LAPORAN HASIL PENELITIAN
Nomor Penelitian: 003/CT-KB/VI/03
Open Label, non-comparative, multicenter clinical trial
Manfaat dan Keamanan Sediaan Baru rHu-EPO Untuk Mengobati Anemia Sedang Akibat Rejimen Kemoterapi Yang Mengandung Platinum Pada Penderita Kanker Tumor Solid atau Keganasan Darah Non-mieloid
Sponsor: Innogene Kalbiotech Pte. Ltd.
Peneliti Utama: __________________ Dr. Djumhana Atmakusuma, SpPD, KHOM
Tanda tangan/Tanggal
PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pada kanker, anemia merupakan abnormalitas hematologik sebagai pengaruh dari beberapa faktor seperti kanker itu sendiri, kemoterapi, terapi radiasi atau invasi tumor ke sumsum tulang.1 Insidensi anemia beragam, bergantung kepada keganasan yang mendasari, tingkat dan lamanya pajanan penyakit, rejimen dan intensitas pengobatan tumor, dan kemungkinan terjadinya infeksi ataupun efek samping dari pembedahan.2 Tingkat keparahan anemia bergantung kepada lamanya pajanan penyakit dan intensitas pengobatan. Siklus kemoterapi yang berulang secara kumulatif dapat mengganggu pembentukan sel darah merah.3 Hal ini disebabkan oleh karena efek myelosupresif langsung dari terapi terhadap sumsum tulang, atau, dalam hal agen kemoterapi yang mengandung platinum (cisplatin), disebabkan oleh kerusakan sel tubuli ginjal yang memproduksi eritropoetin.2,4,5 Sebagai tambahan, kemoterapi platinum-based menekan sel progenitor eritroid di sumsum tulang, suatu efek yang lebih tampak pada carboplatin dibanding dengan cisplatin.4 Anemia dapat menyebabkan berkurangnya penghantaran oksigen ke jaringan, yang akan mempengaruhi semua organ. Anemia merupakan sindrom multi-gejala, dengan fatigue sebagai gejala utama,2 yang mempengaruhi kualitas hidup.2,3 Anemia juga berkaitan dengan angka keselamatan yang memendek untuk penderita kanker paru, kanker servikouterin, kanker kepala dan leher, kanker prostat, limfoma, dan mieloma multipel.6 Anemia pada penderita kanker biasanya diterapi dengan transfusi sel darah merah, atau administrasi protein eritropoetik. Efek transfusi darah dalam pengobatan anemia dapat dilihat dengan cepat, namun mempunyai resiko yang jelas dan nyata, seperti infeksi dan reaksi hemolitik. Lebih lagi, penderita umumnya menghindari prosedur ini.2 Eritropoetin secara efektif meningkatkan kadar hemoglobin dan mengurangi kebutuhan atas transfusi pada 50-60% penderita kanker.2 Eritropoetin adalah hormon glikoprotein yang diproduksi erutama di ginjal dan bekerja pada sel sumsum tulang untuk merangsang pembentukan sel darah merah (eritropoesis). Epoetin alfa merupakan glikoprotein yang dihasilkan oleh teknologi rekombinan DNA dengan sekuensi asam amino yang identik terhadap eritropoetin natural.7 Case DC et al., Henry DA et al., Abels RI et al., Quirt I et al., melakukan penelitian acak, dengan pembanding, untuk menilai keselamatan dan kegunaan epoetin alfa pada penderita anemia yang berhubungan dengan kanker. Terapi dengan epoetin alfa menunjukkan perbaikan pada kualitas hidup, meningkatkan kadar hemoglobin, dan mengurangi tindakan transfusi, pada penderita yang mendapat kemoterapi dan yang tidak mendapat kemoterapi.7,8 Penderita dengan defisiensi besi membutuhkan suplementasi besi, namun baik suplemen besi oral ataupun parenteral sebagai terapi tunggal tidak efektif untuk anemia pada penderita kanker.1 Suplemen besi digabung dengan epoetin lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan besi saja; sediaan besi parenteral
menunjukkan respon yang lebih baik pada kombinasi dengan epoetin dibanding dengan sediaan besi oral.1 Walaupun beberapa sediaan rHu-EPO saat ini telah tersedia di Indonesia, namun masih sulit untuk digunakan secara meluas karena harganya yang tidak terjangkau. Akan tetapi dengan kemajuan bioteknologi di negara-negara Asia akhir-akhir ini, memungkinkan produksi rHu-EPO secara regional sehingga terdapat produk rHu-EPO dengan harga yang relatif terjangkau. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kegunaan dan keamanan penggunaan produk regional rHu-EPO. 2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum: Meningkatkan kualitas hidup dan angka kesembuhan penderita kanker yang mendapat rejimen kemoterapi sitostatika yang mengandung platinum dengan mengobati anemia sedang akibat sitostatika. Tujuan Khusus: 1. Menilai manfaat sediaan baru Rekombinan Human Erithropoietin (rHu-EPO) dalam hal: 1. Meningkatkan kadar hemoglobin atau hematokrit 2. Dosis obat dikaitkan dengan perbaikan kembali kadar hemoglobin >10 g/dl atau kadar hematokrit >30% 3. Menurunkan kebutuhan transfusi darah 4. Meningkatkan tingkat kemampuan berperan (performance status) 2. Menilai pengaruh pemberian obat terhadap ketepatan jadwal pemberian kemoterapi siklus berikutnya 3. Menilai keamanan obat
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN I. METODE PENELITIAN 1. Disain Penelitian Studi terbuka, non-komparatif 2. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di beberapa rumah sakit rujukan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik di Jakarta dan Jogjakarta. 3. Populasi Penelitian Subyek penelitian adalah penderita kanker tumor solid atau keganasan darah nonmieloid (berdasarkan hasil pemeriksaan histologi atau sitologi) dengan tingkat kemampuan berperan (performance status) ECOG lebih dari 3, dan direncanakan mendapat kemoterapi sitostatika dengan rejimen yang mengandung platinum. Subyek penelitian juga harus memenuhi kriteria inklusi. 4. Kriteria Inklusi •
• • • •
•
Penderita kanker tumor solid atau keganasan darah non-mieloid (berdasarkan hasil pemeriksaan histologi atau sitologi) dan direncanakan mendapat kemoterapi sitostatika dengan rejimen yang mengandung platinum Berusia >18 tahun Tingkat kemampuan berperan (performance status) ECOG ≤ 2 Mempunyai harapan hidup > 6 bulan Mempunyai data awal pemeriksaan laboratorium yang meliputi: kadar hemoglobin >8 g/dl tetapi <10 g/dl, leukosit >1.000/µl, trombosit 75.000450.000/µl, kreatinin serum <2 mg/dl, Coombs test direct negatif, dan tidak ditemukan darah samar pada pemeriksaan tinja (Benzidine test negatif) Menyetujui mengikuti penelitian (informed consent)
5. Kriteria eksklusi •
• • • • • •
Anemia yang disebabkan oleh faktor selain kanker atau kemoterapi, misalnya defisiensi besi, vitamin B12 atau folat, serta anemia hemolitik imun (Coombs test positif), atau anemia hemolitik lainnya Gangguan fungsi organ yang bukan disebabkan oleh keganasan Hipertensi maligna atau hipertensi yang tak terkontrol, dengan tekanan darah diastolik lebih besar dari 100 mmHg Infeksi akut Kejang/Status epileptikus Hipersensitif terhadap produk yang berasal dari turunan mamalia atau albumin manusia Wanita hamil
6. Besar sampel Besar sampel yang dikalkulasi dan ditentukan sebanyak 37 penderita, termasuk perkiraan drop out 20%. 7. Waktu Penelitian • •
Penelitian dilaksanakan selama 2 siklus kemoterapi dengan periode 3 minggu untuk masing-masing siklusnya (2 x 3 minggu) Penelitian dimulai pada bulan Juli 2003 hingga bulan Desember 2006
8. Pengobatan •
Kriteria pemberian rHu-EPO:
rHu-EPO diberikan bila kadar Hb >8 g/dl tetapi <10 g/dl, dengan skema di bawah ini o o
•
Dosis awal: 150 IU/kg berat badan, 3 kali seminggu, secara subkutan. Penyesuaian Dosis Bila kadar Ht >30% pemberian rHu-EPO dihentikan untuk sementara waktu hingga kadar Ht turun menjadi 30%, untuk selanjutnya dilakukan titrasi dosis untuk mempertahankan kadar Ht 30% Bila pemberian dosis awal rHu-EPO memberikan respon Ht yang sangat cepat (misalnya terjadi kenaikan >4% dalam periode 2 minggu), dosis rHu-EPO harus diturunkan.
