LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN KERJASAMA INDUSTRI DAN PERBANKAN TAHUN ANGGARAN 2016
PENGARUH PRINSIP BAGI HASIL DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN ANGGOTA MENGGUNAKAN PRODUK TABUNGAN MUDHARABAH YANG DIMEDIASI DENGAN PERILAKU RELIGIUS ANGGOTA (Studi Empiris Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)/ Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Di wilayah Kecamatan Ciampea-Bogor)
Tim Peneliti : Dr. Muniaty Aisyah, Ir.,MM : Koordinator Umiyati, SEI., M.Si : Anggota
PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN (PUSLITPEN) LP2M UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2016
LEMBAR PENGESAHAN Laporan penelitian yang berjudul “Pengaruh Prinsip Bagi Hasil dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Anggota Menggunakan Produk Tabungan Mudharabah Yang Dimediasi Dengan Perilaku Religius Anggota” (Studi Empiris Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)/ Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Di wilayah Kecamatan Ciampea-Bogor)” merupakan laporan akhir pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh “ Dr. Muniaty Aisyah,Ir., MM dan Umiyati, SEI., M.Si ”, dan telah memenuhi kriteria penulisan laporan akhir Pusat Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN), LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 25 Oktober 2016 Ketua Peneliti,
Dr. Munaty Aisyah, Ir., MM NIP. 19780307 201101 2 003 Anggota Peneliti,
Umiyati, SEI., M.Si Mengetahui;
Kepala Pusat,
Ketua Lembaga,
Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN)
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
LP2M UIN Syarif Hidayatulah Jakarta
(LP2M) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
WAHDI SAYUTI,MA NIP.19760422 200701 1 012
M. ARSKAL SALIM.GP., MA., Ph.D NIP. 197000901 199603 1 003 i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Yang bertanda tangan dibawah ini; Nama
: Dr. Muniaty Aisyah, Ir., MM
Jabatan
: Dosen Tetap PNS
Unit Kerja
: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Alamat
: Jl. Mabad Bawah III No. 101, Rempoa-Ciputat. Tangerang Selatan.
Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Judul penelitian “Pengaruh Prinsip Bagi Hasil dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Anggota Menggunakan Produk Tabungan Mudharabah Yang Dimediasi Dengan Perilaku Religius Anggota” (Studi Empiris Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)/ Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Di wilayah Kecamatan Ciampea-Bogor)” merupakan karya orisinal saya. 2. Jika di kemudian hari ditemukan fakta bahwa judul, hasil atau bagian dari laporan penelitian saya merupakan karya orang lain dan/atau plagiasi,maka saya akan bertanggung jawab untuk mengembalikan 100% dana hibah penelitian yang saya terima, dan siap mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta bersedia untuk tidak mengajukan proposal penelitian kepada puslitpen LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 2 tahun berturut-turut. Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Jakarta, 25 Oktober 2016 Yang Menyatakan,
Dr.Muniaty Aisyah, Ir., MM NIP. 19780307 201101 2 003
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Yang bertanda tangan dibawah ini; Nama
: Umiyati, SEI., M.Si
Jabatan
: Dosen Tetap Non PNS
Unit Kerja
: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Alamat
: Komp. Villa Mutiara Jl. Mirah Raya Blok W/8,Ciputat-Tangerang Selatan.
Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Judul penelitian “Pengaruh Prinsip Bagi Hasil dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Anggota Menggunakan Produk Tabungan Mudharabah Yang Dimediasi Dengan Perilaku Religius Anggota” (Studi Empiris Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)/ Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Di wilayah Kecamatan Ciampea-Bogor)” merupakan karya orisinal saya. 2. Jika di kemudian hari ditemukan fakta bahwa judul, hasil atau bagian dari laporan penelitian saya merupakan karya orang lain atau plagiasi,maka saya akan bertanggung jawab untuk mengembalikan 100% dana hibah penelitian yang saya terima, dan siap mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta bersedia untuk tidak mengajukan proposal penelitian kepada puslitpen LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 2 tahun berturut-turut. Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 25 Oktober 2016 Yang Menyatakan,
Umiyati, SEI.,M.Si
iii
PENGARUH PRINSIP BAGI HASIL DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN ANGGOTA MENGGUNAKAN PRODUK TABUNGAN MUDHARABAH YANG DIMEDIASI DENGAN PERILAKU RELIGIUS ANGGOTA (Studi Empiris Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)/ Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Diwilayah Kecamatan Ciampea-Bogor)
Abstract This study aims to get an empirical evidence about the influence of the sharing principle and service quality toward members’ decision to use mudharabah saving product which is mediated by members’ religious behavior. The sampling technique is simple random sampling with 159 respondents who are the members of Sharia Financial Service Cooperative (KJKS) or Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) at Ciampea-Bogor subdistrict, who have used the mudharabah saving product. The data was collected by using questionnaire instrument and was processed by using path analysis technique. The results indicate that the sharing principle and members’ religious behavior influence the members’ decision to use mudharabah saving product partially. However, the service quality does not influence the members’ decision to use the mudaharabah saving product. Simultaniously, the sharing principle, service quality and members’ religious behavior influence the members’ decision to use mudharabah saving product. Based on Sobel test results, indirectly, the members’ religious behavior were not mediated the sharing principle and service quality toward members’ decision to use mudharabah saving product. Therefore,it is suggested that the Sharia Financial Service Cooperative (KJKS) or Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) at Ciampea-Bogor subdistrict need to enhance their service quality for the benefit of their members and organization. Keywords: sharing principle, service quality, religious behavior, decision to use, mudharabah
PENGARUH PRINSIP BAGI HASIL DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN ANGGOTA MENGGUNAKAN PRODUK TABUNGAN MUDHARABAH YANG DIMEDIASI DENGAN PERILAKU RELIGIUS ANGGOTA (Studi Empiris Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)/ Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Diwilayah Kecamatan Ciampea-Bogor)
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh prinsip bagi hasil dan kualitas pelayanan terhadap keputusan anggota menggunakan produk tabungan mudharabah yang dimediasi perilaku religius anggota. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah responden sebanyak 159 yaitu para anggota Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)/ Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) di wilayah Kecamatan Ciampea-Bogor yang telah menggunakan Tabungan (Simpanan) Mudharabah. Data yang dikumpulkan menggunakan instrument kuesioner yang kemudian diolah dengan teknik analisis jalur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial, prinsip bagi dan perilaku religius anggota signifikan mempengaruhi keputusan menggunakan tabungan mudharabah. Namun, kualitas pelayanan tidak signifikan mempengaruhi keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah. Secara simultan, prinsip bagi hasil, kualitas pelayanan dan perilaku religus signifikan mempengaruhi keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah. Hasil uji Sobel menunjukkan bahwa secara tidak langsung perilaku regius tidak memediasi baik prinsip bagi hasil maupun kualitas pelayanan terhadap keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah. Karenanya disarankan agar Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) di wilayah Kecamatan Ciampea-Bogor melakukan berbagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan demi kepentingan anggota dan lembaga. Kata Kunci: prinsip bagi hasil, kualitas pelayanan, perilaku religius, keputusan menggunakan, mudharabah
KATA PENGANTAR Dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji dan syukur Alhamdulillah yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan Penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Prinsip Bagi Hasil dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Anggota Menggunakan Produk Tabungan Mudharabah Yang Dimediasi Dengan Perilaku Religius Anggota” (Studi Empiris Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)/ Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) di wilayah Kecamatan Ciampea-Bogor) ””. Penyusunan penelitian ini dapat diselesaikan berkat adanya bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak. Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1.
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta beserta jajarannya;
2.
Kepala Puslitpen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian;
3.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan banyak masukan dan kritikan serta saran untuk penelitian yang dibuat penulis;
4.
Para pimpinan, karyawan dan nasabah Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)/Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) di Wilayah Kecamatan Ciampea-Bogor, yang telah berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini;
5.
Para korespondensi yang telah membantu menyebarkan kuesioner kepada para nasabah dan anggota KJKS/BMT di wilayah kecamatan Ciampea - Bogor;
6.
Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persartu
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga Koperasi Jasa Keungan Syariah (KJKS)/Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) di Wilayah Kecamatan Ciampea-Bogor sebagai bahan masukan demi kemajuan kedepannya. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi kelengkapan penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT segala sesuatu kembali kepada-Nya. Dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan Hidayah-Nya kepada kita semua, Penulis ingin menyampaikan bahwa halangan dan rintangan jangan pernah menjadi tembok yang menghentikan langkah kita untuk maju. Mari kita selalu berusaha dan berdo’a, jadikan
sebuah halangan sebagai pendorong untuk membuka mata yang lebih luas, dan untuk meraih sebuah kesuksesan yang lebih besar. Amin Ya Rabbal Alamin.
Jakarta, Oktober 2016
Penulis,
Dr. Muniaty Aisyah,Ir., MM Umiyati, SEI.,M.Si
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………….. PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ……………………………………………..... ABSTRAK …………………………………………………………………………… KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. DAFTAR ISI ……………………………………………………………………........ DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….... DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………....
i ii iii vi viii x xiii xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4.
Latar Belakang Masalah…..,………………………………………… Perumusan Masalah …………………………………………………. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. Manfaat Penelitian dan Kontribusi Penelitian………………………..
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Literatur ……………………………………………………..…. 2.1.1. Perilaku Konsumen……………..……………………….……… 2.1.2. Perilaku Keputusan Pembelian Konsumen …………………….. 2.1.3. Konsep Bagi Hasil ……………………………………………… 2.1.4. Kualitas Pelayanan…………………………..………….………. 2.1.5. Perilaku Religius………………………………………………... 2.1.5.1. Perilaku Hablumminallah ……………………………... 2.1.5.2. Perilaku Hablumminannas ……………………………. 2.1.6. Tinjauan Syariah Islam: Koperasi dan Tabungan (Simpanan) Mudharabah…………………………………………………..... 2.1.7. Perkembangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Indonesi…. 2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu …………………….……..…………...... 2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis ………………………………………..…. 2.4 Perumusan Hipotesis Penelitian………………………………………… BAB III METODOLOGI PENILITIAN 3.1. Tempat dan waktu Penelitian………………………………………….… 3.2. Desain Penelitian ………………………………………………………. 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………..…………………. 3.4. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………... 3.4.1. Pengumpulan Data Primer …………………………………….. 3.4.2. Pengumpulan Data Sekunder ………………………………….. 3.5. Instrumen Penelitian ……………………………………………………. 3.6. Uji Instrumen Penelitian .……………………………………………….. 3.6.1. Uji Validitas…….. ……………………………………………... 3.6.2. Uji Realibilitas ….…………………………………………….... 3.7. Uji Normalitas …………………………………………………………... 3.8. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis….…………………………………… 3.9. Indentifikasi dan definisi Operasionalisasi variabel …………………….
1 8 8 9 11 11 21 23 26 28 31 34 36 41 44 51 52
54 55 56 58 58 59 59 59 60 60 61 63 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskrispi Objek Penelitian ……………..……………………………… 4.1.1. Profil KJKS/BMT ……………..……………………………….... 4.1.2. Deskriptif Demografi Responden.………………………………. 4.2. Uji Deskriptif Statistik ……….………………………………………… 4.2.1. Prinsip Bagi Hasil ..……………………………………………... 4.2.2. Kualitas Layanan …….…………………………………………. 4.2.3. Perilaku Religius ………………..……………………………… 4.2.3.1. Perilaku Hablumnillah ………………………………….... 4.2.3.2. Perilaku Habluminnas ……………………………………. 4.3. Pra Uji Kualitas Data : Uji Validitas dan Reliabilitas …………………. 4.4. Uji Normalitas …………………………………………………………. 4.5. Uji Koefisien Determinasi ....................................................................... 4.6. Uji Hipotesis ………………………………………………………….... 4.6.1. Uji F (Simultan) …………………………………………………. 4.6.2. Uji t (Parsial) ……………………………………………………. 4.7. Uji Pengaruh Tidak Langsung: Sobel Test……………………………..
69 71 79 81 81 84 87 87 100 111 114 114 115 115 116 118
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan ……………………………………………………………… 5.2. Rekomendasi..……………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………………...
122 122 126 131
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25 Tabel 4.26 Tabel 4.27 Tabel 4.28 Tabel 4.29 Tabel 4.30 Tabel 4.31 Tabel 4.32 Tabel 4.33 Tabel 4.34 Tabel 4.35 Tabel 4.36 Tabel 4.37 Tabel 4.38 Tabel 4.39 Tabel 4.40
Halaman : Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga ……………………….. 13 : Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu ………………….. 45 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian…………………………… 66 : Susunan Pengurus KJKS/KSPPS/BMT El Umma 72 : Jenis dan Jumlah Nasabah Produk Penghimpunan Dana… (Funding) KJKS/KSPPS/BMT El Umma ………………... 42 : Susunan Dewan Pengawas KJKS/BMT Karya Usaha……. Mandiri …………………………………………………… 77 : Susunan Pengurus Dewan Pengurus KJKS/BMT Karya…. Usaha Mandiri …………………………………………….. 77 : Jenis dan Jumlah Nasabah Produk Penghimpunan Dana… (Funding) Koperasi Karya Usaha Mandiri ………………... 78 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin ………… 79 : Distribusi Responden Berdasarkan Usia…………………… 79 : Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir..… 80 : Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Per bulan… 80 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan………… 81 : Uji Deskriptif Statistik variabel X1.a ………………………. 81 : Uji Deskriptif Statistik variabel X1.b ………………………. 82 : Uji Deskriptif Statistik variabel X1.c ………………………. 82 : Uji Deskriptif Statistik variabel X1.d ………………………. 82 : Uji Deskriptif Statistik variabel X1.e ………………………. 83 : Uji Deskriptif Statistik variabel X1.f ………………………. 83 : Uji Deskriptif Statistik variabel X1.g ………………………. 83 : Uji Deskriptif Statistik variabel X1.h ………………………. 83 : Uji Deskriptif Statistik variabel X1.i ……………………….. 84 : Uji Deskriptif Statistik variabel X2.a ………………………. 84 : Uji Deskriptif Statistik variabel X2.b ………………………. 84 : Uji Deskriptif Statistik variabel X2.c ………………………. 85 : Uji Deskriptif Statistik variabel X2.d ………………………. 85 : Uji Deskriptif Statistik variabel X2.e ………………………. 85 : Uji Deskriptif Statistik variabel X2.f ………………………. 86 : Uji Deskriptif Statistik variabel X2.g ………………………. 86 : Uji Deskriptif Statistik variabel X2.h ………………………. 86 : Uji Deskriptif Statistik variabel X2.i ………………………. 87 : Uji Deskriptif Statistik variabel X2.j ………………………. 87 : Uji Deskriptif Statistik variabel M1.1a …………………….. 88 : Uji Deskriptif Statistik variabel M1.1b ……………………. 88 : Uji Deskriptif Statistik variabel M1.1c …………………….. 88 : Uji Deskriptif Statistik variabel M1.1d …………………….. 89 : Uji Deskriptif Statistik variabel M1.1e …………………….. 89 : Uji Deskriptif Statistik variabel M1.1f …………………….. 89 : Uji Deskriptif Statistik variabel M1.1g …………………….. 90 : Uji Deskriptif Statistik variabel M1.1h …………………….. 90 : Uji Deskriptif Statistik variabel M1.1i …………………….. 90 : Uji Deskriptif Statistik variabel M1.1j …………………….. 91 : Uji Deskriptif Statistik variabel M1.1k …………………….. 91
Tabel 4.41 Tabel 4.42 Tabel 4.43 Tabel 4.44 Tabel 4.45 Tabel 4.46 Tabel 4.47 Tabel 4.48 Tabel 4.49 Tabel 4.50 Tabel 4.51 Tabel 4.52 Tabel 4.53 Tabel 4.54 Tabel 4.55 Tabel 4.56 Tabel 4.57 Tabel 4.58 Tabel 4.59 Tabel 4.60 Tabel 4.61 Tabel 4.62 Tabel 4.63 Tabel 4.64 Tabel 4.65 Tabel 4.66 Tabel 4.67 Tabel 4.68 Tabel 4.69 Tabel 4.70 Tabel 4.71 Tabel 4.72 Tabel 4.73 Tabel 4.74 Tabel 4.75 Tabel 4.76 Tabel 4.77 Tabel 4.78 Tabel 4.79 Tabel 4.80 Tabel 4.81 Tabel 4.82 Tabel 4.83 Tabel 4.84 Tabel 4.85 Tabel 4.86 Tabel 4.87 Tabel 4.88 Tabel 4.89 Tabel 4.90
: Uji Deskriptif Statistik variabel M1.1l …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2a …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2b …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2c …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2d …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2e …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2f …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2g …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2h …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2i …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2j …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2k …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2l …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3a …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3b …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3c …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3d …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3e …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3f …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3g …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3h …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3i …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3j …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3k …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3l …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.1a …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.1b …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.1c …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.1d …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.1e …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.1f …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2a …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2b …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2c …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2d …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2e …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2f …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2g …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2h …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2i …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M2.2j …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3a …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3b …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3c …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel M3.3d …………………….. : Uji Deskriptif Statistik variabel Y.a ………………………... : Uji Deskriptif Statistik variabel Y.b ………………………... : Uji Deskriptif Statistik variabel Y.c ………………………... : Uji Deskriptif Statistik variabel Y.c ………………………... : Uji Deskriptif Statistik variabel Y.c ………………………...
91 92 92 92 93 93 93 94 94 94 95 95 95 96 96 96 97 97 97 98 98 98 99 99 99 100 100 101 101 102 102 103 103 104 104 104 105 105 106 106 107 107 108 108 108 109 109 110 110 110
Tabel 4.91 Tabel 4.92 Tabel 4.93 Tabel 4.94 Tabel 4.95 Tabel 4.96 Tabel 4.96 Tabel 4.97 Tabel 4.98 Tabel 4.100 Tabel 4.101 Tabel 4.102 Tabel 4.103
: Hasil Uji Validitas Indikator Variabel Bagi hasil …………... : Hasil Uji Validitas Indikator Variabel Kualitas Layanan ….. : Hasil Uji Validitas Indikator Dimensi Perilaku…………….. Habluminallah ………………………………………………. : Hasil Uji Validitas Indikator Dimensi Perilaku…………….. Habiluminnas………………………………………………… : Hasil Uji Validitas Indikator Variabel Keputusan…………... Menggunakan ………………………………………………... : Hasil Uji Reliabilitas……………………………………..….. : Hasil Uji Normalitas……………………………………..…... : Koefisien Diterminasi Struktur I,………………………..…... : Koefisien Diterminasi Struktur II………………………..…... : Hasil Uji F Struktur I…….……………………………..….... : Hasil Uji F Struktur II……………………………………….. : Hasil Uji Parsial Struktur I..……………………………..…... : Hasil Uji Parsial Struktur II.……………………………..…...
111 111 112 113 113 114 114 115 115 116 116 117 117
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 4.1
Halaman : Model of Consumer Behaviour on Decision Proses……… 12 : Model Perilaku Konsumen Assael ……………………….. 21 23 : Proses Keputusan Pembelian Konsumen ………………… : Kerangka Pemikiran Teoritis ……………………………… 51 : Model Struktur Path Analisis ……………………………… 62 : Struktur Organisasi KJKS/KSPPS/BMT El Umma…..……. 73 : Struktur Organisasi KJKS/ BMT Karya Usaha Mandiri…… 78
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5
: Form Kuesioner Penelitian ……………………………. : Daftar Hasil Penyebaran Kuesioner …………………… : Daftar Riwayat Hidup …………………………….......... : Surat Permohonan dan Izin Penelitian …………………. : Surat Perjalanan Dinas (SPPD) …………………………
Halaman 131 146 167 176 178
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang lebih dikenal oleh masyarakat luas dengan sebutan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan bagian dari lembaga keuangan mikro syariah (LKMS). BMT saat ini kerap menghadapi masalah legalitas karena belum mempunyai payung hukum yang jelas. Payung hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariahmasih mengacu pada Undang-Undang no. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Bagi BMT yang sudah beroperasi agar tidak illegal dapat melegalkan badan hukumnya dalam bentuk koperasi dengan cara mendaftarkannya ke Kantor Dinas Koperasi dan UKM di tingkat Kabupaten atau Kotamadya. Dalam menjalankan kegiatan opearsionalnya KJKS/ BMT dapat mengacu pada Keputusan Menteri Negara Koperasi
dan
Usaha
kecil
dan
Menengah
Republik
Indonesia
No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (JUKLAK KJKS). Berdasarkan Surat Edaran Kementerian koperasi dan UKM Republik Indonesia No. 469/SE/Dep.I/V2015 tanggal 27 Mei 2005 perihal pembentukan Badan Hukum Koperasi yang akan melakasanakan usaha lembaga keuangan (LKM), maka bagi koperasi simpan pinjam yang mempeoroleh izin dari kementerian koperasi dan UKM akan di awasi oleh kementerian koperasi dengan berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian; Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha oleh simpan pinjam koperasi; Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor. 19/Per/M.KUMKM/XI/2008 tentang pedoman pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi; dan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 15/Per/M.KUKM/XII/2009 tentang perubahan atas peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor. 19/Per/M.KUMKM/XI/2008.
