LAPORAN KERJA PRAKTIK PROSES PENGUJIAN KEAMANAN LAMPU SWABALLAST SESUAI SNI 04-6504-2011 DI STRATEGIC BUSINESS UNIT LABORATORY PT. SUPERINTENDING COMPANY OF INDONESIA (PERSERO) Periode 23 Mei – 23 Juli 2016
Oleh: Arif Rivaldi NIM. 1108130036 Dosen Pembimbing Akademik: Hertiana Bethaningtyas D. K., ST., MT. NIP. 13861149-1
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS TELKOM 2016
LEMBAR PENGESAHAN PROSES PENGUJIAN KEAMANAN LAMPU SWABALLAST SESUAI SNI 04-6504-2011 DI STRATEGIC BUSINESS UNIT LABORATORY PT. SUPERINTENDING COMPANY OF INDONESIA (PERSERO) Periode 23 Mei – 23 Juli 2016
Disusun Oleh: Arif Rivaldi NIM. 1108130030
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Pembimbing Lapangan
Hertiana Bethaningtyas D. K., ST., MT.
Erfan Royani
NIP. 13861149-1
NPP. 12159
ii
ABSTRAK Lampu Swaballast adalah tipe lampu yang saat ini banyak digunakan sebagai salah satu peralatan pencahayaan, karena cahaya yang dihasilkan sangat terang, hemat energi dan harganya yang relatif lebih murah daripada tipe lampu lainnya, menjadi faktor primadona oleh masyarakat. Tetapi, karena banyaknya produk lampu swaballast yang beredar membuat pemerintah perlu menerapkan standar keamanan demi menjaga hak konsumen. Oleh karena itu, setiap produsen lampu swaballast harus lolos uji keamanan sesuai standar SNI 04-6504-2011 yang salah satu tempat pengujiannya berada di PT. Sucofindo. Proses pengujian lampu swaballast ada beberapa parameter klausul berdasarkan cara uji mekanis dan elektrikal serta uji pencahayaan. Ada batasan nilai dan toleransi tersendiri pada setiap parameter pengujian, jika tidak memenuhi apa yang dipersyaratkan maka pada parameter tersebut sampel dinyatakan gagal uji. Pengujian mekanis dan elektrikal secara garis besar adalah pengujian berdasarkan kontak fisik langsung menggunakan berbagai instrumen alat ukur, sedangkan pengujian pencahayaan adalah pengujian non kontak fisik karena diuji dengan instrumen khusus yang hanya bisa dibaca hasilnya dengan proses komputerisasi. Pada pengujian sampel lampu yang dilakukan secara acak berdasarkan pengamatan, diperoleh hasil bahwa ada beberapa sampel uji yang gagal dalam uji mekanis dan elektrikal, biasanya diakibatkan oleh faktor kualitas isolasi dan kekuatan bahan serta pelindung rangkaian elektrikal, sedangkan pada uji pencahayaan hampir seluruhnya lolos uji dikarenakan gelombang cahaya ultraungu yang dihasilkan sesuai dengan rentang cahaya yang bisa ditangkap oleh manusia (400nm-700nm) dan dominant wavelength terletak pada warna kuning kehijauan, hijau, dan biru kehijauan.
Kata kunci: Lampu Swaballast, Sampel, Keamanan, SNI 04-6504-2011.
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya Laporan Kerja Praktik yang berjudul “PROSES PENGUJIAN KEAMANAN LAMPU SWABALLAST SESUAI SNI 04-65042011” ini bisa diselesaikan dengan baik. Laporan Kerja Praktik yang disusun ini merupakan salah satu syarat wajib pada penilaian matakuliah Kerja Praktik. Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan serta doa dari berbagai pihak, laporan ini tidak dapat diselesaikan tepat waktu dan agak sulit diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas segala berkat, nikmat, dan limpahan rahmat serta karuniaNya. 2. Segenap jajaran SDM Laboratorium Pusat PT. Sucofindo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Kerja Praktik. 3. Bapak Fitri Muhamady, selaku Kepala Sub Bagian Laboratorium Teknik. 4. Bapak Fandi Fermadi, selaku Engineer Bagian Laboratorium Teknik yang telah memberikan arahan kepada penulis agar dapat menjalankan proses Kerja Praktik dengan baik. 5. Para pegawai Bagian Laboratorium Teknik yang namanya tidak bisa disebutkan satu-persatu yang dengan ikhlas membagi ilmunya. 6. Para rekan sesama Kerja Prakrik atas bantuannya yang sangat berjasa selama penulis melaksanakan Kerja Praktik.
iv
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan penulis juga menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan, semoga laporan ini bermanfaat bagi yang membaca.
