PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INGGRIS OLEH GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DIKELAS (STUDI PADA SISWA KELAS XII MAN 2 BATUSANGKAR)
LAPORAN HASIL PENELITIAN
OLEH DENI ASRIDA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BATUSANGKAR PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS TAHUN AKADEMIK 2014/2015
i
ABSTRAK
Pokok permasalahan dalam peneltian ini adalah bagaimana persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar dikelas di MAN 2 Batusangkar. Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah untuk menambah wawasan pengetahuan penulis tentang penelitian dan teori-teori yang terkait dengan pembahasan ini, sebagai bahan bacaan bagi pembaca, khususnya guru sekolah dan mahasiswa STAIN Batusangkar yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 25 orang siswakelas XII yang diambil secara acak. Penelitian ini menggunakan angket sebagai alat pengumpul data dengan menggunakan skala likert. Teknik pengolahan data adalah editing, coding, scoring, tabulasi. Setelah data diperoleh dan diolah maka dilakukan analisis data. Analisis data merupakan suatu usaha untuk mengolah dan memberikan tafsiran atau penjelasan tentang data yang diperoleh lewat sumber data sesuai dengan instrumen penelitian yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam proses belajar mengajar dikelas XII MAN 2 Batusangkar adalah beragam. Tidak semua siswa mempunyai persepsi yang positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru didalam kelas. Hal ini bisa terlihat dari porsentase dari hasil angket yang telah didapatkan peneliti mendapatkan 2 mahasiswa (8%) memiliki sikap sangat positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dikelas. Sebanyak 4 orang mahasiswa (16%) bersikap Positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dikelas. Kemudian 13 mahasiswa (52%) bersikap Biasa-biasa saja terhadap penggunaan bahasa Inggris ini dikelas. Sebanyak 5 mahasiswa (20%) bersikap Negatif terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas. Terakhir hanya 1 orang mahasiswa saja (4%) yang berpersepsi sangat negatif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dikelas.
ii
DAFTAR TABEL
TABEL I
: Skor Skala Likert..............................................................
TABEL II :
Contoh Angket Penelitian...............................................
TABEL III : Lembar Telaah Instrumen............................................... TABEL IV :
Pengklasifikasian
Persepsi
Siswa
19 19 20
Terhadap
Penggunaan Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Pengantar oleh guru didalam kelas...................................................... TABEL V :
Persepsi
Siswa
Terhadap
Penggunaan
23
Bahasa
Inggris........
26
TABEL VI :
Hasil Skor Persepsi Siswa..............................................
32
TABEL VII
Pengelompokkan Persepsi Siswa......................................
34
iii
iv
LAPORAN IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN
1. a. Judul Penelitian
: Persepsi mahasiswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam proses belajar mengajar dikelas (Studi di kelas XII MAN 2 Batusangkar)
b. Nomor Kontrak
: Sti.02/IX/TL.00/
/ 2014
c. Jenis Penelitian
: Individu / Kelompok *)
2. Peneliti a. Nama
: Deni Asrida,S.Pd.I,. M.Pd.
b. Jenis Kelamin
: L/ P*)
c. NIP
: 19811010 200710 1 002
d. Bidang Ilmu
: Tadris Bahasa Inggris
e. Pangkat/Gol
: Penata Muda Tk I/ III/b
f. Jurusan/Prodi
: Tarbiyah/ Tadris Bahasa Inggris
g. Alamat
: STAIN Batusangkar
h. Telp
: 081374249408
i. Email
:
[email protected]
3. Waktu Penelitian
: Mei s/d November
4. Biaya
: Rp. 7.500.000,-
5. Sumber Biaya
: DIPA STAIN Batusangkar
Mengetahui, Kepala P3M STAIN Batusangkar
Ulya Atsani, M.Hum NIP. 19750303 199903 1 004
Batusangkar, November 2014 Peneliti ,
Deni Asrida,S.Pd.I,. M.Pd. NIP. 19811010 200710 1 02
i
KATA PENGANTAR Bismillahhirrahmanirrahim
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah S.W.T. atas segala rahmat dan hidayahNya, sehinggga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam proses belajar mengajar dikelas ”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw. Penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkan peneliti mengaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1.
Dr. H. Kasmuri, M.A., selaku Ketua STAIN Batusangkar, yang telah memberikan bantuan dana sehingga penelitian ini dapat diperbanyak dan dimanfaatkan mahasiswa.
2.
Ulya Atsani, M.Hum. selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) STAIN Batusangkar, yang telah menyetujui proposal penelitian dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melanjutkan penelitian ini.
3.
reviewer proposal penelitian ini.
4.
Seluruh teman-teman Program Studi Tadris Bahasa Inggris STAIN Batusangkar yang telah berpartisipasi menyumbangkan pemikiran demi kesempurnaan penelitian ini. Semoga Allah S.W.T. senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
mereka semua dan menjadi amal kebaikan serta pahala di sisi-Nya. Amin. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Namun peneliti berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan khususnya matematika. Batusangkar, November 2014 Peneliti,
Deni Asrida, S.Pd.I., M.Pd.
ii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………
i
ABSTRAK ...........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................
iii
DAFTAR ISI........................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. .
v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................
4
D. Batasan Penelitian ..............................................................................
4
E. Manfaat Penelitian..............................................................................
4
F. Defenisi operasional ...........................................................................
5
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Persepsi siswa.............................................................. .................
6
1. Pengertian Persepsi.................................................................
6
2. Ciri-ciri Persepsi.....................................................................
7
3. Jenis-jenis persepsi..................................................................
8
4. Proses Terjadinya Persepsi......................................................
9
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi.............................
11
6. Komponen Persepsi.................................................................
12
B. Pentingnya bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas .........
13
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...................................................................................
15
B. Langkah-langkah Penelitian ...............................................................
15
B. Populasi dan Sampel ..........................................................................
16
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................
17
D. Teknik Pengolahan Data ....................................................................
22
E. Teknik Analisis Data ..........................................................................
23
iii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ..................................................................................
24
1. Profil MAN 2 Batusangkar ...........................................................
24
2. Persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa inggris sebagai Bahasa pengantar oleh guru di kelas ............................................
26
BAB V KESIMPULANDAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................
35
B. Saran...................................................................................................
35
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
vii
iv
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya jaman, penguasaan lebih dari satu bahasa telah menjadi aspek yang sangat penting. Sebagai bangsa yang akan memasuki era globalisasi dan Free Trade Era maka tuntutan untuk menguasai bahasa asing semakin tinggi. Bahasa Inggris sebagai bahasa dunia telah menjadi bahasa yang wajib untuk dikuasai setiap orang agar dapat mengikuti perkembangan jaman tersebut. Bahasa Inggris tidak hanya digunakan sebagai bahasa pengantar dalam dunia bisnis tetapi juga dalam dunia pendidikan. Melihat pentingnya penguasaan bahasa Inggris sebagai bahasa asing atau bisa juga disebut sebagai bahasa kedua, maka banyak orang yang melihat pentingnya penguasaan bahasa Inggris sejak dini. Oleh karena itu, bahasa Inggris telah mulai dipelajari sejak sekolah dasar. Pembelajaran bahasa Inggris tersebut terus mengalami perkembangan hingga ke sekolah menengah atas. Pada saat siswa telah mencapai tingkat pendidikan tersebut, diharapkan penguasaan bahasa Inggris mereka cukup baik. Sebagai mata pelajaran yang dipelajari di sekolah, bahasa Inggris jarang sekali digunakan sebagai bahasa diluar area pendidikan formal tersebut. Untuk sebagian besar anak, dalam bekomunikasi sehari-hari lebih banyak digunakan bahasa pertama, yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Hal ini yang menyebabkan penguasaan terhadap bahasa Inggris menjadi terhambat. Di lain pihak terdapat begitu banyak tuntutan agar menguasai bahasa tersebut. Dalam pengajaran bahasa Inggris disekolah, permasalahan muncul ketika mereka mempelajari bahasa Inggris. Hal ini dikarenakan rendahnya intensitas pemakaian bahasa tersebut di masyarkat. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan Hariyanto (1997: 111). Dia mengatakan bahwa beberapa siswa yang berhasil mempelajari bahasa Inggris saaat mereka masih di sekolah, kemampuannya akan menurun ketika mereka sudah berada 1
dimasyarakat. Hal ini terjadi karena rendahnya pemakaian bahasa Inggris dilingkungan tempat tinggalnya.
