menjadi perhatian Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Penilaian dokumen akreditasi diukur melalui 2 komponen, yaitu: 1) Mutu evaluasi-diri perguruan tinggi (Penilaian kualitasif laporan evaluasi-diri institusi) dengan bobot 10%; 2) Mutu data dan informasi pemenuhan 7 standar akreditasi perguruan tinggi (Penilaian kualitasif dan kuantitatif berdasarkan buku V: Matriks Penilaian Borang) dengan bobot 90%. 7 standar akreditasi perguruan tinggi terdiri dari:
Standar 1 : Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian Standar 2 : Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu. Standar 3 : Mahasiswa dan lulusan Standar 4 : Sumber daya manusia Standar 5 : Kurikulum, pembelajaran dan suasana akademik Standar 6 : Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi. Standar 7 : Penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama.
Standar 1
2.62%
Standar 2
13.16%
Standar 2
26.32%
Standar 4
18.42%
Standar 5
18.42%
Standar 7
Grafik 12 Bobot Penilaian 7 Standar Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi
Keberhasilan pencapaian kinerja jumlah perguruan tinggi berakreditasi unggul (A) yaitu adanya sinergisitas antara keinginan perguruan tinggi untuk menjadi perguruan tinggi unggul, disamping dukungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui kebijakan untuk melakukan pembinaan khusus terhadap perguruan tinggi yang masih berakreditasi B.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Standar 6
13.16%
7.89%
Tabel 30 Akreditasi Perguruan Tinggi 2012-2016
2012
2013
2014
2015
2016
A
-
10
21
26
49
B
5
23
69
240
338
C
7
8
69
587
733
Jumlah
12
41
159
853
1.120
Tabel 31 Perguruan Tinggi Terakreditasi A (Unggul) Tahun 2016 Tahun
2013
No
Nama Perguruan Tinggi
1
Universitas Indonesia
2
Institut Teknologi Bandung
3
Institut Pertanian Bogor
4
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
5
Universitas Islam Indonesia
6
Universitas Gadjah Mada
7
Universitas Muhammadiyah Malang
8
Universitas Hasanuddin
9
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
67
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Peringkat
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Tahun
2014
2015
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
2016
68
No
Nama Perguruan Tinggi
10
Universitas Diponegoro
11
Universitas Gunadarma
12
Universitas Padjadjaran
13
Universitas Sebelas Maret
14
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
15
Universitas Kristen Petra
16
Universitas Airlangga
17
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
18
Universitas Andalas
19
Universitas Negeri Malang
20
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
21
Universitas Brawijaya
22
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
23
Universitas Negeri Jakarta
24
Universitas Jember
25
Universitas Syiah Kuala
26
Universitas Surabaya
27
Akademi Kepolisian Republik Indonesia
28
Universitas Sriwijaya
29
Politeknik Negeri Bandung
30
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
31
STIE Perbanas Surabaya
32
Universitas Bina Nusantara
33
Universitas Negeri Medan
34
Universitas Lampung
35
Universitas Sanata Dharma
36
UPN Veteran Jawa Timur
37
Universitas Pendidikan Indonesia
38
Universitas Negeri Padang
39
Politeknik Negeri Semarang
40
Universitas Mercu Buana
41
Universitas Telkom
42
Universitas Pertahanan
43
Universitas Multimedia Nusantara
Nama Perguruan Tinggi
44
STI Pelayaran Jakarta
45
Universitas Udayana
46
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
47
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka
48
Universitas Negeri Semarang
49
Universitas Negeri Yogyakarta
Beberapa hambatan dan kendala yang dihadapi dalam upaya pencapaian target IKU ini, diantaranya:
periode akreditasi sebelumnya yang berada pada range nilai 310-359.
1. PT yang belum dibimtek berada pada kisaran nilai mendekati batas bawah dari akreditasi B (<310).
2. Dari bimbingan teknis tersebut, terdapat 44 PT yang lolos seleksi untuk diberikan pembimbingan khusus oleh assessor terkait peningkatan akreditasi institusi. Dari hasil pembimbingan khusus terdapat 26 PT yang dianggap siap untuk berakreditasi A dan kemudian diusulkan Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti untuk dilakukan reakreditasi BAN PT. Hasil reakreditasi BAN PT terhadap 26 PT yang diusulkan Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti, hanya 18 PT yang memperoleh SK Akreditasi A dari BAN PT. Sedangkan 5 PT lain yang memperoleh SK Akreditasi A ditahun 2016 yaitu Akademi Kepolisian RI, Universitas Mercu Buana, Universitas Telkom, Universitas Pertahanan dan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, diperoleh tanpa mengikuti program ini.
2. PT yang sudah mengikuti bimtek diperkirakan mempunyai nilai desk evaluation yang bagus. Tetapi, hal ini dipertanyakan oleh asesor-asesor BAN PT. 3. Mispersepsi bahwa bimtek hanya sebatas mengisi borang (walaupun mengisi borang dengan benar masih menjadi persoalan bagi sebagian PT). 4. Perlu peningkatan sinergitas implementasi kegiatan mengingat kualitas PT tidak bisa hanya dilihat dari sisi kelembagaan namun dibutuhkan dukungan dalam hal pengelolaan sumber daya manusia, kurikulum, pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. 5. BAN-PT tidak hanya sekedar melakukan asesmen, namun juga ikut bertanggungjawab dalam meningkatkan jumlah PT yang berkualitas. Beberapa langkah kebijakan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang adalah: 1. Kementerian terus melakukan sosialisasi, membangun tata nilai baru berupa pengakuan pentingnya akreditasi institusi dengan nilai A. 2. Pendampingan Kementerian terhadap PT untuk memahami secara seksama borang akreditasi dan penulisan borang yang benar dalam rangka pengajuan akreditasi PT. Pada tahun 2016, upaya Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk mendorong perguruan tinggi berakreditasi unggul (A) adalah : 1. Penyelenggaraan Bimbingan Teknis Penyusunan Borang Akreditasi Institusi bagi 51 PT berakreditasi B yang terpilih pada 5 kota. Pemilihan 51 PT ini didasarkan pada hasil nilai akreditasi BAN PT pada
3. Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature Jumlah Taman Sains dan Teknologi (TST) yang Mature merupakan indikator untuk mengukur kinerja TST yang berkelanjutan secara kelembagaan, pengelolaan, program, jejaring dan pengembangan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan pemula berbasis teknologi melalui inkubasi dan proses spin-off. Ukuran maturitas kinerja disesuaikan dengan tugas dan fungsi yang diemban masingmasing Taman Sains (Science Park), Taman Teknologi (Techno Park) dan Taman Sains Teknologi Nasional (National Science Technology Park). Pembangunan Taman Tekno (Techno Park, TP) diarahkan berfungsi sebagai: •
Pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil (pasca panen), industri manufaktur, ekonomi
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
No
69
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Tahun
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
kreatif, dan jasa-jasa lainnya yang telah dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala ekonomi; •
Tempat pelatihan, pemagangan, pusat diseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas.
•
Pembangunan Taman Sains (Science Park, SP) diarahkan berfungsi sebagai:
•
Penyedia pengetahuan terkini oleh dosen universitas setempat, peneliti dari lembaga litbang pemerintah, dan pakar teknologi yang siap diterapkan untuk kegiatan ekonomi;
•
Penyedia solusi-solusi teknologi yang tidak terselesaikan di Techno Park;
•
Sebagai pusat pengembangan aplikasi teknologi lanjut bagi perekonomian lokal.
Taman Sains dinyatakan Mature apabila telah menghasilkan teknologi yang siap untuk diterapkan dalam lingkungan industri yang sebenarnya (Tingkat Kesiapan Teknologi ≥ 7). Sementara itu, Taman Teknologi dinyatakan Mature apabila kondisi kinerjanya telah menghasilkan usaha baru secara berkesinambungan. Adapun untuk Taman Sains Teknologi Nasional dapat dikatakan Mature apabila telah memperlihatkan kinerja awal berupa (a) melaksanakan riset secara berkesinambungan, (b) menghasilkan perusahaan pemula, dan (c) mampu menarik industri ke kawasan. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan tahun 2016, tingkat capaian IKU belum mencapai target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 14 TST, telah berhasil terealisasi sebesar 12 TST, dengan persentase capaian kinerja sebesar 85,71 %. Jika dibandingkan target jangka menengah tahun 2019, realisasi IKU mencapai 20,68% dari target 58 STP yang Mature.
Grafik 13 Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature Tahun 2015-2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Adapun Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature yang dilakukan oleh 7 (tujuh) Kementerian/LPNK adalah sebagai berikut:
70
Tabel 32 Target dan Capaian Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature
No.
K/L
1
2015
2016
Rencana
Realisasi
Rencana
Realisasi
Kemenristekdikti
1 TST
1 TST
2 TST
7 TST
2
LIPI
1 TST
1 TST
2 TST
1 TST
3
Batan
1 TST
1 TST
2 TST
1 TST
4
BPPT
1 TST
1 TST
2 TST
1 TST
5
Kemenperin
1 TST
1 TST
2 TST
1 TST
6
KKP
0 TST
0 TST
0 TST
0 TST
7
Kementan
1 TST
1 TST
4 TST
1 TST
Total
6 TST
6 TST
14 TST
12 TST
Dalam rencana strategis 2015-2019, target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk jumlah taman sains dan teknologi yang Mature sebesar 58 TST, namun berdasarkan hasil pertemuan Kementerian/ Lembaga yang memfasilitasi pembangunan TST, yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, maka disepakati untuk
dilakukan evaluasi mandiri oleh masing-masing K/L terhadap target maturity (kesiapan kematangan) TST yang sedang dibangun. Dari hasil evaluasi mandiri tersebut didapatkan bahwa target capaian yang realistis untuk Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature pada tahun 2019 adalah sebanyak 22 TST, dengan rincian sebagai berikut:
No
Kementerian/Lembaga
1 2 3 4 5 6 7
Kemenristekdikti LIPI Batan BPPT Kemenperin KKP Kementan Total
Target Mature s.d 2019 Semula 8 TST 8 TST 4 TST 8 TST 5 TST 3 TST 22 TST
Menjadi 5 TST 2 TST 4 TST 5 TST 5 TST 0 TST 1 TST
58 TST
22 TST
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Tabel 33 Revisi Target Jumlah Taman Sains dan Teknologi
71
No
1
TST Mature
Bandung Techno Park
Fokus
Telematika, Informasi dan Komputer dengan spesifikasi bidang R7D, Animasi, Game, Software, Aplikasi dan Otomasi
Teknologi/Produk Inovasi ---------------
ID Max Lora Mobitick U-Kit Posture Check PROMOS (Production Process Monitoring) Automated Guide Vehicle Mobile Presence System E-Studia (e-learning platform) E-office Program & Performance Management SMASH Banksampah.id Incinerator Crusher
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Tabel 34 Hasil Produk Inovasi/Teknologi 12 TST Mature
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
No
TST Mature
Fokus
Teknologi/Produk Inovasi -----
2
Solo Techno Park
Manufaktur
--------
3
Taman Sains Pertanian Nasional, Sukamandi
Bioindustri Padi
-------
--
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
4
72
Nasional Sains Techno Park Puspiptek
Bioindustri Padi
-----
5
N-STP Batan – Pasar Jumat
Teknologi Nano
---
6
Science and Technology Park Cibinong
------
Pangan Energi Lingkungan Kesehatan dan obat Informasi dan Telekomunikasi
Larsius (Broadcast) Asta (Broadcast) Maximus (Fotografi) Action Creative Solo (Pengolahan Limbah Uang Kertas) Titik Tengah (Fotografi) Energi (Fotografi) 20 : 30 Hood Creative (Fotografi) Ckrex (Fotografi) Techno Media (Broadcast) Benih VUB (BS, FS, SS) Beras Premium: beras murni, beras fungsional, beras aromatic Teknologi Dapog Teknologi Light Trap Teknologi TBS Teknologi Jajar Legowo Teknologi penurunan Losses Panen-pasca panen Produk olahan hasil samping seperti pupuk silica dari sekam dan biscuit bekatul Pemilihan bibit betina tanaman kurna Pengembangan alat pengaman kendaraan bermotor Black Garlic Technofert (pupuk hayati Mikoriza) Varietas Kacang Tanah (Katantan) Varietas Padi MUSTABAN (Mutasi Radiasi Varietas Banten) Superblok (Suplemen pakan ternak)
Bioresources
Fokus
Teknologi/Produk Inovasi ------
7
STP ITB
---
ICT Energi
--
--
-----8
STP IPB
Pertanian --
--
--
9
STP UGM
------
Kesehatan & farmasi Agrobisnis & Agroindustri Energi baru terbarukan Manufaktur, rekayasa & TI Sosio humaniora & sustainability managemen
----
Eragano, aplikasi pertanian Teknologi komersial Helion Teknologi protesit terjangkau Perangkat base station & smartphone 4G Desain dan implementasi switch gear berisolasi Gas kompak Pengembangan sistem pengukuran regangan dan tegangan berbasis korelasi citra digital. Perancangan dan implementasi sistem keselamatan pasif pada struktur kereta penumpang
Inventpro: enzyme polfu ready mix & murni Katulac: makanan tambahan untuk meningkatkan produksi susu pada sapi perah. Sormeal: Sereal kesehatan yang terbuat dari sorgum Rapid test flu burung: test kit untuk deteksi flu burung secara cepat Sasumuzi: Snack sehat untuk bayi usia 12-24 bulan, berbahan baku sukun multigizi. Budidaya jenuh air kedelai hitam untuk benih dan konsumsi pabrik kecap bangau milik PT Unilever Indonesia Engineering design pada Transporter Fastrex CT: transporter handal dilahan perkebunan dan kehutanan Pengembangan benih padi IPB 3S Gama-cha: cangkok tulang yang memiliki struktur identik dengan tulang manusia Produk herbal : Gama drab, Imuno Gama, Gama tensi, Gama Optima, Kalku Gama Imunokromatografi untuk deteksi karsinoma
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
TST Mature
73
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
No
No
TST Mature
Fokus
Teknologi/Produk Inovasi
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
-----
--
----
10
STP ITS
----
Maritim Otomotif Industri Kreatif
----------
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
--
74
--
--
11
STP UNPAD
------
ICT Agrobisnis Kesehatan Saintek Humaniora dan media
---
Nasofaring Semilunar Shunt: terapi untuk penyakit Hydrocephalus Ceraspon: Spons homeostatic untuk pengiriman obat zand ICT/digital: situs Pasienia, Wemary.com, Pijar Psikologi, IWAK every family can live independent Desain 350 DWT, 500 DWT, dan 750 DWT kargo penumpang untuk Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Desain Patrol Boat 28.5 1 6 m and 42 m untuk Dept. Kelautan dan perikanan) Desain kapal Rumah Sakit (mobile floating hospital) Desain Kapal Perpustakaan (mobile floating library) Mobil Ezzy ITS 1 Mobil Ezzy ITS 2 Engineering Design Prototipe Mobil Listrik Brajawahana Prototipe Mobil Brajawahana Berbasis Material Ringan Sistem Komputer Untuk Mobil Listrik Terintegrasi Bus Listrik ITS Sepeda Motor Listrik Eksterior & Interior Design SuroTram & BoyoRail Eksterior & Interior Design Airport Railink Service Bandara Soekarno-Hatta Design Eksterior & Driver Cabin Lokomotif CC 300 Desain Interior Museum Bank Indonesia
Konsorsium Inokulan Pupuk Hayati (BIOPADJAR) Konsorsium Inokulan Dekomposer (PADJAR DEGRA) Larutan Pemulih dan pembenah Kemasaman Tanah) (Padjar Soil Booster , “Padjar SB”)
TST Mature
Fokus
Teknologi/Produk Inovasi --
-----
---
---
Ameioran Pemulih dan Pembenah Kemasaman Tanah Berbentuk Padat (Padjar Soil Booster , “Padjar SB”) Larutan Multinutrisi dan Penyubur Ranah (Padjar Nutrition Solution,Padjar NS“) Pupuk Hayati Kedelai Pupuk Majemuk Lengkap Tablet Model Sistem Rantai Pasok Pertanian Untuk Memenuhi Permintaan Pasar Terstruktur (Katata Padjadjaran), Pupuk Hayati AZOTO-UP Dokumen Kajian Umum, Peningkatan Produktivitas Pertanian Padi dan Sayuran di Kabupaten Buru Provinsi Maluku Pengontras CT Scan Nanopartikel Emas-Dendrimer Terkonyugasi Nimotuzumab Contrast agent berbasis logam tanah jarang
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
No
---12
STP KOPI dan KAKAO Jember
Kopi dan Kakao
----
Alat mesin kopi Alat mesin Kakao Konversi kebun Teh menjadi kebun kopi arabika di PTPN VI Jambi Produk Aneka cokelat di Padang Pariaman (Adam Cokelat) Kedai Kopi Bajawa Hypotan perangkap hama PBKo
Adapun profil dari 12 TST Mature sebagai berikut:
• Bandung Techno Park Bandung Techno Park (BTP) merupakan lembaga yang berperan menciptakan sinergi antara lingkungan akademik yang hadir di sekitarnya dengan lingkungan industri yang membutuhkan dukungan
pengembangan bisnis, teknologi dan inovasi. BTP hadir di kawasan pendidikan Telkom, dimana Telkom University sebagai pendukung utama BTP yang memiliki lebih dari 800 orang dosen dan peneliti, dan lebih dari 27.000 mahasiswa. Kawasan BTP memiliki lahan sekitar 5,5 hektar yang direncanakan akan dibangun 11 gedung dengan peruntukan sebagai main
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
75
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
building, start-up development center, R&BD (research and business development) center, data center, pelatihan dan pusat sertifikasi, gedung mitra industri. Tujuan dibangunnya Bandung Techno Park adalah untuk menghadirkan ekosistem yang menunjang tumbuhkembangnya inovasi dan entrepreneurship khususnya di bidang ICT, ditandai dengan lahirnya produk-produk inovasi yang berkelanjutan, lahirnya
perusahaan-perusahaan startup di bidang teknologi dan terjadinya budaya hilirasi/ komersialisasi produkproduk hasil riset sehingga berdampak ekonomi. Kehadiran BTP diharapkan dapat menjadi katalisator tumbuh kembangnya produk-produk lokal dan juga berkembangnya IKM ICT. Yang selanjutnya berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi Nasional.
Gambar 15 Kawasan Bandung Techno Park
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Seiring dengan Program Pemerintah tentang pembangunan 100 Science Technology Park di Indonesia yang tertuang dalam Nawa Cita Presiden Jokowi dan di dalam RPJMN 2014-2019, Bandung Techno Park telah dijadikan Role Model STP di Indonesia oleh Menristekdikti pada tanggal 23 Januari 2015.
76
Kegiatan yang dilakukan tahun 2016 di Bandung Techno Park (BTP), adalah kegiatan inkubasi bisnis teknologi yang didukung pembiayaan oleh Pemerintah Provinsi maupun oleh insentif inkubasi bisnis teknologi dari Kemenristekdikti. Pengembangan Bandung Techno Park selama ini dan pada tahun mendatang difasilitasi oleh Kementerian Perindustrian, khususnya dalam pengembangan sarana dan prasarana, pengembangan kelembagaan dan Capacity Building. Beberapa program/kegiatan yang sedang dilaksanakan dan teknologi/inovasi yang telah dihasilkan antara lain: KlikStart, business plan competition; Inkubasi teknologi & Bisnis kepada 15 startup; Layanan teknologi untuk industri dan sektor bisnis; Pelatihan dan pendampingan Industri Kecil Menengah Elektronika Jawa Barat; Berbagai pelatihan dalam bidang hardskill (bidang ICT), manajeman, dan softskill; Business Gathering & Launching produk. Ada beberapa produk unggulan BTP yaitu bus billing, detektor polusi, KWH meter, touchboard, volume detector, agriculture system information management (SIM), IP Phone, dan USB Key.
BTP menginisiasi kerjasama dengan Electronic and Telecomunication Research Institute (ETRI) Korea, Industrial Technology Research Institute (ITRI) Taiwan, dan HUAWEI. Dari hasil pengamatan kebijakan di Korea Selatan dan Malaysia, beberapa kebijakan penting yang perlu diperhatikan antara lain menyangkut: komitmen dan dukungan pemerintah daerah serta lembaga pemerintah lainnya, komitmen jangka panjang, insentif, memiliki karakteristik, best practice, dan lokasi technopark. Dari beberapa kebijakan tersebut, BTP telah memiliki komitmen dan dukungan dari pemerintah, memiliki karakteristik, best practices dan lokasi yang strategis. Keunggulan lainnya adalah unit Inkubator di Bandung Techno Park telah berfungsi dengan baik sebagaimana yang dilakukan Inkubator Bisnis di National University of Singapore (NUS), Jika dibandingkan dengan Tehno Park Malaysia (TPM) ataupun STP di Korea, Bandung Techno Park telah melakukan fungsi riset inovasi yang berkelanjutan telah bejalan dengan didukung Telkom University, demikian pula layanan kepada industri telah berjalan, namun layanan tersebut belum dapat menarik industri untuk resident (menetap) di dalam Techno Park, hal ini yang merupakan target capaian pengembangan Bandung Techno Park ditahun-tahun mendatang.
• Solo Techno Park
Pada tahun 2015 telah dilakukan sosialisasi kegiatan pra-inkubasi bisnis teknologi kepada masyarakat Solo dan sekitarnya, dan telah dilakukan proses penerimaan calon peserta dan seleksi calon peserta prainkubasi. Sebagai tindak lanjut kegiatan, pada tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan prainkubasi bisnis teknologi, yang diukuti oleh 35 peserta. Selain kegiatan pra inkubasi bisnis teknologi, pada tahun 2016 juga telah dilakukan seleksi kepada 34 proposal dari calon Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (calon PPBT) dan telah terpilih 8 (delapan) usulan kegiatan PPBT untuk mendapatkan inkubasi bisnis teknologi di Solo TP.
•
memberikan layanan kepada masyarakat di bidang pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak semata mata bersifat profit oriented;
•
memberikan multi layanan baik di bidang pendidikan dan pelatihan ketenagakerjaan, riset dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan ikm / penumbuhan wirausaha baru berbasis teknologi, dan wisata edukasi;
•
dikelola secara profesional dalam memberikan layanan kepada masyarakat dan menjadi lembaga yang mudah diakses oleh masyarakat yang membutuhkan layanan;
•
memiliki keleluasaan untuk menjalin kerjasama dengan pihak pihak lain untuk mendukung/ meningkatkan mutu layanan kepada masyarakat;
•
harus mudah mendapatkan dukungan dari berbagai pihak khususnya pemerintah propinsi maupun pusat dan stakeholder;
•
menjadi sarana pendukung pencapaian visi dan misi pemerintah kota/kabupaten khususnya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Inkubator Bisnis dan Teknologi yang telah dilaksanakan antara lain : (terdiri dari 31 kelompok dan total 165 orang)
Tabel 35 Hasil Inkubator Bisnis dan Teknologi
Inkubator Bisnis -----
Zero Waste (Pengolahan sampah Organik) Indawa (Pengolahan sampah Organik) Green Future (Pengolahan sampah Organik) Orgic’s Home (Pengolahan sampah Organik
Teknologi -----
Larsius (Broadcast) Asta (Broadcast) Maximus (Fotografi) Action Creative Solo (Pengolahan Limbah Uang Kertas)
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Solo Techno Park memberikan layanan pendidikan di bidang aplikasi praktis industri seperti program pelatihan mekanik manufaktur, pengelasan, mekanik garmen, otomotif, Informasi Teknologi (IT/elektronik), dan teknik mesin. Layanan lain dari Solo Techno Park adalah meningkatkan kewirausahaan dan inovasi dengan menggunakan inkubator canggih dan penyebaran layanan konseling yang ekstensif, baik dalam konteks teknis dan operasional untuk ekonomi lokal. Inkubator bisnis dan teknologi dirancang bagi lulusan akademi dan wirausaha muda untuk mengembangkan inovasi dan mengkomersialkannya. Dari beberapa layanan tersebut, pelatihan pengelasan di bawah air dan mekanik manufaktur merupakan produk unggulan dari Solo Techno Park.
Solo Techno Park merupakan kawasan teknologi terpadu, pusat vokasi dan inovasi UKM yang telah berhasil menjadi hub untuk membangun sinergi dan pertumbuhan interaksi antar unsur kelembagaan iptek (A-B-G& C), dengan memberikan layanan sebagai berikut:
77
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Solo Techno Park dibangun sebagai pusat pendidikan dan teknologi, pusat riset, pusat pelatihan dan pusat inkubasi produk baru, serta pusat industri dan perdagangan. Solo Technopark merupakan kawasan terpadu menggabungkan dunia industri, perguruan tinggi, riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah di kawasan Pedaringan, Jebres, Solo, Jawa Tengah. Konsep Solo Techno Park sendiri adalah “Suatu Kawasan Teknologi Terpadu, sebagai pusat Vokasi dan Inovasi UMKM yang memadukan unsur pengembangan Iptek, kebutuhan pasar, industri dan bisnis, serta penguatan daya saing daerah”.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Inkubator Bisnis
78
-------
Premier Platinum (Zat Warna Alam Batik) Embun Pagi (Pengolahan sampah Plastik) Bengawan Plast Pengolahan sampah Plastik) Anak Kerang (Animasi) Park IT (Animasi) Techno Waste (Pengolahan sampah Kain Majun)
Produk yang siap dipasarkan (PPBT): Motorcycle Disk Pad Brake; Magic Oil; dan Prototyping untuk Industri Kreatif. Perbandingan dengan STP/TP dinegara lain, STP/TP di Korea Selatan/ Techno Park Malaysia (TPM) / Inkubator Bisnis di National University of Singapore (NUS), unit Inkubator di Solo Techno Park belum berfungsi dengan optimal sebagaimana yang dilakukan Inkubator Bisnis di National University of
Teknologi ------
Titik Tengah (Fotografi) Energi (Fotografi) 20 : 30 Hood Creative (Fotografi) Ckrex (Fotografi) Techno Media (Broadcast
Singapore (NUS). Jika dibandingkan dengan Techno Park Malaysia (TPM) ataupun STP di Korea, Solo Techno Park telah melakukan layanan kepada industri namun fungsi riset inovasi yang berkelanjutan belum optimal dilaksanakan. Oleh karena itu pada tahuntahun mendatang kerjasama dengan lembaga litbang dan perguruan tinggi pendukung khususnya yang berdekatan harus ditingkatkan, sehingga kegiatan riset inovasi dapat berlangsung secara berkesinambungan.
Gambar 16 Aktivitas Solo Techno Park
• Taman Sains Pertanian Nasional Sukamandi dan wirausaha pertanian padi melalui transfer iptek pertanian dan meningkatkan minat masyarakat terhadap Sains Teknologi Pertanian dalam mendukung swasembada padi berkelanjutan. TSTP Sukamandi dirancang sebagai sebuah kawasan terpisah dari Unit Kerja Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPadi), namun dibangun interkoneksi antara BBPadi dan STP Padi Sukamandi sebagai kawasan yang dibentuk atas: (a) area riset/penelitian dan diseminasi padi untuk lahan sawah (inbrida & hibrida), gogo dan rawa, (b) area produksi perbenihan padi, (c) area rice processing plant terpadu dengan mandiri energi guna menghasilkan beras premium, (d) area Integrasi Tanaman-Ternak Penggemukan sapi dengan pakan jerami padi, kotorannya sebagai media starter biogas, dan pupuk organik, dan(e) area pengolahan pangan berbasis hasil samping padi.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Taman Sains Pertanian Nasional merupakan bagian dari Science Techno Park yang ada dibawah Balitbang Kementerian Pertanian yang berlokasi di Kebun Percobaan Sukamandi, Jawa Barat dengan fokus pada bidang padi. Taman Sains Pertanian Nasional (TSPN), ini baru dimulai pembangunannya di tahun 2016, dengan pelaksana Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi. Taman Sains dan Teknologi Pertanian (TSTP) Sukamandi dirancang sebagai wahana pembelajaran, magang, inkubator dan diseminasi inovasi teknologi padi dan teknologi berbasis inovasi padi hasil Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian untuk meningkatkan produktivitas sistem produksi padi yang mendukung pencapaian swasembada pangan, melalui pembinaan dan inkubasi petani untuk melahirkan para petani muda yang handal, wirausaha mandiri sebagai penangkar benih padi dan industri pengolah hasil samping pasca panen padi. Sasaran pengembangan TSTP untuk melahirkan petani muda yang handal
Gambar 18 Kunjungan Presiden Jokowi dan Kegiatan Hari Pangan Sedunia
Kegiatan dan Pengembangan Penerapan Teknologi STP Padi Sukamandi Perencanaan pengembangan STP Padi meliputi penyusunan master plan, site plan, action plan, dan bussiness plan. Kegiatan STP direncanakan berlangsung pada tahun 2016-2019. Program dan kegiatan tahun 2016 meliputi (1) pembukaan area, dan pengerasan jalan kawasan STP;(2) pembangunan area parkir;(3) pembangunan bangsal/gedung pengering gabah kering panen (drier),dan (4) pembangunan gedung alsintan. Pengembangan Penerapan Teknologi yang telah dilakukan pada tahun 2016 antara lain :
1. Teknologi Jajar Legowo Super Teknologi Jarwo Super merupakan teknologi budidaya terpadu padi sawah irigasi berbasis tanam jajar legowo 2:1. Hingga saat ini telah dilakukan panen raya di lokasi area pengembangan tersebut dengan provitas mencapai 10 - 11,3 ton/ha GKP dengan tiga varietas unggul baru (VUB) yaitu Inpari 30 Ciherang Sub-1, Inpari 32 HDB dan Inpari 33. Hasil analisis
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
79
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
usahatani dengan penerapan Teknologi Jarwo Super mencapai Rp 42.487.222 per ha. Dari sisi kelayakan usahatani, Teknologi Jajar Legowo Super memberikan nilai B/C ratio yang layak sebesar 2,66, lebih tinggi dibanding cara petani dengan B/C ratio 1,48. Sehingga dapat dinyatakan bahwa Teknologi Jarwo Super layak secara finansial dan dapat disarankan untuk dikembangkan dalam skala luas oleh petani untuk mendongkrak produksi padi Nasional menuju swasembada dan swasembada berkelanjutan.
