LAPORAN HASIL KEGIATAN MODEL PENYEDIAAN BENIH UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN WILAYAH
PENGKAJI UTAMA IR. ISKANDAR, M.Si
KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN DAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH 2015
LEMBAR PENGESAHAN 1.
Judul RDHP
:
2.
Unit Kerja
:
3.
Alamat Unit Kerja
:
4.
Sumber Dana
:
5. 6.
Status Kegiatan (L/B) Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan 7. Lokasi 8. Agroekosistem 9. Tahun Dimulai 10. Tahun selesai 11. Output Tahunan
: : : : : : : : : :
12. Output Akhir
:
Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh Jl. P. Nyak Makam. No. 27 Lampineung Banda Aceh Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh TA. 2015 Baru Ir. T. Iskandar, M.Si Pembina Penyuluh Pertanian Madya Provinsi Aceh Lahan sawah/lahan kering 2015 2017 - TersedianyaModel Pemgembangan Kawasan Mandiri Benih Padi. - Tersedianya Model Pemgembangan Kawasan Mandiri Benih Kedelai. - Tersedianya Model Pemgembangan Kawasan Mandiri Benih Jagung. Terpenuhinya benih padi, kedelai dan jagung secara mandiri melalui penangkar/kelompok penangkar benih pada masing masing kawasan
i
13. Biaya
Mengetahui : Koordinator program
:
Rp. 507.000.000,-
Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si NIP. 19740503 200003 1 001
Ir. T. Iskandar, M.Si NIP. 19580121 198303 1 003
Mengetahui : Kepala Balai Besar
Menyetujui Kepala Balai
Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003
Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001
ii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadhirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan akhirkegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahdi Provinsi Aceh tahun anggaran 2015. Kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahdi Provinsi Aceh ini bertujuan untuk mendapatkan model penyediaan benih padi, jagung dan kedelai dengan meningkatkan kemampuan calon penanggar di tingkat petani dalam rangka percepatan target peningkatan produksi benih. Selama ini petani sulit mendapatkan benih unggul yang terjamin mutu keunggulannya, walaupun benih yang berlabel ada dipasaran tetapi petani belum tentu dapat membelinya oleh karena keterbatasan modal usahatani. Oleh karena itu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh selaku institusi yang berwenang di untuk melakukan kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah untuk memfasilitasi dan sekaligus membina petani penangkar benih padi, jagung dan kedelaiyang ada di Provinsi Aceh dengan harapan dapat menyediakan benih yang bermutu di tingkat petani. Ucapan terima kasih kepada Bapak Kepala Balai dan teman-teman yang terlibat didalam tim kegiatan yang telah banyak membantu dalam melaksanakan kegiatan dilapangan sejak dari awal sehingga selesainya laporan akhirini. Demikian laporan ini kami buat atas kritikan dan saran dalam rangka penyempurnaan laporan ini diucapkan terima kasih
Banda Aceh, Desember 2015 Penanggung Jawab Kegiatan,
Ir. T. Iskandar, M.Si NIP. 19580121 198303 1 003
iii
RINGKASAN 1.
Judul RDHP
2. 3. 4. 5. 6.
Unit Kerja Lokasi Agroekosistem Status Tujuan
7.
Keluaran
8.
Hasil
9.
Prakiraan Manfaat
: Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh : Prov. Aceh : Lahan sawah/lahan kering : Baru : Menyediakan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah secara terencana, terarah dan berkelanjutan sehingga calon penangkar mampu memproduksi benih padi, jagung dan kedelai secara mandiri pada kawasan pengembangan dalam jumlah cukup dan kualitas sesuai dengan standar mutu benih. Memantapkan kelembagaan perbenihan di kawasan pengembangan padi, jagung dan kedelai yang mampu menjamin penyediaan dan pendistribusian benih berkualitas varietas unggul spesifik lokasi secara cukup. : Tersedianya Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah secara terencana, terarah dan berkelanjutan sehingga calon penangkar mampu memproduksi benih padi, jagung dan kedelai secara mandiri pada kawasan pengembangan dalam jumlah cukup dan kualitas sesuai dengan standar mutu benih. Mantapnya kelembagaan perbenihan di kawasan pengembangan padi, jagung dan kedelai yang mampu menjamin penyediaan dan pendistribusian benih berkualitas varietas unggul spesifik lokasi secara cukup. : Tersedianya Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah secara terencana, terarah dan berkelanjutan sehingga calon penangkar mampu memproduksi benih padi, jagung dan kedelai secara mandiri pada kawasan pengembangan dalam jumlah cukup dan kualitas sesuai dengan standar mutu benih. : Penangkar mampu memproduksi benih padi,
iv
10.
Prakiraan Dampak
11.
Prosedur
12.
Jangka Waktu
jagung dan kedelai secara mandiri pada kawasan pengembangan dalam jumlah cukup dan kualitas sesuai dengan standar mutu benih. : Menjadi model percontohan sistem Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah secara terencana, terarah dan berkelanjutan sehingga calon penangkar mampu memproduksi benih padi, jagung dan kedelai secara mandiri pada kawasan pengembangan dalam jumlah cukup dan kualitas sesuai dengan standar mutu benih. : Tahapan kegiatan yang dilakukan meliputi : - Koordinasi dengan Dinas Pertanian, BPSB BP2KP, Kabupaten Pidie Jaya, Pidie dan Aceh Selatan - Identifikasi dan penentuan petani/calonpenangkar - Pelatihan petugas dan calon penangkar - Pendampingan produksi benih - Pendampingan distribusi benih : 1 Tahun
13.
Biaya
: Rp 507.000.000,-
v
SUMMARY 1.
Title
:
2.
Implementation Unit
:
3. 4. 5. 6.
Location Agro ecosystem Status Objectives
: : : :
7.
Output
:
8.
Outcome
:
9.
Expected benefit
:
10. Expected impact
:
11. Procedure
:
12. Duration 13. Budget
: :
Seed Production Model for Fulfilment of Provincial Seed Requirement Assessment Institute for Agriculture Technology (AIAT aceh) East Aceh wetland area/dryland area New - Provide Model of seed production to meet provincial need organisedly and sustainable for seeed producer farmers. - Strengthening seed institution in the area development of rice, maize, and soybean in procurement and distribution of quality seed. Available Model of seed production to meet provincial need organisedly and sustainable for seeed producer farmers. - Established seed institution in the area development of rice, maize, and soybean in procurement and distribution of quality seed. Seed producer farmers will be able to produce rice, maize, adn soybean seed indepently within area of develepment in sufficient quantity and quality Seed producer farmers will be able to produce rice, maize, adn soybean seed indepently within area of develepment in sufficient quantity and quality Become a model to replicate of organised and sustainable seed production for seed producer farmer to meet seed requirement in sufficient quantity and quality. - Coordination with local agricultural institution in the district; identification of farmer cooperator, delivering traning for seed producer, and assistance in production and didtribution. 1 Year IDR 507.000.000
vi
DAFTAR ISI Hal HALAMAN PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
ii
RINGKASAN
iii
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
viii
DAFTARGAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
I.
PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang ..........................................................................
1
1.2
Dasar Pertimbangan...................................................................
9
1.3
Tujuan .....................................................................................
13
1.4
Keluaran yang diharapkan..........................................................
13
1.5
Perkiraan Manfaat dan Dampak .................................................
13
II. PROSEDUR PELAKSANAAN
14
2.1
Pendekatan ..............................................................................
14
2.2
Tempat dan Waktu....................................................................
14
2.3
Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................
15
2.4
Bahan dan Metode Pelaksanaan..................................................
16
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1
3.2
3.3
3.4
24
Gambaran Umum Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah.....................................................................................
24
Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Padi..........................................................................................
27
Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Jagung.....................................................................................
30
Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar
vii
Kedelai..................................................................................... IV. KESIMPULAN DAN SARAN
48 55
4.1
Kesimpulan ...............................................................................
55
4.2
Saran .....................................................................................
55
DAFTAR PUSTAKA
56
LAMPIRAN
57
viii
Tabel
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Ruang lingkupKegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah di Provinsi Aceh......................................................
16
2. Tahapan Proses menghasilkan Benih Bersertifikat .................................
17
3. Daftar ResikoModel Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah..............................................................................................
25
4. Daftar Penanganan ResikoModel Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah.............................................................................
26
5.
Tenaga Yang Terlibat Dalam Kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah .........................................................
27
6. Jangka Waktu Kegiatan Kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah...........................................................
28
7. Anggaran Belanja Kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah .............................................................................
29
8. Model Sistem Perbenihan Berbasis Masyarakat......................................
30
9. Lokasi Kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Padi.......
34
10.Hasil Benih Kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Padi..................................................................................
44
11. Luas tanam dan luas panen padi di Kabupaten Pidie tahun 2013 .........
45
12. Lokasi Kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Jagung…………………………………………………………………………………………….
48
13. Cara seleksi pertanaman jagung untuk produksi benih..........................
51
14. Hasil Produksi Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Jagung .
52
15. Luas tanam dan luas panen Jagung di Kabupaten Aceh Selatan tahun 2013 ..................................................................................................
53
16. Lokasi Kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Kedelai..
55
17. Hasil Produksi Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Kedelai.. 18. Luas tanam dan luas panen kedelai di Kabupaten Pidie Jaya tahun 2013
59 60
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Alur produksi dan distribusi benih ..........................................................31 2. Pola pembentukan model Kawasan Mandiri Benih ...................................32 3. Preferensi petani/pengguna terhadap keragaan tanaman ........................35 4. Preferensi petani/pengguna terhadap ketahanan hama dan penyakit ........36 5. Preferensi petani/pengguna terhadap bentuk, ukuran dan warna gabah….. 37 6. Preferensi petani/pengguna terhadap tekstur, aroma, warna dan rasa nasi. 38 7. Preferensi petani/pengguna terhadap penampilan varietas.......................... 38
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Kegiatan pertemuan preferensi varietas dalam menentukan varitas yang akan diproduksi.................................................................................. 63 2. Pelatihan Teknik Produksi Benih Padi ...................................................
64
3. Panen Lokasi Mandiri Benih ................................................................
65
4. Produksi Jagung Hibrida Bima 20 URI .................................................66 5. Pelatihan Produksi Jagung Hibrida .....................................................
67
6. Regoing Tanaman Kedelai............................................................... .... 68
xi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Revitalisasi pembangunan pertanian adalah dalam rangka mewujutkan pertanian yang tangguh, pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produksi pertanian serta peningkatan kesejahteraan masyarakat tani, sehingga akan dapat mengurangi angka kemiskinan penduduk di Indonesia. Swasembada padi dan jagung berkelanjutan dan target swasembada kedelai merupakan program utama Kementerian Pertanian di periode 2015-2019. Sebagai komoditas utama yang diprogramkan oleh pemerintah, peran padi, jagung dan kedelai cukup strategis dan merupakan komoditas bernilai ekonomis tinggi. Selain merupakan sumber utama karbohidrat dan protein ketiga komoditas tersebut juga merupakan bahan baku industri pakan ternak dan rumah tangga. Pada beberapa tahun terakhir ini, kebutuhan ketiga komoditas terus meningkat seiring dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan kebutuhan untuk pakan. a.
Pengembangan Benih Bermutu Pengembangan benih memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi
tanaman pangan, terutama dalam peningkatan produktivitas dan mutu hasil. Dalam meningkatkan ketersediaan benih sangat diperlukan varietas yang berdaya hasil tinggi dan mutu yang baik. Benih merupakan salah satu komponen utama yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produksi padi, karenanya penggunaan benih varietas unggul yang bermutu (berlabel) sangat dianjurkan. Hal ini terkait dengan sifatsifat yang dimiliki oleh varietas unggul, antara lain: berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit, dan rasa nasi enak (pulen). Sebagai sarana produksi utama, penyediaan benih bermutu berperan penting dalam menentukan tingkat hasil yang akan diperoleh (Nugraha dan Hidayat 2000). Oleh karena itu, mutu benih sumber yang digunakan mulai dari benih penjenis (BS), benih dasar (BD/FS), benih pokok (BP/SS), dan benih sebar (BR/ES), penyediaannya tidak boleh
1
mengorbankan mutu, baik itu mutu genetik, mutu fisiologis, maupun mutu fisik (Kelly 1988). Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman yang perannya tidak dapat digantikan oleh faktor lain. Benih sebagai bahan tanaman dan sebagai pembawa potensi genetik terutama untuk varietas-varietas unggul. Keunggulan varietas dapat dinikmati oleh konsumen bila benih yang ditanam bermutu (asli, murni, vigor, bersih dan sehat) (Padminingsih, 2006). Benih sumber yang akan digunakan untuk pertanaman produksi benih harus satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan dipoduksi. Untuk memproduksi benih kelas FS misalnya, berarti benih sumbernya adalah klas BS (Breeder Seed/benih penjenis/ benih label kuning), sedangkan untuk memproduksi benih kelas SS/BP/benih label ungu boleh menggunakan benih kelas FS atau BS. Pemeriksaan benih sumber mencakup sertifikasi benih yang berisi informasi mengenai asal benih, varietas, tanggal panen maupun mutu benih (daya kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik benih). Informasi ini diperlukan untuk menentukan perlakuan benih (jika dipelukan) sebelum benih disemai maupun sebagai kelengkapan untuk proses pengajuan sertifikasi benih berikutnya. Kebutuhan kedelai pada tahun 2010 sudah mencapai 4,61 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri pada tahun 2010 hanya 0,908
juta
ton
dan kekurangannya
terpaksa diimpor. Hanya sekitar 21,2% dari total kebutuhan yang dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Dari total impor tersebut di atas, impor kedelai dalam bentuk bungkil kedelai 62,25 persen, naik dari 2,32 juta ton pada tahun 2009 menjadi 2,87 juta ton pada tahun 2010. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan terus-menerus, potensi lahan cukup luas, teknologi, dan sumberdaya lainnya
mengingat
cukup tersedia.
