LAPORAN HASIL PENELITIAN (KLUSTER PENELITIAN KEBIJAKAN)
ARAH PENGEMBANGAN JURUSAN USHULUDDIN DAN DAKWAH STAIN PEKALONGAN
Oleh : Esti Zaduqisti Hasan Suaidi Kurdi PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (P3M) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
MENDAPATKAN BANTUAN BIAYA DARI DIPA STAIN PEKALONGAN TAHUN 2015 (PERIODE KEDUA)
i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN
A. Judul
: ARAH PENGEMBANGAN JURUSAN USHULUDDIN DAN DAKWAH STAIN PEKALONGAN
B. Bentuk Penelitian
: Lapangan
C. Kategori
: Penelitian Kebijakan
D. Identitas Peneliti a. Nama Lengkap b. NIP c. Jenis Kelamin d. Pangkat/Gol/Ruang e. Jabatan Fungsional f. Bidang Keahlian g. Jurusan/Prodi
: : : : : : :
Dr. Esti Zaduqisti, M.Si 197712172006042002 Perempuan Penata Tk.1 (III/d) Lektor Psikologi Ushuluddin dan Dakwah/ BKI
E. Anggota Peneliti : 1. Anggota I a. Nama Lengkap : b. NIP : c. Jenis Kelamin : d. Pangkat/Gol/Ruang: e. Jabatan Fungsional : f. Bidang Keahlian : g. Jurusan/Prodi :
Hasan Suaidi, M.S.I 1976 05 20 2005 01 1006 Laki-laki Lektor/IIId Dosen Hadits Ushuluddin dan Dakwah/ TH
2. Anggota II a. Nama Lengkap : b. NIP : c. Jenis Kelamin : d. Pangkat/Gol/Ruang: e. Jabatan Fungsional : f. Bidang Keahlian : g. Jurusan/Prodi :
Kurdi, M.S.I 1980214201111003 Laki-laki Lektor/IIIc Dosen Tafsir Ushuluddin dan Dakwah/ TH
ii
F. Unit Kerja
: STAIN Pekalongan
G. Jangka Waktu Penelitian
: 4 bulan
H. Biaya Penelitian
: Rp 15.000.000,(Limabelas Juta Rupiah) Pekalongan, Desember 2015
Mengetahui, Kepala P3M STAIN Pekalongan
Ketua Peneliti
Maghfur, M.Ag NIP. 197305062000031003
Dr. Esti Zaduqisti, M.Si NIP. 197912052009121001
Disahkan, Ketua STAIN Pekalongan
Dr. H. Ade Dedi Rohayana, M.Ag NIP. 197101151998031005
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan dibawah ini, saya/kami, Esti Zaduqisti. Atas nama kejujuran akademik, dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah karya sendiri, bukan hasil plagiasi karya orang lain/skripsi/tesis/desertasi, dan bukan tema riset yang sedang diteliti atau diajukan ke lembaga donor. Sepanjang pengetahuan saya/kami tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis/diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia mengembalikan dana bantuan penelitian dan menerima sanksi dari lembaga.
Pekalongan, Desember 2015 Yang menyatakan,
Esti Zaduqisti
iv
Kata Pengantar Alhamdulilahirabbil alamin, segala puji bagi Allah subhanahu wa ta'alaa atas segala nikmat-Nya, termasuk nikmat terselesaikanya penelitian ini. Selanjutnya ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada berbagai pihak yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini. Kepada Bapak Ketua STAIN Pekalongan yang telah memberikan Ijin penelitian ini, mahasiswa STAIN Pekalongan yang telah menjadi responden dalam penelitian ini, teman dan kolega serta semua semua pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan dan melancarkan jalannya penelitian ini. Sehingga sampai proses pembuatan laporan ini. Harapan besar dari penulis, semoga hasil penelitian ini bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi yang bermakna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebijakan di Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan pada khususnya, dan di lingkungan yang lebih luas pada umumnya. Peneliti menyadari sepenuhnya, penelitian ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik sangat berguna demi perbaikan dan kesempurnaannya. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua yang membacanya dan mencintai ilmu. Pekalongan, Desember 2015 Ketua Peneliti
v
ABSTRAK ARAH PENGEMBANGAN JURUSAN USHULUDDIN DAN DAKWAH STAIN PEKALONGAN Esti Zaduqisti Hasan Suaidi Kurdi Kata kunci : Arah Pengembangan, Ushuluddin Dan Dakwah, Analisis SWOT, Perguruan Tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Analisis SWOT (Kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang) Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan dari aspek kelembagaan dan akademik. (2) Arah pengembangan aspek internal kelembagaan dan akademis Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data utamanya adalah wawancara dengan beberapa informan kunci terkait pengembangan yang telah dilakukan oleh jurusan ushuluddin dan Dakwah. Selain itu, observasi juga digunakan untuk melakukan triangulasi data yang diperole dari wawancara terstruktur. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada teknik analisis yang dikonsepkan oleh Milles and Hubberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan, kelemahan, tantangan, dan peluang dari Jurusan Ushuluddin dan Dakwah teridentifikasi berdasarkan aspek-aspek yang difokuskan dari penelitian ini. Profil lulusan yang memiliki pengetahuan keilmuan yang lebih spesifik, sebagai slah satu kekuatan. Mahasiswa jurusan Ushuluddin dan Dakwah masih sedikit dan dosen sangat terbatas jumlahnya sebagai kelemahan. Peluang yang dimiliki antara lain adalah: menjadi satu satunya Perguruan Tinggi Negeri di eks karisedan Pekalongan, adanya lapangan pekerjaan untuk alumni terbuka lebar, kerjasama derngan pihak lain sangat banyak, peluang berprestasi bagi mahasiswa : mengikuti lomba, melanjutkan ke S2. Sedangkan tantangan yang dimiliki antara lain adalah: adanya regulasi baru mengenai kurikulum KKNI, Kualitas pembelajan dengan SDM Terbatas dan mhsiswa sedikit, dan kompetisi dan daya saing untuk menjadi jurusan yang berkualitas di masa yang akan datang. Demikian Hasil peneltian ini dianalisis dengan 2 teori yaitu Higher Education Long Term Strategies (HELTS) dan Teori Skills of an Effective Administrator, terutama untuk permasalahan yang terkait dengan arah pengembangan Jurusan Ushuluddin dan Dakwah .
vi
DAFTAR ISI Hal. HALAMAN COVER
i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
iv
KATA PENGANTAR
v
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Masalah Penelitian
3
C. Pembatasan Masalah
3
D. Signifikansi Penelitian
4
E. Kajian Riset Sebelumnya
4
F.
5
Kerangka Teori
G. Metode Penelitian
9
ANALISIS SWOT DAN ARAH PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
13
A. Analisis SWOT
10
B. Arah Pengembangan Kelembagaan
18
A. Teori Strategi Pengembangan Kelembagaan
18
B. Strategi pengembangan Kampus
19
ANALISIS
SWOT
DAN
ARAH
PENGEMBANGAN
27
JURUSAN USHULUDDIN DAN DAKWAH A. Kekuatan, Kelemahan, Tantangan dan Peluang Jurusan Ushuluddin dan
27
Dakwah STAIN Pekalongan dari Aspek Kelembagaan dan Akademik B. Arah Pengembangan Aspek Internal Kelembagaan dan Akademis Jurusan
43
Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan
BAB IV
ANALISIS ARAH PENGEMBANGAN JURUSAN USHULUDDIN DAN DAKWAH STAIN PEKALONGAN
55
A. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Tantangan Dan Peluang Jurusan Ushuluddin Dan Dakwah Stain Pekalongan Dari Aspek Kelembagaan Dan Akademik.
55
vii
BAB V
B. analisis arah pengembangan aspek internal kelembagaan dan akademis jurusan ushuluddin dan dakwah stain pekalongan
63
PENUTUP
70
A. Kesimpulan
70
B. Rekomendasi
71
73
DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perguruan Tinggi Islam merupakan lembaga pendidikan yang sangat vital bagi kemajuan umat Islam dalam menghadapi pelbagai tantangan dan kebutuhan zaman. Merebaknya isu "seksi" kontemporer seperti adanya ketimpangan di bidang ekonomi, agama, politik, pendidikan, budaya dan sebagainya, menjadi tanggung jawab bersama yang harus segera direspon. Dalam konteks ini, perguruan tinggi sejatinya berada di garis terdepan. Karena itu, dibutuhkan adanya perubahan mendasar pada pendidikan tinggi termasuk perguruan tinggi Islam. Dalam hasil Konferensi UNESCO tentang Pendidikan Tinggi tahun 1998 disebutkan, bentuk perubahan-perubahan tersebut meliputi: (1) perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat global; (2) perubahan
dari
kohesi sosial menjadi partisipasi demokratis (utamanya dalam
pendidikan dan praktek berkewarganegaraan); dan (3) perubahan dari pertumbuhan ekonomi ke perkembangan kemanusiaan. Perubahan-perubahan mendasar pendidikan tinggi yang berlangsung di abad ke-21 akan meletakkan kedudukan pendidikan tinggi sebagai: (1) lembaga pembelajaran dan sumber pengetahuan, (2) pelaku, sarana dan wahana interaksi antara pendidikan tinggi dengan perubahan pasaran kerja, (3) lembaga pendidikan tinggi sebagai tempat pengembangan budaya dan pembelajaran terbuka
untuk
masyarakat,
dan
(4)
pelaku,
sarana dan wahana kerjasama
internasional. Keempat kedudukan pendidikan tinggi dan arah perubahannya di atas tentu saja berlaku untuk semua perguruan tinggi. Dalam konteks ini, STAIN Pekalongan sejatinya sedang berupaya melakukan revitalisasi dan berbagai strategi menuju pengembangan kampus, baik secara internal maupun eksternal. Apalagi, kampus yang satu-satunya sebagai Perguruan Tinggi Islam Negeri di wilayah eks-karesidenan Pekalongan ini mengalami dilema yang sulit terurai. Pertama, dilema antara lembaga dakwah atau akademis. Di satu sisi, banyak dosen STAIN Pekalongan kurang produktif lantaran sebagian dari mereka sibuk menjadi penceramah, namun di sisi lain jika mereka hanya
1
berkutat pada bidang akademis dan mengabaikan sisi dakwah semata maka STAIN hanya akan menjadi menara gading. Kedua, dilema antara kualitas dan kuantitas. Banyaknya mahasiswa STAIN Pekalongan merupakan bagian dari upaya kampus untuk melayani antusiasme masyarakat dalam menempuh jenjang kuliah, namun pada saat yang sama berdampak pada pengabaian kualitas karena kewalahan melayani banyaknya mahasiswa. Ketiga, dilema lokal dan global. Berorientasi pada kebutuhan lokal tentu saja menjadi tugas kampus, namun tuntutan global juga tidak bisa diabaikan. STAIN Pekalongan harus mampu memberikan sumbangsih dalam penyelesaian masalah-masalah lokal, Namun pada saat yang sama kampus ini juga wajib mampu merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya yang mengalir deras secara global (STAIN Pekalongan, 2011). Renstra STAIN Pekalongan yang digagas di tahun 2011 merupakan ikhtiar yang patut disambut dan diaplikasikan. Namun hingga sekarang (2015), rumusan Renstra tersebut belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Tidak sedikit rencana strategis kebijakan yang belum menuai hasil yang memadai. Pelbagai dilema yang dialami STAIN Pekalongan, seperti posisi kampus antara sebagai lembaga dakwah dan akademis masih menyisakan hambatan. Produktivitas dosen masih di bawah standar yang diharapkan. Dakwah yang dilaksanakan di tengah masyarakat masih jauh dari aksi-aksi transformatif. Selain itu, dilema antara kualitas dan kuantitas juga masih belum teruraikan. Di satu sisi, banyaknya mahasiswa baru yang masuk STAI Pekalongan di setiap tahunnya memang cukup membanggakan, namun di sisi lain kualitas mahasiswa dan lulusannya tetap menjadi problem serius. Dilema-dilema di atas merupakan kondisi umum yang dialami STAIN Pekalongan. Namun, bila dilihat dari aspek yang lebih spesifik pada saat yang bersamaan Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan mengalami problem yang lebih serius. Secara kuantitas Jurusan Ushuluddin dan Dakwah termasuk jurusan yang sepi peminat dibandingkan dengan jurusan lainnya di lingkungan STAIN Pekalongan. Kenyataan ini memang menjadi problem bersama bagi kampus-kampus Islam lainnya (Hudaeri, 2014). Dari sisi kualitas Jurusan Ushuluddin juga tidak kalah problematik.
2
Padahal Jurusan ini memiliki kedudukan penting dan strategis dalam pengembangan ilmu-ilmu keislaman karena bidang kajian di jurusan ini sebagai core keilmuan Islam. Karena itu, STAIN Pekalongan khususnya Jurusan Ushuluddin dan Dakwah dituntut betul-betul siap dalam bidang SDM baik dosen maupun tenaga kependidikannya. Kesiapan di bidang SDM harus menjadi perhatian dan prioritas. Untuk itu, Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan diharapkan memiliki kejelasan mengenai arah dan strategi pengembangannya untuk memastikan lulusan yang membanggakan, berkualitas dan berdaya saing. Jurusan Ushuluddin dan Dakwah tidak saja sebagai jurusan yang konsen pada masalah pembelajaran dan sumber pengetahuan, namun juga sebagai wahana interaksi dengan perubahan pasar kerja, di samping sebagai tempat pengembangan budaya dan pembelajaran terbuka untuk masyarakat serta sebagai sarana dan wahana kerjasama di level global.
B. Masalah Penelitian Perdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan memfokuskan pada dua masalah utama sebagai berikut: 1. Bagaimana kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan dari aspek kelembagaan dan akademik? 2. Bagaimana arah pengembangan aspek internal kelembagaan dan akademis Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan?
C. Pembatasan Masalah Penelitian ini secara umum akan mengkaji tentang Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan. Namun, fokus kajian dalam penelitian ini adalah mengenai arah pengembangannya dari aspek internal kelembagaan dan aspek akademik keilmuan. Beberapa sisi di bidang kekuatan, kelemahan dan tantangan Jurusan ini menjadi pijakan pembahasan dan analisis awal sebelum melakukan analisa mengenai peluang pengembangannya dalam menjalankan fungsi tri dharma perguruan tinggi. Karena itu, fokus masalah dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan dari aspek
3
kelembagaan dan akademik. Fokus kedua adalah arah pengembangan aspek internal kelembagaan dan akademis Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan.
D. Signifikansi penelitian Penelitian ini memiliki signifikansi sebagai berikut: Pertama, secara teoretis penelitian ini akan menjadi sumbangsih untuk memahami kelebihan, kelemahan, tantangan dan potensi Jurusan Ushuluddin dan Dakwah dalam upaya pengembangannya di bidang kelembagaan dan akademik Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sejauh ini, penelitian tentang Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan belum pernah dilakukan khususnya mengenai arah pengembangannya. Kedua, hasil penelitian akan menjadi bahan untuk melakukan pijakan policy bagi para stakholder dalam melakukan revitalisasi pengembangan Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, terutama menghadapi perubahan status STAIN Pekalongan menuju IAIN Pekalongan. E. Kajian Riset Sebelumnya Sejumlah
peneliti
Indonesia
telah
melakukan
studi
empiris
mengenai
pengembangan fakultas ushuluddin dan dakwah. Hudaeri (2014) telah meneliti internal kelembagaan dan akademik fakultas Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hasauddin, Banten, Indonesia. Dengan judul penelitiannya “Revitalisasi dan Pemberdayaan Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah”, teori yang digunakan adalah Higher Education Long Term Strategies (HELTS). Teori ini diambil dari acuan norma dan strategi pengembangan yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan Nasional sebagai institusi regulator di bidang pendidikan yang juga pengadaptasian dari konsep yang dikemukakan oleh Muhandas (2007). Meskipun Higher Education Long Term Strategies (HELTS) sudah berakhir pada tahun 2010 yang lalu, namun norma-norma pokoknya masih relevan untuk diikuti. Tiga prinsip utama HELTS seperti nation competitiveness (daya saing bangsa), autonomy (otonomi) dan organization health (kesehatan organisasi), harus menjadi dasar pengembangan kelembagaan pendidikan tinggi Islam di Indonesia, termasuk pengembangan fakultas Ushuluddin dan Dakwah. Berbeda dengan
teori yang digunakan dalam penelitian ini selain menggunakan acuan atau norma (HELTS) juga menggunakan
teori yang lain yaitu, Teori Skills of an Effective
4
Administrator yang dikemukan oleh Robert L. Katz (1970) dan dikembangkan oleh Ricky W. Griffin (2006). Peneliti selanjutnya yaitu Mursyidah & Salim (2012) dengan judul “Dakwah Melalui Media Siber: Analisis Pesan Dakwah dalam Website Dakwatuna.com”. Penelitian ini menilik fenomena dakwah kontemporer yang mengisyaratkan tuntutan terhadap kemampuan para dai untuk mampu menentukan posisi gebrakan dakwah baru dalam kegiatan dakwah. Kehadiran media massa internet telah membuka cakrawala ummat Islam untuk turut andil dalam operasionalisasi dakwah di balik berbagai wacana dengan menggunakan senjata kata-kata untuk membius ummat manusia dengan berlandaskan asas-asas dakwah yang dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan khaira ummah di tengah gejala dunia global syndrom saat ini. Hasil penelitian ini tentunya memberikan kontribusi bagi pengembangan arah dakwah ke depan dan lebih maju. Relevansinya dengan penelitian akan dilaksanakan ini adalah pada bagian pengembangan dan strategi dakwah. Ketiga Sekar Ayu Aryani, dengan judul “Pemberdayaan dan Pengembangan Kelembagaan dan Akademik Fakultas Ushuluddin: Sebuah Pengalaman FUSAP UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sebuah artikel yang ditulis dan dipresentasikan dalam Seminar di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang, tanggal 28 Mei 2011, menyimpulkan bahwa core (inti) keilmuan Fakultas Ushuluddin merupakan ilmu-ilmu pokok dalam studi Ke-Islam-an yang memiliki peran yang sangat strategis baik dalam pengembangan keilmuan ke-Islam-an lainya maupun dalam membangun karakter bangsa. Relevansinya dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah terkait dengan pengembangan fakultas Ushuluddin, yang mana di STAIN Pekalongan Ushuluddin merupakan jurusan yang masih tergabung dengan jurusan Dakwah.
F. Kerangka Teori 1. Teori Higher Education Long Term Strategies (HELTS). Teori ini diadaptasi dari Muhandas (2007) yang digunakan oleh kementerian Pendidikan Nasional untuk acuan norma dan strategi pengembangan pendidikan tiggi. Terdapat tiga prinsip yang menjadi dasar pengembangan kelembagaan pendidikan tinggi di Indonesia, yaitu daya saing bangsa (Nation competitiveness), otonomi (autonomy) dan kesehatan organisasi (organization health).
5
a. Daya Saing Bangsa (Nation Competitiveness) Aspek Kualitas dan aspek relevansi bagi pendidikan tinggi memiliki kontribusi langsung pada peningkatan daya saing bangsa dalam bidang Sumber daya Manusia. Meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan tinggi merupakan pekerjaan yang komplek, karena menyangkut banyak faktor seperti kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, kualitas sarana dan fasilitas pendidikan, sistem pengelolaan pendanaan dan suasana akademik yang tercipta di dalam perguruan tinggi masing-masing. Untuk mempercepat peningkatan kedua aspek tersebut, perguruan tinggi dapat mengupayakan adanya cooperation, benchmarking, networking dan berbagai usaha lain, sehingga dapat memanfaatkan lesson learned dan best practices dari perguruan tinggi lain. (Hudaeri, 2014). Dalam konteks pengembangan fakultas Ushuluddin dan dakwah tidak terkecuali kualitas dan relevansi harus diusahakan, meski ke arah itu cukup berat. Bicara peningkatan kualitas, banyak hal mesti menjadi perhatian; mulai dari dosen, mahasiswa, manajemen pengelolaan, kurikulum, sarana prasarana dan lainnya. (Hudaeri, 2014).
b.
Otonomi (Autonomy) Sistem pengelolaan di perguruan tinggi selama ini pada umumnya mengikuti
peraturan yang secara seragam berlaku untuk seluruh jajaran unit pelayanan pemerintah. Pengelolaan terpusat seperti ini mengakibatkan tumbuhnya budaya birokrasi yang kuat di perguruan tinggi. Pimpinan perguruan tinggi merasa bahwa akuntabilitas mereka hanya kepada atasannya (single accountability) di pemerintah pusat, dan bukan kepada stakeholders secara keseluruhan yaitu masyarakat perguruan tinggi (dosen, pegawai, dan mahasiswa), orang tua mahasiswa, pemerintah pusat dan daerah, dan masyarakat lainnya (penyedia kerja, alumni, industri, dan masyarakat umum lainnya) (Hudaeri, 2014).
c.