2. Teknologi Mina Padi Memacu Diversifikasi Usaha tani Terpadu Sistem usahatani mina padi merupakan salah satu sistem pertanian yang lumintu (sustainable agriculture) dengan kondisi air yang tergenang. Varietas Padi yang Cocok diterapkan dalam teknologi Mina Padi adalah: 1) INPARI 29 Rendaman; Umur 110 HSS, Potensi Hasil 9,5 t/ha, Adapatif untuk daerah rawan banjir 14 hari fase Vegetatif, Kadar Amilose; 21,2%, Dilepas Tahun 2012; 2) INPARI 30 Ciherang Sub-1; Umur 111 HSS, potensi hasil; 9,6 t/ha, Adaptif untuk daerah rawan banjir 15 hari fase vegetative, Kadar Amilose; 22,4%, Dilepas Tahun; 2012
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Keuntungan yang diharapkan dari sistem usahatani padi-ikan adalah peningkatan produksi, pengurangan aplikasi pestisida dan intensitas pengendalian gulma, serta perbaikan pengelolaan sumber daya alam khususnya ekosistem padi sawah. Melalui sistem produksi yang terintegrasi diharapkan keberlanjutan sistem usahatani Nasional dan konsenvasi habitat ekologi setempat dapat dipertahankan. Beberapa model usahatani minapadi; Minapadi, Ikan Panyelang, Palawija Ikan, dan Parlabek .
80
3. Varietas Padi Low Input Inpari 42 Agritan Gsr dan Inpari 43 Agritan Gsr Varietas padi Green Super Rice (Gsr) memadukan keragaman genetik tanaman padi dari berbagai penjuru dunia, sehingga terjadi reaksi dan interaksi yang kompleks pada proses genetik di dalam internal tanaman, sehingga dapat muncul karakter-karakter daya hasil yang tinggi dengan asupan bahan kimia buatan yang relatif rendah. Varietas yang dihasilkan dirancang untuk toleran terhadap cekaman abiotik, sehingga durable di lapang dan mampu berproduksi tinggi pada kondisi pemupukan yang tidak berlebih dan tetap relatif tinggi hasilnya jika menghadapi
kondisi pemupukan yang terbatas pada taraf tertentu. Varietas tersebut hendaknya pula tahan cekaman biotik sehingga membutuhkan insektisida yang lebih sedikit. Kaidah-kaidah pengendalian hama terpandu dapat efektif diterapkan. Inpari 42 Agritan Gsr dan Inpari 43 Agritan Gsr yang dilepas tahun 2016 ini memiliki potensi hasil sekitar 10 ton/ha dengan ketahanan yang relatif baik terhadap blas dan HDB, serta rasa yang pulen dan umur yang relatif genjah. Penampilan kedua varietas memiliki kehasan antara lain pada daun bendera yang relatif panjang, besar dan tegak serta butiran biji padi yang tertata rapat dalam malainya. Kedua varietas tersebut telah diuji di lahan petani dengan hasil baik di beberapa daerah di Indonesia baik di lahan sawah irigasi, tadah hujan, dan rawa.
4. Teknologi Padi Amfibi Padi varietas amfibi merupakan padi yang dipersiapkan oleh Balitbangtan untuk menghadapi cuaca ekstrem yaitu kekeringan dan sekaligus juga genangan (banjir). Terdapat 12 varietas unggul padi toleran kekeringan dan genangan (amfibi) diantaranya adalah: limboto, batutegi, towuti, situ patenggang, situ bagendit, inpari 10 Laeya, inpago 4, inpago 5, inpago 6, inpago 7, inpago 8, dan inpago 9. Ke duabelas varietas ini provitasnya mencapai 6 - 8,5 ton/ha.
5. Padi Tadah Hujan dan Berumur Genjah a. Inpari 38 Tadah Hujan memiliki tinggi tanaman relatif pendek dan telah teruji potensi hasilnya pada kondisi kering. Inpari 38 Tadah Hujan memiliki hasil gabah kering giling 5.71 t/ha, potensi hasil 8.16 t/ha, berumur genjah, dan agak toleran terhadap kekeringan. Varietas Inpari 38 Tadah Hujan agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, tahan-agak tahan penyakit blas, tetapi rentan terhadap hama wereng coklat dan penyakit tungro. Mutu beras pecah kulit Inpari 38 cukup tinggi yaitu 78.35% dan beras kepala 68.79%. b. Inpari 39 Tadah Hujan memiliki potensi hasil yang baik di lahan kering sehingga dilanjutkan ke tahap uji multilokasi di sejumlah lahan tadah hujan. Inpari 39 Tadah Hujan memiliki hasil gabah kering giling 5.89 t/ha dengan potensi hasil 8.45 t/ha, berumur genjah (115±4 hari setelah sebar), dan agak toleran terhadap kekeringan.
d. Inpari 41 Tadah Hujan memiliki rata-rata hasil gabah kering giling 5.57 t/ha dengan potensi hasil 7.83 t/ha, berumur genjah (114 hari), dan agak toleran terhadap kekeringan. Varietas ini agak tahan terhadap penyakit blas dan agak tahan penyakit hawar daun bakteri strain III, akan tetapi agak rentan terhadap hama wereng coklat dan tungro. Varietas ini juga memiliki mutu beras cukup baik, yaitu rendemen beras pecah kulit 77.8 % dan beras giling 75.60 %.
• Nasional Sains Techno Park Puspiptek Tujuan didirikan Puspiptek ini untuk mendukung proses industrialisasi di Indonesia oleh karena itu Puspiptek dirancang untuk menjadi kawasan yang mensinergikan SDM terdidik dan terlatih, peralatan penelitian dan pelayanan teknis yang paling lengkap di Indonesia serta teknologi dan keahlian yang telah terakumulasikan selama lebih dari seperempat abad. Juga ditujukan sebagai kawasan terpadu untuk menempatkan sejumlah pusat penelitian milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia /LIPI (P2Fisika, P2Kimia, P2SMTP, P2KIM, P2Metalurgi), Badan Tenaga Atom Nasional sekarang sudah berganti nama menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Penempatan pusat-pusat tersebut dalam satu kawasan dimaksudkan agar dapat membentuk kemampuan yang kuat bagi pengamanan dan pelaksanaan kegiatan penelitian iptek yang berhubungan dengan Program Riset Nasional. Maka Puspiptek merupakan aset Nasional yang sangat besar.
Teknologi/ Inovasi yang telah dihasilkan oleh N-STP Puspiptek antara lain teknologi nano yang dikembangkan penerapannya untuk berbagai bidang, pengembangan teknologi untuk pemilihan bibit betina tanaman kurma, pengembangan alat pengaman kendaran bermotor berbasis teknologi informasi yang dikembangkan oleh Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia (ITI) yang di inkubasi di TBIC, pengembangan teknologi perwarnaan alami, pengembangan berbagai teknologi pangan, dan lain-lain. Pusat Inovasi BIT melakukan inkubasi perusahaan pemula berbasis teknologi yang mengembangkan produk BPPT berupa Black Garlic, Technofert (pupuk hayati Mikoriza). Di tahun 2017 NSTP akan mengidentifikasi hasil peneltian BPPT dan Litbang lain yang ada di Puspiptek yang siap diinkubasi menjadi PPBT. Secara kelengkapan pendukung Puspiptek telah memiliki Litbang pemasok dan pendukung teknologi yang cukup, tetapi perlu peningkatan kerjasama dan dukungan sektor Industri. Lokasi N-STP Puspiptek di Serpong sangat strategis dan memiliki dukungan litbang (BPPT, LIPI, BATAN) sebagai pemasok teknologi yang lengkap di kawasan Puspiptek. Selain itu Hubungan Triple Helix (ABG) telah berjalan baik. Perbandingan dengan Inkubator Bisnis di National University of Singapore (NUS), unit Inkubator di TBICPuspiptek Serpong belum berfungsi secara optimal, namun di Puspiptek Serpong terdapat pula Balai Inkubator Teknologi (BIT) BPPT yang telah berdiri cukup lama dan telah meluluskan beberapa PPBT. Riset inovasi yang berkelanjutan merupakan salah satu kekuatan utama dari Puspiptek karena fasilitas litbang yang ada serta SDM yang dimiliki oleh lembaga litbang di Puspiptek Serpong sangatlah menunjang aktifitas tersebut. Demikian pula layanan kepada industri telah dilakukan oleh berbagai lembaga litbang di Puspiptek. Menarik industri untuk residen (menetap) didalam
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
c. Inpari 41 Tadah Hujan merupakan persilangan antara Limboto/Towuti//Ciherang. Latar belakang genetik persilangan tersebut mengandung sifatsifat toleran kekeringan, tahan penyakit blas, dan bermutu beras/nasi baik. Pengujian daya hasil pada saat generasi menengah dilakukan di daerah tadah hujan dengan pengairan terbatas, kemudian dilanjutkan ke tahap uji multilokasi di sejumlah lahan tadah hujan.
Puspiptek menempati lahan seluas 460 Ha dengan 47 Pusat/Balai litbang dan pengujian dimana SDM berjumlah 2451 orang (2013), investasi > 500 juta USD (1976-sekarang). Puspiptek diarahkan sebagai sebuah kawasan yang mengintegrasikan unsur-unsur inovasi yang terdiri atas lembaga litbang, pendidikan tinggi, serta sektor bisnis (industri), dalam kerangka sistem inovasi Nasional (SINas) dan Sistem Inovasi Daerah (SIDa). Dalam kaitan dengan komersialisasi hasil litbang, salah satu aktivitas di Puspiptek ke depan adalah penumbuhan IKM baru berbasis teknologi serta menumbuhkan budaya technopreneurship melalui inkubasi teknologi dan bisnis.
81
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Varietas ini memiliki respon agak tahan terhadap penyakit blas. Akan tetapi, varietas ini agak rentan terhadap hama wereng coklat, penyakit hawar daun bakteri, dan tungro. Rendemen beras pecah kulit varietas ini adalah 79.37 % dan beras giling 69.38 %.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
kawasan puspiptek belum terlaksana kecuali untuk kegiatan riset inovasi (salah satunya konsorsium riset bersama Biofarma di TBIC), dikarenakan fasilitas yang disediakan untuk industri menetap (berproduksi dan berkembang) masih dalam proses pengembangan/ pembangunan, hal ini yang merupakan target capaian pengembangan Puspiptek di tahun-tahun mendatang.
• N-STP Batan Pasar Jumat N-STP BATAN berlokasi di Kawasan Nuklir Pasar Jumat (KNPJ) Jakarta, dengan menempati area seluas 22 Ha dilengkapi dengan fasilitas penelitian, pengembangan, dan aplikasi (litbangkasi) isotop dan radiasi (ISORA). KNPJ berada di Pasar Jumat dengan batas wilayah sebelah utara dan barat dengan perumahan penduduk, sedangkan bagian timur dan selatan dengan Jalan Lebak Bulus Raya.
Berbagai kegiatan litbang yang dilakukan di KNPJ adalah litbang radioisotop dan radiasi serta aplikasinya di berbagai bidang seperti pertanian, proses radiasi, industri dan lingkungan oleh PAIR; litbang eksplorasi dan pengolahan bahan nuklir oleh Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN); kalibrasi, metrologi, dan kedokteran nuklir oleh Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR). Kegiatan lainnya adalah pendidikan dan pelatihan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT); serta kegiatan sosialisasi, diseminasi dan kemitraan hasil litbang iptek nuklir oleh Pusat Diseminasi dan Kemitraan (PDK). Fasilitas yang terdapat di kawasan ini antara lain green house dan kebun percobaan, Iradiator Gamma, mesin berkas elektron (MBE), laboratorium pertanian, kimia, biologi, hidrologi, bahan geologi, perangkat alat ukur radiasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan, serta gedung pertemuan peragaan sains dan teknologi nuklir (Perasten).
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Gambar 19 Lokasi N-STP BATAN dan Aktivitas di KNPJ
82
Berbagai kegiatan litbang yang dilakukan di KNPJ adalah litbang radioisotop dan radiasi serta aplikasinya di berbagai bidang seperti pertanian, proses radiasi, industri dan lingkungan oleh PAIR; litbang eksplorasi dan pengolahan bahan nuklir oleh Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN); kalibrasi, metrologi, dan kedokteran nuklir oleh Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR). Kegiatan lainnya adalah pendidikan dan pelatihan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT); serta kegiatan sosialisasi, diseminasi dan kemitraan hasil litbang iptek nuklir oleh Pusat Diseminasi dan Kemitraan (PDK). Fasilitas yang terdapat di kawasan ini antara lain green house dan kebun percobaan, Iradiator Gamma, mesin berkas elektron (MBE), laboratorium pertanian, kimia, biologi, hidrologi, bahan geologi, perangkat
alat ukur radiasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan, serta gedung pertemuan peragaan sains dan teknologi nuklir (Perasten). Bidang Pertanian PAIR-BATAN mempunyai fasilitas dan laboratorium pemuliaan tanaman, pupuk dan nutrisi tanaman, pengendalian hama tanaman, produksi ternak, dan pengawetan pangan. Sebagai lembaga riset telah mengembangkan jejaring kerja sama dengan berbagai pihak seperti perguruan tinggi, lembaga pemerintah, swasta, industri dan lembaga lain baik di dalam maupun di luar negeri. Pada tahun 2013 Bidang Pertanian PAIR-BATAN memperluas jejaring kerja samanya di tingkat internasional dengan Food and Agriculture Organization (FAO), yang merupakan lembaga internasional di bidang pangan dan pertanian.
a. Revitalisasi sarana dan prasarana, terdiri dari; perbaikan jalan & pagar lingkungan, pembuatan gapura NSTP, pembangunan rumah kawat, revitalisasi green house, dan revitalisasi laboratorium kultur jaringan. b. Pengadaan peralatan seperti; MPAS, Elisa reader, Waterbath shaker, Protein kasar analiser, Laminaar flow, Alat Pendukung Perkantoran (Laptop, LCD, dll), Peralatan Laboratorium (Water Bath Shaker, Laminar Air Flow, Elisa Reader, dll). c. Mendapatkan produk Inovasi, melalui pemuliaan tanaman pangan (padi, kedelai, serealia) dan formula pakan ternak yang memanfaatkan hasil samping pertanian serta bahan pakan yang tidak bersaing dengan kebutuhan pangan manusia. d. NSTP sebagai Center of Excellent Laboratorium Ilmiah telah menyelenggarakan pelatihan dengan peserta dari dalam maupun luar Negeri, seperti pelatihan Aplikasi Teknik Nuklir di Bidang Pangan dan Regional Training Course – International Atomic Energy Agency dengan peserta dari beberapa negara Asia Pasifik. Sedangkan Teknologi/ Inovasi yang dihasilkan antara lain : 1. Calon Varietas Padi Mustaban. Calon Varietas unggul padi Mustaban merupakan perbaikan varietas padi lokal Kewal asal Provinsi Banten dengan pemuliaan mutasi. Keunggulan Mustaban
2. Varietas Kacang Tanah Katantan. Calon varietas kacang tanah Katantan merupakan perbaikan dari varietas Kidang melalui pemulian mutasi. Keunggulan Varietas Katantan yaitu potensi hasil mencapai 5,10 ton/ha dengan rata2 hasil 2,73 ton/ha, jumlah rata2 isi per polong 3 biji, tahan penyakit layu Ralstonia solanacearum, agak tahan terhadap karat daun, umur panen 90 hari, jumlah polong isi rata-rata per rumpun 16 polong. Calon varietas Katantan telah lulus sidang pelepasan varietas tanaman pangan pada tanggal 8 Agustus 2016, dan sudah direkomendasikan oleh Tim Penilai dan Pelepasan Varietas Tanaman Pangan kepada Menteri Pertanian untuk dilepas sebagai varietas unggul baru. Saat ini menunggu terbitnya Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang pelepasan varietas Katantan. 3. Superblok. Superblok merupakan suplemen pakan ternak rumenansia yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak secara lengkap. Superblok ini terdiri dari sumber energi, protein, vitamin dan mineral. Suplemen pakan ini dapat meningkatkan pertambahan bobot badan ternak ruminansia. Superblok sangat bermanfaat bagi ternak yang diberi pakan jerami fermentasi.
• Science and Technology Park LIPI, Cibinong National Science and Techology Park (N-STP) LIPI, dikelola oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). N-STP LIPI berada di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat berlokasi di Cibinong Science Center (CSC) LIPI dengan luas sekitar 189,6 hektar di Zona Kemitraan CSC seluar sekitar 18 Ha. N-STP LIPI yang pengembangannya dimulai pada tahun 2015 merupakan salah satu implementasi Kegiatan prioritas Janji Presiden Joko Widodo membangun
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Kegiatan pengembangan N-STP BATAN yang telah dilakukan pada tahun 2016 adalah:
yaitu potensi hasil mencapai 10,86 ton/ha Gabah Kering Giling dengan rata-rata hasil 6,59 ton/ha. Persentase beras kepala/utuh mencapai 92,48, kadar amilosa: 13,13 % (Nasi pulen & empuk), tahan terhadap penyakit Blast, agak tahan hama Wereng Batang Coklat dengan umur panen sangat genjah mencapai 103 hari. Calon varietas Mustaban telah lulus sidang pelepasan varietas tanaman pangan pada tanggal 8 Agustus 2016, dan sudah direkomendasikan oleh Tim Penilai dan Pelepasan Varietas Tanaman Pangan kepada Menteri Pertanian untuk dilepas sebagai varietas unggul baru. Saat ini menunggu terbitnya Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang pelepasan varietas Mustaban.
83
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Bidang Pertanian PAIR-BATAN telah menghasilkan 21 varietas padi unggul yang telah ditanam di berbagai wilayah di Indonesia. Varietas padi Bestari, misalnya, adalah varietas padi unggul yang terpilih sebagai salah satu karya unggulan anak bangsa pada peringatan “Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 2013”. Selain padi, BATAN juga melakukan penelitian tanaman pangan lainnya, seperti kedelai, sorgum, dan gandum. Melalui teknik mutasi radiasi, BATAN telah menghasilkan 10 varietas unggul kedelai, 3 varietas unggul sorgum, 1 varietas unggul gandum, 2 varietas unggul kacang hijau, dan 1 varietas unggul kapas. Teknologi nuklir, selain diaplikasikan di bidang pertanian, juga diterapkan di bidang peternakan, seperti dalam hal peningkatan produksi daging dan susu pada ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, dan domba). Produk hasil litbang teknologi nuklir, baik di bidang pertanian dan peternakan aman untuk dikonsumsi.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
84
100 Tecnnopark di Indonesia dan tertuang dalam RPJMN 2015-2019. N-STP LIPI, Cibinong merupakan pengembangan dari Pusari Inovasi LIPI yang telah lahir sejak 2001 di Jakarta dan sejak tahun 2013 berlokasi di CSC. Sejak dikembangkan pada tahun 2015, N-STP LIPI telah berhasil memfasilitasi penciptaan dan pengembangan 14 start up (perusahaan rintisan) dalam berbagai bidang teknologi seperti hayati, material maju/nano, pangan olahan dan bahan alam, energi, teknologi informasi dan komunikasi, elektronik, lingkungan, dan pengolah air. N-STP LIPI juga telah berhasil menarik teknologi dari luar negeri untuk dikembangkan di kawasan N-STP LKPI. Dari Jepang berhasil dikembangkan kerjasama untuk menarik beberapa teknologi untuk dikembangkan dan dikomersialkan di N-STP Cibinong LIPI seperti bibit unggul Shorgum Syswave, Ltd, paving block ramah lingkungan dengan Hakko, Ltd., Pelet biomassa dengan Syngo, Ltd, dan energy management system dan transportasi dengan Murata Manufacturing, Ltd. Dengan demikian N-STP LIPI telah berhasil memfasilitasi pengembangan dan alih teknologi dari sumber dalam negeri dan luar negeri dalam rangka memperkuat produktifitas dan daya saing industri dan masyarakat di dalam negeri. Sampai periode ini, N-STP Cibinong LIPI telah berhasil memfasilitasi 5 lisensi teknologi dari hasil riset LIPI. Pada tahun 2016, N-STP LIPI telah melakukan berbagai kegiatan antara lain: pengembangan perusahaan start-up (inkubator bisnis), pengembangan produk inovasi, Capacity Building, Manajemen HaKi, Intermediasi Teknologi, Pengembangan Perusahaan Start-Up Berbasis Inovasi Teknologi Tenan N-STP LIPI dan pengelolaannya, Pegembangan 10 produk berbasis inovasi teknologi industri di STP (teknologi bisa dari industri atau lemlit) dan pengelolaannya, Pengelolaan Intermediasi Alih Teknologi dan Promosi Jasa N-STP LIPI, Pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual (50 Patent hasil riset LIPI didaftarkan tahun 2016dari total keseluruhan 465 patent LIPI terdaftar), Pengelolaan Inkubasi teknologi (13 tenant inkubator LIPI) dll. Adapun teknologi-teknologi yang telah dihasilkan oleh LIPI Cibinong antara lain : Nano beras, Nanopigmen, Nanosilver-sabun anti bakteri, Pengalengan buah pala, Konverter Kit BBM/Solar ke BBG, Diagnostik Kit Kanker Serviks, Probiotek pakan fungsional ruminansia, Pupuk Organik Hayati, Pupuk Pembenah Tanah, Perekat Lateks Alami dll. Secara khusus, salah satu teknologi yang dapat memberikan dampak sangat signifikan dalam kurun waktu paling
lama 3 tahun (pada akhir RPJMN 2015-2019) adalah penyediaan diagnostic kit kanker serviks dengan kebutuhan dalam negeri per tahun di atas 1 juta pengujian deteksi sangat dini kanker serviks dengan tingka akurasi yang sangat tinggi. Produk ini juga mempunyai kebutuhan pasar di luar negeri seperti pasar ASEAN. Untuk merealisasikan hal ini maka dukungan semua para pemangku kepentingan sangat diharapkan.
• Science Techno Park – Institut Teknologi Bandung (STP - ITB) Pengembangan STP – ITB telah dirintis oleh Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) Institut Teknologi Bandung. STP – ITB direncanakan dikembangkan di 3 Lokasi yaitu di Ganesha Bandung (Kampus ITB), Jatinangor dan Gedebage. Dari ketiga lokasi tersebut yang telah berjalan sebagai Science Techno Park (ITB menyebutnya sebagai Innovation Park) adalah Ganesha Bandung, di gedung yang saat ini dikelola oleh LPIK – ITB dan berbagai laboratorium dan fasilitas yang ada di kampus Ganesha ITB. Kawasan ITB Ganesha merupakan kawasan yang mapan secara ekonomi dan kegiatan dalam bidang penelitian dan inovasi, dan merupakan salah satu kawasan yang dikenal sebagai kawasan pendidikan di Kota Bandung, Ketersediaan lahan masih tersedia meskipun membutuhkan koordinasi dengan berbagai pihak untuk dapat dimanfaatkan menjadi kawasan innovation park, dengan alternatif lain adalah meningkatkan fungsi bangunan yang sudah ada menjadi kawasan komersialisasi riset. Kawasan STP/ Innovation Park Ganesha, telah berhasil menjalankan kegiatan inkubasi bisnis teknologi secara berkesinambungan dan juga layanan kepada industri. Pendirian inkubator bisnis oleh Institut Teknologi Bandung dilandaskan pada kebutuhan untuk mendorong komersialisasi hasil-hasil riset yang telah dihasilkan oleh staf akademik dengan harapan hasil riset dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.Divisi Inkubasi Industri dan Bisnis (IIB) LPIK ITB memiliki mekanisme pendampingan tenant yang menyeluruh dan terstruktur. Kegiatan yang dilakukan Inkubator LPIK – ITB telah menghasilkan lulusan/ graduated tenant antara lain:
Unit Inkubator di LPIK-ITB telah berfungsi dengan baik, demikian pula kegiatan Riset inovasi/layanan pengembangan teknologi untuk industri telah berjalan dengan baik. Dibanding dengan STP diberbagai negara, yang kurang adalah belum adanya zona industri dimana industri resident (menetap) masuk di dalam kawasan. Hal ini disebabkan lokasi tanah yang ada di Kawasan Ganesha sangat terbatas. Oleh karena itu pengembangan/pembangunan STP-ITB di Gedebage menjadi target prioritas pada tahun-tahun mendatang, hal ini didukung disediakannya lahan seluas 1,2 Ha di Gedebage, yang akan menjadi STP – ITB dengan fokus ICT dan Energi.
• Science Techno Park – Institut Pertanian Bogor (STP-IPB) Institut Pertanian Bogor telah mengembangkan konsep “IPB Science Park”, yaitu area terpadu yang digunakan untuk pengembangan dan komersialisasi hasil inovasi produk dan jasa bidang pertanian tropis,
pangan dan bio-sains yang didukung oleh fasilitas dan infrastruktur yang baik serta aspek legal yang kondusif. Pemasok/sumber utama inovasi untuk IPB Science Park adalah Bogor Agricultural University (IPB-Institut Pertanian bogor), dengan SDM yang dimilikinya (lihat gambar di bawah).
85
IPB Science and Techno Park
Managed by Kawasan IPB Science Park INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Jalan Taman Kencana Nomor 3 Bogor, Indonesia
Gambar 21 Desain STP IPB Visi STP – IPB: Menjadi Science & Techno Park Paling Produktif di bidang Pertanian Tropis, Pangan dan Biomedis di Asia Tenggara. Dengan Misi: 1) Melaksanakan Penelitian Komersial dan Pengembangan Produk Inovatif dengan menyediakan dukungan Teknologi, Bisnis, dan Infrastruktur; 2) Melaksanakan Program Technology Business Incubation terhadap Start-up company; 3) Menjadi interface antar institusi pemerintahan, universitas dan industri dalam komersialisasi hasil inovasi.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Selain kegiatan inkubasi dan layanan teknologi/ pengembangan/riset inovasi untuk industri, LPIK juga melayani fasilitasi HKI, baik pendaftaran HKI, pemeliharaan HKI mapun pemasaran HKI. Pada tahun 2016, Kemenristekdikti memfasilitasi Detail Engeenering Design (DED) pengembangan fasilitas/ infrastruktur gedung Inkubator dan co-working space di lokasi LPIK – ITB di Jalan Ganesha.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Gambar 20 Inkubator dan Produk Science Techno Park – Institut Teknologi Bandung (STP - ITB)
biomedis, medis satwa primata, konservasi spesies primata Indonesia, bioteknologi pertanian, rekayasa bioproses;
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Aktifitas utama STP – IPB adalah:
86
1. Penelitian Komersial dan Pengembangan Produk 2. Technology Business Incubation (Technopreneur Center)
•
Pangan Fungsional, antara lain: keamanan mutu pangan, pangan fungsional;
3. Pelatihan, lokakarya dan konsultasi yang berhubungan dengan pengembangan produk / jasa berbasis hasil inovasi
•
Pertanian Tropika, antara lain: varietas unggul dan pengembangan koleksi plasma nutfah tanaman hortikultura, integrated farming, teknologi pakan dan nutrisi, bidang pemuliaan tanaman.
4. Pilot Plant skala start up 5. Layanan dan Konsultasi untuk Industri terkait Maximising Time, Reducing Risk, dan Supporting Impact yang meliputi: Managing Project, Handling administration, Securing payment, Negotiating contracts, Providing insurance, Protecting interests, Finding opportunities dan Offering advice Ruang lingkup layanan dan konsultasi teknologi difokuskan pada: •
Bioteknologi dan Biomedis, antara lain: penggunaan hewan laboratorium dalam riset
Pada tahun 2016, Kemenristekdikti memfasilitasi renovasi gedung yang ada di STP-IPB menjadi ruang tenant inkubasi bisnis teknologi dan Spin-Off Company. Fasilitasi pengembangan STP-IPB oleh Kemenristekdikti baru dimulai pada tahun 2016, setelah pihak IPB mengembangkan/membangun sendiri fasilitas yang telah ada dan kemudian dilembagakan menjadi STPIPB pada tahun 2016. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh STPIPB telah menghasilkan teknologi/inovasi dan Start-up company antara lain :
Gambar 22 Teknologi/inovasi dan Start-up company STP-IPB
• Science Techno Park – Universitas Gajah Mada UGM-Science and Techno Park (UGM-STP) adalah wahana produktif berbasis riset dan inovasi untuk mendukung proses pembelajaran yang bersinergi dengan industri dan pemerintah. UGMSTP mempunyai lima lingkup/fokus inovasi yaitu: Kesehatan dan Farmasi; Agrobisnis dan asgroindustri;
Energi baru terbarukan; manufaktur, rekayasa dan teknologi informasi; Sosio Humaniora dan Sustainability Management. Pada tahap awal pengembangan STP-UGM kegiatan di fokuskan pada bidang Kesehatan dan Farmasi, yaitu dikembangkannya lokasi baru di Purwomartani
Dalam kiprahnya, Dit-PUI bersama-sama dengan Civitas Akademi UGM khususnya dibidang kesehatan telah menghasilkan beberapa start-up company serta teknologi/produk inovasi, yaitu antara lain: Gama-Cha, menjadi produk komersial pada tahun 2014, setelah 15 tahun penelitian/riset, adalah cangkok tulang Indonesia yang pertama di dunia yang memiliki struktur identik dengan tulang manusia, dengan fitur keunggulan sebagai berikut:
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
untuk pengembangan STP-UGM berbasis Kesehatan dan Farmasi. Walaupun lokasi tersebut baru tahap penyusunan/review Master Plan dan pembuatan Detail Engenering Design (DED) gedung yang difasilitasi oleh Kemenristekdikti, namun aktifitas UGM –STP dalam upaya komersialisasi hasil riset iptek yang dihasilkan oleh UGM telah terlaksana dengan baik. Kegiatan komersialisasi hasil riset iptek tersebut dikoordinasi oleh Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi (Dit-PUI) Universitas Gajah Mada.
Dibuat dalam kondisi biomimetic kristal rendah yang membuatnya menjadi perancah tulang sempurna untuk kedokteran gigi dan bedah ortopedi; •
Memiliki Osteo-konduktivitas yang baik dan mempercepat pertumbuhan tulang baru dengan cepat;
•
Mudah untuk menggabungkan dengan molekul obat, molekul aktif, termasuk antibiotik;
•
Mempunyai kemampuan menyerap kembali dan biodegradasi yang baik, tidak menyebabkan keracunan (karena identik dengan konten tulang);
•
Telah mendapatkan Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia & LPPOM;
•
Dipasarkan oleh perusahaan farmasi Indonesia, PT. Kimia Farma Tbk;
•
Memiliki kemampuan untuk pelepasan terkontrol;
•
Dapat digunakan lebih banyak variasi aplikasi dibandingkan teknologi cangkok tulang lainnya.
