LAPORAN EVALUASI REDESAIN FORMAT PRO 1 & 2 8-10 Oktober 2013
RRI LAMPUNG
Oleh B. Cendana Sari, SE. MSi.
Page 1 of 66
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI 1. Dasar Tugas Pelaksanaan Evaluasi 2. Perencanaan dan Pemrograman a) Latar Belakang b) Mendefinisikan Problem c) Analisis Situasi d) Kriteria Penentuan Khalayak e) Kebijakan dan Aturan Manajemen f) Mengenai Anggaran Pengadaan Program 3. Tindakan (aksi) dan Komunikasi a) Kredibilitas Komunikasi b) Konteks Komunikasi c) Isi Komunikasi d) Saluran Komunikasi 4. Monitoring dan Evaluasi Program a) Konseptualisasi dan desain program b) Implementasi Program c) Dampak Program 5. Kesimpulan dan Saran LAMPIRAN
i ii 3 3
Page 2 of 66
LAPORAN EVALUASI REDESAIN FORMAT PRO 1 dan 2 RRI LAMPUNG
1. Dasar Tugas Pelaksanaan Evaluasi Dasar tugas pelaksanaan evaluasi Redesain Format Programa 1 dan 2 adalah Surat Keputusan Direksi No: 001……………...Scope evaluasi meliputi Programa 1 dan 2 dalam pelaksanaan redesain yang terdapat RRI Stasiun Bandar Lampung. Periode evaluasi adalah Juli 2011 s/d Oktober 2013. Lama hari efektif evaluasi adalah dari 8-10 Oktober 2013. Dibawah ini adalah hasil evaluasi Redesain Format Programa 1 dan 2 RRI Bandar Lampung sebagai berikut :
2. Perencanaan dan Pemrograman (Tahap 1) a. Latar Belakang RRI
yang dulu dikenal menjadi corong
pemerintah, kini berperan sebagai corong
seluruh warga Indonesia. Fungsi RRI sebagai LPP mewajibkannya untuk bersifat independen, netral, tidak komersil, dan melayani kebutuhan masyarakat. Sebagai LPP, RRI terdiri dari Dewan Pengawas dan Dewan Direksi. Dewan Pengawas terdiri dari unsur public, pemerintah dan RRI. Dewan ini merupakan wujud representasi dan supervise public dalam memilih dewan direksi yang bertugas melaksanakan kebijakan sekaligus bertanggung jawab atas penyelenggaraan penyiaran. Fungsi RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik adalah memberikan informasi yang actual, tepat dan terpercaya. Meski demikian, RRI juga wajib memberikan nilai-nilai edukatif seperti
memberikan porsi pada siaran pendidikan, baik secara instruksional seperti siaran Page 3 of 66
SLTP, SMU dan Universitas terbuka. Selain itu juga memberikan pendidikan masyarakat seperti siaran pedesaan, siaran wanita dan siaran nelayan. RRI juga berfungsi menyediakan siaran yang menyajikan nilai seni dan budaya bangsa, hiburan music dari dalam dan luar Negara. Coverage siaran RRI tidak saja di dalam negeri namun juga menembus sampai manca negara yang tersaji dalam Voice of Indonesia (Siaran Luar Negeri RRI). Daniel Kantz dan Robert Kahn, mengatakan bahwa efektivitas sistem komunikasi tergantung pada kemampuannya menjawab dan mengantisipasi perubahan lingkungan luar organisasi sesuai dengan perkembangan internal perusahaan itu sendiri. Semakin besar kompetisi yang terjadi dalam dunia bisnis, menuntut adanya perubahan misi dasar suatu bisnis tidak lagi hanya berorientasi pada kuantitas (laba), melainkan penciptaan dan penambahan nilai (value creation and value adding), yang berorientasi pada pihak konsumen atau pelanggan (Tjiptono, 1977, p.118). Sama halnya dengan bisnis yang bergerak di industri siaran radio. Industri siaran radio khususnya di DKI Lampung, sebagai Ibu Kota Indonesia, sangat pesat perkembangannya. Jangan bayangkan Radio Republik Indonesia (RRI) saat ini sama seperti RRI jadul alias zaman dulu, radio negara yang didirikan 11 September tahun 1945. Berdasarkan Undangundang Nomor 32 Tahun 2002. RRI hebat, tetapi selama ini terpenjara sehingga sumber dayanya yang tidak berkembang. Program terkini RRI adalah membangun pemancar radio di daerah perbatasan, misalnya di Atambua, Entikong, dan Merauke. RRI masih didengarkan khususnya di daerah,. Berdasarkan survey, kata Bapak Parni Hadi, 85 persen warga Ende, Nusa Tenggara Timur, mendengarkan RRI. Di Bangka Belitung, 90 persen warganya mendengarkan RRI.” Soal jaringan kami tidak bisa dilawan. Kami memiliki 60 stasiun di Page 4 of 66
Indonesia. Reporternya tersebar di tiap kabupaten bahkan kecamatan. “ujar Bapak Parni Hadi. Programa 1-4 untuk penggemar menengah-bawah, terutama di daerah, Programa 1 paling disenangi.
Yang suka musik dan gaya hidup.
mendengarkan berita putar programa 3.
Putarlah Programa 2. Yang gemar
Maka seiring pasar yang menyempit, pendengar pun
makin fanatik. Sedikit saja radio kesayangan melenceng dari jalur, kritik berdatangan. Direktur Utama LPP RRI Ibu Niken Widiastuti mengatakan, “Perubahan dan berubah adalah sebuah pilihan dan dinamika yang penting bagi RRI, agar terus berkiprah sebagai lembaga penyiaran yang pro-kepentingan publik”. Tujuan dari redesain format programa 1 dan 2, yang digelar oleh Direktorat Program dan Produksi LPP RRI sejak Februari 2011 adalah untuk menyesuaikan dengan perubahan visi dan misi: mewujudkan LPP RRI radio berjaringan terluas, pembangunan berkarakter bangsa, berkelas dunia dan beradaptasi dengan tren teknologi multipleksing dalam penyiaran. Selain itu mengadopsi pemikiran bahwa CONTENT IS THE KING. Sejak menjadi LPP, RRI konsisten menganut dua pendekatan dalam penyiarannya. Pertama, pendekatan broadcasting, suatu srategi yang melayani segmen pendengar heterogen. Perencanaan programanya tidak bersifat khusus.
Dalam penyelenggaraan siaran, isi
merupakan paduan berbagai klasifikasi acara, musiknya bersifat umum. Kedua, pendekatan narrowcasting, adalah suatu pendekatan programma siaran yang diarahkan pada pendengar tertentu sebagai ciri khas stasiun radio, sehingga dipilih format tertentu. Programa 1 dan 2 RRI mengadopsi kedua strategi tersebut secara konsisten. Kebijakan Redesain Programa 1 dan 2 yang serentak di lakukan di seluruh stasiun RRI secara nasional baik yang merupakan pilot project maupun bukan, dilakukan secara parallel Page 5 of 66
dan dengan tahapan-tahapan konsentrasi.
Redesain Programa 1 dan 2 langsung dibawah
perintah Direktur Program dan Produksi LPP RRI, yang disosialisasikan kebijakannya melalui Rapat Kerja Kepala Stasiun dan dilakukan implementasinya oleh Tim Kreatif (Tim 12). Maka secara otomatis Standart Operation Procedure (SOP), pemberlakuan kebijakan, struktur organisasi Tim Pelaksana Implementasi, dan segala hal yang terkait pun akan disesuaikan perubahan kebijakannya. Sehingga dinilai inilah saat yang tepat untuk melakukan sebuah kajian evaluasi terhadap program yang telah berlangsung sebagai tolok ukur pembentukan kebijakan yang baru berikutnya,. Untuk mengetahui dan membina komunikasi yang sudah berjalan apakah efektif atau tidak, perlu diselenggarakan audit komunikasi. Di kalangan para ahli komunikasi, disebutkan bahwa audit komunikasi dipandang sebagai pemeriksaan kesehatan (medical check-up) lembaga/perusahaan tentang sistem komunikasi keorganisasian dan kondisi internal maupun eksternal perusahaan dengan tujuan dapat meningkatkan efektivitas organisasi. Didasari oleh pernyataan Myron Emmanuel yang mencatat setidaknya ada 9 situasi yang membuat eksekutif perusahaan membutuhkan audit komunikasi. Salah satunya yang paling penting adalah situasi ketika “program-programnya kehilangan kredibilitas” sehingga tidak menggigit lagi, padahal ia tidak mengetahui secara jelas “apa yang menjadi persoalan” (Hardjana, 2000, p.162). Audit komunikasi merupakan alat evaluasi terbaik untuk programprogram jangka panjang, mengingat Redesain Format Programa 1 dan Programa 2 akan diperpanjang. Audit mini memiliki tujuan yang sama dengan audit total komunikasi, yaitu meningkatkan kinerja program komunikasi. Hanya saja audit mini komunikasi tidak dapat Page 6 of 66
menghasilkan informasi yang serinci dan selengkap audit total. Akan tetapi audit mini sangat praktis untuk mengumpulkan informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi program yang sedang berlangsung. Melalui audit mini komunikasi yang akan dilakukan terhadap Kebijakan Redesain Format Programa 1 dan 2 di RRI Stasiun Lampung, diharapkan mampu mengungkapkan terjadinya kemacetan informasi, hambatan terhadap komunikasi secara efektif di suatu organisasi dan termasuk menyia-nyiakan peluang yang ada.
b. Mendefinisikan Problem Metodologi yang digunakan dalam melakukan Evaluasi Redesain Format Programa 1 & 2 RRI Lampung adalah wawancara dan hasil interpretasi mengenai audit mini Evaluasi Redesain Format Pro 1 dan 2 LPP RRI dengan tahapan mendefinisikan problem. Dalam proses wawancara mendalam (in-depth interview), peneliti dengan para nara sumber melakukan proses tanya jawab dan diskusi bersama; masing-masing selama kurang lebih 2 jam dan dilakukan dalam kurun waktu
proses 3 hari.
Meskipun wawancara
keseluruhan direkam, peneliti tetap membuat catatan yang dinilai penting untuk ditelaah lebih lanjut. Peneliti menggunakan format wawancara semistruktur Kriyantono (2006, p98) dimana peneliti memiliki panduan wawancara tetapi juga memungkinkan memberikan pertanyaan bebas, yang terkait dengan permasalahan (Panduan wawancara ada dalam lampiran).