1
Paraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh kemenetrian koperasi tersebut, terhitung sejak tanggal 8 Januari 2016 bagi koperasi yang melakukan kegiatan usaha Simpan Pinjam Pola Syariah yang selama ini menamakan “KJKS” agar melakukan perubahan Anggaran Dasar menjadi Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS),karena jasa keuangan bukan ranah kewenangan kementerian koperasi dan UKM, tetapi kewenangan Otoritas Jasa Kuangan, jasa keuangan itu sangat luas sedangkan yang menjadi kewenangan kemeterian koperasi dan UKM hanya usaha simpan pinjam saja.(Surat Edaran Dinas Koperasi UKM, 2015) Jumlah BMT di Indonesia pada Desember 2005 masih beranggotakan 96 BMT dengan total asset sekitar Rp 364 milyar. Pertumbuhan selama tahun berjalan dan penambahan anggota baru hingga akhir tahun 2009 mencapai Rp 1,6 trilyun dan jumlah BMT hingga tahun 2010 mencapai 4.000 di seluruh Indonesai (Puskopsyah Lampung, 2013).Pemerintahmelalui Kementerian Koperasi dan UKM menyatakan bahwa KSPPS dalam bentuk Baitul maal Waa Tanwil (BMT) saat ini sudah berkembang sangat signifikan.Hal ini tidak lepas dari perkembangan kinerja BMT nasional di tahun 2015 yang asetnya mencapai Rp 4,7 triliun dengannilai pembiayaan hinggaRp 3,6 triliun. Deputi Bidang Kelembagaan dan UKM Kementerian Koperasi dan UKM, Setyo Heriyanto, menyakini BMT sebagai lembaga keuangan mikro mampu menggerakan sektor riil. Ia menjelaskan saat ini sudah ada BMT UGT Sidogiri Pasuruan Jawa Timur yang menargetkan aset senilai Rp 2 triliun diakhir 2015 mengingat pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) 2014 asetnya telah mencapai Rp 1,4 triliun (Republika.co.id,2015).BMT Bina Umat Sejahtera (BUS) Lasem-Rembang Jawa Tengah, BMT Fastabiqul Khoirot Pati, BMT Tamzis Wonosobo, BMT Bringharjo Yogyakarta asetmya juga terus merangkak naik hampir mencapai Rp 1 triliun (Republika.co.id,2015). Besarnya aset BMT tersebut tidak lepas dari kinerja BMT yang mampu mengelola koperasi secara professional dan modern. Tidak sedikit BMT yang telah menggunakan teknologi maju layaknya perbankan seperti tersedianya layanan ATM, internet dan mobile banking yang semakin memperkuat 2
kepercayaan anggotanya dan masyarakat. KJKS/BMT secara umum telah berhasil menjadi lembaga keuangan mikro yang andal. Kemampuannya menghimpun dana masyarakat terbilang luar biasa, mengingat mayoritas nasabahnya adalah pelaku usaha berskala mikro, yang selama ini kurang diperhitungkan perbankan sebagai sumber dana. Dengan mengembangkan kemampuan
menabung
anggotanya,
mereka
juga
mampu
membantu
anggotanya ketika dihadapkan pada kebutuhan mendesak seperti sakit atau terkena musibahBMT semakin mampu mengakumulasikan modal bagi peningkatan kapasitas bisnis dan pengembangan bisnis baru. Identitas KJKS/ BMT terletak pada ke-Islamanya yang secara historis baik dalam pendirian maupun perkembangannya selalu mengedepankan nilai-nilai Islami yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah Islam baik dari kegiatan operasionalnya,
penamaan,
kelembagaan,maupun
produk-produknya.
Konsekuensinya, KJKS/BMT dituntut untuk bertanggungjawab/ istiqomah menegakkan nilai-nilai Islami, tidak saja kepada stakeholder, melainkan juga bertanggung jawab kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. KJKS/BMT merupakan motor penggerak sektor usaha mikro dan usaha kecil dan menengah (UMKM) bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Peran KJKS/ BMT diharapkan dapat membantu meningkatkan produktifitas masyarakat yang pada gilirannya akan berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi negarayang ditopang oleh sektor riil yang kuat dan berkesinambungan agar fundamental ekonomi Indonesiasemakin kokoh. Saat ini Lembaga Keuangan Mikro (microfinance) dipercaya menjadi salah satu alat yang efektif dalam mengatasi kemiskinan, menciptakan masyarakat yang bertanggung jawab,
mandiri
dan
bermartabat.
Karenanya
KJKS/
BMT
mutlak
dikembangkan terutama dari sisi kualitas layanan dan penerapan sistem bagi hasil yang mampu menarik masyarakat untuk menjadi anggota / nasabah. Perkembangan KJKS/ BMT yang pesat diiringi pula oleh semakin besarnya tantangan yang dihadapi seperti masalah kepatuhan syariah (syariah compliance), profesionalime pengelolaan, pengembangan sumber daya insani (SDI), kerja sama antar KJKS/BMT, masalah legalitas dan regulasi. Menurut 3
Deputi Bidang Kelembagaan dan UKM Kementerian Koperasi dan UKM, Setyo Heriyanto, pengembangan KJKS/ BMT mengalami kendala klasik seperti kualitas sumber daya insani (SDI), teknologi, inovasi produk, pemasaran,
pembiayaan
dan
regulasi
yang
kurang
memadai
(Republika.co.id,2015). Karenanya, dibutuhkan upaya berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas KJKS/ BMT dengan tetap mengimplementasikan konsep ekonomi syariah yang baik dan benar. Kendala lain yang dihadapi KJKS/ BMT adalah masalah pemasaran produk/ jasa pada konsumen yang kurang maksimal, padahal konsumen merupakan unsur terpenting dalam dunia bisnis. Tanpa konsumen, bisnis tidak akan berkembang, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menganalisa perilaku konsumen Lembaga Keuangan Mikro syariah (LKMS) khsusunya KJKS/ BMT. Menurut Lamb, Hair dan McDaniel (2001) perilaku konsumen adalah proses pelanggan dalam membuat keputusan membeli, menggunakan barang-barang dan jasa yang dibeli, juga faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan penggunaan produk atau jasa. Sebelum melakukan keputusan pembelian, konsumen terlebih dahulu melalui beberapa tahapan sampai kepada keputusan membeli yaitu proses tahap demi tahap yang digunakan konsumen ketika membeli barang atau jasa.Menurut Kotler dan Keller (2012)terdapat lima tahapan proses pembelian produk/ jasa oleh konsumen yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, keputusan pembelian dan perilaku setelah pembelian. Keputusan pembelian konsumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keputusan anggota menggunakan produk/ jasa yang ditawarkan oleh KJKS/ BMT. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah RI No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (JUKLAK KJKS) menjelaskan mengenai produk dan layanan (jasa) terdiri dari Tabungan dan Simpanan, Pembiayaan (Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna, dan Ijarah) dan kegiatan maal koperasi jasa keuangan syariah. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, KJKS/BMT perlu memperhatikan kualitas pelayanan yang 4
telah diberikan kepada masyarakat. Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima dengan pelayanan yang mereka harapkan. Penelitian
Umiyati
(2015)
menyebutkan
bahwa
produk-produk
danpelayanan LKMS mempengaruhi persepsi masyarakat desa terhadap Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS), baik pengujian yang dilakukan secara parameter maupun simultan, hal ini menunjukan bahwa masyarakat telah mengenal terhadap produk atau layanan (jasa) LKMS, maka penelitian dapat dilanjutkan pada tahapan untuk menganalisis perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian atau keputusan menggunakan produk atau layanan (jasa) di LKMS (KJKS/BMT). Bagi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) baik konvensional dan syariah yang kegiatan pokoknya memberikan layanan (jasa) keuangan tentu saja membutuhkan daya tarik guna mendorong minat masyarakat untuk menggunakan produk/ jasa yang ditawarkan seperti tingkat keuntungan dan manfaat yang diperoleh sebagai konsumen. KJKS/ BMT berlandaskan pada prinsip syariah Islam yang tentu saja berbeda dengan LKM/ Koperasi konvensional. LKM/ koperasi memberikan keuntungan berupa bunga, sedangkan KJKS/ BMT menggunakan sistem bagi hasil.Pasal 1 butir 13 Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menjelaskan prinsip bagi hasil adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antar bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Sistem bagi hasil KJKS/ BMT merupakan bentuk pembagian keuntungan kepada anggota/ nasabah sebagai pemilik modal dan KJKS/ BMT sebagai pengelola modal atas dana yang disimpan oleh anggota/ nasabah. Perhitungan bagi hasil untuk tabungan dan simpanan berjangka/ Mudharabah sesuai dengan pola bagi hasil (syariah) dilakukan dengan sistem distribusi pendapatan (JUKLAK KJKS, 2004). Berdasarkan penelitian Daulay (2010), terdapat pengaruh signifikan positif antara pelayanan dan bagi hasil terhadap keputusan menabung nasabah di bank 5
syariah di Kota Medan baik secara parsial maupun simultan. Hasil penelitain ini sejalan dengan penelitian Yogiarto (2015) dimana bagi hasil, promosi dan kualitas
pelayanan
berpengaruh
signifikan
pula
terhadap
Keputusan
Penggunaan Jasa Perbankan Syariah Tabungan Mudharabah. Menurut Handy Irawan (2007) dalam
Astogini (2011) terdapat sepuluh
perilaku unik
konsumen di Indonesia yaitu : (1) Berpikir jangka pendek, (2) tidak terencana, (3) Suka berkumpul, (4) Gagap (5) Teknologi, (6) Orientasi pada konteks, (7) Gengsi,(8) Kuat di Sub culture, (9) Kurang peduli lingkungan dan (10) Religius. Religiusitas adalah penghayatan agama seseorang yang menyangkut simbol, keyakinan, nilai dan perilaku yang didorong oleh kekuatan spiritual. Religiusitas dapat digambarkan sebagai adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsure psikomotorik (Rahmat, 1996 dalam Astogini 2011). Perilaku konsumen Indonesia dalam pengambilan keputusan pembelian produk/jasa sebagai bagian dari aktifitas sehari-hari berkaitan erat dengan religiusitasnya. Perilaku pembelian konsumenyang religius dapat dilihat dari adanya fenomena yang menunjukkan bahwa konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Konsumen Indonesiapada umumya menyukai produkproduk yang mengusung simbol-simbol agama, sehingga para pelaku bisnis kerap memanfaatkan atribut-atribut produk yang bersimbolkan agama seperti sertifikasi, label/ logo halal dalam strategi pemasarannya. Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa religion (agama) dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen secara umum (Delener, 1994; Assadi, 2003; Pettinger dkk., 2004; Bonne dkk., 2007); khususnya pada keputusan pembelian makanan dan kebiasaan makan (Bonne dkk., 2007). Delener (1994) menjelaskan, religiosity merupakan salah satu aspek budaya terpenting yang mempengaruhi perilaku konsumen. Itulah sebabnya, mengapa religiousness, sebagai nilai yang penting dalam struktur kognitif konsumen individu, dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
6
Penelitian Aisyah (2014, 2015) secara langsung perilaku religius konsumen
Muslim
hablumminannas
yang
signifikan
terdiri
dari
perilaku
positif mempengaruhi
hablumminallah
dan
kecenderungan
dan
keputusan konsumen membeli produk berlabel halal dimana semakin tinggi tingkat religiusitas konsumen, maka semakin tinggi pula kecenderungan dan keputusan konsumen membeli produk berlabel halal. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: pertama, Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan Lembaga Keuangan Mikro Syariah berpotensi menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang efektif dalam mengentaskan kemiskinan. Namun hingga saat ini KJKS/ BMT masih dihadapkan pada berbagai kendala, yang salah satunya dibidang pemasaran. Karena itu perlu dilakukan penelitian tentang perilaku konsumen yang akan menjadi dasar pertimbangan dan masukan kepada LKMS (KJKS/BMT) dalam mengembangkan produk/ jasa keuangan mikro yang berkualitas sehingga mendorong para anggota, nasabah dan masyarakat menggunakan layanan KJKS/BMT khususnya tabungan mudharabah.Kedua, dalam rangka mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Syariah kususnya KJKS/ BMT, diperlukan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku konsumen, baik dari faktor eksternal yaitu prinsip bagi hasil dan kualitas pelayanan maupun faktor internal yaitu perilaku religiusnya yang diduga akan mempengaruhi keputusan anggota/ nasabah untuk meggunakan tabungan atau simpanan yang ditawarkan KJKS/ BMT yang merupakan aktifitas penting guna mendapatkan dana pihak ketiga. Ketiga,hingga kini masih peneliti belum menemukan penelitian yang menganalisis faktor eksternal khususnya prinsip bagi hasil dan kualitas pelayanan, dan faktor internal yaitu perilaku religius (baik perilaku hablumminallah maupun perilaku hablumminannas) terhadap keputusan anggota KJKS/ BMT menggunakan tabungan mudharabah baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Prinsip Bagi Hasil dan Kualitas Pelayanan 7
Terhadap
Keputusan
Anggota
Menggunakan
Produk
Tabungan
Mudharabah Yang Dimediasi Dengan Perilaku Religius Anggota” (Studi Empiris
PadaKoperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)/ Baitul Maal Wa
Tamwil (BMT) Di wilayah Kecamatan Ciampea-Bogor) ”.
1.2. Perumusan Masalah 1. Apakah prinsip bagi hasil signifikan mempengaruhi keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah ? 2. Apakah kualitas pelayanan signifikan mempengaruhi keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah ? 3. Apakah perilaku religius signifikan mempengaruhi keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah ? 4. Apakah prinsip bagi hasil signifikan mempengaruhi keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah dengan perilaku religius sebagai variabel intervening ? 5. Apakah kualitas pelayanan signifikan mempengaruhi keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah dengan perilaku religius sebagai variabel intervening?
1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis apakah prinsip bagi hasil signifikan mempengaruhi keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah. 2. Untuk menganalisis apakah kualitas pelayanan signifikan mempengaruhi keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah. 3. Untuk menganalisis apakah perilaku religius signifikan mempengaruhi keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah. 4. Untuk menganalisis apakah prinsip bagi hasilsignifikan mempengaruhi keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah yang dimediasi perilaku religiusnya.
8
5. Untuk menganalisi apakah kualitas pelayanan signifikan mempengaruhi keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah yang dimediasi perilaku religiusnya.
1.4. Manfaat dan Kontribusi Penelitian Apabila tujuan penelitian tersebut dapat dipenuhi, maka hasil yang diharapkan pada penelitian inidapat memberikan kontribusi teoritis dan praktis, diantaranya sebagai berikut: a. Kontribusi Teoritis 1. Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan bukti empiris tentang pengaruh prinsip bagi hasil dan kualitas pelayanan terhadap keputusan anggota menggunakan produk tabungan mudharabah yang dimediasi dengan perilaku religius anggota, khususnya bagipengembangan strategipemasaran dan operasional Lembaga Keungan Mikro Syariah (LKMS ) yaitu KJKS/ BMT. 2. Masyarakat, sebagai media
informasi tentang faktor eksternal dan
internal yang mendasari keputusan anggota KJKS/ BMT untuk menggunakan tabungan mudharabah, dan sarana edukasi masyarakat tentang perkembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah khususnya KJKS/ BMT di Indonesia. 3. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akanmengakaji lebih lanjut faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi perilaku nasabah menggunakan produk/ jasa KJKS/ BMT di Indonesia. 4. Penulis, sebagai sarana dalam memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai Lembaga Keuangan Mikro Syariah khususnya KJKS/BMT, terutama tentang faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi perilaku konsumen/ anggotanya. b. Kontribusi Praktis 1. Organisasi Publik atau pihak terkait(KJKS/BMT) di Ciampea-Bogor, diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
praktis
bagi
upaya 9
pengembangan dan kerja sama industri Keuangan Mikro Syariah dalam merancang strategi pemasaran yang baik, guna meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan produk tabungan yang ditawarkan dengan meningkatkan kualitas produk melalui penerapan prinsip bagi hasilnya yang menguntungkan dan meningkatkan kualitas pelayanan yang efektif dalam meningkatkan jumlah anggota dan jumlah asset dari dana pihak ketiga. 2. Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan BMT Center Indonesia, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif sebagai
dasar
pertimbangan dalam menetapkan regulasi yang berkenaan dengan sistem Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) khususnya KJKS/BMT di Indonesia.
10
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS 2.1.Kajian Literatur 2.1.1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik individu yang dilakukan ketika mengevaluasi, membeli, menggunakan atau menentukan barang atau jasa-jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhannya (Loudon dan Dellabita ,1993). Dua elemen penting dari perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik yang keduanya melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang atau jasa ekonomis. Loudon dan Dellabita (1993) menjelaskan bahwa,dalam perilaku konsumen terdapat 3 variabel penting yaitu 1) Variabel Stimulus, merupakan variabel yang berada di luar individu (eksternal) yang sangat mempengaruhi proses pembelian; (2) Variabel Respons, hasil aktivitas individu sebagai reaksi dari variabel stimulus yang sangat tergantung pada faktor individu dan kekuatan stimulus; (3) Variabel Antara, berada di antara variabel stimulus dengan respons, variabel ini merupakan faktor internal individu, termasuk motif untuk membeli, sikap terhadap suatu peristiwa dan persepsi atas suatu barang peranan variabel antara (intervening) adalah untuk memodifikasi respon. Perilaku konsumen adalah “the study of individuals, groups, or organizations and the processes they use to select, secure, use and dispose of products, services, experiences, or ideas to satisfy needs and the impacts that these processes have on the consume and society” (Hawkins dan David, 2010). Pengertian yang dijelaskan oleh Hawkins dan David tersebut memiliki makna yang lebih luas dibanding pengertian lain yang lebih tradisional, dan hanya fokus kepadapembeli dan konsekuensi dari proses pembelian serta proses sebelum pembelian yang terjadi secara langsung. Dalam Pengertian tersebut mengkaji lebih jauh pengaruh-pengaruh lain, baik langsung maupun 11
tidak langsung, yang melatarbelakangi keputusan pembelian konsumendan proses pencapaian keputusannya, sehingga tidak hanya melibatkan penjual dan pembelinya saja. Dengan demikian keputusan pembelian harus sesuai dengankebutuhan dan keinginan konsumen dan didasari oleh konsep dan gaya hidupnya yang terbentuk dari pengaruh eksternal (yaitu budaya, subbudaya, demografi, status sosial, kelompok referensi, keluarga dan aktivitas pemasaran) dan pengaruh internal (yaitu persepsi, pembelajaran, memori, motivasi, kepribadian, emosi dan sikap). Setiap keputusan pembelian konsumen yang telah diambil akan membentuk pengalaman dan pandangan baru yang kemudian kembali melatar belakangi pengaruh eksternal dan internalyangmembentuk konsep dan gaya hidup serta proses keputusan pembelian konsumen berikutini gambar 2.1 Gambar 2.1 Model of Consumer Behavior on Decision Process
External
Culture, Subculture, Demographic s, Social Status, Reference Groups,
DecisionProcess
Family,
Internal
SelfConcept and
Perceptions, Learning, Memory, Motives, Personality, Emotions, Attitudes
Situations Problem Recognation Informations Search Alternative Evaluation and Selection Outlet Selection and Purchase PostpurchaseProc esses
Sumber: Hawkins dan David (2010)
12
Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah kegiatan individu secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan tersebut (Dharmmesta dan Handoko,1997). Menurut Dharmmesta dan Handoko (1997) menjelaskan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi kebudayaan dan kebudayaan khusus, kelas sosial, kelompok sosial dan kelompok referensi, serta keluarga. Sedangkan faktor internal meliputi motivasi, pengamatan, belajar, kepribadian, konsep diri serta sikap. Berikut ini penjelasannya. 1) Faktor Eksternal Perilaku Konsumen a. Kebudayaan dan Kebudayaan Khusus Perilaku manusia selalu berubah setiap waktu sesuai dengan perkembangan zaman.Kebudayaan adalah simbol dan fakta yang kompleks yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada. Simbol tersebut dapat bersifat tidak kentara (yaitu sikap, pendapat, kepercayaan, nilai bahasa, agama) atau kentara (seperti perumahan, peralatan, karya seni) (Stanton, 1984 dalam Dharmmesta dan Handoko, 1997). Dalam konteks pemasaran, kebudayaan adalah landasan yang melatarbelakangi kebutuhan konsumen (Kotler dan Keller (2012). Kebudayaan khusus adalah kebudayaan yang khusus ada dalam suatu golongan masyarakat lain maupun kebudayaan seluruh masyarakat. Kebudayaan khusus berperan penting dalam pembentukan sikap konsumen dan merupakan petunjuk penting mengenai nilai-nilai yang akan dianut oleh seorang konsumen. Bentuk dari kebudayaan khusus bersifat kedaerahaan, kebangsaan, persaudaraan, dan lain-lain, termasuk didalamnya faktor keagamaan yang memberikan identifikasi pada orang-orang yang menjadi anggotanya. (Dharmmesta dan Handoko, 1997). Hawkins dan David (2010) mengklasifikasikan nilai-nilai kebudayaan (cultural values) yang mempengaruhi perilaku konsumen, menjadi tiga kategori yaitu: 13
1. Other-oriented values, merefleksikan pandangan sosial warga tentang bagaimana menjalin hubungan yang baik di antara individu dan kelompok dalam masyarakat a) individual/collective, apakah warga lebih mengutamakan kegiatan individual ketimbang kegiatan bersama antar warga? b) youth/age, apakah dalam keluarga lebih mengutamakan kepentingan orang tua ketimbang anak-anak? c) extended/limited family, sejauh mana kepala keluarga berkewajiban menanggung hidup setiap anggota keluarganya? d) masculine/feminine, sejauh mana masyarakat mendukung emansipasi wanita? e) competitive/cooperative, apakah seseorang meyakini keberhasilan dapat dicapai dengan bekerja sama atau melalui persaingan? f) diversity/uniformity, apakah beragamnya perbedaan keyakinan/ agama, latar belakang etnis, pandangan politis dan sebagainya dipandang dapat menimbulkan perpecahan atau justru mampu menyatukan masyarakat? 2. Environment-oriented values, mendeskripsikan pandangan masyarakat tentang hubungan antara perekonomian dengan masalah teknis yang terkait dengan kondisi fisik lingkungan a) cleanliness, sejauh mana masyarakat memandang penting kebersihan lingkungan mampu memenuhi kebutuhan minimum masyarakat akan kesehatan? b) performance/status, apakah masyarakat lebih menghargai kinerjaatau status ekonomi sosial seseorang? c) tradition/change, apakah masyarakat menerima perubahan atau tetap mempertahankan nilai-nilai tradisi yang sudah ada? d) risk taking/security, apakah seseorang lebih memilih menghadapi resiko atau menghindari risiko?
