LAPORAN HASIL PEMANTAUAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SERTA MITIGASI BENCANA ALAM BERDASARKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH
BULAN JANUARI 2017 Website: pusfatja.lapan.go.id/simba pusfatja.lapan.go.id/sisdal
BIDANG DISEMINASI PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL JAKARTA Jalan Kalisari No. 8 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur 13710 Tel/Fax: 021-8722733, 021-8722733 1
1. PEMANTAUAN AKUMULASI CURAH HUJAN Curah Hujan > 250 mm /bulan:
Curah Hujan < 150 mm /bulan :
DKI Jakarta NTT Sulawesi Tengah
Curah Hujan 150 - 250 mm /bulan :
Sulawesi Utara Kalimantan Selatan Kep. Riau Jawa Timur Kalimantan Tengah Kep. BaBel Jawa Tengah Jawa Barat Lampung
Selengkapnya Akumulasi Curah hujan dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/curahhujan.php
Sulawesi Selatan Bali Bengkulu Sulawesi Barat Sumatera Barat NTB Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Utara Jambi Riau Maluku Banten Sumatera Selatan Kalimantan Timur Papua Barat DIY Sumatera Utara Kalimantan Barat NAD
1
2. PEMANTAUAN DAERAH POTENSI BANJIR DI INDONESIA Hasil analisis potensi banjir harian berdasarkan data potensi hujan dari data Satelit Himawari-8, data Landsat-7, DEM-SRTM USGS dan batas Administrasi dari BIG. Berikut hasil analisis daerah potensi banjir pada beberapa Provinsi (selengkapnya pada http://pusfatja.lapan.go.id/simba/data/banjir.php):
Gambar 2.1: Potensi Banjir di P. Jawa Minggu I (01-08 Januari 2017) tanggal 25 Januari 2016
Gambar 2.2: Potensi Banjir di P. Sumatera Minggu II (09-15 Januari 2017)
Gambar 2.3: Potensi Banjir di P. Sumatera Minggu III (16-22 Januari 2017)
Gambar 2.4: Potensi Banjir di P. Sulawesi Minggu IV (23-29 Januari 2017)
Gambar 2.5: Potensi Banjir di P. Papua Minggu V (30-31 Januari 2017)
2
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.1. FFMC = Fine Fuel Moisture Code (Kondisi Potensi Tingkat Kemudahan Penyulutan Api) Peringkat numerik dari kandungan kadar air bahan bakaran halus. FFMC digunakan sebagai indikator kemudahan tersulut dan tersebarnya api (kebakaran). Peringkat FFMC tinggi biasanya terjadi pada rerumputan dan bahan bakaran halus lainnya yang kering/mati dan terdapat pada wilayah terbuka.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 Januari 2017): FFMC ekstrim terpantau di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. BangkaBelitung, Kep. Riau, sebagian Bengkulu, Sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Dasarian-II (11-20 Januari 2017): FFMC ekstrim terpantau di perbatasan NADSumatera Utara, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, sebagian Sumatera Selatan, Kep. Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara bagian Utara.
Dasarian-III (21-30 Januari 2017): FFMC ekstrim pada dasarian-III semain berkurang, hanya terpantau sebagian kecil di Provinsi NAD, sebagian kecil Sumatera Barat, Riau, Jambi, Pulau Belitung, Kep. Riau, perbatasan Kalimantan Tengah-Kalimantan Selatan, dan sebagian kecil Kalimantan Utara.
3
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN KEKKEKEBAKARAN)
3.2. DC = Drought Code (Potensi Tingkat Kekeringan dan Asap )
Peringkat numerik dari kandungan kadar air di lapisan organik yang berada di bawah permukaan tanah. DC digunakan sebagai indicator kekeringan dan potensi terjadinya kabut asap. Peringkat DC yang tinggi biasanya terjadi pada kebakaran lahan gambut. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 Januari 2017): DC-ekstrim pada dasarian-I tidak terpantau di P. Sumatera dan Kalimantan, yang terdeteksi adalah DC-sedang di Pulau Sumatera di Provinsi Riau, sebagian kecil Jambi, Sumatera Barat, Kep. Riau dan Bengkulu. Selebihnya baik di P. Sumatera dan Kalimantan, terdeteksi diliputi oleh DCrendah. Dasarian-II (11-20 Januari 2017): DC-tinggi dan DC-ekstrim masih tidak terpantau di kedua pulau. DC-sedang terpantau di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Kep. Riau, selebihnya di Sumatera dan Kalimantan, terpantau dominan oleh DC-rendah.
