LAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
IbM PETANI ANGGREK Dibiayai Oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Sesuai dengan Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian Kepada masyarakat
No. 255/SP2H/KMP/DIT.LITABMAS/VII/2012 Tanggal 6 Juli 2012
Oleh : Dr. I Nyoman Tika, M.Si NIP. 196312311989031026 I Gusti Ayu Tri Agustiana, S.Pd. M.Pd, NIP 198408282009122005 Gede Adi Yuniarta, S.E, Ak. M.Si., NIP 197906162002121003
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA ,FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2012
1
HALAMAN PENGESAHAN
Judul IbM : IbM Petani Anggrek 1.
Nama Mitra Program IbM (IbM1)
:
Flora Bali .
Nama Mitra Program IbM (IbM2) 2.
3
4.
5.
Shanti Orchid
Ketua Tim Pengusul
:
a. Nama
:
Dr. I Nyoman Tika, M.Si
b. NIP
:
196312312009031026
c. Jabatan/Golongan
:
Lektor
d. Jurusan /Fakultas
:
Pendidikan Kikia /MIPA
e. Perguruan tinggi
:
Undiksha
f. Bidang Keahlian
:
Kimia /Biokimia
g. Alamat Kantor/telp/Faks/E-mail
:
Jl. Udayana 12 Singaraja/0362-25735
h. Alamat Rumah /Telp/Fax/E-mail
:
Jl. Srikandi GG Mawar 3/1 Sambangan Singaraja Bali
Anggota Pengusul
:
a.
Jumlah Anggota
:
2
b.
Nama Anggota I/Bidang keahlian
:
Gede Adi Yuniarta, SE. Ak/Ekonomi
c.
Nama Anggota II/Bidang keahlian
:
I Gusti Ayu tri Agustiana, S.Pd., M.Pd.
d.
Mahasiswa yang terlibat
:
2 orang
Lokasi Kegiatan Mitra (1)
:
a.
Wilayah Mitra
:
Desa Sangket, Kecamatan Sukasada
b.
Kabupaten/Kota
:
Singaraja
c.
Propinsi
:
Bali
d.
Jarak PT ke Lokasi
:
5 Km
Lokasi Kegiatan Mitra (2)
:
a. Wilayah Mitra
:
Desa Sambangan
b. Kabupaten/Kota
:
Kecamatan Sukasada
c. Propinsi
:
Bali
2
d. Jarak PT ke Lokasi
:
3 Km
5.
Luaran yang dihasilkan
:
Artikel ilmiah, metode, produk /barang, paten
6.
Jangka waktu pelaksanaan
:
8 bulan
7.
Biaya Total
:
Rp. 42.000.000,00
- Dikti
:
Rp. 42.000.000,00
- Sumber Lain
:
Rp-
Singaraja, 5 September 2012 Mengetahui:
Ketua Pelaksana,
Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Undiksha
Prof. Dr. Ketut Suma, M.S Dr. I Nyoman Tika, M.Si NIP. 195901011984031003 NIP. 196312311989031026
3
RINGKASAN
Anggrek merupakan kekayaan flora Indonesia. Keanekaragamannya terus terancam, baik karena kebakaran hutan, atau dipindahkan keluar negeri oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, bangsa kita juga sering alpa untuk menjaga dan mengembangkannya. Akibatnya, tidak sedikit anggrek khas Indonesia, punah, atau telah dicuri kemudian dikembangkan menjadi milik bangsa lain. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemuliaan dan pengembangan anggrek secara agrobisnis, sehingga selain melestarikan biodirversity anggrek juga dapat meningkatkan pendapatan petani anggrek itu sendiri., karena pasar anggrek sangat besar baik dalam negeri maupun di luar negeri. Masalah yang dihadapi Petani Anggrek Folra Bali dan Petani anggrek Shanti Orchid, keduanya Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng, adalah sebagai berikut : (1) penguasaan teknologi perbanyakan (pembibitan) anggrek, (2) pemeliharaan pohon dewasa, (keterampilan teknologi penggunaan pupuk), (3) Pemberantasan hama dan penyakit Anggrek dan, (4) teknologi pemasaran anggrek yang prosfektif. Kekurangan terhadap berbagai teknik tersebut menyebabkan banyak petani tidak berubah status kehidupannya. Untuk menjawab permasalahan di atas perlu dilakukan usaha-usaha yang terpadu sebagai solusi untuk meningkatkan keterampilan petani anggrek melalui peningkatan penguasaan teknologi pengolahan media tanam, proses pemilihan bibit anggrek, dan teknik pemasaran dan teknik pembuatan pupuk sehingga meningkatkan mutu anggrek yang dihasilkan juga meningkatkan pendapatan petani khususnya petani anggrek di Desa Sambangan dan Desa Pancasari. Keduanya di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Adapun solusi yang ditawarkan kedua petani yang secara eknomi adalah lemah , adalah dengan Model DEMPLOT ANGGREK Kegiatan yang yang telah dilakukan adalah (1) diskusi tentang cara pemeliharaan Anggrek, Kedua diskusi tentang penggunaan media yang tepat untuk budidaya anggrek, (3) pelatihan pembuataan bibit anggrek, (4) pemasaran anggrek. Target dalam kegaiatn IbM ini yang telah berhasil dibuat adalah cara pembibitan dan pemeliharaan anggrek unggul, jaringan pemasaran, teknik pemeliharaan anggrek. Artikel ilmiah. Media untuk pertumbuhan anggrek bulan dan anggrek vanda.