14
e) problem
solving/fatalistic,
apakah
seseorang
memilih
untuk
mengatasi masalah atau hanya diam dan menyerah (yang terjadi, biarlah terjadi)? f) nature,
apakah
pandangan
manusia
terhadap
alam
lebih
mementingkan pelestarian alam (admire the nature) atau justru menaklukkan alam (overcome the nature)? 3. Self-oriented values, merefleksikan objektifitas a) active/passive, apakah keaktifan seseorang menggunakan fisik ketika bekerja dianggap lebih baik ketimbang yang tidak? b) sensual
gratification/
abstinence,
sejauhmana
seseorang
mengutamakan pencapaian kenikmatan sensual (dari makanan, minuman atau hubungan seksual)? c) material/nonmaterial,
seberapa
penting
kekayaaan
materi
dibandingkan kepuasaan yang bersifat non materi? d) hard work/leisure,apakah seseorang lebih mengagumi/ menghargai orang yang bekerja keras untuk memuhi kebutuhan ekonominya atau yang tidak? e) postponed gratification/immediate gratification,apakah seseorang memandang jauh ke depan dalam merancanakan kehidupannya atau hanya menganggap hidup untuk hari ini saja? f) religious/secular,sejauh mana nilai-nilai agama mendasari perilaku seseorang menjalankan kehidupannya sehari-hari? Jadi ketika konsumen muslim memutuskan untuk memilih membeli atau mengkonsumsi produk halal atau sesuai dengan prinsip syariah, hal ini didasari oleh self-oriented values dimana nilai-nilai agama sangat mempengaruhi keputusan, perilaku dan gaya hidupnya sehari-hari. b. Kelas Sosial Kelas sosial adalah kumpulan yang beranggotakan sekelompok orang dengan posisi yang sejajar atau hampir sama dalam masyarakat. Kelas sosial akan menentukan pola hidup dan pola konsumsi individu, dan lebih jauh lagi mempengaruhi perilaku konsumen (Loudon dan Dellabitta, 1993).Perilaku 15
konsumen antara kelas sosial yang satu dengan yang lain akan sangat berbeda, karena kelas sosial ini menyangkut aspek-aspek sikap yang berbeda-beda. Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas tertentu adalah kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan. Dari berbagai kelas sosial dapat diamati adanya perbedaan yang cukup menyolok dalam bertingkah laku, seperti dalam membaca majalah, selera makan, perhatian pada mode dan sebagainya (Dharmmesta dan Handoko, 1997). c. Kelompok Sosial dan Kelompok Referensi Manusia sejak dilahirkan sudah mempunyai dua keingianan yang menyebabkannya hidup berkelompok di dalam masyarakat. Pertama, karena adanya keinginan untuk menjadi satu dan berinteraksi dengan manusia lain yang berada disekelilingnya. Kedua, keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam yang ada disekelilingnya. Kedua keinginan tersebut menimbulkan kelompoksosial. Faktor yang melandasi terbentuknya kelompok sosial adalah adanya persamaan nasib, tujuan, ideologi, tempat kerja, profesi dan sebagainya (Dharmmesta dan Handoko, 1997). Kelompok referensi
(reference groups) adalah kelompok sosial yang
menjadi ukuran bagi seseorang (tidak termasuk anggota kelompok tersebut) untuk membentuk kepribadian dan perilakunya, atau merupakan kelompok dimana orang berkeinginan menjadi anggotanya atau orang ingin mengidentifikasikan dirinya. Kelompok referensi yang secara langsung mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen disebut anggota kelompok (membership groups), yang terdiri dari kelompok primer (primary groups) dan kelompok sekunder (secondary groups). Kelompok primer adalah orang-orang yang berhubungan dengan konsumen secara terus menerus dan non formal seperti keluarga, teman, tetangga dan teman kerja. Sedangkan kelompok sekunder adalah sekelompok orang yang berhubungan dengan konsumen secara lebih formal dan hanya melakukan interaksi pada waktu-waktu tertentu saja seperti kelompok pengajian, kelompok profesi dan serikat pekerja (Kotler dan Keller (2012:175-176).Kelompok referensi sering dijadikan pedoman konsumen dalam bertingkah laku. Banyak remaja yang 16
mengidentifikasikan dirinya dengan artis terkenal, mereka meniru cara berpakaian, potongan rambut dan gaya artis tersebut. Masing-masing kelompok referensi mempunyai pelopor opini (opinion leader) yang dapat mempengaruhi anggotanya dalam membeli sesuatu sehingga pemasar perlu mengetahui siapa pelopor opini dari kelompok konsumen yang dijadikan target pemasaran (Dharmmesta dan Handoko, 1997). d. Keluarga Keluarga merupakan kelompok terkecil dalam struktur kehidupan masyarakat. Namun jika dibandingkan kelompok lainnya, keluarga memainkan peranan terbesar dalam membentuk perilaku dan sikap seseorang (Dharmmesta dan Handoko, 1997). Peranan setiap anggota keluarga dalam membeli berbedabeda menurut macam barang yang dibeli, begitu juga dengan sumber pengaruh pembelian yang tergantung pada jenis barang yang akan dibeli. Untuk itu perusahaan perlu mengetahui siapa sebenarnya anggota keluarga yang bertindak sebagai pengambil keputusan dalam membeli (Kotler dan Keller, 2012:. Diantara anggota keluarga, ibu rumah tangga adalah pembeli utama bagi keluarga karena biasanya dialah yang memegang uang dan mengatur pengeluaran yang tidak hanya menentukan dan membeli barang-barang yang dibutuhkan sehari-hari tetapi juga barang-barang kebutuhan suami dan anak-anaknya. Meskipun demikian pada kondisi tertentu, tidak menutup kemungkinan keputusan pembelian berasal dari suami, anak-anak atau dilakukan bersama-sama (Dharmmesta dan Handoko, 1997). 2) Faktor Internal Perilaku Konsumen a. Motivasi Menurut Laoudon dan Dellabita (1993), motif konsumen dalam melakukan pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya dapat dibedakan menjadi: 1. Motif pembelian primer dan selektif. Motif primer (primary buying motive) adalah motif yang menimbulkan pembelian terhadap kategorikategori umum pada suatu produk, seperti pakaian dan televisi. Sedangkan motif pembelian selektif (selective buying motive) adalah 17
motif yang mempengaruhi keputusan tentang model dan merek dari kelas-kelas produk atau macam penjualan yang dipilih untuk suatu pembelian. 2. Motif rasional dan emosional. Didasarkan pada kenyataan seperti yang ditunjukkan oleh suatu produk kepada konsumen. Sedangkan motif emosional adalah motif pembelian yang berkaitan dengan perasaan atau emosi individu seperti pengungkapan rasa cinta, kebanggan, kenyamanan, kesehatan, keamanan dan kepraktisan. b. Pengamatan
Pengamatan merupakan proses dimana konsumen menyadari dan menginterpretasikan aspek lingkungannya, atau proses penerimaan dengan adanya rangsangan (stimuli) didalam lingkungan baik internal maupun eksternal sehingga pengamatan bersifat aktif. Jadi pengamatan adalah reaksi orientatif terhadap rangsangan-rangsangan walaupun rangsangan tersebut berupa benda asing yang justru asing karena belum pernah dialami. Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari perbuatan di masa lalu atau dapat pula dipelajari sebab dengan belajar seseorang dapat memperoleh pengalaman. Hasil pandangan individu akan membentuk suatu pandangan tertentu terhadap suatu produk. Perbedaan pandangan konsumen akan menciptakan proses pengamatan meliputi seluruh variabel-variabel pemasaran perusahaan. Konsumen akan mempunyai persepsi produk, harga, iklan dan penjualan dari kegiatan penjualan perusahaan (Dharmmesta dan Handoko, 1997). c. Belajar Belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari hasil adanya suatu pengalaman dan seringkali diperoleh dari mempelajarinya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antar manusia yang sifatnya individual dengan lingkugan tertentu. Sebagai hasil dari interaksi ini maka terbentuklah hubungan
antara
kebutuhan-kebutuhan
dan
tanggapan-tanggapan.
Proses
pembelian yang dilakukan oleh konsumen merupakan suatu proses belajar, dimana hal ini sebagai bagian dari hidup konsumen. Proses belajar pada suatu pembelian terjadi bila seseorang konsumen ingin menanggapi dan memperoleh 18
suatu kepuasan, atau sebaliknya tidak terjadi bila konsumen merasa dikecewakan oleh produk yang kurang baik (Dharmmesta dan Handoko, 1997). d. Kepribadian Menurut Kotler dan Keller, (2012), karakteristik kepribadian yang mempengaruhi kecenderungan membeli dan keputusan pembelian konsumen tergantung pada usia dan fase kehidupannya, jenis pekerjaan dan besarnya pendapatan, konsep, nilai dan gaya hidupnya. Seperti selera makan, pakaian yang dikenakan, perabotan dan jenis rekreasi yang kita pilih, sangat terkait dengan usia dan gaya hidup konsumen. Karena kesemuanya ini secara langsung dapat mempengaruhi perilaku konsumen, maka sangatlah penting bagi pemasar untuk mengikuti dan memahami secara dekat karakterisik kepribadian masing-masing konsumen. e. Konsep Diri Konsep diri (self concept) adalah kerangka kehidupan individu yang diterima oleh individu itu sendiri dalam masyarakat. Selain konsep diri yang sesungguhnya terdapat pula konsep diri ideal berupa cara yang dicita-citakan untuk melihat dirinya sendiri. Biasanya konsep diri seseorang hanya nyata dengan suatu tujuan saja, dan tidak mengatakan mengapa konsep diri tersebut ada, sehingga orang memiliki konsep diri yang berbeda-beda, sehingga memungkinkan adanya pandangan yang berbeda-beda terhadap strategi pemasaran yang dilakukan pemasar (Dharmmesta dan Handoko, 1997). f. Sikap Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan. Memahami bagaimana sikap dibentuk dan bagaimana sikap telah mempengaruhi konsumen merupakan unsur penting bagi suksesnya program pemasaran perusahaan (Kotler dan Keller, 2012). Sikap memiliki struktur yang terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatif (conative) (Loudon dan Dellabita, 1993).
19
Menurut Azwar (1995), komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai obyek sikap. Seseorang mempunyai keyakinan berdasarkan apa yang dilihat atau apa yang diketahui. Dari hal tersebut kemudian akan terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum dari suatu obyek. Sekali keyakinan itu terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dan apa yang tidak diharapkannya dari suatu obyek tertentu. Dengan demikian, interaksi atau prediksi seseorang pada pengalaman di masa yang akan datang lebih memiliki arti dan keteraturan. Keyakinan kognitif tidak selalu akurat, kadang-kadang keyakinan terbentuk justru dari tidak adanya informasi yang tepat mengenai obyek yang dihadapi. Komponen afektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Pada umumnya reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak ditentukan oleh keyakinan atau apa yang kita percayai sebagai benar bagi obyek yang bersangkutan (Azwar, 1995). Komponen
konatif
menunjukkan
bagaimana
perilaku
atau
kecenderungangan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. Bagaimana orang akan berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan ditentukan oleh bagaimana keyakinan/ perasaannya terhadap stimulus tersebut. Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja, akan tetapi meliputi pula bentukbentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang.Kesimpulan bahwa seseorang memiliki sikap positif terhadap suatu produk, tidak harus dicerminkan oleh keikutsertaannya membeli produk itu, akan tetapi dapat disimpulkan dari pernyataannya bahwa ia memiliki kecenderungan atau keinginan untuk membeli produk tersebut. Melalui analisis serta pengkajian yang mendalam terhadap karakteristik dan struktur sikap yang mempengaruhi perilaku membeli konsumen, maka pemasar akan dapat mengembangkan produk dan jasa sesuai dengan karakteristik dan struktur sikap yang mempengaruhi keputusan konsumen tersebut(Azwar, 1995). 20
2.1.2. Perilaku Keputusan Pembelian Konsumen Dalam Penelitian ini, perilaku keputusan pembelian konsumen yang dimaksud adalah perilaku nasabah dalam memilih alternatif dalam menggunakan jasa tabungan (simapanan) mudharabah. Kecenderungan konsumen untuk membeli suatu produk merupakan hasil pengevaluasian informasi dari produk yang akan dibeli konsumen setelah membandingkannya dengan produk alternatif lainnya yang sejenis.
Menurut Assael (2003), terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan pembelian yaitu: (1) Individu konsumen, dimana pilihan dalam membeli produk dipengaruhi oleh diri konsumen itu sendiri seperti sikap, gaya hidup, kebutuhan, persepsi, kondisi demografi dan karakteristik kepribadian individu; (2)Lingkungan, pilihan dalam membeli produk dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seperti keluarga, teman, tetangga dan lain-lain sehingga interaksi sosial yang dilakukan oleh konsumen individual akan mempengaruhinya dalam memilih produk yang akan dibeli; (3) Penerapan strategi pemasaran atau stimuli pemasaran yang dikendalikan oleh pemasar, seperti promosi iklan diberbagai media massa, harga jual produk, kualitas produk, strategi pendistribusian produk dan lain sebagainya (Gambar 2.2). Gambar 2.2. Model Perilaku Konsumen Assael
Sumber: Assael (2003)
Assael (2003) mengemukakan adanya perbedaan perspektif penjabaran mengenai perilaku konsumen dari sudut pandang pemasar
dan konsumen.
Pemasar bertujuan memasarkan produknya kepada konsumen sementara konsumen bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Saat 21
konsumen membuat keputusan dan mengevaluasi pembelian produk, arus umpan balik pada individu konsumen menggambarkan bahwa selama mengevaluasi, konsumen akan mempelajari informasi produk berdasarkan pengalaman dan mungkin saja merubah polanya berdasarkan informasi yang diperoleh. Arus umpan balik pada lingkungan menggambarkan konsumen mengkomunikasikan pengalaman pembelian dan konsumsi dari teman, keluarga dan lingkungan sosial lainnya yang secara langsung akan mempengaruhinya dalam memilih produk. Sedangkan pemasar, sebagai arus umpan balik penerapan strategi pemasaran,
memperoleh informasi dari konsumen. Pemasar mengumpulkan
informasi mengenai respon konsumen dari market share dan data penjualan. Namun hal ini hanya akan memberikan informasi mengenai mengapa konsumen membeli atau hanya memberikan informasi mengenai kelebihan dan kekurangan produk yang dipasarkan dibanding pesaingnya sehingga dibutuhkan riset pemasaran sebagai langkah untuk mengetahui reaksi dan kecenderungan pembelian konsumen pada produk dimasa mendatang. Informasi ini dibutuhkan untuk memformulasikan kembali strategi pemasaran yang lebih baik. Sedangkan pemasar, sebagai arus umpan balik penerapan strategi pemasaran,
memperoleh informasi dari konsumen. Pemasar mengumpulkan
informasi mengenai respon konsumen dari market share dan data penjualan. Namun hal ini hanya akan memberikan informasi mengenai mengapa konsumen membeli atau hanya memberikan informasi mengenai kelebihan dan kekurangan produk yang dipasarkan dibanding pesaingnya sehingga dibutuhkan riset pemasaran sebagai langkah untuk mengetahui reaksi dan kecenderungan pembelian konsumen pada produk dimasa mendatang. Informasi ini dibutuhkan untuk memformulasikan kembali strategi pemasaran yang lebih baik. Hawkins, Best dan Coney (2004) dan Solomon (2011) dalam Zickermann (2014) menjelaskan, keputusan pembelian konsumen terdiri dari keputusan yang didasari atribut produk dan keputusan yang didasari oleh sikap.Proses keputusan pembelian konsumen terdiri dari lima tahap yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, membuat keputusandan pasca pembelian(Kotler dan Keller, 2012). 22
Gambar 2.3 Proses Keputusan Pembelian Konsumen Pengenalan masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan pembelian
Perilaku pasca pembelian
Sumber: Kotler dan Keller (2012:188).
Proses keputusan pembelian diawali ketika pembeli merasakan adanya masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan eksternal atau internal. Adanya dorongan kebutuhan yang kuat akan suatu barang/ jasa akan memicu konsumen untuk mencari informasi, baik yang disimpan dalam ingatan (internal) maupun informasi yang didapat dari lingkungan (eksternal). Informasi yang telah dikumpulkan kemudian disusun menjadi suatu pilihan alternatif yang akan dievaluasi lebih lanjut. Konsumen lalu akan membentuk preferensi untuk membeli produk yang paling disukai diantara kumpulan pilihan produk yang ada. Pada tahap ini ada dua faktor yang dapat menimbulkan keputusan konsumen untuk membeli yaitu sikap orang lain dan situasi yang diharapkan seperti harga yang diharapkan atau manfaat produk yang diharapkan (Kotler dan Keller, 2012). Hasil evaluasi alternatif mencerminkan keyakinan dan sikap konsumen yang mendasari keputusan pembelian konsumen. Dalam tahap akhir pengambilan keputusan, terkadang ada pihak lain yang mempengaruhi keputusan sehingga konsumen mempertimbangkan kembali atau bahkan seketika merubah keputusan awal.
