LAPORAN AKHIR VISITOR FARM DAN UNIT KOMERSIALISASI TEKNOLOGI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULTENG BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2006 Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
1. 2. 3. 4.
Judul Kegiatan Unit Kerja Alamat Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan c1. Struktural c2. Fungsional 5. Lokasi Kegiatan
: Visitor Farm dan Unit Komersialisasi Teknologi : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah : Jalan Lasoso No. 62 Biromaru : I Ketut Suwitra, S.St.Pi : Penata Muda/ IIIa
: : Staf Teknis : Kebun Percobaan Sidondo, Kecamatan Sigi Biromaru dan Desa Bahagia, Kecamatan Palolo. 6. Status Kegiatan : Lanjutan 7. Tahun Dimulai : 8. Tahun Ke I. 2004 II. 2005 III. 2006 9. Biaya Kegiatan TA 2006 : Rp. 59.451.000,(Lima Puluh Sembilan Juta Empat Ratus Lima Puluh Satu Ribu) 10. Sumber Dana : Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. Balai Besar Pengkajian Teknologi Dan Pengembangan Teknologi Pertanian T.A. 2006
Mengetahui, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanaian Sulawesi Tengah
Dr. Ir. Amran Muis, MS NIP 080 079 474
Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
Penanggung Jawab Kegiatan
I Ketut Suwitra, S.St.Pi NIP 080 126 506
VISITOR FARM DAN UNIT KOMERSIALISASI TEKNOLOGI IK Suwitra1 , Caya Khaerani2 , Benyamin Ruruk2 , Yakob Langsa3 Patibang1, Astar1, Astam1 dan Nurlia1 (1Staf Kebun Percobaan Sidondo, 2 Staf Penyuluh, 3 Staf Peneliti BPTP Sulawesi Tengah) Abstrak Proses adopsi merupakan proses mental bagi petani yang memerlukan waktu relatif lama. Oleh karena itu diperlukan upaya yang terus menerus dalam proses adopsi dengan memanfaatkan wadah diseminasi berbagai bentuk media seperti 1) Penyuluh dan KTNA perlu dibekali dengan berbagai informasi seperti brosur, leaflet, folder, poster serta rekaman radio, TV dan jaringan informasi lainnya yang menjangkau sasaran yang luas; 2) Pertemuan dan komunikasi tatap muka untuk mengkomunikasikan pelaksanaan pengkajian tidak hanya kepada petani tetapi juga pada unsur terkait seperti pihak pelayanan dan pengambil kebijakan; 3) Peragaan teknologi dan informasi hasil penelitian untuk memberi keyakinan kepada pengguna teknologi agar teknologi tersebut dapat diterima dengan cepat. Tujuan kegiatan visitor farm dan unit komersialisasi teknologi adalah untuk memperlihatkan kepada pengguna khususnya petani miskin tentang keunggulan paket teknologi pertanian usahatani lahan kering dan komersialisasi teknologi yang dihasilkan melalui penyediaan klon unggul kakao dan mangga serta plot percontohan nilam dan jarak pagar. Kegiatan ini telah dilakukan di Kebun Percobaan Sidondo Kecamatan Sigi Biromaru dan Desa Bahagia Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Pelaksanaanya dimulai bulan Januari sampai Desember 2006. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa keunggulan paket teknologi pertanian usahatani lahan kering dan komersialisai teknologi yang dihasilkan melalui penyediaan klon unggul kakao dan mangga serta plot percontohan nilam dan jarak pagar diyakini oleh pengunjung bahwa teknologi tersebut memberikan manfaat dengan kriteria penilaian Sangat Baik sebanyak 18.49%, penilaian Baik 80.82% dan penilaian Cukup sebanyak 0.69% dari total pengunjung sebanyak 146 orang. Melalui penyediaan varietas unggul kakao terlihat bahwa perbanyakan kakao secara vegetatif sudah mulai diminati oleh masyarakat dengan total pemanfaatan entres sebesar 22.49% dari potensi entres, sehingga hasil yang diperoleh negara melalui PNBP sebesar Rp.2.705.000,Kata Kunci: Klon Unggul Kakao, Demplot nilam, Jarak Pagar dan Pengunjung.
Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Proses adopsi merupakan proses mental bagi petani yang memerlukan waktu relatif lama. Oleh karena itu diperlukan upaya yang terus menerus dalam proses adopsi dengan memanfaatkan wadah diseminasi berbagai bentuk media seperti 1) Penyuluh dan KTNA perlu dibekali dengan berbagai informasi seperti brosur, leaflet, folder, poster serta rekaman radio, TV dan jaringan informasi lainnya yang menjangkau sasaran yang luas; 2) Pertemuan dan komunikasi tatap muka untuk mengkomunikasikan pelaksanaan pengkajian tidak hanya kepada petani tetapi juga pada unsur terkait seperti pihak pelayanan dan pengambil kebijakan; 3) Peragaan teknologi dan informasi hasil penelitian untuk memberi keyakinan kepada pengguna teknologi agar teknologi tersebut dapat diterima dengan cepat. Salah satu kegiatan diseminasi yang bertujuan meyakinkan petani melalui bentuk percontohan paket teknologi adalah kegiatan visitor farm.
Paket teknologi yang
diterapkan adalah pengembangan kebun entres kakao, pemeliharaan plot kebun induk mangga, penanaman jarak pagar dan nilam. Pengembangan kebun entres kakao unggul nasional di Kebun Percobaan Sidondo memiliki peran penting untuk membantu penyediaan bahan tanam kakao berupa entres (cabang/ranting plagiotrop). Petani kakao sangat memerlukan bahan tanam kakao berupa entres untuk batang atas pada perbanyakan tanaman kakao secara klonal melalui penyambungan atau penempelan (Rahardjo, 2003).