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi Anggrek merupakan kekayaan flora Indonesia. Keanekaragamannya terus terancam, baik karena kebakaran hutan, atau dipindahkan keluar negeri oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, bangsa kita juga sering alpa untuk menjaga dan mengembangkannya. Akibatnya, tidak sedikit anggrek khas Indonesia, punah, atau telah dicuri kemudian dikembangkan menjadi milik bangsa lain. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemuliaan dan pengembangan anggrek secara agrobisnis, sehingga selain melestarikan biodirversity anggrek juga dapat meningkatkan pendapatan petani anggrek itu sendiri., karena pasar anggrek sangat besar baik dalam negeri maupun di luar negeri. Pasar dalam negeri sangat luas, misalnya di Bali kebutuhan anggrek sangat tinggi,. Oleh karena itu, di Bali, mengembangkan anggrek secara profesional terus dituntut, karena ada beberapa alasan strategis, yaitu (1) Bali sebagai pusat pariwisata membutuhkan tanaman anggrek sebagai bunga potong, maupun tanaman penghias hotel-hotel. Memenuhi kebutuhan ini masih didatangkan dari luar Bali , hampir 60% kebutuhan anggrek di datangkan dari Jawa dan Lombok, sehingga harganya mahal, (2) Keanekaragaman bunga anggrek di Bali cukup melimpah, selama ini belum ada yang melestarikan dan mengembangkan anggrek unggul dan langka yang khas Bali, sehingga usaha memberdayakan petani anggrek mengandung keuntungan bisnis dan
pelestarian informasi khasanah botani yang menunjang ilmu
pengetahuan, (3) Pengembangan anggrek di Bali mudah dan cepat diakses, karena landscap daerah dengan suhu rendah (dingin) dengan daerah panas tidak terlalu jauh, sehingga mudah tukar menukar informasi dalam ranka penelitian anggrek yang termasuk dalam katagori dingin dan sedang ataupun hangat/panas. Di Bali
potensi wilayah yang selama ini sebagai sentra anggrek ada di dua
kecamatan yaitu di Kecamatan Baturiti, untuk kawasan Desa Bedugul, Kabupaten Tabanan dan Kecamatan Sukasada untuk desa Pancasari di Kabuapten Buleleng. Pengembangan anggrek di dua sentra ini belum optimal, hasil observasi tim pembuat proposal P2M Undiksha ke wilayah Desa Pancasari (suhu dingin) serta Sambangan (suhu panas) keduanya di Kecamatan Sukasada, menemukan beberapa hal, yang menjadi hambatan petani anggrek, yaitu, pertama, dilihat dari potensi Desa, kedua desa itu sangat potensial, karena kawasan 5
Desa Pancasari mempunyai potensi yang sangat besar untuk pensuplay anggrek dan bunga potong. Hal ini didukung oleh hampir 28,27% dari 1280 ha luas wilayahnya dapat digunakan sebagai lahan pertanian, yang subur dan dapat digunakan sebagai sentra pengembangan anggrek. Dengan ketinggian kira-kira 1200 meter dpl, dengan suhu rata-rata 20ºC disertai kelembaban cukup tinggi dengan curah hujan 236,69 mm/tahun sangat potensial untuk agribisnis bunga potong dan anggrek. Sehubungan dengan hal tersebut telah berimplikasi pada mata pencaharian penduduk terbesar dari sektor pertanian, yaitu sebesar 41,75%, sedangkan sebanyak 22,32% sebagai buruh tani, dan hanya 13,50% sebagai wiraswasta serta sisanya 16,57% dari pertukangan, nelayan, karyawan dan pensiunan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa penyediaan lapangan kerja masih didominasi oleh sektor pertanian. Dapat dijelaskan pula bahwa fenomena tersebut tidak lepas dan berkaitan erat dengan tingkat pendidikan penduduk yang masih rendah. Dari data monografi desa jumlah penduduk yang tidak sekolah dan belum sekolah mencapai 89,19% dari 4300 orang penduduk desa Pancasari. Sedangkan sisanya terdiri dari: pendidikan Sarjana/ Akademi sebesar2%, disusul SLTA 1,58% , SLTP 3,45% ,SD 2,74% dan sisanya masih taman kanak – kanak (Sensus penduduk dan Monografi desa Pancasari, 2010). Berdasarkan tingkat pendidikan tersebut menunjukan bahwa betapa pentingnya pemberdayaan terhadap penduduk yang sebagian besar adalah petani sayuran. Di rumah-rumah dan ladang mereka saat ini sudah ditanami anggrek namun pemeliharaannya belum profesional. Kondisi ini sangat mudah diarahkan untuk menjadi petani Anggrek yang profesional bila proses dan sistem pendampingannya tepat.
Oleh karena sangat tepat bila digunakan sebagai mitra dalam
mengembangkan usaha budidaya anggrek. Di Kecamatan Sukasada, sudah mulai tumbuh minat untuk menanam secara profesional, ada dua petani anggrek yakni Shanti Orhcid (Sambangan)
dan Flora Bali
(Pancasari-Sukasada), merintis earah itu. Shanti Orhcid masih belum banyak memiliki koleksi taanaman anggrek, ada 10 jenis yang dijual belikan. Shanti orchid hanya mengambil bibit dari petani-petani anggrek yang dijual di sekitar Bedugul dan Pancasari, cara penanamannya kurang baik, masih menggunakan pakis dan arang yang belum diaktivasi, sehingga tampak banyak tanaman anggrek milik Shanti orchid kurang subur. Sedangkan Foura Bali sudah lebih profesional, memiliki sistem pembibitan terencana, namun
masih menggunakan sistem
pembibitan secara tradisional, sehingga
penyediaan bibit lambat, akibatnya belum mampu menyediakan bbit anggrek dengan volume besar dan kontinyu. Selain peralatan belum memadai, juga kekurangan modal untuk 6
mengembangkan sistem peralatan modern untuk pembibitan kultur jaringa.. Permintaan yang tinggi bagi para hobies di flora Bali belum bisa terpenuhi, rata-rata 10-15 orang perhari, yang sering menanyakan bibit yang bagus untuk ditanam. Para petani anggrek tersebut kurang menyadari bahwa pembibitan memegang peranan penting dalam siklus produksi usaha tanaman anggrek ini. Bibit yang kurus, beranggrek sering menghasilkan tanaman yang kurang subur, sehingga perlu pembenahan dalam tata kelola pembibitan anggrek. Kebanyakan bibit yang digunakan maupun yang dipasarkan tidak merata, seperti tampak dalam gambar 2. Daun menguning dan kurus
Bibit yang kurang merata kesuburannya, karena penyediaanya secara tradisional, sehingga pohon dewasa mdah kena penyakit dan kurang subur
Gambar 1 Penyediaan bibit masih dominan secara tradisional
Para petani dan penggiat
tanaman anggrek itu lebih
bersifat sebagai hoby, bukan
menekuni sebagai tanaman yang memiliki prospek bisnis, terkesan menanamnya hanya untuk dinikmati sendiri, sehingga penanganannya tidak profesional. Padahal, pangsa pasar cukup besar mengingat di Bali banyak ada kawasan resort (kawasan pariwisata), misalnya satu kawasan perhotelan, membutuhkan ribuan bahkan jutaan jumlah tanaman hias. Pasokan untuk memenuhi kebutuhan selama ini didatangkan dari luar Bali, seperti Malang, Bandung, Jakarta untuk jenis tanaman hias seperti anggrek, puring, bambu-bambuan, pisang, palem, anthurium, kaktus, rumput-rumputan, cemara, tulip, euphorbia, adenium dan banyak jenis lainnya. 7
Hasil observasi awal itu juga menemukan bahwa aspek
keterampilan petani untuk
pemeliharaan (pemupukan dan pemberantasan hama) dan pemilihan media tumbuh belum sepenuhnya optimal, pemupukan masih menggunakan lebih banyak pupuk sintetis kimia, dan masih menggunakan media tumbuh arang atau pakis yang belum diaktifasi sehingga sering membuat tanaman anggrek kurus dan menguning, karena busuk akar dan anggrekan.
Daun cepat menguning dan berjamur
Daun berjamur hitam menggaggu foto sintesis Bunga anggrek yang dihasilkan tidak lebat, karena terserang penyakit
Gambar 2. Tanaman anggrek petani yang diserang berbagai penyakit jamur karena
petani kurang mengetahui cara mengatasinya (Dokumen Tika, 2010) . Jadi dapat dirumuskan bahwa pada prinsipnya kendala yang dihadapi oleh anggota petani anggrek dari dua petani anggrek itu secara garis besar sama, namun ketika ditelusuri lebih jauh, ungkapan masing-masing petani anggrek di Petani anggrek Shanti orchid, jauh berbeda, yaitu secara garis besar dapat diketahui yaitu luas areal relatif sempit, sistem pemilihan bibit, pemupukan, penyediaan pestisida, dan pemasaran, kekurangan modal usaha, dan petani belum mengetahui karakteristik anggrek untuk wilayah panas dan iklim dingin. Oleh karena itu perlu adanya transfer teknologi pembibitan dengan teknologi baru (modern), cara pemeliharaan dengan menggunakan pupuk organik yang ramah lingkungan, serta teknik pemasaran yang lebih modern. Konsep transfer teknologi ini dilakukan dalam bentuk pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh Universitas pendidikan ganesha. Adanya program ini akan menjadi prospek peningkatan penghasilan masyarakat khususnya di Desa Pancasari-Sukasada dan Sambangan dengan ciri khas anggreknya. Selain itu lokasi Desa Pacasari dekat dengan obyek wisata Bedugul, danau Beratan, sedangkan Desa Sambangan (Santi Orchid)
dekat dengan kawasan Pariwisata 8
Lovina.
