LAPORAN HASIL PENELITIAN
STRUKTUR ANATOMI SERAT PELEPAH DAN TANDAN KOSONG NIPAH (Nypa fruticans Wurb) SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU PULP DAN KERTAS DARI DESA PENYOLONGAN, KABUPATEN TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
Oleh: Fatriani, S.Hut, MP
FAKULTAS KEHUTANAN JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2009
PRAKATA Dengan memanjatkan Puji dan Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat Rahmat dan HidayahNya jualah maka pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Struktur Anatomi Serat Pelepah dan Tandan Kosong Nipah (Nypa fruticans Wurb) Sebagai Alternatif Bahan Baku Pulp dan Kertas dari desa Penyolongan, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan” ini dapat diselesaikam
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat yang telah memberikan
kesempatan
kepada
Peneliti
untuk
melaksanakan
Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi. 2.
Dekan Fakultas Kehutanan dan Ketua Jurusan Teknologi Hasil Hutan yang telah memberikan dukungan sehingga dapat melaksanakan penelitian ini.
3.
Semua fihak yang membantu dalam pelaksanaan penelitian Semoga laporam Penelitian ini bermanfaat dalam menambah
wawasan khususnya tentang pemanfaatan sumber daya alam sehingga sumber daya alam tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal.
Banjarbaru, Mei 2009
PenulIs
H|llIAN
PEIGEB NAT'
sh*id A..ldl S.nil P€LIEh d.n T€nd€nK@ng Nimh (,\tt rh,ta@vl,lrtt)S€06@ AndE raaha Per'tokng*, 6.tu Pulp d.n |/tti6 rt d rt* lcblc.Gn T.Eh Bufrbu.r€|imda. Selalan
2,
K.hul.n.n/Jutu .n T6knolog l HEelHulah Jli. A.Yml KM36, Brnjalbrru (0511),1772200 / (0511)4?72290 Kmp Sory. K€.€na SrokC1, Ba.larbatu
oa524a2gt21a
3. D€E PdFL.ge,
6ffi 6t
T.n.h Amb!, Kalsd
B.nt€rb€tu
Mei 2009
t-c! NlP. r€€€02231S93022@1
PENDIDIKANNASIONAL KEMENTERIAN
LAMBUNG MANGKURAT UNIVERSITAS FAKULTASKEHUTANAN
Nomorff
H8.124KP|2OOS
Yangb.nandatangandi bdah inil 104900111975031001 P.mblm tl.mr M.dya,lv-c Fakurs KehdananUnivdii.E kBbnq
O6ng.n ini m@bod iuoas k.pada :
F6kulta3 Kehubn.nUnive6itas L.mbng : O@ Ponrclmg.n, Ta€h Aumbr. r Molakukan Pengrmbilan *mpl€ Nipah
D.m'L.n sd
rues D'nd In d'k lg4€n untukd.krmkF
:€6.s!irun.
{"ffi 09111975031001
mdiny.
DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ......................................................................................
i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………
ii
DAFTAR TABEL ...........................................................................
iii
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
II. TINJAUAN PUSTAKA ..........…………………………………………
3
A. Anatomi Kayu …………………………………………………… .
3
B. Syarat Bahan Baku Pulp dan Kertas .......................................
4
C. Tumbuhan Nipah (Nypa fructicans Wurb) ..............................
5
D. Maserasi ................................................................................
10
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .......................................
11
A. Tujuan Penelitian ....................................................................
11
B. Manfaat Penelitian ................................................................
11
I
IV. METODE PENELITIAN……………………………………..... .......
12
A. Tempat dan Wakru . ............ ……………………………………
12
B. Bahan dan Peralatan ..……………………………………………
12
C. Prosedur Penelitian ……………………………………..................
12
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................
15
A. Hasil .......................................................................................
15
B. Pembahasan ...........................................................................
16
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
23
A. Kesimpulan ............................................................................
23
B. Saran .....................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
25
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1 Persyaratan dan nilai turunan serat kayu sebagai bahan baku Pulp dan kertas …… …………………………... ........................
5
2. Rerata dimensi serat pelepah Nipah .......................................
14
3. Dimensi serat pelepah Nipah setelah dikalibrasi dengan faktor koreksi alat ……….……………….................................
14
4. Rerata dimensi serat tandan kosong Nipah ............................
15
5 Dimensi serat tandan kosong Nipah setelah dikalibrasi Dengan faktor koreksi alat …………….................................
16
I. PENDAHULUAN Kebutuhan akan bahan baku pulp dan kertas setiap tahun selalu meningkat, untuk memenuhi bahan baku tersebut telah dilaksanakan program pembangunan Hutan Tanaman Industri, namun demikian hal ini belum mampui sepenuhnya menjamin dipenuhinya kebutuhan bahan baku tersebut, khususnya ketersediaan dan kontinuitasnya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka untuk memenuhi permintaan akan kertas perlu dicari solusi yang kiranya dapat menanggulangi masalah tersebut, antara lain dengan mencari sumber-sumber tanaman baru yang cukup mempunyai kandungan selulosa atau unsur-unsur yang dapat diolah menjadi alternatif bahan baku
dalam pembuatan kertas, terutama yang berasal dari hasil
hutan non kayu. Kebutuhan akan bahan kertas bagi Indonesia terutama dipenuhi oleh bahan-bahan yang telah dibudidayakan seperti Pinus, bahan baku tersebut tentunya suatu saat nanti pasti akan berkurang, sehubungan dengan hal tersebut untuk memenuhi permintaan akan kertas dicari solusi-solusi yang dapat menanggulangi masalah tersebut, yaitu dengan mencari sumbersumber tanaman baru yang cukup mempunyai kandungan unsur-unsur yang dapat diolah menjadi alternatif bahan baku dalam pembuatan kertas, sehingga hasil hutan non kayu dapat dimanfaatkan secara optimal. Salah satu usaha tersebut adalah dengan penggunaan pelepah dan tandan kosong tumbuhan nipah. Bagian pelepah dan tandan kosong ini dianggap paling penting dalam penganekaragaman bahan baku pulp dan kertas. Pelepah dan tandan kosong nipah mengandung selulosa yang dapat
