Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah
Periode Januari 2017
Provinsi Sulawesi Utara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
INFLASI DI AWAL TAHUN 2017 DIPICU OLEH KENAIKAN TARIF YANG DIATUR PEMERINTAH INFLASI IHK SULUT (% mtm)
Januari 2017 mtm yoy ytd avg yoy (2012-2016)
1,10 % 1,63 % 1,10 % 5,20 %
Inflasi Komoditas Utama Beras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang
Indeks Harga Konsumen (IHK) Sulawesi Utara bulan Januari 2017 mengalami inflasi sebesar 1,10% (mtm). Realisasi inflasi tersebut meningkat dibanding bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 1,52% (mtm) serta jauh lebih tinggi dibanding rata-rata historis 1 inflasi bulan Januari sebesar 0,02% (Tabel 1). Dengan demikian, secara tahunan Sulawesi Utara mengalami inflasi sebesar 1,63% (yoy) atau meningkat dibanding bulan sebelumnya (0,35%). Meskipun demikian, realisasi inflasi tersebut masih berada di bawah rentang target inflasi tahun 2017 sebesar 4%±1% (yoy). Realisasi inflasi Sulawesi Utara secara tahunan masih lebih rendah dibanding realisasi inflasi Nasional yang sebesar 3,49% (yoy) (Tabel 2). Secara spasial,dibandingkan provinsi-provinsi lain di Pulau Sulawesi, realisasi inflasi bulanan Sulawesi Utara menempati posisi terendah ketiga. Namun, secara tahunan realisasi inflasi Sulawesi Utara menempati posisi terendah. Inflasi tahunan tertinggi di Pulau Sulawesi pada Januari 2017 dialami oleh Sulawesi Tengah (3,26%). Seluruh provinsi di Pulau Sulawesi mengalami inflasi yang cukup tinggi pada bulan Januari, di mana inflasi tertinggi dialami oleh Provinsi Sulawesi Tengah (1,32%, mtm). Cukup tingginya inflasi Sulawesi Utara di awal tahun 2017 terutama dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok administered prices. Kelompok barang yang di atur oleh Pemerintah menguat di awal tahun seiring kebijakan Pemerintah terhadap tarif listrik 900VA, biaya perpanjangan STNK dan BBM non subsidi, sehingga kelompok administered prices menjadi penyumbang utama inflasi di bulan Januari. Selain itu, gejolak harga pada kelompok volatile food, khususnya cabai rawit dan tomat sayur akibat curah hujan yang sangat tinggi sehingga mempengaruhi ketersediaan pasokan, menjadi faktor pendorong inflasi pada awal tahun 2017. Dengan demikian, kelompok yang menjadi penyumbang inflasi bulanan utama adalah kelompok administered prices dan volatile food dengan andil masing-masing secara berurutan sebesar 0,50% dan 0,35%. Realisasi inflasi bulan Januari berada di atas proyeksi KPw BI Sulawesi Utara sebelumnya yaitu 0,52% (mtm). Deviasi realisasi dengan proyeksi dipengaruhi oleh curah hujan yang lebih tinggi dari prakiraan sehingga menyebabkan harga komoditas cabai rawit dan tomat sayur meningkat tinggi. Adapun cabai rawit menjadi penyumbang utama inflasi pada Januari ini dengan andil 0,40%. Memasuki Februari 2017, tekanan inflasi diperkirakan mengalami penurunan, bahkan membuka peluang terjadinya deflasi dengan angka proyeksi sebesar -0,07% (mtm) (Grafik 1). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh mulai menurunnya harga komoditas strategis seperti cabai rawit dan tomat sayur seiring membaiknya pasokan.
1
Rata-rata historis 5 tahun terakhir (2012-2016)
1
Periode Januari 2017
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Sulawesi Utara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
Tekanan dari kelompok administered prices juga diperkirakan mengalami penurunan, sejalan dengan masuknya periode low season yang akan mempengaruhi tarif angkutan udara. Sementara itu, pada kelompok inti, tekanan diperkirakan relatif minimal. Hal tersebut dipengaruhi oleh lanjutan normalisasi tingkat permintaan pasca mengalami lonjakan di akhir tahun. Dengan memperhatikan perkembangan terkini, inflasi Sulawesi Utara pada triwulan I 2017 diperkirakan berada pada rentang 2,81% - 3,21% (yoy). Sementara itu, inflasi akhir tahun 2017 diperkirakan berada pada rentang 4,20% - 4,60% (yoy) (Tabel 3). Ke depan, berbagai tantangan dan risiko akan memengaruhi inflasi pada 2017. Risiko tersebut antara lain yaitu berlanjutnya pengurangan subsidi listrik 900 VA pada bulan Maret dan Mei, penyesuaian tarif listrik, kenaikan harga komoditas dunia, depresiasi Rupiah akibat capital outflow, dan penyesuaian harga BBM dalam kebijakan BBM satu harga yang rencananya pada April, Juli dan Oktober. Dari sisi cuaca, La Nina atau musim basah yang berkepanjangan juga perlu diantisipasi. Risiko lainnya yaitu wacana Pemerintah yang akan memberlakukan kewajiban menjual minyak goreng berlabel pada April. Melihat risiko inflasi tahun 2017 cukup berat, maka upaya menjaga inflasi seperti harga pangan yang bergejolak atau volatile food merupakan hal yang penting yang harus dilakukan. Upaya pengendalian inflasi pada tahun 2017 akan semakin diperkuat. Hal ini mengingat risiko tekanan inflasi yang cukup besar pada kelompok administered prices pada tahun laporan. Di awal tahun 2017, TPID Provinsi Sulawesi Utara telah melaksanakan HLM perdana pada 25 Januari 2017 dengan agenda utama menyelaraskan upaya pengendalian inflasi tahun 2017. Dalam pertemuan tersebut, seluruh anggota TPID Sulut berkomitmen untuk menjalankan program pengendalian inflasi 2017 mengacu kepada Roadmap Pengendalian Inflasi Sulut yang telah disusun sebelumnya. Beberapa program utama pengendalian inflasi 2017 antara lain adalah peningkatan produksi bahan pangan melalui penyediaan benih pertanian & holtikultura, mensukseskan Gerakan Rica Rumah Gen.II, memperluas peran Bulog dalam stabilisasi harga, meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan Aparat Penegak Hukum (APH) khususnya Kepolisian, serta optimalisasi penggunaan PIHPS.