(Kementerian Pertanian, 2010) Untuk menekan laju impor kedelai sekaligus mendukung swasembada kedelai tahun 2014 yang telah dicanangkan Kementrian Pertanian diperlukan upaya khusus peningkatan produksi kedelai nasional. Strategi yang disusun untuk peningkatan produktivitas dan produksi meliputi: 1) Penyediaan benih sumber 2). Peningkatan
2
produktivitas, 3) Perluasan areal tanam, 4) Pengamanan produksi, dan 5) Pemberdayaan kelembagaan pertanian serta dukungan pembiayaan usahatani kedelai. Dalam mendukung peningkatan produksi jagung di Indonesia, Karama (2004), berpendapat bahwa kebijakan perbenihan jagung komersil tingkat nasional sebaiknya diproduksi di Indonesia. Namun hingga saat ini, sumber daya dan kelembagaan perbenihan jagung dalam negeri belum merupakan produsen pertanian yang mumpuni dan berdaya saing handal (Baihaki, 2004). Oleh sebab itu, aspek pemahaman ilmu pemuliaan praktis dalam kehidupan pertanian khususnya ilmu menghasilkan benih jagung bermutu oleh petani harus diperluas dan ditingkatkan. Salah satu penyebab utama rendahnya produktifitas karena varietas yang biasa ditanam petani dewasa ini tidak mampu lagi berproduksi lebih tinggi akibat kemampuan genetiknya yang terbatas. Hasil evaluasi Bank Dunia menyebutkan kontribusi penggunaan varietas unggul terhadap laju kenaikan produksi padi sebesar 5 % lebih tinggi dari pada kontribusi pemupukan sebesar 4 %. Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman yang perannya tidak dapat digantikan oleh faktor lain. Benih sebagai bahan tanaman dan sebagai pembawa potensi genetik terutama untuk varietas-varietas unggul. Keunggulan varietas dapat dinikmati oleh konsumen bila benih yang ditanam bermutu (asli, murni, vigor, bersih dan sehat) (Padminingsih, 2006). Perbanyakan benih pada umumnya dimulai dari penyediaan benih penjenis (BS) oleh Balai Penelitian Komoditas, sebagai sumber bagi perbanyakan benih dasar (FS), benih dasar sebagai sumber bagi perbanyakan benih pokok (SS), dan benih pokok sebagai sumber bagi perbanyakan benih sebar (ES). b.
Alur Perbanyakan Benih Kesinambungan alur perbanyakan benih tersebut sangat berpengaruh terhadap
ketersediaan benih sumber yang sesuai dengan kebutuhan produsen/penangkar benih dan
3
menentukan proses produksi benih sebar. Kelancaran alur perbanyakan benih sangat menentukan kecepatan penyebaran varietas unggul baru kepada petani. Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian. Varietas unggul tanaman padi telah diadopsi oleh petani secara luas merupakan kontribusi nyata dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Secara terus menerus, varietas-varietas unggul tersebut terus diperbaiki keunggulannya melalui proses pemuliaan, dan apabila memenuhi persyaratan, selanjutnya di lepas secara resmi oleh Pemerintah (Menteri Pertanian) sebagai varietas unggul baru (VUB). Penggunaan benih yang bermutu dan bersertifikat sudah tidak diragukan lagi, banyak hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan benih yang bermutu dapat memberikan peningkatan produksi tanaman pertanian. Hasil pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh pada kabupaten yaitu; Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie Jaya dan beberapa kabupaten lainnya penanaman kedelai dengan menggunakan benih bermutu kelas FS atau SS dapat meningkatkan produksi dari 1,2 t/ha menjadi 2,5 - 2,8 t/ha dan penanaman padi dengan menggunakan benih bermutu kelas FS dapat meningkatkan produksi dari 6 t/ha menjadi 8 - 9 t/ha (BPTP Aceh, 2009). Mengingat beberapa keuntungan tersebut, maka benih unggul padi, jagung dan kedelai yang bermutu dan bersertifikat hendaknya tersedia di tingkat petani secara keseluruhan. Oleh karena itu ketersediaan beniih tersebut harus memenuhi enam prinsip tepat yaitu; tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat jumlah, tepat lokasi, dan tepat harga. Untuk ketersediaan benih yang bermutu tersebut maka peran BBI, BBU dan BPTP sangat diharapkan. Makarim et al (2000), menyatakan bahwa belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah, antara lain disebabkan oleh rendahnya efisiensi pemupukan, belum efektifnya pengendalian hama dan penyakit, penggunaan benih kurang bermutu dan varietas yang dipilih kurang adaptif.
4
Kebutuhan kedelai pada tahun 2010 sudah mencapai 4,61 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri pada tahun 2010 hanya 0,908
juta
ton
dan kekurangannya
terpaksa diimpor. Hanya sekitar 21,2% dari total kebutuhan yang dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Dari total impor tersebut di atas, impor kedelai dalam bentuk bungkil kedelai 62,25 persen, naik dari 2,32 juta ton pada tahun 2009 menjadi 2,87 juta ton pada tahun 2010. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan terus-menerus, potensi lahan cukup luas, teknologi, dan sumberdaya lainnya
mengingat
cukup tersedia.
(Kementerian Pertanian, 2010) Upaya mendukung percepatan penyebaran dan adopsi varietas-varietas unggul baru yang telah dihasilkan, Badan Litbang Pertanian beserta jajarannya, terutama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sangat penting berperan dalam penyediaan benih sumber (benih dasar/benih pokok) bagi pengguna (petani). Peran Puslitbang Tanaman Pangan untuk mendukung penggunaan benih bermutu dilakukan dengan menghasilkan varietas unggul baru (VUB), namun di tingkat pedesaan ketersediaannya masih kurang. Pada saat diperlukan konsumen (penangkar benih) benih sering tidak tersedia atau bila tersedia (jumlah) dan mutunya tidak sesuai dengan preferensi konsumen. Selain itu penangkar benih yang telah ada masih kurang berfungsi secara optimal sehingga tidak mampu menyediakan benih berlabel secara kontinyu. Kebutuhan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Mengandalkan pangan impor untuk memenuhi kebutuhan nasional dinilai riskan, karena mempengaruhi aspek sosial, ekonomi, dan politik, sehingga upaya peningkatan produksi pangan di dalam negeri perlu mendapat perhatian. Di lain pihak, permintaan bahan pangan pokok yang terus meningkat, harus dipenuhi dari lahan sawah yang luasnya semakin berkurang, dengan ketersediaan air makin menurun, tenaga kerja lebih sedikit di pedesaan dan pupuk kimia yang makin terbatas dan mahal serta dampak perubahan iklim langsung maupun tidak langsung pada produksi pangan. Kebutuhan pangan nasional memang dapat dipenuhi melalui produksi domestik dan impor, tetapi karena jumlah penduduk yang banyak, terus bertambah, dan tersebar di
5
berbagai pulau, maka apabila mengandalkan pangan impor menyebabkan ketahanan pangan akan rentan dan berdampak luas terhadap berbagai aspek, terutama ekonomi, sosial, dan politik. Indonesia memiliki peluang cukup besar untuk meningkatkan produksi pangan, yang dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam ke lahan
suboptimal, seperti lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan rawa pasang
surut, dan peningkatan indeks pertanaman. Dalam hal ini diperlukan inovasi teknologi yang mampu meningkatkan dan menstabilkan produktivitas tanaman pangan secara berkelanjutan.Dalam kurun waktu 2010-2014 Kementerian Pertanian dalam Kabinet Indonesia Bersatu II menargetkan 4 sukses pembangunan pertanian yaitu: 1)Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, 2) Peningkatan diversifikasi pangan, 3) Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, 4) Peningkatan kesejahteraan petani. Dari empat target sukses tersebut, yang sangat terkait dengan ketahanan pangan dari segi sub-sistem penyediaan pangan adalah target pencapaian swasembada dan diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan sangat penting agar tidak terjadi tekanan berlebihan pada satu jenis komoditas sumber pangan. Salah satu strategi yang ditempuh dalam upaya mencapai swasembada padi, jagung dan kedelai adalah melalui penyediaan benih bermutu varietas unggul baru yang sesuai dengan preferensi konsumen. Ketersediaan benih berkualitas dengan jumlah cukup, tepat waktu, dan mudah diperoleh petani memegang peranan penting, dan hal ini tidak terlepas dari peranan para penangkar benih yang cukup besar. Untuk itu, penyediaan benih sumber yang berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dan ini merupakan langkah awal untuk pengembangan varietas jagung unggul baru. Komoditas padi, kedelaidan jagung masih menjadi andalan bagi sumber pendapatan perekonomian sebahagian besar petani dipedesaan. Ketahanan pangan nasionalpun masih banyak ditentukan oleh kecukupan pangan bagi hampir semua lapisan masyarakat Indonesia umumnya dan Aceh khususnya. Oleh sebab itu upaya peningkatan
6
produksi padi
dan kedelai tidak terlepas dari upaya peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan pertanian. Sampai saat masih terjadi kesenjangan produktivitas yang cukup besar antara hasil pengkajian/penelitian dengan hasil di tingkat petani. Kesenjangan hasil tersebut disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya : 1) penggunaan benih unggul potensi tinggi dan bersertitikat masih rendah (53 %), 2) penggunaan pupuk belum berimbang dan efesien; (3) penggunaan pupuk organik belum dilakukan; (4) pendampingan teknologi oleh peneliti/penyuluh belum 7optimal dan (5) lemahnya akses terhadap modal kerja/pembiayaan dan pasar. Benih merupakan salah satu faktor produksi yang paling utama dalam usaha meningkatkan produksi padi, kedelai dan jagung, tanpa benih yang baik dan bermutu mustahil padi dapat berproduksi dengan baik. Sejak lebih dari satu dekade yang lalu sebahagian lahan sawah mengalami penurunan produktivitas, sebagaimana tercermin pada laju pelandaian produksi padi dan kedelai. Puslitbang tanaman pangan telah berupaya menghasilkan inovasi peningkatan produksi padi dan kedelai melalui penelitian secara intensif terhadap perbanyakan benih bermutu. Salah satu pendekatan untuk meningkatkan produktivitas kedelai dilakukan melalui introduksi varietas unggul baru dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Penyerbar luasan PTT dilakukan melalui Sekolah Lapang (SL). PTT dan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) telah diadopsi oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai salah satu Program Strategis Kementerian Pertanian untuk peningkatan produktivitas dan produksi pangan khususnya kedelai( Puslitbangtan, 2009) Jagung (Zea mays L) termasuk tanaman serealia yang bebas diperdagangkan dan dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk olahan sederhana hingga olahan bergengsi tinggi. Ragam jenis makanan selingan seperti jagung manis dan jagung pop corn tersebar di desa dan perkotaan. Tepung jagung produk industri bahan setengah jadi banyak
7
digunakan oleh berbagai jenis industri antara lain makanan ringan kerupuk (Chiki, Chitos, dll), pabrik biskuit, barbaque, roti, mie, spagheti, es krem, bumbu masak, kecap, saus, tauco, soun, pemanis, minuman penyegar, sirup, dan minyak sawit. Industri ransum pakan ternak, unggas, dan ikan berkembang pesat sejak tahun 1985, memenuhi perubahan pola konsumsi masyarakat yang meningkat terhadap konsumsi daging, telur dan susu sebagai akibat dari meningkatnya inovasi teknologi biologi,
kimia, dan
pendapatan masyarakat. Sejalan dengan itu permintaan jagung meningkat dengan laju pertumbuhan 3,4 % / tahun (Kasrino, 2002). Pasar jagung terbuka di dalam negeri dan ekspor ke Jepang, Korea, Taiwan, Malaysia, Thailand dan Filipina. Benih varietas unggul yang bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas usahatani. Ketersediaan benih bermutu tepat waktu dan lokasi akan mendorong percepatan pengembangan inovasi teknologi baru guna meningkatkan pendapatan dan produksi jagung nasional. Saat ini, para industri benih jagung nasional dan swasta belum bersinergis, sehingga pengembangan inovasi baru masih lambat antara lain terlihat dari pengembangan varietas jagung hibrida yang baru mencapai 27,91 %, selebihnya didominasi oleh jagung lokal dan komposit (Nugraha dan Subandi, 2002). menurut Paliwal, (2001),
Bahkan
sebagian besar petani Indonesia masih menggunakan benih
asalan, berupa turunan hibrida dan komposit keturunan. Selama masih banyaknya jumlah petani yang menanam varietas lokal, maka rata-rata produktivitas jagung di Indonesia tetap rendah 2,47 t/ha (Subandi, 1988). Luas tanam jagung di Provinsi Aceh mencapai 41.198
ha, produksi yang dicapai 125.155 ton dengan produktivitas rata-rata 3,403
ton/ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Aceh, 2008). Diperkirakan kebutuhan benih jagung untuk luas lahan 41.198 ha mencapai 823.960 kg dengan asumsi kebutuhan benih 20 kg/ha. Sasaran yang akan dicapai pada kegiatan ini adalah mendapatkan model penyediaan benih untuk pemenuhan kebutuhan wilayah yang mampu memproduksi benih berkualitas untuk memenuhi kebutuhan benih di kawasan pengembangan padi, jagung dan kedelai secara mandiri untuk mengatasi kekurangan benih padi, jagung dan kedelai
8
akibat dari kemampuan penangkar lokal yang terbatas. Pembiayaan dapat berupa bagi hasil, patungan atau talangan. Khusus untuk Jabalsim kedelai, prinsip yang perlu diperhatikan adalah varietas yang sesuai dengan preferensi dan ketersediaan benih yang memenuhi kriteria 6 tepat agar produktivitas dapat ditingkatkan. Pemberdayaan penangkar dalam model desa mandiri benih akan dapat menjamin penyediaan benih varietas spesifik lokasi. Menurut pedoman SL-PTT tahun 2013 telah ditetapkan bahwa 1 kawasan tanaman padi 1.000 ha, Jagung 1.000 ha dan Kedelai 500 ha. Dengan adanya transformasi SL-PTT Kedelai menjadi GP-PTT Kedelai serta Desa Mandiri Benih dalam Kawasan diharapkan dapat menjamin penyediaan benih varietas spesifik lokasi, benih sumber, dan materi diseminasi. Varietas yang sesuai dengan preferensi dan ketersediaan benih yang terpenuhi dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi, kedelai dan jagung. BPTPAceh merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis dibawah Litbang Pertanian yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi sekaligus berfungsi sebagai penyebar informasi kegiatan
teknologi
hasil pengkajian kepada pengguna melalui
desiminasi. Penelitian/pengkajian
yang
diimplementasikan dalam
bentuk
pengembangan benih sumber bersifat lokal spesifik, dinamis dan partisipatif dimana petani terlibat langsung sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangannya. Petani dapat mengadopsi secara parsial atau paket spesifik tergantung kemampuan petani. Dengan pendekatan seperti ini teknologi hasil penelitian akan cepat sampai dan diadopsi petani karena paket tersebut sudah teruji langsung dilapangan. 1.2. Dasar Pertimbangan Salah satu penyebab utama rendahnya produktifitas karena varietas yang biasa ditanam petani dewasa ini tidak mampu lagi berproduksi lebih tinggi akibat kemampuan genetiknya yang terbatas. Hasil evaluasi Bank Dunia menyebutkan kontribusi penggunaan varietas unggul terhadap laju kenaikan produksi padi sebesar 5 % lebih tinggi dari pada kontribusi pemupukan sebesar 4 %.
