1
LAPORAN KEGIATAN
Kandungan Mikroorganisme Pada Tiga jenis Penutupan Lahan
Oleh:
Hj. DINA NAEMAH, S.HUT, MP IR. Hj. EMMY WINARNI, MS Hj. ADISTINA FITRIANI, S.HUT, MP
DIBIAYAI BOPTN (BIAYA OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI) DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN NO SPK 779/UN8.1.24/SPK/2012 30 Nopember 2012
FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU Laporan Akhir Penelitian
2
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ....................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iii
RINGKASAN ..................................................................................................
iv
PRAKATA .......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
viii
I.
PENDAHULUAN ....................................................................................
1
II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
3
A. Tanah .................................................................................................
4
A.1. Kondisi Fisik Tanah ……………………………………………
4
A.2. Kimia Tanah…………………………………………………….
4
A.3. Biologi Tanah……………………………………………………
5
A.4. Mikroorganisme…………………………………………………
7
B. Tiga Jenis Penutup Lahan ..................................................................
11
B.1. Karet (Hevea Braziliensis)……….…………………………
11
B.2. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)………………………………
12
B.3. Kayu Manis (Cinnamomum burmani)………………………
15
C. Keadaan Umum Lokasi Penelitian.....................................................
18
C.1. Keterangan Umum Kecamatan Loksado…….……………..…
18
C.2. Geografi dan Topografi Wilayah………….…………….……..
18
C.3. Tanah…………………………..………………………….…
20
C.4. Iklim…………………………………………………………….
20
C.5. Kependudukan dan Ketenagakerjaan…………………………..
20
Laporan Akhir Penelitian
3
C.6. Aksesibilitas…………………………………………………….
21
C.7. Desa Lok Lahung……………………………………………….
22
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................................
23
IV. METODE PENELITIAN .........................................................................
24
A. Tempat dan Waktu Penelitian………….……….……….…..............
24
B. Alat,Bahan dan Objek Penelitian……………………………………
24
C. Metodologi…………………………………………………………..
25
D. Analisa Data…………………………………………………………
27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
28
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
34
A. Kesimpulan ........................................................................................
34
B. Saran ..................................................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
36
LAMPIRAN …………………………………………………………………
Laporan Akhir Penelitian
38
4
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN
1. Judul Penelitian
: Kandungan Mikroorganisme Tanah Pada Tiga Jenis Penutupan Lahan
2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. NIP c. Pangkat/Golongan d. Jabatan Fungsional e. Fakultas/Jurusan f. Perguruan Tinggi g. Alamat Kantor h. Telepon/Faks i. Alamat Rumah/Telpon j. Email 3. Jumlah Peneliti 4. Lokasi Penelitian 5. Masa Penelitian 6. Biaya
: Hj. Dina Naemah, S.Hut, MP : 197004231997022001 : Pembina/IV a : Lektor Kepala : Kehutanan/Budidaya Hutan : Universitas Lambung Mangkurat : Jl. A. Yani Km 36 Simpang Empat Banjarbaru :0511- 4772290/0511-4772290 : Jl. Rahayu No 38 RT 19 RW 04 Martapura :
[email protected] : 3 (Tiga) Orang : Kecamatan Loksado Kalimantan Selatan : 1 (satu) bulan : Rp. 15.000.000 (Lima belas juta rupiah)
Banjarbaru, Desember 2012 Mengetahui, Dekan,
Ketua Peneliti,
Ir. Sunardi, MS NIP.195701121982031001
Hj. Dina Naemah, S.Hut, MP 197004231997022001 Menyetuji, Ketua Lembaga Penelitian
Dr. Ahmad Alim Bachri,SE, M.Si NIP.196712311995121002 Laporan Akhir Penelitian
5
RINGKASAN
Penelitian ini berjudul Kandungan Mikroorganisme Pada Tiga jenis Penutupan Lahan, dilakukan di desa Lok Lahung Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah mikroorganisme (total Fungi dan Total Bakteri) yang terkandung didalam tanah dibawah dan atau sekitar tegakan Kelapa Sawit (, Karet ( dan tegakan Kayu Manis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pihak yang akan melakukan pembukaan lahan, sebagai bahan acuan untuk menentukan jenis yang diambil sehingga berpengaruh baik untuk perbaikan dan pemeliharaan lahan. Total Fungi yang ditemui pada lahan Karet 8,3 x 105 CFU gr-1 sebanyak, lahan Kelapa Sawit sebanyak 9,1 x 105 CFU gr-1 dan lahan Kayu Manis sebanyak 1,4 x 106 CFU gr-1, sedangkan Total bakteri pada lahan Kaert sebanyak 7,5 x 105 CFU gr-1, pada lahan Kelapa Sawit sebanyak 2,2 x 105 CFU gr-1 dan lahan Kayu Manis sebanyak 3,4 x 105 CFU gr-1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah total mikroorganisme baik fungi maupun bakteri, artinya setiap jenis tanaman akan memiliki kontribusi dan keterkaitan yang berbeda terhadap mikroorganisme disekitarnya semakin banyak variasi mikroorganisme yang ada akan mempengaruhi pertumbuhan jenis tanaman diatasnya.
Laporan Akhir Penelitian
6
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
karunia-Nya
jualah
sehingga
penelitian
yang
berjudul
Kandungan
Mikroorganisme Pada Tiga Jenis Penutupan Lahan dapat diselesaikan tepat pada waktu yang ditentukan. Penulisan penelitian adalah Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Teman-teman sejawat yang membantu pekerjaan penelitian,
Penyandang dana sehingga penelitian ini dapat
dilaksanakan serta rekan-rekan yang mendorong dan memotivasi penelitian ini, semoga segala bantuan mendapat balasanNYA. Segala bentuk kritik dan saran yang dapat menyempurnakan hasil penelitian ini sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua. Aamiin. Banjarbaru, Desember 2012
Hj. Dina Naemah, S.Hut,MP
Laporan Akhir Penelitian
7
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Komposisi Berbagai Unsur Pada Tanah Podzolik Atau Tanah Hutan Abu-Abu (Glinka) ……………………………………………………..
7
2. Pengaruh beberapa perlakuan atas tanah pada keadaan populasi mikroorganisme dalam tanah………… ………………………
10
3. Mikroorganisme dalam 1 gram tanah sebagaimana ditentukan secara langsung dengan metode mikroskopik (dari Richter)………….
10
4. Desa, Luas Desa dan Ketinggian dari Permukaan Laut .....................
19
5. Total Fungi dan Bakteri Lokasi Penelitian ..........................................
28
Laporan Akhir Penelitian
8
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kenampakan Jenis Fungi yang berhasil tumbuh………………………..
30
2. Hipa dari Fungi …………………………….……………………………… 30 3. Kenampakan mikroskopis jamur …………………………………………. 31 4. Kenampakan jenis bakteri yang tumbuh………………………………..
32
5. Kenampakan mikroskopis bakteri .........................................................
33
Laporan Akhir Penelitian
9
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Kenampakan Pertumbuhan Fungi………………………………..
