Lungguh Puri Pramswari, Persepsi Guru SD Terhadap Penelitian Tindakan Kelas
PERSEPSI GURU SD TERHADAP PENELITIAN TINDAKAN KELAS Lungguh Puri Pramswari
SDN Kayumanis 1 Kota Bogor Jalan Pool Binamarga No. 01 Kel. Kayumanis Kec. Tanah Sareal Kota Bogor Email:
[email protected] ABSTRACT This study was set out of curiosity to know what kind of the perception of elementary school teachers, in understanding and implementing classroom action research (CAR) to solve pedagogical-didactical problems that faced in the learning process. By survey method, this study is conducted to 63 the primary school teachers from first grade class up to sixth grade one, derived from the three districts/city in West Java Province. In general, can be described that all teachers stated how important CAR is, but most feel still constrained in implementing it. Keywords: Perception, Classroom Action Research (CAR).
ABSTRAK Studi ini berangkat dari rasa penasaran untuk mengetahui seperti apakah persepsi para guru sekolah dasar (SD) dalam memahami dan mengimplementasikan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk memecahkan permasalahan pedagogis-didaktis yang dihadapinya dalam proses pembelajaran. Kajian penelitian ini dilakukan dengan cara survey terhadap 63 orang guru SD yang mengajar kelas I sampai dengan kelas VI, berasal dari tiga kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Secara umum, diperoleh gambaran bahwa semua guru menyatakan betapa pentingnya PTK, namun sebagian besar merasa masih terkendala dalam mengimplementasikannya. Kata Kunci: Persepsi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PENDAHULUAN ~ Penelitian tindakan kelas
dipenuhi guru selama bertugas dalam
(PTK) bukanlah suatu istilah yang asing
profesinya.
terdengar bagi setiap praktisi pendidikan, khususnya guru sekolah dasar (SD). Kini,
Terlepas dari kewajiban guru yang diikat
tidak
sertifikat
dan dituntut oleh peraturan yang berlaku,
profesi pendidik, PTK juga menjadi sebuah
memang sudah sewajarnya guru memiliki
keniscayaan
kemampuan
hanya
untuk
menebus
syarat
untuk
kenaikan
yang
mempuni
dalam
pangkat para guru. Undang-Undang No.
bidang penelitian. Bagaimanapun juga,
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
upaya guru dalam mengelola kelasnya
memang
tidak akan pernah terlepas dari kegiatan
tidak
menyatakan
secara
tersurat bahwa guru memiliki kewajiban
penelitian.
untuk
bersifat
melakukan
penelitian,
berbeda
Entah
itu
umum
dan
atau
yang
penelitian
yang
menggeneralisasi
halnya dengan dosen yang “dikenai”
hasilnya,
kewajiban
tetapi
semacam PTK yang hanya melahirkan
berdasarkan Permen PAN No. 16 Tahun
local instruction theory, sebuah istilah yang
2009
dipopulerkan oleh Gravemeijer (2000).
meneliti. Pasal
pengembangan
Akan
11.c,
mengenai
keprofesian
bersifat
khusus
yang
berkelanjutan, dinyatakan secara tegas
Sebagai guru konstruktivis, tentu akan
bahwa
publikasi
peka
menjadi
salah
atas satu
hasil hal
penelitian
yang
wajib
terhadap
dengan [50]
proses
pembelajaran,
menganalisis perannya
sendiri
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
sebagai seorang guru di dalam sebuah
alur-alur
eksperimen
kemudian
pembelajaran
kelas
kecil
(paths)
yang
dapat
serupa.
Guru
menafsirkan
HLT
untuk mengetahui bagaimana membuat
didasarkan pada harapan tentang alur-
keputusan yang berkaitan dengan isi dan
alur yang serupa tersebut. Alur sebenarnya
tugas
ini
dari proses belajar-mengajar dalam kelas
secara konstan membahas tentang apa
menawarkan kesempatan kepada guru
yang
untuk
pembelajaran. mungkin
Hasil
siswa
analisis
pikirkan,
dan
menemukan
apa
yang
dapat
bagaimana dia dapat mempengaruhi
memperluas alur belajar para siswanya.
pemikiran mereka dalam suatu cara yang
Inilah
tidak langsung. Untuk menggambarkan
pemahaman-pemahaman
peran sebagai guru, dikenallah suatu
konsepsi siswa. Dengan memahami HLT ini,
istilah yang disebut hypothetical learning
sebagai guru, akan bisa lebih memahami
trajectory (HLT), Simon (1995) menyebut
dan menerapkan sebuah proses yang
istilah ini sebagai ‘hipotesis’ karena alur
disebut ‘siklus mengajar’ (teaching cycle),
belajar
seperti tampak pada Gambar 1.
atau
sebenarnya
learning tidaklah
trajectory dapat
yang
diketahui
dengan cepat. Akan tetapi, meskipun alur belajar individu mungkin sangat beragam, seringkali
pembelajaran
menghasilkan
Gambar 1: Siklus mengajar (diadopsi dari Simon (1995).
[51]
yang
membawa
kepada baru
dari
Lungguh Puri Pramswari, Persepsi Guru SD Terhadap Penelitian Tindakan Kelas
Gambaran dari ‘guru konstruktivis’ dapat
Dengan
dilihat sebagai suatu paradigma untuk
dicoba untuk diimplementasikan di kelas
cara
tempatnya
bekerjanya
suatu
penelitian
pemikiran
tersebut,
kemudian
mengajar
(instruction
pengembangan. Seperti halnya seorang
experiments). Setelah selesai dengan hasil
guru,
penelitian
peneliti
pengembangan
dapat
di
kelasnya,
saat
guru
memperoleh ide dari sumber apapun
menemukan masalah lain yang berbeda,
untuk
tahapan
maka dengan upaya yang serupa dia
tersebut
akan terus melakukan kajian penelitian,
mungkin berupa kurikulum, berbagai teks
sehingga terbangunlah proses siklis dari
yang
eksperimen-eksperimen
menjelaskan
pengajaran.
