LAPORAN HASIL PEMANTAUAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SERTA MITIGASI BENCANA ALAM BERDASARKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH
BULAN DESEMBER 2016 Website: pusfatja.lapan.go.id/simba pusfatja.lapan.go.id/sisdal
BIDANG DISEMINASI PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL JAKARTA Jalan Kalisari No. 8 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur 13710 Tel/Fax: 021-8722733, 021-8722733
0
1. PEMANTAUAN AKUMULASI CURAH HUJAN
Curah Hujan > 250 mm /bulan:
Curah Hujan < 150 mm /bulan : DKI Jakarta Bengkulu Sulawesi Barat Sumatera Barat Riau Jambi
Curah Hujan 150 - 250 mm /bulan :
Gorontalo Banten Maluku Utara NTB Maluku NTT Bali Sulawesi Tengah Kep. Riau Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan NAD Sumatera Utara Kalimantan Barat Kep. Bangka-Belitung Jawa Barat Sumatera Selatan Sulawesi Utara Jawa Timur Kalimantan Selatan DIY
Papua Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Jawa Tengah Lampung Papua
Selengkapnya Akumulasi Curah hujan dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/curahhujan.php
Rata-rata Curah Hujan tiap Provinsi di Indonesia Desember 2016 350 300 250 200 150 100 50 0 NAD SUM. UTARA SUM. BARAT RIAU JAMBI BENGKULU KEP. RIAU SUM. SELATAN KEP. BA-BEL LAMPUNG BANTEN DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH DIY JAWA TIMUR KAL. BARAT KAL. TENGAH KAL. TIMUR KAL. SELATAN BALI NTB NTT SULA. UTARA GORONTALO SULA. TENGAH SULA. BARAT SULA. SELATAN SULA. TENGGARA MALUKU UTARA MALUKU PAPUA BARAT PAPUA
1
2. PEMANTAUAN DAERAH POTENSI BANJIR DI INDONESIA
POTENSI KEJADIAN BANJIR DI INDONESIA DESEMBER 2016 Jumlah Potensi Kejadian Banjir
Hasil analisis potensi banjir harian berdasarkan data potensi hujan dari data Satelit Himawari-8, data Landsat-7, DEM-SRTM USGS dan batas Administrasi dari BIG. Berikut hasil analisis daerah potensi banjir pada beberapa provinsi. Selengkapnya pada: http://pusfatja.lapan.go.id/simba/data/banjir.php
800 700 600 500 400 300 200 100 0
725 619
323
237
196
136 52
Sumatera
Jawa
Kalimantan
Papua
Sulawesi
Bali, NTB, NTT
Maluku
Gambar 2.1: Potensi Banjir di Pulau Jawa Minggu-I, 1-4 Desember 2016
Gambar 2.2: Potensi Banjir di Pulau Sumatera Minggu-II, 5-11 Desember 2016
Gambar 2.4: Potensi Banjir di Pulau Sulawesi Minggu-IV, 19-25 Desember 2016
Gambar 2.3: Potensi Banjir di Pulau Kalimantan Minggu-III, 12-18 Desember 2016
2
Gambar 2.5: Potensi Banjir di Papua Minggu-V, 26-31 Desember 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.1. 3.2.
3.1. FFMC = Fine Fuel Moisture Code (Kondisi Potensi Tingkat Kemudahan Penyulutan Api) Peringkat numeric dari kandungan kadar air bahan bakaran halus. FFMC digunakan sebagai indicator kemudahan tersulut dan tersebarnya api (kebakaran). Peringkat FFMC tinggi biasanya terjadi pada rerumputan dan bahan bakaran halus lainnya yang kering/mati dan terdapat pada wilayah terbuka. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada:
http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php Dasarian-I (1-10 Desember 2016): FFMC-ekstrim terpantau dalam luasan kecil di Provinsi NAD, Sumatera Utara, Riau, Lampung, dan Kalimantan Tengah.