Lebih lanjut, Dubin dan Olsbtain (1987: 30) menyatakan bahwa kalau sebuah bahasa diajarkan ditempat bahasa tersebut dipakai, guru-guru yang mengajar biasanya adalah penutur asli dari bahasa yang diajarkannya, sehingga mereka dapat berbuat dan bersikap alami saat mengajar, khususnya berkaitan dengan penggunaaaan serta penanggulangan masalah kebahasaaan yang muncul. Di lain pihak, situasi pembelajaran bahasa asing cenderung jauh berbeda. Gurugurunya sebagian besar bukan penutur asli serta tidak pernah tinggal dinegara tempat bahasa tersebut dipergunakan. Meraka akan kesulitan saat harus bersikap serta berbuat sejalan dengan tuntutan bahasa yang mereka ajarkan. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap penanggulangan masalah kebahasaan yang muncul. Sesungguhnya, para siswa yang belajar bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris, sangat membutuhkan ekspos bahasa Inggris yang besar dari para guru maupun lingkungan sekitarnya. Dalam masalah ini, ruang kelas adalah tempat yang paling tepat untuk menggunakan bahasa tersebut. Rendahnya ekspos bahasa Inggris terhadap para siswa dapat teratasi kalau penggunan bahasa Inggris di dalam kelas dioptimalkan.
Berkaitan dengan penggunaan bahasa Inggris di dalam kelas, Nunan (1999: 87) menyatakan bahwa siswa-siswa yang belajar bahasa asing jarang diajak untuk menggunakan bahasa yang mereka pelajari secara kontekstual di lapangan. Hal ini terjadi karena mereka memang tidak tinggal ditempat bahasa tersebut dituturkan oleh masyarakat sekitarnya. Tempat yang sering mereka pakai untuk latihan adalah di dalam kelas. Sehingga tak mengherankan kalau kemampuan mereka untuk menggunakan bahasa tersebut dalam kontek yang sebenarnya terbatas. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa guru sebagai model dalam pembelajaran bahasa di kelas harus menggunakan bahasa asing yang mereka ajarkan sebanyak mungkin. Sehingga, para siswa
2
punya peluang untuk mencontoh dan menirukan apa yang dilakukan gurunya. Pada akhirnya para siswa akan mampu menggunakan bahasa tersebut.
Berkaitan dengan penjelasan diatas, sebuah pertanyaan muncul tentang bagaimana persepsi para siswa terhadap penggunaan bahasa yang diajarkan, dalam konteks ini bahasa Inggris muncul. Meskipun guru yang sedang mengajar lebih banyak menggunakan bahasa Inggris saat mengajar di dalam kelas, tidak akan berpengaruh banyak terhadap kemampuan mereka dalam menguasai bahasa tersebut jika mereka mempunyai persepsi yang negatif. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Brown (1984: 9) bahwa strategi yang digunakan oleh seorang guru saat mengajar dikelas akan membangun persepsi para siswa terhadap pelajaran yang sedang dipelajari, serta guru yang mengajarnya. Harmer (2002: 128) mengemukakan bahwa para siswa umumnya menghargai guru-guru yang menunjukkan kemampuan pada bidang yang mereka ajar. Seorang guru yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar saat mengajar di kelas mengindikasikan bahwa dia adalah guru profesional yang menguasai bidang yang diajarkannya. Sementara itu, Richards et al. (1992: 268-269) menjelaskan bahwa persepsi adalah mengenal dan mengerti kejadian-kejadian, objek-objek, dan ransangan oleh indera.
Akhirnya,
penulis
berpendapat
bahwa
dalam
mengimplementasikan
pengetahuan kepada siswanya, para guru mempunyai gaya tersendiri. Berdasarkan wawancara informal dengan
salah
satu guru MAN 2
Batusangkar serta beberapa orang siswanya, dapat disimpulkan bahwa beberapa guru bahasa Inggris di MAN tersebut cenderung menggunakan bahasa Inggris saat mengajar, sementara yang lainnya lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia ketika mengajar pelajaran bahasa Inggris di kelas. Pengamatan yang dilakukan bermuara kepada suatu kesimpulan bahwa
3
sebagian besar guru bahasa Inggris yang mengajar di MAN 2 Batusangkar lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia dalam berinteraksi dengan siswanya saat mengajar di kelas.
Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian
ini berfokus pada upaya mengetahui persepsi para siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru bahasa Inggris saat mengajar di dalam kelas. B. Pertanyaan Penelitian Sejalan dengan latar belakang masalah diatas maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan dengan “Apa persepsi siswa terhadap penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru Bahasa inggris saat mengajar dikelas? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk menginvestigasi persepsi siswa terhadap penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru saat mengajar dikelas. D. Batasan Penelitian Penelitian ini berfokus pada upaya untuk mengetahui persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru bahasa Inggris saat mengajar di kelas. E. Manfaat penelitian Temuan-temuan dari penelitian ini diharapkan akan dapat: 1. Memberi masukan berharga kepada guru bahasa Inggris mengenai persepsi para siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
saat
pembelajaran
bahasa
Inggris
berlangsung
serta
pengaruhnya terhadap interaksi yang terjadi di dalam kelas. 2. Memberi informasi tambahan kepada para peneliti yang ingin membahas atau menginvestigasi persoalan yang serumpun. 4
F. Defenisi Operasional Agar
tidak
terjadi
kesalahpahaman
terhadap
pengertian
mengenai
pembahasan atau kata yang digunakan dalam pembahasan dalam judul ini, untuk itu penulis merasa perlu memberikan penjelasannya. Persepsi siswa adalah pandangan siswa yaitu bagaimana seseorang siswa memandang sesuatu, yaitu memandang penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran. Bahasa Pengantar yaitu bahasa Inggris yang digunakan oleh guru bidang studi dalam berkomunikasi dengan para siswa didalam kelas.