2.1.3. Konsep Bagi Hasil Perbedaan antara sistem ekonomi islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah tidak diterapkan bunga sebagai pranata beroperasi sistem ekonomi tersebut, maka sebagai gantinya ekonomi islam menggantinya dengan pranata “bagi hasil” yang dihalalkan oleh syariat Islam berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadist (Wiyono,2006)
23
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) nomor 1 Tahun 2004,bunga dinyatakan sebagai riba yang haramhukumnya menurut syariah Islamiyah. Pada QS Al-Baqarah ayat 275 disebutkan:
˴ ϴ˸ θ͉ ϟ˵Ϫ˵τ͉ΒΨ˴ ˴Θ˴ϳϱά˶ ͉ϟϡ˵ Ϯ˵Ϙ˴ϳΎϤ˴ ϛ˴ ϻ͉ ˶· ˴ϥϮϣ˵ Ϯ˵Ϙ˴ϳϻΎ ˴ ˴Αή͋ ϟ ˴ϥϮ˵Ϡϛ˵ ˸΄˴ϳ ˴Ϧϳά˶ ͉ϟ ˵ϞΜ˸ ϣ˶ ˵ϊϴ˸ ˴Βϟ˸ ΎϤ˴ ͉ϧ˶·Ϯ˵ϟΎ˴ϗϢ˸ ˵Ϭ͉ϧ˴΄˶Α˴Ϛ˶ϟΫ˴ Ի ͋ ىβϤ˴ ϟ˸ ˴Ϧϣ˶ ˵ϥΎτ ͉ ϞΣ˴ ˴ϭ˴ نΎ˴Αή͋ ϟ ͉ ˴ϟ˶·˵ϩή˵ ϣ˸ ˴ϭ˴ ˴ϒ˴Ϡγ˴ Ύϣ˴ ˵Ϫ˴Ϡ˴ϓ ԻϰϬ˴ ˴ΘϧΎ˴ϓϪ˶ ͋Αέ͉ Ϧϣ͋ ˲Δ˴ψϋ˶ ˸Ϯϣ˴ ˵ϩ˯˴ ΎΟ˴ ϦϤ˴ ˴ϓىΎ˴Αή͋ ϟϡ˴ ή͉ Σ˴ ϭ˴ ϊ˴ ϴ˸ ˴Βϟ˸ ˵ௌ͉ ˴ΩΎ˴ϋϦ˸ ϣ˴ ϭ˴ ˶مௌϰ Ի ˵ ˴ϥϭ˵Ϊ˶ϟΎ˴ΧΎ˴Ϭϴ˶ϓϢ˸ ˵ϫمέΎ ˶ ͉Ϩϟ ˵ΏΎΤ˴ ˸λ˴˴Ϛ˶Ό˴ϟϭ΄˴ϓ "Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."
Konsep bagi hasil dan jual beli dihalalkan dalam syariat Islamiyah yang berlandaskan pada Al-Quran dan Al Hadist.Al-Qardhawi (2001) menjelaskan bahwa bagi hasil adalah dimana kedua belah pihak akan berbagi keuntungan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dimana bagi hasil mensyaratkan kerjasama pemiliki modal dengan usaha/ kerja untuk kepentingan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, sekaligus untuk masyarakat. Prinsip bagi hasil keuntungan penting untuk ditentukan diawal dan diketahui oleh kedua belah pihak yang akan melakukan kesapakatan kerja sama usaha apabila hal ini tidak dilakukan maka akan terjadi ghoror, sehingga transaksi menjadi tidak sesuai prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional dalam Fatwanya dengan nomor 15/DSNMUI/IX/2000 menyatakan bahwa pada dasarnya Lembaga Keaungan Syariah boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing) maupun Bagi Untung (profit Sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya, namun dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah) saat ini, pembagian hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing), penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam akad.
Menurut kerangka Dasar Penyusunan Laporan keuangan Syariah (KDPPLKS) tahun 2007, Ikatan Akuntansi Indonesia menyatakan secara ekspilist bahwa dalam hal prinsip pembagian hasil usaha, terminology pendapatan atau bagi hasil yang dimaksud adalah pendapat bruto (gross profit) 24
(KDPPLKS paragraph 42). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 105 paragraf 11 menyatakan pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil usaha atau bagi laba dan jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha(omzet), sedangkan jika berdasarkan prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net profit), yaitu laba bruto dikurangi beban berkaitan pengelolaan dana mudharabah. Konsep bagi hasil dalam bank syariah atau koperasi jasa keuangan syariah berbeda sama sekali dengan konsep bunga, konsep bagi hasil (IBI,2003:265 dalam Wiyono, 2006) Sebagi berikut: 1.
Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan syariah (bank) yang bertindak sebagai pengelola dana.
2. Pengelola dana / lembaga keuangan syariah (bank) mengelola dana tersebut diatas dalam sistem pool of fund, selanjutnya bank akan menginvestasikan dana tersebut ke dalam proyek / usaha yang layak serta memenuhi aspek syariah. 3. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja sama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut. Perbedaan utama koperasi jasa keuangan syariah (KJKS) dengan Koperasi konvensional terletak pada prinsip bagi hasil, maka dibawah ini disajikan tabel perbandingan bunga dan bagi hasil (Ridwan,2006) : Tabel 2.1 Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga No 1
Bunga Penentuan Bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.
2
Besarnya prosentase berdasarkan uang atau modal yang dipinjamkan.
3
Pembayaran bunga selalu tetap sesuai dengan perjanjian tanpa mempertimbangkan apakah proyek yang dibiayai untung atau rugi.
Bagi Hasil Penentuan besarnya rasio atau nisbah dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi. Besarnya jumlah bagi hasil berdasarkan nisbah dan keuntungan yang diperoleh. Bagi hasi sangat tergantung pada proyek yang dibiayai.Bila proyek merugi, kerugian akan ditanggung bersama 25
No 4
5
Bunga Jumlah Pembayaran bunga tidak meningkat meskipun jumlah keuntungan berlipat-lipat atau ekonomi dalam keadaan booming Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk agama Islam
Bagi Hasil Jumlah Pembagian hasil meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan. Tidak satupun agama yang mergukan eksistensi bagi hasil.
Sumber: M. Syafii Antonio, BMT Bagi BMTir dan Praktisi Keuangan.
Wiroso (2005) dalam Daulay (2010) menjelaskan tentang ketentuan prinsip bagi hasil yang terdiri dari: 1. Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung atau rugi. 2. Besarnya bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh dengan nisbah yang telah disepakti di awal akad. 3. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. 4. Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil karena sesuai dengan syariat islam.
5. Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek / usaha yang dijalankan. Jika proyek / usaha
itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
2.1.4. Kualitas Pelayanan Pelayanan merupakan penilaian atau sikap secara menyeluruh yang berhubungan dengan pelayanan sebagai hasil dari perbandingan antara harapan pelanggan dan persepsi atas kinerja pelayanan sebenarnya (Berry, et.al;gronroos dalam Ariani, 2007). Bagi perusahaan Industri yang ingin berkembang dan mendapatkan keuntungan harus mempunyai keunggulan yang kompetitif dalam menjual produk berupa barang atau jasa yang berkualitas dengan harga yang bersaing dan pelayanan yang cepat dan baik atau pelayanan prima kepada pelanggan. Untuk memenuhi kepuasan pelanggan bagi perusahaan indutri jasa seperti Bank, LKMS, rumah sakit, dll, pelayanan sangat penting dikelola dengan baik dan berkualitas. Menurut Tjiptono (2008), kualitas pelayanan 26
didefinisikan sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tinggkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keingginan pelanggan Adapun lima dimensi kualitas pelayanan yang didefinisikan oleh Tjiptono (2008) meliputi SERVQUAL (Service Quality), yaitu : 1. Tangibles (Bukt Fisik), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksitensinya kepada pihak ekternal, meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan dan sarana komunikasi. 2. Reliability (Keandalan), yaitu kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera akurat, dan memuaskan. Hal ini berarti perusahaan memberikan pelayanan secara tepat. 3. Responsiveness( Ketanggapan), yaitu keinginan dan kesdiaan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap dan sebaik mungkin. 4. Assurance (Jaminan),
yaitu mencakup
pengetahuan, kompetensi,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para karyawan, bebas dari resiko, bahaya fisik, atau keraguan-keraguan. 5. Emphaty (Empati), meliputi kemudahan dan menjalin hubungan, komunikasi yang efektif, perhatian personal, dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan. Menurut Vincent Gaspersz dalam Supranto (2006) dimensi atau atribut yang harus diperhatikan dalam mencapai harapan pelanggan (pelayanan berkualitas)adalah : 1. Ketepatan waktu pelayanan,hal-hal yang perlu diperhatikan disini berkaitan dengan waktu tunggu danwaktu proses. 2. Akurasi pelayanan, yaitu yang berkiatan dengan reliabilitas dan bebas kesalahan-kesalahan. 3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, terutama bagi mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal. 4. Tanggung jawab kelengkapan, menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung serta pelayanan komplementers.
27
5. Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya outlet dan petugas yang melayani seperti kasir, administrasi, komputer dan lainlain. 6. Variasi model pelayanan, berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru dalam pelayanan, features dalam pelayanan dan lain-lain. 7. Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas, penanganan permintaan khusus. 8. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan. 9. Atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti lingkungan kebersihan ruang tunggu, AC, musik dan lain-lain. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, koperasi jasa keuangan syariah perlu memperhatikan kualitas
pelayanan yang telah diberikan
kepada para masyarakat. Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu koperasi jasa keuangan syariah . Apabila pelanggan (nasabah) koperasi jasa keuangan syariah merasa bahwa jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang
diharapkan,
maka kualitas
pelayanan dipersepsikan
baik
dan
memuaskan. Dan apabila jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.
2.1.5.Perilaku Religius Perilaku adalah tindakan seseorang dalam memberikan respon terhadap lingkungan disekitarnya sebagai hasil belajar dan pengalaman yang ia rasakan dalam kehidupannya sehari-hari. Sistem sosial budaya dan nilai-nilai agama yang diberkembang dan tertanam di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan media massa, melalui proses belajar dan pengalaman, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, lambat 28
laun akan membentuk jiwa keagamaan atau perilaku religius seseorang.Dengan kata lain, perilaku religius akan muncul dan tumbuh dalam diri seseorang ketika ia berada dalam lingkungan yang membudayakan, mendidik dan membiasakan penerapan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Magill (1993: 20), perilaku religius adalah sikap seseorang terhadap agama secara umum, bukan hanya terhadap salah satu aspek dari agama, namun lebih khusus lagi, adalah intensitas dan cara seseorang untuk menjadi orang yang beragama. Perilaku religius terbentuk dari berbagai sisi kehidupan manusia dan tidak hanya terjadi ketika melakukan perilaku ritual atau ibadah saja, tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan nilai-nilai agama yang diyakininya. Dengan demikian, perilaku religius tidak hanya berkaitan dengan aktivitas yang tampak (zahir), seperti shalat dan menolong orang miskin, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak, berada dalam hati atau batin seseorang, seperti iman dan berserah diri(dzikir) kepada Allah (Mansoer, 2008:28). Para psikolog sosial membedakan dua cara seseorang dalam beragama (ways of being religious), yaitu (Robertson, 1998: 299): (1) berkomitmen pada agama, dimana agama dipikirkan secara seksama dan diperlakukan dengan sungguh-sungguh sebagai tujuan akhir (an end in itself), dan (2) agama digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang berpusat pada diri sendiri. Dalam Diati (2000) dijelaskan, terdapat dua hubungan sikap seseorang dengan cara beragama, yaitu cara beragama intrinsik dan ekstrinsik.Cara beragama individu yang instrinsik memiliki komitmen terhadap agama secara seksama dan memperlakukan komitmen tersebut dengan sungguh-sungguh sebagai tujuan akhir. Cara beragama intrinsik beroperasi dalam pusat kepribadiaan dan membanjiri seluruh kehidupan individu dengan memandang serius nilai-nilai agama sehingga semua kebutuhan dan keinginan dirinya disesuaikan dengan ajaran agama yang ia yakini kebenarannya. Individu intrinsik menjunjung tinggi kemurnian hati nurani, visi, pengertian dan komitmen yang memberikan makna pada ritual-ritual keagamaan yang dilakukannya. Menurut Allport (1997: 33-35), individu intrinsik menemukan motif utamanya dalam berperilaku sesuai ajaran agama dimana kebutuhan-kebutuhan lain yang dimilikinya akan dianggap kurang signifikan jika tidak diharmonisasikan dengan ajaran agamanya. Individu intrinsik tidak akan mengkompromikan keyakinannya dalam situasi di mana lebih dari satu motif yang berperan (mixed motive situation) karena ajaran-ajaran agama akan diinternalisasi dan diikuti secara total. Bagi individu intrinsik, agama
29
berfungsi sebagai framework dalam kehidupan yang ia jalani, yang dalam Islam disebut dengan orang yang mukhlishin dan muttaqin(Mansoer, 2008: 26). Berbeda dengan cara beragama
instrinsik, cara beragama ekstrinsik
menggunakan agama sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang berpusat pada dirinya sendiri. Cara beragama ekstrinsik bersifat utilitarian dimana agama dimanfaatkan untuk menjamin keselamatan, kedudukan sosial, ketenaran, dukungan sosial, dan dukungan atas cara hidup yang dipilih. Cara beragama ekstrinsik ini memberikan penekanan pada penampilan luar agama atau aspek-aspek tangible, ritualized dan institutionalized di luar agama, yang banyak dianggap sebagai tanda ketaatan dalam suatu kebudayaan (Diati, 2000). Menurut Allport (1997: 36,37), individu ekstrinsik mengamalkan ajaran agama yang dianut secara longgar dan dibentuk secara selektif sehingga menyesuaikan dengan kebutuhan pribadi yang lebih primer dimana pelaksanaan ajaran agama dan upaya individu untuk menjauhkan diri dari larangan agama sangat tergantung pada kebutuhan individu tersebut. Dengan kata lain, bila individu menganggap pelaksanaan ajaran agama menghambat kebutuhannya yang lebih penting, seperti kedudukan sosialnya, maka ia cenderung akan mengabaikan ajaran agamanya
atau
menarik semua ajaran agama kepada sudut kebutuhan dan keinginannya, dimana dalam Islam hal ini disebut sebagai kepribadian orang yang fasiq dan munafiq (Mansoer, 2008:26). Mansoer (2008:90) menjelaskan, perilaku religius seseorang dapat ditunjukkan dari tingkat keterlibatan tingkah laku dalam kehidupannya sehari-hari (akhlak)dalam hubungannya dengan keyakinan agamanya (iman) dan dalam ritual agamanya (ibadah). Dalam Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyah, Jilid 10: 658 (Wibowo, 2010) juga dijelaskan bahwa akhlaqul karimah(perilaku terpuji) seorang muslim dibangun diatas kerangka hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah) melalui perjanjian yang diatur dalam syari'at-Nya berkenaan dengan kewajiban menunaikan perintah atau hak-hak Allah Ta'ala, serta kerangka hubungan manusia dengan sesama manusia (hablum minan-nas) melalui kewajiban menunaikan hak-hak sesama manusia baik yang muslim maupun non muslim. Dari kerangka inilah kemudian diuraikan kriteria perilaku religius yang diharapkan dimiliki oleh seorang muslim yang taat. Ajaran Islam sebagai salah satu sistem sosial terdiri dari ajaran tentang keyakinandan ritual/ ibadahdalam hubungannya dengan Tuhannya, dan penataan sikap mental (akhlak) terhadap tata aturan duniawiyah dalam hubungannya dengan sesama manusia dan alam sekitar, yang bersumber dari alQuran dan hadits. Shalat merupakan 30
ibadah yang mewakili ibadah-ibadah lain dalam rangka membina hubungan vertikal dengan Allah SWT (hablum minallah), yang sekaligus pula mewakili muamalah dalam rangka membina hubungan horizontal dengan sesama manusia (hablum minannas) karena shalat menjadi lebih mulia manfaatnya dan lebih besar pahalanya jika dilakukan dengan berjama’ah. Begitu pula dengan berpuasa dan berzakat, selain mencerminkan ketaatan seorang muslim beribadah kepada Tuhannya, sekaligus pula melatih jiwa dan kepedulian sosialnya terhadap sesama manusia. Dengan melaksanakan ibadah haji, selain menjalani serangkaian ibadah ritual di tanah suci Makkah, sekaligus pula melatih keimanan dan kesabaran,
disamping
dapat
bertemu,
berkumpul
dan
berinteraksi
langsung/
bersilaturahmi dengan sesama umat muslim dari seluruh penjuru dunia. Ketika seorang muslim berusaha menjauhkan diri dari mengkonsumsi atau menggunakan produk-produk yang tidak jelas kehalalannya, bukan hanya untuk menjalankan perintah Allah, tetapi juga untuk menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi atau menggunakan produk berlabel halal yang terjamin kualitas dan kehalalannya. Dengan demikian, bagi umat Islam, membina perilaku hablum minallah dan hablum minannas,merupakan syarat tercapainya kemuliaan hidup di dunia dan akhirat (Aisyah, 2014, 2015). Dalam metodologi Tawhidy String Relations (TSR) yang dikemukakan oleh Choudhury (2006) dijelaskan bahwa tema hubungan sosial dalam Islam sangat terkait dengan pesan utama dalam alQuran tentang ke-Esaan Allah, dimana pengetahuan yang ada dalam alQuran memiliki kebenaran mutlak yang mencakup segala kehidupan secara komprehensif. AlQuran diimplementasikan ke dalam perilaku nyata Rasulullah SAW berupa hadist yang menjadi sumber ilmu pengetahuan berikutnya. AlQuran dan hadist kemudian diturunkan ke dalam sistem dunia yang berlangsung dalam kehidupan manusia secara terus menerus melalui proses pembelajaran yang disebut dengan shuratic process. Shuratic process menunjukkan adanya proses interaktif, integratif dan pengalaman pembelajaran yang evolusioner, yang timbul dari interrelasi hukum Islam dengan sistem dunia yang bersifat konsultatif dan dinamis, yang berlangsung terus menerus hingga hari akhir(Harahap, 2008). Jelaslah bahwa Islam sebagai suatu sistem hidup selalu mengaitkan antara dunia dan akhirat secara terintegrasi, karenanya, penelitian ini membagi perilaku religius konsumen menjadi perilaku hablumminallah dan perilaku hablumminannas, yang diduga akan mempengaruhi perilaku atau niatnya untuk membeli produk berlabel halal. 2.1.5.1. Perilaku Hablumminallah Perilaku hablumminallahpada dasarnya adalah perilaku religius yang terbentuk dari perilaku kognisi, afeksi dan konasi dalam aspek keimanan dan ibadah seorang 31
muslim dalam hubungannya dengan Tuhannya yang tertera jelas dalam pondasi dasar Islam, yaitu rukun iman dan rukun Islam (Mansoer, 2008:26, 101-111; Husaini, 2013:19, Aisyah, 2014, 2015). Terdapat enam rukun iman dalam Islam yaitu iman kepada Allah, iman kepada para malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir Allah. Sedangkan rukun Islam ada lima, yaitu bersyahadat, shalat, berpuasa, zakat, dan naik haji bila mampu. Perilaku yang diharapkan dari seorang muslimdalam kaitannya dengan TuhanNya adalahmemiliki pengetahuan tentang rukun iman dan rukun Islam, meyakini kebenaran iman dan ibadah, serta mengamalkan keimanan dan ibadahnya itu dalam setiap aktivitas kehidupannya sehari-hari (Mansoer, 2008:101). Yunan (1995:154) menjelaskan bahwa seorang muslim yang ber-akhlaqul karimah akan berupaya mengamalkan rukun iman dan rukun Islam untuk menjadi manusia yang utama (al insalfadhil), yaitu manusia yang sadar akan keberadaannya sebagai abd (hamba) Allah. Sebagai hamba Allah, terdapat suasana batin yang senantiasa terikat dengan Allah, yang darinya lahir sikap untuk hanya berkomitmen terhadap nilai-nilai yang digariskan Allah sehingga seluruh amal usaha serta tindakannya diorientasikan untuk taat kepada perintah Allah. Dengan demikian, keinginan seorang muslim membeli produk berlabel halal adalah wujud keimanan dan ibadahnya kepada Allah SWT karena ajaran Islam telah memerintahkan kepada setiap umat-Nya untuk hanya mencari yang halal agar memperoleh keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Karena itu dalam penelitian ini, perilaku hablumminallahkonsumen diukur dari dimensi pengetahuannya tentang keimanan dan ibadah, sikap atau keyakinannya atas kebenaran hikmah iman dan ibadah, serta pengamalan keimanan dan ibadah. Indikator dari masing-masing dimensi adalah sebagai berikut (Aisyah, 2014, 2015): 1.
Pengetahuan Keimanan Dan Ibadah Pengetahuan keimanan diukur dari pengetahuan tentang enam pilar keimanan dalam Islam, yaitu pengetahuan tentang rukun iman: iman kepada Allah, malaikatmalaikat Allah, kitab Allah, rasul Allah, hari akhir , dan takdir Allah. Pengetahuan tentang Allah merupakan pengetahuan tentang keberadaan Tuhan serta sifat-sifatNya yang maha sempurna (asmaul husna). Manusia dapat menggunakan akal fikiran dan panca indranya untuk mengetahui keberadaan Tuhan dengan memperhatikan kejadian-kejadian yang ada di alam semesta termasuk segala hal yang ada pada dirinya sendiri. Hal ini berlaku juga untuk pengetahuan tentang kelima pilarkeimananan lainnya. 32
Sedangkan pengetahuan ibadah diukur dari pengetahuan tentang kelima rukun Islam terkait pengetahuan tentang bacaan syahadat dan hikmahnya, syarat hukum wajib beribadah, syarat syah atau kaifiyat (tata cara) dalam beribadah seperti pengetahuan tentang tatacara shalat, berpuasa, ketentuan mambayar zakat, pelaksanaan ibadah haji dan tajwid (cara) membaca alQuran. 2.