Kesehatan organisasi (organization health) Perguruan tinggi adalah tempat untuk menemukan, mengembangkan dan
menyebarluaskan informasi berupa ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni, maka sumber daya informasi yang dimiliki dosen, perpustakaan dan yang diperoleh melalui penggunaan tekhnologi informasi, dapat juga dikategorikan sebagai aset perguruan tinggi. Oleh karena itudalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, maka sumber daya informasi harus dapat dimanfaatkan secara bersama (resource sharing) antar perguruan tinggi. (Dirjen Dikti, 2014).
6
Sistem pendidikan yang baik didukung oleh beberapa unsur yang baik pula, antara lain : (1) arah oganisasi yang sehat; (2) Pengelolaan yang transparan dan akuntabel; (3) Ketersediaan Rencana Pembelajaran dalam bentuk dokumen kurikulum yang jelas dan sesuai kebutuhan pasar kerja; (4) Kemampuan dan Keterampilan sumberdaya manusia di bidang akademik dan non akademik yang handal dan profesional; (5) Ketersediaan sarana-prasarana dan fasilitas belajar yang memadai, serta lingkungan akademik yang kondusif.; (6) Pendanaan yang cukup; dan (7) mahasiswa yang memiliki kompetensi yang baik. Dengan didukung ketujuh unsur tersebut, perguruan tinggi akan dapat mengembangkan iklim akademik yang sehat, serta mengarah pada ketercapaian masyarakat akademik yang professional (Hudaeri, 2014).
2. Teori Skills of an Effective Administrator Dalam kajian psikologi organisasi, Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah: a.Keterampilan konseptual (conceptional skill) Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. b. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill) Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
7
c.
Keterampilan teknis (technical skill) Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat
yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain. Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu: Keterampilan manajemen waktu dan Keterampilan membuat keputusan. Keterampilan manajemen waktu Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Keterampilan membuat keputusan Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan
alternatif
yang
telah
ia
pilih
serta
mengawasi
dan
mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar. Dari kerangka teoretis tersebut disusun kerangka berpikir dalam skema berikut: Analisis SWOT Kekuatan, Kelemahan, Tantangan dan Peluang Keterampilan manajerial Conceptional skill Humanity skil Technical skill
Strategi pengembangan perguruan Tinggi: Daya Saing Otonomi Kesehatan organisasi
8
G. Metode Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif. Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Wawancara. Teknik ini digunkan untuk mnedapatkan data-data mengenai analisis SWOT jurusan UShuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan, serta arah pengembangannya. Dengan mendasarkan pada kerangka berpikir yang telah dipaparkankan sebelumnya, wawancara ini dilakukan untuk menggali data dari sumber (informan) seperti, para pejabat di Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, dosen, staf dan mahasiswa Jurusan Ushuluddin dan Dakwah. (2) observasi, yakni pengamatan terhadap iklim akademik yang berkembang di lingkungan pimpinan, dosen dan mahasiswa Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan. (3) Dokumentasi. atau data yang bersumber dari profil kelembagaan yang dimiliki Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan yang bersifat soft skil dan hard skill. Dokumen soft skill berupa silabus, kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, dan sumber-sumber belajar yang lain, sementara hard skill meliputi gedung tempat belajar dan perpustakaan; Data-data yang telah dihimpun melalui dokumen dan observasi akan dianalisis secara kualitatif yang lebih menekankan pada kedalaman makna dari data-data tersebut. Melalui metode analasis ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang utuh tentang kelebihan, kelemahan, tantangan dan peluang yang dihadapi Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan. Teknik Analisa Data di lapangan dalm penelitian ini menggunakan model analisis data Miles and Huberman, dimana komponen dalam analisis data ini terbagi menjadi 3 tahap, yaitu, Reduksi Data, Penyajian data, dan ferivikasi/ kesimpulan (Sugiyono, 2007).
9
BAB II ANALISIS SWOT DAN ARAH PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
A. ANALISIS SWOT 1. Pengertian Analisis SWOT
SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal. Analisis SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kukuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dimiliki sebuah organisasi atau perusahaan. Dalam definisi yang lain disebutkan, analisis SWOT merupakan instrument perencanaaan strategis yang memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik dalam melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana terhadap apa yang bisa dicapai dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka. Menurut Jogiyanto (2005:46). Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang. Definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2009: 18), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor yang dilakukan secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan.
Prinsip
analisis
ini
didasarkan
pada
logika
untuk
10
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan atau menekan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) yang dihadapi sebuah perusahaan atau organisasi tertentu. Keberhasilan akan analisis SWOT ini sangat bergantung pada kebijakan strategis dan pengambilan keputusan yang selalu diacu pada pengembangan misi dan tujuan perusahaan atau organisasi dan berdasarkan kondisi saat ini. Analisis SWOT adalah analisis yang mengkombinasikan antara faktor lingungan internal dan eksternal, yakni Strenghths-Weaknesses sebagai faktor internal dan OpportunitiesThreats sebagai lingkungan eksternal. Dengan demikian, analisis SWOT adalah membandingkan antara faktor internal (Strenghths dan Weaknesses) dan faktor eksternal (Opportunities dan Threats). SWOT yang diterjemahkan dengan Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan dan Ancaman ini sering disingkat dengan KEKEPAN. Metode
atau
pendekatan
ini
dilakukan
dengan
memikirkan
dan
mempertimbangkan tentang kekuatan apa saja yang dimiliki dan kelemahan apa saja yang melekat pada sebuah perusahaan atau organisasi, kemudian melihat pula kesempatan yang terbuka sehingga harus mampu mengenali berbagai ancaman, gangguan, hambatan serta tantangan (AGHT) yang menghadang atau berpotensi sebagai halangan perkembangan dan kemajuan perusahaan atau organisasi tersebut.
11
Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT, adalah sebagai berikut. a.
Kekuatan (strenghts) Kekuatan merupakan faktor internal yang mendukung sebuah organisasi
atau perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor pendukung aspek ini adalah sumber daya, keterampilan, keahlian, atau keunggulan-keunggulan lainnya. Keunggulan mungkin dapat diperoleh berkat sumber keuangan, citra, keunggulan di pasar, serta hubungan baik antara buyer dan supplier, atau stakeholder dalam konteks organisasi. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar (Fred, 2005:47). Strenght (S) yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini. Yang perlu dilakukan di dalam analisis ini adalah setiap perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan di bandingkan dengan
12
para pesaingnya. Misalnya jika kekuatan perusahaan tersebut unggul di dalam teknologinya, maka keunggulan itu dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan juga kualitas yang lebih maju. b. Kelemahan (weakness) Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja sebuah perusahaan atau organisasi. Faktor-faktor tersebut bersifat internal yang menghambat laju sebuah perusahaan atau organisasi dalam mencapai tujuannya. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas yang kurang lengkap, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran (Fred, 2005:47). Weaknesses (W) yaitu analisis kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini. Merupakan cara menganalisis kelemahan di dalam sebuah perusahaan ataupun organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu perusahaan atau organisasi. c. Peluang (opportunities) Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecendrungan–kecendrungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang bagi perusahaan (Fred, 2005:47). Opportunity (O) yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang di luar suatu organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan. Cara ini adalah
13
untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu perusahaan ataupun organisasi bisa berkembang di masa yang akan depan atau masa yang akan datang. Faktor eksternal yang mendukung pencapaian tujuan dapat berupa perubahan
kebijakan,
perubahan
persaingan,
perubahan
teknologi,
dan
perkembangan pasar. Dalam konteks organisasi, perubahan-perubahan tersebut disesuaikan dengan berbagai elemen yang sebelumnya telah menjalin hubungan atau pihak-pihak yang berpotensi dapat menjalin hubungan dengan organisasi tersebut. d. Ancaman (threats) Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan perusahaan atau organisasi. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi terkini atau yang diinginkan perusahaan. Analisis ancaman atau threats (T) yaitu analisis terhadap setiap ancaman yang berpotensi menjadi penghalang perkembangan atau situasi yang tidak menguntungkan dalam menghadapi berbagai macam faktor lingkungan pada suatu perusahaan atau organisasi yang dapat menyebabkan kemundurannya. Jika tidak segera di atasi, ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Faktor ancaman ini bersifat eksternal berupa masuknya pesaing baru, pertubuhan pasar yang lambat, atau kecenderungan eksternal yang tidak berpihak bagi perusahaan atau organisasi. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan atau organisasi (Lihat Fred, 2005:47).
14
2. Matrik Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan instrumen yang dapat dianggap cukup efektif dan ampuh dalam melakukan analisis strategi. Efektifitas dan keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi perusahaan atau organisasi untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang yang berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang ada dalam tubuh perusahaan atau organisasi serta menekan potensi ancaman yang bakal timbul dan harus dihadapi (Robinson, 1997: 231). Gambaran tentang peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal sebuah perusahaan atau organisasi. Ada empat strategi dalam menghubungkan dua unsur tersebut dalam matrik SWOT, yaitu strategi SO, WO, ST, dan WT (Rangkuti, 2009) a. Strategi S-O Sebuah perusahaan atau organisasi dengan situasi semacam ini merupakan kondisi yang paling menguntungkan. Peluang dapat dimanfaatkan sebesarbesarnya karena perusahaan memiliki kekuatan yang memadai. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategi). b. Strategi W-O Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan atau organisasi untuk mengatasi ancaman. Strategi ini digunakan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang melalui strategi diversifikasi dalam ranah pasar dan produk.
15
c. Strategi S-T Penggunaan terhadap strategi ini dilakukan melalui pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang dialami. Satu sisi, perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, namun di sisi lain ia harus menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Karena itu, cara yang efektif untuk mengatasinya adalah dengan peninjauan kembali teknologi yang dipergunakan untuk atau dengan menawarkan produk-produk baru. d. Strategi W-T Situasi di mana perusahaan atau organisasi hanya diliputi kelemahan dan dihadapkan pada ancaman, lebih menitikberatkan pada upaya defensif karena perusahaan atau organisasi harus menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi terakhir ini termasuk situasi yang sangat tidak menguntungkan. Untuk mengetahui kelebihan atau kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang dari sebuah organisasi maka harus dilihat beberapa unsur di dalamnya, yaitu berkaitan dengan gaya kepemimpinan, kinerja karyawan, komitmen organisasi dan budaya organisasi. Sedangkan Sistem perguruan tinggi dilihat dari sebagai sebuah proses memiliki empat tahapan pokok: (1) masukan; (2) proses; (3) luaran atau output; dan (4) outome atau hasil ikutan. Kategori masukan meliputi dosen, mahasiswa, buku, staf administrasi dan teknisi. Proses meliputi proses pembelajaran, proses penelitian, proses manajemen. Luaran adalah lulusan, hasil penelitian, dan karya IPTEK lainnya. Sedangkan outcome adalah penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap luaran perguruan tinggi, kesinambungan, peningkatan mutu hidup masyarakat dan lingkungan (Kemendiknas, 2008).
16
3. Manfaat Analisis SWOT
Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yangg paling dasar, yang bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu permasalahan dari 4 empat sisi yang berbeda. Hasil dari analisa biasanya berupa arahan ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis ini akan membantu untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini. Dari pembahasan diatas tadi, analisis SWOT merupakan instrumen yang bermanfaat dalam melakukan analisis strategi. Analisis ini berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam suatu perusahaan atau organisasi serta menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Perkiraan mengenai kapasitas internal sebuah organisasi dapat membantu mengidentifikasi dimana posisi organisasi tersebut saat ini, termasuk tentang
17
pemanfaatan terhadap sumberdaya yang dimiliki dan masalah yang belum dapat diselesaikan.
Cara ini
dapat
membantu
melakukan
identifikasi
terhadap
sumberdaya, keterampilan atau mitra dalam sebuah organisasi mengenai bagaimana, dimana dan kapan semuanya dibutuhkan dan didayagunakan. Untuk mengidentifikasi kekuatan dalam sebuah organisasi, maka dibutuhkan menganalisis contoh-contoh keberhasilan yang nyata. Analisis itu dapat dimulai dari pertanyaan-pertanyaan berikut: jenis keterampilan dan kapasitas apa yang mampu dikembangkan? Di bidang apa saja setiap staff dalam organisasi dapat memanfaatkan keterampilan dan kapasitasnya dengan sangat efektif ? Siapa saja mitra terkuat yang dapat mempengaruhi kebijakan? Bagaimana pihak luar memandang kekuatan yang kita dimiliki? B. ARAH PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
1. Teori Strategi Pengembangan Kelembagaan Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangkan panjang, atau ia merupakan alat untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing. Proses manajemen adalah alur di mana menyusunan strategi menentukan sasaran dan menyusun keputusan strategi. Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap: a. Formulasi strategi, termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal menentukan kekuatan dana kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang. b. Implementasi strategi c. Evaluasi strategi. Tahap final dalam menejemen strategi Dalam peneltian ini, proses manajemen strategi ini hanya pada tahap memformulasikan strategi.
18
2. Strategi Pengembangan Kampus Tujuan dari kebijakan publik adalah menyelesaikan berbagai masalah publik. Masalah publik adalah masalah yang mencakup dan berdampak kepada kehidupan publik. Sedangkan kebijakan publik merupakan agenda kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah yang merupakan tanggapan terhadap lingkungan atau masalah publik. Jadi dalam menyelesaikan masalah publik ini yang sangat penting adalah hubungan
yang
dipimpinnya.
normatif
Pejabat
antara
publik
harus
pejabat
publik
memahami
dengan
masyarakat
yang
kebutuhan
masyarakat
yang
dipimpinnya. Tujuan dari kebijakan publik adalah menyelesaikan berbagai masalah publik. Masalah publik adalah masalah yang mencakup dan berdampak kepada kehidupan publik. Sedangkan kebijakan publik merupakan agenda kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah yang merupakan tanggapan terhadap lingkungan atau masalah publik. Jadi dalam menyelesaikan masalah publik ini yang sangat penting adalah hubungan yang normatif antara pejabat publik dengan masyarakat yang dipimpinnya.
Pejabat
publik
harus
memahami
kebutuhan
masyarakat
yang
dipimpinnya. a.
Teori Higher Education Long Term Strategies (HELTS). Teori ini diadaptasi dari Muhandas (2007) yang digunakan oleh kementerian
Pendidikan Nasional untuk acuan norma dan strategi pengembangan pendidikan tiggi. Terdapat tiga prinsip yang menjadi dasar pengembangan kelembagaan pendidikan
19
tinggi di Indonesia, yaitu daya saing bangsa (Nation competitiveness), otonomi (autonomy) dan kesehatan organisasi (organization health).
i.
Daya Saing Bangsa (Nation Competitiveness) Aspek Kualitas dan aspek relevansi bagi pendidikan tinggi memiliki kontribusi
langsung pada peningkatan daya saing bangsa dalam bidang Sumber daya Manusia. Meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan tinggi merupakan pekerjaan yang komplek, karena menyangkut banyak faktor seperti kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, kualitas sarana dan fasilitas pendidikan, sistem pengelolaan pendanaan dan suasana akademik yang tercipta di dalam perguruan tinggi masing-masing. Untuk mempercepat peningkatan kedua aspek tersebut, perguruan tinggi dapat mengupayakan adanya cooperation, benchmarking, networking dan berbagai usaha lain, sehingga dapat memanfaatkan lesson learned dan best practices dari perguruan tinggi lain. (Hudaeri, 2014). Dalam konteks pengembangan fakultas Ushuluddin dan dakwah tidak terkecuali kualitas dan relevansi harus diusahakan, meski ke arah itu cukup berat. Bicara peningkatan kualitas, banyak hal mesti menjadi perhatian; mulai dari dosen, mahasiswa, manajemen pengelolaan, kurikulum, sarana prasarana dan lainnya. (Hudaeri, 2014).
ii.
Otonomi (Autonomy) Sistem pengelolaan di perguruan tinggi selama ini pada umumnya mengikuti
peraturan yang secara seragam berlaku untuk seluruh jajaran unit pelayanan pemerintah. Pengelolaan terpusat seperti ini mengakibatkan tumbuhnya budaya birokrasi yang kuat di perguruan tinggi. Pimpinan perguruan tinggi merasa bahwa akuntabilitas mereka hanya kepada atasannya (single accountability) di pemerintah pusat, dan bukan kepada stakeholders secara keseluruhan yaitu masyarakat perguruan
20
tinggi (dosen, pegawai, dan mahasiswa), orang tua mahasiswa, pemerintah pusat dan daerah, dan masyarakat lainnya (penyedia kerja, alumni, industri, dan masyarakat umum lainnya) (Hudaeri, 2014).
iii.
Kesehatan organisasi (organization health) Perguruan tinggi adalah tempat untuk menemukan, mengembangkan dan
menyebarluaskan informasi berupa ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni, maka sumber daya informasi yang dimiliki dosen, perpustakaan dan yang diperoleh melalui penggunaan tekhnologi informasi, dapat juga dikategorikan sebagai aset perguruan tinggi. Oleh karena itudalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, maka sumber daya informasi harus dapat dimanfaatkan secara bersama (resource sharing) antar perguruan tinggi. (Dirjen Dikti, 2014).
Sistem pendidikan yang baik didukung oleh beberapa unsur yang baik pula, antara lain : (1) arah oganisasi yang sehat; (2) Pengelolaan yang transparan dan akuntabel; (3) Ketersediaan Rencana Pembelajaran dalam bentuk dokumen kurikulum yang jelas dan sesuai kebutuhan pasar kerja; (4) Kemampuan dan Keterampilan sumberdaya manusia di bidang akademik dan non akademik yang handal dan profesional; (5) Ketersediaan sarana-prasarana dan fasilitas belajar yang memadai, serta lingkungan akademik yang kondusif.; (6) Pendanaan yang cukup; dan (7) mahasiswa yang memiliki kompetensi yang baik. Dengan didukung ketujuh unsur tersebut, perguruan tinggi akan dapat mengembangkan iklim akademik yang sehat, serta mengarah pada ketercapaian masyarakat akademik yang professional (Hudaeri, 2014).
21
b.
Teori Skills of an Effective Administrator
Dalam kajian psikologi organisasi, Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah: i.
Keterampilan konseptual (conceptional skill) Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu.
ii.
Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill) Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
iii.
Keterampilan teknis (technical skill) Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
22
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu: Keterampilan manajemen waktu dan Keterampilan membuat keputusan. Keterampilan manajemen waktu Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Keterampilan membuat keputusan Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar. Keberhasilan sebuah organisasi tidak lepas dari gaya kepemimpinan seorang pemimpin di dalamnya dalam mencapai tujuan dan memenuhi tanggung jawab. Laju kepemimpinan yang dilakasanakan dengan baik
akan mencapai sasaran yang
dikehendaki dalam organisasi tersebut. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pemimpin terhadap kemampuan bawahannya.
23
Dengan kata lain, gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Salah satu dari keberhasilan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh bagaimana ia mampu mempengaruhi prilaku anggota atau bawahan dalam melaksanakan setiap tugas yang diemban masing-masing. Robbin menyatakan bahwa kepemimpinan
adalah
kemampuan
untuk
mempengaruhi
kelompok
menuju
pencapaian sasaran. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin memiliki tiga pola dasar gaya kepemimpinan: (1) mementingkan pelaksanaan tugas; (2) mementingkan hubungan kerjasama; dan (3) mementingkan hasil yang dapat dicapai (Veithzal Rivai, 2004). Sebagian menjelaskan bahwa pemimpin dapat menunjukkan lebih dari satu gaya kepemimpinan, dan mengidentifikasikan empat gaya kepemimpinan (Robert House, 1971, dalam Kreitner dan Kinicki, 2005), yaitu: i.
Kepemimpinan direktif Kepemimpinan dengan gaya ini memberikan panduan kepada para karyawan mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, menjadwalkan pekerjaan, dan mempertahankan standar kerja.
ii.
Kepemimpinan supportif Gaya kepemimpinan ini menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan dan kebutuhan para karyawan, sikap ramah dan dapat didekati, serta memperlakukan para karyawan sebagai orang yang setara dengan dirinya.
24
iii.
Kepemimpinan partisipatif Yakni pemimpin yang berkonsultasi dengan karyawan dan secara serius mempertimbangkan gagasan mereka pada saat mengambil keputusan.
iv.
Kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian Ciri khas dari gaya kepemimpinan mendorong para karyawan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka dengan menetapkan tujuan yang menantang, menekankan pada kesempurnaan, dan memperlihatkan kepercayaan diri atas kemampuan karyawan. Sedangkan penelitian Iowa University yang dilakukan oleh Ronald Lippit, Talph K, White, dibawah bimbingan Kurt Lewin pada tahun 1930-an (dalam Luthans, 2006) menghasilkan tiga gaya kepemimpinan, yaitu: pertama, otokratis (autocratic), yakni pemimpin memegang kekuasaan secara penuh, kekuasaanya bersifat sentralistik, menekankan kekuasaan jabatan, dilaksanakan dengan paksaan serta memegang sistem pemberian hadiah dan hukuman. Kedua, Bebas Kendali (Laissez faire), yaitu pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada bawahannya untuk melakukan apa saja. Peran aktif dilakukan oleh anggota organisasi yang bebas memilih cara bekerja. Ketiga, Demokratis (Democratic), yakni gaya kepemimpinan seorang pemimpin yang mendelegasikan wewenang pada bawahan, mendorong partisipasi bawahan, menekankan kemampuan bawahan dalam menyelesaikan tugasnya, dan memperoleh penghargaan melalui kekuasaan pengaruh, bukan jabatan. Sebuah organisasi disebut berhasil ketika sumberdaya terutama karyawan didayagunakan secara optimal dan professional sehingga organisasi berjalan
25
dengan efektif dan efisien. Artinya, pegawai, karyawan atau bawahan dilibatkan secara tepat sasaran dan memenuhi kaida-kaidah organisasi dalam berbagai proses sejak perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan dan evaluasi. Dari titik inilah dapat disimpulkan bahwa sumberdaya manusia merupakan motor utama keberhasilan sebuah organisasi. Karena itu, sumberdaya manusia harus dipelihara dan dikelola dengan baik dan benar karena hal itu akan mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja setiap anggota di dalamnya. Perguruan tinggi adalah tempat untuk menemukan, mengembangkan dan menyebarluaskan informasi berupa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Untuk itu dibutuhkan sumber daya dosen yang kompeten, perpustakaan yang memadai, dan teknologi informasi yang cukup.
26
Bab III Analisis Swot dan Arah Pengembangan Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan
A. Kekuatan, Kelemahan, Tantangan dan Peluang Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan dari Aspek Kelembagaan dan Akademik. 1. Kekuatan Berbicara tentang kekuatan jurusan ushuluddin dan Dakwah, tentunya tidak hanya cukup dilihat dari kekuatan SDM, sarana dan prasarana saja, akan tetapi banyak hal yang terkait di dalam pengelolaan sebuah organisasi, termasuk di dalamnya adalah Jurusan Ushuluddin dan Dakwah. Berikut, hasil wawancara dengan berbagai pihak tentang berbagai hal yang berhubungan kekuatan Jurusan ushuluddin dan Dakwah dari berbagai aspek a. SDM Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN pekalongan, dari aspek sumber daya manusia, memiliki beberapa kekuatan. Salah satu kekuatan tersebut adalah profil lulusan Ushuluddin dan Dakwah yang digambarkan sebagai profil yang memiliki pengetahuan keilmuan yang lebih spesifik pada ilmu-ilmu dasar keagamaan Islam. Dari keunikan profil tersebut, alumni Jurusan Ushuluddin dan Dakwah memiliki peluang pekerjaan yang lebih banyak dibandingkan jurusan lain. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh beberapa hasil wawancara dari mahasiswa berbagai prodi yang ada di lingkungan jurusan Ushuluddin dan dakwah antara lain; “Jurusan ushuludin dan dakwah dibandingkan dengan jurusan yg lain adalah bahwa jurusan ini menghasilkan SDM yang bisa masuk ke institusi manapun setelah lulus, Dan selain itu mahasiswa nya mengetahui banyak tentang hadis, yang dapat diterapkan sehari-hari di masyarakat “(Wawancara dengan ITN, Mahasiswa tanggal 5 Oktober 2015). Pernyataan tersebut juga dikuatkan oleh NZ yang mengatakan bahwa “jika dibanding dengan jurusan yang lain, jurusan USDHA tergolong sedikit, namun kebanyakan telah memiliki pengetahuan dalam masalah agama karena kebanyakan lulusan pondok salaf kitap dan al-quran” (Wawancara dengan NZ, Mahasiswa tanggal 6 Oktober 2015). Demikian pula pernyataan dari SWD sebagai berikut: “Menurut saya mengenai SDM itu 27
relative, tapi bisa saya tarik kesimpulan secara umum, mahasiswa ushuludin lebih berwawasan mengenai agama, akhlak dan hadist. Untuk jurusan Dakwahnya lebih ramah dan komunikatif karena mungkin sesuai prodi yang lebih cenderung ke komunikasinya” (Wawancara dengan SWD, Mahasiswa tanggal 6 Oktober 2015). Selain itu, juga seperti yang dikuatkan oleh SPJ, yang menyatakan : “Menurut saya mengenai SDM di jurusan usuluddin dan dakwah sangat fariatif karena kebanyakan anakanaknya yang basicnya pesantren jadi mungkin SDMnya lebih agamis” (Wawancara dengan SPJ, Mahasiswa 6 Oktober 2015). Kelebihan SDM di jurusan Ushuluddin dan Dakwah tidak hanya dari aspek input mahasiswanya, namun juga dari dosen dan tenaga pendidikan yang mumpuni. Hal ini sebagaimana hasil wawancara berikut ini. “Menurut saya sama dengan jurusan yang lain. Dosen-dosennya sudah sesuai dengan keahlian masing-masing dalam mata kuliah yang diajarkan. Untuk kelemahannya tidak ada (Wawancara dengan NS, tanggal 7 Oktober 2015)”. Pernyataan di atas didukung dengan pernyataan yang diungkapkan oleh MU berikut ini: “Substansi materi yang berkaitan dengan keilmuan secara murni dan halhal yang bersifat kajian, tidak hanya sekedar praktis atupun teori saja tetapi dari sisi substansi mestinya USHDA mendapatkan perhatian yang lebih. Selain itu, sumber daya dosen kebanyakan mereka aalah orangorang yang mumpuni di bidangnya masing-masing. Sedanngkan kelemahanya yaitu perlu ada pembukuan secara resmi tentang administrasi, serta pembagian dosen yang jelas (Wawancara dengan MU, tanggal 8 Oktober 2015). Jumlah mahasiswa di jurusan Ushuluddin tidak serta merta mencirikan jurusan ini sebagai jurusan yang SDM nya lemah, justru sebaliknya jumlah mahasiswa yang sedikit tersebut dapat dijadikan sebagai kekuatan. Hal ini sebagaimana pernyataan berikut: “Kalau menurut saya kelebihan dai SDM nya yaitu mahasiswanya sedikit. Karena yang sedikit itu justru bisa dikelola atau di manaj dengan baik. Sumber daya dosennya juga sudah terpenuhi yaitu mempunyai 6 dosen tetap. Dan ada tambahan lainya itu justru memperoleh rasio dosen lebih mudah dibandingkan dengan PAI. Sehingga rasionya lebih rasionalistik. Dan sebetulnya lebih enjoy mengajar di USHDA ini. Sedangkan kelemahannya yaitu karena hanya sedikit orang, jika mahasiswa tsb bias belajar dengan banyak orang maka akan timbul rasa malas, dan tidak 28
semangat. Selain itu, USHDA dianggap tidak maketable, karena ada TH, BK, AT. Tapi menurut saya maketable tidak harus mengikuti pasar yang ada. Tetapi harus mampu bekerja. Sebetulnya kita justru memikirkan tantangan bagaimana produksi lulusan yang baik, berkarya, misalnya lulusan hadis harus mampu seperti apa dsb. Dakwah seperti di Tombo yang bisa melakukan perubahan di desa, bisa mendorong masyarakat memiliki kesadaran, punya databased untuk menggerakan jumlah anggota penduduk desanya (Wawancara dengan MOM, tanggal 11 Oktober 2015). b. Faktor Geografis Hasil wawancara dari mahasiswa berbagai prodi yang ada di lingkungan jurusan Ushuluddin dan dakwah menunjukkan bahwa letak geografis jurusan
Ushuluddin
mendukung
proses
perkuliahan
sekaligus
pengembangan jurusan secara umum. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pernyataan hasil wawancara berikut ini: “ruang perkuliahan yang dipakai tergolong nyaman, karena selain masih baru, gedungnya juga ruangannya tergolong luas dan keliatan bersih (Wawancara dengan NZ, Mahasiswa tanggal 6 Oktober 2015). Pernyataan yang sama diungkapkan oleh ITN berikut ini: secara geografis jurusan ushuludin dan dakwah, sangat strategis, dimana gedung ushuludin dan dakwah terletak di samping muskam, dan hal tersebut memudahkan mahasiswa yang akan melaksanakan ibadah sholat (Wawancara dengan ITN, Mahasiswa tanggal 6 Oktober 2015). Senada dengan pernyataan tersebut di atas adalah yang diungkapkan oleh SPJ, Mahasiswa berikut ini: secara geografis, gedungnya sangat strategis, dekat sama mushola, kantor jurusan, kantin, perpustakaan sehingga memudahkan akses mahasiswa (Wawancara dengan SPJ, Mahasiswa tanggal 9 Oktober 2015. Selain gedung yang terpusat, kelebihan lainnya adalah letak geografis kampus STAIN secara umum yang mudah diakses dari jalur utama pantura. Sebagaimana pernyataan MU sebagai berikut: Kelebihan dari sisi geografis ini merupakan jalur yang tepat, karena di wilayah pantura tidak ada PTAI. (Wawancara dengan MU, tanggal 6 Oktober 2015). c. Kultur Masyarakat Tentang kultur masyarakat, banyak questioner yang mengaitkan kelebihan kultur masyarakat dimana jurusan Ushuluddin dan Dakwah berada dengan masyarakat agamis. Sebagaimana Hasil wawancara berikut ini. 29
secara kultur sangat religius, ramah, dan beragam sehingga itu merupakan sisi keunikan tersendiri (Wawancara dengan SPJ, Mahasiswa 1 Desember 2015). Pernyataan tersebut juga diamini oleh AP berikut ini: “Kultur lebih lekat dengan ciri khas orang pesisir (Wawancara dengan AP, Mahasiswa tanggal 10 Oktober 2015). Senada dengan pernyataan di atas, adalah pernyataan-pernyataan questioner berikut ini: “Budaya masyarakat di kota pekalongan cenderung agamis, mestinya memberikan dukungan tersendiri terhadap Ushuluddin dan Dakwah” (Wawancara dengan NM, tanggal 10 Oktober 2015 “Jurusan ushuluddin di dukung oleh masyarakat religious yang memiliki kesadaran akan pengamalan keushuludinan (tasawuf/tarekat), dimana para kyai dan habaib banyak jumlahnya” (Wawancara dengan IK tanggal 9 Oktober 2015). “Kultur masyarakatnya adalah masyarakat santri. Ushuluddin mempunyai daya tarik tersendiri. Karena masyarakat santri itu mestinya lebih tertarik untuk mengkaji ilmu-ilmu keislaman. Jurusan-jurusan di PTAIN yang sekarang ini masih konsen pada pemikiran keislaman ya di Ushuluddin. Kalau di jurusan lain itu sebenarnya sudah pragmatis. Semisal di ekonomi islam itu lebih kepada bagaimana memenuhi lembaga-lembaga ekonomi syariah. Kemudian tarbiyah lebih kepada memenuhi kebutuhan guru.Jadi, disitu konsen keilmuan keislamannya berkurang.Tidak seperti di Ushuluddin yang konsen kelimuan keislamannya tetap masih ada” (wawancara dengan AZ, tanggal 8 Oktober 2015). d. Sarana Pra Sarana Sarana dan prasarana merupakan factor penting dalam pelaksanaan kegiatan di perguruan tinggi yang tidak hanya terkait dengan proses belajar mengajar semata, namun lebih luas dari itu, termasuk di dalamnya adalah pelayanan administrasi dan lainnya. Berikut tanggapan dan pendapat mahasiswa, dosen dan pengelola jurusan tentang sarana dan prasarana di jurusan ushuluddin dan dakwah. “sarana dan prasarana yang ada saya rasa diatas rata-rata sesuai dengan koredur perguruan tinggi sehingga dapat menjalankan aktifitas kuliah dengan baik” (Wawancara dengan NZ, Mahasiswa tanggal 12 Oktober 2015). “gedungnya baru, sarana dan prasarananya cukup memadai juga sudah dilengkapi laboratorium” (Wawancara dengan SPJ, Mahasiswa 12 Oktober 2015). 30
“cukup baik, dari laboratorium komputer, gedung tidak kekurangan, kursi tidak kekurangan (Wawancara dengan SU, Mahasiswa 2 Desember 2015). untuk sarana dan prasarana sudah cukup memadai” (Wawancara dengan NS, tanggal 6 Oktober 2015). “Kelebihan dalam hal sarana dan prasarana gedung milik sendiri, tersedia cukup, peralatan lab lengkap” (Wawancara dengan NM, tanggal 6 Oktober 2015). “Sebetulnya kalau kelebihan dari sisi sarana dan prasarana, Ushuluddin dan Dakwah dengan bertambahnya mahasiswa pertama masih kekurangan ruang kelas. Tapi kalau mengenai perpustakaan buku-buku yang berhubungan dengan Ushuluddin sudah cukup banyak. Saya dan dosen-dosen yang lain sering memberi masukan kepada perpustakaan untuk bisa menyediakan buku-buku mengenai kelimuan keislaman (wawancara dengan AZ, tanggal 5 Oktober 2015). Semua pernyataan quisioner di atas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana jurusan Ushuluddin dan dakwah tercukupi. e. Kerjasama Kerjasama apapun itu bentuknya merupakan kebutuhan suatu lembaga, termasuk di dalamnya adalah jurusan Ushuluddin dan Dakwah. Berikut ini adalah resepsi berbagai sumber tentang kelebihan jurusan Ushuluddin dan Dakwah dalam hal kerjasama. “untuk aspek kerja samanya, jurusan ini menjalin kerja sama dengan berbagai instansi terkait dengan masing" prodi yang bersangkutan.. Menjalin MOU , untuk nantinya praktik para mahasiswanya” (Wawancara dengan ITN, Mahasiswa tanggal 4 Oktober 2015). Hal senada juga diungkapkan oleh MU dan AZ berikut ini: “Dalam hal kerjasama, sebetulnya yang asli ada dalam USHDA adalah AT dan pesantren. Untuk BKI dan KPI usahanya adalah menjalin kerjasama dengan lembaga al-Qur’an untuk prodi TH, pusat digitalisasi hadis sehingga lebih efisien dan menarik sehingga momok yang tadinya menakutkan menjadi mengasyikan” (Wawancara dengan MU, tanggal 11 Oktober 2015). “upaya peningkatan kerja sama sudah dilakukan” (wawancara dengan MN tanggal 12 Oktober 2015) f. Input dan Output Input dan Output yang dimaksud di dalam sub bab ini adalah untuk melihat Sumber Daya Manusia, mahasiswa yang masuk di jurusan 31
Ushuluddin dan Dakwah terkait kompetensi calon mahasiswa, termasuk di dalamnya minat calon mahasiswa masuk di jurusan ini. Berikut adalah tanggapan quisioner tentang Input dan Output Jurusan Ushuluddin dan Dakwah. Terkait kompetensi, mahasiswa yang masuk ke jurusan ini kemampuan bahasanya dirasakan kurang, hal ini terkadang menjadi kendala dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kesimpulan ini berdasarkan hasil wawancara berikut ini. Masalah input dan output mahasiswa kami ya beraneka macam. Ada yang benar-benar lulusan pesantren yang sudah memahami teks-teks arab sehingga dalam pembelajaran akan lebih mudah memahaminya, karena literatur yang digunakan dalam USHDA ini sering menggunakan teks-teks Arab. Tapi yang murni memahami teks arab itu hanya sedikit. Ada juga mereka yang lulusan dari SMA sehingga mereka kurang nyambung tentang materi-materi USHDA, mereka banyak yang terseok-seok, tetapi semua itu tidak dijadikan sebagai masalah utama dalam jurusan. Dalam hal ini pastinya lebih berfikir pada arah ideal dan pragmatis yang selalu ada. Ada kuota yang memang harus dipenuhi, tapi secara kualitas nantinya kurang. Ketika dalam proses perkuliahan mereka akan digembleng oleh para dosen yang mumpuni. Kelebihan dari sisi input atau outputnya yaitu dalam hal keilmuan Islam, ilmu hadist dan lainnya lebih mendalam dibandingkan dengan jurusan-jurusan lain seperti tarbiyah ataupun lainnya. Apalagi ketika ada UU yang menyatakan bahwa dari jurusan apapun bisa menjadi guru. Bukan hanya tarbiyah saja, karena dalam jurusan tarbiyah mereka lebih banyak belajar paedagogis dari pada materinya. Sedangkan jurusan kami lebih mendalam belajar materi tapi tidak belajar pedagogisnya (Wawancara dengan MU, tanggal 13 Oktober 2015).
input dari jurusan ini sangat pesat, kita melihat semakin banyaknya orang yang tertarik masuk ke jurusan ushuludin dan dakwah, dan begitupun outputnya, jurusan ini menghasilkan lulusan yang baik, yang memiliki wawasan keislaman yang luas (Wawancara dengan ITN, Mahasiswa tanggal 4 Oktober 2015).