5
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Persepsi siswa 1. Pengertian Persepsi Secara etimologi, persepsi atau dalam bahasa inggris perception, berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi dalam arti sempit ialah, penglihatan bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas, persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Alex Sobur 2003:445). Menurut Bimo (2004: 87) persepsi didefenisikan sebagai suatu proses penginderaan dimana proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Persepsi adalah proses individual dalam menginterpretasikan, mengorganisasikan, memberi makna dalam stimulus yang berasal dari lingkungan dimana individu itu berada, yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman. Jadi pesepsi tersebut merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu, berdasarkan, penglihatan, pendengaran dan juga penciuman. Sementara itu menurut pendapat lain persepsi adalah menafsirkan stimulus yang ada dalam otak. Berarti persepsi yang terjadi antara individu belum tentu bisa sama karena tergantung terhadap stimulus yang telah ada dalam otak manusia. Persepsi yang terjadi pada diri individu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi melalui proses, Muhammad Asrosi (2008) mengatakan: Proses adalah objek kejadian yang dialami oleh individu akan menimbulkan stimulus yang kemudian mengenai alat indra, ini dilanjutkan oleh syaraf sensori ke otak. Proses ini disebut dengan proses Fisiologis. Kemudian terjadilah proses dalam otak, sehingga individu yang menyadari apa yang diterima oleh alat indranya, proses yang terjadi dalam otak ini dinamakan proses 6
psikologi, pada tahap ini individu memberi makna terhadap apa yang diterima melalui indranya. Persepsi memiliki peran yang sangat penting dalam prilaku sehingga memiliki pengaruh yang berarti dalam dinamika penyesuian diri siswa dalam pembelajaran yaitu: 1) Sebagai pembentukan pengembangan sikap terhadap prilaku penyesuaian yang terarah. 2) Sebagai pengembangan fungsi-fungsi kognitif, afaktif, dan konatif sehingga berpengaruh terhadap penyesuaian yang lebih utuh dan proposional
sesuai
dengan
pertimbangan-pertimbangan
yang
relevan. 3) Meningkatkan keaktifan, kedinamisan, dan kesadaran terhadap lingkungan
sehingga
dapat
menggerakkan
motivasi
untuk
menyesuaikan diri menjadi lebih rasional dan realistis. 4) Meningkatkan pengamatan dan penilaian secara objektif terhadap lingkungan sehingga perlu penyesuaian diri menjadi lebih rasional dan realistis. 5) Mengembangkan kehidupan
kemampuan
sehari-hari
secara
mengelola
pengalaman
berkelanjutan
dalam
sehingga
dapat
mendorong kearah proses sosialisasi yang lebih mantap.
2. Ciri-ciri persepsi Pengindraan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu pengindraan yang bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi: 1) Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indra, yaitu sifat sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya)
7
2) Dimensi Ruang; dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang); kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luassempit, latar depan-latar belakang. Dan lain-lain. 3) Dimensi Waktu; dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperyi cepat-lambat, tua-muda, dan lain-lain. 4) Struktur Konteks, keseluruhan yang menyatu; objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu. Jadi dapat dikatakan bahwa persepsi tersebut bukan hanya terjadi pada penglihatan semata tetapi pada segala indra yang ada pada objek tersebut.
3. Jenis-jenis persepsi Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis: 1) Persepsi Visual Persepsi Visual ditetapkan dari indra penglihatan. Pemrosesan informal terjadi ditempat yang berbeda dalam sistem sensorik dan syaraf, misalnya pada penglihatan, proses tersebut terjadi pada mata, ditempat yang bermacam-macam didalam otak dan neuronneuron yang berhubungan dengan itu. Pada bagian ini, kita akan menggunakan penglihatan bagaimana cara kerja persepsual itu terjadi. 2) Persepsi Auditor Persepsi auditor didapatkan dari indra pendengan yaitu telinga. 3) Persepsi Perabaan Persepsi perabaan didapatkan dari indra taktil yaitu kulit 4) Persepsi Penciuman Persepsi penciuman atau alkafaktori didapatkan dari penciuman hidung.
8
5) Persepsi Pengecapan Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indra pengecapan yaitu lidah. Dari beberapa jenis persepsi yang telah disebutkan diatas maka dapat dikatakan bahwa persepsi didapatkan bukan hanya dari satu sudut pandang saja akan tetapi dari berbagai jenis indra yang ada pada dalam diri kita.
4. Proses terjadinya persepsi Proses terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi. Prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui oleh seorang guru agar dapat mengetahui siswanya secara lebih baik yaitu bahwa: 1) Persepsi itu relatif bukannya absolute 2) Persepsi itu bersifat selektif 3) Persepsi itu mempunyai tatanan 4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (menerima rangsang). 5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama (Slameto, 2010:2). Oleh karena itu, bagi seorang guru untuk mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan persepsi sangatlah penting. Menurut Sobur (2009:45), terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut. 1) Terjadinya stimulasi alat indera, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman. 2) Stimulus suatu objek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan
9
stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal. 3) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari objek yang diterima oleh alat inderanya. Proses itu juga disebut proses psikologis. Proses persepsi menurut Sobur adanya dua komponen pokok yaitu seleksi
dan
interpretasi.
Seleksi
yang
dimaksud
adalah
proses
penyaringan terhadap stimulus pada alat indera. Stimulus yang ditangkap oleh indera terbatas jenis dan jumlahnya, karena adanya seleksi. Hanya sebagian kecil saja yang mencapai kesadaran pada individu. Individu cenderung mengamati dengan lebih teliti dan cepat terkena hal-hal yang meliputi orientasi mereka. Interpretasi sendiri merupakan suatu proses untuk mengorganisasikan informasi, sehingga mempunyai arti bagi individu (Sobur, 2009:446). Dalam melakukan interpretasi itu terdapat pengalaman masa lain serta sistem nilai yang dimilikinya. Sistem nilai disini dapat diartikan sebagai penilaian individu dalam mempersepsi suatu objek yang dipersepsi, apakah stimulus tersebut akan diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut menarik atau ada persesuaian maka akan dipersepsi positif dan demikian sebaliknya selain itu adanya pengalaman langsung antara individu dengan objek yang dipersepsi individu, baik yang bersifat positif maupun negatif. Proses terjadinya persepsi, secara sistematis dapat dilihat berdasarkan Gambar 1.
Terjadinya stimulasi alat indera
Stimulasi alat indera diatur
Stimulasi alat indera ditafsirkan
Sumber: DeVito, 1997 (dalam Alex Sobur, 2009) Gambar 1. Proses Terjadi Persepsi
10
5. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi merupakan salah satu cara kerja (proses) yang rumit dan aktif. Orang sering kali menganggap bahwa persepsi menyajikan suatu pencerminan yang sempurna mengenai realitas atau kenyataan. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, sebab persepsi bukan merupakan cermin realitas. Hal ini dikarenakan proses persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: 1) Indra kita tidak memberikan respons terhadap aspek yang ada dalam lingkungan. 2) Manusia sering kali melakukan persepsi rangsangan-rangsangan yang pada kenyataannya tidak ada. 3) Persepsi seorang tergantung dari apa yang ia harapkan dan tergantung dari pengalaman masa lalu serta adanya motivasi. Dapat dikatakan bahwa persepsi itu dipengaruhi karena ada yang melatarbelakangi dari kejadian tersebut atau bisa dikatakan persepsi itu terjadi karena apa yang kita lihat. Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks, dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika seseorang mendengar, mencium, melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu objek dalam melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya. Faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu faktor fungsional dan faktor struktural (Jalalludin Rakhmat, 2003:55-62). Lebih jauh, Rakhmat menjelaskan faktor fungsional dan struktural sebagai berikut: 1) Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang biasa disebut
sebagai
faktor-faktor
personal.