Demikian halnya dengan
pengembangan buah mangga di Kebun Percobaan Sidondo telah ditanam mangga unggul sebanyak 3 varietas seperti Arumanis 143, Manalagi 69 dan Gedong Gincu yang didatangkan dari Balai Penelitian Buah Solok, Sumatra Barat. Adanya varietas unggul ini akan membantu penyediaan bahan tanam mangga berupa entres.
Entres yang
dihasilkan akan digunakan untuk perbanyakan tanam mangga melalui penyambungan atau okulasi oleh petani maupun pengusaha buah di Sulawesi Tengah. Anonim (1990), melaporkan bahwa varietas mangga yang dianjurkan untuk dikembangkan antara lain Arumanis, Manalagi, Gedong gincu dan Golek.
Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
Untuk menyakinkan petani atas paket teknologi yang diterapkan dan keunggulan dari tiap-tiap komoditi yang dikembangkan, maka disosialisasikan kepada kelompok tani khususnya di daerah binaan P4MI di Kabupaten Donggala. B. Tujuan Memperlihatkan kepada pengguna khususnya petani miskin keunggulan paket teknologi pertanian usahatani lahan kering dan komersialisasi teknologi yang dihasilkan oleh BPTP melalui visitor farm. C. Luaran Terpelihara kebun entres kakao dan mangga serta terbentuk plot percontohan nilam dan jarak pagar yang dapat dikunjungi atau disosialisasikan kepada 2 kelompok tani.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mangga Mangga merupakan tanaman buah-buahan yang memiliki pangsa pasar cukup menjanjikan. Tanaman mangga dapat hidup dari dataran rendah sampai dataran tinggi, dari daerah yang beriklim basah sampai yang beriklim kering. Tetapi umumnya tanaman mangga ini hanya diusahakan di pekarangan dan sedikit di tegalan bercampur dengan tanaman tahunan lainnya dan varietasnya bermacam-macam dari rasanya manis berserat halus sampai yang berserat kasar. Buah mangga merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral serta bernilai ekonomis. Akan tetapi tingkat konsumsi masyarakat masih rendah, yaitu sekitar 0.019 kg/kapita/minggu untuk masyarakat kota dan 0.020 kg/kapita/minggu untuk masyarakat pedesaan (Puslitbang Hort, 1990). Rendahnya tingkat konsumsi ini disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat yang masih menitik beratkan pada bahan makanan pokok. Untuk hal tersebut diperlukan peningkatan produksi mangga dan distribusi daya beli yang efektif.
Pengelolaan tanaman yang mengarah kepada perbaikan mutu hasil,
kesinambungan dan peningkatan hasil akan mendukung peningkatan pendapatan masyarakat. Ketidaksinambungan hasil buah mangga pada umumnya disebabkan oleh sifatnya yang berbuah secara musiman, disamping itu musim panen mangga relatif singkat. Penggunaan varietas unggul dapat memaksimalkan hasil dan memiliki daya jual Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
yang tinggi. Varietas mangga unggul yang direkomendasikan adalah Gedong Gincu, Arumanis 143 dan Manalagi 69. Ciri-ciri varietas mangga tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Ciri-ciri Varietas Mangga Gedong Gincu, Arumanis 143 dan Manalagi 69 No 1
Varietas Gedong Gincu
Ciri-ciri ¾ Bentuk dan warna buah menarik ¾ Rata-rata bobot buahnya berkisar 200-300 gr ¾ Daging buahnya tebal, seratnya halus, rasanya manis dan beraroma harum.
2
Arumanis 143
¾ Daunnya berbentuk lonjong dengan ujung runcing ¾ Buah yang telah tua berkulit hijau tua ¾ Rata-rata bobot buahnya mencapai 450 gr ¾ Bentuk buah bulat panjang ¾ Daging buahnya yang tebal, lunak, berwarna kuning dan tidak berserat ¾ Air buah banyak, beraroma harum dan rasanya manis sekali.
3
Manalagi 69
¾ ¾ ¾ ¾
Berdaun jarang samapai sedang. Berbuah teratur dan kerontokan buah sedikit Buah yang telah tua berwarna kelabu Daging buah lunak dan jika masak berwarna kuning berserat halus sekali. ¾ Air buah berwarna harum dan rasanya manis sekali
B. Nilam Tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) salah satu komoditas tanaman penghasil minyak atsiri yang merupakan komoditas ekspror tradisional yang sudah lama dikenal di Indonesia. Nama nilam yang masih dipakai sampai sekarang merupakan singkatan dari Nederlandsch Indische Lanbbow Maatschappij yang dahulunya melakukan penyulingan minyak atsiri patchouli plant di daerah Aceh (Deptan, 2000). Sukarman, (2006) melaporkan bahwa Tanaman ini menyumbang devisa lebih dari 50% minyak atsiri Indonesia.
Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di
pasaran dunia dengan kontribusi 90%. Ekspor minyak nilam pada Tahun 2002 sebesar 1.295 ton yang dipergunakan dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik, insektisida, aroma terapi dan fixatif (mengikat minyak atsiri lainnya). Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh seperti Lhokseumawe, Tapak Tuan dan Sidikalang. Nuryani et al., (1994) dalam Sukarman, (2006) melaporkan bahwa kadar minyaknya lebih dari 2% dan kualitas minyaknya (PA>30%) lebih tinggi dari nilam Jawa. Ketiga varietas ini berproduksi terna kering ratarata 10.9-13.3 ton/ha dengan kadar minyak rata-rata 2.89-3.21% dan menghasilkan produksi minyak 315.1-375.8 kg/ha. Kesesuain lahan untuk dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat 0-700 m dpl, intensitas matahari 75-100%, jenis tanah (andosol, latosol, regosol, podsolik), tekstur tanahnya gembur, banyak mengandung humus, berstektur lempung hingga liat berpasir, pH 5.5-7, kemiringan <15%.
