Kode/Rumpun Ilmu : 561/Ekonomi Pembangunan
LAPORAN HASIL PENELITIAN
PERANAN TENAGA KERJA, MODAL, DAN TEKNOLOGI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT NELAYAN DI PESISIR PANTAI KABUPATEN BATUBARA
Dibiayai dengan DIPA Polmed Kemendikbud Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan Nomor : 233/PL5.2/PM/2014 Oleh :
DARWIN S.H. DAMANIK, S.E., M.Si - 0031126444
PROGRAM STUDI PERBANKAN DAN KEUANGAN JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2014
ABSTRAK
Rendahnya produktifitas tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pendapatan nelayan khususnya yang ada di daerah pesisir pantai Kabupaten Batubara. Kemampuan tenaga kerja, modal dan teknologi merupakan faktor penting yang mempengaruhi pendapatan nelayan. Tujuan penelitian ini untuk mengukur dan menganalisis berapa besar pengaruh tenaga kerja dan modal terhadap pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Batubara, serta mengukur dan menganalisis berapa besar perbedaan signifikan antara penggunaan teknologi modern dan tidak menggunakan teknologi modern pada pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Batubara. Populasi dari penelitian ini adalah nelayan dalam hal ini nelayan yang tinggal di daerah pesisir Kabupaten Batubara, khususnya Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras dan Kecamatan Limapuluh. Dalam penelitian ini metode analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan tenaga kerja, modal dan teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras dan Kecamatan Medang Deras Selatan Kabupaten Batubara. Kemudian ada perbedaan signifikan antara pendapatan nelayan yang menggunakan teknologi dengan pendapatan nelayan yang tidak menggunakan teknologi.
Kata Kunci : Tenaga Kerja, Modal, Teknologi dan Pendapatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis atas berkat dan rahmat Allah S.W.T., penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Peranan Tenaga Kerja, Modal, dan Teknologi Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Nelayan di Pesisir Pantai Kabupaten Batubara”. Penelitian ini merupakan analisis tentang pengaruh tenaga kerja, modal, dan teknologi terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Nelayan di Pesisir Pantai Kabupaten Batubara. Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Desember 2014
Darwin S.H. Damanik, S.E., M.Si
ii
ABSTRAK
Rendahnya produktifitas tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pendapatan nelayan khususnya yang ada di daerah pesisir pantai Kabupaten Batubara. Kemampuan tenaga kerja, modal dan teknologi merupakan faktor penting yang mempengaruhi pendapatan nelayan. Tujuan penelitian ini untuk mengukur dan menganalisis berapa besar pengaruh tenaga kerja dan modal terhadap pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Batubara, serta mengukur dan menganalisis berapa besar perbedaan signifikan antara penggunaan teknologi modern dan tidak menggunakan teknologi modern pada pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Batubara. Populasi dari penelitian ini adalah nelayan dalam hal ini nelayan yang tinggal di daerah pesisir Kabupaten Batubara, khususnya Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras dan Kecamatan Limapuluh. Dalam penelitian ini metode analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan tenaga kerja, modal dan teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras dan Kecamatan Medang Deras Selatan Kabupaten Batubara. Kemudian ada perbedaan signifikan antara pendapatan nelayan yang menggunakan teknologi dengan pendapatan nelayan yang tidak menggunakan teknologi.
Kata Kunci : Tenaga Kerja, Modal, Teknologi dan Pendapatan
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................
1
1.1. Latar Belakang .......................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................
3
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...........................................
4
1.4. Diagram Tulang Ikan .............................................................
4
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................
4
2.1. Pengertian Nelayan ...............................................................
6
2.2. Pengertian Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja.......................................................................................
6
2.3. Pengertian Modal ...................................................................
7
2.4. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan ......................
9
2.5. Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan .................................
9
2.6. Pengaruh Teknologi Terhadap Pendapatan ...........................
11
2.7. Penelitian Terdahulu ..............................................................
11
2.8. Kerangka Pemikiran ..............................................................
13
2.9. Hipotesis ................................................................................
13
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................
15
3.1. Lokasi Penelitian....................................................................
15
3.2. Populasi dan Sampel ..............................................................
15
3.3. Jenis dan Sumber Data ...........................................................
15
3.4. Teknik Pengumpulan Data.....................................................
15
3.5. Analisis Data ..........................................................................
16
3.6. Definisi Operasional Variabel................................................
16
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..........................................
18
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ....................................
18
4.1.1. Aspek Geografis ..........................................................
18
4.1.2. Aspek Demografis .......................................................
18
iv
4.1.3. Penduduk dan Kondisi Sosial Ekonomi.......................
19
4.2. Analisis Deskriptif Responden ..............................................
22
4.3. Hasil Analisis Regresi Berganda ...........................................
27
4.3.1. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan ............
28
4.3.2. Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan .......................
28
4.3.3. Pengaruh Teknologi Terhadap Pendapatan .................
29
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .........................................................
30
5.1. Simpulan ................................................................................
30
5.2. Saran ......................................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
32
LAMPIRAN
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dipandang dari sudut pendapatan masyarakat sebagai indikator kesejahteraan dan struktur perekonomiannya, Provinsi Sumatera Utara termasuk daerah sedang berkembang. Demikian pula daerah administratif pemerintahan yang berada di bawah provinsi ini, yang meliputi pemerintahan kabupaten dan kota. Sebagai negara agraris, sektor pertanian masih mempunyai peranan yang dominan dalam komposisi pembentukan pendapatan daerah yang bisa dilihat pada komposisi pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah kabupaten dan kota. Dalam pembangunan ekonomi sebagai upaya mewujudkan masyarakat sejahtera, ada dua argumen yang kontradiktif sehubungan dengan pertanyaan tentang sektor ekonomi mana yang harus dikembangkan? Argumen pertama menyarankan supaya dilakukan prioritas pembangunan pada sektor industri (manufaktur) karena sektor ini menawarkan kesempatan kerja yang luas, memeratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menghemat devisa, menunjang pembangunan daerah dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber alam dan energi serta sumber daya manusia di daerah. Argumen kedua menyarankan pembangunan sektor pertanian sebagai prioritas utama mengingat peranannya yang masih cukup signifikan dalam pembentukan PDRB sampai saat ini. Sektor pertanian terbukti mampu bertahan dan masih memperlihatkan pertumbuhan yang positif pada saat Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi. Persoalannya bukanlah kepada argumen mana kita akan berpihak, melainkan bagaimana
kita
membuktikan
argumen
mana
yang
paling
tepat
untuk
diimplementasikan karena masing-masing daerah mempunyai karakteristik ekonomi yang barangkali berbeda satu dengan yang lain. Keputusan untuk menetapkan sektor ekonomi yang merupakan prioritas pembangunan harus dilakukan dengan cermat. Diperlukan suatu kajian ilmiah yang kompleks untuk menentukan secara tepat arah pembangunan yang akan dilaksanakan untuk bisa mempercepat akselerasi pembangunan guna mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu pemerintahan tingkat II di bawah Provinsi Sumatera Utara adalah Pemerintah Kabupaten Batubara.