9
Strategi yang ditempuh dalam upaya mencapai swasembada padi, jagung dan kedelai adalah melalui penyediaan benih bermutu varietas unggul baru yang sesuai dengan preferensi konsumen. Ketersediaan benih berkualitas dengan jumlah cukup, tepat waktu, dan mudah diperoleh petani memegang peranan penting, dan hal ini tidak terlepas dari peranan para penangkar benih yang cukup besar. Untuk itu, penyediaan benih sumber yang berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dan ini merupakan langkah awal untuk pengembangan varietas jagung unggul baru. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012, pengembangan komoditas pertanian diarahkan dalam satu kawasan pengembangan agar lebih efektif efisien dan pengelolaan OPT lebih baik, karena membatasi ketersediaan inang dan apabila dilakukan dalam satu pola multikultur akan memutus siklus OPT. Luasan kawasan untuk komoditas tanaman pangan utama seperti padi 5.000 ha, sedangkan untuk jagung dan kedelai masing-masing 3.000 ha. Dalam kawasan dilaksanakan Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT), pembinaan penangkar, penerapan penanganan dampak perubahan iklim, penerapan PHT, irigasi, embung, dan lain-lain. Sistem Perbenihan Nasional terdiri dari empat sub-sistem: (1) Penelitian dan pengembangan (Sumber Daya Genetik dan Pemuliaan), (2) Produksi dan Distribusi Benih, (3) Pengendalian Mutu, dan (4) Informasi. Sub-sistem (1) menyangkut penciptaan varietas unggul baru (VUB), sedangkan sub-sistem (2), (3), (4) terkait dengan pengembangan desa berdaulat benih. Penyediaan benih bermutu yang tepat, memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi untuk mendukung peningkatan produksi, diantaranya adalah : a) daya hasil tinggi, b) toleran terhadap gangguan biotik dan abiotik tertentu, c) umur panen yang dapat disesuaikan dengan pola tanam untuk meningkatkan indek pertanaman, d) keunggulan dan kesesuaian hasil panen dengan permintaan pasar. Sistem produksi, sertifikasi, dan peredaran benih bina, saat ini diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia
No.02/Permentan/SR.120/1/2014.
Namun
pelaksanaan-nya
di
lapangan masih terjadi beberapa masalah diantaranya : a) penyediaan benih terlambat
10
sehingga tidak sesuai dengan musim tanam, b) jumlah kebutuhan benih tidak terpenuhi, c) kualitas benih kurang baik, d) varietas yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan petani, dan e) mutu benih yang kurang baik. Perbanyakan benih pada umumnya dimulai dari penyediaan benih penjenis (BS) oleh Balai Penelitian Komoditas, sebagai sumber bagi perbanyakan benih dasar (FS), benih dasar sebagai sumber bagi perbanyakan benih pokok (SS), dan benih pokok sebagai sumber bagi perbanyakan benih sebar (ES). Kesinambungan alur perbanyakan benih tersebut sangat berpengaruh terhadap ketersediaan benih sumber yang sesuai dengan kebutuhan produsen/penangkar benih dan menentukan proses produksi benih sebar. Kelancaran alur perbanyakan benih sangat menentukan kecepatan penyebaran varietas unggul baru kepada petani. Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian. Varietas unggul tanaman padi telah diadopsi oleh petani secara luas merupakan kontribusi nyata dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Secara terus menerus, varietas-varietas unggul tersebut terus diperbaiki keunggulannya melalui proses pemuliaan, dan apabila memenuhi persyaratan, selanjutnya di lepas secara resmi oleh Pemerintah (Menteri Pertanian) sebagai varietas unggul baru (VUB). Penggunaan benih yang bermutu dan bersertifikat sudah tidak diragukan lagi, banyak hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan benih yang bermutu dapat memberikan peningkatan produksi tanaman pertanian. Oleh karena itu ketersediaan benih yang bersertifikat di tingkat petani merupakan syarat mutlak dalam mendukung peningkatan produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian. Penggunaan benih yang bersertifikat akan memperoleh beberapa keuntungan antara lain dapat meningkatkan produksi per satuan luas dan satuan waktu juga dapat meningkatkan kualitas hasil yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani.
11
Mengingat beberapa keuntungan tersebut, maka benih unggul padi, Jagung dan kedelai yang bermutu dan bersertifikat hendaknya tersedia di tingkat petani secara keseluruhan. Oleh karena itu ketersediaan benih tersebut harus memenuhi enam prinsip tepat yaitu; tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat lokasi, dan tepat harga. Untuk ketersediaan benih yang bermutu tersebut maka peran BBI, BBU dan BPTP sangat diharapkan. Makarim et al (2000), menyatakan bahwa belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah, antara lain disebabkan oleh rendahnya efisiensi pemupukan, belum efektifnya pengendalian hama dan penyakit, penggunaan benih kurang bermutu dan varietas yang dipilih kurang adaptif. Pada tahun 2011, pertumbuhan industri pakan ternak diperkirakan 6 persen. Produksi pakan ternak tahun 2010 mencapai 9,1 juta ton. Produk kedelai sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuhkembangkan industri kecil menengah bahkan berpeluang pula sebagai komoditas ekspor. Berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai membuka peluang kesempatan kerja dalam sistem produksi, mulai dari budidaya, panen, pengolahan pascapanen dan transportasi. Agar produksi kedelai dan produk olahannya mampu bersaing di pasar, maka mutunya perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, pembinaan terhadap
pengembangan proses produksi,
pengolahan dan pemasaran, khususnya penerapan jaminan mutu memegang peranan penting. (Ditjen Tanaman Pangan, 2010) Luas tanam jagung di Provinsi Aceh mencapai 41.198 ha, produksi yang dicapai 125.155 ton dengan produktivitas rata-rata 3,403 ton/ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Aceh, 2008). Diperkirakan kebutuhan benih jagung untuk luas lahan 41.198 ha mencapai 823.960 kg dengan asumsi kebutuhan benih 20 kg/ha. Di Provinsi Aceh penangkar padi dan kedelai tersebar di Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Barat, Aceh Barat Daya dan beberapa kabupaten lainnya sedangkan penangkar benih jagung belum ada namun
12
pengembangan areal pertanaman jagung berada di Kabupaten Aceh Tenggara, Gayo Lues dan Aceh Selatan.
1.3. Tujuan 1.
Mendapatkan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Padi.
2.
Mendapatkan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Jagung.
3.
Mendapatkan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Kedelai.
1.4. Keluaran Yang Diharapkan 1. Tersedianya Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Padi. 2. Tersedianya Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Jagung. 3. Tersedianya Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Kedelai
1.5. Perkiraan Manfaat Dan Dampak Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan Calon Pengankar dengan penerapanteknis produksi benih, terarah dan berkelanjutan sehingga calon penangkar mampu memproduksi benih padi, jagung dan kedelai secara mandiri pada kawasan pengembangan dalam jumlah cukup dan kualitas sesuai dengan standar mutu benih.Dampak dari model penyediaan benih untuk memantapkan kelembagaan perbenihan di kawasan pengembangan padi, jagung dan kedelai guna menjamin penyediaan dan pendistribusian benih berkualitas. Terbinanya kelompok penangkar benihsecara mandiri di wilayah Provinsi Aceh
13
II. PROSEDUR PELAKSANAAN 2.1. Pendekatan Kegiatan ini dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif bersama petani yaitu dengan metoda Participatory Rural Apparaisal (PRA), pelaksanaan metoda menyangkut tentang studi potensi wilayah, identifikasi permasalahan serta solusi pemecahan masalah khususnya terhadap sistem perbenihan padi dan kedelai. Pelaksanaan pengembangan model kawasan mandiri benih padi, kedelai dan jagung ini dilakukan pada daerah–daerah sentra produksi padi, kedelai dan jagung yang permasalahan utama dalam meningkatkan produksi terkendala akibat kurang tersedianya benih unggul yang bermutu. Kegiatan ini juga dilaksanakan
terutama di daerah yang
masyarakat taninya sudah mengenal dan mau menggunakan teknologi yang sudah ada termasuk penggunaan varietas-varietas unggul yang telah dilepas. Kegiatan
ini dilaksanakan dengan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian, Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), Badan Pelaksanana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan setempat dan BPP yang ada di lokasi masing–masing yang wilayah kerjanya terlibat dengan kegiatan ini. semua instansi yang terlibat bersama tim turut menentukan lokasi dan penangkar yang terlibat didalamnya sehingga diharapkan nantinya penyuluh baik yang PNS ataupun yang THL yang ada di BPP tersebut. 2.2. Waktu dan Tempat Kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar padi, jagung dan kedelai dilaksanakan mulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2015. Lokasi kegiatan Kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah di Provinsi Acehadalah sebagai berikut : 1. Komoditi padi di Desa Pulo Raya Kecamatan Titeue dan Desa Paloh Tengoh Kecamatan Kemala Kabupaten Pidie,
14
2. Komoditi jagung di Desa Sigleng Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh Selatan, 3. Komoditi Kedelai di Desa Kayee Jato Kecamatan Bandarbaru Kabupeten Pidie Jaya. 2.3. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Ruang lingkupKegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah di Provinsi Aceh. No
Kegiatan
1.
Identifikasi Lokasi
2.
Perencanaan Kebutuhan Benih
3.
Identifikasi dan penentuan petani/calonPenangkar
4.
Penyediaan benih sumber
5.
Pendampingan Produksi benih
6.
Pelatihan petugas dan petani Penangkar
7.
Pelaporan
8.
Seminar
Keluaran Data potensi dan sumberdaya wilayah kegiatan Pengembangan Model Kawasan Mandiri Benih Padi, Kedelai dan Jagung serta sarana pendukung kegiatan. Data kebutuhan benih Kelas FS, SS dan ES pada masing-masing kawasan Jumlah dan luas petani/kelompok tani penangkar binaan Paket teknologi Pengankaran benih yang akanditerapkan Tersedianya benih sumber untuk perbanyakan benih sebar. Diperoleh benih sebar bermutu dengan ketersediaan benih yang memenuhi kriteria 6 tepat Petani dan petugas memahami teknis perbanyakan benih padi, kedelai dan jagung serta melanjutkan kepada proses sertifikasi benih. Laporan bulanan Laporan tengah tahunan Laporan akhir Seminar hasil kegiatan
15
2.4. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan Bahan dan alat yang digunakan berupa ATK, saprodi (benih padi dan kedelai varietas unggul baru komposit: Inpari-30, Anjasmoro dan tetua Jagung hibrida Bima 20 URI (induk jantan Nei 9008 P dan Materi Benih Induk Betina adalah G180//MR14), berbagai macam pupuk, pestisida, cangkul, timbangan, meteran, tali ajir, handspayer, dan lain-lain. Pada dasarnya untuk menghasilkan benih bersertifikat harus melalui 27 tahap kegiatan seperti tabel di bawah ini : Tabel 2. Tahapan Proses menghasilkan Benih Bersertifikat No. 1.
Tahapan
Kegiatan
Menentukan varietas, memilih
Pekerjaan ini dimulai sejak awal atau 9
areal dan konsultasi
minggu s/d 11 minggu sebelum tanam. a. Varietasnya
disesuai
dengan
kehendak
penangkar benih dan kebutuhan petani pemakai benih, kelas benih yang ditanam lebih tinggi dari pada kelas benih yang akan dihasilkan, benih yang akan ditanam harus mempunyai label/segel, b. Areal
pertanaman
sebaiknya
dipilih:
pengairannya terjamin,bekas pertanaman yang tidak sejenis dari varietas yang sama. 2.