Faktor
fungsional
yang
menentukan persepsi adalah objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
11
2) Faktor Struktural Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dan sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila seseorang ingin memahami suatu peristiwa orang tersebut tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal (kebiasaan, minat, emosi dan keadaan biologis) dan faktor eksternal (intensitas, kebaruan, gerakan, dan pengulangan stimulus). 6. Komponen Persepsi Ada beberapa komponen persepsi menurut para ahli. Alphort dalam Masbow (2009) mengatakan bahwasanya persepsi itu terdiri dari beberapa komponen yaitu: 1. Cognitive component. It is the component that consit of someone’s knowledge and information about object of her/his attitude 2. Affective. It is related to like and dislike feeling. 3. Conative. It is related with someone’s readiness to behave in particular situation Kemudian, Myers dalam Masbow (2009) juga menambahkan bahwasanya persepsi itu mempunyai beberapa komponen yaitu: 1. Affective or emotional component. It is the component that is related to like or dislike toward the object. 2. Cognitive component or perceptual. It is the component which is related to knowledge, opinion, belief toward something 3. Conative or action component. It is the component which is related to action tendency toward an object. Terakhir, Bimo (2003: 111) menyatakan bahwa ada tiga komponen persepsi. Ketiga komponen itu adalah komponen kognitif atau perceptual, komponen affektif dan komponen Konatif (Conative). Komponen kognitif berhubungan dengan pengetahuan, opini, keyakinan, atau bisa dikatakan 12
segala sesuatu yang berhubungan dengan bagaimana persepsi seseorang terkait sikapnya terhadap objek. Komponen affektif atau emotional berkaitan dengan bahagia (positif) atau tidak bahagia (negatif) dan senang (favor) atau tidak senang (unfavor) terhadap sesuatu objek. Komponen konatif atau behaviour atau action berkaitan dengan tindakan yang ingin dilakukan tethadap objek tertentu. Dari pendapat para pakar diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya komponen persepsi itu terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan yang terakhir komponen konatif. Semua komponen persepsi tersebut tentunya sangat penting sekali dalam rangka untuk mengetahui bagaimana persepsi seseorang terhadap sesuatu hal tertentu.
B. Pentingnya Penggunaan Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Pengantar Dalam Kelas Bahasa Inggris Allford (1999: 235) mengatakan bahwa penggunan bahasa target di dalam kelas oleh guru yang mengajar akan memberi ruang bagi para siswa untuk belajar bahasa tersebut secara langsung. Dia menambahkan bahwa penggunan bahasa target secara intensif berpengaruh terhadap minat siswa untuk menggunakan bahasa tersebut diantara sesama mereka. Dalam penelitian ini, bahasa Inggris adalah bahasa target yang dipelajari para siswa. Pernyataan Allford di atas mengindikasikan bahwa seorang guru bahasa Inggris perlu menggunakan bahasa Inggris sebanyak mungkin ketika mengajar para siswanya., sebab hal tersebut dapat menjadi model bagi para siswa. Lebih lanjut, Harmer (2002: 66) menyatkan bahwa sebagai seorang model di dalam kelas, idealnya para guru memberikan peluang yang banyak kepada para siswa untuk berhubungan dengan bahasa yang sedang mereka pelajari, sehingga, meskipun para siswa tidak memahami setiap kata yang diucapkan oleh gurunya, mereka akan berupaya untuk memahami makna dari konteksnya. Bahasa yang digunakan oleh guru yang mengajar dapat menjadi contoh yang baik atau buruk bagi para siswa. Hal ini sangat tergantung 13
kepada kompetensi yang dimiliki oleh para guru tersebut. Dengan kata lain, bahasa Inggris yang dihasilkan para guru akan berpengaruh terhadap perolehan pengetahuan kebahasaan para siswa. Berkaitan dengan penjelasan-penjelasan diatas, Richard and Rodgers (1986: 94) menyebutkan bahwa seorang guru punya tanggung jawab untuk mengunakan bahasa yang terbaik serhingga siswa dapat menginternalisasi aturan-aturan dasar dari bahasa yang dipelajari. Pada level awal proses belajar bahasa asing, peran bahasa yang digunakan guru adalah sebagai contoh yang akan ditiru para siswa. Pada tingkat selanjutnya, para siswa akan berupaya menirukan apa yang diucapkan oleh gurunya serta berinteraksi dengan menggunakan bahasa target tersebut. Pernyataan-pernyataaan tersebut bermakna bahwa penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pada pelajaran bahasa Inggris memainkan peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Para siswa mempunyai model di dalam kelas yaitu guru mereka yang akan mereka manfaaatkan dalam meningkatkan pengetahuan berbahasa. Lebih lanjut, penguasaan bahasa Inggris seorang guru dapat menggambarkan keprofesionalannya dalam mengajar. Siswa cenderung akan menghargai guru yang profesional. Hall (1983: 571) mengemukakan bahwa pembentukan sikap yang paling dasar adalah melalui pengalaman yang sederhana. Jika seseorang mengalami sesuatu hal secara berulang-ulang, akan terbentuk sikap yang positif terhadap hal tersebut. Dia menyebut hal ini sebagai pengaruh dari ekspos. Jika seseorang dihadapkan dengan suatu hal atau benda, perasaan nyaman akan hadir kalau dia mengenal hal atau benda tersebut. Sebaliknya, perasaan tidak nyamanlah yang hadir jika dia tidak mengenal hal tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa para siswa yang banyak diekspos dengan bahasa Inggris saat belajar di kelas, akan terbentuk sikap yang positif karena hal tersebut tidak lagi menjadi sesuatu yang asing bagi mereka. Hal ini pada akhirnya akan membentuk persepsi yang positif terhadap terhadap bahasa Inggris serta penggunanya. 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan uraian masalah sebelumnya, jenis penelitian ini adalah penelitian Lapangan (field Research) yang bersifat Deskriptif Kuantitatif, yaitu penelitian yang mengungkapkan serta menggambarkan kejadian-kejadian, fenomenafenomena yang terjadi dilapangan sebagaimana adanya sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan.
B. Langkah-langkah Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan beberapa langkah-langkah penelitian. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut: 1. Persiapan a. Menemukan masalah penelitian b. Mengumpulkan teori-teori, sumber-sumber dan kajian kepustakaan yang relevan dengan penelitian c. Menulis proposal penelitian d. Mengikuti seminar proposal penelitian 2. Tindakan a. Merancang jadwal penelitian dan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan angket yang akan diberikan. b. Memberikan angket ke partisipan. c. Mengumpulkan angket 3. Penutup a. Melakukan analisa data b. Menginterpretasikan data c. Mengambil kesimpulan dari proses analisa data
15
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Sugiyono dalam Riduwan memberikan pengertian bahwa: “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut pendapat lain populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung atas pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap. Pendapat lain juga mengemukakan bahwa populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel atau sekumpulan kasus yang pantas dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Adapun yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII di MAN 2 Batusangkar yang Jumlahnya sebanyak 245 orang. 2. Sampel Kelompok kecil yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan dari padanya disebut sampel. Sampel adalah sebagian populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama, sehingga betul-betul memiliki populasinya. Suharsimi Arikunto menjelaskan jika subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua subyek sehingga semua populasi dijadikan sampel. Jika jumlahnya besar dari 100, maka dapat diambil 10-25% dari jumlah populasi yang ada. Berdasarkan pendapat tersebut maka sampel penulis lakukan adalah 10% dari populasi yang ada. 10
N = 100 x 245 = 25 Jadi untuk sampel adalah 25 orang 16
Pengambilan sampel kali ini penulis menggunakan teknik Random Sampling atau acak, dimana semua individu baik secara sendiri maupun secara bersama-sama diberi kesempatan untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan kuesioner (angket). Instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan. 1. Instrumen yang Digunakan Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto, 2009:134). Peneliti menilai penggunaan instrumen kuesioner cocok digunakan dalam penelitian ini. Menurut Sugiono (2011:142) teknik pengumpulan data dengan instrumen penelitian kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner memiliki keunggulan yaitu teknik pengumpulan data yang efisien, peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan responden. Di samping cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dibedakan menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Kuesioner terbuka (angket tidak berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Kuesioner tertutup (kuesioner berstruktur) adalah kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang atau tanda check list. Check list atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang diamati.
