LAPORAN AKHIR
PENGUJIAN KHASIAT PRODUK
SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG JULI 2011
LAPORAN AKHIR
PENGUJIAN KHASIAT PRODUK
Dr. Kusnandar Anggadireja & Pratiwi Wikaningtyas, S. Si., M. Si. Produk bio TERRA dapat mengatasi ketergantungan alkohol dan narkoba
SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG JULI 2011
LAPORAN AKHIR PENGUJIAN EFEK IMUNOSTIMULAN PRODUK BIOTERRA CV PROBIOTERRA LESTARI
COPY Tim Peneliti: DR. Joseph I. Sigit Aprillia N.,S.Si., M.Si.
Disetujui oleh: Dekan Sekolah Farmasi ITB
Dr. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc. NIP 19650709 199203 1 001
SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG JULI 2011
I.
TUJUAN
Tujuan uji aktivitas imunostimulan ini adalah untuk mengetahui aktivitas produk Bioterra terhadap jumlah leukosit, bersihan karbon, dan uji aktivitas eksudat peritoneum pada hewan uji yang ditekan sistem imunnya. II.
METODE YANG DIGUNAKAN Aktivitas imunostimulan diuji pada mencit DDY yang ditekan sistem imunnya dengan siklofosfamid 200 mg/kg bb. Produk Bioterra diberikan secara oral 2 kali sehari selama 7 hari berturut-turut dengan dosis 0,975; 1,95; dan 2,925 mL/kg bobot badan. Aktivitas imunostimulan terhadap respon imun non spesifik diteliti melalui uji aktivitas fagositosis dalam mengeliminasi partikel karbon dan penentuan jumlah leukosit total. Selain itu, diamati aktivitas terhadap eksudat peritoneum dan organ hati dan limpa. III. HASILPERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pengujian imunostimulan pada mencit yang ditekan sistem imunnya bertujuan untuk melihat kemampuan produk Bioterra dalam memperbaiki sistem imun yang sebelumnya telah ditekan sistem imunnya dengan pemberian imunosupressan siklofosfamid. Parameter yang digunakan untuk menyatakan bahwa model hewan yang ditekan sistem imun sudah terbentuk adalah dengan menghitung jumlah leukositnya. Setelah pemberian siklofosfamid selama 3 hari (H0) terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05) antara kelompok hewan normal dan hewan yang telah ditekan sistem imunnya. Hal ini menyatakan bahwa model hewan uji yang ditekan sistem imunnya telah terbentuk dengan melihat jumlah leukosit sebagai parameter uji (Tabel 1).
*
Keterangan : n = 4 ekor mencit; berbeda bermakna terhadap kontrol normal pada p<0,05;
Setelah pemberian produk Bioterra dengan dosis 0,975; 1,95; dan 2,925 mL/kg bobot badan selama 4 hari, menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah leukosit dibandingkan pada H0 sedangkan jumlah leukosit kelompok hewan normal relatif tetap. Hal yang sama juga diamati pada kelompok kontrol, ini dapat dimungkinkan karena efek homeostasis normal tubuh terhadap penurunan jumlah leukosit. Akan tetapi peningkatan yang lebih besar ditunjukkan oleh pemberian produk Bioterra, ini menunjukkan bahwa produk Bioterra memberikan efek imunostimulan relatif dibandingkan kontrol. Setelah pemberian produk Bioterra selama 7 hari, jumlah leukosit semua kelompok tidak berbeda bermakna dengan kelompok hewan normal. Pada saat ini, mungkin sudah terjadi homeostasis pada semua kelompok hewan. Uji bersihan karbon pada mencit yang ditekan sistem imunnya dilakukan untuk melihat