Mengajukan Sertifikasi Benih
Permohonan Penangkar
benih
permohonan
harus
sertifikasi
mengajukan
benih
kepada
UPTDBalai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh melalui
petugas
pada
masing-masing
kabupaten setempat dan paling lambat 10 hari sebelum tabur.
16
3.
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah baik untuk pertanaman dan/atau untuk persemaian dimulai sejak 6 s/d 8 minggu sebelum tanam. Hal ini bertujuan untuk menghindari pengaruh sampingan dari proses pelapukan bahan organik dan rumputrumputan yang berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman.
4.
Pemeriksaan
lapangan Pemeriksaan lapangan pendahuluan dilakukan
pendahuluan
pada waktu sebelum pengolahan tanah sampai dengan sebelum tanam. Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh petugas lapangan/pengawasan benih yang ditunjuk/ ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh.
5.
Menabur
dan
persemaian
memelihara Penangkar benih dapat menaburkan benihnya
(khusus
untuk (untuk
tanaman yang tanam pindah)
tanaman
yang
membutuhkan
persemaian) pada persemaian kurang lebih 3 minggu
sebelum
tanam
dan
selanjutnya
persemaian dipelihara sampai cukup waktunya untuk dicabut/dipindahkan ke lapangan. Disini juga
dilakukan
pemupukan,
pengairan,
pemberantasan hama/penyakit, dan seleksi/ roguing. 6.
Menanam Bibit/Benih
Batas
waktu
tanam
dalam
satu
blok
pertanaman adalah maksimal 7 hari, apabila waktu penanaman lebih dari 7 hari, maka hendaknya blok ini dijadikan sebagai blok yang lain/terpisah. 7.
Seleksi Vegetatif
atau
Roguing
Fase Seleksi dimulai pada umur 12, 48 hari setelah tanam
atau
disesuaikan
dengan
masing-
17
masing
komoditas
tanaman.
Seleksi
ini
didasarkan pada sifat-sifat tanaman antara lain (tergantung komoditi) : bentuk tanaman, warna pangkal batang, warna permukaan daun, warna telinga dan lidah daun, warna hipokotil dan sebagainya. 8.
Pemberitahuan
Pemeriksaan Penangkar
Lapangan Fase Vegetatif
benih
harus
menyampaikan
pemberitahuan untuk pemeriksaan lapangan untuk fase vegetatif
kepada UPTD Balai
Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh melalui petugas
lapangan/pengawas
benih
di
Kabupaten setempat pada minggu keempat setelah tanam atau menurut jadwal masingmasing jenis komoditas. 9.
Pemeriksaan
lapangan
fase
vegetatif (pertama)
Pemeriksaan
lapangan
fase
vegetatif
(pertama) dilakukan pada minggu kelima s/d keenam (sesuai dengan komoditas) setelah tanam. Apabila pada pemeriksaan ini areal pertanaman tidak memenuhi standar, maka dilakukan
pemeriksaan
lapangan
pertama
(ulangan) pada minggu kedelapan setelah tanam. 10.
Seleksi/Roguing Fase Berbunga
Seleksi dimulai pada umur 9 s/d 10 minggu atau sesuai dengan komoditas masing-masing, yaitu apabila tanaman sudah berbunga. Seleksi fase
berbunga
dimaksudkan
untuk
menghilangkan tanaman yang sifat-sifatnya menyimpang
dari
diskripsi
yang
telah
ditetapkan oleh pemulia tanaman/instansinya,
18
misalnya: tinggi tanaman, berbunga terlalu cepat,
bentuk
gabah/polong,
ukuran
gabah/polong/biji, warna polong/ujung gabah dan sebagainya. 11.
Pemberitahuan Fase
Pemeriksaan Penangkar
Berbunga
benih
harus
memberitahukan
Termasuk pemeriksaan lapangan fase berbunga pada
Ulangan
minggu kesembilan, pemeriksaan lapangan harus tepat pada waktunya, sehingga apabila pada pemeriksaan lapangan tidak memenuhi standar
lapangan
masih
mempunyai
kesempatan untuk mengulang. 12.
Pemeriksaan
lapangan
berbunga (kedua)
fase Pemeriksaan lapangan fase berbunga (kedua) dilakukan pada minggu kesepuluh setelah tanam atau sesuai dengan
jadwal masing-
masing komoditas. Apabila pada pemeriksaan lapangan ini areal pertanaman tidak memenuhi standar lapangan, maka pemeriksaan lapangan ulangan dilakukan selambat-lambatnya minggu kesebelas setelah tanam atau sesuai dengan jadwal masing-masing komoditas. 13.
Seleksi fase masak
Seleksi ini dilakukan pada minggu ke-12 sampai 15 setelah tanam tergantung komoditi, seleksi
fase
menghilangkan
masak tanaman
bertujuan yang
untuk sifatnya
menyimpang dari diskripsi seperti : tinggi tanaman, berbunga terlalu lambat, bentuk gabah/polong,
ukuran
gabah/polong/biji,
warna polong/ujung gabah dan sebagainya 14.
Pemberitahuan
pemeriksaan Penangkar
benih
harus
memberitahukan
19
lapangan fase masak
pemeriksaan lapangan fase masak kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh atau
kepada
petugas
lapangan/pengawas
benih kabupaten setempat pada minggu ketiga belas setelah tanam atau 2 sampai 3 minggu sebelum saat panen. 15.
Pemeriksaan
lapangan
masak
fase
Pemeriksaan lapangan fase masak dilakukan hanya
satu
kali.
Apabila
hasil
lapangan
memenuhi standar untuk kelas benih yang dimaksud
maka
pertanaman
tersebut
dinyatakan lulus/memenuhi standar lapangan. Sedangkan
apabila
hasil
pemeriksaan
lapangan ternyata tidak memenuhi standar, maka
penurunan
kelas
benih
diizinkan
sepanjang data hasil pemeriksaan lapangan memenuhi standar untuk kelas benih yang bersangkutan. 16.
Pelaksanaan panen
Pelaksanaan panen dilakukan setelah tanaman atau apabila butir-butir/polong benih telah menunjukkan kemasakan di atas 80%.
17.
Pengawasan panen
Pengawasan panen dilakukan oleh petugas lapangan/pengawas
benih
UPTD
Balai
Perbenihan Pertanian di kabupaten setempat pada saat pelaksanaan panen. Pengawasan panen bertujuan untuk memeriksa : benih yang
sedang
pertanaman
dipanen terhindar
pada dari
satu
blok
percampuran
dengan benih dari blok lainnya, kemudian alat atau wadah untuk panen, bersih dan terhindar
20
dari percampuran dengan varietas lain. 18.
Pemberitahuan
pemeriksaan Penangkar benih harus mengajukan membe-
alat-alat prosessing/gudang
ritahukan
pemeriksaan
alat-alat
prosessing/gudang paling lambat satu bulan sebelum panen. 19. 20.
Pemeriksaan
alat-alat Dilakukan sebelum alat-alatprosessing/gudang
prosessing/gudang.
tersebut digunakan.
Pengolahan benih.
Pengolahan benih adalah kegiatan perontokan, pengeringan, pembersihan, pemberian obatobatan pencegah hama/penyakit, pengepakan benih dan pekerjaan lain sebelum benih dipasarkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah benih tersebut tidak tercampur dengan varietas lain, identifikasi
kelompok
penangkar,
seperti
nomor kelompok, jenis tanaman/varietas, asal lapangan jumlah benih dan tanggal panen, kadar air yang tepat, benih diusahakan agar seminimal mungkin tidak terdapat gabah yang hampa. 21.
Pengawasan pengolahan benih
Pengawasan pengolahan benih dilakukan oleh petugas
lapangan/
pengawas
benih
di
kabupaten setempat pada saat pengolahan benih dilaksanakan. 22.
Pemberitahuan contoh benih
pengambilan
Pemberitahuan
pengambilan
contoh
benih
diajukan apabila : a. Benih yang akan diambil contohnya telah dimasukkan kedalam wadah yang bersih. b. Benih telah diatur dan disimpan sedemikian
21
rupa sehingga menjadi suatu kelompok benih
yang
homogen
tanda/keterangan
disertai
dengan
mengenai:
nomor
kelompok benih, jenis tanaman/varietas, areal lapangan, jumlah benih dan tanggal panen. 23.
Pengambilan contoh benih
Pengambilan contoh benih dilakukan oleh petugas
lapangan/pengawas
ditunjuk/ditugaskan
oleh
benih UPTD
yang Balai
Perbenihan Pertanian di kabupaten setempat atas dasar pemberitahuan dari penangkar benih. 24.
Pengujian benih di laboratorium
Pengujian benih dilakukan di laboratorium benih
UPTD
Balai
Perbenihan
Pertanian
Provinsi Aceh di Banda Aceh. 25.
Permintaan label
Penangkar
benih
dapat
memesan
atau
membeli label serta pemasangannya kepada UPTD Balai Perbenihan Pertanian atau melalui petugas lapangan/pengawas benih UPTD Balai Perbenihan Pertanian Kabupaten setempat. Jumlah label sesuai dengan Tonase (volume benih) dari kelompok benih yang telah lulus pengujian laboratorium untuk masing-masing kelas benihnya. Setiap label harus dilegalisir dan mempunyai nomor-nomor seri label yang dikeluarkan
oleh
UPTD
Balai
Perbenihan
Pertanian Provinsi Aceh. 26.
Pemasaran benih.
Batas
waktu
maksimum
benih
tersebut
dipasarkan adalah sesuai dengan ketentuan
22
yang telah ditetapkan untuk masing-masing komoditas tanaman. Lebih dari waktu yang telah ditetapkan tersebut, maka benih harus diuji kembali di laboratorium. Apabila benih yang diuji kembali itu memenuhi standar mutu yang ditetapkan, untuk masing-masing kelas benih maka benih tersebut dapat dipasarkan kembali.
Tetapi
apabila
standar
mutu
yang
tidak
memenuhi
ditetapkan,
maka
penurunan kelas benih diujikan sepanjang benih tersebut memenuhi standar mutu untuk kelas benih yang bersangkutan. 27.
Pengawasan pemasaran benih
Pengawasan pemasaran benih dilakukan oleh pengawas benih yang ditunjuk ditugaskan oleh UPTD Balai Perbenihan Pertanian Provinsi Aceh.Pada benih yang dipasarkan sewaktuwaktu akan datang pengawas benih untuk memeriksa serta mengambil contoh benih dalam rangka pengecekan mutu benih untuk menghindari manipulasi data yang tercantum pada label.
23
III. HASIL DAN PEMBAHASAN SEMENTARA 3.1. Gambaran Umum Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahyang dibangun berdasarkan pada Model Sistem Perbanihan Berbasis Masyarakat yang dikembangkan oleh
Consortium for Unfavourable Rice Environment (CURE), IRRI yang terdiri dari sub-sistem sebagai berikut: Tabel 8. Model Sistem Perbenihan Berbasis Masyarakat Sub-sistem Teknologi
Sub-sistem Proses
Varietas baru adaptif DPI Penilaian kebutuhan Manajemen kesehatan Pemilihan varietas benih Pengelolaan tanaman Pelatihan terpadu Tanaman dan Kunjungan lapangan manajemen sumberdaya alam Keterangan: DPI : dampak perubahan iklim Sumber: CURE, IRRI
Sub-sistem Dukungan Organisasi pelaksanaan Hubungan pasar (pengguna) Local champion (penangkar lokal andalan) Jaminan mutu
Balai penelitian yang dalam hal ini terdiri atas Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) dan Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) bertanggung jawab pada penyediaan teknologi dan manajemen kesehatan benih serta menyediakan benih sumber pada Sub-sistem Teknologi. Sub-sistem Proses dilakukan bersama oleh Balai Penelitian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan pengguna (petani dan penangkar) dalam memilih varietas baru yang sesuai dengan kondisi spesifik lokasi. Dalam upaya penyediaan benih di suatu kawasan dari varietas yang sesuai dengan preferensi pengguna perlu melibatkan penangkar lokal unggulan (local champion) dengan organisasi pelaksanaan, hubungan pemasaran dan jaminan mutu dibina bersama oleh Balai Penelitian dan BPTP dalam Subsistem Dukungan.
24
Alur produksi dan distribusi benih mengikuti Sistem Perbenihan Nasional untuk varietas padi, jagung, dan kedelai yang belum populer. Sejalan dengan alur penyediaan benih sumber yang bermutu, dan tersedia dalam jumlah yang sesuai kebutuhan, maka perbanyakan benih sumber (NS-BS) menjadi benih sumber FS, SS, sampai ES, memerlukan sinkronisasi dan sinergi dari Balit Komoditas, BPTP dan Penangkar Lokal NS
Balai Penelitian Komoditas (UPBS)
Label Kuning
BS
Balai Penelitian Komoditas (UPBS)
Label Putih
FS
Balai Penelitian Komoditas (UPBS)
Label Ungu
SS
BPTP (UPBS)
Label Biru
ES
Calon Penangkar
Gambar 1. Alur produksi dan distribusi benih Pada alur produksi dan distribusi benih tersebut (Gambar 1) sangat membutuhkan dukungan dan peran BPTP sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balitbangtan di daerah, yang secara Tugas dan Fungsi salah satunya adalah mendiseminasikan inovasi pertanian spesifik lokasi, termasuk didalamnya adalah teknologi perbenihan padi, jagung, dan kedelai. Peran BPTP dan sinerginya dengan kelembagaan perbenihan daerah, terutama dengan Penangkar Benih Lokal sangat nyata dan dibutuhkan dalam mendukung logistik benih daerah untuk mewujudkan Kawasan Mandiri Benih.Partnership (antara K/L dan petani/penangkar), Ownership (rasa memiliki dari komunitas/petani), dan Promotion (temu lapang) merupakan kunci keberhasilan dari implementasi model ini (Monjo dan Mgonja, 2004). Balitkomoditas adalah balai pelaksana pemuliaan tanaman yang menghasilkan varietas unggul baru beserta benih inti dan benih sumber klas BS dan FS yang diproduksi oleh UPBS Balitkomoditas. UPBS Balitkomoditas penghasil benih sumber padi, jagung dan kedelai secara berurutan BB Padi, Balitsereal, Balitkabi menguasai teknologi produksi
25
benih dan telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001-2008 untuk memproduksi benih sumber klas BS dan FS.