Iklim yang
dikehendaki adalah iklim sedang dengan curah hujan rata-rata 3000 mm/tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun.
Suhu yang dikehendaki 24-28oC, dengan
kelembaban relatif (RH) 70-90% (Sukarman, 2006). Berikut ini disajikan deskripsi 3 varietas unggul nilam yakni Tapak Tuan, Lhokseumawe dan Sidikalang. Tabel 2. Deskripsi 3 Varietas Unggul Tanaman Nilam Karakteristik Varietas Asal Tinggi tanaman (cm) Warna batang muda Warna batang tua Bentuk batang Percabangan Jumlah cabang primer Jumlah cabang sekunder Panjang cabang primer (cm) Panjang cabang sekunder (cm) Bentuk daun Pertulangan daun Warna daun Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Tebal daun (mm) Panjang tangkai daun (cm) Jumlah daun/cabang primer Ujung daun Pangkal daun Tepi daun Bulu daun Produksi terna segar (ton/ha) Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
Tapak Tuan Tapak Tuan 50.57-82.28 Ungu Hijau keunguan Persegi Lateral 7.30-24.48 18.80-25.70 46.24-65.98 19.80-45.31 Delta, Bulat telur Menyirip Hijau 6.47-7.52 5.22-6.39 0.31-0.78 2.67-4.13 35.37-157.84 Runcing Rata, membulat Bergerigi ganda Banyak lembut 19.70-110.00
Lhokseumawe Lhokseumawe 61.07-65.97 Ungu Hijau keunguan Persegi Lateral 7.00-19.76 11.42-25.72 38.40-63.12 18.96-35.06 Delta, Bulat telur Menyirip Hijau 6.23-6.75 5.16-6.36 0.31-0.81 2.66-4.28 48.05-118.62 Runcing Datar, membulat Bergerigi ganda Banyak lembut 19.58-59.20
Sidikalang Sidikalang 70.70-75.69 Ungu Hijau keunguan Persegi Lateral 8.00-15.64 17.37-20.70 43.01-61.69 25.8-34.15 Delta, Bulat telur Menyirip Hijau keunguan 6.30-6.45 4.88-6.26 0.30-0.425 2.71-3.34 58.07-130.43 Runcing Rata, membulat Bergerigi ganda Banyak lembut 13.66-108.10
Produksi minyak (kg/ha) 111.50-622.26 Kadar minyak (%) 2.07-3.87 Kadar patchouli alkohol (%) 28.69-35.90 Ketahanan terhadap: Sangat rentan - Meloidogyne incognita Sangat rentan - Pratylencus bracyurus Rentan - Radhopolus similis Rentan - Ralstonia solanacearum Sumber: Nuryani et al., (2004) dalam Sukarman,(2006)
125.83-380.06 2.0-4.14 29.11-34.46
78.90-624.89 2.23-4.23 30.21-35.20
Rentan Agak rentan Rentan Rentan
Agak rentan Agak rentan Agak rentan Toleran
C. Jarak Pagar Tanaman jarak ada dua jenis yaitu jarak kepyar (Ricinus communis) dan jarak pagar (Jatropha curcas L). Jarak kepyar adalah penghasil minyak yang digunakan untuk minyak castrol, farmasi dan kosmetika sehingga sudah lama dibudidayakan secara komersial.
Sedangkan jarak pagar terutama cocok digunakan sebagai bahan bakar
biodiesel dan bahan bakar rumah tangga, sehingga belum berkembang secara komersial karena tidak bisa bersaing dengan BBM solar dan minyak tanah yang relatif murah karena disubsidi oleh pemerintah, (Puslibangbun, 2005). Tanaman jarak tidak memilih tanah khusus. Tumbuh subur dan berproduksi baik pada tanah latosol, aluvial, regosol dan grumosol. Tanaman jarak menghendaki areal terbuka dan memperoleh sinar matahari sepanjang hari dan dapat hidup pada ketinggian 0-600 m dpl.
III. PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan visitor farm dan unit komersialisasi teknologi dilaksanakan di Kebun Percobaan Sidondo Kecamatan Sigi Biromaru dan Desa Bahagia Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Pelaksanaan ini dimulai pada Bulan Januari hingga Desember 2006. 3.2 Penyelenggaraan Kegiatan -
Melakukan pemeliharaan dan pengembangan kebun entres kakao seluas ± 2 ha
-
Pemeliharaan plot kebun induk mangga seluas ± 0.5 ha
-
Pembibitan kakao melalui grafting dan okulasi sebayak 8 klon
-
Pembibitan mangga melalui grafting dan okulasi sebanyak 3 varietas
Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
-
Pembuatan plot percontohan tanaman nilam seluas 5 are dengan menggunakan varietas unggul antara lain Tapak tuan, Sidikalang dan Lhokseumawe.
-
Pembuatan plot percontohan tanaman jarak pagar seluas 0.25 ha
-
Melakukan sosialisasi kegiatan dan penyebaran hasil kepada pengguna dengan cara mengundang kelompok tani untuk melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan dan sekaligus sebagai sarana promosi produk yang dihasilkan atau yang telah disediakan.