Produk Herbal dari UGM yang komersial pada tahun 2016, antara lain: GamaDiab (untuk membantu menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes), ImunoGama (untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh), GamaTensi (membantu menurunkan tekanan darah), GamaOptima (untuk membantu memelihara stamina pria dewasa), KalkuGama (untuk membantu meluruhkan batu ginjal). Perbandingan dengan STP/TP dinegara lain(STP/ TP di Korea Selatan/Techno Park Malaysia (TPM)/ Inkubator Bisnis di National University of Singapore (NUS)), unit Inkubator di Dit-PUIUGM telah berfungsi dengan baik. Demikian pula kegiatan riset inovasi/ layanan pengembangan teknologi untuk industri telah berjalan dengan baik. Dibanding dengan STP diberbagai negara, yang kurang adalah belum adanya zona industri dimana industri resident (menetap) masuk didalam kawasan. Hal inidisebabkan lokasi tanah yang ada di Kawasan Kampus UGM sangat terbatas. Oleh karena itu pengembangan/pembangunan STP-UGM di Purwomartani menjadi target prioritas pada tahuntahun mendatang, dengan fokus pada kesehatan dan
87
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Gambar 23 Hasil Teknologi dan Inovasi STP UGM Gama-Cha
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Gambar 24 Rencana Pengembangan STP-UGM di Purwomartani
farmasi.
• STP – Kopi dan Kakao Science Techno Park Kopi dan Kakao atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai Coffee and Cocoa Science Techno Park (CCSTP) merupakan STP yang didirikan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yang berlokasi di Jember, Jawa Timur. Sebelum diresmikan menjadi STP, Puslit ini merupakan Pusat Unggulan Iptek dibidang Kopi dan Kakao yang dibina oleh Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi. Dalam kiprahnya sampai saat ini Puslit Kopi dan Kakao telah menghasilkan berbagai teknologi dan inovasi serta membina beberapa usaha kecil menengah (UKM) yang bergerak dibidang kopi dan coklat (kakao).
•
Kebun Kopi dan Kakao, pertanaman Kopi & Kakao dengan penerapan teknologi terkini terintegrasi;
•
Area Konservasi, ikut menjaga kelestarian plasma nutfah, dengan miniatur kebun binatang;
•
Pabrik Kopi dan Kakao, dimana dilakukan proses pembuatan makanan kopi & cokelat, dari hulu sampai hilir;
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
CCSTP merupakan suatu kawasan yang dikelola secara profesional guna menginisiasi dan menyalurkan
inovasi teknologi hulu (on farm) sampai dengan hilir (off farm) kepada semua pelaku usaha dan industri kopi maupun kakao serta lembaga pendidikan dan penelitian sehingga mampu mencetak entrepreneurentrepreneur baru yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Nasional.Fasilitas yang ada saat ini di CCSTP adalah:
Gambar 25 Rencana Pengembangan STP Kopi dan Kakao
88
• Science Techno Park – Institut Teknologi Sepuluh November (STP-ITS) Outlet Kopi dan Kakao, berbagai produk makanan dari bahan dasar kopi & kakao siap saji.
a. Konsultan Supervisi - Refurbishment Kapal Tunda KT. Subali II.
Science Technopark (STP) ITS merupakan upaya strategis yang dikembangkan dengan didasarkan pada bidang-bidang unggulan ITS. STP-ITS didisain untuk mentransformasikan lebih lanjut hasil-hasil riset menjadi produk inovasi yang teruji dan dapat diterima oleh masyarakat dan industri. STP di ITS diharapkan melahirkan berbagai produk inovasi yang merupakan hasil para entitas perserorangan, kelompok orang, laboratorium, jurusan, fakultas di lingkungan ITS, anggota konsorsium, para tenan STP maupun tenan inkubator bisnis ITS.
b. Konsultan Supervisi - Docking Repair Kapal Pandu MPS. 031
Pada tahun 2016, Kemenristekdikti memfasilitasi penyusunan Master Plan STP – ITS. Walaupun Master Plan STP baru disusun, namun berbagai kegiatan inovasi telah dikembangkan oleh ITS melalui Pusat Unggulan Iptek yang telah ada di ITS. STP- ITS mempunyai fokus maritim, otomotif dan industri kreatif, untuk itu beberapa fasilitas yang ada di STP-ITS dikelompokkan dalam 3 center yaitu:
f.
Maritime Center merupakan kawasan di sekitar timur Kampus ITS Sukolilo Surabaya yang didedikasikan untuk pengembangan, promosi, pemasaran, dan produksi model atau prototipe berbagai produk inovasi ilmu pengetahuan, teknologi serta seni (IPTS) kemaritiman utamanya untuk industri kemaritiman Indonesia dan juga secara regional untuk wilayah target komplementernya. Berbagai produk inovasi di kawasan Maritime Center merupakan hasil para entitas perserorangan, kelompok orang, laboratorium, jurusan, fakultas di lingkungan ITS, anggota konsorsium, para tenan STP maupun tenan inkubator bisnis ITS. Berbagai institusi yang terkait dalam berbagi kegiatan Maritime Center yaitu berbagai unit di kampus ITS, Laboratorium Hidrodinamika (LHI)BPPT; Balai Pusat Desain Kapal Nasional KeMenterian Perindustrian; Institute of Marine Engineering, Science and Technology (IMarEST); serta keterlibatan konsorsium maritim yang terdiri dari PT. PAL dan galangan kapal lainnya, BPPT-LHI, PT. BKI, Politeknik dan Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS). Saat ini telah ada Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional atau NASDEC yang merupakan Cikal Bakal Maritime Center. NASDEC telah menghasilkan berbagai teknologi/ inovasi dan telah melaksanakan layanan kepada industri. Kegiatan dan Teknologi/Inovasi yang telah dihasilkan antara lain:
e. Design of Roro ferries with various tonnage:150 GT,200 GT, 300 GT, 500 GT, 600 GT, 750 GT, and 1000 GT for Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Design of a 350 DWT, 500 DWT, and 750 DWT passanger cargo for Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
g. Design Of 28.5 1 6 m and 42 m Patrol Boat for DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan)
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
d. Konsultan Supervisi - Kapal Tunda KT. Anggada X
h. Reliability and integrity assement for conversion of FSU LPG to FPSO Crude Oil i.
Design of fishing vessels(Tuna longline) and 15 m and 21 m
j.
Design of hospital ship (mobile floating hospital)
89
k. Design of library ship (mobile floating library) l.
Design of fishing vessels multi purpose 60 GT
m. Design of ship guard MCS for Satker CoreMAp DKP n. Training of shipyard’s project management o. Design and build Phinisi Yacht 36 m LOA, co ply to International rules and regulation(interior use ethnic nuance for Private SHIPYAR in USA) p. Design of Aluminum Patrol Boats 6.5 m, 8.5 m, 10 m, 12 m, and 16 m q. Design of 1500 GT Roro ferry for DI JEN HUBLA r. Supervisor for Patrol Boat 38 m LOA for Ditjen Bea dan Cukai s. Design of 17500 LTDW Tanker (PERTAMINA) t. Design of 30000 LTDW Tanker (PERTAMINA).
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
1. Maritime Center
c. Konsultan Supervisi - Docking Repair & General Overhaul Mesin Induk Kapal Pandu P.III – 05
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Otomotif Center. Dimulai pada tahun 1986 jurusan Teknik Mesin ITS telah dapat mengembangkan sistem kemudi 4 roda, baik sistem mekanis maupun sistem elektro mekanis. Selanjutnyapada tahun 2006 sampai dengan 2008 bersama VEDC Malang mengembangkan model kendaraan cerdas perkotaan, membantu tim peneliti mesin RUSNAS untuk pengembangan sistem kontrol dari mesin. Pada tahun 2007 sampai tahun 2008, juga telah membantu melakukan perancangan “Articulated Bus” yang dikembangkan oleh PT. INKA. Pada tahun 2012 - 2014, bersinergi dengan PT. INKA (dari industri), dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa timur, melakukan riset konsorsium untuk mengembangkan suatu Kendaraan Produktif Multiguna Pedesaan (KPMP), yaitu kendaraan yang berfungsi sebagai toko, angkut manusia, angkut barang, dan juga produksi. Pada tahun 2014 prototipe dari Kendaraan Produktif Multiguna Pedesaan Sudah jadi, menunggu industri yang siap dan mau untuk melakukan produksi massal. Pada tahun 2012 bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa timur, mengembangkan mesin 650cc yang dinamakan mesin Jawa Timur Indonesia
yang disingkat dengan SINJAI. Pengembangan mesin SINJAI ini berlanjut sampai tahun 2013 dengan fokus pada pemakaian sistem bi fuel, yaitu biofuel dan CNG. Pada tahun 2013 sampai dengan 2015 program pengembangan mesin SINJAI ini dilanjutkan dengan program penelitian konsorsium antara Akademisi, Industri dan Pemerintah yang didanai oleh KeMenterian Ristek, yaitu menghasilkan prototype mesin SINJAI sistem Bi-Fuel dan direct injection. Pada tahun 2012 pemerintah melalui Kemendikbud menunjuk ITS dan empat perguruan tinggi lainnya berpartisipasi membuat mobil listrik Nasional. Pada tahun 2013 telah menyelesaikan pembuatan prototipe mobil listrik yang diberi nama Mobil EZZY ITS 1. Sebagai salah satu kontribusi ITS dalam pengembangan teknologi dalam bidang angkutan massal masa depan, pada tahun 2014, dengan disponsori penuh oleh Telkomsel, ITS membuat Bis tenaga surya. Selain itu pada tahun 2015, ITS meresmikan gedung riset mobil listrik. Dengan diresmikannya gedung riset ini merupakan salah satu langkah untuk menjadikan ITS sebagai center of excellent pengembangan mobil listrik Nasional.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Gambar 26 Gedung Riset Mobil Listrik - ITS
90
Pengembangan Pusat Inovasi dan Pengujian Produk Otomotif disingkat PIPPO dimulai pada tahun 2014. Program ini merupakan kerja sama antara ITS dan Departemen Perindustrian. Berdasarkan kompetensi yang telah dimiliki dan komitmen ITS dalam pengembangan teknologi otomotif, maka pengembangan PIPPO diusulkan menjadi Automotive Center. Pengembangan Bus Listrik ITS, merupakan hasil penelitian tim riset mobil listrik ITS bekerja sama dengan PT.Telkomsel Indonesia. Bus listrik ITS memiliki konsep medium low floor bus dengan kapasitas penumpang 20 orang. Motor listrik yang digunakan radial BLDC 30 kW yang dapat menghasilkan kecepatan maksimum 60 km/jam. Salah satu fitur unggulan dari
bus listrik tersebut adalah panel surya yang dipasang pada atap bus yang digunakan sebagai sumber energi untuk peralatan auxiliary pada bus. Pada tahun 2015, tim riset mobil listrik ITS kembali dipercaya untuk mengembangkan sepeda motor listrik, bekerja sama dengan PT. Garansindo Indonesia. Sepeda motor listrik yang dikembangkan memiliki konsep skuter dengan desain futuristic. Rolling chassis dari prototipe sepeda motor listrik tersebut telah dipamerkan dalam Indonesian International Motor Show (IIMS) 2015. Uji Operasional Sepeda Motor Listrik Jawa Bali, telah berlangsuing sukses tanpa hambatan yang berarti. Kendaraan ini akan diproduksi oleh Garansindo dengan nama Gesit ITS (Garansindo Skuter Matic – ITS).
Creative Center. Creative Center ITS merupakan kawasan yang dikelola secara profesional untuk pengembangan, produksi prototip, promosi hingga pemasaran berbagai produk kreatif dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan atau perekonomian
masyarakat dengan berbasis iptek(Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni). Creative Center juga sebagai penyedia ilmu pengetahuan terkini, penyedia solusi teknologi, serta merupakan pusat pengembangan aplikasi teknologi lanjut.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Gambar 27 Desain Sepeda Motor Listrik oleh Tim Riset Mobil Listrik ITS
91
Gambar 29 Eksterior & Interior Design Airport Railink Service Bandara Soekarno-Hatta
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Gambar 28 Desain Boyorail
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
• Science Techno Park – Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran (UNPAD) telah menjadi PTN Badan Hukum, mendapatkan amanah untuk menjalankan hilirisasi hasil penerlitian untuk menunjang knowledge-based economy. Dengan berbentuk PTN Badan Hukum, terdapat fleksibilitas pengelolaan keuangan, sarana prasarana, dan tata kelola, termasuk investasi untuk pembentukan badan usaha penunjang kegiatan akademik. Untuk itu
perlu dikembangkan Science Techno Park Universitas Padjadjaran (STP-UNPAD) dengan mengusung kekuatan nilai akademik sebagai branding UNPAD dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan untuk menghasilkan kesejahteraan yang lestari (sustainable welfare). STP-UNPAD akan berfokus pada Green Industry dengan konsep bangunan Green Architecture & Green Design.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Gambar 30 Rencana pembangunan STP Universitas Padjajaran
92
STP- UNPAD dibangun berdasarkan potensi fasilitas penunjang yang telah ada di Universitas Padjadjaran, yaitu :133 Laboratorium (4 terakreditasi), Kebun Percobaan dan Rumah Kaca, SPLP Ciparay (lahan 64 Ha), SPLP Arjasari (lahan 200 Ha), 8 Unit Pelaksana Teknis, Unit Skils Lab Eikman, Unit Skils Lab Jatinangor, 4 Pusat Studi dan Inkuibator Bisnis UNPAD.
c. Larutan Pemulih dan pembenah Kemasaman Tanah) (PADJAR SOIL BOOSTER , “PADJAR SB”), Inventor: Prof. Dr. Tualar Simarmata;
Mengingat STP–UNPAD dibangun mensinergikan berbagai kegiatan dan fasilitas serta sumberdaya yang telah ada di Universitas Padjadjaran, maka hasil inovasi dan start-up company serta layanan teknologi kepada industri telah ada.
e. Larutan Multinutrisi dan Penyubur Ranah (PADJAR NUTRITION SOLUTION „ PADJAR NS“), Inventor: Prof. Dr. Tualar Simarmata;
Hasil teknologi /inovasi yang telah ada antara lain: a. Konsorsium Inokulan Pupuk Hayati (BIOPADJAR) yang dihasilkan oleh Inventor: Prof. Dr. Tualar Simarmata, Dr. Betty N Natalie, Prof. Dr. Hersanty and Dr. Tien Turmuktini; b. Konsorsium Inokulan Dekomposer (PADJAR DEGRA), oleh Inventor: Prof. Dr. Tualar Simarmata, Dr. Betty N Natalie, Prof. Dr. Hersanty and Dr. Tien Turmuktini;
d. Ameioran Pemulih dan Pembenah Kemasaman Tanah Berbentuk Padat (PADJAR SOIL BOOSTER , “PADJAR SB”), Inventor: Prof. Dr. Tualar Simarmata;
f.
Pupuk Hayati Kedelai (PADJAR SOYA), Inventor: Prof. Dr. Tualar Simarmata, Dr. Betty N Natalie, Prof. Dr. Mieke R. Setiawati, Diyan Herdiyantoro, SP. M.Si and Dr. Tien Turmuktini;
g. Pupuk Majemuk Lengkap Tablet (PADJAR TABLET), Inventor: Prof. Dr. Tualar Simarmata; h. Model Sistem Rantai Pasok Pertanian Untuk Memenuhi Permintaan Pasar Terstruktur (Katata Padjadjaran), Inventor: Dr. Tomy Perdana, Dr. Nono Carsono, Eddy Renaldi, ME, Iwan Setiawan, MSi dan Muhammad Sofyan;
Inventor:
Prof.
j.
Dokumen Kajian Umum, Peningkatan Produktivitas Pertanian Padi dan Sayuran di Kabupaten Buru Provinsi Maluku, Inventor:Prof Reginawanti Hindersah, Dr. Tomy Perdana, Prof. Wawan Hermawan;
k. Senyawa Pengontras CT Scan Nanopartikel EmasDendrimer Terkonyugasi Nimotuzumab, Inventor: Prof. Dr.Ristaniah Rose Effendi, SpRad(K)., M.Kes.; l.
MRI contrast agent berbasis logam tanah jarang, Inventor: Prof. Husen H. Bahti, Dr. Mutalib.
Pada tahun 2016, Kemenristekdikti memfasilitasi pengembangan STP – UNPAD dalam melakukan reviu Master-Plan dan Penyusunan DED Gedung Pengelola STP – UNPAD. Ada beberapa kendala dalam upaya pencapaian target IKU ini, diantaranya: 1. Minimnya informasi dari beberapa K/L yang terlibat dalam pengembangan STP. 2. Minimnya pemahaman tentang tingkat maturitas suatu STP (STP yang Mature) dari pengelola STP serta K/L yang membantu memfasilitasi pengembangannya. 3. Terbatasnya/minimnya alokasi anggaran dibeberapa Kementerian/LPNK sehingga tertundanya pembangunan dibeberapa STP. Melihat hambatan dan permasalahan tersebut, beberapa langkah kebijakan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang adalah: 1. Meningkatkan koordinasi antara K/L yang terlibat dalam pengembangan STP.
2. Meningkatkan sosialisasi kepada pengelola STP dan K/L yang memfasilitasi pengembangan STP tentang tingkat maturitas suatu STP (STP yang Mature). 3. Telah disiapkan dan akan terus dikembangkan Sistem Informasi dan Database STP Nasional, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi pengembangan STP Nasional. 4. Penambahan alokasi pembiayaan bagi kegiatan STP dengan mempertimbangkan fokus pengembangan pada STP yang dinilai dapat berkembang dengan cepat khususnya untuk siap menjadi STP yang Mature pada tahun 2019.
4. Jumlah Pusat Unggulan Iptek Jumlah Pusat Unggulan Iptek (PUI) merupakan indikator untuk mengukur kinerja lembaga litbang iptek agar dapat berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Nasional. Pengembangan Pusat Unggulan Iptek akanmendukung terwujudnya industri yang berdaya saing, meningkatkan produksi dan kualitas produk dalam rangka kemandirian, serta meningkatkan nilai tambah dan jumlah ekspor. Pusat Unggulan Iptek adalah instrumen kebijakan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lembaga litbang pemerintah (LPK dan LPNK), perguruan tinggi, atau badan usaha (swasta) menjadi lembaga litbang berkinerja tinggi dan bertaraf internasional di bidang spesifik dan menunjukan relevansi, pendayagunaan dan kemanfaatan produk litbang bagi pengguna. Meningkatnya jumlah Pusat Unggulan Iptek mencerminkan pencapaian kinerja tertinggi lembaga litbang. Capaian kinerja indikator kinerja Jumlah Pusat Unggulan Iptek adalah seperti pada Tabel berikut:
Tabel 36 Jumlah Unggulan Iptek
2012
2013
2014
2015
2016
Target
3
5
9
12
15
Realisasi
3
5
9
19
27
Persentase
100 %
100 %
100 %
158 %
180 %
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
PUPUK HAYATI AZOTO-UP, Reginawanti Hindersah;
93
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
i.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan, pada tahun 2016 tingkat capaian IKU sudah mencapai target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 15 lembaga PUI, pada pelaksanaan kegiatan 2016 berhasil terealisasi sebesar 27 lembaga PUI yang berstatus ditetapkan, dengan persentase capaian kinerja sebesar 180%. Jika dibandingkan pada tahun 2015, perealisasian IKU mencapai 158% dari target 12 lembaga PUI terealisasi 19 lembaga PUI sehingga terjadi kenaikan capaian dari tahun sebelumnya. Jika dibandingkan target jangka menengah tahun 2019, realisasi IKU telah mencapai 90% dari target 30 PUI. Dalam kurun waktu 2011 – 2016 telah ditetapkan 27 lembaga Litbang yang ditetapkan sebagai Pusat Unggulan Iptek yang berasal dari lembaga litbang Pemerintah Kementerian, lembaga litbang pemerintah
Tabel 37 Lembaga Litbang yang telah Ditetapkan Sebagai PUI Tahun 2011-2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
No
94
non-kementerian, lembaga litbang perguruan tinggi, dan lembaga litbang badan usaha. Ke-27 lembaga tersebut memiliki tema unggulan yang spesifik dengan standar hasil yang sangat tinggi serta relevan dengan kebutuhan pengguna iptek dan berdaya saing. Pusat Unggulan Iptek yang ditetapkan adalah lembaga Litbang yang dibina atau Lembaga Litbang pengusul yang memiliki nilai kinerja > 850. Berdasarkan hasil Monitoring Evaluasi dan Seleksi, terdapat 8 jumlah lembaga Litbang yang memiliki nilai > 850 dan telah ditetapkan melalui SK Menristekdikti No. 365/M/ KPT/2016 tentang Penetapan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sebagai Pusat Unggulan Iptek Tahun 2016 dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan yang Dibina Sebagai Pusat Unggulan Iptek Tahun 2017 – 2019. Daftar lembaga berikut tema unggulannya seperti tergambar pada Tabel berikut.
Nama Lembaga
Tema Unggulan
Lembaga Induk
Tahun Pembinaan
Tahun Ditetapkan
1
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
PUI Kelapa Sawit
PT. Riset Perkebunan Nusantara
2012 - 2014
2011
2
Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT)
PUI Hortikultura Tropika
Institut Perkebunan Bogor
2012 - 2014
2013
3
Lembaga Penyakit Tropis
PUI Penyakit Tropis dan Universitas Airlangga Infeksi
2012 - 2014
2012
4
Pusat Studi Biofarmaka
PUI Biofarmaka
Institut Perkebunan Bogor
2013 - 2015
2013
5
Pusat Penelitian Karet
PUI Karet
PT. Riset Perkebunan Nusantara
2013 - 2015
2014
6
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI)
PUI Kopi dan Kakao
PT. Riset Perkebunan Nusantara
2013 - 2015
2012/2013
7
Konsorsium Riset Pengelolaan Hutan Tropis Berkelanjutan
PUI Pengelolaan Hutan Universitas Lambung Tropis Berkelanjutan Mangkurat
2013 - 2015
2015
8
Pusat Mikroelektronika
PUI Broadband Wireless Access
Institut Teknologi Bandung
2014 - 2016
2015
9
Pusat Penelitian Pigmen Material Aktif (P3MA)
PUI Pigmen Material Aktif
Universitas Ma Chung
2014 - 2016
2014
10
Pusat Apilkasi Isotop dan Radiasi (PAIR)
PUI Isotop dan Radiasi
Badan Tenaga Nuklir Nasional
2014 - 2016
2015
Tema Unggulan
Balai Besar Penelitian dan 11 Pengembangan Pascapanen PUI Pascapanen Pertanian
Tahun Pembinaan
Tahun Ditetapkan
Kementerian Pertanian
2015 - 2017
2015
Lembaga Induk
12
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
PUI Tanaman Padi
Kementerian Pertanian
2015 - 2017
2015
13
Balai Besar Penelitian Veteriner
PUI Veteriner
Kementerian Pertanian
2015 - 2017
2015
PUI Aneka Kacang dan Kementerian Umbi Pertanian
2015 - 2017
2014
Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi
PUI Surfaktan dan Bioenergi
Institut Pertanian Bogor
2015 - 2017
2015
16 Pusat Studi Satwa Primata
PUI Satwa Primata
Institut Pertanian Bogor
2015 - 2017
2015
PT. Riset Perkebunan Nusantara
2015 - 2017
2014
PT. Riset Perkebunan Nusantara
2015 - 2017
2015
2016-2018
2015
Balai Penelitian Tanaman 14 Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) 15
Pusat Penelitian PUI Bioteknologi dan 17 Bioteknologi dan Bioindustri Bioindustri Indonesia 18
Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK)
19
Pusat Unggulan Iptek Lembaga Biologi Molekuler Biologi Molekuler dan Eijkman Eijkman Genomik
Pusat Penelitian dan Pengembangan Daya 20 Saing Produk Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
PUI Teh dan Kina
95 PUI Material Aktif Laut
Kementerian Kelautan dan Perikanan
2016-2018
2016
2015-2017
2016
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2016-2018
2016
Lembaga Ilmu 23 Pusat Penelitan Bioteknologi PUI Biorefinari Terpadu Pengetahuan Indonesia
2016-2018
2016
21
Pusat Teknologi Radioisotop Badan Tenaga Nuklir PUI Radiobiomolekuler Radiofarmaka Nasional
22 Pusat Penelitian Biomaterial PUI Lignoselulosa
24
PUI Konservasi dan Pusat Konservasi Tumbuhan Pengembangan Kebun Raya Tumbuhan Indonesia
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2016-2018
2016
25
Balai Penelitian Tanaman Palma
PUI Kelapa
Kementerian Pertanian
2017-2019
2016
PUI Industri Agro
Kementerian Perindustrian
2017-2019
2016
2017-2019
2016
26 Balai Besar Industri Agro
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Nama Lembaga
Balai Besar Penelitian Kementerian PUI Pemuliaan 27 Bioteknologi dan Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Tanaman Hutan Tropis Tanaman Hutan Kehutanan
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
No
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Pusat Unggulan Iptek(PUI) adalah suatu organisasi atau lembaga yang melaksanakan kegiatan-kegiatan riset bertaraf internasional pada bidang spesifik secara multi dan interdisiplin dengan standar hasil yang sangat tinggi serta relevan dengan kebutuhan pengguna iptek. Unsur-unsur yang menjadi dasar penetapan lembaga sebagai Pusat Unggulan Iptek yaitu kemampuan lembaga untuk menyerap teknologi
Tabel 38 Perbandingan Kondisi Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi DiIndonesia dan Luar Negeri
2.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Aspek PUI PT
No.
1.
96
dari luar, kemampuan mengembangkan kegiatan riset, kemampuan mendiseminasikan hasil-hasil riset sehingga kemanfaatannya dirasakan oleh masyarakat banyak dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Berikut terlampir perbandingan kondisi Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi di Indonesia dengan Pusat Unggulan Iptek di Luar Negeri.
3.
PUI PT di Indonesia
PUI PT di Luar Negeri (Jepang)
Kelembagaan
Peran pemerintah masih sangat Sistem kelembagaan yang dikembangkan diperlukan untuk menjadikan sebuah sangat mapan dan didukung penuh oleh pusat unggulan bisa menghasilkan pemerintah dalam pendanaannya. publikasi, inovasi dan produk yang dibaca, Semakin banyak jumlah publikasi, inovasi dirujuk, dikembangkan, diaplikasikan, dan produk yang dihasilkan PUI PT maka diterapkan dan dimanfaatkan baik di semakin besar jumlah dana pemerintah dunia pendidikan dan masyarakat secara yang diberikan kepada peneliti di Pusat Nasional bahkan internasional. Unggulan tersebut.
Riset
Lembaga PUI PT memiliki rencana roadmap yang jelas dan terukur di tiap tahunnya, kerjasama riset dengan lembaga-lembaga penelitian dan Fokus pada bidang riset atau teknologi perusahaan sangat dimungkinkan untuk sebagaimana yang di amanahkan dalam dapat menjaga kelangsungan penelitian nawacita yaitu 10 bidang tertentu yang dilakukan. Penelitian dapat termasuk sains sosial. bersifat bottom up mengikuti keperluan penyandang dana riset atau perusahaan maupun top down mengikuti agenda riset yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Pendidikan
Sesuai dengan kriteria yang ditentukan, PUI PT baru melibatkan mahasiswa S3.
Sudah melibatkan mahasiswa S3 dan peneliti dari perguruan tinggi baik dalam dan luar negeri maupun lembaga litbang lain untuk melakukan penelitian bersama.
Kegiatan pendukung dalam rangka pengembangan Pusat Unggulan Iptek antara lain : a. Asistensi Penajaman Fokus Pengembangan PUI di 12 (dua belas) Lembaga PUI yang baru bergabung di Tahun 2016. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan program PUI secara detail kepada semua pegawai di masing-masing lembaga, sekaligus memberikan asistensi terkait penajaman fokus kegiatan yang dapat dilakukan pada tahun 2016 dalam rangka pengembangan kapasitas kelembagaannya untuk menjadi PUI.
c. Monitoring Evaluasi untuk mengukur capaian kinerja lembaga PUI berdasarkan atas 27 indikator kinerja (indikator input, proses, output dan outcome). Sistem pengukuran kinerja menggunakan basis online pada website PUI. Berdasarkan hasil Monitoring dan Evaluasi capaian output kinerja 15 lembaga yang telah ditetapkan sebagai PUI untuk Lembaga Penelitian Kementerian, Lembaga Penelitian Non Kementerian dan badan usaha untuk indikator output seperti pada tabel berikut. Orientasi fasilitasi dan asistensi pengembangan Pusat Unggulan Iptek ini diarahkan lebih pada basis kebutuhan riil lembaga. Kondisi kapasitas riil lembaga, permasalahan riil yang dihadapi baik bersifat internal maupun eksternal lembaga, informasi demand driven yang ada merupakan dasar pijakan dalam kegiatan fasilitas dan asistensi pengembangan. Terdapat tiga hal yang menjadi fokus pembinaan kelembagaan yaitu sourcing-absorptive capacity, (b) research and development capacity, (c) disseminating capacity. Dalam pelaksanaan kinerja pada fokus pembinaan tersebut, maka telah dikembangkan strategi pembinaan kelembagaan Pusat Unggulan Iptek yang mencakup tiga penguatan kapasitas. Strategi pengembangan sourcing-absorptive capacity akan meliputi:
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Analisis penyebab keberhasilan pencapaian target indikator kinerja untuk Program Pusat Unggulan Iptek Tahun 2016 dikarenakan penggunaan secara optimal sumber daya yang ada, diantaranya teknologi, sarana, fasilitas, dan peralatan lainnya. Pada tahun ini mulai dikembangkan sistem online (melalui website PUI http://pui.ristekdikti.go.id) sebagai sarana untuk pembinaan dan seleksi.Sistem online ini diharapkan dapat mempermudah pemantauan capaian kinerja, mendorong efektifitas dan efisiensi langkah supervisi, monitoring dan evaluasi, dan dapat dijadikan wahana interaksi komunikasi serta koordinasi baik antara Tim Pakar Supervisi dan Monev, Tim Sekretariat PUI dan Lembaga PUI. Di samping itu pula diharapkan dapat mempercepat pelaporan kinerja dan pemecahan atas permasalahan penguatan kelembagaan secara lebih riil dan komprehensif.
97
Tabel 39 Strategi Pembinaan Kelembagaan Pusat Unggulan Iptek
Strategi Penguatan Sourcing - Absorptive Capacity 1.
Peningkatan Tata Kelola Organisasi
2.
Pengembangan Kompetensi SDM
3.
Peningkatan Dukungan Sarana dan Prasarana
4.
Penguatan Tata Kelola Anggaran
5.
Perolehan Jaminan Mutu Lembaga (Akreditasi, Standardisasi dan Sertifikasi)
6.
Pengembangan Jaringan dan Akses Informasi
7.
Pengembangan Jejaring Lembaga
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
b. Supervisi (fasilitasi asistensi) dilakukan dengan melibatkan Tim Pakar yang ahli dibidangnya untuk menguatkan kapasitas dan kapabilitas lembaga PUI.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Strategi Penguatan Research and Development Capacity 1.
