1
LAPORAN EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KARAKTER KETARUNAAN PADA SMK NEGERI 13 KOTA MALANG
Oleh : JOHN RAFAFY BATLOLONA NIM. 150321806313
UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JUNI 2016
2
BAB I LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak lepas dari tingkat kompetensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia (SDM) baik dalam domain kognitif, afektif maupun psikomotor. Hal demikian dapat dilihat dari pola kehidupan masyarakat di negara yang sudah maju dan masyarakat di negara berkembang. Negara yang sudah maju diikuti pula oleh kemajuan ilmu pengetahuan yang tinggi dan juga demikian halnya pada negara berkembang kemajuan ilmu pengetahuannya juga sedang berkembang, sehingga terdapat korelasi antara kemajuan suatu bangsa dengan kemajuan ilmu pengetahuannya. Atas dasar itu pendidikan menjadi bagian yang sangat urgen dalam kaitannya dengan SDM. Tidak ada cara lain yang patut dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kapasitas SDM, selain melalui pendidikan. Pendidikan di masa sekarang sudah tentu berbeda proses dan dinamikanya dibanding dengan di zaman dahulu. Di abad 21 pendidikan bertujuan mempersiapkan pebelajar untuk mengalami kesuksesan hidup dan berkontribusi sebagai warga negara yang baik. Menurut Greenstein (2012) kompetensi pendidikan di era ini terdiri dari 4 komponen, yakni: 1) keterampilan berpikir, 2) bekerja (komunikasi dan kolaborasi), 3) informasi dan literasi teknologi sebagai alat untuk bekerja, 4) warga negara, kecakapan hidup, dan tanggung jawab personal untuk hidup di dunia. Keterampilan berpikir mencakup di dalamnya berpikir kreatif, berpikir kritis, menyelesaikan masalah, dan metakognitif. Seiring dengan itu, maka siswa digiring untuk menjadi pebelajar mandiri (self regulated learning) (Fessler, 2011). Karakteristik pembelajaran abad 21 dimaksud telah mewarnai kehidupan manusia di seluruh dunia, sehingga memunculkan kompetisi yang melahirkan daya saing di segala aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan memiliki fungsi sangat penting dalam pembentukan karakter dan budaya bangsa. Dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
3
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut. Melalui pendidikan di SMK diharapkan dapat dihasilkan lulusan yang memiliki kompetensi memadai dan berkarakter mulia. Penelitian di Harvad University Amerika Serikat (Rao, 2010) dalam Supriyadi, (2011) menunjukan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh komponen mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian tersebut mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekita 20% oleh hard skill. Orangorang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung oleh kemampuan soft skill daripada hard skill. Hard skill dan soft skill merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan oleh manusia. Selain itu dalam menyikapi hal tersebut sekolah-sekolah di Indonesia mulai gencar-gencar menanamkan nilai karakter pada setiap mata pelajaran, akan tetapi bukan saja disetiap mata pelajaran tetapi dijadikan sebagai bahan dalam pembinaan ekstrakurikuler. Rokhman et al (2014), mengatakan bahwa di tahun 2045 Indonesia telah mendapatkan dan menghasilkan generasi emas bangsa yang memiliki sikap, perilaku, karakter dan jiwa kepemimpinan yang baik. Penanam nilai karakter membentuk manusia untuk lebih disiplin, bekerja keras dan tangguh dalam menghadapi persoalan yang dialaminya. SMK Negeri 13 Kota Malang hadir sebagai penyelenggara pendidikan sebagai sekolah yang berbasis pada penanaman nilai karakter pagi siswanya, berupa pelaksanakan pelatihan baris-berbaris, aspek-aspek bela nega, kedisiplinan taruna, dan kepemimpinan. Proses ini dilaksakan oleh pihak sekolah selama bertahun-tahun bekerja sama dengan pihak LANTAMAL V Kota Malang untuk pembinaan karakter dan kedisiplinan bagi anggota siswanya (taruna).
4
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana respons sekolah dalam program pembinaan karakter ketarunaan yang dilaksanakan oleh SMKN 13 Kota Malang? 2. Bagaimana nilai karakter ketarunaan yang diperoleh dari program pembinaan karakter ketarunaan yang dilaksanakan oleh SMKN 13 Kota Malang? C. Tujuan Evaluasi Program Menganalisis program pembinaan karakter yang dilaksanakan oleh SMKN 13 Kota Malang. D. Manfaat Evaluasi 1. Bagi Siswa, mempersiapkan siswa menjadi pebelajar mandiri yang berkarakter dan berkompeten di dunia kerja. 2. Bagi Guru, bahan acuan bagi guru pembina ketarunaan (LANTAMAL V Kota Malang) untuk penerapan pendidikan karakter di sekolah yang sesuai dengan karakter siswa di SMKN 13 Kota Malang. 3. Bagi Sekolah, memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah untuk tetap
memantapakan program pembinaan karakter untuk menuju hasil yang lebih baik. E. Ruang Lingkup Evaluasi Program Adapun ruang lingkup evaluasi program antara lain: 1. Evaluasi program dilaksanakan pada SMK Negeri 13 Kota Malang yang berorietasi pada pembinaan karakter taruna difokuskan pada kelas X jurusan Nautika. 2. Evaluasi program berorientasi pada nilai karakter, karena nilai karakter merupakan salah satu syarat pokok pada SMK Negeri 13 Kota Malang untuk bisa naik ke tingkatan berikutnya.
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Karakter 1.
Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah kebiasaan atau cara berpikir dan perilaku yang
membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai sebuah keluarga, masyarakat, dan negara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan (Kamaruddin, 2012). Menurut Rokhman et al (2014), pendidikan karakter adalah media untuk mencapai pengetahuan dan kebijaksanaan untuk hidup dan menciptakan hidup yang sangat baik untuk manusia. Zuriah (2007), pendidikan karakter adalah suatu usaha yang menyeluruh agar orang-orang memahami, peduli, berperilaku sesuai nilai-nilai etika dasar. Dengan demikian objek dari pendidikan karakter adalah nilai-nilai. Nilai-nilai ini dapat melalui proses internalisasi dari apa yang diketahui, yang membutuhkan waktu sehingga terbentuklah pekerti yang baik sesuai dengan nilai yang ditanamkan. Nilai-nilai ini adalah nilai-nilai hidup
yang
merupakan realitas yang ada di dalam masyarakat. Selain itu
Hambali (2015), mengatakan pendidikan karakter adalah upaya untuk membawa orang kembali ke sifat mengapa manusia diciptakan, yang secara alami harus membawa orang ke arah yang baik, melindungi martabat seseorang dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran. Melalui pendidikan karakter diharapkan dapat membentuk individu yang baik sesuai dengan apa yang diinginkan, individu yang bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang positif dan norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Penerapan pendidikan karakter di dalamnya terdapat komponen penting yang dibutuhkan untuk mencapai nilai-nilai yang diharapkan. Seperti menurut Mulyasa (2011), menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik, komponen tersebut diantaranya tentang
moral),
yaitu moral knowing (pengetahuan
moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action
(tindakan moral). Oleh karana itu pentingnnya pendidikan karakter di laksanakan
6
di sekolah yaitu pendidikan membantu menciptakan kehidupan aman, nyaman, dan bahkan lebih produktif dalam masyarakat (Smith, 2013). Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
2.
Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karaketer Pendidikan
karakter
bertujuan
mengembangkan
nilai-nilai
yang
membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: (1) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik, (2) membangun bangsa yang berkarakter Pancasila, (3) mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada
bangsa
dan
negaranya
serta
mencintai
umat
manusia
(Kemendikas, 2011). Secara lebih terperinci tentang tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa seperti pada Kemdiknas (2010) adalah: (1)
mengembangkan potensi
kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, (2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius, (3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, (4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan, dan (5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity). Narwati (2011) pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik,
(2)
7
memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, dan (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Diantara fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah: 1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa. 2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat. 3) Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat. Tujuan utama dari pendidikan karakter adalah untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, mematuhi peraturan yang ada, berdisiplin dan tangguh dan tidak menyimpang dari peraturan yang ditetapakan. Aturan yang ada diharapkan sesuai dengan nilai -nilai positif di masyarakat ataupun sekolah. Selain itu, dengan pendidikan karakter dapat mewujudkan manusia yang bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa.
3.
Nilai-Nilai Pembentuk Karakter Menurut
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan,
Pusat
Kurikulum
Kementrian Pendidikan Nasional (2010) teridentifikasi 18 nilai pendidikan karakter diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dan melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleren terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. (2) Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang
selalu
dapat
dipercaya
dalam
perkataan,
tindakan, dan pekerjaan. (3) Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. (4) Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
8
(5) Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. (6) Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. (7) Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. (8) Demokrasi: Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. (9) Rasa ingin tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih
mendalam
dan
meluas
dari
sesuatu
yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar. (10) Semangat kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. (11) Cinta
tanah
air:
Cara
berfikir,
bersikap,
dan
berbuat
yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. (12) Menghargai prestasi: Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. (13) Bersahabat dan kumunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. (14) Cinta damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. (15) Gemar membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. (16) Peduli lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
9
(17) Peduli sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. (18) Tanggung Jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan beberapa
cara nilai
melanjutkan
nilai
prakondisi
yang diprioritaskan
dari
yang
18
nilai
diperkuat di
atas.
dengan Dalam
implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara berbagai nilai
yang dikembangkan, dalam
pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah atau wilayah, yakni pelatihan baris-berbaris, aspek-aspek bela nega, kedisiplinan taruna, dan kepemimpinan.
4.
Penerapan Pendidikan Karakter Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan melalui
langkah-langkah pengembangan pembentukan karakter dengan cara memasukkan konsep karakter dalam proses pembelajaran, pembuatan slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dan pemantauan secara kontinyu serta melalui pelaksanaan program-program pembinaan kejiwaan, pembinaan kerohanian, pembinaan
kepribadian,
pembianaan
kejuangan,
pembinaan
jasmani,
pembinaan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (Suwito, 2012). Pendidikan karakter secara komprehensif dilaksanakan melalui 3 bentuk kegiatan yaitu dalam proses pembelajaran, manajamen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan. 1) Pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan
10
pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan
peserta
ditargetkan,
juga
didik
menguasai kompetensi
dirancang
untuk
(materi)
menjadikan peserta
yang didik
mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku. 2) Pendidikan karakter secara terpadu melalui manajemen sekolah Sebagai suatu sistem pendidikan, maka dalam pendidikan karakter juga terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang selanjutnya akan dikelola melalui bidang-bidang perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah, antara lain: (a) penilaian terhadap pelanggaran tata tertib yang berimplikasi pada pengurangan nilai dan hukuman/pembinaan,
(b) penyediaan tempat-tempat pembuangan
sampah, (c) penyelenggaraan kantin kejujuran, (d) penyediaan kotak saran,
(d)
penyediaan
sarana
ibadah
dan pelaksanaan
ibadah
misalnya: shalat dhuhur berjamaah, (e) Salim-taklim (jabat tangan) setiap pagi saat siswa memasuki gerbang sekolah, (f) pengelolaan & kebersihan ruang kelas oleh siswa, dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya. 3) Pendidikan karakter secara terpadu melalui kegiatan pembinaan kesiswaan. Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
dan
pelayanan
konseling
untuk
membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan
minat
mereka
melalui kegiatan
yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Beberapa
kegiatan
pembinaan
kesiswaan
yang
memuat
pembentukan karakter antara lain: Olah raga (sepak bola, bola voli, bulu tangkis, tenis meja, dan lain-lain). Keagamaan (baca tulis Al Qur’an,
11
kajian
hadis,
ibadah).
KIR , Kepramukaan, Latihan
dasar
Kepemimpinan Peserta Didik, PMR, Paskibraka dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk pendidikan karakter terpadu dalam tiga kegiatan yaitu terpadu atau terintegrasi
dengan
proses
pembelajaran
pada
semua mata pelajaran, terpadu dalam manajemen sekolah dan terpadu dalam kegiatan ekstrakurikuler.
5.
Strategi/Metode Pembelajaran Karakter Metode
pembelajaran
suasana belajar seperngkat
agar
peserta
digunakan didik
oleh
mencapai
guru
untuk
kompetensi
mewujudkan dasar
atau
indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompeten yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran (Permendiknas No 41 tahun, 2007). Metode dalam pendidikan karakter cenderung menggunakan pembelajaran yang konservatif dan hierarkhis (Althof dan Berkowits, 2006).
6.
Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah satuan pendidikan pada jalur
pendidikan formal jenjang menengah yang mempersiapkan lulusannya memasuki dunia kerja, yang mampu mengembangkan dirinya di kemudian hari. Peningkatan mutu SMK pada dasarnya adalah upaya untuk lebih mendekatkan ukuran kompetensi lulusan dengan ukuran kompetensi yang dipersyaratkan oleh dunia kerja. Pendidikan di SMK diharapkan mampu memberikan bekal kemampuan yang utuh dan memadai sehingga tamatannya dapat menerapkan kemampuannya di dunia kerja. Standar Kompetensi Lulusan SMK/MAK menurut Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan yang berkaitan dengan karakter antaralain mencakup: (1) berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja, (2) mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya, (3)
12
menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya, (4) berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial, (5) menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global, (6) membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif, (7) menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan, (8) menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri, dan serangkaian kompetensi serta nilai karakter terkait lainnya. Berkaitan dengan Standar Kompetensi Lulusan SMK tersebut, pendidikan karakter harus dirancang dan diselenggarakan dengan baik agar lulusan SMK memiliki kompetensi dan karakter mulia seperti yang diharapkan. Rancangan pendidikan karakter perlu dilakukan secara terpadu dalam pengembangan kurikulum di sekolah. 7.
Pendidikan Karakter Secara Terpadu melalui Ekstrakurikuler Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka, (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengeskpresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok. 7.1 Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler meliputi: a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.
13
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. c.
Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d.
Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
ekstra
kurikuler
untuk
7.2 Prinsip Kegiatan Ekstra Kurikuler a.
Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.
b.
Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.
c.
Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
d.
Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler dalam suasana yang disukai dan mengembirakan peserta didik.
e.
Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f.
Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.
B. Proses Pembelajaran 1.
Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan Menurut Sudira (2006) bahwa pembelajaran di SMK harus memperhatikan
tuntutan kebutuhan dunia kerja (demand driven), dikembangkan dan dilaksanakan mengacu pada pencapaian kompetensi terstandar, mengakui kemampuan yang telah dimiliki oleh peserta didik melalui mekanisme Recognition of Prior Learning (RPL) dan Recognition of Current Competency (RCC), dilaksanakan
14
secara terintegrasi antara program pembelajaran di sekolah dengan pelatihan di dunia kerja (tatap muka, praktek sekolah, dan praktek industri). Pembelajaran di SMK dilaksanakan dalam kerangka pembentukan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) peserta didik. Pembelajaran di SMK menggunakan paradigma outcome yaitu kompetensi apa yang harus dikuasai peserta didik bukan pembelajaran yang memaksakan apa yang harus diajarkan oleh seorang guru. Pembelajaran berbasis kompetensi menggunakan paradigma outcome-based education. SKL SMK merupakan outcome sebagai profil standar lulusan yang diharapkan bagi semua lulusan SMK. Pembelajaran terintegrasi merupakan pengelolaan pembelajaran secara integratif bermuara kepada profil kompetensi lulusan. Penyelenggaraan pembelajaran dirancang secara terintegrasi sebagai proses pembentukan SKL. Pembelajaran di SMK tidak cukup dilaksanakan semata-mata hanya membentuk KI 1-KI 4 dan KD secara parsial. Kurikulum 2013 (K13) SMK digunakan sebagai dasar pengembangan program pembelajaran terintegrasi. Setiap guru dan semua pemangku kepentingan harus menyadari peran dan fungsinya dalam kerangka pembentukan SKL SMK. Paradigma pembelajaran di pendidikan menengah kejuruan harus berubah ke paradigma baru yaitu pembelajaran yang memperhatikan demand driven, mengacu kepada standar kompetensi yang berlaku di dunia kerja atau dunia industri (SKKNI), dilaksanakan dengan sistim ganda di sekolah dan di industri atau dunia usaha, dalam bentuk kegiatan nyata. Pembelajaran kompetensi berpusat pada peserta didik. Peserta didik sebagai subyek dan perbedaan individu dihargai secara objektif.
C. Program dan Struktur Kurikulum SMKN 13 Kota Malang Dalam tahapan ini sekolah sebagai penyelenggara pendidikan memiliki kelengkapan dan instrumen dalam melaksanakan program pemberinaan karakter bagi siswanya (taruna). Proses pelaksanaan berlangsung dan dilaksanakan hanya pada jenjang kelas X dan XI jurusan NAUTIKA, Jurusan Keperawatan, jurusan Tehnologi Pengolahan Hasil, dan jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Proses pembinaan sekolah bekerja sama dengan LANTAMAL V Kota Malang dalam rangka pembinaan karakter siswa. Sekolah yang berbasis taruna ini selalu mengedepankan kedisiplinan, keuletan, dan loyal terhadap tugas yang
15
diberikan. Pembinaan karakter taruna merupakan upaya dalam rangka menyiapkan peserta didik (taruna) menjadi manusia yang bermoral dan beakhal mulia, sopan dan saling menghargai di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
Gambar 2.1. Pembinaan Karakter Pada Taruna Jurusan Nautika 1. Program dan Kurikulum SMKN 13 Kota Malang a.
Program Tahunan (pembinaan karakter taruna)
Nama Sekolah : SMKN 13 MALANG Mata Diklat : KETARUNAAN Kelas / Semester : X/1,2 Kode Kompetensi : KT-13 Tahun Pelajaran : 2005/2016 SEMESTER I Kode Alokasi Kode Kompetensi Dasar Kompetensi Waktu Kompetensi 1.1
Menjelaskan Pengertian PBB
4
1.5
1.2
Mengidentifikasi aspek-aspek Tentang Bela Negara
4
1.6
1.3
Mengidentifikasi Kedisiplinan taruna
4
1.7
1.4
Menjelaskan Kepemimpinan (leader ship)
4
1.8
SEMESTER II Kompetensi Dasar Menjelaskan Cara Memberi Intruksi(CM Menjelas maksut dan tujuan SAR Menjelaskan samapta dan garjas Menjelaskan tentang Upacara sipil(tus
Catatan : Pelaksanaan pembinaan berlangung pada rabu dan kamis pada pukul 15.00-17.00.
b.