3.3 Pengamatan Sampel dan Analisis Data Komponen yang diamati -
Pertumbuhan tanaman dan hasil yang diproduksi
-
Jumlah petani yang mengunjungi
-
Respon petani
-
Penyebaran produk yang dihasilkan
Pengolahan data Pengolahan data dilakukan dengan mengamati jumlah petani yang mengunjungi dan respon petani atau tanggapan pengunjung serta data penyebaran hasil teknologi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Tanaman dan Hasil Yang Diproduksi A. Kebun Entres Kakao Kebun entres kakao unggul nasional telah dibangun sejak Tahun 1999 yang berlokasi di Kebun Percobaan Sidondo. Klon-klon yang dikoleksi berasal dari Jember sebanyak 11 klon seperti UIT1, Sca6, ICS60, RCC71, Sca12, GC7, RCC72, Sca89, TSH858, Pa300, ICS13 dan lokal sebanyak 2 klon yang memiliki keunggulan seperti ukuran buah dan biji besar serta diduga tahan PBK yakni SRM dan TNG. Sedangkan di Palolo dikoleksi hanya 4 klon seperti UIT1, ICS60, GC7 dan TSH858. Klon-klon tersebut telah menyebar ke beberapa sentra pengembangan kakao di Sulteng bahkan ke provinsi lain. Hal ini telah didukung dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2004 Nomor. 525.29/0933/F.BP Tentang “Penetapan Kebun Percobaan Sidondo Sebagai Kebun Entres Kakao”.
Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
Kegiatan pemeliharaan yang telah dilakukan di Kebun Percobaan Sidondo dan Palolo adalah pembersihan lantai kebun, pembuatan rorak, penyulaman tanaman yang mati, pemupukan, pemangkasan pohon pelindung dan pemangkasan pohon kakao. Pupuk yang diberikan berupa urea, SP-36 dan KCL masing-masing dengan dosis 210, 200 dan 180 gr/pohon. Pemupukan dilakukan pada awal musim hujan, demikian juga terhadap pemangkasan pohon pelindung yang dilakukan menjelang musim hujan. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa tanaman kakao pernah mengalami stres karena kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Hal ini diatasi dengan pembuatan sumur dangkal. Kematian kakao selain karena kecaman kekeringan terdapat juga serangan penyakit Vaskular Streak Dieback (VSD) sebanyak 7 pohon. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Oncobasidium Theobromae Talbot & Keane (Sukamta, 2005). Dari hasil pengamatan terlihat bahwa daun terlebih dahulu menguning dengan adanya bercak hijau kemudian daun tersebut berguguran selanjutnya diikuti dengan rantingranting yang mengering hingga ke batang tanaman. Berdasarkan petunjuk/arahan tenaga pemulia dari Puslit Koka Jember, bahwa cara mengatasi tanaman kakao yang telah terserang oleh VSD dilakukan dengan sanitasi membongkar akar kakao dan mengumpulkan ranting-ranting serta batang kakao lalu dibakar. Bekas tanaman yang terserang dapat diberikan urea 1 kg ditambah kapur secukupnya. Sedangkan tanaman disekitar yang terkena VSD diantisipasi dengan pemberian urea dan kapur. Perbanyakan kakao secara vegetatif dilakukan dengan cara grafting (sambung pucuk) dan mempergunakan benih lokal sebagai batang bawah. Setelah batang bawah berumur 1 bulan dilakukan sambung pucuk. Klon-klon yang dikembangkan adalah UIT1, ICS60, RCC71, GC7, RCC72, TSH858, Pa300, dan ICS13 masing-masing sebanyak 50 pohon. Setelah 2 minggu umur sambungan, dilakukan pembukaan pengikat sungkup plastik dan dibiarkan hingga tumbuh tunas 2-3 cm. Keberhasilan penyambungan ini mencapai 80% (320 pohon). Selanjutnya dilakukan pemeliharaan dengan cara menyirami bibit tersebut dengan interval waktu setiap 3 hari sekali. Pupuk yang diberikan hanyalah berupa urea dengan dosis 2 gr/pohon. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa setelah tanaman berumur 3 bulan mulai muncul serangan penyakit VSD. Bibit kakao yang terserang mencapai 50% sehingga jumlah tanaman yang hidup sebanyak 160 pohon. Hal ini diduga karena media tumbuhnya tidak steril. Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
Sedangkan penanggulangan yang
dilakukan dengan cara pemberian furadan sebanyak 2 gr per polibag, serta mencabut tanaman yang sudah terserang. Disamping itu dijumpai juga ulat pemakan daun, hal ini diatasi dengan insektisida berupa regent dengan dosis 2 ml/liter air.
Dari hasil
pengamatan terlihat bahwa tanaman dapat sehat kembali. Dari hasil sosialisasi dengan kelompok tani dapat digambarkan bahwa pembibitan khususnya sambung pucuk memiliki daya tarik tersendiri dan dibutuhkan keterampilan dalam proses penyambungan bila batang entres lebih besar dari batang bawah yang disambung atau sebaliknya. Disamping itu petani menginginkan adanya contoh-contoh buah kakao yang akan diambil sebagai entres. Hal ini akan diwujudkan lewat pembuatan demplot kakao unggul nasional dalam bentuk tampilan buah yang dihasilkan sehingga petani dapat menentukan pilihan terhadap klon-klon kakao yang akan dikembangkan baik dalam bentuk entres ataupun sambungan yang sudah jadi.
B. Kebun Induk Mangga Mangga yang dikembangkan adalah mangga unggul nasional seperti varietas Arumanis 143, Manalagi 69 dan Gedong Gincu seluas 0.5 ha, diharapkan nantinya sebagai penyedia bahan tanaman berupa entris atau bibit mangga yang diperbanyak secara vegetatif melalui okulasi atau grafting yang nantinya dapat digunakan untuk pengembangan mangga di daerah Sulawesi Tengah. Populasi tanaman mangga yang ada sebanyak 52 pohon yang terdiri dari Gedong Gincu sebanyak 20 pohon, Arumanis143 sebanyak 16 pohon dan Manalagi 69 sebanyak 16 pohon. Dari tampilan pertumbuhan telihat bahwa Arumanis dan Manalagi sudah mulai belajar berbuah. Kegiatan pembersihan lantai kebun dilaksanakan dengan membersihkan rerumputan yang ada disekitar tanaman mangga.
