LAPORAN HASIL PEMANTAUAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SERTA MITIGASI BENCANA ALAM BERDASARKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH
BULAN JUNI 2016 Website: pusfatja.lapan.go.id/simba pusfatja.lapan.go.id/sisdal
BIDANG DISEMINASI PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL JAKARTA Jalan Kalisari No. 8 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur 13710 Tel/Fax: 021-8722733, 021-8722733
0
1. PEMANTAUAN AKUMULASI CURAH HUJAN
Curah Hujan 150 – 250 mm /bulan :
Provinsi Kep. Bangka-Belitung Provinsi NAD Provinsi Maluku Provinsi Jawa Tengah Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Maluku Utara Provinsi Kalimantan Timur Provinsi DIY Provinsi Gorontalo Provinsi Kalimantan Tengah Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Selatan Provinsi Kep. Riau Provinsi Sulawesi Tenggara Provinsi Papua Provinsi Papua Barat
Curah Hujan < 150 mm /bulan:
Provinsi Bali Provinsi NTT Provinsi NTB Provinsi DKI Jakarta Provinsi Jawa Timur Provinsi Riau Provinsi Sumatera Barat Provinsi Banten Provinsi Lampung Provinsi Jambi Provinsi Sumatera Utara Provinsi Jawa Barat Provinsi Sulawesi Barat Provinsi Sumatera Selatan
Selengkapnya Akumulasi Curah hujan dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/curahhujan.php
Curah Hujan >250 mm/bulan: Provinsi Sulawesi Utara
1
2. PEMANTAUAN DAERAH POTENSI BANJIR DI INDONESIA Hasil analisis potensi banjir harian berdasarkan data potensi hujan dari data Satelit Himawari-8, data Landsat-7, DEM-SRTM USGS dan batas Administrasi dari BIG. Berikut hasil analisis daerah potensi banjir pada beberapa provinsi. (selengkapnya pada, http://pusfatja.lapan.go.id/simba/data/banjir.php):
Gambar 2.1: Potensi Banjir di Pulau Jawa Minggu-I, 1- 5 Juni 2016
Gambar 2.2: Potensi Banjir di Pulau Sumatera Minggu-II, 6 -12 Juni 2016
Gambar 2.3: Potensi Banjir di Pulau Kalimantan Minggu-III, 13 – 19 Juni 2016
Gambar 2.4: Potensi Banjir di Pulau Sulawesi Minggu-IV, 20 – 26 Juni 2016
2
Gambar 2.5: Potensi Banjir di Pulau Jawa Minggu-V, 27- 30 Juni 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.1. FFMC = Fine Fuel Moisture Code (Kondisi Potensi Tingkat Kemudahan Penyulutan Api)
Peringkat numerik dari kandungan kadar air bahan bakaran halus. FFMC digunakan sebagai indikator kemudahan tersulut dan tersebarnya api (kebakaran). Peringkat FFMC tinggi biasanya terjadi pada rerumputan dan bahan bakaran halus lainnya yang kering/mati dan terdapat pada wilayah terbuka. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php Dasarian-I (1-10 Juni 2016):
Dasarian-II (11-20 Juni 2016):
Dasarian-III (21-30 Juni 2016):
FFMC ekstrim terpantau tersebar di NAD, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka-Belitung, Kep. Riau, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
FFMC ekstrim terpantau luas kecil di Riau, Kep. Riau serta dalam kelompok yang cukup luas di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
FFMC ekstrim terpantau di hamper seluruh Provinsi di P. Sumatera, Kep. BangkaBelitung, dan dalam kelompok yang luas di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Gambar 3.1.a. Kondisi FFMC pada Dasarian-I Juni 2016
Gambar 3.1.b. Kondisi FFMC pada Dasarian-II Juni 2016
3
Gambar 3.1.c. Kondisi FFMC pada Dasarian-III Juni 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.2. DC = Drought Code (Potensi Tingkat Kekeringan dan Asap )