17
Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh informasi dari siswa. Adapun
informasi tersebut adalah mengenai persepsi siswa MAN 2
Batusangkar terhadap
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar dikelas. Cara mengembangkan instrumen penelitian kuesioner adalah sebagai berikut: a. Menyusun Kisi-kisi Penyusunan kisi-kisi instrumen harus mengacu pada ruang lingkup persepsi siswa MAN 2 Batusangkar terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas. Menurut teori yang didapatkan tentang persepsi yakni teori dari Allport dalam Masbow (2009) mengatakan bahwa persepsi mempunyai beberapa komponen yaitu komponen kognitif yang menyangkut tentang bagaimana pendapat atau pengetahuan seseorang terhadap sesuatu, komponen afektif yang menyangkut tentang perasaan suka atau tidak suka terkonatif yang menyangkut tindakan atau sikap seseorang terhadap sesuatu.hadap sesuatu. Dari variabel di atas kemudian dikembangkan menjadi indikator angket sebanyak 30 butir pertanyaan. b. Menulis Butir Soal Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dibuat berdasarkan kisikisi yang telah dibuat. Pertanyaan harus mengacu pada indikator yang mengacu pada kisi-kisi. Pertanyaan dalam kuesioner ini harus dijawab dengan cara memilih salah satu dari 5 alternatif jawaban yang dianggap cocok sesuai dengan kondisi sebenarnya. Kelima alternatif jawaban itu adalah sebagai berikut:
18
Tabel 1 Skor Skala Likert No
Alternatif Jawaban
1
Sangat setuju/sangat mengerti/pernah/sangat cocok/sangat sesuai/sangat bagus Setuju/mengerti/kadangkadang/cocok/sesuai/bagus Ragu-ragu/kurang mengerti/belum pernah/kurang cocok/kurang sesuai/kurang bagus Tidak Setuju/tidak mengerti/tidak pernah/tidak cocok/tidak sesuai/tidak bagus Sangat tidak setuju/sangat tidak mengerti/tidak pernah sama sekali/sangat tidak cocok/sangat tidak sesuai/sangat tidak bagus
2 3
4
5
Pernyataan Positif 5
Pernyataan Negatif 1
4
2
3
3
2
4
1
5
Dalam pengumpulan data (angket), peneliti sengaja membuatnya (angket)
dalam
bahasa
Indonesia
untuk
mempermudah
responden
memahami angket tersebut. Contoh angket dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Contoh Angket Penelitian No Pernyataan 1 Saya berpendapat bahwa penggunaan Bahasa Inggris dikelas sangat diperlukan
SS
S
RR
TS
STS
c. Melakukan Telaah Butir Butir yang telah dibuat kemudian ditelaah dengan menggunakan panduan telaah butir. Telaah butir dilakukan oleh peneliti dan salah satu dosen luar biasa STAIN Batusangkar. Saat menelaah digunakan lembar telaah butir seperti pada pada Tabel 3.
19
Tabel 3 LEMBAR TELAAH INSTRUMEN Judul Penelitian Peneliti
: :
Penelaah Nama Pekerjaan Tanggal Tanda tangan
: : : :
Petunjuk pengisian Beri tanda √ bila kriteria penelaah sesuai dengan butir Beri tanda x bila kriteria penelaah tidak sesuai dengan butir
A. No 1
Persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris oleh guru dikelas Aspek yang ditelaah Materi
Nomor pernyataan Kriteria Penelaah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan sesuai dengan indikator yang hendak diukur Pilihan jawaban dari setiap pernyataan sudah logis dan berfungsi
2
Konstruksi
Pernyataan dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas Pernyataan bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda Menggunakan bahasa yang sesuai denga kaidah bahasa Indonesia
3
Bahasa
Menggunakan bahasa yang komunikatif Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat
Saran Perbaikan :
20
d. Revisi Awal pembuatan instrumen peneliti membuat 35 butir pertanyaan, tetapi ketika dijasmen ada pengurangan jumlah butir pertanyaan yang tidak valid. e. Uji Coba Sebagai penyempurnaan penelitian maka instrumen penelitian tersebut perlu diujicobakan, dengan tujuan untuk diketahui apakah instrumen penelitian tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data atau tidak. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat terpenuhinya syarat validitas dan reliabilitas yang baik. Butir soal akan di uji coba kepada 25 siswa. Uji Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan sejauh mana hasil pengukuran tetap sama bila dilakukan pengukuran dua kali. Dengan cara mengukur one shot (pengukuran satu kali), kemudian dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antara jawaban pertanyaan. Butir yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,5 dianggap butir itu gagal. Selanjutnya bila koefisien cronbach alpha kurang dari 0,7 berarti kuesioner itu kurang baik.
Gambar 2. Interpretasi Reliabilitas Uji coba lapangan yaitu instrumen berupa angket telah direvisi oleh ahli sehingga diperoleh instrumen dengan kategori baik. Ahli menilai instrumen melalui lembar telaah yang ada seperti pada Lampiran 3 oleh ahli satu dan Lampiran.
21
E. Teknik Pengolahan Data Menurut Syofian Siregar pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumusan tertentu. Pengolahan data meliputi kegiatan sebagai berikut: a.
Editing Editing yaitu proses pengecekan atau memeriksa data yang telah berhasil dikumpulkan dengan tujuan untuk mengoreksi kesalahan dan kekurangan data, berkaitan dengan kelengkapan isian.
b. Coding Coding yaitu kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data yang termasuk kategori, yang bertujuan untuk mengelompokkan data sesuai dengan aspek yang diteliti yaitu tingkat penyesuaian diri terhadap kegiatan belajar siswa c.
Scoring Scoring yaitu penetapan skor untuk setiap item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangan negatif.
d. Tabulasi Tabulasi data yaitu proses penempatan data ke dalam bentuk tabel yang telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis. Data dikelompokkan pada tabel yang telah disediakan berdasarkan skor yang diperoleh responden.
Selanjutnya menghitung frekuesi dan persentase dengan rumus: P=
X 100%
Keterangan: P= Persentase F= Frekuensi N= Jumlah responden
22
F. Teknik Analisis Data Data dari angket dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang akan dianalisis secara deskriptif persentase dengan langkah-langkah menurut Riduan (2004:71-95) sebagai berikut: 1. Menghitung nilai responden dan masing-masing aspek atau sub variabel. 2. Merekap nilai. 3. Menghitung nilai rata-rata. 4. Menghitung persentase dengan rumus: 𝐷𝑃 =
𝑛 × 100% 𝑁
Keterangan: DP
=
Deskriptif Persentase (%)
n
=
Skor empirik (Skor yang diperoleh)
N
=
Skor Ideal untuk setiap item pertanyaan
Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan dengan tabel kriteria.
Tabel 4. Pengklasifikasian Persepsi Mahasiswa terhadap Penggunaan Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Pengantar oleh guru dikelas Jumlah Rata-Rata (M + 1,5 SD) (M + 0,5 SD) – (M + 1,5 SD) (M - 0,5 SD) – (M + 0,5 SD) (M - 1,5 SD) – (M - 0,5 SD) (M - 1,5 SD)
Penjelasan Sangat Positif Positif Biasa-Biasa Saja Negatif Sangat Negatif
23
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) 2 Batusangkar Kec. Lima Kaum Kab. Tanah Datar Sebelum penulis menguraikan secara luas tentang hasil penelitian, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan sekilas tentang gambaran sekolah tempat penulis mengadakan penelitian. MAN 2 Batusangkar adalah salah satu sekolah yang bercirikan Islam, yang terletak disebelah Utara kota Batusangkar, tepatnya di Lima Kaum yang berjarak lebih kurang 2 Km dari pusat kota Batusangkar. Cikal bakal MAN 2 Batusangkar bukanlah kehadiran yang tiba-tiba, tetapi merupakan
kelanjutan
dari
pertumbuhan-pertumbuhan
sekolah
atau
Madrasah dalam lingkungan Departemen Agama yang didirikan oleh para ulama di Kabupaten Tanah Datar. Proses keberadaannya berasal dari empat jenjang pendidikan formal, dimana keempat pendidikan formal tersebut adalah: a. Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) b. Pendidikan Guru Agama 4 Tahun Swasta (PGA 4 Tahun) c. Pendidikan Guru Agama 4 Tahun Negeri (PGA 4 Tahun) d. Pendidikan Guru Agama Negeri 6 Tahun (PGAN 6 Tahun)
Sesuai dengan keputusan Menteri Agama No. 17 tanggal 1 April 1979, Pendidikan Guru Agama (PGA) berubah status menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Batusangkar. Semenjak berubah status tersebut dalam perkembangannya MAN 2 Batusangkar mengalami kemajuan dari tahun ketahun.