Batubara merupakan salah satu kabupaten di
Sumatera Utara yang memiliki daerah tepi pantai dan dihuni oleh masyarakat yang 1
berprofesi sebagai nelayan baik itu nelayan budidaya maupun nelayan tangkap. Meskipun ada sebagian masyarakat yang berprofesi lain namun yang mendominasi adalah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan, ironisnya penghasilan yang diperoleh belum mampu memenuhi semua kebutuhan konsumsi karena pendapatan yang diperoleh dari hasil melaut sangat terbatas. Kehidupan nelayan di Kabupaten Batubara bisa diidentikkan dengan kehidupan masyarakat golongan menegah kebawah, bahkan sebagian besar berada dibawah garis kemiskinan. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya masyarakan pesisir khususnya nelayan yang belum mampu memenuhi kebutuhan harian, baik itu kebutuhan sandang, pangan, maupun papan, sehingga sering didapatkan masyarakat nelayan yang kekurangan gizi, pendidikan dan kesehatan serta berdampak pada produktivitas nelayan yang rendah, pendapatan rendah sehingga tingkat kesejahteraan juga menjadi rendah (Tuwo, 2011). Dalam arti lain sebagian besar masyarakat nelayan hidup dalam lingkaran kemiskinan. Kemiskinan yang melanda masyarakat nelayan di kabupaten Batubara hanya dapat diselesaikan dengan membina individu nelayan agar dapat meningkatkan pendapatan secara mandiri. Pendapatan akan meningkat jika person – person nelayan tersebut mau berubah secara sadar demi meningkatkan pendapatan masing-masing. Kemiskinan dapat dirubah dengan meningkatkan produktivitas, karena dengan meningkatnya produktivitas akan mendorong peningkatan pendapatan yang tinggi sehingga kesejahteraan juga akan meningkat serta kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi bahkan sisa pendapatan yang tidak habis dibelanjakan dapat menjadi tabungan yang dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan di masa yang akan datang. Rendahnya produktifitas tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pendapatan nelayan khususnya yang ada di daerah pesisir Kabupaten Batubara. Jika tidak bekerja nelayan tidak akan mendapatkan penghasilan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari dan akan mengakibatkan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan semakin menurun. Hal ini bisa terlihat dengan banyaknya angkatan kerja produktif yang tidak bekerja secara maksimal bahkan menghabiskan waktu untuk bersantai tanpa melakukan kegiatan produktif yang bisa menghasilkan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraannya (Todaro, 2002). Kurangnya modal usaha juga merupakan hal yang mempengaruhi rendahnya pendapatan nelayan. Dengan tidak tersedianya modal yang memadai maka nelayan 2
tidak akan mampu meningkatkan produksi karena nelayan tidak bisa membeli perahu, alat tangkap dan peralatan lainnya, serta biaya operasional juga tidak akan terpenuhi dan akan menjadikan produktifitas nelayan menurun, sehingga pendapatan akan mengalami stagnasi bahkan akan mengalami penurunan secara rill jika terjadi inflasi, sehingga daya beli masyarakat nelayan menjadi rendah yang akan mengakibatkan tingkat kesejahteraan yang semakin rendah (Jhingan, 1993). Terbatasnya pengetahuan tentang teknologi modern juga merupakan salah satu hal yang menghambat peningkatan pendapatan nelayan. Dengan terbatasnya waktu dan tenaga yang dimiliki oleh para nelayan maka dibutuhkan teknologi untuk membantu meningkatkan produksi karena dengan adanya teknologi, maka proses produksi menjadi lebih efektif dan efisien sehingga output yang diperoleh lebih berkualitas. Namun tanpa menggunakan teknologi yang canggih, hal tersebut akan mustahil tercapai (Satria, 2002). Sumber daya perikanan sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataanya masih cukup banyak nelayan belum dapat meningkatkan hasil tangkapannya, sehingga tingkat pendapatan nelayan tidak meningkat. Dengan demikian perlu dilakukan kajian terhadap tindakan dan kebijaksanaan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan nelayan di Kabupaten Batubara, dalam sebuah penelitian yang berjudul “Peranan Tenaga Kerja, Modal, dan Teknologi Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Nelayan di Pesisir Pantai Kabupaten Batubara”. Penelitian ini merupakan analisis tentang pengaruh tenaga kerja, modal, dan teknologi terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Nelayan di Pesisir Pantai Kabupaten Batubara.
1.2. Rumusan Masalah Apa yang diharapkan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia adalah perbaikan taraf hidup ke arah yang lebih sejahtera. Harapan-harapan seperti ini masih dirasakan sampai saat ini dan meluas menjadi kesatuan harapan masyarakat sampai ke daerah-daerah di seluruh Indonesia termasuk daerah Provinsi Sumatera Utara umumnya dan Kabupaten Batubara khususnya. Peningkatan produksi tangkapan ikan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Batubara ternyata dipengaruhi oleh beberapa variabel antara lain adalah 3
variabel tenaga Kerja, modal, dan teknologi. Permasalahan yang timbul kemudian adalah : a.
Apakah ada pengaruh tenaga kerja, dan modal terhadap pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Batubara.
b.
Apakah ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan teknologi modern dan tidak menggunakan teknologi modern terhadap pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Batubara.
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Dalam setiap kegiatan atau usaha, suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya dari awal hingga akhir dalam suatu proses adalah tujuan atau sasaran. Sebuah penelitian secara umum bertujuan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau yang akan terjadi. Karena itu, sesuai dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah : a.
Untuk mengukur dan menganalisis berapa besar pengaruh tenaga kerja dan modal terhadap pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Batubara.
b.
Untuk mengukur dan menganalisis berapa besar perbedaan signifikan antara penggunaan teknologi modern dan tidak menggunakan teknologi modern pada pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Batubara. Selain tujuan, penelitian yang dilakukan tentunya diharapkan mempunyai
kegunaan atau manfaat yang dapat diwujudkan secara nyata di dalam kehidupan masyarakat. Kegunaan dari penelitian ini adalah : a.
Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan masukan dan sumber inspirasi, serta bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah Kabupaten Batubara dan instansi terkait serta pihak swasta dalam meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Batubara.
b.
Dapat digunakan sebagai salah satu bahan referensi bagi penelitian lebih lanjut mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan sumbangsih tenaga kerja, modal, dan teknologi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat pesisir pantai di Kabupaten Batubara.
4
1.4. Diagram Tulang Ikan Berdasarkan landasan teoritis yang digunakan, dalam penelitian ini akan dianalisis pengaruh dari tenaga kerja, modal, dan teknologi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di Pesisir Pantai Kabupaten Batubara . Secara diagram, kerangka pemikiran yang digunakan untuk membangun penelitian ini digambarkan pada diagram berikut ini :
Tenaga Kerja Meningkatnya Pendapatan Masyarakat Nelayan
Pendapatan Masyarakat Nelayan Belum Optimal Modal
Teknologi
5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Nelayan Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal didesa-desa pantai atau pesisir (Sastrawidjaya, 2002). Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut : a)
Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.
b) Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah atau tanggul penahan gelombang di sekitar desa. c)
Dari segi ketrampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki ketrampilan sederhana. Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional. Dari bangunan struktur sosial, komunitas nelayan terdiri atas komunitas yang
heterogen dan homogen. Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang bermukim di desa-desa yang mudah dijangkau secara transportasi darat, sedangkan komunitas yang homogen terdapat di desa-desa nelayan terpencil biasanya menggunakan alatalat tangkap ikan yang sederhana, sehingga produktivitas kecil. Sementara itu kesulitan transportasi angkutan hasil ke pasar juga akan menjadi penyebab rendahnya harga hasil laut di daerah mereka. (Sastrawidjaya, 2002).
2.2. Pengertian Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja Sebagai pelaku aktivitas ekonomi, penduduk menjelma sebagai apa yang kita sebut tenaga kerja serta angkatan kerja. Tinjauan terhadap tenaga kerja serta angkatan kerja mengharuskan adanya suatu kondisi supaya dapat melakukan aktivitas ekonomi yang kita sebut kesempatan kerja. 6
Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja. Dalam literatur biasanya merupakan seluruh penduduk berusia 15-64 tahun. Tetapi kebiasaan yang dipakai di Indonesia adalah semua penduduk berusia sepuluh tahun ke atas. Tenaga kerja merupakan jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksikan barang dan jasa jika ada permintaan terhadap partisipasi mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. (Lembaga Demografi FE. UI., 2010). Yang termasuk di dalam golongan tenaga kerja ialah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja. Ini meliputi orang-orang yang bekerja untuk kepentingan sendiri yang tidak menerima upah. Juga termasuk di sini pengangguran yang bersedia bekerja, tetapi kesempatan kerja bagi mereka tidak ada. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Angkatan kerja merupakan penduduk yang aktif secara ekonomis, artinya yang secara langsung terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. (Lembaga Demografi FE. UI., 2010). Kesempatan kerja merupakan kondisi dimana seseorang penduduk dapat melakukan kegiatan untuk memperoleh imbal jasa ataupun penghasilan dalam jangka waktu tertentu. (Lembaga Demografi FE. UI., 2010)
2.3. Pengertian Modal “Modal merupakan sejumlah dana yang menjadi dasar untuk mendirikan suatu perusahaan, perusahaan menggunakan dana ini untuk membelanjai aktivitas perusahaan dalam menghasilkan produk barang dan jasa”. Pada pengertian tersebut di atas kita melihat bahwa modal sangat berperan dalam suatu perusahaan dan perusahaan yang baru berdiri membutuhkan modal untuk aktivitas perusahaan tersebut. Sebagaimana lazimnya suatu perusahaan akan mengikuti perkembangan dari masa ke masa, maka pasti akan menggunakan suatu cara dalam mengikuti perkembangan tersebut untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara
7
kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi, dan (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. Sedangkan menurut Riyanto, pengertian modal kerja terdapat beberapa konsep yaitu : 1.
Konsep Kuantitatif Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-
unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimulai dari yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. 2.