Gambar 3.1.a. Kondisi FFMC pada Dasarian-I Desember 2016
Dasarian-II (11-20 Desember 2016): FFMC-ekstrim pada dasarian-II tersebar luas di Provinsi Riau, dalam luasan kecil di Sumatera Barat, Kep. Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
Gambar 3.1.b. Kondisi FFMC pada Dasarian-II Desember 2016
3
Dasarian-III (21-30 Desember 2016): FFMC-ekstrim terpantau luas di Provinsi Riau, Bengkulu, sebagian di Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
Gambar 3.1.c. Kondisi FFMC pada Dasarian-III Desember 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.2. DC = Drought Code Kekeringan dan Asap )
(Potensi Tingkat
Peringkat numerik dari kandungan kadar air di lapisan organik yang berada di bawah permukaan tanah. DC digunakan sebagai indicator kekeringan dan potensi terjadinya kabut asap. Peringkat DC yang tinggi biasanya terjadi pada kebakaran lahan gambut.
3.3.
Dasarian-I (1-10 Desember 2016): DC-sedang, DC-tinggi dan DC-ekstrim tidak terpantau di hampir seluruh pulau Sumatera, hanya terpantau DC-rendah. Di pulau Kalimantan, terpantau DC-sedang di Kalimantan Timur, selebihnya adalah DCrendah.
Gambar 3.2.a. Kondisi DC pada Dasarian-I Desember 2016
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-II (11-20 Desember 2016): Pada Dasarian-II, hanya terpantau DC rendah dan DC-sedang di kedua pulau. DC-sedang terpantau dalam luasan kecil di Provinsi Sumatera Barat, selebihnya di P. Sumatera dan Kalimantan terpantau DC-rendah.
Gambar 3.2.b. Kondisi DC pada Dasarian-II Desember 2016
4
Dasarian-III (21-30 Desember 2016): Hampir tidak berbeda dengan periode Dasarian-II, DC-sedang terpantau sedikit lebih luas di Provinsi Sumatera Barat, selebihnya baik di P. Sumatera dan Kalimantan terpantau berada dalam kondisi DC-rendah.
Gambar 3.2.c. Kondisi DC pada Dasarian-III Desember 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.3. ISI = Initial Spread Index (Kesulitan Pengendalian) Peringkat numerik dari penyebaran api/kebakaran untuk bahan bakaran halus (rerumputan). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 Desember 2016): ISI-tinggi dan ISI-ekstrim terpantau di Prov. NAD, Sumatera Utara, Riau dan Kep. Riau. Sedangkan ISI-sedang terpantau cukup luas di Prov. NAD, Sumatera Utara, Riau, sebagian kecil di Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Gambar 3.3.a. Kondisi ISI pada Dasarian-I Desember 2016
Dasarian-II (11-20 Desember 2016): ISI-ekstrim semakin berkurang terpantau di P. Kalimantan, yaitu di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. ISItinggi terpantau dalam luasan kecil di Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Gambar 3.3.b. Kondisi ISI pada Dasarian-II Desember 2016
5
Dasarian-III (11-20 Desember 2016): ISI-ekstrim hanya terpantau di Provinsi Riau, dan di Kalimantan Timur. Sedangkan ISI-tinggi terpantau di Riau, sebagian kecil di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.
Gambar 3.3.c. Kondisi ISI pada Dasarian-III Desember 2016
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.4. FWI = Fire Weather Index (Index Cuaca Kebakaran) Peringkat numerik dari intensitas kebakaran. FWI merupakan peringkat bahaya kebakaran secara umum. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 Desember 2016): FWI-Ekstrim hampir tidak terpantau baik di P. Sumatera maupun Kalimantan. FWI-Tinggi terpantau dalam luasan kecil Sumatera Utara. FWI-Sedang terpantau cukup luas di NAD, Sumatera Utara, Riau, sebagian Sumatera Barat, Jambi, Lampung, P. Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Gambar 3.4.a. Kondisi FWI pada Dasarian-I Desember 2016
Dasarian-II (11-20 Desember 2016): FWI-Ekstrim hanya terpantau dalam luasan kecil di P. Bintan, sedangkan FWI-Tinggi terpantau di Jambi, dan Kalimantan Timur. Selebihnya kedua pulau berada dalam kondisi FWI-Sedang dan FWI-Rendah.