Gambar 2. Pola pembentukan model Kawasan Mandiri Benih BPTP mengidentifikasi Calon Penangkar yang menyediakan benih di suatu wilayah namun belum mendaftarkan kegiatan produksi benih mereka kepada dinas pertanian dan melakukan sertifikasi benih yang diproduksi pada BPSB. Dalam upaya meningkatkan mutu benih produksi calon penangkar BPTP menyelenggarakan sekolah lapang produksi benih dengan mengadakan laboratorium lapang produksi benih sumber klas SS pada luasan 1 ha. Varietas yang ditanam pada LL adalah varietas yang telah melalui uji adaptasi dan disukai oleh pengguna di lokasi tersebut. Teknik produksi benih yang diterapkan adalah teknik produksi benih yang dilakukan Balitkomoditas dengan pendampingan teknologi dan manajemen mutu oleh UPBS Balitkomoditas.
26
3.2.
Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Padi. Kegiatan konsultasi dan koordinasi pelaksanaan Model Penyediaan Benih untuk
Pemenuhan Kebutuhan Wilayah melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar Padi bertemu dengan kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pidie dan kemudian dilanjutkan dengan menemui Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pidie untuk menjelaskan dan menerima masukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan tersebut. Calon penangkar yang ditargetkan menjadi penangkar benih pada model kawasan mandiri benih adalah calon penangkar (penangkar non formal), yaitu penangkar yang sudah terbiasa memproduksi benih tetapi dalam proses produksinya belum melakukan sertifikasi benih oleh BPSB. BPTP berkoordinasi dengan BPSB mengidentifikasi calon penangkar yang akan dibina. Penangkar non formal ini selanjutnya mendapatkan bimbingan dari BPTP dalam hal teknik produksi benih (pra dan pasca panen) serta proses sertifikasi benih, sehingga penangkar non formal tersebut dapat berkembang menjadi penangkar formal. Pemilihan calon lokasi model kawasan mandiri benih didasarkan pada luas areal tanam PJK. Artinya model kawasan mandiri benih tersebut berada pada daerah sentra maupun pengembangan PJK. Dalam pemilihan lokasi yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah kemudahan akses ke lokasi produksi (kondisi jalan, transportasi), kondisi fisik lokasi, dan isolasi. Lahan untuk produksi benih sebaiknya lahan bera atau bekas pertanaman varietas yang sama, atau varietas lain yang karakteristik pertumbuhannya berbeda. Lahan dalam kondisi subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik, bebas dari sisa tanaman atau varietas lain. Isolasi jarak minimal antara dua varietas yang berbeda adalah 3 meter. Apabila tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu pembuangan yang berbeda bagi pertanaman dari varietas yang umurnya relative sama perlu dilakukan isolasi waktu tanam sekitar empat minggu.
27
Adapun lokasi kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Padi dilaksanakan pada Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Tabel 9.Lokasi Kegiatan Model Penyediaan Benih Padi untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya di Kabupaten Pidie No
Uraian
Keterangan
1.
Kabupaten
Pidie
2.
Kecamatan
Titeue
Keumala
3.
Desa
Polo Raya
Paloh Tengoh
4.
Kelompok Tani
Bintang Pade
Udep Tani
5.
Ketua Kelompok
M. Yunus
T. Idris
6.
Jumlah Petani calon penangkar
8 Orang
9 Orang
7.
Varitas yang dikembangkan
Inpari 30
Inpari 30
8.
Luas tanam penangkaran benih
2 Ha
2 Ha
a. Preferensi petani dan pengguna terhadap Keragaan Tanaman Preferensi petani dan pengguna dikaji dengan melakukan Focos Group Discussion (FGD) pada lokasi perbanyakan benih padi UPBS BPTP Aceh Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie. Pada lokasi tersebut terdapat beberapa varietas yang dapat dipilih petani dan calon penangkar. Varietas yang tersedia adalah Ceherang, Inpari 16, 30, 31, 32 dan Inpari Sidenuk. Karakter yang dinilai oleh responden diantara keragaan tanaman (meliputi penilaian secara umum terhadap penampilan tanaman seperti tinggi, jumlah anakan produktif, malai), karakter gabah (bentuk, ukuran, dan warna gabah), kakter beras (bentuk, ukuran, dan warna beras), dan karakter nasi (tekstur, aroma, rasa, dan warna nasi).
28
Keragaan tanaman merupakan karakter yang mudah dilihat oleh petani dan pengguna di lapangan produksi. Preferensi VUB dilihat dari rentang 1 – 3 ( tidak suka, suka dan sangat suka). Hasil preferensi 3 varietas terhadap keragaan tanaman dapat dilihat pada gambar berikut :
100.00 50.00 Suka 0.00
Sangat Suka
Gambar 3. Preferensi petani/pengguna terhadap keragaan tanaman Berdasarkan data diatas diketahui bahwa para petani maupun pengguna VUB menyenangi tanaman yang relatif tinggi (74,51 % suka). Hal ini disebabkan kebiasaan petani di Provinsi Aceh mereka malakukan panen dengan memotong pada bagian tengah batang padi, oleh karena itu mereka cendrung tidak suka tanaman padi yang pendek/rendah karena akan menyulitkan pada waktu panen. Karakter lain yang menjadi perhatian adalah umur tanaman (64,71 % Suka), para petani menyukai umur tanaman yang tergolong sedang yaitu kisaran 110 – 120 hari setelah semai. Terdapat 25,49 % petani/pengguna yang tidak menyukai umur tanaman yang sangat genjah (kisaran kurang dari 100 hss). Posisi daun bendera juga mendapat perhatian yang besar dari petani/pengguna di Provinsi Aceh, terdata sebesar 60,78 % responden menyukai posisi daun bendera yang tegak, hal ini dipandang dapat mengurangi serangan hama terutama hama burung. Faktor lain yang juga dianggap penting adalah
29
mengenai kerontokan gabah 58,82 % responden menyukai gabah yang relatif mudah rontok, hal ini menyangkut dengan tingkat kebersihan gabah, karena gabah yang relatif bersih biasanya mempunyai harga yang lebih baik. b. Preferensi VUB terhadap tingkat ketahanan hama dan penyakit Ketahanan hama maupun penyakit tanaman padi merupakan salah satu faktor penentu produksi dan produktivitas tanaman padi di Indonesia, sering kali mengalami penurunan bahkan sampai terjadi puso akibat adanya serangan hama. Hal ini disebabkan selain iklim indonesia sangat menunjang perkembangan populasi hama juga sangat dipengaruhi oleh perilaku petani yang menanam padi secara terus-menerus tanpa adanya pergantian tanaman. Kondisi seperti ini akan menyediakan inang hama padi secara kontinyu tanpa terputus. Selain itu perkembangan populasi hama juga disebabkan oleh matinya musuh-musuh alami akibat dari penggunakan pestisida kimiawi yang kurang tepat dan kurang bijaksana. Hasil Survey preferensi petani/pengguna terhadap ketahanan hama dan penyakit dapat dilihat pada gambar berikut.
70.00 60.00 50.00 40.00
Hama
30.00
Penyakit
20.00 10.00 0.00 Tdk suka
Suka
Sangat Suka
Gambar 4. Preferensi petani/pengguna terhadap ketahanan hama dan penyakit Ketahanan suatu varietas padi terhadap gangguan hama maupun penyakit berbeda-beda. Tanggapan responden terhadap pilihan mana yang lebih penting apakah
30
suatu varietas lebih tahan terhadap hama ataupun penyakit, maka 62,75 % responden menghendaki tanaman lebih tahan terhadap penyakit. c. Bentuk, ukuran dan warna gabah Bentuk, ukuran dan warna gabah merupakan gambaran dari bentuk, ukuran dan warna beras nantinya. Hal ini sangat erat hubungannya dengan keinginan konsumen tantang bentuk dan ukuran beras yang pada akhirnya akan mempunyai nilai jual yang berbeda pula. Hasil Survey preferensi petani/pengguna terhadap bentuk, ukuran dan warna gabah dapat dilihat pada gambar berikut :
70.00 60.00 50.00 Bentuk gabah
40.00
Ukuran gabah 30.00
Warna gabah
20.00 10.00 0.00 Tdk suka
Suka
Sangat Suka
Gambar 5. Preferensi petani/pengguna terhadap bentuk, ukuran dan warna gabah Dari ketiga parameter gabah, semua responden menganggap penting, hal ini terlihat bahwa bentuk, ukuran dan warna gabah mempunyai nilai lebih dari 50 %. Bila dilihat lebih jauh maka ukuran gabah merupakan karakter yang paling disukai atau paling penting (62,75%) yang diikuti dengan warna gabah (60,78 %). Ukuran gabah yang lebih besar akan menghasilkan beras yang kepala yang lebih banyak pula, sedangkan ukuran gabah yang kecil akan menyebabkan relatif banyak beras yang patah.
31
d. Tekstur, aroma, warna dan rasa nasi Tekstur nasi yang disukai adalah tekstur pulen, pada umumnya di daerah Aceh masyarakat menyukai tekstur nasi yang pulen. Hasil Survey preferensi petani/pengguna terhadap tekstur, aroma, warna dan rasa nasi dapat dilihat pada gambar berikut :
70.00 60.00 50.00 40.00
Tdk suka
30.00
Suka
20.00
Sangat Suka
10.00 0.00 Tekstur nasi pulen
Aroma nasi
Warna nasi
Rasa nasi
Gambar 6. Preferensi petani/pengguna terhadap tekstur, aroma, warna dan rasa nasi Warna dan aroma nasi merupakan karakter yang penting bagi masyarakat Aceh, 68,63 % responden menyukai warna nasi yang putih bersih yang diikuti dengan aroma nasi sebesar 56,86 %. e.Preferensi petani/pengguna terhadap varietas Dari penjelasan diatas pada akhirnya kesukaan petani/pengguna terhadap 6 (enam) varietas yang ada yaitu Ceherang, Inpari 16, 30, 31, 32 dan Inpari Sidenuk dapat dilihat pada gambar berikut :
32
20 15 10 5 0 Ceherang
Inpari 16
Inpari 30
Inpari 31
Inpari 32
Inpari Sidenuk
Gambar 7. Preferensi petani/pengguna terhadap penampilan varietas Pelaksanaan Penangkaran benih padi varietas yang telah terpilih dilakukan dengan menerapkan sistem produksi benih padi. Benih sumber yang digunakan untuk pertanaman produksi benih satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang diproduksi dalam hal ini menggunakan benih kelas FS untuk memproduksi benih kelas SS. Benih tersebut berasal dari UPBS BPTP Aceh. Pemeriksaan benih sumber mencakup sertifikasi benih yang berisi informasi mengenai asal benih, varietas, tanggal panen maupun mutu benih (daya berkecambah, kadar air, dan kemurnian fisik benih).Informasi ini diperlukan untuk kelengkapan proses pengajuan sertifikasi benih. Persemaian Kondisi lahan untuk persemaian adalah lahan bekas pertanaman padi dengan melakukan pengolahan tanah sambil sanitasi. Teknik pembuatan persemaian adalah sebagai berikut : •
Tanah diolah, dibajak, dibuatkan bedengan dan dibiarkan dalam kondisi macak-macak selama beberapa hari sampai lahan stabil, baru dilakukan penebaran benih padi. Sebelum disebar, benih direndam terlebih dahulu selama 12 jam, kemudian diperam 24 jam dengan kreteria panjang akar/tunas tidak lebih dari 1 cm. akar/tunas yang panjang akan menyulitkan penebaran benih.
33
•
Pupuk yang digunakan di lahan persemaian adalah urea, SP-36, dan KCI masingmasing dengan takaran 15 g/m.
•
Kebutuhan benih untuk 1 ha areal pertanaman adalah 25 kg.
Penyiapan Lahan •
Persiapan lahan untuk pertanaman mirip dengan persemaian, namun tanpa pembuatan bedengan.
•
Tanah diolah secara sempurna, yaitu dibajak (pertama), digenangi selama dua hari dan dikeringkan selama tujuh hari, lalu dibajak kembali (kedua), digenangi selama dua hari dan dikeringkan lagi selama tujuh hari. Tarakhir, tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan.
Penanaman •
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-20 hari, 1 - 2 bibit perlubang.
•
Jarak tanam 20 cm x 20 cm dengan pola tanam legowo 2 : 1
•
Sisa bibit yang telah dicabut di persemaian diletakan dibagian pinggir petakan, nantinya digunakan untuk menyulam.
•
Penyulaman dilakukan paling lambat tujuh hari setelah tanam, dengan bibit dari varietas dan umur yang sama.