Kriteria Pemberian Transfusi Darah: Sesuai ketentuan WHO, transfusi darah diberikan bila kadar Hb <8 g/dl atau kadar Ht <24 % sesuai dengan skema di bawah ini. Hb >8g/dl tetapi <10 g/dl
rHu-EPO
Hb <8 g/dL
Transfusi darah
II. PROSEDUR PENELITIAN 1. Penderita yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang diikutsertakan dalam penelitian ini. 2. Uji klinis ini dilakukan secara terbuka tanpa pembanding. 3. Pengobatan tidak diberikan apabila didapatkan keadaan sebagai berikut: • • • • •
Kadar Hb >10 g/dl atau kadar Ht >30% Jumlah trombosit >450.000/µl Tekanan darah diastolik >110 mmHg Efek samping yang secara medis tidak dapat diterima Kejang
4. Efek samping (seperti hipertensi; kejang, sakit kepala; demam, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri tulang; mual, muntah, diare, nyeri abdomen; ruam kulit; trombositosis; dan keluhan lainnya) dipantau dan dicatat. 5. Parameter laboratorium yang ditentukan sebelum pengobatan, yang meliputi pengukuran: • • • • • • • • •
hemoglobin, hematokrit, eritrosit, retikulosit, MCV, MCH, MCHC, morfologi eritrosit, leukosit, hitung jenis, trombosit Coombs test direct dan indirect besi serum (SI), kapasitas ikat besi total (TIBC), feritin serum, saturasi transferin, vitamin B12, asam folat albumin, globulin, SGOT, SGPT ureum, kreatinin, creatinine clearance erithropoietin serum Tes benzidine Tes kehamilan Selama masa pemantauan Pemeriksaan laboratorium A yang dilakukan pada saat akan dilakukan kemoterapi, meliputi: hemoglobin, hematokrit, retikulosit Pemeriksaan laboratorium B yang dilakukan 1 minggu pasca kemoterapi (setiap siklus), meliputi: hemoglobin, hematokrit, retikulosit feritin serum, saturasi transferin, besi serum (SI), kapasitas ikat besi total (TIBC) Pemeriksaan laboratorium C yang dilakukan pasca kemoterapi meliputi: hemoglobin, hematokrit dan retikulosit, yang dilakukan 3 kali seminggu
6. Penderita dikeluarkan dari penelitian (dianggap drop out) apabila penderita tidak patuh saat pemberian rHu-EPO pada siklus awal dengan anemia sedang.
7. Penderita tidak dianggap drop out apabila: • •
pada masa penelitian ada efek samping obat meninggal karena penyakit dasar atau komplikasi pengobatan bila penderita pindah atas permintaan sendiri setelah selesai menjalani pengobatan kemoterapi > 1 siklus.
Kemoterapi
Kemoterapi rHu-EPO
Lab C Lab C Lab C
Lab C Lab C Lab C
Lab C Lab C Lab C
rHu-EPO
Lab C Lab C Lab C
Lab C Lab C Lab C
Lab C Lab C Lab C
Lab A Lab B
Lab B
KETERANGAN
Pemeriksaan awal sebelum pengobatan (termasuk pemeriksaan laboratorium lengkap) rHu-EPO Terapi rHu-EPO bila kadar Hb < 10 g/dl hingga kadar Hb 10 g/dl Lab A Pemeriksaan laboratorium A: Hb, Ht, retikulosit (pada saat akan dilakukan kemoterapi) Lab B Pemeriksaan laboratorium B: Hb, Ht, retikulosit, feritin serum, saturasi transferin, SI, TIBC (1 minggu pasca kemoterapi) Lab C Pemeriksaan laboratorium C: Hb, Ht, retikulosit (3 kali seminggu, yaitu tiap hari Senin, Rabu, dan Jum'at) Minggu pertama pasca kemoterapi Minggu ke-dua pasca kemoterapi Minggu ke-tiga pasca kemoterapi
Gambar 1. Diagram prosedur penelitian III. PENGUMPULAN DATA 1.
Pada saat awal (sebelum pengobatan): • • •
2.
Riwayat penyakit Pemeriksaan fisik Pemeriksaan laboratorium
Pada saat pemantauan: • • • •
Penilaian kualitas hidup (ECOG scale) sesuai formulir isian (terlampir) Efek samping dan keluhan lainnya Pemeriksaan fisik umum dan tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, temperatur tubuh) Pemeriksaan laboratorium A, B, atau C
IV. PENILAIAN HASIL PEMBERIAN rHu-EPO 1. Manfaatnya dalam meningkatkan kadar hemoglobin: o
o o o
Peningkatan kadar hemoglobin atau hematokrit: Anemia yang terkoreksi"/"Complete response" didefinisikan sebagai tercapainya hemoglobin >10 g/dl atau kadar hematokrit >30% tanpa memerlukan transfusi darah. "Respons terapi sebagian "/"Partial response" didefinisikan sebagai meningkatnya kadar hematokrit sebanyak minimal 6% tanpa memerlukan transfusi darah. Dosis obat yang diperlukan untuk mencapai kadar hemoglobin >10 g/dl atau hematokrit >30% Persentase penderita yang memerlukan transfusi darah dan jumlah unit darah yang diperlukan untuk tiap penderitanya Tingkat kemampuan berperan berdasarkan ECOG performance status.
2. Ketepatan jadwal kemoterapi sitostatika siklus berikutnya. 3. Keamanan obat: Timbulnya efek samping seperti hipertensi; kejang, sakit kepala; demam, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri tulang; mual, muntah, diare, nyeri abdomen; ruam kulit; trombositosis; dan keluhan lainnya V. Pengolahan data Data diolah secara deskriptif
EVALUASI HASIL DAN DISKUSI I. HASIL Telah dilakukan rekrutment terhadap 38 penderita yang berasal dari 2 pusat penelitian yaitu Jakarta dan Yogyakarta. Dari Jakarta berasal dari RSCM dan Klinik Amanda, dengan peneliti yaitu: Prof. DR. Dr. Arry Harryanto Reksodiputro, SpPD, KHOM, Dr. Lugiyanti, SpPD, Dr. Shuffrie Effendi, SpPD, dan Dr. Andhika Rahman, SpPD. Sedangkan Yogyakarta berasal dari RS. Dr.Sardjito. dengan peneliti yaitu: Dr. Johan Kurnianda, Sp.PD-KHOM dan Dr. Ignatia Shintamurti, SpPD. Peneliti utama pada penelitian ini adalah Dr. Djumhana Atmakusuma, SpPD, KHOM, dari RSCM, Jakarta. Dari total 38 penderita yang direkrut, 14 penderita memenuhi kriteria inklusi, yang akan dibahas satu persatu secara deskriptif pada laporan ini, sedangkan 24 penderita lainnya dieksklusi karena setelah analisa data dilakukan ternyata penderita tersebut tidak memenuhi kriteria inklusi yang dipersyaratkan untuk dapat menjadi subjek dalam penelitian ini. Seluruh penderita merupakan penderita kanker tumor solid atau keganasan darah nonmieloid stadium lanjut dan direncanakan untuk menjalani kemoterapi dengan rejimen yang mengandung platinum. Pemberian rHu-EPO dilakukan pasca kemoterapi, untuk mengatasi anemia yang berhubungan dengan kemoterapi.
Kasus 1 Seorang perempuan, WS, 72 tahun dengan kanker tumor solid stadium lanjut datang ke klinik Amanda untuk persiapan kemoterapi. Keadaan umum penderita baik dengan berat badan 47 kg dan tinggi badan 155 cm, status gizi baik. Penderita menjalani kemoterapi dengan doxorubicin 70 mg IV, cisplatin 700 mg IV, dan 5 FU 70 mg IV. Hasil skrining laboratorium menunjukkan hemoglobin 8,42 g/dl; hematokrit 25,7%; eritrosit 2,65 x 106/µl; retikulosit 1,4%; MCV 96,8 fl; MCH 31,7 pg; MCHC 32,8 g/dl; leukosit 5,1 x 103/µl; hitung jenis leukosit (%) B/E/L/M/NB/NS:1/0/84/5/11; trombosit 275 x 103/µl; ureum 26 mg/dl; kreatin 0,8 mg/dl; besi serum 45 µg/dl; TIBC 226 µg/dl; feritin 400 ng/ml; saturasi transferin 20 %; vitamin B12 921 pg/ml; asam folat 40 ng/ml; Tes coomb derek (-), indirek (-); tes benzidin (-); dan EPO serum 25 mIU/l. Selain kemoterapi, penderita mengkonsumsi obat-obatan, seperti INH untuk pengobatan TBC, mestinon untuk pengobatan asma, ascardia untuk anti agregasi platelet, rantin untuk mengatasi mual muntah, sumaric untuk anti koagulan dan emineron sebagai multivitamin. Penderita diberikan rHu-EPO 3x/minggu dengan dosis 6.975 IU SC pasca kemoterapi kemudian dilakukan pemantauan respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 . Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T ( C)
BB (kg)
ECOG Scale
0 2 5
Baik Baik Sedang
Mual (+)
100/70 110/70 90/70
84 84 76
18 20 18
36,8 36,2 36,2
47 46 46
0 0 0
o
Laboratorium Hb (g/dl) 8,42 9,23 10,5
Ht (%) 25,7 27,5 31,1
Ret (%) 1,4 1,9 0,1
rHu-EPO
3 x 6.975 IU SC
Penderita menunjukkan complete response terhadap pemberian rHu-EPO, setelah pemberian 3 x rHu-EPO dengan total dosis 20.925 IU SC. Respon penderita dapat dilihat dari peningkatan hemoglobin dari 8,42 g/dl menjadi 10,5 g/dl dan peningkatan hematokrit dari 25,7 % menjadi 31,1 %. Nilai retikulosit diukur untuk mengetahui kerja sumsum tulang dalam memproduksi sel darah merah setelah dirangsang dengan pemberian rHu-EPO. Pada penderita ini dilihat bahwa nilai retikulosit menurun dari 1,4% menjadi 0,1%, hal ini disebabkan karena kurangnya sediaan besi (saturasi transferin 20%) yang dibutuhkan pada pembentukan sel darah merah. 2
35
1.9
1.8
31.1
1.6
30
27.5 25.7 1.4
1.4
25
1.2
20
1 15
0.8 0.6 0.4
10.5
9.23
8.42
10 5
0.2
0.1
0 0
2
0
5
Hari ke Retikulosit
Hemoglobin
Hematokrit
Pemberian rHu-EPO
Grafik 1. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, peningkatan kadar hemoglobin dari 8,42 g/dL menjadi 10,5 g/dl; peningkatan hematokrit dari 25,7% menjadi 31,1%; dan penurunan retikulosit dari 1,4 % menjadi 0,1 %. ECOG scale yang menyatakan status performa penderita, tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung. Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas hidup penderita stabil. Selama penelitian berlangsung penderita mengeluh mual-mual ringan. Namun tidak terbukti adanya hubungan efek samping yang timbul dengan pemberian rHu-EPO. Efek samping yang timbul lebih berhubungan dengan pemberian obat-obat kemoterapi, sehingga dapat kita katakan bahwa pemberian rHu-EPO relatif aman.