Peringkat numerik dari kandungan kadar air di lapisan organik yang berada di bawah permukaan tanah. DC digunakan sebagai indikator kekeringan dan potensi terjadinya kabut asap. Peringkat DC yang tinggi biasanya terjadi pada kebakaran lahan gambut. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php Dasarian-I (1-10 Juni 2016):
Dasarian-II (11-20 Juni 2016):
Dasarian-III (21-30 Juni 2016):
DC ekstrim terpantau dalam luasan kecil di DC ekstrim terpantau dalam luasan kecil DC ekstrim hampir tidak berbeda dengan NAD, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan di Provinsi NAD, Sumatera Utara, Riau, dasarian-II, DC ekstrim terdapat di NAD, Riau, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
Gambar 3.2.a. Kondisi DC pada Dasarian-I Juni 2016
Gambar 3.2.b. Kondisi DC pada Dasarian-II Juni 2016
4
Gambar 3.2.c. Kondisi DC pada Dasarian-III Juni 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.3. ISI = Initial Spread Index (Kesulitan Pengendalian)
Peringkat numerik dari penyebaran api/kebakaran untuk bahan bakaran halus (rerumputan). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 Juni 2016):
Dasarian-II (11-20 Juni 2016):
Dasarian-III (21-30 Juni 2016):
ISI ekstrim terpantau kecil di NAD, Kep. Riau, mengelompok si Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka-Belitung, tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan cukup luas di Kalimantan Selatan.
ISI ekstrim terpantau berkurang drastis, terpantau di Kepulauan Riau, dan tersebar di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
ISI ekstrim meningkat drastis dan tersebar di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kep. Riau, Kep. BangkaBelitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Gambar 3.3.a. Kondisi ISI pada Dasarian-I Juni 2016
Gambar 3.3.b. Kondisi ISI pada Dasarian-II Juni 2016
5
Gambar 3.3.c. Kondisi ISI pada Dasarian-III Juni 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.4. FWI = Fire Weather Index (Index Cuaca Kebakaran)
Peringkat numerik dari intensitas kebakaran. FWI merupakan peringkat bahaya kebakaran secara umum. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada:
http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 Juni 2016):
Dasarian-II (11-20 Juni 2016):
Dasarian-III (21-30 Juni 2016):
FWI ekstrim dalam spot-spot kecil di NAD, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan agak luas di Kep. Bangka-Belitung, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
FWI ekstrim hanya terpantau kecil di NAD dan Kep. Riau, sedangkan di P. Kalimantan terpantau di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
FWI ekstrim hanya terpantau di Sumatera Utara, Riau, Jambi, serta Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah bagian selatan.
Gambar 3.4.a. Kondisi FWI pada Dasarian-I Juni 2016
Gambar 3.4.b. Kondisi FWI pada Dasarian-II Juni 2016
6
Gambar 3.4.c. Kondisi FWI pada Dasarian-III Juni 2016
4. PEMANTAUAN TITIK API (HOT-SPOT) Informasi titikpanas di peroleh dari data Terra/Aqua-MODIS dan SNPP-VIIRS, selengkapnya dapat dilihat pada, http://pusfatja.lapan.go.id/karhutla.php Hasil pengamatan bulan Juni 2016 menunjukkan, di P. Sumatera terpantau 241 titik panas, di P. Kalimantan terpantau 19 titik panas, di P. Jawa terpantau 8 titik panas, di P. Sulawesi terpantau 8 titik panas, NTB dan NTT terpantau 8 titik panas, sedangkan di Bali, NTB, NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua tidak terpantau titik panas.