Cibitung, 22 Juli 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii ABSTRAK ............................................................................................................ iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. ix BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Penugasan............................................................................. 1 1.2 Lingkup Penugasan ......................................................................................... 1 1.3 Target Pemecahan Masalah ........................................................................... 2 1.4 Metode Pelaksanaan Tugas/Pemecahan Masalah........................................ 2 1.5 Rencana dan Penjadwalan Kerja .................................................................. 3 1.6 Ringkasan Sistematika Laporan .................................................................... 4 BAB II PROFIL INSTANSI ............................................................................... 5 2.1 Profil Instansi .................................................................................................. 5 2.2 Struktur Organisasi Instansi/Perusahaan .................................................... 6 2.3 Lokasi/Unit Pelaksanaan Kerja ..................................................................... 6 BAB III KEGIATAN KP DAN PEMBAHASAN KRITIS................................ 7 3.1 Skematik Umum Sistem Yang Terkait Kerja Praktik ................................ 7 3.2 Skematik dan Prinsip Kerja Sub-Sistem Yang Dihasilkan ....................... 16 3.3 Analisis Kritis ................................................................................................ 18 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 20 4.1 Simpulan ....................................................................................................... 20 4.2 Saran
....................................................................................................... 21
4.2.1 Untuk Pihak Laboratorium Teknik, SBU Laboratorium Pusat PT. Sucofindo ...................................................................................... 21 4.2.2 Untuk Pihak Universitas Telkom .................................................. 21 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Logo PT. Sucofindo .......................................................................... 5 Gambar 2. 2 Struktur Organisasi Laboratorium Teknik, SBU Laboratorium Pusat PT. Sucofindo......................................................................................................... 6 Gambar 2.3 Gedung Laboratorium Pusat PT. Sucofindo ...................................... 6 Gambar 3.1 Contoh Label Pengenal pada Sampel Lampu yang akan Diuji Ketahanan Pudarnya ................................................................................................................. 8 Gambar 3.2 Digital Torque Meter ......................................................................... 10 Gambar 3.3 Aging Rack ......................................................................................... 11 Gambar 3.4 Glow Wire Tester ............................................................................... 13 Gambar 3.5 Tabung Spectrophotometer beserta Power Supply yang Terintegrasi dengan Komputer ................................................................................................... 13 Gambar 3.6 Contoh Hasil Light Source Test Dipilih Secara Acak ....................... 15 Gambar 3.7 Spektrum Warna yang Bisa Dilihat leh Manusia ............................... 16 Gambar 3.8 Skema Keadaan Tensile Strength ....................................................... 17
vii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perencanaan beserta penjadwalan Kerja Praktik ................................... 3
viii
DAFTAR ISTILAH
1. BSN
: Badan Standarisasi Nasional
2. SNI
: Standar Nasional Indonesia
3. Kemendag RI : Kementerian Perdagangan Republik Indonesia 4. Kemenperin RI : Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 5. ISO
: International Organization for Standardization
6. IEC
: International Electrotechnical Commission
7. KAN
: Komite Akreditasi Nasional
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penugasan Semakin banyaknya Lampu Swaballast yang beredar dikalangan masyarakat, memungkinkan untuk ditemukannya produk tipe yang standar keamananya tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini Kemendag RI melalui BSN menetapkan standar SNI 04-6504-2011 untuk keamanan lampu swaballast. Dimana parameter-parameter yang ada di dalamnya merupakan pengujian dasar mengenai hal yang sering dilakukan oleh pemakai (kontak fisik-mekanik), dan tentunya diimbangi oleh parameter-parameter lainnya mengenai aspek keamanan yang tak kasat mata (non konta fisik-elektrikal). PT. Sucofindo adalah salah satu BUMN yang bergerak dibidang jasa pengujian secara langsung ditunjuk oleh Kemendag RI untuk ikut serta sebagai inspektor pengujian lampu swaballast. Dalam proses pengujiannya, PT. Sucofindo memiliki fasilitas dan peralatan pengujian yang telah mendapatkan sertifikasi dari dalam dan luar negeri, seperti KAN, IEC, dan ISO. Tentunya hal tersebut untuk menunjang agar hasil pengujian yang didapat akurat serta dapat dijadikan bahan acuan evaluasi dan pertimbangan bagi produsen lampu swaballast agar dapat memperbaiki produknya dan menjadikan produk tersebut lebih baik. Mengenai penugasan Kerja Praktik sendiri, mahasiswa ditempatkan sesuai dengan bidangnya, yaitu untuk mengamati dan mempelajari proses pengujian keamanan di divisi peralatan pencahayaan dengan pemilihan spesialisasi lampu swaballast sebagai objek Kerja Praktik.
.
1
1.2
Target Pemecahan Masalah Dalam penugasan Kerja Praktik, ada beberapa target yang harus diselesaikan dari berbagai masalah proses pengujian keamanan lampu swaballast yang didapat, meliputi: 1.2.1
Mempelajari proses pengujian keamanan lampu swaballast berbagai variasi dalam suatu pengujian berstandar SNI 04-6504-2011.
1.2.2
Mengoptimakan berbagai jenis fasilitas instrumen alat ukur pengujian yang ada di laboratorium peralatan pencahayaan.
1.2.3
Memahami prosedur keamanan dalam pengujian keamanan lampu swaballast.
1.3
Metode Pelaksanaan Tugas/Pemecahan Masalah Metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang didapat pada proses pengujian lampu swaballast adalah dengan mepelajari terlebih dahulu materi yang diberikan oleh ahli dibidang peralatan pencahayaan, selanjutnya dilakukanlah pengamatan sekaligus mengikuti pengujian berbagai sampel lampu secara langsung dengan tahapan yang berjenjang dengan mengacu pada sumber literatur yang dituju (SNI 04-65042011) dengan berbagai parameter yang nantinya dijelaskan. Selain itu juga dilakukan penentuan apakah parameter yang diuji sesuai atau tidak dengan batasan yang ditetapkan.