Sumber-sumber
berkaitan
ataupun
suatu
dengan
laporan-laporan
pendidikan, penelitian
pemikiran
(thought experiments) dan eksperimen-
sebagai karya guru tersebut, dan salah
eksperimen
satunya mungkin berupa hasil PTK yang
experiments)
pernah dilaksanakannya. Dari apa yang
yang
ditemukan oleh guru melalui kegiatan
penelitiannya ini secara tidak langsung
penelitiannya (PTK), pada akhirnya akan
telah
mengumpulkan
developmental
beragam
pengajaran
(instruction
(Gravemeijer,
diperoleh
guru
menuju
2000).
dalam
kepada research
Apa siklus
upaya (penelitian
pengembangan local instruction theory
pengembangan). Teori pengajaran yang
tersebut.
dibangun dan dikembangkan melalui hasil penelitian atau pengkajian guru yang
Setiap guru merasakan ganjalan atau
merupakan suatu teori pengajaran yang
masalah yang berkenaan dengan praktik
bersifat lokal, pada akhirnya kemudian
mengajarnya, maka dia akan memikirkan
bermuara
suatu upaya yang kemungkinan dapat
pertanyaan penelitian yang sifatnya lebih
menjadi solusinya (thought experiments).
umum (lihat Gambar 2).
Gambar 2: Relasi refleksif antara teori dan praktik (Gravemeijer, 2000).
[52]
menjadi
jawaban
untuk
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
Sehubungan dengan kegiatan penelitian
Sehingga guru merencanakan tindakan
yang dilakukan guru, seperti halnya PTK,
alternatif kemudian dicoba dan dievaluasi
tentu sangat disadari bahwa keberadaan
apakah
PTK tersebut turut memberi jalan bagi guru
memecahkan
untuk
pembelajaran yang dihadapi guru ke
mengembangkan
diri
sebagai
seorang peneliti (teacher as researcher)
tindakan
alternatif
itu
dapat
persoalan
proses
dalam PTK.
(Maulana, 2009), di samping berdampak langsung
pada
perbaikan
Kenyataan di lapangan berkaitan dengan
kualitas
pembelajaran, di mana masalah kinerja
PTK
guru, aktivitas belajar, dan hasil belajar
sebagai
siswa
kebiasaan), ternyata tidak seideal apa
pun
dengan
dapat
ditingkatkan
target
ditetapkan.
yag
sesuai
Sebagaimana
diungkapkan
oleh
(Wiriaatmadja,
yang
sebelumnya
bahwa
seharusnya kebutuhan
diharapkan.
dilakukan (kalau
Banyak
guru bukan
guru
yang
mengeluhkan adanya penelitian sebagai
yang
persyaratan
Rapoport
2005),
yang
untuk
pengakuan
PTK
(dan
memperoleh tunjangan)
atas
merupakan suatu metode penelitian yang
profesinya, juga sebagai anak tangga
berguna
yang harus dilalui untuk mendapatkan
untuk
mengatasi
membantu
seseorang
pangkat
permasalahan-permasalahan
yang
lebih
tinggi.
Dengan
situasi
persyaratan ini, tentu saja banyak guru
biasanya
yang merasa terhambat naik pangkat,
dilakukan secara kolaboratif dengan etika
dan keluhan lain sebagainya. Alasan-
yang disepakati bersama. Berdasarkan
alasan klasik yang menandakan adanya
batasan tersebut, jelas bahwa penelitian
kesulitan guru dalam pelaksanaan PTK,
tindakan
bisa
praktik
pembelajaran
darurat/mendesak,
kelas
permasalahan
dalam dan
berkaitan
praktik
dengan
dalam
saja
muncul
pemahaman
proses
guru
karena tentang
memang PTK
yang
pembelajaran yang dihadapi guru di
dirasa masih belum memadai, atau tidak
kelas. Tujuan PTK adalah untuk perbaikan
ada
dan peningkatan layanan guru dalam
pengetahuannya tentang PTK yang sudah
proses belajar, maka tujuan itu dapat
terlalu lama dipelajarinya, atau mungkin
dicapai
berbagai
juga karena niat yang sudah dimiliki untuk
tindakan alternatif dalam memecahkan
melaksanakannya terbentur dengan tidak
berbagai
adanya yang memfasilitasi (dana, izin
dengan
melakukan
persoalan
pembelajaran
di
wadah
yang
bisa
me-refresh
atasan, atau sistem yang lebih luas).
kelas. Adapun alasan lain memilih metode ini karena tujuan tersebut, dengan fokus pada permasalahan praktik pembelajaran
Dengan
baik
pentingnya
itu
suasana
kelas,
metode
mempertimbangkan PTK
dalam
pendek
relevan
masalah praktik pembelajaran, maupun
tujuan
pembelajaran. [53]
sarana
jangka
pembelajaran atau penilaian yang kurang dengan
sebagai
baik
betapa pemecah
Lungguh Puri Pramswari, Persepsi Guru SD Terhadap Penelitian Tindakan Kelas
dalam jangka panjang sebagai jalan untuk
penelitian
perwujudan
pengembangan
teacher
as
10. Untuk mengetahui manfaat apa yang
dan
diperoleh
researcher
para
guru
setelah
melaksanakan praktik PTK.
tersebut. Juga karena kenyataan ironis
11. Untuk mengetahui tanggapan guru
yang terjadi secara empiris mengenai
mengenai kebutuhannya atas PTK.
“terbengkalainya” praktik PTK khususnya pada
guru
penelitian
SD,
ini
maka
dengan
12. Untuk
dilakukanlah tujuan
untuk
mengungkap bagaimana para guru SD
mengetahui
penelitian
di
tinggi
dalam
peran
berbagai
kajian
perguruan
memudahkan
pelaksanaan PTK para guru di SD-nya.
mengenal, memahami, merespons, dan mengimplementasikan
dalam
METODE
praktik
Studi yang dilakukan ini tergolong jenis
pembelajaran. Secara rinci tujuan dari
penelitian deskriptif melalui metode survey.
