LAPORAN HASIL PEMANTAUAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SERTA MITIGASI BENCANA ALAM BERDASARKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH
BULAN AGUSTUS 2016 Website: pusfatja.lapan.go.id/simba pusfatja.lapan.go.id/sisdal
BIDANG DISEMINASI PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL JAKARTA Jalan Kalisari No. 8 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur 13710 Tel/Fax: 021-8722733, 021-8722733
0
1. PEMANTAUAN AKUMULASI CURAH HUJAN CurahHujan< 150 mm /bulan :
Bali NTT JawaTimur NTB DIY Jawa Tengah Maluku Gorontalo Sulawesi Utara DKI Jakarta Jawa Barat Sulawesi Selatan Banten Kalimantan Selatan Sulawesi Barat Kep. Bangka-Belitung Maluku Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Kalimantan Tengah Lampung Sumatera Barat Sumatera Selatan Bengkulu Kep. Riau NA Darussalam Riau Sumatera Utara Kalimantan Barat Jambi
CurahHujan 150 - 250 mm /bulan:
Kalimantan Timur Papua Barat Papua
CurahHujan> 150 mm /bulan :
------------
Selengkapnya Akumulasi Curah hujan dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/curahhujan.php
1
2. PEMANTAUAN DAERAH POTENSI BANJIR DI INDONESIA Hasil analisis potensi banjir harian berdasarkan data potensi hujan dari data Satelit Himawari-8, data Landsat-7, DEM-SRTM USGS dan batas Administrasidari BIG. Berikut hasil analisis daerah potensi banjir pada beberapa provinsi. Selengkapnya pada: http://pusfatja.lapan.go.id/simba/data/banjir.php
Gambar 2.1: Potensi Banjir di PulauJawa Minggu-I, 1-7 Agustus 2016
Gambar 2.2: Potensi Banjir di Pulau Sumatera Minggu-II, 8-14 Agustus 2016
Gambar 2.3: Potensi Banjir di Pulau Kalimantan Minggu-III, 5-21 Agustus 2016
2
Gambar 2.4: Potensi Banjir di Pulau Sulawesi Minggu-IV, 22-28 Agustus 2016
Gambar 2.5: Potensi Banjir di PulauJawa Minggu-V, 28-31 Agustus 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.1.
3.1. FFMC = Fine Fuel Moisture Code (Kondisi Potensi Tingkat Kemudahan Penyulutan Api) 3.2. Peringkat numeric dari kandungan kadar air bahan bakaran halus. FFMC digunakan sebagai indicator kemudahan tersulut dan tersebarnya api (kebakaran). Peringkat FFMC tinggi biasanya terjadi pada rerumputan dan bahan bakaran halus lainnya yang kering/mati dan terdapat pada wilayah terbuka. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada:
http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php Dasarian-I (1-10 Agustus 2016): FFMC ekstrim terpantau di pesisir NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, sebagian Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka-Belitung, Kep. Riau, Lampung, Kalimantan Barat bgian selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Utara.
Gambar 3.1.a. Kondisi FFMC pada Dasarian-I Agustus 2016
Dasarian-II (11-20 Agustus 2016): FFMC ekstrim terpantau di pesisir NAD, Sumatea Utara, Riau, sebagian Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. BangkaBelitung, Kep. Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Gambar 3.1.b. Kondisi FFMC pada Dasarian-II Agustus 2016
3
Dasarian-III (21-30 Agustus 2016): FFMC ekstrim terpantau di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. BangkaBelitung, Kep. Riau, sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Timur.
Gambar 3.1.c. Kondisi FFMC pada Dasarian-III Agustus 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.2. DC = Drought Code (Potensi Tingkat Kekeringan dan Asap ) Peringkat numeric dari kandungan kadar air di lapisan organik yang berada di bawah permukaan tanah. DC digunakan sebagai indicator kekeringan dan potensi terjadinya kabut asap. Peringkat DC yang tinggi biasanya terjadi pada kebakaran lahan gambut. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 Agustus 2016): DC tinggi dan DC ekstrim hanya terpantau dalam luasan kecil di Provinsi NAD, Sumatera Selatan, Lampung, serta Kalimantan Barat.