2
1.4
Rencana dan Penjadwalan Kerja Berikut ini adalah perencanaan dan penjadwalan Kerja Praktik tentang proses pengujian keamanan lampu swaballast di PT. Sucofindo: Tabel 1. 1 Perencanaan beserta penjadwalan Kerja Praktik Kegiatan
Pengenalan Materi
Pekan
Pekan
Pekan
Pekan
Pekan
Pekan
Pekan
Pekan
Pekan
ke-1
ke-2
ke-3
ke-4
ke-5
ke-6
ke-7
ke-8
ke-9
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
dan
Instrumen Alat Pengujian Ikut
v
Melakukan Proses Standarisasi Mendapatkan Simpulan Hasil Pengujian Analisis Pengamatan dan Pengerjaan Penyusunan Laporan
3
1.5
Ringkasan Sistematika Penulisan Laporan Dalam menyusun Laporan Kerja Praktik ini, dibuatlah sistematika penulisan dengan tujuan untuk menggambarkan secara umum penugasan yang dilakukan agar dapat dipahami dengan mudah alur penyusunannya oleh pembaca. Dalam penulisan ini terdiri dari beberapa bagian yaitu:
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang penugasan, target pemecahan masalah, metode pelaksanaan tugas/pemecahan masalah, rencana dan penjadwalan kerja, dan ringkasan sistematika penulisan laporan.
BAB II PROFIL INSTANSI Menguraikanan tentang sejarah dan profil singkat PT. Sucofindo (Persero), berserta struktur organisasi dan lokasi atau unit pelaksanaan Kerja Praktik.
BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK DAN PEMBAHASAN KRITIS Pada bab ini akan menjelaskan alur pengamatan dan pekerjaan yang akan dilakukan dan metode pelaksanaan dalam pemecahan masalah yang didapat, sekaligus menganalisis hasil pengamatan yang dilakukan.
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN Bagian bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari berbagai pengamatan dan pekerjaan pada pelaksanaan Kerja Praktik yang telah dilakukan, serta saran untuk tahap pengembangan selanjutnya.
4
BAB II
2.1
PROFIL INSTANSI
Profil Instansi
Gambar 2. 1 Logo PT. Sucofindo PT. Sucofindo adalah perusahaan perseroan inspeksi pertama di Indonesia. 95% sahamnya dikuasai negara dan 5% milik Societe Generale de Surveillance Holding SA (SGS). PT. Sucofindo berdiri pada 22 Oktober 1956. Bisnis PT. Sucofindo bermula dari kegiatan perdagangan, terutama komoditas pertanian dan kelancaran arus barang dan pengamanan devisa negara dalam perdagangan ekspor-impor. Seiring dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha, PT. Sucofindo melakukan langkah kreatif dan menawarkan inovasi jasa-jasa baru berbasis kompetensinya. Bisnis jasa pertama yang dimiliki PT. Sucofindo adalah cargo superintendence dan inspeksi. Kemudian melalui studi analisis dan inovasi, PT. Sucofindo melakukan diversifikasi jasa sehingga lahirlah jasa-jasa warehousing and forwarding, analytical laboratories, industrial and marine engineering, dan fumigation and industrial hygiene. Keanekaragaman jasajasa PT. Sucofindo dikemas secara terpadu, jaringan kerja Laboratorium, cabang, dan titik layanan di berbagai Kota di Indonesia serta didukung oleh 2.646 Tenaga Profesional yang ahli dibidangnya.
5
2.2
Struktur Organisasi Instansi/Perusahaan Berikut ini adalah struktur organisasi yang ada di lingkup Bagian Laboratorium Teknik, SBU Laboratorium Pusat PT. Sucofindo:
Gambar 2. 2 Struktur Organisasi Laboratorium Teknik, SBU Laboratorium Pusat PT. Sucofindo
2.3
Lokasi/Unit Pelaksanaan Kerja Penempatan unit kerja di Laboratorium Teknik, tepatnya secara khusus bertugas melakukan pengujian keamanan lampu swaballast yang berada di Laboratorium Peralatan Pencahayaan, ruang Spherophotometric.