Tabel 4.1: Jumlah titik panas per-provinsi Di Indonesia Juni 2016 PROVINSI SULAWESI SELATAN SUMATERA UTARA RIAU SUMATERA SELATAN JAMBI NA DARUSSALAM KALIMANTAN UTARA BENGKULU LAMPUNG SULAWESI TENGAH JAWA TIMUR SUMATERA BARAT KALIMANTAN TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT BANTEN NUSA TENGGARA BARAT JUMLAH
Gambar 4.1: Sebaran titik panas di Indonesia bulan Juni 2016
7
JUMLAH HOTSPOT 74 59 27 27 16 13 12 9 9 8 7 7 5 5 2 1 1 282
5. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. JAWA
Hasil pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di di Pulau Jawa dan Bali bulan Juni 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu 01 – 08 Juni 2016, 09 – 16 Juni 2016, 17 – 24 Juni 2016 dan 25 Juni – 02 Juli 2016 menunjukkan, lahan sawah di P. Jawa dan Bali, masih didominasi bera dan TKV sangat rendah, namun ada beberapa daerah didominasi oleh fase air dan TKV tinggi. Lahan sawah dengan kelas Bera masih mendominasi di Provinsi Banten yaitu di Kabupaten Serang, Tangerang, dan Pandeglang. Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Karawang, Bekasi, dan Indramayu. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Grobogan, Pati, dan Demak. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Kulonprogo, dan Gunung Kidul. Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, dan Bondowoso. Provinsi Bali yaitu Kabupaten Tabanan, Gianyar, dan Badung. Lahan sawah dengan kelas TKV Sangat Rendah masih mendominasi di Provinsi Banten yaitu di Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Tangerang. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Blora, Demak, dan Brebes. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kulon Progo. Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Jember, Bojonegoro, dan Ponorogo. Lahan sawah yang didominasi oleh kelas air terdapat di Provinsi Bali yaitu di Kabupaten Tabanan, Badung, dan Jembrana. Sementara itu, lahan sawah dengan kelas TKV tinggi mendominasi di Provinsi Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Jawa bulan Jawa Barat yaitu Kabupaten Indramayu, Subang, dan Karawang. Juni 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 1- 8 Juni 2016, 9 – 16 Juni 2016, 17 – 24 Juni 2016 dan 25 - 2 Juli 2016.
8
6. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. JAWA
Informasi Fase tanaman padi selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/fasepadi.php
Hasil pemantauan kondisi fase lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali selama 4 periode 8 harian bulan Juni 2016 didominasi oleh fase vegetatif-1 dan vegetatif-2, namun ada beberapa daerah yang masih mengalami fase generatif-2. Lahan sawah dengan fase vegetatif-1 mendominasi di Provinsi Banten, yaitu di Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lebak. Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Indramayu, Majalengka, dan Cianjur. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Cilacap, Brebes, dan Blora. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu di Kabupaten Sleman, Kulon Progo, dan Bantul. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Jember, Lamongan, dan Probolinggo. Provinsi Bali yaitu di Kabupaten Tabanan, Bulengleng, dan Badung. Lahan sawah dengan fase Vegetatif-2 mendominasi di Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Majalengka, Karawang, dan Cirebon. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Blora, Pati, dan Grobogan, Pati. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu di Kabupaten Gunung Kidul, Sleman, Kulon Progo. Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, dan Ponorogo. Provinsi Bali yaitu di Kabupaten Yabanan, Gianyar, dan Badung. Sementara itu untuk fase generative-2 mendominasi di Provinsi Banten yaitu di Kabupaten Serang, Tangerang, dan Lebak.
9
Pemantauan Fase Tanaman Padi lahan sawah di P. Jawa bulan Juni 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 01 – 08 Juni 2016, 09 – 16 Juni 2016, 17 – 24 Juni 2016 dan 25 Juni – 02 Juli 2016.
7. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. JAWA Informasi Banjir/Keringlahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/sawah.php
Selama 4 periode 8 harian Bulan Juni 2016 yaitu 01 – 08 Juni 2016, 09 – 16 Juni 2016, 17 – 24 Juni 2016 dan 25 Juni – 02 Juli 2016, sudah mengalami musim kemarau dengan intensitas curah hujan yang semakin menurun. Intensitas curah hujan yang rendah ini mempengaruhi kondisi lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali, yang berakibat lahan sawah selama bulan Juni 2016 berpotensi mengalami rawan kekeringan ringan/sedang. Hasil pemantauan menunjukkan, Kekeringan ringan/sedang terjadi di Provinsi Banten yaitu di Kabupaten Serang, Tangerang, dan Pandeglang. Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Subang. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Kendal, Demak, dan Pekalongan. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Sidoarjo, Pasuruan, dan Tuban.