2
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah
Periode Januari 2017
Provinsi Sulawesi Utara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
Tabel 1. Perbandingan Realisasi dan Historis Inflasi (mtm) (yoy) (ytd) Historis Realisasi Historis Realisasi Historis Realisasi 2012-2016 Januari 2012-2016 Januari 2012-2016 Januari
Disagregasi IHK Volatile food Administered prices Core
0.02% -2.04% 0.27% 0.57%
1.10% 1.76% 2.45% 0.42%
5.20% 8.39% 8.91% 3.24%
1.63% 0.46% 1.95% 1.93%
0.02% -2.04% 0.27% 0.57%
1.10% 1.76% 2.45% 0.42%
Sumber: BPS, diolah
Tabel 2. Perkembangan Inflasi Januari 2017 Sulawesi dan Provinsi Lain Provinsi
% (mtm)
Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Tengah KTI Nasional
0.59 0.76 1.10 1.12 1.28 1.32 1.10 0.97
% (yoy) 2.89 2.03 1.63 2.83 3.20 3.26 3.42 3.49
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1. Path Proyeksi Inflasi 2017 1.10% 1.2% 0.98% 1.0% 0.71% 0.8% 0.56% 0.46% 0.6% 0.52% 0.44% 0.42% 0.28% 0.26% 0.4% 0.2% 0.0% -0.2% -0.07% -0.11% -0.4% -0.6% -0.8% -0.72% -1.0% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 -
2017 Proyeksi mtm
Realisasi
Proyeksi yoy
Tabel 3. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Sulut 2015 Des
Jun
Jul
Agt
2016 Sep
Okt
Nov
Des Real.
IHK, % yoy IHK, % mtm
5.56
3.67
3.47
3.62
2.28
0.78
3.67
0.35
1.63
1.74
1.06
0.84
-0.38
-0.68
0.01
2.86
-1.52
1.10
Jan SPH2
-0.30
2017 Feb Proy. Proy.
Tw I Proy.
2017 Proy.
1.08
2.40
3.01
4.40
0.55
-0.07
0.56 (Mar)
0.71 (Des)
Sumber: BPS, diolah 2
Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada minggu IV bulan Januari 2017
3
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah
Periode Januari 2017
Provinsi Sulawesi Utara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
Tabel 4. Disagregasi Inflasi Sulawesi Utara Okt
2015 Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
2016 Jun Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
18.90 18.16 4.11 9.42 6.63 0.32 0.35 1.49
16.26 12.14 3.87 7.73 (0.03) 0.00 (0.00) (0.01)
12.19 5.93 3.34 5.56 7.25 0.61 0.36 1.74
16.17 9.17 2.12 6.12 (1.22) 1.05 (0.25) (0.18)
15.30 7.32 1.95 5.46 (1.63) (2.35) 0.01 (0.82)
15.11 5.29 1.73 4.90 0.64 (0.36) (0.15) (0.03)
17.63 (1.26) 1.84 3.93 (2.77) (1.48) (0.02) (0.87)
12.26 (0.72) 1.68 3.09 0.53 0.26 (0.03) 0.14
16.75 (1.23) 1.45 3.67 4.93 0.32 0.03 1.06
15.90 0.21 1.16 3.62 (2.48) 0.19 0.15 (0.38)
8.57 0.31 1.05 2.28 (4.29) 0.11 0.27 (0.68)
0.99 0.60 0.78 0.78 (0.81) 0.62 0.07 0.01
15.55 0.74 0.88 3.67 14.39 0.14 0.10 2.86
(2.48) 0.56 1.25 0.35 (9.48) 0.43 0.73 (1.52)
INFLASI Volatile Foods Administered Core IHK Volatile Foods Administered Core IHK
yoy yoy yoy yoy mtm mtm mtm mtm
Grafik 2. Perkembangan Inflasi Sulawesi Utara dan Nasional Nasional (%, yoy)
KTI (%, yoy)
17.52 (2.50) 1.36 3.47 1.43 1.69 0.34 0.84
2017 Jan 0.46 1.95 1.93 1.63 1.76 2.45 0.42 1.10
Grafik 3. Disagregasi Inflasi Sulawesi Utara (yoy
Sulut (%, yoy)
Volatile Foods
Administered Price
Core
50%
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
40% 30% 20% 10%
Grafik 4. Perbandingan Inflasi Januari dengan RataRata Historis Rata-Rata Januari 2012-2016
Jan-17
Nov-16
Jul-16
Sep-16
Mei-16
Jan-16
Mar-16
Nov-15
Jul-15
Sep-15
Mei-15
Jan-15
Mar-15
Nov-14
Jul-14
Grafik 5. Andil Inflasi Bulanan dan Tahunan Januari 2017
Januari 2017
1,63% yoy
1,10% mtm
8.91%
8.39%
-10%
Sep-14
2017
Mei-14
2016
Jan-14
2015
0% Mar-14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
0.42% Core
5.20% 2.45%
3.24% 1.95%
1.63%
1.93%
IHK
Volatile food
Administered prices Volatile food
0.46% Administered prices
Core
1.93%
1.95%
1.76% 0.46%
Sumber: BPS, diolah
4
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah
Periode Januari 2017
Provinsi Sulawesi Utara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
I.
Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Pada bulan Januari 2017, inflasi IHK tercatat sebesar 1,10% (mtm), lebih tinggi dibandingkan perkiraan awal yang sebesar 0,52% dan data historis Januari lima tahun terakhir (2012-2016) yang sebesar 0,02%. Cukup tingginya inflasi di awal tahun 2017 dipengaruhi oleh pergerakan harga pada kelompok administered prices dan volatile food. Di sisi lain, tekanan pada kelompok inti relatif menurun seiring normalisasi tingkat permintaan. Realisasi inflasi tersebut menyebabkan secara tahunan inflasi tercatat sebesar 1,63% (yoy) yang juga meningkat dibanding bulan sebelumnya (0,35%), namun masih berada di bawah rentang sasaran target inflasi tahun 2017 (4%±1%). a. Tekanan inflasi kelompok administered prices meningkat, seiring dengan adanya peningkatan tarif yang diatur oleh Pemerintah. Kelompok administered prices menjadi penyumbang utama inflasi di bulan Januari dengan inflasi bulanan sebesar 2,45% (mtm), meningkat cukup signifikan dibanding bulan sebelumnya (0,43%). Meningkatnya kelompok administered prices didorong oleh kebijakan Pemerintah dalam pengalihan subsidi listrik 900 VA, biaya perpanjangan STNK dan bensin non subsidi. Di samping itu, inflasi kelompok administered prices juga didorong oleh inflasi angkutan udara seiring dengan masih berlanjutnya peak season mobilitas menggunakan transportasi udara pada Januari3 dan peningkatan kunjungan dalam rangka perayaan Imlek. Secara tahunan, kelompok AP mengalami inflasi sebesar 1,95% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya (0,56%). Grafik 6. Disagregasi Inflasi Administered Prices (% mtm) AP
AP Energi
AP Non Energi
40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5%
Jan-17
Nov-16
Jul-16
Sep-16
Mei-16
Jan-16
Mar-16
Nov-15
Jul-15
Sep-15
Mei-15
Jan-15
Nov-14
Jul-14
Sep-14
Mei-14
Mar-15
-10%
Jan-14
0% -5%
Mar-14
Berdasarkan subkelompoknya, peningkatan tekanan inflasi bulanan kelompok administered prices (AP) disebabkan baik oleh subkelompok AP energi (dari 0,18% menjadi 3,03% mtm) maupun AP non energi (dari 0,63% menjadi 2,01%) (Tabel 7). Adapun secara tahunan, untuk pertama kalinya kelompok AP energi mengalami inflasi yakni sebesar 0,33% (yoy) setelah sejak April 2016 konsisten mengalami deflasi. Sementara itu, kelompok AP non energi mencatat inflasi sebesar 3,24% (yoy).