32
inputnya cukup baik untuk masing-masing prodi yang memiliki kelebihan masing-masing. Untuk outputnya jurusan USHDA masih jarang, sehingga peluang untuk kedepan sangat luas (Wawancara dengan SPJ, Mahasiswa 5 Oktober 2015). untuk jurusan ushuluddin terus terang memang kurang. Biasanya yang masuk ushuluddin karna terpaksa. Jika di jurusan lain gak diterima, terpaksa masuk dijurusan ushuluddin. Tetapi ada juga yang karna keinginan sendiri untuk masuk ushuluddin dan itupun hanya sedikit (Wawancara dengan NS, tanggal 9 Oktober 2015). Kelebihan: input: banyak yang alumni pondok, bahkan ustadz, output: bias lgs kerja/terjun di masyarakat (wawancara dengan MN, tanggal 11 Oktober 2015). Mengenai input dan outputnya ya saya rasa kalau mengajar anak yang awalnya sudah pintar lalu diproses jadi lebih pintar itu menurut saya suatu hal yang biasa. Justru disini adalah mengubah anak yang awalnya biasabiasa saja diproses lalu menjadi luar biasa. Dan itu merupakan suatu kebanggaan buat saya sendiri (wawancara dengan MOM, tanggal 6 Oktober 2015). Salah satu kekuatan kita banyak yang dari pesantren dan itu menjadi kekuatan tersendiri. Jadi ada modal untuk mereka bisa memahami materimateri yang ada di Ushuluddin ini (wawancara dengan AZ, tanggal 9 Oktober 2015). g. Pembelajaran Hasil wawancara dari mahasiswa berbagai prodi yang ada di lingkungan jurusan Ushuluddin dan dakwah antara lain; Dilakukan dengan efesien, baik dari dosen maupun mahasiswa karena bermodal dari pengetahuan agama menjadikan proses pembelajaran yang sangat menarik (Wawancara dengan NZ, Mahasiswa tanggal 12 Oktober 2015). jurusan ushuludin dan dakwah sangat memperhatikan kurikulum yang berlaku , sehingga mahasiswa dapat melihat situasi yang terjadi saat ini, proses pembelajaran yang di berikan oleh masing-masing dosen terkait mata kuliah yang sesuai di masing-masing prodinya (Wawancara dengan ITN, Mahasiswa tanggal 6 Oktober 2015). 33
dalam proses pembelajarannya cukup efektif karena dalam satu kelas ada sekitar tiga puluhan mahasiswa sehingga tidak begitu ramai, tidak seperti tarbiyah dan syariah (Wawancara dengan SPJ, Mahasiswa 11 Oktober 2015). yang saya rasakan untuk prodi KPI sangat menyenangkan untuk proses pembelajan karena tidak hanya belajar dikelastapi juga belajar dilapangan. Misalnya maninjau stasiun, radio TV dan lain-lain (Wawancara dengan SU, Mahasiswa 6 Oktober 2015). proses pembelajaran lebih optimal dan mendalam (Wawancara dengan AP, Mahasiswa tanggal 4 Oktober 2015). Selanjutnya, berikut adalah hasil wawancara dengan staff pengelola di Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, Pengelola Institusi dan dosen terkait dengan kekuatan jurusan Ushuluddin dan Dakwah. sama saja seperti dijurusan yang lain. Ada teori dan ada praktik (Wawancara dengan NS, tanggal 5 Oktober 2015). Kalau dari proses pembelajaran pastinya sama dengan jurusan apapun ya, model-modelnya pun juga sama, saya kira tidak ada perbedaannya di sini (Wawancara dengan MU, tanggal 7 Oktober 2015). Kelebihan:
proses
pembelajaran
sdh
dirancang
dg
baik,
mulai
perencanaan, pelaksanaan danevaluasi (wawancara dengan MN, tanggal 8 Oktober 2015). Kalau dilihat dari proses pembelajarannya, secara umum menurut saya ngajar sedikit akan lebih baik. Dosen nyapun akan bisa memantau, mengontrol mahasiswanya satu persatu, sehingga bisa diketahui minat dan bakatnya mereka masing-masing (wawancara dengan MOM tanggal 7 Oktober 2015). Saya kira karena dosennya itu menguasai materi keislaman, sehingga dalam proses pembelajaran itu mempunyai kelebihan untuk menggali materi-materi keilmuan keislaman lebih dalam (wawancara dengan AZ, tanggal 5 Oktober 2015). h. Pengelolaan Organisasi Hasil wawancara dari mahasiswa berbagai prodi yang ada di lingkungan jurusan Ushuluddin dan dakwah antara lain;
34
berjalannya organisasi terbilang sangatlah baik, karena dapat merangkul kerjasama antar anggotanya (Wawancara dengan NZ, Mahasiswa tanggal 8 Oktober 2015). kerjasama antar organisasi yang terjalin sangat baik (Wawancara dengan ITN, Mahasiswa tanggal 6 Oktober 2015). pengelolaan organisasi di USHDA lumayan terkondisikan cukup baik (Wawancara dengan SPJ, Mahasiswa 11 Oktober 2015). organisasi yang ada di USHDA lebih mudah dikontrol dan diarahkan disbanding jurusan yang lain (Wawancara dengan AP, Mahasiswa tanggal 9 Oktober 2015). Selanjutnya, berikut adalah hasil wawancara dengan staff pengelola di Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, Pengelola Institusi dan dosen terkait dengan kekuatan jurusan Ushuluddin dan Dakwah. untuk koordinasi masih kurang. Kajur, sekjur, dengan staf kurang adanya komunikasi. Padahal di jursan lain itu, hampir setiap bulan sekali ada koordinasi dan itupun maksimal, biasanya seminggu sekali. Jadi apa yang belum dicapai dan apa yang sudah dicapai bisa dilihat (Wawancara dengan NS, tanggal 7 Oktober 2015). Pengelolaan organisasi di USHDA ini cukup baik, tetapi perlu ditingkatkan dalam hal administrasi, kesamaan kurikulum dalam satu jurusan, dalam hal kearsipan juga perlu ditingkatkan lagi, maka dengan adanya KKNI tentunya pengelolaan organisasi jurusan harus lebih intens lagi (Wawancara dengan MU, tanggal 8 Oktober 2015). sebagaimana jurusan yang lain, organisasi sdh ideal, ada kajur, sekjur, kaprodidan staff (wawancara dengan MN, tanggal 8 Oktober 2015). 2. Kelemahan Berikut, hasil wawancara dengan berbagai pihak tentang berbagai hal yang berhubungan kelemahan Jurusan ushuluddin dan Dakwah dari berbagai aspek a. SDM Mahasiswanya masih sedikit. Ketika ada PMB seringkali mahasiswa dari jurusan lain tidak masuk ke jurusan ushuludin. Padahal seharusnya ketika ada pemerataan jumlah mahasisa yang ada di ushuludin bisa seimbang dengan jurusan lain. Tapi kenyataanya dari atasan atau petinggi STAIN
35
kurang praktis dalam keadilan untuk pemerataan mahasiswa. (wawancara dengan AP, mahasiswa tanggal 13 Oktober 2015). Selanjutnya, berikut adalah hasil wawancara dengan staff pengelola di Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, Pengelola Institusi dan dosen terkait dengan kelemahan di jurusan Ushuluddin dan Dakwah. Sekarang mencari dosen Ushuluddin itu susah. Masih sangat kekurangan sekali tenaga dosen Ushuluddin. Sehingga beberapa dosen ada yang mengajar sampai empat atau limamata kuliah. Bahkan juga beberapa dosen Ushuluddin yang mengambil dosen yang bukan dari Ushuluddin.Dan juga banyak dosen dari luar yang mengajar di Ushuluddin. (wawancara dengan AZ tanggal 13 Oktober 2015) b. Letak Geografis kelemahannya, walaupun di kota santri, tetapi tetap masih sepi peminat (wawancara dengan MN tanggal 12 Oktober 2015) Secara geografis Pekalongan itu wilayah yang dekat dengan Kota Semarang yang notabene di Kota Semarang itu ada UIN yang lebih besar, mungkin kebanyakan orang akan memilih kesana. Sementara sebelah barat kalau orang Tegal, Brebes itu lebih memilih ke Jakarta. Ke selatan hanya 20 atau 30 kilometer sudah daerah pegunungan.Dan jarang sekali orangorang di daerah pegunungan mau kuliah di Pekalongan.Mereka lebih memilih ke Purwokerto misalnya. (wawancara dengan AZ 6 Oktober 2015) c. Kultur Masyarakat Karena mahasiswa ushuludin kebanyakan sambilan bekerja, sehingga terkadang kurang bisa membagii waktu dengan baik. Dan karena serin terjadi miskomunikasi antara maasiswa dan dosen sehingga kultur masyarakat masih sangat rendah sekali. (wawancara dengan AP, mahasiswa tanggal 5 Oktober 2015). masyarakat semakin tergerus dengan kemajuan jaman, shg peminat jurusan keagamaan (ushuluddin) mjd menurun. skrg org byk menyukai ilmu2 umum (IPTEK)dari pada ilmu agama (wawancara dengan MN tanggal 4 Oktober 2015) Kita berada di kondisi masyarakat Pekalongan yang sejak dulu memang disebut sebagai Kota Santri, akan tetapi sekarang pemikiran masyarakat 36
menjadi pragmatis. Masyarakat beranggapan orang sekolah mengharapkan kelak akan menjadi apa atau bekerja dimana. Ketika sudah berpikiran pragmatis seperti itu, maka jurusan Ushuluddin menjadi kurang diminati oleh masyarakat Pekalongan. (wawancara dengan AZ tanggal 12 Oktober 2015) d. Sarana dan Prasarana sarana yang ada dirasa kurang menyegarkan, karena hanya terdapat kipas angin, itu dirasa kurang cukup karena cuaca Pekalongan sangat panas (wawancara dengan NZ, mahasiswa tanggal 11 Oktober 2015) ruangannya masih sedikit, sehingga terkadang susah mencari ruangan yang kosong , melihat mahasiswa ushuludin dan dakwah yang semakin banyak. (wawancara dengan INTN, mahasiswi tanggal 6 Oktober 2015) kekurangan gedung karena peminatnya semakin banyak tetapi kita masih mempunyai satu gadung, disamping itu kusinya kurang, laboratoriumnya kurang, juga kurangnya mading atau tempat informasi utnuk mahasiswa sehingga untuk melihat informasi tertulis kita kesusahan.(wawancara dengan SPU, mahasiswa 13 Oktober 2015) hanya mempunyai satu gedung, sedangkan USHDA ada empat prodi. Bahkan karena kurang gedung, kami sampai kelasnya ada yang di kampus dua, gedung syariah juga. (wawancara dengan SU, mahasiswa tanggal 6 Oktober 2015) sarana prasarana masih sedikit sekali, karena masing-masing prodi masih belum punya laboratorium khusus yang mengacu untu pengembangan prodinya. Begiu juga kurang ruangan sehingga mahasiswa harus bergantian jam, ruangan padahal itu sangat menyita waktu. (wawancara dengan AP, mahasiswa tanggal 7 Oktober 2015). blm punya gedung kantor jurusan sendiri, yang terpisah dr gedung kuliah (wawancara dengan MN tanggal 6 Oktober 2015) Ushuluddin masih kekurangan gedung atau kelas. (wawancara dengan AZ tanggal 6 Oktober 2015) e. Kerjasama Sangat terbatas sekali sehingga kita tidak bebas untuk melakukan sesuatu yang menunjang nanti ketika kita sudah luluas, kita sangat terbatas dalam
37
arti tidak mempunyai peluang seperti jurusan yang lain. (wawancara dengan AP, mahasiswa tanggal 8 Oktober 2015). upaya tindak lanjut kerjasama dengan lembaga lain blm maksimal (wawancara dengan MN tanggal 5 Oktober 2015) f. Input Output
untuk input, kuota masih sedikit. Untuk outputnya prospek kedepan belum jelas karena kurangnya kerjasama dengan instansi terikat dengan prodi. (wawancara dengan SPU, mahasiswa 7 Oktober 2015) input: masih ada yang alumni umum, output: kurang mumpuni keilmuan agamanya (wawancara dengan MN tanggal 6 Oktober 2015) Karena peminatnya yang kurang, sehingga banyak yang masuk Ushuluddin sebagai pilihan utama itu sedikit. Dan kelemahan dari pesantren kalau tadi di awal saya katakan mempunyai kelebihan modal yang memadai seperti baca kitab, namun kelemahan orang pesantren itu bisa dikatakan cara berpikirnya masih sempit, seperti satu madzhab satu aliran. Sehingga ketika mereka masuk Ushuluddin yang mempelajari berbagai corak pemikiran Islam, macam-macam madzhab ataupun aliran, mereka kurang bisa mengikuti. Disamping itu juga pengetahuan di pesantren juga masih kurang seperti bagaimana cara membuat penulisan bahasa Indonesia yang baik, belum lagi bahasa Inggris. Juga ketika mempelajari pemikiran tokoh yang bukan dari Islam, seringkali alumnialumni pesantren yang masuk di Ushuluddin STAIN Pekalongan itu kurang bisa mengikuti.Disamping itu mahasiswa-mahasiswa Ushuluddin dilihat dari sisi semangat itu kurang dibanding dengan mahasiswa Tarbiyah misalnya.Semester ini saya mengajar di Tarbiyah juga, dan kalau saya bandingkan seringkali kehadiran mahasiswa di Tarbiyah itu seratus persen.Tapi di Ushuluddin belum pernah saya mendapati kehadiran seratus persen.Apalagi sekarang ketambahan Dakwah, itu semangatnya juga terlihat kurang. Seringkali ketika diskusi itu saya tawarkan pertanyaan dari mahasiswa, akan tetapi yang bertanya paling hanya satu orang dan itupun masih berkutat pada istilah-istilah bahasa tidak sampai pada persoalan substansi. (wawancara dengan AZ tanggal 13 Oktober 2015)
38
g. Pembelajaran Monoton. Pembelajaran hanya didalam kelas saja, sehingga kami merasa bosan. (wawancara dengan SPU, mahasiswa 6 Oktober 2015) untuk prodi KPI sendiri lebih cenderung ke praktek, sehingga jika model pembelajaran materi terus, maka kami merasa bosan. (wawancara dengan SU, mahasiswa tanggal 5 Oktober 2015) masih kurang optimal. Karena terkadang mahasiswa diajar oleh dosen yang kompeten atau bukan ahlinya seperti halnya di tasawuf sendiri yang mengajar juga bukan dosen yang murni tasawuf. (wawancara dengan AP, mahasiswa tanggal 4 Oktober 2015).
upaya perbaikan atas evaluasi yang dilakukan belum optimal (wawancara dengan MN tanggal 4 Oktober 2015) h. Pengelolaan Organisasi Masih ada jarak antara masing-masing prodi. Padahal masih ada dalam naungan yang sama yaitu USHDA. (wawancara dengan SU, mahasiswa tanggal 11 Oktober 2015) kurang optimal, karena dari jurusan atau prodi kurang bisa mendampingi berbagai kegiatan yang ada di organisas, seperti di HMPS. (wawancara dengan AP, mahasiswa tanggal 7 Oktober 2015).
Mungkin kurang adanya komunikasi yang baik, keterbukaan antara pimpinan dan bawahan. Dan kelemahan lain adalah belum ada sekprodi wawancara dengan MN tanggal 6 Oktober 2015) Di Ushuluddin itu ada keterpaksaan mengambil dosen-dosen dari luar. Tiga Kaprodi yang ada di Ushuluddin itu juga ada yang disibukkan, dilibatkan dalam pengelolaan di Tarbiyah, terutama di PBA.Sehingga ini menjadikan pemikiran menjadi tidak terfokus. Bahkan saya melihat juga menguji kompre,menjadi dosen pembimbing Tarbiyah. (wawancara dengan AZ tanggal 5 Oktober 2015) 3. Tantangan dan Hambatan Berikut adalah hasil wawancara dengan quesioner terkait hambatan yang dihadapi oleh Jurusan Ushuluddin dan Dakwah dalam mengembangkan lembaga. Hambatannya adalah membangun kesepahaman bersama dari semua level. Mahasiswa sebagai masyarakat di Ushuluddin, HMPS, HMJ, kajur, sekjur dan 39
kaprodi. Kalausemua level ini sepakat mau mengecilkan Ushuluddin tidak perlu duduk bersama. Tapi kalau semua level ini sepakat untuk membesarkan Ushuluddin, maka laksanakan program bersama-sama, program yang rutinitas maupun yang di luar rutinitas/kreatifitas. Ini yang menurut saya ancaman bagi Ushuluddin yang tidak besar-besar di semua fakultas perguruan tinggi agama. Ushuluddin lebih ekslusif, betah dengan dirinya sendiri tidak mau mendapatkan suntikan-suntikan dari semua komponen. (wawancara dengan SS, tanggal 113 Oktober 2015). sistem komunikasi kelembagaan tidak dinamis, dan cenderung elitis eksklusif. (wawancara dengan IK, tanggal 11 Oktober 2015) kurangnya komunikasi yang baik dan sosialisasi di samping itu yang menjadi ancaman jurusan ushuludin dan dakwah, yaitu kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kualitas yang dimiliki oleh masing-masing mahasiswa (wawancara dengan INTN, mahasiswi tanggal 8 Oktober 2015) . kurangnya terjadin kerjasama yang baik antara mahasiswa dan dosen dan jika tidak mengembangkan kualitas, maka secara kuantitas akan semakin berkurang. (wawancara dengan SPU, mahasiswa tanggal 6 Oktober 2015) Terutama adalah pola pikir pragmatis. Yang kedua adanya regulasi baru mengenai kurikulum KKNI itu juga cukup mengganggu idealisme orangorang Ushuluddin. Karena KKNI itu nanti akan merubah perguruan tinggi secara perlahan menjadi semacam lembaga atau balai latihan kerja yang hanya mencetak tukang-tukang. Sementara Ushuluddin itu bukan mencetak tukang tapi mencetak pemikir-pemikir. Dan sementara tuntutan KKNI itu nanti mahasiswa bisa ditempatkan di bagian apa dalam suatu pekerjaan. Hal semacam ini masih cukup mengganggu.Padahal kurikulum KKNI itu wajib bagi setiap prodi menurut aturan Mendiknas tahun……bahwa setiap program studi itu harus membuat kurikulum berbasis KKNI, yang mana sebetulnya KKNI itu untuk menyambut perdagangan bebas di Asia.Jadi orientasinya adalah orientasi market/pasar, mencetak tukang. Hal itu masih merupakan tantangan bagi Ushuluddin untuk bisa memadukan idealisme Ushuluddin untuk mencetak para pemikir dengan regulasi yang notabene akan mencetak tukang. Lain dari pada itu, hambatan dan tantangan yang lain adalah kurangnya dosen. Terutama di prodi AT, BKI,KPI. Kita banyak mengambil 40
dosen yang mengambil dosen luar dimana pendidikan S1 dan S2 nya samasama di Tarbiyah.Itupun juga ada yang mengampu tiga mata kuliah dalm satu kelas. Tapi memang kita terpaksa rekrut karena demi kemajuan setiap prodi. (wawancara dengan AZ tanggal 4 Oktober 2015) 4. Peluang Berikut adalah hasil wawancara dengan quesioner terkait peluang yang dapat dilakukan oleh Jurusan Ushuluddin dan Dakwah dalam mengembangkan lembaga. a. Peluang dalam Konteks Pekalongan jurusan ini memiliki potensi yang baik, asalkan di sediakan beberapa sarana prasarana untuk menggali potensi yang dimiliki. (wawancara dengan INTN, mahasiswi tanggal 6 Oktober 2015) . potensi jurusan USHDA khususnya BKI cukup berpeluang besar dalam konteks pekalongan karena di kota Pekalongan, jurusan BKI hanya ada di STAIN pekalongan. (wawancara dengan SPU, mahasiswa tanggal 7 Oktober 2015) untuk KPI cukup baik, karena broadcasting untuk Pekalongan sendiri baru ada di KPI. Sedangkan kita tahu bahwa di Pekalongan banyak media yang bisa kita masuki kemudian dari segi dakwah kita mempunyai peluang yang banyak karena dari Pekalongan banyak orang-orang agamis. (wawancara dengan SU, mahasiswa, 5 Oktober 2015) karena prodi di ushuludin adalah prodi baru, sehingga untuk peluangnya belum jelas. Kalaupun jelas itu lebih mengarah kepada kespesifikan prodinya. Seperti BKI itu menjadi konseling, tafsir hadist akan mengarah pada kajian tafsir, dan akhlak tasawuf itu akan mengarah pada kemenag yang ada di Pekalongan. (wawancara dengan AP, mahasiswa, tanggal 4 Oktober 2015). Sebenarya potensi jurusan maupun prodi sudah bagus. Peluangnya banyak. Misalnya saja, BKI itu kan bisa sebagai konselor, bahkan guru juga sudah bisa. (Wawancara dengan NS tanggal 6 Oktober 2015). b. Peluang Kerjasama Jurusan Ushuluddin dan Dakwah dalam level Nasional dan Internasional untuk STAIN Pekalongan ini peluang kerjasama untuk level nasional maupun internasional saya rasa kurang, karena belum memenuhi 41
kompetensi yang cukup untuk bersaing dilevel nasional maupun internasional. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk bisa berusaha mengembangkan potensi yang ada sehingga bisa bersaing di level nasional maupun internasional. (wawancara dengan SPU, mahasiswa tanggal 10 Oktober 2015) peluang cukup bagus. Karena untuk KPI sendiri mempunyai keaktifan yang beragam. Kita bisa masuk kedakwahnya/ media TV, radio atau surat kabar. Sedangkan kita tahu diluar sana banyak media, organisasi yang bisa kita ikuti. Utnuk kerjasama harusnya KPI bisa bekerja sama dengan media tersebut. Yang saya tahu KPI sudah banyak bekerja sama dengan media di Pekalongan seperti TV lokal, radio, surat kabar. (wawancara dengan SU, mahasiswa, 10 Oktober 2015) Kalau di nasional sudah mengadakan kerjasama dengan Pusat Kajian Hadis dan Pusat Studi al-Qur’an Jakarta. Kalau di internasional kita sudah terbuka sebenarnya, seperti kita pernah merintis kerjasama dengan kedutaan Iran.Dan itu sangat dimungkinkan semisal ada mahasiswa yang berminat beasiswa ke Iran.Tapi memang di Pekalongan ini Iran semacam masih menjadi momok menakutkan. (wawancara dengan AZ tanggal 11 Oktober 2015) Saya rasa kerjasama itu banyak ya, baik lokal, nasional ataupun internasional. Tapi bagi konteks yang sama pengembangan institusi keseluruhan. Kalau dimensi kerja secara umum belum maksimal. Tata kelola dengan alumnipun jujur belum baik. Sehingga yang disiapkan adalah bagaimana mereka menghadapi dengan segala saingan yang tepat agar bisa mencari dan mandiri.(wawancara dengan MOM 9 Oktober 2015)
c. Peluang Mahasiswa Ushuluddin dan Dakwah dalam level Nasional dan Internasional Peluang mahasiswa dalam tingkat nasional belum jelas karena memang cangkupan itu masih terlalu tinggi bagi jurusan USHDA. (wawancara dengan NZ, mahasiswa tanggal 9 Oktober 2015). untuk peluang di level nasional maupun internasional mahasiswa ushuludin cukup mempunyai peluang jika ada kemauan. . (wawancara dengan SPU, mahasiswa tanggal 8 Oktober 2015) 42
Ya sebetulnya semua memiliki peluang yang sama. Artinya di Ushuluddin itu kalau mau melanjutkan S2 itu kan bisa dimana saja. Tinggal bagaimana mahasiswanya, mau dan mampu bersaing atau tidak.Tapi kalau menurut saya pasti mampu dan bisa.Namun mungkin semngatnya saja yang kurang. Seperti yang sudah
ada alumni Ushuluddin STAIN Pekalongan yang
melanjutkan S2 di Jerman. (wawancara dengan AZ tanggal 9 Oktober 2015) B. Arah Pengembangan Aspek Internal Kelembagaan dan Akademis Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan Berikut adalah hasil wawancara tentang arah pengembangan jurusan Ushuluddin dan Dakwah dari aspek internal kelembagaan dan akademis jurusan yang terbagi menjadi beberapa indicator sebagai berikut: 1. Daya saing bangsa (Nation competitiveness) a. Kemampuan berdaya saing Secara nasional Ushuluddin mampu bersaing di tingkat nasional dengan bukti adanya mahasiswa Ushuluddin yang juara 1 lomba karya tulis ilmiah di Jakarta. Tapi kalau internasional Ushuluddin belum pernah. (wawancara dengan AZ tanggal 4 Oktober 2015) Mampu
bersaing
dilihat
dari
penguasaan
yang
dimiliki
oleh
mahasiswanya yang mampu menekuni keahliannya (wawancara dengan MAZ, tanggal 5 Oktober 2015). Untuk nasional bisa, tapi butuh waktu, intaernasional bisa juga, tapi butuh waktu yang lebih lama lagi… tapi semua itu tergantung strategi yang dibuat oleh ushuluddin (wawancara dengan MN, tanggal 8 Oktober 2015). b. Upaya menghadapi daya saing Yang sudah dilakukan adalah bekerjasama dengan perguruan tinggi lain agar Ushuluddin itu bisa sejajar dengan mereka. Misalnya programprogram bagaimana supaya memperoleh mahasiswa yang banyak, pembelajaran, silabus, kurikulum supaya Ushuluddin tidak beda dengan perguruan tinggi lain, workshop, studi banding dan lain-lain. Kedepan Ushuluddin juga akan melakukan studi banding mengenai kurikulum KKNB ke perguruan tinggi yang sudah mapan seperti UIN Jakarta. Secara lisan saya sudah meminta kepada dekan fakultas Ushuluddin di 43
UIN Jakarta mengenai niat kami untuk menggali, belajar penyusunan kurikulum KKNI. Artinya nanti kurikulum kita Ushuluddin dengan UIN Jakarta itu sama sejajar. Juga nanti peningkatan untuk memperoleh akreditasi kita Ushuluddin. Untuk meningkatkan kualitas diri mhsiswa pastinya ada penggemblengan khusus terhadap kajian-kajian di ushda agar lebih mendalam, untuk dosen perlu adanya pelatihan-pelatihan yang sering dilakukan agar benar-benar ssuai kompetensinya,, untuk karyawan perlu adanya pembenahan husus, baik dari administrasi, dll. (wawancara dengan MAZ, tanggal 6 Oktober 2015). Ya utamanya harus mendidik anak sesuai zamannya. Misal, sya ingin mahasiswa qita bisa bahasa yang mempunyai nila + , maka diadakanlah PPBAI semua prodi mendapatkan 1 tahun untuk mengikutinya. Itupun harus ada kerjasama dengan prodi ataupun lainnya yang berkaitan. Meskipun belum maksimal. Secara umum program itu sudah bagus, karena dulu yang bisa percakapan arab atau inggris itu bisa dihitung jari. Tapi sekarang sudah banyak yang bisa. Dalam bahasa arab kan kita sudah bekerja sama dengan syah athif yang sampai 2016, dan dosen lainya. Dan bahasa inggrispun sudah ada pa nurcholis dkk. Selain itu, berkaitan dengan KKNI yang mulai diterapkan, dulu komputer hanya mempelajari word dan PP, saya pun sudah mengumpulkan semua dosen untuk meningkatkan kualitan IT nya karena kita juga harus bisa menyesuaikan zaman. Zaman sekarang dituntut adar bisa menguasai correldraw, photoshop ataupun lainya. Jika para dosen tentunya hanya masih saja menguasai word, excell, dan powerpoint saja, maka lebih baik saya hapus saja mata kuliah komputer itu. Kalau tak bisa menyesuaiakan IT sesuai highskiilnya maka tak usah ngajar. Tapi jika masih pengn ngajar berarti harus mampu menyesuaikan masalah highskill. Pendidikan karakterharus ada juga meskipun tahap demi tahap agar bisa mencapai islam rahmatallilalamin. Seperti yang di desa Tombo yang dimulai memahami pentingnya mencintai desa itu sendiri seperti menanamkan nilai-nilai tasamuh, toleransi dan lainnya. (wawancara dengan MOM, tanggal 7 Oktober 2015).