Gambar 3.1.a. Kondisi DC pada Dasarian-I Agustus 2016
Dasarian-II (11-20 Agustus 2016): DC ekstrim terpantau dalam luasan yang semakin mengecil dan terpantau hanya di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Gambar 3.1.b. Kondisi DC pada Dasarian-II Agustus 2016
4
Dasarian-III (21-30 Agustus 2016): Tidak berbeda pada Dasarian-II, pada dasarian-III, DC ekstrim juga terpantau dalam luasan yang kecil di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Gambar 3.1.c. Kondisi DC pada Dasarian-III Agustus 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.3. ISI = Initial Spread Index (Kesulitan Pengendalian) Peringkat numerik dari penyebaran api/kebakaran untuk bahan bakaran halus (rerumputan). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 Agustus 2016):
Dasarian-II (11-20 Agustus 2016):
ISI ekstrim terpantau di Provinsi NAD, sebagian kecil di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. Bangka-Belitung, Kep. Riau, bagian selatan Kalimantan Barat, bagian selatan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
ISI ekstrim terpantau di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, P. Bangka, Kep. Riau, luasan kecil di Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan bagian timur Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Gambar 3.1.a. Kondisi ISI pada Dasarian-I Agustus 2016
Gambar 3.1.b. Kondisi ISI pada Dasarian-II Agustus 2016
5
Dasarian-III (21-30 Agustus 2016): ISI ekstrim terpantau di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. BangkaBelitung, Kep. Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, sebagian kecil di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Gambar 3.1.c. Kondisi ISI pada Dasarian-III Agustus 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.4. FWI = Fire Weather Index(Index Cuaca Kebakaran) Peringkat numerik dari intensitas kebakaran. FWI merupakan peringkat bahaya kebakaran secara umum. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 Agustus 2016): FWI ekstrim terpantau di Provinsi NAD, sebagian kecil Riau, sebagian Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, Kep. BangkaBelitung, sebagian kecil Kalimantan Barat, sebagian kecil Kalimantan Tengah, dan sebagian Kalimantan Selatan.
Gambar 3.1.a. Kondisi FWI pada Dasarian-I Agustus 2016
Dasarian-II (11-20 Agustus 2016): FWI ekstrim terpantau di Provinsi NAD, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. BangkaBelitung, Kep. Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Selatan, dan pesisir Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Gambar 3.1.b. Kondisi FWI pada Dasarian-II Agustus 2016 Agustus 2016
6
Dasarian-III (21-30 Agustus 2016): FWI ekstrim terpantau luas Lampung, Kep. Bangka-Belitung, sebagian Jambi, sebagian kecil Riau, Kep. Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Timur.
Gambar 3.1.c. Kondisi FWI pada Dasarian-III Agustus 2016 Agustus 2016
4. PEMANTAUAN TITIK API (HOT-SPOT) Informasi titik panas di peroleh dari data Terra/Aqua-MODIS dan SNPP-VIIRS, selengkapnya dapat dilihat pada, http://pusfatja.lapan.go.id/karhutla.php Hasil pengamatan bulan Agustus 2016 menunjukkan, di P. Sumatera terpantau 960 titik panas, di P. Kalimantan terpantau 798 titik panas, di P. Jawa terpantau 7 titik panas, di P. Sulawesi terpantau 78 titik panas, (Bali,NTB,NTT) terpantau 98 titik panas, (Papua,Papua Barat) terpantau 12 titik panas dan (Maluku,Maluku Utara) terpantau 24 titik panas.
Tabel 4.1: Jumlah titik panas per-provinsi Di Indonesia bulan Agustus 2016
Gambar 4.1: Sebaran titik panas di Indonesia bulan Agustus 2016
7
5. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. JAWA
Kondisi Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di di Pulau Jawa dan Bali bulan Agustus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu 04 – 11 Agustus 2016, 12 – 19 Agustus 2016, dan 20 – 27 Agustus 2016 masih didominasi bera dan TKV sangat rendah, namun ada beberapa daerah didominasi oleh fase bera, air, dan TKV sangat rendah.