Gambar 3.4.b. Kondisi FWI pada Dasarian-II Desember 2016 Agustus 2016
6
Dasarian-III (11-20 Desember 2016): FWI-Ekstrim terpantau dalam luasan kecil di Provinsi Riau, FWI-Tinggi terpantau di Prov. Riau, dalam luasan kecil Jambi, Bengkulu, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Gambar 3.4.c. Kondisi FWI pada Dasarian-III Desember 2016 Agustus 2016
4. PEMANTAUAN TITIK API (HOT-SPOT) Informasi titik panas di peroleh dari data Terra/Aqua-MODIS dan SNPP-VIIRS, selengkapnya dapat dilihat pada, http://pusfatja.lapan.go.id/karhutla.php Hasil pengamatan bulan Desember 2016 menunjukkan, di P. Sumatera terpantau 21 titik panas, di P. Kalimantan terpantau 6 titik panas, di P. Jawa terpantau 3 titik panas, di P. Sulawesi terpantau 27 titik panas, (Bali,NTB,NTT) terpantau 5 titik panas, (Papua,Papua Barat) terpantau 4 titik panas dan (Maluku,Maluku Utara) terpantau 4 titik panas.
Tabel 4.1: Jumlah titik panas per-provinsi Di Indonesia bulan Desember 2016
PROVINSI
Gambar 4.1: Sebaran titik panas di Indonesia bulan Desember 2016
7
JUMLAH HOTSPOT
JAMBI JATENG KALBAR KALTENG KALTIM LAMPUNG MALUT NTT PAPUA RIAU SULSEL SULTENG SULTRA SUMBAR SUMSEL SUMUT
1 3 1 3 2 5 4 5 4 4 23 1 3 8 1 2
JUMLAH
70
5. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. JAWA dan BALI
Hasil pemantauan lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali selama bulan Desember 2016 masih didominasi oleh lahan sawah dengan kelas TKV-sangat rendah, dan TKV-rendah. TKV-sangat rendah mulai mendominasi Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Karawang, Indramayu, dan Bekasi. Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Brebes, Cilacap, dan Kebumen. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Kulon Progo, dan Bantul. Untuk TKV-rendah mulai mendominasi Provinsi Banten yaitu Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Tangerang. Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Pati, Demak, dan Grobogan. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Kulon Progo, dan Bantul. Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Lamongan, Probolinggo, dan Bojonegoro. Provinsi Bali yaitu Kabupaten Tabanan, Gianyar, dan Badung.
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Jawa dan Bali bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016.
8
6. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. JAWA dan BALI
Pemantauan fase tanaman padi di lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali bulan Desember 2016 menunjukkan lahan sawah didominasi oleh tanaman padi dengan fase vegetatif-2 dan bera. Tanaman padi dengan fase vegetatif-2 mendominasi lahan sawah di Provinsi Banten yaitu di Kabupaten, Pandeglang, Serang, dan Tangerang. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Grobogan, Demak, dan Blora. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Bojonegoro, Lamongan, dan Magetan. Provinsi Bali yaitu Kabupaten Tabanan, Buleleng, dan Gianyar. Tanaman padi dengan fase bera mendominasi lahan sawah di Provinsi Banten yaitu Kabupaten Tangerang, Serang, dan Pandeglang. Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Sumedang, Garut, dan Bogor. Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Pacitan, Tulungagung, dan Trenggalek.
Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan Sawah di P. Jawa dan Bali bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016.
9
7. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. JAWA dan BALI
Hujan dengan intensitas yang masih tinggi mempengaruhi kondisi lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali. Hasil pemantauan menunjukkan, pada bulan Desember 2016 lahan sawah di P. Jawa dan Bali berpotensi mengalami rawan banjir ringan/sedang dan banjir berat/puso.
Lahan sawah yang berpotensi mengalami banjir ringan/sedang terdapat di Provinsi Banten yaitu di Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Tangerang. Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten Cirebon, Majalengka, dan Bandung. Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Brebes, Sragen, dan Cilacap. Provinsi D.I Yogyakarta di Kabupaten Sleman, Bantul, dan Gunung Kidul. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Jember, Lamongan dan Jombang. Provinsi Bali yaitu Kabupaten Klungkung, Bangli, dan Gianyar.