2 dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp (Rachman dan Sudarto, 1991). Pemanfaatan Nipah selama ini hanya pada daun untuk bahan pembuatan atap, oleh karena itu perlu adanya pemanfaatan pelepah dan tandan kosong sebagai alternatif bahan baku pulp dan kertas. Saat ini mungkin belum ada masyarakat yang memanfaatkan pelepah dan tandan kosong tumbuhan Nipah tersebut, oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian tentang
anatomi
dari
pelepah
dan
tandan
kosong
sehingga
bisa
dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp dan kertas. Di Kalimantan Selatan penyebaran nipah terdapat di Kab. Pulau Laut, Kab. Tanah Bumbu, kab. Tanah Laut. Kab Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah. Potensi nipah yang besar
belum dimanfaatkan secara optimal,
padahal hampir semua bagian dari tumbuhan ini bisa di manfaatkan, Menurut kasmudjo (1989), informasi struktur anatomi sangat penting untuk melihat apakah kayu/tumbuhan tersebut cocok untuk bahan baku pulp dan kertas. Informasi struktur anatomi kayu tersebut adalah informasi mengenai dimensi serat kayu yaitu ukuran panjang serat, diameter serat dan tebal dinding serat. Berdasarkan hal inilah maka penelitian mengenai masalah tersebut perlu dan bermanfaat dilakukan, yang mana dari hasil penelitian ini akan diperoleh data dasar atau data acuan untuk menentukan apakah tumbuhan tersebut cocok untuk bahan baku pulp dan kertas.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Kayu Serat/fiber menurut Fahn (1994) adalah suatu sel-sel panjang dan sempit dengan ujung tiru-tiru sel kadang-kadang bercabang. Menurut Loveless (1991) pengertian serat adalah sel-sel yang panjang, sempit berujung runcing. 1. Panjang serat Panjang serat berpengaruh pada kekuatan sobek, kekuatan jebol, lipat dan tarik. Semakin panjang serat kayu maka semakin baik untuk bahan baku pulp dan kertas karena serat
yang panjang dapat memberikan
kekuatan sobek yang tinggi dan juga memberikan kekuatan jebol, lipat dan tarik yang tinggi (Hendarto, 1976). Panjang serat juga erat hubungannya dengan kekuatan kertas
yang dihasilkan
juga berpengaruh pada
kemudahan-kemudahan dalam pencucian dan penyaringan pulp. Walaupun serat yang panjang akan menghasilkan kertas yang kuat dan baik tetapi diameter dan tebal dinding mempunyai hubungan satu sama lain yang kompleks. Panjang serat pelepah nipah (Seliati, 2007) adalah 1826,3330 mikron dan tandang kosong adalah 1293,7330 mikron 2. Diameter serat Diameter serat mempengruhi kekuataan pulp pada saat pencucian, penyaringan, pembentukan lembaran, ikatan antar serat, kekuatan serat dan mobilitasnya. Serat berdiameter kecil dan berdinding tipis lebih baik bagi pembentukan lembaran maupun bagi kekuatan kertas
(Soenardi, 1976).
4 Secara umum serat berdiameter lebih kecil lebih mudah dijadikan bahan kertas yang tipis dengan kekuatan yang baik. Semakin tipis dinding serat semakin baik untuk digunakan sebagai bahan baku pulp. Diameter serat pelepah (Seliati, 2007) adalah 558,6363 mikron, tandan kosong adalah 426,3636 mikron. 3. Tebal dinding serat Tebal dinding serat mempengaruhi rendemen pulp dan kertas, bentuk lembaran kertas yang dihasilkan, kekuatan
sobek, keadaan permukaan
kertas, kadang-kadang kekuatan jebol, tarik dan lipat dari kertas yang diperoleh. 4. Struktur anatomi lainnya Struktur anatomi lainnya yang sangat menentukan baik tidaknya digunakan untuk pembuatan pulp dan kertas adalah perhitungan nilai turunan serat yang meliputi runkel ratio (perbandingan runkel), felting power (kekuatan tekan), muhlstpeh ratio (perbandingan muhlstpeh), flexibility ratio (perbandingan flexibilitas), coefficient of rigidity (koefisien kekakuan). Persyaratan dan nilai turunan serat dapat menentukan kualita serat tersebut sehingga dapat dijadikan acuan bahan baku pulp, hal ini disajikan pada tabel berikut. B. Syarat Bahan Baku Pulp dan Kertas Bahan baku utama pulp dan kertas adalah kayu. Menurut Theo dkk (2005) sangat banyak jenis kayu yang dapat digunakan sebagai bahan baku pul dan kertas, baik dari jenis kayu daun lebar maupun daun jarum yang berasal dari hutan alam maupun tanaman.
5 Kayu sebagai bahan baku pulp dan kertas mempunyai sarat-syarat tertentu. Soenardi (1976), menyatakan bahwa syarat utama kayu sebagai bahan baku kertas adalah kayu tersebut harus mengandung banyak serat. Kasmudjo (1989), mengemukakan bahwa informasi struktur anatomi sangat penting untuk melihat apakah kayu tersebut cocok untuk bahan baku pulp dan kertas. Informasi tersebut adalah mengenai dimensi serat kayu (ukuran panjang serat, diameter serat dan tebal dinding serat). Tabel 1. Persyaratan dan nilai turunan serat kayu sebagai bahan baku pulp dan kertas Nama Fiber lenght
Kelas I Syarat nilai >2.200 100
Kelas II Syarat nilai 1.600-2.200 75
Kelas III Syarat nilai 900-1.600 50
Kelas IV Syarat nilai <900 25
Runkel ratio
0.25
100
0.25–0.50
75
0.50-1.00
50
> 1.00
25
Felting power
>9
100
70 – 90
75
40 – 70
50
< 40
25
Muhlstpeh ratio
< 30
100
30 – 60%
75
60 – 80%
50
> 80%
25
Flexibility ratio
>0.80
100
0.60–0.80
75
0.40–0.60
50
< 0.40
25
Coefficient rigidity
<0.10
100
0.10–0.15
75
0.15–0.20
50
> 0.20
25
of
C. Tumbuhan Nipah (Nypa fructicans Wurb) 1. Sifat Botanis Indonesia sebagai negara yang terletak di daerah tropis memiliki areal hutan payau yang luas dan banyak ditumbuhi Nipah (Nyfa fruticans Wurmb) yang tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Perkiraan luas hutan dari berbagai ahli memberikan angka yang berlainan. Johanes (1978) memperkirakan luas hutan Nipah di Indonesia mencakup seluas 1 juta Ha. Di pihak lain Davis (1986) memberikan angka lebih rendah yaitu sekitar 700.000 Ha.
6 Pohon Nipah termasuk tumbuhan yang dapat bertahan hidup dalam kondisi lingkungan apapun. Misalnya, apabila musim kemarau tumbuhan ini masih dapat mempertahankan kehidupannya di air asin.
Dengan
berkembang biak secara vegetatif, Nipah dapat menambah populasinya hingga berjumlah ratusan pohon. Sehingga tak jarang orang desa menyebut tempat berkembang biaknya dengan sebutan pulau Nipah. Buah Nipah (Nyfa fruticans Wurmb) merupakan hasil hutan yang sifatnya musiman dengan buah yang melimpah setiap musimnya.