Untuk Bera masih mendominasi di Provinsi Banten yaitu KabupatenTangerang, Serang dan Pandeglang. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Grobogan, Pati, dan Blora. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Kulonprogo, dan Gunung Kidul. Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, dan Jember. Provinsi Bali yaitu Kabupaten Tabanan, Gianyar, dan Buleleng.
Untuk fase air masih didominasi di Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Indramayu, Bekasi, Cirebon. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Brebes, Demak, dan Cilacap. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, dan Jember.
Untuk TKV sangat rendah masih mendominasi Provinsi Banten yaitu Kabupaten Serang, Tangerang, dan Lebak. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Bantul, dan Gunung Kidul. Provinsi Bali yaitu Kabupaten Buleleng, Tabanan, dan Gianyar.
8
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Jawa bulan Agustus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu; 04 – 11 Agustus 2016, 12 – 19 Agustus 2016, dan 20 – 27 Agustus 2016.
6. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. JAWA
Kondisi fase lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali bulan Agustus 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu 04 – 11 Agustus 2016, 12 – 19 Agustus 2016, dan 20 – 27 Agustus 2016 didominasi oleh vegetatif-1 dan vegetatif-2, namun ada beberapa daerah yang masih mengalami fase air dan bera.
Fase Vegetatif-1 mendominasi di Provinsi Banten yaitu di Kabupaten Pandeglang, Tanggerang, dan Serang. Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Jember, Lamongan dan Bondowoso. Provinsi Bali yaitu Kabupaten Tabanan, Bulengleng, dan Gianyar.
Fase Vegetatif-2 mendominasi di Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Indramayu, Subang, dan Karawang. Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Grobogan, Blora, dan Pati. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Lamongan, Jember dan Tuban. Provinsi Bali yaitu Kabupaten Tabanan, Buleleng, dan Gianyar.
Untuk fase air di dominasi di Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Karawang, Subang, dan Bekasi. Sedangkan bera didominasi Provinsi Banten yaitu Kabupaten Pandeglang, Tanggerang, dan Lebak. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Brebes, Demak, dan Grobogan.
9
Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan Sawah di P. Jawa bulan Agustus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu; 04 – 11 Agustus 2016, 12 – 19 Agustus 2016, dan 20 – 27 Agustus 2016.
7. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. JAWA
Sepanjang bulan Agustus 2016, Pulau Jawa dan Bali sudah mengalami musim kemarau dengan intensitas curah hujan yang semakin menurun sehingga mempengaruhi kondisi lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali. Pada bulan bulan Agustus 2016 ini, Pulau Jawa dan Bali berpotensi mengalami rawan kekeringan ringan/sedang dan sebagian kecil mulai mengalami kering berat/puso. Kekeringan ringan/sedang terdapat di Provinsi Banten yaitu di Kabupaten Serang. Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Majalengka, Cirebon, dan Indramayu. Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Grobogan, Pati, dan Blora. Provinsi D.I Yogyakarta di Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Sleman. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, dan Jember. Provinsi Bali yaitu di Kabupaten Buleleng, Klungkung, dan Bangli.
Untuk kering berat/puso terdapat di Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Lamongan, Jombang, dan Nganjuk.
10
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Jawa bulan Agustus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu; 04 – 11 Agustus 2016, 12 – 19 Agustus 2016, dan 20 – 27 Agustus 2016.
8. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
Kondisi Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di Pulau Sumatera bulan Agustus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu 04 – 11 Agustus 2016, 12 – 19 Agustus 2016, dan 20 – 27 Agustus 2016 yang didominasi TKV sangat rendah dan bera.