Program Pembinaan Staf Batalion
b.1. Pengertian Satu-satunya wadah organisasi Staf Batalion di sekolah untuk mencapai tujuan pembinaan dan pengembangan ketarunaan adalah Organisasi Intra Sekolah di singkat OSIS kalau di SMKN 13 Malang di namakan dengan STAF
Alokasi Waktu 4 4 4
4
16
BATALION. Staf Bataliyon bersifat Intra sekolah, artinya tidak ada hubungan organisasi dengan OSIS di sekolah lain, dan tidak menjadi Bagian dari organisasi lain yang ada di luar sekolah. Karena Staf bataliyon merupakan wadah organisasi taruna di sekolah. Oleh karena itu setiap Taruna secara otomatis menjadi anggota STAF BATALIYON. Keanggotaan itu secara otomatis berakhir dengan keluarnya Taruna dari sekolah yang bersangkutan. b.2 Tujuan Organisasi ini bertujuan mempersiapkan Taruna sebagai kader penerus Cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insane pembangunan nasional, untuk : 1. Mengembangkan potensi Taruna secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas. 2. Memantapkan kepribadian Taruna untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan. 3. Mengaktualisasikan potensi taruna dalam mencapai prestasi unggulan sesuai bakat dan minat. 4. Menyiapkan taruna agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokrasi, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarkat madani (civil society). b.3 Materi Pembinaan Ketarunaan SMKN-13 Malang Materi pembinaan ketarunaan sesuai permendiknas No 39 tahun 2008 mencakup. 1 Pembinaan ketagwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. 2 Pembinaan Budi Luhur atau Akhlak Mulia. 3 Pembinaan Kepribadian Unggul, wawasan kebangsaan, dan bela Negara 4 Pembinaan Prestasi akademik, seni, dan/atau olah raga sesuai bakat dan minat. 5 Pembinaan Demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi social dalam kontek masyarakat plural. 6 Pembinaan kreativitas ketrampilaan dan kewirausahaan. 7 Pmbinaan kualitas jasmani, kesehatan dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi. 8 Pembinaan sastra dan budaya. 9 Pembinaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). 10 Pembinaan komunikasi dalam bahasa inggris. b.4 Perangkat Ketarunaan SMKN-13 Malang 4.1. Koordinator Bidang Ketarunaan : ……………............................... 4.2. Pembina Ketarunaan :
17
a. Serma Nav Kasiyanto, SPd
b. Serka sba Muhaji
: Pembina staf ketarunaan bidang kehidupan berbangsa, dan bernegara, berorganisasi, pendidikan politik kepemimpinan. : Pembina staf ketarunaan bidang, kedsiplinan,kesegaran jasmani mental ediologi
4.3. Pengurus staf Batalion : 1. Komandan Bataliyon : DANNY SETYAWAN P.A.S 2. Wadayon 1 : IVAN SYAHRIAL 3. Wadanyo 2 :4. Komandan Poltar : IMAM 5. Wadan Poltar :6. Danki A : M. FAHRUDIN 7. Danki B : VALENDRA 8. Danki C :9. Sekretaris 1 : ROHMI.P 10. Sekretaris 2 : LAZUARDI 11. Bendahara 1 : MELINDA 12. Bendahara 2 : CICIK 13. Seksi Bidang : Sie Agama Islam : Sie Agama Nasrani : Sie Kesenian : Sie Kewira Usahaan : MARETA Sie Olahraga : TRIANDA Sie Kewiraan : Sie Kesejahteraan : Sie Lingkungan Hidup : NOVIA.A Sie Kesehatan : ELVIAN 14. Komandan Pleton Danton X Nautika : DEWANGGA Danton X TPHP 1 : DIO BAGUS Danton X TPHP 2 : REGINA Danton X KPR 1 : DIAN PUJI LESTARI Danton X KPR 2 : FARIDA RESTI Danton XI NAUTIKA : PAPANK ABI SADEWA Danton XI TPHP : VIAN Danton XI KPR 1 : BIANZHA SAMUDRA LUBIS Danton XI KPR 2 : MARISA Danton XII NAUTIKA : Danton XII TPHP 1 :
18
Danton XII TPHP 2 Danton XII KPR 1 Danto XII KPR 2 15. Polisi Taruna Kelas X Nautika
: 1…………….. 2…………….. : 1…………….. 2…………….. : 1……………. 2 ………….... : 1……………. 2…………..... : 1……………. : 2..............
Kelas X TPHP 1 Kelaas XTPHP 2 Kelas X KPR
: : :
1
Kelas X KPR 2
c. Kurikulum b.1 Silabus tentang pengetahuan ketarunaan Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kode Kompetensi Alokasi Waktu
Kompetesi Dasar 1.Menjelaskan Pengertian PBB
: : : :
SMKN 13 Kota Malang Dasar Ekstra Kurikuler. X / 1,2 Menerapkan Ketarunnaan dalam kehidupan seharihari. : K-T 13 : 96 JAM PEL (24 TM)
Indikator
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Peniliaia n
Alokasi Waktu T PS P M I
Menjelaskan definisi Abaaba dalam PBB. Menjelaskan Macammacam abaabaa Menjelaskan Cara memberikan Aba-aba.
Definisi Absaba dalam PBB . Definisi Macam Abaaba dalam PBB . Difinisi cara memberikan PBB.
Memberikan pengertian PBB Kepada Taruna dan taruni. Di kelas atau lapangan. Memberikan pengertien macam-macam aba-aba. Memberikan pengertian cara member abaaba.
∙ Test Tertulis ∙Praktek
4 .
-
-
Sumber Belajar
∙ Modul PBB TERBITAN HANKAM.
19
Kompetesi Dasar 2. Mengidentifi kasi aspekaspek Tentang Bela Negara.
3. Mengidentifi kasi Kedisiplinan taruna.
4. Menjelaskan Kepemimpina n (leader ship)
Indikator
Menjelaskan Organisasi Ketarunaan dalam menerapkan tentang bela Negara. Menjelaskan tentang Tata Upacara Sekolah Mengidentifi ka Menjelaskan definisi kedisiplinan Taruna. Menjelaskan bentuk disiplin Taruna. Menerapkan kedisiplinan dalam bentuk pemanfaatan waktu,tugas, tatib. Menjelaskan pengertian tentang Kepemimpin an, Menjelaskan kepemimpin an formal dan informal. Menjelaskan teori ,peranan staf dan pelimpahan wewenang dalam kepemimpin an.
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Definisi aspek – aspek kerja organisasi . Unsur dasar bela Negara
Menggali informasi definisi asppek aspek kerja organisasi. . Mendiskusikan unsur– dasar bela ngara. Menerapkan kepentingan masyarakat dlm bela Negara dalam bentuk upacara.
- Test tertulis
- Test tertuli
Kepentingan masyarakat dalam bela Negara diwujutkan Dalam bentuk upacara. Definisi Kedisiplinan Taruna. Bentuk-bentuk disiplin Taruna
.Disiplin pemafatan waktu, Tugas dan pelaksanaan Tata tertib..
Pengertian tentang Kepemimpina n. Keemimpinan formal dan informal. Teori,peranan dan pelimpahan wewenang dalam kepemimpina n.
Menggali informasi tentang Disiplin Taruna. Cara penerapan bentuk di siplin dilapangan atau di lingkunganyaa. Cara penerapan pemanfaatan waktu,tugas, pelaksanaan tatatertib. Menggali informasi tentang pengertian Kepemimpinan. Menerapkan kepemimpinan formal dan informal. Menerapkan kepemimpinan, organisasistaf,p elimpahan wewenang.