39
2. Kenampakan Pertumbuhan Bakteri…………………………..…..
40
3. Kenampakan Mikroskopis Fungi .........................................................
41
4. Kenampakan Mikroskopis Bakteri ......................................................
42
5. Surat Tugas Dinas Penelitian ...............................................................
43
6. Dokumentasi Penelitian ......................................................................
44
7. Dokumentasi Pelaksanaan Seminar Penelitian…………………………… 45 8. Personalia Tenaga Peneliti……………………………………………….. 46
I. PENDAHULUAN
Kecamatan Loksado merupakan salah satu daerah tujuan wisata di daerah Kalimatan Selatan. Seiring dengan perkembangan masyarakat maka tatanan kehidupan masyarakatpun ikut berkembang, salah satunya adalah berubahnya pola pemanfaatan lahan. Pemanfaatan lahan yang pada awalnya banyak menggunakan tanaman kayu manis yang merupakan cirri khas daerah tersebut beralih perlahan kepada jenis komiditi yang lain antara lain Kelapa Sawit dan Karet. Pemanfaatan sumber daya
alam pada hakikatnya ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas lingkungan hidup. Perubahan pemanfaatan lahan tentunya akan berdampak pada lingkungan disekitarnya, seperti fluktuasi debit air, kandungan hara tanah, kandungan mikroorganisme tanah, erosi,
Laporan Akhir Penelitian
10
sedimentasi, perubahan bentang alam, hilangnya vegetasi, pencemaran kualitas air dan lain-lain. Tanah sebagai ekosistem bukanlah massa mati, ada kehidupan dalam tanah berupa akar tumbuhan dan flora serta fauna tanah. Sehubungan dengan produk enzim, CO2 dan beaneka zat organic, kehidupan dalam tanah bertanggung jawab atas terjadinya perubahan fisik dan kimia tanah.
Sifat dan tampakan tanah yang
mengimplikasikan kegiatan hayati ialah nisbah C/N, kadar bahan organik atau kandungan biomassa tiap satuan luas per volume tanah, tingkat perombakan bahan organik, pembentukan krotovina dan permintaan oksigen hayati (Notohadiprawiro, 1998). Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas tanah dengan biaya relatif murah tetapi cepat dan akurat adalah dengan menggunakan organisme dalam tanah sebagai bioindikator. Hal ini telah dilakukan oleh Paoletti et al., (1991) dalam Greenland dan Szabolcs (1994) di Australia yang menggunakan fauna tanah dan mikroorganisme sebagai bioindikator pengaruh perubahan lingkungan. Penentuan bioindikator kualitas tanah diperlukan untuk mengetahui perubahan dalam sistem tanah akibat pengelolaan. Perbedaan penggunaan lahan akan mempengaruhi kelimpahan dan komposisi makrofauna tanah (Lavelle, 1994). Beberapa peniliti menyatakan bahwa pengolahan tanah intensif, pemupukan dan penanaman secara monokultur pada sistem pertanian konvensional dapat menyebabkan terjadinya penurunan biodiversitas makrofauna tanah secara nyata (Crossley et al., 1992 dalam Pankhurst et al., 1994).
Laporan Akhir Penelitian
11
Berdasarkan hal tersebut diatas maka dipandang perlu utnuk mengetahui kelimpahan mikroorganisme sebagai penentu kualitas tanah pada tiga jenis areal penutupan lahan, yang berbeda, pertanaman kayu manis, kelapa sawit dan karet.
Laporan Akhir Penelitian
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah Tanah normal tersusun dari unsur-unsur padat, cair dan gas, yang secara luas dapat dibagi dalam kelompok, yaitu: 1. Partikel-partikel mineral, yang dapat berubah-ubah ukuran dan tingkatan hancuran mekanis dan kimianya, dan partikel-partikel ini meliputi kelompokkelompok batu kerikil, pasir halus, lempeng dan lumpur 2. Sisa-sisa tanaman dan binatang, terdiri dari daun-daunan segar yang jatuh, tunggul, jerami dan bagian-bagian tanaman yang tersisa serta berbagai bangkai binatang dan serangga, yang kesemuannya membusuk dan hancur menyatu dengan partikel-pertikel diatas. Residu atau sisa-sisa tanaman dapat pula berwujud humus atau bahan-bahan humus 3. Sistem-sistem kehidupan, termasuk berbagai kehidupan tanaman lebih tinggi, sejumlah besar bentuk makhluk/binatang yang hidup dalam tanah seperti berbagai macam serangga, protozoa, cacing tanah dan binatang penggerat; demikian pula dengan berbagai algae, fungi, aktinomesetes dan bakteri 4. Air, yang merupakan bentuk-bentuk cairan terdiri dari air bebas dan air higroskopik, berkandungan berbagai konsentrasi larutan garam-garam anorganik dan campuran-campuran atau senyawa-senyawa organik tertentu 5. Berbagai gas, atmosfer tanah terdiri dari karbondioksida, oksigen, nitrogen dan sejumlah gas lainnya dalam konsentrasi-konsentrasi yang lebih terbatas. Laporan Akhir Penelitian
13
A.1. Kondisi Fisik Tanah
Berbagai aktivitas dalam kegiatan penambangan menyebabkan 1rusaknya struktur, tekstur, porositas dan bulk density sebagai karakter fisik tanah yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan
menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan aerasi (peredaran udara) yang secara langsung dapat membawa dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal tetapi tetap kerdil dan tumbuh merana. Rusaknya struktur dan tekstur juga menyebabkan tanah tidak mampu untuk menyimpan dan meresap air pada musim hujan, sehingga aliran air permukaan (surface run off) menjadi tinggi. Sebaliknya tanah menjadi padat dan keras pada musim kering sehingga sangat berat untuk diolah yang secara tidak langsung berdampak pada kebutuhan tenaga kerja.
A.2. Kimia Tanah
Dalam profil tanah yang normal lapisan tanah atas merupakan sumber unsurunsur hara makro dan mikro esensial bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu juga berfungsi sebagai sumber bahan organik untuk menyokong kehidupan mikroba. Hilangnya lapisan tanah atas (top soil) yang proses pembentukannya memakan waktu ratusan tahun (Bradshaw, 1983) dianggap sebagai penyebab utama buruknya tingkat kesuburan tanah pada lahan-lahan bekas pertambangan. Kekurangan unsur hara esensial seperti nitrogen dan fosfor, toksisitas mineral dan Laporan Akhir Penelitian
14
kemasaman tanah (pH yang rendah) merupakan kendala umum dan utama yang ditemui pada tanah-tanah bekas kegiatan pertambangan. Tanah bekas tambang yang akan ditanam biasanya berupa campuran dari berbagai bentuk bahan galian yang ditimbun satu sama lainnya secara tidak beraturan dengan komposisi campurannya sangat berbeda satu tapak ke tapak lainnya. Hal ini tentunya mengakibatkan sangat bervariasinya reaksi tanah (pH) dan kandungan unsur hara pada areal-areal yang ditanami.
Karena besarnya variasi ini maka sangat
menyulitkan dalam menentukan takaran soil amandement atau soil ameliorant yang perlu diberikan guna memperbaiki kondisi tanah-tanah tersebut.
A.3. Biologi Tanah
Hilangnya lapisan top soil dan serasah (litter layer) sebagai sumber bahan organik untuk menyokong kehidupan mikroba potensial merupakan penyebab utama buruknya kondisi populasi mikroba tanah. Hal ini secara tidak langsung akan sangat mempengaruhi kehidupan tanaman yang tumbuh di permukaan tanah tersebut. Keberadaan mikroba tanah potensial dapat memainkan peranan sangat penting bagi perkembangan dan kelangsungan hidup tanaman. Aktivitasnya tidak saja terbatas pada penyediaan unsur hara, tetapi juga aktif dalam dekomposisi serasah dan bahkan dapat memperbaiki struktur tanah. Jenis-jenis mikroba tanah yang memberikan banyak manfaat diantaranya bakteri penambat nitrogen dan bakteri pelarut fosfat. Selain bakteri, cendawan mikoriza sangat mutlak diperlukan pada lahan-lahan bekas tambang.
Beberapa
tanaman juga sangat tergantung untuk kehidupannya pada jenis cendawan ini (Vogel, 1987).