Nipah
adalah salah satu sumber daya alam Indonesia yang tampak mempunyai potensi yang besar namun belum dimanfaatkan secara optimal. Pohon Nipah (Nyfa fruticans Wurmb) dikenal dengan bermacammacam nama sesuai dengan nama daerah. Pohon Nipah merupakan pohon sejenis palam yang mirip dengan pohon Sagu maupun pohon Enau (Aren), tidak berduri dan tidak berbatang dan tumbuhnya merumpun. Pohon Nipah pada umumnya hidup di sepanjang rawa-rawa air payau, di muara-muara sungai juga di daerah pasang surut. Pohon Nipah ini cocok dengan kondisi tanah masam atau ber-pH rendah. Daun-daunnya semua timbul pada rimpang mendatar yang terbenam didalam tanah berlumpur. Tumbuhan ini berdaun sirip tegak yang tingginya sampai 6 meter dengan ujung yang lancip, ibu tulang daun pada sisi bawah dengan sisik berbentuk garis, lemas dan berpasangan. Ciri-ciri lain buah ini mempunyai daun yang lebarnya sekitar 3 – 5 cm dan panjang 3 – 6 cm. Perbungaannya terletak di ujung batang berupa kumpulan bunga yang bersatu membentuk sebuah kepala. Tongkol bunga bercabang
2 – 3 kali,
7 dengan banyak pelepah daun tegak berwarna orange. Bunga Nipah tumbuh vertikal terletak dalam satu pohon, terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dimana bunga betina berada di tengah dikelilingi dua tangkai bunga jantan. Bulir jantan dalam jumlah kecil terdapat pada ujung ranting, panjang lebih kurang 5 cm. Bulir betina satu, bulat peluru, berbentuk bongkol pada ujung tangkai.
Bunga jantan tidak memiliki nektar dan penyerbukannya
dilakukan oleh serangga antara lain semut, lebah madu dan lalat buah. Tumbuhan Nipah pada umumnya tidak begitu tinggi, mempunyai buah yang bertandan-tandan dengan berat sekitar 20 – 25 kg dan bersifat musiman. Masing-masing tandan mempunyai sekitar 40 – 60 buah Nipah yang kulit luarnya berwarna coklat tua. Buah Nipah ini sifatnya sangat keras seperti buah kelapa yang terdiri dari sabut, tempurung dan daging buah. 2. Manfaat Nipah Nipah adalah salah satu jenis sumber daya hutan non kayu yang hampir seluruh bagian dari tumbuhan ini dapat di manfaatkan kecuali akar rimpangnya. Bagian-bagian dari Nipah yang dapat dimanfaatkan adalah : a. Nira Seperti halnya tumbuhan Aren (Arenga pinnata Merr) dan Kelapa (Cocos nucifera Linn) dari suku yang sama dengan Nipah, maka Nipah juga menghasilkan nira yang dapat diolah lebih lanjut menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi seperti gula, cuka, alkohol dan lain-lain. Di Ternate dan pulau-pulau di Irian, pohon ini di sadap dan dihasilkan nira yang manis-manis hambar, tidak sebaik nira Aren pada umumnya yang di suling menjadi arak. Nira Nipah di Irian Jaya di buat saguer atau tuak
8 Nipah. Sebaliknya di Filipina, Aren tidak begitu besar peranannya, namun terhadap Nipah sangat besar peranannya sebagai penghasil nira khususnya dalam
pembuatan
alkohol
(Heyne,1987).
b. Daun Daun-daun Nipah muda yang belum terbuka disebut pucuk.
Di
wilayah barat Nusantara dipakai secara besar-besaran untuk penggulung rokok. Janurnya (tunas muda) diambil, sesudah sirip daunnya dipotong dan lidinya dibuang, kemudian kulit bagian bawah beserta daging daunnya dikoyak dari kulit arinya dengan kedua tangan.
Selain dijadikan
pembungkus rokok daun Nipah juga dapat di buat hiasan, pembungkus makanan tikar pandan/purun, topi hujan serta kerajinan tangan lainnya. Sedangkan lidinya (tulang daun) dapat dijadikan sapu lidi. Daun Nipah yang tua produktif untuk atap dan dinding rumah. c. Pelepah Pelepah daun Nipah yang muda dapat dipintal menjadi tali untuk pembuatan jaring ikan. Pelepah Nipah juga dapat digunakan sebagai bahan baku kayu bakar yang baik, selain itu pelepah daun Nipah juga mengandung selulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp (Rachman dan Sudarto, 1991). Percobaan yang dilakukan di laboratorium Fakultas Teknologi IPB menunjukkan bahwa pelepah daun Nipah dapat digunakan sebagai bahan baku partikel yang berkualitas baik karena warnanya yang sangat khas dan menarik.
9 d. Tandan kosong Tangkai buah Nipah bila disadap akan menghasilkan nira yang dapat dijadikan gula. Populasi rumpun nipah antara 2000 – 4000 rumpun, 10 persen diantaranya akan menghasilkan tandan sadapan ( 200 – 400) tandan sadapan. Mulai dari keluarnya bunga nipah yakni 4 – 5 bulan, tandan nipah dapat disadap. Pada saat ini pengisian biji sedang aktif, maka apabila dilakukan penyadapan pasti akan dapat memperoleh jumlah nira yang maksimal (Rachman dan Sudarto, 1991). d. Gula merah Gula merah merupakan produk yang sangat banyak kegunaannya terutama dibidang makanan dan minuman, pembuatannya hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sumber bahan tanaman pembuat gula yang telah dikenal antara lain Kelapa, Aren, Siwalan dan Tebu. Nira yang baik untuk diolah menjadi gula adalah nira yang mempunyai kandungan gula reduksi sekitar 0,16 %, derajat keasaman 6,5 % dan sukrosa 17,7 % (Mahfuz dan Masyamah, 1990). e. Buah Daging buah Nipah mempunyai warna putih dan bentuk bulat bergerigi. Pada buah muda mempunyai rasa dan tekstur yang mirip dengan kolang-kaling.
Dengan demikian buah ini dapat diolah menjadi manisan
basah dan semi basah atau dapat juga dikalengkan/dibotolkan dalam larutan gula. Pada daging buah yang tua mempunyai tekstur yang keras dan dapat diolah menjadi tepung dengan proses pengecilan ukuran (pemarutan), pengeringan dan penggilingan.
Tepung Nipah dapat digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan “dietary foods” (Nuraini, 1989).