Pemantauan Potensi banjir/Kering lahan sawah di P. Jawa bulan Juni 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 01 – 08 Juni 2016, 09 – 16 Juni 2016, 17 – 24 Juni 2016 dan 25 Juni – 02 Juli 2016.
10
8. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di di Pulau Sumatera bulan Juni 2016 masih didominasi TKV sangat rendah dan rendah. TKV sangat rendah mendominasi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam di Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Besar. Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Serdang Bedagai, Deliserdang dan Asahan. Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Tanah Datar, dan Agam. Provinsi Riau Kabupaten Rokan Hilir, Siak dan Indragiri Hilir. Provinsi Jambi di Kabupaten Muarojambi, Kerinci dan Tanjungjabung Timur. Provinsi Bengkulu di Kabupaten Seluma, Rajang Lebong dan Bengkulu Utara. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu Timur. Provinsi Bangka Belitung di Kabupaten Bangka Selatan dan Belitung Timur. Provinsi Lampung di Kabupaten Lampung Timur, Lampung Selatan, dan Tulangbawang. Sedangkan TKV rendah masih mendominasi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam di Kabupaten Aceh Utara, Pidie, dan Aceh Timur. Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Dairi, Karo, dan Langkat. Provinsi Sumatera Barat di Kabupaten, Pasaman Barat, Agam dan Padang Pariaman. Provinsi Riau di Kabupaten Rokan Hilir, Indragiri Hilir, dan Kampar. Provinsi Jambi di di Kabupaten Kerinci, Bungo, dan Tebo. Provinsi Bengkulu di Kabupaten Muko-muko, Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan di Kabupaten Musirawas, Musi Banyuasin, dan Ogan Komering Ulu Timur. Provinsi Bangka Belitung di Kabupaten Bangka Selatan dan Bangka. Provinsi Lampung di Kabupaten Bangka Barat, Bangka dan Bangka Tengah.
11
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sumatera bulan Juni 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 01 – 08 Juni 2016, 09 – 16 Juni 2016, 17 – 24 Juni 2016 dan 25 Juni – 02 Juli 2016.
9. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SUMATERA Informasi Fase tanaman padi selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/fasepadi.php
Fase tanaman padi lahan sawah di Pulau Sumatera bulan Juni 2016 didominasi oleh fase vegetatif-1 dan fase vegetatif-2. Fase vegetatif-1 mendominasi di Prov. NAD yaitu di Kabupaten Aceh Utara, Pidie, Aceh timur. Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Serdang Bedagai Deliserdang, dan Simalungun. Prov. Sumatera Barat yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat dan Padang Pariaman. Prov. Riau di Kabupaten Rokan Hilir, Indragiri Hilir, dan Bengkalis. Prov. Jambi di Kabupaten Kerinci, Tanjungjabung Timur, dan Tanjungjabung Barat. Prov. Bengkulu di Kabupaten Bengkulu Utara dan Lebong. Kemudian Prov. Sumatera Selatan di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu Timur. Prov. Bangka Belitung di Kabupaten Bangka Selatan dan Bangka. Prov. Lampung Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, dan Lampung Timur. Fase vegetatif-2 mendominasi Prov. NAD di upaten Aceh Utara, Aceh Barat Daya, dan Aceh Tenggara. Prov. Sumatera Utara di Kabupaten Simalungun, Tapanuli Selatan, dan Langkat. Prov. Sumatera Barat di Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat dan Padang Pariaman. Prov. Riau yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Indragiri Hilir, dan Bengkalis. Prov. Jambi di Kabupaten Kerinci, Tanjungjabung Timur, dan Tanjungjabung Barat. Prov. Bengkulu di Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara dan Seluma. Kemudian Prov. Sumatera Selatan di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu Timur. Prov. Bangka Belitung di Kabupaten Bangka Selatan dan Pemantauan Fase Tanaman Padi lahan sawah di P. Sumatera bulan Juni 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 01 – 08 Juni 2016, 09 – 16 Juni 2016, 17 – Belitung Timur. Prov. Lampung di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, dan Tulangbawang. 24 Juni 2016 dan 25 Juni – 02 Juli 2016.