Kemampuan cendawan mikoriza tidak hanya terbatas pada peningkatan
Laporan Akhir Penelitian
15
solubilitas mineral dan memperbaiki absorpsi nutrisi tanaman (terutama fosfat), tetapi juga dapat mengurangi stres karena temperatur dan serangan patogen akar. Dengan cara tersebut maka daya hidup dan pertumbuhan tanaman pada lahan marginal dapat ditingkatkan.
Komposisi kualitatif populasi dalam tanah dan
kualitatif alam lingkungannya dapatlah dikatakan adalah sangat tergantung pada sumber dan kondisi alami dari tanah itu dan komposisi relatife dan unsur-unsur organik dan anorganik. Keadaan iklim daerah dan berbagai tanaman yang tumbuh pada tanahnya dan juga berlimpahnya mikroorganisme yang mendiami tanah itu adalah demikian berpengaruh. Diantara beberapa faktor lainnya yang mempunyai pengaruh yang berarti pada komposisi relatif populasi mikroorganisme, yaitu reaksi yang berlangsung dalam tanah, kadar kelembapan serta kondisi-kondisi serasi. S.E, waksman (1961) dalam Soil Microbiology telah mengemukakan gambaran lebih jelas tentang unsur-unsur yang tersusun dalam sejenis tanah tertentu yang dapat digolongkan sebagai tanah yang baik, yang berkemampuan bagi pertumbuhan tanaman budidaya dengan baik. Populasi mikrobiologi yang mendiami tanah, bersama dengan berbagai bentuk binatang dan berbagai jenis tanaman tingkat lebih tinggi membentuk suatu sistem kehidupan yang tidak terpisahkan dari bahan mineral dan sisa-sisa bahan organik yang ada dalam tanah. Waksman dan Starkey mengemukan gambaran mengenai distribusi relatif bahan-bahan penyusun tanah dengan kondisi yang baik untuk berlangsungnya suatu sistem kehidupan.
Laporan Akhir Penelitian
16
Tabel 1.
Komposisi Berbagai Unsur Pada Tanah Podzolik Atau Tanah Hutan AbuAbu (Glinka)
Unsur Tanah
Horison A1 Zat organik Bahan Penyubur (%) 10,94 66,86 13,38 1,71 0,04 1,38 0,14 2,36 1,56 12,78
Horison A2 Zat agak keputihan (%)
Horison B Lapisan kuning kecoklatan (%)
Horison C Dasar granitik (%)
1,25 74,01 13,78 1,95 0,04 0,92 0,13 2,28 1,75 5,02
2,29 63,60 17,10 4,50 0,08 0,69 0,45 4,12 3,46 6,00
74,87 13,82 1,92 0,04 0,63 0,40 3,96 2,62 1,21
Bahan organik SiO2 Al2O3 Fe2O3 Mn3O4 CaO MgO K2O Na2O Kehidupan pada pembakaran Sumber: Soil Mikrobiologi, Waksman (1961)
A.4. Mikroorganisme Tanah dengan nilai produktivitas tanah yang tinggi, tidak hanya terdiri dari komponen-komponen padat, cair dan udara (gas) saja, akan tetapi harus mengandung jasad hidup tanah yang cukup banyak. Dengan adanya jasad hidup tanah ini maka tingkat kesuburan tanah akan dipengaruhinya, karena jasad hidup memegang peranan penting dalam proses-proses pelapukan bahan organik dalam tanah sehingga unsur hara menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Golongan-golongan utama (besar) yang menyusun populasi mikrobiologis tanah terdiri dari golongan flora dan fauna, golongan flora yang meliputi bakteri (autotrof, heterotrop), aktinomisetes, fungi dan ganggang (algae), golongan fauna meliputi protozoa, binatang berderajat agak lebih tinggi, nematoda, cacing tanah. Bakteri berfungsi meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat, mampu membentuk spora dan ada yang tidak mampu, spora berfungsi untuk mempertahankan diri dari Laporan Akhir Penelitian
17
lingkungan yang tidak menyenangkan. Bakteri Costvidium pastorianun adalah bakteri yang dapat memfiksasi/mengikat nitrogen dalam keadaan anaerob, Bakteri Azotobakter chrococcum adalah bakteri yang dapat mengikat nitrogen dalam keadaan aerob, Bakteri Nitrobakter yaitu bakteri yang dapat mengubah amonium menjadi nitrat, Bakteri radicicolas yaitu bakteri yang dapat hidup bersimbiosa dengan leguminosa. Aktinomisetes ; tiga genus dari aktinomisetes digambarkan dengan baik berada di dalam tanah, yaitu spesies Nokardia yang sangat rapat hubungannya dengan bakteri, spesies yang termasuk genus Streptomyces dan Mikromonospora adalah lebih rapat hubungannya dengan fungi. Fungi (cendawan), perkembangannya dapat secara vegetatif dengan pembentukan spora dan tunas, dan secara generatif yaitu peleburan benang hypa yang berbeda muatan, hidup pada tempat yang lembab, air sangat dibutuhkan untuk melarutkan bahan organik dan sebagai alat pengangkut bahan makanan serta membantu difusi oksigen. Algae (ganggang) adalah tanaman mikroskopis, tingkat rendah yang mempunyai klorofil dengan jaringan tubuh yang tidak terdeferensiasi, tidak membentuk akar, batang dan daun, dapat tumbuh diatas bebatuan yang kering, dapat membantu pelapukan lapisan atas batu-batuan, sehingga dikenal sebagai tanaman perintis. Protozoa adalah binatang yang paling rendah derajatnya, uniselluler, dengan ukuran yang beragam antara 3 sampai 1000 mikron (umumnya lebih kecil dari 1000 mikron). Protozoa digolongkan menjadi protozoa Ciliate, protozoa Flagellata, Laporan Akhir Penelitian
18
protozoa Rhizopoda (termasuk amuba), berkemampuan menyerap zat-zat anorganis dalam bentuk larutan dan berperan dalam pelapukan sisa-sisa bahan organis dan anorganis. Nematoda, populasi nematoda (terutama dalam perkembangannya) didalam tanah cukup besar dan cukup padat, terutama dalam tanah yang tidak berat dan cukup kadar bahan organisnya. Nematoda berperan sebagai pelapuk bahan-bahan sisa tanaman dan binatang, inklusif sisa-sisa mikroflora dan mikrofauna lainnya, dapat merugikan karena dapat karena dapat merusak akar tanaman tetapi sebagian ada pula yang berperan sebagai pemangsa parasit yang merugikan tanaman. Cacing tanah mempunyai banyak spesies, ada yang bermanfaat bagi penyubur tanah, ada pula yang menjadi parasit, parasit fakultatif, khusus yang bermanfaat bagi penyuburan tanah dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Dapat mempercepat pelapukan sisa-sisa tanaman 2) Kotoran cacing dapat meningkatkan kadar NPK pada tanah yang dihuninya 3) Lorong-lorong yang dibuatnnya dalam tanah memungkinkan masuknya udara sehat ke dalam tanah dan terdesaknya kelebihan zat CO2 ke luar dari dalam tanah 4) Meningkatkan daya serap daya lolos air permukaan ke dalam tanah bagian bawah (sub soil) yaitu dengan terbentuknya rongga/lorong-lorong dalam tanah, yang berarti pula membantu mencegah berlangsungnya erosi tanah
Laporan Akhir Penelitian
19
5) Membantu terbentuknya humus-humus dalam tanah, yang dapat mewujudkan peningkatan daya serap tanah dan meningkatkan ketahanan tanah terhadap gangguan erosi. Binatang berderajat agak tinggi termasuk golongan macam-macam serangga, semut, rayap, kutu, kelabang dan amoeba,
kesemuannya berperan membantu
pelapukan dan penghancuran sisa bahan-bahan organik di dalam tanah, tetapi tidak sedikit pula yang merugikan pada pertumbuhan tanaman. Tabel 2.