Hal ini dilakukan secara manual
disekitar tanaman mangga dan dari hasil pengamatan terlihat bahwa tanaman menjadi lebih subur karena tanah disekitar pohon menjadi lebih gembur. Pupuk yang diberikan berupa urea, SP-36 dan KCl dengan dosis (200 gr; 150 gr; 100 gr) per pohon. Perbanyakan bibit mangga unggul dilakukan secara vegetatif melalui sambung pucuk. Bibit batang bawah berasal dari mangga lokal (Desa Tibo) yang ditumbuhkan melalui media polibag, setelah berumur 3 bulan dilakukan penyambungan dengan entres Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
mangga unggul seperti gedong gincu, arumanis dan manalagi, jumlah bibit yang disambung sebanyak 300 pohon.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa hasil
penyambungan banyak mengalami kegagalan (mortalitas mencapai 90%). Hal ini diduga karena musim panas yang berkepanjangan sehingga suhu terlalu tinggi. Disamping itu kematian batang bawah juga disebabkan oleh adanya jamur akar. Kegiatan selanjutnya akan dilakukan taksasi oleh petugas BPSB untuk pemurnian kebun mangga, dan bibit yang dihasilkan disertifikat berlabel unggu. Dari hasil sosialisasi dengan kelompok tani dapat digambarkan bahwa tanaman mangga sangat diminati petani namun prospek pasar yang belum menjanjikan seperti di pulau Jawa. Belum ada minat bagi petani untuk mengembangkan tanaman mangga secara besar-besaran namun hanya sebagai sampingan saja yang akan ditanam di halaman rumah, dan dipinggir kebunnya mereka.
C. Demplot Nilam Kebun Percobaan Sidondo mengkoleksi tiga varietas nilam asal Aceh. Benih berupa stek pucuk didatangkan dari Balitro, Bogor sebanyak 1500 stek, masing-masing varietas sebanyak 500 stek.
Kegiatan yang diakukan adalah pembibitan dan
pemeliharaan tanaman. a. Pembibitan Tempat pembibitan dilakukan di green house dengan terlebih dahulu mempersiapkan media tumbuh bagi nilam. Tanah yang dipilih adalah tanah yang gembur dan ditambah pasir dengan perbandingan 2:1 serta diberi pupuk kandang secukupnya. Kemudian dimaksukkan kedalam polibag ukuran 15X10 cm lalu diatur dan disiram. Persiapan ini dilakukan 1 minggu sebelum penanaman bibit nilam. Panjang stek pucuk yang ditaman
berkisar antara 20-30 cm atau 3 – 5 mata tunas. Untuk mengurangi
penguapan daun tua dibuang dan disisakan 1-2 pasang daun muda/pucuk. Penanaman dilakukan dengan membenamkan satu buku kedalam media kemudian tanah disekeliling tanaman dipadatkan.
Selanjutnya penyiraman dilakukan setelah 3 hari penanaman
dengan interval penyiraman 2 hari. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa tanaman nilam memiliki kelangsungan hidup yang rendah (banyak yang mati). Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
Rendahnya Survival Rate tanaman nilam
(13.33%) diduga karena stek pucuk sampai dilokasi sudah layu, ditambah lagi cuaca yang terlalu panas. b. Pemeliharaan Jarak tanam yang diaplikasikan adalah 100 cm X 50 cm. Kesuburan tanah sangat mempengaruhi jarak tanam yang diaplikasikan.
Semakin subur tanah maka jarak
tanamnya dibuat semakin jarang. Terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan ukuran 30x30x20 cm lalu diberi pupuk kandang sebanyak 2 kg per lubang. Setelah tanaman berumur 1 minggu diberikan pupuk anorganik dengan dosis 280 kg urea + 70 kg SP-36 + 140 kg KCl /ha.
Populasi tanaman yang ada sekitar 270 pohon.
Untuk menjaga
kelembaban tanah diberikan mulsa jerami yang bertujuan untuk mengurangi penguapan. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa tanaman nilam sangat sulit beradaptasi pada cuaca panas sehingga pertumbuhannya cenderung lambat dan daun nilam tidak berwarna kehijauan. Usaha yang telah dilakukan yaitu dengan menyirami tanaman tersebut 2 kali dalam sehari yakni pagi dan sore hari.
Disamping itu telah dilakukan pembumbunan
yang bertujuan untuk menjaga agar tanah tetap gembur dan merangsang pertumbuhan akar pada cabang-cabang dekat permukaan tanah. Direncanakan setelah nilam berumur 5 bulan akan dilakukan pemangkasan dan hasil pemangkasan tersebut akan digunakan sebagai perbanyakan bibit nilam. Dari hasil wawancara dengan 2 kelompok tani yakni kelompok Bunga Padi dan Sintuvu disaat sosialisasi dapat diambil gambaran bahwa petani sangat tertarik terhadap budidaya tanaman nilam dan 100% dari peserta baru mengetahui secara jelas dan pasti tentang bentuk tanaman nilam.
D. Demplot Jarak pagar Tren (kecenderungan) tanaman jarak pagar dewasa ini sebagai pengganti salah satu sumber energi dimanfaatkan oleh Kebun Percobaan Sidondo untuk dibuat satu demplot jarak pagar. Kegiatan yang dilakukan mulai dari pembibitan, penanaman dan pemeliharaan. Asal bibit dari Puslitbun Bogor. a. Pembibitan Media pembibitan menggunakan polibag ukuran 15X10 cm yang diisi tanah dicampur dengan pasir dengan perbandingan 3:1 ditambah pupuk kandang secukupnya. Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
Selanjutnya media disiram selama 3 hari. Setelah itu ditanami bibit jarak pagar satu biji per satu polibag.
