LAPORAN HASIL PENELITIAN
PENELITIAN MENGENAI PEMBERIAN TUNJANGAN PROFESI TERHADAP KINERJA GURU SD, SMP, SMU DAN SMK DI KOTA MEDAN
Oleh Tim Peneliti Balitbang Kota Medan
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA MEDAN
2011
ABSTRAKSI Program sertifikasi guru diharapkan pemerintah dapat mengatasi permasalahan kualitas pendidikan. Melalui program sertifikasi diharapkan kinerja guru akan meningkat. Tunjangan profesi pendidik (TPP) merupakan bentuk tunjangan yang diberikan kepada guru agar dapat meningkatkan kinerja profesinya. Setelah program sertifikasi guru dilakukan sejak tahun 2006 maka perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui pakah program tersebut dilakukan sesuai dengan yang direncanakan. Karenanya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak pemberian tunjangan sertifikasi terhadap kinerja gurudan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam meningkatkan kinerjanya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SD, SMP dan SMA/SMK di Kota Medan yang sudah lulus program sertifikasi. Sampel penelitian sebanyak 283 orang guru yang diambil secara proporsional random sampling. Data dalam penelitian berupa kinerja guru. Data tersebut dikumpulkan melalui angket dan wawancara mendalam. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistic deskriptif dan uji t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1. Analisis Data Untuk guru SD diperoleh hasil yang signifikan dengan nilai t hitung sebesar 7,314 pada signifikansi sebesar 0,000. Yang berarti bahwa tunjangan sertifikasi untuk guru SD berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja guru-guru SD 2. Analisis Data kelompok guru SMP menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,267 pada signifikansi sebesar 0,001. Yang berarti bahwa tunjangan sertifikasi untuk SMP berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja guru-guru SMP 3. Untuk kelompok SMA/SMK diperoleh hasil signifikan dengan tingkat t hitung 6,692 dan tingkat signifikansi 0,000. Yang berarti bahwa tunjangan sertifikasi untuk guru SMA/SMK berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja guruguru SMA/SMK. 4. Secara keseluruhan diperoleh bahwa baik dari segi kualifikasi,pengembangan profesi dan pendukung profesi untuk SD, SMP dan SMA/SMK hasilnya adalah signifikan dengan tingkat t hitung 2,648 dan signifikansi sebesar 0,009. Yang berarti bahwa tunjangan sertifikasi berpengaruh secara signifikan untuk peningkatan kinerja guru-guru di Kota Medan.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah ……………………………………………… 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………... 1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………… 1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………… 1.5 Kerangka Berfikir …………………………………………………
1 4 5 5 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Sertifikasi Guru ………………………………………………. 2.2 Kinerja Guru ………………………………………………… 2.3 Guru Yang Profesional …………………………………………………
7 20 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian …………………………………………. 3.2 Sumber Dana ………………………………………………… 3.3 Populasi dan Sampel ………………………………………………… 3.4 Variabel Penelitian ………………………………………………… 3.5 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………. 3.6 Teknik Analisis Data …………………………………………………
26 26 26 27 27 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ………………………………………………… 4.2 Pembahasan …………………………………………………
28 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………………………………………………… 5.2 Saran …………………………………………………
42 42
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
…………………………………………………
44
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Jumlah Guru di kota Medan yang telah Disertifikasi.....………..
4
Tabel 2
Hasil Analisis Data Unsur A…………………………………….
29
Tabel 3
Hasil Analisis Data Unsur B……………………………………..
30
Tabel 4
Hasil Analisis Data Unsur C……………………………………..
31
Tabel 5
Hasil Analisis Korelasi Kinerja Guru Sebelum dan Sesudah Sertifikasi 32
Tabel 6
Hasil Analisis Data Sampel Total………………………………..
32
Tabel 7
Hasil Analisis Korelasi untuk kesepuluh Indikator Kinerja Guru…
33
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia
pada era globalisasi sekarang, karena melalui proses pendidikan tersebut, manusia akan memperoleh pengetahuan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Melalui pendidikan, manusia akan mengalami beberapa perubahan setidaknya perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, perubahan perilaku ke arah yang lebih baik, lebih mapan dalam kehidupan dan perubahan menuju peradaban yang lebih maju sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan lingkungan. Pendidikan dipandang juga sebagai bentuk investasi bagi suatu bangsa. Melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia terbangun setingkat dengan mutu pendidikan tersebut. Pembangunan dalam bidang pendidikan tidak boleh berhenti selama tujuan pendidikan belum tercapai seutuhnya. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warganya. Hal ini tentunya memerlukan upaya terus menerus dan serius dari pemerintah. Namun cita-cita mewujudkan pendidikan bermutu tersebut tidaklah mudah, pendidikan dihadapkan pada berbagai permasalahan. Keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia seperti dinyatakan oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) PBB. Menurutnya, peringkat Indonesia dalam bidang pendidikan tahun 2007 adalah 62 di antara 130 negara di dunia. Selain itu, hasil penelitian United Nations Development Programe (UNDP) pada tahun 2007 tentang Indeks Pengembangan Manusia (IPM), menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-107 dari 177 negara yang diteliti. Bila dibandingkan dengan negaranegara ASEAN yang dilibatkan dalam penelitian tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke-7 dari sembilan negara ASEAN. Salah satu unsur utama dalam penentuan komposit Indeks Pengembangan Manusia ialah tingkat pengetahuan bangsa atau pendidikan bangsa. Peringkat Indonesia yang rendah dalam kualitas sumber daya manusia ini adalah gambaran mutu pendidikan Indonesia yang rendah.
Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu guru. Mengingat bahwa salah satu aspek dari proses pendidikan adalah kegiatan pembelajaran yang tidak bisa dilepaskan dari peran dan fungsi guru, sehingga dalam upaya membelajarkan siswa guru dituntut memiliki multi peran agar mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru dalam mengajar. Data Balitbang Depdiknas Tahun 2008, menunjukkan bahwa guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%, sedangkan guru SMP Negeri 54,12%, guru SMP Swasta 60,99%, guru SMA Negeri 65,29%, guru SMA Swasta 64,73%, dan untuk guru SMK Negeri 55,91 %, guru SMK Swasta 58,26 %. Data ini menunjukkan bahwa secara kualifikasi akademik yang mencakup tingkat pendidikan guru dan latar belakang pendidikan, ternyata masih terdapat permasalahan dan tentunya belum menguatkan pemberlakuan UU No.14/2005 tentang Guru dan Dosen Agar dapat mengajar secara lebih efektif, guru harus senantiasa meningkatkan kemampuan profesional serta mutu mengajarnya, dan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, guru harus mampu mendesain proses pembelajaran dengan baik, karenanya harus didesain perencanaan pembelajaran yang sistematis dan aplikatif. Seperti yang disampaikan oleh Majid (2007) bahwa “perencanaan pembelajaran yang sistematis dan aplikatif baru dapat diwujudkan manakala guru mempunyai sejumlah kompetensi”. Sedangkan sesuai PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, bahwa “Pendidik merupakan agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadiaan, profesional, dan sosial”. Pemenuhan persyaratan penguasaan keempat kompetensi tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Sebagai bukti bahwa persyaratan tersebut telah dipenuhi, guru harus memiliki sertifikat pendidik yang diperoleh setelah lulus uji kompetensi. Uji kompetensi guru dalam jabatan dilakukan melalui dua cara yaitu : 1) penilaian portofolio dan 2) melalui jalur pendidikan. Arti pentingnya kinerja guru sangat erat kaitannya dengan upaya peningkatan mutu pendidikan. Karenanya, upaya peningkatan kinerja guru merupakan salah satu solusi guna mengatasi permasalahan rendahnya kualitas pendidikan. Sesuai dengan pendapat Liwes (1999: 54) yang menyatakan bahwa “Guru yang profesional merupakan salah satu jaminan terlaksananya kegiatan belajar-mengajar yang lebih
efektif, dan dengan kualitas guru maka proses belajar-mengajar diharapkan akan berhasil secara optimal”. Dari pandangan tersebut, jelaslah bawa keberadaan guru dalam proses belajar mengajar memiliki peranan penting dan dominan terutama dalam proses transformasi pengetahuan kepada siswa. Namun peningkatan kinerja guru tidak terlepas dari pengaruh sejumlah kompensasi yang termuat dalam sertifikasi. Walaupun guru telah tersertifikasi, yang dapat diasumsikan mereka telah memiliki kecakapan kognitif, afektif, dan unjuk kerja yang memadai, namun sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan pembangunan pendidikan kekinian, maka guru dituntut untuk terus menerus berupaya meningkatkan kompetensinya secara dinamis. Mantja (2002) menyatakan bahwa peningkatan kompetensi guru tidak hanya ditujukan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, namun yang lebih penting adalah kemampuan diri untuk terus menerus melakukan peningkatan kelayakan kompetensi. Sementara pendapat lain disampaikan oleh Sergiovanni (dalam Mantja, 2002) yang menegaskan bahwa teachers are expected to put their knowledge to work to demonstrate they can do the job. Finally, professional are expected to engage in a life long commitment to self improvement. Self improvement is the will-grow competency area. Pernyataan Sergiovanni tersebut memberikan petunjuk bahwa asumsi profesionalisme guru pasca sertifikasi seyogianya menjadi dasar bagi guru untuk terus menerus menata komitmen melakukan perbaikan diri dalam rangka meningkatkan kompetensi. Peningkatan kompetensi atas dorongan komitmen diri diharapkan akan mampu meningkatkan keefektifan kinerjanya. Komitmen untuk meningkatkan keefektifan kinerja sangat berkaitan dengan pencapaian tujuan program, yaitu program pembelajaran yang diharapkan mampu menghasilkan output dan outcome yang mencapai standar. Jika guru memiliki komitmen untuk mengembangkan kompetensi diri secara terus menerus, maka proses-proses perencanaan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian program pembelajaran diyakini akan dapat dilakukan sesuai dengan tuntutan kekinian. Penjelasan di atas mengindikasikan, bahwa komitmen diri dan strategi-strategi manajemen sangat dibutuhkan dalam rangka memfasilitasi guru meningkatkan profesionalismenya. Sinergi antara komitmen guru dan strategi manajemen akan melahirkan proses kolaborasi yang efektif untuk meningkatkan kompetensi.
Salah satu jalan yang ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi mutu pendidikan yang rendah ini adalah dengan meningkatkan kualitas guru. Pemerintah telah melakukan uji kompetensi untuk menentukan guru yang professional. Uji kompetensi ini dikenal dengan sertifkasi guru. Pemerintah berharap melalui sertifikasi guru akan dapat meningkatkan kinerja mereka sehingga juga akan berdampak terhadap peningkatkan prestasi siswa. Data yang dikumpulkan dari Panitia Sertifikasi Guru Sub Rayon UNIMED, diketahui bahwa jumlah guru yang sudah mengikuti uji kompetensi sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 seperti dipaparkan pada tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1 Jumlah Guru di Kota Medan yang Telah Disertifikasi Tahun 2006 s/d 2009 NO
TINGKAT
TAHUN 2006
2007
2008
2009
1
SD N
106
318
513
379
2
SLTP N
59
225
658
226
3
SLTA N
-
419
874
194
Sumber: Hasil Analisis Unit PLPG Unimed 2009. www.unimed.ac.id
Guru yang telah memiliki sertifikat pendidik tersebut telah memperoleh tunjangan profesi. Dan tunjangan profesi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja mereka. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengungkap faktor-faktor yang menjadi permasalahan yang berhubungan dengan rendahnya kualitas pendidikan pasca dilakukannya program sertifikasi guru .
1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana dampak pemberian tunjangan profesi terhadap kinerja guru di Kota Medan ?. 2. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi guru dalam meningkatkan kinerja ?.
1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dampak pemberian tunjangan sertifikasi terhadap kinerja guru di Kota Medan 2. Untuk
mengetahui
hambatan-hambatan
yang
dihadapi
guru
dalam
meningkatkan kinerjanya.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Masukan bagi guru terutama berhubungan dengan peran dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar dan pendidik 2. Masukan bagi sekolah-sekolah yang bersangkutan dalam upaya meningkatkan kualitas kinerja guru dalam membentuk dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas 3. Masukan bagi instansi terkait sehubungan dengan masih adanya beberapa hambatan yang dihadapi guru dalam meningkatkan kualitas kinerjanya.