pengaruh produk Bioterra terhadap perbaikan sistem imun yang tertekan. Peningkatan kecepatan eliminasi karbon dari dalam darah menunjukkan kecepatan fagositosis sebagai salah satu respon imun non spesifik. Kecepatan bersihan karbon ditunjukkan oleh besarnya nilai transmitan. Semakin besar nilai transmitan, semakin kecil jumlah karbon dalam darah. Jumlah karbon dalam darah dihitung sebagai 100 - %T. Dari hasil pengujian, tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok normal / kontrol dengan kelompok yang diberi sediaan (Tabel 2). Tabel 2. Data Pengamatan Bersihan Karbon setelah Pemberian Produk Bioterra selama 7 Hari
Kelompok
Jumlah partikel karbon dalam darah ( 100 - %T) pada waktu (menit) setelah penyuntikan koloid karbon 0
5
10
20
Normal
98,10 ± 0,07
98,65 ± 0,76
98,16 ± 0,15
98,11 ± 0,14
Kontrol positif
98,15 ± 0,05
98,33 ± 0,09
98,23 ± 0,10
98,14 ± 0,04
Dosis 0,975 mL/kg bb
98,15 ± 0,02
98,28 ± 0,13
98,16 ± 0,21
98,15 ± 0,07
Dosis 1,95 mL/kg bb
98,13 ± 0,03
98,28 ± 0,13
98,20 ± 0,12
98,19 ± 0,20
Dosis 2,925 mL/kg bb
98,15 ± 0,03
98,30 ± 0,13
98,22 ± 0,06
98,11 ± 0,02
Keterangan : n = 4 ekor mencit, T = Transmitan, t0 = sebelum pemberian karbon
Pada pengujian eksudat peritoneum, kemampuan untuk melisis E. coli dijadikan parameter efek imunostimulan dan dalam pengujian dilihat dari perubahan absorban eksudat peritonium. Setelah pemberian produk Bioterra selama 7 hari, terdapat perubahan absorban yang sedikit lebih baik dibandingkan kontrol walaupun tidak berbeda bermakna. Ini menunjukan dari parameter ini produk Bioterra bersifat imunostimulan lemah.
Tabel 3. Aktivitas Eksudat Peritonium dalam Melisiskan Escherichia coli
Absorbansi
Kelompok Normal
0,181 ± 0,232
Kontrol positif
0,190 ± 0,155
Dosis 0,975 mL/kg bb
0,099 ± 0,043
Dosis 1,95 mL/kg bb
0,097 ± 0,045
Dosis 2,925 mL/kg bb
0,097 ± 0,049
Keterangan : n = 4 ekor mencit.
Dalam penilaian indeks organ, terdapat perbedaan indeks organ limpa pada kelompok yang diberi produk Bioterra (Tabel 4). Peningkatan nilai indeks organ limpa dapat mengindikasikan terjadinya peningkatan respon imun. Hal ini menunjukkan bahwa produk Bioterra bersifat imunostimulan. Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non-spesifik, dan terjadi induksi non-spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Produk imunostimulan dapat digunakan sebagai pencegahan maupun untuk penanganan kondisi infeksi akibat virus (misalnya meningitis, hepatitis, dan silent subclinical infection akibat cytomegalovirus), defisiensi sistem imun, dan saat menggunakan obat-obat terapi kanker. Tabel 4. Indeks Organ Hati dan Limpa Setelah Pemberian Produk Bioterra
Indeks Organ (%)
Kelompok
Hati 6,47 ± 0,72 7,14 ± 0,62 7,29 ± 0,74 6,48 ± 1,14 6,85 ± 0,98
Normal Kontrol positif Dosis 0,975 mL/kg bb Dosis 1,95 mL/kg bb Dosis 2,925 mL/kg bb
Limpa 0,64 ± 0,14 1,01 ± 0,21* 1,29 ± 0,38 * 1,16 ± 0,29 * 1,23 ± 0,24 *
*
Keterangan : n = 4 ekor mencit, berbeda bermakna terhadap kontrol normal pada p<0,05
IV.
KESIMPULAN Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa produk Bioterra mempunyai aktivitas imunostimulan ditunjukkan khususnya dengan peningkatan jumlah leukosit dan peningkatan indeks organ limpa.