Kedalaman penanaman sekitar 2 cm dan ditimbun. Penyiraman
dilakukan dengan interval 3 hari. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa setelah 4 hari biji jarak sudah mulai tumbuh.
Pembibitan ini dilakukan di green house dan selama masa
pembibitan terlihat bahwa tanaman jarak tidak terserang oleh hama maupun penyakit sehingga pertumbuhan tanaman jarak pagar terlihat normal. Setelah bibit jarak berumur 1.5 bulan dipindahkan di lokasi demplot. b. Penanaman Jarak tanam yang diaplikasikan adalah 1 X 1.5 m. Populasi tanaman sebayak 131 pohon, kebutuhan bibit untuk pertanaman seluas 1 ha sebanyak 2500 pohon dengan jarak tanam yang diaplikasikan 2X2 m. Penanaman dilakukan setelah 2 minggu lubang tanam disiapkan, lubang tanam dibuat dengan ukuran 30X30X30 cm.
Teknik penanaman
dilakukan dengan terlebih dahulu mengeluarkan tanaman dari polibag lalu dimasukkan kedalam lubang tanam selanjutnya tanah disekitar tanaman dipadatkan. c. Pemeliharaan Setelah tanaman berumur 3 minggu dilakukan pembersihan gulma, tanah disekitar tanaman diolah secara ringan agar tidak mengganggu perakaran. Proses penyiraman dilakukan dengan interval 1 minggu. Hal ini dilakukan karena porositas tanah terlalu tinggi (tanah mengandung pasir). Puslitbangbun, (2005) melaporkan bahwa keberhasilan pertumbuhan tanaman akan tergantung pada kadar air dalam tanah atau pengairan yang diberikan pada tanaman sebab tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah berbentuk larutan. Dari hasil pengamatan pertumbuhan tanaman terlihat bahwa tinggi tanaman jarak pagar rata-rata 27.70+11.91 cm.
Setelah ketinggian tanman 1 m akan dilakukan
pemangkasan untuk merangsang pertumbuhan cabang, dan setiap cabang yang tumbuh dipangkal batang akan dilakukan pemangkasan agar membentuk tanaman yang ideal. Hasil pangkasan ini akan dipakai sebagai perbanyakan tanaman. Puslitbangbun, (2005) melaporkan bahwa jumlah cabang berkorelasi positif dengan produksi buah dan biji. Dan pemangkasan yang dilakukan secara teratur akan membentuk tajuk seperti payung dan dapat meningkatkan produksi tanamn jarak pagar.
Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
Dari hasil sosialisai dan kunjungan kelompok tani ke demplot jarak pagar dapat diambil gambaran bahwa petani sangat tertarik dengan budidaya jarak pagar namun prospek pasar belum diketahui secara jelas. Pengetahuan budidaya yang dimiliki oleh petani bahwa tanaman jarak pagar tidak perlu dirawat bahkan dipupuk sekalipun. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah tandus. Setelah mendengarkan penjelasan lebih lanjut tentang budidaya jarak pagar barulah mereka mengetahui secara jelas teknik budidaya tanaman jarak pagar yang sesungguhnya. 4.2 Jumlah dan Respon Petani yang Mengunjungi Kebun Percobaan Sidondo Visitor Farm adalah salah satu kegiatan diseminasi yang bertujuan untuk menyakinkan petani, pengusaha dan instansi pemerintah terkait melalui suatu bentuk percontohan paket teknologi. Paket teknologi yang diterapkan adalah Pengembangan Kebun Entres Kakao, Pemeliharaan Plot Kebun Induk Mangga, Demplot Jarak Pagar dan Demplot Tanaman Nilam. Dengan demikian dilakukan kegiatan sosialisasi terhadap 2 kelompok tani yaitu Kelompok Bunga Padi dan Sintuvu. Disamping itu pula sosialisasi dilakukan terhadap petani yang berkunjung secara individu-individu ke Kebun Percobaan Sidondo.
Berikut ini digambarkan jumlah pengunjung yang berkunjung di Kebun
Percobaan Sidondo selama 1 tahun terakhir ini. Tabel 3. Daftar Jumlah Pengunjung di KP Sidondo Tahun 2006 No
Kesan
Instansi
Jumlah
Sangat Baik
Baik
Cukup
-
30
-
30
1
Swasta/Pengusaha
2
Petani
23
43
-
66
3
Pemerintah
4
45
1
50
Jumlah
27
118
1
146
Dari hasil kunjungan dan respon petani, pengusaha dan instansi pemerintah selama 1 tahun terakhir ini dapat dilaporkan bahwa jumlah kunjungan yang tercatat sebanyak
146
orang.
Data
yang
diambil
terutama
tentang
kesan
petani/pengusaha/instansi pemerintah terhadap hasil kunjungan setelah mengunjungi demplot yang tersedia. Kriteria hasil kunjungan dibuat tiga kesan yaitu Sangat Baik,
Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
Baik dan Cukup. Dari hasil kunjungan petani yang berjumlah 66 orang yang menilai dengan kriteria sangat baik 34.85% dan baik sebanyak 65.15%. Hasil kunjungan dari pihak Pengusaha/swasta berjumlah 30 orang dan 100% berkesan baik sedangkan dari hasil kunjungan instansi pemerintah yang berjumlah 50 orang menilai dengan kriteria sangat baik 8%, baik 90% dan cukup 2%.