1.5. Kerangka Berfikir Terdapat banyak variabel yang mempengaruhi kualitas/mutu pendidikan, salah satu diantaranya adalah variabel pendidik (guru). Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu guru. Rendahnya mutu guru ini berkaitan erat dengan rendahnya kesejahteraan guru. Seiring dengan kondisi ini pemerintah berupaya mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah dengan mengadakan sertifikasi. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik ini diberikan kepada guru yang memenuhi standar profesional guru. Standar profesioanal guru tercermin dari uji kompetensi. Uji kompetensi dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profeisonal guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan penghargaan yang relevan.
Guru yang telah memperoleh
sertifikat pendidik berhak pula mendapat
tunjangan profesi. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 16 disebutkan bahwa guru yang memiliki sertifikat pendidik, berhak mendapatkan insentif berupa tunjangan profesi. Besar insentif tunjangan profesi yang dijanjikan oleh UUGD adalah sebesar satu kali gaji pokok untuk setiap bulannya. Oleh karena itu setelah guru memperoleh tunjangan profesi kualitas/kinerja guru yang bersangkutan meningkat secara siginifikan yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Sebelum Sertifikasi
Setelah Sertifikasi
Kinerja Guru
Kinerja Guru
Unsur A
Unsur A
a) Kualifikasi Akademik
a) Kualifikasi Akademik
b) Pengalaman mengajar
b) Pengalaman mengajar
c) Perencanaan pelaksanaan pembelajaran
c) Perencanaan pelaksanaan pembelajaran
dan
Unsur B
dan
Unsur B
a) Pendidikan pelatihan
dan
a) Pendidikan pelatihan
dan
b) Penilaian dari atasan dan pengawas
b) Penilaian dari atasan dan pengawas
c) Prestasi akademik
c) Prestasi akademik
d) Karya pengembangan profesi
d) Karya pengembangan profesi
Unsur C
Unsur C
a) Keikutsertaan forum ilmiah
dalam
b) Pengalaman Organisasi c) Penghargaan relevan dgn pendidikan
a) Keikutsertaan forum ilmiah
dalam
b) Pengalaman Organisasi yang bidang
c) Penghargaan relevan dgn pendidikan
yang bidang
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakekat Sertifikasi Guru Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Menurut Kunandar (2007: 79) sertifikasi guru adalah ”Proses untuk memberikan sertifikat kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi”. Dari pernyataan tersebut, disimpulkan bahwa sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Sementara itu, dalam UU No.14 tahun 2005 disebutkan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikasi pendidik untuk guru dan dosen. Selanjutnya Pasal 1 ayat (12) menyatakan bahwa sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Ada dua alasan yang mendasar mengapa sertifikasi perlu dilakukan pada profesi guru. Pertama, meningkatkan kualitas guru dan kompetensi guru. Kedua, meningkatkan kesejahteraan dan jaminan finansial secara layak sebagai profesi. Adapun targetnya adalah terciptanya kualitas pendidikan. Peningkatan kualifikasi dimaksudkan agar guru yang bersangkutan layak untuk menjadi guru yang profesional. Guru profesional merupakan syarat untuk menciptakan praktik pendidikan yang berkualitas. Guru yang telah memenuhi syarat dapat mengikuti program sertifikasi untuk mendapat sertifikat pendidik. Tujuan sertifikasi adalah untuk meningkatkan kualitas guru yang pada akhirnya diharapkan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Kunandar (2007: 79) mengemukakan bahwa sertifikasi guru bertujuan untuk: 1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional; 2. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan; 3. Meningkatkan martabat guru; 4. Meningkatkan profesionalitas guru. Upaya untuk meningkatkan kompetensi guru gencar dilakukan, sertifikasi guru adalah salah satunya. Program sertifikasi ternyata cukup ampuh untuk membangkitkan profesionalisme guru. Adanya program sertifikasi guru menumbuhkan motivasi guru untuk lebih meningkatkan profesionalismenya. Hal itu dapat dilihat dari maraknya
kegiatan seminar, lokakarya, simposium sampai diklat pelatihan yang banyak dihadiri atau diikuti oleh guru, baik dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas swasta dan negeri. Sebelum program sertifikasi didengungkan pemerintah, sangat jarang guru yang mengikuti kegiatan tersebut di atas. Tetapi sekarang banyak guru yang semangat meneruskan jenjang pendidikan dengan mengikuti program penyetaraan. Dengan antusiasme melakukan kegiatan tersebut, seorang guru diharapkan akan menjadi guru yang lebih profesional. Karena dengan mengikuti program penyetaraan dan kegiatan ilmiah, guru dapat meningkatkan intelektualitas dalam mengajar anak didiknya. Namun, uji sertifikasi hanyalah sekedar penyaringan. Setelah disaring, guru mempunyai tugas berat untuk mengemban amanat mengajar secara lebih demokratis, manusiawi, dan transformatif. Komitmen dan semangat guru dalam memfasilitatori peserta didik menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Setelah lulus sertifikasi, guru juga akan mendapat tunjangan profesi. Dengan mendapatkan tunjangan profesi, diharapkan kesejahteraan guru dapat naik dengan sendirinya. Namun kenyataannya, ada saja guru yang tidak menjunjung profesionalitas dalam mengajar. Hal ini tentu menjadi faktor penyebab tidak meningkatnya prestasi belajar siswa. Permendiknas No. 10 Tahun 2009 tentang sertifikasi guru menyatakan bahwa sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut lebih dikenal dengan program sertifikasi guru. Uji kompetensi ini dilakukan untuk memperoleh sertifikat pendidik dan dilakukan dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen-komponen portofolio tersebut mencakup : 1. Kualifikasi akademik 2. Pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan peningkatan kompetensi 3. Pengalaman mengajar 4. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran 5. Penilaian dari atasan dan pengawas 6. Prestasi akademik 7. Karya pengembangan profesi
8. Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah 9. Pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial 10. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan Berikut ini akan dipaparkan setiap komponen dari sepuluh komponen tersebut di atas. 1.
Kualifikasi akademik adalah ijazah pendidikan tinggi yang dimiliki oleh guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan pada saat yang bersangkutan mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S-1, S-2, atau S-3) maupun non-gelar (D-IV), baik di dalam maupun di luar negeri. Khusus untuk perserta sertifikasi yang belum memenuhi kualifikasi akademik S-1/D-IV sesuai Ketentuan Peralihan Pasal 66 PP 74 Tahun 2008, komponen kualifikasi akademik adalah ijazah pendidikan terakhir berupa ijazah atau sertifikat diploma.
2.
Pendidikan dan Pelatihan adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti selama menjadi guru, kepala sekolah, dan setelah diangkat dalam jabatan pengawas dalam rangka pengembangan dan/ atau peningkatan kompetensi selama melaksanakan
tugas
sebagai
pendidik,
baik
pada
tingkat
kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Workshop/lokakarya yang sekurang-kurangnya dilaksanakan 8 jam dan menghasilkan karya dapat dikategorikan ke dalam komponen ini. Bukti fisik komponen pendidikan dan pelatihan ini berupa sertifikat atau piagam yang dikeluarkan oleh lembaga penyelenggara. Bukti fisik untuk workshop/lokakarya berupa sertifikat/piagam disertai hasil karya. Workshop/lokakarya tanpa melampirkan hasil karya (produk), meskipun pada sertifikat/piagam telah mencantumkan daftar materi dan alokasi waktu, tidak dapat dikategorikan ke dalam komponen pendidikan dan pelatihan (dimasukkan ke dalam keikutsertaan dalam forum ilmiah). Komponen pendidikan dan pelatihan hanya dinilai untuk kategori relevan (R) dan kurang relevan (KR), sedangkan yang tidak relevan (TR) tidak dinilai. Relevan apabila materi diklat secara langsung meningkatkan kompetensi supervisi akademik, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan, kompetensi pedagogik dan kompetensi professional guru; kurang relevan apabila materi diklat mendukung kinerja professional guru dan/atau guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan. Tidak relevan apabila
materi diklat tidak mendukung kinerja professional guru dan/atau guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan 3.
Pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru, kepala sekolah, dan/atau dalam jabatan pengawas satuan pendidikan pada jenjang dan jenis pendidikan formal. Bukti fisik dari komponen pengalaman mengajar ini berupa surat keputusan, surat tugas, atau surat keterangan dari lembaga berwenang (pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan, atau satuan pendidikan). Apabila bukti fisik berupa surat keterangan dari satuan pendidikan tempat dahulu bertugas maka harus dikuatkan dengan bukti pendukung, antara lain (membimbing siswa, membina ekstra kurikuler, dll.) pada saat guru yang bersangkutan bertugas di sekolah tersebut.
4.
Perencanaan dan pelaksanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran bagi peserta sertifikasi guru yang diangkat dalam jabatan
pengawas berupa rencana
program kepengawasan dan perencanaan
pembelajaran. Rencana program kepengawasan terdiri atas (1) rencana kepengawasan akademik (RKA), dan (2) rencana kepengawasan manajerial (RKM). Kedua dokumen tersebut, yaitu RKA dan RKM sekurang-kurangnya memuat: aspek kepengawasan, tujuan kepengawasan, indikator keberhasilan, teknik kepengawasan, skenario kegiatan kepengawasan, penilaian dan instrument, dan rencana tindak lanjut. Bukti fisik rencana program kepengawasan berupa: tiga rencana kepengawasan akademik pada aspek yang berbeda, dan dua rencana kepengawasan manajerial pada aspek yang berbeda. Bukti fisik perencanaan pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP/RP/SP) hasil karya guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang bersangkutan sebanyak tiga satuan untuk kompetensi dasar/mata pelajaran yang berbeda. Bukti fisik ini dinilai oleh assessor dengan menggunakan format yang tercantum dalam bagian II. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun sesuai dengan format yang berlaku dan sekurang-kurangnya memuat perumusan kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber/media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar.
Pelaksanaan pembelajaran bagi peserta sertifikasi guru yang diangkat dalam jabatan pengawas berupa kinerja pengawas dalam melaksanakan tugas kepengawasan yang meliputi pemantauan, penilaian, dan pembinaan dalam bidang akademik dan manajerial pada sekolah binaannya. Bukti fisik komponen ini berupa laporan pelaksanaan program kepengawasan akademik dan manajerial satu tahun
terakhir,
yang
sekurang-kurangnya
memuat:
aspek,
tujuan,
pendekatan/metode, hasil dan pembahasan, simpulan, dan rekomendasi lanjut. Sistematika
laporan
pelaksanaan
program
kepengawasan
meliputi:
(1)
pendahuluan, yang terdiri atas (a) latar belakang, (b) aspek, (c) tujuan; (2) pendekatan dan metode, yang terdiri atas (a) teknik pengawasan dan (b) skenario; (3) hasil pengawasan, yang terdiri atas (a) hasil pengawasan, dan (b) pembahasan hasil; dan (4) simpulan dan rekomendasi, yang terdiri (a) simpulan, dan (b) rekomendasi tindak lanjut. Bukti fisik ini dinilai oleh assessor dengan menggunakan format penilaian yang tercantum dalam bagian II. 5.
Penilaian dari atasan dan pengawas adalah penilaian kompetensi kepribadian dan sosial peserta sertifikasi guru. Peserta sertifikasi guru yang diangkat dalam jabatan pengawas penilainya adalah kepala dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota. Aspek yang dinilai meliputi (1) ketaatan menjalankan ajaran agama, (2) tanggung jawab, (3) kejujuran, (4) kedisiplinan, (5) keteladanan, (6) etos kerja, (7) inovasi dan kreativitas, (8) kemampuan menerima kritik dan saran, (9) kemampuan berkomunikasi, dan (10) kemampuan bekerjasama. Penilaian dilakukan dengan menggunakan Format Penilaian Atasan yang tercantum pada Bagian II.
6.
Prestasi akademik adalah prestasi yang dicapai guru dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik dan agen pembelajaran, kepala sekolah, dan/atau setelah diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang mendapat pengakuan dari lembaga/ panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi sebagai berikut. a. Lomba karya akademik, yaitu juara lomba akademik atau karya bidang keahlian/bidang tugas, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional
b. Karya monumental dibidang pendidikan atau nonkependidikan adalah karya yang bersifat inovatif (belum ada sebelumnya) dan bermanfaat bagi masyarakat (minimal tingkat kabupaten/kota). c. Sertifikat keahlian/keterampilan tertentu pada guru SMK dan guru olahraga, dan capaian skor TOEFL yang masih berlaku. d. Pembimbingan teman sejawat, yaitu melaksanakan tugas sebagai instruktur, guru inti, tutor, pembimbingan guru junior, dan pamong PPL calon guru yang dilakukan oleh peserta sertifikasi selama yang bersangkutan bertugas sebagai guru. e. Pembimbingan siswa sampai mencapai juara (juara I,II, atau III) atau tidak mencapai juara sesuai dengan bidang studi/keahliannya. Bukti fisik komponen ini berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan disertai bukti relevan yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara. 7.