Lahan sawah yang berpotensi mengalami banjir berat/puso terdapat di Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Ciamis, Kuningan, dan Majalengka. Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Cilacap, Pemalang, dan Tegal. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Probolinggo, Sumenep, dan Pasuruan.
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Jawa dan Bali bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016. .
10
8. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sumatera bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016.
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) Lahan Sawah di P. Sumatera bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016.
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sumatera bulan Desember 2016 menunjukkan, lahan sawah yang didominasi kelas TKV-sangat rendah dan bera.
Lahan sawah dengan kelas TKV-bera dan TKV-sangat rendah mendominasi di Prov. Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Ogan Komering, Banyuasin, dan Ogan Komering Ulu Timur. Sedangkan di Provinsi Sumatera Barat TKV-sangat rendah yaitu di Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat, dan Limapuluhkoto. Sementara itu di Provinsi Bengkulu yaitu Kabupaten Bengkulu Utara, Seluma, dan Bengkulu Selatan. Di Provinsi Riau di dominasi oleh TKV-bera yaitu di Kabupaten Indragiri hilir, Rokan Hilir, dan Pelalawan. Kemudian Provinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Labuhanbatu, Tapanuli Selatan. TKV-Bera masih mendominasi Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, dan Kerinci. Provinsi Lampung yaitu di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Tulang Bawang. Kemudian di Provinsi Bangka-Belitung yaitu di Kabupaten Bangka Selatan, Belitung Timur, dan Bangka.
11
9. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SUMATERA
Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan Sawah di P. Sumatera bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016.
Selama bulan Desember 2016, tanaman padi yang terpantau di Pulau Sumatera berada dalam fase vegetatif-1 dan generatif-1. Tanaman padi dengan fase vegetatif-1 mendominasi lahan sawah di Provinsi Aceh yaitu di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Tamiang, dan Aceh Besar. Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Serdang Bedagai, Simalungun, dan Labuhanbatu. Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Agam, Pasaman Barat, dan limapuluhkoto. Provinsi Riau yaitu di Kabupaten Rokan Hilir, Indragili Hilir, dan Bengkalis. Kemudian di Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Muaro Jambi. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, dan Seluma. Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Ogan Komering, Banyuasin, dan Ogan Komering Ulu. Provinsi Lampung yaitu di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Tulangbawang. Provinsi Bangka-Belitung yaitu Kabupaten Bangka Selatan, Bangka, dan Bangka
Barat. Sedangkan tanaman padi dengan fase generatif-1 mendominasi di Provinsi NAD yaitu di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur dan Pidie. Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Labuhan Batu, Deliserdang, dan Serdang Bedagai. Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Pasaman Barat, Tanah Datar dan Pesisir Selatan. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Indragiri Hilir, Pelalawan dan Rokan Hilir. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Muaro Jambi. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, dan Seluma. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Ogan Komering, Ogan Komering Ulu Timur, dan Banyuasin. Provinsi Bangka-Belitung di Kabupaten Bangka Selatan, Bangka, dan Belitung Timur. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan dan Lampung Timur.
12
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Sumatera bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016.
10. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
Intensitas curah hujan yang masih tinggi di bulan Desember 2016, berakibat
kabupaten Kerinci, Tanjung Jabung Barat, dan Muaro Jambi. Provinsi Bengkulu
beberapa areal Lahan sawah di Pulau Sumatera berpotensi mengalami rawan
ada di kabupaten Rajalebong, Kepahiang, dan Muko-muko, sedangkan Provinsi
banjir.
Sumatera Selatan kondisi banjir ringan ada di kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering, dan Banyuasin. Lahan sawah di yang berpotensi banjir-
Lahan sawah yang berpotensi banjir dengan kelas banjir-ringan di Provinsi Riau
ringan di Provinsi Lampung yaitu ada di Kabupaten Tulangbawang, Lampung
yaitu di Kabupaten Rokan Hilir, Bengkalis, dan Rokan Hulu. Kemudian Provinsi
Timur, dan Lampung Tengah, serta lahan sawah yang berpotensi banjir-ringan di
Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Labuhanbatu, Asahan, dan Serdang Bedagai.