Kesan Sangat Baik diartikan bahwa
pengunjung sangat tertarik terhadap demplot yang ada karena merupakan hal yang baru, dapat menambah ilmu pengetahuan, keunggulan-keungulan teknologi dan komoditi yang ada diyakini manfaatnya dan siap untuk mengikuti teknologi tersebut.
Kesan Baik
diartikan bahwa pengunjung tertarik dengan teknologi dan komoditi yang ada, menambah pengetahuan, sedangkan kesan Cukup diartikan bahwa demplot yang ada cukup memberikan informasi kepada mereka dan teknologi yang ada perlu ditingkatkan.
4.3 Distribusi Hasil Krisis ekonomi yang berlangsung sampai kini menunjukkan bahwa agrinisnis merupakan salah satu sektor usaha yang mampu memperoleh pertumbuhan positif, bahkan menjadi andalan kebangkitan sekonomi Indonesia. Keunggulan komparatif dari sektor pertanian adalah berupa keanekaragaman sumberdaya alam dan tersedianya sumberdaya manusia, serta pangsa pasar domestik yang cukup besar. Baik komoditas tanaman pangan, Hortikultura, perkebunan maupun peternakan, peluang pemasarannya masih terbuka. Tantangan utama bagi pelaku agribisnis adalah mengubah keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif untuk menbangun agribisnis yang tangguh. salah satu kunci agribisnis yang tangguh adalah manajemen dan penggunaan teknologi unggul. Penggunaan teknologi unggul akan meningkatkan produktifitas sumberdaya baik kuantitas maupun kualitas produk, sehingga meningkatkan daya saing usaha. Sehubungan dengan hal tersebut diatas Unit Komersialisasi Teknologi (UKT) dapat berperan sebagai produsen, agar distribusi dan pemarasan benih atau klon-klon kakao unggul nasional dapat dipasarkan dan memiliki daya saing. Upaya promosi yang dilakukan terhadap produk yang dihasilkan yaitu dengan jalan menyebarluaskan informasi melalui media cetak dan elektronik serta memanfaatkan wadah diseminasi dengan melakukan sosialisasi terhadap dua kelompok tani dan instansi terkait lainnya. Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
Berikut ini digambarkan tentang distribusi klon-klon kakao unggul nasional yang sudah tersebar di wilayah Sulawesi Tengah dalam 1 tahun terakhir ini. Tabel 4. Distribusi Entres Kakao Unggul Nasional Kebun Percobaan Sidondo, Tahun 2006 No Klon Jumlah Mata Tunas Wilayah Distribusi 1 TSH 858 7.780 - Sirenja, Tolai, Malonas, Tentena, Torue, Kasimbar, Salua, Omu dan Gorontalo. 2 ICS 60 5.680 - Sirenja, Tolai dan Gorontalo 3 UIT 1 5.480 - Sirenja, Torue dan Gorontalo 4 ICS 13 2.640 - Tolai, Malonas, Simoro, Torue, Kasimbar, Salua, Omu, Sidondo II dan Gorontalo 5 RCC 71 1.080 - Tolai, Simoro, Karawana, Sidera dan Gorontalo 6 Pa 300 480 - Torue, Gorotalo 7 RCC 72 400 - Kasimbar, Tuwa dan Gorontalo 8 GC 7 300 - Kasimbar, Gorontalo 9 Sca 89 250 - Gorontalo 10 Sca 6 200 - Gorontalo 11 Sca 12 200 - Gorontalo Dari Tabel 4 diatas dapat diilustrasikan bahwa klon-klon yang sangat diminati oleh konsumen adalah klon TSH858 kemudian secara berturut-turut diikuti oleh klon-klon ICS60, UIT1, ICS13, RCC71, RCC72, Pa300, dan GC7 . Tingginya permintaaan terhadap klon TSH858 diduga karena klon ini memiliki penampilan yang sangat baik yakni ukuran buahnya relatif besar dan tahan terhadap Helopeltis spp dibandingkan dengan klon-klon lainnya. Beberapa sifat-sifat penting yang dimiliki klon-klon tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan hasil taksasi produksi entres Tahun 2004, dari jumlah klon sebanyak 551 memiliki potensi produksi sebanyak 108,697 mata tunas. Tercatat sebanyak 21.640 mata tunas telah terjual dan untuk keperluan sosialisi sebanyak 2.800 mata tunas dengan wilayah sebaran seperti Gorontalo, Desa Omu, Tuwa, Sidondo II, Karawana dan Desa Sidera (data dari Bulan Mei hingga Desember 2006) sehingga total pemanfaatan entres hingga Desember 2006 sebesar 22.49% dari potensi entres.
Sehingga
hasil yang
diperoleh negara melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari kebun entres sebesar Rp 2.705.000,- sedangkan entres yang terjual Tahun 2005 sebesar 15.000 mata tunas senilai Rp.1.875.000,-, dengan demikian terjadi peningkatan pendapatan dari kebun entres sebesar Rp. 830.000,-. Dengan demikian pemanfaatan entres dalam dua tahun ini sebesar 36.28% dari potensi entres. Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
Dari hasil penjualan entres tersebut dapat dikatakan bahwa perbanyakan kakao secara vegetatif sudah mulai diminati oleh masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani pembeli entres dikemukakan bahwa entres yang mereka beli dipergunakan untuk sambung samping dan okulasi.