Hal itu
akan
mempermudah pemasaran anggrek, sehingga peran petani anggrek benar-benar dirasakan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan etani melalui keterlibatan di sektor penunjang pariwisata. Berdasarkan uraian tersebut, maka sangat perlu diadakan IbM bagi Petani Anggrek untuk meningkatkan posisi tawar petani anggrek di Kecamatan Sukasada sehingga dapat meningkatkan status ekonomi petani anggrek, yang tidak hanya sekedar hobi namun dapat tampil sebagai sumber pendapatan keluarga. 1.2 Permasalahan Mitra Yang menjadi mitra dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) ini adalah dua Petani Anggrek Folra Bali dan Petani anggrek Shanti Orchid, keduanya Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Masalah utama yang dihadapi oleh anggota petani anggrek dari kedua kelompok petani anggrek tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : (1) penguasaan teknologi perbanyakan (pembibitan) anggrek, (2) pemeliharaan pohon dewasa, (keterampilan teknologi penggunaan pupuk), (3) Pemberantasan hama dan penyakit Anggrek dan, (4) teknologi pemasaran anggrek yang prosfektif. Kekurangan terhadap berbagai teknik tersebut menyebabkan banyak petani tidak berubah status kehidupannya. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa aktivitas, sebagai berikut 1. Petani anggrek belum menerapkan penyediaan bibit anggrek dengan teknologi modern (kultur jaringan), selama ini masih menggunakan teknik konvensional. Hal ini menyebabkan, selain kontinuitasnya tidak bisa dijamin, produktivitasnya rendah, juga kualitas bibit yang dihasilkan sering tidak sesuai dengan induknya. Akibatnya petani anggrek di desa Pancasari-Sukasada dan Sambangan tidak mampu memproduksi dalam jumlah banyak dan kontinu, sehingga petani anggrek tidak mampu mensuplay kebutuhan hotel. 2. Petani anggrek belum optimal mengetahui teknik-teknik perawatan anggrek yang profesioal. Hasil observasi tim penyusun proposal menunjukkan bahwa petani angrek belum terampil dalam memilih media pertumbuhan anggrek, media anggrek kerap rusak, beranggrek dan dikerubungi semut. Kebanyak petani anggrek di Sambangan dan Pancasari, menggunakan media pakis, arang yang tidak diterilisasi, sehingga anggrek yang dihasilkan relatif masih kurus atau jarang berbunga.
9
3. Petani anggrek belum memahami cara mengindentifikasi jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman anggrek mereka. Petani juga belum bisa membedakan mana gejala yang disebabkan stress fisiologi (seperti defisiensi unsur hara dan mana gejala penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen), kondisi ini menyebabkan tanaman anggrek petani relatif belum memiliki kualitas yang baik. 4. Petani anggrek belum teknik pemasaran yang bagus, pemasarannya hanya ke tempat pasar terdekat, atau pengunjung datang ke rumahnya, tidak pernah memiliki strategi pasar untuk memenuhi kebutuhan hotel, sehingga kondisi ekonomi petani relatif belum membaik. Rata-rata petani anggrek mengembangkan usaha anggrek sebagai usaha sambilan. 5. Petani anggrek belum memahami pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik terhadap pertumbuhan anggrek
seperti kelembaban, suhu, nutri, , intensitascahaya, aliran
udara, penyiraman dan pemupukan),
sehingga petani anggrek itu belum bisa
mengoleksi anggrek yang berkualitas bagus dan langka, mereka masih mengusahakan /menanam anggrek yang mudah tumbuh., sehingga kelestarian kekhasan anggrek daerah bisa terancam. 6. Petani anggrek di Desa Pancasari dan Sambangan belum banyak mengetahui bahwa bisnis bunga potong dan pembibitan anggrek memiliki nilai ekonomi prosfektif di Bali. Selama ini bertanam anggrek lebih banyak dilakukan untuk hobi atau kesenangan tidak banyak yang mengaruhkan hoby mereka ke aah bisnis 7. Di kawasan Pancasari (Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng) dan Bedugul (kecamatan Baturiti Tabanan) telah ada yang mengusahakan penanaman anggrek secara komersial namun masih dalam skala kecil hanya untuk memenuhi kebutuhan para pencinta tanaman anggrek lokal serta belum terhimpun sebuah perhimpunan petani anggrek 1.3 Tujuan Kegiatan 1. Petani anggrek belum menerapkan penyediaan bibit anggrek dengan teknologi modern (kultur jaringan), selama ini masih menggunakan teknik konvensional. Hal ini menyebabkan, selain kontinuitasnya tidak bisa dijamin, produktivitasnya rendah, juga kualitas bibit yang dihasilkan sering tidak sesuai dengan induknya. Akibatnya petani anggrek di desa Pancasari-Sukasada dan Sambangan tidak mampu memproduksi 10
dalam jumlah banyak dan kontinu, sehingga petani anggrek tidak mampu mensuplay kebutuhan hotel. 2. Petani anggrek belum optimal mengetahui teknik-teknik perawatan anggrek yang profesioal. Hasil observasi tim penyusun proposal menunjukkan bahwa petani angrek belum terampil dalam memilih media pertumbuhan anggrek, media anggrek kerap rusak, beranggrek dan dikerubungi semut. Kebanyak petani anggrek di Sambangan dan Pancasari, menggunakan media pakis, arang yang tidak diterilisasi, sehingga anggrek yang dihasilkan relatif masih kurus atau jarang berbunga. 3. Untuk mengendentifikasi
mengindentifikasi jenis hama dan penyakit yang
menyerang tanaman anggrek mereka. Petani juga belum bisa membedakan mana gejala yang disebabkan stress fisiologi (seperti defisiensi unsur hara dan mana gejala penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen), kondisi ini menyebabkan tanaman anggrek petani relatif belum memiliki kualitas yang baik. 4. Untuk memberikan pemahaman teknik anggrek sebagai usaha sambilan.
1.4 Manfaat Kegiatan Kegiatan ini memberikan pemahaman kepada petani anggrek tentang pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik terhadap pertumbuhan anggrek
seperti
kelembaban, suhu, nutri, , intensitascahaya, aliran udara, penyiraman dan pemupukan),
sehingga petani anggrek itu belum bisa mengoleksi anggrek yang
berkualitas bagus dan langka, mereka masih mengusahakan /menanam anggrek yang mudah tumbuh., sehingga kelestarian kekhasan anggrek daerah bisa terancam.
11
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tanaman Anggrek
Angrek adalah bunga yang diminati banyak orang. Banyak orang orang yang ingin memelihara tanaman Bungan ini, karena keindahan bunganya. Tanaman ini banyak macam dan jenisnya, dan tempat atau media tanamnya juga berbeda-beda. Berikut adalah beberapa jenis tanaman angrek berdasarkan habitat dna temap hidupnya Dari tempat tumbuh dan habitatnya tanaman anggrek dapat dibedakan menjadi lima pengelompokan jenis, yaitu: 1) Anggrek epifit (ephytis) adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan tanaman yang ditumpangi (tanaman inang). Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara. Anggrek epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Di habitas aslinya, anggrek ini kerap menempel dipohon-pohon besar dan rindang. Contoh anggrek epifit antara lain: Dendrobium, Cattleya, Ondocidium, dan Phalaenopsis.
Gambar 2.1 Aneka jenis anggrek langka
12
2) Anggrek semi epifit adalah jenis anggrek yang juga menempel pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi. Pada anggrek semi epifit, selain untuk menempel pada media, akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang. Contoh anggrek semi epifit antara lain :Epidendrum, Leila, dan Brassavola. 3) Anggrek tanah (anggrek terrestris) adalah jenis anggrek yang hidup di atas permukaan tanah. Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh atau cahaya matahari langsung. Contoh anggrek teresterial antara lain Vanda, Renanthera, Arachnis, dan Aranthera. 4) Anggrek saprofit, adalah anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus
atau
daun-daun
kering.