TKV sangat rendah didominasi di Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Simalungun, Tapanuli Selatan dan Labuhan batu. Provinsi Nangroe Aceh Darussalam di dominasi oleh TKV bera yaitu di Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Selatan. Sedangkan pada Provinsi Sumatera Barat di dominasi oleh TKV sangat rendah yaitu di Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat, dan Limapuluhkoto. Sementara itu di Provinsi Riau di dominasi oleh TKV sangat rendah yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Indragili Hilir dan Kuantan Singin. Pada Provinsi Jambi di dominasi oleh TKV bera yaitu di Kabupaten Tanjungjabung Timur, Tanjungjabung Barat dan Kerinci. Di Provinsi Bengkulu di dominasi oleh TKV sangat rendah yaitu di Kabupaten Bengkulu Utara , Seluma dan Bengkulu Selatan. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan di dominasi oleh TKV bera yaitu di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering, dan Ogan Komering Ulu Timur. TKV sangat rendah masih mendominasi Provinsi Bangka Belitung yaitu di Kabupaten Bangka Selatan, Belitung Timur,dan Bangka. Sedangkan pada Provinsi Lampung di dominasi oleh TKV bera yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan.
11
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sumatera bulan Agusus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu; 04 – 11 Agustus 2016, 12 – 19 Agustus 2016, dan 20 – 27 Agustus 2016.
9. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SUMATERA
Kondisi fase lahan sawah di Pulau Sumatera pada Bulan Agustus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu, 04–11 Agustus 2016, 12–19 Agustus 2016, dan 20–27 Agustus 2016 yang didominasi oleh vegetatif-1 dan generatif-2. Fase Vegetatif-1 didominasi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yaitu Kabupaten Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Barat Daya. Provinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Simalungun, Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu. Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat dan Limapuluhkoto. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Indragiri Hilir dan Kuantan Singingi. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Kerinci, Tanjung Jabung Timur, dan Tanjung Jabung Barat. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, dan Seluma. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu. Provinsi Bangka Belitung yaitu di Kabupaten Bangka, Bangka Selatan dan Belitung Timur. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Tulang Bawang dan Lampung Selatan. Sedangkan Generatif-2 mendominasi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yaitu Kabupaten Aceh Utara, Pidie dan Aceh Timur.
Provinsi Sumatera Utara yaitu
Kabupaten Labuhan Batu , dan Langkat. Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Agam dan Kota Padang. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Indragiri Hilir, Siak dan Rokan Hilir. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Muaro Jambi. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Bengkulu Utara, dan Rajang Lebong. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Ogan Komering, dan Banyuasin. Provinsi Bangka Belitung di Kabupaten Bangka Selatan dan Belitung Timur. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan.
12
Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan Sawah di P. Sumatera bulan Agustus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu; 04 – 11 Agustus 2016, 12 – 19 Agustus 2016, dan 20 – 27 Agustus 2016.
10. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
Lahan sawah di Pulau Sumatera pada Bulan Agustus 2016 selama 2 periode 8 harian, yaitu 04–11 Agustus 2016 dan 12–19 Agustus 2016, mengalami rawan kekeringan, sedangkan selama 1 periode, yaitu 20 – 27 Agustus 2016, mengalami rawan banjir.
Lahan sawah yang rawan kering terdapat di Provinsi Riau yaitu di kabupaten Indragili Hilir. Provinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Serdang Bedagai, Deliserdang, dan Langkat. Provinsi Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu Timur. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur dan Lampung Tengah. Provinsi Bangka Belitung yaitu di Kabupaten Bangka Selatan, Belitung Timur.
Lahan sawah yang rawan banjir terdapat pada Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yaitu di Kabupaten Aceh Jaya, Pidie dan Aceh Tengah. Kemudian Provinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Dairi, Tapanuli Selatan dan Nias. Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
13
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Sumatera bulan Agustus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu; 04 – 11 Agustus 2016, 12 – 19 Agustus 2016, dan 20 – 27 Agustus 2016.
11. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
Kondisi Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di Pulau Sulawesi bulan Agustus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu 04–11 Agustus 2016, 12–19 Agustus 2016, 20–27 Agustus 2016 yang masih didominasi TKV rendah dan TKV sedang.
Untuk TKV rendah yang mendominasi lahan sawah di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Boolang Mongondow, Minahasa dan Minahasa Selatan. Provinsi Gorontalo yaitu terdapat di Kabupaten Gorontalo, Pohuwato dan Boalemo. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Donggala, Banggai dan Porigomoutong. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di Kabupaten Poliwali mandar, Mamasa dan Mamuju. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu terdapat di Kabupaten Wajo, Bone dan Gowa. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu terdapat di Kabupaten Kendari, Konawe Selatan dan Kolaka.