10 D. Maserasi Maserasi adalah proses yang membuat sel-sel kayu terpisah satu dengan yang lainnya melalui penghancuran lapisan pengikatnya. Dengan maserasi dapat diperoleh sel-sel kayu yang terlapis satu sama lainnya sehingga sel-sel tersebut dapat dengan mudah diukur dimensinya seperti panjang, diameter dan tebal dinding serat. Proses maserasi yang dapat digunakan dimana dalam penggunaan metode maserasi ini disesuaikan dengan bahan-bahan dan peralatan yang tersedia. Beberapa metode yang dapat dilakukan dalam proses maserasi adalah: 1. Metode Schultze; bahan kimia yang digunakan adalah asam nitrat 65% dan serbuk potassium clorat. 2. Metode Jeffry; bahan kimia berupa asam nitrat 10% 3. Metode Kisser; menggunakan bahan pelarut perhidrol
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Kayu Serat/fiber menurut Fahn (1994) adalah suatu sel-sel panjang dan sempit dengan ujung tiru-tiru sel kadang-kadang bercabang. Menurut Loveless (1991) pengertian serat adalah sel-sel yang panjang, sempit berujung runcing. 1. Panjang serat Panjang serat berpengaruh pada kekuatan sobek, kekuatan jebol, lipat dan tarik. Semakin panjang serat kayu maka semakin baik untuk bahan baku pulp dan kertas karena serat
yang panjang dapat memberikan
kekuatan sobek yang tinggi dan juga memberikan kekuatan jebol, lipat dan tarik yang tinggi (Hendarto, 1976). Panjang serat juga erat hubungannya dengan kekuatan kertas
yang dihasilkan
juga berpengaruh pada
kemudahan-kemudahan dalam pencucian dan penyaringan pulp. Walaupun serat yang panjang akan menghasilkan kertas yang kuat dan baik tetapi diameter dan tebal dinding mempunyai hubungan satu sama lain yang kompleks. Panjang serat pelepah nipah (Seliati, 2007) adalah 1826,3330 mikron dan tandang kosong adalah 1293,7330 mikron 2. Diameter serat Diameter serat mempengruhi kekuataan pulp pada saat pencucian, penyaringan, pembentukan lembaran, ikatan antar serat, kekuatan serat dan mobilitasnya. Serat berdiameter kecil dan berdinding tipis lebih baik bagi pembentukan lembaran maupun bagi kekuatan kertas
(Soenardi, 1976).
4 Secara umum serat berdiameter lebih kecil lebih mudah dijadikan bahan kertas yang tipis dengan kekuatan yang baik. Semakin tipis dinding serat semakin baik untuk digunakan sebagai bahan baku pulp. Diameter serat pelepah (Seliati, 2007) adalah 558,6363 mikron, tandan kosong adalah 426,3636 mikron. 3. Tebal dinding serat Tebal dinding serat mempengaruhi rendemen pulp dan kertas, bentuk lembaran kertas yang dihasilkan, kekuatan
sobek, keadaan permukaan
kertas, kadang-kadang kekuatan jebol, tarik dan lipat dari kertas yang diperoleh. 4. Struktur anatomi lainnya Struktur anatomi lainnya yang sangat menentukan baik tidaknya digunakan untuk pembuatan pulp dan kertas adalah perhitungan nilai turunan serat yang meliputi runkel ratio (perbandingan runkel), felting power (kekuatan tekan), muhlstpeh ratio (perbandingan muhlstpeh), flexibility ratio (perbandingan flexibilitas), coefficient of rigidity (koefisien kekakuan). Persyaratan dan nilai turunan serat dapat menentukan kualita serat tersebut sehingga dapat dijadikan acuan bahan baku pulp, hal ini disajikan pada tabel berikut. B. Syarat Bahan Baku Pulp dan Kertas Bahan baku utama pulp dan kertas adalah kayu. Menurut Theo dkk (2005) sangat banyak jenis kayu yang dapat digunakan sebagai bahan baku pul dan kertas, baik dari jenis kayu daun lebar maupun daun jarum yang berasal dari hutan alam maupun tanaman.
5 Kayu sebagai bahan baku pulp dan kertas mempunyai sarat-syarat tertentu. Soenardi (1976), menyatakan bahwa syarat utama kayu sebagai bahan baku kertas adalah kayu tersebut harus mengandung banyak serat. Kasmudjo (1989), mengemukakan bahwa informasi struktur anatomi sangat penting untuk melihat apakah kayu tersebut cocok untuk bahan baku pulp dan kertas. Informasi tersebut adalah mengenai dimensi serat kayu (ukuran panjang serat, diameter serat dan tebal dinding serat). Tabel 1. Persyaratan dan nilai turunan serat kayu sebagai bahan baku pulp dan kertas Nama Fiber lenght
Kelas I Syarat nilai >2.200 100
Kelas II Syarat nilai 1.600-2.200 75
Kelas III Syarat nilai 900-1.600 50
Kelas IV Syarat nilai <900 25
Runkel ratio
0.25
100
0.25–0.50
75
0.50-1.00
50
> 1.00
25
Felting power
>9
100
70 – 90
75
40 – 70
50
< 40
25
Muhlstpeh ratio
< 30
100
30 – 60%
75
60 – 80%
50
> 80%
25
Flexibility ratio
>0.80
100
0.60–0.80
75
0.40–0.60
50
< 0.40
25
Coefficient rigidity
<0.10
100
0.10–0.15
75
0.15–0.20
50
> 0.20
25
of
C. Tumbuhan Nipah (Nypa fructicans Wurb) 1. Sifat Botanis Indonesia sebagai negara yang terletak di daerah tropis memiliki areal hutan payau yang luas dan banyak ditumbuhi Nipah (Nyfa fruticans Wurmb) yang tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Perkiraan luas hutan dari berbagai ahli memberikan angka yang berlainan. Johanes (1978) memperkirakan luas hutan Nipah di Indonesia mencakup seluas 1 juta Ha. Di pihak lain Davis (1986) memberikan angka lebih rendah yaitu sekitar 700.000 Ha.
6 Pohon Nipah termasuk tumbuhan yang dapat bertahan hidup dalam kondisi lingkungan apapun. Misalnya, apabila musim kemarau tumbuhan ini masih dapat mempertahankan kehidupannya di air asin.
Dengan
berkembang biak secara vegetatif, Nipah dapat menambah populasinya hingga berjumlah ratusan pohon. Sehingga tak jarang orang desa menyebut tempat berkembang biaknya dengan sebutan pulau Nipah. Buah Nipah (Nyfa fruticans Wurmb) merupakan hasil hutan yang sifatnya musiman dengan buah yang melimpah setiap musimnya.