SikapTerhadap Keimanan Dan Ibadah Sikap seseorang terhadap keimanan dan ibadah diukur dari keyakinan atau tindakannya dalam
menerima kebenaran ajaran Islam sebagai akibat adanya
pengetahuan atau informasi tentang ajaran agama Islam yang ia miliki. Mereka yang memiliki pengetahuan keimanan dan ibadah yang baik akan memiliki sikap keimanan dan ibadah yang positif yaitu yang meyakini sepenuhnya akan kebenaran ajaran Islam. Individu yang memiliki sikap keimanan dan ibadah yang positif akan berdampak positif pula pada perilaku hablumminallah-nya. Sebaliknya, individu yang memiliki sikap keimanan dan ibadah yang negatif (tidak atau kurang meyakini akan kebeneran ajaran agama Islam), maka akan berdampak negatif pula pada perilaku hablumminallah-nya. Sikap atau keyakinan terhadap keimanan diukur dari keyakinannya kepada Allah sebagai Sang Pencipta yang memiliki sifat-sifat mahasempurna (asmaul husna); keyakinan adanya pengawasan malaikat-malaikat Allah dan tugasnya masing-masing, keyakinan atas keteladanan Nabi Muhammad SAW, keyakinan akan kebenaran alQuran sebagai sumber petunjuk yang utama, keyakinan akan takdir Allah, dan keyakinan terhadap adanya kehidupan akhirat setelah kehidupan di dunia. Sedangkan sikap terhadap ibadah diukur dari keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan dan Nabi Allah yang terakhir; keyakinan bahwa dengan mengerjakan shalat hidup menjadi lebih optimis, sehat dan teratur; meyakini bahwa dengan berpuasa akan meningkatkan kepedulian terhadap sesama, meningkatkan pengendalian diri serta membuat tubuh lebih sehat dan energik; meyakini bahwa dengan berzakat maka Allah akan memudahkan segala urusannya dan dapat menolak bala; meyakini bahwa dengan beribadah haji ke Baitullah, ia akan dapat membina ukuwah Islamiah dengan sesama muslim dari seluruh penjuru dunia; dan meyakini bahwa dengan membaca alQuran ia akan mendapat petunjuk dan dilindungi oleh Allah SWT.
33
3.
Pengamalan Keimanan Dan Ibadah Perilaku hablumminallah tidak hanya diukur dari pengetahuan dan sikap pada aspek keimanan dan ibadah saja, tetapi juga diukur dari pengamalan keimanan dan ibadahnya, yaitu tindakan nyata seorang muslim untuk taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan berpegang teguh pada rukum iman dan rukun Islam. Pengamalan keimanan diukur dari seberapa sering ia memulai dan mengakhiri suatu pekerjaan dengan menyebut nama Allah, seberapa keras upayanya untuk
memelihara panca indera dari hal-hal yang tidak baik, seberapa keras
usahanya
untuk
meneladani
akhlak
Nabi
SAW,
serta
seberapa
besar
kesungguhannya untuk berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat. Sedangkan pengamalan ibadah diukur dari rutinitasnya mengucapkan ashma Allah dalam kehidupan sehari-hari seperti membaca basmallah setiap kali inginmemulai suatu pekerjaan; ketaatannya dalam menjalankan shalat wajib lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, membayar berzakat jika cukup nisab atau berinfaq dan bersedekah, serta membaca alQuran. Semakin tinggi pengetahuan, sikap dan pengamalan pada aspek keimanan dan ibadahnya, akan semakin tinggi pula perilaku hablumminallahseorang muslim, yang diduga akan semakin tinggi pula perilaku hablumminannas/ muamalahnya, yang berdampak pula pada meningkatnya niat atau keinginannya untuk
membeli produk
berlabel halal sebagai wujud keimanan dan ibadahnya kepada Allah SWT. 2.1.5.2. Perilaku Hablumminannas Pada hakekatnya tujuan pengamalan ajaran-ajaran agama didasari oleh konsep ilahiah dalam hubungan manusia dengan Tuhannya. Dari konsep ilahiah inilah lalu dijabarkan konsep kenabian dan alam semesta dalam kaitan hubungan manusia dengan sesamadan makhluk hidup lainnya. Salah satu karakteristik syariah (hukum) dalam Islam adalah syumulliyah yang sejalan dengan konsep perilaku muamalahyaitu konsep tentang seluruh yang ada di dunia dan di akhirat secara rinci, terutama tentang hakekat alam dan kehidupan manusia (sifat, tabiat, kejadian, sifat, dan ikhwal) yang akan selalu terhubung dengan hakekat ilahi yang akbar (Hidayat, 2009:3, Husaini, 2013:19, Aisyah 2014, 2015). Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dimensi ajaran Islam adalah aspek keimanan dan ibadah sebagai cerminan perilaku manusia yang terpuji (akhlakul karimah). Seseorang yang kuat imannya, maka akan taat ibadahnya. Seseorang yang taat ibadahnya, maka akan terpuji akhlaknya. Seseorang yang berakhlak terpuji, maka akan memiliki perilaku yang baik terhadap sesama, diri sendiri, dan makhluk hidup lainnya. Perilaku 34
inilah yang dimaksud dengan perilaku hablumminannas.Mansoer (2008: 18,19) menjelaskan, perilaku hablumminannas atau perilaku beretika Islami adalah perilaku muamalah seorang muslim yang terinternalisasi dengan nilai-nilai Islami dan diwujudkan dalam kebiasaan bertingkah laku sehari-hari terhadap dirinya sendiri, sesama manusia dan alam sekitar. Sebagai perilaku beragama yang tampak atau dapat diamati, perilaku hablumminannas diukur berdasarkan tiga dimensi, yaitu perilaku Islami terhadap diri, terhadap sesama manusia, dan terhadap alam sekitar(Mansoer, 2008: 112).Indikator dari masing-masing dimensi adalah sebagai berikut (Aisyah, 2014, 2015): 1.
Perilaku Islami Terhadap Diri Sendiri Perilaku Islami terhadap diri sendiri diukur dari perilaku jujur, disiplin, dan beretos kerja yang diharapkan dimiliki oleh individu muslim. Perilaku jujur sangatlah penting karena salah satu kebiasaan buruk manusia adalah berusaha menyembunyikan kesalahan atau tidak berani berterus terang. Perilaku jujur nampak dari keberanian individu untuk berterus terang ketika melakukan kesalahan atau mengembalikan yang bukan haknya. Perilaku disiplin nampak dari konsistensi individu dalam melakukan suatu kebiasaan baik dalam kehidupannya sehari-hari atau kebiasaan memanfaatkan waktu luang dengan mengerjakan pekerjaan yang positif dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan perilaku beretos kerja nampak dari
semangat atau sikap yang tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan atau berusaha mengerjakan segala sesuatu dengan semaksimal mungkin,tidak mudah berpuas diri dan terus berusaha meningkatkan prestasi. 2.
Perilaku Islami Terhadap Sesama Manusia Perilaku Islami terhadap sesama diukur dari perilaku dermawan, mau bekerjasama, peduli, menghormati hak orang lain dan toleran. Perilaku dermawan nampak dari kesediaan membantu orang lain dalam bentuk materi seperti kesediaan menyumbangkan dana untuk pembangunan rumah ibadah atau membantu masyarakat yang terkena musibah bencana alam. Perilaku mau bekerjasama nampak dari kesediaan untuk ikut kegiatan kerja bakti dan sisikamling di lingkungan tempat tinggal atau kesediaan untuk ikut serta dalam suatu kepanitiaan acara peringatan hari besar keagamaan. Perilaku peduli nampak dari kesediaan mengantarkan korban tabrak lari ke rumah sakit terdekat atau kesediaan membantu manula atau orang buta yang kesulitan menyeberang jalan. Perilaku menghormati hak orang lain diukur dari keengganan menggangu tetangga dengan bersedia membersihkan sampah daun di rumah yang tertiup angin dan mengotori halaman rumah tetangga atau kesediaan 35
membersihkan selokan rumah yang mampet agar tidak menggenangi jalanan umum.Perilaku toleran nampak dari kesediaan menolong teman atau tetangga meskipun berbeda etnis atau agamadalam kegiatan sosial seperti melayat tetangga/ keluarga tetangga yang meninggal dunia meskipun berbeda agama atau etnis, dan berusaha menghormati umat lain yang sedang beribadah. 3.
Perilaku Islami Terhadap Alam Sekitar Perilaku Islami terhadap alam sekitar diukur dari kecintaannya pada alam dan upayanya melestarikan alam. Kecintaan pada alam nampak dari kemauannya memperlakukan tumbuhan dan binatang dengan baik seperti memberi makan kucing yang kelaparan di jalan, menyiram tanaman yang kering dan lain-lain. Sedangkan upaya melestarikan alam diukur dari upaya menghemat energy dan air bersih seperti merawat kendaraan pribadi dengan baik, memilih menggunakan kendaraan umum, menggunakan air seperlunya, ikut serta menanam pohondan lain-lain. Semakin tinggi perilaku Islami terhadap diri sendiri, sesama dan alam, maka akan
semakin tinggi pula perilaku hablumminannas seseorang yang diduga akan berdampak pada tingginya niat atau keinginannya untuk membeli produk berlabel halal. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keinginan seorang muslim untuk hanya mengkonsumsi atau menggunakan yang halal merupakan cerminan perilaku muamalah terhadap dirinya sendiri, sesama dan alam sekitar, serta pengetahuan, keyakinan dan pengamalan keimanan dan ibadahnya kepada Allah demi mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
2.1.6. Tinjauan Syariah Islam: Koperasi dan Tabungan (Simpanan) Mudharabah Sebagian Ulama menganggap bahwa koperasi sebagai Syirkah Ta’awuniyah dengan akad mudharabah sebagai perjanjian kerja sama antara dua orang atau lebih, dengan satu pihak sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai pelaku usaha yang didasarkan pada system profit Sharing sesuai perjanjian(Suhendi,2002). Koperasi merupakan suatu lembaga yang dapat dibenarkan oleh Islam dengan model Syirkah Ta’awuniyah baru yang merupakan hasil ijtihad ahli ekonomi. Hukumnya mubah (boleh) jika, dengan syarat, cara bekerja pada koperasi selaras dengan prisip-prinsip syariat Islam (Umiyati,2009). Dalil yang memperbolehkan untuk bekerja sama atau 36
bersyarikat dalam kebaikan antara lain termaktub QS.
As Shad ayat 24
(suhendi,2002) yang berbunyi: ଉ نϢ˸ ˵ϫΎϣ͉ ˲Ϟϴ˶Ϡ˴ϗϭ˴ Ε ˵ ό˸ ˴Αϲϐ˶ Β˸ ˴ϴ˴ϟ˯˶ Ύ˴τ˴ϠΨ˵ ϟ˸ ˴Ϧϣ͋ ˱ήϴ˶Μϛ˴ ϥ͉ ˶·ϭ˴ ˶ ΎΤ˴ ˶ϟΎ͉μϟϮ˵ϠϤ˶ ϋ˴ ϭ˴ Ϯ˵Ϩϣ˴ ˴Ϧϳά˶ ͉ϟϻ͉ ˶·ξ˸ ˳ ό˴Α Իϰ˴Ϡϋ˴ Ϣ˸ ˵Ϭπ
Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini" Koperasi dalam konteks keislaman selaras dengan keinginan pemerintah yang mengeluarkan Surat Kepetusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha kecil Menengah Repubik Indonesia No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang JUKLAK KJKS. Eksistensi koperasi dengan pola syariah sangat diperlukan sebagai lembaga keuangan yang berorientasi pada usaha mikro. Mengingat, selain sangat dekat dengan masyarakat tingkat bawah, pelayanan dan prosedurnya tidak sulit, lebih terbuka dan tidak eksklusif. Berbeda dengan perbankan bagi masyarakat lapis bawah masih dirasa asing, dan ekslusif. Koperasi dengan pola syariah dikalangan masyarakat lebih dikenal dengan BMT (Baitul Maal wa Tamwil) lebih memfokuskan kegiatan usahanya pada sektor keuangan, yakni simapan pinjam dengan pola syariah.Usaha ini seperti usaha perbankan yakni menghimpun dana dari anggota-masyarakat dan menyalurkannya kepada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Perbedaannya dengan bank terletak pada objek dana, jika bank dapat menarik dana dari masyarakat tanpa syarat, maka BMT hanya boleh menarik dana dari masyarakat dengan syarat menjadi anggota atau calon anggota (Ridwan,2006) Mengenai produk simpanan dan tabungan, dalam JUKLAK KJKS didefinisikan sebagai dana yang dipercaya oleh anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya kepada koperasi dan dalam bentuk simpanan atau tabungan dan simpanan berjangka. Sebagaimana Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-MUI/IV/2000 bahwa dalil yang membolehkan simpanan atau tabungan diantaranya QS. Al Baqarah ayat 383 (Himpunan Fatwa DSN,2003):
37
˸ ά˶ ͉ϟ͋ΩΆ˴ ˵ϴϠ˸˴ϓΎ˱πό˸ ˴ΑϢϜ˵ π ˲ ϫή˶ ˴ϓΎ˱Β˶ΗΎϛ˴ ϭ˵ΪΠ˶ ˴ΗϢ˸ ˴ϟϭ˴ ή˳ ˴ϔγ˴ Իϰ˴Ϡϋ˴ Ϣ˸ ˵ΘϨϛ˵ ϥ˶·ϭ˴ ˴ϦϤ˶ ˵Η΅ϱ ˵ ό˸ ˴Α ˴Ϧϣ˶ ˴ϥ˸ ˶Έ˴ϓ˲مΔο ˴ Ϯ˵ΒϘ˸ ϣ͉ ϥΎ˴ ͉ ϭ˴ ˵نϪ˵ΒϠ˸ ˴ϗϢ˲ ˶Λ˵Ϫ͉ϧ˶Έ˴ϓΎ˴ϬϤ˸ ˵ΘϜ˸ ˴ϳϦϣ˴ ϭ˴ ˴ىΓΩ˴ Ύ˴Ϭθ͉ ϟϮϤ˵ ˵ΘϜ˸ ˴Ηϻ˴ ϭ˴ ˵نϪ͉Αέ˴ ˴ௌ ͉ ϖ Ϣ˲ ϴ˶Ϡϋ˴ ˴ϥϮ˵ϠϤ˴ ό˸ ˴ΗΎϤ˴ ˶Α˵ௌ ˶ ͉Θ˴ϴϟ˸ ϭ˴ ˵Ϫ˴Θ˴ϧΎϣ˴ ˴ “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah
Republik
Indonesia
No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004
tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (JUKLAK KJKS) menjelaskan mengenai Produk dana layanan, yang terdiri dari : 1. Tabungan dan Simpanan Koperasi Jasa Keuangan Syariah / Unit Jasa Keuangan Syariah (BMT) dapat menghimpun dana dari anggota, calon anggota, koperasi lainnya, dan atau anggotanya dalam bentuk tabungan dan simpanan berjangka. Tabungan dan simpanan memungkinkan untuk dikembangkan yang esensinya tidak menyimpang dari prinsip wadiah dan mudharabah dengan kepentingan dan manfaat yang ingin diperoleh, selama tidak bertentangan dengan syariah yang berlaku, dengan merujuk pada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis ulama Indonesia (MUI). 2. Pembiayaan Koperasi Jasa keuangan Syariah/Unit Usaha Syariah (BMT) menyediakan layanan pembiayaan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut: (a) Mudharabah, (b) Musyarakah, (c) Murabahah, (d) Salam, (e) Istishna, dan (f) Ijarah. Pengembangan layanan pembiayaan dalam bentuk lain dimungkinkan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan memiliki landasan syariah yang jelas serta telah mendapatkan fatwa dari DSN-MUI. 3. Kegiatan Maal Koperasi Jasa Keuangan Syariah 38
Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Usaha Syariah (BMT) Selain menjalankan kegiatan pembiayaan (tamwil), dapat menjalankan kegiatan maal dan atau kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh (ZIS), termasuk Wakaf. Semua produk dan layanan yang dikembangkan koperasi jasa keuangan syariah cukup inovatif dan memberikan kontribusi bagi masyarakat kecil dan menengah, misalnya melalui pembiayaan dalam bentuk modal kerja kepada para pengusaha kecil dan menengah dengan konsep bagi hasil yang ditawarkan koperasi jasa keuangan syariah, sangat membantu dalam usahanya. Mereka tidak perlu memikirkan bunga yang harus dibayarkan kepada pemodal dalam junlah yang tetap, melainkan mereka hanya membayar bagi hasil sesuai dengan keuntungan yang mereka dapatkan. Rozalinda (2012) menyatakan bahwa, koperasi jasa keuangan syariah atau BMT merupakan balai usaha mandiri terpadu dengan kegiatannya mengembangkan usaha-usaha produktif dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil. Fungsinya tidak hanya sebagai lembaga intermediasi keuangan mikro yang berorientasi pada bisnis usaha semata, tetapi memiliki fungsi pemberdayaan (sosial care). Dengan dibentuk peran melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syariah. Dalam Pasal 2 JUKLAK KJKS tahun 2004, menyebutkan tujuan dari pengembangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah / Unit Jasa keuangan syaraih, antara lain: 1. Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khusunya dikalangan usaha mikro kecil dan menengah dan koperasi melalui sistem syariah; 2. Mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan mikro kecil, dan menengah khusunya dan ekonomi Indonesia pada umumnya; 3. Meningkatkan semangat dan peran serta masyarakat dalam kegiatan koperasi Jasa Keuangan syariah Dalam menjalankan usahanya koperasi jasa keuangan syariah atau BMT, berpegang teguh terhadap prinsip utama, sebagai berikut (Ridwan, 2006): 39
1. Keimanan
dan
Ketqwaan
kepada
Allah
SWT
dengan
mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip syariah dan muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata. 2. Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakan dan mengarahkan etika bisnis yang dinamis,proaktif,progresif adil dan berakhlaq mulia. Keterpaduan antar dzikir, fikir dan ukir, yakni keterpaduan antara sikap,pengetahuan dan keterampilan. 3. Kekeluargaan,
yakni
mengutamakan
kepentingan
bersama
diatas
kepentingan pribadi. Semua pengelolaan pada setiap tingkatan, penguru dan semua lininya serta anggota dibangun atas dasar rasa kekeluargaan, sehingga akan tumbuh rasa saling melindungi dan menanggung (ta’aruf, ta’awun, tasamuh, tausiah dan takafuli) 4. Kebersamaan yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar semua elemen BMT. Antara pengelola dan pengurus harus memiliki visi dan misi berusaha bersama-sama untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi tersebut serta bersama-sama anggota untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial. 5. Kemandirian, yakni mandiri diatas semua golongan politik. Mandiri berarti juga tidak tergantung dengan dana-dana pinjaman dan bantuan tetapi senantiasa proaktif untuk menggalang dana masyarakat sebanyakbanyaknya. 6. Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi (‘amalussholih/ahsanu amala), yakni dilandasi dengan dasar keimanan. Kerja keras dan cerdas yang dilandasi dengan bekal pengetahuan (knowledge) yang cukup, keterampilan yang terus ditingkatkan (skill) serta niat dan ghirah yang kuat (attitude). Sikap profesionalisme dibangun dengan semangat untuk terus belajar guna mencapai tingkat standar kerja yang tertinggi. 7. Istiqomah;konsisten;konsukuen, kontinyuitas/berkelanjutan tanpa henti dan tanpa pernah putus asa. Setelah mencapai suatu tahap, maka maju ke tahap berikutnya dan hanya kepada Allah SWT kita berharap.