Gambar 2. 3 Gedung Laboratorium Pusat PT. Sucofindo
6
BAB III
KEGIATAN KERJA PRAKTIK DAN PEMBAHASAN KRITIS
3.1 Skematik Umum Sistem Yang Terkait Kerja Praktik Penugasan yang dilakukan pada Divisi Peralatan Pencahayaan meliputi proses pengujian keamanan lampu swaballast dengan menggukanan standar “SNI 04-6504-2011 Untuk Pelayanan Pencahayaan Umum - Persyaratan Keselamatan”. Standar tersebut merupakan dasar pengujian lampu swaballast, sedangkan pengujian lainnya diluar standar SNI 04-6504-2011 tidak menjadi bahan pengamatan kerja dan laporan. Pengujian keamanan lampu swaballast menggukanan
fasilitas
ruang
Sphero
Photometric
beserta
peralatan
instrumentasi uji, dan beberapa bagian fasilitas dan alat pengujian lainnya yang terpisah. Pengujian bertujuan untuk menetapkan lolos tidaknya sampel produk lampu swabaalst sebelum dipasarkan secara bebas, juga untuk rutinitas kualitas produk yang sebelumnya sudah lolos uji. Merujuk pada “SNI 04-6504-2011(Lampu Swaballast untuk Peralaran Pencahayaan Umum – Persyaratan Keselamatan)” ada beberapa parameter yang diujikan pada lampu yaitu sebagai berikut: Berdasarkan Cara Uji Mekanis dan Elektrikal yang diamati: Pemeriksaan Sifat Tampak (Klausul 5.1) Yaitu tes terhadap label pengenal pada sampel lampu, caranya menggosokkan label pengenal secara ringan pada sampel lampu menggunakan kain khusus dengan cairan Air dan Petroleum Spirit secara berurutan dengan masing-masing waktu selama 15 detik. Label Penandaan dapat dibaca secara jelas setelah diuji, bila tidak maka sample tersebut gagal uji.
7
Gambar 3.1 Contoh Label Pengenal pada Sampel Lampu yang akan Diuji Ketahanan Pudarnya Pengujian Mampu Silih Tukar (Klausul 5.2): Yaitu Melakukan tes terhadap fitting sekaligus bentuk ulir apakah sudah sesuai atau belum, dalam pengujian ini dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: Contact Making Test, Dimension Test, Max Dimension of the Screw, dan Minimum Major Diameter of the Screw. 1. Contact Making Test Tes kontak antara ujung fitting sampel lampu dengan ulir female kontak uji, parameter ujinya adalah tertekannya push dari alat uji female kontak. Bila tidak terpenuhi maka tes ini dinyatakan gagal. 2. Dimension Test Tes dimensi dari fiting, yaitu tes memasang lampu seperti lazimnya. bila terjadi kelonggaran, sudah full putar padahal belum maksimal, dan melebihi putar, maka tes ini gagal. Sampel yang lolos uji adalah sampel yang benar-benar pas saat dipasang. 3. Max Dimension of the Screw Yaitu tes dimensi maksimum pada ulir sampel lampu uji. 4. Minimum Major Diameter of the Screw Adalah tes minimal ulir sampel lampu uji paling dekat dengan kontak.
8
Pengujian Resistansi Isolasi (Klausul 5.4) Untuk mengetahui nilai resistansi pada sampel uji lampu dengan menggunakan digital multitester khusus, lampu harus dikondisikan terlebih dahulu selama 48 jam dalam lemari lembab pada kelembaban relatif antara 91% sampai dengan 95%, pada suhu antara 20°C sampai dengan 30°C dengan variasi +/- 1°C. Resistansi isolasi harus diukur di dalam lemari lembab menggunakan tegangan DC sekitar 500 V, setelah dikenakan tegangan selama 1 menit. Pengukuran resistansi isolasi tersebut dilakukan antara bagian logam penghantar arus pada kaki lampu dan bagian lampu yang dapat disentuh (bagian matchine isolasi yang dapat disentuh dibungkus dengan kertas logam, biasanya alumunium foil). Nilai resistansi yang dihasilkan harus tidak kurang dari 4 MΩ.
Pengujian Tegangan Listrik (Klausul 5.5) Segera setelah dikenakan pengujian resistansi isolasi bagian yang sama seperti dinyatakan diatas, kemudian dikenakan pengujian kekuatan listrik AC selama 1 menit dengan tegangan sebagai berikut: 1. Kaki-lampu ES: Antara bagian yang dapat disentuh dua bagian ulir kakilampu (bagian yang dapat disentuh dari bahan isolasi ditutup dengan kertas logam). Tipe HV (220 V sampai 250 V) 4000 V.r.m.s. Tipe BV (100 V sampai 120 V) : 2U + 1000 V. Nilai U = Tegangan pengenal Selama pengujian bagian berhubungan dan rangka dari kakilampu dihubung-singkat. Pada tahap awal dikenakan tegangan tidak boleh lebih dari setengah nilai yang disyaratkan, kemudian secara perlahan dinaikkan hingga nilai penuh yang disyaratkan. Selama pengujian tidak boleh terjadi lewat denyar (flash over) atau tembus listrik. Pengukuran harus dilakukan di dalam lemari lembab.
9
2. Jarak antara kertas logam (alumunium foil) dan bagian yang dilewati arus masih dalam pertimbangan. Pengujian Kuat Mekanis (Klausul 5.6) Tes kekuatan mekanis (puntir) terhadap sampel uji bagian fiting lampu, dimulai saat keadaan lampu sudah full terpasang dengan cara memberikan gaya puntir sebesar 3 N, tetapi tidak boleh dikenakan secara mendadak, namun harus secara bertahap dari nol. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga total gaya puntir yang diberikan sebesar 9 N. Alat pengujian yang digunakan untuk proses pengujian ini adalah Digital Torque Meter seperti pada Gambar 3.2 lengkap dengan Female. Bila dalam 3 kali percobaan fiting lampu sampel uji rusak, maka sampel tersebut dinyatakan gagal.