Didalam prakteknya, okulasi merupakan cara
perbanyakan yang lazim digunakan meskipun hemat dalam pemakaian entres (satu tanaman hanya memerlukan satu mata entres saja), namun pertumbuhan tunas hasil okulasi pada awalnya lambat dan tidak seragam karena mata entres sering mengalami dormansi (Puslit Koka, 2003). Sehingga disarankan kepada petani untuk melakukan perbanyakan vegetataif melalui grafting atau sambung samping pada tanaman kakao yang dianggap telah tidak produktif. Puslit Koka (2003), melaporkan bahwa perbanyakan kakao selama ini dilakukan oleh masyarakat secara generatif menggunakan benih, perbanyakan ini lebih mudah dan sederhana namun populasi tanaman yang dihasilkan bervariasi, baik dalam hal ukuran buah, warna buah dan kemampuan berproduksi karena tanaman kakao umumnya bersifat menyerbuk silang.
Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
V. KESIMPULAN Dari kegiatan visitor farm dan unit komersialisasi teknologi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa: Keunggulan paket teknologi pertanian usahatani lahan kering dan komersialisasi teknologi yang dihasilkan melaui penyediaan varietas unggul kakao dan mangga serta plot percontohan nilam dan jarak pagar diyakini oleh pengunjung bahwa teknologi tersebut memberikan manfaat dengan kriteria penilain Sangat Baik sebanyak 18.49%, penilaian Baik 80.82% dan penilaian Cukup sebanyak 0.69% dari total pengunjung sebanyak 146 orang. Perbanyakan kakao secara vegetatif sudah mulai diminati oleh masyarakat. Total pemanfaatan entres hingga Desember 2006 sebesar 22.49% dari potensi entres. Dengan demikian hasil yang diperoleh negara melalui PNBP dari kebun entres sebesar Rp.2.705.000,-.
Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
Lampiran 1. Sifat-sifat Penting yang Dimiliki Klon-klon Unggul Nasional KLON TSH 858 o Habitus tanaman sedang. o Bersifat kompotibel sendiri o Daya hasil 1.776 kg/ha o Berat biji kering 1,15g/biji o Tahan hama Helopeltis spp.dan busuk buah o Warna flush merah . o Warna buah muda hijau kemerahan o Warna buah masak merah kekuningan KLON ICS13 o Habitus tanaman besar o Daya hasil 1.852 kg/ha o Berat biji kering 1,03 g/biji o Bentuk daun panjang membulat o Ujung daun meruncing o Pangkal daun tumpul o Bentuk buah bulat memanjang tanpa leher botol o Kulit buah agak kasar o Ujung buah meruncing o Warna buah muda merah kecoklatan o Warna buah masak merah jingga KLON UIT1 o Habitus tanaman besar o Daya hasil 1.530 kg/ha o Berat biji kering 1,64 g/biji o Warna flush merah kekuningan. o Pangkal buah tumpul dengan leher botol. o Ujung buah meruncing o Kulit buah kasar o Alur buah tegas o Warna buah muda hijau muda o Warna buah masak hijau kekuningan. KLON GC7 o Habitus tanaman sedang o Daya hasil 2 035 kg/ha o Berat biji kering 1,26 g/biji o Bentuk daun membulat o Warna flush merah. o Ujung daun meruncing o Pangkal daun tumpul o Bentuk buah agak bulat, memanjang tanpa leher botol o Kulit buah agak kasar o Alur buah tidak tegas o Ujung buah meruncing o Warna buah muda merah kecoklatan Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
o Warna buah masak merah jingga KLON ICS60 o Habitus tanaman besar o Daya hasil 1.500 kg/ha o Berat biji kering 1,67 g/biji o Bentuk daun panjang membulat o Warna flush merah kekuningan o Ujung daun meruncing o Pangkal daun tumpul o Bentuk buah bulat memanjang tanpa leher botol o Kulit Buah kasar o Alur buah tegas o Ujung buah meruncing o Warna buah muda hijau muda o Warna buah masak kuning KLON RCC71 o Habitus tanaman sedang. o Hasil persilangan UF X IMC 10. o Bersifat kompotibel sendiri o Daya hasil 2 264 kg/ha o Berat biji kering 1,18g/biji o Agak toleran penyakit busuk buah. o Warna flush merah . o Bentuk buah agak bulat. o Kulit Buah agak halus o Pangkal buah tumpul dengan leher botol o Alur buah kurang tegas o Ujung buah runcing o Warna buah muda merah o Warna buah masak jingga KLON RCC72 o Habitus tanaman sedang. o Hasil persilangan Pa 300 x UF 11. o Bersifat kompotibel sendiri o Daya hasil 2 439 kg/ha o Berat biji kering 1,16 g/biji o Agak toleran busuk buah. o Warna flush kuning kemerah . o Bentuk buah agak panjang. o Pangkal buah agak tumpul dengan leher botol sangat jelas o Ujung buah meruncing o Alur buah kurang tegas o Warna buah muda hijau o Warna buah masak kuing tua KLON Pa300 o Habitus tanaman sedang Laporan Visitor Farm dan UKT 2006
o o o o o o o o o o
Daya hasil 1.400 kg/ha Berat biji kering 1,14 g/biji Cukup tahan penyakit busuk buah Warna flush kuing kemerahan Bentuk buah bulat memanjang tumpul dengan leher botol Ujung buah meruncing Kulit Buah kasar Alur buah kurang tegas Warna buah muda hijau. Warna buah tua hijau kekuningan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertanian, 2000. Budidaya Nilam. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sukarami. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2005. Budidaya Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2003. Pedoman Teknis Sambung Pucuk Kakao. Jember Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 1990. Pemantauan Pemasaran Mangga Arumanis. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sukamta Sri S., 2005. Pengendalian Penyakit VSD (Vascular Sterak Dieback) Pada Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Sukarman, 2006. Budidaya Nilam (Pongostemon cablin Benth). Tanaman Obat dan Aromatika. Bogor
Balai Penelitian
Winarsih Sri. 2006. Pedoman Teknis Perawatan Tanaman Pasca Sambung Samping Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember
Laporan Visitor Farm dan UKT 2006