44
2. Otonomi (autonomy) Otonomi akademik pasti ada, bahkan wajib ada. Namun otonomi non akademik, seperti penganggaran utk jurusan sepertinya belum. (wawancara dengan MN, tanggal 9 Oktober 2015). Otonomi itu untuk melaksanakan program tanpa ada instruksi dari rektor, prodi, yang punya kebebasan terhadap peningkatan dosen atau mhasiswa sehingga tidak ada pemaksaan, tetapi punya kreativitas, tp selama ini hanya peningktannya hanya difokuskan terhadap mahasiswa. (wawancara dengan MAZ, tanggal 11 Oktober 2015). Kalau keuangan kita itu kan masih STAIN saya kira semuanya sama. Karena STAIN itu bendaharanya masih terpusat satu. Otonominya ada pada usulanusulan. Kita ingin mengutus delegasi dosen untuk mengikuti seminar dan sebagainya jurusan tidak mempunyai otonomi, hal itu ditentukan oleh ketua. (wawancara dengan AZ, tanggal 8 Oktober 2015).
3. Kesehatan organisasi (organization health). Berikut adalah hasil wawancara dari beberapa quesiner terkait dengan kesehatan organisasi. a. Kesehatan Organisasi Menurut Sondang P. Siagian organisasi yang sehat adalah suatu organisasi yang memiliki ciri-ciri (sifat-sifat) sebagai berikut :
1.Terdapat tujuan yang jelas; 2.Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap orang di dalam organisasi; 3.Tujuan organisasi harus diterima oleh setiap orang dalam organisasi; 4.Adanya kesatuan arah (unity of direction); 5.Adanya kesatuan perintah (unity of command); 6.Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang; 7.Adanya pembagian tugas (distribution of work); 8.Struktur organisasi harus disusun sesederhana mungkin; 9.Pola dasar organisasi harus relatif permanen; 10.Adanya jaminan jabatan (security of tenure); (wawancara dengan MN, tanggal 4 Oktober 2015)
45
Kesehatan organisasi itu ketika pertama adanya transparansi anggaran, kedua setiap kegiatan didukung oleh unsur pimpinan . Karena ada yang tidak didukung contohnya penulisan silabus KKNI . Sehingga jursan usda tidak punya silabus yang berbasis KKNI yanng tetap. (wawancara dengan MAZ, tanggal 5 Oktober 2015).
b. Penghambat Kesehatan Organisasi Secara umum ada tiga penghambat organisasi, yaitu: 1. Hasrat untuk mempertahankan kestabilan hidup bersama (acknowledged collective benefits of stability). Dengan aturan yang sudah melembaga pada suatu organisasi telah terbentuk pola prilaku yang sudah disepakati dan tampil sebagai iklim kerja yang mewarnai kehidupan organisasi yang menciptakan kehidupan stabil dengan rasa aman dan silahturahmi yang baik antara individu yang terkait. Oleh karena itua danya perubahan dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan dan keresahan sehingga mengundang ketidakstabilan organisasi. 2. Pertimbangan atas lawan-lawan yang mungkin dihadapi untuk mengadakan perubahan (calculated opposition to change). Kelompok oposisiatas perubahan akan datang dari dalam maupun dari luar organisasi, baik secara perseorangan maupun berkelompok. Munculnya kaum oposisi ini dapat berdasarkan pada berbagai alasan antara lain : a. Untuk melindungi keadaan yang dipandang sudah baik dan sedang dinikmati (prevailing advantage). b. Untuk melindungi kualitas yang sudah ada (protection of quality), dalam hal ini dikhawatirkan perubahan didalam organisasi akan menimbulkan gangguan terhadap kualitas produk yang sudah dicapai. c. Kekhawatiran akan biaya perubahan (psyhic of change). Dalam hal ini perubahan organisasi terhambat oleh pertimbangan manfaa tperubahan dibandingkan dengan biaya yang harus digunakan 3. Ketidak mampuan untuk mengadakan perubahan (inability to change) (wawancara dengan MN, tanggal 8 Oktober 2015) Kalau masih STAIN ini saya kira ini masih terhambat karena nomenklatur. Jadi ada aturan nomenklatur. Kenapa saat ini harus menjadi satu antara Ushuluddin dan Dakwah itu karena nomenklatur kita yang mengharuskan seperti itu. Kemudian kultur masyarakat kita yang sepertinya belum bisa menerima sepenuhnya dengan dunia akademik. 46
Jadi akademik kita itu belum bebas masih ada campur tangan
dari
masyarakat untuk tidak mengembangkan sesuai dengan potensi akademik. Contohnya ketika kita bekerjasama dengan Iran ada intervensi dari pihak luar sehingga tidak terlaksana.(wawancara dengan AZ, tanggal 13 Oktober 2015). c. Transparansi dan Akuntabilitas Sangat terbuka, karena punya RKKL yang diketahui banyak orang kecuali mahasiswa. (wawancara dengan MAZ, tanggal 11 Oktober 2015). Akuntabilitasnya semua prodi bahkan sampai staff itu tahu bagaimana anggaran kita, dan berapa nilainya, berapa kali mengadakan kegiatan, anggarannya berapa, tidak hanya saya yang tahu prodi pun juga mengetahui. Jadi semuanya terukur dan bisa diketahui.(wawancara dengan AZ, tanggal 12 Oktober 2015)
4. Keterampilan manajerial administrator a. Konseptual Sub bab ini menjelaskan tentang penyaluran gagasan atau ide pengembangan dari mahasiswa, dosen staff dan pengelola kepada jurusan. belum tersalurkan dengan baik, Karena jika dilihat dari dosen dan karyawan sendiri tidak semuanya memikirkan pengembangan jurusan USHDA, yang dilaksanakan hanya tugas pokonnya saja, yaitu mengajar mahasiswanya dan jika dilihat dari mahasiswanya juga tidak semua aktif dalam organisasi atau ikut andil dalam kemajuan pengembangan USHDA. Dan kebanyakan hanya memikirkan kuliahnya saja.(wawancara dengan NZ, mahasiswa tanggal 5 Oktober 2015) menurut saya ide dari mahasiswa belum bisa tersalurkan dengan baik.mungkin karena kurangnya terjalin komunikasi dengan baik antara jurusan dan mahasiswa.(wawancara dengan SPU, mahasiswa tanggal 10 Oktober 2015). Belum tentu langsung atau bisa diterima dalam menyampaikan ide atau gagasan. Alasannya karena biasanya dikaitkan dengan ha-hal keungan. Karena di sisni merupakan lembaga resmi sehingga setiap kegiatan 47
pastinya berkaitan tentang dana. Ketika akan mengikuti suatu kegiatanpun di tahun ini jika tidak bisa dilaksanakan. Tetapi menunggu di Tahun depan. Karena dalam tahun inipun lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang belum bisa tersalurkan tahun lalu. (wawancara dengan MU, tanggal 6 Oktober 2015) Gagasan atau ide itu dapat diterima ketila alasan itu logis (wawancara dengan MAZ, tanggal 12 Oktober 2015). Gagasan tidak tersalurkan dengan baik. Kendalanya tidak ada koordinasi, kajur diajak koordinasi untuk maju susah. Sebenarnya dari pribadi menghendaki banyak ide, begit ditingkat kajur, kajur tidak bisa menerima ide atau gagasan tersebut. Itu yang menjadi susah majunya gagasan tersebut tidak bisa diterima dengan baik. (wawancara dengan NS, tanggal 11 Oktober 2015). Tergantung. Ketika gagasan-gagasan atau ide tersebut sesuai dengan regulasi maka bisa diterima. Tapi kalau memang regulasi belum memungkinkan maka kita juga belum bisa menerima gagasan tersebut. Misalnya ada salah satu kaprodi yang menginginkan seminar yang bekerja sama dengan BP4 di tahun ini. Secara regulasi itu tidak bisa. Karena dari sisi keuangan kita adalah lembaga milik negara dan setiap keuangan itu harus diusulkan lewat rapat kerja (wawancara dengan AZ,tanggal 7 Oktober 2015)
b. Relasi 1. Komunikasi masih kurang terkontrol dengan baik, karena tidak sedikit dari beberapa dosen dan mahasiswa terlihat acuh tak acuh dalam pengelolaan jurusan USHDA,
mungkin
kurangnya
kesadaran
tentang
pentingnya
pengembangan USHDA dan kemajuan kampus, sedangkan kemajuan tersebut akan berimbas mudahnya prosepek mahasiswa kedepan. (wawancara dengan NZ, mahasiswa tanggal 5 Oktober 2015) komunikasi sangat dibutuhkan, karena komunikasi yang baik antara mahasiswa dan jurusan sangat membantu kemajuan mahasiswa dan jurusan tersebut, baik kualitas mahasiswanya atau program-program yang ada. (wawancara dengan INTN, mahasiswi tanggal 8 Oktober 2015) 48
sangat penting. Karena komunikasi menjadi pintu keluar jalannya masalah yang ada di setiap jurusan terutama di USHDA. (wawancara dengan SPU, mahasiswa tanggal 13 Oktober 2015). Ya, menurut saya selalu. Bentuk komunikasinya ya seperti komunikasi formal ataupun nonformal. Dalam keadaan formal biasanya ketika rapat. Kalau non formal ya biasanya dilakukan disela-sela waktu istirahat sambil ngobrol tentang hal-hal yang berkaitan dengan jurusan. Peran komunikasi menurut saya yaitu sangat penting. Karena semua hal berawal dari komunikasi yang baik. Hal-hal sepele pun bisa jadi suatu persoalan yang sangat rumit ketika tidak adanya komunikasi yang baik. Padahal ketika sudah ada komunikasi yang baik, ternyata hanya masalah kecil yang mungkin adanya salah paham. Perlu diketahui bahwa komunikasi antar pimpinan, kaprodi, dosen ataupun karyawan saat ini menurut saya baikbaik saja, karena dalam hal apapaun selalu dimusyawarahkan dengan baik. Karena dalam hal ini sifatnya subyektif. Selain itu komunikasi yang ada di jurusan Ushuluddin benar-benar terbuka karena dalam hal apapun kita semua tahu. Dan selalu dirapatkan. Dalam hal kendala saya kira tidak ada kendala dalam hal ini. (wawancara dengan MU, tanggal 7 Oktober 2015) Ya, kadang dilakukan komunikasi antar pimpinan dengan baik kadang tidak. Bentuk komunikasi antar pimpinan ini biasanya melalui rapat koordinasi dari ketua jurusan, sekjur, kaprodi jurusan, karyawan, dan dilakukan bukan hanya ketika awal tahus saja, tetapi niminimal tiap tiga bulan sekali. Kegiatan juga pastinya ada evaluasi kegiatan programprogram tiap tahun. Untuk tahun 2016 mempersiapkan program misalnya reakreditasi BKI, KPI, AT kerna trmasuk pragramprogram yang masih minimalis. Ada juga rapat-rapat mengenai PPL, KKL, dan kegiatan yng sifatnya akademisi. (wawancara dengan MAZ, tanggal 8 Oktober 2015). Karena kita itu lembaga pemerintah, komunikasinya seringkali dalam bentuk rapat koordinasi yang akan memberikan regulasi-regulasi yang harus kita ikuti, baik oleh dosen maupun karyawan. Selama ini komunikasi cukup baik. Semisal seringkali saya lupa tetntang program yang belum dilaksanakan, nanti ada inisiatif dari prodi untuk mengingatkan atau menanyakan. Begitu juga sebaliknya, saya juga sering 49
mengingatkan kepada kaprodi bahwa ada program-program tertentu yang seharusnya bulan ini dilaksanakan akan tetapi belum terlaksana. Dan komunikasi kita terbuka. Saya siap menerima saran bahkan misalnya mulai dari penyusunan mata kuliah. Prodi mengusulkan dosen siapa saja, dan saya siap menerima. Tidak saling mengedepankan ego masingmasing, semua saling terbuka demi kemajuan jurusan. Misalnya seperti ada kegiatan dan akan menghadirkan narasumber, siapa saja yang mempunyai narasumber bisa diusulkan secara terbuka. (wawancara dengan AZ,tanggal 11 Oktober 2015) Menurut saya belum. Sebab pola komunikasinya masih terkendala. keterbukaan ide, pengembangan gagasan dll blm tersalurkan dengan baik. Kendalanya hnay masalah komunikasi dan keterbukaan. Sikap pimpinan dalam memberikan kebebasan berkreasi berinovasi itulah yang perlu dibangun. Bukan membatasi (wawancara dengan MN, tanggal 12 Oktober 2015) Tidak ada proses komunikasinya, seperti yang sudah saya katakan bahwa sistem komunikasi kelembagaan yang tidak dinamis. (wawancara dengan IK, 4 Oktober 2015)
2. Hubungan antar lembaga dan Jurusan jurusan ushada memiliki hubungan yang baik dengan semua jurusan di stain pekalongan, namun masih harus dibuttuhkan kerjasama yang lebih baik lagi. (wawancara dengan INTN, mahasiswi tanggal 9 Januari 2016). Hubungan USHDA dengan jurusan lain, ataupun instansi lain menurut saya baik-baik saja, dan tidak ada kendala yang terjadi. Karena setiap prodi mempunyai keunggulan masing-masing. Misalnya dengan jurusan tarbiyah memenangkan lomba microteaching, dalam karya ilmiahpun USHDA mampu memenangkan juara itu. Selain itu dengan istansi lainpun hubungannya baik-baik saja seperti di unit-unit. (wawancara dengan MU, tanggal 4 Oktober 2015) Hubungan jurusan Ushuluddin dan Dakwah dengan jurusan lain baik-baik saja. Karena disini juga dapat menjalin kerjasama, misalnya KPI bekerjasama dengan batik TV, Indosiar, bagian-bagian penyiaran
50
sehingga memudahkan para mahasiswanya melakukan jaringan dengan lainnya. (wawancara dengan MAZ, tanggal 6 Oktober 2015). Kita satu STAIN yang terdapat tiga jurusan ini selalu berkoordinasi dengan baik. Tidak bisa berjalan sendiri-srndiri. Terutama dalam hal pembuatan jadwal, penawaran mata kuliah. Karena kalau tidak koordinasi dengan baik akan ada dosen yang terlalu banyak mengajar di satu jurusan. Dan sebaliknya mungkin ada dosen yang sama sekali tidak mendapat jadwal mengajar di semua jurusan. Begitu juga dalam hal pemakaian gedung. Semua itu selalu dilaksanakan dengan koordinasi dengan baik terlebih dahulu. (wawancara dengan AZ,tanggal 4 Oktober 2015) Ushuluddin dan Dakwah dengan rektorat: kurang terbuka (dari dua sisi, sisi rektorat tidak terlalu memperhatikan manajerial di Ushuluddin dan Dakwah, dari Ushuluddin dan Dakwah tidak menyampaikan masalah atau tidak menganggap ada masalah) Ushuluddin dan Dakwah dengan jurusan lain: pimp Ushuluddin dan Dakwah terkesan menunjukkan keirian dengan jurusan lain Ushuluddin dan Dakwah dengan instansi lain: saya tidak begitu tahu (wawancara dengan MN, 8 Oktober 2015)
c. Teknis 1. Pengelolaan Organisasi Mahasiswa dapat mengakses beberapa informasi melalui web yang disediakan (wawancara dengan INTN, mahasiswi tanggal 9 Januari 2016). secara teknis sudah cukup baik.yang saya lihat secara kerjasama antara organisasi antar prodi sudah cukup baik. (wawancara dengan SPU, mahasiswa tanggal 9 Oktober 2015). Secara tehnis, masing-masing ada, sesuai keperluannya msing-masing atau yang dibutuhkan masing-masing. Misal tehnis pengajuan judul, harus ke wali dosen terlebih dahulu, prodi, sekjur, mendaftarakan, administrasi. Dan jika masalah nilai ya ke staf. Jadi tergantung problem yang dihadapi. Tetapi jika problem yang membutuhkan keputusan berarti kaitannya dengan pimpinan langsung. (wawancara dengan MU, tanggal 11 Oktober 2015)
51
Pengelolaan
seharusnya
dilakukan
dengan
prinsip
pengelolaaan
organisasi modern. Manajemenharusdijalankan secara (1) transparan. Hal ini dapat ditempuh dg adanya keterbukaan dan proses komunikasi yang jelas dalam bentuk rapat-rapat koordinasi tingkat prodi, jurusan maupun sekolah tinggi, penggunaan anggaran juga harus dilakukan secara adil dan trarsparan. (2) kredibel. Dalam upaya pengelolaan organisasi yang kredibel, maka harus ada prosedur pemilihan pimpinan secara demokratis yang diatur dlm peraturan tertulis.. kredibilitas dari sisi akademis diwujudkan dengan adanya mekanisme rekrutmen mahasiswa secara profesional, pelaksanaan pembelajaran yang terrencana dan terkontrol dengan baik serta didukung seperangkat SOP yang lengkap sehingga menjamin adanya sistem pengawasan pengendalian dari segala aspek. (3) akuntabel.
Untuk
memastikan
akuntabilitas
pengelolaan,
harus
melaksanakan audit internal secara berkala, baik akademik (pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan kemahasiswaan) yang dilakukan oleh auditor internal dari Pusat Penjaminan Mutu (P2M), maupun non akademik (kepegawaian, keuangan, akuntansi dan sarana prasarana) yang dilakukan oleh Satuan Pengendali Internal (SPI). Tujuan dari audit adalah untuk memeriksa ketercapaian target, menilai kinerja, mengevaluasi dan mengendalikan aktivitas organisasi. Dengan adanya audit, maka seluruh perencanaan kegiatan dapat terukur dan terkendali sehingga proses, tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien. (4) bertanggung jawab. organisasi harus senantiasa melakukan upaya agar setiap sivitas akademik terlibat dalam proses pengelolaan
organisasi.