Gambar 3.2 Digital Torque Meter
Pengujian Kenaikan Suhu pada Kaki Lampu (Klausul 5.7) Untuk mengetahui kondisi sampel uji lampu saat dilakukan proses kenaikan suhu pada kaki lampu, yaitu memasang lampu secara sederhana ke aging rack pada Gambar 3.3 lalu dinyalakan selama 3 jam. Sebelum dipasang, terlebih dahulu rekatkan termokopel ke bagian ulir lampu dengan perekat alumunium. Setelah 3 jam, maka termokopel tersebut segera dihubungkan dengan Digital Multimeter agar dapat diketahui berapa suhu akibat
10
pemanasan selama 3. Dalam pengujian ini suhu maksimal akibat pemanasan selama 3 jam maksimum 45°C.
Gambar 3.3 Aging Rack
Pengujian Terhadap Panas (Klausul 5.8) Pengujian dilakukan dalam lemari pemanas udara pada suhu (25+5)°C diatas suhu kerja, bagian yang melindungi bagian bertegangan suhu C minimum 125°C dan untuk bagian lainnya 80°C. Permukaan bagian yang diuji, ditempatkan pada posisi mendatar dan bola baja berdiameter 5 mm dikenakan pada permukaan tersebut dengan gaya 20 N. Sebelum pengujian dimulai, beban uji dan alat penopang ditempatkan di dalam lemari pemanas pada waktu yang cukup, sehingga diperoleh suhu pengujian yang stabil. Bagian yang diuji ditempatkan di dalam lemari pemanas, minimum selama 10 menit sebelum beban uji dikenakan. Jika pada bagian permukaan uji melengkung selama pengujian, maka bagian yang mengalami tekanan arus sanggah. Dalam pengujian ini, jika tidak dapat dilakukan pada contoh lengkap, dapat dilakukan bentuk keping yang diambil dari contoh tersebut. Keping tersebut harus memiliki ketebalan minimum 2.5 mm, namun bila keping uji dengan ketebalan tersebut tidak terdapat pada contoh uji, maka pengujian dapat dilakukan pada dua atau lebih keping uji yang ditempatkan secara bertumpuk. Setelah satu jam bola baja dilepas dari keping uji kemudian direndam dalam air dingin selama 10 detik, sehingga mencapai suhu ruang. Diameter lekukan kemudian diukur, tidak boleh melebihi 2 mm.
11
Bagian lekuk yang terjadi pada permukaan berupa lekukan elip, maka pengukuran dilakukan pada bagian poros yang terpendek. Jika meragukan, pengukuran dapat dilakukan pada kedalamannya, dan diameternya dihitung menggunakan rumus pada persamaan (1): Ø = 2 p(5 − p) ..................................... (1) dengan: p adalah kedalaman lekukan. Catatan: Pengujian ini tidak disyaratkan untuk bahan keramik.
Pengujian Ketahanan Api dan Percikan Api (Klausul 5.9) Bagian dari bahan isolasi yang dalam posisinya menahan bagian bertegangan dan bagian luar dari bahan isolasi yang memberikan perlindungan terhadap kejut listrik dikenakan uji kawat bara berdasarkan standar sesuai IEC 695-2-1, sebagai berikut: Contoh uji dalam bentuk lampu swaballast utuh, bila diperlukan contoh uji boleh diambil dari bagian lampu dengan melakukan pemisahan, namun kondisinya harus terjamin tidak jauh berbeda dari penggunaan secara normal. Contoh uji kemudian dipasang pada pembawa dan ditekan dengan kawat bara dengan gaya 1 N, posisi kawat bara sebaiknya berada 15 mm atau lebih dari tepi atas hingga ke titik sangkarnya. Penembusan kawat ke dalam contoh uji secara mekanis dibatasi 7 mm. Jika tidak memungkinkan untuk melakukan pengujian pada contoh uji seperti di atas, karena contoh uji terlalu kecil, maka pengujian dapat dilakukan terhadap contoh lain yang terpisah dengan bahan yang sama, luas 30 mm2 dan tebal setara dengan ketebalan minimum pada contoh uji. Suhu bagian ujung kawat bara 650°C setelah 30 detik contoh uji dilepas dari sentuhan kawat bara. Suhu kawat bara dan arus pemanasan harus konstan selama 1 menit sebelum dilakukan pengujian, selama waktu tersebut harus dihindari radiasi panas agar tidak berpengaruh pada contoh uji. Suhu bagian ujung kawat bara diukur menggunakan termokopel berselubung dan terkalibrasi sesuai IEC 695-2-1.
12
Gambar 3.4 Glow Wire Tester
Berdasarkan Uji Pencahayaan yang diamati: Light Source Test Merupakan pengujian untuk mengetahui berbagai parameter yang sebelumnya sudah diinfokan pada label pengenal atau kemasan pada sampel dan parameter-parameter lain yang secara spesifik tidak bisa diukur secara langsung untuk memeriksa keamanan dari cahaya yang dihasilkan oleh sampel lampu uji. Cara kerjanya adalah memasukkan dan memasangkan lampu uji di dalam tabung spectrophotometer lalu semua sumber dinyalakan secara komputerisasi, begitu pula dengan hasil yang didapat sudah bisa tertampilkan pada layar komputer. Lamanya waktu tes sampel uji adalah 15 menit agar diperoleh keadaan tunak.