12
10. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
Informasi Banjir/Kering lahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/sawah.php
Pemantauan potensi banjir/kering lahan sawah di P. Sumatera bulan Juni 2016 menunjukkan, lahan sawah yang berpotensi mengalami rawan kekeringan.
Kondisi kekeringan lahan sawah di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam terdapat di Kabupaten Pidie, Aceh Utara, dan Bireun, di Provinsi Sumatera Utara terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai, Deliserdang, dan Langkat, di Provinsi Sumatera Barat yterdapat di Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang dan Solok, di Provinsi Riau terdapat di Kabupaten Siak, Kampar, dan Kuantan Singin, di Provinsi Jambi terdapat di Kabupaten TanjungJabung Timur, Muarojambi dan Kerinci, di Provinsi Bengkulu terdapat di Kabupaten Rajanglebong. Kemudian di Provinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten Ogan Komering dan Ogan ilir dan Banyuasin, di Provinsi Lampung yaitu Kabupaten, Lampung Tengah, Tulangbawang dan Lampung Timur, serta di Provinsi Bangka Belitung yaitu di Kabupaten Bangka Selatan.
Pemantauan Potensi banjir/Kering lahan sawah di P. Sumatera bulan Juni 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 01 – 08 Juni 2016, 09 – 16 Juni 2016, 17 – 24 Juni 2016 dan 25 Juni – 02 Juli 2016.
13
11. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di di Pulau Sulawesi bulan Juni 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu 01 – 08 Juni 2016, 09 – 16 Juni 2016, 17 – 24 Juni 2016 dan 25 Juni – 02 Juli 2016 yang masih didominasi TKV rendah, TKV sedang dan TKV tinggi. Lahan sawah dengan kelas TKV rendah mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Boolang Mongondow, Minahasa dan Minahasa Selatan. Provinsi Gorontalo yaitu terdapat di Kabupaten Gorontalo, Pohuwato dan Boalemo. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di kabupaten Donggala, Banggai dan Porigomoutong. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di kabupaten Poliwaliwamasa, Mamuju dan Mamasa. Sedangkan TKV sedang mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa dan Minahasa Selatan, Provinsi Gorontalo terdapat di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato, Provinsi Sulawesi Tengah di Kabupaten Donggala, Banggai dan Morowali. Provinsi Sulawesi Barat yaitu terdapat di Kabupaten Mamuju, Polewaliwamasa dan Mamasa, Provinsi Sulawesi Selatan terdapat di kabupaten Bone, Wajo dan sidenrengrappan serta Provinsi Sulawesi Tenggara di kabupaten Kendari, Kolaka dan Bombana. Sementara itu, TKV tinggi mendominasi di Provinsi Sulawesi Selatan di Kabupaten Wajo, Bone dan Sidenrengrappan serta Provinsi Sulawesi Tenggara di kabupaten Kendari, Konawe Selatan dan Kolaka.
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sulawesi bulan Juni 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 01 – 08 Juni 2016, 09 – 16 Juni 2016, 17 – 24 Juni 2016 dan 25 Juni – 02 Juli 2016.