24
2. Prestasi yang dicapai Adapun prestasi-prestasi yang pernah diraih oleh MAN 2 Batusangkar sebagai berikut: a. Prestasi Akademik Prestasi akademik yangbtelah diraih oleh MAN 2 Batusangkar sebagai berikut: 1) Juara II Madrasah berprestasi Tingkat Nasional tahun 2003 2) Juara I Madrasah berprestasi Tingkat Nasional tahun 2004 3) Juara II Lomba UKS tingkat Provinsi Sumatera Barat tahun 2004 4) Juara Perpustakaan terakreditasi terbaik Tingkat Madrasah tahun 2003 b. Prestasi Ekstrakurikuler Adapun prestasi di bidang ekstrakurikuler adalah: 1) Juara I Lomba Asmaul Husna Tingkat Kabupaten Tanah Datar tahun 2009 2) Juara I Lomba Khutbah Jumat Tingkat Kabupaten Tanah Datar tahun 2009 3) Juara II Lomba PBB Tingkat Kabupaten Tanah Datar tahun 2009 4) Juara I MTQ Tingkat Kabupaten Tanah Datar tahun 2009 5) Juara I MSQ Tingkat Kabupaten Tanah Datar tahun 2010 6) Juara Harapan I Lomba Pidato 2 Bahasa (Arab dan Inggris) tahun 2010 7) Juara III MTQ Tingkat Kabupaten Tanah Datar tahun 2010 8) Juara III MTQ Tingkat Sumatera Barat tahun 2010
3. Keadaan Guru dan Siswa MAN 2 Batusangkar memiliki gedung sendiri dengan 22 ruangan yang tercakup di dalamnya ruangan belajar, perkantoran, serta ruangan 25
administrasi. MAN 2 Batusangkar juga memiliki 3 labor, yaitu labor Bahasa, labor IPA, dan labor Komputer. Jumlah siswa saat ini adalah sebanyak 770 orang dengan perincian Kelas X sebanyak 232 orang, Kelas XI sebanyak 269 orang, dan Kelas XII sebanyak 245 orang. Adapun jumlah guru dan karyawan yang dimiliki MAN 2 Batusangkar saat ini 84 orang dengan perincian guru tetap ada 40 orang, guru yang tidak tetap 32 orang, dan karyawan 12 orang. B. Persepsi siwa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas XII MAN 2 Batusangkar. 1. Deskripsi Data Dalam hal ini penulis akan menjelaskan bagaimana persepsi siswa tentang penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam proses belajar mengajar dalam kelas yang terdiri dari beberapa butir pernyataan, sesuai dengan data yang penulis peroleh dari angket, selanjutnya penulis menghitung persentase data tersebut, dengan hasil presentase yang terdapat pada tabel berikut: Tabel 5 Persepsi siswa terhadap penggunaan Bahasa Inggris No
Pernyataan
1
Saya berpendapat bahwa penggunaan Bahasa Inggris oleh guru dikelas sangat diperlukan Saya lebih termotivasi untuk belajar Bahasa Inggris seketika guru berbicara Bahasa Inggris dikelas Saya lebih memilih guru menjelaskan dengan Bahasa Indonesia ketimbang dengan Bahasa Inggris
2
3
SS % 17 68%
S % 4 16%
RR % 3 12%
TS % 1 4%
STS % -
16 64%
4 16%
5 20%
-
-
6 24%
2 8%
4 16%
12 48%
1 4%
26
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Bahasa inggris saya akan jauh lebih berkembang jika guru berbicara Bahasa Inggris dikelas meskipun waktunya sangat terbatas Saya mencoba untuk memahami apa yang disampaikan oleh guru ketika berbicara Bahasa Inggris. Saya tidak tertarik untuk berbicara bahasa Inggris dikelas meskipun saya bisa melakukannya Saya merasa keberatan kalau guru berbicara bahasa inggris dikelas karena tidak semua murid bisa paham dengan apa yang disampaikan Saya mencoba untuk berusaha berbicara Bahasa Inggris di kelas meskipun agak sedikit susah Saya takut untuk berbicara Bahasa Inggris karena takut ditertawakan oleh teman yang lain. Saya berusaha untuk selalu aktif di kelas ketika pelajaran Bahasa Inggris.
19 76%
3 12%
2 8%
1 4%
13 52%
9 36%
3 12%
-
-
2 8%
3 12%
7 28%
8 32%
5 20%
2 8%
1 4%
3 12%
11 44%
8 32%
16 64%
5 20%
3 12%
1 4%
-
5 20%
3 12%
2 8%
9 36%
6 24%
18 72%
5 20%
2 8%
-
-
Saya tidak setuju kalau guru menggunakan bahasa inggris lebih banyak sebagai bahasa pengantar dikelas Saya merasa malu berbahasa Indonesia dikelas ketika pelajaran Bahasa Inggris Guru selalu
5 20%
2 8%
4 16%
10 40%
4 16%
5 20%
2 8%
3 12%
10 40%
5 20%
7
13
2
3
27
14
15
16
17 18
19
20
21
22
23
menggunakan bahasa Inggris yang mudah saya pahami Guru Bahasa Inggris selalu membantu saya ketika saya tidak paham dengan apa yang disampaikan guru Guru tidak peduli apakah saya paham dengan apa yang dia sampaikan atau tidak Guru sering memberi kesempatan kepada saya untuk melatih Bahasa Inggris saya dengan memberikan pertanyaanpertanyaan dalam bahasa Inggris Saya merasa cemas setiap kali belajar bahasa Inggris
28%
52%
8%
12%
5 20%
12 48%
3 12%
5 20%
-
2 8%
4 16%
12 48%
7 28%
12 48%
7 28%
3 12%
2 8%
1 4%
6 24%
1 4%
4 16%
9 36%
5 20%
Saya merasa tidak percaya diri ketika berbicara bahasa inggris Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang sangat penting karena akan diujiankan di ujian nasional Saya merasa sangat senang setiap kali belajar bahasa Inggris Saya akan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru bahasa Inggris dengan sebaik-baiknya. Saya memperhatikan guru bahasa Inggris ketika berbicara bahasa Inggris dan mencoba untuk mempraktekkannya Saya akan mencek
2 8%
6 24%
3 12%
7 28%
7 28%
22 88%
3 12%
-
-
-
15 60%
3 12%
3 12%
4 16%
-
19 76%
3 12%
3 12%
-
-
12 48%
8 32%
2 8%
2 8%
1 4%
1
4
-
16
4
28
dikamus kosa kata yang tidak saya mengerti sehingga kosa kata saya semakin bertambah 24 Guru bahasa Inggris berbicara agak cepat sehingga saya kesulitan dalam menangkap makna yang disampaikan 25 Saya berpendapat agar guru bahasa inggris memberikan kesempatan lebih kepada murid untuk mengasah bahasa Inggrisnya. 26 Saya tidak merasa antusias ketika guru menyuruh mengerjakan latihan didepan kelas 27 Guru bahasa Inggris saya berbicara Bahasa Inggris dengan lancar 28 Guru bahasa Inggris sebaiknya berbicara bahasa Indonesia seketika murid tidak bisa menangkap apa yang disampaikan 29 Saya menyadari dengan sepenuhnya bahwasannya bahasa Inggris sangat diperlukan kedepannya 30 Guru bahasa Inggris menyampaikan materi dengan menarik dan menyenangkan dikelas Jumlah keseluruhan
64%
16%
4%
16%
3 12%
1 4%
6 24%
12 48%
3 12%
9 36%
7 28%
3 12%
4 16%
1 4%
2 8%
1 4%
6 24%
12 48%
4 16%
18 72%
6 24%
1 4%
-
-
7 28%
12 48%
2 8%
3 12%
1 4%
20 80%
5 20%
-
-
-
19 76%
4 16%
2 8%
-
-
318/
141/
42,46%
18,83%
59/ 7,87 11,88% 55,01 89/
142/
2. Interpretasi dan Analisis Data Berdasarkan hasil jawaban responden dalam sub variabel satu, pada pernyataan pertama, siswa yang menjawab sangat setuju (SS) 17 orang 29