40
2.1.7. Perkembangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Indonesia Perkembanganpasar keuangan syariah (financial market share) saat ini sedang marak di dunia, khususnya di negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim. Hal ini ditandai dengan berdirinya “ Islamic Financial market” di Kuala Lumpur yang dipelopori oleh negara-ngeara Islam. Kemajuan financial market sharia di Indonesia pada saat ini telah mengalami fase kemajuan yang luar biasa terutama dalam perbankan atau jasa keuangan syariah maupun asuransi syariah cukup signifikan dan diikuti pasar modal dan pegadaian syariah (Agung, 2016) Berawal dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesai sebagai sentra perekonomian yang bernuansa Islami, maka bermunculah lambaga-lembaga keuangan lain, yaitu ditandai dengan tingginya semangat bank konvensioanl untuk mendirikan lembaga keuangan Islam yaitu bank syariah. Sehingga secara otomatis sistem perekomomian Islam telah mendapatkan tempat dalam kancah perekomian di tanah air. Perkembangan ekonomi islam tidak hanya berhenti pada tingkatan ekonomi makro, tetapi telah menyentuh paling bawah yaitu mikro, dengan lahirnya lembaga keuangan mikro keuangan Islam yang berorientasi sebagai lembaga sosial keagamaan yang kemudian popular dengan istilah Baitul Mal wat Tamwil (BMT). Menurut Ketua II Perhimpunan BMT Indonesia yaitu Awalil Rizky dalam artikel PUSKOPSYAH LAMPUNG mengatakan bahwa “ Pada tahun 2010, telah ada sekitar 4.000 BMT yang beroperasi di Indonesia. Beberapa diantaranya memiliki kantor pelayanan lebih dari satu. Jika ditambah dengan perhitungan faktor mobilitas yang tinggi dari para pengelola BMT untuk “jemput bola”, memberikan layanan di luar kantor, maka sosialisasi keberadaan BMT telah bersifat masif. Wilayah operasionalnya pun sudah mencakup daerah perdesaan dan daerah perkotaan, di pulau Jawa dan luar Jawa”. Berdasarkan berita Republika online (ROL) yang di post-kan pada hari Minggu, 22 Maret 2015, 23:53 WIB diberitakan bahwa pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM menyatakan koperasi jasa keuangan syariah 41
(KJKS) dalam bentuk Baitul maal Waa Tanwil (BMT) berkembang sangat signifikan. Hal ini tidak lepas dari perkembangan kinerja dari BMT secara nasional di tahun ini telah mencapai aset sebesar Rp 4,7 triliun dan jumlah pembiayaan sebesar Rp 3,6 triliun. Dengan perkembangan kinerja tersebut, Deputi Bidang Kelembagaan dan UKM Kementerian Koperasi dan UKM Setyo Heriyanto menyakini, BMT akan sangat berperan sebagai lembaga keuangan mikro yang mampu menggerakan sektor riil di masyarakat Munculnya BMT/KJKS maupun BPRS sebagai lembaga keuangan syariah yang bergerak pada sektor riil masyarakat bawah dan Menengah adalah sejalan dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Karena BMI Sendiri secara operasional tidak dapat menyentuh masyarakat kecil ini, maka BMT menjadi salah satu lembaga mikro keuangan Islam yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Disamping itu juga perenan lembaga ekonomi Islam yang berfungsi sebagai lembaga yang dapat mengantarkan masyarakat yang berada didaerah-daerah untuk terhindar dari sistem bunga yang diterapkan pada bank konvensional. Kehadiran lembaga keuangan mikro syariah (BMT/KJKS/BPRS) ini diantaranya dilatar belakangi oleh beberapa alasan, yaitu sebagai berikut: a. Agar masyarakat dapat terhindar dari pengaruh sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang hanya memberikan keuntungan bagi mereka yang mempunyai modal banyak. Sehingga ditawarkanlah sebuah sistem ekonomi yang berbasis Syariah. b. Melakukan pembinaan dan pendanaan pada masyarakat menengah kebawah secara intensif dan berkelanjutan. c. Agar masyarakat terhindar dari rentenir-rentenir yang memberikan pinjaman modal dengan sistem bunga yang sangat manusiawi. d. Agar alokasi dana yang merata pada masyarakat, yang fungsinya unuk menciptakan keadilan sosial. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), 42
menyebutkan bahwa yang menjadi tujuan dalam pengembangan koperasi yaitu Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS), Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Usaha Jasa Keuangan Syariah (UJKS) , hal ini menjadi wadah bagi lembaga keuangan mikro syariah untuk terus mengarah pada peningkatan program pemberdayaan ekonomi, khususnya dikalangan usaha mikro kecil dan menengah dan koperasi melalui sistem syariah. Berdasarkan Surat Edaran Kementerian koperasi dan UKM Republik Indonesia No. 469/SE/Dep.I/V2015 tanggal 27 Mei 2005 perihal pembentukan Badan Hukum Koperasi yang akan melakasanakan usaha lembaga keuangan (LKM), maka bagi koperasi simpan pinjam yang mempeoroleh izin dari kementerian koperasi dan UKM akan di awasi oleh kementerian koperasi dengan berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Oleh karena itu bagi koperasi yang melakukan kegiatan usaha Simpan Pinjam Pola Syariah yang selama ini menamakan “ Kopearsi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)” agar melakukan perubahan Anggaran Dasar menjadi Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS), karena jasa keuangan bukan ranah kewenangan kementerian koperasi dan UKM, tetapi kewenangan Otoritas Jasa Kuangan, jasa keuangan itu sangat luas sedangkan yang menjadi kewenangan kemeterian koperasi dan UKM hanya usaha simpan pinjam saja.(Surat Edaran Dinas Koperasi UKM, 2015) Dengan berlandaskan pada Undang-undang dan peraturan yang telah berlaku, maka koperasi jasa keuangan syariah atau BMT telah mempunyai legalitas hukum untuk dapat mejalankan visinya yaitu
membangun dan
mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat yang madani adil, sehingga dari misi tersebut dapat dipahami bahwa tujuan dari koperasi jasa keuangan atau BMT bukan semata-mata mencari keuntungan dan penumpukan modal pada segolongan orang kaya saja, tetapi lebih berorientasi pada pendistribusian laba yang merata dan adil, sesuai dengan prinsip ekonomi islam. Berdasarkan hasil kajian Tim BEI News pada tahun 2014 dikatakan setidaknya terdapat lima faktor yang memicu perkembangan lembaga 43
keuangan syariah (Perbankan Syariah, Koperasi jasa Keuangan Syariah,dll) adalah sebagai berikut (Agung, 2016): 1. Market dianggap luas ternyata belum digarap secara maksimal (lembaga keuangan syariah tidak hanya dikhususkan untuk orang muslim karena ada pula nasabah yang non muslim). 2. Sistem bagi hasil terbukti lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem bunga yang dianut bank konvensional (review pada waktu krisis ekonomi-moneter). 3. Return yang diberikan kepada nasabah pemilik dana lembaga keuangan syariah lebih besar dari pada bunga deposito lembaga keuangan konvensional, ditambah belakangan ini suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) terus mengalami penurunan. 4. Lembaga keuangan syariah tidak memberikan pinjaman dalam bentuk uang tunai, tetapi bekerja sama atas dasar kemitraan, seperti prinsip bagi hasil (mudharabah), prinsip penyetaraan modal (musyarakah), prinsip jual beli (murabahah) dan prinsip sewa (ijarah). 5. Prinsip bagi hasil lembaga keuangan syariah bukan satu-satunya tujuan karena
lembaga
keuangan
syariah
mengupayakan
bagaimana
memanfaatkan sumber dana yang ada untuk membangun kesejahteraan masyarakat.
2.2. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengenai “ Pengaruh prinsip bagi hasil dan kualitas pelayanan terhadap keputusan anggota menggunakan produk tabungan mudharabah yang dimediasi dengan perilaku religius anggota”, telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian tersebut banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan untuk pengetahuan bagi para pemakai informasi khususnya pengetahuan tentang lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia seperti Perbankan Syariah, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (BPRS, BMT dan KJKS). Tabel 2.1 menunjukkan hasil penelitian-penelitian terdahulu adalah sebagai berikut : 44
Tabel 2.2.
Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu No
1
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Raihanah Daulay (2010)
Analisis Pelayanan Dan Bagi Hasil Terhadap Keputusan Menabung Nasabah Pada Bank Syariah Di Kota Medan
Metode Penelitian Persamaan
Perbedaan
Menggunakan variabel Pelayanan, Bagi Hasil dan Keputusan Menabung. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Menggunakan variabel mediasi (Intervening) yaitu Perilaku Religius .Alat pengujian menggunakand ouble regression analysis. Sampel Penelitian yaitu nasabah Bank Syariah di kota Medan. Teknik pengambilan Sampel dengan menggunakan accidental sampling (kebetulan) dan convenience sampling (kesesuaian)
2
Dwiwiyati Astogini (2011)
Aspek Religiusitas Dalam Keputusan Pembelian Produk Halal (Studi tentang labelisasi halal pada produk makanan dan minuman kemasan)
Menggunakan Variabel Religius dan variabel keputusan pembelian produk. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Menggunakan Variabel Prinsip Bagi Hasil dan Kualitas Pelayanan. Menggunakan varaibel mediasi (Intervenig) yaitu Perliaku Religius. Alat pengujian menggunakan Analisa Regresi liniear bergandaSampe l Penelitian yaitu konsumen muslindi empat kecamatan di
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian menyatakan bahwa secara bersamasama terdapat pengaruh yang sangat signifikan pelayanan dan bagi hasil terhadap keputusan menabung nasabah pada Bank Syariah di Kota Medan pada tingkat kepercayaan 95 %. Secara parsial variabel pelayanan dan bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan menabung nasabah bank Syariah di Kota Medan pada tingkat kepercayaan 95 % Į By using multiple regression analysis showed that Religiosity has no effect on consumer purchasing decisions of packaging food and beverages and Consequences Dimension is the most influential religiosity dimension. Also note that most consumers believe both LPPOM-MUI halal logo and
45
3
Muniaty Aisyah (2014)
4
Muniaty Aisyah (2014)
Pengaruh Lingkungan Eksternal Terhadap Kecenderungan Konsumen Membeli Produk Berlabel Halal yang Dimediasi Perilaku Religiusnya
Menggunakan variabel Perilaku Religius sebagai variabel intervening. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Pengaruh Perilaku Religius Terhadap Niat Konsumen Membeli Produk Berlabel Halal.
Mengukur perilaku religius dengan dimensi perilaku hablumminallah dan hablumminannas Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Purwokerto. Teknik pengambilan Sampel dengan menggunakanp urposive sampling, Menggunakan Prinsip Bagi Hasil dan Kualitas Layanan sebagai variabel independen, bukan lingkungan eksternal. Variabel dependen Kecenderungan Membeli bukan Keputusan Membeli. Responden adalah konsumen muslim khususnya Mahasiswa di UIN Jakarta dan Universitas Trisakti.Mengg unakan uji SEM dengan AMOS, bukan analisis jalur dengan SPSS. Teknik pengambilan Sampel purposive sampling. Menggunakan variabel independen Prinsip Bagi Hasil dan Kualitas Layanan. Sedangkan perilaku religius adalah variabel intervening. Variabel dependen Niat Membeli bukan
halal logo issued by the company.
Secara langsung lingkungan keluarga, perilaku religius hablumminallah dan hablumminannas signifikan positif mempengaruhi kecenderungan konsumen membeli produk berlabel halal. Secara tidak langsung, lingkungan lembaga pendidikan formal, masyarakat dan peer group (kelompok teman sebaya) juga mempengaruhi kecenderungan konsumen membeli produk berlabel halal yang dimediasi perilaku religiusnya.
Perilaku religius signifikan mempengaruhi niat konsumen membeli produk berlabel halal dan konsumendengan latar belakang pendidikan Islam memiliki perilaku religius yanglebih tinggi dibanding
46
5
Muniaty Aisyah (2015)
6
Muhammad Nailul Author (2015)
DampakPeer Group (Kelompok Teman Sebaya) Terhadap Keputusan Konsumen Membeli Kosmetik Berlabel Halal.
Menggunakan variabel Perilaku Religius sebagai variabel intervening. Variabel dependen samasama Keputusan Membeli. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Pengaruh Tingkat Religiusitas, dan Brand Liking Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Makanan Halal Sertifikat MUI
Menggunakan Variabel Religiusitas dan Pengambilan keputusan Pembelian. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Keputusan Membeli. Menggunakan uji SEM dengan AMOS, bukan teknik analisis jalur dengan SPSS.Melakuka n uji beda antara konsumen berpendidikan umum dengan Islam. Menggunakan variabel independen Prinsip Bagi Hasil dan Kualitas Layanan, bukan lingkungan Peer Group. Menggunakan uji SEM dengan AMOS, bukan teknik analisis jalur dengan SPSS.
Tidak menggunakan Brand Liking dan Sikap terhadap Mere tetapi menggunakan variabel bagi hasil dan kualitas pelayanan serta menggunakan
konsumen berlatar belakang pendidikan umum.
Peer group berpengaruh langsung terhadap keputusan konsumen membeli kosmetik berlabel halal. Perilaku hablumminannas konsumen memediasi pengaruh peer group terhadap keputusan konsumen membeli kosmetik berlabel halal secara tidak langsung. Perilaku hablumminallah konsumen paling dominan mempengaruhi keputusan konsumen membeli kosmetik berlabel halal. Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat religiusitas dan brand liking berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan sikap terhadap merek sebagai variabel
47
dengan Sikap terhadap Merek sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Konsumen Kebab Turki Baba Rafi Di Malang
7
Maduretno Widowati & Agus Budi Purwanto (2014)
Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian dengan Visual Merchandising Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pada Minimarket Alfamart di Kota Semarang
variabel mediasi (Intervenig) yaitu Perliaku Religius. Alat pengujian menggunakan Regresi liniear Berganda Sampel Penelitian yaitu konsumen Kebab Turki Baba Rafi yang
Menggunakan variabel Kulitas Pelayanan dan Keputusan Pembelian. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner
beragama islam di Malang . Teknik pengambilan Sampel purposive sampling Tidak menggunakan variabel lokasi dan visual Merchandising tetapi menggunakan variabel Bagi hasi dan variabel mediasi (Intervenig) yaitu Perliaku Religius. Alat pengujian menggunakan Regresi liniear Berganda. Sampel Penelitian yaitu Konsumen Alfamart di Kota Semarang. Teknik pengambilan Sampel dengan menggunakanq uota Sampling
intervening mempengaruhi hubungan tingkat religiusitas dan brand liking terhadap keputusan pembelian makanan halal bersertifikat MUI dengan pengaruh partial mediation
Hasil penelitian menunjukan bahwa Kualitas Pelayanan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, Lokasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, Kualitas pelayanan berpengaruh semakin kuat terhadap keputusan pembelian bila didorong oleh Visual Merchandising, Lokasi berpengaruh semakin kuat terhadap keputusan
48
pembelian bila didorong oleh Visual Merchandising.
8
Sri Rahayu & Sri Ratih Handayani (2014)
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Nasabah Menggunakan Jasa Simpan Pinjam Pada KUD Sumber Makmur Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes
Menggunakan variabel Kulitas Pelayanan dan Keputusan Pembelian ( keputusan menggunakan Jasa). Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner
Tidak menggunakan variabel Bagi Hasil dan varibel Intervening yaitu perilaku Religius. Alat Pengujian menggunakan Regresi liniear Bergana. Sampel penelitian yaitu Anggota atau nasabah di KUS Sumber Makmur Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes. Teknik pengambilan Sampel purposive sampling
Hasil penelitian menunjukan juga menunjukkan bahwa jika tingkat kualitas pelayanan ditingkatkan maka tingkat keputusan nasabah juga akan meningkat pula. Kuat dan positifnya kualitas pelayanan dan keputusan nasabah dapat dibuktikan dengan uji signifikansi koefisien korelasi sederhana pada tingkat kepercayaan 95 persen dan derajat kebebasan (100-2) diperoleh ttabel sebesar 1,6609 dan thitung sebesar 22,011. Karena thitung> ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya bahwa
49
terdapat korelasi yang signifikan antara kualitas pelayanan dengan keputusan nasabah 9
Ateeq-urRehman & Muhamma d Shahbaz Shabbir (2010)
Relationship between religiosity and new produck adaption
Menggunakan Variabel Religuisitas. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Tidak menggunakan variabel Bagi hasil, Kuliatas Pelayanan dan keputusan pembelian dan variabel Intervening. Sampel penelitian konsumen muslim yang terdiri dari mahasiswa di Universitas Islamic Intenasional (UII) Pakistan. Alat pengujian menggunakan Regression and correlation analisys
The result of this study have important implication for both marketers and managers. Since evidence shows religiosity among Muslim consumers effects their attitude toward the adoption of new product, decision makers need to take that into consideration when introducing new product to muslim market. If consumers in these markets are more religious, then the new products and the way these products are promoted need to be prepared in accordance with the spiritual and religious dictations and influences that those consumers acknowledge.
50
2.3.Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.4 Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Prinsip Bagi Hasil dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Anggota menggunakan Produk Tabungan Mudharabah Yang Dimediasi Dengan Perilaku Religius Anggota
ȡYX
ȯ
ȯ
Prinsip Bagi Hasil(X1)
ȡMX r
Perilaku Religius(M)
ȡMX2
Kualitas Layanan (X2)
ȡYM
Keputusan Menggunakan (Y)
ȡYX2 Uji Instrumen Penelitian : 1. Uji Validitas 2. Uji Reliabilitas
Uji Normalitas Data
Model Struktur Path Analisis
Uji Hipotesis: 1. Koefisien Determinasi (R2) 2. Uji Simultan ( Uji F) 3. Uji Parsial (Uji t) 4. Uji Sobel
Kesimpulan & Rekomendasi
Obyek penelitian ini adalah tabungan berbasis syariah Islam khususnya mudharabah sebagai salah satu produk keuangan syariah yang diyakini penting bagi konsumen muslim khususnya para anggota KJKS/ BMT. 51
Islam memandang makanan dan produk lain yang dikonsumsi atau digunakan manusia sebagai hal yang amat penting disamping beribadah, karena segala sesuatu yang dikonsumsi atau digunakan manusia akan berdampak besar pada perkembangan jasmani dan rohaninya. Keputusan anggota menggunakan tabungan mudaharabah diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal seperti prinsip bagi hasil yang diperoleh nasabah, kualitas pelayanan KJKS/BMT dan faktor internal khususnya perilaku religus nasabah yang memandang tabungan mudharabah sebagai produk yang halal dan bebas dari riba.
2.4. Perumusan Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran dan landasan teori serta penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H01: Prinsip Bagi Hasil tidak signifikan mempengaruhi keputusan menggunakan tabungan mudharabah Ha1: Prinsip Bagi Hasil signifikan mempengaruhi keputusan menggunakan tabungan mudharabah
H02: Kualitas pelayanan tidak signifikan mempengaruhi keputusan menggunakan tabungan mudharabah Ha2: Kualitas pelayanan signifikan mempengaruhi keputusan menggunakan tabungan mudharabah
H03: Perilaku religiusti tidak siginifikan mempengaruhi keputusan menggunakan tabungan mudharabah Ha3: Perilaku religus siginifikan mempengaruhi keputusan menggunakan tabungan mudharabah
52
H04:Perilaku religius tidak signifikan memediasi pengaruh prinsip bagi hasil terhadap keputusan menggunakan tabungan mudharabah secara tidak langsung Ha4: Perilaku religius signifikan memediasi pengaruh prinsip bagi hasil terhadap keputusan menggunakan tabungan mudharabah secara tidak langsung
H05: Perilaku regius tidak signifikan memediasi pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan menggunakan tabungan mudharabah secara tidak langsung Ha5: Perilaku regius signifikan memediasi pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan menggunakan tabungan mudharabah secara tidak langsung.
53
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1.Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di wilayah kecamatan Cimapea – Bogor yang terdiri dari 13 Desa (Kelurahan). Pemilihan kecamatan Ciampea karena lokasi penelitian didasari pada pertimbangan mayoritas penduduknya adalah petani, pedagang / pengusaha kecil dan menengah (UMKM) dan buruh serta masih sedikitnya Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)/ Koperasi Simpan Pinjma Pembiayan Syariah (KSPPS / BMT yang ada disekitar wilayah tersebut,
sehingga
perlu
adanya
peningkatan
dan
pengembangan
KJKS/KSPPS/BMT di wilayah tersebut dalam rangka peningkatan ekonomi lokal misalnya peningkatan dalam usaha pertanian, perekebunan, tambak dan hasil kerajinan serta usaha kecil dan menengah (UMKM). Berdasarkan hasil survey lapangan yang telah peneliti lakukan pada tanggal 13 Juni 2015, bahwa terdapat 3 (tiga)(KJKS)/ KSPPS/ BMT yang telah dan masih beroperasi sampai dengan saat ini di sekitar wilayah kecamatan Ciampea, Bogor –Jawa Barat yaitu sebagai berikut: 1. KJKS/KSPPS/BMT El-Umma, Jl. Raya Warung Borong No. 27, Ciampea Bogor. 2. Koperasi Karya Usaha Mandiri Syariah Cabang Ciampea, Komplek Dramaga Pratama Blok Q7 No, 02, Desa Cibadak kecamatan CiampeaBogor. 3. Koperasi Baytul Ikhtiar Cabang Ciampea, Desa Cikampak kecamatan Ciampea Bogor. Kemudian berdasarkan hasil survey tersebut dari ketiga BMT yang beroperasi, yang memiliki dan menawarkan produk tabungan dan simpanan mudharabah hanya KJKS/KSPPS/ BMT El-Umma dan Koperasi Karya Usaha Mandiri syariah, sehingga penelitian ini hanya di lakukan pada kedua KJKS/ BMT tersebut, karena sesuai dengan variabel yang digunakan pada penelitan ini yaitu keputusan anggota menggunakan tabungan mudharabah. 54
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sebagai berikut: Tanggal 25 Februari 2016 Mei 2016 Juni – September 2016 28 Oktober 2016
Keterangan Pengajuan Proposal Pengumuman Hasil Seleksi Pelaksanaan Penelitian Menyerahkan Laporan Penelitian
Sedangkan yang menjadi objek pada penelitian ini terdiri dari satu variabel
dependent
yaitu
keputusan
anggota
menggunakan
tabungan
mudharabah (Y), dua variabel independent yaitu prinsip bagi hasil (X1) dan kualitas pelayanan (X2) dan variabel mediasi (intervening) yaitu perilaku religius anggota (X3/ M).