Dasarian-III (21-30 Januari 2017): DC-tinggi dan DC-esktrim hingga dasarian-III masih tidak terpantau di kedua pulau. DCsedang hanya terpantau di Provinsi Sumatera Barat, Jambi dan sedikit di Riau. Selebihnya, baik di Pulau Sumatera dan Kalimantan, terpantau dalam DC-rendah.
4
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.3. ISI = Initial Spread Index (Kesulitan Pengendalian) Peringkat numerik dari penyebaran api/kebakaran untuk bahan bakaran halus (rerumputan). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 Januari 2017): ISI-ekstrim pada dasarian-I terpantau kecil di Prov. Riau, Jambi dan Kep. Riau. Sedangkan ISI-tinggi terpantau di Riau, Jambi dan sedikit di Sumatera Selatan. Selebihnya, di P. Sumatera, di dominasi oleh lahan dengan ISIsedang dan ISI-rendah. ISI-rendah mendominasi di P. Kalimantan, kecuali di pesisir terpantau dalam ISI-sedang. Dasarian-II (11-20 Januari 2017): ISI-tinggi dan ISI-ekstrim tersebar dalam luasan kecil di NAD, Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. ISI-sedang mendominasi sepanjang NAD hingga Jambi, Bengkulu, sedikit di Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Dasarian-III (21-30 Januari 2017): ISI-ekstrim hanya terpantau di Kep. Riau, dan sedikit di Jambi. ISI-sedang tersebar di Riau, Jambi, sebagian Sumatera Selatan, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Selebihnya di P. Sumatera dan Kalimantan dalam ISI-rendah.
5
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.4. FWI = Fire Weather Index (Index Cuaca Kebakaran) Peringkat numerik dari intensitas kebakaran. FWI merupakan peringkat bahaya kebakaran secara umum. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 Januari 2017): FWI-sedang tersebar di Provinsi NAD, Sumatera Utara, Riau, Jambi, sebagian Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Pulau Belitung, Kep. Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Selebih nya di kedua pulau terpantau FWIrendah, dan tidak terpantau FWI-tinggi dan FWI-ekstrim. Dasarian-II (11-20 Januari 2017): FWI-sedang masih tersebar di Provinsi NAD, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, sebagian Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. FWI-tinggi terpantau di Jambi, dan Kalimantan Timur. FWI-ekstrim terpantau di Pulau Natuna. Dasarian-III (21-30 Januari 2017): FWI-sedang mengelompok di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Kep. Riau, sebagian Sumatera Utara, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,dan Kalimantan Utara. FWI-tinggi terpantai di Riau, sebagian Jambi dan Kalimantan Timur. FWI-ekstrim dalam luasan kecil terpantau di Riau.
6
4. PEMANTAUAN TITIK API (HOT-SPOT) Informasi titik panas di peroleh dari data Terra/Aqua-MODIS dan SNPP-VIIRS, selengkapnya dapat dilihat pada, http://pusfatja.lapan.go.id/karhutla.php Hasil pengamatan bulan Januari 2017 menunjukkan, di P. Sumatera terpantau 42 titik panas, di P. Kalimantan terpantau 10 titik panas, di P. Sulawesi terpantau 71 titik panas, dan (Maluku, Maluku Utara) terpantau 2 titik panas, sedangkan di pulau lain, tidak terpantau adanya titik panas. Tabel 4.1: Jumlah titik panas per-provinsi di Indonesia Januari 2017
PROVINSI
JUMLAH HOTSPOT
BENGKULU GORONTALO JAMBI KALBAR KALTARA KEPRI MALUT RIAU SULSEL SULTENG SULTRA SUMBAR SUMSEL SULSEL JUMLAH
3 1 7 8 2 2 2 16 50 10 8 9 5 2 125
Gambar 4.1: Sebaran titik panas di Indonesia Januari 2017
7
5. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. JAWA dan BALI
Lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali Januari 2017 didominasi oleh lahan sawah dengan kelas TKVrendah dan memasuki TKV-sedang.