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ruseffendi (2003) serta Hatimah, Susilana &
1. Untuk mengetahui kapan di mana
Nuraedi (2007) mengemukakan bahwa
memperbaiki
PTK
kualitas
pertama kali guru mengenal PTK. 2. Untuk
mengetahui
sebenarnya
yang
penelitian
bagaimana terjadi
di
deskriptif
merupakan
jenis
penelitian yang menggunakan observasi,
SD
wawancara,
mengenai praktik PTK.
atau
angket
mengenai
keadaan sekarang ini, mengenai subjek
3. Untuk mengetahui pelaksanaan PTK,
yang
secara mandiri atau berkelompok.
diteliti.
merupakan
4. Untuk mengetahui sumber dana dan
Penelitian
pencarian
fakta
deskriptif dengan
interpretasi yang harus tepat. Kadang-
kisaran biaya yang digunakan dalam
kadang
merupakan
survey
normatif.
melaksanakan PTK.
Beberapa kriteria pokok dalam memilih
5. Untuk mengetahui kepentingan apa
metode deskriptif menurut Hatimah, et al.
yang mendasari dilaksanakannya PTK
(2007) antara lain: (1) masalah harus layak,
dan tingkat frekuensinya.
punya nilai tambah ilmiah, dan tidak
6. Untuk mengetahui pihak mana saja
terlalu luas, (2) tujuan penelitian harus
yang dijadikan sebagai pembimbing
tegas dan tidak terlalu umum, (3) data
atau supervisor.
merupakan fakta terpercaya, bukan opini,
7. Untuk mengetahui bagaimana alur
(4) standar untuk membandingkan harus
pengajuan judul/masalahnya.
valid, (5) waktu dan tempat penelitian
8. Untuk mengetahui alur pengajuan dan
harus dideskripsikan dengan jelas, (6) hasil
persyaratan laporan PTK.
penelitian harus mendetail. Sementara
9. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang
para
guru
hadapi
beberapa
selama
macam
mengimplementasikan
pelaksanaan PTK.
cara
dalam penellitian
deskriptif ini sebagaimana dirangkum dari Fraenkel & Wallen (1993) dan Hatimah, et [54]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
al. (2007) adalah: (1) survey, (2) deskriptif
persentase (%) seperti pada Tabel 1
berkesinambungan/kontinu, (3) studi kasus,
berikut ini.
(4)
Tabel 1. Kriteria Persentase Jawaban Interviewee Persentase Jawaban Kriteria P = 0% Tak seorang pun 0% < P < 25% Sebagian kecil Hampir setengahnya 25% P < 50% P = 50% Setengahnya 50% < P < 75% Sebagian besar Hampir seluruhnya 75% P < 100% P = 100% Seluruhnya
komparatif,
(5)
analisis
kerja
dan
aktivitas, serta (6) time and motion study. Subjek penelitian ini merupakan guru-guru SD yang mengajar kelas I sampai dengan kelas VI, dengan jumlah total 63 orang. Seluruh subjek yang diteliti mengajar di sekolah-sekolah
yang
berbeda,
yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
berasal dari tiga kabupaten/kota, yakni
Setelah
Cirebon, Sumedang, dan Bogor. Dipilihnya ketiga
daerah
tersebut
hanya
data
terkumpul,
baik
berupa
catatan maupun dalam bentuk rekaman,
untuk
kemudian dipilih dan disarikan, sehingga
membagi wilayah Provinsi Jawa Barat, di
dapat
mana Cirebon mewakili wilayah sebelah
menjawab
masalah
penelitian.
Berikut ini akan diuraikan hasil survey yang
timur, Sumedang mewakili wilayah tengah,
telah
sementara Bogor mewakili wilayah barat
dilaksanakan,
mencantumkan
dari Provinsi Jawa Barat. Guru yang yang
dengan
perhitungan
hanya jawaban
yang relevan berdasarkan pertanyaan
menjadi subjek penelitian ini memiliki masa
yang diajukan interviewer terhadap ke-63
kerja antara 6 sampai 37 tahun. Sebagian
sumber (interviewee) tersebut.
besar guru merupakan pegawai negeri sipil (PNS) yang telah memiliki sertifikat
Pertama Kali Guru Mengenal PTK
profesi pendidik.
Pada
pertanyaan
survey
pertama
ini
berhasil dikumpulkan jawaban relevan Data
dijaring
wawancara
melalui serta
suatu
studi
kegiatan
sebesar 93,65%, sedangkan jawaban yang
dokumentasi.
tak relevan terkumpul sebesar 6,35%. Dari
Wawancara dilakukan secara bertahap (tidak
sekaligus),
dalam
September-Oktober berpedoman
pada
kurun
2015,
seluruh
waktu
(74,60%)
dengan
pertanyaan
baru
mengetahui
menempuh
adalah dengan mencocokkan jawaban dokumen
bahwa
besar mereka
menempuh studi S1, sedangkan 1,59%
Adapun studi dokumentasi yang dimaksud dengan
menyatakan
sebagian
mulai mengenal mengenal PTK pada saat
kunci
yang berasal dari pedoman wawancara.
interviewee
interviewee,
studi
tentang S2.
PTK
Sebagian
ketika kecil
(6,35%) guru mulai mengetahui tentang
yang
PTK ketika mengikuti penataran mengenai
relevan dan menguatkan. Jumlah yang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
diperoleh sebagai frekuensi kemunculan
atau seminar-seminar sejenis itu, kemudian
data, kemudian dibuat dalam bentuk
ada pula sebanyak 3,17% guru yang memperoleh pengetahuan tentang PTK [55]
Lungguh Puri Pramswari, Persepsi Guru SD Terhadap Penelitian Tindakan Kelas
semenjak terjun dalam kegiatan Kelompok
respons, motivasi, dan hasil belajar siswa
Kerja Guru (KKG) dan program BERMUTU
(1,59%).