(68,%), siswa yang menjawab setuju (S) 4 orang (16%), siswa yang menjawab ragu-ragu (RR) 3 orang (12%) , siswa yang menjawab tidak setuju (TS) 1 orang (4,%), dan tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju (STS) Berdasarkan data angket di atas terlihat bahwanya siswa lebih banyak menjawab sangat setuju yakni 17 orang (68%), tentang penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dikelas sangat diperlukan. Siswa yang mempunyai persepsi positif akan menganggap bahwasanya penggunaan bahasa Inggris dikelas itu sangat diperlukan dan hal ini terlihat dari data perolehan porsentase angket yang menyatakan 68% sangat setuju, 16% menyatakan setuju. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwasanya siswa mempunyai persepsi yang positif
terhadap penggunaan bahasa Inggris
dikelas. Pada butir pernyataan kedua, siswa yang menjawab sangat setuju (SS) 16 orang (64%), siswa yang menjawab setuju (S) 4 orang (16%), siswa yang menjawab Ragu-ragu (RR) 5 orang(20%) dan tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju (0%). Berdasarkan data angket di atas bahwa siswa lebih banyak menjawab sangat setuju yakni 16 orang (64%), tentang siswa lebih termotivasi dalam belajar bahasa Inggris ketika guru berbicara bahasa Inggris. Dari data yang terlihat dapat disimpulkan bahwasanya siswa mempunyai persepsi yang baik terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas dan hal ini dapat memotivasi mereka dalam belajar bahasa Inggris dikelas.
Pada butir pernyataan ketiga, siswa yang menjawab sangat setuju (SS) 6 orang (24%), siswa yang menjawab setuju (S) 2 orang (8%), siswa yang menjawab ragu-ragu (RR) 4 orang (6%), siswa yang menjawab tidak setuju (TS) 12 orang (48%), siswa yang menjawab sangat tidak setuju (STS) 1 orang (4%).
30
Berdasarkan data angket di atas bahwa siswa lebih banyak menjawab tidak setuju yakni 12 orang (48%), tentang Guru lebih baik menggunakan bahasa Indonesia ketimbang bahasa Inggris dalam kelas. Hal ini berarti siswa mempunyai keinginanan yang kuat dan memiliki persepsi yang bagus. Pada butir pernyataan keempat, siswa yang menjawab sangat setuju (SS) 19 orang (76%), siswa yang menjawab setuju (S) 3 orang (12%), siswa yang ragu-ragu (KK) 3 orang (6,82%)siswa yang menjawab kadang-kadang (KK) 2 orang (8%) siswa yang menjawab tidak setuju (TS) 1 orang (4%) dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju (0%). Berdasarkan data angket di atas bahwa siswa lebih banyak menjawab sangat setuju yakni 19 orang (76%), tentang bahasa Inggris siswa lebih berkembang jika guru berbicara bahasa Inggris meskipun waktunya sangat sedikit. Jadi disini bisa terlihat bahwasanya siswa sangat mengharapkan guru bahasa Inggrisnya untuk berbicara bahasa Inggris karena hal tersebut bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam bahasa Inggris meskipun waktu yang ada sangat sedikit. Pada butir pernyataan kelima, siswa yang menjawab sangat setuju (SS) 13 orang (52%), siswa yang menjawab setuju (S) 9 orang (36%), siswa yang menjawab ragu-ragu (RR) 3 orang (6,82%)siswa yang menjawab kadangkadang (KK) 3 orang (12%)siswa dan tidak ada yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Berdasarkan data angket di atas bahwa siswa lebih banyak menjawab sangat setuju
yakni 13 orang (52,%), tentang siswa mencoba untuk
memahami apa yang disampaikan guru ketika berbicara bahasa Inggris. Jadi kita bisa menyimpulkan bahwasanya siswa tersebut mempunyai persepsi yang bagus terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas oleh gurunya karna dari data hasil angket terlihat tidak ada siswa yan menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju.
31
Pada butir pernyataan keenam, siswa yang menjawab sangat setuju (SS) 2 orang (8%), siswa yang menjawab setuju (S) 3 orang (12%), siswa yang menjawab ragu-ragu (RR) 7 orang (28%) siswa yang menjawab tidak setuju (TS) 8 orang (32%) sedangkan siswa yang menjawab sangat tidak setuju (STS) 5 orang (20%). Berdasarkan data angket di atas bahwa siswa lebih banyak menjawab tidak setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa siswa tidak tertarik untuk berbicara bahasa Inggris dikelas meskipun mereka bisa untuk melakukannya. Jadi kita bisa lihat bahwasanya mereka rata-rata mempunyai persepsi yang bagus dan hal ini juga didukung oleh teori yang menyatakan bahwa siswa yang mempunyai persepsi yang positif akan selalu berusaha untuk mengambil kesempatan yang ada seketika guru memberikan kesempatan kepada mereka untuk melatih bahasa Inggris mereka. Dari data skor angket secara keseluruhan
maka dapat disimpulkan
bahwanya persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar didalam kelas mempunyai persepsi yang beragam dari siswa kelas XII MAN 2 Batusangkar. Hal ini bisa terlihat dari data skor angket secara keseluruhan dari masing-masing responden penelitian seperti dibawah ini: Tabel 6 Persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam proses belajar mengajar dikelas di kelas XII MAN 2 Batusangkar (N=25) Res
Skor
1
108
2
117
3
104
4
110
5
110 32
6
103
7
124
8
110
9
107
10
112
11
108
12
110
13
107
14
98
15
117
16
114
17
132
18
111
19
109
20
92
21
117
22
128
23
99
24
107
25
104
Total
2758
Mean
110.32
Standar Deviasi
43.76
Skor Minimum
92
Skor Maksimum
132
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwasanya skor persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam proses belajar mengajar di MAN 2 Batusangkar dengan skor tertinggi
33
132 dan yang terendah 92. Total skor adalah 2758 dengan nilai rata-rata 110,32 Adapun standar deviasi adalah 43.76 Selanjutnya peneliti mengelompokkan persepsi siswa tersebut kedalam tabel dibawah ini . Dari pengkalkulasian diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 7. Pengelompokkan Persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam proses belajar mengajar di MAN 2 Batusangkar No 1 2 3 4 5
Kelas Interval Category ≥126 Sangat Positif 116 – 125 Positif 106 – 115 Biasa-Biasa Saja 96 – 105 Negatif < 95 Sangat Negatif Jumlah
F 2 4 13 5 1 25
% 8 16 52 20 4 100
Berdasarkan tabel diatas, peneliti mendapatkan 2 mahasiswa (8%) memiliki sikap sangat positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dikelas. Sebanyak 4 orang mahasiswa (16%) bersikap Positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dikelas. Kemudian
13
mahasiswa
(52%)
bersikap
Biasa-biasa
saja
terhadap
penggunaan bahasa Inggris ini dikelas. Sebanyak 5 mahasiswa (20%) bersikap Negatif terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas. Terakhir hanya 1 orang mahasiswa saja (4%) yang berpersepsi sangat negatif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dikelas.