Penguatan Fokus Riset
2.
Pemanfaatan Produk Riset
3.
Penguatan Produktivitas Riset Strategi Penguatan Disseminating Capacity
1.
Penguatan Kerangka Diseminasi
2.
Keberlanjutan dan Perluasan Diseminasi Produk Riset
3.
Produktivitas Diseminasi
Meskipun kinerja Pusat Unggulan Iptek mencapai target namun dalam pelaksanaannya ditemui beberapa kendala antara lain: a. Adanya perubahan identitas beberapa lembaga yang berakibat pada lamanya proses pencairan insentif. b. Sulitnya menselaraskan kesediaan waktu antara pakar dan lembaga PUI. Beberapa hal telah dilakukan untuk mengantisipasi hambatan tersebut, seperti dengan menangguhkan tanggal kontrak dan membuat sistem administrasi dan penjadwalan kegiatan secara online. Sebagai tindak lanjut Program PUI untuk Tahun 2017, akan dilakukan beberapa kegiatan untuk menyempurnakan capaian kinerja yaitu : a. Revisi pedoman umum dan teknis,
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
b. Penguatan instrumen dan mekanisme penilaian indikator secara online,
98
c. Pengembangan mekanisme supervisi dalam rangka pembinaan dengan metode teleconference, d. Pelaksanaan sosialisasi lebih awal ke lemlitbang, e. Penguatan baseline data lembaga litbang unggul (termasuk produk unggulan lembaga), f.
Pengembangan klasifikasi Lembaga Litbang,
g. Pengembangan promosi dan diseminasi melalui penguatan public expose produk inovasi PUI, h. Penguatan model mekanisme hilirisasi lembaga litbang unggulmelalui pengembangan asistensi road to industry, i.
Pengembangan
kerjasama
kerjasama
CoE
Internasional, dan Penguatan Asistensi Teknis Lembaga Litbang Unggul berbasis kebutuhan lembaga litbang.
Sasaran 3 : Meningkatnya Relevansi, Kualitas, dan Kuantitas Sumber Daya Iptek dan Dikti Bertolak dari fakta yang ada menunjukkan bahwa kemajuan Indonesia dalam menangani masalah SDM Iptek khususnya ketercukupan jumlah dosen, ilmuwan, dan perekayasa masih perlu ditingkatkan. Disamping itu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar bisa menjadi negara dengan pendapatan tinggi, Indonesia membutuhkan banyak tenaga terampil dari berbagai profesi. Uji kompetensi dan sertifikasi tenaga terampil baru dilakukan untuk tenaga di bidang kesehatan, sedangkan untuk tenaga profesi lain yaitu insinyur, akuntan, dan arsitek belum dilakukan. Dari aspek investasi litbang, perhatian pemerintah terhadap iptek dalam tiga dekade terakhir menunjukkan penurunan terus menerus. Memang secara nominal terjadi peningkatan, namun rasio terhadap keseluruhan APBN terus mengalami penurunan. Pemerintah juga masih merupakan penyedia dana terbesar dan juga pelaku terbesar dari kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia sedangkan sektor swasta masih sangat terbatas peranannya, baik sebagai pelaku apalagi sebagai penyedia dana. Oleh karena itu Sasaran Meningkatnya Relevansi, Kualitas, dan Kuantitas Sumber Daya Iptek dan Dikti merupakan upaya yang harus dilakukan dengan menetapkan indikator kinerja yang harus ditingkatkan yaitu:
a. Jumlah dosen berkualifikasi S3 b. Jumlah pendidik mengikuti sertifikasi dosen c. Jumlah SDM Litbang berkualifikasi Master dan Doktor Dari indikator kinerja tersebut, seluruh indikator kinerja mencapai target. Untuk mencapai sasaran
Sasaran Meningkatnya Relevansi, Kualitas, dan Kuantitas Sumber Daya Iptek dan Dikti pada tahun 2016 telah dianggarkan sebesar Rp 3.094.536.950.572 dengan realisasi sebesar Rp 1.591.760.878.997 atau sebesar 51,44%. Sejauh mana gambaran tingkat ketercapaian sasaran Meningkatnya Relevansi, Kualitas, dan Kuantitas Sumber Daya Iptek dan Dikti adalah sebagai berikut:
Sasaran Strategis
Meningkatnya relevansi, kualitas, dan kuantitas sumber daya Iptek dan Dikti
Indikator Kinerja
Tahun 2016
Target 2015-2019
Realisasi 2015
Target
Realisasi
% Capaian
Jumlah Dosen Berkualifikasi S3
41.500
24.747
28.000
29.140
104,07%
Jumlah Pendidik Mengikuti Sertifikasi Dosen
48.000
10.736
10.000
10.936
109,36%
Jumlah SDM Litbang Berkualifikasi Master dan Doktor
5.450
3.540
3.700
6.647
179,64%
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Tabel 40 Target dan Capaian Indikator Kinerja
99
Sesuai UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat 2, Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kualitas dosen sangat menentukan mutu pendidikan dan lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi di samping kualitas perguruan tinggi itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut, peningkatan kualifikasi dosen sangat penting dalam rangka menunjang peningkatan kualitas perguruan tinggi dan lulusan. Jumlah dosen Berkualifikasi S3 merupakan indikator untuk mengukur kualitas dan kuantitas dosen yang memiliki kualifikasi akademik S3. Jumlah pendidik
(dosen) didasarkan pada data dosen yang berada di lingkungan Kemenristekdikti. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2016 tingkat capaian IKU ini sebanyak 29.140 orang dosen dengan persentase capaian sebesar 104,07 %. Capaian kinerja tahun 2016 ini juga meningkat bila dibandingkan capaian tahun 2015 sebanyak 24.747 orang. Adapun capaian kinerja sampai dengan tahun 2016 terkait target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen Renstra Kemenristekdikti adalah sebesar 67,7%. Jumlah dosen berkualifikasi S3 di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sebesar 19.104 orang dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) sebesar 10.036 orang. Kegiatan pendukung utama dalam upaya pencapaian indikator kinerja antara lain dengan mengembangkan dan memberikan program
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
1. Jumlah Dosen Berkualifikasi S3
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
beasiswa kepada para civitas SDM dosen di Indonesia. Namun, penambahan jumlah dosen berkualifikasi S3 tidak hanya dicapai melalui pemberian beasiswa Kemenristekdikti, tetapi juga berasal dari sumber lain seperti: biaya mandiri, beasiswa perguruan tinggi asal, 20,000 20.000 18,000 18.000 16,000 16.000 14,000 14.000 12,000 12.000 10,000 10.000 8,000 8.000 6,000 6.000 4,000 4.000 2,000 2.000 00
beasiswa dari sponsor lain di luar Kemenristekdikti, rekrutmen dosen baru, dan meningkatnya kesadaran perguruan tinggi untuk memvalidasi data dosen pada pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD-Dikti).
19,104 19.104
10,036 10.036
PTN
PTS
Grafik 14 Jumlah Dosen yang Berkualifikasi S3 Apabila dibandingkan dengan negara lain, jumlah dosen berkualifikasi S3 ditunjukkan dalam Tabel 3 Persentase dosen berkualifikasi S3 di Indonesia masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara lain di Asia (Jepang, Malaysia, dan Vietnam). Dalam persentase jumlah dosen Indonesia dengan kualifikasi S3 (14,7%) masih lebih rendah dibanding
dengan negara Vietnam (20%) dan Malaysia (34%), apalagi jika dibandingkan dengan di negara Jepang yang telah mencapai 100%. Ketertinggalan ini menjadi pemicu untuk lebih meningkatkan kinerjanya dalam upaya mencapai target jangka menengah yang telah ditetapkan.
Tabel 41 Jumlah Dosen di Beberapa Negara Asia
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
No
Indikator
Malaysia3
Indonesia1
Vietnam4
126.702.133
30.949.962
258.316.051
95.261.021
1
Jumlah Penduduk**
2
Jumlah Dosen berkualifikasi S3
178.669
15.399
29.140*
9.152
3
Jumlah Dosen
178.669
45.652
191.433
45.512
5
Persentase Dosen Berkualifikasi S3
100%
34%
14,7%
20%
6
Rasio dosen per satu juta penduduk
1.410
498
113
96
1. Data PD-Dikti, 10 Februari 2017 2. Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology Japan (MEXT), 2013 3. Indikator Pengajian Tinggi Malaysia, Kementerian Pendidikan Malaysia, 2013 4. Ministry of Education and Training Vietnam, 2010 ** Worldfact CIA Tahun 2016
100
Jepang2
300,000,000 300.000.000
258,316,051 258.316.051
250,000,000 250.000.000
200.000.000 200,000,000 150.000.000 150,000,000 126.702.133 126,702,133 95,261,021 95.261.021
50.000.000 50,000,000
30,949,962 30.949.962 178,669 178.669
00
Jepang
15,399 15.399 Malaysia
9,152 9.152
29,140 29.140 Indonesia
Vietnam
Jumlah Penduduk Jumlah Dosen berkualifikasi S3
Grafik 15 Perbandingan Jumlah Dosen Berkualifikasi S3 Terhadap Jumlah Penduduk Di Beberapa Negara Asia Perbandingan antara jumlah dosen berkualifikasi S3 terhadap total jumlah penduduk. Terlihat bahwa jumlah penduduk yang besar tidak sebanding dengan jumlah dosen berkualifikasi S3 yang ada. Setiap satu juta penduduk di Indonesia terdapat 113 orang dosen. Tabel 42 Persentase Pertumbuhan Dosen Berkualifikasi S3 Tahun 2011-2016
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016
S3 14.700 17.142 19.472 21.186 24.747 29.140
% Pertumbuhan - 16,61 13,59 8,80 16,81 15,07
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
100.000.000 100,000,000
101
Sementara itu, berdasarkan data historis tahun 2011-2016 diperoleh rata-rata pertumbuhan peningkatan kualifikasi SDM dosen bergelar doktor adalah 15,1%. Secara kumulatif penerima beasiswa S3 luar negeri Kemenristekdikti sejak tahun 2010 sampai
dengan tahun 2016 terus mengalami peningkatan. Namun demikian, jumlah dosen yang mengikuti program beasiswa S3 per tahunnya mengalami penurunan.
Gambar 31 Jumlah dan Sebaran Penerima Beasiswa Luar Negeri Dosen Kemenristekdikti 2010-2016
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Sumber: PD DIKTI, 2016
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
102
Terkait dengan pengelolaan beasiswa Dikti yang dikembangkan sejak tahun 1978, telah terdapat beberapa perbaikan tata kelola pemberian beasiswa pada manifestasinya. Oleh karena itu, kondisi tersebut telah membangun suatu profesionalisme bagi pengelola di dalamnya. Sejak tahun 2015, program beasiswa bagi dosen telah mengalami perkembangan dengan terintegrasinya pada beasiswa LPDP. Pada tahun 2016 terdapat 11.388 orang dosen yang sedang studi lanjut S2/S3 baik di dalam maupun luar negeri. Beasiswa Kemenristekdikti jenjang S3 diberikan untuk masa studi 4 tahun. Sehingga pada tahun 2016 belum terdata penerima beasiswa yang sudah lulus. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan meningkatnya SDM dosen berkualifikasi Doktor adalah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dalam pasal 31 Ayat (4) UUD 1945 yang menggariskan perlu tersedianya dana sekurangkurangnya 20% dari APBN dan 20% APBD. Dalam hal ini, secara praktis manifestasi dari kebijakan tesebut adalah perlu ditingkatkannya kualitas dan kuantitas sivitas akademik pendidikan tinggi di Indonesia, antara lain dengan program beasiswa dalam dan luar negeri. Sementara itu, faktor lain yang meningkatkan jumlah kualifikasi SDM dosen berkualifikasi S3 adalah dengan adanya UU. No. 14 Tahun 2005 yang mensyaratkan minimum kualifikasi dosen setingkat master. Walaupun target indikator kinerja telah tercapai, namun masih terdapat kendala diantaranya banyak peserta yang lulus tidak tepat pada waktunya dan Drop Out (DO), tidak bisa mengikuti sistem akademik di perguruan tinggi yang bersangkutan, kurang intensif melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, serta terkadang peserta beasiswa melakukan kegiatan di luar kewajiban studi yang menyebabkan terbengkalainya proses studi. Berdasarkan hasil evaluasi, diperoleh rerata masa studi adalah 4,9 tahun. Untuk mahasiswa angkatan 2008 s.d. 2012, rerata persentase DO adalah 1,19 %. Selain itu, terdapat beberapa kendala yang terjadi pada pelaksanaan program beasiswa antara lain:
2. Jumlah Pendidik Mengikuti Sertifikasi Dosen Sesuai amanah UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen tentang profesionalisasi dosen, surat keputusan Menkowasbangpan Nomor 38 tahun 1999 tentang kualifikasi akademik dosen dan berbagai aspek untuk kerja dosen, Permenpan & RB No. 17
dan 64 tahun 2013 tentang jabatan fungsional dosen dan angka kreditnya dan kompetensi dosen itu sendiri sebagai professional, pedagogik, sosial dan kepribadian maka Kemenristekdikti sesuai tugas pokok dan fungsinya telah melaksanakan program sertifikasi dosen dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Sertifikasi Dosen (Serdos) ditetapkan sebagai penetapan kinerja Kemenristekdikti Adapun tujuan dari program sertifikasi dosen ini adalah: 1. Menilai profesionalisme dosen guna menentukan kelayakan dosen dalam melaksanakan tugas. 2. Melindungi profesi dosen sebagai pembelajaran di perguruan tinggi.
agen
3. Meningkatkan proses dan hasil pendidikan. 4. Mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan Nasional. 5. Meningkatkan kesadaran dosen terhadap kewajiban menjunjung tinggi kejujuran dan etika akademik terutama larangan untuk melakukan plagiasi. Sesuai Renstra Kemenristekdikti Tahun 2015 – 2019, ditargetkan setiap tahun terdapat 10.000 orang dosen yang tersertifikasi. Untuk tahun 2016 dari target 10.000 di dapat 10.936 yang mengikuti program sertifikasi dosen. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah pendidik yang mengikuti sertifikasi dosen berfluktuasi sepanjang tahun 2011 s.d. 2016. Jumlah tersebut bergantung pada jumlah pendidik yang lulus proses sertifikasi dosen. Tren Perbandingan Jumlah peserta yang mengikuti dan lulus Serdos mengalami kecenderungan penurunan jumlah peserta yang mengikuti Serdos dari tahun 2011 sampai dengan 2016. Namun demikian, terdapat lonjakan di tahun 2015 dan 2016 bagi peserta yang mengikuti Serdos. Jumlah peserta yang lulus sertifikasi dosen mengalami fluktuasi sepanjang periode tahun 2010 s.d. 2016. Pada Gambar 4 terlihat bahwa jumlah dosen PTN yang lulus sertifikasi cenderung mengalami penurunan hingga tahun 2016, sementara jumlah dosen PTS yang lulus sertifikasi cenderung meningkat. Hal tersebut terutama disebabkan dosen PTN yang mengikuti serdos sebagian besar merupakan dosen yang baru lulus S2 ataupun baru memperoleh jabatan fungsional asisten ahli.
Tabel 43 Sebaran Jumlah Dosen yang Tersertifikasi (2010-2016)
No.
Lembaga Kemenristekdikti 2010
2011
2012
Tahun 2013 2014
2015
2016
Jumlah
1
PTN
8.755
11.684
8.774
3.103
2.850
5.212
1.808
42.186
2
PTS
2.936
6.750
5.195
3.271
3.043
5.513
4.930
31.638
Dosen Pensiun
1.590
316
111
12
0
0
0
2.029
Jumlah Dosen Tersertifikasi
10.101 18.118 13.858
6.362
5.893
10.725
6.738
71.795
Dari jumlah dosen tetap 191.433 telah disertifikasi dosen sebanyak 71.795 orang dosen tetap atau baru sekitar 37% dari total dosen tetap yang telah tersertifikasi. Masih terdapat 119.638 orang yang belum tersertifikasi. Berdasarkan hasil seleksi, 2% dari peserta dosen PTN tidak lulus serdos, sedangkan 88,4% dari peserta dosen PTS tidak lulus serdos. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan pembinaan khusus bagi dosen-dosen PTS yang akan mengikuti Serdos. Jumlah peserta yang lulus sertifikasi dosen mengalami fluktuasi sepanjang periode tahun 2010 s.d. 2016. Pada
Grafik 17 terlihat bahwa jumlah dosen PTN yang lulus sertifikasi cenderung mengalami penurunan hingga tahun 2016, sementara jumlah dosen PTS yang lulus sertifikasi cenderung meningkat. Hal tersebut terutama disebabkan dosen PTN yang mengikuti serdos sebagian besar merupakan dosen yang baru lulus S2 ataupun baru memperoleh jabatan fungsional asisten ahli. Berbagai kendala di atas berdampak pada menurunnya peserta program Sertifikasi Dosen yang memenuhi syarat.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Sesuai Renstra Kemenristekdikti Tahun 2015 – 2019, ditargetkan setiap tahun terdapat 10.000 orang dosen yang tersertifikasi. Untuk tahun 2016 dari target 10.000, terdapat 10.936 orang yang mengikuti program sertifikasi dosen. Dosen yang lulus sertifikasi berjumlah 6.738 dosen.
103
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Grafik 16 Jumlah Peserta Yang Mengikuti dan Lulus Serdos
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
104
Grafik 17 Jumlah Dosen Tidak Lulus Sertifikasi Dosen
Kegiatan pendukung dalam upaya peningkatan pencapaian indikator kinerja antara lain sosialisasi atau diseminasi program sertifikasi dosen secara Nasional, penyediaan sistem informasi sertifikasi dosen, pelaksanaan program pemilihan sesuai dengan jadwal dan penyeleksian yang ketat sehingga menghasilkan dosen yang layak mendapatkan sertifikasi, dan pemenuhan tunjangan bagi dosen yang sudah tersertifikasi. Faktor-faktor penyebab keberhasilan tercapainya target indikator kinerja ini antara lain seleksi bertahap yang dilakukan tepat waktu dan sesuai sasaran setiap tahunnya, diproses secara online melalui sistem sertifikasi dosen, melibatkan Perguruan Tinggi penyelenggara sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, melibatkan assessor dan atau tim penilai dalam menyeleksi calon dosen yang sertifikasi, melakukan evaluasi proses sertifikasi dosen, di monitoring dan di evaluasi oleh seluruh masyarakat dan perguruan tinggi. Walaupun target indikator kinerja telah tercapai, namun masih terdapat kendala pada pelaksanaan sertifikasi dosen, dimana terdapat 119.638 dosen tetap yang belum tersertifikasi disebabkan selain masih S1 dan S2 belum memiliki jabatan fungsional. Belum meratanya akses dosen terhadap sumber belajar, informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Serta belum semua calon peserta sertifikasi dosen memiliki keseragaman pengetahuan dan derajat pemahaman tentang proses dan persyaratan sertifikasi.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan tinggi sebagai tujuan Program Sertifikasi Dosen diperlukan langkah antisipasi antara lain yaitu : a. Dosen wajib meningkatkan dan mengembangkan profesionalismenya secara terus menerus, dan mengaplikasikannya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya; b. Perguruan tinggi wajib memberikan akses kepada dosen terhadap sumber belajar, informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, agar dosen dapat meningkatkan kompetensi dan mengembangkan profesionalismenya.
3. Jumlah SDM Litbang Berkualifikasi Master dan Doktor Kerangka dasar yang digunakan sebagai dasar kebijakan peningkatan kualifikasi SDM Iptek adalah dari Model Canberra Manual, dimana konsep ini merupakan generasi ke lima dari Frascatti Manual. Secara lengkap dengan merujuk pada dokumen OECD, maka konsep ini dijelaskan sebagai berikut: The “Canberra Manual” mendefinisikan: “HRST as people who fulfil one or the other of the following conditions: 1. They have successfully completed education at the tertiary level in an S&T field of study. 2. They are not formally qualified as above, but are employed in a S&T occupation where the above qualifications are normally required.”
mereka tidaklah relevan. Dalam kerangka kebijakan Kemenristekdikti, maka dimensi pengukuran peningkatan kualifikasi SDM Iptek dijadikan sebagai bagian dari Indikator Kinerja Utama.
Pada Tabel 43 diatas terlihat bahwa jumlah total peneliti yang terdaftar di Pusbindiklat LIPI dengan kualifikasi gelar Master dan Doktor di Indonesia.
Tabel 44 Distribusi Peneliti Bergelar Master dan Doktor Sumber Data: Pusdatin 2017
DATA PENELITI PER DESEMBER 2016 NO.
NAMA INSTANSI
S2
S3
1
Kementerian Pertanian
778
375
2
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
800
326
3
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
344
32
4
Kementerian Kelautan dan Perikanan
266
70
5
Kementerian Kesehatan
273
59
6
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
142
36
7
Badan Tenaga Nuklir Nasional
182
78
8
Kementerian Perindustrian
140
18
9
Kementerian Dalam Negeri
155
17
10
LAPAN
111
20
11
Kementerian ESDM
131
20
12
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
142
20
13
BPPT
129
89
14
Kementerian Agama
103
13
15
Kementerian Perhubungan
77
2
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2016 tingkat capaian IKU Jumlah SDM Litbang Berkualifikasi Master dan Doktor ini sebanyak 6.647 orang dengan persentase capaian sebesar 179%. Capaian kinerja tahun 2016 ini juga meningkat bila dibandingkan capaian tahun 2015
105
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Secara praktis pengukuran dimensi SDM Iptek mensyaratkan dua dimensi, yaitu kualifikasi dan pekerjaan. Dalam model Canberra Manual, manifestasi dari Human Resources in Science and Technology (HRST) atau yang dikenal dengan istilah SDM Iptek dapat diturunkan pada tiga kasus, yaitu (i) Qualified and employed as HRST, dimana dalam hal ini orang-orang yang bekerja pada ranah sesuai dengan pendidikan bidang keilmuannya secara linier; (ii) Qualified as HRST but not so employed, dimana pada kasus ini adalah orang-orang yang menganggur namun mereka terdidik dan memiliki pendidikan pada bidang-bidang Iptek; (iii) Employed as HRST but not so qualified, yaitu orang-orang yang bekerja pada ranah Iptek namun latar belakang pendidikan
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
DATA PENELITI PER DESEMBER 2016
106
NO.
NAMA INSTANSI
S2
S3
16
Kementerian Komunikasi dan Informasi
63
3
17
Kementerian Keuangan
64
8
18
Kementerian Sosial
35
5
19
Seketaris Jenderal DPR RI
74
6
20
BMKG
46
5
21
Kementerian Hukum dan HAM
37
0
22
Lembaga Administrasi Negara
46
1
23
Badan Informasi Geospasial
24
10
24
BKKBN
34
1
25
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi
17
0
26
Kejaksaan Agung
4
0
27
Kementerian Koperasi & UKM
18
5
28
Kementerian Perdagangan
15
1
29
Kementerian Ketenagakerjaan
12
0
30
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
9
0
31
Mahkamah Konstitusi
16
0
32
Kementerian Pertahanan
3
1
33
Badan Pusat Statistik
7
2
34
Badan Pertanahan Nasional
5
1
35
Badan Standarisasi Nasional
4
0
36
Badan Pengawas Tenaga Nuklir
2
3
37
Komisi Nasional HAM
4
0
38
Mahkamah Agung RI
4
1
39
Arsip Nasional RI
1
0
40
Badan Kepegawaian Negara
4
0
41
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman
0
3
42
Badan Narkotika Nasional
0
0
J U M L A H
4.321
1.231
Pada Tabel 43 diatas terlihat bahwa jumlah total peneliti yang terdaftar di Pusbindiklat LIPI dengan kualifikasi gelar Master dan Doktor di Indonesia adalah sebanyak 5.552 orang.
Sementara itu kelompok SDM Iptek lainnya pada fungsional Perekayasa memiliki jumlah personil bergelar Master dan Doktor sebanyak 1.088 orang. Berikut secara detail ditampilkan pada Tabel 44.
Instansi
S2
S3
1
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
5
0
2
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
572
173
3
Badan Tenaga Nuklir Nasional
16
0
4
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
55
4
5
Kementerian Kebudayaan, Pendidikan dasar dan Menengah
51
3
6
Kementerian Kelautan dan Perikanan
74
5
7
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
28
2
8
Kementerian Perhubungan
9
0
9
Kementerian Perindustrian
12
1
10
Kementerian Pertanian
19
6
11
Kementerian Tenaga Kerja
7
0
12
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
10
3
13
Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional
30
0
14
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
1
0
15
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
1
0
16
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
1
0
891
197
JUMLAH
Sumber Data: Pusdatin 2017
107
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
No
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Tabel 45 Distribusi Fungsional SDM Iptek Perekayasa
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
108
Adapun kelompok SDM Iptek lainnya adalah dari Litkayasa, dengan jumlah personil yang bergelar Master dan Doktor sebanyak 7 orang. Berikut pada tabel 10 akan ditampilkan distribusinya. Tabel 46 Distribusi SDM Iptek dari fungsional Litkayasa Sumber Data: Pusdatin 2017
No
Instansi
S2
1
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
1
2
Badan Tenaga Nuklir Nasional
0
3
Kementerian Agama
0
4
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
0
5
Kementerian Kelautan Dan Perikanan
1
6
Kementerian Kesehatan
0
7
Kementerian Komunikasi dan Informatika
0
8
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
1
9
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
0
10
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
0
11
Kementerian Perhubungan
0
12
Kementerian Perindustrian
0
13
Kementerian Pertanian
4
14
Kementerian Sosial
0
15
Kementerian Tenaga Kerja
0
16
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
0
17
Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional
0
JUMLAH
7
Adapun pertumbuhan SDM Iptek di Indonesia dari periode tahun 2011 hingga 2016, ditampilkan dalam histogram pada grafik dibawah berikut ini.
6647 6.647
7000 7.000 6000 6.000
4000 4.000
3140 3.140
3260 3.260
2011
2012
3477 3.477
3562 3.562
3540 3.540
2013
2014
2015
3000 3.000 2000 2.000 1000 1.000 00
2016
Grafik 18 Jumlah SDM Litbang berkualifikasi Master dan Doktor Periode 2011-2016
Melihat pada grafik di atas, maka IKU untuk SDM Iptek bergelar Master dan Doktor telah tercapai. Walaupun target IKU telah tercapai, namun masih terdapat potensi hambatan dalam meningkatkan jumlah SDM Litbang berkualifikasi Master dan Doktor, yaitu sejak meningkatnya aging populasi (tingkat pensiun) sivitas SDM Lembaga Litbang di Indonesia. Hal ini akan mempengaruhi jumlah populasi SDM Lembaga Litbang di Indonesia secara agregat di tahun-tahun mendatang.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
5000 5.000
109
Tabel 47 Jumlah Kualifikasi SDM IPTEK dan Jumlah Karyasiswa Tahun 2011-2016
Jumlah Karyasiswa Jumlah Karyasiswa APBN Riset Pro
Tahun
Jumlah SDM IPTEK
Jumlah Agregat
2011
3.140
81
0
81
2012
3.260
102
0
102
2013
3.477
104
35
139
2014
3.562
67
42
109
2015
3.540
69
134
203
2016
3.906
46
221
269
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Terkait dengan pengembangan kualifikasi Master dan Doktor bagi staf SDM litbang, maka kemenristekdikti telah memberikan beasiswa kepada berbagai lembaga litbang di Indonesia. Tabel 46 menunjukkan peningkatan jumlah SDM IPTEK dan jumlah karyasiswa Kemenristekdikti.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Sementara itu berdasarkan hasil monev studi lanjut SDM Litbang tahun 2016, diperoleh rerata IPK karyasiswa adalah 3,05. Angka tersebut berada di bawah target rerata IPK yaitu sebesar 3,5. Selain itu dari segi indeks jumlah paper yang dihasilkan, rerata paper Nasional yang dihasilkan sebesar 0,51 sedangkan rerata paper internasional mencapai 0,29. Rerata konferensi internasional yang diikuti oleh karyasiswa SDM Litbang tingkat master dan doktor mencapai 0,42. Apabila setiap karyasiswa diwajibkan menulis paper dan/atau mengikuti konferensi internasional, seharusnya diperoleh indeks produksi paper Nasional/internasional sebesar 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem seleksi calon karyasiswa perlu diperketat agar diperoleh intake mahasiswa dengan kemampuan yang lebih baik.
dasar dan terapan untuk meningkatkan academic excellence juga mendorong lebih banyak lagi pelaksanaan riset melalui pola konsorsium yang melibatkan lembaga litbang, pemerintah dan dunia usaha/industri sehingga menghasilkan prototipe yang dapat diadopsi oleh industri. Disamping itu juga memfasilitasi peningkatan perolehan HKI domestik, dengan memberikan insentif berupa insentif inventor yang ingin mendaftarkan paten, dan fasilitasi pembentukan dan penguatan sentra HKI. Oleh karena itu Sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Riset dan Pengembangan merupakan upaya yang harus dilakukan dengan menetapkan indikator kinerja yang harus ditingkatkan yaitu: 1. Jumlah HKI yang didaftarkan 2. Jumlah publikasi internasional
Sasaran 4 : Meningkatnya Relevansi Dan Produktivitas Riset Dan Pengembangan
3. Jumlah prototipe R&D (TRL s.d. 6) 4. Jumlah prototipe industri (TRL 7) Dari 4 (empat) indikator kinerja, semua indikator kinerja telah memenuhi target. Untuk mencapai sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Riset dan Pengembangan pada tahun 2016 telah dianggarkan sebesar Rp 1.515.260.927.028 dengan realisasi sebesar Rp 1.444.088.389.129 atau sebesar 95.30%. Gambaran tingkat ketercapaian sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Riset dan Pengembangan adalah sebagai berikut:
Produktivitas penelitian atau riset dan pengembangan dinilai oleh empat indikator yaitu paten, publikasi ilmiah dan prototype R&D dan prototipe industri. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi terus mendorong peningkatan perolehan HKI, diantaranya melalui instrumen kebijakan Insentif Riset SINas, disamping riset-riset
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Tabel 48 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Riset dan Pengembangan
110
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Jumlah HKI yang didaftarkan Meningkatnya Jumlah publikasi internasional relevansi dan produktivitas riset dan pengembangan Jumlah prototipe R&D (TRL s.d 6) Jumlah prototipe industri (TRL 7)
Target Realisasi 2015-2019 2015
Tahun 2016 Target
Realisasi
%
2.305
1.521
1.735
3.184
185%
12.089
6.470
6.229
9.574
153%
1.081
1.611
632
791
125%
15
4
15
45
300%
1. Jumlah HKI Yang Didaftarkan
namun hal ini sudah merupakan sebuah Guaranted, yang memang menjadi kebanggaan bagi si penemu/ dosen/peneliti dan aset bagi keberhasilan perguruan tinggi/lembaga litbang dalam rangka pengembangan keilmuan.