(Better
Education
Management
and
through
Reform
Universal
Teacher
Terdapat sebagian kecil (8,77%) guru yang
Upgrading). Sementara melalui kegiatan
secara
program Pendidikan dan Latihan Profesi
tentang
Guru
guru
membingungkan. Ada guru (7,02%) yang
mengakuinya sebagai gerbang awal yag
merasa belum pantas melakukan praktik
mengantarkannya menuju pemahaman
PTK karena menganggap dirinya belum
tentang PTK.
ahli,
(PLPG)
sebanyak
1,59%
jujur PTK,
mengakui atau
sementara
belum
PTK
itu
praktisi
paham
sulit
PTK
dan
menurut
mereka haruslah orang yang sudah ahli. Kenyataan yang Terjadi di SD Mengenai
Sebanyak 3,51% guru menyatakan bahwa
Praktik PTK
PTK di sekolahnya tidak mungkin dilakukan
Survey
kedua
jawaban
berhasil
relevan
mengumpulkan
sebesar
karena
keterbatasan
sarana-prasarana.
85,71%,
Bahkan sebagian kecil guru mengatakan
sedangkan jawaban yang tak relevan
PTK tidak memerlukan prosedur apapun
terkumpul
sebesar
14,29%.
untuk dilakukan (1,75%), serta sebagian
jawaban
interviewee
atas
Menyimak pertanyaan
lainnya
(5,26%)
merasa
melaksanakan
terjadi di lapangan berkaitan dengan
interviewee (26,31%) mengatakan bahwa
praktik
(15,87%)
PTK yang selama ini dilakukan hanyalah
menyatakan bahwa PTK sudah sering
untuk memenuhi tuntutan kelulusan S1
dilakukan, akan tetapi tidak ada laporan
atau hanya untuk kenaikan pangkat saja,
resmi yang dibuat, kecuali disampaikan
sehingga ada juga guru (3,51%) yang
dalam obrolan biasa seperti di forum KKG.
mengakui bahwa PTK yang selama ini
Sebanyak
dibuat pun sebenarnya hasil jual-beli.
sebagian
6,35%
kecil
guru
menyatakan
Hampir
perlu
mengenai kenyataan yang sebenarnya PTK,
PTK.
tidak
separuh
melakukan PTK dengan inisiatifnya sendiri pada saat menemukan masalah berupa
Pelaksanaan PTK, Secara Mandiri atau
ketidak-tercapaian tujuan pembelajaran.
Berkelompok
Guru
Berdasarkan penelusuran data, diperoleh
yang
dilakukan
menyatakan
bahwa
PTK
tergantung
kemunculan
keterangan
bahwa
sebagian
besar
masalah di kelas dan dilakukan secara
(74,60%) guru menyatakan bahwa mereka
mandiri sejumlah 4,76% sedangkan 3,17%
terbiasa membuat PTK secara individual,
menyatakan dilakukan secara kolaboratif.
dan
Sebagian kecil mengakui bahwa sejak
menyatakan
mengikuti PLPG, selalu berupaya untuk
dalam
melaksanakan PTK dengan baik (3,17%),
sebanyak
dan PTK dapat membantu meningkatkan
bahwa [56]
sebagian
kecil
terbiasa
proyek 7,94% mereka
(17,46%)
guru
melakukan
PTK
kelompok. sisanya
Adapun
menyatakan
melaksanakan
PTK
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
bergantung
pada
kebutuhannya, bisa
samping ada pula yang menyusunnya
dilaksanakan secara individual ataupun
untuk
persyaratan
dalam proyek berkelompok.
sekolah
3,17%.
penilaian
Kemudian
kepala terdapat
sebanyak 6,35% yang membuat laporan Sumber Dana dan Kisaran Biaya yang
PTK
Digunakan
akreditasi. Sejumlah 6,35% lagi melakukan
Hampir
semua
guru
untuk
keperluan
sertifikasi
dan
mengemukakan
kegiatan PTK dengan maksud menambah
nominal yang berbeda, bergantung dari
wawasan dan untuk diseminarkan, lalu
apa yang dilakukan selama kegiatan PTK
9,52%
tersebut. Jika hanya menggunakan media
laporan
pembelajaran
yang
bersifat
“murah-
tagihan KKG dan pembinaan kelompok
meriah”
dan
tidak
perlu
membuat
guru. Sementara itu, sekitar 7,94% guru
laporan,
mungkin
saja
cukup
hanya
menyatakan PTK
mengakui
bahwa
dibuatnya
untuk
memenuhi
adalah
bahwa
belum
pernah
lagi
dengan biaya Rp 50.000,00 (lima puluh
membuat PTK selain skripsi yang dulu
ribu rupiah) sampai dengan Rp 200.000,00
pernah disusun.
(dua ratus ribu rupiah). Sementara jika dituntut hingga membuat laporan dan
Berdasarkan
pengakuan
dari
guru
sebagainya biasanya mencapai angka
interviewee, sebagian kecil (19,05%) dari
maksimal Rp 4.000.000,00 (empat juta
mereka mengakui rutin melaksanakan PTK,
rupiah).
apakah itu tiap semester atau tiap tahun. Bahkan ada jawaban yang kurang masuk
Berdasarkan diketahui
jawaban
bahwa
interviewee,
akal (1,59%), yang menyatakan bahwa
seluruhnya
guru tersebut rutin membuat PTK setiap
hampir
(93,65%) mengeluarkan biaya penelitian
bulan
sekali. Namun
demikian, ketika
secara swadana, sementara sebagian
dikonfirmasi kembali mengenai jumlah PTK
kecil (6,35%) sisanya pernah mendapatkan
yang pernah disusun, diketahui bahwa
batuan dari pihak sekolah dan KKG.
selama berkarier sebagai guru (bahkan yang mencapai pengalaman mengajar
Kepentingan
yang
Dilaksanakannya
PTK
dan
Mendasari
selama 30 – 37 tahun), hanya pernah
Tingkat
melaksanakan kegiatan penelitian (PTK)
Frekuensinya Selain
tidak lebih dari 6 (enam) kali saja. Dengan
dalam
menyelesaikan
memenuhi
jenjang pendidikan S1, sebagian besar
tahun sekali. Jarangnya melakukan PTK
(66,67%)
diketahui salah satu penyebabnya adalah
menyusun
dituntut
untuk
(skripsi)
bahwa kegiatan
PTK dilaksanakan oleh guru antara 5 – 6
karena
akhir
demikian, diasumsikan
di
guru
tugas
kewajiban
laporan
PTK
memenuhi
karena
pelaksanaan
PTK
dinilai
persyaratan kenaikan pangkat atau guna
memerlukan waktu yang relatif lama,
memenuhi
sehingga
satuan
kredit
profesi,
di [57]
guru
merasa
jadwal
Lungguh Puri Pramswari, Persepsi Guru SD Terhadap Penelitian Tindakan Kelas
pembelajaran
berdasarkan
program
bertukar
pengalaman
bersama
rekan
semester yang telah disusunnya akan
sejawatnya. Jika proposal harus secara
terganggu.