Tabel 5. Inflasi Administered Prices Energi dan Non Energi Rincian
3
Okt
2015 Nov
Des
Jan
Feb
Inflasi IHK Inflasi Adm. Prices Energi Non Energi
mtm mtm mtm mtm
1.49% -0.01% 0.32% 0.00% -0.16% -0.02% 0.70% 0.03%
Inflasi IHK Inflasi Adm. Prices Energi Non Energi
yoy yoy yoy yoy
9.42% 7.73% 5.56% 6.12% 5.46% 18.16% 12.14% 5.93% 9.17% 7.32% 11.06% 6.63% 0.98% 6.16% 3.32% 24.34% 16.82% 10.12% 11.67% 10.62%
Mar
Apr
Mei
2016 Jun Jul
Sep
Nov
0.01% 0.62% 1.01% 0.32%
2.86% -1.52% 0.14% 0.43% 0.05% 0.18% 0.21% 0.63%
1.10% 2.45% 3.03% 2.01%
4.90% 3.93% 3.09% 3.67% 3.47% 3.62% 2.28% 0.78% 3.67% 0.35% 5.29% -1.26% -0.72% -1.23% -2.50% 0.21% 0.31% 0.60% 0.74% 0.56% 0.50% -3.63% -4.11% -3.30% -2.81% -1.98% -1.47% -0.32% -0.25% -0.74% 9.29% 0.61% 1.98% 0.40% -2.27% 1.92% 1.71% 1.32% 1.50% 1.57%
1.63% 1.95% 0.33% 3.24%
0.84% -0.38% -0.68% 1.69% 0.19% 0.11% 0.75% 0.78% 0.45% 2.40% -0.24% -0.15%
Des
2017 Jan
Okt
1.74% -0.18% -0.82% -0.03% -0.87% 0.14% 1.06% 0.61% 1.05% -2.35% -0.36% -1.48% 0.26% 0.32% 0.67% 1.94% -3.66% -0.51% -2.51% -0.15% 1.08% 0.57% 0.36% -1.32% -0.24% -0.68% 0.57% -0.25%
Agu
Hasil liaison pada industri maskapai penerbangan
5
Periode Januari 2017
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Sulawesi Utara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
Dari subkelompok energi, andil inflasi terbesar diberikan oleh tarif listrik dan bensin. Hal ini didorong oleh kebijakan Pemerintah menaikkan tarif listrik untuk pelanggan 900VA dari Rp605 menjadi Rp791/kWh per 1 Januari 2017. Adapun pangsa pemakaian listrik pada golongan ini sebesar 38%4 dari total seluruh golongan pelanggan di Sulawesi Utara. Dengan demikian, kenaikan tarif sebesar 30,74% tersebut mendorong inflasi pada komoditas ini sebesar 6,42% (mtm) dengan andil mencapai 0,24%. Selain itu, kembali dinaikkannya harga BBM Non Subsidi yaitu Pertamax dan Pertamax Plus masing-masing Rp300/liter atau 4% mendorong inflasi komoditas bensin sebesar 1,48% (mtm) dengan andil sebesar 0,03%. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan harga minyak dunia yang mengalami kenaikan. Dari subkelompok non energi, andil inflasi terbesar diberikan oleh biaya perpanjangan STNK dan angkutan udara. Terhitung per 1 Januari 2017, Pemerintah menaikkan biaya pengurusan suratsurat kendaraan bermotor (STNK) sebesar 100% (dari Rp50.000 menjadi Rp100.000) untuk kendaraan roda dua dan 167% (dari Rp75.000 menjadi Rp200.000) untuk kendaraan roda empat. Adapun pangsa kendaraan roda dua di Sulawesi Utara mencapai 68% sementara roda empat mencapai 32%. Hal ini mendorong inflasi pada biaya perpanjangan STNK sebesar 111,99% (mtm) dan memberikan sumbangan inflasi bulanan sebesar 0,15%. Sementara itu, masih berlanjutnya peak season mobilitas pengguna transportasi udara mendorong inflasi pada angkutan udara sebesar 5,89% (mtm) dan memberikan sumbangan inflasi bulanan sebesar 0,09%. Tabel 6. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi dari Kelompok Administered Prices Komoditas
mtm
TARIP LISTRIK BIAYA PERPANJANGAN STNK ANGKUTAN UDARA BENSIN
6.42% 111.99% 5.89% 1.48%
Andil mtm
yoy
0.24% 5.41% 0.15% 111.99% 0.09% 24.39% 0.03% -6.15%
Andil yoy 0.20% 0.15% 0.31% -0.14%
b. Sementara itu, kelompok volatile food mengalami inflasi pada bulan Januari 2017 sebesar 1,76% (mtm) dibanding bulan sebelumnya yang tercatat deflasi (-9,48%). Kondisi ini sangat berbeda dengan tren historis dimana umumnya kelompok pangan mengalami penurunan harga atau mencatat deflasi di awal tahun sebagai dampak kembali normalnya permintaan masyarakat setelah perayaan hari raya Natal dan Tahun Baru. Secara tahunan, kelompok volatile food pada Januari 2017 tercatat inflasi sebesar 0,46% (yoy) dibanding bulan sebelumnya yang tercatat deflasi (-2,48%). Inflasi kelompok volatile food bersumber dari komoditas cabai rawit yang pasokannya terganggu akibat curah hujan yang tinggi5 pada bulan Januari. Sejalan dengan itu, curah hujan yang tinggi juga menyebabkan pasokan komoditas tomat sayur terganggu sehingga mengalami inflasi. Tingginya inflasi kedua komoditas ini juga dipengaruhi oleh faktor base effect kedua komoditas tersebut yang mencatat deflasi pada bulan sebelumnya. Adapun andil cabai rawit dan tomat sayur terhadap inflasi bulanan Januari 2017 secara berturut-turut sebesar 0,40% dan 0,12%. 4 5
Informasi PT PLN Wilayah Suluttenggo pada Media Cetak, Januari 2016 Menurut BMKG Sulawesi Utara, puncak curah hujan di Sulawesi Utara terjadi pada bulan Januari 2017.
6
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah
Periode Januari 2017
Provinsi Sulawesi Utara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
Namun demikian, inflasi yang lebih tinggi ditahan oleh deflasi komoditas bawang merah seiring dengan masih terjaganya pasokan pasca panen dari daerah produsen. Andil komoditas bawang merah terhadap inflasi bulanan Januari 2017 yaitu sebesar -0,24%. Adapun pergerakan harga komoditas beras relatif stabil selama 3 bulan terakhir atau sejak November 2016. Hal ini seiring dengan membaiknya produksi dalam Sulawesi Utara tahun 2016 setelah tahun 2015 yang dilanda El Nino. Selain itu, stabilnya komoditas beras didukung oleh ketersediaan pasokan dari luar daerah6 (Sulawesi Tengah).