Pemupukan Kesuburan tanah beragam antar lokasi karena perbedaan sifat fisik dan kimianya. Dengan demikian, kemampuan tanah untuk menyediakan hara bagi tanaman juga berbeda. Pemupukan dimaksudkan untuk menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Agar efisien, takaran pupuk disesuaikan dengan kondisi lahan setempat.Untuk pupuk SP36 dan KCI, takarannya disesuaikan dengan ketersediaan hara P dan K dalam tanah. Untuk pupuk urea, takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman melalui pemantauan dengan Bagan Warna Daun (BWD).
34
Pengairan Sejak tanam hingga seminggu kemudian, air perlu tersedia secara cukup untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman. Ketinggian air sekitar 2-3 cm untuk mendorng peetumbuhan anakan baru. Jika permukaan air terlalu tinggi, pertumbuhan anakan tertekan. Tanaman padi umumnya memerlukan aerasi yang baik. Penyiangan Penyiangan bertujuan untuk membebaskan tanaman dari gangguan gulma. Penyiangan dilakukan paling sedikit dua atau tiga kali, tergantung keadaan gulma, menggunakan landak atau gasrok. Penyiangan dilakukan pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua.Ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, jika gulma sudah dikendalikan. Pengendalian hama dan penyakit Hama dan penyakit tanaman merupakan faktor penting yang menyebabkan suatu varietas tidak mampu menghasilkan seperti yang diharapkan. Karena itu, pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu. Rouging/Seleksi Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetic yang tinggi, oleh karena itu rouging perlu dilakukan dengan benar dan dimulai pada fase vegetative sampai akhir pertanaman.Rouging adalah kegiatan membuang rumpun-rumpun atau batang tanaman yang cirri-ciri morfologisnya menyimpang dari cirri-ciri varietas tanaman yang benihnya diproduksi. Hal-hal berikut dapat dipedomani sebagai patokan dalam pelaksanaan roguing: Stadia vegetatif awal (35-45 HST) •
Tanaman yang tumbuh diluar jalur/barisan
•
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun yang lain
35
•
Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dengan sebagian besar rumpunrumpun lainnya
•
Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dengan sebagian besar rumpun-rumpun yang lain
•
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)
Stadia vegetatif akhir/anakan maksimum (50-60 HST) •
Tanaman yang tumbuh diluar jalur/barisan
•
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari sebagian besar rumpunrumpun yang lain
•
Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dengan sebagian besar rumpunrumpun lainnya
•
Tanaman yang warna kaki atau helai daun dan pelepahnya berbeda dengan sebagian besar rumpun-rumpun yang lain
•
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)
Stadia generatif awal/berbunga (85-90 HST) •
Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpunrumpun yang lain
•
Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lainnya
•
Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun yang lain
•
Tanaman /rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda
•
Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda
Stadia generatif akhir/masak (100-115 HST) •
Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpunrumpun yang lain
•
Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dengan sebagian besar rumpun-rumpun lainnya
36
•
Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun yang lain
•
Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang
•
Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda
•
Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah, warna gabah, dan ujung gabah (rambut/tidak berambut) berbeda.
Panen •
2 meter tanaman yang paling pinggir dipanen terpisah dan gabah dari tanaman tersebut tidak digunakan sebagai calon benih.
•
Panen dilakukan dengan cara memotong batang tanaman dibagian tengah, kemudian bagian tanaman yang dipanen dirontok dengan thresher.
•
Lakukan pengukuran kadar air biji atau benih pada saat tanaman dipanen menggunakan moisture meter.
•
Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label: nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman, dan berat calon benih, lalu diangkut ke ruang pengolahan benih.
•
Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon bdan kadar air benih saat panen.
Penjemuran • Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antar benih dari varietas yang berbeda. • Gunakan alas dibagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi dibagian bawah hamparan. • Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati. • pengeringan menggunakan sinar matahari, penjemuran memerlukan waktu 23hari dengan lama penjemuran 4 - 5 jam per hari. • Pengeringan dilakukan hingga kadar air telah mencapai atau telah memenuhi standar mutu benih bersertifikat (lebih kecil dari 13%).
37
Pengolahan dan pengemasan Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengolahan benih mulai dari pengeringan sampai pemilahan, terutama untuk menghindari benih tercampur dengan varietas lain, diantaranya adalah: •
Sebelum proses pengolahan dimulai, siapkan, cek peralatan, dan bersihkan alat-alat yang akan digunakan. Pastikan peralatan berfungsi dengan baik dan benar-benar bersih dari kotoran maupun sisa-sisa benih lainnya.
•
Untuk menghindarkan terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari satu varietas diolah sampai selesai, kemudian baru dilakukan pengolahan untuk varietas lainnya.
•
Tempatkan benih hasil dalam karung yang baru dan diberi label yang jelas didalam dan diluar karung.
•
Pengemasan
bertujuan
untuk
mempermudah
penyaluran/trasnportasi,
untuk
melindungi benih selama penyimpanan, terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan hama dan penyakit. Tabel 10.Hasil Benih Kegiatan Model Penyediaan Benih Padi untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya di Kabupaten Pidie. No
Uraian
Kec. Titeue
1.
Luas tanam penangkaran benih
2.
Varitas yang dikembangkan
Inpari 30
Inpari 30
3.
Tanggal Tanam
22 Juni 2015
22 Juni 2015
4.
Tanggal Panen
30 Sept 2015
30 Sept 2015
5.
Hasil Benih bersertifikat
5.300 kg
7.350 kg
6.
Luas Tanam padi Desa
Polo Raya 350 ha Paloh Teungoh 455 ha
7.
Penyaluran Benih
Daerah sekitarnya
2 Ha
Kec. Keumala 2 Ha
Daerah sekitarnya
38
Tabel 11.Luas tanam dan luas panen padi di Kabupaten Pidie tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Kecamatan Geumpang Mane Glumpang Tiga Glumpang Baro Mutiara Mutiara Timur Tiro/Truseb Tangse Keumala Titeue Sakti Mila Padang Tiji Delima Grong-grong Indrajaya Peukan Baro Kembang Tanjong Simpang Tiga Kota Sigli Pidie Batee Muara Tiga Total
Luas Tanam (ha) 1.128 522 1.856 1.315 1.449 2.625 3.062 2.971 1.681 1.763 3.285 3.749 5.251 1.320 882 1.662 1.843 1.898 1.556 1.276 451 2.216 43.761
Luas Panen (Ha) 564 503 1.906 1.312 1.398 2.202 2.841 2.658 1.681 1.640 3.746 2.995 5.342 1.806 848 1.746 1.858 1.891 1.305 1.047 511 1.741 41.542
Berdasarkan data diatas hasil benih padi pada lokasi Kecamatan Titue sebanyak 5.300 kg, dengan ansumsi kebutuhan benih per hektar 25 kg maka hasil penangkaran hanya mampu menyediakan benih untuk 212 ha, untuk tingkat desa terpenuhi 60,57% dan untuk tingkat kecamatan yang bersangkutan sebesar 0,50 %, sementara kebutuhan benih Kecamatan Titue pada tahun 2013 adalah 44.075 kg. Untuk Kecamatan Kemala hasil yang diperoleh sebanyak 7.350 kg hanya mampu menyediakan benih sebanyak 294 ha, untuk tingkat desa terpenuhi 64,61 % dan untuk tingkat kecamatan yang bersangkutan sebesar 0,70 %, sementara kebutuhan benih Kecamatan Kemala pada tahun 2013 adalah 42.025 kg. Total kebutuhan benih Kabupaten Pidie adalah 1.094 ton, dengan ansumsi
39
maksimal hasil per hektar 4 ton maka pada Kabupaten ini dibutuhkan luas penangkaran benih padi sebanyak 273 hektar. 3.3.
Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Jagung. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan
Kebutuhan Wilayah melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar Jagung sangat penting dilakukan untuk menyatukan persepsi antara pihak BPTP, Dinas Pertanian, Badan Pelaksana Penyuluhan pada tingkat kabupaten dalam rangka mensukseskan kegiatan tersebut. Kegiatan konsultasi dan koordinasi pelaksanaan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar jagung bertemu dengan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh selatan dan kemudian dilanjutkan dengan menemui kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Selatan . Swasembada jagung berkelanjutan merupakan program utama Kementerian Pertanian di periode 2015-2019. Sebagai salah satu komoditas utama yang diprogramkan oleh pemerintah, peran jagungcukup strategis dan merupakan komoditas bahan baku industri pakan. Dalam rangka memenuhi permintaan Jagung tersebut, maka harus diupayakan agar produksi dapat ditingkatkan. Upaya peningkatan produksi komoditas ini di Indonesia sering dihadapkan pada tidak tersedianya benih sesuai permintaan petani dan pasar. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan produksi benih bermutu, diantaranya melalui program Pengembangan Model, yang melibatkan berbagai institusi dan stakeholder, diantaranya adalah Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), Balai Benih Induk (BBI), produsen dan penangkar benih, untuk memproduksi benih bermutu di sentra-sentara produksi.
40
Kebutuhan benih untuk pengembangan jagung di suatu wilayah diestimasi oleh BPTP berdasarkan data luas tanam jagung di wilayah (provinsi/kabupaten) tertentu yang dapat diperoleh dari Dinas Pertanian atau BPS. Kebutuhan benih di suatu wilayah diestimasi luas areal tanam dikalikan kebutuhan benih Jagung 20 kg/ha, sebagai acuan umum. Pangsa benih bersertifikat di suatu wilayah dan varietas yang diproduksi benihnya dapat diestimasi dari catatan BPSB tentang penangkar, jumlah benih dan varietas yang disertifikasi oleh BPSB. Berdasarkan informasi dari BPSB dapat dikonfrmasi apakah penangkar benih adalah penangkar benih formal atau sebalikanya berdasarkan catatan BPSB diketahui penangkar adalah penangkar informal. Calon penangkar yang ditargetkan menjadi penangkar benih pada model kawasan mandiri benih adalah calon penangkar (penangkar non formal), yaitu penangkar yang sudah terbiasa memproduksi benih tetapi dalam proses produksinya belum melakukan sertifikasi benih oleh BPSB. BPTP berkoordinasi dengan BPSB mengidentifikasi calon penangkar yang akan dibina. Penangkar non formal ini selanjutnya mendapatkan bimbingan dari BPTP dalam hal teknik produksi benih (pra dan pasca panen) serta proses sertifikasi benih, sehingga penangkar non formal tersebut dapat berkembang menjadi penangkar formal. Pemilihan calon lokasi model kawasan mandiri benih didasarkan pada luas areal tanam jagung. Artinya model kawasan mandiri benih tersebut berada pada daerah sentra maupun pengembangan Jagung. Dalam pemilihan lokasi yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah kemudahan akses ke lokasi produksi (kondisi jalan, transportasi), kondisi fisik lokasi, dan isolasi. Lahan untuk produksi benih sebaiknya lahan bera atau bekas pertanaman varietas yang sama, atau varietas lain yang karakteristik pertumbuhannya berbeda. Lahan dalam kondisi subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik, bebas dari sisa tanaman atau varietas lain. Isolasi jarak minimal antara dua varietas yang berbeda adalah 3 meter. Apabila tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu pembuangan yang berbeda bagi pertanaman dari varietas yang umurnya relative sama perlu dilakukan isolasi waktu tanam sekitar empat minggu.
41
Adapun lokasi kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar jagung dilaksanakan pada Kabupaten Aceh Selatan Provinsi Aceh. Tabel 11.Lokasi Kegiatan Model Penyediaan Benih Jagung untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya di Kabupaten Aceh Selatan. No
Uraian
Keterangan
1.
Kabupaten
Aceh Selatan
2.
Kecamatan
Trumon
3.
Desa
Sigleng
4.
Kelompok Tani
Arwana
5.
Ketua Kelompok
Syamsul Rizal
6.
Jumlah Petani calon penangkar
9 Orang
7.
Varitas yang dikembangkan
Bima 20 Uri
8.
Luas tanam penangkaran benih
2 Ha
Keberhasilan produksi benih hibrida ditentukan oleh kesiapan benih tetua nya, ketepatan penerapan teknologi budidaya, ketepatan pemeliharaan mutu genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologis benih, serta distribusi benih. Benih tetua (benih induk jantan dan benih induk betina) dihasilkan oleh Balai Penelitian Serelia Maros. Dalam memproduksi benih hibrida jagung di lapangan, terdapat perbedaaan antara teknologi budidaya untuk keperluan produksi benih dan tujuan untuk konsumsi. Perbedaannya terletak pada material induk selain dari proses penjagaan kebenaran mutu genetik dan mutu fisiologis dari benih yang dihasilkan. Benih yang diproduksi secara benar akan menjadi agen pembawa teknologi dan sekaligus akan bernilai ekonomi lebih tinggi dibanding biji jagung untuk konsumsi. Produksi benih Hibrida jagung yang paling penting diperhatikan adalah teknik produksinya sehingga akan diperoleh benih yang bermutu yaitu:
42
Peyiapan lahan
Lokasi harus terisolasi dengan jarak minimal 300 m (dalam keadaan normal) atau dengan isolasi waktu minimal 3 minggi dengan tanaman jagung lainnya baik sebelum penanaman maupun sesudah penanaman jagung untuk produksi benih.
Lahan dibersihkan dari bekas pertanaman sebelumnya yang tertinggal.
Pengolahan tanah dilakukan setelah lahan bersih dari sisa tanaman sebelumnya, pengolahan tanah dilakukan sampai tanah menjadi terburai atau tidak bongkahbongkah.
Penyiapan benih
Benih untuk produksi benih hibrida Bima 20 Uri adalah benih induk jantan Nei 9008 P dan Materi Benih Induk Betina adalah G180//MR14.