formal
dibuat,
mengatakan Pihak
yang
Dijadikan
sebagai
sebagian bahwa
kecil
guru
proposal
itu
selanjutnya akan diajukan kepada dinas
Pembimbing atau Supervisor
pendidikan. Jika pihak yang berkaitan
Dari keseluruhan jawaban interviewee,
telah memberi rekomendasi, terlebih lagi
diperoleh sejumlah pihak yang seringkali
pihak ahli (expert) seperti dosen di PT,
dijadikan pembimbing selama pelaksanaa
maka guru akan segera melaksanakan
kegiatan
yang
praktik PTK di kelasnya. Namun demikian,
bersangkutan. Adapun pihak yang paling
ada juga guru yang mengatakan bahwa
sering dijadikan pembimbing adalah guru
jika judul atau proposalnya sudah disetujui,
senior atau teman sejawat yang diyakini
maka yang bersangkutan akan segera
memiliki pengetahuan tentang PTK yang
menghubungi
cukup
membuatkan laporan PTK-nya.
PTK
mumpuni
para
guru
(41,18%).
Diikuti
oleh
pihak
tertentu
untuk
kepala sekolah, pengawas, dan dosen dari perguruan tinggi (PT), masing-masing
Alur Pengajuan dan Persyaratan Laporan
sebesar
PTK.
32,94%;10,59%;
dan
8,24%.
Sementara itu pihak pemandu dari KKG
Setelah target PTK tercapai, baik dari segi
dan
kinerja guru, aktivitas siswa, dan hasil
LPMP
pernah
pembimbing
dilibatkan
PTK,
sebagai
masing-masing
belajar
siswa,
maka
PTK
dinyatakan
sebanyak 2,35% dan 1,18%. Adapula guru
selesai, dan langkah berikutnya guru akan
yang mencoba meminta bimbingan atas
menyusun
pelaksanaan
diketahui bahwa ada 2,13% guru yang
PTK-nya
dari
pegawai
laporan.
hasil
hanya
mengaku
dengan anggapan jika sewaktu-waktu
pembimbing
memerlukan
pihak
supervisor
dalam
atau
kegiatan PTK sebanyak 2,35%.
diperlukan
barulah
Sebanyak
itu
melapokannya
laporannya
survey
kecamatan setempat (1,18%), dan yang tidak
menyimpan
Dari
akan
sendiri,
dikeluarkan.
pula
(2,13%)
akan
hanya
sampai
pada
kepala sekolah. Beberapa guru tertentu, setelah
ke
kepala
sekolah,
akan
Alur Pengajuan Judul/Masalah PTK
meneruskan laporan penelitiannya sampai
Setelah masalah teridentifikasi dengan
kepada
baik dan tergambar alternatif solusi yang
pendidikan kota/kabupaten (8,51%), dan
mungkin dapat dilaksanakan, setiap guru
Badan
mengajukan
(4,26%).
rencananya
itu
kepada
kepala sekolah. Bahkan beberapa guru memulainya
dengan
berdiskusi
saling [58]
pengawas Kepegawaian
(25,53%), Daerah
dinas (BKD)
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
Sebagai bentuk publikasi ilmiah, sebanyak
jarang memerlukan biaya yang cukup
12,77% guru melakukan diseminasi berupa
besar, dan itu menjadi salah satu
seminar
keberatan guru untuk melakukan PTK.
di
mengundang
sekolahnya pengawas,
menghibahkan
dengan
17,02%
laporannya
guru
5. Perbedaan
ke
sistematika
penulisan
laporan (7,69%). Sistematika penulisan
perpustakaan daerah setempat, 19,15%
PTK
guru melakukan seminar di dalam forum
kedinasan/pekerjaan,
KKG, dan sebanyak 4,26% guru membuat
berbeda dari yang telah dipelajari
artikel
sebelumnya sewaktu menyusun tugas
untuk
diterbitkan
dalam
jurnal
ilmiah.
untuk
keperluan seringkali
akhir di perguruan tinggi. 6. Keterbatasan referensi (6,84%). Para
Kesulitan
yang
Diadapi
Selama
guru, khususnya yang berasal dari
Pelaksanaan PTK Berdasarkan
sekolah yang jauh dari perkotaan,
jawaban-jawaban
yang
mengaku
kesulitan
memperoleh
dikemukakan oleh interviewee, berikut ini
sumber kepustakaan untuk dipelajari,
akan
mengenai
karena jauhnya dengan perpustakaan
beberapa kesulitan yang dihadapi oleh
maupun kesulitan dalam mengakses
guru selama kegiatan penelitian (PTK).
internet.
disajikan
rangkuman
Kesulitan-kesulitan
tersebut
akan
yang
7. Mengalami
diurutkan berdasarkan porsi terbesar yang
kebuntuan
ide
dalam
mencari alternatif solusi (5,98%).
dirasakan oleh guru sebagai praktisi.
8. Perbedaan
1. Faktor waktu (24,79%). Waktu yang
pandangan
antara
pembimbing di lapangan dan dosen
relatif lama dalam menyusun PTK,
ketika
melaksanakan
perkuliahan
padahal guru juga sering menghadapi
(5,13%).