Tabel 7. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi dari Kelompok Volatile Food Komoditas
mtm
Andil mtm
yoy
Tabel 8. Komoditas Utama Penyumbang Deflasi dari Kelompok Volatile Foods
Andil yoy
Komoditas
mtm
Andil mtm
yoy
Andil yoy
CABAI RAWIT
58.98%
0.40%
-13.43%
-0.17%
BAWANG MERAH
-23.27%
-0.24%
-23.66%
-0.25%
TOMAT SAYUR
7.06%
0.12%
31.72%
0.43%
CAKALANG/SISIK
-2.42%
-0.03%
7.47%
0.09%
BAWANG PUTIH
6.61%
0.02%
31.29%
0.09%
KEMBANG KOL
-29.97%
-0.02%
147.08%
0.03%
-4.80%
0.00%
4.42%
0.00%
-1.25%
0.0%
14.87%
0.03%
CABAI MERAH
12.87%
0.01%
40.15%
0.04%
AYAM HIDUP
SELAR/TUDE
10.47%
0.01%
10.46%
0.01%
PEPAYA
6
Hasil liaison pada kelompok tani padi, Januari 2017.
7
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah
Periode Januari 2017
Provinsi Sulawesi Utara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
BOKS ANALISIS FUNDAMENTAL INFLASI SULAWESI UTARA
Indikator Output Gap
Hingga awal triwulan I 2017, contact liaison mengkonfirmasi terjadinya peningkatan penjualan domestik yang tercermin dari kenaikan likert scale penjualan domestik dari 1,86 menjadi 3 (Grafik 1). Secara sektoral, peningkatan penjualan domestik ini khususnya terjadi pada sektor pertanian (Grafik 2) yang diperkirakan sebagai dampak membaiknya kondisi cuaca pada masa tanam akhir tahun 2016. Grafik 1. Likert Scale Penjualan Domestik 3.5
Grafik 2. Penjualan Domestik Sektor Pertanian
3
3
3
2.5
1.86
2
1.5 1
0.5
0
1
0.29
-0.22
0
-0.5 I
II
III
IV
2016
I
IV
I
2017
2016
2017
Sumber: Liaison Bank Indonesia
Sumber: Liaison Bank Indonesia
Sejalan dengan peningkatan pada permintaan domestik, hasil liaison juga menunjukkan adanya peningkatan pada kapasitas utilisasi pelaku usaha di Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari likert scale kapasitas utilisasi yang meningkat dari 1 pada triwulan IV menjadi 3 pada awal triwulan I 2017 (Grafik 3). Secara sektoral, peningkatan kapasitas utilisasi khususnya terjadi di sektor pertanian dimana peningkatan permintaan domestik sektor ini juga dibarengi dengan peningkatan kapasitas utilisasinya, di tengah berlangsungnya masa panen komoditas beras. Hal ini kemudian berdampak kepada terjaganya perkembangan harga komoditas beras. Namun demikian, tingkat kapasitas utilisasi di Sulawesi Utara secara umum masih dapat memenuhi tingkat permintaan. Berdasarkan hasil liaison, rata-rata kapasitas utilisasi dari seluruh contact yang menjawab yakni sebesar 64,17%. Angka tersebut relatif masih jauh di bawah 100%, sehingga kapasitas produksi hingga Januari 2017 masih mampu memenuhi tingkat permintaan konsumen. Grafik 3. Likert Scale Kapasitas Utilisasi 3.5
Grafik 4. Kapasitas Utilisasi Sektor Pertanian
3
3
3 2.5
2 1.5
0.75
1 0.5
-0.5
1
0.22
-0.5
0 -0.5 -1 I
II
III 2016
Sumber: Liaison Bank Indonesia
IV
I
IV
I
2017
2016
2017
Sumber: Liaison Bank Indonesia
8
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah
Periode Januari 2017
Provinsi Sulawesi Utara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
Indikator Nilai Tukar Perkembangan inflasi core secara tahunan mengalami peningkatan sejak bulan November 2016 hingga Januari 2017. Hal ini terutama didorong oleh semakin membaiknya daya beli serta kapasitas rumah tangga untuk melakukan konsumsi. Di sisi lain, depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada triwulan I 2017 dari triwulan IV 2016 mendorong peningkatan inflasi core (Grafik 5). Namun demikian, apabila dilihat secara bulanan, apresiasi Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada bulan Januari 2017 telah berdampak pada penurunan inflasi core bulanan pada Januari 2017. Grafik 5. Perkembangan Tahunan Inflasi Core dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS Nilai Tukar Rupiah thd Dollar AS (Rp)
Grafik 6. Perkembangan Bulanan Inflasi Core dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS Nilai Tukar Rupiah thd Dollar AS
Inflasi Core (yoy)
14,000
4.5%
14,000
13,800
4.0%
13,800
13,600
3.5%
13,600
13,400
3.0%
13,400
13,200
2.5%
13,000
2.0%
12,800
1.5%
12,600
1.0%
12,400
0.5%
12,600
0.0%
12,400
12,200 I
II
III 2015
IV
I
II
III
IV
2016
Inflasi Core (mtm) 0.8% 0.6% 0.4%
13,200
0.2%
13,000
0.0%
12,800 -0.2% -0.4% Jan
I
Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Agu Sep Okt Nov Des