Anggrek
saprofit
dalam
pertumbuhannya
membutuhkan sedikit cahaya matahari. Contoh jenis ini antara lain: Goodyera sp. 5) Anggrek litofit adalah jenis anggrek yang tumbuh pada batu-batuan. Anggrek jenis ini biasanya tumbuh dibawah sengatan cahaya matahari penuh. Contoh jenis ini antara lain: Dendrobium dan Phalaenopsis. Tanaman anggrek merupakan tipe tanaman yang memiliki kecepatan tumbuh yang relatif lambat. Cepat lambatnya pertumbuhan setiap jenis anggrek adalah berbedabeda karena sangat tergantung dari segi pemeliharaan anggrek itu sendiri. Pertumbuhan tanaman anggrek sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam angrek itu sendiri maupun faktor luar. Faktor dari dalam anggrek itu yakni faktor genetik atau jenis anggrek itu, termasuk anggrek alam atau silangan. Jika jenis anggrek alam maka pertumbuhan dan pembungaan akan relatif sangat lama sekali jika tanpa perlakuan khusus, tapi jika jenis anggrek silangan seperti Dendrobium maka pertumbuhan dan pembungaan relatif lebih cepat. Faktor luar yang mempengaruhi yakni intensitas penyinaran cahaya matahari pagi, suhu, kelembaban udara, kebutuhan air, pupuk, serta kecocokan tempat dan media tumbuh, sirkulasi udara, repotting dan serangan hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu, teknik budi daya anggrek terutama dalam hal perawatan tanaman perlu diperhatikan sekali agar proses pertumbuhannya dapat dipacu guna meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman anggrek. Anggrek tergolong anggota famili “Orchidaceae”,dimana merupakan salah satu famili bunga-bungaan yang paling besar, memiliki kurang lebih 43.000 spesies dari 750 generasi yang berbeda. Menurut berbagai informasi diperoleh keterangan lebih kurang sekitar 5.000 spesies anggrek di antaranya terdapat di indonesia dengan 13
penyebaran hampir di seluruh Nusantara. Tanaman anggrek itu sendiri memiliki bermacam fungsi, diantaranya yang paling utama yakni sebagai tanaman hias yang dinikmati keindahan bunganya karena setiap jenis bunga anggrek memiliki bentuk, corak, warna dan wangi yang khas sehingga semua orang tidak jenuh untuk menikmatinya. Selain itu tanaman anggrek juga diambil bunganya untuk dicampur dalam pembuatan aneka produk kecantikan dan kesehatan bagi masyarakat luas. Anggrek Bulan Lokal (Phalaenopsis amabilis) merupakan salah satu jenis anggrek yang memiliki bunga yang sangat indah sekali, masih merupakan anggrek spesies atau dikenal dengan anggrek alam (lokal), karena mengingat penyebaran terbanyak ditemukan di Pulau Jawa dan Sumatera. Anggrek Bulan ini juga bermanfaat sebagai hiasan taman dan rumah yang dinikmati keindahannya. Anggrek ini tergolong jenis epifit yakni menempel di pohon untuk mendapatkan sari makanan akan tetapi tidak merugikan sama sekali bagi inangnya. Anggrek bulan ini tidak suka terlalu lembab atau bahkan kering, karena masih tergolong anggrek alam, maka perlakuannya jika dikoleksi harus disesuaikan dengan kondisi alam asli tempat hidupnya demi kelangsungan hidup dan kecepatan berbunga. Phalaenopsis amabilis ini sekarang sangat langka, jarang dijumpai karena plasma nutfahnya sudah banyak yang diambil untuk dijadikan indukan persilangan dengan jenis anggrek alam lainnya. Sebagai komoditas bisnis, Anggrek Phalaenopsis amabilis ini pernah menduduki rangking atas dalam perdagangan tanaman anggrek, karena harganya yang relatif terjangkau namun memiliki sosok bunga yang sangat indah dan bahkan bunganya tahan sampai kisaran hampir 6 bulan. Pada era sebelum ditemukannya atau baru sedikit ditemukannya anggrek silangan, Phalaenopsis amabilis inilah yang mendominasi pasar anggrek nasional. Sampai sekarang pun jenis Phalaenopsis amabilis ini masih banyak sekali peminatnya karena harganya masih relatif terjangkau.
2.2 Cara Menanam Anggrek Phalaenopsis amabilis Penanaman anggrek pada umumnya menggunakan pot yang berbahan dasar tanah liat dan tidak pot plastik. Pot tanah memiliki keunggulan yakni tidak panas dan dapat merembeskan air siraman anggrek, sedangkan pot plastik mudah panas jika hawa udara sedang panas, tidak bisa merembeskan air siraman kecuali diberi lubang. Dalam melakukan penanaman anggrek, media tanamnya yakni bisa menggunakan arang kayu, pakis ataupun 14
pecahan bata dan genting. Untuk penanaman bibit anggrek yang baru keluar dari botol, maka harus menggunakan pakis lembut dan arang kayu yang terlebih dulu dipanaskan biar steril dari bakteri dan hewan lainnya. Bibit dari botol dikeluarkan secara perlahan, dan ditanam dalam kompot dengan media tanamnya yakni bagian bawah pot adalah arang kayu, dan bagian atasnya pakis lembut, disini difokuskan akar bibit anggrek agar tertutup pakis lembut dan dibiarkan terjaga lembab. Bibit yang di kompot dibiarkan selama sekitar 1-2 bulan dan baru dipindah dalam single pot. Penanaman dalam single pot ini dilakukan satu per satu dalam satu pot tanah. Untuk penanaman bibit anggrek usia remaja yakni sekitar 6 bulanan, juga sama halnya dengan bibit anggrek botolan, yakni ditanam dalam campuran media tanam arang kayu : pakis kasar perbandingan 2 : 1. Akan lebih baik jika ditanam dengan media arang kayu saja, karena arang kayu disini memiliki beberapa keunggulan bagi anggrek, diantaranya yakni mampu mendorong pembentukan akar baru, aerasi dan drainasenya sangat baik, mampu menyimpan air dengan baik, tidak mudah lapuk dan beranggrek, dan tidak mengandung zat racun berbahaya bagi anggrek. Untuk penanaman anggrek jenis Phalaenopsis amabilis juga tidak jauh berbeda dengan anggrek-anggrek pada umumnya, yakni bisa dengan menggunakan papan pakis ataupun di dalam pot tanah. 1. Dengan Papan Pakis Siapkan papan pakis dengan ukuran 20-30 cm, lebar 15-20 cm dan tebal 2-3 cm, lalu ambil bibit anggrek yang baik dan tempelkan tepat di tengah papan pakis lalau kuatkan dengan kawat berbentuk U yang dijepitkan pada batang papan pakis tersebut. 2. Dengan Pot Tanah Siapkan pot tanah diameter 20-30 cm atau disesuaikan dengan ukuran tanaman angrek yang akan ditanam. Medium tanah (pengisi pot), berupa pecahan genting, bata ataupun arang. Sabut kelapa yang telah dibersihkan dan direndam dalam larutan pupuk atau pestisida juga dapat digunakan. Ambil pot terpilih yang telah diberi lubang disekeliling pot. Masukkan dan atur selapis pecahan batu bata atau arang pada dasar pot, lalu isikan medium tanam berupa serabut kayu ke dalam pot hingga penuh. Ambil bibit anggrek bulan dari komunitas secara
15
hati-hati, agar akar-akarnya tidak rusak atau patah. Lalu tanamkan pada tengah pot, timbun akarnya secara tipis-tipis untuk menjaga kelembaban nya agar akar anggrek tidak kering. 1. Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu : •
Anggrek Ephytis adalah jenis anggrek yang hidupnya menumpang pada batang / pohon lain akan tetapi tidak merusak / merugikan pohon yang ditumpangi. Alat yang dipergunakan untuk menempel yakni akarnya. Sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara.