Karya pengembangan profesi adalah hasil karya dan/ atau aktivitas dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik dan agen pembelajaran, kepala sekolah, dan/atau setelah diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang menunjukkan adanya upaya pengembangan profesi. Komponen ini meliputi hal-hal sebagai berikut. a. Buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional; b. Artikel yang dimuat dalam media jurnal/ majalah yang tidak terakreditasi, terakreditasi, dan internasional; c. Reviewer buku, penyunting buku, penyunting jurnal; d. Penulis soal EBTANAS/UN/UASDA selama bertugas sebagai guru; e. Modul diktat cetak lokal yang minimal mencakup materi pembelajaran selama 1 (satu) semester yang dihasilkan selama bertugas sebagai guru; f. Media/alat pembelajaran dalam bidangnya yang dihasilkan selama bertugas sebagai guru; g. Laporan penelitian di bidang pendidikan (individu/kelompok); dan h. Karya teknologi (teknologi tepat guna) dan karya seni (patung, kriya, lukis, sastra, musik, tari, suara, dan karya seni lainnya) yang relevan dengan bidang tugasnya.
Bukti fisik karya pengembangan profesi berupa sertifikat/piagam/surat keterangan dari pejabat yang berwenang yang disertai dengan bukti fisik yang dapat berupa buku, artikel, deskripsi dan/atau foto hasil karya, laporan penelitian, dan bukti fisik lain yang relevan yang telah disahkan oleh atasan langsung. Untuk bukti fisik laporan penelitian selain disahkan oleh atasan langsung juga harus diketahui oleh kepala UPTD untuk guru SD dan oleh kepala dinas pendidikan kabupaten/kota untuk guru SMP/SMA/SMK. 8.
Keikutsertaan dalam forum ilmiah adalah partisipasi peserta sertifikasi dalam forum ilmiah (seminar, semiloka, symposium, sarasehan, diskusi panel, dan jenis forum ilmiah lainnya) pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau internasional, baik sebagai nara sumber/pemakalah, pembahas, moderator, maupun sebagai peserta. Komponen dibedakan kedalam kategori relevan (R) dan tidak relevan (TR). Relevan apabila tema/materi forum ilmiah mendukung kinerja professional, baik sebagai guru, kepala sekolah, maupun pengawas satuan pendidikan. Tidak relevan apabila tema/materi forum ilmiah tidak mendukung kinerja professional, baik sebagai guru, kepala sekolah, maupun pengawas satuan pendidikan; contoh guru bidang studi Bahasa Indonesia mengikuti seminar ketahanan pangan di Indonesia. Bukti fisik keikutsertaan dalam forum ilmiah berupa makalah dan sertifikat/ piagam bagi nara sumber/pemakalah, dan sertifikat/ piagam bagi moderator/peserta.
9.
Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial adalah keikutsertaan peserta sertifikasi menjadi pengurus organisasi kependidikan atau organisasi sosial pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional atau internasional, dan /atau mendapat tugas tambahan. Pengurus organisasi di bidang kependidikan antara lain: Pengurus Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS), Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI), Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMaPI), Asosiasi Pendidikan Khusus Indonesia (APKHIN), dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Asosiasi
Kepala Sekolah Indonesia (AKSI), dan Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI). Pengurus organisasi sosial antara lain: ketua RT, ketua RW, ketua LMD/BPD, dan Pembina kegiatan keagamaan (takmir masjid, pembina gereja, dll). Mendapat tugas tambahan antara lain: koordinator pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pembantu kepala sekolah, kepala urusan, ketua jurusan, ketua program keahlian, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala studio, kepala klinik rehabilitasi, wali kelas (guru kelas SD/TK), dan kegiatan ekstra kurikuler (pramuka, drumband, madding, karya ilmiah remaja-KIR, dll), tidak termasuk kepanitiaan. Bukti fisik komponen ini adalah foto kopi surat keputusan atau surat keterangan. 10. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan adalah penghargaan yang diperoleh guru atas dedikasinya dalam pelaksanaan tugas sebagai pendidik dan/atau bertugas di Daerah Khusus dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu, hasil, lokasi/geografis), dan kualitatif (komitmen, etos kerja), baik pada tingkat satuan pendidikan, desa atau kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Contoh penghargaan yang dapat dinilai antara lain tingkat nasional: Satyalencana Karya Satya 10 tahun, 20 tahun, dan 30 tahun; tingkat provinsi /kabupaten /kota/ kecamatan/ kelurahan/ satuan pendidikan : penghargaan guru favorit/guru inovatif, dan penghargaan lain sesuai dengan kekhasan daerah/penyelenggara. Contoh penghargaan yang tidak dinilai antara lain penghargaan panitia pemilu (KPPS), penghargaan dari partai, penghargaan KB lestari. Bukti fisik komponen ini berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan yang dikeluarkan oleh pihak berwenang Komponen-komponen tersebut di atas sesungguhnya akan menggambarkan kompetensi guru, yang secara garis besar mencakup empat jenis kompetensi, yaitu (1) kompetensi pedagogi (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian. UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menentukan, bahwa peningkatan kesejahteraan guru besarnya dapat mencapai lebih dari dua kali lipat penghasilan guru saat ini. Pasal 15 ayat (1) dalam UU tersebut juga menentukan bahwa, guru akan mendapatkan kesejahteraan profesi yang berasal dari berapa sumber finansial antara lain: gaji pokok, tunjangan gaji, tunjangan fungsional, tunjangan profesi,
tunjangan khusus dan dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Hal ini mengingat betapa besar tugas dan peran yang harus diemban oleh seorang guru. Muslich (2007: 47) mengemukakan bahwa “Landasan pelaksanaan sertifikasi antara lain: Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan yang ditetapkan tanggal 4 Mei 2007” . Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jika guru mengikuti sertifikasi, tujuan utamanya bukanlah untuk mendapatkan tunjangan profesi semata, melainkan untuk dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi. Dengan menyadari hal ini maka guru tidak akan mencari jalan lain guna memperoleh sertifikat profesi kecuali mempersiapkan diri dengan belajar yang benar untuk menghadapi sertifikasi. Berdasarkan hal tersebut, maka sertifikasi akan membawa dampak positif, yaitu meningkatnya kualitas guru. Langkah dan tujuan melakukan sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan kualitas guru sesuai dengan kompetensi keguruannya. Dalam UU guru ada beberapa hal yang dapat dikelompokan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas atau mutu guru antara lain: (1) sertifikasi guru, (2) pembaharuan sertifikat, (3) beberapa fasilitas untuk memajukan diri (4) sarjana nonpendidikan dapat menjadi guru. Semua guru harus mempunyai sertifikat profesi guru, sebagai standar kompetensi guru. Sertifikasi guru jangan dipandang sebagai satu-satunya jalan atau sebagai satusatunya alat ukur mutu guru. Sebab sertifikasi guru belum tentu menjamin peningkatan kualitas guru. Maka, birokrasi dalam hal ini pemerintah jangan hanya memikirkan agar guru dapat disertifikasi dan dipaksa menjadi baik secara ”instan” dengan mengabaikan kondisi guru.
Sebab, jika
kesiapan para guru dan lingkungan kerja guru tidak
mendukung penggunaan maksimal kompetensinya, kesejahteraan guru kurang layak, maka sulit diharapkan perubahan dapat terjadi. Secara makro hal ini disebabkan karena secara nasional maupun lokal guru tidak ditempatkan sebagai SDM yang strategis untuk melakukan perubahan. Disamping kualitas guru yang masih rendah, mereka juga masih dibayar rendah. Dari hasil riset lapangan, banyak guru mengatakan bahwa sertifikasi profesi guru sangat baik dan dapat mengangkat derajat dan wibawa para guru di Indonesia.
Tetapi, dalam penerapannya ada hal yang perlu diperhatikan yaitu : (1) kebanyakan guru di Indonesia setelah menjadi pengajar
tidak memperdalam pengetahuannya.
Artinya, banyak guru kita masih rendah dalam kompetensi pengajaran, (2) harus dipertimbangkan model yang bagaimana yang tepat untuk guru-guru di Indonesia, dan kesiapan para guru untuk disertifikasi, (3) perlu dilakukan pelatihan-pelatihan sebelum sertifikasi dilaksanakan dan perlu dipikirkan tindak lanjut bagi guru yang tidak lolos sertifikasi, (4) apabila kebijakan sertifikasi tersebut dilakukan secara ”mentah” dan ”instan”, tanpa sosialisasi dan pelatihan-pelatihan akan merugikan para guru yang sudah cukup lama mengabdi. Pandangan lain diperoleh dari para guru, yaitu penghargaan terhadap guru belum sebanding dengan beberapa profesi lain (seperti profesi dokter, dan lain-lain). Hal ini menjadi permasalahan mendasar bagi profesi guru itu sendiri, yaitu: Pertama, persoalan yang mendasar adalah kebanyakan guru yang belum memenuhi kualifikasi minimal untuk
mengajar, baik dari segi ilmu maupun keterampilan.
Kedua,
penghasilan guru yang kurang memadai apabila dibandingkan dengan penghasilan profesi lain dan hal ini berimbas pada profesi guru itu sendiri kurang diminati. Profesi guru tidak lebih dari sebuah pekerjaan ”terpaksa” dilakukan ketika tidak mampu menemukan pekerjaan lain yang ”lebih baik”. Sebagai contoh saja, seorang guru akan segera berpindah pada pekerjaan lain, ketika mendapatkan kesempatan bekerja di tempat lain yang menjanjikan dan memberikan fasilitas serta penghasilan yang lebih memadai. Menurut mereka, hanya - ”segelintir” – guru yang menyenangi dan menekuni profesinya karena memiliki sumber pengahsilan lain. Ketiga, banyak guru yang tidak memiliki standar kualifikasi yang dituntut oleh masyarakat. Menurut mereka, bahwa seorang guru – berbeda dengan profesi dokter, akuntan, dan pengacara – sangat banyak bekerja dengan mengandalkan keterampilan berelasi. Guru banyak dituntut untuk bekerja dalam suatu tim kerja, berinteraksi secara intensif setiap hari dengan siswa dan berkomunikasi dengan orang tua siswa. Keempat, guru kurang dihargai, karena pekerjaan yang diembannya dianggap kurang membutuhkan keterampilan yang sangat khusus dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi profesional. Para guru mengatakan apabila program sertifikasi ini dapat secara langsung menjawab persoalan-persoalan di atas,
akan membuat profesi guru menjadi baik,
pekerjaan guru akan menjadi sebuah profesi yang menarik dan dikejar orang. Tetapi, tampaknya program tersebut tidak akan sanggup menjawab beberapa persoalan mendasar dari profesi guru itu sendiri. Maka kritik yang disampaikan mereka, apabila yang dipercaya sebagai perancang program ini adalah sejumlah universitas eks IKIP, ini menjadi pertanyaan, mengapa mereka yang tidak berhasil mengangkat martabat guru dan bahkan merubah IKIP menjadi universitas, kenapa dijadikan dan dilibatkan dalam penyusun program nasional yang sedemikian penting?. Mengenai sasaran sertifikasi guru, dilaksanakan untuk semua guru, baik guru lama maupun calon guru. Bagi guru yang lama perlu diberikan pelatihan-pelatihan profesi keguruan baru dilakukan ujian sertifikasi. Bagi calon guru yang berkualifikasi Sarjana kependidikan perlu mengikuti program sertifikasi guru dengan menempuh beberapa mata kuliah dalam kurikulum S1 kependidikan atau yang SKS-nya belum setara dengan kurikulum program sertifikasi.
Sedangkan bagi calon guru yang
berkualifikasi sarjana atau Diploma non-kependidikan wajib menempuh program sertifikat guru dengan mengambil seluruh kurikulum program sertifikat guru. Agar sertifikasi itu sungguh bermutu, ujian profesi keguruan harus objektif, bebas dari ”kkn”, dan ”suap”. Katakan saja, bila guru dan calon guru dalam ujian sertifikasi memang terbukti tidak kompeten dan tidak lulus, tidak mendapatkan sertifikat (Paul Suparno, KR:15/11/2005:10). Kemudian guru tersebut, ”diparkirkan” atau diistirahatkan sementara untuk mengikuti pelatihan kompetensi keguruan dan kemudian diuji
kembali. Dengan demikian, keobjektifan dalam penilaian sangat
penting, sehingga tidak terjadi orang mendapatkan sertifikat dengan cara membeli, koneksi atau ”koncoisme”.