Peniliaia n
Alokasi Waktu T PS P M I 4
-
-
- ∙ Modul Penerbit Budi.S Satria MA. Jakarta.
4
-
-
∙ Modul Kedisiplia nan lanal mlg.
-
Modul kepemim pinan lanal mlg.
Praktek.
Praktek
∙ Tes Tertulis . Tes Praktek
Sumber Belajar
4
-
20
Kompetesi Dasar
5. Menjelaskan Cara Memberi Intruksi(CMI)
6. Menjelas maksut dan tujuan SAR.
7. Menjelaskan samapta dan garjas
8. Menjelaskan tentang Upacara.sipil( tus)
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Peniliaia n
Menjelaskan Cara Memberi Intruksi. Menjelaskan pedoman Dasar Intruksi. Menjelaskan metode Memberi Intruksi. Dan peranan medianya.
Pengertian CMI Pedoman Dasar Intruksi Metode Memberi Intruksi dan Medianya.
Menjelas pengertian dari CMI Menggali informasi yang menjadi pedoman dasar Intruksi. Penggunaan Metode cara Memberi Intruksi dan medianya.
∙ Tes Tertulis . Tes Praktek
Menjelaskan Pengertian SAR Mengidentifi kasi Organisasi SAR. Penanganan Musibah.dan fasilitas SAR. Menjelaskan Pengertian samapta dan garjas. Menjelaskan Baterai A lari 12 menit. Menjelaskan Baterai B dan Pnghitungan T.score. Menjelaskan pengertian tentang tata upacara sipil Macammacam upacara Bentuk upacara
Pengertian SAR. Organisasi SAR. Penanganan musibah dan fasilitasnya.
Menjelasan tentang SAR. Pemahaman tentang Organisasi SAR. Cara penanganan Musibah dan fasilitasnya.
∙ Tes Tertulis . Tes Praktek
Penertian samapta dan garjas. Cara pelaksanaan lari 12 menits Metode pelaksanaan baterai B dan perhitungan score.
Pemahaman samapta dan garjas Pelaksanaan baterai A lari 12 menits Pelaksanaan baterai B dan pensecoran.
Tes Tertulis . Tes Praktek
Pengertian upacara Jenis-jenis Upacara Bentuk upacara
Pemahaman tentang upacara Pelaksanaan upacara Model upacara
Test tertulis Test praktek
Indikator
Alokasi Waktu T PS P M I 4
-
-
Sumber Belajar
Modul CMI KODIKA L.
4 Modul SAR BASAR NAS.
4
4
-
-
Modul garjas tni al.
Modul upacara Tum mil
21
b.2 Pedoman Penilaian Kegiatan Pembelajaran Ketarunaan SMKN 13 Kota Malang. Prosedur Penilaian 1. Penilaian selama proses Didalam setiap tahapan kagiatan diadakan penilaian sebagai teknik utama. Penilaian dilakukan oleh Pembina Ketarunaan dengan memanfaatkan pendekatan dan pembinaan secara langsung serta kontinu 2. Penilaian akhir Penilaian akhir dilakukan oleh Pembina Ketarunaan dengan menggunakan Instrumen/data-data penilaian dan kegiatan langsung selama pembinaan. Aspek yang di nilai dan Pembobotannya Nilai Ketarunaan diperoleh dari kegiatan mingguan (penilaian selama proses), kegiatan bulanan (ujian praktek setiap akhir bulan), kegiatan akhir semester (UAS) dan kecakapan - kecakapan yang dimiliki masing masing siswa. 1. Nilai mingguan/harian (Kedisiplinan) Kemampuan siswa yang dinilai dengan kegiatan Ketarunaan setiap pertemuan (setiap Rabu dan Kamis) yang meliputi: praktek PBB, Kedisiplinan, Kerapian, dan teori. Nilai Profil Kegiatan Mingguan No 1 2 3 4
Aspek yang Dinilai Kehadiran/Presensi/Kedisiplinan PBB Kerapian Tes Fisik JUMLAH
Bobot Nilai 40 30 20 10 100
2. Nilai Bulanan Pada setiap akhir bulan atau akhir penyampaian materi, peserta didik melaksanakan ujian praktek sesuai materi yang telah disarnpaikan pada kegiatan - kegiatan sebelumnya. 3. Nilai Semester/Ujian Akhir Semester Nilai yang diambil dari hasil ujian pada akhir semester yang hanya berkaitan dengan kegiatan /materi yang sudah dilaksanakan selama satu semester. Bentuk ujian berupa praktek.
22
4. Nilai Akhir/Raport Nilai akhir kegiatan pembelajaran Ekstra Ketarunaan, merupakan akumulasi dari nilai mingguan/harian, nilai bulanan, dan nilai akhir semester. Tabel Nilai Akhir /Raport No
Nama
Kedisiplinan (NK)
Nilai Nilai Praktek (NP)
Nilai Raport (NR) Skor Abjad
Keterangan: Nilai Kedisiplinan: Nilai kedisiplinan mencakup absensi kehadiran peserta didik dalam mengikuti kegiatan Ketarunaan, diambil dari hasil penilaian harian/mingguan Kerapian dalam berpakain dan perlengkapan atribut dalam mengikuti kegiatan Ketarunaan Tertib dan selalu melengkapi tugas-tugas yang diberikan oleh Pernbina Ketarunaan
Nilai Praktek mencakup hasil penggabungan penguasaan materi - rnateri tentang Ketarunaan yang disarnpaikan Pembina Ketarunaan misalnya praktek PBB dan Tes Fisik.