Bahkan
guru
tugas lain yang sama-sama mendesak.
meyakini bahwa pandangan yang
2. Kurang terampil dalam menggunakan
lebih
komputer (12,82%). dihadapi
adalah
lebih
berdasarkan
pendapat dari dosennya dulu, namun
3. Faktor siswa (10,26%). Karena siswa yang
tepat
ketika
sangat
tidak
heterogen,
berdaya
untuk
menghadapi
pandangan baru dari pembimbingnya
sehingga upaya perbaikan dalam PTK
di lapangan.
yang masih bersifat perlakuan klasikal
9. Faktor malas mengetik (4,27%). Hal ini
seringkali sulit untuk diimplementasikan.
mungkin berkaitan denga kurangnya
4. Faktor bantuan pembiayaan (9,40%).
keterampilan
dalam
menggunakan
Ketika guru harus mengeluarkan uang
komputer, tetapi bisa juga karena
dari saku pribadinya untuk membiayai
benar-benar disebabkan kemalasan
PTK,
dalam
baik
dalam
hal
media, penggandaan
pengadaan bahan
ajar,
mengolah
menuangkannya
bahkan untuk menyusun laporan, tidak
laporan. [59]
data
menjadi
dan sebuah
Lungguh Puri Pramswari, Persepsi Guru SD Terhadap Penelitian Tindakan Kelas
10. Kesulitan
menentukan
masalah
yang lebih senior, terlebih lagi jika
(4,27%). Seringkali guru tidak peka
senior
tersebut
memang
terhadap permasalahan yang terjadi
yang
kurang
di kelasnya. Guru merasa semua baik-
menghasilkan karya ilmiah.
termasuk
produktif
dalam
baik saja, tak ada masalah yang perlu dicari solusinya. 11. Kurang
Manfaat
tersedianya
sarana
dan
yang
Diperoleh
Melaksanakan Praktik PTK
prasarana, seperti halnya alat peraga
Beberapa
manfaat
(4,27%).
langsung
dirasakan
12. Kurangnya ahli yang menguasai PTK (1,71%).
Ketika
guru
adanya
hambatan
berdasarkan
merasakan
dalam
Setelah
hasil
PTK
yang
oleh survey
secara
para
guru
antara
lain
dirangkum sebagai berikut.
praktik
1. Adanya
perbaikan
kualitas
pembelajaran yang terjadi di kelasnya,
pembelajaran di kelas, baik dari segi
kemudian dia coba mengidentifikasi
kinerja guru maupun aktivitas siswa.
dan merumuskan permasalahannya.
Hasil belajar siswa lebih baik dalam hal
Setelah
masalahnya
teridentifikasi
kognitif dan afektifnya. Permasalahan
dengan
baik,
guru
pembelajaran siswa yang relatif lebih
justru
yang
bersangkutan kesulitan mencari rekan
cepat
dipecahkan
sejawat lain yang bisa memberikan
larut),
sehingga
pencerahan mengenai tindakan apa
menyiapkan
yang harus ditempuh selanjutnya.
permasalahan yang mungkin serupa
13. Kurangnya
pengalaman
penelitian
kesulitan
untuk
guru
berlarut-
sudah
antisipasi
bisa untuk
pada siswa angkatan berikutnya. 7
(1,71%). Guru mengakui bahwa salah satu
(tidak
2. Menambah
melaksanakan
wawasan
pemahaman
guru
tentang:
berbagai
pemahaman
pengalaman
praktis
pada
khususnya di SD, b) karakter peserta
tentang
itu.
Bahkan
saat
dalam
dunia
pembeajaran
didik
dipilih ternyata tidak cukup efektif
mungkin
untuk mencapai target yang telah
belajarnya, c) berbagai media dan
ditetapkan, sehingga masalah pun
alat peraga yang inovatif.
(0,85%). Beberapa
masalah
menghambat
yang
efektivitas
3. PTK menjadi cermin bagi guru untuk
14. Rekan sejawat yang kurang memberi dukungan
ragam
maupun
berlangsungnya PTK pun, solusi yang
tidak terselesaikan dengan tuntas.
dan
teoretis
a)
kegiatan PTK adalah karena kurang dan
kajian
dan
terus
melakukan
refleksi
atas
guru,
pekerjaannya selama ini, juga menjadi
khususnya yang berusia lebih muda,
cambuk dalam mengintrospeksi diri
merasakan
untuk
sehingga
tidak
meningkatkan
direspons secara positif oleh rekannya
mengajarnya,
bahwa
melaksanakan
idenya
penelitian
[60]
muncul
kesadaran
untuk
keterampilan baik
secara
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
metodologis
maupun
(pengelolaan
kelas),
manajerial yang
kecil (21,15%) masih menyatakan terpaksa
pada
melaksanakan kegiatan PTK tersebut.
akhirnya praktik mengajar yang tidak baik akan segera diperbaiki. 4. Seiring
dengan
Peran Hasil Kajian Penelitian di Berbagai
bertambahnya
Perguruan Tinggi
pengalaman melaksanakan penelitian
Dari ringkasan jawaban yang diperoleh,
dan mendiseminasikan hasilnya, guru
diketahui bahwa keberadaan hasil-hasil
merasa berada pada jalur yang tepat
penelitian semisal skripsi di perguruan-
untuk
perguruan
terus
mengembangkan
profesionalismenya. siswa.
ditanggapi
secara
beragam oleh interviewee. Namun secara
5. Adanya kepuasan tersendiri bagi guru dan
tinggi,
pembelajaran
menjadi dua kutub, yakni positif dan
yang relatif menyenangkan, respons
negatif. Sebagian besar (52,94%) guru
siswa
positif menjadi
menyatakan bahwa hasil-hasil penelitian
motivasi tersendiri bagi guru untuk terus
di PT, khususnya skripsi yang bermetode
antusias dalam mengajar.
tindakan
yang
Dengan
umum tanggapan mereka diklasifikasikan
sangat
6. Dalam hal karier profesional, akan lebih
memudahkan
meningkatkan sehingga
guru
kelas
telah
memberikan
kontribusi yang sangat besar, khususnya
untuk
dalam memberikan pemahaman tentang
strata/pangkatnya,
prosedur yang harus ditempuh selama PTK.
berdampak
pada
aspek
Di samping itu, keberadaan hasil-hasil
ekonomis.
penelitian tersebut dari tahun ke tahun semakin variatif dan inovatif, sehingga
Tanggapan Guru Mengenai Kebutuhannya
tanpa harus melakukan PTK pun para guru
atas PTK
bisa memperoleh wawasan baru tentang
Berdasarkan
mengenai
kajian praktik yang mengimplementasikan
pelaksanaan PTK di kelas, apakah itu
pendekatan baru dalam pembelajaran.