Page 7 of 66
Metode wawancara berdasarkan pada Mini Audit Quesioner (Hardjana, 2000, p.146) yang meliputi: 1. Aspek manajemen, meliputi: Pandangan dan kebijakan 2. Organisasi meliputi: Prosedur kerja, sistem dan sumber daya 3. Berbagai komunikasi, meliputi: Internal, eksternal dengan bentuk tertulis dan lisan 4. Umpan balik, meliputi: Saluran-saluran, frekuensi dan hasilnya.
Page 8 of 66
1 .Profil Narasumber Wawancara pendahuluan dilakukan dengan 14 narasumber dan selebihnya adalah narasumber pendukung yang informasinya digunakan sebagai trianggulasi (uji validitas data). Narasumber utama:
1. Nama
: Dra.Sophia Endang Widowati
Usia
:
Jabatan
: Kepala Stasiun RRI Bandar Lampung
Pengalaman Kerja
:
Status
: Menikah
Pendidikan akhir
: S1
Ibu Sopia adalah Kepala Stasiun RRI Bandar Lampung yang sudah menjabat sejak…….. Wawancara dengan beliau membahas latar belakang
dilakukannya
Redesain Format Programa 1 dan 2, khususnya mengenai kebijakan-kebijakan yang terkait dengan alur dan proses komunikasi pelaksanaan program Redesain Format Programa 1 dan 2 LPP RRI Bandar Lampung.
Page 9 of 66
2. Nama
: Sutrisno
Usia
:
Jabatan
: Kasubsi Pro 1 merangkap Produser Stasiun RRI Bandar Lampung
Pengalaman Kerja
:
Status
: Menikah
Pendidikan akhir
:
Bapak Sutrisno adalah Kasubsi sekaligus sebagai Produser di stasiun RRI Bandar Lampung. Sebelum menjabat sebagai Kasubsi RRI, Pak Sutrisno menjabat sebagai…………..,
Wawancara
dengan
beliau
membahas
latar
belakang
dilakukannya Redesain Format Programa 1 dan 2, khususnya mengenai pelaksanaan kerja Tim Sosialisasi dan Pelaksana
terkait dengan alur dan proses komunikasi
pelaksanaan program Redesain Format Programa 1 dan 2 LPP RRI
Page 10 of 66
3. Nama
: Muhammad Tauchid Umar, SPT
Usia
:
Jabatan
: PLT Kasubsi Perencanaan dan Evaluasi Program Merangkap Trafic
Pengalaman Kerja
:
Status
: Menikah
Pendidikan akhir
: S1
Bapak M.Tauchid Umar adalah Kasubsi Perencanaan dan Evaluasi Program. LPP RRI Bandar Lampung. Wawancara dengan beliau membahas latar belakang dilakukannya Redesain Format Programa 1 dan 2, khususnya mengenai pelaksanaan kerja Tim Sosialisasi dan Pelaksana
terkait dengan alur dan proses komunikasi
pelaksanaan program Redesain Format Programa 1 dan 2 LPP RRI.
Page 11 of 66
4. Nama
: Triadi Pramono
Usia
:
Jabatan
: Kasi Pemberitaan
Pengalaman Kerja
:
Status
: Menikah
Pendidikan akhir
: S1
Bapak Triadi Pramono adalah Kasi Pemberitaan LPP RRI Bandar Lampung. Wawancara dengan beliau membahas latar belakang dilakukannya Redesain Format Programa 1 dan 2, khususnya mengenai pelaksanaan kerja Tim Sosialisasi dan Pelaksana terkait dengan alur dan proses komunikasi pelaksanaan program Redesain Format Programa 1 dan 2 LPP RRI
Page 12 of 66
5. Nama
: Wita Herlina
Usia
:
Jabatan
: Kasubsi Pro 2
Pengalaman Kerja
:
Status
: Menikah
Pendidikan akhir
: S1
Ibu Wita Herlina adalah Kasubsi Pro 2 LPP RRI Bandar Lampung. Wawancara dengan beliau membahas latar belakang dilakukannya Redesain Format Programa 1 dan 2, khususnya mengenai pelaksanaan kerja Tim Sosialisasi dan Pelaksana terkait dengan alur dan proses komunikasi pelaksanaan program Redesain Format Programa 1 dan 2 LPP RRI
Page 13 of 66
6. Nama
: Krida Susanto, SH
Usia
:
Jabatan
: Kepala Seksi Siaran
Pengalaman Kerja
:
Status
: Menikah
Pendidikan akhir
: S1
Bapak Krida Susanto adalah Kepala Seksi Siaran LPP RRI Bandar Lampung. Wawancara dengan beliau membahas latar belakang dilakukannya Redesain Format Programa 1 dan 2, khususnya mengenai pelaksanaan kerja Tim Sosialisasi dan Pelaksana terkait dengan alur dan proses komunikasi pelaksanaan program Redesain Format Programa 1 dan 2 LPP RRI
Page 14 of 66
7. Nama
: Yuli Supriyati
Usia
:
Jabatan
: Koordinator /Penyiar Pro 1
Pengalaman Kerja
:
Status
: …..
Pendidikan akhir
: ….
Ibu Yuli Supriyati adalah Koordinator/Penyiar Pro 1 LPP RRI Bandar Lampung. Wawancara dengan beliau membahas implementasi Redesain Format Programa 1 di LPP RRI Bandar Lampung.
Page 15 of 66
8. Nama
: Priyonggo Jatmiko
Usia
:
Jabatan
: Koordinator/Pro 2
Pengalaman Kerja
:
Status
: …..
Pendidikan akhir
: ….
Pak Priyonggo Jatmiko adalah Koordinator/Penyiar
LPP RRI Lampung..
Wawancara dengan beliau membahas implementasi Redesain Format Programa 1 di LPP RRI Bandar Lampung.
Page 16 of 66
9. Nama
: Rindi Amalia Z.AMd
Usia
:
Jabatan
: MD Pro 1
Pengalaman Kerja
:
Status
: …..
Pendidikan akhir
: ….
Ibu Rindi Amalia adalah MD Pro 1 LPP RRI Bandar Lampung.. Wawancara dengan beliau membahas implementasi Redesain Format Programa 1 di LPP RRI Bandar Lampung.
Page 17 of 66
10. Nama
: Dwi Febrianti
Usia
:
Jabatan
: Penyiar Pro 1
Pengalaman Kerja
:
Status
: …..
Pendidikan akhir
: ….
Ibu Dwi Febrianti
adalah
Penyiar Pro 1
LPP RRI
Bandar Lampung..
Wawancara dengan beliau membahas implementasi Redesain Format Programa 1 di LPP RRI Bandar Lampung.
Page 18 of 66
11. Nama
: Indra Yuliati
Usia
:
Jabatan
: MD Pro 2
Pengalaman Kerja
:
Status
: …..
Pendidikan akhir
: ….
Ibu Indra Yuliati adalah MD Pro 2 LPP RRI Bandar Lampung.. Wawancara dengan beliau membahas implementasi Redesain Format Programa 1 di LPP RRI Bandar Lampung.
Page 19 of 66
12. Nama
: Marsum
Usia
:
Jabatan
: Gate Keeper Pemberitaan
Pengalaman Kerja
:
Status
: …..
Pendidikan akhir
: ….
Bapak Marsum adalah Gate Keeper Pemberitaan LPP RRI Bandar Lampung.. Wawancara dengan beliau membahas implementasi Redesain Format Programa 1 di LPP RRI Bandar Lampung.
Page 20 of 66
13. Nama
: Tohir
Usia
:
Jabatan
: Gate Keeper Pemberitaan
Pengalaman Kerja
:
Status
: …..
Pendidikan akhir
: ….
Bapak Tohir adalah Gate Keeper Pemberitaan LPP RRI Bandar Lampung.. Wawancara dengan beliau membahas implementasi Redesain Format Programa 1 di LPP RRI Bandar Lampung.
Page 21 of 66
14. Nama
: Yeni Permasih
Usia
:
Jabatan
: Pengarah Acara / merangkap Penyiar
Pengalaman Kerja
:
Status
: …..
Pendidikan akhir
: S1
Ibu Yeni Permasih adalah RRI
Pengarah Acara juga merangkap Penyiar di LPP
Bandar Lampung.. Wawancara dengan beliau membahas implementasi
Redesain Format Programa 1 di LPP RRI Bandar Lampung.
Page 22 of 66
2. Mendefinisikan Permasalahan a. Pernyataan Permasalahan Latar Belakang dilakukannya Redesain Format Programa 1 dan 2 LPP RRI Nara Sumber tidak
mengungkapkan apa yang menjadi latar belakang Redesain
Format Programa 1 dan 2 di RRI Stasiun Lampung.