Penetapan Jumlah HKI yang didaftarkan sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) bertujuan untuk meningkatkan perolehan perlindungan HKI dengan menggali secara maksimum potensi HKI yang diperoleh dari suatu kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang sedang berjalan maupun yang sudah selesai yang dilakukan oleh dosen/ peneliti. Program perolehan dan pendaftaran HKI dibatasi untuk perolehan paten dan paten sederhana. Sedangkan yang berupa Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Dalam Rencana Strategis 2015-2019, target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk Jumlah HKI yang didaftarkan sebesar 2.305 HKI, capaian pada tahun 2014 sebesar 1.521 HKI, pada tahun 2015 sebesar 1.735 HKI sedangkan tahun 2016 Jumlah HKI yang didaftarkan sudah mencapai 3.184 atau dengan persentase capaian kinerja 138% terhadap target Renstra 2015 - 2019, capaian tersebut seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 49 Capaian Indikator Kinerja Jumlah HKI yang Didaftarkan
Tahun/Jumlah
Indikator Kinerja
Target 2015-2019
2014
2015
2016
Jumlah HKI yang didaftarkan
2.305
1.521
1.735
3.184
Tabel 50 Perbandingan Jumlah Permintaan Paten Antara Negara-Negara ASEAN & Jepang
No
Negara
1
International Patent
Domestic Patent
2013
2014
1015
2013
2014
2015
Indonesia
7
16
13
684
795
777
2
Malaysia
224
350
263
1.263
1.275
1.136
3
Filipina
21
14
21
668
759
822
4
Singapura
593
641
661
750
895
1.056
5
Thailand
20
72
67
2.441
2.452
2.161
6
Vietnam
5
9
18
524
521
493
7
Jepang
29.802
32.150
3.875
303.114
296.970
293.885
Sumber : Kemenkumham
111
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Sangat disadari sepenuhnya bahwa proses peraihan Paten di Kementerian Hukum dan HAM RI memerlukan waktu cukup lama sejak sebuah pendaftaran invensi/ penemuan dosen/peneliti pada lembaga tersebut,
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan, pada tahun 2016 tingkat capaian indikator ini melebihi target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 1.735 berhasil terealisasi sebesar 3.184 dengan persentase capaian kinerja sebesar 184%. Hal ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Pada tahun 2016 target kinerja Jumlah HKI yang didaftarkan terpenuhi, namun apabila melihat data tabel di atas, Indonesia masih tertinggal cukup jauh Malaysia, Filipina dan Thailand, Indonesia masih diatas Vietnam, sehubungan itu Indonesia masih terus selalu berupaya untuk secara terus menerus mengupayakan lebih keras lagi melakukan suatu terobosan baik fasilitas dana, maupun fasilitasi kebijakan dan termasuk meningkatkan sumberdaya hasil Riset yang mengarah pada permintaan Paten. Meningkatnya capaian kinerja ini diantaranya terkait adanya Undang-Undang No. 13 Tahun 2016 tentang Paten, yang berisi solusi pengaturan mengenai beberapa substansi penting, antara lain:
b. Imbalan bagi peneliti Pegawai Negeri Sipil yang merupakan bagian dari Aparatur Sipil Negara untuk meningkatkan jumlah Paten dalam negeri, dan sekaligus mendorong semangat para peneliti yang berstatus Pegawai Negeri Sipil.
d. Penyempurnaan ketentuan terkait invensi baru dan langkah inventif untuk publikasi di Perguruan Tinggi atau lembaga ilmiah Nasional. e. Hak Atas Paten dapat beralih/dialihkan dan bahkan dapat dijadikan objek jaminan fidusia. f. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
i.
Pengaturan Paten sederhana, yang memberikan kemudahan dan keberpihakan kepada para Peneliti dan Pengusaha lokal, utamanya UKM (Usaha Kecil dan Menengah) untuk mempatenkan hasilhasil karyanya, akan mendorong semangat para pengusaha kecil dan menengah untuk bekerja sama dengan para peneliti dan sekaligus akan mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan ekonomi kreatif.
j.
Percepatan/Pengurangan pemeriksaan substantif.
a. Pemanfaatan dengan sistem elektronik Kekayaan Intelektual untuk peningkatan layanan dan manajemen Kekayaan Intelektual Nasional.
c. Dimungkinkannya kepemilikan Paten oleh Instansi pemerintah dan Inventor, kecuali diperjanjikan lain, akan memberikan semangat baru bagi peneliti untuk terus mempatenkan hasil karyanya walau sudah berusia menjelang purna tugas.
112
h. Keharusan pengungkapan dengan jelas dan benar asal sumber daya genetik dan/atau pengetahuan tradisional dalam deskripsi paten. Ketentuan ini sejalan dengan Nagoya Protokol yang dimaksudkan dalam rangka Access Benefic Sharing sebagai upaya melindungi Sumber Daya Genetik Pengetahuan Tradisional (SDGPT). Perubahan mekanisme pembayaran biaya tahunan paten dari setelah Pemegang Paten memanfaatkan hak ekskulsifnya menjadi sebelum Pemegang Paten memanfaatkan hak eksklusifnya.
Menambah kewenangan Komisi Banding untuk memeriksa permohonan koreksi atas deskripsi, klaim, atau gambar setelah Permohonan diberi paten dan penghapusan Paten yang sudah diberi.
g. Pengangkatan dan pemberhentian ahli oleh Menteri sebagai Pemeriksa. Ketentuan ini merupakan terobosan untuk menjawab tantangan perkembangan teknologi yang sangat pesat, dimana diperlukan para professional pemeriksa yang memiliki tingkat kemampuan advance di bidang teknologi mutakhir dan juga untuk pemberdayaan ilmuwan dan ahli di bidang teknologi yang tersebar di perguruan tinggi dan litbang Pemerintah untuk berkiprah dalam pembangunan sistem paten Nasional. Pengaturan mengenai force majeur dalam pemeriksaan administratif dan substantif Permohonan sera Pengaturan ekspor dan impor terkait Lisensi-wajib.
waktu
penyelesaian
k. Pengecualian pembayaran biaya tahunan Paten bagi Perguruan Tinggi dan Litbang Pemerintah. Namun demikian secara umum masih ada beberapa permasalahan dan kendala yang perlu mendapatkan perhatian, diantaranya: a. Jumlah peneliti/perekayasa, dosen dan mahasiswa melakukan penelitian yang memiliki paten potensial tidak optimal. Pemahaman Hak Kekayaan Intelektual di lembaga litbang, perguruan tinggi dan industri, khususnya peneliti/ perekayasa, dosen dan mahasiswa masih kurang. Peneliti/perekayasa, dosen hanya sekadar melakukan penelitian semata, tetapi tidak mempunyai tujuan bahwa setiap penelitian harus menjadi sebuah invensi yang akan didaftarkan sebagai Paten atau Paten Sederhana, karena apabila suatu penelitian tidak ditujukan untuk menjadi invensi, maka hasil penelitian tersebut hanya akan menjadi pengisi jurnal ilmiah atau proceeding. b. Pusat HKI di lembaga litbang dan Perguruan Tinggi masih belum sepenuhnya mendapat dukungan dari pemimpin. c. Perlu adanya usaha untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang belum dimiliki oleh pengelola sentra HKI melalui training sehingga tidak terjadi kemandekan bahkan kemunduran kemampuan pengelola sentra HKI.
f.
Kekhawatiran para pemilik paten (Granteed Paten) khususnya di kalangan lembaga litbang dan perguruan tinggi dalam hal pembiayaan pemeliharaan paten yang dikenakan setiap tahun, terlebih paten tersebut belum dapat dikomersialisasikan. Walaupun sejak November 2016 telah dilakukan penurunan tarif.
Melihat hambatan dan permasalahan tersebut di atas, beberapa langkah antisipasi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Pelatihan Pemanfaatan Hasil Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kreatifitas peneliti/perekayasa, dosen dan mahasiswa yang berpotensi paten yang di dalamnya memberikan pemahaman yang lebih untuk lembaga litbang dan universitas, khususnya, peneliti/perekayasa, dosen, mahasiswa dan peneliti, tentang pentingnya Hak Kekayaan Intelektual. Mendorong peneliti dari lembaga litbang dan perguruan tinggi untuk terus melakukan penelitian yang berpotensi paten. b. Memberikan insentif dan pendanaan dalam rangka mendorong motivasi bagi peneliti maupun peningkatan kapasitas lembaga melalui berbagai program.
d. Memberikan pemahaman kepada lembaga litbang/perguruan tinggi khususnya peneliti/ perekayasa, dosen dan mahasiswa akan arti pentingnya Hak Kekayaan Intelektual.
2. Jumlah Publikasi Internasional Salah satu ukuran produktivitas hasil Iptek adalah publikasi baik dalam publikasi Nasional maupun internasional yang bereputasi. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan, pada tahun 2016 tingkat capaian indikator ini telah mencapai target yang ditetapkan bahkan telah melebihi target capaian. Dari target yang ditetapkan sebesar 6.229 Publikasi Internasional, terealisasi sebesar 9.574 Publikasi Internasional dengan persentase capaian kinerja sebesar 153%. Jika dibandingkan dengan tahun 2015 dengan capaian 6.470, capaian tahun 2016 mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Walaupun capaian kinerja tahun 2016 melebihi target, namun jika dibandingkan dengan negaranegara Asean, khususnya dengan Thailand masih cukup jauh ketinggalan, terlebih jika dibandingkan dengan Malaysia, Singapura. Tetapi untuk Vietnam dan Filipina jumlah publikasi internasional Indonesia masih di atas dua negara terakhir.
Tabel 51 Publikasi Internasional Negara ASEAN 2014-2016
Negara
2013
2014
2015
2016
Malaysia
25.176
28.199
26.560
24.910
Singapore
18.931
19.456
19.619
18.950
Thailand
12.206
13.483
12.652
13.142
Indonesia
5.068
6.380
7.766
9.574
Vietnam
3.664
4.029
4.404
5.123
Phillipines
1.889
2.131
2.468
2.382
Sumber : Scopus
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
e. Pemahaman terhadap Hak Kekayaan Intelektual di kalangan lembaga litbang dan perguruan tinggi masih lemah.
c. Mendorong pertemuan antara penemu dan pengusaha serta industri sebagai pengguna karya penelitian yang telah diberikan paten untuk memberikan lebih banyak kesempatan kepada pemilik paten untuk dapat dikomersialkan.
113
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
d. Terbatasnya jumlah peneliti/perekayasa, dosen dan mahasiswa yang melakukan penelitian yang berpotensi paten.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
30,000 30.000 25,000 25.000 20,000 20.000 15,000 15.000 10,000 10.000 5,000 5.000 -
MALAYSIA
SINGAPORE
THAILAND
2013
2014
INDONESIA 2015
VIETNAM
PHILLIPINES
2016
Grafik 19 Publikasi Internasional Negara ASEAN
Dalam rencana strategis 2015-2019, target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk Publikasi Internasional adalah 12.089, sampai dengan tahun 2016 capaian jumlah Publikasi Internasional adalah 9.574 atau 79,20%. Sehingga dalam kurun 3 (tiga) tahun waktu sampai dengan tahun 2019, harus dapat meningkatkan jumlah Publikasi Internasional sebanyak 2.515 atau dalam pertahun harus menghasilkan kurang lebih 838 Publikasi Internasional. Dari Grafik 19 terlihat bahwa Malaysia dan Thailand dalam tiga tahun terakhir memiliki kecenderungan turun, sementara Singapura cenderung stagnan, Sedangkan Indonesia terus menaik, bahkan di tahun 2016 ini angka kenaikan cukup signifikan yaitu di sekitar 2500 publikasi (lihat grafik publikasi negaranegara asean 2013-2016)
Secara signifikan bahwa hampir setiap tahun kinerja perguruan tinggi baik negeri maupun swasta meningkat dalam produktifitas publikasi baik di Jurnal Internasional maupun Nasional yang terakreditasi. Posisi Indonesia di Scientific Journal Ranking (SJR) pada posisi 61 dengan H-Indek sebesar 112. H-Indek merupakan indeks komposit dari 5 indikator : (1) jumlah dokumen atau publikasi dari tahun 19962007, (2) jumlah publikasi yang layak dikutif (citabel document), (3) jumlah kutipan (citation), (4) jumlah kutipan sendiri (self citations) dan (5) jumlah kutipan per dokumen (citation per documents). Di antara negara-negara ASEAN, posisi Indonesia hanya lebih baik dari Vietnam dan Filipina, seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Tabel 52 Peringkat Scientific Journal Ranking
114
Peringkat
Negara
Dokumen
Dokumen yang dapat dikutif
Jumlah Kutipan
Menguntif Sendiri
Kutipan per dokumen
Indeks-H
52
Singapore
149.509
144.653
1.616.952
230.656
12.95
268
40
Malaysia
99.187
97.018
356.918
93.479
7.85
125
43
Thailand
82.209
79.537
621.817
109.600
10.96
167
61
Indonesia
20.166
19.740
146.670
16.149
10.94
112
67
Vietnam
16.474
16.116
125.527
18.500
11.79
107
70
Filipina
13.163
12.796
141.070
15.727
13.38
116
Untuk merealisasikan kinerja publikasi ilmiah di jurnal internasional, maka diupayakan dosen/ peneliti melakukan penelitian yang lebih fokus pada permasalahan kebutuhan strategis baik bersifat penelitian lokal, Nasional maupun internasional dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di perguruan, kemudahan penggunaan fasilitas laboratorium perguruan tinggi, pemberian regulasi kebijakan yang mengarah pada kemudahan akses penelitian, dan regulasi tentang manajemen administrasi penggunaan keuangan riset/penelitian dan sistem reward yang sangat memadai. Untuk mendukung dan menunjang keberhasilan mencapai target realisasi tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan untuk peningkatan kapasitas program Karya Ilmiah yang dipublikasikan menjadi Jurnal Internasional (penyusunan pedoman, sosialisasi dan pelatihan penulisan artikel, peningkatan kapasitas lembaga pengelola jurnal, pengiriman dosen untuk mengikuti Seminar Internasional atau secara langsung substansi membantu pembiayaan langganan jurnal internasional yang dapat diakses secara mudah dan gratis oleh dosen peneliti di perguruan tinggi). Dari kegiatan pemberian hibah, insentif, bantuan, langganan e-journal, sosialisasi, monitoring dan pelatihan/workshop penyusunan hasil penelitian, PPM dan KPM serta kegiatan-kegiatan dalam rangka publikasi internasional sebagaimana tersebut di
Beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya pencapaian IKU jumlah publikasi internasional, diantaranya: a. Kurang berkembangnya budaya menulis di perguruan tinggi, dan/atau rendahnya kemauan dan kemampuan menulis hasil-hasil penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat dalam jurnal bermutu. b. Sempitnya sirkulasi persebaran jurnal terkait oleh tiras yang sedikit, serta disebabkan oleh penggunaan bahasa yang tak terbacakan secara luas. c. Motivasi melakukan penelitian belum diimbangi dengan tanggung jawab moral sebagai peneliti untuk menyebarluaskan hasil-hasil penelitiannya yang sangat berguna bagi masyarakat luas baik untuk kepentingan praktis maupun pengembangan teoretis. Melihat hambatan dan permasalahan tersebut di atas, beberapa langkah antisipasi yang akan dilaksanakan di masa yang adalah sebagai berikut :
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Upaya membangun perguruan tinggi yang mengarah kepada universitas riset masih sulit dilakukan karena beberapa kendala, yaitu : (1) banyak perguruan tinggi lebih berorientasi pada penyelenggaraan program akademik dan program studi yang laku di pasaran (diploma dan kelas ekstensi) yang menjadi sumber pendapatan terbesar perguruan tinggi (2) ketiadaan fokus pengembangan institusi untuk menjadi pusat unggulan sebagai wujud mission differentiation dan (3) beban mengajar para dosen yang sangat tinggi serta kurang tersedia waktu dan dana untuk melakukan penelitian/riset. Kegiatan riset yang jarang dilakukan berdampak pada terbatasnya publikasi di jurnal ilmiah Nasional maupun jurnal internasional.
atas sangat berpengaruh terhadap hasil karya ilmiah hasil penelitian yang dipublikasikan baik pada jurnal Nasional dan internasional yang terakreditasi baik untuk dosen itu sendiri maupun perguruan tinggi sebagai capaian kinerja penelitian/ppm tersebut.
115
a. Perlunya sosialisasi, pelatihan penulisan, dan insentif/hibah bagi dosen/peneliti guna memotivasi menulis artikel ilmiah bermutu; b. Dilakukannya Akreditasi Jurnal Nasional secara elektronik, sehingga mampu meningkatkan jumlah dan memperluas sirkulasi persebaran jurnal Nasional, serta meningkatkan jumlah jurnal internasional; c. Perlu adanya kebijakan yang mendukung peningkatan publikasi ilmiah, seperti kewajiban menerbitkan artikel bagi calon lulusan pascasarjana. Salah satu faktor dalam rangka meningkatkan Publikasi Internasional, adalah terfasilitasi dan tersedianya wadah untuk menampung publikasi ilmiah berupa lembaga Jurnal Ilmiah di dalam negeri. Hal ini sangat membantu dalam rangka proses pembelajaran menuju Publikasi Internasional. Faktor yang mendukung peningkatan jumlah publikasi internasional diantaranya adanya:
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Sebagaimana diketahui bahwa jumlah perguruan tinggi di Indonesia sekarang telah mencapai 4.000 perguruan tinggi, sedangkan jumlah dosen perguruan tinggi sekitar 200.000 dosen, sebenarnya kondisi ini memungkinkan untuk mendongkrak jumlah publikasi hasil penelitian, namun kenyataannya jumlah sumberdaya yang berkualitas (ilmuwan, akademisi, peneliti), tidak menjadi jaminan dan tidak semua ahli berkesempatan melakukan riset-riset ilmiah berskala besar yang melahirkan penemuan/invensi baru.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
a. Kebijakan yang memihak pada pertumbuhan publikasi Internasional yaitu : Surat Edaran Dirjen Dikti No. 152 tahun 2012 dimana setiap Sarjana (S1), Magister (S2) dan Doktor (S3) untuk dapat lulus harus mempublikasikan tugas akhirnya di jurnal Nasional, Nasional terakreditasi dan Internasional. b. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka kreditnya c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 78 Tahun 2013 tentang pemberian tunjangan profesi dan Tunjangan kehormatan bagi Dosen yang menduduki Jabatan Akademik Profesor d. Kebijakan-kebijakan yang telah disebut diatas, beserta instrumen pendukung kebijakan yang dimiliki Kemenristekdikti (berupa insentif dan lain-lain) membuat jumlah publikasi internasional bisa diprediksi pertumbuhannya, berdasarkan sumber potensi publikasi yaitu : dosen dan peneliti, berdasarkan prediksi ini, di tahun 2019 Indonesia bisa mengungguli Malaysia, yang artinya Indonesia menjadi juara di level ASEAN di tahun 2019.
3. Jumlah Prototipe R & D TRL s.d 6 Tingkat Kesiapan Teknologi atau TRL (Technology Readiness Level) merupakan hasil dari rekayasa riset dan/atau penelitian untuk dapat disiapkan menjadi suatu bentuk teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (pemerintah, masyarakat dan dunia industri). Terdapat 9 (sembilan) tingkat kesiapan teknologi atau TRL baik dari tingkat 1 sampai dengan tingkat 9, yang tiap tingkat terdapat kesiapan-kesiapan untuk teknologi. Sedangkan untuk tingkat TRL s.d 6 gambarannya adalah riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal ini dapat menyangkut studi analitis dan studi laboratorium untuk memvalidasi secara fisik atas prediksi analitis tentang elemen-elemen terpisah dari teknologi. Untuk memperjelas uraian dan gambaran tingkat kesiapan teknologi atau TRL, diperlihatkan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 53 Tingkat Kesiapan Teknologi (TRL, Technology Readiness Level)
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
TRL
116
9
8
Penjelasan
Sistem benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian
Aplikasi (penerapan) teknologi secara nyata dalam bentuk akhirnya dan di bawah kondisi yang dimaksudkan (direncanakan) sebagaimana dalam pengujian dan evaluasi operasional. Pada umumnya, ini merupakan bagian/aspek terakhir dari upaya perbaikan/penyesuaian (bug fixing) dalam pengembangan sistem yang sebenarnya. Contoh-contohnya termasuk misalnya pemanfaatan sistem dalam kondisi misi operasional.
Sistem telah lengkap dan memenuhi syarat (qualified) melalui pengujian dan demonstrasi dalam lingkungan/ aplikasi sebenarnya
Teknologi telah terbukti bekerja/berfungsi dalam bentuk akhirnya dan dalam kondisi sebagaimana yang diharapkan. Pada umumnya, TKT ini mencerminkan akhir dari pengembangan sistem yang sebenarnya. Contohnya termasuk misalnya uji pengembangan dan evaluasi dari sistem dalam sistem persenjataan sebagaimana dirancang dalam rangka memastikan pemenuhan persyaratan spesifikasi desainnya.
Prototipe mendekati atau sejalan dengan rencana sistem operasionalnya. Keadaan ini mencerminkan langkah perkembangan dari TKT/ TRL 6, membutuhkan demonstrasi dari prototipe sistem nyata dalam suatu lingkungan operasional, m seperti misalnya dalam suatu pesawat terbang, kendaraan atau ruang angkasa. Contoh-contohnya termasuk misalnya pengujian prototipe dalam pesawat uji coba (test bed aircraft).
7
Demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan/ aplikasi sebenarnya
6
Riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal ini dapat menyangkut studi analitis dan studi laboratorium untuk memvalidasi secara Demonstrasi model atau prototipe sistem/subsistem fisik atas prediksi analitis tentang elemen-elemen dalam suatu lingkungan yang relevan terpisah dari teknologi. Contoh-contohnya misalnya komponen-komponen yang belum terintegrasi ataupun mewakili.
5
4
3
Validasi kode, komponen dan/atau breadboard validation dalam suatu lingkungan simulasi
Keandalan teknologi yang telah terintegrasi (breadboard technology) meningkat secara signifikan. Komponen-komponen teknologi yang mendasar diintegrasikan dengan elemen-elemen pendukung yang cukup realistis sehingga teknologi yang bersangkutan dapat diuji dalam suatu lingkungan tiruan/simulasi. Contoh-contohnya misalnya integrasi komponen di laboratorium yang telah memiliki keandalan tinggi ('high fidelity').
Validasi kode, komponen dan/atau breadboard validation dalam lingkungan laboratorium
Komponen-kompoenen teknologi yang mendasar diintegrasikan untuk memastikan agar bagianbagian tersebut secara bersama dapat bekerja/ berfungsi.Keadaan ini masih memiliki keandalan yang relatif rendah dibanding dengan sistem akhirnya. Contoh-contohnya misalnya integrasi piranti/perangkat keras tertentu (sifatnya ad hoc) di laboratorium.
Pembuktian konsep (proof-of-concept) fungsi dan/atau karakteristik penting secara analitis dan eksperimental
Riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal ini dapat menyangkut studi analitis dan studi laboratorium untuk memvalidasi secara fisik atas prediksi analitis tentang elemen-elemen terpisah dari teknologi. Contoh-contohnya misalnya komponen-komponen yang belum terintegrasi ataupun mewakili.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Penjelasan
117
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
TRL
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
2
1
TRL
Penjelasan
Formulasi konsep dan/atau aplikasi teknologi
Invensi dimulai. Saat prinsip-prinsip dasar diamati, maka aplikasi praktisnya dapat digali/ dikembangkan. Aplikasinya masih bersifat spekulatif dan tidak ada bukti ataupun analisis yang rinci yang mendukung asumsi yang digunakan. Contohcontohnya masih terbatas pada studi makalah.
Prinsip dasar dari teknologi diteliti dan dilaporkan
Tingkat terendah dari kesiapan teknologi. Riset ilmiah dimulai untuk diterjemahkan kedalam riset terapan dan pengembangan. Contoh-contohnya misalnya berupa studi makalah menyangkut sifatsifat dasar suatu teknologi (technology's basic properties).
Sumber : Graettinger, et al., (2002)
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Sebuah inovasi atau hasil temuan baru atau invention dari hasil karya peneliti belum dapat dikatakan teknologi apabila hasil temuan tersebut belum mengandung unsur-unsur kesiapan yang benar-benar dapat diterapkan, dan mempunyai nilai keunggulan, baik teknologi baru atau pembaharuan.
118
Amanat yang ditargetkan dalam tahun 2016 jumlah prototipe TRL s.d 6, sebesar 632 prototipe, berhasil terealisasi sebesar 791 prototipe (dimana berasal dari 666 prototipe BOPTN penelitian dengan Insinas sebesar 125 prototipe) dengan persentase capaian kinerja sebesar 125%. Dalam rencana strategis 20152019, target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk Jumlah prototipe R&D (TRL s.d 6) sebesar 1.081, sampai dengan tahun 2016 jumlah prototipe R&D (TRL s.d 6) sudah mencapai 2.402 atau dengan persentase capaian kinerja 222%. Ketercapaian target jumlah prototipe R&D (TRL s.d 6) didukung oleh kegiatan pengembangan prototipe riset Hankam dan Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (Insentif Riset SINas) yang merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dikembangkan dengan mempertimbangkan perlunya optimalisasi sumberdaya litbang, meningkatkan sinergi Lemlitbang dengan industri, memperkuat kapasitas Iptek di Lemlitbang dan industri. Insentif Riset SINas berupa skema bantuan pendanaan riset ini dimaksudkan untuk mengatasi persoalan-persoalan utama terkait upaya penguatan Sistim Inovasi Nasional (SINas)
terutama upaya untuk mendorong terjadinya sinergi antar lembaga riset, meningkatkan produktivitas penelitian dan pengembangan, dan mendorong pendayagunaan sumberdaya Litbang Nasional. Penyelenggaraan Insentif Riset SINas telah dimulai sejak Tahun Anggaran 2012 dan tetap dilanjutkan secara berkesinambungan dengan topik-topik kegiatan riset selaras dengan prioritas pembangunan Nasional Iptek. Aktivitas insentif riset SINas diutamakan pada tujuh bidang prioritas (bidang fokus) Iptek yang sudah dituangkan dalam dokumen resmi yang diacu (RPJPN, RPJMN, Jakstranas Iptek, ARN), yaitu: (1) teknologi ketahanan pangan, (2) teknologi energi, (3) teknologi transportasi, (4) teknologi informasi dan komunikasi, (5) teknologi pertahanan dan keamanan, (6) teknologi kesehatan dan obat, (7) teknologi material maju. Kegiatan penelitian dosen yang menghasilkan prototipe R&D (TRL s.d 6) mendapat dukungan sumber dana dari 2 (dua) fungsi yaitu fungsi pendidikan dan fungsi layanan umum. Sumber dana fungsi pendidikan diwujudkan dalam kegiatan penelitian BOPTN, sedangkan dari fungsi layanan umum berasal dari dana rupiah murni. Kegiatan peningkatan jumlah prototipe R&D (TRL s.d 6) dalam program insentif sistem inovasi Nasional di Indonesia, dengan capaian seperti tabel 54.
Program/Kegiatan
2015
2016
1
Prototipe Laboratorium
115
125
2
Publikasi Jurnal Internasional
87
133
3
Publikasi Jurnal Nasional Terakreditasi
163
120
4
Paten Terdaftar
26
59
Sedangkan program/kegiatan yang bersumber dari fungsi Pendidikan (BOPTN Penelitian) dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 55 Capaian Hasil Penelitian Perguruan Tinggi (Data 2016)
Tahun
Design
Hak Kekayaan Intelektual
Prototipe
Teknologi Tepat Guna
Grand Total
2013
17
197
48
293
555
2014
37
424
122
513
1.096
2015
54
677
210
720
1.536
2016
67
894
666
956
2.584
Grand Total
175
2.192
1.046
2.482
5.770
Gambaran tersebut merupakan rekapitulasi hasil laporan kinerja penelitian yang disampaikan perguruan tinggi pada laman simlitabmas.dikti.go.id. Laporan ini disampaikan oleh dosen/peneliti yang telah mendapatkan hibah penelitian dari berbagai skema penelitian yang didapat oleh dosen/peneliti. Dari keempat hasil penelitian terlihat bentuk teknologi tepat guna (TRL 5) mengungguli dari keempatnya, yang kedua adalah Hak Kekayaan Intelektual, ketiga adalah prototipe (atau dapat dikatakan TRL 6) dan terakhir dalam bentuk design (sederhana, TRL 4).
Sebagaimana diketahui bahwa kelompok perguruan tinggi di Indonesia hampir sebagian besar diamanatkan atau diberikan tugas untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang bersifat dasar, dan pengembangan kurikulum Nasional dan lokal, bahan untuk penulisan buku ajar. Sedangkan bagi sebagian kecil perguruan tinggi besar (khususnya PTN BH) diarahkan untuk lebih meningkatkan hasil penelitian yang bersifat terapan, menicptkan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk dunia industri sebagaimana diamanat pada tipe TRL 6 termasuk sampai dengan TRL s.d 7.
119
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
No.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Tabel 54 Capaian Kegiatan InSINas (Data 2015-2016)
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
120
Adapun kendala dalam mencapai target diantaranya adalah terbatasnya sumberdana pendukung untuk penciptaan Jumlah Prototipe R&D s.d TRL 6, proses penelitian khususnya menyangkut pelaksanaan proses penggunaan dana yang cukup rumit (dana penelitian masih bersumber mata anggaran dari jenis Belanja Barang), dosen peneliti yang kurang disiplin atau tidak tepat waktu, tidak taat pada pedoman TRL s.d 6 dan merasa belum pentingnya sebuah hasil penelitian untuk diarahkan TRL s.d 6 di mata dosen yang bersangkutan. Sedangkan solusi yang dapat memberikan dampak positif untuk kinerja Jumlah Prototipe R&D s.d TRL 6 diantaranya adalah melaksanakan kegiatan sosialisasi secara terus-menerus baik melalui lembaga LPPM/LPM maupun kepada dosen/peneliti yang bersangkutan dengan berbagai media, baik elektronik (simlitabmas)
atau surat edaran tentang kebijakan riset/penelitian dan menyusun berbagai pedoman pemahaman tentang standar R&D TRL s.d 6, Pelatihan dan workshop hasil-hasil program hibah yang mengarah pada Prototipe R&D TRL s.d 6, dan penyempurnaan pedoman Skema-skema Hibah Penelitian/Riset.