menjadi kebutuhan, ataukah justru hanya
Sedangkan 41,18% sisanya menyatakan
karena keterpaksaan, diperoleh jawaban
bahwa
sebagai
berikut.
belum dirasakan pengaruhnya, khususnya
(78,85%)
menyatakan
memang
melakukan
kebutuhannya.
interview
Hampir
seluruhnya
bahwa PTK
Kebutuhan
hasil-hasil
penelitian
tersebut
guru
di sekolah yang belum pernah samasekali
berdasarkan
dijadikan tempat penelitian mahasiswa
di
maksud
yang sedang menyusun tugas akhir.
adalah kebutuhan untuk menyelesaikan
Dari keseluruhan hasil penelitian yang
permasalahan
disajikan,
pembelajaran
yang di
terjadi kelasnya,
selama
tampak
jelas
bahwa
masih
atau
terdapat jurang (gap) yang cukup lebar
kebutuhan untuk pengembangan karier
antara tataran idealis dan tataran praktis
profesionalnya. Sementara itu sebagian
berkenaan dengan kegiatan penelitian tindakan [61]
kelas
khususnya
di
tingkat
Lungguh Puri Pramswari, Persepsi Guru SD Terhadap Penelitian Tindakan Kelas
sekolah
dasar.
Sebagaimana
yang
yang diteliti, lingkungan sekolah (sejawat,
diamanatkan oleh Permen PAN No. 16
pimpinan, dan orang tua), maupun dalam
Tahun 2009 Pasal 11.c, para guru di SD
level
juga
dengan
menginginkan
profesionalisme
yang
lebih
segala
tinggi
(pemerintah
kebijakannya
tentang
mereka terus berkembang, salah satunya
pengadaan sarana dan pembiayaan).
dengan
Diperlukan juga proses yang tidak instant
secara
kontinu
melakukan
kegiatan penelitian yang dipublikasikan.
karena
pasti
akan
memakan
Akan tetapi, banyak kendala yang masih
banyak waktu dan energi. Akan tetapi,
harus diatasi, baik itu berasal dari dalam
semakin cepat dimulai dan semakin lebar
diri sang guru (intrinsik) maupun yang
diberi
berasal dari faktor ekstrinsik-sistemik yang
bertahap keterampilan meneliti guru akan
memiliki resistensi cukup besar.
bergeser kualitasnya dari mulai novice
kemudahan,
cukup
niscaya
secara
menjadi mentor, dari mentor menjadi Ketika dorongan dalam diri guru untuk
master teacher, dan dari master teacher
melakukan
pada akhirnya menjadi seorang expert
penelitian
ternyata
redup,
maka tidak selayaknya pihak lain yang
(Hatimah, et al., 2007).
tergabung dalam sistem lebih besar justru semakin lebih
memadamkannya.
bijak
sekiranya
Alangkah
guru-guru
SIMPULAN
yang
1. Studi
ini
memberikan
kurang termotivasi, kurang terbiayai, dan
penting
kurang
memperoleh
terfasilitasi
dalam
melakukan
bahwa
gambaran
kebanyakan
pengetahuan
guru
tentang
penelitian, didorong lebih kuat oleh pihak
PTK untuk pertama kali dan dengan
yang
kapasitas
lebih
berwenang
kemudahan
untuk
seraya
diiringi
terbanyak
adalah
saat
mengejawantahkan
menempuh studi S1, yang diikuti oleh
ide penelitiannya tersebut. Sehingga pada
ragam pendidikan dan latihan dalam
akhirnya, istilah teacher as researcher itu
jabatan. Oleh karena itu, akan lebih
bukan
optimal kiranya PT yang bergerak di
hanya
melainkan
bidang
budaya akademis (academic culture) di
memiliki
kalangan
sejenisnya,
guru
bisa
“pameo”, sebuah
tingginya
juga
sebatas
menjadi
sebagai
profesionalisme
cerminan
yang
dimiliki
kalangan
guru,
memang
bukanlah
mudah.
matakuliah
perkuliahan pembudayaan
penelitian
khususnya
Diperlukan
guru
tersebut
benar
menyiapkan
SD,
(calon
guru) yang
yang
kesiapan
dan
PTK
dan atau
dapat
di
pekerjaan
keguruan
mengoptimalkan
mereka. Upaya
pendidikan
lebih kesempatan
untuk
benar-
sumber sudah
daya
matang
dengan pemahaman PTK-nya. 2. KKG
bisa
menjadi
wadah
yang
kesadaran dari semua pihak, baik guru
memiliki peran sangat penting untuk
sebagai praktisi dan siswa sebagai subjek
menumbuhkembangkan [62]
budaya
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
meneliti di kalangan guru SD. Bagi guru
yang bersifat rutin maupun yang yang
yang
kompetitif.
memang
mengakui
dirinya
belum memahami PTK, maka KKG bisa menjadi
jembatan
mengantarkan
guru
tersebut
5. Banyak guru yang melakukan kegiatan
yang
PTK
hanya
sebatas
kewajibannya
untuk
untuk memenuhi satuan kredit profesi
memperoleh pemahaman teoretis dan
ataupun
memudahkan
pangkat. Akan tetapi cukup banyak
kajian
praktisnya
persyaratan
dilaksanakan di sekolah tempatnya
pula
bekerja, dibantu dan dibina oleh pihak
melakukannya
KKG secara langsung atau melalui
merasakan
tangan ahli yang didatangkan oleh
tersebut. Jika ditinjau dari frekuensinya,
KKG tersebut. Di samping, itu jalinan
tenyata
hubungan
melaksanakan
menjadi
antar-KKG salah
memantau
juga
satu
sirkulasi
cara
untuk
yang
cukup
karena
memang
kebutuhan rata-rata
rutin
atas guru
kegiatan
PTK SD
penelitian
(PTK) antara 5 – 6 tahun sekali.