Kasus 2 Seorang perempuan, NI, 46 tahun dengan kanker tumor solid datang ke RSCM untuk persiapan kemoterapi. Keadaan umum penderita baik, dengan berat badan 60 kg dan tinggi badan 160 cm, status gizi baik. Penderita menjalani kemoterapi dengan cisplatin 130 mg IV dan Etoposid 300 mg IV. Hasil skrining laboratorium menunjukkan hemoglobin 9,33 g/dl; hematokrit 26,7 %; eritrosit 3,2 x 106/µl; retikulosit 2,1 %; MCV 83 fl; MCH 29,2 pg; MCHC 35 g/dl; leukosit 9,3 x 103/µl; hitung jenis leukosit (%) B/E/L/M/NB/NS:; trombosit 310 x 103/µl; ureum 2,4 mg/dl; kreatinin 1,2 mg/dl; besi serum 18 µg/dl; TIBC 167 µg/dl; feritin 519 ng/ml; saturasi transferin 18 %; vitamin B12 201 pg/ml; asam folat 10,3 ng/ml; Tes coomb direk (-), indirek (-); tes benzidin (-); dan EPO serum 8,3 mIU/l. Selanjutnya dilakukan pemberian rHu-EPO 3x/minggu dosis 10.000 IU SC, yang kemudian diikuti dengan pemantauan dan pemeriksaan laboratorium berkala untuk menilai respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO.
Tabel 2. Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T ( C)
BB (kg)
ECOG Scale
0 3 5 7
Baik Baik Baik Baik
Mual (+) Nyeri sendi (+) -
130/90 130/90 130/90 130/100
88 92 88 88
20 20 20 20
36 36,2 36,2 36,4
60 60 60 60
0 0 0 0
o
Laboratorium Hb (g/dl) 9,33 9,5 10 10,5
Ht (%) 26,7 28 28,9 30
Ret (%) 2,1 1,4 0,7 0,2
rHu-EPO
4x10.000 IU SC
Setelah pemberian rHu-EPO 4 kali dengan total dosis 40.000 IU SC pasca kemoterapi, seperti yang dapat dilihat pada tabel 2 pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin dari 9,33 g/dl menjadi 10,5 g/dL; dan peningkatan hematokrit dari 26,7 % menjadi 30 %. Penderita menunjukkan complete response terhadap pemberian rHu-EPO. Penurunan nilai retikulosit dari 2,1 % menjadi 0,2 %, hal ini disebabkan karena permintaan pembentukan sel darah merah yang tiba-tiba sehingga sumsum tulang tidak dapat mengimbangi permintaan tersebut akibat kurangnya sediaan besi pada penderita ini (saturasi transferin 18%). Status performa penderita yang tidak mengalami perubahan dari awal sampai akhir penelitian yang dinilai dari ECOG scale, yang dilakukan untuk menilai kualitas hidup penderita.Sehingga, dapat dikatakan bahwa kualitas hidup penderita ini stabil.
2.5
35 2.1 26.7
2
30
28.9
28
25
1.5
20
1.4
15
1 10.5
10 0.7
9.5
9.33
0.5
0.2
0
10 5 0
0 Retikulosit
30
1
4
Hari ke Hemoglobin Hematokrit
7 Pemberian rHu-EPO
Grafik 2. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, peningkatan kadar hemoglobin dari 9,33 g/dl menjadi 10,5 g/dL; peningkatan hematokrit dari 2,1 % menjadi 0,2 % dan penurunan retikulosit dari 2,1 % menjadi 0,2 %. Penderita mengeluh mual dan nyeri pada sendi yang ringan, tidak adanya hubungan antara efek samping yang timbul dengan pemberian rHu-EPO, efek samping yang timbul berhubungan dengan pemberian obat-obat kemoterapi, jadi pemberian rHuEPO pada penderita ini relatif aman. Kasus 3 Seorang laki-laki, SD, 63 tahun dengan kanker tumor solid stadium lanjut datang ke RS Dr.Sardjito untuk menjalani kemoterapi. Keadaan umum penderita baik dengan berat badan 65 kg dan tinggi badan 160 cm, status gizi baik. Penderita menjalani kemoterapi dengan cisplatin 20 mg IV dan 5FU 500 mg IV. Hasil skrining laboratorium menunjukkan hemoglobin 9,4 g/dl; hematokrit 28,1 %; eritrosit 3,3 x 106/µl; retikulosit 1,8 %; MCV 83 fl; MCH 27,8 pg; MCHC 33,5 g/dl; leukosit 4,2 x 103/µl; hitung jenis leukosit (%) B/E/L/M/NB/NS:; trombosit 162 x 103/µl; ureum 22 mg/dl; kreatin 0,9 mg/dl; besi serum 90 µg/dl; TIBC 257 µg/dl; feritin 638 ng/ml; saturasi transferin 35 %; vitamin B12 183 pg/ml; asam folat 13,1 ng/ml; Tes coomb direk (-), indirek (-); tes benzidin (-); dan EPO serum 24,6 mIU/l. Selanjutnya penderita diberikan rHu-EPO 3x/minggu dengan dosis 9750 IU SC. Pemantauan dan pemeriksaan laboratorium berkala dilakukan untuk memantau respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO.
Tabel 3. Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T ( C)
BB (kg)
ECOG Scale
0 2 3 5 7
Baik Baik Baik Baik Baik
-
120/70 120/70 130/70 120/80 120/70
96 96 92 92 96
20 20 20 20 20
36 36,2 36,4 36,3 36,3
65 65 65 65 65
12
Baik
Mual muntah
110/70
88
20
36,4
65
o
Laboratorium
1 1 1 1 1
Hb (g/dl) 9,4 9,2 9,4 9,1 9,5
Ht (%) 28,1 28,3 29,4 27,9 28,7
Ret (%) 1,8 2,9 2,8 6,1 5,4
1
10,4
32,2
3,1
rHu-EPO
6 x 9.750 IU SC
Hasil laboratorium pada tabel 3 menunjukkan complete response penderita terhadap pemberian rHu-EPO. Peningkatan hemoglobin dari 9,4 g/dL menjadi 10,4 g/dL; dan peningkatan hematokrit dari 28,1 % menjadi 32,2 % setelah pemberian 6 kali rHuEPO dengan total dosis 58.500 IU SC. Pemberian rHu-EPO bermanfaat dalam meningkatkan hemoglobin pada penderita ini. Peningkatan retikulosit dari 1,8 % menjadi 3,8 %, hal ini menunjukkan bahwa sediaan besi pada penderita ini cukup (saturasi transferin 35%) untuk mengimbangi permintaan pembentukan sel darah merah akibat rangsangan sumsum tulang oleh rHu-EPO.
7
35
6
6.1 27.9
29.4
28.3
28.1
32.2
30
28.7 5.4
5
25
4
20
3 2
9.4 1.8
2.9
2.8
9.2
9.4
9.5
9.1
1
3.1
15
10.4
10 5
0
0 0
2
3
5
7
12
Hari ke Retikulosit
Hemoglobin
Hematokrit
Pemberian rHu-EPO
Grafik 3. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, peningkatan kadar hemoglobin dari 9,4 g/dL menjadi 10,4 g/dl; peningkatan hematokrit dari 20,1% menjadi 32,2%; penurunan retikulosit dari 1,8 % menjadi 3,8 %.
ECOG scale yang dinilai untuk menentukan status performa penderita tidak mengalami perubahan, yang artinya kualitas hidup penderita stabil.
Penderita mengeluh mual dan muntah ringan, pada akhir penelitian. Namun efek samping yang timbul ini belum dapat dibuktikan hubungannya dengan pemberian rHu-EPO. Keluhan pada penderita ini diduga berhubungan dengan pemberian obatobatan kemoterapi. Jadi, pemberian rHu-EPO pada penderita ini relatif aman. Kasus 4 Seorang laki-laki, DH, 17 tahun dengan kegananasan pada darah non-myeloid stadium lanjut datang ke RS Dr.Sardjito untuk menjalani kemoterapi. Keadaan umum penderita baik dengan berat badan 47 kg dan tinggi badan 162 cm, status gizi buruk. Penderita menjalani kemoterapi dengan bleomycin 30 mg IV. Hasil skrining laboratorium menunjukkan hemoglobin 9 g/dl; hematokrit 27,9 %; eritrosit 3,07 x 106/µl; retikulosit 1,6 %; MCV 91 fl; MCH 29,3 pg; MCHC 32,3 g/dl; leukosit 64,4 x 103/µl; hitung jenis leukosit (%) B/E/L/M/NB/NS:; trombosit 174 x 103/µl; ureum 19,1 mg/dl; kreatin 0,57 mg/dl; besi serum 161 µg/dl; TIBC 227 µg/dl; feritin 1.054 ng/ml; saturasi transferin 71 %; vitamin B12 1.473 pg/ml; asam folat 10,6 ng/ml; Tes coomb direk (-), indirek (-); tes benzidin (-); dan EPO serum 329,5 mIU/l. Penderita kemudian diberikan rHu-EPO 3x/minggu dengan dosis 6500 IU SC, pemeriksaan laboratorium berkala dilakukan untuk memantau respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO.