Pengaruh beberapa perlakuan atas tanah pada keadaan populasi mikroorganisme dalam tanah
Perlakuan pada tanah (*)
Reaksi tanah, pH 4,6 6,4 5,5 5,4
Jumlah Dalam Ribuan Per Gram Bakteria Aktinomisetes
Tanpa pemupukan 3.000 Pengapuran 5.210 Mineral 5.160 Pupuk dan Mineral 8.800 Mineral dan Amonium Sulfat 4,1 2.690 Mineral, Amonium Sulfat dan Zat Kapur 5,8 7.000 Mineral dan Sodium Nitrit 5,5 7.600 (*) Mineral = 320 pon KCL, 640 pon Fosfat asam/acre/tahun
Tabel 3. Tipe tanah
Cendawan
1.150 2.410 1.520 2.920
60 22 38 73
370
111
2.520
39
2.530
46
Mikroorganisme dalam 1 gram tanah sebagaimana ditentukan secara langsung dengan metode mikroskopik (dari Richter) Kedalaman (cm) Coccus
Hutan
0 10 20
1.379.000 991.000 281.000
Lempung Coklat
0 10
870.000 569.000
Tanah Berpasir
0 519.000 10 407.00 20 269.00 Sumber: Soil Mikrobiologi, Waksman (1961)
Laporan Akhir Penelitian
Angka dalam ribuan per gram Bakteria Bacil Sel-sel Azotobakter 1.212.000 1.000 466.000 31.000 169.000 -
Lembar miselium Cendawan 47.000 34.000 7.000
376.000 106.000
84.000 1.000
5.000 3.000
192.000 153.000 139.000
79.000 23.000 8.000
3.000 19.000 3.000
20
B. Tiga Jenis Penutup Lahan
B.1. Karet (Hevea Braziliensis) Kayu Karet, dan oleh dunia internasional disebut Rubber wood pada awalnya hanya tumbuh di daerah Amzon, Brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai dilakukan penanaman di daerah India namun tidak berhasil. Lalu dibawa hingga ke Singapura dan negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk tanah Jawa. Pohon karet dibudidayakan dengan tujuan utamanya untuk diambil getahnya sebagai bahan utama karet, hingga sekarang. Pohon karet bisa tumbuh hingga ketinggian 30 meter dan akan mulai diambil getahnya pada umur 5-6 tahun. Secara ekonomis kayu karet sangat efisien karena hanya akan ditebang dan dijadikan bahan baku industri furniture ketika sudah tidak menghasilkan karet. Setelah berumur 25 tahun pohon karet tidak lagi menghasilkan 'latex' sehingga sudah saatnya harus ditebang dan digantikan dengan pohon baru. Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja dibelah atau dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah sedikit kecoklatan. Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras. Bisa
dikatakan
hampir
tidak
terdapat
kayu
teras
pada
rubberwood.
Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan densitas antara 435-625 kg/m3 dalam level kekeringan kayu 12%. Dengan sistem kiln dry konvensional, pengeringan kayu karet terhitung cepat dengan jarak waktu antara 1014 hari. Tidak terdapat banyak masalah pada kayu melengkung sejauh penyusunan kayu di dalam KD teratur dengan baik. Secara keseluruhan, penyusutan kayu karet terhitung kecil, di bawah 2% terutama pada arah Radialnya. Laporan Akhir Penelitian
21
Kayu karet banyak digunakan sebagai bahan baku furniture di dalam ruangan terutama furniture di ruang dapur, top table, kitchen set, peralatan dapur misalnya tatakan pisau, alat masak dan kursi makan sangat cocok menggunakan bahan baku kayu karet. Oleh karena itu kebanyakan produsen peralatan dapur memiliki stok kayu karet yang sangat besar. Dengan kondisi minimnya kayu teras pada kayu karet, penanganan jenis kayu ini harus hati-hati dan tepat waktu. Sangat penting sebagai sebuah proses utama pada kayu karet adalah dengan melakukan pengawetan menggunakan bahan kimia agar menghindarkan kayu karet dari blue stain atau serangga pemakan kayu. Oleh karena itulah setelah penebangan, kayu karet harus segera direndam atau diawetkan dengan bahan kimia tertentu (dikenal dengan nama Borax) agar terhindar dari jamur dan serangga. B.2. Kelapa Sawit Tanaman
sawit
membutuhkan
persyaratan
tumbuh
tertentu
untuk
menghasilkan produktivitas yang tinggi seperti kondisi iklim, bentuk wilayah dan sifat tanah. Evaluasi lahan berfungsi untuk menilai kecocokan potensi suatu lahan dengan syarat tumbuh kelapa sawit, biasanya dilakukan setelah survei dan pemetaan tanah. Hasil evaluasi kesesuaian suatu wilayah untuk budidaya kelapa sawit akan menentukan cara pengelolaannya dan
gambaran produktivitas yang dihasilkan
secara produksi akan menentukan keuntungan finansial . Persyaratan tumbuh yang diperlukan oleh kelapa sawit terdiri ats beberapa faktor seperti : 1) IKLIM
Laporan Akhir Penelitian
22
a. Temperatur udara: 22 – 330 C (optimum 27 0 C). b. Curah hujan: 1.250 – 3.000 mm/thn (opt 1.750 – 2.500 mm/thn) c. Bulan kering (curah hujan < 100 mm/bulan) < 3 bulan (optimum 0-1 bulan) d. Kelembaban udara 50 – 90 % (optimum 80 %) e. Lama penyinaran matahari 5 – 7 jam/hari f. Ketinggian tempat < 400 m dpl (optimum < 200 m dpl)
2) CURAH HUJAN a. Curah hujan optimum dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun b. Curah hujan < 1.250 mm/tahun dengan bulan kering > 3 bulan c. Defisit air yang tinggi akan merangsang pembentukan bunga jantan d. Tanaman kelapa sawit akan lebih toleran terhadap curah hujan > 3.000 mm/tahun
3) KONDISI TANAH a. Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah Podsolik (Ultisol), Latosol (Oxisol), Resosol (Entisol), Aluvial dan Hidromorfik (Inceptisol), Andosol (Andisol) dan gambut (Histosol) b. Kondisi tanah yang baik mengurangi pengaruh buruk curah hujan yang kurang sesuai. c. Sifat fisik yang relatif sukar diubah lebih penting untuk penilaian kesesuai lahan untuk kelapa sawit. d. Sifat kimia akan lebih berguna untuk pemupukan untuk menghasilkan produktivitas kelapa sawit yang tinggi Laporan Akhir Penelitian
23