4. Jumlah Prototipe Industri TRL 7 IKU Jumlah Prototipe Industri TRL 7 dimulai sejak tahun 2014 sebanyak 1 unit. Kemudian pada tahun 2015 IKU Jumlah Prototipe Industri sebanyak 4 unit. Pada tahun 2016, dari target IKU yang ditetapkan sebesar 15 prototipe berhasil terealisasi sebesar 45 prototipe, melebihi target, dengan persentase capaian kinerja sebesar 300%.
Grafik 20 Jumlah Prototipe Industri TRL 7 (2014-2016)
Dalam rencana strategis 2015 - 2019, target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk Jumlah Prototipe Industri (TRL 7) sebesar 40 Prototipe, sampai dengan tahun 2016 Jumlah Prototipe Industri (TRL 7) telah melampaui target Renstra dengan capaian kinerja 110%.
Gambaran tentang capaian kinerja 45 (empat puluh lima) prototipe yang telah dihasilkan dapat dilihat tabel bidang fokus, judul, dan mitra kerja yang ikut dalam konsorsium riset.
BIDANG
JUDUL
INDUSTRI
PT
KL/LPNK
1
ENERGI
Uji terap lanjutan konverter kit generasi kedua pada mesin 4 tak, 2 tak dan mesin diesel di sektor maritim dan pertanian.
PT. TPG
LIPI
2
ENERGI
Industrialisasi generator sinkron 300 KVA 1500RPM 400V 50 HZ menjadi marine generator untuk mendukung kebutuhan energi listrik di perkapalan.
PT. PINDAD
MABES TNI
3
ENERGI
Pengembangan hermetic turbin untuk penerapan di geothermal binary cycle technology.
PT. IPK
BPPT
4
ENERGI
Pengembangan Teknologi Industri Pembangkit Biogas Dari Sampah Organik Melalui Pembuatan Prototipe Skala Industri dan Uji Penerapan Lapangan di Kabupaten Sumbawa.
PT. ABS
BPPT
5
ENERGI
Disain, Manufaktur dan Uji Kelaikan Manipulator Hot Cell.
PT. INTI dengan PT. INUKI
6
ENERGI
Pemasangan Dan Uji Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) - Twin Turbine Kapasitas 10 KW.
BPPT & KKP
7
HANKAM
Pengembangan teknologi naval LPI radar generasi keempat sebagai teknologi radar maritim DN
PT. TRI
MABES TNI
8
HANKAM
Pengembangan sistem kontrol integrasi kendaraan tempur berbasis can bus.
PT. PINDAD
BPPT
9
HANKAM
Pengembangan Sistem Kendali Roket Berbasis Penjejak Sinar Infra Merah.
PT. KINARYA
UN AHMAD DAHLAN
LAPAN
10
HANKAM
Pengembangan Sistem Akuisisi Dan Pengolahan Data Radar.
PT. LEN
ITB
11
HANKAM
Pengembangan Kendaraan Taktis Water Cannon.
PT. ASTANITA
BPPT
PT. KALBE FARMA
UI
12
Pengembangan produk kit diagnostik multigen secara non invasif berbasis KESEHATAN & kertas membrane hibridisasi sebagai alat OBAT penentu obat dan prediksi kekambuhan pasien kanker paru.
121
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
No.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Tabel 56 Hasil Capaian Jumlah Prototipe Laik Industri TRL 7
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
No.
INDUSTRI
PT
KL/LPNK
LIPI
PT. BIOFARMA
LIPI
Peningkatan Tingkat Keamanan dan
PT. Ctech Edwar KESEHATAN & Validitas Prototipe Breast ECVT Screener OBAT Lab
14
KESEHATAN & Obat Berbasis Biosimilar Recombinant OBAT
(BES) Untuk Industri Alat Kesehatan.
Pengembangan Produksi Bahan Baku Human Erythropoetin.
MMBB
Pembuatan pilot plan bahan aktif baterai lithium berbasis pospat.
PT. PETRO JORDAN
ITS
LIPI, BATAN
16
MMBB
Produksi xanthan gum skala pilot dan industri berbasis bahan baku lokal untuk material lumpur pengeboran (drilling mud) minyak, gas, dan geothermal.
PT. Madani Alam Lestari (MAL)
BPPT
17
MMBB
Pengembangan Teknologi Biodegradable PT. DAHANA Explosive.
BPPT
18
MMBB
Pembuatan Pilot Plan Titanium Dioksida Dan Lithium Titanat.
PT. PETRO JORDAN
LIPI
MMBB
Pengembangan Prototipe Alat Pengerasan Permukaan Skala Industri Untuk Aplikasi Pada Roda Gigi Menggunakan Teknologi “Arc-Plasma”.
PT. ALCORINDO
BATAN
MMBB
Produksi Formula Green Inhibitor Lignosulonate Sebagai Penghambat Pertumbuhan Kerak Dan Lumut Pada Peralatan Proses Industri.
PT. APEKA INDUSTRIAL SERVINDO
UNILA
21
MMBB
Peningkatan Kualitas Kampas Rem Komposit Pendukung Kebutuhan Industri PT. Komponen Otomotif Dalam Negeri Dari RemKomIndo Bahan Dasar Mineral Olahan.
UNS
22
PANGAN
Program pengembangan industri generator ozon untuk penyimpanan produk pertanian.
PT. DIP TEK
UNDIP
23
PANGAN
Green juku Dx-445 unmanned mini submarine for deep sea observation.
PT. NHI
24
PANGAN
Pengembangan Proses Produksi Tepung Fercaf Secara Semi Kontinu Pada Skala Pilot.
PT. Swasembada Pangan Lokal
ITB
25
PANGAN
Pengembangan Prototipe Laik Industri Enkapsulasi pupuk hayati agrimeth.
PT. AGRO INDO MANDIRI
Balitbangtan
26
PANGAN
Peningkatan Skala Produksi Tanaman Kentang Menggunakan Teknologi Jaringan in vitro dan ex vitro.
Asosiasi Petani Hortikultura
BPPT
15
20
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
JUDUL
13
19
122
BIDANG
JUDUL Rekayasa Teknologi Produksi Pupuk Hayati Zat Pemacu Pertumbuhan Tanaman dan Aplikasinya di Industri Untuk Mendukung Ketahanan Pangan.
INDUSTRI
PT
KL/LPNK
PT. Pupuk Iskandar Muda
BPPT
27
PANGAN
28
TIK
Sistem Single Sam of Multiple Card Aman Untuk Pembaca Kartu Pintar.
PT. INTI
UNTELKOM
29
TIK
Penerapan Teknologi Radar FM-CW Dan AIS Untuk Navigasi Kapal Nelayan Sampai Wilayah Perbatasan Laut ZEE.
PT. RTI
LIPI
30
TIK
Pengembangan Protokol CMS Dan KMS Smart Card Indonesia.
PT. XIRKA
UI & ITB
31
TIK
Pengembangan CNC Milling Machine Tools Dengan Teknologi High Speed PT. DAUN BIRU Machining Dan Robot Loading Unloading ENGINEERING Benda Kerja Untuk Pembuatan Intra Ocular Lens.
BPPT
32
TIK
Secure And Ready Forensic Communication Network.
PT. INTI BANGUN SEJAHTERA
ITB
TIK
Inovasi Teknologi Sistem Telemetri Real Time Untuk Pengelolaan Efisiensi Waduk Multi Fungsi Dan Pengukuran Parameter Perubahan Iklim.
PT. ILUKON HIJAU GEMILANG
BPPT
33
Pengembangan Smart System Platform
35
TIK
Program pengembangan teknologi keamanan forensik dan pemantauan jaringan (NF&MS) perangkat sistem monitoring dan foreksik jaringan.
PT. ALESTRA
MABES TNI
36
TIK
Pengembangan KWH meter elektronik online untuk sistem on grade 1 phasa.
PT. SMC Codesign
Poltek N Bandung
37
TIK
Pengembangan dan implementasi sistem PT. self service untuk mendukung digital MICROMATIC banking.
ITB
Pengembangan teknologi industri engine
38
TRANSPORTASI rusnas untuk kendaraan angkutan
39
TRANSPORTASI
40
TRANSPORTASI Jaring Laba-Laba (Jalla Precast System)
pedesaan.
Pengembangan sistem propulsi mesin jamak-hibrida untuk kereta api. Aplikasi Teknologi Industri Konstruksi
Untuk Konstruksi Perkerasan Jalan Raya.
PT. INDISMART
123
TIK
34
PT. SGJ PT. INKA
PT. Katama Inovasi Global
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BIDANG
ITB
UGM
BPPT
Kemen PUPR
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
No.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
No.
BIDANG
JUDUL
41
TRANSPORTASI
42
Efek Slipstream Propeller Terhadap TRANSPORTASI Karakteristik Aerodinamika Pesawat Udara R80 (Prediksi & Pengujian).
43
TRANSPORTASI Peningkatan Keselamatan Berkendaraan
44
TRANSPORTASI Regangan Dan Tegangan Berbasis
45
Pengembangan Prototipe Laik Industri Bus Kampus Dengan TTKDN Tinggi Untuk TRANSPORTASI Mendukung Program Green Campus Di Indonesia.
Pengembangan Sistem Evaluator Axle Counter Di Perkeretaapian.
Platform Nasional Becak Motor Untuk Di Jalan Raya.
Pengembangan Sistem Pengukuran Korelasi Citra Dijital.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Sebagaimana diketahui meskipun anggaran untuk penelitian semakin tahun semakin besar, namun anggaran penelitian sebelum 2016 belum mampu mendanai penelitian sampai ke hilir, yaitu penelitian yang mampu mendatangkan manfaat ekonomi secara langsung pada masyarakat luas. Oleh karena itu, hilirisasi penelitian yang telah dihasilkan oleh perguruan tinggi, LPNK, LPK, dan industri merupakan permasalahan yang harus dipecahkan bersama dengan seluruh pemangku kepentingan, baik dari kalangan akademisi, pemerintah dan badan usaha (Academician, Business, Government – ABG).
124
Tantangan yang dihadapi dalam menjalankan program pengembangan teknologi industri TRL 7 adalah bagaimana prototipe laik industri benar-benar bisa didorong ke hilir/komersial. Menurut Mainsfield dkk (1981), untuk mencapai kesuksesan komersialisasi hasil R&D dalam proses inovasi (Research Based Innovation) maka ada 3 tahapan yang harus dilalui yaitu tahap invensi (fase dimana temuan baru akan dikembangkan), tahap inovasi (antara lain pengenalan produk baru ke pasar) serta tahap difusi (penyebaran produk baru ke pasar). Tingkat keberhasilan suatu riset dan pengembangan dari tahap invensi sampai menjadi suatu inovasi hanya sebesar 22%. Sisanya yang 78% mengalami kegagalan diakibatkan karena ketidaklaikan teknis dan potensi keekonomian. Kemudian keberhasilan suatu tahap inovasi sampai menjadi komersial dan berhasil masuk
INDUSTRI
PT
KL/LPNK
PT. LEN
ITB
PT. RAI, Jak Aerospace, PT. Surya Winarwan
BPPT
PT. VIAR
UI
BPPT & POLRI
PT. Aero Terra Indonesia
ITB
PT. INKA, CV. INTEK UNSINDO
UNS
LIPI
pasar hanya sebesar 40% dari jumlah inovasi. Artinya, inovasi yang bisa sukses sampai masuk pasar hanya sekitar 8,8% saja. Oleh karena itu, segala upaya untuk melahirkan suatu produk inovasi dioptimalkan sesuai kaidah seleksi alam (competition). Semakin banyak upaya riset dan pengembangan yang berpotensi semakin besar kuantitas keberhasilan menuju hilirisasi/komersial. Tahapan penyelenggaraan program pengembangan teknologi industri senantiasa dilaksanakan dengan penuh perhatian, ketelitian serta konsentrasi agar dapat melahirkan prototipe laik industri.
Sasaran 5 : Menguatnya Kapasitas Inovasi
Pemanfaatan teknologi dalam negeri di industri masih perlu ditingkatkan. Meskipun anggaran untuk penelitian semakin tahun semakin besar, besarnya anggaran penelitan belum mampu mendanai penelitian sampai ke hilir, yaitu penelitian yang mampu mendatangkan manfaat ekonomi secara langsung pada masyarakat luas. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui program/kegiatan pendayagunaan teknologi di industri mendorong agar teknologi yang dihasilkan lemlitbang dimanfaatkan dan didayagunakan oleh industri.
Oleh karena itu Sasaran Menguatnya Kapasitas Inovasi merupakan upaya yang harus dilakukan dengan menetapkan indikator kinerja yang harus ditingkatkan yaitu Jumlah produk inovasi (produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan
pengguna). Untuk mencapai sasaran Menguatnya Kapasitas Inovasi pada tahun 2016 telah dianggarkan sebesar Rp 190.607.634.267 dengan realisasi sebesar Rp 178.941.175.141 atau sebesar 93,88%.Adapun tingkat capaiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 57 Capaian Indikator Kinerja Utama Jumlah Produk Inovasi
Jumlah produk inovasi (produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan pengguna)
Target Realisasi 2015-2019 2015
100
15
Tahun 2016 Target
Realisasi
%
15
30
200
Ada 2 (dua) hal penting yang mendasari penetapan IKU ini yaitu penguatan kapasitas inovasi dalam menghasilkan nilai tambah dan manfaat secara komersil, ekonomi dan atau sosial budaya. Pertama dalam upaya mewujudkan kemandirian, dan kedua meningkatkan daya saing bangsa, sebagai solusi permasalahan iptek mengenai keterbatasan dan rendahnya kontribusi iptek Nasional di sektor produksi dan lemahnya sinergi kebijakan iptek. Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah komersialisasi dan hilirisasi hasil-hasil riset. Hasil riset tidak cukup hanya sebatas menjadi prototype, namun harus bermanfaat bagi masyarakat. Untuk meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian di masyarakat, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melakukan sinergi dengan kementerian lain, lembaga litbang dan dunia usaha.
Pemanfaatan teknologi hasil litbang Nasional di Industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri Nasional, mendorong tumbuhnya industri Nasional serta meningkatkan kontribusi iptek Nasional dalam pertumbuhan ekonomi Nasional. Kondisi yang ada saat ini adalah banyaknya hasil iptek litbang yang tidak diiringi dengan pemanfaatan secara optimal oleh industri. Beberapa industri besar mempunyai ketergantungan pada teknologi dari negara asing. Sementara lembaga litbang Nasional belum sepenuhnya mampu menyediakan teknologi yang diperlukan oleh industri. Lembaga litbang seringkali terkendala dalam proses penerapan yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Proses alih teknologi menjadi kendala kedua belah pihak untuk menerapkan hasil penelitian dalam proses produksi di industri.
Pada Tahun 2016, Jumlah produk inovasi (produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan pengguna) ditargetkan 15 produk inovasi, terealisasi sebesar 30 produk inovasi yang terdiri dari: 12 produk dari kegiatan Penguatan Inovasi Industri, 3 produk dari kegiatan Penguatan Inovasi Perguruan Tinggi di Industri dan 15 produk dari kegiatan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi. Dengan demikian capaian kinerja tahun 2016 melebihi target yang ditentukan atau terealisasi sebesar 200%. Adapun capaian kinerja sampai dengan tahun 2016 lebih baik dari tahun sebelumnya dan bila dilihat dari target jangka menengah Renstra Kemenristekdikti capaiannya adalah 45%.
Pengujian skala pilot, skala produksi, standardisasi, sertifikasi, modifikasi, rekayasa teknologi, pelatihan teknis, merupakan beberapa tahapan penerapan yang harus dilalui oleh hasil litbang menuju hilirisasi. Karena itulah, pemerintah perlu memberikan stimulus kepada industri untuk dapat memanfaatkan hasil inovasi lembaga litbang. Produk inovasi merupakan indikator proses inovasi telah dijalani oleh sebuah hasil litbang. Dari yang semula berupa sebuah invensi kemudian diterima oleh industri untuk kemudian melalui proses produksi dan selanjutnya di-introdusir ke pasar sehingga sampai kepada pengguna yaitu masyarakat dan industri. Pencapaian ke 30 (tiga puluh) produk inovasi tersebut adalah sebagai berikut:
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Meningkatnya kapasitas inovasi
Indikator Kinerja
125
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Sasaran Strategis
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Tabel 58 Produk Inovasi Tahun 2016
126
No.
Lembaga Penghasil/Pemilik Teknologi
Produk Inovasi
Pengguna
Penguatan Inovasi Industri
1
Pengujian skala produksi hasil riset mechatronics technology center LPPM-ITS berupa alat bantu pembelajaran mekatronika PT. CNC Controller berbasis mesin bubut mini berteknologi Indonesia - ITS ENC Untuk institusi pendidikan dan lembaga pelatihan demi memperkuat kompeyensi SPM menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN
2
Optical Network Termination (ONT)
PT. Industri Telekomunikasi Operator Telekomunikasi, antara lain Indonesia - ITB PT. TELKOM, Indosat, XL
3
Inovasi Teknologi Plastik Komposit Dengan Vacuum Forming Untuk Pembuatan Komponen Eksterior Otomotif Ramah Lingkungan
PT Laksana Tekhnik Makmur -BPPT
Industri otomotif
4
Pengembangan shunt untuk pendarahan stroke dan kebutuhan drainase eksternal
PT. Swayasa Prakarsa UGM
Poli Syaraf Rumah Sakit
5
Ekg 12 kanal teleMenteri : pengujian klinis serta sertifikasi produk
PT. Tesena Inovindo - ITB
RS Harapan Kita, Ambulan 118
6
Penerapan teknologi produksi ruber air bag pada industri karet Nasional dalam rangka hilirisasi sumber daya karet alam dan mendukung industri maritime
PT. Mitra Prima Sentosa BPPT
PT. Barokah Marine – Pekalongan
7
Len Vital Processing System (LenVPS)
PT. LEN - BPPT
PT. KAI
8
Coastal Surveillance radar sebagai sensor utama dalam system pengawasan wilayah perbatasan maritim Indonesia
PT. Dua Empat Tujuh
TNI, Bakamla, Polairud, KKP, BEA & CUKAI.
9
Penerapan Inovasi Teknologi Thermeoelectric untuk Perbandingan Batere pada Base PT. BERATHI Tranceiver Station (BTS) PADA Industri Telekomunikasi
Operator Selular
10
Pengujian Performance, Keselamatan Battery Pack, dan Pengujian Jarak Tempuh dan ITS - PT GARANSINDO Konsumsi Energi Sepeda Motor Listrik Gesits Sesuai standar Internasional ISO-13064-2
Masyarakat
11
Optimilisasi proses pengalengan makanan tradisonal skala industri kecil dan menegah (IKM)
Perguruan Tinggi, BLK, SMK dan Industri ITS ,Kabupaten Situbondo, Kabupaten Tuban, Kabupaten Magetan
PT. RISQUNA DEWAKSARA Outlet Gudeg Yu Djum dan Outlet - LIPI oleh-oleh Seluruh Yogyakarta
No.
Lembaga Penghasil/Pemilik Teknologi
Produk Inovasi
Pengguna
Penguatan Inovasi Industri
Penguatan Inovasi Perguruan Tinggi di Industri 13
Start Up Industri Benih Padi IPB 3S Untuk Mendukung Swasembada Pangan Nasional
PT. BLST - IPB
ASBENNINDO, Penangkar Benih
14
SMARTPHONE 4G
ITB – PT. INDI
Masyarakat
15
Pengembangan Industri Perbibitan Sapi Lokal UNHAS Berbasis Iptek
Kelompok Tani Peternak ,RPH, BUMDES, Perusahaan Daging Olahan
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
12
Pengembangan teknologi produksi benih bersertifikat padi toleran salin “inpari Unsoed CV. GEMILANG KARYA 79 agritan” untuk mendukung progam SENTOSA – UNSOED – BPTP Petani didaerah Pantai swasembada beras melalui pemanfaatan JATENG lahan marginal
Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (Inkubasi Bisnis Teknologi ) FLYING BTS
Hagorly Mohamad Hutasuhut
Masyarakat
17
Ledikan : Kombinasi Lumensi Led Untuk Mengumpulkan Ikan Di Alat Tangkap Ikan
Trisanusa
Nelayan
18
B SMART (Keyboard Braille)
Elik Hari Muktafin
Tunanetra
19
MAGIC RING
Sumiyanto
Masyarakat
20
FRUITS UP
Mahadyansahi Alhadi
Masyarakat
21
E-TICKETING
PT. Nusantara Global Inovasi
Perusahaan Oto Bus, BRT, Kapal, dan Angkutan Umum.
22
PRINTER 3D
Surya Adi Wijaya, ST. MT.
Perseorangan (3D desainer), Instansi Pendidikan (SMK/Institute Teknologi/Politeknik), Industri (Rapid Prototyping).
23
SATPAM PINTAR
PT Meta Sukses Pratama
Industri besar atau industri kecil.
24
Motor Disabilitas Dengan Teknologi Tilting Three Wheel (TTW)
RWIN Development
Perorangan dan bantuan baik CSR maupun Pemerintah.
127
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
16
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
No.
Lembaga Penghasil/Pemilik Teknologi
Produk Inovasi
Penguatan Inovasi Industri 25
SOCIOCASTER
Adi Wisnu Suandharu, S.T
UKM, korporate, digital agency, online marketer.
26
BEECLOUD
PT. BITS Miliartha
Industri Kecil dan Menengah.
27
PLEASURRA MOBILE APP.
M Jumeidil Analyes Perdana
Event organizer dan Business owner
28
AOL (AKUNTANSI ONLINE)
Karnadi, ST
UMKM.
29
PORTABLE ELEKTRONIK NOSE URINALISASI METER
Sri Purwani Hariningsih
Dinkes, Rumah Sakit, Laboratorium, Puskesmas
30
CNC GRAFIR DAN CUTTING
Mesin CNC / Teguh
UMKM, Kreator, Reklame, Pertukangan, Pengusaha Souvenier, Sekolah Desain.
Detil dari 30 produk inovasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Machine Training Unit (MTU)
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Machine Training Unit (MTU) merupakan alat bantu pembelajaran berbasis mesin perkakas, berteknologi CNC dan Mekatronika yang merupakan miniatur dari mesin-mesin yang umum dipakai di dunia industri. Alat ini didesain relatif ringan dan hemat energi, hanya menggunakan listrik 1 fasa 220V.
128
Pengguna
Produk berupa alat bantu pembelajaran tersebut, merupakan solusi efektif dalam efektifitas belajarmengajar di bidang teknologi, terutama teknologi mekatronika dan manufaktur, sekaligus berkategori unit pelatihan bergerak. Kegunaan: Sebagai alat bantu pembelajaran/alat peraga dalam proses belajar mengajar khususnya bidang teknologi mekatronika. Spesifikasi: Miniatur mesin-mesin yang umumnya dipakai di industri, menggunakan listrik fasa 220V.
Gambar 32 Arsitektur Mesin Perkakas CNC dan Spektrum
Industri yang memproduksi: PT. CNC Controller Indonesia. Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Perguruan Tinggi, BLK, SMK dan Industri ITS (5 Unit), Kabupaten Situbondo (10 Unit), Kabupaten Tuban (20 Unit), Kabupaten Magetan (20 Unit). Manfaat Ekonomi/Sosial: Merupakan substitusi impor, mudah dalam proses maintenance.
2. Optical NetworkTermination (ONT) Teknologi Fiber to The Home (FTTH) terdiri 3 sub sistem utama yaitu Optical Line Termination (OLT) di network central; Optical Nerwork Termination (ONT) di rumah; dan Passive Network. ONT berfungsi sebagai gateway di rumah yang menghantarkan services dari operator telekomunikasi ke pelanggan. Kondisi saat ini OLT dan ONT terkunci harus menggunakan brand yang sama (vendor asing), sehingga operator tidak memiliki banyak pilihan pengembangan aplikasi di rumah, juga kesulitan untuk melakukan operasional maupun maintenance perangkatnya.
Pengembangan ONT ini ditujukan untuk operator telekomunikasi melepaskan operator dari ketergantungan pada vendor asing. Luaran dari teknologi ini adalah Dokumen Teknis Perangkat, Dokumen produksi, Dokumen Alih Teknologi, Dokumen pengujian skala industri, Dokumen proses sertifikasi. Kegunaan: Memudahkan operator telekomunikasi dalam mengelola jaringan Keunggulan: Kemudahan untuk delivery services baru on top ONT karena merupakan substitusi impor yang memiliki interoperabilitas dengan multi OLT yang ada saat ini (milik vendor asing, berteknologi tertutup).
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Pengembang/Pemilik Teknologi: ITS Surabaya.
Produk ONT yang dikembangkan merupakan salah satu implementasi dari teknologi telekomunikasi yang salah satu tujuan utamanya adalah menciptakan daya saing industri dalam negeri dengan produk luar negeri. Dalam hal ini PT INTI yang berinisiatif memproduksi ONT untuk menumbuhkan kembali gairah industri telekomunikasi dalam negeri yang selama ini masih mengandalkan produk luar negeri. Begitu pula dengan seperti PT. TELKOM, Indosat, XL dan operator telekomunikasi yang lain dapat menggunakan produk Nasional yang mempunyai kualitas yang baik dan harga yang bersaing.
Pengembang/Pemilik Teknologi: ITB.
129
Industri yang memproduksi: PT. INTI. Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Operator telekomunikasi antara lain: PT. Telkom, Indosat, XL. Manfaat Ekonomi/Sosial: Substitusi memudahkan proses maintenance.
Gambar 33 Optical Nerwork Termination (ONT)
impor, Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Keunggulan: Bermanfaat untuk dunia pendidikan dan industri, dibutuhkan 800 unit per tahun; dan sudah mendapatkan sertifikat TKDN dari Kemenperin dengan nilai TKDN 42,6%.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
3. Inovasi Teknologi Plastik Komposit dengan Vacuum Forming Kebutuhan industri dewasa ini akan material adalah yang memiliki karakteristik ringan dan kuat, yang telah menjadi motivasi utama pengembangan material komposit Dalam industri automotif telah dikembangkan material komposit sebagai material alternatif pengganti logam seperti besi tuang ataupun aluminium tuang yang sudah mulai dikembangkan terutama di negara-negara industri maju. Material komposit adalah material alternatif pengganti logam. Material Komposit telah lama menjadi material utama karena memiliki karakteristik kekuatan dan kekakuan yang dapat dikombinasikan dengan keringanan tertentu dengan tujuan khusus; dengan penerapan material komposit berpenguat serat gelas.
Keunggulan: Komposit bersifat fleksibel sehingga dapat didesain secara kompleks; Serat Alam sebagai bahan baku komposit ramah lingkungan. Pengembang/Pemilik Teknologi: BPPT. Industri yang memproduksi: PT Laksana Tekhnik Makmur. Penerima otomotif.
Manfaat
(Pasar/Pengguna):
Industri
Manfaat Ekonomi/Sosial: Mengurangi biaya material dan produksi komponen, berat komponen hingga irit bahan bakar, substitusi impor dan membuka lapangan pekerjaan dengan low investment production.
Kegunaan: Untuk Pembuatan Komponen Eksterior Otomotif Ramah Lingkungan.
Gambar 34 Inovasi Teknologi Plastik Komposit Dengan Vacuum Forming
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
4. Shunt Untuk Pendarahan Stroke dan Kebutuhan Drainase Eksternal
130
Sistem pirau ini bertujuan untuk mengalirkan cairan otak searah dari rongga ventrikel menuju rongga peritoneal (perut) yang terdiri dari suatu kateter ventrikel yang menyatu (integral) dengan tabung pompa. Saat ini, sistem pirau yang banyak digunakan di Indonesia adalah sistem katup longitudinal yang mempunyai kelemahan sulit dikendalikan mekanisme pembukaan dan penutupan sehingga sering terjadi komplikasi mekanis pasca bedah yang mengakibatkan sumbatan pada katup atau kelebihan aliran cairan keluar. Hampir 90% alat kesehatan (alkes) di Indonesia berasal dari import, termasuk untuk kebutuhan VP Shunt. External drainage / External Ventricular Drain
untuk berbagai kasus termasuk pendarahan stroke (hematom rata-rata > 20 cc). Drainase eksternal digunakan dalam situasi perawatan kritis neuro untuk: Mengurangi tekanan intrakranial yang meningkat; Meniriskan/ menguras yang terinfeks; Meniriskan/ menguras yang berdarah atau darah setelah operasi atau perdarahan, untuk kasus stroke; Memantau laju aliran. Ada tiga varian: a. Syringo Subdural Shunt, kasus Syringomyelitis, atau gangguan penumpukan cairan, tumor dan kelebihan tekanan di saluran tulang belakang. Kemampuan produksi saat ini: 150set per bulan, estimasi harga: 950.000-1.200.000/unit;
c. External Ventricular Drainage, digunakan pada kasus terjadinya penumpukan cairan berlebih di otak akibat trauma, stroke atau penyebab lain. Kebutuhan Pasar Nasional: Estimasi ±300-500 per bulan, kemampuan produksi saat ini: 150set per bulan, estimasi harga: 450.000-650.000/unit.
Kegunaan: Untuk pendarahan stroke. Keunggulan: Bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasien (penyesuaian usia dan panjang tubuh); mempunyai kisaran harga yang lebih murah dibandingkan kompetitor dari luar negeri. Pengembang/Pemilik Teknologi: UGM. Industri yang memproduksi: PT. Swayasa Prakarsa Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Poli Syaraf Rumah Sakit. Manfaat Ekonomi/Sosial: Subtitusi produk impor.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
b. Reservoir Shunt, sebagai jendela untuk melakukan aspirasi (pengambilan sampel cairan) maupun pemasukan obat ke rongga otak secara berkalikali tanpa harus melakukan pembukaan ulang jaringan kepala, pada kasus radang otak, tumor, atau infeksi rongga otak. Kemampuan produksi saat ini: 150 set per bulan, estimasi harga: 1.500.000/unit;
131
5. EKG 12 Kanal Telemetri: Pengujian Klinis Serta Spesifikasi Produk EKG 12 Kanal merupakan peralatan medis yang digunakan untuk merekam aktivitas jantung dan dilengkapi dengan sistem telemetri, yang memungkinkan adanya pelayanan medis jarak jauh. Telemedicine adalah proses data medis elektronik sehingga praktek kesehatan dapat dilakukan dengan memakai data, audio, visual, termasuk perawatan, diagnosis, konsultasi dan pengobatan tanpa ada batasan jarak. Alat EKG 12 Kanal ini terkoneksi ke Laptop atau alat lain (seperti mini PC), sebagai display, pengukur dan menganalisis sinyal yang dideteksi. EKG 12 Kanal terhubung langsung ke Laptop/Mini PC menggunakan kabel serial USB. Alat ini memproses sinyal EKG pada
Laptop/Mini PC, dan menyimpan datanya berupa gambar yang dapat dicetak pada printer ataupun dapat digunakan langsung sebagai data dalam proses telemetri. Luaran dari teknologi ini adalah Izin Edar EKG 12 Kanal (Kemkes), Dokumen Uji Klinis EKG 12 Kanal Telemetri, Sertifikat Produk EKG 12 Kanal, Dokumen Uji Operasional Sistem Telemeteri EKG 12 Kanal. Potensi pasar pada kuwartal pertama, tahun 2017, ditargetkan produksi 50-100 unit, diharapkan produk ini masuk dalam e-catalogue RS Harapan Kita, Ambulance 118. Secara potensi pasar produk ini dapat digunakan di rumah sakit tipe C dan tipe D dan Puskesmas dengan jumlah kurang lebih 11.000 unit.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Gambar 35 Shunt Untuk Pendarahan Stroke Dan Kebutuhan Drainase Eksternal
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Kegunaan: Mendeteksi aktivitas jantung.