Y P O C
1. Latar belakang Dislipidemia adalah suatu keadaan gangguan metabolisme lipoprotein dengan manifestasi salah satu atau lebih hal berikut: kenaikan konsentrasi kolesterol total, LDL, trigliserida atau penurunan kolesterol HDL dalam darah. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner (Herfindal dkk., 2000). Angka kematian akibat penyakit jantung koroner yang terus meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa prevalensi dislipidemia masih tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya. Terapi dislipidemia masih terus dikembangkan karena penyakit jantung koroner akibat komplikasi dislipidemia masih menjadi penyebab utama kematian (Flegal dkk., 2002). 2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antidislipidemia / antihiperlipidemia produk Bioterra dibandingkan dengan obat standar golongan statin (simvastatin). 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan model hewan hiperlipidemia yang diinduksi dengan propiltiourasil dan larutan kolesterol murni dalam minyak sayur mengikuti metode Hasimun dkk., 2011. 3.1. Hewan coba: Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus Wistar jantan usia 2 bulan dengan bobot badan rata-rata 150-200 gram. 3.2. Design studi: Tiga puluh ekor tikus diinduksi hiperlipidemia dengan pemberian propil tiourasil 0,01% dalam air minum dan 30 mg/kg bb peroral serta pemberian larutan kolesterol murni dalam minyak sayur dosis 200 mg/kg bb. Induksi dilakukan selama 28 hari. Pada hari ke-14 hewan coba dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok @ 6 ekor. Kelompok 1 tanpa diinduksi dan hanya menerima pembawa obat (kontrol normal), kelompok 2 diinduksi dan hanya menerima pembawa obat (kontrol positif), kelompok 3 diinduksi dan menerima obat simvastatin (5 mg/kg bb) selama 14 hari dan diberikan mulai hari ke-14 setelah induksi. Kelompok 4 diinduksi dan menerima produk Bioterra dosis I (4,05 mL/kg bb) selama 14 hari dan diberikan mulai hari ke-14 setelah induksi. Kelompok 5 diinduksi dan menerima produk Bioterra dosis II (12,15 mL/kg bb) selama 14 hari dan diberikan mulai hari ke-14 setelah induksi. 3.3. Parameter yang diukur: kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL. 4. Hasil Penelitian 4.1.1. Kadar kolesterol total Pada hari ke-21 (7 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar kolesterol total yang bermakna secara statistik, kelompok statin (p = 0,008) kelompok dosis 4,05 mL/kg bb (p = 0,013), kelompok dosis 12,15 mL/kg bb (0,046) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif.
Pada hari ke 28 (14 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar kolesterol total yang bermakna secara statistik, kelompok statin (p = 0,022), kelompok dosis 4,05 mL/kg bb (p < 0,001) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Penurunan kolesterol total antara kelompok statin, kelompok dosis 4,05 mL/kg bb dan kelompok dosis 12,15 mL/kg bb tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik baik pada hari ke-21 maupun pada hari ke-28. Hal ini menunjukkan bahwa efek produk Bioterra sebanding dengan simvastatin. Tabel 1. Kadar kolesterol total pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 untuk semua kelompok Kadar kolesterol total ± sd (mg/dL) kelompok Hari ke
Normal
Positif
Simvastatin
Dosis I
Dosis II
14
86,5±16,0
107,9±18,7
119,4±8,1
99,8±15,9
128,1±16,5
21
70,0±9,6
147,9±9,1
121,7±9,0 *
123,6±15,1 *
128,7±9,8 *
28
91,6±26,4
153,6±12,2
131,4±8,5
117,6±11,9
138,9±7,4
Keterangan: data ditampilkan dalam rata-rata ± standar deviasi. * = bermakna secara statistik (p<0,05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Simvastatin (5 mg/kg bb), dosis I (4,05 mL/kg bb), dosis II (12,15 mL/kg bb).
4.1.2. Kadar trigliserida Pada hari ke-21 (7 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar trigliserida yang bermakna secara statistik untuk kelompok dosis 4,05 mL/kg bb (p = 0,038), dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Sedangkan penurunan kadar trigliserida pada kelompok statin (p=0,130) dan kelompok dosis 12,15 mL/kg bb (p=0,235) tidak bermakna secara statistik. Pada hari ke 28 (14 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar trigliserida yang bermakna secara statistik, kelompok statin (p = 0,039), kelompok dosis 4,05 mL/kg bb (p = 0,002), kelompok dosis 12,15 mL/kg bb (p=0,004) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Penurunan trigliserida antara kelompok simvastatin (5 mg/kg bb), kelompok dosis 4,05 mL/kg bb dan kelompok dosis 12,15 mL/kg bb tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik baik pada hari ke-21 maupun pada hari ke-28. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan kadar trigliserida oleh produk Bioterra sebanding dengan simvastatin.