Lahan
sawah
dengan
kelas
TKV-rendah
mendominasi Provinsi Banten yaitu di Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Tangerang. Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Majalengka. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Grobogan, Demak, dan Pati. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu di Kabupaten Sleman, Kulon Progo, dan Bantul. Provinsi Jawa Timur, yaitu di Kabupaten Jember, Lamongan, dan Probolinggo. Provinsi Bali, yaitu di Kabupaten Tabanan, Gianyar, dan Badung.
Sedangkan lahan sawah dengan kelas TKV-sedang mendominasi Provinsi Banten yaitu di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Tangerang. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Grobogan, Demak, dan Blora. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu di Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, dan Bantul. Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, dan
Ngawi.
Provinsi Bali
yaitu
Kabupaten
Tabanan, Gianyar, dan Buleleng.
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Jawa dan Bali bulan Januari 2017 selama 4 periode 8-harian, yaitu; 01-08 Januari 2017, 09-16 Januari 2017, 107–24 Januari 2017, 25 Januari – 01 Februari 2016.
8
6. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. JAWA dan BALI
Fase lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali bulan Januari 2017 di didominasi oleh fase vegetatif-2 dan generatif-1.
Lahan sawah dengan fase vegetatif-2 mendominasi Provinsi Banten yaitu di Kabupaten
Serang,
Pandeglang,
dan
Tangerang. Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten
Indramayu,
Subang,
dan
Karawang. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Demak, Grobogan, dan Blora. Provisnsi D.I Yogyakarta yaitu di Kabupaten
Sleman, Kulon Progo, dan Bantul. Provinsi di Jawa Timur yaitu Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, dan Ponorogo. Provinsi Bali yaitu di Kabupaten Tabanan, Gianyar, dan Badung.
Lahan sawah dengan fase generatif-1 mendominasi Provinsi Jawa Tengah yaitu di
Kabupaten Grobogan, Demak, dan Pati. Provinsi Jawa D.I Yogyakarta yaitu di Kabupaten Kulon Progo, Sleman, dan Gunung Kidul. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro.
Pemantauan Fase Tanaman Padi di P. Jawa dan Bali bulan Januari 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 01-08 Januari 2017, 09-16 Januari 2017, 107–24 Januari 2017, 25 Januari – 01 Februari 2017.
9
7. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. JAWA dan BALI
Lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali periode Januari 2017 berpotensi mengalami rawan banjir ringan/sedang dan banjir berat/puso. Lahan
sawah
yang
berpotensi
banjir
ringan/sedang terdapat di Provinsi Banten yaitu di Kabupaten Serang, Tangerang, dan Pandeglang. Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Bandung.
Cirebon, Provinsi
Indramayu,
Jawa
Tengah
dan yaitu
Kabupaten Demak, Brebes dan Tegal. Provinsi D.I Yogyakarta di Kabupaten Sleman, Kulon Progo, dan Bantul. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten JemberPonorogo, Kediri, dan Nganjuk. Provinsi Bali yaitu Kabupaten Buleleng dan Karangasem.
Sedangkan lahan sawah yang berpotensi banjir berat/puso terdapat di Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Ciamis, Kuningan, dan Majalengka. Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Cilacap, Kendal, dan Purbalingga. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, dan Blitar.
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Jawa dan Bali bulan Januari 2017 selama 4 periode 8-harian, yaitu; 01-08 Januari 2017, 09-16 Januari 2017, 107–24 Januari 2017, 25 Januari – 01 Februari 2017.
10
8. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sumatera bulan Januari 2017 selama 4 periode 8-harian, yaitu; 01-08 Januari 2017, 09-16 Januari 2017, 107–24 Januari 2017, 25 Januari – 01 Februari 2017.
Tingkat Kehijauan Lahan sawah (TKV) P. Jawa dan Bali Januari 2017 didominasi oleh TKV-tinggi dan bera.