Konsep Kualitatif Dalam konsep ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya
jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar itu harus disediakan untuk memenuhi kewajiban financial yang harus segera dibayar dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membayar operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membayar operasi perusahaan mampu mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja memo (non working capital). 3.
Konsep Fungsional Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan.
Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan dalam satu periode accounting (current income) bukan periode berikutnya (future income). Dari pengertian tersebut maka terdapat sejumlah dana yang tidak menghasilkan current income atau kalau menghasilkan tidak sesuai dengan misi perusahaan yaitu : Non working capital, sehingga besarnya modal kerja adalah: a. Besarnya kas b. Besarnya persediaan c. Besarnya piutang
8
d. Besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap (besarnya adalah sejumlah dana yang berfungsi untuk menghasilkan current income tahun yang bersangkutan). Sedangkan bagian piutang yang merupakan keuntungan adalah tergolong dalam modal kerja potensial dan sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap yang menghasilkan future income (pendapatan tahun-tahun sesudahnya) termasuk dalam non working capital.
2.4. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam produksi, karena tenaga kerja merupakan faktor penggerak faktor input yang lain, tanpa adanya tenaga kerja maka faktor produksi lain tidak akan berarti. Dengan meningkatnya produktifitas tenaga kerja akan mendorong peningkatan produksi sehingga pendapatan pun akan ikut maningkat. Becker (1993) mendefinisikan bahwa human capital sebagai hasil dari keterampilan, pengetahuan dan pelatihan yang dimiliki seseorang, termasuk akumulasi investasi meliputi aktivitas pendidikan, job training dan migrasi. Asset utama para nelayan, khususnya nelayan tradisional hanya tenaga kerja dan keterampilan, serta kreatifitas yang relaitif masih rendah. Meskipun pekerjaan sebagai nelayan cepat mendatangkan hasil, tetapi seringkali penghasilan itu tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka. Nelayan mempunyai peranan yang sangat substansial dalam modernisasi kehidupan manusia. Mereka termasuk agent of development yang saling reaktif terhadap perubahan lingkungan. Sifat yang lebih terbuka dibanding kelompok masyarakat yang hidup di pedalaman, yang menjadi stimulator untuk menerima perkembangan modern.
2.5.
Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan Modal adalah salah satu faktor produksi yang menyumbang pada hasil produksi,
hasil produksi dapat meningkat karena digunakannya alat-alat mesin produksi yang efisien, ketika hasil produksi meningkat maka pendapatan juga akan meningkat. Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri dengan modal pinjaman, yang masing-masing menyumbang langsung pada produksi. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaan 9
pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan stock modal secara fisik (yakni nilai riil atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan output di masa mendatang (Todaro,1998). Menurut Mubyarto (1993) modal adalah barang atau uang yang secara bersama – sama faktor produksi, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang yang baru. Pentingnya peranan modal karena dapat membantu menghasilkan produktivitas, bertambahnya keterampilan dan kecakapan pekerja juga menaikkan produktivitas produksi. Modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha produksi yang didirikan. Modal dapat dibagi sebagai berikut : Modal Tetap : Adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi. Modal Lancar : Adalah modal memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi, bisa dalam bentuk bahan-bahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut. Dapat dikemukakan pengertian secara klasik, dimana modal mengandung pengertian sebagai “hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut”. Modal merupakan kemampuan ekonomis dari suatu masyarakat atau suatu kegiatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan menutupi biaya – biaya yang terjadi selama proses produksi. Menurut Todaro(1998), akumulasi modal merupakan bagian dari pendapatan nasional atau pengeluaran (expenditure) yang digunakan untuk memproduksi baik barang modal maupun barang untuk konsumsi dalam waktu tertentu. Akumulasi modal dapat terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Beda halnya dengan Jhingan (1993), ia berpendapat bahwa modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal. Nurkles dalam Jhingan (1993)
menyebutkan makna pembentukan modal
adalah masyarakat tidak melakukan keseluruhan kegiatannya saat ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, tetapi mengarahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang modal, alat-alat dan perlengkapan, mesin, fasilitas pengangkutan, dan pabrik dalam arti pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional. 10
Faktor yang menyebabkan rendahnya pembentukan modal adalah rendahnya pendapatan masyarakat yang menyebabkan rendahnya tabungan yang sangat penting dalam
pembentukan
modal.
Rendahnya
produktivitas
yang
berakibat
laju
pertumbuhan pendaptan nasional, tabungan, dan pembentukan modal menjadi rendah, alasan kependudukan yang sangat tinggi akan menyebabkan pendapatan perkapita yang menurun dan akan terjadi kekurangan dana dan akumulasi modal dalam pembiayaan pembangunan, dan kekurangan peralatan modal serta keterbelakangan teknologi.
2.6.
Pengaruh Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya menangkap ikan
dengan mengunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala, jaring, pukat, dan lain sebagainya. Namun dalam perkembangannya dikategorikan sebagai seorang yang berprofesi menangkap ikan dengan alat yang lebih modern ialah kapal ikan dengan alat tangkap modern. Semakin canggih teknolgi yang digunakan nelayan maka akan semakin meningkatkan produktifitas hasilnya lebih meningkatkan produksi. Menurut Satria (2002), keberadaan nelayan digolongkan menjadi 4 tingkatan dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada), orientasi pasar dan karakteristik pasar. Keempat kelompok tersebut, antara lain nelayan tradisional (peasant-fisher) yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri; post peasantfisher atau nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan ikan yang lebih maju, seperti motor tempel atau kapal motor; commercial fisher atau nelayan yang telah berorientasi pada peningkatan keuntungan, dan industrial fisher yang memiliki beberapa ciri, seperti terorganisasi, padat modal, pendapatan lebih tinggi, dan berorientasi ekspor.
2.7. Penelitian Terdahulu Dari hasil kajian Satria (2002) di 14 kecamatan daerah pantai yang tersebar di beberapa provinsi diketahui, nelayan yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah. Faktor utama bukan karena kekuatan modal untuk mengakses teknologi, namun ternyata lebih banyak disebabkan oleh kurangnya aktivitas penyuluhan atau 11
teknologi dan rendahnya lembaga penyedia teknologi.
Menariknya dari hasil
penelitian mereka, adalah ditemukannya korelasi positif antara tingkat kemiskinan dengan perkembangan system ijon. Para nelayan miskin umumnya, kehidupan ekonomi mereka sangat tergantung kepada para pemilik modal, yaitu pemilik perahu atau alat tangkap serta juragan yang siap menyediakan keperluan perahu untuk berlayar. Indikator tersebut memang tidak selalu sama di setiap daerah karena seperti di Pekalongan, banyak juragan kapal yang mengeluh dengan sikap anak buah kapal (nelayan) yang cenderung terlalu banyak menuntut sehingga keuntungan juragan kapal menjadi terbatas. Namun secara umum terbatasnya kemampuan nelayan dalam mengembangkan kemampuan ekonominya karena nelayan seperti ini telah terjerat oleh utang yang dipinjam dari para juragan.
Mereka biasanya membayar utang
tersebut dengan ikan hasil tangkapannya yang harganya ditetapkan menurut selera para juragan. Menurut Budianto (2004) tingkat pendapatan masyarakat yang menggeluti pekerjaan sebagai nelayan dari segi pendapatan belum mencukupi kebutuhan mereka dan keluarganya, dikarenakan mereka adalah nelayan yang bekerja sendiri-sendiri sementara mereka melaut pada daerah yang sama. Ketika masih berada di pulau Laelae, dimana dalam pemenuhan kebutuhan hidup terjadi pergeseran mata pencaharian dalam pemukiman nelayan ini. Dulu penduduk pulau Lae – Lae yang rata – rata bermata pencarian hanya nelayan, kini harus manjalani pekerjaan sampingan atau pengganti pekerjaan utama menjadi buruh misalya dikarenakan berubahnya tingkat pendapatan dan pengeluaran mereka. Sedangkan bantuan yang datang dari beberapa lembaga termasuk dari pemerintah tidak terdistribusi dengan baik, hal ini disebabkan karena pengelolaan atau penyaluran bantuan seperti ini masih kurang memiliki kepekaan sehingga distribusi bantuan modal ini tidak dapat dirasakan oleh masyarakat secara merata. Para peneliti lain seperti Hamid (1996) mencatat tingkat keberhasilan nelayan kecil di Sumatera Utara (mereka yang hanya bermodalkan tenaga kerja saja) atau nelayan mandiri (mereka yang memiliki alat-alat produksi yang sangat sederhana dan mengoperasikannya sendiri) sangatlah tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Menurut Sudrajat (2002) rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan di Makasar berkisar antara Rp 82.500 perbulan sampai Rp 225.000 per bulannya. Angka tersebut masih dibawah upah minimum regional yang ditetapkan pemerintah ditahun 12
yang sama. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat adanya keterkaitan erat antara kemiskinan dengan pengelolaan wilayah pesisir. Adapun perbedaan yang mendasar antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan di kabupaten Batubara adalah sebagian besar pendapatan masyarakat nelayan semata – mata diperoleh dari hasil melaut yang merupakan pekerjaan utama para nelayan yang tinggal di daerah pesisir pantai. Penggunaan input juga bervariasi mulai dari tenaga kerja, modal, dan teknologi, serta input lain yang menunjang. Tradisi serta budaya juga sangat berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten Batubara.