Sedangkan TKV sedang mendominasi lahan sawah di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan dan Minahasa. Provinsi Gorontalo yaitu terdapat di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Donggala, Porigomoutong dan Toli-toli.
Provinsi Sulawesi Barat yaitu terdapat di
Kabupaten Mamuju, Polewali Mandar dan Mamasa. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu terdapat di kabupaten Bone, Wajo dan Sidenreng Rappang. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di kabupaten Kendari, Konawe Selatan dan Bombana.
14
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sulawesi bulan Agustus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu; 04–11 Agustus 2016, 12–19 Agustus 2016, dan 20 –27 Agustus 2016.
12. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SULAWESI
. Fase tanaman padi sawah di Pulau Sulawesi bulan Agustus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu 04 – 11 Agustus 2016, 12 – 19 Agustus 2016, 20 – 27 Agustus 2016 yang didominasi oleh fase tanaman padi sawah vegetatif-2 dan generatif-1. Tanaman padi sawah dengan fase vegetatif-2 mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow, dan Minahasa. Provinsi Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di kabupaten Donggala, Banggai dan Toli-toli. Provinsi Sulawesi Barat yaitu
di kabupaten Mamuju, Polewali Mandar dan Mamasa. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di kabupaten Wajo, Bone dan Sindenreng Rappang. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di kabupaten Kendari, Kolaka dan Konawe Selatan. Sementara itu tanaman padi sawah dengan fase generatif-1 mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan dan Minahasa. Provinsi Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato.
Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di kabupaten Donggala, Porigomoutong dan Banggai. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di kabupaten
Polewali Mandar, Mamuju dan Mamasa.
Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di kabupaten Wajo, Bone dan Sindenreng Rappang. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di kabupaten Kendari, Konawe Selatan dan Kolaka.
15
Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan Sawah di P. Sulawesi bulan Agustus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu; 04 – 11 Agustus 2016, 12 – 19 Agustus 2016, dan 20 – 27 Agustus 2016.
13. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
Akumulasi curah hujan kurang dari 400 mm selama 3 periode pada 8 harian, yaitu 04 – 11 Agustus 2016, 12 – 19 Agustus 2016, 20 – 27 Agustus 2016, curah mengakibatkan lahan sawah di pulau sulawesi berpotensi mengalami rawan kekeringan.
Hasil pemantauan menunjukkan, lahan sawah yang berpotensi mengalami rawan kekeringan ringan/sedang terbanyak di Provinsi Sulawesi Utara terdapat di kabupaten Bolaang Mongodow, Minahasa dan Minahasa Selatan. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Morowali, Porigomoutong dan Banggai. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Gowa, Jeneponto dan Pinrang. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kabupaten Kendari dan Kolaka.
16
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Sulawesi bulan Agustus 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu; 04 – 11 Agustus 2016, 12 – 19 Agustus 2016, dan 20 – 27 Agustus 2016.
14. PEMANTAUAN ZPPI (ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN)
Tabel 14.1. Jumlah Lembar Informasi ZPPI dan daerah tujuan
Informasi Banjir/Kering lahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/zppi.php Berdasarkan analisis data suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil permukaan dari satelit NOAA-AVHRR dan Terra/Aqua MODIS, pada bulan Agustus 2016 dihasilkan informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) yaitu project area PA01,PA03, PA05, PA06, PA07, PA10, PA11, PA12, PA13, PA14, PA15, PA16,PA19, PA20,PA21 dan PA24 sebanyak 112 buah. Jumlah lembar informasi ZPPI harian tiap projek area yang dihasilkan pada bulan Agustus 2016 dan daerah-daerah tujuan pengiriman ditampilkan pada Tabel 14.1.
Gambar 14.1. Projek Area ZPPI
17
Projek Area PA05,PA06, PA12, PA13, PA14, PA20 dan PA21 Projek Area PA07, PA15, PA16 dan PA24
Projek Area PA01, PA02, PA03, PA10, PA11 dan PA19
18