Tabel 4. Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T ( C)
BB (kg)
ECOG Scale
0 2 5 7 9
Baik Baik Baik Baik Baik
-
110/70 110/70 120/70 110/70 110/70
80 88 84 100 84
20 20 20 20 20
36,6 36,6 36,5 36,6 36,5
43 43 43 42 42
12
Baik
-
110/70
88
20
36,8
42
o
Laboratorium
1 1 1 1 1
Hb (g/dl) 9,0 9,2 9,8 9,4 9,9
Ht (%) 27,9 28,1 29,8 28,1 29,7
Ret (%) 1,6 4,4 4,3 4,4 4,8
1
10,2
31,3
7,7
rHu-EPO
5 x 6.500 IU SC
Pada tabel 4 dapat kita lihat setelah pemberian 11 kali rHu-EPO dengan total dosis 19.500 IU, penderita menunjukkan complete response terhadap pemberian rHu-EPO. Hemoglobin meningkat dari 9 g/dl menjadi 10,5 g/dl; dan hematokrit meningkat dari 27,0 % menjadi 31,1 %. Pemberian rHu-EPO pada penderita ini terbukti efektif untuk meningkatkan kadar hemoglobin. Peningkatan retikulosit dari 1,6 % menjadi 2,7 % pada penderita ini menunjukkan bahwa sediaan besi pada penderita cukup (saturasi transferin 71%) untuk mengimbangi permintaan pembentukan sel darah merah akibat perangsangan rHuEPO.
9
35
8
29.8 28.1
27.9
7
31.3 7.7
29.7
28.1
30 25
6 5 4.4
4 3
9.2
9
2
4.3
4.4
9.8
9.4
20
4.8
15 10.2
9.9
1.6
10 5
1 0
0 0
2
5
7
9
12
Hari ke Retikulosit
Hemoglobin
Hematokrit
Pemberian rHu-EPO
Grafik 4. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, peningkatan kadar hemoglobin dari 9,0 g/dL menjadi 10.2 g/dl; peningkatan hematokrit dari 27,9% menjadi 31,3%; dan peningkatan retikulosit dari 1,6 % menjadi 7,7 %.
Status performa penderita tidak berubah selama penelitian, yang ditunjukkan dengan ECOG scale yang tidak mengalami perubahan, sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas hidup penderita stabil. Penderita juga tidak menunjukkan adanya keluhankeluhan selama penelitian berlangsung. Pemberian rHu-EPO pada penderita ini relatif aman Kasus 5 Seorang perempuan, ST, usia 57 tahun dengan keganasan darah non-myeloid stadium lanjut datang ke RS Dr.Sardjito untuk melanjutkan kemoterapi. Keadaan umum penderita sedang, penderita mengeluh badan lemas dengan berat badan 50 kg dan tinggi badan 152 cm, status gizi penderita baik. Penderita kemudian menjalani kemoterapi siklus kedua dengan Cisplatin 145 mg IV dan 5FU 1.450 mg/8 jam IV. Sebelum menjalani kemoterapi siklus kedua dilakukan skrining laboratorium yang hasilnya hemoglobin 9.4 g/dl; hematokrit 27.2 %; eritrosit 3.22 x 106/µl; retikulosit 2,2 %; MCV 84,6 fl; MCH 29,2 pg; MCHC 34,6 g/dl; leukosit 33 x 103/µl; hitung jenis leukosit (%) B/E/L/M/NB/NS:0/2/21/3/12/55; ureum 41,8 mg/dl; kreatinin 0,94 mg/dl; trombosit 158 x 103/µl; besi serum 163 µg/dl; TIBC 249 µg/dl; ferritin 1.890 ng/ml; saturasi transferin 65%; vitamin B12 7.752 pg/ml; asam folat 9,4 ng/ml; tes coomb’s direk (-), indirek (-); tes benzididin (-); dan EPO serum 101 mIU/ml. Setelah menjalani kemoterapi dilakukan skrining laboratorium yang menunjukkan hemoglobin yang menurun dari 9.4 g/dl menjadi 7.8 g/dl; hematokrit yang menurun 27,2 % menjadi 22.9 %; peningkatan retikulosit dari 2,2 % menjadi 4,7 %. Pemberian rHu-EPO 3x/minggu dengan dosis 7.350 IU SC pasca kemoterapi, kemudian
dilakukan pemantauan untuk melihat respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, yang dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T (oC)
BB (kg)
ECOG Scale
0 1 4 7
Sedang Sedang Sedang Sedang
Badan lemas Badan lemas Badan lemas -
110/70 120/70 130/70 120/70
88 96 84 88
20 22 20 20
37,4 36,8 36,5 36,4
50 50 50 50
2 2 2 2
Laboratorium Hb (g/dl) 9,4 7,8 9,1 10,2
Ht (%) 27,2 22,9 27,0 30,0
Ret (%) 2,2 4,7 2,4 0,5
rHu-EPO
4 x 7.350 IU SC
Setelah pemberian 4 kali rHu-EPO dengan total dosis 29.400 IU, terjadi peningkatan kadar hemoglobin dari 7.8 g/dL menjadi 10.2 g/dl; dan peningkatan hematokrit dari 22.9% menjadi 30.0%, menunjukkan complete response penderita terhadap pemberian rHu-EPO. Penurunan retikulosit dari 4,7 % menjadi 0,5 %, hal ini terjadi karena kurangnya sediaan besi pada penderita yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah akibat perangsangan terhadap sumsum tulang oleh rHu-EPO. Walaupun pada awal penelitian nilai saturasi transferin menunjukkan cukupnya sediaan besi yaitu 65%, keadaan seperti ini dikenal juga sebagai functional iron deficiency. 5
35 4.7
4.5
30
4
27.2
30
27
25
3.5
22.9
3
20
2.5
2.4
2.2
2 1.5
9.2
10.2
9.1
7.8
1
15
0.5
0.5
0
10 5 0
0
1
4
7
Hari ke Retikulosit
Hemoglobin
Hematokrit
Pemberian rHu-EPO
Grafik 5. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, peningkatan kadar hemoglobin dari 9,2 g/dL menjadi 10.2 g/dl; peningkatan hematokrit dari 27,2% menjadi 30.0%; dan penurunan retikulosit dari 2,2 % menjadi 0,5 %. ECOG scale yang tidak berubah menyatakan bahwa kualitas hidup penderita stabil dari awal hingga akhir penelitian.
Selama penelitian berlangsung, penderita mengeluh badan lemas, namun hal ini bukan merupakan efek samping yang ditimbulkan oleh kemoterapi maupun rHu-EPO, karena penderita sudah mengeluh badan lemas sebelum penderita di kemoterapi. Kasus 6 Seorang laki-laki, SK, 44 tahun dengan kanker tumor solid stadium lanjut datang ke RS Dr. Sardjito untuk menjalani kemoterapi. Keadaan umum penderita baik dengan berat badan 46 kg dan tinggi badan 158 cm, status gizi buruk. Penderita menjalani kemoterapi dengan cisplatin 150 mg IV dan 5FU 1500 mg IV. Hasil skrining laboratorium menunjukkan hemoglobin 9,7 g/dl; hematokrit 31,2 %; eritrosit 4,39 x 106/µl; retikulosit 2,7 %; MCV 71,1 fl; MCH 22,1 pg; MCHC 31,1 g/dl; leukosit 5,8 x 103/µl; hitung jenis leukosit (%) B/E/L/M/NB/NS:; trombosit 249 x 103/µl; ureum 18,4 mg/dl; kreatin 0,71 mg/dl; besi serum 50 µg/dl; TIBC 301 µg/dl; feritin 108 ng/ml; saturasi transferin 17 %; vitamin B12 524 pg/ml; asam folat 6,4 ng/ml; Tes coomb direk (-), indirek (-); tes benzidin (-); dan EPO serum 43,9 mIU/l. Penderita kemudian menerima rHu-EPO 3x/minggu dengan dosis 6900 IU SC. Untuk menilai respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO dilakukan pemeriksaan laboratorium berkala.
Tabel 6. Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T (oC)
BB (kg)
ECOG Scale
0 2
Baik Baik
-
110/60 110/60
76 80
20 20
36,6 36,5
46 46
1 1
Laboratorium Hb (g/dl) 9,7 10,6
Ht (%) 31,2 33,9
Ret (%) 2,7 2,3
rHu-EPO 2 x 6.900 IU SC
Setelah pemberian rHu-EPO 2 kali dengan total dosis 13.800 IU SC, penderita menunjukkan complete response terhadap pemberian rHu-EPO. Dari tabel 6 dapat kita lihat peningkatan hemoglobin dari 9,7 g/dl menjadi 10,6 g/dl; dan hematokrit dari 31,2 % menjadi 33,9 %.. Pemberian rHu-EPO pada penderita ini bermanfaat untuk meningkatkan hemoglobin. Penurunan retikulosit dari 2,7 % menjadi 2,3 %, menunjukkan bahwa sediaan besi pada penderita ini tidak cukup (saturasi transferin 17%) untuk memenuhi permintaan pembentukan sel darah merah akibat rangsangan rHu-EPO terhadap sumsum tulang. Penilaian kualitas hidup penderita yang dilakukan melalui penilaian status performa yang dinyatakan dengan ECOG scale, pada penderita ini tidak mengalami perubahan. Jadi dapat dikatakan bahwa kualitas hidup penderita stabil.
2.8
40
2.7
2.7
33.9
31.2
35 30
2.6
25
2.5
20 2.4
15
2.3
2.3 10.6
9.7
2.2
10 5
2.1
0 0
2 Hari ke
Retikulosit
Hemoglobin
Hematokrit
Pemberian rHu-EPO
Grafik 6. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, peningkatan kadar hemoglobin dari 9,7 g/dL menjadi 10,6 g/dl; peningkatan hematokrit dari 31,2% menjadi 33,9%; dan penurunan retikulosit dari 2,7 % menjadi 2,3 %.
Penderita mengeluh sakit kepala ringan, namun tidak diketahui dengan jelas ada tidaknya hubungan pemberian rHu-EPO dengan timbulnya efek samping obat tersebut. Efek samping yang timbul pada penderita ini merupakan efek samping yang berhubungan dengan pemberian obat-obatan kemoterapi. Pemberian rHu-EPO pada penderita ini relatif aman.