4) DRAINASE a. Drainase yang baik dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan dan produtivitas kelapa sawit yang tinggi. b. Drainase yang buruk ditandai dengan kondisi yang tergenang dan lambatnya air masuk ke lapisan tanah, akan menghambat respirasi dan penyerapan hara oleh perakaran kelapa sawit. c. Drainase yang terlalu cepat sebagai akibat kandungan fraksi pasir tinggi, akan mengurangi kemampuan tanah untuk menahan air 5) TEKSTUR TANAH a. Tekstur tanah menggambarkan kandungan fraksi pasir, debu dan liat di dalam tanah. b. Tekstur tanah yang ideal adalah lempung liat berpasir yang mengandung fraksi pasir ± 45 % dan fraksi liat 20 – 35 %. c. Kandungan fraksi pasir yang relatif cukup tinggi berguna untuk respirasi perakaran tanaman kelapa sawit. d. Kandungan liat yang relatif cukup tinggi berguna untuk memegang air dan hara (kapasitas tukar kation/KTK tanah). 6) KEMASAMAN TANAH a. Kemasaman atau pH tanah digunakan untuk mewakili sifat kimia atau kesuburan tanah. b. Menggambarkan kandungan hara, ketersediaan hara di dalam tanah, kelarutan unsur yang bersifat racun seperti aluminium (Al). c. Kondisi pH tanah yang optimum untuk tanaman kelapa sawit berkisar 5,0 – 6,0. Laporan Akhir Penelitian
24
d. Kondisi pH tanah < 5,0 mencerminkan kandungan kation K, Ca dan Mg dapat ditukar dan kejenuhan basa yang rendah, kelarutan Al yang tinggi, dan fiksasi hara P yang tinggi. e. Kondisi pH tanah > 7,0 dikhawatirkan akan mencerminkan ketersediaan hara mikro yang rendah dan fiksasi hara P yang tinggi. f. Kondisi pH tanah gambut sekitar 3,5 - 4,0. Kondisi pH tanah gambut sekitar 4,5 – 5,0 sudah tergolong baik. Persiapan pembibitan tanaman kelapa sawit selain memperhatikan lokasi juga harus memenuhi persyaratan media tanam seperti campuran dengan bagian tanah atas (top soil) yang gembur dengan campuran pasir dan bebas dari organism pengganggu tanaman. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit sebaiknya memperhatikan penyiraman, pengendalian gulma seperti penyiangan gulma serta konsolidasi seperti penambahan media atau tanah yang kurang, menegakkan polybag. Pemupukan juga merupakan tindakan pemeliharaan yang perlu diperhatikan selain pengendalian hama dan penyakit. B.3. Kayu Manis Kayu manis termasuk ke dalam famili Lauracea dari ordo Ranales. Famili ini terdiri dari 47 marga dan lebih dari 1900 jenis. Salah satu genusnya diketahui mepunyai nilai ekonomis adalah Cinnamomum sp, dimana kayu manis penghasil kulit kayu manis (cassia vera) termasuk di dalamnya (Rismunandar, 1993). Permukaan kulit kasar, percabangan lateral, panjang daun 0,6 – 1,2 cm, tulang daun 3, warna buah ungu tua. Panjang buah 1,156 mm, diameter buah 0,594 Laporan Akhir Penelitian
25
mm. Tinggi tanaman 15 – 30 m, dapat tumbuh diketinggian 0 – 2000 m dari permukaan laut, tanaman dapat menghasilkan dengan baik pada ketinggian 500 – 1500 dpl (Anonim, 1986 b). Secara umum menghendaki tanah subur, gembur dengan drainase baik serta kaya akan organik. Jenis tanah yang sesuai adalah andosol (Zamarel, 1994). Tekstur tanah berpasir dan gembur darainase sedang – baik dengan pH 5,0 – 6,5 (Abdullah dan Rusli, 1988). Jenis Cinnamomum burmanii sp Blume yang lebih dikenal dengan nama cassia vera umumnya diusahakan oleh rakyat (tanaman perkebunan rakyat) dengan daerah pengahsil utama Sumatera Barat, Jambi dan Sumatera Utara (Rusli dan Abdullahm 1988). Terdapat juga di Jawa Tengah dan Timur, sedikit di Jawa Barat dan Kalimantan Selatan (Anonim, 1974 dalam Yacob, 1987). Kulit kayu manis dan hasil olahannya banyak digunakan dalam industri makan dan minuman, farmasi, kosmetika, rokok dan sebagai (Rusli dan abdullah, 1988).
Dengan dosic 0,4 gram/lieter, air kayu manis dapat digunakan untuk
mencegah sakit lambung (Anonim, 1996). Budidaya tanaman kayu manis oleh para petani dilakukan sistem tumpang sari untuk dapat menjamin kelangsungan hidup keluarganya (Rismunandar, 1993). Perbanyakan tanaman kayu manis dapat dilakukan dengan cara vegetatif melalui cangkok dan stek, cara generatif melalui biji (Rusli dan Abdullah, 1988). Waktu yang tepat untuk menanam kayu manis pada musim hujan dengan jarak tanam yang menguntungkan 3 m x 3 m. Bulan pertama setelah penanaman perlu dilakukan penyiangan rumput guna mempercepat pertumbuhan. Sampai umur 2 tahun masih diperlukan tindakan pembasmian gulma (Rimunandar, 1993). Laporan Akhir Penelitian
26
Hasil utama kayu manis adalah kulit batang dan dahan serta hasil ikutan berupa ranting, daun dan akar (Toesahono, 1993). Pemungutan dapat dilakukan 3 kali yaitu pada umur 6 tahun (penjarangan I), umur 10 tahun (penjarangan II), dan umur 15 tahun (panen sesungguhnya), tunas yang tumbuh dari tunggak berasal dari penjarangan I dan II ditebang pula pada waktu panen yang terakhir (Rismunandar, 1993). Kulit kayu manis yang bermutu baik, bagian luarnya nampak bersih, kulit dapat dikikis dengan pisau agar semua lumut, kotoran lain dan kuliat luar yang mengeras (gabus) dapat hilang sehingga warna kulit dalam tampak hijau kekuningkuningan (Rismunandar, 1993). Pengeringan adalah suatu proses keluarnya air dari suatu zat sampai kadar air tertentu sesuai tujuan (Subari, 1989). Kecepatan air menguap dipengaruhi oleh dua faktor, faktor dalam terdiri dari species, tebal, arah serat, kyu gubal dan kayu teras, dan faktor luar terdiri dari suhu, kelembaban dan sirkulasi udara (Dumanaw, 1984). Ada dua cara pengeringan yang lazim dilakukan, yaitu pengeringan secara alami dan pengeringan buatan menggunakan alat atu mesin pengering. Semua kulit kayu manis yang akan diperdagangkan harus memenuhi syarat-syarat pengeringan, yaitu setelah pemungutan diakhiri pada hari pertama disimpan pada tempat terlindung, selanjutnya dijemur sampai kering (Anonim, 1976) sehingga diharapkan kulit yang dihasilkan tidak mengalami retak, bengkok atau pecah-pecah yang dapat menurunkan mutunya. Banyak air dalam kayu atau produk kayu biasanya dinyatakan sebagai kandungan air. Kandungan air didefinisikan sebagai berat air, yang dinyatakan sebagai persen berat kayu bebas atau kering tanur (BKT), karena penbutannya adalah Laporan Akhir Penelitian
27
berat kering bukan total, kandungan iar yang dihitung dapat melebihi 100%. Cara yang lazim adalah menimbang contoh uji basah, mengeringkannya dalam tanur oven) pada suhu 103
2 C untuk mengeluarkan semua air, kemudian membaginya
kembali (Haygreen dan Bowywr, 1989).
C. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
C.1. Keterangan Umum Kecamatan Loksado
Kecamatan Loksado yang beribukota desa Loksado terletak kurang dari 40km dari Ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan desa Kamawakan dan desa Haratai sebagai desa terjauh dari kabupaten. Kecamatan ini mempunyai luas 33.889 Ha, terbagi atas 11 desa definitive. Desa yang terluas wilayahnya adalah desa Hulu Banyu yaitu 4.044 Ha dan terkecil adalah desa Loksado dengan luas wilayah sekitar 951 Ha. Seacar administrasi Kecamatan Loksado berbatasan dengan : -
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabpaten Tapin dan Kabupaten Banjar
C.2. Geografi dan Topografi Wilayah
Secara geografis di Kecamatan Loksado tegrolong berbukit-bukit dan merupakan Saerah Aliran Sungai. Kecamatan Loksado secara astronomis terletak Laporan Akhir Penelitian
28
antara 2o50’55”- 2o52’05” Lintang Selatan dan 115o20’40”- 115o20’40” Bujur Timur. Secara umum kondisi topografi di wilayah kecamatan Loksado termasuk daerah pegunungan dengan ektinggian sekitar 200-1650 meter dari permukaan laut. Daerah berbukit dengan lereng terjal (antara 25% sampai lebih dari 40%) di Kecamatan Loksado seluas 15.180 Ha. Permukiman berada diwilayah lembah bukit, Pada daerah-daerah datar dekat sumber air tanah atau sungai. Sungai besar mengalir di wilayah ini adalah sungai Amandit, yang hulunya berasal dari daerah-daerah hutan dibagian selatan wilayah Haratai. Sedangkan aliran airnya mengalir kebagian hilir melintasi sebagian besar daerah-daerah Dayak Bukit Meratus, terus keluar melintasi daerah-daerah lainnya diluar kecamatan Loksado, melintasi ibukota Kabupaten Hulu Sungai selatan. Tabel 4. Nama Desa, Luas Desa dan Ketinggian dari Permukaan Laut No Nama Desa Luas Desa Ketinggian dari (Ha) permukaan laut 1 Halunuk 3.605 215 2
Panggungan
1.368
250
3
Lumpangi
2.462
250
4
Malinau
3.482
450
5
Hulu Banyu
4.044
300
6
Tumingki
2.891
500
7
Kamawakan
3.696
1000
8
Lok Lahung
3.486
1200
9
Loksado
951
750
10
Ulang
4.118
1000
11
Haratai
3.786
1350
Sumber : badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2002
Laporan Akhir Penelitian
29
C.3. Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Loksado menurut data pokok Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 1999 berypa komplek Podsolik Merah Kuning Pegunungan 14.725 Ha atau sebesar 43% dan komplek Podsolik Merah Lathosol dan Litosol 18.639 Ha atau mencapai 55% sertah 525 Ha termasuk jenis lain Komplek Podsolik Merah Kuning dataran atau Organosol Glei Humus sebesar 1,2%. Luas Kelas tekstur tanah kedalaman efektif halus sekitar 1.020 Ha dan sedang 32.969 Ha.
C.4. Iklim
Berdasarkan data curah hujan dan hari hujan untuk daerah sekitar Sungai raya atau Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan tahun 1993-2002 hasil pengukuran Badan Meterologi dan Geofisika, Balai Wilayah III Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru, termasuk tipe iklim B. Rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2264,10 mm/tahun.
C.5. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk Kecamatan Loksado 7.720 jiwa terdiri 3.909 lako-laki dan 3.811 perempuan. Rata-rata penduduk tiap km2 23 jiwa, desa/kelurahan 702 jiwa dan rumah tangga 4 jiwa (Hulu Sungai Selatan dalam Angka, 2004). Sumber penghasilan utama di Kecam,atan Loksado adalah pertanian dengan 95% sebagai keluarga petani. Penduduk yang bekerja di sekitar pertanian tersebut dilihat dari presentase pengolahan lahan terdiri dari 91.91% pemilik sekaligus penggarap dan 4,64% sebagai penggarap. Laporan Akhir Penelitian
30
Fasilitas pendidikan di Kecamatn Loksado untuk Sekolah Dasar sudah menyebar di seluruh desa, dengan tersedianya sarana pendidikan dasar pada setiap desa diharapkan tingkat buta huruf akan semakin berkurang. Pendidikan tingkat SLTP masih berasa di ibukota kecamatan yaitu di Loksado dan untuk pendidikan SLTA harus ke ibukota kabupaten. Di Kecamatan Loksado juga terdapat program paket A dan paket B dalam upaya pemberantasan buta huruf, serta terdapat 2 kelompok SMP terbuka. Masyarakat Kecamatan Loksado terdiri dari berbagai agama dan kepercayan sehingga disemua desa sebanyak 9 buah serta Langgar/Surau sebanyak 17buah. Etnis atau suku terbesar yang ada di Kecamatan Loksado terdiri dari suku Dayak Bukit dan Suku Banjar, sedangkan suku yang lain sepeti Jawa, Madura tergolong sedikit. Penganut agama terbesar adalah agama islam dan yang kedua adalah agama kaharingan dan ketiga adalah Kristen protestan, untuk pemeluk agama seperti Katolik, Hindu dan Budha relative sedikit. Kegiatan institusi social lainnya berupa karang taruna, PKK, Sarikat kematian dan majelis ta’lim.
C.6. Aksesibilitas
Perjalanan menuju wilayah kecamatan Loksado dari ibukota Kabupaten dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, pada umumnya sarana perhubungan di Kecamatan Loksado sudah cukup baik dan terletak kurang lebih 40 km dari ibukota Hulu Sungai Selatan. Jalan anatar desa telah dapat dilewati melalui darat. Dari 11 desa di Kecamatan Loksado sebagian besar sudah berupa aspal kecuali desa Tumingki dan desa Kamawakan yang bila hendak ke ibu kota kecamatan haruslah berjalan kaki. Untuk lokasi penelitian, desa Loksado, desa Hulu Laporan Akhir Penelitian
31
Banyu dan desa Lok lahung dapat ditempuh dengan menggunakan kendaran roda empat dan roda dua sampai kepusat desa.
C.7. Desa Lok Lahung
a) Kondisi Fisik Desa Lok Lahung memiliki luas wilayah sekitar 3.486 Ha. Letak desa dari ibukota kecamatan sejauh 2 km dan jarak dai ibukota kabupaten sejauh 40 km atau dengan waktu tempuh 1,5 jam. Teridri dari 4 RT dan 2 RW. Adapun batas desanya adalah : -
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Haratai
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu
-
Sebelah Selatan berbatsan dengan Desa Tumingki
-
Sebelah Barat berbatsan dengan Desa Loksado
Topografi desa Lok Lahung berbukit-bukit dengan ketinggian dari permukaan laut 1200 meter yang terdiri atas dataran 126 Ha dan perbukitan 3.360 Ha. b)
Kependudukan
Jumlah penduduk desa lok lahung berdasarkan hasil registrasi penduduk pertengahan tahun 2010 adalah 720 orang dengan 154 kepala keluarga. Apabila jumlah penduduk dibagi dengan banyaknya keluarga akan terlihat rata0rata jumlah anggota keluarga, setiap anggota keluarga hanya terdiri dari 4-5 anggota keluarga. Di desa Lok Lahung terdapat 5 balai adat yaitu balai Malaris, Manutui, Luapanggang, Manakili I dan Manakili II.
Laporan Akhir Penelitian
32
III.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah mikroorganisme khususnya fungi dan bakteri dan melihat perbedaan yang terdapat pada penutupan lahan Kelapa Sawit, Karet dan tanaman Kayu Manis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pihakpihak terkait tentang kualitas tanah ditinjau dari aspek keragamaan mikroorganisme yang terkandung sehingga memungkinkan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan
Laporan Akhir Penelitian
jenis
penutupan
lahan
yang
baik.
33
IV. METODE PELAKSANAAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai
Selatan Kalimantan selatan. Waktu penelitian dilakukan selama 30 hari sejak awal Desember sampai akhir Desember 2012, meliputi pengumpulan data, pengolahan dan penyusunan laporan penelitian. B.