2.8. Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada landasan teori, maka kerangka pikir dapat dirumuskan sebagai berikut :
Tenaga Kerja (L)
Modal (K)
Pendapatan (Y)
Teknologi (T)
2.9. Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan teori-teori yang telah dibahas dalam tinjauan pustaka, maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut ; 1. “Diduga bahwa peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Batubara, sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja, modal, dan teknologi” 2. “Diduga bahwa tenaga kerja dan modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Batubara ” 13
3. “Diduga bahwa peggunaan teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Batubara ”
14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada wilayah nelayan yang ada di daerah pesisir pantai Tanjung Tiram Kabupaten Batubara, yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Talawi dan Kecamatan Limapuluh yang mana ketiga kecamatan saling berbatasan serta berbatasan langsung dengan selat makassar sehingga sebagian besar penduduk yang tinggal di daerah tepi pantai bekerja sebagai nelayan.
3.2. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah nelayan dalam hal ini nelayan yang tinggal di daerah pesisir Kabupaten Batubara, khususnya Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras dan Kecamatan Limapuluh. Adapun masing – masing kecamatan diambil 33 responden sehingga total responden sebanyak 99 orang, jumlah responden secara rinci dapat dilihat pada Tabel. 3.1 Tabel 3.1 Responden Penelitian. No
Desa dan Kecamatan
Jumlah Responden
1
Desa Lalang Kecamatan Medang Deras
33
2
Desa Perupuk Kecamatan Limapuluh
33
3
Desa Dahari Selebar Kecamatan Tanjung Tiram
33
Total
99
3.3. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan baik melalui wawancara dengan pihak terkait, kuesioner, dan observasi langsung, serta data sekunder, yaitu data yang telah diolah dan diperoleh dari pemerintah setempat maupun pihak-pihak terkait.
3.4. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, dilakukan menggunakan teknik :
15
a. Wawancara terbuka yaitu teknik untuk memperoleh informasi dan melengkapi data dengan mewawancarai pihak-pihak terkait, baik itu pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat. b. Observasi yaitu teknik yang digunakan untuk melengkapi data dengan melihat dan mencermati secara langsung ke obyek yang akan diteliti. c. Studi dokumentasi yaitu teknik dengan menelaah dokumen – dokumen dan laporan – laporan yaitu data sekunder yang berhubungan dengan tujuan penelitian. d. Kuesioner merupakan teknik mengumpulkan data dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada setiap responden berdasarkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.5. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen ekonometrika yaitu metode regresi linier berganda. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tenaga kerja, modal, dan teknologi terhadap pendapatan ditelaah dari koefisien regresi, dengan persamaan-persamaan berikut : Y = f (L, K, T)
(3.1)
Y = β0 Lβ1 Kβ2 eβ3T+µ
(3.2)
Untuk melinierkan variabel tersebut maka digunakan logaritma
natural
sebagai berikut : Ln Y = Lnβ0 + β1 LnL + β2 LnK + β3 T + µ ….… (3.3) Di mana ;
Y
= Pendapatan
L
= Tenaga Kerja
K
= Modal
T
= Teknologi
β1, β2 ,β3 µ
= parameter
yang akan di estimasi
= error term
Sebagai dasar pengambilan keputusan guna mengetahui tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien regresi dan variabel bebas terhadap variabel terikat maka akan digunakan pendekatan uji statistik sebagai berikut ; uji statistik t digunakan untuk menguji pengaruh masing – masing variabel bebas terhadap variabel 16
terikat dimana variabel ini dikatakan signifikan jika thitung sama dengan atau lebih besar dari nilai ttabel.
3.6. Definisi Operasional Variabel Untuk memudahkan pembahasan maka penulis membatasi variabel sebagai berikut : a. Pendapatan adalah diukur dengan rata – rata pendapatan perbulan atau jumlah uang yang diperoleh secara keseluruhan oleh rumah tangga nelayan dari hasil melaut yang bisa dibelanjakan untuk keperluan konsumsi maupun tabungan, juga termasuk asset yang dimiliki berupa rumah, dan kendaraan bermotor. b. Modal merupakan jumlah uang yang digunakan nelayan untuk melakukan kegiatan produksi dalam satu periode tertentu yang diukur dengan rupiah. c. Teknologi adalah penggunaan alat – alat tangkap modern misalnya perahu motor, troli, jala, dan alat tangkap yang canggih atau alat tradisional seperti perahu layar / dayung, kail sederhana dan alat tangkap yang masih sangat sederhana da dianggap sebagai fariabel dummy dimana 1 = menggunakan teknologi dan 0 = tidak menggunakan teknologi. d. HOK adalah jumlah hari yang digunakan nelayan untuk melaut dalam sebulan.
17
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Aspek Geografis Sebagian besar wilayah Kecamatan Tanjung Tiram berada dipingiran laut dengan luas areal 173,79 km, Nelayan menjadi mata pencarian utama, disamping pertanian dan perkebunan. Kantor Ibukota kecamatan ini terletak hanya beberapa ratus meter dari pinggiran laut yang langsung menghadap selat Malaka. Wilayah ini mempunyai Dermaga dan TPI (Tempat Penjualan Ikan) yang dikenal sebagai "BOM". Nama BOM ini mengacu pada sejarah ketika Jepang masuk ke Sumatera Timur melalui dermaga ini. Dan untuk memuluskan jalan masuk Jepang membom wilayah ini. Reruntuhan dan puing-puing bekas "pemboman" , berupa pancang-pancang bangunan terbuat dari beton yang dicor besi yang menjorok ke laut masih bisa dilihat sampai sekarang. Secara tradisional laut menjadi penghubung antara wilayah ini dengan negeri jiran, Malaysia. Desa Dahari Selebar merupakan desa yang terletak di pinggir pantai Batubara yang masih menjadi bahagian Kecamatan Tanjung Tira. Selain Desa Dahari Selebar, wilayah pesisir pantai Batubara berada di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras serta Desa Perupuk Kecamatan Limapuluh. 4.1.2 Aspek Demografi Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk menjadi faktor yang sangat dominan. Karena penduduk tidak saja menjadi sasaran tetapi juga menjadi pelaksana dari pembangunan. Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan pembangunan, perkembangan penduduk perlu diarahkan sehingga mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang menguntungkan pembangunan. Jumlah penduduk yang besar tidak hanya menjadi modal pembangunan, akan tetapi dapat juga menjadi beban, bahkan dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti kebutuhan akan lapangan kerja, kebutuhan perumahan, pendidikan dan sebagainya. Selain itu komposisi penduduk yang tidak seimbang antara jumlah penduduk muda dengan usia produktif dapat menyebabkan rendahnya produktifitas. Begitu pula dengan persebaran penduduk yang tidak seimbang dapat menimbulkan berbagai permasalahan.