2016
2017
Sumber: Bank Indonesia dan BPS (diolah)
Jan
2017
Sumber: Bank Indonesia dan BPS (diolah)
Inflasi core traded pada bulan Januari sebesar 0,42% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya (0,73%). Secara tahunan, inflasi core traded pada bulan Januari sebesar 1,93% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya (1,25%). Sehingga, sumbangan inflasi core traded terhadap inflasi core bulanan yaitu sebesar 0,09%, sedangkan sumbangan terhadap inflasi core tahunan yaitu 0,73%. Indikator Ekspektasi Inflasi Berdasarkan analisa output gap dan pengaruh nilai tukar terhadap total inflasi, maka besaran sumbangan ekspektasi inflasi terhadap inflasi core yaitu sebesar 0,16% terhadap inflasi core bulanan dan sebesar 0,42% terhadap inflasi core tahunan. Sumbangan ekspektasi inflasi relatif masih terkendali karena berada di bawah realisasi core traded. Pada bulan Februari 2017, pergerakan inflasi diperkirakan relatif terkendali. Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia memperkirakan tekanan harga akan menurun sebagaimana ditunjukkan oleh Indeks Ekspektasi Harga (IEH) Februari 2017 sebesar 176 atau menurun dibanding Januari 2017 sebesar 179. Kembali normalnya harga pasca puncak konsumsi pada akhir tahun 2016 dan pada Januari 2017 menjadi faktor rendahnya inflasi pada bulan Januari 2017. Selain itu, masuknya masa panen komoditas beras diperkirakan juga mendorong terjadinya penurunan harga. Grafik 7. Ekspektasi Harga 3 & 6 Bulan Ke Depan 205 195
185 175 165
155 145 135 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan
2014
2015
2016
2017
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
9
Periode Januari 2017
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
Provinsi Sulawesi Utara Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
c. Tekanan inflasi kelompok inti atau core mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Kelompok core mengalami inflasi bulanan sebesar 0,42% (mtm), menurun dibanding bulan sebelumnya (0,73%). Penurunan tekanan inflasi inti sejalan dengan normalisasi tingkat permintaan masyarakat pasca mengalami lonjakan pada periode Natal dan Tahun Baru di akhir tahun 2016. Secara tahunan, inflasi core pada Januari 2017 tercatat sebesar 1,93% (yoy), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya (1,25%). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi core Grafik 7. Inflasi Core Traded dan Core Non Traded disebabkan oleh inflasi core non traded (% mtm) yang meningkat dari 0,30% (mtm) menjadi Core Core Traded Core Non Traded 1.4% 0,46% pada bulan Januari. Sementara itu, 1.2% inflasi core traded tercatat menurun dari 1.0% 1,31% (mtm) menjadi 0,37%. Secara 0.8% 0.6% tahunan, inflasi core non traded tercatat 0.4% sebesar 1,23% (yoy), meningkat dari 0,49%. 0.2% 0.0% Sementara inflasi core traded tercatat -0.2% Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan sebesar 2,89% (yoy), meningkat dari 2,28%. 2015 2016 2017 -0.4% -0.6% Peningkatan inflasi core non traded didorong oleh peningkatan harga komoditas mie dan tarip pulsa ponsel. Meningkatnya harga mie merupakan dampak dari kebijakan salah satu produsen mie instan nasional7 yang menaikan harga jual mie instan sebesar Rp100 per bungkus pada tanggal 17 Januari 2017. Kenaikan tersebut tidak berhubungan dengan harga bahan baku tepung saat ini, namun merupakan kenaikan rutin setiap tahun sebagai strategi untuk menjaga marjin perusahaan. Sementara itu, kenaikan tarip pulsa ponsel disebabkan oleh masih tingginya permintaan untuk jasa komunikasi selama momen libur dan hari raya, baik yang berbasis voice maupun mobile data menjadi faktor pendorong utama. Kenaikan tarip pulsa ponsel berlanjut dari bulan sebelumnya. Adapun andil inflasi komoditas mie dan tarip pulsa ponsel terhadap keseluruhan inflasi bulan Januari 2017 secara berturut-turut adalah 0,09% dan 0,04%. Di sisi lain, inflasi core traded disebabkan oleh peningkatan inflasi seng yang memberikan andil terhadap total inflasi bulanan Januari 2017 sebesar 0,04%. Peningkatan inflasi seng seiring dengan tren positif harga seng dunia pada tahun 2016. Seng menjelma bagai logam dengan kenaikan tertinggi sepanjang tahun berjalan8. Peningkatan harga seng dunia disebabkan oleh kondisi defisit pasar seng dunia dimana akibat penutupan tambang-tambang besar9 dan pertambangan yang terbengkalai di China. Sementara itu, laju inflasi kelompok core traded tertahan oleh gula pasir yang tercatat deflasi dan apresiasi rupiah sepanjang Januari 2017. Penurunan harga gula pasir didukung oleh ketersediaan ribuan ton stok gula pasir10 dan kegiatan pasar murah serta Operasi Pasar (OP) yang dilakukan Pemerintah. Selanjutnya, berlangsungnya apresiasi rupiah sepanjang Januari