Sebagai
bentuk
tanggung
jawab
atas
keterlibatannya dalam pelaksanaan kegiatan maka setiap maka setiap individu yang mendapatkan amanah melaksanakan tugas organisasi wajib melaksanakan segala tindakannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) masing-masing. Dosen sebagai pendidik harus menaati etika dan norma kedosenan, misal menghindari penjualan nilai kepada mahasiswa dan mempersulit penyelesaian skripsi atau tugas akhir mahasiswa. Untuk menjamin tercapainya kualitas pengelolaan yang bertanggung jawab, organisasi harus memiliki pedoman akademik, pedoman norma dan etika pegawai, serta pedoman etika mahasiswa. (5) 52
adil. Sistem pengelolaan organisasi harus ijalankan secara adil. Yakni, semua pemangku kepentingan baik dosen, pegawai maupun mahasiswa diperlakukan secara seimbang sesuai dengan hak dan kewajibannya. Jaminan keadilan ini diwujudkan dengan adanya peraturan yang dijalankan
secara
tegas
mengenai
hak
dan
kewajiban
seluruh
personil.(wawancara dengan MN, 9 Oktober 2015). 2. Pelayanan Teknis Sudah mengacu pada SOP, namun terkadang masih ada sedikit kesalahan teknis. (wawancara dengan INTN, mahasiswi tanggal 4 Oktober 2015). iya. Sudah memenuhi standar SOP. (wawancara dengan SPU, mahasiswa tanggal 13 Oktober 2015). Ya, yang saya ketahui selalu menggunakan SOP. Meskipun ada beberapa yang belum menggunakan SOP, itu yang perlu ditingkatkan. (wawancara dengan MU, tanggal 4 Oktober 2015) ada yang menggunakan SOP ada yang tidak. Tp rata-rata menggunkn SOP. (wawancara dengan MAZ, tanggal 6 Oktober 2015). Semuanya mempunyai SOP termasuk Ushuluddin. Misalnya mahasiswa ada keperluan mengajukan judul skripsi dan lain sebagainya itu kita sudah mempunyai SOP nya. Jadi semua sudah ada pegangannya. (wawancara dengan AZ,tanggal 4 Oktober 2015)
3. Langkah pembuatan Keputusan koordinasi dengan pihak terkait, sosialisasi bersama seluruh mahasiswa, mencatat aspirasi mahasiswa (wawancara dengan INTN, mahasiswi tanggal 6 Oktober 2015). harus adanya diskusi, refleksi dan aksi yang diaplikasikan oleh mahasiswa dan dosen. (wawancara dengan SPU, mahasiswa tanggal 12 Oktober 2015). Ya, pastinya selalu dikonsep terlebih dahulu, dan ketika ada kegiatan juga harus ada SOP nya. Dan biasanya perlu dibawa dri prodi ke kaprodi , dan ke kajur untuk bisa diteliti. Kalau menurut saya untuk menentukan tahapan dalam mengambil sebuah keputusan yaitu yang pertama, melihat kemungkinan
dilaksanakannya.
Kedua,
kemanfaatannya
terhadap
pengembangan prodi tertentu. Ketiga, kegiatan itu tidak hanya teoritis tapi 53
harapannya bisa memberikan pengaruh pada mahasiswa. (wawancara dengan MU, tanggal 13 Oktober 2015) Tahapannya
ya
dilakukan
secara
kolektif,
ada
persetujuan
implementasinya di Lapangan oleh kaprodi atau staf lainnya (wawancara dengan MAZ, tanggal 4 Oktober 2015). Pertama yang harus diperhatikan dalam membuat keputusan itu adalah memperhatikan masukan-masukan dari pimpinan. Yang kedua setelah mendapat masukan-masukan adalah berkumpul untuk rapat koordinasi dengan kaprodi dan lain sebagainya. Yang ketiga tentunya adalah harus memperhatikan pedoman-pedoman yang berlaku, baik itu pedoman yang ada di STAIN maupun regulasi-regulasi yang berlaku baik itu dalam bentuk surat edaran, keputusan Menteri Agama. Setelah itu baru bisa membuat keputusan-keputusan. (wawancara dengan AZ, tanggal 5 Oktober 2015) Tahapan ideal mestinya seperti ini: Planning, Seorang pimpinan sebaiknya berkonsultasi dengan pihak-pihak lain yang mampu memberikan pandangan dan wawasan yang berbeda tentang suatu masalah. Discussion, Dalam prakteknya pimpinan tidak selalu mempunyai informasi yang lengkap. Maka diperlukan tindakan kongkret dari pimpinan berupa pemunculan ide-ide atau inovasi baru yang berguna untuk peningkatan mutu organisasi. Evaluating, Keputusan pimpinan untuk menggunakan alternatif baru dalam operasi mungkin akan mengurangi biaya tapi mungkin juga dapat menurunkan fleksibilitas operasi. Oleh karena itu evaluasi ini diperlukan untuk mengavaluasi resiko yang mungkin ditimbulkan dari alternatif yang akan diambil tersebut. Choosing, Dengan terpilihnya suatu alternatif terbaik, pimpinan pun harus mulai mampu menggerakkan pegawainya lewat pemberian materi atau bahan yang cukup di mengerti serta pemeriksaan lebih lanjut mengenai apa saja yang dibutuhkan nantinya. Executing, Pimpinan mulai memberikan perintah, wewenang serta tanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas-tugas tertentu dan juga mulai menetapkan skedul kegiatan atau anggaran, mengadakan dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan. pemonitoran yang dilakukan pimpinan secara terus menerus. Dengan evaluasi ini, pimpinan bisa mengetahui apa saja hal yang harus dikurangi atau ditambah untuk membuat organisasi lebih baik lagi. (wawancara dengan N, tanggal 5 Oktober 2015)
54
BAB IV ANALISIS ARAH PENGEMBANGAN JURUSAN USHULUDDIN DAN DAKWAH STAIN PEKALONGAN
A. ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, TANTANGAN DAN PELUANG JURUSAN USHULUDDIN DAN DAKWAH STAIN PEKALONGAN DARI ASPEK KELEMBAGAAN DAN AKADEMIK. 1. Kekuatan Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar (Fred, 2005:47). Demikian jika menelaah pada kekuatan yang dimiliki oleh Jurusan Ushuluddin dan Dakwah maka dari aspek sumber daya manusia, Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN pekalongan memiliki beberapa kekuatan. Salah satu kekuatan tersebut adalah
profil pengajar atau dosen yang mengajar di
lingkungan Jurusan Ushuluddin dan Dakwah. Para dosen di jurusan ini secara umum memiliki latar belakang kelimuan yang spesifik. Mereka adalah lulusan magister dan doktor di bidangnya, seperti tafsir dan ulumul Quran, ilmu hadis, filsafat Islam, psikologi dan tasawuf. Dosen di jurusan Ushuluddin dan Dakwah mengajar sesuai dengan keahlian masing-masing. Karena SDM dosen yang dimiliki, jurusan USHDA mesti mendapatkan perhatian serius untuk lebih dikembangkan lebih jauh, sebab jurusan ini lebih kepada kelimuan murni dan bersifat kajian, khususnya dalam program studi ilmu tafsir, ilmu hadis dan ilmu ilmu akhlak tasawuf.
Karena itu, substansi materi yang ada di jurusan ini
berkaitan dengan keilmuan pokok dalam Islam. Selain dari kekuatan mengenai SDM Dosen, Jurusan Ushuluddin dan Dakwah
memiliki kekuatan dari segi lulusan Ushuluddin dan Dakwah
digambarkan sebagai profil yang memiliki pengetahuan keilmuan yang lebih spesifik pada ilmu-ilmu dasar keagamaan Islam. Dari keunikan profil tersebut, alumni Jurusan Ushuluddin dan Dakwah memiliki peluang pekerjaan yang lebih 55
banyak dibandingkan jurusan lain. Hall ini menunjukan adanya kekuatan yang sebagaimna diungkap oleh Fred (2005) bahwa salah satu kekuatan yang dimiliki oleh sebuah lembaga pendidikan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar. Lulusan Jurusan Ushuluddin dan Dakwah memiliki kompetisi tersebut. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh beberapa hasil wawancara dari mahasiswa berbagai prodi yang ada di lingkungan jurusan Ushuluddin. Menurut sebagian narasumber, lulusan dari jurusan Ushuludin dan Dakwah akan menghasilkan SDM yang bisa masuk ke institusi manapun. Meraka juga banyak mengetahui banyak dalil-dalil agama seperti hadis yang dapat diterapkan seharihari di masyarakat. Pengetahuan semacam ini jelas berbeda dengan lulusan dari jurusan lain (Wawancara dengan ITN). Pandangan di atas juga dikuatkan oleh sumber lain bahwa secara umum mahasiswa ushuludin lebih berwawasan dalam bidang keagamaan, akhlak dan hadist. Wawasan semacam ini tentu saja bagi mereka yang berasal dari mahasiswa program studi ilmu Tafsir, ilmu Hadis, dan Akhlak Tasawuf. Sementara mahasiswa dari prodi yang lain, yakni prodi BKI dan KPI lebih ramah dan komunikatif. Hal itu wajar karena sesuai prodi mereka yang lebih cenderung ke komunikasinya (Wawancara dengan SWD). Kelebihan lainnya, mayoritas dari mahasiswa jurusan Usuluddin dan Dakwah memiliki basic pesantren, bahkan sebagian berasal dari lulusan pondok salaf dan al-Quran di mana mereka cukup menguasai kitab kuning dan al-Quran. Hal itu tentu saja menjadi kekuatan tersendiri bagi lulusan yang akan dihasilkan dari Jurusan Ushuluddin dan Dakwah. Kekuatan inilah yang menjadi cirri khas tersendiri bagi jursuan ushuluddin dan Dakwah, dimana seperti dikatakan oleh Fredm
(2005), bahwa kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau
keungulan-keungulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Demikian juga kekuatan jurusan ushuluddin dan Dakwah berupa jumlah mahasiswa di jurusan Ushuluddin tidak serta merta berarti bahwa jurusan ini sebagai jurusan yang memiliki SDM yang lemah. Jumlah yang sedikit tersebut justru menjadi kekuatan bagi jurusan ini untuk dikembangkan lebih jauh. Sebab 56
jumlah mahasiswa yang sedikit justru akan memudahkan dalam hal manajemen dan proses pengembangan keilmuan. Posisi geografis ini sangat potensial bagi STAIN secara umum dan khususnya bagi jurusan yang ada di Ushuluddin dan Dakwah, karena daerah se karesidenan Pekalongan yang meliputi Kota dan Kabupaten Pekalongan, kabupaten Batang, Pemalang, Tegal dan Brebes, merupakan wilayah yang masyarakatnya mayoritas beragama Islam. Biaya kuliah yang sangat murah menjadi kekuatan lain bagi kampus ini. Selain kekuatan-kekuatan yang terlah diuraikan diatas dan bab sebelumnya, kekuatan lain yang dimiliki oleh jurusan Ushuluddin dan Dakwah adalah kultur Masyarakat yang dicirikan sebagai kultur sangat religius, ramah, sekaligus sebagai masyarakat pesisir sehingga memiliki keberagam corak dan merupakan sisi keunikan tersendiri. Sarana Pra Sarana Sarana dan pra sarana yang tersedia saat ini khususnya di lingkungan jurusan USHDA masih cukup representatif dalam rangka penyelenggaraan pembelajaran atau perkuliahan bagi dosen dan mahasiswa. Sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan di perguruan tinggi. Masalah ini tidak hanya berkaitan dengan proses belajar mengajar semata, namun lebih luas dari itu, termasuk di dalamnya adalah pelayanan administrasi dan lainnya. Sebagai perguruan tinggi negeri yang secara umum penyediaan di bidang sarana dan pra sarana dapat diajukan melalui dana negara maka kampus STAIN Pekalongan tidak akan mengalami kesulitan dalam pengadaannya. Kebutuhan akan hal ini akan mudah tersedia melalui penganggaran dana DIPA. Karena itu, ketersediaan di bidang ini bukan menjadi penghambat untuk memajukan kampus STAIN Pekalongan secara umum dan jurusan Ushuluddin dan Dakwah secara khusus. Selain itu, buku-buku referensi yang tersedia di perpustakaan kampus sampai saat ini sudah cukup memadai. Namun, untuk ukuran ideal sebagai jurusan yang menitikberatkan dalam pengembangan keilmuan, ketersediaan bukubuku referensi yang ada masih harus ditambah lebih banyak lagi untuk memenuhi kebutuhan lebih jauh. Kerjasama dengan berbagai instansi dan lembaga lain merupakan kebutuhan yang sangat menunjang demi perkembangan dan kemajuan 57
yang diharapkan, tak terkecuali bagi jurusan Ushuluddin dan Dakwah. Sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi, tugas STAIN tidak hanya memfokuskan pada proses pembelajaran di dalam kelas namun juga dalam bidang penelitian pengabdian masyarakat. Karena itu, kerjasama dengan pihak lain menjadi syarat yang tidak bisa diabaikan urgensinya. Input dan Output yang dimaksud di dalam sub bab ini adalah untuk melihat Sumber Daya Manusia, mahasiswa yang masuk di jurusan Ushuluddin dan Dakwah terkait kompetensi calon mahasiswa, termasuk di dalamnya minat calon mahasiswa masuk di jurusan ini. Terkait kompetensi, mahasiswa yang masuk ke jurusan ini kemampuan bahasanya dirasakan kurang. Hal ini terkadang menjadi kendala dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kesimpulan ini berdasarkan hasil wawancara yang menyatakan bahwa input dan output mahasiswa di jurusan USHDA sangat beraneka macam. Ada yang benar-benar lulusan pesantren yang sudah memahami teks-teks arab sehingga dalam pembelajaran akan lebih mudah memahaminya, karena literatur yang digunakan di jurusan ini sering menggunakan teks-teks Arab, tapi yang murni memahami teks arab itu hanya sedikit. Ada juga mereka yang lulusan dari SMA sehingga mereka kurang nyambung tentang materi-materi USHDA. Namun, semua itu tidak dijadikan sebagai masalah utama dalam jurusan ini. Dalam hal ini pastinya lebih berfikir pada arah ideal dan pragmatis yang selalu ada. Ada kuota yang memang harus dipenuhi, tapi secara kualitas nantinya kurang. Ketika dalam proses perkuliahan mereka akan digembleng oleh para dosen yang mumpuni. Kelebihan dari sisi input atau outputnya yaitu dalam hal keilmuan Islam, ilmu hadist dan lainnya lebih mendalam dibandingkan dengan jurusan-jurusan lain seperti tarbiyah ataupun lainnya. Apalagi ketika ada UU yang menyatakan bahwa dari jurusan apapun bisa menjadi guru. Bukan hanya tarbiyah saja, karena dalam jurusan tarbiyah mereka lebih banyak belajar paedagogis dari pada materinya. Sedangkan jurusan kami lebih mendalam belajar materi tapi tidak belajar pedagogisnya (Wawancara dengan MU). Masih soal kualitas input mahasiswa, tidak sedikit yang berasal dari alumni pondok bahkan ustadz,
58
sebagaimana terlihat dari sebagian mahasiswa di prodi Tafsir Hadis. Hal itu menjadi kekuatan tersendiri bagi jurusan USHDA. Satu
hal yang bisa dijadikan kekuatan dari ushuluddin dan Dakwah
adalah proses pembelajaran dan pengelolaan organisasi. proses pembelajaran yang ada di Jurusan Ushuluddin dan Dakwah berjalan relatif efektif dan efesien, baik dari dosen maupun mahasiswa, karena dalam satu kelas ada sekitar tiga puluhan mahasiswa sehingga tidak begitu ramai, tidak seperti di jurusan lain. Kelebihan lainnya adalah mudahnya dalam memantau dan mengontrol mahasiswanya satu persatu, sehingga bisa diketahui minat dan bakatnya mereka masing-masing. UNESCO (1998) menjelaskan bahwa untuk melaksanakan empat perubahan besar di pendidikan tinggi tersebut, dipakai dua basis landasan, berupa : Empat pilar pendidikan: (1) learning to know, (2) learning to do yang bermakna pada penguasaan kompetensi dari pada penguasaan ketrampilan, dematerialisasi pekerjaan dan kemampuan berperan untuk menanggapi bangkitnya sektor layanan jasa, dan bekerja di kegiatan ekonomi informal, (3) learning to live together (with others), dan (3) learning to be, serta; belajar sepanjang hayat (learning throughout life). Jika mengikuti standar UNESCO tersebut, maka proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh jurusan Ushuluddin dan Dakwah, masih belum seratus persen melampaui target tersebut. 2. Kelemahan Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa meskipun bahwa dari aspek sumber daya manusia, jurusan USHDA tergolong cukup memadai. Namun menghadapi perkembangan jumlah mahasiswa dan bertambahnya prodi di jurusan ini dibutuhkan pula jumlah dosen. Sehingga jika mengacu pada tantangan itu jurusan ini sangat kekurangan. Kondisi tersebut sudah mulai terasa. Beberapa dosen ada yang mengajar sampai empat atau lima matakuliah. Bahkan juga beberapa dosen Ushuluddin yang mengambil dosen yang bukan dari Ushuluddin. Dari aspek geografis, Selain menjadi kekuatan , aspek geografis juga menajdi kelemahan bagi jurusan UShuluddin dan Dakwah. Pekalongan adalah wilayah yang dekat dengan Kota Semarang yang notabene di Kota Semarang itu 59
ada kampus yang lebih besar. Karena itu, bagi yang serius memilih perguruan tinggi Islam negeri, maka ia akan memilih ke kampus tersebut. Sementara sebelah barat seperti Tegal dan Brebes akan lebih memilih ke Jakarta atau ke daerah selatan menuju Purwokerto. Kekurangan lainnya adalah dalam hal sarana gedung. Jurusan USHDA sampai saat ini belum memiliki kantor jurusan sendiri, yang terpisah dari gedung kuliah. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi jurusan ini secara umum karena akan berdampak pada aktivitas lain baik dalam hal administrasi maupun soal kenyamanan. Dari aspek input mahasiswa baru, kuota yang tersedia masih sangat sedikit. Di jurusan ini masih banyak yang berasal pendidikan umum, sehingga mereka akan kesulitan dalam menerima materi perkuliahan yang ada di jurusan ini. Selain itu, karena peminatnya kurang, tidak banyak yang masuk Ushuluddin yang menjadikannya sebagai pilihan utama. Meskipun ada sebagian dari lulusan pesantren dan mereka mempunyai kelebihan modal yang memadai seperti baca kitab, namun kelemahan orang pesantren itu bisa dikatakan cara berpikirnya masih sempit, seperti satu madzhab satu aliran. Sehingga ketika mereka masuk Ushuluddin yang mempelajari berbagai corak pemikiran Islam, macam-macam madzhab ataupun aliran, mereka kurang bisa mengikuti. Disamping itu juga pengetahuan di pesantren juga masih kurang seperti bagaimana cara membuat penulisan bahasa Indonesia yang baik, belum lagi bahasa Inggris. Juga ketika mempelajari pemikiran tokoh yang bukan dari Islam, seringkali alumni-alumni pesantren yang masuk di Ushuluddin STAIN Pekalongan itu kurang bisa mengikuti. Disamping itu mahasiswa-mahasiswa Ushuluddin dilihat dari sisi semangat itu kurang dibanding dengan mahasiswa Tarbiyah misalnya.Semester ini saya mengajar di Tarbiyah juga, dan kalau saya bandingkan seringkali kehadiran mahasiswa di Tarbiyah itu seratus persen. Tapi di Ushuluddin belum pernah saya mendapati kehadiran seratus persen. Apalagi sekarang ketambahan Dakwah, itu semangatnya juga terlihat kurang. Seringkali ketika diskusi itu saya tawarkan pertanyaan dari mahasiswa, akan tetapi yang bertanya paling hanya satu
60
orang dan itupun masih berkutat pada istilah-istilah bahasa tidak sampai pada persoalan substansi. (wawancara dengan AZ). Kelemahan lainnya adalah adanya ada keterpaksaan mengambil dosendosen dari luar. Tiga Kaprodi yang ada di Ushuluddin itu juga ada yang disibukkan, dilibatkan dalam pengelolaan di Tarbiyah, terutama di PBA.Sehingga ini menjadikan pemikiran menjadi tidak terfokus. Bahkan saya melihat juga menguji kompre,menjadi dosen pembimbing Tarbiyah. (wawancara dengan AZ). 3. Tantangan dan Hambatan Hampir semua lembaga pendidikan mengalami hambatan dalam upaya pengembangannya. Untuk konteks jurusan USHDA, Hambatan yang dihadapi adalah cara membangun kesepahaman bersama dari semua level. Mahasiswa sebagai masyarakat di Ushuluddin, HMPS, HMJ, kajur, sekjur dan kaprodi. Kalau semua level ini sepakat mau mengecilkan Ushuluddin tidak perlu duduk bersama. Tapi kalau semua level ini sepakat untuk membesarkan Ushuluddin, maka laksanakan program bersama-sama, program yang rutinitas maupun yang di luar rutinitas/kreatifitas. Ini yang menurut saya ancaman bagi Ushuluddin yang tidak besar-besar di semua fakultas perguruan tinggi agama. Ushuluddin lebih ekslusif, betah dengan dirinya sendiri tidak mau mendapatkan suntikan-suntikan dari semua komponen. (wawancara dengan SS). Kurangnya komunikasi yang baik dan sosialisasi yang menyeluruh juga menjadi alasan penghambat laju perkembangan jurusan USHDA. Hal ini cukup menjadi ancaman bagi jurusan ushuludin dan dakwah. Termasuk pula kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kualitas yang dimiliki oleh masing-masing mahasiswa (wawancara dengan INTN). Hambatan lainnya adalah pola pikir pragmatis yang dialami mahasiswa secara umum, juga adanya regulasi baru mengenai kurikulum KKNI itu juga cukup mengganggu idealisme orang-orang Ushuluddin. Karena KKNI itu nanti akan merubah perguruan tinggi secara perlahan menjadi semacam lembaga atau balai latihan kerja yang hanya mencetak tukang-tukang. Sementara Ushuluddin itu bukan mencetak tukang tapi mencetak pemikir-pemikir. Dan sementara tuntutan KKNI itu nanti mahasiswa bisa ditempatkan di bagian apa dalam suatu 61
pekerjaan. Hal semacam ini masih cukup mengganggu dan merupakan tantangan bagi Ushuluddin untuk bisa memadukan idealisme Ushuluddin untuk mencetak para pemikir dengan regulasi yang notabene akan mencetak tukang (wawancara dengan AZ) 4. Peluang Jurusan USHDA memiliki potensi yang baik dengan catatan disediakan beberapa sarana prasarana untuk menggali potensi yang dimiliki. Potensi jurusan USHDA khususnya BKI cukup berpeluang besar dalam konteks pekalongan karena di kota Pekalongan, jurusan BKI hanya ada di STAIN pekalongan. (wawancara dengan SPU, mahasiswa tanggal 1 Januari 2015). Untuk KPI cukup baik, karena broadcasting untuk Pekalongan sendiri baru ada di KPI. Sedangkan kita tahu bahwa di Pekalongan banyak media yang bisa kita masuki kemudian dari segi dakwah kita mempunyai peluang yang banyak karena dari Pekalongan banyak orang-orang agamis. (wawancara dengan SU, mahasiswa, 2 Desember 2015). Sebagian menilai, potensi jurusan maupun prodi sudah bagus, seperti BKI itu tidak hanya bisa menjadi konselor namun juga guru (Wawancara dengan NS). Peluang untuk level
nasional
maupun internasional masih menjadi
harapan, karena belum memenuhi kompetensi yang cukup untuk bersaing dilevel nasional maupun internasional. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk bisa berusaha mengembangkan potensi yang ada sehingga bisa bersaing di level nasional maupun internasional. (wawancara dengan SPU) Untuk prodi KPI mempunyai keaktifan yang beragam. Mahasiswa bisa masuk ke bidang dakwahnya melalui media TV, radio atau surat kabar dan kerjasama itu sudah mulai dibangun dengan baik. Kalau di nasional sudah mengadakan kerjasama dengan Pusat Kajian Hadis dan Pusat Studi al-Qur’an Jakarta. Kalau di internasional kita sudah terbuka sebenarnya, seperti kita pernah merintis kerjasama dengan kedutaan Iran.Dan itu sangat dimungkinkan semisal ada mahasiswa yang berminat beasiswa ke Iran.Tapi memang di Pekalongan ini Iran semacam masih menjadi momok menakutkan. (wawancara dengan AZ). Peluang mahasiswa dalam tingkat nasional belum jelas karena memang cangkupan itu masih terlalu tinggi bagi jurusan USHDA.(wawancara dengan NZ). 62
Dari temuan beberapa kekuatan , kelemahan, tantangan, dan peluang (analisis SWOT) jurusan Ushuluddin dan Dakwah, maka idealnya arah pengembangan dilakukan dengan mengacu kepada analisis SWOT tersebut. Apalagi adanya tuntutan bagi Perguruan Tinggi Islam menghadapi tantangan yang sangat besar pada era kontemporer ini. Kehidupan di abad XXI menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan
tinggi yang bersifat mendasar. Bentuk
perubahan-perubahan tersebut adalah: (1) perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat dunia (global), (2) perubahan dari kohesi sosial menjadi partisipasi demokratis (utamanya dalam pendidikan dan praktek berkewarganegaraan), dan (3) perubahan dari pertumbuhan ekonomi ke perkembangan kemanusiaan (Ahmad, 1994).