Alat, Bahan dan Objek Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Sekop atau alat untuk mengambil contoh tanah 2) Soil tester , untuk mengukur pH tanah secara langsung 3) Plastik ukuran 1 kg untuk memasukkan sampel tanah 4) Kotak steoroform untuk menyimpan sementara sampel 5) Sprayer untuk menyiram larutan perlakuan pada tanah sampel 6) GPS (Global Positionong System) 7) Alat Dokumentasi. 8) Peralatan uji laboratorium
Laporan Akhir Penelitian
34
Bahan yang digunakan adalah: 1) Tanah pada tiga penutupan lahan 2) Bahan uji laboratorium 3) Larutan fisiologis 0,85 % 4) Nutrient Agar (NA) 410 ml untuk bakteri 5) Potato Dextrose Agar (PDA) 410 ml untuk jamur 6) Alkohol 70 % 7) Masing-masing sampel tanah sebanyak 5 gr 8) Sabun cuci Objek penelitian ini adalah tanah yang berada disekitar tegakan Karet, Kelapa Sawit dan Kayu Manis. C.
Metodologi
1.
Pengambilan data primer (sampel tanah) : a) Menentukan titik pengambilan sampel b) Tanah diambil masing-masing lokasi sehingga diperoleh 3 unit sampel dengan
menggunakan
teknik
Purvosive
Sampling
dengan
pertimbangan agar pengambilan sampel tanah pada areal penelitian benar-benar dapat mewakili. c) Sampel tanah disimpan dalam kantong plastik dan dimasukkan kedalam kotak steorofoam, agar kondisi tanah tetap terjaga. Laporan Akhir Penelitian
35
d) Sampel ditempatkan pada ruang laboratorium untuk diberi perlakuan.
2.
Uji Laboratorium Uji laboratorium untuk mengetahui koloni dan total dari mikrobiologi tanah (bakteri dan jamur). a) Memasukkan larutan fisiologis ke dalam tabung reaksi b) Mensterilisasi alat dan bahan di dalam autoclave c) Membuat media NA (untuk bakteri) dan PDA (untuk jamur) d) Menimbang masing-masing sampel tanah sebanyak 5 gr dan memasukkannya ke dalam larutan fisiologis e) Melakukan pengenceran sample tanah f) Melakukan penanaman sampel tanah ke dalam cawan petri Menambahkan media NA (untuk bakteri) dan PDA (untuk jamur) ke dalam cawan petri yang sudah berisi sampel tanah yang sudah di lakukan pengenceran g) Membungkus cawan petri dengan plastik dan membiarkan selama satu minggu, setelah itu lakukan pengamatan untuk menghitung jumlah koloni jamur dan bakteri yang tumbuh h) Menghitung koloni pada cawan
Laporan Akhir Penelitian
36
D. Analisa Data 1) Data yang diamati pada keberadaan jenis jamur dan bakteri 2) Pengamatan lainnya ditunjukkan melalui foto kenampakan koloni jamur dan bakteri 3)
Data yang diperoleh akan dibandingkan terhadap perbedaan jenis penutupan lahan yang tetap mengacu pada jumlah koloni jamur maupun bakteri.
Laporan Akhir Penelitian
37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari data hasil uji tanah, diperoleh total fungi dan bakteri berdasarkan perbedaan tiga jenis penutupan lahan sebagai berikut : Tabel 5. Total Fungi dan Bakteri Lokasi Penelitian Mikroorganisme No
Jenis Penutup Lahan Total Fungi
Total Bakteri
1
Kelapa Sawit
9,1 x 105 CFU gr-1
2,2 x 105 CFU gr-1
2
Karet
8,3 x 105 CFU gr-1
7,5 x 105 CFU gr-1
3
Kayu Manis
1,4 x 106 CFU gr-1
3,4 x 105 CFU gr-1
Hasil yang diperoleh pada tabel tersebut menunjukkan bahwa baik fungi maupun bakteri akan berbeda jumlahnya pada setiap perbedaan jenis tanaman yang berada diatasnya, hal ini menunjukkan bahwa kandungan mikroorganisme bergantung pada setiap proses yang terjadi dilingkungan dimana tanaman dan mikroorganiasme tersebut saling
berinteraksi. Fungsi mikroorganisme tanah
mempunyai peranan sangat penting bagi perkembangan dan kelangsungan hidup tanaman sebagai penyedia unsur hara dan aktif dalam dekomposisi serasah maupun dalam proses-proses pelapukan bahan organik. Keberadaan mikroba tanah (bakteri dan fungi) pada ke tiga sampel tanah berbeda, total fungi terbesar tampak pada kayu manis (1,4 x 106 CFU gr-1) berurutan setelahnya pada tanaman tanaman kelapa sawit (9,1 x 105 CFU gr-1) dan karet (8,3 x 105 CFU gr-1) hal ini dapat terjadi karena baik pada tanaman kayu manis sudah ditanam lebih lama lama dibanding dua jenis tanaman lainnya, hal ini menunjukkan
Laporan Akhir Penelitian
38
bahwa sudah terjadi kesesuaian antara tanaman lokal tersebut dengan habitatnya sehingga mikroorganisme yang tumbuh juga banyak. Pada dua jenis tanaman yang lain meskipun tidak sebanyak tanaman kayu manis tetap ditemui jenis fungi yang dapat tumbuh untuk sementara kemungkinan tumbuhnya fungi tersebut bisa berasal dari asupan pupuk yang diperoleh tanaman baik pada masa perbanyakan tanaman maupun pada perlakuan pemeliharaan. Kastono (2005) menyatakan bahwa pemupukan bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hara yang kurang sesuai di dalam tanah, sehingga produksi meningkat. Pendapat lain Tedja Imas dan Yadi Setiadi, (1987), beberapa jenis jamur dapat bertahan hidup di tanah tertentu karena memiliki mycelium vegetatif (chlamidospora) yang tahan terhadap serangan selama periode-periode tak aktif (dormansi) karena punya dinding-dinding yang tebal dan sering berpigmen. Mycelium dapat pula berubah untuk membentuk tubuh-tubuh khusus yang disebut skletoria, struktur ini merupakan hyfa yang kompak, massa yang bundar, terbungkus rapat, bercabang berulang dengan permukaan-permukaan sebelah luarnya terdiri dari sel-sel yang berdinding tebal sekali dengan cadangan makanan melimpah dan tercampur pigmen-pigmen seperti melanin. Jamur dapat tumbuh pada dan disekitar tanaman, ada yang bersifat menguntungkan ada pula yang dapat menyebabkan kerugian bagi tanaman, pada penelitian ini tidak diketahui jenis jamur yang didapati namun peneliti hanya mengharapkan bahwa jenis fungi dapat tumbuh sehingga dapat dijadikan indikator bahwa kehidupan mikroorganisme masih berlangsung artinya pada penutupan tersebut masih menyebabkan pengaruh positif untuk mikroba. Laporan Akhir Penelitian
39
Gambar 1. Kenampakan Jenis Fungi yang berhasil tumbuh Menurut Agrios (1997) telah mengelompokkan jamur menjadi 2 kelompok besar yaitu kelompok psedofungi (jamur semu) yang dulunya dikenal sebagai jamur rendah dan kelompok true fungi (jamur sejati) yang dulunya dikenal dengan nama Eumycota atau Mycetae. Kelompok jamur ini memiliki ciri-ciri antara lain : memproduksi miselium, dinding terdiri atas glucan dan chitin serta tidak mempunyai khloroplas.