34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam proses belajar mengajar dikelas dikelas XII MAN 2 Batusangkar dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar siswa memiliki persepsi yang positif terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas. Hal tersebut terlihat dari data angket yang diperoleh
dari 30 pernyataan dan dari data tersebut banyak
ditemukan bahwa porsentase siswa yang menyatakan setuju dengan penggunaan bahasa Inggris dikelas. Berdasarkan tabel diatas, peneliti mendapatkan 2 mahasiswa (8%) memiliki sikap sangat positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dikelas. Sebanyak 4 orang mahasiswa (16%) bersikap Positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dikelas. Kemudian
13
mahasiswa
(52%)
bersikap
Biasa-biasa
saja
terhadap
penggunaan bahasa Inggris ini dikelas. Sebanyak 5 orang mahasiswa (20%) bersikap Negatif terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas. Terakhir hanya 1 orang mahasiswa saja (4%) yang berpersepsi sangat negatif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dikelas. Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwasanya tidak semua siswa mempunyai persepsi yang positif terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas dan ini terlihat dari porsentase yang telah dituliskan diatas. B. Saran Dari kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat diberikan. Pertama, untuk penelitian yang sejenis berikutnya, pelaksanannya akan lebih baik jika dilakukan dalam waktu yang lebih lama, sehingga dapat memberi 35
kontribusi terhadap hal-hal lain yang lebih besar. Pada penelitian ini, observasi kelas yang dilakukan hanya sebanyak dua kali di tiap kelas. Kalau dilakukan lebih banyak, penemuan terhadap penomena yang lain mungkin saja dapat terjadi. Selain itu, jumlah kelas yang dijadikan sampel sebaiknya ditambah, sehingga temuan yang didapat akan lebih bervariasi. Kedua, akan lebih baik bagi guru bahasa Inggris untuk menggunakan bahasa Inggris lebih banyak saat proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, sebab siswa akan terekspos lebih banyak dengan bahasa target yang sedang mereka pelajari. Dengan melakukan hal tersebut, baik siswa maupun guru, akan dapat melatih bahasa Inggrisnya dengan lebih efektif. Ketiga, para guru bahasa Inggris yang mempunyai kemampuan kurang memadai dalam menggunakan bahasa Inggris harus terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berbahasanya. Seorang guru adalah model bagi siswanya. Untuk menjadi model atau contoh yang baik, mereka harus mempunyai
kemampuan
dan
pengetahuan
yang
baik
pula.
Terakhir, para siswa perlu belajar bahasa Inggris dengan baik. Mereka tidak seharusnya hanya mengandalkan belajar di dalam kelas saja. Belajar sendiri atau berkelompok akan baik mereka lakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses perolehan bahasa Inggris. Mereka juga dapat mengikuti belajar tambahan di lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa Inggris di luar jam sekolah. Dengan demikian apa yang menjadi harapan mereka, dapat dengan cepat terwujud. .
36
DAFTAR PUSTAKA
Alex Sobur. 2003. Psikologi Umum. (Bandung: Pustaka Setia) Allford, D. 1999. ‘Translation in the Communicative Classroom.’ In Pachler, N. (1999). (ed) Teaching Modern Foreign Languages At Advanced Level. London: Routledge Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakrta: Andi offset. Brown, H. D. 2001. Teaching by Principles : An Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Addison Wesley Longman, Inc. Dubin, F., and Olsbtain, E. 1987. Course Design; Developing Programs for Language Learning. USA: Cambridge University Press.
and
Materials
Hall, E. 1983. Psychology Today: An Introduction. New York: Random House Hariyanto, S. 1997. ‘Achieving a good communicative performance with better grammatical mastery using bridge technique.’ In Sadtono, E. (1997). (Ed). The Development of TEFL in Indonesia. Malang: IKIP Malang Harmer, J. 2002. The Practice of English Language Teaching. Malaysia: Longman.
Muhammad Asrosi. 2008. Psikologi Pembelajaran (Bandung: CV Wacana Prima) Nunan, D. 1989. Understanding Language Classroom: A Guide Action. New Jersey: Prentice Hall Ltd.
for Teacher-Initiated
Richards, C. J., and Rodgers, S. T. 1986. Approaches and Methods in Language Teaching: A Description and analysis. USA: Cambridge University Press. (TPR) Richards, J. C., John Platt, Heidi Platt. 1992. Dictionary of Language Teaching & Applied Linguistics. England: Longman Group UK Limited.
Suharsimi Arikunto. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta) Syofian Siregar, 2011, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
37
BAGIAN PENUTUP JADWAL Kegiatan Menyiapkan perangkat penelitian Memperbaiki perangkat penelitian Mendistribusikan angket penelitian Mewawancarai siswa Menyusun laporan penelitian
No 1.
2. 3. 4. 5.
Maret April Mei Juni Juli Agus Sept Okt Des √
√ √ √
√ √
√
ALOKASI BIAYA NO 1
JENIS PENGELUARAN
VOLUME
JUMLAH (Rp)
Honororium Peneliti a. Pengumpulan data 1 orang x 4 awal jam x 2 hari b. Penyajian Proposal 3 jam c. Honor Pengolahan data d. Honor pengumpulan data lapangan e. Honor Penyajian hasil 3 jam penelitian JUMLAH
2
SATUAN (Rp) 60.000.,
480.000.,
60.000.,
180.000.,
1.540.000.,
1.540.000.,
1.000.000
1.000.000.,
60.000.,
180.000., 3.380.000.,
Bahan dan ATK a. Flash disk Kingston 4 GB b. Kertas HVS
2 buah
100.000
200.000
3 rim
40.000
120.000
c. Tape recorder/ Perekam d. Kaset /
1 buah
500.000
470.000
6 buah
25.000
150.000
e. Tinta Catridge hp 3900 refill
4 kotak
25.000
100.000
38
JUMLAH 3
Pembuatan perangkat penelitian a. Perbanyak perangkat
1.070.000
5 eksemplar
40.000
200.000
b. Perbanyak angket
40 orang
5.000
200.000
c. Perbanyak angket
40 orang
5.000
200.000
d. Pedoman wawancara
40 orang
5.000
200.000
JUMLAH 4
800.000
Biaya Perjalanan 1. Transportasi Pembelian buku 2. Transportasi Pengumpulan data awal 3. Transportasi Pengumpulan data rill 4. Sewa mobil
1 hari
225.000.,
225.000.,
1 orang x 8 jam
60.000.,
480.000.,
1 hari
200.000.,
200.000.,
7 hari
500.000.,
500.000.,
JUMLAH 5
1.405.000.,
Biaya seleksi a. Biaya reviewer proposal b. Biaya reviewer laporan
2 orang
200.000
400.000
2 orang
200.000
400.000
JUMLAH
800.000.,
TOTAL
7.455.000
39
40
41