”Bila hal ini terjadi, maka mutu guru tetap tidak terjamin
dan pendidikan tetap terpuruk” (Paul Suparno, KR:15/11/2005:10). Selain itu, agar sertifikasi
itu sungguh menunjukkan kemampuan dan
keterampilan guru dalam mengajar dengan segala kompetensi yang dimiliki. ”Badan sertifikasi” guru sungguh harus objektif untuk menguji dan menilai sertifikasi guru. Tapi pertanyaan mendasar yang dikemukakan Paul Suparno di atas, apakah badan tersebut benar-benar ”objektif” untuk menguji kompetensi dan sertifikasi. Pertanyaan, lembaga mana yang dapat ditunjuk secara ”objektif”
untuk diberikan kualifikasi
melakukan sertifikasi dan uji kompetensi guru? Maka, untuk menguji kompetensi dan sertifikasi, diperlukan suatu ”lembaga” atau ”badan independen” yang akan menilai
kompetensi guru. Perhatikan, kritik yang disampaikan para guru di atas, ”apabila sejumlah
universitas
dipertanyakan”.
eks
IKIP
dipercaya
sebagai
perancang
program
ini,
Kritik para guru tersebut, perlu menjadi pertimbangan untuk
menunjuk lembaga penyelenggaran uji sertifikasi. Aspek sertifikasi guru yang akan diuji adalah mengacu pada kompetensi dasar yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi profesional, persolan, kepribadian,
dan
sosial. Pertama, kompetensi profesional, aspek pada kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan mengajar, meliputi kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, kemampuan dalam menganalisis, penyusunan program perbaikan
dan pengayaan,
kemampuan
dalam
membimbing
dan
konseling.
Kemampuan dalam bidang keilmuan, terkait dengan keluasan dan kedalaman ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan ditransformasikan kepada peserta didik, pemahaman terhadap wawasan pendidikan, dan kemampuan memahami kebijakankebijakan pendidikan. Kedua, kompetensi persolan, aspek pada kompetensi ini berkaitan dengan aktualisasi diri dan menekuni profesi, jujur, beriman, bermoral, peka, luwes, humanis, berwawasan
luas, berpikir kreatif, kritis, reflektif, mau belajar
sepanjang hayat. Ketiga, kompetensi kepribadian, aspek pada kompetensi ini berkait dengan kondisi guru sebagai individu yang berkepribadian yang utuh, mantap, dewasa, berwibawa, berbudi luhur, anggun, bermoral, serta penuh keteladanan. kompetensi
sosial,
Keempat,
aspek pada kompetensi ini berkait dengan kemampuan
berkomunikasi secara efektif dan efesien dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, kemampuan menyelesaikan masalah, dan mengabdi pada kepentingan masyarakat. Proses sertifikasi para guru sebaiknya ditangani oleh lembaga atau badan independen yang kompetensi dan objektif. Katakan saja, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK)
yang
merupakan
lembaga
pendidikan
tinggi
yang
mengembangkan ilmu pendidikan dan keguruan, memiliki kewenangan dan pengalaman pengadaan tenaga kependidikan, serta memiliki sumber daya manusia yang kompeten di bidang kependidikan dan non kependidikan. Lembaga tersebut harus didukung dengan berbagai sarana kependidikan, seperti Sekolah Laboratorium, Pusat Sumber Belajar, Praktek Pengalaman Lapangan, dan Pusat Penelitian Kependidikan. Uji kompetensi dan sertifikasi harus dilakukan secara ”by proses” dan bukan ”instan”.
Katakan saja, dari pengamatan di lapangan tentang uji dan evaluasi pendidikan dan pembelajaran, biasanya kita terpaku pada hasil pembelajaran dan mengabaikan proses pelaksanaan secara ”holistik”. Contoh terdekat, adalah Ujian Akhir Nasional (UAN) bagi siswa-siswa yang menuai protes dan bahkan merenggut beberapa nyawa siswa karena kecewa. Maka, apabila uji kompetensi dan sertifikasi guru juga pelaksanaan seperti itu dan aspekaspek kompetensi hanya diujikan dengan sistem tes saja, ”apalagi yang kurang atau tidak objektif”, maka hal itu tentu belum menjamin kepastian tingkat kompetensi dan sertifikasi sebagai profesi guru. Agar sertifikasi itu dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengajar, maka uji kompetensi dan sertifikasi harus dilakukan secara ”by proses”. Artinya, bagi para guru yang berasal dari ”fakultas keguruan” sebelum diuji perlu disegarkan kembali pada aspek ”materi keilmuan”, ”keterampilan dan strategi mengajar”. Sedangkan bagi guru-guru yang berasal dari nonkependiddikan, sebelum uji kompetensi dan sertifikasi, perlu dilakukan pelatihan atau mengambil pendidikan profesi keguruan dengan bobot sejumlah 36 – 40 sks. Aspek materi keguruan, yang dipelajari : Ilmu Pendidikan atau Landasan Pendidikan, Metode
dan
Strategi
Pembelajaran,
Psikologi
Perkembangan,
Perencanaan
Pembelajaran, Evaluasi Pembelajaran, Psikologi Belajar, Media Pembelajaran, Bimbingan dan Konseling, Komunikasi Pendidikan, Profesi Keguruan, Telaah Pengembangan Kurikulum, Penelitian dan Evalusi Sistem Pendidikan, serta Praktek Pengenalan Lapangan (PPL). Setelah itu baru dilakukan uji profesi atau kompetensi dan sertifikasi. Apabila proses ini dilakukan secara terencana, sistimatik, dan objektif, serta terhindar atau bebas dari KKN, ”suap” atau dengan cara ”membeli sertifikat”, maka mutu keilmuan guru dikemudian hari akan meningkat dan
kualitas serta
kompetensi guru dapat dipertanggungjawabkan. Catatan akhir sebagai sebuah renungan, sertifikasi dan kompetensi itu penting, tetapi pendidikan lebih dari itu. Pendidikan pascamodern tidak lagi mono-sentralistik. Pusat-pusat pengembangan dapat saja berada di mana-mana (J.Bismoko, KR, 3/12/2005). Katakan saja, sumber ilmu pengetahuan yang selama ini dianggap terpusat pada institusi
pendidikan formal yang konvensional, mungkin saja akan tergeser.
Sebab, sumber ilmu pengetahuan akan tersebar di mana-mana dan setiap orang akan dengan mudah memperoleh pengetahuan tanpa kesulitan kerena diperoleh melalui
sarana ”internet” dan ”media informasi” lainnya. sebagai
distributed intelligence
Paradigma ini dikenal dikenal
(distributed knowledge). Dengan paradigma ini,
tampaknya fungsi guru/dosen/lembaga pendidikan akan beralih dari sebuah sumber ilmu pengetahuan menjadi mediator dari ilmu pengetahuan (Hujair AH. Sanaky, 2004: 94). Hal ini, menunjukan bahwa di masa depan sekolah akan berubah dari format kelas menjadi sekolah bersama dalam satu kota, sekolah bersama dalam satu negara, bahkan bersama di dunia atau sekolah global (Purwanto, http://www.pustekkom).
2.2 Kinerja Guru Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan memberikan hasil yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut. Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dan keahliannya.
Kinerja guru adalah perilaku yang berhubungan dengan kerja
guru.(Anoraga:1998). Kerja merupakan kebutuhan seseorang, kebutuhan tersebut bermacam-macam, berkembang dan berubah, dan bahkan sering tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang ingin dicapainya dan orang tersebut berharap dengan melaksanakan pekerjaannya akan membawa ke keadaan yang lebih baik dan memuaskan. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara:2001) . Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa kinerja guru merupakan hasil atau keluaran dari proses atau kemampuan aplikasi kerja guru dalam wujud nyata, yaitu pekerjaan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan guru dalam tugas keguruannya. Kinerja seorang guru tercermin dari kemampuannya mencapai prasyarat-prasyarat tertentu yang telah ditetapkan atau dijadikan standar. Kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai guru berdasarkan kemampuannya menjalankan tugas pada proses pembelajaran yang mencakup aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. Kinerja guru yang tinggi tentunya menjadi impian bagi para guru.Namun dalam realitanya untuk mencapai kinerja guru yang tinggi sebagian guru kesulitan untuk mencapainya, hal ini ditunjukkan dengan masih adanya sebagian guru yang kesulitan
merancang perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan inovatif. Masih ada guru yang kesulitan dalam mengelola kelas, monoton dalam penggunaan metode, sumber belajar dan media pembelajaran. Selain itu masih ada guru melakukan evaluasi hasil pembelajaran yang belum objektif. Sulistyorini (2001:69) mengatakan bahwa: “Kinerja adalah hasil tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai kemajuan dan standar yang telah ditetapkan”. Sedangkan menurut Smith (dalam Rusman, 2009:318) mengatakan bahwa: “Kinerja adalah performance is output derives from processes, human or otherwise, yaitu kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan”. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja adalah tingkat kemampuan seseorang dalam menjalankan tugasnya yang dapat diukur dari tingkat pencapaian hasilnya. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Hasil dari pelaksanaan tugas guru dapat diistilahkan dengan kinerja guru. Menurut Suharsaputra, (2009, 19 Agustus 2010) pada hakikatnya “Kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu”. Menurut Rusman (2009:354) kinerja atau unjuk kinerja dalam konteks profesi guru mengatakan bahwa: “Kegiatan yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran/KBM dan melakukan penilaian hasil belajar”. Dari pengertian kinerja yang dijelaskan tersebut maka pengertian kinerja guru adalah tingkat kemampuan guru dalam pelaksanaan suatu tugas kegiatan yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran/KBM dan melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan kriteria tertentu. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kinerja guru ini dapat diukur dengan sepuluh komponen yaitu: (1). Kualifikasi akademik, (2). Pendidikan dan pelatihan,(3) Pengalaman mengajar,(4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,(5) Penilaian dari atasan dan pengawas, (6) Prestasi akademik, (7) Karya pengembangan profesi, (8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9)
Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, (10) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan Standar kinerja guru berhubungan dengan kualitas dalam menjalankan tugasnya. Menurut Sulistyorini (2001:55) menilai kualitas kinerja dapat ditinjau dari beberapa indikator yang meliputi: “(1) unjuk kerja, (2) penguasaan materi, (3) penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, (4) penguasaan cara-cara penyesuaian diri, dan (5) kepribadian untuk melaksanakan kualitas dengan baik”. Dengan demikian, seorang guru dikatakan berkompeten jika guru tersebut memiliki kecakapan profesional keguruan yang ditandai dengan keahliannya yang selaras dengan tuntutan bidang ilmu yang menjadi tanggung jawabnya. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan keguruan dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu dilakukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja dengan pendekatan yang berpusat pada pelaksanaan tugas, dilakukan dengan cara menilai perilaku pegawai sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan kata lain penilaian hasil, tetapi tidak difokuskan langsung pada kuantitas dan kualitas hasil yang dicapainya, yang dilakukan adalah bagaimana tugas-tugas dilakukan dan
membandingkan
perilaku
seseorang
dengan
teman
sekerja,
cara
mengkomunikasikan tugas dan pekerjaan dengan orang lain. Penilaian kinerja dijadikan sebagai feedback bagi perbaikan kinerja selanjutnya.