Kasus 7 Seorang laki-laki, NN, 67 tahun dengan keganasan pada darah non-myeloid stadium lanjut datang ke Sub-Divisi Hemato-Onkologi RS Dr.Sardjito untuk menjalani kemoterapi. Keadaan umum penderita baik dengan berat badan 49 kg dan tinggi badan 159 cm, status gizi baik. Penderita menjalani kemoterapi dengan cisplatin 150 mg dan 5-fluorourasil Hasil skrining laboratorium menunjukkan hemoglobin 8,2 g/dl; hematokrit 24,5%; eritrosit 2,58 x 106/µl; retikulosit 1,9%; MCV 95 fl; MCH 31,8 pg; MCHC 33,5 g/dl; leukosit 35,5 x 103/µl; hitung jenis leukosit (%) B/E/L/M/NB/NS:0/1/17/3/27/47; trombosit 324 x 103/µl; ureum 30,9 mg/dl; kreatin 1,08 mg/dl; besi serum 157 µg/dl; TIBC 191 µg/dl; feritin 1.205 ng/ml; saturasi transferin 82 %; vitamin B12 1.186 pg/ml; asam folat 3,9 ng/ml; Tes coomb derek (-), indirek (-); tes benzidin (-); dan EPO serum 28,3 mIU/l. Pemberian rHu-EPO 3 x/minggu dengan dosis 7.350 IU SC dilakukan pasca kemoterapi. Untuk menilai respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO dilakukan pemantauan keadaan umum serta pemeriksaan laboratorium berkala pasca pemberian rHu-EPO, yang dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T ( C)
BB (kg)
ECOG Scale
0 2 4 7 9 11 14 16
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
-
110/80 110/70 120/70 120/80 120/80 120/80 120/70 110/70
88 88 100 96 92 88 92 88
20 20 20 20 20 20 20 18
37,2 36,8 36,5 36,5 36,7 36,5 36,4 36,5
49 49 49 49 49 49 49 49
1 1 1 1 1 1 1 1
o
Laboratorium Hb (g/dl) 8,2 8,0 8,5 8,6 7,9 7,4 8,7 11,3
Ht (%) 24,5 23,7 25,2 25,1 23,6 22,4 25,7 34,0
rHu-EPO
Ret (%) 1,9 2,2 0,4 0,3 0,7 2,8 7,5 8,6
9 x 7.350 IU SC
Setelah pemberian 9 kali rHu-EPO dengan total dosis 66.150 IU penderita menunjukkan complete response, yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium. Peningkatan hemoglobin dari 8,2 g/dl menjadi 11,3 g/dl; peningkatan hematokrit dari 24,5 % menjadi 34 %. Peningkatan retikulosit dari 1,9 % menjadi 8,6 %, menyatakan bahwa sediaan besi penderita cukup (saturasi transferin 82%) untuk pembentukan sel darah merah, akibat rangsangan rHu-EPO terhadap sumsum tulang. 12
40 11.3 34
10 8.2 24.5
8
25.2
23.7
8.7
8.6
8.5
8
7.9 23.6
25.1
8.6
25.7 7.5
7.4 22.4
35 30 25
6
20 15
4
10
2.8
2
2.2
1.9
5 0.4
0 0
2
4
0.7
0.3
0
7
9
11
14
16
Hari ke Hemoglobin
Retikulosit
Hematokrit
Pemberian rHu-EPO
Grafik 7. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, terjadi peningkatan hemoglobin dari 8,2 g/dl menjadi 11,3 g/dl; peningkatan hematokrit dari 24,5 % menjadi 34,0 %; peningkatan retiklosit dari 1,9 % menjadi 8,6 %.
Status performa penderita yang dinilai dengan ECOG scale, tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung. Dengan kata lain kualitas hidup penderita stabil. Penderita juga tidak mempunyai keluhan selama penelitian, dapat dikatakan bahwa penggunaan rHu-EPO dinilai aman. Kasus 8 Seorang laki-laki, SD, 54 tahun dengan kanker tumor solid stadium lanjut datang ke RS Dr.Sardjito untuk menjalani kemoterapi. Keadaan umum penderita baik dengan berat badan 65 kg dan tinggi badan 165 cm,status gizi baik. Penderita menjalani kemoterapi dengan Cisplatin 30 mg IV dan 5FU 750mg/8 jam IV. Hasil skrining laboratorium menunjukkan hemoglobin 9,4 g/dl; hematokrit 26,9 %; eritrosit 2,58 x 106/µl; retikulosit 3,9 %; MCV 104 fl; MCH 36,6 pg; MCHC 35,1 g/dl; leukosit 1,6 x 103/µl; hitung jenis leukosit (%) B/E/L/M/N:0/3/60/7/30; trombosit 146 x 103/µl; ureum 25,7 mg/dl; kreatin 1,37 mg/dl; besi serum 125 µg/dl; TIBC 250 µg/dl; feritin 589 ng/ml; saturasi transferin 50 %; vitamin B12 1.300 pg/ml; asam folat 21,9 ng/ml; Tes coomb derek (-), indirek (-); tes benzidin (-); dan EPO serum 72.8 mIU/l. Pasca kemoterapi dilakukan pemberian rHu-EPO 3x/minggu dengan dosis 9750 IU SC. Untuk mengetahui respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO kemudian dilakukan pemantauan keadaan umum serta pemeriksaan laboratorium berkala, yang dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8 . Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T (oC)
BB (kg)
ECOG Scale
0 3
Baik Baik
-
120/70 120/80
80 84
20 20
36,5 36,5
65 65
0 0
Laboratorium Hb (g/dl) 9,4 10,7
Ht (%) 26,9 31,9
Ret (%) 3,9 3,9
rHu-EPO 2 x 9.750 IU SC
Penderita menunjukkan complete response terhadap pemberian rHu-EPO, setelah pemberian rHu-EPO 2 kali dengan total dosis 19.500 IU. Dapat dilihat dari peningkatan hemogobin dari 9,4 g/dL menjadi 10,7 g/dL; peningkatan hematokrit dari 26,9 % menjadi 31,9 %. Pemberian rHu-EPO dengan total dosis 19.500 IU terbukti dapat mengatasi anemia yang terjadi pada penderita ini sehingga tidak terjadi kemunginan penderita mendapat transfusi. Retikulosit tidak mengalami perubahan, hal ini dapat menunjukkan bahwa sediaan besi penderita cukup untuk memproduksi sel darah merah baru. Pernyataan ini juga dapat didukung dengan pemeriksaan baseline saturasi transferin penderita yaitu 50%.
4.5
35
4
31.9 3.9
3.9
3.5
30
26.9
25
3 2.5
20
2
15
1.5
10.7
9.4
1
10
0.5
5
0
0 0
2 Hari ke
Retikulosit
Hemoglobin
Hematokrit
Pemberian rHu-EPO
Grafik 8. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, peningkatan kadar hemoglobin dari 9,4 g/dL menjadi 10,7 g/dl; peningkatan hematokrit dari 26,9% menjadi 31,9%; retikulosit tidak berubah (3,9 %)
Status performa penderita tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung, penderita dapat melakukan aktivitas secara normal (ECOG scale 0). Penderita tidak mempunyai keluhan setelah pemberian rHu-EPO. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan rHu-EPO relatif aman. Kasus 9 Seorang laki-laki, ST, 43 tahun dengan kanker tumor solid datang ke Dr.Sardjito untuk persiapan kemoterapi. Keadaan umum penderita baik, dengan berat badan 52,5 kg dan tinggi badan 162 cm, status gizi baik. Penderita menjalani kemoterapi dengan cisplatin 30 mg IV dan 5FU 300 mg IV. Hasil skrining laboratorium menunjukkan hemoglobin 9,33 g/dl; hematokrit 26,7 %; eritrosit 3,2 x 106/µl; retikulosit 1,3 %; MCV 93 fl; MCH 30,1 pg; MCHC 32,1 g/dl; leukosit 2,9 x 103/µl; hitung jenis leukosit (%) B/E/L/M/NB/NS:; trombosit 139 x 103/µl; ureum 36 mg/dl; kreatin 1,2 mg/dl; besi serum 219 µg/dl; TIBC 298 µg/dl; feritin 625 ng/ml; saturasi transferin 73 %; vitamin B12 684 pg/ml; asam folat 8,3 ng/ml; Tes coomb direk (-), indirek (-); tes benzidin (-); dan EPO serum 310,5 mIU/l. Selanjutnya penderita diberikan rHu-EPO 3x/minggu 7.800 IU SC. Respon penderita dinilai dengan pemantauan dan pemeriksaan laboratorium berkala yang dilakukan setelah pemberian rHu-EPO.
Tabel 9. Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T ( C)
BB (kg)
ECOG Scale
0 4
Baik Baik
-
110/70 120/80
92 86
20 20
36,8 36,8
52,5 52
0 0
o
Laboratorium Hb (g/dl) 9,5 10,0
Ht (%) 27,6 28,6
Ret (%) 2,2 1,3
rHu-EPO 2 x 7.800 IU SC
Setelah pemberian rHu-EPO 2 kali, dengan total dosis 15.600 IU SC pasca kemoterapi, tampak adanya partial response dari penderita terhadap pemberian rHuEPO. Hal ini dapat dilihat dari tabel 9 dimana pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin dari 9,5g/dL menjadi 10 g/dL; dan peningkatan hematokrit dari 27,6 % menjadi 28,6 %. Pemberian RHu-EPO pada penderita ini bermanfaat dalam meningkatkan hemoglobin. Retikulosit dari 2,2 % menjadi 1,3 %, hal ini menunjukkan bahwa sediaan besi yang diperlukan untuk memenuhi jumlah permintaan pertambahan sel darah merah akibat perangsangan sumsum tulang tidak mencukupi, walaupun saturasi transferin penderita 73% pada awal pemeriksaan. Keadaan seperti ini dikenal juga sebagai functional iron deficiency.