Satu hari sebelum tanam Benih Induk jantan direndan selama 6 jam kemudian disimpan kering(ditiriskan) selama 12 jam
Benih yang akan ditanam diberikan insektisida reagent/marshal (tepung) untuk mengatasi semut dan binatang/serangga di tanah, selain itu diberikan juga Ridomil untuk antisipasi penyakit bulai.
Penanaman
Plotting untuk penanaman dengan menggunakan ajir bambu yang jaraknya telah diatur.
Jarak tanam baris tanaman betina
: 70 cm (2 baris tanaman betina)
Jarak tanam baris tanaman jantan
: 70 cm (1 baris tanaman jantan)
Jarak tanam dalam barisan
: 20 cm (1 tanaman per rumpun)
Pemupukan
Pemberian pupuk I (7-10 hari setelah tanam/hst). Pupuk diberikan dalam lubang yang dibuat dengan tugal (7-10 cm di samping tanaman) dan ditutup dengan tanah.
Pemberian pupuk II (28-30 hst), diberikan dalam lubang yang dibuat dengan tugal (10-15 cm di samping tanaman) dan ditutup dengan tanah.
43
Pemberian pupuk III (40-45 hst), diberikan dalam lubang yang dibuat dengan tugal (10-15 cm di samping tanaman) dan ditutup dengan tanah.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan I dan pembumbunan: 15 – 20 hst (sebelum pemupukan II). Penyiangan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan sekaligus membumbun tanaman agar tanaman tumbuh dengan kokoh.
Penyiangan II: 30 – 35 hst (sebelum pemupukan III). Penyiangan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan sekaligus memperbaiki guludan agar tanaman dapat tumbuh lebih kokoh.
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian:
Tanaman yang mempunyai tipe menyimpang dicabut sebelum berbunga.
Malai bunga jantan pada tanaman induk betina (yang ditanam 4 baris) dicabut sebelum anthesis (membuka), diamati setiap hari pada saat menjelang anthesis (sesuai deskripsi umur masing-masing varietas).
Mematikan tanaman jantan yang pertumbuhannya menyimpang atau tidak normal (tidak sesuai deskripsi).
44
Tabel 13.Cara seleksi pertanaman jagung untuk produksi benih. Parameter
Kriteria Seleksi
Keputusan
Vigor Tanaman (roguing I) (2 – 4 minggu setelah tanam)
Kerdil, lemah, warna pucat, bentuk tanaman menyimpang, tumbuh di luar barisan, terserang penyakit, letak tanaman terlalu rapat.
Tanaman dicabut
Berbunga (roguing II) (umur 7 – 10 minggu setelah tanam)
Terlalu cepat/lambat berbunga, malai tidak normal, tidak berambut, tidak bertongkol.
Tanaman dicabut
Posisi Tongkol (2 minggu sebelum panen)
Pilih yang kedudukan tongkolnya di Tipe simpang tengah-tengah batang, tongkol tidak dipanen awal bercabang (tipe simpang).
Panen
Tanaman sehat, telah ditandai terpilih, bentuk tongkol utuh.
Dipanen
Penutupan tongkol
Kelobot menutup 1 – 3 cm dari ujung tongkol, kelobot melekat kuat dan rapat.
Dipilih
Kualitas tongkol per famili
Skoring penampilan tongkol: skor 1 baik dan skor 5 jelek.
Pilih skor 1-3
Tongkol kupas
Bentuk tongkol, bentuk biji, warna biji, Dipilih yang ukuran biji, dan bobot biji sesuai dekripsi. seragam Catatan:Jujur dan berdedikasi tinggi dalam membuat benih sumber karena tuntutan produk yang berkualitas dan akan digunakan sebagai sumber benih oleh pihak lain sebagai benih komersial. Cara Panen dan Prosesing
Panen dilakukan setelah masak fisiologis atau kelobot telah mengering berwarna kecoklatan (biji telah mengeras dan telah mulai membentuk lapisan hitam/black layer minimal 50% di setiap barisan biji). Pada saat itu biasanya kadar air biji telah mencapai kurang dari 30%.
Semua tongkol yang telah lolos seleksi pertanaman di lapangan dipanen, kemudian dijemur diterik matahari sampai kering sambil dilakukan seleksi tongkol (tongkol yang memenuhi kriteria diproses lebih lanjut untuk dijadikan benih).
Penjemuran tongkol dilakukan sampai kadar air biji mencapai sekitar 16%, selanjutnya dipipil dengan mesin pemipil (kecepatan sedang).
45
Setelah biji terpipil, dilakukan sortasi biji dengan menggunakan saringan/ayakan Ø 7 mm, biji-biji yang tidak lolos saringan/ayakan dijadikan sebagai benih.
Biji-biji yang terpilih dijemur kembali dengan sinar matahari sampai kadar air mencapai + 10%.
Secepatnya benih dikemas (agar kadar air tidak naik lagi) ke dalam kemasan plastik (usahakan udara dalam plastik seminimal mungkin).
Kemudian kemasan-kemasan benih diberi label. Tabel 14.Hasil Produksi Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Jagung No Uraian
Keterangan
1.
Luas tanam penangkaran benih
2 Ha
2.
Varitas yang dikembangkan
Bima 20 URI
3.
Tanggal Tanam Penangkaran
30 April 2015
4.
Tanggal Panen
10 Agustus 2015
5.
Hasil Benih bersertifikat
4.500 kg
6.
Luas Tanam jagung Desa
Sigleng 250 ha
7.
Penyaluran Benih
Daerah sekitarnya
Berdasarkan data diatas hasil benih jagung hibrida sebanyak 4.500 kg, dengan asumsi kebutuhan benih per hektar 20 kg maka hasil penangkaran telah mampu menyediakan benih untuk 220 ha, untuk tingkat desa terpenuhi 97,78 % dan untuk tingkat kecamatan yang bersangkutan sebesar 52,96 %. Total kebutuhan benih jagung Kabupaten Aceh Selatan adalah 169 ton, dengan asumsi maksimal hasil per hektar 3 ton maka pada Kabupaten ini dibutuhkan luas penangkaran benih jagung sebanyak 56 hektar.
46
Tabel 15.Luas tanam dan luas panen Jagung di Kabupaten Aceh Selatan tahun 2013 No.
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Trumon Trumon Timur Trumon Tengah Bakongan Bakongan Timur Kota Bahagia Kluet Selatan Kluet Timur Kluet Utara Pasie Raja Kluet Tengah Tapaktuan Sama Dua Sawang Meukek Labuhan Haji Labuhan Haji Timur Labuhan Haji Barat Jumlah
Luas Tanam (ha)
Luas Panen (ha)
427 1200 5824 16 108 175 62 96 295 39 178 2 13 2 0 0 0 20 8.857
427 883 2.765 10 127 269 54 41 133 42 59 13 2 4.425
Data luas panen jagung Provinsi Aceh Tahun 2013 seluas 45.585 ha dengan produksi 185.458 ton, sumbangan dari Kabupaten Aceh Selatan
sebesar 94.023 ton
dengan luas areal 4.425 ha sedangkan Kecamatan Trumon memberikan hasil sebesar 3.007 ton dengan luas panen 427 ha.
47
3.4.
Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Kedelai Swasembada kedelai berkelanjutan merupakan program utama Kementerian
Pertanian di periode 2015-2019. Sebagai salah satu komoditas utama yang diprogramkan oleh pemerintah, peran kedelai cukup strategis dan merupakan komoditas bernilai ekonomis tinggi. Selain merupakan sumber utama karbohidrat dan protein ketiga komoditas tersebut juga merupakan bahan baku industri rumah tangga. Kegiatan konsultasi dan koordinasi pelaksanaan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar Kedelai bertemu dengan kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pidie Jaya dan kemudian dilanjutkan dengan menemui Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pidie Jaya untuk menjelaskan dan menerima masukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan tersebut. Dalam rangka memenuhi permintaan kedelai tersebut, maka harus diupayakan agar produksi dapat ditingkatkan. Upaya peningkatan produksi komoditas ini di Indonesia sering dihadapkan pada tidak tersedianya benih sesuai permintaan petani dan pasar. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan produksi benih bermutu, diantaranya melalui program Pengembangan Model, yang melibatkan berbagai institusi dan stakeholder, diantaranya adalah Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), Balai Benih Induk (BBI), produsen dan penangkar benih, untuk memproduksi benih bermutu di sentra-sentara produksi. Kebutuhan benih untuk pengembangan kedelai di suatu wilayah diestimasi oleh BPTP berdasarkan data luas tanam Kedelai di wilayah (provinsi/kabupaten) tertentu yang dapat diperoleh dari Dinas Pertanian atau BPS. Kebutuhan benih di suatu wilayah diestimasi luas areal tanam dikalikan kebutuhan benih kedelai 40 kg/ha, sebagai acuan umum. Pangsa benih bersertifikat di suatu wilayah dan varietas yang diproduksi benihnya dapat diestimasi dari catatan BPSB tentang Adapun lokasi kegiatan Model Penyediaan
48
Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar kedelai dilaksanakan pada Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh. Tabel 16.Lokasi Kegiatan Model Penyediaan Benih Kedelaiuntuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya di Kabupaten Pidie Jaya No
Uraian
Keterangan
1.
Kabupaten
Pidie Jaya
2.
Kecamatan
Bandar Baru
3.
Desa
Kayee Jato
4.
Kelompok Tani
Tanah Luas
5.
Ketua Kelompok
A. Hamid
6.
Jumlah Petani calon penangkar
8 Orang
7.
Varitas yang dikembangkan
Anjasmoro
8.
Luas tanam penangkaran benih
Pada tanggal 22dan 23 April
2 Ha
2015 dilaksanakannya Pelatihan Produksi Benih
Kedelai Kegiatan Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah bertempat di gedung BPP Kecamatan
Bandar Baru
jumlah peserta yang hadir pada
pelatihan ini sebanyak 52 Orang yang terdiri dari petani penangkar, petani, penyuluh, dan ketua kelompok tani. Acara pelatihan
di buka
oleh Kepala Badan
Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Kabupaten Pidie Jaya dalam sambutannya kepala BKPP mengatakan bahwa
Pelatihan Produksi Benih Kedelai
yang dilaksanakan BPTP Aceh
berperan sangat penting untuk penyediaan benih yang dibutuhkan oleh petani kedelai Aceh pada umumnya dan pemenuhan benih untuk petani kedelai Pidie Jaya khususnya. Pada pelaksanaan pelatihan sebagai nara sumber : Dari Pengamat Hama, UPBS, Bidang penyuluhan dan Dinas Pertanian. Dari hasil diskusi pada Pelatihan Produksi Benih Kedelai ini dapat disimpukan bahwa petani menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh
di Kabupaten Aceh Pidie dalam diskusi
petani juga mengharapkan
49
adanya kepastian harga pada Kedelai yang dijadikan sebagai benih maupun kedelai yang dijadikan konsumsi. Tanamankedelaidapattumbuhdi kesuburan tanah, iklim, dan pola agroekosistem
akan
berbagaiagroekosistemdengan
jenis
tanah,
tanam yang berbeda sehingga kendala satu
berbeda
dengan
agroekosistemyanglain.Halini
akanmengindikasikanadanyaspesifikasi cara bertanam kedelai. Oleh karena itu, langkahlangkah utama yangharus
diperhatikan
dalam
bertanam
kedelai
yaitu
pemilihan
benih, persiapanlahan,penanaman,pemeliharaan. 1. PemilihanBenih Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha penanaman kedelai, biji
tani
kedelai. Pada
atau benih ditanam secara langsung, sehinggaapabila
kemampuantumbuhnyarendah,jumlahpopulasiper satuan
luas
akan
berkurang.
Di
samping itu, kedelai tidak dapat membentuk anakan sehingga apabila benih tidak tumbuh, tidak dapat ditutupolehtanamanyangada.Oleh karenaitu, agardapatmemberikan hasilyang memuaskan,harusdipilih varietaskedelaiyang sesuaidengan kebutuhan, mampu beradaptasi dengan halyang
kondisi lapang, danmemenuhi standarmutu benihyang baik. Hal-
perludipertimbangkandalam
pemilihanvarietasyaitu
umurpanen,ukurandan
warnabiji, sertatingkat adaptasiterhadaplingkungantumbuhyangtinggi. a. Umurpanen Varietas cocokdalampolatanampada
yangakanditanamharusmempunyai agroekosistemyangada.Halini
umurpanenyang
menjadi
pentinguntuk
menghindariterjadinyapergeseranwaktu tanamsetelahkedelaidipanen. b. Ukurandanwarnabiji Ukurandanwarnabiji
varietasyangditanamharussesuaidengan
permintaan
pasardidaerahsekitarsehinggasetelahpanentidak sulitdalammenjualhasilnya.
2. PersiapanLahan
50
Tanamankedelaibiasanyaditanampada tanahkering(tegalan)atau tanahpersawahan. Pengolahantanahbagipertanamankedelaidilahan
keringsebaiknyadilakukanpada
akhir
musimkemarau,sedangkanpada lahansawah,umumnyadilakukanpadamusimkemarau. Sebelumdilakukankegiatanpenanaman,terlebihdulu
diberipupuk
dasar.Dosispupukdisesuaikan
dengananjuranpetugasWilayahKerjaPenyuluhPertanian
(WKPP)
disebar
setempat.
Pupuk
secara
merata
di
lahan,
atau
dimasukkankedalamlubangdisisikanandankirilubangtanamsedalam5cm. 3. Penanaman Caratanamyangterbaikuntukmemperoleh
produktivitastinggiyaitu
denganmembuatlubangtanammemakaitugaldengankedalamanantara1,5– 2cm.Setiaplubangtanamdiisisebanyak3–4bijidandiupayakan2bijiyang
bisatumbuh.