Pelaksanaan Redesain semata-mata
mengikuti perintah dari Kantor Pusat LPP RRI. Ibu Sophia mengatakan bahwa RRI Bandar Lampung telah melakukan redesain, yang ditandai dengan perubahan pada pola siaran dan jam siaran. Berikut pernyataannya,..” temanteman saya di RRI Bandar Lampung sudah melakukan redesain, memang
perubahan -
perubahan sudah kita laksanakan terutama mengenai pola siaran, jam siaran, kemudian juga kita lebih mencari apa yang diinginkan masyarakat, jadi masyarakat tentunya itu akan menimbulkan efek positif siaran-siaran
kita. Nah untuk itu saya kira
ketika kita bisa melayani
yaitu atensi masyarakat terhadap
teman-teman saya di Lampung
sudah
melaksanakan Pola Redesain itu”. Pak Sutrino mengatakan hal yang berbeda, “…..redesain ini suatu pola acara yang sangat bagus sekali, karena konten isinya itu sangat variatif, justru radio seperti inilah dengan kemasan redesain ini saya optimis ….pendengar pasti suka …dengan adanya tim redesain ini juga bisa
memacu para
insan-insan
RRI
untuk
lebih
kreatif untuk
menuangkan
kreativitasnya, sehingga output siaran kita dapat didengar di masyarakat, selain itu dengan adanya redesain
ini juga merupakan salah
satu
kemajuan
RRI
kalau memang mau Page 23 of 66
diterapkan terus … penuh juga …sangat bagus sekali, karena konten ….isinya itu tadi …sangat variatif …beda dengan tahun tahun sebelumnya.” Pak Tauchid Umar mengatakan bahwa pola-pola redesain tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya,”……kita tetap mengacu kepada apa yang telah ditentukan oleh pusat ya, artinya mengenai pola-pola yang telah ditentukan …misalnya kalau pagi kita menggunakan sistem religi kalau dari jam lima sampai jam enam, kemudian dari jam enam sampai jam sembilan pola berita dan informasi yang lebih dinamis begitu lo, jam sembilan sampai jam dua belas yaitu pola siangnya … lebih tetap dinamis, namun menekankan pada listeningnya begitu. Saya pikir pola-polanya tidak jauh berbeda”. Pak Triadi mengatakan bahwa apa yang ada dalam redesain sudah dilakukan di RRI Bandar Lampung. Beliau berkata’”… pada awalnya konsep redesain ini yang ikut sosialisasi ini kan dari siaran ya, tapi untuk di Lampung ini
juga kita sudah lakukan, sudah sosialisasi
bersama yang kalau saya tangkap pada intinya adalah bagaimana mengintegrasikan siaran, jadi bagaimana konten
siaran
dari aspek programa yang ada di siaran dan yang ada di
pemberitaan kan begitu. dalam daypart..”. Ibu Wita mengatakan perubahan yang signifikan dengan adanya redesain, khususnya pada fungsi-fungsi yang dituntut juga jumlah Penyiarnya. Beliau berkata,” Yang saya tahu redesain itu kalau selama ini mereka penyiar itu hanya berjalan sendiri … begitu ya … di Pro 2 itu mereka tanpa operator….. jadi mereka itu DJ begitu ya, tapi dengan redesain ini kita memang dianjurkan ada pengarah acara, ada gate keeper gitu kan, tapi anak Pro 2 itu memang mereka sudah berjalan dengan lancar operasionalnya…”
Page 24 of 66
Pak Krida Susanto merasakan adanya motivasi dengan adanya redesain, “..Saya pikir dengan redisain ini memang suatu momen penting saya pikir begitu, karena RRI. Dalam hal ini RRI Bandar Lampung dari saya masuk sejak lahir katakanlah begitukan RRI ya begitu, nah dengan adanya redesain yang sudah berjalan hampir tiga tahun ini ada sedikit motivasi baru begitu lo, bahwa kita harus berbuat begini, janga n begitu begitu saja, style kita harus begini, materi kita harus begini, kemudian juga kita harus beda antara Pro 1, Pro 2, Pro 3 dan Pro 4 harus beda, nah saya pikir dengan momen redesain ini sangat bagus kalau menurut saya dan Alhamdulilah di Bandar Lampung kita terapkan ternyata memang ampuh”. Dalam analisis peneliti pada level Manajemen LPP RRI Bandar Lampung tidak mengetahui
latar
belakang
perlunya dilakukan Redesain Format Programa 1 dan 2.
Pelaksanaan Redesain programa 1 dan 2 semata-mata melaksanakan perintah dari Kantor Pusat LPP RRI. Masing-masing Nara Sumber menyatakan hal yang berbeda untuk waktu mulainya pelaksanaan Redesain format programa Pro 1 dan Pro 2 di RRI Stasiun Bandar Lampung. Ada yang menyatakan mulai dilaksanakan di bulan Januari 2011, ada yang menyatakan di bulan Juli 2011, dan ada yang menyatakan di akhir tahun 2011. Ibu Sophia menyatakan bahwa untuk teknik pelaksanaan redesain di RRI stasiun Bandar Lampung melalui pertemuan setiap dua minggu sekali; “Jadi kita selalu menyelenggarakan pertemuan, pertemuan bukan hanya pada tatanan strukural, jadi setiap dua minggu sekali saya melaksanakan langsung kepada pelaksana , penyiar dan reporter misalnya”. Ibu Sophia menambahkan; “dengan pertemuan pertemuan intens menurut saya itu akan bisa mengurai ketika ada hal hal yang buntu bundet dan ganjelan-ganjelan mungkin diantara Page 25 of 66
sesamanya, dengan atasanya. Nah itu saya merencanakan dan melakukan pertemuan dengan kasie setiap seminggu sekali… setiap hari selasa. Pertemuan dengan seluruh struktural itu sebulan sekali sedangkan dengan pelaksana khususnya di siaran dan pemberitaan dua minggu sekali” Anggota Tim Kreatif adalah PNS dan PBPNS, namun lebih banyak dari karyawan PBPNS (Pegawai Bukan PNS); untuk melaksanakan redesain dengan harapan bahwa tenaga muda akan lebih bersemangat dan lebih kreatif. Berikut pernyataan Ibu Sophia;” …yang kita anggap bahwa anak anak muda itu masih punya kreatifitas tinggi, tidak harus struktural, karena kalau struktural itu terpaku, untuk merubah …untuk lebih mengelegar ..itu sulit, kemudian kalau kita mengajak anak -anak muda yang masih segar …masih banyak membaca masih banyak membuka internet dll…” Pak Tauchid Umar menambahkan bahwa redesain di RRI Bandar Lampung pelaksanaannya dilakukan bersamaan secara nasional;” dulu diprakarsai oleh Pak Rohan, dan kebetulan terus terang saja ini Pak, waktu itu yang lebih gencar-gencarnya memahami tentang persoalan Redisain ini waktu itu Pak Can
dengan Pak Krida Susanto …ini Kasi
Siaran kita dia mungkin yang lebih luas bisa menjelaskan tentang Redisain ini.” Pak Sutrisno menjelaskan keterlibatan tim redesain; “Yang terlibat dalam pelaksanaan redesain ini, karena tim ini kan t im terpadu antara siaran dan pemberitaan dan juga teknik, jadi dengan adanya tim redesain ini para pekerja-pekerja di daypart, daypart itu pola acara yang dikemas dan dilaksanakan setiap hari”. Sedangkan Pak Tauchid Umar berkata;” kita tetap mengacu kepada apa yang telah ditentukan oleh pusat ya, artinya mengenai pola-pola yang telah ditentukan. Saya pikir pola-polanya tidak jauh berbeda dengan yang ditentukan oleh Page 26 of 66
pusat. Cuman begini
pak yang membedakan kita dengan daerah lain, kita lebih
banyak
melibatkan dari partisipasi publik”. Pak Triadi mengatakan bahwa redesain adalah mengintegrasikan siaran;” kalau saya tangkap pada intinya adalah bagaimana mengintegrasikan siaran, jadi bagaimana
konten
siaran dari aspek programa yang ada di siaran dan yang ada di pemberitaan kan begitu. Pak Triadi menambahkan;” Kalau di Lampung ini baru daypat 1 daypat 2, ….. dari jam delapan sampai jam sembilan itu kita ada dialog interaktif, ada suara publik begitu lo, nah disinilah pemberitaan ikut kontribusinya dengan menetapkan atau dengan tim ….bersama sama tim dengan siaran… merumuskan menetapkan topik yang akan kita angkat besok dalam dialog itu…. kita rumuskan bersama dengan tim itu berintegrasi dengan dewan Redaksi itu dan Kasi Siaran itu juga wakil Dewan Redaksi ya. Kalau Ka.Satker Ketuanya, wakilnya Kasi pemberitaan dan Kasi Siaran. Pak Triadi melanjutkan;” Kita lakukan koordinasi ya terkadang formal …… Bagaimana besok pagi kira-kira, nah untuk menetapkan topik agenda setting itu kita berangkat dari isu-isu aktual yang memang sedang menjadi perhatian publik juga kalender even yang ada”. Ibu Wita menambahkan bahwa Redesain Pro 1 dan Pro 2 dilakukan di RRI Bandar Lampung adalah untuk meningkatkan kinerja dari program Pro 1 dan Pro 2. Beliau berkata;” Yang dilibatkan, nomor satu untuk penanggung jawabnya memang sih kepala RRI langsung, Tapi kalau yang langsung dioperasionalnya mulai dari Kepala Seksi siaran , Kasubsi Pro 2 nya, kemudian seluruh penyelenggara Pro 2 nya”. Ibu Wita melanjutkan;” …..kita selalu memberikan pengarahan kepada anak-anak, kita sealu menyarankan untuk membentuk tim
Page 27 of 66
bulan itu untuk diadakan semacam tema, kemudian saya selalu mengawasi kinerja mereka, kita hanya memberikan spirit saja kepada mereka.”
Analisis Peneliti menyimpulkan bahwa dari semua nara sumber di atas, menyebutkan bahwa redesain Pro 1 dan Pro 2 dilaksanakan di RRI Bandar Lampung dengan cara sosialisasi. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Konsepsi peran mengandalkan seperangkat harapan. Kita diharapkan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu dan mengharapkan orang lain untuk bertindak dengan cara-cara tertentu pula. Dalam peranan menjalan kan
yang berhubungan dengan
pekerjaannya, seseorang diharapkan
kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya.
Gross Masson dan Mc Eachren mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat. Dalam kamus sosiologi disebutkan bahwa peranan adalah 1) aspek dinamis dari kedudukan, 2) perangkat hak-hak dan kewajiban, 3) perilaku aktual dari pemegang kedudukan, Page 28 of 66
dan 4) bagian dari aktivitas yang dimainkan oleh sesorang. Sedangkan Horton dan Hunt mengemukakan bahwa mempunyai status.
peran
adalah
perilaku yang di harapkan dari seseorang yang
Bahkan dalam suatu status tunggalpun, orang dihadapkan dengan
sekelompok peran yang disebut sebagai perangkat peran. Istilah seperangkat peran (role set) digunakan untuk menunjukkan bahwa satu status tidak hanya mempunyai satu peran tunggal, akan
tetapi
sejumlah
peran
yang
saling
berhubungan
dan
cocok.
(sumber: http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2165744-definisi-peran-atau-peranan) SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada – dalam hal Leadership, Budaya Kerja, menjadi hal-hal yang fundamental perlu diperhatikan lebih serius untuk keberhasilan pelaksanaan Redesain Format Pro 1 dan Pro 2. Menurut paradigma change management, keberhasilan organisasi terletak pada kemampuannya beradaptasi terhadap
berbagai
perubahan
yang
muncul
di
lingkungan.
Pemberdayaan karyawan menjadi penting dalam upaya membentuk pribadi yang mampu beradaptasi terhadap perubahan.
Selain itu, karyawan akan lebih mudah menghadapi perubahan yang terjadi di organisasinya apabila kebutuhan rasa aman mereka secara pribadi dapat dipenuhi. Rasa aman karyawan dapat ditumbuhkan jika organisasi membuktikan dengan tulus bahwa karyawan selalu mendapat perhatian secara pribadi.