Industri yang memproduksi: PT Tesena Innovindo.
Keunggulan: Dengan sistem telemetri, data rekaman jantung dari EKG 12 kanal dapat dikirimkan dari satu lokasi ke lokasi lain, demikian pula dengan hasil diagnosa dari tenaga ahli kesehatan dapat dikirimkan, sehingga dapat dilakukan tindakan medis secepatnya. Dengan adanya alat EKG 12 kanal telemetri ini diharapkan angka kematian yang disebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah dapat menurun; EKG 12 Kanal ini tidak membutuhkan power supply karena power supply sudah didapatkan dari Laptop/Mini PC melalui USB Port.
Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): RS Harapan Kita, Ambulan 118. Potensi pasar produk ini dapat digunakan di rumah sakit tipe C dan tipe D dan puskesmas dengan jumlah kurang lebih 11.000 unit.
Pengembang/Pemilik Teknologi: ITB dan RS HARAPAN KITA.
Manfaat Ekonomi/Sosial: •
Ekonomi: substitusi impor, alat EKG 12 Kanal berstandar internasional dengan harga terjangkau, mengurangi ketergantungan terhadap produk impor.
•
Sosial: mengurangi resiko penderita jantung (dapat mempercepat deteksi gejala jantung secara online).
Gambar 36 EKG 12 Kanal Telemetri
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
6. Teknologi Rubber Airbag Pada Industri Karet Nasional
132
Rubber Airbag adalah salah satu produk karet yang masih sepenuhnya diimpor, produk tersebut yang digunakan pada industri perkapalan untuk membantu proses menaikan dan menurunkan kapal di galangan baik dalam pembangunan kapal baru maupun reparasi kapal bekas. Ukuran rubber air bag diameter 1 meter dan panjang 10 dan 12 meter Kegunaan: Bantalan kapal saat direparasi di galangan kapal. Keunggulan: Menggunakan bahan baku karet alam yang ketersediaanya di Indonesia berlimpah. Rubber
Airbag dengan bahan baku karet alam lebih tahan gesek dan tahan robek dibandingkan dengan karet sintetis. Pengembang/Pemilik Teknologi: BPPT. Industri yang memproduksi: PT. Mitra Prima Sentosa. Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): PT. Barokah Marine dan 240 galangan kapal di Indonesia. Manfaat Ekonomi/Sosial: TKDN ±90; Substitusi impor; Menggunakan bahan baku karet alam yang ketersediaanya di Indonesia berlimpah.
7. Len Vital Processing System (LenVPS)
Pengembangan ini dilatarbelakangi oleh strategisnya produk interlocking yang dibutuhkan dalam sebuah sistem transportasi.
keselamatan perjalanan kereta api, dengan mencegah terjadinya tabrakan antar kereta. Sistem Interlocking dengan pelayanan purna jual dan mudah dalam perawatannya karena diproduksi di dalam negeri. Pengembang/Pemilik Teknologi: Industri.
BPPT - PT. LEN
133
Industri yang memproduksi: PT. LEN Industri
Kegunaan: Membantu fungsi persinyalan KA.
Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): PT. KAI
Keunggulan: Alat utama keselamatan perjalanan kereta api yang dapat mengatur, melancarkan, dan menjaga
Manfaat Ekonomi/Sosial: Substitusi impor.
Gambar 38 Computer Based Interlocking (CBI)
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Computer Based Interlocking (CBIecil, menengah sampai dengan stasiun besar, didesain sebagai solusi yang tepat untuk kebutuhan perkeretaapian di Indonesia. CBI dapat mengatur headway lalu-lintas kereta api terutama untuk stasiun pada jalur mainline.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Gambar 37 Rubber Airbag pada Industri Karet Nasional
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
8. Coastal Surveillance Radar Merupakan alat untuk sistem monitoring teritorial laut dan garis pantai yang terintegrasi, dilengkapi dengan sensor/devices yang handal, dan TKDN yang tinggi, sehingga dapat mengurangi ketergantungan teknologi, serta efisiensi biaya dalam pengadaan dan pemeliharaan. Luaran dari kerjasama ini adalah Coastal Surveillance Radar yang telah diuji dan tersertifikasi, dokumen User Manual.
Industri yang memproduksi: PT. Dua Empat Tujuh.
Kegunaan: Sensor radar untuk keperluan pertahanan, keamanan, keselamatan transportasi, pengawasan wilayah, pemetaan, penginderaan jarak jauh.
c. Area MIGAS: pengawasan kapal-kapal dalam lingkungan Off-shore (Rigs/Platform).
Keunggulan:
Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): a. TNI, Bakamla, Polairud, KKP, BEA & CUKAI. b. Produk ini diperuntukan Pengaturan kapal-kapal di pelabuhan (Data dari Kemenhub sekitar > 500 pelabuhan)
Manfaat Ekonomi/Sosial:
a. Standar uji berdasarkan standar dari TNI/Kemhan.
a. Substitusi impor, pemeliharaan
memudahkan
proses
b. Audit Teknologi menggunakan teknologi Frequency Modulated Continues Wave (FMCW) yang merupakan teknologi relatif baru dibandingkan dengan existing teknologi ‘PULSE‘.
b. Dapat mengurangi ketergantungan teknologi, serta efisiensi biaya dalam pengadaan dan pemeliharaan.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
c. Sertifikasi dikeluarkan oleh PUSLAIK Kemhan atau Dislitbang.
134
Gambar 39 Coastal Surveillance Radar
9. Penerapan Inovasi Teknologi Thermoelectric Untuk Pendinginan Baterai Pada Base Tranceiver Station (BTS) Teknologi thermoelectric (TE) telah menarik minat seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir, yang dapat digunakan untuk tujuan pendinginan dan pembangkit tenaga listrik dalam berbagai aplikasi. PT. Berathi telah berhasil membuat perangkat pendinginan ruang battery untuk BTS sehingga suhu
dalam ruang battery menjadi stabil pada ambang suhu ideal dengan menggunakan rangkaian sistem TE yang diberi input tegangan 40 volt sampai dengan 60 volt. Sistem ini telah dipatenkan dan diproduksi untuk digunakan di lebih 11.000 lokasi BTS di Indonesia, dimana 7.000 BTS diantaranya adalah milik XL Axiata. Untuk dapat merambah pasar ekspor,
Kegunaan: Mengatasi masalah kerugian secara materil ataupun kualitas layanan pada ruang battery. Keunggulan: Berhasil membuat perangkat pendinginan ruang battery untuk BTS sehingga suhu dalam ruang battery menjadi stabil.
Pengembang/Pemilik Teknologi: PT. Berathi. Industri yang memproduksi: PT. Berathi. Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Operator Selular. Manfaat Ekonomi/Sosial: •
Ekonomi: Potensi peningkatan devisa negara melalui ekspor.
•
Sosial: Menambah tenaga kerja. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
produk memerlukan sertifikasi, SNI, dan standard internasional. Luaran dari produk ini adalah dokumen Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2015, dokumen uji laboratorium, dokumen uji lapangan. Potensi pasar yaitu 120.000 BTS di Indonesia, 100.000 BTS di luar Indonesia; prediksi permintaan pasar tahun 2017: 25.000 buah.
Gambar 40 Thermoelectric
135
Sepeda motor listrik sebagai fokus utama kegiatan ini merupakan sebuah teknologi yang tidak hanya potensial bagi pasar Indonesia, namun juga dapat mengurangi polusi dan ketergantungan terhadap BBM. Sepeda motor listrik adalah kendaraan tanpa bahan bakar minyak yang digerakkan oleh mesin yang berbahan bakar baterei atau fuel cell. Sepeda motor produksi ITS yang bekerjasama dengan Garansindo ini dinamakan GESITS merupakan sepeda motor listrik jenis scooter, dengan ciri khas rangka yang menjadi satu dengan bodi (monocoque) sehingga sang pengendara memiliki platform khusus untuk meletakkan kaki. Kegunaan: Meningkatkan performance motor listriks GESITS. Keunggulan : Memiliki daya 5 Kw, sehingga memungkinkan pengendara untuk memacu GESITS hingga 100 km/jam; Sekali pengisian penuh baterai dapat digunakan untuk berkendara sejauh ± 100 km;
Baterai GESITS didesain removable atau portable sehingga mudah dan praktis pada saat ingin di charge di dalam rumah atau kantor; Baterai juga dilindungi dengan box yang tahan air, full protection, sehingga aman dari hujan dan banjir. Aplikasi monitoring untuk sepeda motor listrik GESITS yang dikembangkan pada smartphone dengan operating sistem Android; Dilengkapi dengan lampu DRL (daytime running light). Pengembang/Pemilik Teknologi: ITS. Industri yang memproduksi: PT. Garansindo. Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Masyarakat Manfaat Ekonomi/Sosial: •
Sosial: mengurangi polusi.
•
Ekonomi: mengurangi ketergantungan terhadap BBM.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
10. Sepeda Motor Listrik GESITS
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
136
Gambar 41 Sepeda Motor Listrik GESITS
11. Optimalisasi Proses Pengalengan Makanan Tradisional Skala Industri Kecil dan Menengah (IKM) Produk makanan tradisional yang bersifat unggulan antara satu daerah dengan daerah lainnya berbeda, salah satunya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan gudegnya. Dengan mengintroduksikan pengemasan kaleng pada gudeg merupakan potensi daerah yang dapat menciptakan nilai, memanfaatkan sumber daya secara nyata, memberi kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah, dan memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas. Sebagian besar gudeg adalah hasil produksi industri kecil menengah (IKM), sehingga dengan pengembangan produk dalam kemasan kaleng akan menciptakan pengusahapengusaha baru berbasis IKM di daerah.
Kegunaan: Kemasan makanan tradisional tanpa bahan pengawet. Keunggulan: Dapat digunakan oleh IKM (kapasitas hanya 1.000 kaleng/hari); kestabilan bahan penyusun gudeg; tanpa menggunakan bahan pengawet; tanpa MSG. Pengembang/Pemilik Teknologi: LIPI. Industri yang memproduksi: PT. Risquna Dewaksara. Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Outlet Gudeg Yu Djum dan outlet oleh-oleh seluruh Yogyakarta sebanyak 50 outlet.
Penerapan teknologi disesuaikan dengan kebiasaan IKM memproduksi makanan tradisional. Penerapan teknologi di IKM dilengkapi dengan SOP (Standard Operational Procedure) dan IK (instruksi kerja) untuk setiap tahapan proses dan peralatan teknis sehingga operator akan lebih mudah mengoperasikannya. Alur proses disesuaikan dengan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) sehingga makanan tradisional dengan kemasan kaleng yang dihasilkan dapat memenuhi Standar BPOM RI dan Halal LPOM MUI. Pengoperasian teknologi yang diterapkan masih dapat dilakukan dengan padat karya karena pada tahapan tertentu teknologi masih memerlukan tenaga manusia, hal ini efek dari kekhasan suatu makanan tradisional yang kalengan.
Manfaat Ekonomi/Sosial:
Luaran dari kerjasama ini adalah hasil diversifikasi varian (5 varian), dokumen standardisasi, dokumen pendukung standardisasi (4 SOP dan 10 IK), dokumen Pendaftaran MD (BPOM), hasil uji preferensi konsumen.
•
Penjualan dilakukan di 5 outlet gudeg Yu Djum dengan penjualan 1000 kaleng per bulan/per outlet (5.000 kaleng/bulan),
•
Outlet oleh-oleh seluruh Jogjakarta sebanyak 50 outlet dengan prediksi penjualan 200 kaleng/ bulan (10.000 kaleng/bulan).
•
Skenario harga jual (HET): Rp 30.000,- untuk 3 porsi (ukuran 300gr).
•
Gudeg kaleng bisa tahan lama, bisa dibandingkan dengan Gudeg segar yang dalam kadaluarsa sekitar 2 hari.
•
Gudeg kaleng, dapat memperluas pemasaran oleh-oleh gudeg dan lebih tahan lama.
12. Pengembangan Teknologi Produksi Benih Bersertifikat Padi Toleran Salin “Inpari Unsoed 79 Agritan“ Untuk Mendukung Program Swasembada Beras Melalui Pemanfaatan Lahan Marginal
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Gambar 42 Pengalengan Makanan Tradisional
137
Varietas unggul toleran tanah salin dapat diperoleh melalui identifikasi varietas/galur yang toleran kadar garam tinggi dilanjutkan dengan hibridisasi antar kultivas/galur dan seleksi. Seleksi sejumlah plasma nutfah padi toleran salin telah dilakukan di Fakultas Pertanian Unsoed dan diperoleh sejumlah genotipe padi toleran salin, salah satunya INPARI UNSOED 79 AGRITAN. Kegunaan: Menyempurnakan hasil produksi pertanian khususnya tanaman padi. Keunggulan: Sudah diseleksi dari sejumlah plasma nutfah pada toleran salin, fisiologi terkait terapan
NaK menghasilkan efisiensi hara padi toleran salin. Produktivitas 3,28 – 3.94 Ton GKG /Ha, benih non salin lain sekitar 2 Ton GKG/Ha. Pengembang/Pemilik Teknologi: UNSOED. Industri yang Memproduksi: CV. Gemilang Karya Sentosa. Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Petani daerah pantai. Manfaat Ekonomi/Sosial: •
Ekonomi: Menghasilkan 3,28 – 3.94 Ton/Ha GKG.
•
Sosial: Mengatasi masalah pertanian di tanah salin. Nota Kesepahaman demplot sebagai bentuk pembuktian kepada petani, dengan Dinas Pertanian di 4 Kabupaten (Cilacap, Kebumen, Tegal dan Pemalang).
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Kendala produktivitas pertanian yang dihadapi petani menyebabkan lemahnya ekonomi. Petani memerlukan penelaahan yang mendalam dan berhatihati dalam pengembangan teknologi untuk lahan salin. Pengembangan tanaman padi pada daerah yang memiliki kendala salinitas tinggi yang paling murah dan efektif adalah dengan menggunakan varietas unggul padi toleran tanah salin.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Gambar 43 Start Up Industri Benih Padi IPB 3S
13. Start Up Industri Benih Padi IPB 3S untuk Mendukung Swasembada Pangan Nasional Ketersediaan benih sumber yang bermutu tinggi menjadi awal ketersediaan benih bermutu di tingkat petani melalui produksi benih komersial. Dalam proses sertifikasi Dept AGH / IPB sebagai institusi pemuliaan tanaman varietas memiliki kewenangan untuk produksi benih penjenis dan diperkenankan memproduksi Benih Dasar.
malai: 223 butir, rerata hasil panen 7 ton/Ha, potensi hasil panen 11,2 ton/Ha; berat 1000 butir sekitar 28,2 gram, tekstur nasi pulen, tahan terhadap tugro, baik ditanam di lahan irigasi atau tadah hujan (0-600 mdpl).
Produksi benih sumber tidak bisa dilakukan langsung oleh industri benih yang tidak memiliki pemulia. Indonesia perlu membangun industri benih untuk mendukung swasembada pangan. Pemulia benih IPB 3S Departemen AGH-IPB, dipasarkan PT. BLST dan Asbenindo.
Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): ASBENINDO, penangkar benih.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Kegunaan: Menyempurnakan hasil produksi pertanian khususnya tanaman padi
138
Keunggulan: Umur tanaman: sekitar 112 hari, bentuk gabah: medium (agak gendut), jumlah gabah per
Pengembang/Pemilik Teknologi: IPB. Industri yang memproduksi: PT. BLST.
Manfaat Ekonomi/Sosial: Tahun 2016 melakukan kerjasama dengan perusahaan di Jawa Barat untuk menyediakan benih padi IPB 3S label putih sebanyak 150 ton; Sosialisasi terhadap 250 penangkar benih di 16 Provinsi dalam jaringan Asosasi Industri Benih Indonesia (ASBENINDO), sebagian penangkar sudah melakukan pembelian.
14. Smartphone Digicoop Teknologi 4G Smartphone Digicoop perangkat handphone yang disain dan softwarenya dibuat oleh ITB bekerjasama dengan PT. INDI, PT. TSM dan Politeknik Batam. Sistem 4G menyediakan solusi IP yang komprehensif di mana suara, data, dan arus multimedia dapat sampai kepada pengguna kapan saja dan di mana saja, pada rata-rata data lebih tinggi dari generasi sebelumnya. Kementerian Kominfo sudah menjanjikan tahun 2017
bisa mendapatkan sinyal 4G. Perangkat berteknologi 4G hingga kini masih relatif mahal. Masalah berikutnya adalah jangkauan area, banyak area yang belum terjangkau oleh sinyal 4G, teknologi 4G memberikan kecepatan download dan upload yang lebih baik tetapi memerlukan perangkat yang memadai dan mendapatkan sinyal yang sama di lokasi berbeda. Peluang pasar di Indonesia sangat besar, populasi
250 juta penduduk, jumlah perangkat nya 65,2 juta unit smartphone (25,57%). Rencananya smartphone Digicoop akan diproduksi 5.000 unit per tahun.
Industri yang memproduksi: PT. INDI.
Produksi Digicoop 1 merupakan hasil kerja sama Koperasi Digital Indonesia Mandiri, ITB, PT. Jalawave Integra, PT. VS Technology Indonesia, dan PT TSM.
Manfaat Ekonomi/Sosial:
Keunggulan: Menggunakan OS Indonesia, tidak terganggu dengan iklan.
Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Masyarakat.
•
Ekonomi: Pengembangan Model Bisnis Baru; Mengurangi impor smartphone
•
Sosial: Mengurangi sejenis dari LN.
ketergantungan
produk
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Pengembang/Pemilik Teknologi: ITB.
139
15. Pengembangan Industri Perbibitan Sapi Lokal Berbasis Iptek di Maiwa Breeding Centre UNHAS Kemampuan produksi daging sapi Nasional cenderung mengalami penurunan yang diiringi impor yang meningkat setiap tahunnya. Selain itu, harga daging di Indonesia adalah merupakan harga daging sapi tertinggi di dunia. Hal ini merupakan implikasi dari belum kuatnya sistem penyediaan daging sapi secara Nasional. Kendala utama untuk mencapai swasembada daging sapi adalah sistem produksi sapi yang 99,90% dikuasai oleh peternakan rakyat yang dicirikan oleh skala usaha yang tidak ekonomis (2-3 ekor per KK), calving interval yang tinggi (21 bulan), produksi karkas rendah (24%) dan angka kematian yang tinggi. Selain itu, ketersediaan sapi bibit yang memiliki performa yang baik sangat terbatas.
Untuk mengatasi permasalahan seperti yang tersebut diatas, maka dilakukan pengembangan industri berbasis teknologi genetika yang menghasilkan straw (sperma) sapi dan bibit sapi lokal (bali polled). Keunggulan: Melestarikan plasma nutfah sapi asli Indonesia, daya adaptasi lingkungan kritis tinggi utamanya pakan seadanya, temperamen yang jinak, mudah penanganannya karena lebih jinak, pertumbuhan lebih cepat dibanding sapi Bali bertanduk, kualitas daging lebih baik karena sapi lebih jinak dan lebih tenang. Pengembang/Pemilik Hasanudin.
Teknologi:
Univeritas
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Gambar 44 Digicoop Smartphone 4G
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Industri yang memproduksi: PT. Livestock Industry/ MBC. Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Kelompok tani peternak, RPH, BUMDES, perusahan daging olahan. Manfaat Ekonomi/Sosial: ketersediaan sapi bibit yang memiliki performa yang baik sangat terbatas. Kebutuhan bibit sapi impor pada tahun 2014 mencapai
370 000 ekor, diprediksi peningkatan tiap tahun sekitar 16%, dengan bibit sapi Bali polled yang dikembangkan dapat mengurangi import bibit sapi. Tahun 2017, dilakukan insimenasi buatan, ditargetkan pertengahan tahun 2019, dapat dijual bibit sapi sekitar 300 ekor. Harga jual bibit sapi polled sekitar Rp 8,5 juta, harga sapi non polled Rp 7,5 juta.
Gambar 45 Pengembangan Industri Perbibitan Sapi Lokal Berbasis Iptek Di Maiwa Breeding Centre Unhas
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
16. Flying BTS
140
Sebuah inovasi anak bangsa dalam menjangkau area yang belum/sulit mendapatkan kebutuhan koneksi internet yang layak, dengan konsep flying BTS berupa balon yang ditambatkan/dikendalikan dari jarak jauh. Menggunakan VSAT dan Fiber Optic sebagai backhaul agar dapat membagi koneksi via Wifi dalam cakupan area yang luas tanpa khawatir mengalami penurunan kuatan sinyal. Selain berfungsi sebagai flying BTS, juga berfungsi sebagai media advertising saat diterbangkan atau melakukan pemetaan lainnya untuk kebutuhan Nasional.
Keunggulan: Selain berfungsi sebagai BTS di udara, juga memiliki keunggulan lain yaitu untuk pemetaan daerah terluar, pertanian, perikanan dan memantau daerah rawan bencana.
Kegunaan: Solusi taktis (cepat dan mudah) untuk jaringan internet, dapat menjangkau wilayah yang lebih luas, mudah dipindahkan, dan mudah dalam penggunaannya.
•
Ekonomi: Dengan lancarnya alur informasi maka transaksi dan proses bisnis akan berjalan dengan mudah dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil.
Spesifikasi: Ketinggian bisa hingga ratusan meter tergantung misi dan aplikasi, operasi selama 24/7, power bisa di ground dan baterai di udara, mengangkat muatan bisa sampai 20 kg bahkan lebih tergantung misi dan aplikasi, tahan cuaca, desain ergonomis.
•
Sosial: Mampu memberikan akses jaringan internet untuk wilayah terpencil dan sulit dijangkau sehingga masyarakat bisa mendapatkan informasi secara cepat, tepat dan akurat.
Pengembang/Pemilik Teknologi: Hagorly Mohamad Hutasuhut. Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Wilayah/ kawasan yang sulit mendapat jaringan wifi. Manfaat Ekonomi/Sosial:
17. LEDIKAN : Kombinasi Lumensi LED Untuk Mengumpulkan Ikan di Alat Tangkap Ikan Light Emitting Diode atau LED adalah sirkuit semikonduktor mampu memancarkan cahaya saat dialiri listrik. LED memancarkan cahaya lewat aliran listrik yang relatif tidak menghasilkan banyak panas. Karena itu lampu LED terasa dingin dipakai karena tidak menambah panas ruangan seperti lampu pijar berbahan logam halida.
Keunggulan: Mampu menarik ikan disekitar alat tangkap dengan jenis ikan bisa disesuaikan dengan keinginan menggunakan variasi kombinasi warna ledikan; tidak menimbulkan panas; daya yang digunakan efisien sampai 9 jam.
Rekayasa LED untuk mengumpulkan sekumpulan ikan dirancang sirkuit elektronik dengan menggunakan kombinasi light emitting diode yang dengan variasi panjang gelombang.
Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Nelayan
•
Ekonomi: Meningkatkan penghasilan nelayan.
Kegunaan:
•
Sosial: Memudahkan dalam menangkap ikan dalam jumlah yang banyak, ramah lingkungan tidak merusak ekosistem bawah laut.
Para nelayan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Manfaat Ekonomi/Sosial:
Daerah/kawasan yang dekat dengan pantai atau daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan.
Gambar 47 LEDIKAN
141
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
---
Pengembang/Pemilik Teknologi: Trisanusa
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Gambar 46 Flying BTS
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
18. B Smart (Keyboard Braille) B-SMART adalah personal mobile application berbasis Android yang dapat difungsikan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi, pendidikan dan kebutuhan sehari hari yang dapat dikendalikan tanpa perlu kemampuan melihat, sehingga cocok digunakan oleh tunanetra. B-SMART terdiri dari 3 sub aplikasi yaitu, B-TOUCH untuk memenuhi kebutuhan komunikasi, B-TOOLS untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dan B-SCHOOL untuk memenuhi kebutuhan pendidikan pengguna tunanetra. Aplikasi B-SMART dilengkapi dengan teknologi Virtual Braille Keyboard, sebuah metode yang dapat digunakan untuk melakukan input dan navigasi aplikasi dengan menerapkan konsep huruf braille, sehingga tunanetra dapat menggunakanya tanpa mengalami kesulitan dan tanpa perlu kemampuan melihat. Kegunaan: Untuk membuat device touchscreen (smartphone) ramah digunakan tuna netra baik untuk komunikasi, bekerja maupun belajar. Spesifikasi: Aplikasi Android yang dapat di install di semua device android versi 4.3 keatas. •
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
•
142
B-Touch (Komunikasi: Messenger, Call, Contact, Catatan, Pembaca Buku, Geo Location, Mobile Information, dan Tutorial Interaktif). B-School (Pendidikan: Jadwal Akademik, Browser, Pembaca Modul, Pembaca Buku, Ujian Online, Bimbingan Dosen, Catatan, Nilai Ujian).
•
B-Tools (Peralatan: Pembaca Buku, Penghitung Uang, Browser, Kalkulator, Audio Player, Jam dan Alarm, Catatan, Pengenal Warna).
Keunggulan Produk: Dapat di operasikan tanpa perlu kemampuan melihat, sehingga cocok untuk pengguna tunanetra; Menggunakan kombinasi teknologi yang terbaru, mulai dari Virtual Braille Keyboard, speech to text, text to speech, OCR, VR, QR Code Scanner, Color Detector dll, yang terintegrasi dalam 1 sistem; Memiliki metode input dan navigasi yang unik dibanding produk lainnya, yaitu Virutal Keyboard Braille, sehingga pengguna dapat menggunakan aplikasi ini dengan sangat mudah; Harga jual sangat terjangkau. Pengembang/Pemilik Teknologi: Elik Hari Muktafin. Penerima Manfaat: Tunanetra. Manfaat Ekonomi/Sosial: •
Ekonomi: Membuka pasar baru industri telekominikasi dengan target pasar penderita tunanetra; Terciptanya kegiatan ekonomi penderita tunanetra dengan dukungan B-Smart.
•
Sosial: Memberi fasilitas tunanetra untuk dapat setara dalam mengakses informasi dan teknologi, sehingga meningkatkan taraf hidup dan daya saing penderita tunanetra.
Gambar 48 B Smart (Keyboard Braille)
19. Magic Ring Magic Ring (fuel saver) adalah produk penghemat Bahan Bakar Minyak dan Gas yang telah mendapatkan Hak Paten (ID S000 1070B) dan Merek (IDM 000271515). Adapun cara kerja Magic Ring (fuel saver) bersinergi dengan kinerja mesin pada waktu overlapping. Kegunaan:
Keunggulan: Terbuat dari bahan berkualitas tinggi; tahan temperatur tinggi; tanpa perawatan khusus; pembakaran lebih sempurna; aman bagi mesin motor; ramah lingkungan, dan mesin jadi lebih dingin 25 celsius. Pengembang/Pemilik Teknologi: Sumiyanto.
Menghemat BBM hingga 40%.
•
Menambah power dan akselerasi dalam hitungan 1 detik.
•
Mendinginkan mesin.
Spesifikasi: •
Bisa dipakai untuk 80 jenis motor yang ada di Indonesia dan dunia.
•
Punya 7 ukuran, mulai ukuran diameter 3 cm hingga 10 cm.
Manfaat Ekonomi/Sosial: •
Ekonomi: Harga magic ring yang ekonomis dapat menjangkau semua kalangan masyarakat, membantu pemerintah dalam hal penghematan energi.
•
Sosial: Mengurangi polusi udara yang diakibatkan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat, membantu program pemerintah go green
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Penerima Manfaat/Pengguna: Masyarakat.
•
Gambar 49 Magic Ring
20. Fruits Up Fruits Up merupakan branding dari produk pure buah yang mengkolaborasikan hasil penelitian dan pengabdian. Bermula dari pengabdian yang menggunakan model bisnis pemberdayaan dari hulu (petani) hingga hilir (Ibu-ibu level perkotaan) rantainya dan menggunakan konsep technopreneurship dan sociopreneurship. Karena permasalahan sosial dipetani
mangga di daerah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan pada tahun 2005 akhirnya usaha ini terbentuk. Kegunaan: Untuk memenuhi kebutuhan persediaan mangga pada saat musim mangga maupun pada saat tidak sedang dalam musimnya, dalam bentuk bubur mangga. Yang akhirnya diolah dalam bentuk minuman mangga Puree.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
143
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Keunggulan: Dapat menghasilkan produk tanpa terkendala oleh musim; Produk sehat bebas bahan tambahan pengawet dan pewarna.
•
Ekonomi: Memberikan nilai tambah dari segi produk yang dihasilkan petani bisa mencapai level premium dalam satuan harga.
Pengembang/Pemilik Alhadi.
•
Sosial: Memberikan value added dari produk turunan buah mangga lokal dengan Fruits Up sebagai pemberdaya lokal yang mengkolaborasinya antara desa (petani) dan perkotaan (penjual) agar setiap manfaat yang tercipta di rasakan setiap rantainya.
Teknologi:
Mahadyansahi
Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Masyarakat. Manfaat Sosial / Ekonomi:
Gambar 50 Fruits Up
21. E-Ticketing
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
NGI 1000 merupakan alat E-Ticketing mobile yang mengkombinasikan dari mobile phone dan disambungkan melalui aplikasi di dalamnya. NGI 1000 merupakan terobosan inovasi yang bersegment dibidang jasa transportasi. Perbedaan dari alat E-Ticketing yang lain adalah alat E-ticketing mobile NGI1000 dibuat untuk segala bentuk pola bisnis yang menggunakan transaksi yang memiliki banyak titik transaksi di lapangan yang bersifat real time dan memiliki bukti transaksi faktur.