•
Anggrek Semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada pohon / tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpanginya. Jenis anggrek ini akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yakni sekaligus sebagai alat untuk mencari makanan untuk berkembang.
•
Anggrek Tanah / Terrestris adalah anggrek yang mampu hidup di atas tanah (media tanamnya tanah).
2. Terdapat 3 jenis media tanam untuk tanaman anggrek bulan, yaitu : Media untuk anggrek Ephytis dan Semi Ephytis terdiri dari : 1. Serat pakis yang telah digodog (agar bakteri mati) 2. Kulit kayu tanpa getah (bebas getah) 3. Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu 4. Ijuk 5. Potongan batang pohon enau 6. Arang kayu / pecahan batu bata Bahan-bahan tersebut disesuaikan dengan ukuran besar kecilnya tanaman terutama banyak sedikitnya akar tanaman. Untuk anggrek Semi Ephytis yang akarnya menempel pada media untuk mencari makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk kandang / daundaunan.
16
Media untuk anggrek Terrestria Jenis anggrek seperti ini yakni mampu hidup di tanah, maka perlu ditambahkan pupuk kompos, sekam, pupuk kandang, pakis dan lainnya. Pada dasarnya, anggrek terrestria ini mampu hidup dengan media tanah yang biasa (gembur). Media untuk anggrek semi Terrestria Bahan tanam untuk anggrek ini perlu pecahan genteng dan bata yang agak besar, ditambah pupuk kandang, sekam dan serutan kayu
17
BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Tempat Pelaksanaan Tempat pelaksanaan kegiatan IbM ini adalah di kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.
Gambar 1. Lokasi Mitra IbM Anggrek 3.2 Jadwal Pelaksanaan BULAN KENO
KEGIATAN I
II
1 Studi Literatur 2 Penyusunan Proposal 3 Penyiapan alat dan bahan Observasi ke lokasi petani 4 anggrek di Pancasari 5 Observasi ke lokasi petani 18
III
IV
V
VI
VII VIII
anggrek Sambangan 6
Pembangunan demplot anggrek. Latihan untuk membuat
7.
pembibitan /kultur jaringan . Observasi tentang dampak pelatihan terhadap perilaku
8 petani anggrek Latihan pembuatan pupuk 9. organik dan pestisida alami 10 Penanaman bunga anggrek 11 Pelatihan perluasan pasar. Penejalasan tentang koperasi 12 desa 13 Analisis Data 14 Pembuatan Laporan Akhir dan 15 Revisi Laporan Akhir 16 Penyetoran Laporan 17 Publikasi
3.3 Tim Pelakasana dan Peran masing –masing Anggota Kualifikasi Tim pelaksana cukup mumpuni dalam bidang teknologi fermentasi, teknologi pemasaran dan penggunaan pupuk. Kualifipasi ini didasarkan pada Tim pelaksana telah banyak melakukan penelitian yang ada hubungannya teknologi fermentasi dan dan pengolahan pangan, kemudian anggota peneliti. Tim pengusul. sehingga dengan kemampuan seperti itu tim pelaksana Undiksha sangat menunjang untuk kesuksesan kegiatan P2M ini. Ketua Tim pelaksana memiliki kemampuan dalam pengolahan pasca panen. Tabel 1. Tim pelaksana dan peran masing-masing No
Nama
Jabatan
Aktivitas
19
1
Dr. I Nyoman Tika, Ketua
Melakukan koordinasi secara internal dan
M.Si
eksternal terhadap kegiatan P2M yang dilaksankan, Melakukan persiapan, dan pelaksanaan P2M di lapangan
2
I Gusti Ayu Tri
Anggota
Agustiana, S.Pd.,
Melakukan persiapan materi tentang bahan untuk produksi dan pupuk organik
M.Pd 3
I Gede Yudiarta,
Anggota
Prospek pemasaran anggrek
S.E Ak.
3.3 Masyarakat dan Kelompok Sasaran
Masyarakat dan kelompok sasaran adalah Petani anggrek Shanti Orchid dan Flora Bali. edua mitra ini menyebarkan usaha-usaha yang terpadu sebagai solusi untuk meningkatkan keterampilan dalam budi daya anggrek dengan lebih profesional untu peningkatan penguasaan teknologi pembibitan, dan pemeliharaan anggrek serta
teknik
pembuatan pupuk sehingga meningkatkan mutu anggrek yang dihasilkan juga meningkatkan pendapatan petani khususnya petani anggrek Payungan, Klunkung.
3.4 Metode pelaksanaan Kegiatan Untuk menjawab permasalahan di atas perlu dilakukan usaha-usaha yang terpadu sebagai solusi untuk meningkatkan keterampilan petani anggrek
melalui peningkatan
penguasaan teknologi pengolahan media tanam, proses pemilihan bibit anggrek, dan teknik pemasaran dan teknik pembuatan pupuk sehingga meningkatkan mutu anggrek
yang
dihasilkan juga meningkatkan pendapatan petani khususnya petani Anggrek Adapun solusi yang dimaksud adalah sebagai berikut : 3.5 Model Kegiatan yang dilakukan Untuk menjawab permasalahan di atas perlu dilakukan usaha-usaha yang terpadu sebagai solusi untuk meningkatkan keterampilan petani anggrek
melalui peningkatan
penguasaan teknologi pengolahan media tanam, proses pemilihan bibit anggrek, dan teknik 20
pemasaran dan teknik pembuatan pupuk sehingga meningkatkan mutu anggrek yang dihasilkan juga meningkatkan pendapatan petani khususnya petani anggrek di Desa Sambangan dan Desa Pancasari. Keduanya di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Adapun solusi yang ditawarkan kedua petani yang secara eknomi adalah lemah , adalah dengan Model DEMPLOT ANGGREK dengan skema alir kegiatan seperti tampak pada gambar 3.
Demplot Anggrek
Demplot daerah Panas Dataran rendah
Demplot daerah Dingin Dataran Tinggi
Pembibitan modern/kultur jaringan Perbanyakan spesies Unggul Penanaman / spesies lokal langka
Anggrek Bunga potong
Gambar 3. Demplot dan aktivitas yang diprogramkan
Keterangan :
Demplot yang dibuat sebanyak 2 buah, satu di Desa Sambangan (daerah panas) dan satu lagi di Desa Pancasari-Sukasada (untuk anggrek yang teradaptasi suhu dingin). Kedua demplot dibuat untuk memonitor kegiatan: pembibitan, pengembangan media
21
tumbuh, dan merancang pemasaran. Kegiatan demplot anggrek untuk menjawab permasalahan petani seperti tercandrakan dalam tabel 1
Tabel 3 Permasalahan Petani Anggrek dan solusi alternatif pemecahan lewat program IbM
Permasalahan
Akar masalah
Pendekatan pemecahan masalah (solusi) alternatif
Petani anggrek belum
1. Petani tidak memiliki
1. Ceramah dan praktek
menerapkan penyediaan
pengetahuan tentang
kultur jaringan dengan
bibit anggrek dengan
teknologi kultur
petani
teknologi kultur jaringan,
jaringan. 2. Petani lebih senang menggunakan teknik
Petani anggrek belum
1. Petani kurang
2. Ceramah dan praktek
terampil memilih media
memahami peranan
pemilihan media untuk
pertumbuhan anggrek
media dalam
penanaman anggrek.
menentukan kualitas bunga anggrek 2. masih menerapkan pola-pola tradisional dan turun temurun Petani anggrek belum
1. Petani kurang
3. Ceramah dan praktek
maksimal memahami
memahami hama
kultur jaringan dengan
tentang hama penyakit
dalam menentukan
petani
anggrek, sehingga tanaman
kualitas bunga
anggrek petani relatif belum
anggrek
memiliki kualitas yang 22
baik.