2.3 Guru Yang Profesional Merujuk UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, 2. Memiliki komitmen, kualifikasi akademik, kompetensi, tanggung jawab, 3. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja,
4. Memiliki jaminan perlindungan hukum, 5. Memiliki organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru Dengan demikian jelaslah bahwa guru bukanlah perkerjaan ”sambilan”, tetapi seorang intelektual yang harus menyesuaikan diri dengan situasi dan persoalan yang dihadapi. Apabila pendidikan di Indonesia ini ingin maju dan berhasil, maka memang para guru, yang menjadi ujung tombaknya harus sungguh profesional, baik dalam bidang keahliannya
(kompetensi), dalam bidang pendampingan, dan dalam
kehidupannya yang dapat dicontoh oleh sisiwa (Paul Suparno,2005). Guru yang professional adalah guru yang menguasai empat kompetensi seperti diamanatkan dalam UU No.14 tahun 2005. Sedangkan Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat disebutkan bahwa kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Guru perlu melakukan beberapa usaha yang dilakukan untuk membangun kompetensi : Pertama, guru harus memiliki rasa tidak puas dengan keadaan atau dengan apa yang telah diperoleh, terutama sekali dalam bidang usaha mengajar. Kedua, guru harus dapat memahami anak sebagai pribadi yang unik, yang satu sama lain memiliki kekuatan dan kecerdasannya masing-masing. Ketiga, sebagai guru dituntut untuk menjadi pribadi yang fleksibel dan terbuka. Fleksibel menghadapi situasi yang selalu maju dalam dunia pendidikan. Keempat, guru harus merasa terpanggil untuk menekuni profesinya sebagai guru, dan bukan pekerjaan ”sambilan”. Rasa terpanggil dengan profesi guru, (David Hansen dalam Paul Suparno,2005), mengungkapkan bahwa menjadi guru adalah panggilan hidup. Menurutnya, ada dua segi dalam panggilan, yaitu : Pekerjaan itu membantu mengembangkan orang lain (ada unsur sosial), dan pekerjaan itu juga mengembangkan dan memenuhi diri kita sebagai pribadi. Jelas pekerjaan guru terlibat dengan suatu pekerjaan yang mempunyai arti dan nilai sosial, yaitu berguna bagi perkembangan orang lain. Dalam pekerjaan guru,
sangat
jelas bahwa mereka melakukan sesuatu pekerjaan yang berguna bagi perkembangan hidup anak-anak, di lingkungan sekolah dan bahkan menyarakat dimana mereka tinggal. Dengan menjalankan tugas sebagai guru yang baik, dengan membantu anakanak berkembang dalam semua aspek kehidupan, seorang guru semakin merasa hidup berarti, semakin menemukan identitas dirinya, semakin merasakan kepuasan batin yang mendalam (Paul Suparno,2005). Apakah cukup idealisme bagi seorang guru yang profesional. Guru haruslah berusaha untuk meningkatkan kualitas dan memenuhi kompetensinya. Guru harus selalu berusaha untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: memahami tuntutan standar profesi, jika
ingin meningkatkan profesionalismenya,
mencapai kualifikasi dan
kompetensi yang dipersyaratkan, membina jaringan kerja atau networking, yang akan memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada pengguna pendidikan. Guru, memberikan pelayanan
prima kepada pengguna
pendidikan: siswa, orangtua dan sekolah sebagai stakeholder. Tugas guru, termasuk pelayanan publik yang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Maka, guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik, guru harus berusaha mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi agar
tidak ketinggalan atau “gaptek” (gagap
teknologi) dalam kemampuannya mengelola pembelajaran (Purwanto,2003). Maka, sikap yang harus senantiasa dipupuk dan dimiliki guru
adalah menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, kesediaan untuk mengenal profesinya, mau belajar dengan meluangkan waktu untuk menjadi guru dan bukan pekerjaan sambilan. Guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan
nasional
dan
mewujudkan
tujuan
pendidikan
nasional,
yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab (UU No.14Th.2005:psl.6). Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: Memiliki bakat, minat, penggalian jiwa, dan idealisme. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimaman, ketaqwaan, dan akhlak mulia. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesional, dan memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan fungsi keprofesionalan guru (UU No.14 Th.2005:psl.7). Esensi perlindungan hukum jabatan profesi guru dan dosen dimaksud untuk : (1) memberikan jaminan kepastian bagi peserta didik, orang tua dan masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu, (2) memberikan jaminan pada tersedianya calon guru dan dosen yang profesional karena jabatan guru dan dosen akan kembali dihormati dan dihargai secara layak, (3) memberikan jaminan bahwa jabatan/pekerjaan guru dan dosen akan menjadi jabatan yang menarik dan kompetitif, (4) memberikan jaminan bahwa para guru dan dosen akan memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggungjawab, (5) meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab profesionalitas guru dan dosen dalam bekerja dengan terus-menerus berusaha meningkatkan kompetensi profesionalitasnya, (6) memberikan jaminan perlindungan hukum bagi guru dan dosen untuk memperoleh hak-haknya sebagai pengemban profesi yang tidak saja layak secara manusiawi, tetapi juga sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang dimilikinya, (7) memberikan jaminan perlindungan hukum bagi guru dan dosen dalam menghadapi ancaman dan/atau tindakan yang tidak manusia dari peserta didik, orang tua/wali siswa, dan anggota masyarakat, dan (8) menjamin kesetaraan semua satuan pendidikan antara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah (UU Guru dan Dosen No.14Tahun 2005).
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dari bulan Mei s/d Agustus 2011. Lokasi dari penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri (SD), Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP)
dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA) dan Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri (SMK) di Kota Medan.
3.2 Sumber Dana Dana dalam penelitian ini berasal dari APBD Kota Medan dengan Nomor DPA 1.20.06.08.01.5.2
3.3 Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SD, SMP, SMA dan SMK Negeri yang telah lulus sertifikasi dan telah dibayarkan tunjangan profesinya dalam rentang waktu tahun 2007 sebanyak 962 orang.
2. Sampel Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 283 orang Penarikan sampel dilakukan dengan teknik proporsional random sampling.Ukuran sampel dari populasi ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin
1 Dimana : n
= ukuran sampel
N = ukuran Populasi ne2 = persen kelonggaran ketidakteliitian 5% dengan demikian
(Umar 2004)
962 1 962 0,05
283 Pengambilan sampel untuk setiap kelasnya dihitung dengan menggunakan rumus:
Dimana: JSB = Jumlah sampel bagian JPB = Jumlah Populasi bagian JST = Jumlah sampel total JPT = Jumlah populasi total
3.4 Variabel Penelitian. Variabel penelitian ini adalah kinerja guru SD,SMP,SMA/SMK di Kota Medan. Indikator dari variabel ini adalah:
(1). Kualifikasi akademik, (2). Pendidikan dan
pelatihan, (3) Pengalaman mengajar, (4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) Penilaian dari atasan dan pengawas, (6) Prestasi akademik, (7) Karya pengembangan profesi, (8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) Pengalaman organisasi dibidang kependidikan dan sosial, (10) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
3.5 Teknik Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan instrumen angket dan wawancara yang mendalam kepada guru dan kepala sekolah.
3.6 Teknik Analisis Data Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan statistik deskriptif dengan menggunakan uji t. pengolahan data menggunakan program SPSS versi 17.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian Deskriptif Statistik untuk masing-masing variabel secara keseluruhan akan disajikan berikut ini. Adapun hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat di lampiran. Dalam analisis data, sepuluh indikator variabel dikelompokkan menjadi 3 yaitu: A. Unsur kualifikasi akademik dan tugas pokok : (1). Kualifikasi akademik, (2). Pengalaman Mengajar (3). Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran B. Unsur Pengembangan Profesi : (1) Pendidikan dan pelatihan (2) Penilaian dari atasan dan pengawas, (3) Prestasi akademik, (4) Karya pengembangan profesi, C. Unsur Pendukung Profesi : (1) Keikutsertaan dalam forum ilmiah, (2) Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, (3) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Hasil analisis data untuk masing-masing kelompok baik kelompok berdasarkan indikator variabel penelitian maupun kelompok berdasarkan strata sampel, yaitu guru SD, Guru SMP dan Guru SLTA (SMA dan SMK) akan dipaparkan sebagai berikut :
A. Unsur Kualifikasi Akademik dan Tugas Pokok Hasil analisis statistik unsur kualifikasi akademik dan tugas pokok melalui uji korelasi dengan sampel guru yang dibagi menurut strata pendidikan ( SD, SMP dan SMA/SMK ) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini .
Tabel 2. Hasil Analisis Data Unsur A Sampel
rxy
r2
t
Sig.
Guru SD
0,386
0,149
4,011
0,000
Guru SMP
0,275
0,076
2,103
0,040
Guru SMA/SMK
0,576
0,332
7,335
0,000
berdasarkan tabel tersebut di atas, diketahui bahwa untuk sampel guru SD nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,386 dan nilai determinasi r2 sebesar 14,9%.. Sedangkan nilai t hitung sebesar 4,011 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan sampel guru Sekolah Dasar (SD) dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 47. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa untuk sampel guru SMP nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,275 dan nilai determinasi r2 sebesar 7,6%.. Sedangkan nilai t hitung sebesar 2,103 dengan signifikansi sebesar 0,040. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan sampel guru Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dapat dilihat pada Lampiran
5
halaman 51. Sedangkan untuk sampel guru SMA/SMK, sesuai Tabel 2 tersebut diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,576 dan nilai determinasi r2 sebesar 33,2%. Sedangkan nilai t hitung sebesar 7,355 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan sampel guru SMA/SMK dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 55.
B. Unsur Pengembangan Profesi Unsur pengembangan profesi meliputi Pendidikan dan pelatihan, Penilaian dari atasan dan pengawas, Prestasi akademik dan Karya pengembangan profesi. Hasil Analisis data untuk masing-masing kelompok guru SD, Guru SMP dan Guru SLTA (SMA dan SMK) akan dipaparkan melalui tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Analisis Data Unsur B Sampel
rxy
r2
t
Sig.
Guru SD
0,143
0,020
1,382
0,170
Guru SMP
0,070
0,005
0,518
0,606
Guru SMA/SMK
0,247
0,061
2,664
0,009
Dari tabel 3 diatas untuk sampel guru Sekolah Dasar (SD) diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,143 dan nilai determinasi r2 sebesar 2%. Sedangkan nilai t hitung sebesar 1,382 dengan signifikansi sebesar 0,170. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan sampel guru SD dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 48 Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa untuk sampel guru SMP nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,070 dan nilai determinasi r2 sebesar 0,5%.. Sedangkan nilai t hitung sebesar 0,518 dengan signifikansi sebesar 0,606. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan sampel guru Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dapat dilihat pada Lampiran
6
halaman 52. Sedangkan untuk sampel guru SMA/SMK, tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,247 dan nilai determinasi r2 sebesar 6,2%.. Sedangkan nilai t hitung sebesar 2,664 dengan signifikansi sebesar 0,009. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan sampel guru SMA/SMK dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 56.
C. Unsur Pendukung Profesi Unsur pendukung
profesi meliputi : Keikutsertaan dalam forum ilmiah,
pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial dan Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Hasil Analisis data untuk masing-masing kelompok guru SD, Guru SMP dan Guru SLTA (SMA dan SMK) pada unsur ini akan dipaparkan melalui tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Hasil Analisis Data Unsur C Sampel
r2
rxy
t
Sig.
Guru SD
0,410
0,169
4,318
0,000
Guru SMP
0,377
0,142
2,991
0,004
Guru SMA/SMK
0,319
0,102
3,512
0,001
Berdasarkan tabel tersebut di atas untuk sampel guru Sekolah Dasar (SD), diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,410 dan nilai determinasi r2 sebesar 16,9%. Sedangkan nilai t hitung sebesar 4,318 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan sampel guru SD dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 49. Sedangkan untuk sampel guru SMP diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,377 dan nilai determinasi r2 sebesar 14,2%. Sedangkan nilai t hitung sebesar 2,991 dengan signifikansi sebesar 0,004. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan sampel guru Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dapat dilihat pada Lampiran
7
halaman 53. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa untuk sampel guru Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA/SMK) diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,319 dan nilai determinasi r2 sebesar 10,2%. Sedangkan nilai t hitung sebesar 3,152 dengan signifikansi sebesar 0,001. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan sampel guru SMA/SMK dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 57.
Selain itu dilakukan juga analisis secara keseluruhan berdasarkan sepuluh indikator variabel kinerja guru. Hasil analisis kinerja guru tersebut disajikan melalui table 5 di bawah ini :
Tabel 5. Hasil Analisis Korelasi Kinerja Guru Sebelum dan Sesudah Sertifikasi Sampel
rxy
r2
t
Sig.
Guru SD
0,052
0,003
0,449
0,619
Guru SMP
0,236
0,056
1,784
0,080
Guru SMA/SMK
0,231
0,053
4,477
0,015
Berdasarkan tabel tersebut di atas analisis secara keseluruhan untuk kelompok guru SD diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,052 dan nilai determinasi r2 sebesar 3 %. Sedangkan nilai t hitung sebesar 0,499 dengan signifikansi sebesar 0,619. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan sampel guru SD dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 50. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa untuk sampel guru SMP diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,236 dan nilai determinasi r2 sebesar 5,6 %. Sedangkan nilai t hitung sebesar 1,784 dengan signifikansi sebesar 0,080. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan sampel guru Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dapat dilihat pada Lampiran
8
halaman 54. Sedangkan untuk sampel guru Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA/SMK) diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,231 dan nilai determinasi r2 sebesar 5,3 %. Sedangkan nilai t hitung sebesar 2,477 dengan signifikansi sebesar 0,015. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi dengan sampel guru SMA/SMK dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 58. Selain menganalisis secara parsial atau berdasarkan unsur kualifikasi guru menurut strata sekolah, penelitian ini juga menganalisis secara simultan tiap-tiap unsur untuk seluruh sampel. Hasil analisis data tersebut selanjutnya dipaparkan melalui tabel di bawah ini: Tabel 6. Hasil Analisis Data Sampel Total Unsur
rxy
r2
t
Sig.