Gambar 3.5 Tabung Spectrophotometer dan Digital Power Meter yang Terintegrasi dengan Komputer
13
Berikut ini adalah parameter-parameter yang didapat setelah melakukan uji “Light Source Test”[1]:
Electric Parameters: Voltage (V) Tegangan yang diperlukan untuk menyalakan lampu uji. Power (W) Daya yang diperlukan untuk menyalakan lampu uji. Current (A) Arus yang diperlukan untuk menyalakan lampu uji. Power Factor Faktor Daya akibat Tegangan, Daya, dan Arus pada lampu uji. Khusus untuk parameter Voltage (V), Power (W), dan Current (A), nilainya yang harus sesuai dengan informasi pada label pengenal lampu seperti contoh pada Gambar 3.1.
Photometric Parameters: Luminous Flux (lm) Jumlah total cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Radiant Power (W) Atau daya penyinaran adalah 1 Watt yang terpancar pada titik puncak kepekaan spectral (dalam range photopic pada 555nm) menghasilkan luminous flux 683 lm. Efficiency (lm/W) Perbandingan antara nilai Luminous Flux (lm) dengan Radiant Power (lm/W).
CIE Colorimetric Parameters Color Purity Kemurnian Warna Color Ratio (Red = … ; Green = … ; Blue = …) Rasio warna Merah, Hijau, dan Biru. Rendering Index (Ra)
14
Atau disebut dengan Indeks Kesesuaian Warna, yaitu kemampuan suatu sumber cahaya untuk membuat warna dan berbagai pemeringkatan warna (gradation) dari sebuah benda yang terlihat oleh mata manusia. Peak Wave Length (nm) Panjang gelombang saat mencapai titik tertingginya. Dominant Wave Length (nm) Panjang gelombang dominan yang dihasilkan oleh lampu uji. Chromaticity Coordinates (X = … ; Y = … ) Koordinat kualitas cahaya lampu yang tertinggi.
Gambar 3.6 Contoh Hasil Light Source Test Dipilih Secara Acak
15
Setiap laporan tes
Light Sorce seperti pada Gambar 3.6 dihalaman
sebelumnya menjadi suatu informasi penting, pada hasil tes didapat grafik kemurnian cahaya terhadap panjang gelombang dan diagram koordinat kualitas cahaya lampu, karena dari grafik dan diagram tersebut didapat penjelasan utama mengenai parameter coloimetric yang menjadi ukuran baik atau tidaknya kualitas cahaya yang dihasilkan dan dilihat oleh mata manusia. Setiap sampel hasil tesnya akan disatukan menjadi suatu data analisa lengkap (dalam laporan ini tidak disertakan karena menjadi rahasia perusahaan) dan hasil analisis keseluruhannya menjadi bahan dalam memutuskan apakah keseluruhan sampel pada produk uji tertentu memenuhi kriteria.
3.2 Skematik dan Prinsip Kerja Sub-Sistem Yang Dihasilkan Berdasarkan penjelasan secara ilmiah antara sistem yang dikerjakan dengan relevansi teori dan ilmu adalah sebagai berikut:
Light Source Test Percobaan ini dilakukan agar cahaya yang dihasilkan oleh sampel uji tidak mengganggu kenyamanan penglihatan manusia. Hasil tes sampel acak yang diambil menunjukkan bahwa parameter-parameter yang didapat spektrum warna, secara umum mata manusia nyaman melihat warna dengan kisar panjang gelombang antara 400nm-700nm.
Gambar 3.7 Spektrum Warna yang Bisa Dilihat leh Manusia
Dari hasil tes, nilai peak wavelength adalah 456 nm, bila diketahui 456 nm adalah jangkauan warna cahaya biru, cahaya ini adalah cahaya yang
16
paling terang ditangkap oleh mata manusia. Sedangkan rataan yang dilihat oleh mata manusia dengan parameter dominant wavelength adalah 516.1 nm. Chromaticity Diagram adalah koordinat cahaya pusat yang disebarkan dalam sumbu x dan sumbu y.
Pengujian Kuat Mekanis (Klausul 5.6) Berdasarkan standar pengujian, besar gaya puntir yang diberikan secara perlahan adalah sebanyak 3 N sebanyak 3 kali percobaan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah lampu bila dipuntir mengalami Tensile Strength.
Gambar 3.8 Skema Keadaan Tensile Strength
Pengujian Ketahanan Api dan Percikan Api (Klausul 5.9) Sampel yang akan diuji pertama-tama akan diletakan di Glow Wire Tester Machine seperti Gambar 3.4, kemudian wire akan dipanaskan oleh tegangan listrik, karena tegangan listrik yang besar dapat meningkatkan temperatur dari wire tersebut. Pada saat pengujian, wire akan dikondisikan hingga 650°C dan akan menyentuh bagian bahan isolasi dari sampel lampu, apabila bahan terbakar maka sampel gagal. Karena pada dasarnya kebanyakan bahan isolasi akan terbakar pada temperatur 650°C sehingga bahan yang kuat dengan temperatur tinggi agar tidak terjadi short circuit pada sampel lampu uji.