3.2. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara survey untuk mengumpulkan data dilapangan guna memperoleh gambaran mengenaipengaruh prinsip bagi hasil dan kualitas pelayanan terhadap keputusan anggota menggunakan produk tabungan mudharabah yang dimediasi dengan perilaku religius anggota (Studi Empiris
Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)/ Baitul Maal Wa
Tamwil (BMT) Diwilayah Kecamatan Ciampea-Bogor.) Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat explanatory research. Metode kuantitatif adalah jenis penelitian berdasarkan atas data yang dikumpulkan yang dinyatakan dalam bentuk nilai absolut. Hasil penelitian kuantitatif ini bersifat lebih obyektif (Sukandarrumidi, 2006). Explanatory
research
merupakan
gambaran
dari
penelitian
yang
menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih yang disebut juga sebagai studi korelasional, yang dalam suatu penelitian harus menggunakan teori dan hipotesa yang dapat menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel
yang
diteliti (Cooper dan Schindler dalam Maryanti, 2011). Dalam Sukandarrumidi (2006) dijelaskan, penelitian eksplanatori berusaha menguji hipotesis yang menyatakan sebab-akibat antar dua variabel atau lebih. Hubungan sebab akibat ini disebut juga sebagai hubungan kausal. 55
Desain kausalitas dalam penelitan ini bertujuan untuk menguji pengaruh prinsip bagi hasil dan kualitas pelayanan terhadap keputusan anggota menggunakan produk tabungan mudharabah yang dimediasi dengan perilaku religius anggota. Penelitian ini hanya dibatasi pada masalah prinsip bagi hasil,kualitas pelayanan terhadap keputusan anggota menggunakan produk tabungan mudharabah yang dimediasi dengan perilaku religius anggota
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah 703 nasabah yang telah menggunakan Tabungan
(Simpanan)
Mudaharabah
di
KJKS/KSPPS/BMTdiwilayah
Kecamatan Ciampea-Bogor, sedangkan sampel semua
yang
diambil
mewakili
populasi anggota KJKS/ BMT yang telah menggunakan tabungan
mudharabah.Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode probability sampling dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Adapun tujuan utama dipilihnya masyarakat desa dikecamatan Ciampea sebagai
sampel
penelitian
didasari
pada
pertimbangan
mayoritas
masyarakatnya adalah petani, pedagang / pengusaha kecil dan menengah (UMKM) dan buruh, serta masih sedikitnya jumlah koperasi Jasa Keuangan Syariah/BMT yang ada disekitar wilayah tersebut, sehingga perlu adanya peningkatan
dan
pengembangan
koperasi
Jasa
Keuangan
Syariah
(KJKS)/KSPPS/ BMT di wilayah tersebut baik dari segi kuantitas maupun kualitas manajemen KJKS/KSPPS/BMT. Dimana berdasarkan hasil survey lapangan yang telah kami lakukan tersebut sampai dengan saat ini sudah ada 1 (satu)
KJKS/KSPPS/BMT
KJKS/KSPPS/BMT
yang
tersebut
diberhentikan
kurang
baik,
karena
manajemen
KJKS/KSPPS/BMT
di
yang
diberhentikan tersebut adalah KJKS/KSPPS/BMT Bina Usaha Sejatera di Desa Cibadak Kecamatan Ciampea, Bogor..
56
Penelitian ini menggunakan metode probability sampling yang artinya semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi calon responden atau sampel. Teknik pengambilan sampelnya dilakukan secara simple random sampling (sampling acak sederhana)yaitu proses sampling yang memenuhi persyaratan bahwa setiap unit analisis yang ada dalam populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk terpilih ke dalam sampel. Jika ukuran populasi mempunyai peluang 1/N untuk terpilih ke dalam sampel (Sugiyono,2009). Pengukuran sampel merupakan langkah untuk menentukan besarnya sampel yang akan diambil dalam melaksanakan penelitian dalam suatu obyek. Untuk menentukan besarnya sampel bisa dilakukan dengan perhitungan statistik atau berdasarkan estimasi penelitian. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus representatif. Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2009) di dalam bukunya yang berjudul “ Reseach Methods For Bussiness” memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini: 1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 2. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda), maka jumlah anggota simpel minimal 10 kali dari jumlah yang diteliti (indepenend dan dependen).. Berdasarakan pernyataan tersebut
di dalam penelitian ini terdapat 4
(empat) variabel dependen, independent dan intervening yaituPrinsip Bagi Hasil (X1), Kualitas Pelyanan (X2), Perilaku Religius (M/X3),dan Keputusan menggunakan Tabungan Mudharabah (Y), maka jumlah minimal sampel yang akan diteliti adalah 40 sampel (10 x 40 variabel). Menurut slovin dalam Riduwan (2010) untuk menghitung ukaran sampel dari suatu populasi dapat dihitung dengan rumus : 57
n=
N 1 + Ne2 Keterangan : n = Jumlah sampel N = Ukuran populasi e = Batas kesalahan (10%) Sehingga berdasarkan uraian tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian ini dapat ditentukan dengan cara : n=
703 1 + 703(0,1)2
n = 87,55 dibulatkan menjasi 88 orang / nasabah Dengan demikian
dari kedua metode tersebut, maka
peneliti
menyimpulkan bahwa jumlah sampel yang akan di gunakan dalam penelitan ini akan lebih dari 88 orang responden nasabah tabungan (simpanan) mudharabah di KJKS/BMT wilayah kecamatan Ciampea-Bogordengan pertimbangan karena dibatasi dengan waktu dan biaya penelitian. Setelah menyebarkan sekitar 200 kuesioner terdapat 159 kuesioner yang dapat dianalisis lebih lanjut.
3.4.Teknik Pengumpulan Data 3.4.1.Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data yang diambil adalah dengan menggunakan data primer.Data primer dikumpulkan dengan teknik personally adminstered quetionnaires, yaitu kuesioner disampaikan dan dikumpulkan secara langsung oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2002:147) kepada masyarakat yang memiliki Tabungan (Simpanan) Mudharabah di KJKS/BMT di Ciampea-Bogor. Daftar dan pertanyaan yang disebarkan dan dikirim kepada responden dengan menggunakan metode langsung (direct distribution method), yaitu dengan mendatangi para responden untuk menyerahkan ataupun mengumpulkan kembali. Kusioner dirancang dengan format 58
yang menarik dan pertanyaan diajukan dengan singkat dan jelas disertai dengan surat permohonan untuk menjadi responden serta penjelasan mengenai tujuan penelitian dan keterangan dari masing-masing variabel yang ada dalam penelitian.
3.4.2.Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder adalah teknik pengumpulan data secara tidak langsung tentang obyek penelitian yang dilakukan dengan cara studi pustaka dari berbagai buku, jurnal, majalah, literatur atau tulisan yang dianggap memiliki hubungan dengan hal yang diteliti (Indriantoro dan Supomo,2002:147).
3.5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dengan model skala likert yang berisi sejumlah pernyataan yang menyatakan objek yang hendak diungkap. Skala likert dengan pengukuran lima kategori respon yang mengharuskan responden menentukan derajat persetujuan atau ketidak setujuan terhadap masing-masing variabel yang dipertanyakan oleh peneliti (Maholtra, 2009:298) dengan bobot 5 (sangat setuju), 4 (setuju), 3 (netral), 2 (tidak setuju) dan 1 (sangat tidak setuju) (Riduwan dan Kuncoro, 2008:20). Setelah instrument dikembangkan maka dilakukan pengujian instrument yang meliputi uji validitas dan uji reliabilitas yang dilanjutkan dengan uji normalitas data. 3.6.Uji Instrumen Penelitian 3.6.1. Uji Validitas Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrument dalam mengukur apa yang akan diukur. Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Jika valid berarti, instrumen itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur 59
(Ghozali,2013). Dalam pengujian instrument pengumpulan data, validitas bisa dibedakan menjadi validitas faktor dan validitas item. Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara faktor satu dengan yang lain ada kesamaan). Validitas item ditunjukan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total). Perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antar skor item dengan skor total item. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diuji oleh kuesioner tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan uji pearson correlation, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor yang diperoleh pada setiap item pertanyaan dengan skor total dari masing-masing construct (Ghozali, 2013). Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukan item-item
tersebut
mampu
memberikan
dukungan
dalam
mengungkapkan apa yang diungkap. Pengujian menggunakan
uji dua sisi dengan tingkat siginifikan
0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut : -
Jika r hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan sig.0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi siginifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
-
Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrument
atau
item-item
pertanyaan
tidak
berkorelasi
siginifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). 3.6.2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas atau keterhandalan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap suatu subyek yang sama, dengan arti lain jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Azwar, 1995). Kuesioner yang reliabel berarti apabila dicoba secara berulang-ulang pada 60
kelompok yang sama akan menghasilkan data yang cenderung tidak berbeda. Dengan demikian, reliabilitas mencakup stabilitas dan konsistensi
internal
(Sekaran,
2003:205).
Untuk
mencapai
keterhandalan yang tinggi, dilakukanlah uji coba terhadap alat ukur penelitian ini (kuesioner) yang diajukan terhadap responden, kemudian hasil pengukurannya dianalisa dengan teknik Cronbach’s Alpha. Interpretasi nilai Cronbach’s Alpha dengan skala 0 sampai 1.00 dimana: x 0 - 0.20
= tidak reliabel
x 0.21-0.44
= kurang reliabel
x 0.41-0.60
= cukup reliabel
x 0.61-0.80
= reliabel
x 0.81-1.00
= sangat reliabel.
Uji signifikan dilakukan pada taraf signifikansi 0.05 artinya instrument dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari r kritis product momen. Atau bisa menggunakan batasan tertentu seperti 0,6 (Priyatno, 2008:26). 3.7.Uji Normalitas Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Seperti diketahui uji t dan uji f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik tidak valid. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual.Umumnya, bila nilai statistik skewness dan kurtosis terletak pada range -2 hingga 2, maka variabel data tersebut akan mengikuti distribusi normal (Yamin, 2009). 3.8. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis Penelitian ini menggunakan teknik analisis jalur (path analysys) guna menganalisis pola hubungan antar variabel yang bertujuan menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur 61
pada setiap diagram jalur hubungan kausal antara variable X1, X2, X3/M (variabel ekogen) serta dampaknya kepada variabel Y (variabel endogen) baik secara langsung maupu tidak langsung. Langkah selanjutnya adalah melakukan konversi spesifikasi model ke dalam rangkaian persamaan berikut: M = PM X1+ PM X2+ܭ1 Y = PY X1+ PY X2 + PY X3 + ܭ2 Keterangan: X1= Prinsip Bagi Hasil X2= Kualitas Layanan X3/ M = Perilaku Religius Y = Keputusan Menggunakan Tabungan Mudharabah = ܭError Kriteria penerimaan hipotesis: x Jika signifikasi penelitian < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. x Jika signifikasi penelitian > 0,05, maka H0 diterima dan Haditolak. Langkah-langkah analisis path (Riduwan dan Kuncoro, 2008:20): a. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural. b. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi. c. Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan). d. Menghitung koefisien jalur secara individu. e. Meringkas dan menyimpulkan. Model hubungan antar variabel atau diagram jalur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut: Gambar 3.1. Model Struktur PathAnalisis ȡYX1
ȯ
ȯ
Prinsip Bagi Hasil(X1)
ȡMX r
Perilaku Religius(M)
ȡMX2
Kualitas Layanan (X2)
ȡYX2
ȡYM
Keputusan Menggunakan (Y)
62
Keterangan: Sub Struktur I: Variabelendogen(M)dengan variableeksogen(X1, X2), dengan persamaan struktur M = ȡMX1 X1 + ȡMX2 X2 + ȡM. ɽ 1 ȯ1 Sub struktur II: Variabel endogen (Y) dan variable eksogen (X1, X2, X3/M), dengan persamaan struktur Y = ȡYX1 X1 + ȡYX2 X2 + ȡY. ɽ 2 ȯ2 Dari perhitungan program SPSS nanti, akan diperoleh keterangan atau hasil dari koefisien determinasi (R2), uji secara simultan (Uji F) dan uji secara parsial (Ujit) dan Uji Sobel (Sobel test). a. Koefisien Determinasi(R2) Koefisien
determinasi
variabelbebas terhadap
merupakan
variabel
besarnya
tergantungnya.
kontribusi
Semakin
tinggi
koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
variasi
perubahan
pada
variabel
tergantungnya
(Ghazali,2013). Hasil output SPSS pada model summary khususnya, angka yang terdapat pada kolom R Square digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan cara menghitung koefisien (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sarwono, 2007:30) : KD = r2 x 100%. Cara menghitung standar HUURUDGDODKɽ¥-R2). b. UjiSimultan (Uji F) Untuk melihat pengaruh variabel secara simultan, pertama-tama kita akan melihat hasil perhitungan dalam model summary khususnya angka R Square pada hasil output program SPSS. Angka yang terdapat pada kolom R Square digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan cara menghitung koefisien (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sarwono, 2007:30):KD= r2x100% Langkah selanjutnya pengujian untuk mengetahui pengaruh 63
secara keseluruhan (uji simultan) dapat dilakukan dengan cara membandingkan angka taraf signifikan (sig) hasil penghitungan dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) dan derajat kebebasan = (k-1)(n- k). Kriterianya sebagai berikut (Riduwan dan Kuncoro, 2008:): 1) Jikanilaiprobabilitas0,05lebihkecilatausamadengannilai
probabilitas
6LJDWDX>6LJ@PDNDH0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan atau Jika F hitung > F table maka Ho ditolak dan Haditerima. 2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai SUREDELOLWDV 6LJ DWDX > 6LJ@ PDND H0 diolak dan Ha diterima, artinya signifikan atau jika F hitung < F table maka Ho diterima dan Ha ditolak. c. UjiParsial (Uji t) Uji statistik yang digunakan untuk pengujian secara individual yaitu dengan cara menghitung besarnya angka table t dengan ketentuan sebagai berikut (Sarwono, 2007:32): 1) Taraf signifikansi0,05 2) Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan DK = n –2. Selanjutnnya untuk mengetahui signifikansi analisis jalur bandingkan dengan nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig. dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut (Riduwan dan Kuncoro, 2008:118): 1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai SUREDELOLWDV6LJDWDX>6LJ@PDNDH0 diterima dan Ha ditolak, yang artinya tidak signifikan atau jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Haditerima. 2) Jikanilaiprobabilitas0.05lebihbesaratausamadengannilaiprobabilitas 6LJDWDX> 6LJ@ PDND H0
ditolak danHaditerima, yang
artinya signifikan atau jika t hitung < t tabel Ho diterima dan Ha ditolak. 64
d. Uji Sobel (Sobel tes) Di dalam penelitian ini terdapat variabel intervening yaitu keputusan pembelian. Menurut Baron dan Kenny (1986) dalam Ghozali (2013) suatu variabel disebut variabel intervening jika variabel tersebut ikut mempengaruhi hubungan antara variabel prediktor (independen) dan variabel kriterion (dependen). Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel (1982) dalam Ghozali (2013) dikenal dengan uji sobel (Sobel test). Uji sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variabel independen (X) ke variabel dependen (Y) melalui variabel intervening (M). Besarnya standard error pengaruh tidak
langsung
(indirect
effect)
Sp2p3
dihitung denganrumus di bawah ini: 6SS ¥S2Sp22+p22Sp32+Sp22Sp32 Keterangan: p2 : Unstandardized coefficient beta variabel lindependen p3 : Unstandardized coefficient beta variabel lintervening Sp2: Standar errorindependen Sp3: Standar errorintervening Kemudian untuk mencari nilait statistik pengaruh mediasi dengan rumus: t = p2p3 Sp2p3 3.9. Indentifikasi dan definisi operasional variabel Variabelyang digunakan dalam penelitian diukur menggunakan skala likert, yaitu: a. Variabel
terikat
(dependen):
tabungan mudharabah
Keputusan
anggota
menggunakan
(Y). Keputusan anggota berupa proses
pengambilan keputusan yang dilakukan nasabah /anggota KJKS/ BMT dalam menggunakan tabungan yang berakad mudharabah yang diukur mulai dari tahap pengenalan masalah, pencarian informasi dan evaluasi 65
alternatif pilihan jasa keuangan,
yang diakhiri dengan tahap
pengambilan keputusan (Kotler dan Keller (2012:188). b. Variabel bebas (independen): 1. Prinsip Bagi Hasil (X1) merupakan pandangan dan pengetahuan responden tentang sistem pembagian hasil antara pihak KJKS/BMT dengan anggota. Bagi hasil berupa nisbah diukur berdasarkan ketentuannya yaitu pembagian keuntungan, jaminan dari bagi hasil, dan besarnya nisbah keuntungan (Wiroso 2005 dalam daulay 2010). 2. Kualitas pelayanan (X2) merupakan pandangan dan pengetahuan responden terhadap kualitas pelayananKJKS/ BMT yang diukur berdasarkan dari bukti fisik, keandalan, daya tanggap, kenyamanan serta empati staf KJKS/ BMT (Parasuraman dkk., 1988
dalam
Tjiptono, 2007) c. Variabel Mediasi (intervening): Perilaku religius anggota (X3/ M) Perilaku
religus
diukur
dari
dimensi
perilaku
hablumminallah(pengetahuan, sikap serta amalan Keimanan dan Ibadah) dan perilaku hablumminannas (perilaku Islami terhadap diri sendiri, sesama manusia alam sekitar) (Mansoer 2008, Aisyah 2014, 2015). Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel
(X1) Prinsip Bagi Hasil Sumber: Wiroso (2005) dalam Daulay (2010)
Dimensi
Indikator
Skala
Ketentuan Prinsip x Penentuan besarnya resiko Interval Bagi Hasil bagi hasil dengan berpedomaan untung atau rugi dan sesuai kesepakatan x Besarnya bagi hasil dan Nisbah di sepakati diawal akad x Jumlah pembagian bagi hasil meningkatkan sesuai jumlah peningkatan pendapatan x Tidak ada yang meragukan keuntungan tentang bagi hasil karena sesuai dengan
Pengukuran Likert (1-5)
66
(X2) Kualitas Pelayanan Sumber : Parasuraman dkk., 1988:23 dalam Tjiptono, 2007:273
Reliability
Responsiveness
syariat Islam x Bagi hasil tergantung kepada kinerja bisnis yang dijalankan Interval x Pelayananyang ramah dan sopan x Pelayananinformasi yang jelas/ akuratdan memuaskan
Likert (1-5)
x Membantu konsumendengan layanan yang sama dan adil x Tanggap dalam merespon masalah yang dihadapi konsumen
Assurance
x Pegawai memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik/ dapatdipercaya x Pegawai memiliki pengetahuan yang baik tentang produk
Empathy
x Mengutamakan kepentingandan kebutuhan konsumen dengan memberikan layanan pribadi yang cepat dan mudah
Tangible
x Saranayang memadai x Ketersediaan peralatan yang baik x Fasilitas yang menarik
(M/X3) Perilaku Religius Sumber:
Perilaku Hablumminallah
x Pengetahuan keimanan dan ibadah x Sikap keimanan dan ibadah
Interval
Likert (1-5)
67
Mansoer, 2008; Aisyah, 2014, 2015;
x Pengamalan keimanan dan ibadah Perilaku Hablumminannas
x Perilaku Islami terhadap diri sendiri x Perilaku Islami terhadap sesama manusia x Perilaku Islami terhadap alam sekitar
Pengenalan (Y) Keputusan masalah Mengguna kan Pencarian informasi Sumber: Kotler dan Keller, 2012
x Adanya kebutuhan dan/ masalah
Interval
Likert (1-5)
x Mencari informasi berdasarkan ingatan (internal) dan / dari sumber luar (eksternal)
Evaluasi alternatif
x Sikap orang lain x Situasi yang diharapkan
Keputusan pembelian
x Keyakinan/ sikap x Keputusan yang diambil
68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian: Produk Tabungan (Simpanan) Mudharabah di KJKS/BMT
Kegiatan utama dari sebuah lembaga keuangan adalah produk funding yang salah satunya adalah penghimpunan dana dari masyarakat. Penghimpunan dana dari masyarakat ini dilakukan guna membantu permodalan awal dari para pendiri KJKS/BMT. Selain itu, produk funding di BMT merupakan produk untuk mendapatkan dana yang berguna membiayai operasional rutin. Dalam mengembangkan produk funding ini, KJKS/BMT menyusun berbagai kemasan produk supaya dapat menarik anggota dan calon anggota. KJKS/BMT dapat berinovasi mengembangkan kemasan produk tersebut, misalnya untuk produk tabungan (simpanan) tersebut diberikan nama “ SI RAKA” (Simpanan Sejahtera Berjangka) dan untuk simpanan anak dengan nama “ SI ARIF” (Simpana Anak Kreatif). Kemasan produk ini harus didasarkan pada perkembangan pasar dan tidak harus menggunakan istilahistilah arab, karena mugkin terkesan menyulitkan. KJKS/BMT dapat menghimpun dana dari anggota, calon anggota, koperasi lainnya, dan atau anggotanya dalam bentuk tabungan dan simpanan berjangka.Tabungan (simpanan) memungkin untuk dikembangkan yang esensinya tidak menyimpang dari prinsip wadiah dan mudharabah sesuai dengan kepentingan dan manfaat yang ingin diperoleh, selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan selalu merujuk pada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah Nomor.91/Kep/M.KUKM/IX/2004, jenis simpanan yang terdapat pada KJKS/BMT adalah sebagai berikut: 1. Simpanan Wadiah Yad Dhamanah adalah simpanan anggota pada koperasi dengan akad wadiah / titipan namun dengan seizin penyimpan dapat 69
digunakan oleh KJKS/BMT untuk kegiatan operasional koperasi, dengan ketentuan penyimpanan tidak mendapatkan bagi hasil atas penyimpanan dananya.tetapi bisa di kompensasikan dengan imbalan bonus yang besarnya bonus ditentukan sesuai dengan kebijakan dan kemampuan koperasi. 2. Simpanan Mudharabah Al Muthalaqah adalah tabungan anggota pada koperasi dengan akad mudharabah al-muthalaqahyang diperlukan dengan akad
mudharabah
diberlakukan
sebagai
investasi
anggota
untuk
dimanfaatkan secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada anggota koperasi,calon anggota koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya secara professional dengan ketentuan penyimpanan mendapatkan bagi hasil atas penyimpanan dananya sesuai nisbah (proporsi bagi-hasil) yang disepakati pada saat pembukaan rekening tabungan. 3. Simpanan Mudharabah Berjangka adalah tabungan anggota pada koperasi dengan akad mudharabah al-muthalaqah yang penyetorannya dilakukan sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpanan dengan koperasi yang bersangkutan. Secara
teknis
tabungan
(simpanan)
dengan
menggunakan
akad
mudharabah adalah untuk membantu masyarakat dalam membiasakan diri untuk menabung dengan sistem jemput tabungan (simpanan). Masyarakat akan mendapatkan bagi hasil secara rutin perbulan dengan nisbah yang telah disepakati diawal akad. Tabungan (simpanan) yang bentuknya investasi berjangka mudharabah, masyarakat akan diberikan porsi bagi hasil yang berbeda-beda, semakin besar jumlah tabungan (simpanan) anggota yang disimpan di KJKS/BMT, maka porsi bagi hasilnya akan semakin besar. Strategi yang digunakan pada KJKS/BMT yaitu dengan sistem jemput tabungan
(simpanan)
atau
disebut
juga
jemput
bola,
yaitu
dengan
menerjunkanpegawai ke lapangan terutama ke pasar-pasar tradisional dan sekolahan yang ada di kecamatan Ciampea guna mensosialisasikan produkproduk KJKS / BMT kepada masyarakat kecil. Pasar tradisional dan sekolahan menjadi prioritas dikarenakan dari sinilah kebanyakan para anggota berasal, baik anggota penyimpan dana maupun anggota pembiayaan. 70
Melalui strategi jemput bola ini, pemasaran dan pengenalan tabungan (simpanan)mudharabahkepada masyarakat luas akan lebih efektif. Sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan jumlah anggota dan jumlah dana Mudharabah. Dari data rekapitulasi tabungan dan simpanan mudharabah pada KJSK/BMT dikecamatan Ciampea ( KJKS/BMT El Umma dan Koperasi Karya Usaha Mandiri Syariah) sampai dengan saat ini
yang
sudah tercatat 703
nasabah (anggota).