12 10
28.6 10
9.5
8 6 4
27.6
2
2.2 1.3
0 0
28.8 28.6 28.4 28.2 28 27.8 27.6 27.4 27.2 27
4 Hari ke
Hemoglobin
Retikulosit
Hematokrit
Pemberian rHu-EPO
Grafik 9. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, terjadi peningkatan kadar hemoglobin dari 9,5g/dL menjadi 10 g/dL; peningkatan hematokrit dari 27,6 % menjadi 28,6 %; penurunan retikulosit dari 2,2 % menjadi 1,3 %.
ECOG scale penderita dari awal sampai akhir penelitian adalah 0, penderita dapat melakukan semua aktivitas secara normal. Penderita tidak memiliki keluhan selama penelitian berlangsung. Pemberian rHu-EPO pada penderita ini relatif aman.
Kasus 10 Seorang laki-laki, SS, usia 20 tahun dengan kanker tumor solid stadium lanjut datang ke Sub Divisi Hemato-Onkologi RSCM untuk menjalani kemoterapi. Keadaan umum penderita baik dengan berat badan 41 kg dan tinggi badan 170 cm, status gizi penderita buruk. Pada pemeriksaaan fisik ditemukan adanya gangguan pada sistem saraf, antara lain parese N.III dan N.VI bilateral; parese N.VIII dan N.II OS; lagophtalmus OS; parese N.V sinistra. Penderita kemudian dikemoterapi dengan cisplatin 145 mg IV dan 5FU 1450 mg IV. Hasil skrining laboratorium satu minggu paska kemoterapi, hemoglobin 9.95 g/dl; hematokrit 29.7 %; eritrosit 3,45 x 106/µl; retikulosit 2,8%; MCV 86,1 fl; MCH 28,8 pg; MCHC 33,5 g/dl; morfologi eritrosit normositik, normokrom; leukosit 2,6 x 103/µl; hitung jenis leukosit(%) B/E/L/M/N:1,6/4,9/,23,9/1,3/56,2; trombosit 251 x 103/µl; ureum 26 mg/dl; kreatinin 0,9 mg/dl; besi serum 36 µg/dl; TIBC 257 µg/dl; feritin 693 ng/ml; saturasi transferin 14 %; vitamin b12 1.028 pg/ml; asam folat 7,7 ng/ml; tes coomb’s direk (-), indirek (-); tes benzidin (-); dan EPO serum 48,5 mIU/ml. Dilakukan pemberian rHu-EPO 3x/minggu dengan dosis 10.000 IU SC pasca kemoterapi. Setelah pemberian rHu-EPO dilakukan pemantauan untuk melihat respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, yang dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T ( C)
BB (kg)
ECOG Scale
0 2 4
Baik Baik Baik
110/70 120/70 100/70
82 80 80
20 20 18
37,0 36,2 37,0
41,0 41,5 41,0
1 1 1
6
Sedang
mual, demam, nyeri otot dan sendi
Laboratorium Hb Ht Ret (g/dl) (%) (%) 9,95 29,7 2,8 10,00 29,6 2,7 10,10 31,0 2,9
100/70
80
18
37,5
39,0
2
10,80
o
32,3
rHu-EPO
4 x 10.000 IU SC
1,4
Setelah pemberian 4 kali rHu-EPO dengan total dosis 40.000 IU, terjadi peningkatan kadar hemoglobin dari 9.95 g/dL menjadi 10.8 g/dL; dan peningkatan hematokrit dari 29.7 % manjadi 32.3 %, pada akhir masa penelitian. Penderita menunjukkan complete response terhadap pemberian rHu-EPO.
Penurunan retikulosit dari 2,8% menjadi 1,4%, disebabkan karena kurangnya persediaan besi penderita tidak mencukupi untuk pemenuhan permintaan penambahan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah akibat perangsangan rHu-EPO.
12
33
10
10
9.95
10.8 32.3
10.1
8
32 31
31
6 29.7 2.8
4 2
30
29.6 2.7
2.9
29 1.4
0
28 0
2
4
6
Hari ke Hemoglobin
Retikulosit
Hematokrit
Pemberian rHu-EPO
Grafik 10. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, terjadi peningkatan hemoglobin dari 9,95 g/dl menjadi 10,8 g/dl; peningkatan hematokrit dari 29,7 % menjadi 32,3 %; penurunan retiklosit dari 2,8 % menjadi 1,4 %. Performance status penderita berdasarkan ECOG scale, dari awal penelitian sampai akhir penelitian menurun. Perubahan ECOG scale dari 1, dimana penderita dapat melakukan pekerjaan ringan, terbatas bila melakukan pekerjaan berat menjadi 2, penderita dapat melakukan perawatan diri tapi tidak dapat melakukan pekerjaan apapun. Hal ini terjadi karena pada akhir masa penelitian timbul efek samping, penderita mengeluh tidak selera makan, mual, demam, dan nyeri otot dan sendi derajat sedang pada akhir masa penelitian. Penderita juga mengalami penurunan berat badan dari 41 kg menjadi 39 kg. Efek samping yang timbul memberikan masalah kepada penderita namun tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Namun tidak diketahui adanya hubungan antara efek samping yang timbul pada penderita ini dengan pemberian rHu-EPO, karena pemberian obat-obat kemoterapi yang mengandung platinum seperti cisplatin dan 5FU daapat menimbulkan efek samping seperti yang dialami oleh penderita ini. Kasus 11 Seorang perempuan, TD, 34 tahun dengan kanker tumor solid stadium lanjut datang ke klinik Amanda untuk menjalani kemoterapi. Keadaan umum penderita baik dengan berat badan 54 kg dan tinggi badan 155 cm, status gizi baik. Penderita menjalani kemoterapi dengan cisplatindan 5-fu Hasil skrining laboratorium menunjukkan hemoglobin 9,38 g/dl; hematokrit 27,6 %; eritrosit 3,14 x 106/µl; retikulosit 2,2 %; MCV 87,7 fl; MCH 29,8 pg; MCHC 34,0 g/dl; leukosit 3,05 x 103/µl; hitung jenis leukosit (%) B/E/L/M/N:1,3/3,09/55,9/14,6/25,1; trombosit 292 x 103/µl; ureum 24 mg/dl; kreatinin 0,8 mg/dl; besi serum 85 µg/dl;TIBC 303 µg/dl; feritin 197 ng/ml; saturasi transferin 28 %; vitamin B12 271 pg/ml; asam folat 16,5 ng/ml; tes coomb direk (-), indirek (-), tes benzidin (-); dan EPO serum 21,30 mIU/ml. Diberikan rHu-EPO 3x/minggu dengan dosis 10.000 IU SC, pasca kemoterapi. Lalu dilakukan pemantauan dan pemeriksaan laboratoriun setelah pemberian rHu-EPO
untuk menilai respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, yang dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T (oC)
BB (kg)
ECOG scale
0 3
Baik Baik
12080 130/80
88 88
18 20
36.3 36.0
54,0 53.5
0 0
11
Baik
110/75
88
18
36.0
53,5
0
9,48
27,0
0,7
14 18 28
Baik Baik Baik
Mual Mual, lemas, nyeri abdomen -
Laboratorium Hb Ht Ret (g/dl) (%) (%) 9,38 26,8 2,2 9,57 28,2 3,0
130/80 120/80 110/75
80 84 78
18 20 18
36,0 36,6 36,6
53,5 54,0 53.5
0 0 0
9,77 9,91 11,6
28,4 28,7 34,1
3,1 3,2 1,4
rHu-EPO
6 x 10.000 IU SC
Dari tabel 3 hasil pemeriksaan laboratorium berkala menunjukkan peningkatan hemoglobin dari 9,38 g/dL menjadi 11.6 g/dL; serta peningkatan hematokrit dari 27,6 % menjadi 34.1 %, setelah pemberian 6 kali rHu-EPO dengan dosis 10.000 IU SC pasca kemoterapi. Penderita menunjukkan complete response terhadap pemberian rHu-EPO. 14
40
12
34.1 11.6
10
28.2 9.57
9.38 26.8
30
28.7 9.91
28.4 9.77
9.48 27
35
25 8 20 6 15 4
10
3.2
3.1
3 2.2
2
1.4
5
0.7 0
0 0
3
11
14
18
28
Hari ke Hemoglobin
Retikulosit
Hematokrit
Pemberiann rHu-EPO
Grafik 11. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, peningkatan hemoglobin dari 9,38 g/dL menjadi 11.6 g/dL; peningkatan hematokrit dari 27,6 % menjadi 34.1%; dan terjadi penurunan retikulosit dari 2,2% menjadi 1,4%.