2. masih menerapkan pola-pola tradisional dan turun temurun
Petani anggrek memasarkan
1. Petani kurang
4. Ceramah dan praktek
anggreknya hanya ketempat
memahami pemasaran
pemasaran dan
pasar terdekat, atau
modern
kemungkinan untuk
pengunjung datang ke rumahnya, tidak pernah membayangkan untuk penanaman anggrek secara komersial
2. Dalam penanaman
website.
masih menerapkan pola-pola tradisional dan turun temurun
Petani anggrek yang ada di
Petani anggrek tidak
Pelatihan tentang
desa Pancasari selama ini
memiliki kemampuan
mengolah pupuk organik
masih sangat tergantung
untuk mengolah pupuk
dan pengadaan pestisida
pupuk sintetis kimia dan
organik dan pengadaan
alam dari bahan-bahan
pestisida sintetis .
pestisida alami
yang banyak di sekitar ladang petani. .
Pemasaran buah anggrek
Petani anggrek kurang
Pelatihan tekik pemasaran
oleh petani hanya menjual
menguasai cara-cara
anggrek
ke tengkulak/ pengepul,
pemasaran anggrek
sehingga anggrek mereka hanya menjangkau pasar lokal dan masih sedikit pemasaran antar pulau, karena menggunakan pemasaran tradisional, para saudagar anggrek datang ke petani Belum semua petani
Petani anggrek belum
Worshop tentang manfaat
anggrek terwadahi dalam
menyadari tentang
koperasi
23
koperasi
manfaat koperasi
3.5 Luaran Yang ditargetkan
Luaran yang ditargetkan adalah dalam bentuk metode, barang/produk dan artikel ilmiah. Produk yang bisa dihasilkan masyarakat adalah seperti tabel berikut :
Tabel 2Target Luaran
No. Produk 1.
2
Spesifikasi
Target
Bibit anggrek
Tanaman kecil angrek
Petani anggrek minimal 2 jenis
dengan kultur
tumbuh baik dalam media
anggrek dapat di kultur
jaringan
umum
jaringan dan tumbuh baik
Media tanaman Media dengan bahan baku anggrek lokal (serabut kelapa), arang kayu yang teraktivasi
3.
Fungsida alami Dapat membunuh anggrek yang tumbuh diakar anggrek
Petani anggrek dapat membuat media baru yang subur 10 kg/minggu Setelah workshop, Petani anggrek dapat membuat 1 liter perminggu.
4
Pestisida alami
5.
Seleksi bibit anggrek
Dapat membunuh serangga
Setelah workshop, Petani
/hama serangga yang
anggrek dapat membuat 2liter
mengganggu anggrek
perminggu.
Bibit anggrek yang bernas,
Setiap petani dapat melakukan
dan subur
pemulihaan dan pemilihan bibit yang baik, peserta 85% berhasil
24
Pupuk organik
5
Pupuk dengan kadar air
Masing-masing peserta
sesuai standar N/P 13
workshop dapat membuat pupuk organik 10 kg/bulan
Pelatihan
6
teknik pemasaran
Memahami pasar tradisional,
Petani 85% berhasil memiliki
pasar lokal dan
pengethuan tentang pasar
pasarinternasional, lewat web
anggrek Worshop
7
tentang
Koperasi primer dan simpan
50% petani menjadi anggota
pinjam
koperasi dan membentuk
manfaat
koperasi petani anggrek.
koperasi
3.6 Kelayakan Perguruan Tinggi
Sejak tanggal 11 Mei 2006 dengan terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia No 11 Tahun 2006, tanggal 11 Mei 2006, IKIP Negeri Singaraja berubah bentuk menjadi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Perubahan bentuk itu membawa konsekuensi logis terhadap tugas dan fungsi Undiksha yang semakin luas dan beragam. Perluasan mandat
Undiksha
memberi
peluang
untuk
mengembangkan
program-program
kependidikan dan nonkependidikan. Sejalan dengan perubahan bentuk dan perluasan mandat itu, dilakukan perubahan struktur organisasi, baik berkenaan dengan fakultas, lembaga penunjang pendidikan, maupun unit kerja administrasi. Di samping perubahanperubahan internal, Undiksha juga dihadapkan pada perubahan-perubahan kondisi eksternal, baik berupa peluang maupun ancaman. LPM Undiksha memiliki komitmen untuk memberdayakan penduduk sekitarnya dan mengembangkan SDM wilayah di kabupaten Buleleng, ada 3 sentra yang kini sedang di garap yaitu, Kecamatan Grogak, Kecamatan Kubutambahan (kabupaten Buleleng) dan kecamatan Nusa penida (di Kabupaten Klungkung), maka pengabdian diluar itu juga di garap termasuk di kecamatan Banjar, selain peningkatan kualifikasi guru, Peran Universitas Pendidikan Ganesha, juga menggarap segmen lain yaitu petani, pengerajin dan
25
juga pengusaha kecil menengah untuk mendapatkan budaya baru dalam bidang teknologi, seni dan sosial dan budaya. Secara kuantitas, persentase kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (P2M) mengalami peningkatan. Pada tahun 2006, jumlah judul yang diterima sebanyak 32 buah, jumlah dosen yang terlibat 128 orang, dan dana yang diterima Rp. 132.000.000,00. Pada tahun 2007, jumlah judul yang diterima sebanyak 67 buah, jumlah dosen yang terlibat 268 orang, dan jumlah dana yang diterima Rp. 360.000.000,00. Pada tahun 2008, jumlah judul yang diterima sebanyak 71 buah, jumlah dosen yang terlibat 284 orang, dan jumlah dana yang diterima sebesar Rp.355.000.000,00. Prestasi Undiksha dalam bidang P2M juga dapat dilihat dari dimenangkannya beberapa hibah di tingkat nasional seperti Voucer, Hibah Sibermas, dan P2M lainnya bekerja sama dengan pemerintah daerah di Bali. Peningkatan kuantitas dan kualitas P2M masih memiliki peluang yang cukup besar dalam kurun lima tahun ke depan. Untuk tahun 2010 Undiksha telah mendapat 9 Judul IbM dan 3 IBW, sebagai bentuk kepedulian dan integritas Undiksha untuk melaksnakan pengabdian masyarakat.