NR
2 NK NP x100 3
5. Konversi Nilai Konversi nilai untuk kegiatan Pembelajaran Ketarunaan adalah sebagai berikut. Skor 90-100 80-89 70-79 60-69 <60
Nilai A B+ B C D
Kategori Memuaskan Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Ket
23
Peraturran Permendikbud No. 81A Tahun 2013 Implementasi Kurikulum 2013 (standar interval nilai). Sangat Baik Baik Cukup Kurang
: apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00 : apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33 : apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33 : apabila memperoleh skor : 0,33 < skor ≤ 1,33
24
BAB III METODOLOGI EVALUASI
A. Cakupan Wilayah Evaluasi Adapun cakupan wilayah evaluasi antara lain. 1. Subjek yang dievaluasi yaitu: (1) Kepala Sekolah, untuk mencari informasi program pembinaan karakter yang dilaksanan oleh pihak sekolah, (2) Guru, untuk mengetahui materi dan program yang diterapkan bagi para taruna. 2. Objek yang akan dievaluasi adalah Nilai Karakter Ketarunaan pada kelas X, SMKN 13 Kota Malang berbasis sekolah tempat peneliti mengajar, pada Semester II (Genap) Tahun Ajaran 2015/2016. B. Rancangan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi program yang dilaksanakan menggukan teknik wawancara tidak terstruktur untuk menggali informasi dari stakeholder (Kepala Sekolah dan Guru) berkaitan dengan program yang dilaksanakan oleh sekolah. Oleh karena monitoring dan evaluasi dalam konteks program diposisikan sebagai alat manajemen, maka model evaluasi program Utilization Focus Evaluation atau Evaluasi Program yang Berfokus pada Manfaat (Deskripsi dan Analisis, Interpretasi, Penilain, Pembuatan Rekomendasi) dari Stufflebeam releven untuk dijadikan rujukan umum dalam pengembangan sistem monitoring dan evaluasi program di SMKN 13 Kota Malang. Selain itu rancangan evaluasi ini juga menilat nilai karakter yang dicapai oleh siswa ketarunaan dalam program pembinaan. Evaluasi Deskripsi dan Analisis difokuskan pada pendeskripsian dan analisis program pembinaan karakter ketarunaan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah SMKN 13 Kota Malang bekerjasama dengan LANTAMAL V Kota Malang, Interpretasi difokuskan pada informasi yang disampikan berkaitan dengan program yang dilaksanakan dan dipikirkan secara bersama oleh para stakeholder, Penilaian difokuskan pada sistem penilaian yang yang sudah ditetapkan berdasarkan standarisasi dari Kementerian Pendidikan Nasional dan KKM yang ditetapkan sekolah (guru pembina), dan Pembuatan rekomendasi difokuskan pada keterlibatkan stakeholder/pemangku kepentingan dimana bersama-sama dengan
25
evaluator dalam mengambil suatu keputusan dalam pembuatan laporan dari program yang dievaluasi). C. Metode Pengumpulan Data Data merupakan bahan baku untuk proses evaluasi program. Oleh sebab itu pemetaan data perlu dilakukan pada perencanaan evaluasi program. Struktur data yang diperlukan utuk keseluruhan proses evaluasi program pembinaan karakter diperlihatkan pada tabel 3.1. struktur data pada tabel tersebut menggambarkan fokus, jenis informasi, metode pengumpulan data, serta sumber data, untuk setiap aspek evaluasi program pembinaan karakter. Tabel 3.1 Struktur Data Monitoring dan Evaluasi Program Lesson Studi No
Aspek
Fokus
Jenis Informasi
1
Evaluasi berfokus pada manfaat
Interview (Kepala Sekolah & Guru Pembina
Mengetahui program pembinaan karakter pada taruna jurusan nautika kelas X dan pelaksanakaan program pembinaan serta materi yang diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran Pengambilan nilai dari guru pembina dan wali kelas (mencari informasi sistem penilaian dalam pembinaan ketarunaan (karakter)
2
Nilai katarunaan (nilai karakter)
Metode pengumpulan data Review Program dan Interview
Interview dengan guru pembina dan wali kelas.
Sumber data Kepala Sekolah dan Guru Pembina Ekstrakurikuler
Guru Pembina dan wali kelas
Evaluasi program tentang Pelaksanaan pembinaan karakter (ketarunaan) berbasis sekolah menggunakan metode pengumpulan data dengan cara: 1. Observasi Langsung Evaluotor mencermati secara langsung pelaksanaan pembinaan karakter, Semester II (Genap) Tahun Ajaran 2015/2016 di SMKN 13 Kota Malang. Hal ini evaluator lakukan karena data dari observasi langsung lebih terjamin keasliannya, jelas kebenarannya, dan lebih lengkap. 1.1. Kepala Sekolah a. Deskripsi dan Analalisis (mendeskripsikan dan menganalisis program yang dilaksakan bekerjasama dengan LANTAMAL V Kota Malang.
26
b.
Interpretasi (informasi yang disampikan berkaitan dengan program yang dilaksanakan dan dipikirkan secara bersama).
c. Penilaian (sistem penilaian yang dilakukan dalam perlaksaan program sesuai ketentuan yang berlaku. d. Pembuatan Rekomendasi (melibatkan stakeholder dalam pembuatan laporan dari program yang dievaluasi). 1.2 Guru Pembina a. Perencanaan (penyusunan program yang dilaksanakan berkaitan dengan pembinaan karakter katarunaan. b. Pelaksanaan (pembinaan yang dilakukan oleh guru (unsur TNI, guru dan pihak berkepentingan misalnya polisi, unsur akademis, dsb) c. Refleksi. 2. Wawancara / interviuw Untuk mengetahui dan mengenal lebih dalam dan guna mengkaji datadata, maka evalutor
melakukan wawancara. Dalam hal ini evaluator
mewawancarai komponen-komponen pelaksanaan program pembinaan karakter ketarunaan yang ada di SMKN 13 Kota Malang antara lain: 2.1. Kepala Sekolah 2.2. Guru Koordinator Pelaksana Ekstrakurikuler 2.3. Guru model dan guru pelaksana untuk pembinaan karakter ketarunaan. 3. Angket Angket ini ditujukan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program pembinaan karakter di SMKN 13 Kota Malang , Semester II (Genap) Tahun Ajaran 2015/2016 kepada Kepala Sekolah dan guru pembina ekstrakurikuler, guru pelaksana atau pembina.
Angket yang akan diberikan kepada bapak / ibu guru adalah sebagai berikut :
Nomor Responden [
] (Diisi oleh evaluator)
Bapak/Ibu yang terhormat, Kami mohon bantuannya untuk mengisi angket yang disampaikan ini. Angket ini diajukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh kegiatan atau pembinaan karakter ketarunaan yang telah Bapak/Ibu ikuti berhasil mencapai tujuan, bukan
27
untuk menilai pribadi Bapak/Ibu. Untuk itu, mohon dengan hormat angket ini diisi apa adanya sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu. Petunjuk: Pertanyaan yang berisikan pilihan jawaban, mohon diberi tanda chek list (√ ) yang telah disediakan pada masing-masing pilihan. Terima kasih atas bantuannya Tuhan memberkati. Tabel Lembar kuesioner untuk Kepala Sekolah No
Pertanyaan
Jawaban Ya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Apakah bapak/ibu tetap melaksanakan program pembinaan karakter bagi para taruna? Apakah pembinaan karakter memberikan hasil yang baik bagi para peserta didik (taruna)? Perlukah program pembinaan karakter di laksanakan di sekolah? Apakah program yang sudah di rancangan dapat berjalan dengan baik? Apakah keterlibatan TNI AL Kota Malang sebagai guru dalam pembinaan karakter itu perlu? Apakah hubungan kerja sama sekolah dan TNI AL tetap akan dilaksanakan? Apakah pembinaan karakter dari TNI memberikan hasil positif bagi peserta didik (taruna) Apakah pembinaan karakter selama-selama tiga hari berturut-turut tidak memberikan kejenuhan bagi peserta didik? Apakah materi baris-berbaris, aspek bela negara, kedisiplinan dan kepemimpinaan tetap dilaksanakan? Apakah disetiap semester perlukah dilakukan evaluasi terhadap program yang dilaksanakan dalam pembinaan karakter taruna?