18
4.1.3 Penduduk dan Kondisi Sosial Ekonomi Berdasarkan data monografi Kabupaten Batubara, jumlah penduduk di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras dan Kecamatan Medang Deras adalah sebesar 65.451 jiwa, dengan perincian penduduk laki – laki sebanyak 30.911 jiwa dan perempuan sebanyak 34.540 jiwa. Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras, dan Kecamatan Lima Puluh berdasarkan jenis kelamin. Jenis Kecamatan Kecamatan Kecamatan Lima Jumlah Kelamin Tanjung Tiram Medang Deras Puluh Laki – laki 11.377 10.522 9.012 30.911 Perempuan 12.975 11.735 9.830 34.540 Jumlah 24.352 22.257 18.842 65.451 Sumber : BPS Kabupaten Batubara tahun 2013
Dilihat dari Tabel 4.1 Kecamatan Tanjung Tiram memiliki jumlah penduduk paling banyak yaitu sebasar 24.352 jiwa kemudian disusul oleh Kecamatan Medang Deras yaitu sebanyak 22.257 jiwa, dan Kecamatan Medang Deras Selatan sebanyak 18.642. Secara keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih mendominasi dibanding penduduk laki – laki. Pembangunan ekonomi dimana pembangunan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Dilain pihak peningkatan pendapatan harus dibarengi dengan menurunnya kemiskinan dan pengangguran serta berkurangnya ketimpangan dalam distribusi pendapatan yang pada akhirnya berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat tetapi sejauh ini kenyataan yang terjadi di kebanyakan wilayah permukiman para nelayan berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah ternyata kebanyakan para nelayan masih hidup di bawah garis kemiskinan. Berkaitan dengan hal tersebut, pembangunan permukiman nelayan sebagai salah satu bentuk kegiatan pembangunan memiliki aspek dan dimensi kajian ekonomi antara lain meliputi kesempatan kerja dan berusaha, tingkat pendapatan penduduk, pola pemikiran sumberdaya dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada. Selain itu komponen sosial juga tidak kalah pentingnya sebagai kontributor terhadap proses adaptasi masyarakat pada lingkungan baru, aspek tersebut antara lain yaitu interaksi antar masyarakat, pola interaksi masyarakat, aspek struktur sosial dan kondisi demografi yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang baru mengalami proses adaptasi pada satu wilayah yang baru. Keseluruhan komponen ini saling berinteraksi 19
dan membentuk kegiatan yang terakumulasi dan membentuk suatu kegiatan masyarakat yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Mata pencaharian suatu masyarakat adalah aspek yang dapat menjadi ukuran pendapatan bagi masyarakat bersangkutan. Semakin baik mata pencaharian seseorang, memungkinkan masyarakat tersebut untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik demikian pula sebaliknya, apabila mata pencaharian kurang baik akan mengakibatkan tingkat pendapatan yang diperoleh lebih sedikit. Penduduk di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras, dan Kecamatan Lima Puluh bila dilihat dari segi mata pencaharian, sebagian besar mereka bekerja sebagai nelayan sebagai mana di tunjukan pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Jumlah Angkatan Kerja di permukiman nelayan Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Medang Deras Selatan, dan Kecamatan Tanjung Tiram berdasarkan mata pencaharian. Kecamatan Kecamatan Jumlah Pekerjaan Kecamatan Tanjung Tiram Medang Deras Medang Deras Selatan PNS 5 4 3 12 TNI/POLRI 3 7 2 12 Guru 8 6 4 18 Petani 10 20 35 65 Nelayan 55 72 50 177 Buruh 15 4 11 30 Wiraswasta 13 9 7 29 Jumlah 109 122 112 343 Sumber : Diolah dari data Kecamatan masing-masing, 2014
Dilihat dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagan besar pekerjaan masyarakat di permukiman nelayan bekerja sebagai nelayan yaitu Kecamatan Tanjung Tiram sebanyak 55 orang, Kecamatan Medang Deras sebanyak 72 orang, dan Kecamatan Lima Puluh sebanyak 50 orang. Hal ini disebabkan karena daerah tersebut berada di daerah tepi pantai yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar sehingga mata pencaharian yang banyak digeluti penduduk setempat adalah bekerja sebagai nelayan. Selain mata pencaharian sebagai nelayan ada juga yang berprofesi ganda yaitu selain bekerja sebagai nelayan juga menggeluti pekerjaan lain seperti bekerja sebagai buruh, supir, petani, dan lainnya sehingga nelayan yang berprofesi ganda
20
berpendapatan lebih tinggi dan lebih sejahtera dibanding nelayan yang hanya bekerja menangkap ikan. Nelayan yang berprofesi ganda ini di akibatkan karena adanya kondisi sarana dan prasarana serta musim yang tidak mendukung, sehingga nelayan memilih utuk mencari kerja tambahan untuk menutupi kebutuhan hidup sehari – hari. Tabel 4.3 Jumlah Kepala Keluarga di Permukiman Nelayan Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Medang Deras Selatan, dan Kecamatan Tanjung Tiram Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Pendidikan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Jumlah Tanjung Tiram Medang Deras Lima Puluh Tidak 25 15 19 59 Sekolah SD 27 24 19 70 SLTP 20 16 17 53 SLTA 10 7 9 26 PTN/PTS 3 2 5 10 Jumlah 105 64 69 238 Sumber : Diolah dari data Kecamatan masing-masing, 2014
Pendidikan adalah suatu proses belajar secara terus - menerus yang dapat merubah watak manusia, sehingga akan berpengaruh nyata terhadap pola berfikir, bertindak dan bereaksi. Perkembangan tingkat pendidikan penduduk sangat tergantung kepada tersedianya sarana pendidikan. Salah satu ukuran yang dapat digunakan sebagai patokan terhadap maju tidaknya suatu daerah adalah dilihat dari tingkat pendidikan penduduknya. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola pikir nelayan, nelayan yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih berpikiran maju, jika dibandingkan dengan nelayan yang lebih rendah pendidikannya. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat tingkat pendidikan di permukiman nelayan di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras dan Kecamatan Medang Deras Selatan sebagian besar penduduknya tidak tamat SLTP yaitu sebanyak 129 orang dan hanya sebagian kecil yang tamat SLTA. Ini berarti berpengaruh pada cara berfikir mereka dan mengelola usaha perikanan yang mereka jalani karena rendahnya pengetahuan, kemampuan ataupun pemahaman nelayan dalam menerima hal – hal baru akan sangat dipengaruhi oleh pendidikannya. Sedangkan yang berpendidikan tinggi terbatas kepada orang – orang tertentu yaitu kalangan masyarakat pengusaha atau pegawai saja yang memiliki penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan nelayan yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras dan Kecamatan Medang Deras Selatan 21
4.2 Analisis Deskriptif Responden Analisis deskriptif adalah langkah pertama yang perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran umum data yang telah dikumpulkan dari responden. Distribusi responden dimaksudkan untuk melihat faktor Modal, Tenaga kerja, dan Teknologi yang digunakan oleh responden. 1. Pendapatan Responden Pendapatan merupakan total penerimaan nelayan yang diperoleh dari hasil melaut perbulan. Sebagian besar mekanisme pembagian pendapatan dari hasil tangkapan yang diperoleh nelayan adalah total hasil tangkapan dikurangi dengan biaya operasional, kemudian 1 (satu) bagian untuk pemilik kapal atau punggawa dan 1 (satu) bagian lagi untuk dibagi rata antara sawi yang ikut dalam kapal (nelayan Rengge dan jala). Ada juga sistem pembagian hasil tangkapan dengan cara membagi 3 bagian setelah dikurangi dengan biaya operasional yaitu 1 bagian untuk pemilik kapal, dan 1 bagian untuk pemilik modal, serta 1 bagian dibagi rata kepada seluruh sawi yang ikut dalam satu kapal (nelayan Patorani). Sebagai contoh, untuk nelayan Rengge jika penghasilan sekali melaut sebesar Rp1.500.000,00 dan modal yang digunakan Rp500.000,00 maka pendapatan dikurangi modal sehingga keuntungan sebesar Rp1.000.000,00 dibagi dua antara pemilik kapal dan sawi. Jika sawi yang ikut sekali melaut 5 orang maka bagian pemilik kapal sebesar Rp500.000,00 dan masing – masing sawi sebesar Rp100.000,00. Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pendapatan (per bulan) Pendapatan Responden Persen ( Rupiah ) < 2.000.000 61 61,61 > 2.000.000 38 38,39 Total 99 100.0 Sumber: Hasil Pengolahan Data 2014
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 61,61 % responden memperoleh pendapatan dibawah Rp2.000.000,00 per bulan dan hanya 38,39 %
yang
berpendapatan di atas Rp2.000.000,00 per bulan, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan masih kurang baik karena banyaknya kebutuhan nelayan, sedangkan pendapatan sangat terbatas sehingga kebutuhan harian nelayan di Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Medang Deras Selatan, dan Kecamatan Tanjung Tiram belum terpenuhi. 22
Pendapatan yang diterima nelayan masih sangat kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan harian nelayan yang semakin hari semakin meningkat. Besar kecilnya pendapatan nelayan sangat tergantung pada intensitas nelayan melaut. 2. Tenaga Kerja Tenaga kerja melaut dapat diukur dengan melihat intensitas melaut responden berdasarkan HOK per bulan dan dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut HOK Perbulan HOK Perbulan
Responden
Persen
< 20 hari
56
56,57
> 20 hari
43
43,43
Total
99
100.0
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2014
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa 56,57 % responden melaut kurang dari 20 hari dan sebanyak 43,43 % nelayan melaut lebih dari 20 hari. Ini menunjukan bahwa sebagian besar nelayan di Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Medang Deras Selatan, dan Kecamatan Tanjung Tiram melaut selama lebih kurang dua puluh hari dalam sebulan. 3. Modal Kerja Modal merupakan salah satu aset yang dibutuhkan oleh nelayan untuk biaya operasional antara lain untuk membeli bahan bakar, bahan pengawet (es balok), perbekalan atau konsumsi sawi serta peralatan dan perlengkapan melaut lainnya. Adapun modal sekali melaut khususnya nelayan rengge dan jala diperoleh dari hasil swadaya masing – masing sawi, dalam artian keseluruhan modal operasional setiap melaut dibebanratakan kepada setiap sawi yang ikut melaut. Sedangkan nelayan torani modal operasional sekali melaut ditanggung sepenuhnya oleh punggawa darat (yang membeli hasil tangkapan). Nelayan yang memiliki modal yang cukup akan memperoleh produksi yang memuaskan karena modal juga merupakan salah satu faktor produksi yang penting. Kondisi permodalan nelayan di Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Medang Deras Selatan, dan Kecamatan Tanjung Tiram Dapat dilihat pada Tabel 4.6.