Menjadi pemimpin saat ini tidak lagi cukup bermodalkan visi, misi, sistem penghargaan, maupun sistem hukuman yang jelas. Sekarang, pemimpin juga menjadi figur yang bertugas mengasuh anggota unit kerjanya untuk bisa bekerja secara maksimal sesuai potensinya masingPage 29 of 66
masing. Menjadi tanggung jawab pemimpin apabila anggota unit kerja tidak bisa menunjukkan kinerja terbaiknya. Oleh karena itu, hendaknya pemimpin bisa lebih proaktif dengan bersedia turun tangan untuk membantu karyawan mengatasi masalah-masalahnya.
d. Kriteria Penentuan Khalayak Sasaran Khalayak
adalah segmen pendengar yang akan disasar Pro 1. Penetapan
pendengar utama dalam rentang usia tertentu di Pro 1 berarti bahwa usia itu masih tingkat produktivitas. Pendengar rentang usia antara 25 hingga 49 tahun menjadi pendengar utama Pro 1. Rentang usia di atas 50 tahun, kendati tidak prioritas, adalah pendengar yang tetap harus diperhatikan. Sementara, pendengar dengan rentang usia 4 hingga 12 tahun, adalah bagian dari kewajiban RRI sebagai radio publik, untuk juga tetap melayani dalam sejumlah acara siaran Pro 1. Pendengar Pro 2 adalah orang muda yang telah berusia 12-25 tahun, laki-laki dan perempuan berstatus soaial ekonomi B-C. Menurut nara sumber-nara sumber berikut, penentuan khalayak dari Pro 1 dan Pro 2 di RRI Lampung adalah: Pak Sutrisno berkata;” Segmen pendengar kalau di Pro 1 kan umum Pak, kalau di Pro 2 kan khusus anak-anak muda usia sampai 25 tahun, kalau di Pro 1 itu segmentasinya usia dini usia PAUD itu lo sampai usia
tak
terhingga
yang
penting mereka masih bisa
mendengar.”
Page 30 of 66
Bu Wita berkata;”Kalau untuk Pro 2 umur 12 sampai dengan 25 tahun untuk anak muda dan diperuntukan radio anak muda ya, jadi umurnya 12-25 tahun.” Ibu Indra Yuliati:;”…Peng-Iklan dengan redisain kita jadi kita lebih tajam begitu lo segementasinya, jadi kita bisa l ebih ngejual, ini anak muda, formatnya sudah ada sudah ada ketentuanya , jadi pengiklan juga tidak takut begitu lo. Jadi kita lebih tahu segmennya anak muda, gaya hidup jadi segemenya seperti itu..” Tidak semua nara sumber menyebutkan kriteria penentuan khalayak sasaran. Masih bias segmen khalayak khususnya Pro 1 di RRI Bandar Lampung. Untuk Pro 2 usia 12 sampai dengan 25 tahun.
e. Analisa SWOT Analisa SWOT berdasarkan analisa peneliti dengan narasumber…… Strength (kekuatan): a. Lebih focus dan sesuai dengan kebutuhan pendengar b. Meningkatkan kreativitas dan produktivitas kerja. c. Mengintregasikan sistem kerja siaran dan pemberitaan sehingga lebih efisien
Page 31 of 66
Weakness (Kelemahan): a. Budaya kerja siaran yang tidak fokus dan konsisten, yang telah menjadi kebiasaan (habit), memerlukan waktu lama untuk merubahnya sebagaimana perubahan perilaku seseorang. b. Leadership (Kepemimpinan), khususnya kepemimpinan puncak di stasiun yang mayoritas tidak mempunya latar belakang siaran praktis, sehingga akan menghambat proses implementasi Redesain Format Pro 1 dan Pro 2, khususnya dalam hal kebijakan dan pengambilan keputusan yang cukup ekstrim (perubahan posisi dan fungsi SDM yang ada). c. Birokrasi yang cukup panjang, menghambat percepatan proses implementasi Redesain Format Pro 1 dan Pro 2 d. Penentuan segmentasi khalayak yang belum tajam. e. Anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan redesain belum mencukupi. f. Kekurangan tenaga SDM yang sesuai dengan ketentuan redesain
Opportunity (Peluang): a. Jangkauan jaringan yang luas , khususnya untuk Pro 1
Page 32 of 66
Treat (Tantangan/Ancaman): a. Perubahan budaya yang tidak cepat seperti harapan, karena membutuhkan regenerasi. b. Mindset RRI adalah lembaga negara, lembaga birokrasi, corong pemerintah, adalah tantangan bagi RRI agar dapat memenuhi kebutuhan pendengar dalam segala aspek kehidupan tanpa melupakan RRI sebagai Radio Publik. c. Sistem pengaturan SDM, Leadership, yang tidak berlatar belakang siaran, agar dapat bersinergi dengan Redesain Format Pro 1 dan Pro 2. d. Persaingan dalam industri penyiaran yang cukup agresif dan kompetitif.
f.. Kebijakan dan Aturan Manajemen mengenai Program Redesain Format Siaran Programa 1 dan 2 LPP RRI Lampung Secara khusus, pada periode Direksi 2010 – 2015, ditetapkan bahwa Pro 1 menjadi Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Pro 2 menjadi Pusat Kreatifitas Anak Muda. Semua itu dilandasi oleh, kondisi masyarakat yang
kian
memprihatinkan.
Masyarakat cenderung
hanya
berorientasi pada hasil, jalan pintas, konsumerisme tinggi, terciptanya benih-benih fragmentasi social, dan
melemahkan
capital social (gotong royong, musyawarah, keswadayaan, dll).
Kondisi ini mendorong perilaku yang jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalan secara kolektif. Konsistensi dalam pelaksanaan standard program yang telah ditentukan, mulai dari musiknya, kemudian talknya, gaya bicaranya harus beda antara Pro 1 dengan Pro 2. Kemudian Page 33 of 66
kontennya. Konten lokal untuk remaja berbeda dengan untuk orang dewasa. Persoalan yang lebih mendasar adalah kinerja. Dalam Redesain ditetapkan misalnya bahwa satu waktu siaran itu disebut daypart, ada pagi, siang, sore dan malam. Yang bekerja adalah tim bukan satu atau dua orang. Karena seluruh waktu itu harus dikelola dengan serius. Jika hanya satu atau dua orang yang ada di ruang siaran pada saat siaran, berarti redesainnya tidak jalan. Untuk jalannya siaran idealnya minimal 4 orang yang bertugas, yaitu penyiar, operator, gate keeper, dan pengarah acaranya. Ibu Sophia menjelaskan kerjasama RRI Bandar Lampung dengan pihak luar. Beliau berkata;” Hubungan RRI dengan Pemda, Pemprov, Pemkab, Pemkot sudah bagus, tentunya itu juga mendukung pola redisain ini menjadi lebih diminati oleh masyarakat, karena kita juga menyelenggarakan off air
bersama dengan pemerintah daerah untuk menjaring minat
pendengar.” Ibu Sophia melanjutkan;” Pastinya
ketika ada
pergeseran
waktu, itu pasti kita
mendapatkan protes dari pendengar, lho ini kok tidak ada, ini kok bergeser, dll. Sebelum itu kita lakukan …..memang kita s osialisasikan melalui promo-promo, bahwa nanti acara ini akan bergeser ke jam ini, karena ini berkaitan dengan pola redesain. Jadi masyarakat tadinya sih tidak paham, jadi kita memberikan gambaran ketika mereka datang bertanya atau melalui telepon ……, sekarang program kita itu seperti ini. Memang didesain ulang untuk mengambil yang terbaik.
Jam-jamnya
juga
disesuaikan
dengan
kondisi masyarakat. Nah itu kita
promokan dan itu sesering mungkin, ketika ada yang merasa belum mendengar
itu
mempertanyakan, karena sudah ada dasarnya dengan promo sesering mungkin.”
Page 34 of 66
Ibu Sophia juga menambahkan, bahwa
pelaksanaan
redesain juga melibatkan
pendengar. Ibu Sopiha berkata;” … ketika kita membikin pola itu juga melibatkan pendengar, melibatkan pemerhati kita undang juga, ketika juga akan memulai redisai itu kita juga mensosialisasikan mengundang pendengar untuk mensosialissikan agar mereka paham .. “ Komunikator redesain di RRI Lampung adalah Tim Kreatif. Berikut pernyataan Ibu Sophia;” Tim kreatif ada. Kita SK kan juga , kebanyakan justru anak-anak PBPNS. Jadi yang kita anggap bawa anak anak muda itu masih punya kreatifitas tinggi, tidak harus struktural. Karena
kalau
struktural itu sudah kita-kita sudah terpaku, untuk merubah untuk lebih
menggelegar itu sulit…. kita mengajak anak anak muda yang masih segar masih banyak membaca masih banyak membuka internet dll. Saya kira itu masa depan kita.” Pak Tauchid Umar mengatakan bahwa dengan adanya redesain pendengar menjadi antusias. Beliau berkata;” …pendengar-pendengar kita di Bandar Lampung ini sangat antusias sekali, …… semua acara acara yang kita lakukan itu lebih cenderung interaktif. Saya ambil salah satu contoh saja untuk Pro 1 kita itu acara kedaerahan …. yang malam hari tu mulai jam 22 sampai jam 24 itu kita bisa mengcover suku-suku yang ada di Lampung ini, nah pendengar-pendengar itu mereka bisa membuat paguyuban-paguyuban sendiri begitu, begitu juga, begutu juga pada acara acara pada jam 14 sampai jam 15 yaitu disitu ada acara Aceliong Sayang, Dendang Melayu, Ada acara Paras Paros ….. kalau pendengar secara kolektifitas, RRI sudah memberikan tanda pengenal kepada pendengar tererutama kepada pengasuh-pengasuhnya….” Menurut Pak Prionggo tidak ada Tim Kreatif di RRI Bandar Lampung;” Kalau tim kreatif disini secara resmi sih tidak ada ya …., karena kita keterbatasan dengan SDM, jadi Page 35 of 66
penyiar-penyiar ini yang menjadi tim kreatifnya, berjumlah ada delapan orang ….”. Pak Prionggo melanjutkan;”….. daypart kalau pagi itu ya sebenarnya ada Produser, ada gate keeper, kemudian ada Musik Director, cuma karena kita kekurangan orang untuk menjalani itu, jadi kita menjalani apa adanya saja., tapi tidak mengurangi konten atau program yang kita jalani setiap harinya. Jadi memaksimalkan yang ada ……” Dalam analisis peneliti redesain format Programa 1 dan 2 merupakan langkah praktis untuk merubah paradigma dan kinerja Siaran. Namun, Budaya kerja adalah hal yang paling berat dalam pelaksanaan implementasi Redesain Format Pro 1 dan Pro 2 di RRI Lampung. Terlebih lagi, jumlah SDM yang tidak lengkap dan memiliki kualitas untuk mengisi fungsifungsi yang dituntuk oleh redesain format Pro 1 dan Pro 2.