B. ANALISIS ARAH PENGEMBANGAN ASPEK INTERNAL KELEMBAGAAN DAN AKADEMIS JURUSAN USHULUDDIN DAN DAKWAH STAIN PEKALONGAN i. Teori Higher Education Long Term Strategies (HELTS).
Daya Saing Bangsa (Nation Competitiveness) Dalam membahas arah pengembangan yang telah dilakukan oleh jurusan
Ushuluddin dan Dakwah, digunakan teori higher education long term strategies yang diadaptasi dari Muhandas (2007). teori ini juga digunakan oleh kementerian Pendidikan Nasional untuk acuan norma dan strategi pengembangan pendidikan tiggi. Teori ini menjelaskan bahwa terdapat tiga prinsip yang menjadi dasar pengembangan kelembagaan pendidikan tinggi di Indonesia, yaitu daya saing bangsa (Nation competitiveness), otonomi (autonomy) dan kesehatan organisasi (organization health). Tergambar dalam paparan hasil penelitian, bahwa jurusan Ushuluddin dan Dakwah memiliki kemampuan berdaya saing. Secara nasional Ushuluddin mampu bersaing di tingkat nasional dengan bukti adanya mahasiswa Ushuluddin yang juara 1 lomba karya tulis ilmiah di Jakarta. Meskipun
untuk tingkat internasional
Ushuluddin belum pernah meraih kejuaraan. Kemamampuan bersaingnya jurusan
63
ushuluddin dan Dakwah juga bisa dilihat dari penguasaan yang dimiliki oleh mahasiswanya yang mampu menekuni keahliannya. Keberlangsungan daya saing yang tinggi untuk meraih kualitas yang lebih ini tergantung dari strategi yang dibuat oleh ushuluddin. Harus ada beberapa upaya menghadapi daya saing ini. Wujud upaya tersebut yang sudah dilakukan oleh jurusan Ushuluddin dan Dakwah adalah bekerjasama dengan perguruan tinggi lain agar Ushuluddin itu bisa sejajar dengan mereka. Misalnya program-program bagaimana supaya memperoleh mahasiswa yang banyak, pembelajaran, silabus, kurikulum supaya Ushuluddin tidak beda dengan perguruan tinggi lain, workshop, studi banding dan lain-lain. Hal ini relevan seperti yang oleh Hudaeri (2014) untuk aspek kualitas dan aspek relevansi bagi pendidikan tinggi memiliki kontribusi langsung pada peningkatan daya saing bangs, dan untuk mempercepat peningkatan kedua aspek tersebut, perguruan tinggi dapat mengupayakan adanya cooperation, benchmarking, networking dan berbagai usaha lain, sehingga dapat memanfaatkan lesson learned dan best practices dari perguruan tinggi lain. (Hudaeri, 2014). Mengacu pada pendapatnya Hudaeri (2014) tersebut diatas maka sepadan dengan Pernyataan salah satu informan (MAZ) bahwa ke depan Ushuluddin juga akan melakukan studi banding mengenai kurikulum KKNB ke perguruan tinggi yang sudah mapan seperti UIN Jakarta. Secara lisan saya sudah meminta kepada dekan fakultas Ushuluddin di UIN Jakarta mengenai niat kami untuk menggali, belajar penyusunan kurikulum KKNI. Artinya nanti kurikulum kita Ushuluddin dengan UIN Jakarta itu sama sejajar. Juga nanti peningkatan untuk memperoleh akreditasi kita Ushuluddin. Untuk meningkatkan kualitas diri mhsiswa pastinya ada penggemblengan khusus terhadap kajian-kajian di ushda agar lebih mendalam, untuk dosen perlu adanya pelatihan-pelatihan yang sering dilakukan agar benarbenar ssuai kompetensinya,, untuk karyawan perlu adanya pembenahan husus, baik dari administrasi, dan lain-lain.
Otonomi (Autonomy) Sistem pengelolaan di perguruan tinggi selama ini pada umumnya mengikuti
peraturan yang secara seragam berlaku untuk seluruh jajaran unit pelayanan pemerintah. Pengelolaan terpusat seperti ini mengakibatkan tumbuhnya budaya 64
birokrasi yang kuat di perguruan tinggi. Pimpinan perguruan tinggi merasa bahwa akuntabilitas mereka hanya kepada atasannya (single accountability) di pemerintah pusat, dan bukan kepada stakeholders secara keseluruhan yaitu masyarakat perguruan tinggi (dosen, pegawai, dan mahasiswa), orang tua mahasiswa, pemerintah pusat dan daerah, dan masyarakat lainnya (penyedia kerja, alumni, industri, dan masyarakat umum lainnya) (Hudaeri, 2014). Capaian otonomi yang dimiliki oleh jurusan Ushuluddin dan Dakwah antara lain adalah baru pada proses-proses tertentu. Jurusan Ushuluddin dan Dakwah
tidak memiliki
otonomi yang penuh. Otonomi akademik pasti ada,
bahkan wajib ada. Namun otonomi non akademik, seperti penganggaran belum ada. Otonomi itu untuk melaksanakan program tanpa ada instruksi dari rektor, prodi, yang punya kebebasan terhadap peningkatan dosen atau mhasiswa sehingga tidak ada pemaksaan, tetapi punya kreativitas, tp selama ini hanya peningktannya hanya difokuskan terhadap mahasiswa. (wawancara dengan MAZ). Kalau keuangan kita itu kan masih STAIN saya kira semuanya sama. Karena STAIN itu bendaharanya masih terpusat satu. Otonominya ada pada usulan-usulan. Kita ingin mengutus delegasi dosen untuk mengikuti seminar dan sebagainya jurusan tidak mempunyai otonomi, hal itu ditentukan oleh ketua. (wawancara dengan AZ).
Kesehatan organisasi (organization health) Perguruan tinggi adalah tempat untuk menemukan, mengembangkan dan
menyebarluaskan informasi berupa ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni, maka sumber daya informasi yang dimiliki dosen, perpustakaan dan yang diperoleh melalui penggunaan tekhnologi informasi, dapat juga dikategorikan sebagai aset perguruan tinggi. Oleh karena itudalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, maka sumber daya informasi harus dapat dimanfaatkan secara bersama (resource sharing) antar perguruan tinggi. (Dirjen Dikti, 2014). Jika mengacu pada pendapat Siagian (1995) mengenai kesehatan Organisasi yang mengatakan bahwa
organisasi yang sehat adalah suatu organisasi yang
memiliki ciri-ciri (sifat-sifat) seperti tersebut berikut: 1) terdapat tujuan yang jelas, 2) Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap orang di dalam organisas, 3) tujuan organisasi harus diterima oleh setiap orang dalam organisasi, 4) adanya kesatuan 65
arah (unity of direction), 5) adanya kesatuan perintah (unity of command), 6) adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang, 7) adanya pembagian tugas (distribution of work), 8) struktur organisasi harus disusun sesederhana mungkin, 9) pola dasar organisasi harus relatif permanen,dan 10) adanya jaminan jabatan (security of tenure). Maka berdasarkan wawancara dari beberapa informan tidak memberikan jawaban yang mengarah kepada hal tersebut. Hanya terungkap bahwa kesehatan organisasi yang ada di Jurusan Ushuluddin dan Dakwah kurang baik, karena adanya komunikasi yang kurang efektif. Sebaliknya, justru kesehatan organisasi dimaknai sebagai adanya transparansi anggaran, kedua setiap kegiatan didukung oleh unsur pimpinan . dan keduanya tercatat kurang memberikan warna di jurusan Ushuluddin dan Dakwah ini. Kesehatan Organisasi, memiliki hambatan, antara lain: 1) hasrat untuk mempertahankan kestabilan hidup bersama (acknowledged collective benefits of stability), adanya perubahan dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan dan keresahan sehingga mengundang ketidakstabilan organisasi. 2) Pertimbangan atas lawan-lawan yang mungkin dihadapi untuk mengadakan perubahan (calculated opposition to change). Dalam melakukan perubahan merasa kawatir terhadap halhal yang menjadi lawan organisasi. 3) Ketidak mampuan untuk mengadakan perubahan (inability to change). Dan hal ini menjadi kehawatiran oleh salah satu informan dalam penelitian ini. “Kalau masih STAIN ini saya kira ini masih terhambat karena nomenklatur. Jadi ada aturan nomenklatur. Kenapa saat ini harus menjadi satu antara Ushuluddin dan Dakwah itu karena nomenklatur kita yang mengharuskan seperti itu. Kemudian kultur masyarakat kita yang sepertinya belum bisa menerima sepenuhnya dengan dunia akademik. Jadi akademik kita itu belum bebas masih ada campur tangan dari masyarakat untuk tidak mengembangkan sesuai dengan potensi akademik. Contohnya ketika kita bekerjasama dengan Iran ada intervensi dari pihak luar sehingga tidak terlaksana” (wawancara dengan AZ)
Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan yang transparan dan akuntabelmerupakan salah satu dari bagian system pengembangan lembaga kependidikan yang baik (Hudaeri, 2014). Dalam hal ini, dapat diacungi jempol, ketika beberapa informan mengatakan bahwa jurusan Suhuluddin dan Dakwah memiliki pengelolaan yang transparan 66
dan angat terbuka, karena punya RKKL yang diketahui banyak orang kecuali mahasiswa. (wawancara dengan MAZ). Akuntabilitasnya semua prodi bahkan sampai staff itu tahu bagaimana anggaran kita, dan berapa nilainya, berapa kali mengadakan kegiatan, anggarannya berapa, tidak hanya saya yang tahu prodi pun juga mengetahui. Jadi semuanya terukur dan bisa diketahui.(wawancara dengan AZ) ii. Teori Skills of an Effective Administrator Dalam kajian psikologi organisasi, Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:keterampilan konseptual, keterampilan berhubungan dengan orang lain, dan keterampilan teknis.
Keterampilan konseptual (conceptional skill) Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk
membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu.
Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill) Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan
keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
Keterampilan teknis (technical skill) Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada
tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
67
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu: Keterampilan manajemen waktu dan Keterampilan membuat keputusan. Keterampilan manajemen waktu Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Keterampilan membuat keputusan Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar. Dari ketiga keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh seorang administrator (dalam hal ini mencakup semua kepemimpinan
yang ada dalam
sebuah organisasi) maka telaah terhadap kelima keterampilan tersebut di atas adalah bervariasi. Pertama, keterampilan konseptual, terkait dengan gagasan dan ide untuk mengkonsepkan arah pengembangan, admsinistator Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, ada kalanya menjaring ide-ide dari banyak pihak, ada kalanya hanya dikonsepkan oleh pimpinan. “Tergantung. Ketika gagasan-gagasan atau ide tersebut sesuai dengan regulasi maka bisa diterima. Tapi kalau memang regulasi belum memungkinkan maka kita juga belum bisa menerima gagasan tersebut. Misalnya ada salah satu kaprodi yang menginginkan seminar yang bekerja sama dengan BP4 di tahun ini. Secara regulasi itu tidak bisa. Karena dari sisi keuangan kita adalah lembaga milik negara dan setiap keuangan itu harus diusulkan lewat rapat kerja (wawancara dengan AZ).
Kedua, keterampilan berhubungan dengan orang lain, dalam artian bahwa Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah. Hal ini tidak begitu kelihatan di jurusan Ushuluddin 68
dan Dakwah. Berdasarkan wawancara beberapa informan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada proses komunikasinya, seperti yang sudah saya katakan bahwa sistem komunikasi kelembagaan yang tidak dinamis (wawancara dengan IK, dan masih kurang terkontrol dengan baik (wawancara dengan NZ).
Namun ada pula
informasi lain yang menggambarkan bahwa administrator Jurusan Ushuluddin dan dakwah memiliki keterampilan komunikasi yang lumayan baik. Karena peran komunikasi menurut saya yaitu sangat penting Bentuk komunikasinya ya seperti komunikasi formal ataupun nonformal. Dalam keadaan formal biasanya ketika rapat. Kalau non formal ya biasanya dilakukan disela-sela waktu istirahat sambil ngobrol tentang hal-hal yang berkaitan dengan jurusan. (wawancara dengan MU). Ketiga, keterampilan teknis, digambarkan bahwa lazimnya keterampilan ini selain dimiliki oleh administrator dalam kapasitasnya sebagai pimpinan tingkat atas, juga staff sebagai pelaksana teknis dari jurusan ushuluddin dan Dakwah.
69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari rumusan masalah penelitian ini, maka pembahasan atas hasil temuan di lapangan mengenai analisis SWOT dan araha pengembangan Jurusan Ushuluddin dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang yang dimiliki oleh Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan dari aspek kelembagaan dan akademik, dapat dijadikan sebagai pijakan untuk mengembangkan jurusan Ushuluddin dan Dakwah menuju lebih baik. Adapun uraian masing-masing komponen dari analisis SWOT dapat dideskripsikan sebagaimana uraian berikut. Kekuatan yang dimiliki oleh jurusan USHDA antara alain adalah: (1) profil lulusan yang memiliki pengetahuan keilmuan yang lebih spesifik karena berhubungan dengan kebutuhan masyarakat pekalongan dan sekitarnya yang memiliki corak yang religius; (2) peluang pekerjaan yang lebih luas karena bidang keilmuan di USHDA bisa menyentuh berbagai aspek kehidupan; (3) USHDA lebih fokus pada pengembangan keilmuan walaupun tidak menafikan aspek skill dan keterampilan; (4) sarana prasarana yang secara umum cukup memadai untuk mengembangkan bakat keilmuwan dan skill keterampilan setiap Prodi di USHDA; (5) secara geografis kampus STAIN cukup strategis; (6) kultur masyarakat Pekalongan sebagai kota santri yang didukung dengan adanya banyak pondok pesantren. Kelemahan pada Jurusan USHDA STAIN Pekalongan dilihat dari beberapa aspeknya adalah: (1) secara kuantitas mahasiswa masih sedikit; (2) dosen sangat terbatas jumlahnya; (3) pemikiran masyarakat yang masih cenderung pragmatis sehingga mempengaruhi persepsi mereka terhadap jurusan USHDA; (4) sarana dan prasarana belum memadai, seperti ruang kelas yang belum mencukupi dan kantor yang tidak sempit dan tidak proporsional; (5) kerjasama dengan lembaga lain belum maksimal; (6) managemen keorganisasian yang kurang sehat karena, salah satunya, kurang adanya komunikasi yang baik antara pemangku jabatan di lingkungan USHDA.
70
Sedangkan Peluang yang dimiliki jurusan USHDA antara lain adalah: (1) menjadi satu satunya Perguruan Tinggi Negeri di eks karesidenan Pekalongan; (2) adanya lapangan pekerjaan cukup luas untuk alumni; (3) potensi kerjasama dengan pihak lain sangat banyak; (4) peluang berprestasi bagi mahasiswa dalam berbagai event perlombaan baik level kabupaten-kota, regional maupun nasional. Adapun tantangan yang dihadapi antara lain adalah: (1) adanya regulasi baru mengenai kurikulum KKNI; (2) kompetisi dan daya saing untuk menjadi jurusan yang berkualitas di masa yang akan datang. 2. Arah Pengembangan aspek internal kelembagaan dan akademis yang telah dilakukan oleh Jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan, dari aspek daya saing secara nasional adalah bahwa Ushuluddin dan Dakwah menggunakan kesempatan memperluas kerjasama dengan berbagai institusi dan lembaga lain, baik pesantren, perguruan tinggi, maupun dalam bentuk asosiasi keilmuan tingkat nasional. Selain itu juga selalu berupaya untuk mengarahkan kepada penguatan kapasitas sumber daya manusia dengan melakukan kegiatan- kegiatan workshop, studi banding, konferensi dan kegiatan seminar baik secara nasional maupun internasional. Potensi SDM yang dimiliki Jurusan USHDA cukup memungkinkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Pengembangan SDM juga dapat dilakukan melalui penelitian dan karya tulis yang dipublikasikan secara luas. Untuk mengarahkan kepada pengembangan pembelajaran, redesain kurikulum yang telah disusun dapat mengantarkan jurusan ini menuju arah keilmuan yang lebih jelas berdasarkan konteks masyarakat kontemporer. Kesehatan organisasi pada jurusan USHDA masih perlu diperbaiki, terkait dengan komunikasi yang kurang lancar dari berbagai pihak di dalamnya.
Sedangkan
untuk transparansi dan akuntabilitas dari
beberapa informan mengatakan berbeda-beda, sebagian mengatakan tidak transparan ada pula yang mengatakan sudah transparan dan terbuka. Untuk itu managemen organisasi yang sehat dapat menjadi perhatian secara serius menuju transparansi dan kesehatan organisasi di lingkungan jurusan USHDA STAIN Pekalongan. B. Rekomendasi Dari hasil penelitian mengenai arah pengembangan Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, dapat disarankan sebagai berikut. 1. Arah pengembangan Jurusan Ushuluddin dan Dakwah selayaknya mengacu pada beberapa hasil analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) yang 71
dihadapinya. Dengan mengacu pada analisis tersebut maka pengembangan jurusan ini akan menemukan arah yang lebih jelas. 2. Komunikasi yang terjalin di lingkungan jurusan Ushuluddin dan Dakwah STAIN Pekalongan seharusnya terbangun secara sehat, antara pimpinan dan bawahan, antara pejabat dan karyawan, dan antarapejabat yang setingkat, sehingga setiap persoalan yang dihadapi dapat dihadapi secara bersama-sama. 3. Trust (kepercayaan) seharusnya terbangun dari pihak pimpinan ke bawahan dalam pelaksanaan program-program yang dilaksanakan di lingkungan jurusan Ushuluddin dan Dakwah. Jika dijumpai terdapat kelemahan dalam konteks apapun maka harus dibenahi dan didiskusikan secara bersama-sama antar pimpinan dan bawahan. 4. Dibutuhkan sikap terbuka dari berbagai pihak, antara pimpinan dan bawahan atau sebaliknya sehingga tidak menimbulkan kecurigaan atau salah paham dari masing-masing pejabat terkait maupun karyawan.