23
Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Modal Kerja (Per melaut) Modal (Rupiah) Responden Persen < 600.000 61 61,61 > 600.000 38 38,39 Total 99 100.0 Sumber: Hasil Pengolahan Data 2014
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebanyak 61, 61 % responden menggunakan modal kurang dari Rp600.000, sekali melaut dan 38, 39 % menggunakan modal lebih besar dari Rp600.000 sekali melaut. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar nalayan di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras, dan Kecamatan Medang Deras Selatan menggunakan modal yang terbatas untuk melaut. 4. Teknologi Teknologi merupakan alat yang digunakan para nelayan untuk menangkap ikan, berupa kapal motor, pukat, jala, dan peralatan melaut yang canggih dimana nelayan yang memiliki teknologi akan lebih menghasilkan tangkapan yang lebih banyak dibandingkan dengan nelayan yang menggunakan peralatan tradisional. Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Teknologi Teknologi yang digunakan Responden 0 28 1 71 Total 99
Persen 28,29 71,71 100.0
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2014
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa 71,71 % nelayan menggunakan terknologi modern dan hanya 28, 29 % nelayan yang tidak menggunakan teknologi. Hal ini berarti sebagian besar nelayan di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras, dan Kecamatan Medang Deras Selatan menggunakan teknologi dalam melaut. 5. Pendapatan dan Tenaga Kerja Tabel 4.8 menyajikan distribusi responden menurut pendapatan dan hari orang kerja per bulan di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras, dan Kecamatan Lima Puluh. Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Pendapatan dan Hari Orang Kerja HOK Pendapatan Total (Rupiah) < 20 Hari > 20 Hari < 2.000.000 35 27 62 > 2.000.000 22 15 37 Jumlah 57 42 99 Sumber: Hasil Pengolahan Data 2014
24
Berdasarkan Tabel 4.8, dapat dilihat bahwa ada 35 responden yang memiliki pendapatan kurang dari Rp2.000.000,00 perbulan yang melaut kurang dari 20 hari, dan ada 27 responden yang melaut lebih dari 20 hari sebulan juga memperoleh pendapatan yang sama. Kemudian ada 22 responden yang berpendapatan lebih dari Rp2.000.000,00 yang melaut kurang dari 20 hari, serta ada 15 responden yang melaut lebih dari 20 hari juga memperoleh pendapatan yang sama. 6. Pendapatan dan Modal Kerja Tabel 4.9 menyajikan distribusi responden menurut pendapatan dan modal kerja dalam sekali melaut di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras, dan Kecamatan Lima Puluh. Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Pendapatan dan Modal Kerja Pendapatan Modal Kerja Total (Rupiah) < 600.000 > 600.000 < 2.000.000 61 61 > 2.000.000 38 38 Jumlah 61 38 99 Sumber: Hasil Pengolahan Data 2014
Berdasarkan Tabel 4.9, dapat dilihat bahwa ada 61 responden yang memiliki pendapatan kurang dari Rp2.000.000,00 perbulan yang menggunakan modal sekali melaut kurang dari Rp600.000,00 dan tidak ada responden yang menggunakan modal melaut lebih dari Rp600.000,00 berpendapatan kurang dari Rp2.000.000,00. Kemudian ada 38 responden yang berpendapatan lebih dari Rp2.000.000,00 yang melaut menggunakan modal lebih dari Rp600.000,00 serta tidak ada responden yang melaut menggunakan modal kurang dari Rp600.000,00 pendapatan yang sama. Dengan demikian keterbatasan modal yang dimiliki oleh nelayan di Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Medang Deras Lima Puluh, dan Kecamatan Tanjung Tiram mengakibatkan pendapatan yang diperoleh pun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nelayan. 7. Pendapatan dan Teknologi Tabel 4.10 menyajikan distribusi responden menurut pendapatan dan teknologi yang digunakan oleh nelayan di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras, dan Kecamatan Lima Puluh.
25
Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Pendapatan dan Teknologi Pendapatan Teknologi Total (Rupiah) 0 1 < 2.000.000 28 34 62 > 2.000.000 37 37 Jumlah 28 71 99 Sumber: Hasil Pengolahan Data 2014
Dari Tabel 4.10, dapat dilihat bahwa ada 28 responden yang memiliki pendapatan kurang dari Rp2.000.000,00 perbulan yang tidak menggunakan teknologi dalam melaut dan ada 34 responden yang menggunakan teknologi berpenghasilan yang sama. Kemudian ada 37 responden yang berpendapatan lebih dari Rp2.000.000,00 yang melaut menggunakan teknologi serta tidak ada responden yang melaut tidak menggunakan teknologi berpendapatan yang sama. Sehingga semakin modern teknologi yang digunakan nelayan di Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Lima Puluh, dan Kecamatan Tanjung Tiram untuk melaut maka semakin tinggi pula pendapatan yang diterima oleh nelayan tersebut.
4.3. Hasil Uji Asumsi Dasar dan Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 4.3.1. Uji Normalitas Uji Normalitas
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
populasi
data
berdistribusi normal atau tidak. Dalam riset ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf
signifikansi
0.05. Data
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% (> 0.05). Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal a Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute
Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
68 0 0.648358 0.09 0.09 -0.08 0.739 0.645
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2014
26
Dari hasil Tabel 4.11. diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk unstandardized residual sebesar 0.645. Nilai signifikan untuk unstandardized residual variabel tersebut lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data pada faktor tenaga kerja, modal, dan teknologi dan pendapatan pada model regresi berdistribusi normal. 4.3.2. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Cara yang digunakan untuk menguji autokorelasi dalam penelitian menggunakan uji Durbin-Watson (DW Test). Tabel 4.12. Hasil Uji Autokorelasi Model Summary Model
R
Adjusted R Square
R Square a
1 .863 .745 a. Predictors: (Constant), T, L, K
Std. Error of the Estimate
.737
Durbin- Watson
.32802
1.966
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011
Dari Tabel 4.12. tersebut, didapat hasil nilai DW (d) sebesar 1.966. Nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikan 0.05, pada tabel Durbin Watson didapatkan batas bawah 1.514 dan nilai batas atas (du)=1.700. Oleh
karena nilai DW (d) = 1.966, maka 1.700<1.966<2.300
(du
Heteroskedastisitas
digunakan
untuk
mengetahui
ada
tidaknya
penyimpangan asumsi klasik Heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala Heteroskedastisitas. Dalam riset ini dilakukan uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser. Glejser 27
mengusulkan
untuk
meregres
nilai
absolute
residual
terhadap variable
independen. Regresikan variable absolute residual (AbsUt) sebagai variable dependen, dan variable X1 dan X2 sebagai variable independen, sehingga persamaan regresi menjadi : AbsUt = b0 + b1 X1 + b2X2 + b3X3 Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variable dependen (sig<0.05), maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas. Tabel 4.13. Hasil Uji Heterokedastisitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
10.188
.578
L
.354
.189
K
.204
T .214 a. Dependent Variable: ABSUT
t
Sig.
17.633
.000
1.867
1.867
.519
.027
7.558
7.558
.197
.129
1.666
1.666
.129
Hasil tampilan output Tabel 4.13.
pada
kolom
signifikansi
(sig)
menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variable dependen nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%. Probabilitas signifikansi untuk variable independen L (X1) sebesar 0.519, K (X2) sebesar 0.197 dan T (X3) sebesar 0.129, ketiganya berada diatas 0.05. Jadi semua variable yang digunakan memiliki nilai signifikansi diatas 0.05 (sig>0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. 4.3.4. Uji Multikolinearitas Uji
multikolonieritas
bertujuan
untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya
tidak
terjadi
korelasi
diantara
variabel
independen.