4.1.1. Profil KJKS / BMT 1. KJKS/KSPPS/BMT El-Umma Koperasi Jasa keungan Syariah (KJKS) Baitul Maal Wattamwil (BMT) El Umma merupakan lembaga keuangan mikrosyariah berbadan Hukum Koperasi dengan akta pendirian No.6 Notaris Ny. Ika Rini H. Basuki SH tertanggal 3 Nopember 2008 dan Nomor Wajib Pajak (NPWP) 02.730.035.9-434.000. KJKS/BMT El Umma badan hukumnya telah mendapatkan pengesahan melalui Surat keputusan Kantor Menteri Negara Urusan KUKM RI Nomor. 518/97/BH/KPTS/KKUKM/2008. KJKS/BMT El Umma mulai didirikan sejak tahun 2008 oleh Ahmad Sholih dan Gigin Mardiansyah yang saat itu kantor pusatnya menggunakan kantor madrasah tanpa listrik dan tak berbentuk serta kondisi bangunan sudah hampir roboh, dengan semangat dan kerja keras para pengurus dan pengelola sejak tahun 2012 KJKS/BMT El Umma sudah bisa membangun dan menempati kantor sendiri yang terletak di Jalan Raya Warung Borong No. 27, kecamatan Ciampea-Bogor. Visi, Misi dan Tujuan KJKS/BMT El Umma adalah sebagai berikut: 1. Visi “ Membangun Kepercayaan Menuju Lembaga Keuangan Mikro Syariah Terdepan di Indonesia”
71
2. Misi a. Selalu bersikap amanah dan hati-hati dalam mengelola keuangan dan Investasi lainnya agar benar-benar manfaat, berkah dan optimal sesuai dengan prinsip-prinsip syariah b. Membantu masyarakat dalam mengembangkan perekonomiannya melalui program pembiaayaan syariah dengan prinsip jual beli (murabahah), bagi hasil (mudharabah) dan prinsip-prinsip syariah lainnya. c. Membantu mendidik masyarakat tentang nilai-nilai syariah dalam bermuamalah sehingga jauh dari praktik riba yang diharamkan Allah SWT. d. Membantu menanamkan dan membiasakan masyarakat supaya gemar menabung dan memberikan pelayanan dan kemudahan dalam proses kegiatan menabungnya. e. Bekerja dan terus berkarya dengan efektif dan efesien sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunah. 3. Tujuan Tujuan didirikannya KJKS/KSPPS/BMT El Umma adalah untuk membantu memajukan perekonomian masyarakat agar lebih sejahtera dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip syariah sehingga terhindar dari praktik riba dan praktik-praktik yang dilarang Allah SWT lainnya. Adapu struktur organisasi KJKS/KSPPS/BMT El Umma adalah sebagai berikut :
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6
Tabel 4.1 SUSUNAN PENGURUS KJKS/KSPPS/BMT EL-UMMA NAMA JABATAN Harjono Sukarno Badan Pengawas Mumul M. Millan Ust. Badrus Tsaman, ME.I Dewan Syariah Ahmad Sholih, S.Ag., M.E.I Ketua Ir. Mohana Sekertaris Gigin Mardiansyah,SP.,MM Bendahara Runingsih Manajer
Sumber: Company Profile KJKS/KSPPS/ BMT El Umma
72
Gambar dari struktur organisasi KJKS/KSPPS/BMT El Umma adalah sebagai berikut: Gambar 4.1 Struktur Organisasi KJKS/KSPPS/BMT El Umma
RAT Badan Pengawas: Harjono Sukarno Mumul M. Millah
Dewan Syariah: Ust. Badrus Tsaman, ME.I
Badan Pengurus: Ketua : Ahmad Sholih,M.EI Sekertaris : Ir. Mohana Bendahara : Gigin Mardiansyah, MM
MANAJER Runingsih
Kabag Pemasaran
Kabag Operasional
Pembukuan
Layanan
Teller
Umum & SDM
Adm Pembiayaan
Staf Pemasaran
Staf Penagihan
Sumber: Company Profile KJKS/KSPPS/ BMT El Umma
KJKS/BMT El-Umma berusaha untuk menjalankan kegiatannya dan sekaligus mengembangkan usahanya semaksimal mungkin, sejauh tidak melanggar batasan- batasan syari’ah. Mengingat segala aktifitas, mulai dari pendirian sampai operasionalnya adalah berdasarkan prinsip syari’ah. Sebagai konsekuensinya, dalam menjalankan kegiatan usaha KJKS/KSPPS/BMT El Umma mengembangkan produk dan jasa yang disesuaikan dengan landasan syari’ah. Produk penghimpunan dana (funding) dan prinsip syariahyang digunakan oleh KJKS/KSPPS/ BMT El Umma yaitu antara lain:
73
Tabel 4.2 Jenis dan Jumlah Nasabah Produk Penghimpunan Dana (Funding) KJKS/KSPPS/BMT El Umma No
Jenis Produk Funding
Prinsip Syariah
Jumlah Nasabah (Anggota)
1
Simpanan Wajib
Akad Wadiah
461 orang
2
Simpanan Mudah dan Aman (IMAN) Investasi Berjangka Mudharabah (IBADAH)
Akad Wadiah
434 orang
Akad Mudharabah
31 orang
3
Sumber: Hasil Wawancara dengan Ibu Ningsih selaku Manajer pada tanggal 22 Juli 2016
Syarat dan ketentuan yang digunakan untuk nasabah atau anggota yang akan menggunakan produkfunding tersebut, adalah sebagai berikut: 1. Mengisi formulir permohonan pembukaan tabungan (simpanan) 2. Foto Copy Identitas diri (KTP / SIM) 3. Setoran awal anggota untuk membuka tabungan (simpanan wajib) Rp 30.000, 4. Setoran minimal untuk Simpanan Mudah dan Aman (IMAN) Rp 5.000,persatu kali setoran dan untuk Investasi Berjangka Mudharabah Rp1.000.000,5. Menandatangani surat pernyataan dan persetujuan pemohon. Selain fungsi Tamwil, KJKS/KSPPS/BMT El Umma juga serius dalam mengelola fungsi Baitul Maalnya. Fungsi baitul maal ini dijalankan dibawah nanungan Yayasan Bait El Umma. Secara hukuk, yayasan ini sudah diformalkan di DEPKUMHAM dengan akta pendirian No. 30 Ny.Ika Rini Hastuti Basuki, SH tanggal 24 Sepetember 2010. Adapun program utama Yayasan Bait El Umma adalah kegiatan pendidikan, selain itu program dalam bidang sosial kemasyarakatan seperti menyelenggarakan pengobatan gratis, kegiatan menyantuni anak yatim dan fakir miskin dan kegiatan sosial lainnya.
74
2. Koperasi Karya Usaha Mandiri Syariah Cabang Ciampea Karya Usaha Mandiri (KUM), merupakan sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang Jasa Pelayanan, Konsultansi dan Pengembangan Pembiayaan Mikro yang ditujukan khusus bagi rumah tangga miskin di pedesaan Indonesia dengan menggunakan pendekatan Grameen Bank. Grameen Bank adalah skim kredit bagi keluarga miskin di Bangladesh yang dinilai telah berhasil baik dan melibatkan sebagian besar wanita perdesaan. KUM dimulai pada bulan Juni tahun 1989, berlokasi di desa Curugbitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Perintis kaji tindak KUM adalah Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian dan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI). Sejak Tahun 1992, manajemen KUM berada di bawah LPPI. Hal ini dilandasi oleh maksud dan tujuan didirikannya LPPI, yang selain sebagai wadah untuk pengembangan profesionalisme perbankan juga dimaksudkan untuk meningkatkan nilai dan mutu pengetahuan perbankan melalui riset dan pengembangan. Kajian tindak KUM adalah sebagai salah satu diantara banyak wahana untuk meningkatkan nilai pengetahuan tersebut. Sejak tanggal 18 April 2002, proyek Karya Usaha Mandiri dilembagakan menjadi Yayasan Pengembangan Karya Usaha Mandiri (YPKUM) dengan Notaris Ny. Ika Rini Hastuti Basuki, SH. Akta Notaris No.8 dan telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Cibinong Nomor:103/AN.YYS/2002 tanggal 23 Mei 2002 sehingga dalam operasionalnya akan lebih luas dan mandiri. Sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang Yayasan No. 16 Tahun 2001 tanggal 6 Agustus 2001 Yayasan Pengembangan Karya Usaha Mandiri, mengadakan Perubahan Anggaran Dasar yayasan tertanggal 27 Desember 2002 nomor 37, dan telah dimuat dalam tambahan berita negara RI tanggal 8/6 No. 46. Tanggal 5 Mei 2007, YP-KUM dilembagakan menjadi Koperasi Karya Usaha Mandiri berdasarkan persetujuan dari Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Bogor. Dalam memberikan pelayanan yang lebih 75
luas lagi dan status kelembagaan yang tepat dan kuat maka tanggal 24 April 2008 diterbitkan Akte Pendirian Koperasi Karya Usaha Mandiri No. 57 Notaris Nyonya Ika Rini Hastuti Basuki yang memuat Anggaran Dasar Koperasi. Selanjutnya, pada tanggal 6 Mei 2008 mendapatkan Pengesahan dari Kantor Koperasi
dan
Usaha
Kecil
dan
Menengah
dengan
No.
518/161/BH/KPTS/KKUM/2008 Letak geografis KJKS/ BMT Koperasi Karya Usaha MadiriSyariah di Komplek Dramaga Pratama Blok Q7 No, 02, Desa Cibadak kecamatan Ciampea-Bogor. Visi dan Misi KJKS/ BMT Koperasi Karya Usaha MadiriSyariah adalah sebagai berikut : 1.
Visi “Menjadi
Lembaga
Keuangan
yang
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat miskin dan menengah bawah terutama wanita di wilayah Indonesia, berdasarkan prinsip-prinsip syariah”. 2. Misi a. Mengembangkan jasa simpan pinjam bagi masyarakat miskin untuk memberikan manfaat bersama. b. Membangun solidaritas dan kemandirian masyarakat miskin dengan membentuk kelompok. c. Meningkatkan kesejahteraan antar anggota kelompok dan pengurus KUM serta pemangku kepentingan. Budaya kerja Koperasi Karya Usaha Mandiri Syariah yaitu ‘PILAR UTAMA’ yang merupakan suatu unsur terpenting yang hakikatnya mengarah pada perilaku yang dianggap tepat dan melekat pada diri setiap individu yang ada di dalamnya serta nilai yang terkandung didalamnya sesuai dengan visi dan misi dari Koperasi Karya Usaha Mandiri. Budaya Kerja ‘PILAR UTAMA’ mencakup yaitu : x
Pelayanan Prima (Service Excellence)
x
Inovasi (Innovation)
x
Keteladanan (Role Model)
x
Profesionalisme (Professionalism) 76
x
Unggul (superior)
x
Integritas (Integrity)
x
Kerjasama (Teamwork)
x
Amanah (Mandate) Adapun struktur organisasi KJKS/ BMT Karya Usaha Mandiri Syariah adalah
sebagai berikut:
NO 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 4.3 SUSUNAN DEWAN PENGAWAS KJKS/BMT KARYA USAHA MADIRI SYARIAH NAMA JABATAN Saifuddien Hasan Ketua Ratnawati Priyono Anggota Muljana Soekarni Anggota Ahamda Effendy AR Anggota Tjetjep Hasmitha Anggota
Sumber: Company Profile KJKS/BMT Koperasi Karya Usaha Mandiri Syariah
NO 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 4.4 SUSUNAN DEWAN PENGURUS KJKS/BMT KARYA USAHA MADIRI SYARIAH NAMA JABATAN Murtadho Ketua Andriyanto Wakil Ketua Agus Sukmajaya Sekertaris Slamet Tetriyan Mihardy Wakil Sekertaris Asep Dahyah Kuraesidin Bendahara
Sumber: Company Profile KJKS/BMT Koperasi Karya Usaha Mandiri Syariah
Gambar dari strukturorganisasi Koperasi Karya Usaha Mandiri Syariah pada kantor Cabang Ciampea dapat dilihat pada Gambar 4.2. KJKS/BMT Koperasi Karya Usaha Mandiri syariah yang berada di kecamatan Cimapea-Bogor merupakan Divisi Mandiri II dari Koperasi Karya Usaha Mandiri yang telah didirikan oleh kantor Pusat. Pelayanan yang diberikan oleh Divisi Mandiri II menggunakan pendekatan pola syariah yang meliputi Mudharabah, Murabahah, Ijarah,Qord dan Istishna.
77
Gambar 4.2 Struktur Organisasi KJKS/ BMT Koperasi Karya Usaha Mandiri Syariah Kantor Cabang Ciampea
Sumber: Company Profile KJKS/BMT Koperasi Karya Usaha Mandiri Syariah
Berikut ini produk penghimpunan dana (funding) dan prinsip syariah yang digunakan oleh KJKS/BMT Karya Usaha Mandiri Syariah: Tabel 4.5 Jenis dan Jumlah Nasabah Produk Penghimpunan Dana (Funding) Koperasi Karya Usaha Mandiri Syariah Cabang Ciampea
No
Jenis Produk Funding
Prinsip Syariah
Jumlah Nasabah (Anggota)
1
Simpanan Wajib
Akad Wadiah
441 orang
2
Simpanan Masa Depan
Akad Wadiah
508 orang
3
Tabungan Primakum
Akad Mudharabah
672 orang
Sumber: Hasil Wawancara dengan Bapak Arif Maulana selaku kepala Cabang pada tanggal 22 Juli 2016
Syarat dan ketentuan yang digunakan untuk nasabah atau anggota yang akan menggunakan produk fundingtersebut, adalah sebagai berikut: 1.
Mengisi formulir permohonan pembukaan tabungan (simpanan)
2.
Foto Copy Identitas diri (KTP / SIM) 78
3.
Simpanan wajib khusus bagi nasabah yang akan melakukan pembiayaan, simpanannya bervariasi tergantung dari jumlah pembiayaan, untuk setoran minimalnya adalah Rp. 6.000 per minggu
4.
Simpanan Masa Depan khusus bagi nasabah yang melakukan pembiayaan, jumlah simpanan di hitung 5 % dari jumlah pembiayaan, simpanan ini hanya satu kali dibayarkan, yaitu ketika akad pembiayaan,
5.
Setoran awal minimal untuk Tabunagn Primakum adalah Rp 20.000,-
6.
Nasabah atau anggota bersedia membayar biaya adminitrasi (fee/Ujroh)
7.
Menandatangani surat pernyataan dan persetujuan pemohon.
4.1.2. Deskriptif Demografi Responden a. Identifikasi responden berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan identifikasi jenis kelamin, distribusi responden adalah:
No 1 2
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kategori Jumlah Persentase Laki-laki 42 26.4% Perempuan 117 73.6% Jumlah 159 100%
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah perempuan yang jumlahnya tiga kali lebih banyak dibandingkan responden laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa dalam rumah tangga kaum perempuan berperan aktif dalam mengelola keuangan keluarga. b. Identifikasi responden berdasarkan usia Berdasarkan identifikasiusia, distribusi responden sebagai berikut:
No 1 2 3 4
Tabel 4.7 . Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kategori Jumlah 18-25 tahun 2 >25-40 tahun 77 >40-56 tahun 79 >56 tahun 1 Jumlah 159
Persentase 1.3% 48.4% 49.7% 0.6% 100%
Sumber: Data primer yang diolah
79
Berdasarkan tabel diatas diketahui mayoritas responden berada pada usia produktif yaitu berkisar antara 25-56 tahun. c. Identifikasi responden berdasarkan pendidikan terakhir Berdasarkan
identifikasi
tingkat
pendidikan
terakhirdistribusi
responden adalah sebagai berikut: Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Kategori Jumlah Persentase 1 Tidak Sekolah 4 2.5% 2 SD 51 32.1% 3 SMP 74 46.5% 4 SMA 23 14.5% 5 D1-D4 1 0.6% 6 S1 5 3.1% 7 S2 1 0.6% Jumlah 159 100% Sumber: Data primer yang diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan responden
mayoritas tamatan SMP serta SD. Rendahnya tingkat
pendidikan
responden
ini
akan
berdampak
pada
terbatasnya
kesempatan kerja dan rendahnya penghasilan per bulan. d. Identifikasi responden berdasarkan penghasilan per bulan Berdasarkan identifikasi penghasilan per bulan, distribusi responden adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan No Kategori Jumlah Persentase 1