Lahan sawah dengan TKV-bera mendominasi di Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Ogan Komering, Banyuasin, dan Ogan Komering Ulu Timur. Sedangkan di Provinsi Sumatera Barat yaitu di Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat, dan Padang Pariaman. Sementara itu di Provinsi Aceh yaitu di Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Utara, dan Aceh Tenggara. Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Labuhanbatu, Tapanuli Selatan, dan Simalungun. Kemudian Provinsi Riau yaitu di Kabupaten Rokan Hilir, Kuantan Singingi, dan Indragili Hili. Lahan sawah TKV-bera mendominasi Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Kerinci, Muaro Jambi, dan Tanjung Jabung Barat. Provinsi Lampung yaitu di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Utara, dan Tulangbawang. Kemudian di Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Seluma, Lebong, dan Bengkulu Utara. Sedangkan lahan sawah dengan TKV-tinggi mendominasi di provinsi Bangka Belitung yaitu kabupaten Bangka Selatan, Belitung Timur, dan Belitung.
11
9. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SUMATERA
Pemantauan Fase Tanaman Padi di P. Sumatera bulan Januari 2017 selama 4 periode 8-harian, yaitu; 01-08 Januari 2017, 09-16 Januari 2017, 17–24 Januari 2017, 25 Januari – 01 Februari 2017.
Tanaman padi di P. Sumatera Januari 2017 didominasi lahan sawah dalam fase vegetatif-1 dan generatif-1.
Tanaman padi dengan fase vegetatif-1 mendominasi Provinsi NAD di Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan Aceh Utara, Provinsi Sumatera Utara di Kab. Labuhanbatu, Simalungun, dan Langkat, Provinsi Sumatera Barat di Kab. Pasaman Barat, Pesisir Selatan, dan Padang Pariaman, Provinsi Riau di di Kabupaten Rokan Hilir, Indragiri Hilir, dan Bengkalis. Kemudian Provinsi Jambi yaitu di Kab. Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Muaro Jambi. Provinsi Bengkulu yaitu di Kab. Seluma, Bengkulu Utara, dan Lebong. Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Ogan Komering, Banyuasin, dan Ogan Komering Ulu. Provinsi Lampung yaitu di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Tulangbawang. Provinsi Bangka yaitu Kab. Belitung Timur , Bangka Selatan, dan Bangka.
Tanaman padi dengan fase generatif-1 mendominasi Provinsi NAD yaitu Kab. Pidie, Aceh Utara, dan Bireun. Prov. Sumatera Utara yaitu Kabupaten Serdang Bedagai, Deliserdang, dan Labuhanbatu. Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Agam, Solok, dan Pasaman Barat. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Indragiri Hili, Rokan Hilir, dan Kuantan Singingi. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Kerinci. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Lebong, Bengkulu Selatan, dan Seluma. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Ogan Komering, Banyuasin, dan Ogan Komering Ulu Timur. Provinsi Bangka Belitung di Kab. Bangka Selatan, Bangka, dan Belitung Timur. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan.
12
10. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Sumatera bulan Januari 2017 selama 4 periode 8-harian, yaitu; 01-08 Januari 2017, 09-16 Januari 2017, 17–24 Januari 2017, 25 Januari – 01 Februari 2017.
Selama Januari 2017, lahan sawah di Pulau Sumatera berpotensi rawan banjir sehubungan dengan masih tingginya curah hujan. Lahan sawah dalam kondisi rawan banjir ringan/sedang terdapat di Prov. Sumatera Utara yaitu di Kab. Labuhanbatu, Asahan, dan Serdang Bedagai. Provinsi Sumatera Barat, lahan sawah yang rawan banjir ringan/sedang terdapat di Kabupaten Limapuluhkoto, Tanah Datar, dan Agam, sedangkan Provinsi Riau yaitu di kab. Kerinci, Tanjung Jabung Barat, dan Muaro Jambi. Provinsi Bengkulu ada di kabupaten Rokan Hilir, Indragili Hili, dan Bengkalis, sedangkan Provinsi Jambi kondisi banjir ringan/sedang ada di kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung barat, dan Kerinci. Sedangkan Provinsi Bengkulu yaitu ada di Kab. Rajalebong, Bengkulu Utara, dan Bengkulu Selatan. Provinsi Bangka Belitung lahan sawah rawan banjir ringan/sedang terdapat di Kab. Bangka Selatan, Belitung Timur, dan Belitung. Lahan sawah berpotensi rawan banjir berat/puso di Provinsi NAD terdapat di Kabupaten Aceh Barat, Aceh Besar, dan Pidie. Provinsi Riau terdapat di kabupaten Rokan Hilir, sedangkan Provinsi Sumatera Selatan ada di kabupaten Banyuasin. Untuk provinsi Lampung mengalami banjir berat / puso untuk lahan sawah yaitu ada di lampung Timur, Lampung Selatan, dan lampung Tengah. Sedangkan Bangka Belitung ada di Kabupaten Bangka, dan Bangka Barat.