Keterangan Tidak
28
Tabel Lembar kuesioner untuk Penanggung Jawab Ekstrakurikuler No
Pertanyaan
Jawaban Ya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Apakah bapak/ibu tetap melaksanakan program pembinaan karakter bagi para taruna? Apakah pembinaan karakter memberikan hasil yang baik bagi para peserta didik (taruna)? Perlukah program pembinaan karakter di laksanakan di sekolah? Apakah program yang sudah di rancangan dapat berjalan dengan baik? Apakah keterlibatan TNI AL Kota Malang sebagai guru dalam pembinaan karakter itu perlu? Apakah hubungan kerja sama sekolah dan TNI AL tetap akan dilaksanakan? Apakah pembinaan karakter dari TNI memberikan hasil positif bagi peserta didik (taruna) Apakah pembinaan karakter selama-selama tiga hari berturut-turut tidak memberikan kejenuhan bagi peserta didik? Apakah materi baris-berbaris, aspek bela negara, kedisiplinan dan kepemimpinaan tetap dilaksanakan? Apakah disetiap semester perlukah dilakukan evaluasi terhadap program yang dilaksanakan dalam pembinaan karakter taruna?
Keterangan Tidak
29
Tabel Lembar kuesioner untuk Guru pelaksana atau pembina No
Pertanyaan
Jawaban Ya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Apakah bapak/ibu tetap melaksanakan program pembinaan karakter bagi para taruna? Apakah pembinaan karakter memberikan hasil yang baik bagi para peserta didik (taruna)? Perlukah program pembinaan karakter di laksanakan di sekolah? Apakah program yang sudah di rancangan dapat berjalan dengan baik? Apakah keterlibatan TNI AL Kota Malang sebagai guru dalam pembinaan karakter itu perlu? Apakah hubungan kerja sama sekolah dan TNI AL tetap akan dilaksanakan? Apakah pembinaan karakter dari TNI memberikan hasil positif bagi peserta didik (taruna) Apakah pembinaan karakter selama-selama tiga hari berturut-turut tidak memberikan kejenuhan bagi peserta didik? Apakah materi baris-berbaris, aspek bela negara, kedisiplinan dan kepemimpinaan tetap dilaksanakan? Apakah disetiap semester perlukah dilakukan evaluasi terhadap program yang dilaksanakan dalam pembinaan karakter taruna?
Keterangan Tidak
30
D. Triangulasi Triangulasi Data, untuk memperoleh kebenaran, evaluasi ini menggunakan teknik triangulasi. Menurut Patton, triangulasi data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Triangulasi data dari penelitian ini diperoleh dengan melakukan cross-check informasi antara informan yang satu dengan informan yang lain. Adapun dari beberapa macam teknik triangulasi, maka pada penelitian ini yang akan digunakan adalah teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber ini dapat dilakukan dengan beberapa jalan, yaitu : 1 Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. 2 Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. 3 Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4 Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan orang pemerintahan. 5 Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Dari kelima jalan dalam proses triangulasi sumber tersebut, maka pada evaluasi ini akan digunakan jalan dengan membandingkan (1) hasil wawancara dengan hasil pengamatan, (2) perspektif berbagai stakeholder (kepala sekolah, penanggung jawab dan pengajar), dan (3) hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan. E. Analisa Data Penganalisian data menggunkan statistik deskriptif adalah suatu teknik pengolahan data yang tujuannya untuk melukiskan dan menganalisis kelompok data tanpa membuat atau menarik kesimpulan atas populasi yang diamati dan penyajian data disajikan dalam bentuk grafik.
31
BAB IV HASIL EVALUASI
A. Deskripsi Data 1.
Data Respons Sekolah Terhadap Pelaksanaan Program Pembinaan Karakter Bagi Para Peserta Didik (Taruna). KS
GPE
GP
Presentase
150 100 100
80
100 50 0 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
KATAGORI KEBERHASILAN
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa KS dan GPE masuk dalam katagori sangat baik dengan perolehan nilai 100%, dan GP masuk dalam masuk dalam kategori Baik dengan perolehan nilai 80,00%. Data Nilai Karakter Jurusan Ketarunaan Semester Genap Tahun 2016
Presentase
2.
60 50 40 30 20 10 0
54,54 31,81
Ket E D
13,63
B B+ A Katagori Karakter
Berdasarkan data gambar di atas menunjukan bahwa nilai ketarunaan kelas X dengan jumlah siswa 22 orang miliki tingkatan akademik sebagai berikut, 13,63% masuk dalam katagori memuaskan, 31,82% masuk dalam katagori sangat baik dan 54,54% orang masuk dalam katogori baik, katogori cukup dan kurang baik tidak ada.
32
B. Pembahasan 1. Respons Siswa Terhadap Pelaksanaan Program Respons sekolah terhadap pelaksanaan program pembinaan karakter bagi para peserta didik (Taruna) dalam pembinaan karakter siswa itu sangat penting tanpa campur tangan sekolah program yang direncanakan tidak dapat berjalan dengan baik. Data evaluasi yang diperoleh data menunjukan bahwa KS dan GPE masuk dalam katagori sangat baik dengan perolehan nilai 100%, dan GP masuk dalam masuk dalam kategori baik dengan perolehan nilai 80,00% ini merupakan respon yang luar biasa. Oleh karena itu guru sebagai staf pengajar, guru juga memiliki fungsi utama di sekolah yaitu melakukan bimbingan dan melaksanakan program yang dijalankan oleh pihak sekolah, selain itu kepala sekolah harus bertanggungjawab terhadap program yang dilaksanakan (Taub, 2015). 2.