Nipah
adalah salah satu sumber daya alam Indonesia yang tampak mempunyai potensi yang besar namun belum dimanfaatkan secara optimal. Pohon Nipah (Nyfa fruticans Wurmb) dikenal dengan bermacammacam nama sesuai dengan nama daerah. Pohon Nipah merupakan pohon sejenis palam yang mirip dengan pohon Sagu maupun pohon Enau (Aren), tidak berduri dan tidak berbatang dan tumbuhnya merumpun. Pohon Nipah pada umumnya hidup di sepanjang rawa-rawa air payau, di muara-muara sungai juga di daerah pasang surut. Pohon Nipah ini cocok dengan kondisi tanah masam atau ber-pH rendah. Daun-daunnya semua timbul pada rimpang mendatar yang terbenam didalam tanah berlumpur. Tumbuhan ini berdaun sirip tegak yang tingginya sampai 6 meter dengan ujung yang lancip, ibu tulang daun pada sisi bawah dengan sisik berbentuk garis, lemas dan berpasangan. Ciri-ciri lain buah ini mempunyai daun yang lebarnya sekitar 3 – 5 cm dan panjang 3 – 6 cm. Perbungaannya terletak di ujung batang berupa kumpulan bunga yang bersatu membentuk sebuah kepala. Tongkol bunga bercabang
2 – 3 kali,
7 dengan banyak pelepah daun tegak berwarna orange. Bunga Nipah tumbuh vertikal terletak dalam satu pohon, terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dimana bunga betina berada di tengah dikelilingi dua tangkai bunga jantan. Bulir jantan dalam jumlah kecil terdapat pada ujung ranting, panjang lebih kurang 5 cm. Bulir betina satu, bulat peluru, berbentuk bongkol pada ujung tangkai.
Bunga jantan tidak memiliki nektar dan penyerbukannya
dilakukan oleh serangga antara lain semut, lebah madu dan lalat buah. Tumbuhan Nipah pada umumnya tidak begitu tinggi, mempunyai buah yang bertandan-tandan dengan berat sekitar 20 – 25 kg dan bersifat musiman. Masing-masing tandan mempunyai sekitar 40 – 60 buah Nipah yang kulit luarnya berwarna coklat tua. Buah Nipah ini sifatnya sangat keras seperti buah kelapa yang terdiri dari sabut, tempurung dan daging buah. 2. Manfaat Nipah Nipah adalah salah satu jenis sumber daya hutan non kayu yang hampir seluruh bagian dari tumbuhan ini dapat di manfaatkan kecuali akar rimpangnya. Bagian-bagian dari Nipah yang dapat dimanfaatkan adalah : a. Nira Seperti halnya tumbuhan Aren (Arenga pinnata Merr) dan Kelapa (Cocos nucifera Linn) dari suku yang sama dengan Nipah, maka Nipah juga menghasilkan nira yang dapat diolah lebih lanjut menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi seperti gula, cuka, alkohol dan lain-lain. Di Ternate dan pulau-pulau di Irian, pohon ini di sadap dan dihasilkan nira yang manis-manis hambar, tidak sebaik nira Aren pada umumnya yang di suling menjadi arak. Nira Nipah di Irian Jaya di buat saguer atau tuak
8 Nipah. Sebaliknya di Filipina, Aren tidak begitu besar peranannya, namun terhadap Nipah sangat besar peranannya sebagai penghasil nira khususnya dalam
pembuatan
alkohol
(Heyne,1987).
b. Daun Daun-daun Nipah muda yang belum terbuka disebut pucuk.
Di
wilayah barat Nusantara dipakai secara besar-besaran untuk penggulung rokok. Janurnya (tunas muda) diambil, sesudah sirip daunnya dipotong dan lidinya dibuang, kemudian kulit bagian bawah beserta daging daunnya dikoyak dari kulit arinya dengan kedua tangan.
Selain dijadikan
pembungkus rokok daun Nipah juga dapat di buat hiasan, pembungkus makanan tikar pandan/purun, topi hujan serta kerajinan tangan lainnya. Sedangkan lidinya (tulang daun) dapat dijadikan sapu lidi. Daun Nipah yang tua produktif untuk atap dan dinding rumah. c. Pelepah Pelepah daun Nipah yang muda dapat dipintal menjadi tali untuk pembuatan jaring ikan. Pelepah Nipah juga dapat digunakan sebagai bahan baku kayu bakar yang baik, selain itu pelepah daun Nipah juga mengandung selulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp (Rachman dan Sudarto, 1991). Percobaan yang dilakukan di laboratorium Fakultas Teknologi IPB menunjukkan bahwa pelepah daun Nipah dapat digunakan sebagai bahan baku partikel yang berkualitas baik karena warnanya yang sangat khas dan menarik.
9 d. Tandan kosong Tangkai buah Nipah bila disadap akan menghasilkan nira yang dapat dijadikan gula. Populasi rumpun nipah antara 2000 – 4000 rumpun, 10 persen diantaranya akan menghasilkan tandan sadapan ( 200 – 400) tandan sadapan. Mulai dari keluarnya bunga nipah yakni 4 – 5 bulan, tandan nipah dapat disadap. Pada saat ini pengisian biji sedang aktif, maka apabila dilakukan penyadapan pasti akan dapat memperoleh jumlah nira yang maksimal (Rachman dan Sudarto, 1991). d. Gula merah Gula merah merupakan produk yang sangat banyak kegunaannya terutama dibidang makanan dan minuman, pembuatannya hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sumber bahan tanaman pembuat gula yang telah dikenal antara lain Kelapa, Aren, Siwalan dan Tebu. Nira yang baik untuk diolah menjadi gula adalah nira yang mempunyai kandungan gula reduksi sekitar 0,16 %, derajat keasaman 6,5 % dan sukrosa 17,7 % (Mahfuz dan Masyamah, 1990). e. Buah Daging buah Nipah mempunyai warna putih dan bentuk bulat bergerigi. Pada buah muda mempunyai rasa dan tekstur yang mirip dengan kolang-kaling.
Dengan demikian buah ini dapat diolah menjadi manisan
basah dan semi basah atau dapat juga dikalengkan/dibotolkan dalam larutan gula. Pada daging buah yang tua mempunyai tekstur yang keras dan dapat diolah menjadi tepung dengan proses pengecilan ukuran (pemarutan), pengeringan dan penggilingan.
Tepung Nipah dapat digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan “dietary foods” (Nuraini, 1989).
10 D. Maserasi Maserasi adalah proses yang membuat sel-sel kayu terpisah satu dengan yang lainnya melalui penghancuran lapisan pengikatnya. Dengan maserasi dapat diperoleh sel-sel kayu yang terlapis satu sama lainnya sehingga sel-sel tersebut dapat dengan mudah diukur dimensinya seperti panjang, diameter dan tebal dinding serat. Proses maserasi yang dapat digunakan dimana dalam penggunaan metode maserasi ini disesuaikan dengan bahan-bahan dan peralatan yang tersedia. Beberapa metode yang dapat dilakukan dalam proses maserasi adalah: 1. Metode Schultze; bahan kimia yang digunakan adalah asam nitrat 65% dan serbuk potassium clorat. 2. Metode Jeffry; bahan kimia berupa asam nitrat 10% 3. Metode Kisser; menggunakan bahan pelarut perhidrol
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: 1. Dimensi serat pelepah dan tandan kosong tumbuhan Nipah 2. Nilai turunan pelepah dan tandan kosong tumbuhan Nipah B. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini akan memberikan kontribusi keilmuan berupa data dasar khususnya Ilmu Pulp dan Kertas dan Hasil Hutan Non Kayu mengenai dimensi serat yang dihasilkan juga memberikan informasi kepada para pihak yang berkepentingan untuk memanfaatkan serat tersebut sehingga dapat digunakan untuk pembuatan jenis kertas yang sesuai dengan kriteria.