13
11. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sulawesi bulan Januari 2017 selama 4 periode 8-harian, yaitu; 01-08 Januari 2017, 09-16 Januari 2017, 17–24 Januari 2017, 25 Januari – 01 Februari 2017.
Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah bulan Januari 2017 di Pulau Sulawesi didominasi oleh lahan sawah dengan kelas TKV-rendah dan TKV-sedang. Lahan sawah dengan Untuk TKV-rendah tersebar dominan di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kota Tomohon, Kabupaten Bolaang Mongondow dan Minahasa. Provinsi Gorontalo yaitu terdapat di Kabupaten Gorontalo, Boalemo, dan Gorontalo. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Banggai Kepulauan. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di Kabupaten Mamasa, Mamuju, dan Majene. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu terdapat di Kota Pare–pare, Kota Palopo, dan Kabupaten Luwu Timur. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu terdapat di Kabupaten Kolaka Utara, Bombana dan Konawe Selatan. Lahan sawah dengan kelas
TKV-sedang tersebar dominan di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang
Mongondow, Kota Tomohon dan Minahasa Tenggara. Provinsi Gorontalo yaitu terdapat di Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo dan Boalemo. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Banggai Kepulauan. Provinsi Sulawesi Barat yaitu terdapat di Kabupaten Mamasa, Mamuju dan Mamuju Utara. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu terdapat di Kota Palopo, Kota Pare - pare, dan Kabupaten Barru. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kabupaten Kolaka Utara, Konawe Selatan dan Kota Kendari.
14
12. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SULAWESI
Pemantauan Fase Tanaman Padi lahan sawah di P. Sulawesi bulan Januari 2017 selama 4 periode 8-harian, yaitu; 01-08 Januari 2017, 09-16 Januari 2017, 107–24 Januari 2017, 25 Januari – 01 Februari 2017.
Tanaman padi sawah di Pulau Sulawesi bulan Januari 2017 terpantau berada dalam fase tanaman padi sawah vegetatif-2 dan generatif-1.
Tanaman padi sawah dengan fase vegetatif-2 tersebar dominan di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara. Provinsi Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo dan Gorontalo. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Poso. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di Kabupaten Mamasa, Mamuju, dan Majene. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kota Pare–pare, Kota Palopo dan Kabupaten Luwu Timur. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kabupaten Kolaka Utara, Konawe Selatan dan Bombana. Tanaman padi sawah dengan fase generatif-1 di Provinsi Sulawesi Utara tersebar dominan di Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Tomohon dan Minahasa Utara. Provinsi Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo dan Kabupaten Boalemo. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Banggai Kepulauan. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di Kabupaten Mamasa, Mamuju, dan Majene. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kota Pare–pare, Kota Palopo dan Kabupaten Luwu Timur. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kabupaten Kolaka Utara, Konawe Selatan dan Kota Kendari.
15
13. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
Pemantauan Potensi Banjir/Kering lahan sawah di P. Sulawesi bulan Januari 2017 selama 4 periode 8- harian, yaitu; 01-08 Januari 2017, 09-16 Januari 2017, 107–24 Januari 2017, 25 Januari – 01 Februari 2017.
Intensitas rata-rata curah bulan Januari 2017 lebih dari 500 mm di Pulau Sulawesi membuat lanahan sawah berpotensi mengalami banjir.
Lahan sawah yang berpotensi banjir ringan/sedang terdapat
di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu di Kota
Tomohon, Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kepulauan Sangihe. Provinsi Gorontalo terdapat di Kabupaten Boalemo, Gorontalo Utara dan Bonebolango. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Sigi, Banggai Kepulauan dan Poso. Provinsi Sulawesi Barat terdapat di Kabupaten Mamuju Utara, Mamasa dan Poewali Mandar. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Luwu Timur, Bulukumba dan Sidenreng Rappang. Sedangkan Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kabupaten Bombana, Konawe Selatan dan Kota Baubau.