A
0,414
0,171
7,314
0,000
B
0,199
0,040
3,267
0,001
C
0,384
0,147
6,692
0,000
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk semua unsur yang diteliti yaitu unsur A nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,414 dan nilai determinasi r2 sebesar 17,1 %. Sedangkan nilai t hitung sebesar 7,314 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi unsur A dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 59. Sementara itu, hasil analisis untuk unsur B nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,199 dan nilai determinasi r2 sebesar 4 %. Sedangkan nilai t hitung sebesar 3,267 dengan signifikansi sebesar 0,001. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi unsur B dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 60. Selanjutnya hasil analisis untuk unsur C nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,384 dan nilai determinasi r2 sebesar 14,7 %. Sedangkan nilai t hitung sebesar 6,692 dengan signifikansi sebesar 0,000 Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi unsur C dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 61. Sementara itu hasil analisis data kesepuluh indikator kinerja guru untuk seluruh sampel (guru SD, SMP dan SMA/SMK) disajikan pada tabel 7 di bawah ini. Tabel 7. Hasil Analisis Korelasi untuk Kesepuluh Indikator Kinerja Guru Sampel Guru SD, SMP dan SMA/SMK
rxy 0,612
r2 0,026
t 2,684
Sig. 0,009
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa secara keseluruhan baik dari segi kualifikasi, pengembangan profesi dan pendukung profesi, analisis data menunjukkan nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,162 dan nilai determinasi r2 sebesar 2,6 %. Sedangkan nilai t hitung sebesar 2,648 dengan signifikansi sebesar 0,009. Hasil analisis statistik dengan bantuan program SPSS melalui uji korelasi kesepuluh indikator kinerja guru dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 62.
4.2 Pembahasan Hasil analisis untuk sampel guru SD untuk unsur kualifikasi dan tugas pokok dengan item penilaiannya yakni a) kualifikasi akademik, b) pengalaman mengajar dan c) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar 4,011 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelihatan ada dampak program sertifikasi guru terhadap peningkatan kinerja. Demikian halnya dengan sampel guru SMP dan guru SMA/SMK yang ditunjukkan oleh nilai t hitung masing-masing sebesar 7,355 dengan signifikansi sebesar 0,000 untuk guru SMA/SMK dan nilai t hitung sebesar 2,103 dengan signifikansi sebesar 0,040 untuk guru SMP. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan yang signifikan pada guru SMP maupun SMA/SMK sebelum dan sesudah sertifikasi. Hasil analisis untuk Unsur Pengembangan Profesi yang meliputi : Pendidikan dan pelatihan, Penilaian dari atasan dan pengawas, Prestasi akademik, dan Karya pengembangan profesi ditunjukkan nilai t hitung sebesar 2,664 dengan signifikansi sebesar 0,009 untuk guru SMA/SMK, 0,518 dengan signifikansi sebesar 0,606 untuk guru SMP dan 1,382 dengan signifikansi sebesar 0,170 untuk guru SD. Hasil ini mengindikasikan
bahwa
pengembangan
profesi
guru
sebagian
pendukung
profesionalisme guru hanya dilakukan pada kelompok guru SMA/SMK. Pada konteks ini, diduga bahwa tingkat pendidikan guru SMA/SMK yang sebagian besar berpendidikan strata satu (Sarjana) merupakan faktor penentu kemampuan guru dalam pengembangan profesi. Hasil ini jelas sangat berbeda dengan tingkat pendidikan guru SD yang sebagian besar SPG dan D II serta guru SMP yang rata-rata sarjana muda dan D III. Hasil analisis untuk unsur Pendukung Profesi yang meliputi : (1) Keikutsertaan dalam forum ilmiah, (2) Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (3) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan, menghasilkan nilai yang sangat signifikan, dengan nilai t hitung sebesar 4.318 dengan signifikansi sebesar 0,000 untuk Guru SD, nilai t hitung sebesar 2,991dengan signifikansi sebesar 0,004 untuk Guru SMP dan nilai t hitung sebesar 3,512 dengan signifikansi sebesar 0,001 untuk Guru SMA/SMK. Hasil ini mengindikasikan bahwa nilai rata-rata guru sebelum dan
sesudah dilakukannya program sertifikasi yang cenderung meningkat. Meningkatnya aktivitas guru dalam unsur ini juga ditunjukkan dengan makin tingginya mobilitas guru untuk mengikuti seminar pendidikan, pemberdayaan MGMP, asosiasi profesi dan aktivitas kompetisi guru berprestasi. Hasil Analisis secara keseluruhan untuk kelompok SD diperoleh t hitung sebesar 0,499 dengan signifikansi 0,619, untuk kelompok SMP diperoleh hasil t hitung sebesar 1,784 dengan signifikansi sebesar 0,080 dan untuk kelompok SMA/SMK diperoleh t hitung 2,477 dengan tingkat signifikansi 0,015. Dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa tampak perbandingan kinerja guru SD sebelum dan setelah lulus sertifikasi dimana rata-rata kinerja guru pasca sertifikasi justru mengalami penurunan dibandingkan sebelum sertifikasi. Kondisi ini menuntut agar dilakukan evaluasi terhadap program sertifikasi guru untuk melihat apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Disamping itu perlu ada pola pembinaan yang terpadu dan berkelanjutan kepada guru-guru yang telah lulus sertifikasi. Lebih jauhnya, diperlukan badan atau lembaga independen yang mampu mengawasi program sertifikasi guru ini mulai dari proses pelaksanaan sertifikasi sampai kepada pembinaan guru pasca-sertifikasi Secara keseluruhan diperoleh bahwa baik dari segi kualifikasi, pengembangan profesi dan pendukung profesi hasilnya adalah signifikan dengan tingkat t hitung 2,648 dan signifikansi sebesar 0,009 artinya bahwa terdapat peningkatan kinerja guru sebelum dan sesudah lulus sertifikasi. Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru memahami arti penting sertifikasi bagi guru sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan selain tentunya meningkatkan derajat kesejahteraan guru, terdapat peningkatan terhadap kegiatan-kegiatan yang menunjang kinerja guru, program sertifikasi profesi guru memberikan dampak efektif dalam meningkatkan kompetensi atau kinerja guru. Selain hasil analisis tersebut di atas, data yang dikumpulkan melalui kuesioner terbuka maupun hasil wawancara mendalam mengindikasikan bahwa program sertifikasi guru memiliki dampak samping adanya kecemburuan sosial dari guru yang belum sertifikasi, banyaknya beban administratif yang harus dikerjakan oleh guru dan kepala sekolah, iklim dan budaya sekolah mendukung sepenuhnya upaya peningkatan
kinerja pasca sertifikasi.
Beberapa hambatan yang dihadapi guru dalam memenuhi
program sertifikasi ini antara lain : 1. Fasilitas Fasilitas dalam konteks ini adalah sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Beberapa Peraturan yang
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan untuk melengkapi sarana dan prasarana adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang berkaitan dengan Standar Sarana dan Prasarana. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah
Tsanawiyah
(SMP/MTs),
dan
Sekolah
Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), juga Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
2. Program Pendampingan untuk Pengembangan profesi Setiap guru wajib melakukan berbagai kegiatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya. Lingkup kegiatan pengembangan profesi guru meliputi : (1) mengikuti pendidikan, (2) menangani proses pembelajaran, (3) melakukan kegiatan keprofesian dan (4) melakukan kegiatan penunjang. Berkaitan dengan program Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah, maka penulisan karya ilmiah adalah salah satu dari kegiatan pengembangan profesi guru. Kegiatan pengembangan profesi adalah
kegiatan guru dalam rangka penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan keterampilan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan pada umumnya maupun lingkup sekolah pada khususnya. Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu guru agar guru lebih profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memperbanyak guru yang profesional, bukan untuk mempercepat atau memperlambat kenaikan pangkat/golongan. Selanjutnya sebagai penghargaan kepada guru yang mampu meningkatkan mutu profesionalnya, diberikan penghargaan, di antaranya dengan kenaikan pangkat/golongannya. Dalam kaitannya dengan program bimbingan penulisan karya ilmiah, maka penulisan karya tulis ilmiah sendiri yang merupakan salah satu kegiatan pengembangan profesi guru, bukanlah sebagai tujuan akhir tetapi sebenarnya merupakan wahana untuk melaporkan kegiatan yang telah dilakukan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pembelajaran di sekolah. Untuk setiap kegiatan dalam kegiatan pengembangan profesi yang dilakukan dengan baik dan benar diberikan angka kredit. Angka kredit adalah angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh seorang guru dalam mengerjakan butir rincian kegiatan yang dipergunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat dalam jabatan guru. Penetapan Angka Kredit adalah penetapan hasil penilaian prestasi kerja guru yang telah memenuhi syarat untuk kenaikan jabatan/pangkat yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. Sementara ini untuk kenaikan pangkat dari golongan IV/a ke golongan IV/b ke atas seorang guru dipersyaratkan untuk mengumpulkan angka kredit dari bidang kegiatan pengembangan profesi guru minimal sebesar 12 point. Bidang pengembangan profesi tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut: 1.
Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan;
2.
Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan;
3.
Menciptakan karya seni;
4.
Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan;
5.
Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
3. Kurangnya Forum diskusi untuk pengembangan profesi Standar nasional pendidikan mengisyaratkan, bahwa proses pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena setiap satuan pendidikan hendaknya melakukan perencanaan, proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran,
penilaian
hasil
pembelajaran
dan
pengawasan
proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Tuntutan
proses
pembelajaran
tersebut
menuntut
guru
untuk
selalu
mengembangkan diri agar dapat memenuhi terlaksananya proses pembelajaran secara maksimal. Dilain pihak kegiatan pembelajaran di lapangan masih menemui masalah dan hambatan. Atas dasar pemikiran tersebut, maka bagi guru dibutuhkan wadah yang dapat menginventarisasikan masalah dan hambatan tersebut. Forum MGMP merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah dan hambatan guru dalam proses pembelajaran, dimana dalam MGMP berusaha untuk saling berbagi pengalaman, pengetahuan dan terus berefleksi/berdiskusi. Kontribusi nyata kegiatan MGMP yang telah dirasakan pada guru adalah sebagai berikut : 1. Membuat Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran adalah salah satu modal pokok yang harus dibuat dan dikembangkan oleh guru. Perangkat pembelajaran yang baik akan mendorong proses pembelajaran yang baik pula. Tugas profesi guru yang meliputi perencanaan, pelakasanaan/proses, dan evaluasi yang kemudian diwujudkan dalam perangkat pembelajaran akan lebih baik dan berkembang apabila dibahas dan didiskusikan dalam forum MGMP. Perangkat pembelajaran itu meliputi : 1. Program Tahunan dan Program Semester 2. Analisis Materi Pelajaran 3. Rencana Pengajaran 4. Evaluasi
2. Membuat Alat Peraga yang sesuai dengan Materi Alat peraga yang dirumuskan disesuaikan dengan kondisi yang ada, sehingga guru menjadi tidak terpaku pada satu alat peraga saja, tetapi , makin banyak alat peraga yang dapat diintroduksikan untuk pembelajaran 3. Memanfaatkan Isu-isu Baru di Media Masa Dengan berkembangnya alat komunikasi mendorong percepatan dalam memperoleh informasi yang aktual dan up to date. Isu-isu baru yang muncul itu dapat didiskusikan dalam MGMP yang selanjutnya dijadikan sarana untuk memotivasi siswa. 4. Mendorong Siswa Berkreasi Salah satu hasil yang dapat dilaksanakan di sekolah dari kegiatan MGMP adalah dari hasil tukar pendapat dengan peserta dapat memunculkan wawasan dan pandangan yang lebih segar, sehingga dapat diterapkan di sekolah. Dengan mendorong siswa untuk lebih inisiatif dan kreatif, misalnya mendorong siswa untuk menulis, melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah, dan sebagainya. 5. Penerbitan Kerjasama antara MGMP dengan lembaga penerbitan dengan memproduksi LKS yang dapat dipakai dalam satu kabupaten. 6. Mendorong Percaya Diri Berbagai
hal
yang
dapat
dilakukan
setelah
mengikuti
MGMP
adalah
berkembangnya rasa percaya diri dengan terus berkarya, berdiskusi dan berproses.