Penurunan nilai retikulosit dari 2,2% menjadi 1,4% berhubungan dengan sediaan besi penderita, dimana keadaan umum penderita, status gizi penderita sangat berpengaruh pada sediaan tersebut. Pada penderita ini sediaan besi tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan pembentukan sel darah merah akibat perangsangan rHu-EPO, walaupun pada awal penelitian sediaan besi dinilai cukup (saturasi transferin 28%). Keadaan seperti ini disebut juga dengan functional iron deficiency. Status performa penderita dinilai berdasarkan ECOG scale, dimana pada penderita ini tidak ada perubahan pada status performa, jadi dapat dikatakan bahwa kualitas hidup penderita stabil. Efek samping obat yang tampak pada penderita ini adalah mual dan nyeri abdomen ringan, namun tidak mengganggu aktivitas sehari-hari si penderita. Tidak diketahui adanya hubungan efek samping yang dirasakan penderita dengan pemberian rHuEPO, karena efek samping ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat-obat kemoterapi. Kasus 12 Seorang laki-laki, SH, 64 tahun dengan keganasan pada darah non-myeloid stadium lanjut datang ke RS Dr.Sardjito untuk persiapan kemoterapi. Keadaan umum penderita baik dengan berat badan 52 kg dan tinggi badan 164 cm, status gizi baik. Penderita menjalani kemoterapi dengan cisplatin dan 5FU. Hasil skrining laboratorium menunjukkan hemoglobin 8,2 g/dl; hematokrit 24,3 %; eritrosit 3,28 x 106/µl; retikulosit 1,2 %; MCV 74,1 fl; MCH 25 pg; MCHC 33,7 g/dl; leukosit 29,7 x 103/µl; hitung jenis leukosit (%) B/E/L/M/NB/NS:1/0/5/9/22/40; trombosit 347 x 103/µl; ureum 15,9 mg/dl; kreatin 1,05 mg/dl; besi serum 42 µg/dl; TIBC 156 µg/dl; feritin 4.284 ng/ml; saturasi transferin 27 %; vitamin B12 1.850 pg/ml; asam folat 2,5 ng/ml; Tes coomb derek (-), indirek (-); tes benzidin (-); dan EPO serum 59.8 mIU/l. Pemberian rHu-EPO 3x/minggu dengan dosis 7.800 IU SC. Pemantauan dan pemeriksaan laboratorium berkala dilakukan untuk melihat pengaruh rHu-EPO terhadap penderita ini, yang ditunjukkan pada tabel 12.
Tabel 12. Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T ( C)
BB (kg)
ECOG Scale
0 2 5 7 9
Baik Baik Baik Baik Baik
-
120/70 130/80 130/80 125/80 130/80
86 92 86 88 86
16 16 18 18 18
37,0 37,4 37,5 37 36,8
52 52,3 52,5 52,6 52
1 1 1 1 1
o
Laboratorium Hb (g/dl) 8,29 8,3 9,6 9,9 10,0
Ht (%) 24,3 24,9 27,9 28,3 29,5
Ret (%) 1,2 1,3 1,1 0,4 2,3
rHu-EPO
5 x 7.800 IU SC
Setelah pemberian rHu-EPO 5 kali dengan total dosis 39.000 IU SC, penderita menunjukkan complete response terhadap pemberian rHu-EPO. Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan hemoglobin dari 8,3 g/dl menjadi 10 g/dl. Peningkatan hematokrit dari 24,9 % menjadi 29,3 %, walaupun hematokrit tidak mencapai >30%
namun peningkatan hematokrit 17,7 % dari nilai awal. Pemberian rHu-EPO pada penderita ini efektif untuk meningkatkan kadar hemoglobin. 2.5
35 2.3
2
29.5
28.3
27.9
25
24.9
24.3
1.5
20
1.3
1.2
1.1
1 8.29
0.5
30
15 10
9.9
9.6
8.3
0.4
10 5
0
0 0
2
5
7
9
Hari ke Retikulosit
Hemoglobin
Hematokrit
Pemberian rHu-EPO
Grafik 12. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, peningkatan hemoglobin dari 8,29 g/dL menjadi 10 g/dL; peningkatan hematokrit dari 24,3 % menjadi 29,5%; dan terjadi penurunan retikulosit dari 1,2% menjadi 2,3%. Peningkatan nilai retikulosit dari 1,2% menjadi 2,3%, menyatakan bahwa jumlah sediaan besi pada penderita ini mencukupi (saturasi transferin 27%) untuk memproduksi sel darah merah akibat perangsangan sumsum tulang oleh rHu-EPO. Status performa penderita tidak berubah dari awal sampai akhir penelitian, sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup penderita stabil. Penderita tidak menunjukkan keluhan apapun selama penelitian berlangsung. Pemberian rHu-EPO pada penderita ini relatif aman. Kasus 13 Seorang laki-laki, KW, 45 tahun dengan kanker tumor solid stadium lanjut datang ke RS Dr.Sardjito untuk persiapan kemoterapi. Keadaan umum penderita baik dengan berat badan 38 kg dan tinggi badan 165 cm, status gizi buruk. Penderita menjalani kemoterapi dengan carboplatin AUC 6 IV dan 5FU 500 mg IV. Hasil skrining laboratorium menunjukkan hemoglobin 8,8 g/dl; hematokrit 27,9 %; eritrosit 3,39 x 106/µl; retikulosit 1,5%; MCV 76,5 fl; MCH 26,3 pg; MCHC 33 g/dl; leukosit 6,5 x 103/µl; hitung jenis leukosit (%) B/E/L/M/NB/NS:2/0/11/4/3/80; trombosit 250 x 103/µl; Tes coomb direk (-), indirek (-); tes benzidin (-).
Dilakukan pemberian rHu-EPO 3x/minggu dengan dosis 5.700 IU SC. Pemantauan dan pemeriksaan laboratorium berkala dilakukan untuk melhat respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, yang dapat dilihat dari tabel 13. Tabel 13. Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T (oC)
BB (kg)
ECOG Scale
0 3 5 7 9 12 14 16 19 21 23
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
-
110/70 120/80 110/70 120/80 120/80 110/70 110/70 120/80 110/70 120/80 110/70
84 86 84 86 78 86 86 84 88 84 86
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
36,5 36,6 36,6 36,5 36,5 36,6 36,6 36,5 36,6 36,6 36,5
38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1
Laboratorium Hb Ht Ret (g/dl) (%) (%) 8,8 27,9 1,5 8,9 26,7 0,7 8,4 28,1 1,4 7,8 25,9 2,3 8,4 26,1 1,8 9,0 27,9 4,7 8,9 24,2 2,6 9,9 28,6 6,3 10,0 32,4 4,7 10,3 32,8 5,8 10,9 34,7 5,3
rHu-EPO
10 x 5.700 IU SC
Tabel 13, menunjukkan pemeriksaan labotratorium berkala dapat dilihat adanya peningkatan kadar hemoglobin dari 8,8 g/dL menjadi 10,9 g/dL dan peningkatan hematokrit dari 26.7 % menjadi 34,7 %. Setelah pemberian 10 kali rHu-EPO dengan total dosis 57.000 IU SC, penderita menunjukkan complete response terhadap pemberian rHu-EPO. Respon penderita dapat dilihat baik setelah pemberian rHu-EPO ke-6, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh rHu-EPO pada tiap-tiap individu berbedabeda. Pada penderita ini status gizi yang kurang, mungkin mempengaruhi kerja dari rHu-EPO itu sendiri. 12
40
10
9.9
8
9 27.9
8.9
8.8 27.9
28.1 8.4
26.7
8.4 26.1
7.8 25.9
8.9
10.9 34.7 35
10.3 32.8
10 32.4
30
28.6
25
24.2 6.3
6
20
5.8 5.3 4.7
4.7
15
4
2 1.5
10
2.6
2.3 1.8
1.4
5
0.7
0
0 0
3
5
7
9
12
14
16
19
21
23
Hari ke Hemoglobin
Retikulosit
Hematokrit
Pemberian rHu-EPO
Grafik 13. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, terjadi peningkatan hemoglobin dari 8,8 g/dl menjadi 10,9 g/dl; peningkatan hematokrit dari 27,9 % menjadi 34,7 %; penurunan retiklosit dari 1,5 % menjadi 5,3 %.
Peningkatan retikulosit dari 1,5% menjadi 5,3% menunjukkan bahwa sediaan besi penderita ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pembentukan sel darah merah oleh sumsum tulang akibat perangsangan rHu-EPO Perubahan status performa penderita dari ECOG scale 2 pada awal penelitian menjadi 1 pada akhir penelitan menunjukkan bahwa ada perbaikan kualitas hidup penderita sebagai dampak dari penanganan anemia yang tepat. Tidak ada efek samping yang timbul yang berhubungan dengan pemerian rHu-EPO, maupun pemberian obat-obatan kemoterapi. Kasus 14 Seorang laki-laki, SY, 38 tahun dengan kanker tumor solid stadium lanjut datang ke RS Dr.Sardjito untuk menjalani kemoterapi. Keadaan umum penderita baik dengan berat badan 47 kg san tinggi badan 158 cm status gizi baik. Penderita menjalani kemoterapi dengan cisplatin 150 mg IV dan xeloda 3000 mg PO. Hasil skrining laboratorium menunjukkan hemoglobin 9,5 g/dl; hematokrit 28,1 %; eritrosit 3,04 x 106/µl; retikulosit 0,6 %; MCV 92,3 fl; MCH 31,3 pg; MCHC 33,8 g/dl; leukosit 3,9 x 103/µl; hitung jenis leukosit (%) B/E/L/M/NB/NS: 0/0/37/1/1/61; trombosit 120 x 103/µl; ureum 31 mg/dl; kreatin 0,89 mg/dl; feritin 1.712 ng/ml; vitamin B12 671 pg/ml; asam folat 3,3 ng/ml; Tes coomb direk (-), indirek (-); tes benzidin (-). Dilakukan pemberian rHu-EPO 3x/minggu dengan dosis 7050 IU SC, pemantauan dan pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menilai respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO.
Tabel 14. Hasil Pemantauan Penderita Hari
KU
Keluhan
TD (mmHg)
HR (x/i)
RR (x/i)
T (oC)
BB (kg)
ECOG Scale
0 2 4
Baik Baik Baik
-
120/80 120/80 120/70
90 86 84
18 18 20
36 37 36,5
47 47 47
2 2 2
Laboratorium Hb (g/dl) 9,5 9,0 8,9
Ht (%) 28,1 25,6 25,3
Ret (%) 0,6 0,9 1,7
rHu-EPO
3 x 7.050 IU SC
Tabel 14, menunjukkan penderita tidak respon terhadap pemberian rHu-EPO, dapat dilihat dari penurunan hemoglobin dari 9,5 g/dL menjadi 8,9 g/dL; serta penurunan hematokrit dari 28,1 % menjadi 25,3%. Pemberian rHu-EPO dengan total dosis 21.150 IU tidak memberikan manfaat dalam meningkatkan hemoglobin dan hematokrit. Peningkatan retikulosit dari 0,6 % menjadi 1,7 %, menandakan bahwa sediaan besi penderita mencukupi kebutuhan sumsum tulang untuk pembentukan sel darah merah yang diakibatkan oleh perangsangan rHu-EPO.