Nilai Ketarunaan (Karakter) Nilai ketarunaan kelas X dengan jumlah siswa 22 orang miliki tingkatan akademik sebagai berikut, 13,63% masuk dalam katagori memuaskan, 31,82% masuk dalam katagori sangat baik dan 54,54% orang masuk dalam katogori baik, katogori cukup dan kurang baik tidak ada. Hal ini menunjukan bahwa siswa SMKN 13 Kota Malang menunjukan bahwa secara karakter prestasi akademik dalam ketarunaan sangat luar biasa, dimana nilai ketarunaan merupakan nilai yang diprioritaskan untuk siswa bisa lulus dan berhasil untuk masuk pada tingkatan berikutnya atau sebagai prasyarat masuk ke jenjang kelas XI. Apabila nilai karakter ketarunaan tidak menunjukan hasil yang signifikan, siswa tersebut tidak diperkenankan masuk dalam jenjang berikutnya atau tinggal di kelas X. Ini merupakan salah satu strategi untuk memacu siswa dalam belajar dan bekerja keras agar mendapatkan hasil yang baik. Pendidikan karakter merupakan wujud dari sikap dan mental yang dimiliki seorang siswa oleh karena itu dari kurikulum 1994 – K.13 pendidikan karakter tetap ditanamkan. Dilihat dari analisis situasi bangsa dengan nilai karakter moral yang berada bada ujung tanduk, misalnya pertikaian antar pelajar, korupsi, pembunuhan dimana-mana. Oleh karena itu pendidikan karakter sejak bangku sekolah dasar sampai tingkat sekolah
33
menengah atas/kejuruan tetap dilaksanakan agar dapat berakar dan bertumbuh dengan baik dalam diri peserta didik. Hal ini diperkuat dengan pendapat Rukiyati holistik
dapat
(2013)
menyatakan bahwa pendidikan
diartikan sebagai
menginternalisasikan
nilai-nilai
upaya
kehidupan
karakter
memperkenalkan yang dapat
dan
menjadikan
peserta didik menjadi manusia yang utuh (a whole human being). Selain itu Hambali, (2015) menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan pembinaan mental dan sikap untuk menghasilkan masyarakat pendidikan yang cerdas dan berkarakter agar memperkuat indentitas dirinya.
34
BAB V KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari evaluasi program ini antara lain. 1. SMKN 13 Kota Malang merupakan sekolah yang berbasis katarunaan yang menanamkan pembinaan karakter bagi para peserta didik yang merupakan program ekstrakurikuler dan diwajibkan bagi perserta didik agar mampu melaksanakannya dan dapat lanjut pada tingkatan kelas berikutnya. 2. Respons sekolah terhadap program pendidikan karakter pada tarunannya memiliki hasil yang positif dimana KS dan GB memberikan respons 100%, dan GP memberikan respons 87,5%. 3. Nilai ketarunaan kelas X dengan jumlah siswa 22 orang miliki tingkatan akademik sebagai berikut, 13,63% masuk dalam katagori memuaskan, 31,82% masuk dalam katagori sangat baik dan 54,54% orang masuk dalam katogori baik, ini merupakan respon sisiwa untuk menyikapi program yang dilaksakan oleh pihak sekolah.
35
DAFTAR PUSTAKA
Althof, W & Berkowitz, M. 2006. Moral Education and Character Education: Their Relationship and Roles in Citizenship Education. Journal of Moral Education, (Online), 35 (4):495-518, (http://philpapers.org/) diakses 04 Juni 2016. Fessler, 2011. A Vision of Learning: Creating a 21st Century Education for Oak Lawn-Hometown District 123 students. Greenstein, Laura. Assessing 21st Century Skills. 2012. USA: Corwin A Sage Company. Hambali, 2015. Students’ Reaction Towards Nation Characters Education and the Impacts on the Practice of Nationalist Characters. Journal of Applied Sciences, (Online), 15 (9): 1167-1175, (http://scialert.net/), diakses 09 Juni 2016. Kamaruddin, S. A. 2012. Character Education and Students Social Behavior. Journal of Education and Learning, (Online), 6 (4): 223-230, (http://www.ccsenet.org/journal/index.php/jel), diakses 09 Juni 2016. Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya. Narwati, Sri. 2011. Pendidikan Karakter; Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran, cet. ke-1. Yogyakarta: Familia. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Online) (http://www.ypab.org/ypab/wp-content/uploads/2015/03/PermenNomor-23-Tahun-2006.pdf) diakses 04 Juni 2016. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan Republik Indonesia. (http://bsnp-indonesia.org/), diakses 05 Juni 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan RI No 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013. (https://www.usd.ac.id) diakses 05 Juni 2016 Rokhman., F, Hum, M., Syaifudin, Ahmad & Yuliati. 2014. Character Education For Golden Generation 2045 (National Character Building for Indonesian Golden Years). Procedia - Social and Behavioral Sciences, (Online), 141: 1161 – 1165, (http://www.sciencedirect.com), diakses 02 Juni 2016. Rukiyanti, 2013. Urgensi Pendidikan Karakter Holistik Komprehensif di Indonesia. Jurnal Pendidikan Karakter, (Online), 3 (2): 196-203, (http://journal.uny.ac.id/index.php), diakses 2 juni 2016. Smith, B.H. 2013. School-based Character Education in the United States. Childhood Education, (Online), 89 (6): 351-355, (http://www.tandfonline.com/loi/uced20), diakses 04 Juni 2016. Supriyadi, E. 2011. Pendidikan dan Penilaian Karakter di Sekolah Menengah Kejuruan. Cakrawala Pendidikan, (Online), 30: 110-123, (http://journal.uny.ac.id), diakses 02 Juni 2016.
36
Suwito, A. 2012. Integrasi Nilai Pendidikan Karakter Ke dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Melalui RPP. Jurnal Ilmiah CIVIS. (Online), 2 (2): 1-21, (http://ejurnal.upgrismg.ac.id/), diakses 5 Juni 2016. Tabub, R. 2015. A New Educational Reform in Israeli High Schools Affecting Teachers' Motivation and Perception of the Teaching Profession. Procedia - Social and Behavioral Sciences, (Online), 209: 503 – 508, (http://www.sciencedirect.com), diakses 03 Juni 2016. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jaringan Dokumentasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (Online), (http://www. komnasham.go.id/instrumen-hamnasional/uu-no-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-nasional), diakses 1 Juni 2016. Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Perkerti dalam Persektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara. Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta: Balitbang Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Balitbang Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
37
LAPORAN EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KARAKTER KETARUNAAN PADA SMK NEGERI 13 KOTA MALANG
Oleh : JOHN RAFAFY BATLOLONA NIM. 150321806313
UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JUNI 2016
38
39