MGMP sebagai salah satu alternatif peningkatan profesionalisme guru memberikan kontribusi yang signifikan dalam proses pengajaran. Dari contoh-contoh kontribusi nyata MGMP dalam pembelajaran perlu kiranya dikelola dengan mengerahkan seluruh komponen pendidikan. Agar MGMP mampu menjadi alternatif dalam meningkatkan profesionalisme guru menurut hemat penulis terdapat sistem MGMP yang efektif dan efesien. Dengan memperhatikan langkah-langkah pemecahan permasalahan melalui diskusi dalam wadah MGMP, dengan tahapan sebagai berikut : 1. Menemukan latar belakang masalah 2. Mengidentifikasi masalah 3. Pembahasan masalah
4. Perumusan masalah 5. Mencari alternatif pemecahan masalah 6. Memilih alternatif pemecahan yang paling baik 7. Menentukan langkah-langkah kegiatan Sedangkan pada tahapan pelaksanaan ada beberapa komponen yang mestinya dirumuskan oleh peserta MGMP, yaitu : 1. Pendalaman materi pelajaran 2. Analisis materi pelajaran 3. Menyususn program pengajaran, baik Progran Tahunan maupun Program Semester 4. Menyusun persiapan mengajar 5. Menyiapkan media pendidikan 6. Melasanakan program 7. Mengevaluasi pelakasanaan program 8. Menyusun evaluasi materi pelajaran 9. Menganalisis hasil evaluasi 10. Menyusun progam MGMP selanjutnya. Oleh karena mengingat pentingnya MGMP dalam meningkatkan mutu dan kemampuan guru, maka perlu beberapa pengembangan yang kiranya dapat dilaksanakan, yaitu : 1. Pengembangan Program yang Variatif Program-program MGMP perlu dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah kegiatan yang menarik, menantang dan merangsang guru untuk mengembangkan karirnya. Hendaknya dipilih program pelatihan yang mampu mendorong berkembangnya kreatifitas guru dalam kinerjanya. 2. Desentralisasi Wewenang melaksanakan MGMP hendaknya diserahkan pada kreatifitas guru dilapangan. Oleh karena itu wewenang pusat terhadap pelaksanaan MGMP hendaknya dikurangi, mengingat apa yang selama ini diproyeksikan oleh pusat telah menyebabkan terpasungnya pelaksanaan-pelaksanaan tugas dilapangan, sebab guru hanya melakukan apa yang sudah ditentukan.
3. Kembangkan Antusiasme Guru Antusiasme guru perlu dikembangkan. Seorang guru perlu memiliki motivasi pribadi yang mendorong melakukan sesuatu. Terdapat beberapa motivasi yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain : a. Menunjukkan kemauan yang keras dalam menyajikan bahan keilmuan b. Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat c. Memberikan kesadaran kepada siswa bahwa
sekolah bukan merupakan
penekanan, tetapi agar mereka memiliki intensitas untuk belajar dan menyelesaikan tugas-tugas. d. Demokratisasi Pendidikan Tantangan masa depan muncul seiring dengan dinamika kehidupan bangsa sebaga dampak globalisasi menuntut adanya format pendidikan yang dibangun dalam sistem yang demokratis. Demokratisasi pendidkan akan mendorong menculnya partisipasi sukarela, keswasembadaan, kemadirian. Oleh karena itu program-program yang disusun dalam MGMP sudah selayaknya melibatkan guru atau peserta MGMP. 1. MGMP Mandiri Salah satu kendala yang cukup penting adalah bahwa selama ini MGMP tak dapat berjalan mandiri, ini terjadi karena berbagai kebutuhan bergantung pada pemerintah. Para pelaksana dilapangan tidak leluasa dalam mengembangkan kreatifitas. Sudah saatnya dipikirkan MGMP mandiri, yang mampu membiayai berbagai kegiatan. 2. Efektifitas MGMP Suara minor tentang kurang efektifnya MGMP perlu dikaji lebih jauh. Salah satu kendala yang banyak dialami oleh guru adalah banyaknya beban mengajar dan kondisi sekolah yang tidak mendukung. 3. Kerjasama dengan pihak Luar Selama ini berbagai kegiatan MGMP mampu menghasilkan produk-produk yang dapat dimanfaatkan untuk kerjasama dengan pihak luar, baik itu hasil penelitian, pengembangan kreatifitas, alat peraga, dan sejenisnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah : 5. Analisis secara keseluruhan untuk guru SD diperoleh hasil yang signifikan dengan nilai t hitung sebesar 7,314 pada signifikansi sebesar 0,000 . Yang berarti bahwa tunjangan sertifikasi untuk guru SD berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja guru-guru SD. 6. Untuk kelompok SMP diperoleh hasil yang signifikan dengan nilai t hitung sebesar 3,267 pada signifikansi sebesar 0,001. Yang berarti bahwa tunjangan sertifikasi untuk SMP berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja guru-guru SMP. 7. Untuk kelompok SMA/SMK diperoleh hasil signifikan dengan tingkat t hitung 6,692 dan tingkat signifikansi 0,000. Yang berarti bahwa tunjangan sertifikasi untuk guru SMA/SMK berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja guruguru SMA/SMK. 8. Secara keseluruhan diperoleh bahwa baik dari segi kualifikasi,pengembangan profesi dan pendukung profesi untuk SD, SMP dan SMA/SMK hasilnya adalah signifikan dengan tingkat t hitung 2,648 dan signifikansi sebesar 0,009. Yang berarti bahwa tunjangan sertifikasi berpengaruh secara signifikan untuk peningkatan kinerja guru-guru di Kota Medan.
5.2 Saran a) Bagi Guru 1) Meningkatkan kualifikasi akademis melalui pendidikan lanjutan 2) Lebih intensif dalam mengeksplorasi model-model pembelajaran yang sifatnya inovatif. 3) Pemanfaatan media dalam pembelajaran 4) Partisipasi dalam forum-forum di Unimed
b) Bagi Sekolah 1) Mengupayakan
fasilitas
sesuai
dengan
kebutuhan
minimal
proses
pembelajaran (standar minimal) 2) Pemberdayaan kelompok guru (KKG dan MGMP) c) Bagi Instansi Terkait 1) Menciptakan iklim yang dapat mendorong berkembangnya profesionalisme guru dengan memfasilitasi berbagai kegiatan pendidikan dan latihan 2) Mengupayakan pemenuhan standar minimal pendidikan 3) Melakukan program revitalisasi KKG dan MGMP
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Panji. 1998. Psikologi Kerja. Bandung: Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharmini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rhineka Cipta. Bismoko. J. Harian Kedaulatan Rakyat. Edisi 3 Desember 2005 Dirjen LPMP SUMUT. 2007. Pedoman Pelaksanaan Sertifikasi. Medan. Irianto, Agus. 2006. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Predana Media. Kunandar, 2007. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Listiyono, Agus. Kurikulum Berbasis Kompetensi. http://www.kompas. Akses 27 Juli 2011 Majid. Abdul, 2007. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung. Remaja Rosdakarya Mangkunegara,Anwar. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya Mantja. 2002. Metode Penelitian Survei. Jakarta. PT Pustaka LP3ES Muslich, Masnur. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2007. Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Persada Pusrwanto. Profesionalisme Guru. http://www.pustekkom. Akses 27 Juli 2011
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Rajawali Press. Jakarta Sanaki, Hujair AH, 2004. Tantangan Pendidikan Islam di Era Reformasi (Pergeseran Pendidikan Islam di Indonesia Pada Era Reformasi). Jurnal studi Islam MUKADIMAH. Kopertis Wilayah III No.16 TH X/2004, Yogyakarta. Sanusi, Liwes. 1999. Manajemen Pengembangan Mutu. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Gravindo Persada. Sehertian, Piet dan Ida Aleida. 1990. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program Inservice Education. Jakarta: Rhineka Cipta. Sudjana. 2006. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Suharsaputra. Uhar. Manajemen Pengetahuan Lembaga Pendidikan. http://uharsputra.wordpress.com/artikel/manajemen-pengetahuan/ Sulistyorini. 2001. Hubungan Antara ketrampilan Manajerian kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Jurnal Ilmu Pendidikan No. 28 (1) 6270 Suparno, Paul. Harian Kedaulatan Rakyat. 15 Nopember 2005 Trianto, dkk. 2007. Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi dan Kesejahteraan. Surabaya: Prestasi Pustaka. No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan. No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. PT Gramedia Pustaka, Jakarta Yamin, Martinis. 2009. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Press. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UndangUndang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Permendiknas No 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan
Kepmendiknas No 045/U/2002 tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi
http://www.id.wikipedia/wiki/guru (diakses 22 Maret 2010). http://sertifikasiguru.org/uploads/File/panduan/faq01.pdf (diakses 27 Juli 2011) http://www.sanaky.com/materi/KOMPETENSI-SERTIFIKASI%20GURU.pdf (diakses 27 Juli 2011) http://www.puslitjaknov.org/data/docs/2010/makalah_kelompok/kel7/61_186_Cut_Ain al_Mardhiah_Presentation_bapeda.pdf (diakses 27 Juli 2011) http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mbs_0606309_chapter5.pdf (diakses 27 Juli 2011)
Lampiran 1
SEKOLAH DASAR :
AA Model Summary R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
Model
1
,386(a)
,149
Std. Error of the Estimate df2
,140
114,72367
a Predictors: (Constant), X_A ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares 211698,765
1
Mean Square 211698,765
1210859,788
92
13161,519
1422558,553 a Predictors: (Constant), X_A b Dependent Variable: Y_A
93
Regression Residual
df
Total
F 16,085
Sig. ,000(a)
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) X_A
a Dependent Variable: Y_
Std. Error
-262,405
179,471
1,440
,359
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
B
Std. Error
,386
-1,462
,147
4,011
,000
Lampiran 2
SEKOLAH DASAR :
BB Model Summary
R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
Model
1
,143(a)
,020
Std. Error of the Estimate df2
,010
58,78974
a Predictors: (Constant), X_B ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
6603,716
1
6603,716
Residual
317973,486
92
3456,234
Total
324577,202
93
F
Sig.
1,911
,170(a)
a Predictors: (Constant), X_B b Dependent Variable: Y_B Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) X_B
a Dependent Variable: Y_B
Std. Error
46,580
13,248
,105
,076
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
B
Std. Error
,143
3,516
,001
1,382
,170
Lampiran 3
SEKOLAH DASAR :
CC Model Summary
Model
1
R
R Square
R Square Change ,410(a)
F Change ,169
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
df1
df2 33,81706
,159
a Predictors: (Constant), X_C ANOVA(b)
Model 1
1
Mean Square 21321,041
Residual
105210,618
92
1143,594
Total
126531,660
93
Regression
Sum of Squares 21321,041
df
F 18,644
Sig. ,000(a)
a Predictors: (Constant), X_C b Dependent Variable: Y_C Coefficients(a) Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) X_C
a Dependent Variable: Y_C
Std. Error
1,293
6,642
,500
,116
Beta
t
Sig.
B ,410
Std. Error ,195
,846
4,318
,000
Lampiran 4
SEKOLAH DASAR :
TOTALTOTAL Model Summary Model Summary Model
1
R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
,052(a)
,003
Std. Error of the Estimate df2
-,008
139,83288
a Predictors: (Constant), X_ABC ANOVA(b)
Model 1
1
Mean Square 4872,356
1798897,601
92
19553,235
1803769,957 a Predictors: (Constant), X_ABC b Dependent Variable: Y_ABC
93
Regression Residual
Sum of Squares 4872,356
df
Total
F
Sig. ,619(a)
,249
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
497,271
96,737
,068
,136
X_ABC a Dependent Variable: Y_ABC
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
B
Std. Error
,052
5,140
,000
,499
,619
Lampiran 5
SMP
AA Model Summary
R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
Model
1
,275(a)
,076
Std. Error of the Estimate df2
,059
112,37491
a Predictors: (Constant), X_A ANOVA(b)
Model 1
Regression
Sum of Squares 55868,040
df 1
Mean Square 55868,040 12628,121
Residual
681918,514
54
Total
737786,554
55
F 4,424
Sig. ,040(a)
a Predictors: (Constant), X_A b Dependent Variable: Y_A Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-110,981
282,160
1,191
,566
X_A a Dependent Variable: Y_A
Standardized Coefficients
t
Beta
B ,275
Sig. Std. Error
-,393
,696
2,103
,040
Lampiran 6
SMP
BB Model Summary R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
Model
1
,070(a)
,005
Std. Error of the Estimate df2
-,013
63,70565
a Predictors: (Constant), X_B ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
1089,772
1
1089,772
Residual
219154,156
54
4058,410
Total
220243,929
55
F
Sig. ,269
,606(a)
a Predictors: (Constant), X_B b Dependent Variable: Y_B Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) X_B
a Dependent Variable: Y_B
Std. Error
36,792
22,412
,082
,158
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
B
Std. Error
,070
1,642
,106
,518
,606
Lampiran 7
SMP
CC Model Summary
R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
Model
1
,377(a)
,142
Std. Error of the Estimate df2
,126
13,88237
a Predictors: (Constant), X_C ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares 1723,616
1
Mean Square 1723,616
10406,884
54
192,720
12130,500 a Predictors: (Constant), X_C b Dependent Variable: Y_C
55
Regression Residual
df
Total
F 8,944
Sig. ,004(a)
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
B
Std. Error
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) X_C
a Dependent Variable: Y_C
Std. Error
3,959
3,063
,256
,086
,377
1,293
,202
2,991
,004
Lampiran 8
SMP
TOTALTOTAL Model Summary
Model
1
R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
,236(a)
,056
Std. Error of the Estimate df2
,038
134,55009
a Predictors: (Constant), X_ABC ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
57602,614
1
57602,614
977601,226
54
18103,726
1035203,839
55
F
Sig.