IV. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di
Laboratorium Teknologi Hasil
Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, sedangkan Niipah diambil dari Desa Penyolongan, Kabupaten Tanah Bumbu. Provinsi Kalimantan Selatan Pelaksanaan kurang lebih 3 bulan meliputi tahapan persiapan, pengambilan
data,
pengolahan
dan
analisis
data
sampai
dengan
penyusunan laporan hasil penelitian. B. Bahan dan Peralatan Bahan penelitian adalah contoh uji berbentuk splinter atau potongan nipah yang berbentuk batang kecil dari pelepah dan tandan kosong., asam Nitrat (65%), aquadest, safranin, kaliumchlorid, alkohol 75% Peralatan yang digunakan adalah gergaji, parang atau pisau, tabung reaksi, api Bunsen, pipet, objek glass, cover glass, mikroskop, mistar, kertas saring, corong plastik, kompor listrik, gelas piala, kalkulator, dan alat tulis. C. Prosedur Penelitian 1. Pembuatan contoh uji dari pelepah dan tandan kosong adalah bagian tengah
dengan ketebalan 5 cm kemudian dibuat stik dengan ukuran
1x1x20 cm 2. Pembuatan larutan safranin
13 3. Cara pengukuran: Parameter yang diukur adalah panjang serat, tebal dinding serat. Diameter serat dan diameter lumen Dari hasil pengukuran parameter tersebut di atas, selanjutnya dicari turunan dimensi serat dengan rumus sebagai berkut 1. Runkel ratio : (2.w) / L 2. Felting power : L / d 3. Muhlstpeh ratio : (d2 – l2) / d2 x 100% 4. Flexibility ratio : l / d 5. Coefficient of rigidity : w / d Keterangan : L : panjang serat
I = diameter lumen
d = diameter serat
w = tebal dinding serat
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Satuan pengukuran yang digunakan untuk dimensi serat adalah milimeter. Hasil yang diperoleh disajikan pada Tabel 2, 3, 4 dan 5 berikut ini Tabel 2. Rerata dimensi serat pelepah Nipah (Nypa fruticans Wurb) Ulangan 1
Panjang serat (mm) 7636
Diameter serat (mm) 750
Diameter lumen (mm) 594
Tebal dinding serat (mm) 77,5
2
10375
868
706
81,5
3
9384
840
670
85
Jumlah
27395
2458
1970
244
Rerata
132,3430
11,8744
9,5169
1,1787
Pengkalibrasian dengan faktor korensi alat untuk satuan mikron atau 1 per seribu milimeter, panjang serat nilai kalibrasi alad adalah 15 dan 0,001 mikron, sedangkan untuk diameter serat dan diameter lumen digunakan nilai kalibrasi alat 22 dan 0,005, sehingga dimensi serat setelah dilakukan kalbirasi alat disajkan pada Tabel 3. Tabel 3. Dimensi serat pelepah Nipah (Nypa fruticans Wurb) setelah dikalibrasi dengan faktor korensi alat Ulangan 1
Panjang serat (mikron) 509,0667
Diameter serat Diameter Tebal dinding (mikron) lumen(mikron) serat(mikron) 170,4545 135,0000 17,6136
2
691,6667
197,2727
160,4545
18,5227
3
625,0000
190,9091
152,2727
19,3182
Jumlah
1826,3330
558,6363
447,7272
55,4545
15 Dari perhitungan pada tabel di atas didapat nilai turunan serat dari pelepah Nipah yaitu: 1. Runkel ratio
:
0,2477
2. Felting power
:
3,2693
3. Muhlstpeh ratio
:
35,7654 %
4. Flexibility ratio
:
0,8014
5. Coefficient of rigidity :
0,0993
Tabel 4. Rerata dimensi serat tandan kosong Nipah (Nypa fruticans Wurb) Ulangan 1
Panjang serat (mm) 6055,0000
Diameter serat (mm) 593,0000
Diameter lumen (mm) 454,0000
Tebal dinding serat (mm) 69,0000
2
7009,0000
672,0000
539,0000
65,5000
3
6342,0000
611,0000
486,0000
62,5000
Jumlah
19406,0000
1876,0000
1479,0000
198,0000
Rerata
109,6384
10,5989
8,3559
1,1186
Pengkalibrasian dengan faktor korensi alat untuk satuan mikron atau 1 per seribu milimeter, panjang serat nilai kalibrasi alad adalah 15 dan 0,001 mikron, sedangkan untuk diameter serat dan diameter lumen digunakan nilai kalibrasi alat 22 dan 0,005, sehingga dimensi serat setelah dilakukan kalbirasi alat disajkan pada Tabel 5.
16 Tabel 5. Dimensi serat tandan kosong Nipah (Nypa fruticans Wurb) setelah dikalibrasi dengan faktor korensi alat Ulangan 1
Panjang serat (mikron) 403,6667
Diameter Diameter serat (mikron) lumen(mikron) 134,7727 103,1818
Tebal dinding serat(mikron) 15,6818
2
467,2667
152,7273
125,5000
15,1136
3
422,8000
138,8636
110,4545
14,2045
Jumlah
1293,7330
426,3636
336,1363
45,000
Dari perhitungan pada tabel di atas didapat nilai turunan serat dari tandan kosong Nipah yaitu: 1. Runkel ratio
:
0,2677
2. Felting power
:
3,0343
3. Muhlstpeh ratio
:
37, 8457%
4. Flexibility ratio
:
0,7883
5. Coefficient of rigidity :
0,1055
B. Pembahasan Nilai serat pelepah L = 1826,3330 mikron, d = 558,6363 mikron, l = 447,7272 mikron dan w = 55,4545 mikron, menunjukkan bahwa pelepah Nipah baik untuk digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas, hal ini termasuk klasifikasi yang dikemukakan Klemm dan Graff and Miller (Casey, 1960) dan Direktorat Jenderal Kehutanan (1976), dimana panjang serat pelepah Nipah 1826,3330 mikron termasuk dalam serat panjang karena berada dalam rentang panjang lebih dari 1600 mikron.