14
12. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SULAWESI
Informasi Fase tanaman padi selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/fasepadi.php
Pemantauan fase tanaman padi sawah di Pulau Sulawesi bulan Juni 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu 01 – 08 Juni 2016, 09 – 16 Juni 2016, 17 – 24 Juni 2016 dan 25 Juni – 02 Juli 2016 menunjukkan, didominasi oleh fase tanaman padi sawah vegetatif-1, vegetatif-2 dan generatif-1. Tanaman padi sawah dengan vegetatif-1 mendominasi di Provinsi Gorontalo di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato, Provinsi Sulawesi Barat di Kabupaten Polewaliwamasa, Mamuju dan Mamasa serta Provinsi Sulawesi Selatan di Kabupaten Bone, Pinrang dan Sidenrengrappan. Sedangkan fase tanaman padi sawah vegetatif-2 mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa dan Minahasa Selatan, Provinsi Gorontalo di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato. Provinsi Sulawesi Tengah di kabupaten Donggala, Banggai dan Porigomoutong, Provinsi Sulawesi Barat di kabupaten Polewaliwamasa, Mamuju dan Mamasa, Provinsi Sulawesi Selatan di kabupaten Bone, Wajo dan Sindenrengrappa serta Provinsi Sulawesi Tenggara di kabupaten Kendari, Kolaka dan Konawe Selatan. Sementara itu fase tanaman padi sawah generatif-1 mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa dan Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah di kabupaten Donggala, Banggai dan Pemantauan Fase Tanaman Padi lahan sawah di P. Sulawesi bulan Juni 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 01 – 08 Juni 2016, 09 – 16 Juni 2016, 17 – 24 Juni 2016 dan 25 Juni – 02 Juli 2016.
Toli-toli serta Provinsi Sulawesi Tenggara di kabupaten Kendari, Kolaka dan Konawe Selatan.
15
13. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI Informasi Banjir/Kering lahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/sawah.php
Akumulasi rata-rata curah hujan kurang dari 400 mm di Pulau Sulawesi mengakibatkan lahan sawah di pulau sulawesi berpotensi mengalami rawan kekeringan. Hasil pemantauan menunjukkan, lahan sawah yang berpotensi rawan kering ringan/sedang di Provinsi Sulawesi Utara terdapat di Kabupaten Boolang Mongondow, Minahasa dan Minahasa Utara. Provinsi Gorontalo terdapat di kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Puhuwato. Provinsi Sulawesi Tengah di kabupaten Donggala, Banggai dan Porigomoutong. Provinsi Sulawesi Barat terdapat di Kabupaten Polewaliwamasa, Mamuju dan Mamasa. Provinsi Sulawesi Selatan terdapat di Kabupaten Pinrang, Sidenrengrappa dan Wajo. Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat di Kabupaten Kendari, Kolaka dan Bombana. Sedangkan lahan sawah yang berpotensi rawan kering berat/puso terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Banggai dan di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kabupaten Pemantauan Potensi banjir/Kering lahan sawah di P. Sulawesi bulan Juni 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 01 – 08 Juni 2016, 09 – 16 Juni 2016, 17 – 24 Juni 2016 dan 25 Juni – 02 Juli 2016.
Bombana.
16
14. PEMANTAUAN ZPPI (ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN) Informasi Banjir/Kering lahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada:
Tabel 14.1. Jumlah Lembar Informasi ZPPI dan daerah tujuan
http://pusfatja.lapan.go.id/zppi.php
Berdasarkan analisis data suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil permukaan dari satelit NOAAAVHRR dan Terra/Aqua MODIS, pada bulan Juni 2016 dihasilkan informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) yaitu project area PA03, PA05, PA06, PA07, PA10, PA11, PA12, PA13, PA14, PA15, PA16,PA19, PA20 dan PA24 sebanyak 66 buah. Jumlah lembar informasi ZPPI harian tiap projek area yang dihasilkan pada bulan Juni 2016 dan daerah-daerah tujuan pengiriman ditampilkan pada Tabel 14.1.
Gambar 14.1. Projek Area ZPPI
17
Projek Area PA05,PA06, PA12, PA13, PA14, PA20 dan PA21
Projek Area PA01, PA02, PA03, PA10, PA11 dan PA19
18
Projek Area PA07, PA15, PA16 dan PA24