h. Mengenai Anggaran Pengadaan pProgram Pada Surat Keputusan Direktur Utama LPP RRI No.58/KEP/DU/2011 yang ditetapkan pada tanggal 21 Januari 2011 di Lampung, Tentang Pembentukan Tim Pengembang Format Programa 1 dan 2 LPP RRI disebutkan pada butir Keempat bahwa Segala biaya yang timbul sebagai akibat dikeluarkannya keputusan ini dibebankan pada anggaran Direktorat Program dan Produksi LPP RRI. Kebijakan anggaran yang direalisasikan di RRI Lampung untuk pelaksanaan redesain format Pro 1 dan Pro 2, berbeda-beda menurut nara sumber berikut ini. Tauchid Umar mengatakan bahwa anggaran adalah sangat penting menunjang terlaksananya redesain. Beliau berkata;” Terus terang saja untuk menunjang program redisain Page 36 of 66
ini menurut saya tidak ada kata lain anggaran merupakan dasar motivasi untuk mendukung kualitas, kita bayangkan saja … untuk membuat program yang melibatkan publik, misalkan kita contohkan dengan anggaran Rp.75.000 misalkan apa mungkin begitu lho, misalkan kita mendatangkan
masyarakat, nara sumber, atau
orang-orang
yang berkompeten dalam
interaktif apa mungkin itu terlaksana betul. Nah terus terang saja, dulu saya sangat optimis ya dengan hasil pertemuan di Bali sudah menetapkan pola redesain akan di back up dengan anggaran bla…bla misalkan, tetapi dalam pelaksanaannya ? konteknya di daerah ya itu tadi kita tata ulang ya itu itu klasik. Terus terang saja saya ingin mengatakan bahwa pola redisain ini tetap harus dipertahankan, tetap harus dipertahankan, tetapi dengan pola anggaran benarbenar harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas. Ibu Wita mengatakan bahwa ada perbedaaan anggaran pelaksanaan program di Pro 1 dan Pro 2. Beliau berkata ;” …. selama ini yang baru ada dalam bentuk honor itu baru di Pro 1, jadi di Pro 2 belum ada…” Pak Prionggo mengatakan bahwa hanya sedikit mengetahui perihal anggaran. Beliau berkata;” Sebetulnya kita
tidak tahu banyak… tentang anggaran, apa lagi yang sering
disebutkan dengan RKKAL itu ….terkadang kita mengajukan apa sering terbentur dengan RKKAL. Sebenarya kita belum mengerti secara luas mengenai itu. Jadi begitu terbentur dengan anggaran kita hanya pasrah, misalnya kemarin kita mengadakan liputan mungkin jalur biro krasi harus beberapa hari sebelumnya, sedangkan kayak lembaga lain yang menangani dengan masalahkan memeraka biasanya dadakan untuk itu dan seperti swasta biasanya cepat. Itu terkadang terkendala mungkin terbentur dengan sitem birokrasi yang rumit…”
Page 37 of 66
Ibu Indra Yuliati juga mengatakan ada perbedaan anggaran di Pro 1 dan Pro 2. Beliau berkata;”…Kebetulan kalau untuk penyiar-penyiarnya sendiri kita apa ya…. banyak yang lebih suka dengan kebijakan yang seperti ini jadi dengan daypart sistem daypart begitu. Di Pro 1 ada tim yang dibayar, di Pro 2 tidak ada.” Analisis Peneliti menyimpulkan bahwa distribusi anggaran pengadaan program untuk redesain Pro 1 dan Pro 2 di RRI Lampung mengalami hambatan ditingkat pelaksanaan program.
3..Tindakan (Aksi) dan Komunikasi (Tahap 2) a.Kredibilitas Proses pelaksanaan redesain format Programa 1 dan Programa 2 di RRI Lampung dilakukan sosialisasinya oleh Kepala Stasiun kemudian turun ke Kepala Bidang, kemudian ke Kepala Seksi yang sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Job Description Pro 1 1. Kepala Seksi / Kepala Sub Seksi Pro 1, sebagai penanggung jawab pelaksanaan produksi siaran. Dalam operasional disebut produser dan membawahi tim pelaksana siaran. Produser merupakan fungsi pelaksana siaran yang dalam jabatannya secara langsung bertanggung jawab untuk keseluruhan siaran Pro 1.
Page 38 of 66
2. Produser Pelaksana, adalah orang yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk memimpin, mengkoordinasi dan melaksanakan tugas seluruh kegiatan produksi siaran pada satu sesi siaran. Satu sesi siaran dapat lebih dari satu daypart. 3. Pengarah Acara, adalah orang yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk memimpin, mengarahkan dan melaksanakan teknis kegiatan yang sudah dirancang pada satu daypart. 4. Presenter/Penyiar, adalah orang yang ditunjuk melaksanakan tugas penyelenggaraan siaran berdasarkan rancangan acara, topic, dan angle yang sudah ditentukan oleh Pengarah Acara. 5. Gate Keeper, adalah orang yang ditunjuk dan bertanggung jawab mengarahkan, mengkoordinasikan petugas di lapangan dan menghimpun bahan-bahan siaran yang diperlukan oleh presenter dalam penyelenggaraan siaran. 6. Operator, adalah orang yang ditunjuk dan bertanggung jawab atas kelayakan operasional peralatan teknik produksi siaran.
Job Description Pro 2 1. Tim Produksi Satuan kerja produksi yang merupakan gabungan unsure structural, staf non structural yang mendukung terlaksananya produksi acara. Kualitas isi dan kemasan acara tergantung, seberapa besar tim produksi berinteraksi, berkoordinasi dan berperan maksinal dalam memproduksi acara. Page 39 of 66
a. Program Director Seorang yang bertanggung jawab merumuskan, menetapkan programming penyiaran radio sesuai bentuk format penyiaran radio yang telah ditetapkan, termasuk aspekaspek pendukung keberhasilan penyiaran radio, dengan memperhatikan kebutuhan pendengar. b. Produser Seorang yang melaksanakan rencana, memimpin dan mengkoordinasikan segenap unsure dalam suatu produksi. c. Traffic Director (Programmer) Seorang yang bertugas menyiapkan, memproduksi serta menjadwalkan program acara. Ia berada dibawah Program Director (Kabid Siaran) d. Pengarah Siaran Seorang yang berkewajiban memimpin dan mengarahkan pelaksanaan siaran, termasuk mengambil tindakan untuk menyelamatkan siaran. e. Music Director Seorang yang bertugas memilih lagu sebagai materi program siaran, yang disesuaikan dengan format music/lagu Pro 2 yang telah ditetapkan. f. Pengarah Teknik dan Multi Media
Page 40 of 66
Seorang yang bertugas mengarahkan/mengatur/mengendalikan penggunaan peralatan teknik/perangkat elektronik/multi media dalam mendukung proses produksi acara siaran. g. Editor/Korektor Seorang yang bertugas melakukan koreksi/mengedit/memilih, dan mengolah bahanbahan siaran. h. Operator Studio Seorang yang bertugas mengendalikan suatu perangkat elektronik pada studio untuk siaran radio. i. Penyiar Kesinambungan Seorang yang bertugas membuka dan menutup acara siaran, menyampaikan susunan acara dan informasi lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan siaran pada suatu periode/hari. j. Pengarah Acara Seorang yang berkewajiban memimpin jalannya proses produksi siaran, sejak dari pembahasan naskah bersama seluruh kerabat kerja sampai dengan produksi selesai dan membuat laporan tugas. k. Teknisi Siaran Luar (STL/Studio Transmitter Link)
Page 41 of 66
Seorang yang bertugas mengendalikan modulasi dari siaran yang berlokasi di lapangan ke studio. l. Unit Manager Seorang yang berfungsi sebagai pembantu umum, melaksanakan kesiapan administrasi/mencatat
inti
kebijakan
pimpinan
produksi/produser
dalam
mengkoordinasikan seluruh proses produksi di lapangan.
2. Tim Kreatif Sekelompok individu yang mengeksplorasi ide-ide mereka yang dituangkan, diproduksi secara kreatif. Tim kreatif berperan besar mengelola suatu acara, informsi atau kemasan agar dapat menarik untuk dinikmati para pendengar, sehingga mampu bersaing dengan acara lain. Tim kreatif berperan menyajikan program/acara semenarik mungkin agar pendengar tidak jenuh. Tim kreatif harus memiliki motivasi kerja agar bisa memberikan kreativitas yang maksimal dalam menciptakan ide atau karya. Pada pengelolaan siaran Pro 2, tim kreatif harus dibentuk secara permanen. Mereka harus berfungsi efektif. SDM yang terlibat berasal dari lintas bidang/bagian selaras dengan Tupoksinya. Tim ini merupakan bagian dari tim produksi dengan personil pilihan. Pembagian job description tersebut untuk Pro 1 dan Pro 2 tidak sesuai dengan Standard Operating Prosedur yang ada dimana jumlah fungsi tidak sesuai dengan jumlah SDM yang ada. Beberapa fungsi dirangkap oleh satu orang SDM. Hal ini akan mengakibatkan conflict of interest (konflik kepentingan) , dan tidak adanya dual control (saling mengawasi). Selain itu, Page 42 of 66
pekerjaan yang seharusnya dikerjakan 2 atau 3 orang dirangkap pekerjaannya hanya oleh satu orang, memang lebih hemat dari segi biaya, tapi dari segi kualitas, jika berkelanjutan dan frekuensi pekerjaannya bertambah akan mengakibatkan menurunnya kualitas pekerjaan dan demotivasi karyawan itu sendiri. Sehingga tidak produktif. Persoalan yang dihadapi dalam
perencanaan sumber daya manusia dalam
pengembangan dan implementasinya dari strategi sumber daya manusia dapat dikelompokkan ke dalam empat permasalahan (Rothwell, 1995) : Pertama, perencanaan menjadi suatu problema yang dirasa tidak bermanfaat karena adanya perubahan pada lingkungan eksternal organisasi, meskipun nampak adanya peningkatan kebutuhan bagi perencanaan. Kedua, realitas dan bergesernya kaleidoskop prioritas kebijakan dan strategi yang ditentukan oleh keterlibatan interest group yang memiliki power. Ketiga, kelompok faktor-faktor yang berkaitan dengan sifat manajemen dan
ketrampilan serta kemampuan Kepsta/Kabid/Kasie yang memiliki
preferensi bagi adaptasi pragmatik di luar konseptualisasi, dan rasa ketidakpercayaan terhadap teori atau perencanaan, yang dapat disebabkan oleh kurangnya data, kurangnya pengertian middle manager, dan kurangnya rencana korporasi. Keempat, pendekatan teoritik konseptual yang dilakukan dalam pengujian kematangan perencanaan sumber daya manusia sangat idealistik dan preskriptif, di sisi lain tidak memenuhi realita organisasi dan cara pimpinan mengatasi masalah-masalah spesifik. Permasalahan tersebut merupakan sebuah resiko yang perlu adanya antisipasi dengan menerapkan aspek fleksibilitas ,manakala terjadi kesenjangan di lapangan. Namun sedapat mungkin Kepsta/Kabid/Kasie telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi secara cermat setiap perkembangan yang terjadi , karena pada dasarnya sebuah bangunan perencanaan SDM tidak Page 43 of 66
harus dibongkar secara mendasar , jika ada kekurangan dan kelemahan ,tentu ada upaya mengatasi jalan keluar yang terbaik.