Uji
Multikolinearitas juga digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear antar variabel independent dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya Multikolinearitas. Pada riset ini akan dilakukan uji 28
Multikolinearitas dengan melihat nilai Inflation Factor (VIF) pada model regresi. Jika VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance < 0.01, maka variabel tersebut mempunyai persoalan Multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya. Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
10.188
.578
L
.354
.189
K
.204
T .214 a. Dependent Variable: ABSUT
Beta
Toletance
VIF
17.633
.000
1.867
1.867
.519
.027
7.558
7.558
.197
.129
1.666
1.666
.129
4.4. Hasil Analisis Regresi Berganda Adapun pengaruh tenaga kerja, modal, dan teknologi terhadap pendapatan masyarakat nelayan di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras, dan Kecamatan Lima Puluh dapat dilihat pada Tabel 4.11. Hasil pengujian empirik hubungan antara tingkat pendapatan dengan faktor tenaga kerja, modal, dan teknologi yang digunakan dapat disajikan dengan model persamaan koefisien.
Tabel 4.11 Nilai Koefisien dari Tiap Variabel Independen Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant)
Std. Error
t
Sig.
10.188
.578
17.633
.000
L
.354
.189
1.867
.065
K
.204
.027
7.558
.000
.214
.129
1.666
.099
T a. Dependent Variable: Y
LnY = 10,188 + 0,354 ln L + 0,204 ln K + 0,214 T (1,867) (7,558) (1,666) F = 92,413 R Square = 0,745 T Tabel = 1,282 α = 10 % = 99 n
(4.1)
29
Keterangan : angka dalam kurung adalah nilai thitung. Berdasarkan hasil pengujian koefisien regresi secara serempak dengan uji F menunjukan nilai F sebesar 92,413 menggambarkan hubungan yang signifikan. Hasil ini menunjukan bahwa variabel – variabel bebas secara serempak atau bersama – sama mempengaruhi variabel terikat. Hal ini berarti variabel tenaga kerja, modal, dan teknologi secara bersama – sama mampu menjelaskan variabel pendapatan nelayan. Nilai R Square sebesar 0,745 menunjukan bahwa variasi tenaga kerja, modal, dan teknologi dapat menjelaskan variasi pendapatan sebesar 74,5 %, sedangkan sisanya yang sebesar 25.5 % disebabkan oleh variabel – variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.
4.3.1. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Berdasarkan hasil regresi, variabel tenaga kerja memiliki koefisien sebesar 0,354, ini menunjukan bahwa jika hari kerja nelayan ditambah 1 % maka pendapatan akan meningkat sebesar 0,354 % dengan asumsi variabel lain konstan. Uji pengaruh variabel tenaga kerja terhadap pendapatan diperoleh thitung sebesar 1,867 sedangkan t table dengan tingkat signifikan 10 % sebesar 1,282 hal ini menunjukkan t hitung lebih besar dari t table, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor tenaga kerja mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan.
4.3.2 Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan Adapun pengaruh variabel Modal terhadap pendapatan memiliki koefisien sebesar
0,204 hal ini berarti jika modal ditambah 1 % maka pendapatan akan
bertambah sebesar 0,204 % dengan asumsi variabel lain konstan. Ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan modal berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan (Budianto, 2000). Untuk variabel modal dimana nilai thitung sebesar 7,558 yang artinya thitung lebih besar dari ttabel ini berarti variabel modal mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan.
4.3.3 Pengaruh Teknologi Terhadap Pendapatan Berdasarkan hasil regresi variabel teknologi memililki koefisien sebesar 0,214 hal ini berarti ada perbedaan pendapatan yang signifikan antara nelayan yang 30
menggunakan teknologi dengan nelayan yang tidak menggunakan teknologi yaitu sebesar 0,214 % dengan asumsi variabel lainnya konstan. Untuk variabel teknologi, yang mana nilai t hitung sebesar 1,666 yang menunjukan nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel, sehingga dapat dikatakan variable teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan.
31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Dari hasil analisis dan pembahasan maka disimpulkan : 1. Tenaga kerja, modal dan teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Medang Deras dan Kecamatan Medang Deras Selatan Kabupaten Batubara. 2. Ada perbedaan signifikan antara pendapatan nelayan yang menggunakan teknologi dengan pendapatan nelayan yang tidak menggunakan teknologi.
5.2 Saran 1. Untuk meningkatkan pendapatan nelayan pihak pemerintah, maupun swasta harus membantu nelayan dalam hal permodalan dan teknologi baik itu kualitas maupun kuantitasnya. 2. Masyarakat nelayan sebaiknya membentuk kelompok nelayan ataupun koperasi yang dapat membantu dalam memperoleh pinjaman modal, membantu pemasaran hasil tangkap, dan tukar ilmu serta informasi antar nelayan agar nelayan dapat lebih mandiri. 3. Kebijakan pemerintah harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, khususnya kebijakan yang pro terhadap masyarakat nelayan yang ada di daerah pesisir pantai Kabupaten Batubara, untuk pemberdayaan masyarakat nelayan. 4. Perlunya program khusus dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pendidikan yang berkualitas agar kualitas hidup juga dapat lebih baik.
32
DAFTAR PUSTAKA
Arumbiang, Kasihono. (2008) Kiat Mengentaskan Kemiskinan di Pedesaan Tanpa Menggunakan Dana APBN. Aliansi Koperasi Pertanian Indonesia. Delima Rimbun; Jakarta. Budianto. Steven. (2004) Analisis Tentang Pendapatan Masyarakat Nelayan Di Kelurahan Untia Biringkanaya Kota Makassar. Makassar Budiono, (1982). Pengantar Ilmu Ekonomi, BPFE Yogyakarta. Yogyakarta, Burger, D.H. (1980). Sejarah sosiologis-ekonomis Indonesia. Prajnyaparamita ; Jakarta.(Penerjemah ; Prajudi Atmosudirjo) Cornelis. R. (1994). Perekonomian Indonesia. Liberti. Yogyakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan RI. (2002) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. : Kep. 101Men/2002 Tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu Djojohadikusumo, Sumitro. (1994). Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan Dan Ekonomi Pembagunan. LP3ES Gessamp. (1991) Global Strategy For Marine Environment Protection. Gessamp Report and Studies No. 45 IMO Gordon. (1954). Pembangunan berbasis kelautan. www.google.com (Penerjemah ; Ary Basuki) Hamid. Abu. (1996) Peningkatan Kehidupan Nelayan dan Sektor kemaritiman di Sumatera Utara ; suatu studi sosio antropologi ekonomi.(td.diterbitkan) kerjasama badan perencanaan pembangunan daerah (Bappeda) tingkat I SULSEL dengan universitas Hasanuddin ; Makassar. Ihwan Sudrajat. (2002) Membangkitkan Kekuatan Ekonomi Nelayan. Suara Merdeka Jhinggan, M.L.(1994) The Economic Of Development and Planning. PT. Raja Grafindo. Jakarta. (D. Guritno) Kartasapoetra. (1997). Pengantar Ekonomi Mikro. Erlangga. Jakarta. Koentjaraningrat. (1969). Rintangan-rintangan Mental dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. PT. Gramedia : Jakarta. _______. (1985). Rintangan-rintangan Mental dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. BPS Kabupaten Batubara Tahun 2011.