17 Pelepah yang mempunyai serat panjang dikatakan baik untuk bahan baku pulp dan kertas karena serat yang panjang dapat memebrikan kekuatan sobek yang tinggi, uga kekuatan jebol, lipat dan tarik yang tinggi (Hendarto, 1976). Panjang serat disamping erat hubungan dengan kekuatan kertas yang dihasilkan juga mempengaruhi kemudahan-kemudahan dalam pencucian dan penyaringan pulp. Menurut Anonimus (1973), mengemukakan bahwa dimensi serat panjang, diameter dan tebal dinding mempunyai hubungan satu sama lain yang kompleks. Hubungan ini dibahas dalam perhitungan nilai turunan serat, jadi dalam hal ini panjang serat memang sangat berperan dalam pembuatan pulp dan kertas, tetapi pengaruh karakteristik serat lainnya seperti diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding serat juga harus dipertimbangkan. Serat yang berdiameter lebih kecil lebih mudah dijadikan bahan kertas yang tipis dengan kekuatan yang baik. Nilai diameter serat pelepah Nipah sebesar 558,6363 mikron, jika didasarkan pada klasifikasi menurut Klemm (Casey, 1960) termasuk dalam kategori diameter serat yang relatif besar. Diameter serat erat hubungannya dengan kemudahan dalam pemasakan pulp, juga berpengaruh pada proses pencucian,penyaringan pulp dan pembuatan lembaran kertas serta berpengaruh pada kekuatan ikat antar serat. Penilaian bahan baku pulp dan kertas sebagai berikut: 1.
Panjang serat, semakin panjang ukuran serat berarti semakin baik sebagai bahan baku pulp.
18 2. Diameter serat,
semakin kecil ukuran diameter serat suatu jenis kayu
maka semakin baik sebagai bahan pulp. 3. Tebal dinding serat, semakin tipis dinding serat semakin baik untuk digunakan sebagai bahan pulp. Berdasarkan nilai turunan, nilai runkel ratio pelepah Nipah = 0,2477 hal ini berarti pelepah Nipah baik digunakan untuk bahan baku pulp dan kertas, karena syarat bilangan runkel ratio yang baik untuk bahan baku pulp dan kertas adalah nilai dibawah 1,00, semakin kecil bilangan runkel ratio itu berarti serat tersebut memiliki dinding serat yang semakin tipis dan apabila dijadikan bahan baku pulp dan kertas akan menghasilkan ikatan serat yang kuat dan baik juga menghasilkan lembaran yang gepeng atau pipih. Kekuatan tenun (felting power) berkaitan dengan tingkat kelicinan kertas yang dihasilkan, kekuatan ikatan antar serat juga dipengaruhi oleh kekuatan tenun. Nilai kekuatan tenun = 3,2693 termasuk kelas IV, maka sifat kertas yang dihasilkan dari serat ini mempunyai ikatan antar serat yang relatif rendah, tetapi kekurangan dari sifat kekuatan tenun dapat diperbaiki dengan meningkatkan derajat giling serat. Semakin kecil nilai bilangan Muhlsteph maka akan semakin baik, karena berkaitan sengan plastisitas serat serta tingkat kehalusan kerataan kertas yang dihasilkan. Bilangan Muhlsteph yang dihasilkan adalah 35,7654% termasuk dalam kelas II, berarti sifat kertas dari serat pelepah Nipah akan bersifat plastis, halus dan mempunyai permukaan yang rata, juga lembaran kertas yang dihasilkan mempunyai kekuatan remas yang tinggi.
19 Nilai flexsibilitas adalah 0,8014, termasuk klaifikasi II, maka apabila serat pelepah ini digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas tidak akan banyak mengalami kesulitan dan memenuhi syarat untuk dijadikan kertas dengan kualitas tinggi dan tahan terhadap tarikan. Nilai koefisien kekakuan (coefficient of rigidity) berbanding terbalik dengan kekuatan tenun. Semakin rendah koefisien kekakuan maka akan semakin baik, hal ini berkaitan dengan kekuatan kertas yang dihasilkan, semakin rendah nilainya maka kertas makin tidak mudah putus apabila terkena tekanan atau beban tarikan sehingga kertas tidak mudah sobek Pelepah Nipah mempunyai koefisien kekakuan 0,0933 termasuk jenis tumbuhan yang mempunyai serat dengan tingkat kekakuan tinggi, sehingga apabila dijadikan lembaran kertas cocok untuk digunakan sebagai bahan baku kertas industri karton, kardus atau kantong-kantong belanja yang memerlukan kekuatan yang tinggi. Nilai serat tandan kosong untuk L = 1293,7330 mikron, d = 426,3636 mikron, l = 336,1363 mikron dan w = 45,000 mikron, menunjukkan bahwa tandan kosong baik untuk digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas, hal ini termasuk klasifikasi yang dikemukakan Klemm dan Graff and Miller (Casey, 1960) dan Direktorat Jenderal Kehutanan (1976), dimana panjang serat tandan kosong Nipah 1293,7333 mikron termasuk dalam serat panjang karena berada dalam rentang panjang serat antara 900 - 1600 mikron. Berdasarkan nilai serat tersebut dapat dikatakan cukup baik sebagai bahan baku pulp dan kertas dan termasuk ke dalam kelas serat sedang.
20 Tandan
kosong mempunyai serat sedang dapat memberikan
kekuatan sobek yang tinggi, sering juga memberikan kekuatan jebol, lipat dan tarik yang sedang. Panjang serat disamping erat hubungan dengan kekuatan kertas yang dihasilkan juga mempengaruhi kemudahan-kemudahan dalam pencucian dan penyaringan pulp. Menurut Anonimus (1973), mengemukakan bahwa dimensi serat panjang, diameter dan tebal dinding mempunyai hubungan satu sama lain yang kompleks. Hubungan ini dibahas dalam perhitungan nilai turunan serat, jadi dalam hal ini panjang serat memang sangat berperan dalam pembuatan pulp dan kertas, tetapi pengaruh karakteristik serat lainnya seperti diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding serat juga harus dipertimbangkan. Serat yang berdiameter lebih kecil lebih mudah dijadikan bahan kertas yang tipis dengan kekuatan yang baik. Nilai diameter serat pelepah Nipah sebesar 426,3636 mikron, jika didasarkan pada klasifikasi menurut Klemm (Casey, 1960) termasuk dalam kategori diameter serat yang relatif besar. Diameter serat erat hubungannya dengan kemudahan dalam pemasakan pulp, juga berpengaruh pada proses pencucian,penyaringan pulp dan pembuatan lembaran kertas serta berpengaruh pada kekuatan ikat antar serat. Berdasarkan nilai turunan, nilai runkel ratio tandan kosong Nipah = 0,2677 hal ini berarti tandan kosong Nipah baik digunakan untuk bahan baku pulp dan kertas, karena syarat bilangan runkel ratio yang baik untuk bahan baku pulp dan kertas adalah nilai dibawah 1,00, semakin kecil
21 bilangan runkel ratio itu berarti serat tersebut memiliki dinding serat yang semakin tipis dan apabila dijadikan bahan baku pulp dan kertas akan menghasilkan ikatan serat yang kuat dan baik juga menghasilkan lembaran yang gepeng atau pipih. Kekuatan tenun (felting power) berkaitan dengan tingkat kelicinan kertas yang dihasilkan, kekuatan ikatan antar serat juga dipengaruhi oleh kekuatan tenun. Nilai kekuatan tenun = 3,0327 termasuk kelas IV dan tidak dapat dikatakan baik, maka sifat kertas yang dihasilkan dari serat ini mempunyai ikatan antar serat yang relatif rendah, tetapi kekurangan dari sifat kekuatan tenun dapat diperbaiki dengan meningkatkan derajat giling serat. Semakin kecil nilai bilangan Muhlsteph maka akan semakin baik, karena berkaitan sengan plastisitas serat serta tingkat kehalusan kerataan kertas yang dihasilkan. Bilangan Muhlsteph yang dihasilkan adalah 38,34% termasuk dalam kelas II, berarti sifat kertas dari serat pelepah Nipah akan bersifat plastis, halus dan mempunyai permukaan yang rata, juga lembaran kertas yang dihasilkan mempunyai kekuatan remas yang tinggi. Sehingga dari sifat-sifat kertas tersebut memungkinkan sebagai bahan baku pulp dam kertas dengan kualitas tinggi. Nilai flexsibilitas adalah 0,7851, termasuk klaifikasi II, maka apabila serat pelepah ini digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas tidak akan banyak mengalami kesulitan dan memenuhi syarat untuk dijadikan kertas dengan kualitas tinggi dan tahan terhadap tarikan.