b.Konteks 1. Cara Redesain Format Siaran Pro 1 dan 2 menentukan keberhasilan program Pak Sutrisno mengatakan untuk mengetahui tolok ukur keberhasilan program adalah dengan adanya respon langsung dari pendengar, berikut pernyataan Pak Sutrisno;” Sudah otomatis Pak,
pendengar kita
otomatis meningkat, memberikan respon-respon bagus,
pendengar kita itu selalu kreatif, seperti kemarin ketika terjadi perbaikan jaringan dan pemasangan
alat pemancar itu banyak sekali pendengar memberikan masukan, itu kita
maklumi..” Pak Krida Susanto mengatakan bahwa pendengar aktif dijadikan patokan. Beliau berkata;” …. kalau dari jumlah pendengar, biasanya yang kita jadikan patokan itu kan yang aktif ya, pendengar aktif kita di Pro 1 dan Pro 2 terasa meningkat, baik itu acara -acara yang sudah lama berjalan, acara calling program acara-acara seni dan budaya termasuk juga acara dialog, ya t erus terang saja ya sebelum redisain acara dialog kalau ada order iya, kalau tidak ya sudah acara aneka info saja kan, tetapi dengan redesain ini yang setiap pagi kita adakan dialog ya otomatis dari segmen pendengarnya jumlahnya akan meningkatkan dan itu aktif termauk di Pro 2.”
Page 44 of 66
2. Solusi untuk mengetahui minat pendengar terhadap redesain format siaran Programa 1 dan 2 Nara sumber menjelaskan bahwa minat pendengar dapat diketahui melalui audience riset, sms dan telpon yang masuk. Ibu Dwi Febrianti berkata;” Dari awal sepertinya sih belum ya,
tanggapan
publik/pendengar diperoleh melalu telpon dan sms. Kalau dari pengisi acara ikut saja apa kebijakan dari RRI. Keterlibatan
pendengar dapat diukur ketika siaran berjaringan
kita baru tahu bahwa acara itu didengar, kalau itu yang acara yang direkam kita agak sulit untuk mengukurnya, tetapi kita acara berjaringan baru ketahuan bahwa acara anak cerdas Indonesia didengar…” Pak Marsun;”… Kalau respon untuk olah raga setiap kali saya tugas itu baik melalui SMS, maupun menelpon langsung menanggapi komentar dari nara sumber cukup banyak begitu, karena memang untuk olahraga ini di Lampung tidak sepadat seperti yang ada di Jakarta
atau Lampung
di Kota –kota besar, kalau untuk Lampung
untuk even-even
Nasionalnya untuk satu tahun mungkin dua atau tiga event begitu ya. …..
Page 45 of 66
Elihu Katz, Jay G. Blumlerm dan Michael Gurevitch uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain , yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain. Pendekatan ini secara kontras membandingkan efek dari media dan bukan ‘apa yang media lakukan pada pemirsanya’ (kritik akan teori jarum hipodermik, dimana pemirsa merupakan objek pasif yang hanya menerima apa yang diberi media). Page 46 of 66
Sebagaimana yang diketahui, bahwa kebutuhan manusia yang memiliki motif
yang
berbeda – beda. Dengan kata lain, setiap orang memiliki latar belakang, pengalaman dan lingkungan
yang
berbeda. Perbedaan ini, tentunya berpengaruh pula kepada pemilihan
konsumsi akan sebuah media. Katz, Blumler, Gurevitch mencoba merumuskan asumsi dasar dari teori ini , yaitu : Khalayak dianggap aktif, dimana penggunaan media massa diasumsikan memiliki tujuan. Point kedua ialah, dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif yang mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. Point ketiga, media massa harus bersaing dengan sumber – sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Dimana kebutuhannya ialah untuk memuaskan kebutuhan manusia, hal ini bergantung kepada khalayak yang bersangkutan. Point keempat, banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Point kelima adalah Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media secara spesifik.
Page 47 of 66
c. Isi Alur distribusi infomasi pelaksanaan redesain format siaran programa 1 dan 2 1.
Kepsta
TIM Redesain (sosialisasi) -
PNS
-
PBPNS
Karyawan (sosialisasi) -
Siaran
-
Pemberitaan
Monitoring & Evaluasi (Kabag, Kasie)
Evaluasi sebulan 2 kali -
DAS (Daftar Acara Siaran)
-
Rapat
Page 48 of 66
1. Kepala Stasiun (Kepsta) melakukan sosialisasi Redesain Format Pro 1 dan Pro 2 berdasarkan hasil dari
sosialisasi Seminar Nasional dan Buku Pedoman
Penyelenggaraan Siaran Pro 1 dan Pro 2 kepada Tim Redesain yang terdiri atas PNS dan PBPNS. 2. Tim Redesain melanjutkan sosialisasi kepada karyawan sesuai dengan tugas pokok fungsi masing-masing bagian. 3. Monitoring dan Evaluasi dilakukan oleh Kepala Bidang dan Kepala Seksi sesuai dengan tugas pokok fungsi masing-masing bagian.
d.Saluran Media komunikasi Redesain Format Siaran Programa 1 dan 2 Menurut
Bu Sophia media komunikasi
pelaksanaan
redesain di RRI
Lampung
dibedakan internal dan eksternal. Bu Sophia berkata;”… ada barter dengan media cetak, ada dengan TV. Jadi kita sudah ada three in one begitu, kalau dari pusat melalui pertemuan, sosialisasi, dan melalui diklat. Bagaimana cara menginplementasikan redisain itu di daerah daerah.. Ada juga buku panduan yang dapat dibaca ada juga melalui telpon. Email, dan fax. dll ….”. Pak Sutrisno mengatakan bahwa komunikasi selain tatap muka langsung , juga melalui telpon. Beliau berkata;” Kita selalu koordinasi, walaupun kita bisa bertemu langsung, kita Page 49 of 66
berkoordinsi melalui telepon, dan apapun yang penting acara itu berlangsung dengan lancar…” Ibu Wita mengatakan komunikasi intensif dilakukan meski dari rumah. Beliau berkata;” Saluran komunikasi yang sering digunakan kalau dadakan dari rumah misalnya kita pakai Hp , SMS dan sejenisnya. Disampaing pertemuan dan komunikasi langsung..” Lain halnya dengan Pak Krida Susanto yang lebih menyukai media diskusi. Beliau berkata;” Saya lebih suka dengan urun rembug, jadi komunikasi saya yang paling utama tatap muka bicara, setiap kali ada kebijakan dari pusat yang turun ke Kepsta dan sampai kepada saya , itu pasti saya segera sampaikan kepada teman-teman Kasubsi kemudian kita berembug kita camkan kebijasanaan itu bagaimana kita menyikapi pelaksanaanya..” Ibu Indra Yuliati menambahkan bahwa untuk menjaring komunitas di RRI Lampung dengan pihak luar adalah melalui saluran on air, off air, dan juga melalui inedia internet. Sedangkan untuk pihak di RRI sendiri melalui rapat-rapat rutin. Menurut Pak Marsun saluran komunikasi di RRI Lampung adalah melalui petermuanpertemuan. Beliau berkata;” ..
mestinya melalui pertemuan- pertemuan, ini namanya
pertemuan kadangkala hanya seperti …mau dibutuhkan saja… seperti mau ada kegiatan MTQ begitu atau kegiatan arus balik arus mudik, itu kita baru mengadakan rapat, cuman rapat-rapat rutin kayaknya enggak begitu..”
Page 50 of 66
Menurut para nara sumber bahwa sosialisasi pelaksanaan redesain format Pro 1 dan Pro 2 di RRI Lampung selain melalui media komunikasi rapat atau briefing, juga melalui saluran telpon maupun email, sedangkan untuk pihak luar dilakukan melalui kegiatan on air maupun off air, juga media internet.
4. Monitoring dan Evaluasi (Tahap 3) a.Konseptualiasi dan desain program Monitoring adalah
proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas
objektif program. Memantau perubahan, yang focus pada proses dan keluaran. Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan, dan melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berikan. Menurut pengertian istilah “evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan
sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen
dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan” (Yunanda : 2009). Menurut Stufflebeam dalam Lababa (2008), evaluasi adalah “the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang
berguna
untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Masih dalam Lababa (2008), Worthen dan Sanders
mendefenisikan “evaluasi sebagai usaha
mencari sesuatu yang berharga (worth).
Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta Page 51 of 66
alternatif prosedur tertentu”. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas. Monitoring dan Evaluasi Redesain Format Pro 1 dan Pro 2 dilakukan oleh Kabag dan Kasie, dengan melakukan analisis DAS (Daftar Acara Siaran). Berikut pernyataan Nara Sumber mengenai pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi di RRI Bandar Lampung. Ibu Sophia menjelasakan proses monitoring dan evaluasi yang dilakukan adalah;” Karena kita
di bidang radio ….monitor tentu kita lakukan dengan radio , khususnya RRI …kita
mendengar siarannya. Kemudian dengan pertemuan pertemuan intens…menurut saya itu akan bisa mengurai ketika ada hal hal yang buntu bundet dan ganjelan-ganjelan mungkin diantara sesamanya, dengan atasanya. Nah itu saya merencanakan dan melakukan pertemuan dengan kasie setiap seminggu sekali setiap hari selasa. Pertemuan dengan seluruh struktural itu sebulan sekali ….sedangkan dengan pelaksana khususnya di siaran dan pemberitaan dua minggu sekali. Jadi kalau ada sesuatu hal yang menghambat segera bisa diurai, segera bisa dicari solusinya…” Pak Sutrisno mengataka selalu melakukan monitoring. Berikut yang disampaikan;” Sistem monitoring tetap kita laksanakan, kita monitoring itu selalu, kita karena kerja di tim itu ya pak ya, itu kadang kadang ada kendala , misalnya lagu powernya kurang naik , kemudian ada lagi kendala PLN misalnya, tapi solusi ini juga adakan kita sudah siap jenset. Dalam evaluasi program redisain memang kadang-kadang kita juga ada masukan dari luar, terutama
Page 52 of 66
dari para pemerhati siaran RRI juga dari pengasuh juga memberikan masukan menyangkut kemasan-kemasan yang bagus untuk disiarkan , sehingga tidak menjenuhkan begitu juga dengan jenis jenis lagu yangmereka siapkan.” Pak Tauchid Umar mengatakan tidak mengetahui kegitan monitoring. Yang dipahami adalah evaluasi, sebagaimana berikut;” Saya juga kurang begitu tahu ini, kalau di RRI Bandar Lampung itu kan mengacu pada ketentuan pedoman yang ditetapkan oleh Jakarta…. disitu ada kegiatan monitoring, agenda setting, supervisi siaran …kemudian ada kegiatan perencanaan pola dan evaluasi siaran, dan mengenai monitoring itu saya tidak tahu, nanti tanyakan saja pada Pro 1 atau Pro 2, karena mereka intensif pada pekejaan itu. Kalau evaluasi terhadap program ? Nah iya kalau evaluasi yang kita lakukan itu bisanya kita lakukan per triwulan yang hadir sesuai dengan Tupoksinya.” Pak Krida menjelaskan tahapan evaluasi sebagai berikut;” Evaluasi, dengan evalusi khususnya disiaran itu minimal ada triwulanan, ada semesteran tiap enam bulan, kemudian pada akhir tahun baru kita buatprogram program yang ssuai dengan perkembangannya, tepai setiap tiga bulan kita dakan evaluasi yang dihadiri semua yang terlibat dalam proram redisain siaran, teknik dan pembveritaan. Dan juga TU semua kita libatkan.” Pak Krida menambahkan ;” …setiap minimal tiga bulan sekali setelah evaluasi kita ada pertemuan rutin siaran semua ada disitu, kita betul betul bicarakan secara terbuka di situ.kemudian apa yangjadi temuan dan disepakati kita laksanakan bersama sama gotong royong ….rembug.”
Page 53 of 66
Ibu Wita membenarkan bahwa sering mengadakan rapat evaluasi. Beliau berkata;”Kita memang mengadakan rapat itu kadang-kadang tiga bulan sekali, kadang enam bulan sekali, kemudian yang jelas diakhir tahun menjelang kita membuat lagi program yang akan datang. Tanda hadir setahun sekali pasti ada, yang lainnya ? Namun, Pak Marsun
mengatakan
sebaliknya bahwa RRI Lampung tidak pernah
melakukan evaluasi, sebagaimana pernyataannya berikut;” Evaluasi tidak pernah, ini kesannya jalan sendiri- sendiri.”
Page 54 of 66
Para Nara Sumber mengatakan hal yang berbeda mengenai proses monitoring dan evaluasi pelaksanaan redesain di RRI Bandar Lampung. Ada benar-benar mengetahui bahwa ada monitoring dan evaluasi, namun ada yang sama sekali tidak mengetahui adanya monitoring atau evaluasi. Analisis peneliti menyimpulkan bahwa telah terjadi hambatan-hambatan komunikasi pada pelaksanaan monitoring dan evaluai redesain Pro 1 dan Pro 2 di RRI Bandar Lampung.
b.Implementasi Program
Pelaksanaan Redesain di RRI Lampung dikomunikasikan langsung oleh Kepala Seksi. Ibu Wita berkata;” dari
Kepala seksi siaran dan Kasubsinya kita selalu memberikan
pengarahan kepada anak-anak, kita selalu menyarankan utuk membentuk tim bulan itu untuk diadakan semacam tema, kemudian saya selalu mengawasi kinerja mereka, kita hanya memberikan spirit saja
kepada mereka itu, ….. apapun yang dilakukan
kami selalu
memberikan pengarahan. Selalu mengingatkan kedisiplinan mereka, memang anak-anak Pro 2 ini anak anak PBNS semua. …..kadang-kadang ada Pak bandelnya ada, tapi dibalik kebandelan itu mereka itu aktif..” Ibu Wita menambahkan;” Pertama kita,…. memang alurnya di kita untuk sebelum tahun anggaran berikutnya kita kan mengadakan semacam pertemuan ya, nah itu nanti Kasi siaran akan menjelaskan
mengundang
seluruh penyiar
Pro 2. Kasi Siaran
memerintahkan kepada Kasubsi Pro 2 begitu, Kasubsi Pro 2 nantinya menyampaikan kepada penyiar Pro 2. ( ini berlangsung secara lisan saja).... Page 55 of 66
Pak Krida Susanto menjelaskan mengenai Tim redesain. Beliau bekrata;” Tim redisain ini pastinya semua operasional siaran ya, di siaran kemudian di pemberitaan, di teknik termasuk juga teman-teman di tata usaha kan terlibat semua, kalau operasionalnya otomatiskan tiga seksi, siaran , pemberitan dn teknik, itu oprasionalnya, tapi pendukung opersionalnya kan di TU y ang juga pendukung operasional kita, kita menilai karena dengan gaya baru, dengan orang orang yang harus bergaya baru ya otomatis anggarannya juga harus baru ya begitu dong. Ibu Indra Yuliati menjelaskan proses pemilihan lagu yang diminati oleh pendengar. Beliau berkata;” … saya enggak suka sih dengan asumsi, …, saya tanya saya lakukan adalah riset, inikan kebetulah ada anak anak sekolah, apa yang mereka paling suka dengar, kemudian saya ke tempat karaoke begitu apa yang paling sering disini diputar embak, kemudian saya tamping itu kemudian saya lihat dijejaring sosial, apa yang paling banyak mereka dengar, dan Page 56 of 66
sekarang radio itu memutarkan apa yang mau didengar oleh para pendengar ….. bukan lagu lagu asing bukan lagu-lagu yang tidak mau didengar begitu.” Ibu Indra Yuliati menlanjutkan;’”Kita setiap bulan bikin forum, …setiap bulan kita bikin tema, kita punya tema yang menyegarkan siaran kita. Misalnya Hari RRI kita buat Jengle tentang sejarah- sejarah RRI. Pertemuan itu berlangsung informal …. kita duduk bareng bareng sambil evaluasi siaran. Kalau untuk Pro 2 nya kita sitemnya kekeluargaan, jadi kita ngumpul bareng, tidak ada absen resmi. Kalau dengan Kepala Seksi Siaran bersama sama dengan Pro 1 baru kita resmi di ruang rapat.” Ibu Yuliarti menambahkan hal berikut untuk pelaksanaan redesain ;” Kalau buku iya ada saya pegang, kalau CD . tidak, tapi kalau implemtasi dari PP dari Pusat ada Bank Musik saya dapat aksesnya tapi tidak bisa di akses begitu, ya itu tadi saya dapat akun tetapi tidak dapat dibuka. Kan pakai internet jaringan RRI saya tidak bisa pakai. Jadi tetap saja kalau album-album saya bila sendiri, masih pakai biaya sendiri untuk memperbaharui, terus saya kerjasama dengan pihak lebel sendiri.” Pak Tohir mengatakan adanya perubahan acara pada pelaksanaan redesain. Beliau berkata;” Ya melalui acara-acara kita itu, misalnya dari jam 8 sampai jam 9 kita selipkan untuk mensosialisasikan itu bahwa akan ada perubahan, sebelumnya secara internal ada dengan rapat -rapat khusus, kayak dipemberitaan kan setiap pagi kan ada rapat agenda setting itu.” Ibu Yeni Permasih menyebutkan keterlibatan pendengar pada pelaksanaan redesain. Beliau berkata;” Strateginya, biasanya pengasuh ragom budaya Lampung ini masyarakat itu pendekatannya
terus mengajak mereka
datang ke RRI
sendirinya mereka yang datang itu lebih banyak, terus selain
datang ke
kesini, dengan
Lampung ini, acara Page 57 of 66
Panginyongan yang Jawa ini lebih kuat lagi, masyarakat Lampung ini justru lebih banyak yang
datang, dia mengadakan
arisan, justru dia
acara
Panginyongan
tapi
orang
masyarakat luar tapi kumpulnya di RRI.” Ibu Yeni Permasih melanjutkan:” ….. tetapi kesan begini , kok RRI sekarang kesan jadinya News terus ya ? karena segmennya bukan untuk, kalau Pro 3 mungkin ya. Ini karena RRI inikan keseluruhan …kalau acara … kayaknya ya itu tadi Ragom Buya Lampung itu paling diminati oleh masyarakat itu, karena memang pertama memang budaya Lampung begitu ya. Kedua orang orangnya itu Lampung itu orang orangnya itukan tidak satu bagian ada Lampung Pesisir ada Lampung Nyo ya istilahnya ya kayak di tulang bawang itu , itu mereka punya
budayanya sendiri sendiri. Jadi berlombalah istilahnya jadi dia lebih kuat
begitu.”
c.Dampak Program
Hasil analisa peneliti dari tahap 1 hingga tahap 3 ditemukan bebarapa poin mengenai Redesain Format Siaran Programa 1 dan 2, yaitu:
Page 58 of 66
1. Analisa SWOT berkenaan dengan pelaksanaan redesain format siaran Programa 1 dan 2
Strength (kekuatan): a. Penajaman format siaran yang mampu memberikan perbedaan segmentasi sehingga lebih focus dan sesuai dengan kebutuhan pendengar . b. Layanan yang berbeda dan sesuai dengan segmentasi yang terarah, mampu meningkatkan kreativitas dan produktivitas kerja. c. Pola kerja yang terarah, mampu mengintregasikan sistem kerja siaran dan pemberitaan sehingga lebih efisien.
Weakness (Kelemahan): a. Budaya kerja siaran yang tidak fokus dan konsisten, yang telah menjadi kebiasaan (habit), memerlukan waktu lama untuk merubahnya sebagaimana perubahan perilaku seseorang. b. Leadership (Kepemimpinan), khususnya kepemimpinan puncak di stasiun yang mayoritas tidak mempunya latar belakang siaran praktis, sehingga akan menghambat proses implementasi Redesain Format Pro 1 dan Pro 2, khususnya dalam hal kebijakan dan pengambilan keputusan yang cukup ekstrim (perubahan posisi dan fungsi SDM yang ada). Page 59 of 66
c. Sebagai lembaga publik yang memiliki birokrasi yang cukup panjang, memungkinkan menghambat percepatan proses implementasi Redesain Format Pro 1 dan Pro 2. d. Kurangnya pemahaman akan target segmentasi khalayak di level manajemen, mengakibatkan pelaksanaan program redesain terkesan mengalir saja. e. Distribusi anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan redesain belum mencukupi. f. Kekurangan tenaga SDM yang berkualitas yang sesuai dengan ketentuan redesain, mengakibatkan pelaksanaan redesain kurang maksimal.