1
Lipsey, Ricardo. (1988). Ilmu Ekonomi edisi 7, PT Bina : Aksara. Jakarta Lubis,Todung Mulya. (1986) Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural, LP3ES. Jakarta. Muryanto (1989). Konsep Produksi. www.google.com Nikijuluw. (1994). Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Erlangga. Jakarta. Rahardjo. S.(2003) Nelayan sebuah filsafah kehidupan. www.google.com. Riyanto, Bambang, (2001), Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi. Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE Yogyakarta Sallatang. M. Arifin. (1991) Hubungan Punggawa Sawi; Suatu Studi Kasus Pada Sebuah Kelompok Punggawa Sawi Di Desa Pabbiring Kecamatan Binamu Jeneponto,Sulsel. Proyek Penelitian UNHAS; Makassar. Samuelson & Nordhaus.(1993). Perekonomian Indonesia, edisi 2, Erlangga. Jakarta. (Jimmi Sadely) Satria. (2002). Karakteristik Nelayan Indonesia. www.google.com Soekanto. S. (1990) Sosiologi Suatu Pengantar. PT.Grafindo Persada. Jakarta. Soerjono S. (2006) Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Subyanto. (1989). Pengantar Ilmu Ekonomi. Erlangga. Jakarta. Sukirno, Sadono, 2000. Makro Ekonomi Modern, Rajawali Pers, Jakarta. Todaro. Michael. (1994) Economic Development (fifth edition). New York and London _______. (2002). Synopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan IPB.: www.google.com. (penerjemah ; Jimmi Sadely) Tuwo, Ambo, (2011) Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut, Brilian internasional; Surabaya Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2010
2
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI MEDAN Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20155, Medan - Indonesia Telp. (061) 8210371, 8211235 (Ext.308), Fax. (061) 8215845 http://www.polmed.ac.id email :
[email protected]
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Lengkap
: Darwin S.H. Damanik, S.E., M.Si
NIP/NIDN
: 19641231 200112 1 005 / 0031126444
Pangkat/Jabatan
: Penata / Lektor
Alamat
: Perum Damai Indah No. 66 Jati Makmur Binjai
Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul : “Peranan Tenaga Kerja, Modal, Dan Teknologi Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Nelayan di Pesisir Pantai Kabupaten Batubara” yang diusulkan dalam tahun anggaran 2014 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga lain. Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyatan ini,maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara. Demikian pernyataan dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya. Medan, 6 Juni 2014 Yang Menyatakan
Mengetahui : Ketua UPPM Politeknik Negeri Medan,
Drs. Miduk Purba, M.Pd., Ph.D NIP. 19570331 198503 1 001
Document No : F-PJM-07-01
Darwin S.H. Damanik, S.E., M.Si NIP. 19641231 200112 1 005
Rev.No: 00
Date of Issue : 20 November 2008
Lampiran 1 Rekapitulasi Data Kuesioner Tahun 2014 Pendapatan Melaut / No. Res Bulan 1 500000 2 1800000 3 2300000 4 1250000 5 250000 6 2300000 7 1500000 8 500000 9 500000 10 500000 11 500000 12 500000 13 500000 14 750000 15 500000 16 2300000 17 2300000 18 2300000 19 2300000 20 2300000 21 2300000 22 2300000 23 2300000 24 2300000 25 2300000 26 750000 27 700000 28 750000 29 650000 30 800000 31 500000 32 600000 33 450000 34 2500000 35 2500000 36 2500000 37 2500000 38 2500000
HOK / Bulan 19 21 19 18 7 19 22 19 19 19 19 19 19 21 21 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 25 22 15 21 19 22 18 19 25 25 25 25 25
Modal / Melaut 400000 300000 6000000 25000 50000 6000000 300000 400000 400000 400000 400000 400000 400000 50000 35000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 30000 20000 35000 40000 30000 25000 25000 30000 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000
Teknologi 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
i
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
2500000 2500000 2500000 2500000 2500000 2500000 2500000 2500000 2500000 2500000 1500000 1500000 1500000 1500000 1500000 1800000 1800000 1800000 1800000 1800000 600000 650000 650000 650000 750000 450000 650000 700000 550000 550000 500000 1500000 1500000 1500000 1500000 1500000 1900000 1900000 1900000 1900000 1900000 1900000 1900000
25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 21 19 19 19 19 19 21 21 21 21 21 21 21
7000000 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 30000 40000 40000 45000 50000 25000 40000 40000 35000 30000 35000 500000 500000 500000 500000 500000 590000 590000 590000 590000 590000 590000 590000
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 ii
82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99
1900000 1900000 2500000 2500000 2500000 2500000 2500000 2500000 2500000 2500000 2500000 2500000 2500000 800000 700000 650000 750000 800000
21 21 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 13 13 13 13 13
590000 590000 10000000 10000000 10000000 10000000 10000000 10000000 10000000 10000000 10000000 10000000 10000000 50000 45000 40000 50000 55000
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
iii
Lampiran 2 Rekapitulasi Data Questioner Tahun 2014 (Ln) Pendapatan Melaut HOK / Bulan No.Res / Bulan (ln) (ln) 1 13.12236338 2.944438979 2 14.40329722 3.044522438 3 14.64841968 2.944438979 4 14.03865411 2.890371758 5 12.4292162 1.945910149 6 14.64841968 2.944438979 7 14.22097567 3.091042453 8 13.12236338 2.944438979 9 13.12236338 2.944438979 10 13.12236338 2.944438979 11 13.12236338 2.944438979 12 13.12236338 2.944438979 13 13.12236338 2.944438979 14 13.52782849 3.044522438 15 13.12236338 3.044522438 16 14.64841968 2.944438979 17 14.64841968 2.944438979 18 14.64841968 2.944438979 19 14.64841968 2.944438979 20 14.64841968 2.944438979 21 14.64841968 2.944438979 22 14.64841968 2.944438979 23 14.64841968 2.944438979 24 14.64841968 2.944438979 25 14.64841968 2.944438979 26 13.52782849 3.218875825 27 13.45883561 3.091042453 28 13.52782849 2.708050201 29 13.38472764 3.044522438 30 13.59236701 2.944438979 31 13.12236338 3.091042453 32 13.30468493 2.890371758 33 13.01700286 2.944438979 34 14.73180129 3.218875825 35 14.73180129 3.218875825 36 14.73180129 3.218875825 37 14.73180129 3.218875825 38 14.73180129 3.218875825
Modal / Bulan (ln) 12.899 12.612 15.607 10.127 10.82 15.607 12.612 12.899 12.899 12.899 12.899 12.899 12.899 10.82 10.463 15.607 15.607 15.607 15.607 15.607 15.607 15.607 15.607 15.607 15.607 10.309 9.9035 10.463 10.597 10.309 10.127 10.127 10.309 15.761 15.761 15.761 15.761 15.761
Teknologi 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 iv
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.22097567 14.22097567 14.22097567 14.22097567 14.22097567 14.40329722 14.40329722 14.40329722 14.40329722 14.40329722 13.30468493 13.38472764 13.38472764 13.38472764 13.52782849 13.01700286 13.38472764 13.45883561 13.21767356 13.21767356 13.12236338 14.22097567 14.22097567 14.22097567 14.22097567 14.22097567 14.45736444 14.45736444 14.45736444 14.45736444 14.45736444 14.45736444
3.218875825 3.218875825 3.218875825 3.218875825 3.218875825 3.218875825 3.218875825 3.218875825 3.218875825 3.218875825 2.890371758 2.890371758 2.890371758 2.890371758 2.890371758 2.890371758 2.890371758 2.890371758 2.890371758 2.890371758 3.091042453 3.091042453 3.091042453 3.091042453 3.091042453 3.091042453 3.091042453 3.091042453 3.091042453 3.091042453 3.044522438 2.944438979 2.944438979 2.944438979 2.944438979 2.944438979 3.044522438 3.044522438 3.044522438 3.044522438 3.044522438 3.044522438
15.761 15.761 15.761 15.761 15.761 15.761 15.761 15.761 15.761 15.761 12.612 12.612 12.612 12.612 12.612 12.612 12.612 12.612 12.612 12.612 10.309 10.597 10.597 10.714 10.82 10.127 10.597 10.597 10.463 10.309 10.463 13.122 13.122 13.122 13.122 13.122 13.288 13.288 13.288 13.288 13.288 13.288
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
v
81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99
14.45736444 14.45736444 14.45736444 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 14.73180129 13.59236701 13.45883561 13.38472764 13.52782849 13.59236701
3.044522438 3.044522438 3.044522438 2.944438979 2.944438979 2.944438979 2.944438979 2.944438979 2.944438979 2.944438979 2.944438979 2.944438979 2.944438979 2.944438979 2.564949357 2.564949357 2.564949357 2.564949357 2.564949357
13.288 13.288 13.288 16.118 16.118 16.118 16.118 16.118 16.118 16.118 16.118 16.118 16.118 16.118 10.82 10.714 10.597 10.82 10.915
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
vi
Lampiran 3 Hasil Analisis Regresi Berganda Variables Entered/Removedb Variables Entered
Model
Variables Removed
Method
a
1 T, L, K . Enter a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
1 .863a .745 a. Predictors: (Constant), T, L, K
Std. Error of the Estimate
.737
.32802
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square
Regression
29.831
3
9.944
Residual
10.222
95
.108
Total 40.053 a. Predictors: (Constant), T, L, K b. Dependent Variable: Y
98
F
Sig.
92.413
.000a
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
10.188
.578
L
.354
.189
K
.204 .214
T a. Dependent Variable: Y
Beta
t
Sig.
17.633
.000
.101
1.867
.065
.027
.699
7.558
.000
.129
.152
1.666
.099
vii