7
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Publikasi riset Standard Chartered Bank 9 Glencore dan Nyrstar 10 Ketersediaan di Perum Bulog Divre Sulut 8
10
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah
Periode Januari 2017
Provinsi Sulawesi Utara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
2017 menahan gejolak pada kelompok core traded. Rupiah terapresiasi sebesar 0,44% (mtm) pada bulan Januari 2017. Tabel 9. Inflasi Core Traded dan Non Traded 2015
RINCIAN
Okt
Nov
2016 Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2017 Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
IHK (%, mtm)
1.49% -0.01% 1.74% -0.18% -0.82% -0.03% -0.87% 0.14% 1.06% 0.84% -0.38% -0.68% 0.01% 2.86% -1.52% 1.10%
Core
0.35% 0.00% 0.36% -0.25% 0.01% -0.15% -0.02% -0.03% 0.03% 0.34% 0.15% 0.27% 0.07% 0.10% 0.73% 0.42%
Core Traded
0.35% 0.45% 1.06% -0.22% -0.16% -0.21% -0.17% 0.12% 0.49% 0.38% 0.13% 0.16% 0.24% 0.20% 1.31% 0.37%
Pangan
2.42% 1.63% 2.54% -0.31% -0.21% -1.77% -0.53% 0.62% 1.03% 0.58% -0.25% 0.38% 0.03% 0.39% 2.98% 0.31%
Sandang
-0.13% -0.24% 0.41% 0.08% 0.09% 0.97% 0.14% -0.01% 0.35% 0.37% 0.06% 0.02% -0.25% 0.00% 0.55% 0.56%
Papan
-0.80% 0.26% 0.77% -0.57% -0.53% 0.26% -0.26% -0.13% 0.34% 0.34% 0.28% 0.14% 0.17% 0.14% 0.66% 0.52%
Core Non Traded
0.34% -0.32% -0.14% -0.27% 0.13% -0.11% 0.08% -0.14% -0.30% 0.31% 0.17% 0.34% -0.05% 0.03% 0.30% 0.46%
IHK (%, yoy)
9.42% 7.73% 5.56% 6.12% 5.46% 4.90% 3.93% 3.09% 3.67% 3.47% 3.62% 2.28% 0.78% 3.67% 0.35% 1.63%
Core
4.11% 3.87% 3.34% 2.12% 1.95% 1.73% 1.84% 1.68% 1.45% 1.36% 1.16% 1.05% 0.78% 0.88% 1.25% 1.93%
Core Traded
4.82% 5.02% 4.62% 3.34% 2.99% 2.75% 2.65% 2.43% 2.56% 2.51% 2.65% 2.40% 2.28% 2.03% 2.28% 2.89%
Pangan
10.29% 11.70% 13.98% 11.36% 10.32% 8.13% 7.35% 7.51% 7.55% 6.64% 6.40% 6.19% 3.72% 2.46% 2.90% 3.54%
Sandang
2.71% 2.73% 1.89% 1.51% 1.26% 2.43% 2.56% 2.03% 1.99% 2.23% 2.17% 2.12% 2.00% 2.24% 2.38% 2.87%
Papan
3.01% 2.96% 0.36% -1.45% -1.60% -0.94% -0.44% -0.81% -0.37% -0.15% 0.37% 0.10% 1.07% 0.95% 0.84% 1.94%
Core Non Traded
3.60% 3.07% 2.42% 1.24% 1.21% 1.01% 1.27% 1.13% 0.66% 0.54% 0.09% 0.09% -0.30% 0.05% 0.49% 1.23%
Tabel 10. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi dari Kelompok Core Komoditas
mtm
MIE TARIP PULSA PONSEL LEMON SENG SANDAL KULIT
8.85% 2.70% 16.43% 5.06% 0.00%
Andil mtm
yoy
0.09% 8.85% 0.04% 16.12% 0.04% 23.60% 0.04% 9.58% 0.01% 0.00%
Andil yoy 0.09% 0.23% 0.05% 0.07% 0.00%
Tabel 11. Komoditas Utama Penyumbang Deflasi dari Kelompok Core Komoditas GULA PASIR JERUK NIPIS/LIMAU SEPATU MINUMAN RINGAN KAYU LAPIS
mtm
Andil mtm
-1.01% -3.61% -3.26% -0.78% -1.87%
-0.01% 12.14% -0.01% 31.37% -0.01% 0.12% -0.01% 2.00% 0.00% 1.00%
yoy
Andil yoy 0.10% 0.06% 0.00% 0.01% 0.00%
11
Periode Januari 2017
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
Provinsi Sulawesi Utara Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
II. PRAKIRAAN KE DEPAN DAN TANTANGAN PENGENDALIAN INFLASI Mencermati perkembangan inflasi terkini, inflasi pada bulan Februari diperkirakan mengalami penurunan, bahkan membuka peluang terjadinya deflasi dengan angka proyeksi -0,07% (mtm). Prakiraan terjadinya deflasi pada bulan Februari terutama bersumber dari komoditas volatile food khususnya komoditas cabai rawit dan tomat sayur seiring dengan membaiknya pasokan dan distribusi akibat berakhirnya puncak curah hujan. Tekanan dari kelompok administered prices juga diperkirakan mengalami penurunan, sejalan dengan masuknya periode low season yang akan mempengaruhi harga komoditas angkutan udara. Sementara itu, pada kelompok inti, tekanan diperkirakan relatif minimal. Hal tersebut dipengaruhi oleh lanjutan normalisasi tingkat permintaan pasca