17
3.3 Analisis Kritis Selama masa penugasan Kerja Praktik, sangat banyak sekali pengetahuan yang diperolah baik itu langsung maupun tidak langsung terkait dengan matakuliah yang dipelajari. Hal tersebut terjadi sejak awal pekan pertama Kerja Praktik, dimana sudah langsung diberikan bahan materi mengenai Jobsdek yang diberikan serta mempelajari pengoperasian peralatan uji yang tentunya ada yang sama dan berbeda dengan peralatan skala laboratorium yang ada di kampus. Walaupun Kerja Praktik sifatnya tidak kearah penelitian, lebih mengarah ke pengamatan yang ikut langsung mengerjakan sesuatu, menjadikan daya tarik tersendiri yang belum pernah didapat sebelumnya. Seperti proses pengujian dan pengambilan hasil serta analisis yang disatu waktu dilaksanakan serempak, yang tentunya membutuhkan kekompakkan dan kerjasama tim yang baik antara sesama pegawai maupun dengan rekan Kerja Praktik, yang seluruhnya jarang didapatkan saat diperkuliahan. Pada saat Kerja Praktik, masukkan dan solusi yang bersifat ilmiah sangat diperlukan, terlebih ada beberapa pengetahuan dan pemahaman yang diberikan kepada pegawai (sharing knowlegde), ternyata bisa bertukar pikiran yang menjadi ide alternatif dalam melakukan pengujian dan lebih efisien pula. Tetapi setiap persoalan yang dihadapi tidaklah selalu mudah diselesaikan, terkadang dalam menjalankan proses pengujian lampu swaballast, relevansi antara teori dan implementasi ada yang tidak mendapatkan titik temu. Ini dikarenakan proses pengujiannya berbeda, diakibatkan adanya sampel uji model terbaru, sehingga harus dilakukan berbagai eksperimen percobaan serta memperdalam literatur standar pengujian agar proses pengujian yang diinginkan tercapai dengan baik. Selain itu, kegiatan Kerja Praktik yang dijalani memiliki pengalaman baik dan buruk, baik karena sangat menikmati beragam keilmuan yang tidak ada dikehidupan sehari-hari serta buruk akibat kurangnya kemampuan praktikal yang menyebabkan harus beradaptasi lebih lama agar bisa berimprovisasi, sejalan dengan alur yang digariskan oleh perusahaan dan khususnya laboratorium.
18
Selama 8 minggu masa Kerja Praktik berlangsung, banyak pengalaman maupun ilmu yang didapat diluar perkuliahan yang dapat dipelajari, dalam analisis data dibutuhkan kejelasan dan ketelitian yang tinggi sehingga tidak ada pihak yang akan dirugikan akibat kesalahan kalkulasi hasil percobaan, maka dari itu teknik dasar dari pengukuran elektrikal akan bermanfaat dan akan mengurangi kekeliruan dari data yang diambil. Teori yang didapat pada perkuliahan sudah mendekati dengan implementasinya seperti cara kerja alat ukur, penggunaan alat ukur, dan teknik analisis data, sehingga memudahkan untuk mempelajari langsung pemakaian alat ukur. Pengalaman yang sudah dilakukan selama 8 minggu ini sangat berharga dan tidak dapat dipelajari di perkuliahan, akan tetapi masih ada rasa segan antara karyawan dengan peserta Kerja Praktik, sehingga membuat canggung satu sama lain yang terkadang membuat pekerjaan terhambat.
19
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan Pentingnya menjaga keselamatan konsumen pemakai produk lampu adalah mutlak, oleh karena itu proses pengujian produk lampu apapun haruslah tetap semakin ketat dan bahkan lebih ditingkatkan sesuai dengan keadaan lampu yang ada dipasaran. Maka dari itu, PT. Sucofindo berperan penting dalam melakukan inspeksi dan standarisasi produk lampu di Indonesia. Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian proses Kerja Praktik di Laboratorium Teknik, SBU Laboratorium Pusat PT. Sucofindo terdapat beberapa simpulan penting dibawah ini: 1. Berdasarkan standar SNI 04-6504-2011, pengujian keamanan lampu swaballast ada dua pengujian utama, yaitu pengujian mekanikal-elektrikal dan pengujian pencahayaan. Selanjutnya pengujian utama ini dibagi lagi menjadi beberapa parameter klausul pengujian secara mendasar, khusus untuk pengujian pencahayaan hanya ada Ligth Source Test. Setiap parameter yang hasilnya diluar dari range dan toleransi nilai, maka parameter yang diujikan tersebut gagal. 2. Pada pengujian, seluruh instrumen pengujian digunakan secara bersamaan untuk efektifitas kinerja akibat banyaknya sampel uji yang harus dilakukan pengujian. Selain itu, khusus untuk alat uji Spectrophotometer pada Gambar 3.5 tidak boleh di-start dan di-shutdown terlalu sering (hanya boleh dilakukan saat masuk dan pulang kerja), karena akan mempengaruhi hasil proses pengujian akibat ketidaksesuaian dengan proses sebelumnya dan juga akan memakan waktu akibat proses kalibrasi yang memakan waktu cukup lama (1 jam). 3. Prosedur keamanan yang harus dilakukan selama pengujian keamanan lampu swaballast adalah menggunakan sampel uji dengan sebaik-baiknya, karena sampel uji yang diberikan oleh klien (produsen) jumlahnya terbatas, maka dalam pengujian harus sesuai dengan tahapan-tahapan yang ditentukan agar sampel uji tidak rusak sebelum waktunya. Selain itu, dalam melakukan proses pengujian mekanikal dan elektrikal wajib diperhatikan keselamatan diri penguji dengan
20
memakai pengaman, dikarenakan adanya proses pengujian yang rentan dan beresiko terkena pecahan kaca lampu, panas, terbakar, dan setrum listrik secara langsung, seperti: Glow Wire Testing, Uji Kuat Mekanis, Electrical Voltage Testing, dan Resistant Isolation Testing.