Provinsi Bangka ada di Kabupaten Bangka Selatan, Belitung Timur, dan Bangka
Lahan sawah di Provinsi Sumatera Barat yang berpotensi banjir-ringan ada di
Barat.
Kabupaten Agam, Solok, dan Kota Padang, sedangkan di Provinsi Jambi yaitu di
Lahan sawah yang berpotensi mengalami banjir-berat/puso di Provinsi NAD terdapat di di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, dan Kota Sabang.
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Sumatera bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016.
13
11. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sulawesi bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016.
Pemantaun lahan sawah selama bulan Desember 2016 di Pulau Sulawesi menunjukkan lahan sawah yang didominasi oleh tanaman padi dengan kelas TKV-rendah dan TKV-sedang. Lahan sawah dengan kelas TKV-rendah mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Utara, dan Kota Tomohon. Provinsi Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo, Boalemo, dan Kota Gorontalo. Provinsi Sulawesi Tengah di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Poso. Provinsi Sulawesi Barat di kabupaten Mamasa, Majene, dan Mamuju. Provinsi Sulawesi Selatan terdapat di Kota Pare–pare, Kota Palopo, dan Kabupaten Luwu Timur. Sedangkan Provinsi Sulawesi Tenggara di Kabupaten Konawe Selatan, Kolaka Utara dan Kota Kendari. Sedangkan lahan sawah dengan kelas TKV-sedang mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Tenggara, dan Minahasa Utara. Provinsi Gorontalo di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Kota Gorontalo. Provinsi Sulawesi Tengah di Kabupaten Sigi, Banggai Kepulauan, dan Kota Palu. Provinsi Sulawesi Barat di Kabupaten Mamuju, Mamasa, dan Mamuju Utara. Provinsi Sulawesi Selatan di Kota Palopo, Kota Pare - pare, dan Kabupaten Luwu Timur. Sedangkan . Provinsi Sulawesi Tenggara di kabupaten Konawe Selatan, Kolaka Utara dan Kota Kendari.
14
12. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SULAWESI
Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan Sawah di P. Sulawesi bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016. Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan Sawah di P. Sulawesi bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016.
Pemantuan fase tanaman padi sawah di Pulau Sulawesi bulan Desember 2016
Sementara itu, tanaman padi dengan fase generatif-1 mendominasi di Provinsi
menunjukkan dominasi tanaman padi dengan fase vegetatif-2 dan Generatif-1.
Sulawesi Utara di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Utara, dan Minahasa Tenggara. Provinsi Gorontalo di Kabupaten Gorontalo, Boalemo, dan Kota Gorontalo.
Tanaman padi dengan fase vegetati-2 mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu
Provinsi Sulawesi Tengah di kabupaten Sigi, Banggai Kepulauan, dan Kota Palu.
di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Tenggara, dan Kota Manado. Provinsi
Provinsi Sulawesi Barat di kabupaten
Gorontalo di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Kota Gorontalo. Provinsi Sulawesi
Mamasa, Mamuju, dan Mamuju Utara.
Provinsi Sulawesi Selatan di kabupaten Luwu Timur, Kota Palopo, dan Kota Pare-
Tengah di kabupaten Sigi, Kota Palu, dan Banggai Kepulauan. Provinsi Sulawesi
pare. Provinsi Sulawesi Tenggara di kabupaten Konawe Selatan, Kolaka Utara, dan
Barat di kabupaten Mamasa, Mamuju, dan Majene. Provinsi Sulawesi Selatan di
Kota Kendari.
kabupaten Luwu Timur, Kota Pare–pare, dan Kota Palopo. Provinsi Sulawesi Tenggara di kabupaten Konawe Selatan, Kolaka Utara, dan Konawe.
15
13. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Sulawesi bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016.
Curah hujan dengan intensitas hingga 400 mm di bulan Desember 2016 mengakibatkan lahan sawah di Pulau Sulawesi berpotensi mengalami rawan banjir. Lahan sawah yang berpotensi banjir ringan/sedang di Provinsi Sulawesi Utara terdapat di Kabupaten Kota Tomohon, Bolaang Mongondow, dan Kepulauan Sangih. Provinsi Gorontalo di Kabupaten Boalemo, Gorontalo Utara dan Pahuwato. Sedangkan di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Poso, Tojounauna, dan Sigi. Provinsi Sulawesi Barat terdapat di kabupaten Mamuju Utara, Mamasa dan Polewali Mandar. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Luwu Timur, Sidenreng
Rappang, dan Bulukumba. Sedangkan Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kabupaten Bombana, Kota Bau–bau, dan Konawe Selatan.