144
Kegunaan: Transaksi jual beli tiket dimana saja dan kapan saja. Peruntukan: -----
Perusahaan oto bus Perkapalan Objek wisata Pengelola parkir
Spesifikasi: ---
Real time Mudah dalam transaksi
---
Support kartu elektronik perbankan Transaksi dimana saja dan kapan saja disertai bukti cetak transaksi
Keunggulan: Fleksibel karena NGI 1000 berupa mobile phone yang bisa dibawa kemana saja; memudahkan dalam transaksi yang memiliki banyak titik transaksi di lapangan; pencatatan yang bersifat real time dan akuntabel. Pengembang/Pemilik Teknologi: PT. Nusantara Global Inovasi Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Perusahaan Oto Bus, BRT, Kapal, dan Angkutan Umum. Manfaat Ekonomi/Sosial: •
Ekonomi: Terciptanya transparansi pendapatan pengelola armada transportasi umum.
•
Sosial: Terciptanya kemudahan bagi pengguna armada transportasi umum dalam mendapatkan pelayanan penjualan tiket.
22. Printer 3D
Keunggulan: Pembuatan obyek 3D bias langsung didesain 3D nya yang kemudian dicetak menggunakan printer 3D dan menghasilkan obyek 3D sesuai desain dengan material Plastik Organik (PLA).
Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna) : Perseorangan (3D desainer), Instansi Pendidikan (SMK/Institute Teknologi/Politeknik), Industri (Rapid Prototyping). Manfaat Ekonomi/Sosial: •
Ekonomi: Masyarakat bisa membeli Printer3D dengan harga terjangkau, sesuai dengan TKDN, Mayoritas Uang Negara tetap beredar di Indonesia.
•
Sosial: Printer 3D kualitas bagus. Garansi Lokal Jelas, Video Tutorial Bahasa Indonesia. Memandirikan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan tekonologi 3D Printing dalam negeri.
Pengembang/Pemilik Teknologi: Surya Adi Wijaya, ST. MT.
Gambar 52 Printer 3D
145
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Dengan adanya Printer 3D, maka pembuatan Obyek 3D bisa langsung di desain 3D nya kemudian di cetak menggunakan printer 3D dan menghasilkan obyek 3D sesuai desain dengan material Plastik Organik (PLA). Software Desain 3D saat ini hampir semua memiliki fasilitas untuk melakukan “convert to stl”, dimana fasilitas ini berfungsi untuk menyimpan desain 3D menjadi file .stl (Stereo Lithography) yang merupakan Standart de Facto untuk Printer 3D.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Gambar 51 E-Ticketing
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
23. Satpam Pintar Satpam Pintar menggunakan kontrol cerdas sebuah prosesor yang mirip seperti komputer yang merupakan salah satu produk teknologi tinggi yang dapat melakukan hampir semua pekerjaan diberbagai disiplin ilmu. Satpam pintar hanya akan menjadi barang mati tanpa adanya bahasa pemrograman atau software untuk menggambarkan apa yang kita kerjakan, sistem bilangan untuk mendukung proses yang kita buat dan chart kontrol untuk menggambarkan prosedur yang akan dikerjakan. Bahasa pemrograman atau software kita buat sendiri, sehingga satpam pintar ini bisa di manfaatkan sesuai kasus yang berbeda-beda. Kegunaan: Satpam pintar berfungsi untuk kontrol system pada suatu mesin produksi. Alat semacam ini dari luar negri di namakan PLC. Semua system yang d lakukan oleh PLC bisa di lakukan oleh satpam pintar. Monitoring, mengoreksi dan menganalisa hasil mesin produksi yg berguna sebagai kwalitas dan kwantitas produksi yang siap di pasarkan. Spesifikasi: IO basic 16. bisa di expand; Konek database tegangan 220 v ac, standar PLN Indonesia.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Keunggulan: Dengan pengembangan software sendiri
146
tanpa melibatkan produk luar negeri; Satpam Pintar dapat di pantau dengan gadget (Android, Windows atau IoS) melalui jaringan internet. Satpam Pintar ini dapat berfungsi tanpa jaringan internet dengan menggunakan jaringan wifi atau di sebut jaringan lokal. Pengembang/Pemilik Teknologi: PT Meta Sukses Pratama. Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Industri besar atau industri kecil. Manfaat Ekonomi/Sosial: •
Ekonomi: Dengan di tambahkan satpam pintar ini maka akan menghasilkan kualitas dan kuantitas produksi yang lebih bagus lagi. Satpam pintar ini dapat bersaing dengan harga yang terjangkau di bandingkan produk luar negeri.
•
Sosial: Satpam Pintar adalah kontrol cerdas yang berfungsi sebagai peningkat produktivitas produksi atau menjaga keamanan suatu perusahaan yang di sebabkan oleh error mesin atau human error.
Gambar 53 Satpam Pintar
24. Motor Disabilitas Dengan Teknologi Tilting Three Wheel (TTW) Kendaraan ini digunakan untuk penyandang disabilitas, kendaraan ini bisa berdiri tegak, cukup dengan memindah tuas mechanical disc parking lock di bawah setang. Jika pengendara tidak memindah tuas, sepeda motor akan miring namun tidak sampai jatuh karena disangga karet. Hal inilah yang membedakannya dengan motor yang bisa berdiri tegak laiknya becak. Kegunaan: Kendaraan yang didesign bagi yang berkebutuhan khusus sehinggga orang cacat bawah masih bisa beraktivitas.
Spesifikasi: Motor roda tiga dengan teknologi three wheel tilting sehingga aman dikendarai bagi mereka yg berkebutuhan khusus. Keunggulan: Dirancang dan Simulasi dengan CAD, dengan analisa FEA, pembuatan presisi, aman dan nyaman dipakai serta mudah dirawat. Proses produksi hand made presisi dengan JIG & FIXTURE untuk menjamin repeat order massal. Kandungan komponen lokal (TKDN) 90%.
Pengembang/Pemilik Teknologi: RWIN Development. Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Perorangan dan bantuan baik CSR maupun Pemerintah.
sehingga dapat beraktivitas dengan normal dan menunjang kegiatan ekonominya. •
Manfaat Ekonomi/Sosial: •
Sosial: Menolong kaum disabilitas dalam mobilitasnya, dengan keselamatan yang tinggi.
Ekonomi: Menunjang kegiatan kaum disabilitas
25. Sociocaster ociocaster adalah sebuah aplikasi pengelola sosial media (Social Media Management Tool - SMMT) berbasis Software As A Service. Aplikasi ini akan memudahkan praktisi sosial media membuat konten yang menarik dan memastikan bahwa konten yang sudah dibuat tersebut dapat menyebar dan diterima oleh ‘target audience’ dengan biaya se-ekonomis mungkin.
yang menarik dan memastikan bahwa konten yang sudah dibuat dapat menyebar dan diterima oleh ‘target audience’.
Pasar tidak terbatas pada Indonesia saja, namun dapat merambah ke pasar Internasional. Bahkan saat ini 50% pengguna aktif Sociocaster berasal dari negara maju seperti US, UK dan Jerman.
Manfaat Ekonomi/Sosial:
Keunggulan: Sociocaster memiliki aplikasi yang akan memudahkan praktisi sosial media membuat konten
Gambar 55 Aplikasi Sociocaster
Adi
Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): korporate, digital agency, online marketer.
Wisnu UKM,
•
Ekonomi: UKM yang secara aktif menggunakan aplikasi Sociocaster untuk membuat konten dan membangun komunitas di sosial media dapat meningkatkan omset penjualannya 2050% omset penjualannya. Peningkatan omset ini secara langsung dapat berdampak pada kemajuan ekonomi Indonesia.
•
Sosial: Seluruh proses pengembangan sistem dilakukan oleh tim developer dan designer Indonesia.
Kegunaan: Membuat dan menjadwalkan konten untuk diposting di banyak akun sosial media sekaligus. Spesifikasi: Aplikasi berbasis web (online) dan juga tersedia aplikasi mobile-nya. Aplikasi dapat diakses melalui halaman web https://sociocaster.com
Teknologi:
147
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Pengembang/Pemilik Suandharu, S.T.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Gambar 54 Motor Disabilitas Dengan Teknologi Tilting Three Wheel (TTW)
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
148
26. Beecloud Solusi akuntansi untuk UKM yang Mudah, cukup input beli, jual, bayar semua laporan laba rugi, neraca, cashflow langsung jadi 1x klik. Beecloud adalah software akuntansi online berbasis web, yang bisa diakses dari HP, Ipad maupun laptop. Dengan Beecloud pengusaha bisa mengontrol bisnisnya darimanapun, sehingga waktu dan fisiknya bisa bebas.
Keunggulan: •
BeeBoss - Mobile Approval: Owner secara online dapat melihat laporan dimanapun dan kapanpun.
•
Beecloud Dashboard: Monitor Omset, Laba/ rugi, Stok, Piutang jatuh tempo dalam sekali usap (android app).
Kegunaan: Untuk mengelola keuangan perusahaan secara online. Bahkan untuk perusahaan yang mempunyai banyak cabang bisa dimonitor di satu lokasi.
•
Smart Layout: Memudahkan user akses dari HP
•
Customizable Report: Semua struk/report bisa dicustom mandiri oleh customer.
Peruntukan: Untuk semua perusahaan yang ingin mengelola keuangan perusahaan secara online dan terkomputerisasi.
•
Send Invoice PDF via Email: Setelah input penjualan, invoice pdf bisa diemail ke customer dengan mudah.
Spesifikasi:
Pengembang/Pemilik Teknologi: PT. BITS Miliartha
--
Berbasis layanan cloud terkoneksi secara online
computing
artinya
--
Mengelola transaksi perusahaan baik jual maupun beli
--
Menghasilkan laporan keuangan secara cepat dan tepat seperti Laba Rugi, Neraca Keuangan, Buku Besar.
--
Untuk laporan summary bisa diakses melalui smartphone android
Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Industri Kecil dan Menengah. Manfaat Ekonomi/Sosial: •
Ekonomi: Dengan menggunakan Beecloud pengusaha bisa lebih mudah mengontrol dan menganalisa problem bisnisnya dan akhirnya bisa meningkatkan pendapatan dan menekan biaya.
•
Sosial: Dengan menggunakan Beecloud, perusahaan bisa lebih mengembangkan bisnisnya karena telah fokus peduli dengan angka dan sangat berpotensi membuka lebih banyak cabang, menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Gambar 56 Beecloud
Sebuah sistem Mobile e-commerce dalam bentuk mobile website dan mobile application kepada konsumen dengan fitur andalan Personal Product Suggestion, Quick Booking dan Promote Events. Personal Product Suggestion atau Discover, merupakan sebuah fitur yang didesain agar konsumen mendapatkan produk yang sesuai berdasarkan karakter, kebutuhan, dan aktivitas masing-masing.
--
Mengelola Transaksi Perusahaan. Baik Jual maupun Beli
--
Menghasilkan laporan keuangan secara cepat dan tepat seperti Laba Rugi, Neraca Keuangan, Buku Besar.
--
Untuk laporan summary bisa diakses melalui smartphone android.
Pleasurra hadir untuk menghubungkan para audiens yang kesulitan mencari event atau experience dengan experience host atau event organizer. Seperti dijelaskan diatas perhatian kami ada kepada 3 feature utama yaitu Discover, Book, and Promote. Discover berguna untuk membantu user mendapatkan event atau experience yang mereka sukai dengan sentuhan personal diharapkan event organizer dapat memasarkan produk experience yang lebih relevan.
Keunggulan: Dapat menjangkau Market yang belum dijangkau oleh pemain lama di Industri Leisure; Telah mensupport pembayaran berbagai bank dan metode serta sudah memuat akses promote event bagi bisnis.
Kegunaan: Untuk mengelola keuangan perusahaan secara online, bahkan untuk perusahaan yang mempunyai banyak cabang bisa dimonitor di satu lokasi. Peruntukan: Untuk semua perusahaan yang ingin mengelola keuangan perusahaan secara online dan terkomputerisasi. Spesifikasi:
Pengembang/Pemilik Teknologi: M Jumeidil Analyes Perdana. Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Event organizer dan Business owner. Manfaat Ekonomi/Sosial: •
Ekonomi: Terbukanya peluang income bagi siapapun yang bisa menawarkan experience atau event ke anak muda.
•
Sosial: Terciptanya kehidupan yang lebih bahagia dan terjalin interaksi nyata di luar dunia maya bagi anak muda.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
27. leasurra Mobile APP
149
Gambar 57 Pleasurra Mobile APP
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Berbasis layanan cloud computing artinya terkoneksi secara online:
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
28. AOL (Akuntansi Online)
Gambar 58 AOL (Akuntansi Online) AOL merupakan alat bantu UKM untuk membuat laporan keuangan lebih mudah dibaca berdasarkan bahasa bisnis daripada bahasa akuntansi umumnya. Bahasa yang umum dipakai di laporan akuntasi keuangan adalah Laporan laba rugi, Laporan neraca, Laporan arus kas, Stok barang, utang, Piutang, modal dan lain-lain. Kegunaan: Membantu pengelolaan keuangan UMKM dengan fitur utama realtime monitoring dan online reporting memanfaatkan teknologi cloud computing sehingga pengelolaan UMKM menjadi lebih efektif dan efisien. Peruntukan: UMKM yang belum memiliki laporan keuangan yang terkomputerisasi dan terkoneksi dengan internet untuk bisa dimonitor dari PC maupun Smartphone.
•
Safe dan Secure: Untuk memastikan keamanan transaksi, menggunakan teknologi Secure Socket Layer (SSL) untuk koneksi ke website kami;
•
Online dan Realtime: Anda mendapatkan laporan keuangan (laba rugi, arus kas dan neraca) dan stock barang dan sebagainya darimana saja dan kapan saja.
•
Multicabang: Laporan konsolidasi keuangan antarcabang akan tersaji secara otomatis.
•
Kolaborasi Online: Bekerjasama dengan team internal, berkolaborasi dengan akuntan dan pihak lain ketika diperlukan. Anda juga bisa mengontrol setiap orang terhadap data apa saja yang boleh dilihat.
•
Selalu Up to Date: Update software secara otomatis tersedia ketika anda login. Dikarenakan setiap saat akan dilakukan perbaikan dan penambahan fitur berdasarkan masukan dan saran pelanggan sehingga anda tidak perlu khawatir harus melakukan instalasi atau update software. Omzet selama IBT : Rp 257.465.000.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Spesifikasi: --
Online & Realtime, Anda mendapatkan informasi laporan keuangan, stok barang dan sebagainya. dari manapun di seluruh dunia 24/7.
--
Safe and Secure, Untuk memastikan keamanan kami menggunakan Secure Socket Layer (SSL) untuk koneksi ke website kami.
Pengembang/Pemilik Teknologi: Karnadi, ST.
--
Multi Cabang, Laporan konsolidasi keuangan antar cabang sudah tersaji secara otomatis
Manfaat Ekonomi/Sosial:
--
Zero Maintenance, Tidak perlu investasi Server dan biaya lisensi yang mahal, yang anda perlukan hanya akses internet.
•
Ekonomi: Mencegah terjadinya kebangkrutan usaha UMKM dikarenakan kesalahan pengelolaan keuangan usaha akibat pengambilan keputusan yang tidak didukung oleh data yang valid dan up to date.
•
Sosial: Memberikan pemahaman pengelolaan keuangan (Financial Literacy) untuk UMKM sehingga pemilik usaha bisa memonitor laporan
Keunggulan: •
150
Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): UMKM.
Zero Maintainance: Tidak perlu biaya investasi server dan license yang mahal, yang perlu disediakan hanya akses internet;
keuangannya secara online dan realtime untuk selanjutnya mengambil keputusan secara cepat dan tepat sehingga pengelolaan usahnya bisa lebih efektif dan efisien sehingga bisa tumbuh dan berkembang secara sehat dan berkelanjutan.
29. Portable Elektronik Nose Urinalisasi Meter
Kegunaan: Alat berupa sensor yang berfungsi untuk menguji kandungan urin 3 in 1 produk (pH meter, Termometer, dan Turbidity meter). Dengan eNose meter : tidak perlu alat bantu penganalisa urin, waktu untuk perolehan hasil test lebih cepat yaitu 2 detik, terdapat data storage, praktis, lebih murah, tidak
Gambar 59 Portable Elektronik Nose Urinalisasi Meter
Spesifikasi: Portabel, 3 in 1 dan lebih cepat. Keunggulan: Lebih efisien, cepat dalam memberikan informasi hasil pengujian laboratorium; Sebagai alat pengukur pH urin yang tidak lagi memerlukan reagan; Dengan eNose, harga pemeriksaan kesehatan terutama urine murah; Pengujian pH air tanah; Dibuat aplikasi expert system, analisa pasien batu ginjal atau dengan sistem Cerdas. Pengembang/Pemilik Hariningsih.
Teknologi:
Sri
Purwani
Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): Dinkes, Rumah Sakit, Laboratorium, Puskesmas. Manfaat Ekonomi/Sosial: •
•
Ekonomi: Dengan eNose Urinalusasi maka pengujian terhadap urin pasien klinik, laboratorium maupun rumah sakit tidak menggunakan larutan atau reagant (biaya pembelian reagan) mahal. Maka eNose Meter merupakan alat yang dapat mengefisienkan anggaran. Sosial: eNose Urinalisasi Meter alat uji kesehatan dan analisa kesehatan yang ramah lingkungan karena tidak menimbulkan limbah (dalam bentuk stik).
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Teknologi yang di kembangkan ini terdapat dua fokus. Yang pertama adalah membuat sistem cerdas, yaitu teknologi dengan sistem cerdas yang berdasar pada Neural Sharaf manusia dengan berbasis pengetahuan Heuristik dengan menggunakan bahasa pemrograman BASCOM dan Bahasa pemrograman C. Yang kedua adalah membuat hardware, rangkaian elektronika portabel eNose yang berfungsi sebagai interface model pendeteksian dan analisa urinalisasi tiap orangnya (pasien batu ginjal) dilakukan tiga kali perulangan, hal ini di harapkan akan mendapatkan hasil yang akurat kebenarannya. Kelebihan teknologi ini adalah eNose yang mampu mendeteksi kandungan urin pada pasien batu ginjal dengan komposisi asam dan basa sehingga mampu menganalisa jenis batu ginjal.
menimbulkan sampah, pasien yg diperiksa bisa lebih banyak, benefit rumah sakit lebih tinggi.
151
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Portabel eNose Urinalisasi Meter merupakan alat uji pH urin seseorang dengan menggunakan interface yang dikembangkan dengan bahasa C dan bahasa Assembler yang dapat menganalisa dan mengukur pH urin hingga 97%. Hasil uji urin dapat ditampilkan dalam layar LCD sesaat pasien diuji urinnya.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
29. CNC Grafir dan Cutting
Gambar 60 CNCGrafir dan Cutting
CNC merupakan sebuah mesin serba guna dalam industri dengan fungsi melakukan pemotongan, grafir, 3d printing, dengan tingkat akurasi tinggi sesuai dengan desain grafis pada monitor computer. Uji coba penyerapan produk mesin CNC ini telah diserap di pasaran sebanyak 3 unit dengan spesifikasi penggunaan untuk pencetakan PCB (tahun 2013), penggambaran pada lempengan tembaga (tahun 2013) dan penggrafiran pada media kayu dan akrilik(tahun 2014). Keunggulan: Low Power, konsumsi daya listrik maksimum hanya 300W, bisa digunakan dengan bantuan genset kecil saat PLN off; Kabel data USB, menyesuaikan port data pada notebook dan laptop; Penyempurnaan Algoritma, memori yang dibutuhkan lebih kecil. Tidak perlu computer spesifikasi tinggi dan mahal untuk pengoperasian; Editor grafis yang free; Software tidak berbayar dan kami sertakan dalam paket pejualan, sehingga lebih ekonomis.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Pengembang/Pemilik Teknologi: Teguh.
152
Penerima Manfaat (Pasar/Pengguna): UMKM, Kreator, Reklame, Pertukangan, Pengusaha Souvenier, Sekolah Desain. Manfaat Ekonomi/Sosial: •
Ekonomi: Memberi kesempatan UMKM atau pengusaha baru memiliki mesin CNC sendiri dengan harga terjangkau, akses garansi yang jelas, serta akses pelatihan penggunaan mesin yang mudah.
•
Sosial: Membantu UMKM atau pengusaha pemula mengembangkan produk souvenier, kerajinan, crafting, reklame dan benda kreatif lainnya.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan produk inovasi, diantaranya: 1. Belum adanya peta tentang kebutuhan teknologi baik untuk masyarakat maupun industri. 2. Belum adanya database yang terintegrasi tentang litbangyasa iptek Nasional. 3. Belum adanya kesepakatan tentang definisi produk inovasi. Sehubungan dengan hal tersebut beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang adalah diantaranya adalah : 1. Melakukan pemetaan, penguasaan dan perkembangan, transfer, serta diseminasi hasil litbang iptek untuk digunakan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. 2. Mengidenifikasi kebutuhan masyarakat (termasuk pasar) dalam rangka mengarahkan aktivitas litbang iptek (demand-driven approach). Menyusun peraturan menteri terkait sistem inovasi Nasional.
3.6 Realisasi Anggaran
Tabel 59 Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2016 Berdasarkan Unit
No
Unit
Pagu
Realisasi
% Realisasi
1
Setjen
2.394.226.711.932
2.166.796.077.439
90,50
2
Itjen
43.589.184.000
38.528.321.528
88,39
3
Ditjen Belmawa
4.921.054.508.101
4.077.448.812.017
82,86
4
Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti
603.635.089.033
402.883.409.240
66,74
5
Ditjen Sumber Daya Iptek dan Dikti
2.468.441.505.572
1.099.355.098.492
44,54
6
Ditjen Penguatan Risbang
1.485.760.927.028
1.418.914.410.993
95,50
7
Ditjen Penguatan Inovasi
173.782.534.267
163.655.282.900
94,17
8
PTN dan Kopertis
32.092.118.475.061
28.022.279.086.501
87,32
Grand Total
44.182.608.934.994
37.389.860.499.110
84,63
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Dari pagu anggaran Rp 44.182.608.934.994 yang dianggarkan untuk mencapai target yang ditetapkan berhasil terserap sebesar Rp 37.389.860.499.110 sehingga persentase daya serap anggaran Kemenristekdikti sampai Desember 2016 adalah sebesar 84,63%.
153
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Pagu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam DIPA 2016 yang digunakan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis sebagaimana ditetapkan dalam penetapan kinerja kementerian tahun 2016 sebesar Rp 44.182.608.934.994. Pagu sebesar tersebut dilaksanakan untuk membiayai dua fungsi yang ada Kemenristekdikti yaitu fungsi layanan umum dan fungsi pendidikan tinggi.
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
154
Dari sisi jenis belanja realisasi Kemenristekdikti tahun 2016 untuk belanja pegawai persentase realisasi anggaran sebesar 95,6%, belanja barang sebesar 84,99%, belanja modal sebesar 56,48% dan belanja bantuan sosial sebesar 97,87%.
Tabel 60 Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Belanja
Belanja
Pagu
Realisasi
%
Pegawai
13.381.414.898.983
12.791.967.146.287
95,60%
Barang
20.794.868.759.011
17.673.468.745.137
84,99%
Modal
6.931.667.277.000
3.915.202.419.450
56,48%
Bansos
3.074.658.000.000
3.009.222.188.236
97,87%
Total
44.182.608.934.994
37.389.860.499.110
84,63%
Selanjutnya, berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, pada tahun 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melaksanakan 7 program yang masing-masing dilaksanakan oleh unit Eselon I sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun realisasi DIPA atas 7 program tersebut pada TA 2016 adalah sebagai berikut:
Pagu
Realisasi
%
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
30.773.762.703.225
28.128.321.922.182
91,40%
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
43.589.184.000
38.528.321.528
88,39%
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti
932.922.931.801
678.747.870.689
72,75%
Program Pembelajaran dan Kemahasiswaan
7.631.928.604.101
5.329.471.941.794
69,83%
Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Iptek dan Dikti
3.094.536.950.572
1.591.760.878.997
51,44%
Program Penguatan Riset dan Pengembangan
1.515.260.927.028
1.444.088.389.129
95,30%
Program Penguatan Inovasi
190.607.634.267
178.941.175.141
93,88%
Grand Total
44.182.608.934.994
37.389.860.499.110
84,63%
155
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
Program
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Tabel 61 Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2016 Berdasarkan Program
Laporan Kinerja 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI
BAB IV PENUTUP Laporan kinerja Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi ini menyajikan informasi atas hasil-hasil kinerja yang dicapai Tahun Anggaran 2016 secara menyeluruh, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan tinggi dan hilirisasi hasil-hasil penelitian agar dapat memberikan nilai tambah dan kemanfaatan secara nyata bagi masyarakat. Berbagai keberhasilan maupun kekurangan sebagaimana tercermin dalam capaian kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU), telah tergambarkan secara rinci pada tabel, gambar dan uraian penjelasan diatas. Kita menyadari sepenuhnya bahwa untuk dapat memenuhi target kinerja yang ditetapkan dalam Renstra Kemenristekdikti 2015-2019 masih memerlukan upaya dan kerja keras, konsolidasi, serta koordinasi internal dan eksternal dengan stakeholder.
BAB IV PENUTUP
Tahun 2016 merupakan tahun kedua Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi melaksanakan Rencana Strategis 2015 – 2019. Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka meningkatkan pencapaian kinerja optimal, agar semua target-target yang diperjanjikan semaksimal mungkin dapat terealisasi. Secara umum target-target Sasaran yang tercermin dalam IKU berhasil dicapai dan bahkan beberapa diantaranya berhasil melebihi yang ditargetkan. Namun demikian beberapa target kinerja juga belum dapat terpenuhi.
156
Oleh karena itu terhadap indikator kinerja yang tidak mencapai target, untuk meningkatkan capaian indikator outcome yang telah diperjanjikan dalam Perjanjian Kinerja (PK), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi kedepan akan berupaya terus meningkatkan fungsi koordinasi, sinergi, pelaksanaan kebijakan dan meningkatkan efektivitas instrumen kebijakan yang ada. Hal ini dimaksudkan agar pencapaian outcome bisa disinergikan dengan kebijakan dan program dari Kementerian/Lembaga terkait dan stakeholder. Kemenristekdikti kedepan akan mendorong potensi di perguruan tinggi dan lembaga riset dalam rangka membangun daya saing berbasis inovasi, serta sebagai upaya meningkatkan peringkat daya saing Indonesia demi mencapai sasaran jangka menengah untuk unggul setidaknya di tingkat ASEAN. Sehubungan dengan hal itu beberapa capaian kinerja yang kedepan perlu terus ditingkatkan dan menjadi perhatian diantaranya: Lulusan bersertifikat kompetensi,
hal ini menjadi perhatian dan kebijakan dalam rangka meningkatkan lulusan perguruan tinggi Indonesia agar memiliki daya saing untuk masuk dalam pasar kerja nasional, regional, ataupun internasional. Sertifikat kompetensi kini menjadi kebutuhan bagi lulusan institusi pendidikan vokasi, menantang lembaga pendidikan untuk melaksanakan proses pembelajaran berbasis kompetensi. Demikian halnya upaya meningkatkan Prodi dan Perguruan Tinggi terakreditasi unggul, diantaranya melalui peningkatan program pembinaan bagi perguruan tinggi atau program studi yang diarahkan untuk membangun dan mengimplementasikan sistem penjaminan mutu internal di perguruan tinggi atau program studi, serta pembinaan yang berkelanjutan. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi juga berkomitmen pada pengembangan STP (Science Techno Park) untuk mendukung salah satu agenda prioritas pemerintah (nawacita), yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional, melalui peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi dengan membangun Techno Park di kabupaten/kota, dan Science Park di setiap provinsi. Kemenristekdikti kedepan akan menerbitkan regulasi yang mewajibkan para guru besar dan lektor kepala untuk meningkatkan produk ilmiah dalam rangka meningkatkan publikasi ilmiah internasional, Sedangkan untuk menghasilkan perolehan paten, HKI serta prototype inovasi yang siap dihilirisasi, menggelar program insentif melalui penetapan Pusat Unggulan Iptek (PUI), serta instrument kebijakan Insentis Riset SINas. Disamping riset-riset dasar dan terapan untuk meningkatkan academic exelance juga mendorong lebih banyak lagi pelaksanaan riset melalui pola konsorsium yang melibatkan lembaga litbang, pemerintah dan dunia usaha/industri sehingga menghasilkan prototype yang dapat diadopsi oleh industri. Pada akhirnya dengan berbekal komitmen, kesamaan persepsi dan kekuatan, semangat reformasi birokrasi, serta sumberdaya yang ada, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi akan terus meningkatkan kinerjanya sesuai peran dan tanggungjawab yang diembannya, sehingga amanah RPJMN 2015 - 2019 dan Rencana Strategis Kemenristekdikti 2015 – 2019 di bidang pendidikan tinggi dan iptek optimis dapat dicapai dan ditingkatkan kinerjanya.
LAMPIRAN
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D.Ak
Jabatan
: Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Jakarta, 29 Maret 2016 Menteri ttd
Ttd. Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D.Ak
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI No (1) 1
2
3
4
5
Sasaran Strategis (2) Meningkatnya kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan pendidikan tinggi Meningkatnya kualitas kelembagaan Iptek dan Dikti
Meningkatnya relevansi, kualitas, dan kuantitas sumber daya Iptek dan Dikti Meningkatnya relevansi dan produktivitas riset dan pengembangan Menguatnya kapasitas inovasi
Indikator (3) Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi Persentase lulusan bersertifikat kompetensi Jumlah Prodi terakreditasi unggul Jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat nasional dan internasional Persentase lulusan yang langsung bekerja Jumlah Perguruan Tinggi masuk top 500 dunia Jumlah Perguruan Tinggi berakreditasi A (Unggul) Jumal Taman Sains dan Teknologi yang mature Jumlah Pusat Unggulan Iptek Jumlah dosen Berkualifikasi S3 Jumlah pendidik mengikuti sertifikasi dosen Jumlah SDM Litbang berkualifikasi Master dan Doktor Jumlah publikasi internasional Jumlah HKI yang didaftarkan Jumlah prototipe R&D Jumlah prototipe industri Jumlah produk inovasi
Target (4) 28,16% 60% 12.000 390 60% 3 39 14 15 28.000 10.000 3.700
6.229 1.735 632 15 15
Program
Anggaran
1. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya 2. Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Akuntabilitas 3. Peningkatan Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti
Rp. 28.539.264.876.000 Rp.
50.475.000.000
Rp.
953.570.229.000
4. Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Rp.
6.162.976.061.000
5. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Iptek dan Dikti
Rp.
3.202.731.542.000
6. Penguatan Riset dan Pengembangan
Rp.
1.527.752.004.000
7. Penguatan Inovasi
Rp.
190.608.900.000
Jumlah
Rp. 40.627.378.612.000 Jakarta, 29 Maret 2016 Menteri ttd
Ttd. Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D.Ak