mengalami lonjakan di akhir tahun. Dengan demikian inflasi triwulan berjalan akan berada pada rentang 2,81% - 3,21% (yoy). Sementara itu, inflasi akhir tahun 2017 diperkirakan berada pada rentang 4,20% - 4,60% (yoy). Namun demikian, terdapat berbagai risiko lain yang dapat mendorong inflasi mengalami kenaikan. Berbagai risiko yang akan dihadapi pada tahun 2017 antara lain yaitu berlanjutnya pengurangan subsidi listrik 900 VA pada bulan Maret dan Mei, penyesuaian tarif listrik, kenaikan harga komoditas dunia, depresiasi Rupiah akibat capital outflow, dan penyesuaian harga BBM dalam kebijakan BBM satu harga yang rencananya pada April, Juli dan Oktober. Dari sisi cuaca, La Nina atau musim basah yang berkepanjangan juga perlu diantisipasi. Kondisi cuaca yang buruk sangat berpotensi mengganggu pasokan dan distribusi bahan pangan khususnya bumbu-bumbuan sehingga akan mendorong kenaikan harga. Risiko lainnya yaitu wacana Pemerintah yang akan memberlakukan kewajiban menjual minyak goreng berlabel pada April. Melihat risiko inflasi tahun 2017 cukup berat, maka upaya menjaga inflasi seperti harga pangan yang bergejolak atau volatile food merupakan hal yang penting yang harus dilakukan.
III. UPAYA TPID Upaya pengendalian inflasi semakin diperkuat melalui penyelarasan program pengendalian inflasi 2017. Hal ini mengingat risiko tekanan inflasi yang cukup besar pada kelompok administered prices pada tahun laporan. Di awal tahun 2017, TPID Provinsi Sulawesi Utara telah melaksanakan HLM perdana pada 25 Januari 2017 dengan agenda utama menyelaraskan upaya pengendalian inflasi tahun 2017. Dalam pertemuan tersebut, seluruh anggota TPID Sulut berkomitmen untuk menjalankan program pengendalian inflasi 2017 mengacu kepada Roadmap Pengendalian Inflasi Sulut yang telah disusun sebelumnya. Beberapa program utama pengendalian inflasi 2017 antara lain adalah peningkatan produksi bahan pangan melalui penyediaan benih pertanian & holtikultura, mensukseskan Gerakan Rica Rumah Gen.II, memperluas peran Bulog dalam stabilisasi harga, meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan Aparat Penegak Hukum (APH) khususnya Kepolisian, serta optimalisasi penggunaan PIHPS. Selain itu, Pemerintah Provinsi juga terus berupaya untuk mendirikan Pasar Induk/Pasar Provinsi di Sulawesi Utara dengan tujuan memperluas pasar dan mencegah monopoli pasar. Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melalui Gubernur telah melakukan koordinasi awal dengan Kementrian Perdagangan untuk mewujudkan rencana tersebut.
12
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah
Periode Januari 2017
Provinsi Sulawesi Utara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
Tabel 12. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi & Deflasi Inflasi Komoditi CABAI RAWIT TARIP LISTRIK BIAYA PERPANJANGAN STNK TOMAT SAYUR ANGKUTAN UDARA MIE TARIP PULSA PONSEL LEMON SENG BENSIN
Deflasi Kontribusi (%mtm) 0.40 0.24 0.15 0.12 0.09 0.09 0.04 0.04 0.04 0.03
Komoditi BAWANG MERAH CAKALANG/SISIK KEMBANG KOL GULA PASIR JERUK NIPIS/LIMAU SEPATU MINUMAN RINGAN AYAM HIDUP PEPAYA KAYU LAPIS
Kontribusi (%mtm) -0.242 -0.034 -0.019 -0.010 -0.010 -0.006 -0.006 -0.004 -0.003 -0.003
Lampiran Grafik
Grafik 1. Proyeksi Path Inflasi Bulanan 2017 (%mtm)
Grafik 2. Ekspektasi Inflasi Konsumen
Grafik 3. Perkembangan Harga Cabai Rawit
Grafik 4. Perkembangan Harga Tomat Sayur
Grafik 5. Perkembangan Harga Bawang Merah
Grafik 6. Perkembangan Harga Beras
13
Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah
Periode Januari 2017
Provinsi Sulawesi Utara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Tlp (0431) 868102
Tim Penyusun: Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveillance
Grafik 7. Perkembangan Harga Gula Pasir
Grafik 8. Indeks Keyakinan Konsumen & Indeks Penjualan Riil
Grafik 9. Kredit Konsumsi & Inflasi Inti
Grafik 10. Arus Bongkar Muat Pelabuhan
80,000
18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 -
70,000
60,000 50,000 40,000 30,000 20,000
10,000 Desember
Oktober
Nopember
September
Juli
Agustus
Juni
Mei
April
Maret
Januari
Februari
-
Tahun 2016 Produksi (Ton)
Produksi Beras (Ton)
Grafik 10. Data Produksi Beras
Luas Panen (Ha)
Gambar 1. Peta Curah Hujan
14