4.2 Saran 4.2.1 Untuk Pihak Laboratorium Teknik, SBU Laboratorium Pusat PT. Sucofindo Diharapkan bisa meng-update teknologi terbaru yang semakin canggih agar bisa lebih baik lagi dalam melakukan proses pengujian serta mendapatkan keakurasian data yang semakin meningkat, selain itu diharapkan juga mahasiswa yang melaksanakan penugasan Kerja Praktik diberikan berbagai macam pelatihan pengujian dengan teknologi terbaru agar nantinya bisa saling berbagi antara dunia industri dan dunia pendidikan serta crosscheck metodologi pengujian berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4.2.2 Untuk Pihak Universitas Telkom Melihat adanya pengalaman baru bagi mahasiswa Program Studi S1 Teknik
Fisika Fakultas
Teknik
Elektro
Universitas Telkom
yang
melaksanakan penugasan Kerja Praktik di Laboratorium Pusat, SBU Laboratorium Pusat PT. Sucofindo, maka hal-hal yang perlu diperhatikan untuk selanjutnya adalah perlunya pemahaman materi tentang “Inspeksi dan Standarisasi serta Proses Pengujian” diperkuliahan, agar nantinya mahasiswa bisa lebih memahami pentingnya “Inspeksi dan Standarisasi serta Proses Pengujian” dalam berbagai hal. Tetapi hal ini juga harus dijembatani dengan penerapan ilmu pengetahuan yang aplikatif mengenai dasar-dasar pengukuran mekanikal, elektrikal, optikal, pemetaan, analisis data, dan bahasa asing yang saat ini nyatanya mulai banyak standar yang sudah mengarah ke tingkat internasional.
21
DAFTAR PUSTAKA [1] http://www.lisungroup.com/upfiles/download/Catalog.pdf, Lisun Group 2016 Catalog, Tanggal Unduh: 20 Juli 2016 [2] SNI 04-6504-2011 (Lampu Swaballast untuk Peralaran Pencahayaan Umum – Persyaratan Keselamatan), BSN. 2011. [3] Sri Sugesti. Erna, dkk , Buku Pedoman Kerja Praktik Fakultas Teknik Elektro. Bandung, Universitas Telkom Bandung, 2016.
22
LAMPIRAN LAMPIRAN I - COPY SURAT LAMARAN KE PERUSAHAAN.INSTANSI
23
LAMPIRAN II - COPY BALASAN SURAT LAMARAN DARI PERUSAHAAN/INSTANSI
24
LAMPIRAN III - LEMBAR PENILAIAN PEMBIMBING LAPANGAN DARI PERUSAHAAN/INSTANSI
25
LAMPIRAN IV - LEMBAR BERITA ACARA PRESENTASI DAN PENILAIAN PEMBIMBING AKADEMIK PROGRAM STUDI S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
No.Formulir
FORM PENILAIAN PEMBIMBING AKADEMIK Nama : Arif Rivaldi NIM : 1108130036 ASPEK PENILAIAN
RENTANG PENILAIAN
Penguasaan terhadap Permasalahan Pekerjaan Isi dan Sistematika Pelaporan Kerja Praktik Teknik Presentasi
NILAI
DOSEN PENGUJI
0 - 50 0 - 30 ............................ NIP. Tgl.
0 - 20
Total Nilai Akhir
REKAPITULASI PENILAIAN:
Penilaian Pembimbing Lapangan
BOBOT PENILAIAN 40 %
Penilaian Pembimbing Akademik
40 %
Penilaian Penguji Akademik
20 %
PENILAIAN
NILAI
................
Total Nilai Akhir dan indeks
........ Bandung, Juli 2016 Pembimbing Akademik
Indeks Nilai:
A : 80 < NA ≤ 100 AB : 70 < NA ≤ 80 B : 65 < NA ≤ 7 BC: 60 < NA ≤ 65
C : 50 < NA ≤ 60 D : 40 < NA ≤ 50 E : NA ≤ 40
Hertiana Bethaningtyas D. K., ST., MT. NIP. 13861149-1
26
LAMPIRAN V - LOGBOOK LOGBOOK 1 Nama/NIM : Arif Rivaldi/1108130036 Tanggal
Catatan Diskusi
Note: Catatan Diskusi dengan Pembimbing
27
Paraf Dosen