72
DAFTAR REFERENSI
Ahmad, A.,S. 1994 Islam, Globalization and Postmodernity, edited with Hastings Donnan, Routlegde. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2004. Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 2003-2010: Mewujudkan perguruan tinggi berkualitas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2008. Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi: Sebuah Alternatif Penyusunan Kurikulum, Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Fred, D.R., 2006. Manajemen Strategis. Edisi Sepuluh, Jakarta: Salemba Empat, Freddy, R. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall Higher Education in the Twenty-first Century: Vision and Action. World Conference on Higher Education.UNESCO, Paris, 5-9 October 1998 Hudaeri, M. revitalisasi dan pemberdayaan fakultas ushuluddin dan dakwah: Kajian Atas Pengembangan Fak. Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. 2014. Ar-Raniry: International Journal of Islamic Studies Vol. 1, No.1, 95-128. Jogiyanto, 2005, Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif, Yogyakarta: Andi Offset. Mohandas, R. (2007). Government policies in facing globalisation for setting Indonesian universities to become world class university. [Online] Available: http://www.dinus.ac.id/seminar/files/Chief%20of%20BPKLN.pdf\ Mursyida, D. & Salim, A. 2012. Dakwah Melalui Media Siber: Analisis Pesan Dakwah dalam Website Dakwatuna.com. Media Akademika, Vol. 27, No. 4: 569-586 Robert L. Katz. 1974. Skills of an Effective Administrator. Harvard: Press Business School Press
73
Robinson, P. 1997. Manajemen Stratejik Formulasi, Implementasi dan Pengendalian Jilid 1, Jakarta: Binarupa Aksara. Siagian, S.P.1995. Teori pengembangan organisasi. Jakarta: Bumi Aksara 1995 Soejatminah, S. 2009. Internationalisation of Indonesian Higher Education: A Study from the Periphery. Journal Asian Social Science. Vol.5.no09. 70-78 Tim Perumus Renstra STAIN Pekalongan, Menuju Kampus Rahmatan Lil Alamin, Ikhtiar STAIN Pekalongan Menjadi Pelopor PTAI Berbasis Riset, Pekalongan: STAIN Press, 2011. UNESCO. 1998. Higher Education in the Twenty-first Century: Vision and Action. World Conference on Higher Education.UNESCO, Paris, 5-9 October 1998.
74
LAMPIRAN
ix
Profil Peneliti 1. Peneliti II (Anggota1) a. Nama lengkap b. N I P c. Tempat tanggal lahir d. Jabatan Fungsional e. Keahlian f. Alamat Lengkap g. Kontak Person h. Riwayat Pendidikan No Perguruan Tinggi
: Dr. Esti Zaduqisti, S.Ag. M.Si : 1977 1217 2006 04 2 002 : Pekalongan, 17 Desember 1977 : Lektor : Psikologi : Jl. Gondang 201 Wonopringgo Pekalongan 51181 : Hp. 081931173182 email:
[email protected] Kota
Konsentrasi
Tahun
1
STAIN Pekalongan
Pekalongan
Ahwalus Syakhsiyyah
2002
2
Pascasarjana UGM
Yogyakarta
Psikologi
2006
3
PPS Universitas Negeri Malang
MalangJawa Timur
Psikologi Pendidikan
i. Pengalaman Penelitian No Judul Penelitian
November 2013
Dana
Tahun
1
Kegiatan Life Skill menjahit tingkat dasar Pemkot Pekalongan perempuan pekerja sanggan batik RW 02 Gamer Kota Pekalongan.
2008
2.
Hubungan antara Dangerous Driving dengan faktor Pribadi personal, motivasional dan faktor situasional.
2008
3.
Perempuan Sanggan Batik Pekalongan Menggapai Dipertais Depag RI Harapan di Tengah Jerat Kapitalisme (Upaya Mengorganisir Diri untuk Peningkatan Kualitas Hidup).
2008
4.
Pekerja anak pada sektor industri rumah tangga kota DIPA STAIN pekalongan (studi perilaku sosial-ekonomi dan Pekalongan keagamaan).
2009
5.
Pengaruh Metode Pembelajaran terhadap Motivasi Dipertais Depag RI berprestasi dan Hasil balajar Mahasiswa STAIN Pekalongan
2009
x
6.
Validitas prediktif dalam (Analisis terhadap Soal Pekalongan
evaluasi pendidikan DIPA STAIN Ujian Masuk Stain Pekalongan
2010
7.
Refleksi terhadap Pembelajaran Kelas dengan DIPA STAIN Pendekatan School Knowledge dan Action Pekalongan Knowledge di SMP Islam al Azhar 14 Semarang
2011
8.
Pengaruh Penerapan Model Problem-Based Dirjen DIKTIS Instruction Terhadap Self-Regulated Learning Kemenag RI Mahasiswa Dalam Pembelajaran Ilmu Budaya Dasar Di Stain Pekalongan
2011
9.
Perspective-taking and outgroup helping: The Pribadi moderating role of warmth impression and outgroup status
2012
10.
Pengabdian Masyarakat “Pendampingan Bagi Orang Tua Yang Memiliki Anak Usia Sekolah Untuk Menjadi Orang Tua Ideal dan Mampu Mendukung Aktifitas Belajar Anak”
2014
Tahun akademik 2009/2010)
11
Pengabdian Masyarakat : “Konseling Dakwah Terhadap Kaum Penderita Kaum HIV dan AID (Odha) di Kabupaten Pemalang” j. Karya yang dipublikasikan No Judul
BAPPEDA Kota Pekalongan
P3M STAIN Pekalongan
Media
2015
Tahun
1
Penilaian Keadilan Terhadap Kewarisan Islam (Tinjauan Psikologis)
Jurnal Hukum Islam STAIN Pekalongan
2007
2.
Dangerous Driving, Prediktor dan Mediatornya.
Psichoidea Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Pebruari 2009
3.
Stereotipe Peran Gender bagi Pendidikan Anak.
Muwazah, Jurnal Kajian Gender dan Anak, PSG STAIN Pekalongan
Juni 2009
4.
Problem Based Learning (konsep ideal Forum Tarbiyah, Jurnal model pembelajaran untuk Peningkatan Pendidikan Islam STAIN Pekalongan. 2010. Vol. 8 no. 2 Prestasi Belajar dan Motivasi Berprestasi)
5. Pendidikan Karakter Perspektif Aplikatif
xi
Proseeding Seminar Internasional “Character Bilding Through Education”, 12 nopember 2011
Desember 2010
12 Nopember 2011
6.
Refleksi Terhadap Pembelajaran Kelas Di Jurnal Penelitian, 2012, Smp Islam Al Azhar 14 Semarang: volume 9, nomor 2, Pendekatan School Knowledge dan Action Knowledge
November 2012
7.
International Journal of Perspective-taking and outgroup helping: Research Studies in The moderating role of warmth impression Psychology - Special Issue on Positive Psychology, 2012. and outgroup status Volume 1 Number 3, 7-20
Desember 2012
8.
Jurnal Penelitian, 2013. Sistem Pengupahan dan Pembagian Kerja Volume 10, nomor 2, Perempuan Buruh Batik Berbasis Putting Out System di Kota Pekalongan.
November 2013
9.
The role of social identification, intergroup threat, and out-group derogation in explaining belief in conspiracy theory about terrorism in Indonesia
International Journal of Research Studies in Psychology, 2014. Volume 3 Number 1, 35-50
Januari 2014
10.
International Journal of Examining Predictors of Tolerance and Research Studies in Helping for Religious Minority in Psychology. 2014.Vol. 3 Indonesia. Number 1, 7-20
April 2014
11
National identification and Collective Emotions as Predictors of Pro Social Attitudes toward Islamic minority Groups in Indonesia We believe in your conspiracy if we distrust you: the role of intergroup distrust instructuring the effect of Islamic identification, competitive victimhood, and group incompatibility on belief in a conspiracy theory. The Effect of Intergroup Threat and Social Identity Salience on the Belief in Conspiracy Theories over Terrorism in Indonesia: Collective Angst as a Mediator
Europe’s Journal of Psychology, vol 10, No. 2, 255–276
Mei 2014
Journal of Tropical Psychology
Desember 2014
12
13
Volume 4, No.11, pp. 1–14, 2014, International Journal of psychological Research. Vol 8 (1): 24-35
14
Demonising the victim: Seeking the Psychology & Developing answer for how a group as the violent Societies. Vol. 27 no1. 2015: 31–57 victim is blamed
15
The Differential role of globalization threats in mediating the effect of competitive victimhood on Muslims’ religious fundamentalism
16
The role of identity subversion in xii
Archive for the Psychology
Januari 2015
Maret 2015
Mei 2015
of Religion (2015) 1-27
Psychology & Developing
Maret
structuring the effects of intergroup threats and negative emotions on belief in antiWest conspiracy theories in Indonesia
Societies Vol. 3. 2015:
2. Peneliti II (Anggota1) a. Nama b. NIP c. Tempat/Tanggal Lahir d. Pangkat/Gol e. Jabatan Fungsional f. Bidang Keahlian g. Jurusan/Prodi h. Alamat Rumah i. Nomor Telp/Hp j. Pendidikan Perguruan Tinggi
: Hasan Su’aidi, M.S.I : 1976 05 20 2005 01 1006 : Gresik, 20 Mei 1976 : Lektor/III/d : Dosen : Hadits : Ushuluddin dan Dakwah/Tafsir Hadits : Jl. Nakula No. 7 Perum Panjang Indah Pekalongan : 087856032893 : Kota/Negara Tahun Lulus Bidang Studi
IAIN Suka Yogyakarta
Yogyakarta/Indonesia
2000
Tafsir Hadits
UIN Suka Yogyakarta
Yogyakarta/Indonesia
2006
Qur`an Hadits
PENGALAMAN RISET: No
Judul Riset
Tahun
01
Klasifikasi Hierarki Kualitas Hadits Menurut al-Tirmidzi
2000
02
Hadits Domestik dan Publik Riwayat Aisyah RA dalam kitab alMuwatta`(Takhrij dan kritik sanad Hadits)
2007
03
Jaringan Ulama Hadits Indonesia Melacak Historis Studi Hadits dari Mahfudz al-Tirmisi Sampai Sekarang
2008
04
Amar Ma’ruf Nahi Munkar prespektif Hadits (Kritik sanad dan matan)
2009
05
Jihad dalam berbagai Prespektif
2011
06
40 Hadits Pedoman NU Karya KH. Hasyim Asy’ari (Studi Takhrij dan Analisis Konteks Sosial Keagamaan Berdirinya NU)
2013
07
Kualitas Hadits dalam Kitab Tafsir Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni Abbas (Kritik Sanad Hadits)
2014
KARYA ILMIAH YANG DIPUBLIKASIKAN No
Judul Karya Ilmiah
xiii
Tahun
2016
01
Al-Asma’ al-Husna (terjemahan)
2000
02
Dibawah Naungan Kutub as-Sittah (terjemahan) 2007
3. Peneliti 3 (Anggota II) a. b. c. d. e. f. g.
Nama Lengkap NIP Tempat Tanggal Lahir Golongan/Pangkat Jabatan Fungsional Bidang Keahlian Alamat Rumah
: Kurdi, M.S.I : 1980214201111003 : Sumenep, 14 Februari 1980 : III c / Lektor : Dosen Ushuluddin STAIN Pekalongan : Tafsir : Perum Graha Naya Permata 2, B/10 Wiradesa Pekalongan Jawa Tengah : 085228990339 :
[email protected] :
h. Handphone i. Alamat e-mail j. PENDIDIKAN
1. Pascasarjana (S2) Al-Qur’an Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2008-2010) 2. Pascasarjana (S2) Ushul Fiqh, IAI Ibrahimy Situbondo (2004-2006) 3. Sarjana (S1) IAI Ibrahimy Situbondo (1999-2003) PENELITIAN DAN PUBLIKASI: Judul 1
2
Tahun
KONSERVASI LINGKUNGAN DALAM TAFSIR INDONESIA. (Studi Penafsiran Imam al-Nawawi alBantani dalam tafsir Mara>h Labi>d dan Hamka dalam Tafsir Al-Azhar tentang Konservasi Lingkungan) TAFSIR AL-QURAN TRANSFORMATIF (Perspektif Hermeneutika Kritis Hassan Hanafi)
PENELITIAN STAIN PEKALONGAN 2012
PENELITIAN STAIN PEKALONGAN 2013
3
ANTROPOLOGI AL-QUR’AN
PENELITIAN P3M STAIN PEKALONGAN 2014
4
(Kontinuitas dan Diskontinuitas Al-Qur'an terhadap Budaya Arab Pra-Islam) Orientalisme Al-Qur’an, Teori Pengaruh al-Qur’an Jurnal "Religia" STAIN menurut Noldeke. Pekalongan Desember 2011
5
Heremeneutika Hukum Islam Abu Ishaq al-Syathibi
6
Hak Imamah Shalat bagi Perempuan (Antara Misi Jurnal "Al-Muwazah" Pembebasan al-Qur'an dan Belenggun Mazhab Fikih) STAIN Pekalongan Juli 2014 xiv
Jurnal "Al-'Adalah" IAIN Lampung, Januari 2013
7
8
TAFSIR TRANSFORMATIF: Menghadirkan AlQur’an dalam Konteks Perubahan Hermeneutika al-Qur’an al-Ghazali
Jurnal "Jurnal Penelitian" STAIN Pekalongan, Desember 2014 Antologi Hermeneutika alQur’an dan Hadis, ElSaq Press, Yogyakarta, 2010
xv
PANDUAN WAWANCARA I. PERTANYAAN ANALISIS SWOT: A. Kekuatan 1. Apa saja kelebihan Jurusan Ushuluddin & Dakwah dibanding jurusan yang lain di STAIN Pekalongan? Dari aspek: a. SDM b. Secara geografis c. kultur masyarakat d. Sarana Prasarana. e. Kerjasama f. Input dan output g. Proses pembelajaran h. Pengelolaan organisasi B. Kelemahan 1. Apa saja kelemahan jurusan Ushuluddin & Dakwah dibanding jurusan yang lain di STAIN Pekalongan? Dari aspek: a. SDM b. Secara geografis c. kultur masyarakat d. Sarana Prasarana. e. Kerjasama f. Input dan output g. Proses pembelajaran h. Pengelolaan organisasi 2. Peluang 1. Bagaimana potensi jurusan maupun prodi ke depan dalam konteks Pekalongan? 2. Bagaimana peluang kerjasama yang bisa dilakukan jurusan/prodi dengan institusi di level nasional maupun internasional? 3. Bagaimana peluang mahasiswa ushuluddin di level nasional maupun internasional? 3. Ancaman 1. Apa yang menjadi hambatan kemajuan setiap prodi di Ushuluddin & Dakwah? 2. Apa yang menjadi ancaman bagi Jurusan USHDA?
xvi
II. KETERAMPILAN MANAJERIAL DAN ADMINISTRATOR A. Konseptual 1. Apakah setiap kebijakan di unit tempat anda bekerja diawali dengan proses komunikasi antar pimpinan dan karyawan terlebih dahulu? Bentuk komunikasinya seperti apa? (non mahasiswa) 2. Apakah pimpinan di unit anda bekerja, mempunyai konsep yang jelas dalam pengelolaan organisasi? Jelaskan (non mahasiswa) 3. Apakah gagasan atau ide pengembangan jurusan USHDA (dari Dosen,Karyawan, Mahasiswa) dapat tersalurkan dengan baik ? Kalau tidak, apa kendalanya? 4. Apakah setiap gagasan atau ide pengembangan jurusan USHDA sebelum disusun menjadi rencana kerja dijabarkan terlebih dahulu? Model penjabarannya seperti apa? (non mahasiswa) 5. Apakah setiap idea atau gagasan (dari dosen, karyawan, Mahasiswa) dapat diterima atau diakomodir oleh pimpinan Jurusan USHDA? Apa alasan diterima dan tidaknya gagasan atau ide tersebut? 6. Adakah konsep yang jelas di dalam pengembangan jurusan USHDA? Kalo ada seperti apa? (non mahasiswa) B. Relasi 1. Apakah hubungan antara manager (pimpinan) dan bawahan di unit tempat anda bekerja terbangun dengan baik? Gambarannya seperti apa? (non mahasiswa) 2. Menurut anda, bagaimana peran komunikasi di dalam pengelolaan Jurusan USHDA? 3. Bagaimana komunikasi antar Pimpinan, kaprodi, Dosen dan Karyawan? 4. Apakah masing-masing pengelola jurusan USHDA (ketua, KTTP, Dosen dan karyawan) berkomunikasi secara terbuka? Bagaimana wujudnya? Kalau tidak terbuka apa kendalanya? 5. Bagaimana gambaran secara umum mengenai hubungan jurusan USHDA dengan a. Jurusan Lain yang ada di dalam STAIN Pekalongan. b. Tingkatan pimpinan rektorat di dalam STAIN Pekalongan c. Instansi lain. (baik dengan lembaga-lembaga yang telah memiliki mou dengan USHDA/STAIN, ataupun yang belum memiliki mou) C. Teknis 1. Secara Teknis, bagaimana pengelolaan organisasi di jurusan USHDA? Baik yang dilakukan oleh pimpinan, Dosen, Karyawan, maupun Mahasiswa (UKM)? 2. Menurut anda, apakah pelayanan tekhnis di jurusan USHDA selalu mengacu kepada SOP (Standar Operasional Prosedur)? (Dosen, Karyawan, Mahasiswa) 3. Menurut anda, seharusnya tahapan atau langkah-langkah yang harus ditempuh di dalam membuat keputusan itu apa saja? 4. Apakah setiap keputusan yang diambil oleh jurusan USHDA (Ketua, KTTP) selalu menawarkan atau menerima tawaran alternative? Alasannya? xvii
5. Adakah evaluasi yang dilakukan oleh pimpinan Jurusan (Kajur, KTTP) terhadap setiap keputusan yang diambil? III. Pengembangan Jurusan Ushuluddin dan Dakwah 1. Apakah Jurusan Ushuluddin dan Dakwah (USHDA) bisa Bersaing dengan jurusan lain di STAIN Pekalongan? Bagaimana wujudnya? dan Alasannya? 2. Apakah USHDA juga mampu bersaing secara nasional dan internasional? 3. Untuk menghadapi daya saing perguruan tinggi, apa saja upaya yang sudah, sedang dan akan dilakukan oleh Bapak/Ibu (sebagai….) di jurusan Ushuluddin dan dakwah? (non mahasiswa) 4. Bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (dosen, karyawan, dan mahasiswa) di Ushuludiin dan Dakwah. 5. Bagaimana pula meningkatkan sarana dan prasana untuk bisa membawa ushuluddin dan Dakwah ke arah pengembangan dan memiliki daya saing yang tinggi? (non mahasiswa) 6. Sebagai lembaga, bagaimana gambaran otonomi kelembagaan di ushuluddin dan Dakwah? (bentuk otonominya apa saja? Contoh : otoonomi kebijakan, otonomi keuangan, dll). (non mahasiswa) 7. Apakah ada keterlibatan dari pihak lain (spt: STAIN sebagai lembaga yang menaungi jurusan, kemenag, pemda, masyarakat, user, mahasiswa, dan pihakpihak lain) dalam hal pengambilan kebijakan di jurusan USHDA? 8. Menurut bapak/Ibu/sdr kesehatan organisai itu apa? Apakah jurusan USHDA termasuk organisasi yang sehat? Apa alasannya? 9. Bagaimana Transparansi, akuntabilitas, perencanaan terstruktur,dan kompetisi sehat di Jurusan USHDA?. 10. Arah pengembangan jurusan USHDA ini seharusnya seperti apa? 11. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pengembangan jurusan USHDA ke depan? 12. Apa saja yang membantu memperlancar (pendukung) dalam menata USHDA ke depan? Pertanyaan Umum SWOT:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bagaimana sistem manajemen dan pelayanan yang ada di Ushuluddin dan dakwah Untuk pejabat ushuluddin. Bagaimana cara koordinasi antara atasan dan bawahan ? Bagaimana hubungan jejaring/kerjasama jurusan/prodi dengan instansi atau institusi lain? Bagaimana hubungan jurusan dengan stakholders? Bagaimana hubungan jurusan/prodi dengan para alumni? Bagaimana strategi meningkatkan kuantitas dan kualitas mahasiswa USHDA? Bagaimana strategi pengembangan kultur akademik di jurusan USHDA selama ini? xviii