Opportunity (Peluang): a. Jangkauan jaringan yang luas , khususnya untuk Pro 1 b. Pro 2 sudah dikenal dan menjadi radio favorit di Lampung
Treat (Tantangan/Ancaman): e. Perubahan budaya yang tidak cepat seperti harapan, karena membutuhkan regenerasi. Hal ini sangat tergantung dengan sistem dan birokrasi yang terkait dalam pengaturan SDM yng ada. f. Mindset RRI adalah lembaga negara, lembaga birokrasi, corong pemerintah, adalah tantangan bagi RRI agar dapat memenuhi kebutuhan pendengar dalam segala aspek kehidupan tanpa melupakan RRI sebagai Radio Publik. Page 60 of 66
g. Sistem pengaturan SDM, Leadership, yang tidak berlatar belakang siaran, agar dapat bersinergi dengan Redesain Format Pro 1 dan Pro 2. h. Persaingan dalam industri penyiaran yang cukup agresif dan kompetitif.
5.Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan Sebagai bagian akhir dari penulisan penelitian ini, maka peneliti dalam bab ini akan menyampaikan kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilakukan. Riset manajemen komunikasi yang dibagi dalam 4 tahap, yaitu tahap mendefinisikan problem (tahap I), perencanaan dan pemrograman (tahap II), tindakan (aksi) dan komunikasi (tahap III) evaluasi program (tahap IV) berpengaruh dalam penyusunan sebuah program promosi (sosialisasi kebijakan).
Hal tersebut diperlukan penyusunan strategi untuk
menghasilkan solusi dan perencanaan yang tepat sasaran.
Berikut akan disimpulkan hasil
penelitian dalam 4 tahap. 1. Tahap I: Mendefinisikan problem Tahap eksternal.
ini Latar
menjabarkan belakang
pernyataan
dibentuknya
problem program
dan
analisis situasi
kebijakan
internal dan
Redesain Format Siaran
Programa 1 dan 2 LPP RRI adalah Format Siaran yang sesuai dengan Visi dan Misi LPP RRI, juga memenuhi kebutuhan public dan sesuai dengan UU Penyiaran., khususnya RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik. Tujuan dilakukannya Redesain Format Siaran Pro 1 dan 2 bukan hanya melaksanakan program LPP RRI
sebagai radio publik tapi juga merubah Page 61 of 66
image (citra) RRI yang dikenal dengan istilan radio jadul (jaman dulu), menjadi radio publik yang diminati dan ditunggu oleh pendengar sesuai dengan tingkatan usianya. Sedangkan yang
menjadi
latar belakang
pelaksanaan Redesain Format Siaran
Programa 1 dan 2 di RRI Lampung adalah semata-mata mengikuti perintah dari Kantor Pusat LPP RRI, yang mana sudah ada panduannya.
2. Tahap II: Perencanaan dan Pemrograman Tujuan pelaksanaan Kebijakan Redesain Format Siaran Pro 1 dan 2 di RRI adalah penajaman format siaran Pro 1 dan Pro 2 di LPP RRI, sehingga dapat menyentuh kebutuhan pendengar yang pada akhirnya program-program yang disiarkan LPP RRI dapat diterima oleh khalayak pendengar, yang tentunya sesuai dengan Undang-Undang Penyiaran, sementara tujuan komunikasinya adalah sebagai program komunikasi yaitu penciptaan citra positif dan loyalitas pendengar siaran Pro 1 dan 2 LPP RRI. Dan hal ini merupakan implementasi dari manajemen komunikasi. Sedangkan tujuan
pelaksanaan
Redesain Format Siaran Pro 1 dan Pro 2 di RRI
Lampung dan tujuan komunikasinya mengikuti apa yang ada dalam pedoman saja. Tanpa adanya pengawasan langsung pada saat melakukan sosialisasi program, khususnya untuk ketersediaan SDM,
infrastruktur yang
ada
terhadap Redesain Program, maka terjadi
hambatan-hambatan komunikasi di manajemen lini, yang mengakibatkan demotivasi dan kinerja siaran kurang produktif.
Page 62 of 66
3. Tahap III: Tindakan (aksi) dan Komunikasi Dalam tahap 3 dibahas dalam 4 bagian. Yaitu Kredibilitas, konteks, isi dan saluran. Diperlukan iklim yang dinamis dan berkesinambungan untuk pelaksanaan program yang melibatkan bagian lain, sehingga dapat meminimalkan kesalahpahaman dalam pembagian tugas. Untuk pelaksanaan program Redesain Format Siaran Pro 1 dan Pro 2 di LPP RRI stasiun Lampung, sosialisasi kebijakan dilakukan oleh Tim Redesain dan Tim Kreatif RRI Lampung yang memperoleh sosialisasi dari RRI Pusat. Tim Redesain RRI Lampung ini terdiri atas Kepala Bagian dan beberapa PBPNS, yang kemudian sosialisasi kebijakan redesain format Pro 1 dan Pro 2 diteruskan kepada Kepala Seksi dan yang terakhir kepada Tim Produksi siaran dan Tim Kreatif. Namun, monitoring dan evaluasi tidak rutin dan menyeluruh. Sehingga hanya potret sebagian kecil saja yang terlihat bagus pada kinerja siaran RRI Lampung, sedangkan sebagian besar lainnya tidak diperhatikan. penyusunan
program
range usia target khalayak yang cukup lebar, menuntut
dan acara yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing target.
Sehingga terkesan Pro 1 adalah siaran super market (semua ada), semua usia ada. Hal ini menunjukkan penajaman format siaran belum secara signifikan berhasil dilakukan. Infrastruktur yang ada khususnya untuk fasilitas kenyamanan ruangan studio, serta kualitas pemancar untuk Pro 2 sudah bagus. Hal ini mampu meningkatkan motivasi dan produktivitas kinerja siaran. Hambatan komunikasi pada manajemen lini khususnya yang terkait dengan anggaran; baik itu anggaran
untuk
kompensasi
kepada karyawan; maupun anggaran pelaksanaan
program. Hal ini membuat kinerja siaran menjadi kurang produktif. Page 63 of 66
4. Tahap IV: Evaluasi Program Program Kebijakan Redesain Format Siaran Programa 1 dan 2 LPP RRI, khususnya RRI Lampung sudah menarik perhatian dan memperoleh dukungan dari khalayak pendengar yang disasar (berdasarkan on-line sms, telpon yang masuk, dan media internet). Hal ini akan dapat bertahan dan lebih baik lagi bila Pimpinan Puncak dapat lebih mengerti akan kebutuhan pelaksanaan kerja siaran. Elemen timbal balik (feed back) memiliki dua tipe, yaitu verbal dan non verbal. Di dalam program Redesain Format Siaran Pro 1 dan 2 verbal dapat berupa telpon dan sms yang masuk, sementara itu feed back non-verbal adalah adanya kelompok pemerhati. Akhir kata sebagaimana pendapat JN Bailey bahwa “kehidupan organisasi tidak akan mungkin dipisahkan dengan prinsip-prinsip
komunikasi efektif,
karena itu komunikasi
disadari sebagai darah kehidupan organisasi”. (dalam Everet M. Rogers, 1976) artinya, segala
kegiatan
interaksi dan saling
ketergantungan antar anggota organisasi bisa
berlangsung berkat komunikasi, karena hanya dengan komunikasi pengaruh atas perilaku individu bisa terjadi.
b.Saran: 1. Jika dianalisis, pendengar lebih menyukai siaran dengan gaya penyiar yang dinamis,, dan topik serta nara sumber yang menarik, yang dapat memberikan semangat dan motivasi. Oleh sebab itu, dituntut Tim Kreatif agar terus mengasah kreativitas mereka agar dapat
Page 64 of 66
mensinergikan visi misi LPP RRI sebagai Radio Publik yang diminati dan ditunggu oleh khalayak sasar. 2. Kreativitas ini tentunya memerlukan dukungan infrastruktur yang memadai, dan pembekalan-pembekalan berupa pelatihan maupun workshop yang dapat meningkatkan kreativitas mereka. Diklat Broadcasting Managemen untuk tingkat pejabat struktural harus segera dilakukan. 3. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor kunci keberhasilan pelaksanaan Redesain Format Siaran Pro 1 dan 2, yang mana SDM yang berkualitas dapat dengan segera mengikuti dan melaksanakan perubahan-perubahan kebijakan yang ekstrim dan menuntut pressure tanggung jawab yang tinggi dengan capaian yang maksimal. 4. Anggaran pelaksanaan Kebijakan Redesain Format Siaran Pro 1 dan 2, agar dapat dikaji ulang kembali sehingga permasalahan birokrasi yang cukup panjang dan perencanaan keuangan
yang
kurang tajam dalam mengestimasikan nilai anggaran, tidak menjadi
kendala dalam pelaksanaan kebijakan Redesain Format Siaran Pro 1 dan 2. 5. Implementasi dengan metode
sosialisasi kurang mengena untuk pelaksanaan redesain
format Pro 1 dan Pro 2 di Lampung. Perlu metode lebih intensif dan
praktis seperti
coaching dan on the job training. 6.
Evaluasi program belum cukup standardisasinya untuk melalukan monitoring, controlling dan mengukur keberhasilan program Redesain Format Siaran RRI Pro 1 dan Pro 2 (masih berdasarkan DAS yang tidak standard dan manual).
7.
“Kehidupan organisasi tidak akan mungkin dipisahkan dengan prinsip-prinsip komunikasi efektif, karena itu komunikasi disadari sebagai darah kehidupan organisasi “ (dalam Everet M. Rogers, 1976). Dari kutipan itu disadari bahwa koordinasi antar bagian sebaiknya dapat Page 65 of 66
dilakukan sesering mungkin sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dan dapat mengantisipasi penyumbatan-penyumbatan proses birokrasi di bagian terntentu. 8.
4 tahapan yang dilakukan peneliti diatas sifatnya adalah permukaan. Peneliti hanya mengulas proses regulasi informasi yang terjadi dalam pelaksanaan Sosialisasi Kebijakan Redesain Format Pro 1 dan secara umum. Mapping yang dilakukan peneliti diharapkan berguna untuk LPP RRI Lampung khususnya, dan LPP RRI Nasional umumnya untuk meneruskan audit komunikasi lanjutan untuk mengkaji efektifitas
program secara
menyeluruh
===ooOoo====
Page 66 of 66