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
9.5 28.1
9
8.9
25.6 25.3 1.7 0.9
0.6
0
2
28.5 28 27.5 27 26.5 26 25.5 25 24.5 24 23.5
4
Hari ke Hemoglobin
Retikulosit
Hematokrit
Pemberian rHu-EPO
Grafik 14. Respon penderita terhadap pemberian rHu-EPO, terjadi penurunan hemoglobin dari 9,5 g/dL menjadi 8,9 g/dL; penurunan hematokrit dari 28,1 % menjadi 25,3%; peningkatan retikulosit dari 0,6 % menjadi 1,7 %. Status performa penderita dengan penilaian ECOG scale tidak mengalami perubahan, sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas hidup penderita stabil. Tidak ada efek samping yang timbul yang berhubungan dengan pemerian rHu-EPO, maupun pemberian obat-obatan kemoterapi. II. DISKUSI Penelitian ini merupakan studi terbuka, non-komparatif dan multisenter yang dilakukan untuk menilai manfaat dan keamanan sediaan baru rHu-EPO untuk mengobati anemia sedang akibat rejimen kemoterapi yang mengandung platinum pada penderita kanker tumor solid atau keganasan darah non-mieloid. Pada penelitian ini ditemukan bahwa dari 14 penderita yang memenuhi kriteria inklusi, memberikan respon yang berbeda. Dua belas penderita mengalami complete response, 1 penderita mengalami partial response, dan 1 penderita tidak respon terhadap pemberian rHu-EPO. Jadi secara umum dapat disimpulkan, pemberian rHuEPO bermanfaat untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan hematokrit. Total dosis yang diterima tiap-tiap penderita berbeda untuk meningkatkan kadar hemoglobin menjadi, dan hematokrit menjadi , hal ini disebabkan oleh karena perbedaan dosis dan kali pemberian rHu-EPO. Dosis rHu-EPO yang diterima berkisar antara 5.700 – 10.000 IU; pemberian rHu-EPO berkisar antara 2 – 10 kali pemberian; serta total dosis yang berkisar antara 13.800 – 66.150 IU, sehingga tidak dapat disimpulkan besar dosis dan kali pemberian yang dibutuhkan untuk meningkatkan kadar hemoglobin serta hematokrit. Sebagai tambahan, status gizi penderita juga sangat menentukan respon terhadap pemberian rHu-EPO, karena pembentukan sel darah merah sangat bergantung pada
kadar besi dalam darah, dan status gizi penderita merupakan acuan yang paling mudah untuk menilai kadar besi dalam darah. Pada penelitian ini, sediaan zat besi penderita dinilai dengan pengukuran saturasi transferin yang dilakukan pada skrining awal. Nilai minimal saturasi transferin yang dianggap cukup untuk memenuhi permintaan pembentukan sel darah merah oleh perangsangan rHu-EPO adalah 20-30%.9 Dari 14 penderita diatas, 4 penderita yang nilai saturasi transferinnya dibawah 20%, 2 penderita nilai saturasi transferinnya diantara 20-30%, 6 penderita nilai saturasi transferinnya diatas 30%, dan 2 penderita yang saturasi transferinnya tidak diperiksa. Selain saturasi transferin dengan memperhatikan perubahan pada nilai retikulosit juga dapat menyatakan cukup atau tidaknya sediaan besi penderita. Retikulosit mengalami turnover yang lebih cepat dibandingkan dengan sel darah merah yang matur, dan telah dihipotesa bahwa retikulosit lebih sensitif dalam mendeteksi pembentukan sel darah merah.10 Peningkatan jumlah retikulosit menunjukkan cukupnya sediaan besi penderita untuk pembentukan sel darah merah, sedangkan penurunan jumlah retikulosit menunjukkan kekurangan sediaan besi untuk pembentukan sel darah merah yang dikenal dengan istilah functional iron deficiency. Functional iron deficiency adalah suatu keadaan dimana kecepatan penyediaan besi tidak cukup cepat terjadi untuk mengimbangi permintaan pembentukan sel darah merah oleh perangsangan rHu-EPO, walaupun terkadang persediaan besi cukup.9 Pada penelitian ini tidak ditemui kejadian tak diinginkan yang serius atau fatal yang berhubungan dengan sediaan baru rHu-EPO yang diujikan, walau pada penderita ditemukan adanya efek samping ringan. Namun tidak berhubungan dengan pemberian rHu-EPO tapi berhubungan dengan pemberian obat-obat kemoterapi yang mengandung platinum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian rHu-EPO dinilai aman pada penderita anemia sedang akibat rejimen kemoterapi yang mengandung platinum pada penderita kanker tumor solid atau keganasan darah nonmieloid. Dari antara 24 penderita yang dieksklusi, 8 penderita telah dieksklusi dari awal penelitian, 16 penderita lainnya dieksklusi karena data yang diperoleh setelah skrining pertama tidak memenuhi kriteria inklusi. Namun, penderita-penderita tersebut tetap mendapatkan pengobatan dengan rHu-EPO dengan dosis dan kali pemberian yang berbeda. Dari 16 penderita yang tidak memenuhi kriteria inklusi tersebut, 2 diantaranya meninggal setelah skrining pertama dan mendapatkan rHu-EPO, namun penyebab kematiannya tidak berhubungan dengan pemberian rHu-EPO, tetapi dikarenakan menurunnya keadaan umum penderita akibat penyakit yang dideritanya. Tujuh penderita diantaranya mengalami complete response dan 7 penderita tidak respon terhadap pemberian rHu-EPO. Dari 7 penderita yang mengalami complete response ini, 3 diantaranya dieksklusi dengan alasan benzidine test positif, yang artinya anemia yang dialami oleh penderita ini tidak murni disebabkan oleh kemoterapi melainkan karena adanya tanda
perdarahan dari saluran cerna yang dibuktikan dengan tes benzidin yang positif; 1 penderita dieksklusi karena hasil coomb’s test positif yang artinya anemia yang dialami penderita adalah anemia hemolitik yang diperantarai imun (immune-mediated hemolytic anemia); dan 3 penderita lain dieksklusi karena nilai hemoglobin serta trombosit melebihi nilai yang diminta pada kriteria inklusi. Hal ini membuktikan bahwa manfaat penggunaan rHu-EPO juga terlihat pada penderita yang anemianya disebabkan oleh penyebab lain. Sebagai kesimpulan, uji klinik yang telah dilakukan ini menunjukkan bahwa pemberian rHu-EPO secara signifikan dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan hematokrit serta aman penggunaannya untuk mengatasi anemia sedang pada penderita kanker tumor solid atau keganasan pada darah yang mendapat kemoterapi dengan rejimen platinum yang diberikan terapi rHu-EPO. Selain itu, pemberian rHu-EPO juga bermanfaat pada penderita anemia yang disebabkan oleh hal lain seperti perdarahan pada saluran cerna. Masih perlu dilakukan uji klinis yang lebih spesifik di masa yang akan datang untuk dapat menilai manfaat dan keamanan, serta optimalisasi penggunaan rHu-EPO untuk mengatasi anemia yang berhubungan dengan kanker dan terapi kanker itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA 1. Ludwig H. Epoetin in cancer-related anemia. Nephrol. Dial. Transplant 1999; 14(Suppl 2):85-92. 2. Cella D., Dobrez D., Glaspy J. Control of cancer-related anemia with erythropoietic agents: a review of evidence for improved quality of life and clinical outcomes. Annals of Oncology 2003; 14:511-519. 3. Groopman J.E., Itri L.M. Chemotherapy-induced Anemia in Adults: Incidence and Treatment. Journal of the National Cancer Institute 1999; 91:1616-1634. 4. Oberhoff C., et al. Recombinant human erythropoietin in the treatment of chemotherapy-induced anemia and prevention of transfusion requirement associated with solid tumors: A randomized, controlled study. Annals of Oncology 1998; 9:255-260. 5. Wood P.A., Hrushesky W.J.M. Cisplatin-associated Anemia: An Erythropoietin Deficiency Syndrome. The Journal of Clinical Investigation, Inc. April 1995; 95:1650-1659. 6. Caro J.J., Salas M., Ward A., Goss G. Anemia as an Independent Prognostic Factor for Survival in Patients with Cancer. American Cancer Society 2001; 91:2214-2221. 7. Quirt I., et al. Epoetin Alfa Therapy Increases Hemoglobin Levels and Improves Quality of Life in Patients With Cancer-related Anemia Who are not Receiving Chemotherapy and Patients with Anemia who are Receiving Chemotherapy. Journal of Clinical Oncology 2001; 19:4126-4134. 8. Abels R.I., Larholt K.M., Krantz K.D., Bryant E.C. Recombinant Human Erythropoietin (rHuEPO) for the treatment of the Anemia of Cancer. The Oncologist 1996 ; 1 :140-150. 9. Henry D.H. Supplemental Iron: A key to Optimizing the Response of Cancerrelated Anemia to rHuEPO? The Oncologist 1998; 3:275-278. 10. Chuang C.L., et al. Early prediction of response to intravenous iron supplementation by reticulocyte hemoglobine contentand high-fluorescence reticulocyte count in haemodialysis patients. Nephrol. Dial. Transplant 2003; 18:370-377.