distribusi
6. Proses bimbingan atau supervisi dalam
laporan penelitian, sehingga tidak ada
kegiatan PTK di SD biasanya dilakukan
lagi
oleh guru senior atau teman sejawat
transaksi
dan
bisa
guru
kenaikan
jual-beli
laporan
penelitian, khususnya PTK.
yang diyakini memiliki pengetahuan
3. Geliat praktik penelitian di kelas yang sudah
diinisiasi
individual, dalam
oleh
menjadi
guru potensi
mengembangkan
tentang PTK yang cukup mumpuni,
secara
kepala sekolah, pengawas, dan dosen
besar
dari PT. Dengan demikian, sangatlah
kultur
penting
agar
pihak-pihak
tersebut
meneliti di kalangan guru SD. Dalam
memiliki kualitas yang mumpuni dan
hal ini, pihak sekolah dan pemerintah
seragam,
sebaiknya
pemikirannya
agar
memberikan
inisiatif
tersebut
kemudahan bisa
terus
dirasakan
sehingga
bantuan
dapat
langsung
oleh
guru
dalam
dikembangkan dan ditularkan kepada
mengoptimalkan praktik penelitiannya.
sesama guru SD di lingkungan masing-
7. Mengingat alur publikasi ilmiah hasil
masing. 4. Biaya
kajian PTK para guru SD masih sangat yang
dikeluarkan
untuk
terbatas pada lingkungan sekolahnya,
melaksanakan sebuah kegiatan PTK
KKG,
bisa menunjukkan nominal yang cukup
tembusan di dinas pendidikan terkait
besar, dan selama ini kebanyakan
dan perpustakaan daerah setempat,
guru
secara
maka institusi PT sebenarnya memiliki
mandiri. Tentu saja dalam hal ini,
peluang untuk menampung banyak
hibah-hibah penelitian bagi guru SD
sumber kajian yang dapat dijadikan
tentu sangat diperlukan. Baik itu hibah
bahan
mengeluarkan
dana
ataupun
jurnal
hanya
ilmiah
sebagai
yang
di
kembangkan di institusi tersebut. Selain [63]
Lungguh Puri Pramswari, Persepsi Guru SD Terhadap Penelitian Tindakan Kelas
bisa
menjaga
keberlangsungan
motif
penerbitan jurnal, maka dapat pula membantu
publikasi
karya
untuk
pengembangan
karier
profesionalnya.
guru
11. Hasil-hasil
tersebut dalam lingkup yang lebih luas.
penelitian
perguruan
8. Banyak faktor yang dianggap sebagai
di
tinggi,
kontribusi
yang
perguruanmemberikan
sangat
kesulitan dalam mengimplementasikan
khususnya
penelitian tindakan kelas di SD. Faktor-
pemahaman tentang prosedur yang
faktor tersebut antara lain: waktu,
harus ditempuh guru SD selama PTK,
kurang terampil dalam menggunakan
juga memberikan penawaran solusi
komputer,
siswa,
metodologis yang semakin variatif dan
pembiayaan, perbedaan sistematika
inovatif yang memicu keinginan guru
penulisan
laporan,
keterbatasan
SD
referensi,
kebuntuan
ide
pendekatan
mencari
solusi,
keberagaman
dalam
dalam
besar,
untuk
memberikan
mengimplementasikan baru
dalam
perbedaan
pembelajaran. Akan tetapi, dampak
pandangan antarpembimbing, malas
positif tersebut belum begitu terasa
mengetik,
signifikan bagi sekolah-sekolah yang
kesulitan
menentukan
masalah, kurang tersedianya sarana
keberadaannya
dan
di
oleh aktivitas akademis PT, semacam
kurangnya
kegiatan penelitian mahsiswa tingkat
prasarana,
lingkungan
kurangnya
sekolah,
ahli
pengalaman penelitian, dan rekan
“jarang”
tersentuh
akhir di sekolah tersebut.
sejawat yang tidak mendukung. 9. Manfaat PTK tentu dapat dirasakan
REFERENSI
langsung oleh guru praktisi maupun
Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. (1993). How to
oleh sekolah tempatnya mengajar.
Design
Secara umum profesionalisme guru
Education. Singapore: MCGraw, Inc.
praktisi
bisa
kualitas
lebih
meningkat, dan
pembelajaran
pun
and
Evaluate
Gravemeijer, K.
Research
in
(2000). Developmental
akan
Research: Fostering A Dialectic Relation
membaik seiring permasalahan praktis
between Theory And Practice. Utrecht:
yang dapat terpecahkan melalui PTK.
Utrecht University.
10. Hampir semua guru melakukan PTK berdasarkan sebagian
kebutuhannya,
kecilnya
masih
Hatimah, I., Susilana, R., & Nuraedi (2007).
dan
Penelitian Pendidikan (Bahan Belajar
merasa
Mandiri). Bandung: UPI Press.
terpaksa. Motif guru yang merasa butuh
karena
terhadap
memiliki
Kasbolah,
kepekaan
Kasihani.
(1999).
Penelitian
Kelas
(PTK).
Malang:
Tindakan
permasalahan
Departemen
pembelajaran yang terjadi di kelasnya
pendidikan
dan
Memahami
Hakikat,
Kebudayaan.
sehingga perlu dicari solusinya, juga
Maulana
(2009).
Variabel, [64]
dan
Instrumen
Penelitian
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
Pendidikan dengan Benar: Panduan
Simon,
M.
(1995).
Reconstructing
Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru
Mathematics
Calon Peneliti. Bandung: Learn2Live ‘n
Constructivist Perspective. Journal for
Live2Learn.
Research in Mathematics Education.
Peraturan
Menteri
Pendayagunaan
Pedagogy
from
A
Vol. 26 No. 2, 114-145.
Aparatur Negara (Permen PAN) No. 16
Undang-Undang
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional
No.
14
Tahun
2005
tentang Guru dan Dosen.
Guru dan Angka Kreditnya, Pasal 11.c.
Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode
tentang Pengembangan Keprofesian
Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Berkelanjutan.
Remaja Rosdakarya.
Ruseffendi,
E.T.
(2003).
Dasar-dasar
Penelitian Pendidikan dan Bidang NonEksakta
Lainnya.
Semarang:
UNNES
Press.
[65]