22 Nilai koefisien kekakuan (coefficient of rigidity) berbanding terbalik dengan kekuatan tenun. Semakin rendah koefisien kekakuan maka akan semakin baik, hal ini berkaitan dengan kekuatan kertas yang dihasilkan, semakin rendah nilainya maka kertas makin tidak mudah putus apabila terkena tekanan atau beban tarikan sehingga kertas tidak mudah sobek Tandan kosong Nipah mempunyai koefisien kekakuan 0,1074 termasuk jenis tumbuhan yang mempunyai serat dengan tingkat kekakuan tinggi, sehingga apabila dijadikan lembaran kertas cocok untuk digunakan sebagai bahan baku kertas industri karton, kardus atau kantong-kantong belanja yang memerlukan kekuatan yang tinggi.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hal-hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian diatas adalah: 1. Serat pelepah Nipah (Nypa fruticans Wurb) menghasilkan: a) panjang serat (L)
: 1826,3330 mikron
b) diameter serat (d)
: 553,6363 mikron
c) diameter lumen (i)
: 447,7272 mikron
d) tebal dinding serat (w)
: 55,4545 mikron
2. Serat tandan kosong Nipah (Nypa fruticans Wurb) menghasilkan: a) panjang serat (L)
: 1293,7330 mikron
b) diameter serat (d)
: 426,3636 mikron
c) diameter lumen (i)
: 336,1363 mikron
d) tebal dinding serat (w)
: 45,0000 mikron
3. Nilai turunan serat pelepah Nipah (Nypa fruticans Wurb) a) perbandingan Runkel
: 0,2477
b) kekuatan tenun
: 3,2693
c) perbandingan Muhlstpeh
: 33,7654%
d) perbandingan Muhlstpeh
: 0,8014
e) koefisien kekakuan
: 0,0993
24 4. Nilai turunan serat tandan kosong Nipah (Nypa fruticans Wurb)
5.
a) perbandingan Runkel
: 0,2677
b) kekuatan tenun
: 3,0343
c) perbandingan Muhlstpeh
: 37,8457%
d) perbandingan Muhlstpeh
: 0,7883
e) koefisien kekakuan
: 0,1055
Serat pelepah dan tandan kosong Nipah baik digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas, termasuk kelas II.
B. Saran 1. Perlukan analisa tentang sifat-sifat kimia dari pelepah dan tandan kosong Nipah khususnya lignin karena berpengaruh terhadap warna serat yang berdampak terhadap kualitas pulp dan kertas.. 2. Perlu penelitian anatomi serat pelepah dan tandan kosong dari darah lainnya. 3. Perlu penelitian/pengujian tentang sifat-sifat dari kertas yang dbuat dari serat pelepah dan tandan kosong
DAFTAR PUSTAKA Baker, et al. 1991. Prinsip-prinsip Silvikultur. Gajah Mada Press, Yogyakarta Bufferfield dan Meylan, 1980. Three Dimensional Structur of Wood An Ultratructural Aproach. Champen and Hall. London, New York. Casey. 1960. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology, Volume I. Pulping and Bleaching. Intersciens Publisher. ---------. 1976. Pulp dan Paper. Intercines Publisher, Inc. New York Davis,T.A.1986. Nipah Palm in Indonesia. A Souurce of Unlimated Food and Energy IARD Journal 8 (2): 34 – 38 Direktoral Jenderal Kehutanan. 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Jakarta. Direktoral Jenderal Kehutanan. 1997. Kehutanan Nomor 11.. Jakarta. Hendarto, E. 1976. Pulp and Paper. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Fanh. 1991. Anatomi Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta Heyne. 1987 Tumbuhan Berguna Indonesia I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta: 487 – 490. Haygreen and Bowyer. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Johanes. 1978. Sagu dan Nipah untuk Pangan dan Energi. Jurnal Agroekonomika. Kasmudjo. 1983. Pengantar Industri Pulp dan Kertas. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Loveless. 1991 Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropika I. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Mahfuz dan Masyamah. 1990. Studi Tekno Ekonomi Pengembangan Gula Merah Menjadi Gula Semut dengan Menggunakan Tungku Tradisional Di Kalimantan Selatan. Warta Balai Indonesia. Banjarbaru. Moeljono. 1974. Pengantar Perkayuan. Yayasan Kanisius, Jakarta.
26
Nurani, D. 1991. Pemanfaatan Nira dan Buah Nipah Sebagai Pemanis dan Bahan Baku Industri. Balai Penelitian Makanan, Minuman dan Fitokimia Balai Besar Litbang Industri Hasil Pertanian, Bogor Rachman, A.K dan Sudarto.1991. Nipah Sumber Pamanis Baru. Kanisius, Yogyakarta. Sarayar. 1976. Teknologi Kayu II. Dasar-dasar Identifikasi Kayu. Buku Jilid I. Bidang Pemasaran Departemen Kehutanan, Jakarta. Silitonga, MS dan Nurrachman 1972. Cara Pengukuran Serat Kayu di LPHH. Publikasi Khusus Mo. 12. Bogor. Sudrajad dan Rachman. 1981. Dimensi Jenis Kayu Indonesia. Laporan BPHH/FPRI Report. No. 158.PP 9 -14. Theo, YP, Usop FP dan Aryati, H. 2005. Buku Ajar Teknologi Pulp dan Kertas. Unlam, Fakultas Kehutanan, Banjarbaru. Udiansyah. 1992. Pengelolaan Hutan Alam Nipah (Nypa fructicans Wurmn). Makalah Penunjang Seminar Pengusahaan Sagu dan Nipah. Jakarta.