3,182
,080(a)
a Predictors: (Constant), X_ABC b Dependent Variable: Y_ABC Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
259,930
158,286
,427
,239
X_ABC a Dependent Variable: Y_ABC
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
B
Std. Error
,236
1,642
,106
1,784
,080
Lampiran 9
SMA
AA Model Summary
R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
Model
1
,576(a)
,332
Std. Error of the Estimate df2
,326
65,15653
a Predictors: (Constant), X_A ANOVA(b)
Model 1
Regression
Sum of Squares 229651,005
df 1
Mean Square 229651,005 4245,374
Residual
462745,770
109
Total
692396,775
110
F 54,094
Sig. ,000(a)
a Predictors: (Constant), X_A b Dependent Variable: Y_A Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
-114,401
78,065
1,161
,158
X_A a Dependent Variable: Y_A
Beta ,576
t
Sig.
B
Std. Error
-1,465
,146
7,355
,000
Lampiran 10
SMA
BB Model Summary
R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
Model
1
,247(a)
,061
Std. Error of the Estimate df2
,052
93,82817
a Predictors: (Constant), X_B ANOVA(b)
Model 1
Regression
Sum of Squares 62459,086
1
Mean Square 62459,086
959606,013
109
8803,725
1022065,099
110
Residual Total
df
F 7,095
Sig. ,009(a)
a Predictors: (Constant), X_B b Dependent Variable: Y_B Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) X_B
a Dependent Variable: Y_B
Std. Error
20,105
18,923
,287
,108
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
B
Std. Error
,247
1,062
,290
2,664
,009
Lampiran 11
SMA
CC Model Summary
R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
Model
1
,319(a)
,102
Std. Error of the Estimate df2
,093
33,78471
a Predictors: (Constant), X_C ANOVA(b)
Model 1
Regression
Sum of Squares 14079,056
df 1
Mean Square 14079,056 1141,406
Residual
124413,286
109
Total
138492,342
110
F 12,335
Sig. ,001(a)
a Predictors: (Constant), X_C b Dependent Variable: Y_C Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) X_C
a Dependent Variable: Y_C
Std. Error
5,310
5,667
,378
,108
Standardized Coefficients
t
Beta
B ,319
Sig. Std. Error ,937
,351
3,512
,001
Lampiran 12
SMA
TOTALTOTAL Model Summary
Model
1
R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
,231(a)
,053
Std. Error of the Estimate df2
,045
131,29721
a Predictors: (Constant), X_ABC ANOVA(b)
Model 1
1
Mean Square 105786,511
1879046,426
109
17238,958
1984832,937 a Predictors: (Constant), X_ABC b Dependent Variable: Y_ABC
110
Regression Residual
Sum of Squares 105786,511
df
Total
F 6,136
Sig. ,015(a)
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
359,466
75,629
,267
,108
X_ABC a Dependent Variable: Y_ABC
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
B
Std. Error
,231
4,753
,000
2,477
,015
Lampiran 13
ANALISIS KESELURUHAN :
TATA Model Summary
Model
1
R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
,414(a)
,171
Std. Error of the Estimate df2
,168
95,99751
a Predictors: (Constant), X_TA ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
492968,921
1
492968,921
Residual
2386820,305
259
9215,522
Total
2879789,226
260
F
Sig.
53,493
,000(a)
a Predictors: (Constant), X_TA b Dependent Variable: Y_TA Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
-159,552
85,226
1,253
,171
X_TA a Dependent Variable: Y_TA
Beta ,414
t
Sig.
B
Std. Error
-1,872
,062
7,314
,000
Lampiran 14
ANALISIS KESELURUHAN :
TBTB Model Summary Model
1
R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
,199(a)
,040
Std. Error of the Estimate df2
,036
76,51098
a Predictors: (Constant), X_TB ANOVA(b) Model 1
Regression
Sum of Squares 62489,231
df 1
Mean Square 62489,231 5853,930
Residual
1516167,858
259
Total
1578657,088
260
F 10,675
Sig. ,001(a)
a Predictors: (Constant), X_TB b Dependent Variable: Y_TB
Model 1
(Constant)
Coefficients(a) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
t
Sig.
B
B
Std. Error
Std. Error
30,154
10,372
,201
,061
X_TB a Dependent Variable: Y_TB
Beta ,199
2,907
,004
3,267
,001
Lampiran 15
ANALISIS KESELURUHAN :
TCTC Model Summary
Model
1
R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
,384(a)
,147
Std. Error of the Estimate df2
,144
30,60873
a Predictors: (Constant), X_TC ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
41956,146
1
41956,146
Residual
242655,648
259
936,894
Total
284611,793
260
F
Sig.
44,782
,000(a)
a Predictors: (Constant), X_TC b Dependent Variable: Y_TC
Model 1
Coefficients(a) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
t
B
B
(Constant) X_TC
a Dependent Variable: Y_TC
Std. Error
2,703
3,315
,432
,065
Beta ,384
Sig. Std. Error ,815
,416
6,692
,000
Lampiran 16
ANALISIS KESELURUHAN :
TABCTABC Model Summary
Model
1
R
R Square
Adjusted R Square
R Square Change
F Change
df1
,162(a)
,026
Std. Error of the Estimate df2
,023
134,67324
a Predictors: (Constant), X_TABC Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) X_TABC
Std. Error
400,289
54,807
,208
,079
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
B
Std. Error
,162
7,304
,000
2,648
,009
a Dependent Variable: Y_TABC Coefficients(a) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1
B 400,289
Std. Error 54,807
,208 a Dependent Variable: Y_TABC
,079
(Constant) X_TABC
Beta ,162
t
Sig.
B 7,304
Std. Error ,000
2,648
,009
Lembaran kuesioner untuk Kepala Sekolah Petunjuk Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada skor (1,2,3,4,5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut : 1 2 3 4 5
= sangat tidak baik = tidak baik = kurang baik = baik = sangat baik
Nama guru yang dinilai : ………………………………………….. Nama sekolah
: ……………………………I……………..
No
Indikator/Aspek yang diamati
Skor
I
PRA PEMBELAJARAN
1
Mempersiapkan siswa untuk belajar
1
2
3
4
5
2
Melakukan kegiatan apersepsi
1
2
3
4
5
II
KEGIATAN INITI PEMBELAJARAN
A
Penguasaaan materi pembelajaran
3
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
1
2
3
4
5
4
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
1
2
3
4
5
5
Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa
1
2
3
4
5
6
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
1
2
3
4
5
B
Pendekatan /strategi pembelajaran
7
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan yang akan dicapai dan karakteristik siswa
1
2
3
4
5
8
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
1
2
3
4
5
9
Menguasai kelas
1
2
3
4
5
10
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
1
2
3
4
5
11
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
1
2
3
4
5
12
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
1
2
3
4
5
C
Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran
13
Menggunakan media secara efektif dan efisien
1
2
3
4
5
14
Menghasilkan pesan yang menarik
1
2
3
4
5
15
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
1
2
3
4
5
D
Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
16
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
1
2
3
4
5
17
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
1
2
3
4
5
No
Indikator/Aspek yang diamati
18
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
1
2
3
4
5
E
Penilaian proses dan hasil belajar
19
Memantau kemajuan belajar selama proses
1
2
3
4
5
20
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
1
2
3
4
5
Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik dan benar
1
2
3
4
5
F 21
22
Menyampaikan pesan dengan kompetensi (tujuan)
1
2
3
4
5
III
Penutup
23
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
1
2
3
4
5
24
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
1
2
3
4
5
Dengan ini menyatakan bahwa penilaian yang saya lakukan sesuai dengan kondisi peserta yang sebenarnya
………………….,………….. 2011 Penilai,
(………………………..) NIP.
Lembaran kuesioner untuk guru
Nama guru
: ……………………………………..
Asal Sekolah
: ……………………………………..
1. Kualifikasi pendidikan Bapak/Ibu/Sdra/I saat ini setelah lulus sertifikasi : a. S1
b. S2
c. S3
2. Pendidikan dan pelatihan yang anda ikuti setelah lulus sertifikasi :
No
JENIS PENDIDIKAN DAN LATIHAN
Lama (hari)
TINGKAT Inter nasio nal
Nas
Prov
Kab/ kota
Kec
3. Pengalaman Bapak/ibu mengajar sampai saat ini = ………… tahun 4. Apakah Bapak/ibu membuat perencanaan pembelajaran dengan komponen sbb : 1.Perumusan Tujuan Pembelajaran
(Ya/Tidak)
2.Memilih materi ajar yang relevan dengan kompetensi (Ya/Tidak) 3.Pengorganisasian materi ajar
(Ya/Tidak)
4.Media dan sumber belajar
(Ya/Tidak)
5. Kejelasan skenario pembelajaran
(Ya/Tidak)
6. Kerincian skenario pembelajaran
(Ya/Tidak)
7. Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran (Ya/Tidak) 8. Kelengkapan instrumen penilaian pembelajaran
(Ya/Tidak)
Ket
5. Prestasi akademik yang Bapak/ibu peroleh dalam hal lomba dan karya akademik setelah lulus sertifikasi :
No
Jenis Prestasi dan Lomba karya akademik
Jua ra
TINGKAT Interna sional
Nasio Prov nal
Kab/ Kota
Ket
Kec
6,.Pembimbingan teman sejawat dan siswa yang Bapak/ibu lakukan setelah lulus sertifikasi : No
Jenis Pembimbiungan teman sejawat/siswa
TINGKAT Internasiona l
Nas
Prov
Ket Kab/ Kota
1
Instruktur : a. b
2
Pamong PPL calon guiru
Diisi dengan jumlah orang
a. b. c. d. e 3
Guru inti/tutor/pemandu
Diisi dengan periode kegiatan
Kec
4
Membimbing siswa dalam berbagai lomba (mencapai juara I,II dan III)
TINGKAT
Interna sional
Nas
Prov
Kab
Kec
7.Karya Pengembangan Provesi yang Bapak/ibu hasilkan setelah lulus sertifikasi : Jenis
Judul
Buku
a b c d
Artikel
a b c
Reviewer buku,penyunting jurnal dll Modul dicetak local (Kab/Kota)
a. b. c.
Diktat
a. b. c.
Publikasi
Ket
Media/alat pembelajaran
a. b. c.
Laporan Penelitian bidang Pendidikan
a. b. c. d.
8. Keikutsertaan Bapak/ibu dalam forum ilmiah setelah lulus sertifikasi : No
Jenis Forum Ilmiah
Peran serta sebagai
TINGKAT Internas
Nas
Prov
Kab/Kota
Pengalaman menjadi pengurus organisasi di bidang kependidikan dan social a). Pengurus organisasi di bidang kependidikan dan social Tingkat Organisasi
Jenis Organisasi Kependidikan
Internasional Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan
b) Tugas Tambahan
Sosial
Kec
Tugas Tambahan
Tahun …….s/d………
Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah/pembantu kepala sekolah/ketua urusan/ketua jurusan/kepala lab/kepala bengkel/kepala klinik rehabilitasi/wakil kelas) Pembina kegiatan ekstra kurikuler (pramuka,drumband,madding,KIR,DSB)
9. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan Tingkat
Tahun
Internasional Nasional Provinsi Kabuapten/Kota Kecamatan Keluarahan/satuan pendidikan Melaksanakan tugas di daerah khusus
10. Hambatan-hambatan utama yang Bapak/ibu alami dalam meningkatkan kinerja sebagai guru : a. Manajemen sekolah yang kurang mendukung b. Kemampuan saya yang kurang memadai c. Kurangnya fasilitas yang tersedia di sekolah d. Minimnya kesejahteraan guru e. ………………………………………………… f. …………………………………………………