Lahan sawah yang berpotensi banjir berat/puso terbanyak ada di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu di
Kabupaten Sidenreng Rappang. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu terdapat di Kota Bau-bau dan Kabupaten Konawe.
16
14. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) DI NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di NTB dan NTT bulan Januari 2017 selama 4 periode 8-harian, yaitu; 01-08 Januari 2017, 09-16 Januari 2017, 107–24 Januari 2017, 25 Januari – 01 Februari 2017.
Kondisi Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur bulan Januari 2017 di dominasi lahan sawah dengan TKV-rendah, dan sebagian lahan sawah dengan TKV-sedang.
Lahan sawah dengan TKV-rendah tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu Kabupaten Lombok Barat, Sumbawa Barat, dan Sumbawa. Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu di Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, dan Kota Kupang.
Lahan sawah dengan TKV-sedang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Barat,
dan Sumbawa. Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu di
Kabupaten Sumba Timur , Sumba Tengah, dan Alor.
17
15. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI LAHAN SAWAH DI NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR
Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan sawah di NTB dan NTT bulan Januari 2017 selama 4 periode 8-harian, yaitu; 01-08 Januari 2017, 09-16 Januari 2017, 107–24 Januari 2017, 25 Januari – 01 Februari 2017.
Kondisi fase tanaman padi lahan sawah di Provinsi NTB dan NTT bulan Januari 2017 didominasi oleh fase vegetatif-2, generatif-2, dan sebagian vegetatif-1.
Tanaman padi dengan fase vegetatif-2 mendominasi Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Barat, dan Sumbawa. Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu
Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, dan Saburaijua.
Tanaman Padi dengan fase vegetatif-1 mendominasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu di Kabupaten Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, dan Nagakeo.
Tanaman padi dengan fase generatif-2 mendominasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu di Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Barat, dan Sumbawa. Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu di Kabupaten Sumba Timur, Sumbawa Tengah, dan Alor.
18
16. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING LAHAN SAWAH DI NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR
Pemantauan Fase lahan sawah di NTB dan NTT bulan Januari 2017 selama 4 periode 8-harian, yaitu; 01-08 Januari 2017, 09-16 Januari 2017, 17–24 Januari 2017, 25 Januari – 01 Februari 2017.
Provinsi NTB dan NTT awal Januari 2017 mulai mendapat intensitas curah hujan yang cukup rendah sehingga lahan sawah di kedua provinsi tidak berpotensi mengalami banjir. Curah hujan meningkat di akhir Januari 2017, sehingga beberapa wilayah berpotensi mengalami banjir.
Lahan sawah di Provinsi NTB dan NTT yang berpotensi banjir ringan terdapat di Provinsi Nusa
Tenggara Barat yaitu di Kabupaten Sumbawa, Lombok Tengah, dan Lombok Barat. Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu di Kabupaten Sumba Tengah, Sumba Timur, dan Alor.
Lahan sawah di Provinsi NTB dan NTT yang berpotensi mengalami banjir sedang/berat terdapat di Kabupaten Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Selatan, Lombok Timur, Sumbawa, Bima, Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur.
19
17. PEMANTAUAN ZPPI (ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN) Tabel 17.1. Jumlah Lembar Informasi ZPPI dan daerah tujuan
Informasi ZPPI (Zona Potensi Penangkapan Ikan) selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/zppi.php Berdasarkan analisis data suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil permukaan dari satelit NOAAAVHRR
dan
Terra/Aqua
MODIS,
pada
bulan
November 2016 dihasilkan informasi Zona Potensi Penangkapan
Ikan
(ZPPI)
yaitu
project
area
PA01,PA03, PA05, PA06, PA07, PA10, PA11, PA12, PA13, PA14, PA15, PA16,PA19, PA20,PA21 dan PA24 sebanyak 112 buah. Jumlah lembar informasi ZPPI harian tiap projek area yang dihasilkan pada bulan Januari 2017 dan daerah-daerah tujuan pengiriman ditampilkan pada Tabel 17.1.
Gambar 17.1: Project Area ZPPI
20
Projek Area PA01, PA02, PA03, PA10, PA11 dan PA19
Projek Area PA05,PA06, PA12, PA13, PA14, PA20 dan PA21
Projek Area PA07, PA15, PA16 dan PA24
21