3.7. Kualifikasi Tim Pelaksana Kualifikasi Tim pelaksana cukup mumpuni dalam bidang teknologi fermentasi, teknologi pemasaran dan penggunaan pupuk. Kualifipasi ini didasarkan pada Tim pelaksana telah banyak melakukan penelitian yang ada hubungannya pembibitan dan komitmen untuk melanjutkan pengabdian untuk pemberdayaan masyarakat. Tim pengusul. sehingga dengan kemampuan seperti itu tim pelaksana Undiksha sangat menunjang untuk kesuksesan kegiatan P2M ini. Ketua Tim pelaksana memiliki kemampuan dalam pengolahan pembibitan anggrek (lihat CV ketua pelaksana, dalam lampiran biodata)
26
BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN Kegiatan ini dilaksanakan di desa Sukasada dan desa sambangan , pada petani mitra Shanti Orchid dan Flora Bali. Yang menjadi produk utama anggrek ini adalah
Gambar 1. Produk IbM Anggrek
Pembahasan Respon para petani anggrek
Sukasada
Kabupaten Buleleng Bali, merupakan
fenomena petani yang secara umum termasuk mewakili suara petani secara keseluruhan dan merupakan petani yang berada rata-rata di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, respon petani anggrek
di Buleleng merupakan hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari
Pemerintah, sehingga sentuhan perguruan Tinggi dalam bentuk program IbM untuk petani anggrek
bisa jadi seakan-akan penawar dalam kegersangan kekerasan kehidupan petani
anggrek pada khususnya dan petani pada umumnya. Cara petani dengan mengambil alternative lain dengan mengganti pohon anggrek dengan pohon semangka memang tidak salah, tetapi jika semua petani melakukan hal yang 27
sama dengan menebang pohon anggrek mereka dan memutuskan untuk tidak lagi berkebun anggrek , maka akan berakibat pada hilangnya citra Desa Sukasadakhususnya Kecamatan Banjar sebagai salah daerah penghasil anggrek terbesar. Dan bila hal tersebut sampai terjadi tentu sangat disayangkan. Banyak petani anggrek yang bercerita, dari kebun anggrek yang diwariskan secara turun- temurun itulah mereka bisa menyekolahkan anak- anak mereka, bahkan ada yang sampai ke Perguruan Tinggi.
Gambar 2. Komposisi jumlah anggrek yang dibiakkan di Mitra I Oleh karena itu pelaksanaan latihan untuk Pengepakan bibita anggrek
di Desa
Sukasadasangat berarti bagi para petani anggrek di Desa Sukasada. Pelatihan keterampilan dalam pengepakan bibit anggrek dengan menggunakan jerami padi ternyata menampakkan respon yang positif. Para peserta berjumlah sebanyak 30 orang dengan metode pelaksanaan (a) Ceramah untuk memberikan informasi kepada para petani anggrek , (b) Pelatihan kepada para petani anggrek tentang pembuatan bibit anggrek Acara peltihan di lakukan di Banjar Payungan, yang dibuka oleh Petugas penyuluh Pertanian Kecamatan Banjar, yang sebelumnya didahului oleh sambutan Kepala desa Dencarik. Ketua Tim ( I Nyoman Tika ) menemukan beberapa hal yang penting dalam penanganan anggrek paska panen, setelah mengamati studi yang panjang dan diskusi yang 28
panjang nara sumber menyimpulkan bahwa terdapat beberapa hal yang dialami petani anggrek sebagai berikut : a) Petani anggrek kurang menguasai teknologi pasca panen anggrek ..Hal ini menyebabkan harga yang dinikmati petani sangat rendah, seingga keuntungan petani menjadi berkurang. Para petani anggrek belum melakukan produksi bibit anggrek secara besar, untuk menghasilkan keuntungan dari penjualan bibit anggrek.. b) Ppetani anggrek
belum memiliki kemampuan yang komprehensif dalam
penyediaan dan penanganan bibit jam ur . Hal ini berakibat pada kualitas anggrek terus menurun, bibit anggrek rasanya tidak diharapkan, dan besar bibitnya tidak merata. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan dan penumbuhan bibit yang berkualitas unggul untuk petani anggrek , sehingga kualitas bibit anggrek yang dihasilkan tetap terus terjaga. c) Mitra yang menjadi anggota anggrek yang ada di Desa Sukasadaselama ini masih sangat tergantung pupuk sintetis kimia. Para petani belum memiliki keterampilan membuat
pupuk organik, sehingga Petani belum ada yang
menggunakan pupuk organik atau pupuk kandang. Hal ini disebabkan para petani anggrek
kurang menguasai teknik pembuatan pupuk biokompos,
padahal bahan pupuk biokompos tersedia melimpah di sekitar petani anggrek , seperti : banyak kotoran ayam/ sapi atau babi, banyak limbah pertanian, abu jerami, bahan serbuk gergaji. Oleh karena itu dengan sentuhan penambahan konsorsium mikroba yang ada diada di kampus diharapakan petani dapat membuat pupuk biokompos. d) Pemasaran anggrek
oleh petani hanya menjangkau pasar lokal dan masih
sedikit pemasaran antar pulau, karena menggunakan pemasaran tradisional, para saudagar anggrek
datang ke petani, sehingga para tengkulak
mempermainkan harga. Petani masih belum banyak yang memasarkan anggrek dengan teknik modern internet. e) Wawasan Petani juga kurang terhadap koperasi sehingga selalu menjadi permainana para tengkulak.
29
Dengan mengingat berat dan kompleksnya membangun pendapat petani melalui kemampuan untuk menggalang pelatihan adalah sangat penting untuk melakukan upayaupaya guna mendorong dan memberdayakan petani anggrek untuk makin profesional serta mendorong masyarakat berpartisipasi aktif dalam memberikan ruang bagi petani anggrek untuk mengaktualisasikan dirinya dalam rangka membangun soko guru pembangunan ekonomi pedesaan, hal ini tidak lain dimaksudkan untuk menjadikan upaya membangun fundasi ekonomi yang kokoh, serta mampu untuk terus mensrus melakukan perbaikan kearah yang lebih berkualitas. Pengetahuan dan pelatihan bagi petani anggrek tentang bagaimana mengawetkan hasil panen mereka secara alami sambil menunggu hasil anggrek
mereka untuk diolah
menjadi olahan lain seperti wain, kismis, ataupun olahan lainnya ternyata sangat baik melalui pelatihan yang diadakan oleh IBM dosen PGSD Undiksha. Karena petani yang sudah memetik bibit anggrek bisa bertahan lebih dari 4 hari Hasil pengabdian dalam bentuk IBM ini menunjukkan bahwa setelah pelatihan dilakukan kuisioner untuk mengukur keberhasilan kegiatan. Hasil responden menunjukkan bahwa kinerja sangat baik, nilainya
diatas 90 %, dan produk yang dihasilkan untuk
mengawetkan dihasilkan sangat baik diatas 85%. Dengan demikian IbM
yang telah
dilaksankan dengan judul “IbM untuk Petani Anggrek di Desa SukasadaKecamatan Banjar Buleleng Bali berhasil dengan sangat baik. Dari kegiatan ini dapat disarankan bahwa kepada LPM Undiksha untuk bisa mendapingi kegiatan serupa pada untuk petani lain pada jenjang yang berbeda. (2) jumlah petani yang terlibat dibuat lebih banyak.
30
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Masalah utama yang dihadapi oleh petani anggrek itu adalah kurangnya penguasaan teknologi pasca panen anggrek , teknologi
pemilihan bibit unggul anggrek , teknologi
penggunaan pupuk dan teknologi pemasaran. Kekurangan terhadap berbagai teknik tersebut mengatasi kekurangan petani anggrek selama ini Hasil IbM menunjukkan bahwa masih ditemukan petani anggrek jarang melakukan proses pembuatan bibit mulai dianggap penting. Setelah pelatihan dilakukan kuisioner untuk mengukur keberhasilan kegiatan. Hasil pengabdian dalam bentuk IbM ini menunjukkan bahwa setelah pelatihan dilakukan diskusi memperhatikan untuk mengukur keberhasilan kegiatan. Hasil responden menunjukkan bahwa kinerja sangat baik, nilainya diatas 90%, dan produk yang dihasilkan untuk meningkatkan keterampilan dihasilkan sangat baik, yakni diatas 85%.
5.2 Saran-Saran Sara yang dapat diberikan adalah bahwa kepada LPM Undiksha untuk bisa mendapingi kegiatan serupa pada untuk petani lain pada jenjang yang berbeda. (2) jumlah petani anggrek yang terlibat dibuat lebih banyak.