Lahan sawah yang berpotensi banjir berat/puso terbanyak ada di Provinsi Gorontalo, yaitu di Kabupaten Boalemo. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu terdapat di kabupaten Bulukumba, dan Sidenreng Rappang. Sedangkan di Provinsi Sulawesi Tenggara banjir berat/puso terdapat di Kabupaten Konawe Selatan, Kota Bau-bau, dan Kabupaten Konawe.
14. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI PROV. NTB dan NTT
16
14. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI PROV. NTB dan NTT
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah yang didominasi tanaman padi di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur bulan Desember 2016 yang masih didominasi lahan sawah dengan kelas TKV-rendah,
sebagian TKV-sangat rendah dan TKV-sedang. Lahan sawah dengan kelas TKV-rendah mendominasi Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu di Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Barat, dan Sumbawa. Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu di Kabupaten Sumbawa Timur, Sumba Tengah, dan Kota Kupang. Lahan sawah dengan TKV-sedang mendominasi Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu di Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Tengah. Sedangkan lahan sawah dengan TKV-sangat rendah mendominasi Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu di Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Tengah.
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di NTB dan NTT bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016.
17
15. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI PROV. NTB dan NTT
Pemantauan fase tanaman padi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) selama bulan Desember 2016 yang didominasi oleh tanaman padi dengan fase vegetatif-2, sebagian vegetatif-1 dan generatif-2. Tanaman padi dengan fase vegetatif-2 di Provinsi NTB terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat, Kota Mataram, dan Sumbawa. Provinsi NTT di Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, dan Nagakeo.
Tanaman padi dengan vegetatif-1 mendominasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Barat dan Sumbawa. Sedangkan generatif-2 mendominasi di Provinsi Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Kabupaten Sumba Timur, Sumbawa Tengah, dan Nagakeo.
Pemantauan Fase Tanaman Padi di NTB dan NTT bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016.
18
16. PEMANTAUAN BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI PROV. NTB dan NTT
Selama Bulan Desember 2016, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) masih mengalami kemarau yang ditandai dari intensitas curah hujan yang masih rendah yang mempengaruhi kondisi lahan sawah di kedua provinsi tersebut dan berpotensi mengalami rawan kering-ringan/sedang dan kering-berat/puso. Lahan sawah yang berpotensi mengalami rawan banjir-ringan/sedang di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat di Kabupaten Sumbawa, Lombok Tengah dan Lombok Barat. Sedangkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu di Kabupaten Sumba Tengah, Sumba Timur, dan Alor.
Pemantauan Banjir/Kering di Lahan Sawah di NTB dan NTT bulan Desember 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 02-09 Desember 2016, 10-17 Desember 2016, 18-25 Desember 2016, 26-31 Desember 2016.
19
17. PEMANTAUAN ZPPI (ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN)
Informasi ZPPI (Zona Potensi Penangkapan Ikan) selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/zppi.php
Tabel 17.1. Jumlah Lembar Informasi ZPPI dan daerah tujuan
Berdasarkan analisis data suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil permukaan dari satelit
NOAA-AVHRR dan Terra/Aqua MODIS, pada bulan Desember 2016 dihasilkan informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) yaitu project area PA01, PA03, PA05, PA06, PA07, PA10, PA11, PA12, PA14, PA15, PA16, PA19, PA20, PA21, dan PA24 sebanyak 57 buah. Jumlah lembar informasi ZPPI harian tiap projek area yang dihasilkan pada bulan Desember 2016 dan daerah-daerah tujuan pengiriman ditampilkan pada Tabel 17.1.
Gambar 17.1. Projek Area ZPPI
20
Projek Area PA05,PA06, PA12, PA13, PA14, PA20 dan PA21 Projek Area PA07, PA15, PA16 dan PA24
Projek Area PA01, PA02, PA03, PA10, PA11 dan PA19
21