Gambar 2. Hipa dari Fungi (400 x)
Laporan Akhir Penelitian
40
Keberadaan jamur dapat menyebabkan beberapa keuntungan bagi tanaman, diantaranya dapat memacu pertumbuhan, biasanya jenis-jenis jamur ini disebut dengan jenis jamur yang menguntungkan sedangkan fungsi fungi sebaliknya disebut sebagai jamur penyebab penyakit pada tanaman. Penelitian yang dilakukan oleh Naemah, D. (2002) menyebutkan bahwa efek tidak langsung keberadaan jamur menyebabkan asosiasi yang terjadi dapat membantu penyerapan air dan berbagai unsur hara sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Disamping itu zat gula yang dihasilkan oleh tanaman dapat membantu terhadap aktivitas metabolisme jamur yang tumbuh pada permukaan De la cruz (1982) yang dikutip oleh Omon (1996). Secara makroskopis fungi dapat terlihat sebagai berikut :
Gambar 3. Kenampakan mikroskopis jamur Jumlah bakteri pada tiga penutupan lahan tertinggi ditemui pada jenis Karet (7,5 x 105 CFU gr-1) dan berturut – turut diikuti oleh jenis kayu manis (3,4 x 105 CFU gr-1 ) dan kelapa sawit (2,2 x 105 CFU gr-1). Angka tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak hal baik lingkungan maupun perlakuan yang berasal dari luar (manusia). Angka total bakteri berada dibawah total fungi hal ini diperkuat oleh pernyataan Rao Laporan Akhir Penelitian
41
(1994) bahwa beberapa peneliti bahwa agregat berpengaruuh terhadap berbagai kelompok mikroorganisme yang dalam urutannya memang didominasi oleh fungi sebelum bakteri. Pemeliharaan tanaman terhadap hama biasanya menggunakan beberapa jenis insektisida baik organic maupun organic, kegiatan ini tentu saja bertujuan untuk mengurangi serangan organisme pengganggu tanaman, secara tidak langsung efek sisa dari kegiatan ini dapat menyebabkan penekanan berkembangnya beberapa mikroba bakteri.
Gambar 4. Kenampakan jenis bakteri yang tumbuh Rao (1994) menyatakan bahwa dalam tanah yang normal terdapat 10 – 100 juta bakteri didalam setiap gram tanah, mengacu kepada hal tersbut maka yang paling mendekati adalah total fungi yang didapati pada contoh tanah yang ditumbuhi oleh karet. Protoplas bakteri dapat menyebabkan sumbangan nutrisi besar bagi tanah yang dibantu oleh sekelompok penyusun biologis yang menyertainya. Sistem perakaran tanaman ikut berpengaruh dalam memberikan status materi organik tanah, idealnya sistem perakaran yang dimaksud adalah
Laporan Akhir Penelitian
memiliki
42
kemampuan menyebar secara cepat dan dapat menembus agregat tanah serta lapisan tanah untuk menyerap air dan mineral.
Gambar 5. Kenampakan mikroskopis bakteri Menentukan kandungan total bakteri dalam tanah sangat dipengaruhi olehtekstur, kandungan air dan substrat organic yang terdapat dalam tanah. Selain itu faktor pembatas pada bakteri juga akan sangat mempengaru total bakteri (Rao, 1994) Bakteri dalam pertumbuhannya memerlukan asam amino dan vitamin B, karbon serta karbondiokssida. Kelompok fungi lebih banyak ditemui dibandingkan bakteri, hal ini dapat disebabkan karena fungi lebih dapat bertahan dalam keadaan tanah yang lebih asam. Berdasarkan beberapa asumsi dan hasil pengujian maka ada kemungkinan terjadi perubahan total mikroorganisme ketika terjadi perubahan yang disebabkan perbedaan jenis tanaman yang tumbuh diatasnya dengan kata lain terjadi perubahan rizosfer. Yang perlu dikaji lebih lanjut adalah jeni-jenis fungi atau bakteri yang tumbuh sehingga akan dapat diketahui bahwa jenis-jenis tersebut menguntungkan atau
justru
Laporan Akhir Penelitian
menyebabkan
gangguan
pada
tanaman.
43
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1) Total mikroorganisme fungi yang ditemui pada tiga jenis tanaman yang berbeda adalah : kayu manis (1,4 x 106 CFU gr-1) ; kelapa sawit (9,1 x 105 CFU gr-1) dan karet (8,3 x 105 CFU gr-1) 2) Total mikorganisme bakteri yang ditemui pada tiga jenis tanaman adalah : Karet (7,5 x 105 CFU gr-1) ; kayu manis (3,4 x 105 CFU gr-1 ) dan kelapa sawit (2,2 x 105 CFU gr-1) 3) Total fungi terbanyak ditemui pada tanah yang berasal dari tanah pertanaman Kayu Manis sedangkan Total bakteri terbanyak ditemui berasal dari tanah pertanaman Karet (Hevea braziliensis) B. Saran Beberapa hal yang dapat kami sampaikan sebagai saran adalah sebagai berikut : 1) Sebaiknya dilakukan peneltian lebih lanjut untuk mengetahui species fungi maupun bakteri sehingga dapat diketahui status pengelompokkannya 2) Perlu dikaji lebih lanjut bersama-sama dengan fator lingkungan lainnya seperti kadar keasaman, nilai erosi dan lain-lain sehingga dapat diambil kebijakan pemilihan jenis untuk dikembangkan dan perbaikan lahan tentunya untuk mengurangi dampak negative bagi lingkungan Laporan Akhir Penelitian
44
3) Perlu telaah sosial budaya tentang keinginan jenis tanaman yang disukai masyarakat kemudian disinkronkan dengan pengangkatan budaya lokal serta ciri khas daerah setempat.
Laporan Akhir Penelitian
45
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan. 2002. Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Bradsaw, R., A.J. Burt dan D.J. Read. 1983. The biology of micorrhiza in the Ericaceae. VIII. The role of mycorrhizal infection in heavy metal resistance. New Phytol. 91 : 197-209. Dwijosaputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hadi,A dan K. Sabamoto. 2002. Pemanfaatan Cendawan mikoriza untuk Rehabilitasi Lahan. Seminar Nasional IPTEK Diversifikasi Usaha Tani Terpadu. Himpunan Mahasiswa budidaya pertanian, Unlam. Banjarbaru. Hadi, Soetrisno. Patologi Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor Hendromono. 1987. Peranan Mikoriza Dalam Penyerapan Hara Pada Tanaman Pinus. Majalah Duta Rimba 89 – 90/XIII/1987. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembagan Kehutanan Departemen Kehutanan. Penerbit Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta. Imas T dan Yadi Setiadi. 1987. Mikrobiologi Tanah. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan Lembaga Sumber daya InformasiIPB. Bogor Imos, T., Hadioetomo, R.S., Gunawan,A.W., Setiadi,Y. 1989. Mikrobiologi Tanah II. Departemen P dan K Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB, Bogor. Mulyana, R. Omon. 1996. Pengaruh Beberapa Jamur Mikoriza dan Media Terhadap Pertumbuhan Stek Shorea leprosula Mid. Di Rumah Kaca Wanariset Samboja, Kalimantan Timur. Buletin Penelitian Kehutanan, Vol. 16 No : 2 Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan. Laporan Akhir Penelitian
46
Naemah. 2002. Introduksi Trichoderma Terhadap Perkembangan Mikoriza Pada Akar Pinus Merkusii Jungh. et, de vriese, Jurnal Ilmiah Hutan Tropis Borneo. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Tidak Dipublikasikan. Pujiyanto. 2001. Pemanfaatan Jasad Mikro Jamur mikoriza dan Bakteri dalam system Pertanian. Institut Pertanian Bogor. www.hayatiipb.com/users/rudyct/indiv 2001/ pujiyanto.htm II/09/03 Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia, Jakarta Setiadi, Y. 1989. Pemanfaatan Mikro Organisme Dalam Kehutanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suseno, B.S.A dan Duljapar,K. 1996. Kayu Komersil. PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Laporan Akhir Penelitian