31
Daftar Pustaka Arianie, R. 2007. Studi Teknik Pemeliharaan Pada Anggrek Bulan (Phalaenopsis sp.) Malang: Laporan Kuliah Kerja Propesi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Darmono, D.W. 2006. Menghasilkan Anggrek Silangan. Jakarta: Penebar Swadaya Daisy P. Wijayani, Ari. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Gunawan, L.W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. HBO, 2008. Handoyo Budi Orchids Laboratorium Pembibitan Aggrek dan Show Room. Malang: Handoyo Budi Orchids Hendaryono, D.P.S. 2007. Pembibitan Anggrek dalam Botol. Yogyakarta: Kanisius Hendaryono, D.P.S dan A. Wijayani. 2006. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius. Lavarack, B, W. Hariis, and G. Stocker. 2000. Dendrobium Orchids. Australia: Kangaroo Press Santoso, U dan Nursandi F. 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Malang: UMM Press. _______________________. 2001. Kultur Jaringan Tanaman. Malang: UMM Press. Trubus. 2005. Anggrek Dendrobium. Jakarta : PT Trubus Swadaya Yusnita. 2004. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Jakarta: Agromedia Pustaka.
32
33
Lampiran 1 . Pembuatan Kompos untuk Anggrek Saat ini petani m a s i h sangat tergantung p a d a pupuk s i n t e t i s ( kimia). Ada dua masalah penting
yang muncul dengan penggunaan pupuk kimia, pertama, ketika
kebutuhan pupuk tinggi oleh petani, tiba-tiba pupuk menghilang dari pasaran dan harganya membumbung tinggi. Kedua, penggunaan pupuk sintetis teus menerus dan berlebihan akan merusak struktur tanah, sehingga tanah menjadi tidak subur.Kondisi ini membutuhkan usaha yang kreatif berupa
penggunakan pupuk organik. Satu aspek penting dalam proses
pembuatan pupuk organik adalah pada segmen penerapan teknologi fermentasi dengan menggunakan mikroba unggul. Penggunaan isolat lokal memiliki dua alasan utama, pertama mikroba tersebut merupakan bioderversity lokal, sehingga familiar dengan lingkungan dimana mikroba tersebut berasal. Kadua, oleh karena mikroba berasal dari isolat lokal maka mikroba tersebut bukan merupakan konsorium antagonis dan bukan merupakan mikroba predator endemik yang parasit bagi lingkungan dimana mikroba itu digunakan, namun sebaliknya bisa menimbulkan sinergisme sintropi untuk membangun kesuburan tanah, sehingga penggunaan isolat lokal adalah salah satu pendekatan yang paling relevan untuk pelestarian lingkunganSelain itu, program pengadaan pupuk organik sejalan dengan program pemda provinsi Bali dalam bentuk program “Bali green”, dimana sektor pertanian menjadi soko guru dalam menunjang pariwisata Bali yang asri dan berwawasan Tri Hita Karana, yaitu menjaga keharmonisan anatara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya. Untuk menjaga keharmonisandengan linggkungan ini, maka keberadaan industri pupuk organik sangat penting, karena dapat meningkatkan pendapat petani, sehingga mengurangi ketergantungan akan pupuk sintetis. Prosedur : 1. Bahan baku pupuk organik, seperti limbah gergaji, jerami dan kotoran sapi atau ayam 2. Dicampur merata, dan ditambahkan dengan mikroba isolat lokal yang telah dikoleksi di Jurusan Kimia U ndiksha. 3. Setelah merata difermentasi selama 2 minggu. 4. Pupuk telah jadi.
34
Seringkali apabila kita memelihara anggrek jenis terestrial, litofit, saprofit atau semi terestrial untuk menambahkan pupuk organik kedalam media tanamnya sebagai sumber unsur hara makro dan miro dan juga dapat untuk memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah disekitar perakaran anggrek. Berikut saya sajikan nilai kandungan rata-rata pupuk organik dari berbagai sumber bahan organik. Tabel. 1 Komposisi Pupuk yang diterapkan dengan Baik Jenis Pupuk Nitrogen (%) Fosfor (%) Kerbau 0,6-0,7 2,0-2,5 Sapi 0,5-1,6 2,4-2,9 Kuda 1,5-1,7 3,6-3,9 Domba 0,6-3,7 0,2-0,8 Ayam 1,0-2,1 8,9-10,0 Guano 0,5-0,6 23,5-31,6 Tinja Manusia 3,0-3,2 3,2-3,4 Kompos 0,5-0,7 1,7-3,1 Azzola 3,0-4,0 1,0-1,5 Daun lamtoro 2,0-4,3 0,2-0,4 Darah hewan kering 10,0-12 1,0-1,5 Jerami padi 0,8 0,2
35
Kalium (%) 0,4 0,5 4,0 0,1-1,0 0,4 0,2 0,7 0,3-0,5 2,0-3,0 1,3-4,0 -
Lampiran 2 Pembibitan Dengan Kultur jaringan
Alat Yang dibutuhkan 1. Seperankat alat Gelas
Autoclap
Neraca Analitik
Magnet Stire
36
Lampiran 4. Pembuatan Sub Kultur Tanaman Anggrek
Di dalam Laminar Air Flow Di dalam Enkast
37
SUBKULTUR KE MEDIA BARU Tujuan : 1. Agar bibit yang tumbuh tidak kekurangan hara 2. Bibit bisa seragam pertumbuhannya 3. Bibit tidak berdesakkan LANGKAH KERJA SUBKULTUR Persiapan: •
memilih bibit yang baik
•
media baru dan alat disection set , lampu spirtus dimasukkan ke dalam LAF/ entkas (formalin tablet)
•
entkas/ LAF sebelumnya disemprot alkohol/ spirtus
Media baru : Media dapat ditambahkan zpt sesuai keinginan ( Auksin, sitokinin, GA3,dll)
SUBKULTUR/ Pindah tanam
Bibit diambil secukupnya (20 – 30 bibit) untuk anggrek akar keluar lebih dahulu, diletakkan pada petridish (cawan) yang steril 38
•
Bersihkan sisa agar yang menempel pada agar
•
Dikelompokkan menurut besarnya agar seragam pertumbuhan nantinya
•
Botol medium baru dibuka tutupnya, bibit langsung dimasukkan ke dalam botol ditanam dengan teratur dan rapi mulai dari pangkal botol
•
Tutup kembali, sebelumnya tutup botol dioles dengan disinfektan
Diagram kerja subkultur Planlet yang berdesakan harus segera dipisahkan dan ganti media.
Pemeliharaan setelah overplanting 1. botol diberi label yang jelas , nama taburan, tanggal penaburan, tanggal over planting. 2. Diletakkan pada rak untuk planlet pendewasaan, suhu ruang, lampu TL 20-40 watt. 3. Setiap 3 bulan sekali dapat dilakukan pemindahan bibit ke media yang baru.
Pemijahan Tanaman Anggrek
Rumpun Tanaman Anggrek
Direndam supaya akarnya bersih
Ditanam pada media yang baru
39
Lampiran 6. Denah Lokasi IbM
Peta Lokasi Wilayah Mitra Undiksha
Lokasi mitra I (Flora Bali)
Lokasi Mitra II
Jl Raya DenpasarSingaraja
(Santi orcid) Desa Sambangan
Km 35 kerah selatan kota Singaraja
5 Km ke arah Barat kota Singaraja
40
A
41
B
Foto : Mitra (A) sedang berdiskusi dengan salah satu anggota tim pengusul IbM, (B) Koleksi Anggrek Flora Bali
42
Koleksi Anggrek Santi orchid, (doc. Tika 2011)
43
44
Gambar : Tempat Pembibitan Anggrek Flora Bali (A), Koleksi Anggrek Flora Bali yang siap di jual (B)
45