Populasitanamanyang optimalberkisar400.000–500.000tanamanperhektar. 4. Pemeliharaan Satu bertujuan
minggusetelahpenanaman,dilakukankegiatanpenyulaman. untuk
mengganti
benih
kedelai
yang
tidaktumbuh.Keterlambatanpenyulamanakan
Penyulaman mati
atau
mengakibatkantingkat
pertumbuhantanamanyangjauhberbeda. Padasaattanaman
berumur
20–30harisetelahtanam,dilakukan
penyiangan.Penyianganpertama dilakukan bersamaandengan kegiatan susulan. Penyiangan kedua Penyiangan
dilakukan
dilakukan setelah tanaman kedelai dengan
kegiatan pemupukan
selesai berbunga.
mencabutgulmayangtumbuhdan
dila
dilakukanpulapenggemburantanah.Penggemburandilakukansecara
sekaligus hati-
hatiagartidakmerusakperakarantanaman. Pemberian tanam.
Pupuk
pupuksusulandilakukansaattanamanberumur20–30 hari diberikan
dalam
larikan
di
tanamankedelai,selanjutnyaditutupdengantanah.Untuk produksikedelai,dapatdigunakanpulaZPT (Zat
antara
setelah barisan
meningkatkanhasil
Pengatur Tumbuh) danPPC
(Pupuk
Pelengkap Cair). Dosis yang digunakandisesuaikandengandosisanjuran.
51
5. Panen a. CiridanUmurPanen Panen
kedelai
dilakukan
apabila
sebagian
besar
daun
menguning,tetapibukankarenaseranganhamaataupenyakit,lalu
sudah gugur,
buahmulaiberubahwarnadarihijau menjadikuningkecoklatandan retak- retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklatdan gundul.2 (dua)
meter
tanaman yang paling pinggir dipanen terpisah dan hasil penen dari tanaman tersebut tidak digunakan sebagai calon benih. Perludiperhatikan
umurkedelaiyangakandipanenyaitusekitar75-110
tergantung pada varietas dan
hari,
ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yang
akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia75-100 hari,sedangkan untuk dijadikan
benih
dipetik
padaumur100-110hari,
agarkemasakanbiji
betul-
betulsempurnadan merata. b. CaraPanen Pemungutan
hasil
kedelai
dilakukan
pada
saat
tidak
hujan,
agar
hasilnyasegeradapatdijemur. Alatyangbiasanyadigunakanuntukmemotongadalahsabityang cukuptajam,sehinggatidakterlalubanyakmenimbulkan goncangan.Disampingitudenganalatpemotongyangtajam, pekerjaanbisadilakukandengancepatdanjumlahbuahyangrontokakibatgoncanganbisaditeka n.Pemungutandengancara
memotongbisameningkatkankesuburantanah,karenaakar
denganbintil-bintilnyayangmenyimpanbanyaksenyawanitrat tidakikuttercabut,tapitertinggaldidalamtanah.Padatanahyang keras,pemungutandengancaramencabutsukardilakukan,maka denganmemotongakanlebihcepat. 6. Pascapanen a. PengumpulandanPengeringan Setelahpemungutan dijemursampaibetul-betulkering
selesai,seluruhhasilpanenhendaknya
segera dengankadarair10-
52
15%.Penjemuranbenihsebaiknyadilakukanpada pagihari,daripukul10.00hingga12.00siang. b. PenyortirandanPenggolongan Terdapatbeberapacarauntukmemisahkanbiji
darikulitpolongan.
Diantaranyadengancaramemukul-mukul
tumpukanbrangkasankedelai
secaralangsungdengan kayuatau dirontokkan dengan alat. Setelahbiji
terpisah,brangkasandisingkirkan.Bijiyangterpisah
kemudianditampiagarterpisahdari
kotoran-kotoranlainnya.Bijiyangluka
dipisahkan. Bijiyangbersihiniselanjutnya dijemur
dankeriput
kembali sampaikadarairnya9-11%.
Bijiyang sudahkeringlaludimasukkanke dalam karung dan disimpan. c. Penyimpanandanpengemasan Sebagaitanamanpangan,kedelaidapat Caranya kedelai
disimpan ditempat
disimpandalamjangkawaktu
cukuplama.
kering dalam karung. Karung-karung kedelai
iniditumpuk padatempat yangdiberialaskayu agar
tidak
langsung
menyentuh
tanah
atau lantai. Tabel 17.Hasil Produksi Model Penyediaan Benih Kedelai untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya di Kabupaten Pidie Jaya No Uraian
Keterangan
1.
Luas tanam penangkaran benih
2 Ha
2.
Varitas yang dikembangkan
Anjasmoro
3.
Tanggal Tanam Penangkaran
22 Maret 2015
4.
Tanggal Panen
25 Juni 2015
5.
Hasil Benih bersertifikat
1.300 kg (tidak lulus sertifikasi)
6.
Luas Tanam jagung Desa
Kayee Jato 100 ha
7.
Penyaluran
Konsumsi
Tabel 18.Luas tanam dan luas panen kedelai di Kabupaten Pidie Jaya tahun 2013
53
No.
Kecamatan
Luas tanam (ha)
1.
Bandar Baru
1.800
1.500
2.
Bandar Dua
250
200
3.
Jangka Buya
-
4.
Meurah Dua
150
120
5.
Meureudu
400
350
6.
Pante Raja
100
100
7.
Trienggadeng
700
550
8.
Ulim
100
100
3.500
2.920
TOTAL
Luas Panen (ha)
-
Berdasarkan data diatas hasil panen yang dapat menjadi benih walaupun tidak lulus dalam proses sertifikasi sebanyak 1.300 kg, dengan asumsi kebutuhan benih per hektar 40 kg maka hasil penangkaran telah mampu menyediakan benih untuk 32,5 ha, untuk tingkat desa terpenuhi 32,5 % dan untuk tingkat kecamatan yang bersangkutan sebesar 0,32 %. Total kebutuhan benih kedelai Kabupaten Pidie Jaya adalah 140 ton, dengan asumsi maksimal hasil per hektar 1 ton maka pada Kabupaten ini dibutuhkan luas penangkaran benih padi sebanyak 140 hektar.
54
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan a. Hasil benih padi pada lokasi Kecamatan Titue sebanyak 5.300 kg, maka hasil penangkaran hanya mampu untuk tingkat desa terpenuhi 60,57% dan untuk tingkat kecamatan yang bersangkutan sebesar 0,50 %. Untuk Kecamatan Kemala hasil yang diperoleh sebanyak 7.350 kg, untuk tingkat desa terpenuhi 64,61 % dan untuk tingkat kecamatan sebesar 0,70 %. b. Hasil panen jagung hibrida sebanyak 4.500 kg, maka hasil penangkaran telah mampu menyediakan untuk tingkat desa terpenuhi 97,78 % dan untuk tingkat kecamatan yang bersangkutan sebesar 52,96 %. Total kebutuhan benih jagung Kabupaten Aceh Selatan adalah 169 ton. c. Hasil panen yang dapat menjadi benih walaupun tidak lulus dalam proses sertifikasi sebanyak 1.300 kg, dan bila lulus sertifikasi maka dapat menyediakan pada tingkat desa terpenuhi 32,5 % dan untuk tingkat kecamatan yang bersangkutan sebesar 0,32 %. 4.2. Saran a. Diperlukan pembinaan yang terus menurus agar penangkar manjadi mandiri dan dapat memproduksi benih berkwalitas. b. Perlu Pembinaan yang lebih intensif untuk penangkaran benih kedelai, terutama dalam bentuk pelatihan dan pendampingan dilapangan. c. Perlu ada upaya untuk membangun infrastruktur yang mendukung kegiatan produksi benih terutama lantai jemur dan gudang.
55
DAFTAR PUSTAKA Anonymaus,
2010. Aceh Dalam Angka. Kerjasama Pusat Statistik dengan Bappeda Provinsi ACEH
------------------,2008. Menumbuhkan penakar benih Padi untuk Percepatan Adopsi Varietas Unggul Baru, Sinar Tani. 2008. ------------------, 2010. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. NAD ------------------, 1990. Buletin Imformasi Pertanian . No ISSN 0216-986 X. Penerbit Balai Informasi Pertanian Ciawi Hal 4-5. ------------------,2007. Pengadaan SDM Dukung Revitalisasi Perbenihan dalam Agrotek Tahun II November 2007. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NAD, 2010. Laporan Kegiatan Perbanyakan 4 Varietas Benih Sumber menjadi Benih Dasar (FS) dan Benih Pokok (SS) menjadi Benih Sebar (ES) Varietas Unggul Padi Sawah di Penangkar Benih. BPTP NAD, Banda Aceh, 34 hal. Diah WS dan M. Syam, 2007. Varietas Unggul Padi Sawah 1943-2007. Imformasi Ringkas Teknologi Padi. http/balitpa.litbang.deptan.go.id J. Bawolye / Msyam, 2008. Imformasi ringkas Teknologi Padi. Sumber: IRRI Rice Knowledge Bank . http://balitpa.litbang.deptan.go.id; Kasryno F. dan Syafa’at N. 2000. Strategi Pembangunan Pertanian yang Berorientasi Pemerataan di Tingkat Petani, Sektor dan Wilayah. Prosiding PSE Bogor. Kasryno F. dan Syafa’at N. 2000. Strategi Pembangunan Pertanian yang Berorientasi Pemerataan di Tingkat Petani, Sektor dan Wilayah. Prosiding PSE Bogor. Makarim, A.K, U.S Nugraha, dan U.G Kartasasmita, 2000. Teknologi Produksi Padi sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Prianti Soeharto, 2005. Penyuluhan & revitalisasi Pertanian Dalam Sinar tani Edisi 24 – 30 Agustus 2005. No. 3113 Tahun XXXV Rakhmat J. 1996. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung. Saptana, Pangarsa N dan Arianto H. 2000. Eksistensi Kelompoktani dan Respon petani terhadap Inovasi Teknologi.
56
Lampiran 1. Tenaga Dan Organisasi Pelaksanaan Tabel ….. Tenaga Yang Terlibat Dalam Kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah
No 1.
Nama Ir. T. Iskandar, M.Si
Jabatan dalam Kegiatan
Uraian Tugas
Alokasi Waktu (Jam/mg)
Penjab.
Mengkoordinir kegiatan mulai
15
Kegiatan
perencanaan sampai laporan
2.
Dr. Rahman Jaya
Pelaksana
- Melaksanakan kegiatan
10
3.
M. Ramlan, SP
Pelaksana
- Melaksanakan kegiatan
10
4.
Ir. Amir Hamzah
Pelaksana
- Melaksanakan kegiatan
10
5.
Ratnawati, SP
Pelaksana
- Melaksanakan kegiatan
10
6.
Zuardi Efendi, SP
Pelaksana
- Melaksanakan kegiatan
10
7.
Ahmad Andriani
Pelaksana
- Melaksanakan kegiatan
10
8.
Ernawati
Pelaksana
- Melaksanakan kegiatan
10
9.
Munawar
Pelaksana
- Melaksanakan kegiatan
10
57
Lampiran 2. Jangka Waktu Kegiatan Tabel ….Jangka Waktu Kegiatan Kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah
No
Kegiatan
1.
Persiapan Kegiatan
2.
Identifikasi lokasi
3.
Persiapan lapangan
4.
Pelaksanaan
5.
Pembuatan laporan
6.
Seminar Hasil
Bulan dalam tahun 2015 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
58
Lampiran 3. Pembiayaan Tabel … Anggaran Belanja Kegiatan Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayah No. A.
B.
B.
Uraian
2015
Realisasi
%
Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Padi Belanja Bahan 34.000.000 34.000.000 100,00 Honor Output Kegiatan 20.000.000 20.000.000 100,00 Belanja barang untuk persediaan 86.000.000 86.000.000 100,00 Belanja Jasa Profesi 5.000.000 5.000.000 100,00 Belanja Perjalanan biasa 60.000.000 59.995.000 99,99 Belanja Perjalanan Paket Meeting 18.000.000 17.993.000 99,96 222.988.00 99,00 Jumlah A 223.000.000 0 Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Jagung Belanja Bahan 23.000.000 22.999.500 99,99 Honor Output Kegiatan 10.000.000 10.000.000 100,00 Belanja barang untuk persediaan 58.000.000 57.992.500 99.99 Belanja Jasa Profesi 5.000.000 5.000.000 100,00 Belanja Perjalanan biasa 45.000.000 45.000.000 100,00 Belanja Perjalanan Paket Meeting 11.000.000 10.691.900 97,20 151.683.90 99.97 Jumlah B 152.000.000 0 Model Penyediaan Benih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya Melalui Peningkatan Kemampuan Calon Pengankar Kedelai Belanja Bahan 15.000.000 14.998.000 99,50 Honor Output Kegiatan 15.000.000 15.000.000 100,00 Belanja barang untuk persediaan 46.500.000 46.500.000 100,00 Belanja Jasa Profesi 5.000.000 4.600.000 92,00 Belanja Perjalanan biasa 38.000.000 38.000.000 100,00 Belanja Perjalanan Paket Meeting 12.500.000 12.248.100 97,98 Jumlah C 132.000.000 131.346.100 99,50 506.018.00 Jumlah A + B + C 507.000.000 99,81 0
59
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan
1. Kegiatan pertemuan preferensi varietas dalam menentukan varitas yang akan diproduksi
60
2. Pelatihan Teknik Produksi Benih Padi
61
3. Panen Lokasi Mandiri Benih
62
4. Produksi Jagung Hibrida Bima 20 URI
63
5. Pelatihan Produksi Jagung Hibrida
64
6. Regoing Tanaman Kedelai
65