Tabel 2. Kadar trigliserida pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 untuk semua kelompok
Keterangan: data ditampilkan dalam rata-rata ± standar deviasi. * = bermakna secara statistik (p<0,05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Simvastatin (5 mg/kg bb), dosis I (4,05 mL/kg bb), dosis II (12,15 mL/kg bb).
4.1.3. Kadar HDL Perubahan kadar HDL pada hari ke-21 dan hari ke-28 tidak berbeda bermakna secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa produk Bioterra tidak mempengaruhi kadar HDL, walaupun ada kecenderungan menaikkan kadar HDL. Tabel 3. Kadar kolesterol HDL pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 untuk semua kelompok
Keterangan: data ditampilkan dalam rata-rata ± standar deviasi. * = bermakna secara statistik (p<0,05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Simvastatin (5 mg/kg bb), dosis I (4,05 mL/kg bb), dosis II (12,15 mL/kg bb).
4.1.4. Kadar LDL Pada hari ke-21 (7 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar LDL yang bermakna secara statistik untuk kelompok statin (p = 0,013), dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Sedangkan penurunan kadar LDL pada kelompok dosis 4,05 mL/kg bb dan kelompok dosis 12,15 mL/kg bb tidak bermakna secara statistik. Pada hari ke 28 (14 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar LDL yang bermakna secara statistik, kelompok statin (p = 0,048), kelompok dosis 4,05 mL/kg bb (p = 0,006) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif.
Tabel 4. Kadar kolesterol LDL pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 untuk semua kelompok
Keterangan: data ditampilkan dalam rata-rata ± standar deviasi. * = bermakna secara statistik (p<0,05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Simvastatin (5 mg/kg bb), dosis I (4,05 mL/kg bb), dosis II (12,15 mL/kg bb).
5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemberian produk Bioterra dosis 4,05 mL/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL yang bermakna secara statistik. 2. Pemberian produk Bioterra dosis 4,05 mL/kg bb dan dosis 12,15 mL/kg bb tidak mempengaruhi kadar HDL. 3. Pemberian produk Bioterra dosis 12,15 mL/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida yang bermakna secara statistik dan penurunan kadar LDL tidak bermakna secara statistik. 4. Dosis 4,05 mL/kg bb lebih baik efeknya dibandingkan dosis 12,15 mL/kg bb dalam menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL. 6. Daftar pustaka Flegal, K., Carroll, M., Ogden, C. and Johnson, C. (2002): Prevalence and trends in obesity among US adults, 1999-2000, JAMA, 288(14), 1723. Herfindal, T. Eric, Gourley R. Dick (2000): Textbook of therapeutics: drug and disease management, William & Wilkins, Baltimore, 407-416. P. Hasimun, E.Y. Sukandar, I K. Adnyana, D.H. Tjahjono, (2011): A Simple Method For screeningAntihyperlipidemicAgents, Int. J. Pharm., 7 (1): 74-78.
LAPORAN AKHIR PENGUJIAN EFEK ANTI-KETERGANTUNGAN ALKOHOL DAN NARKOBA PADA PRODUK BIOTERRA CV PROBIOTERRA LESTARI
COPY Tim Peneliti: Dr. Kusnandar Anggadireja Pratiwi Wikaningtyas, S. Si., M. Si.
Disetujui oleh: Dekan Sekolah Farmasi ITB
Dr. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc. NIP 19650709 199203 1 001
SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG JULI 2011
1. Tujuan Menguji efek Produk Biotera sebagai anti-ketergantungan alkohol. 2. Prinsip Uji Mempelajari pengaruh pemberian berulang Produk Biotera terhadap profil konsumsi alkohol serta ekspresi reaksi putus alkohol pada mencit yang dibuat tergantung terhadap alkohol. 3. Subjek Uji Hewan: mencit jantan Webster, usia 10-12 minggu, dengan bobot 20-30 g. 4. Bahan Alkohol, dalam bentuk minuman beralkohol (15% etanol dalam 0,2% larutan sukrosa) ? yang diberikan ad lib selama 16 hari. Ibuprofen, dosis 10 mg/kg, sebagai penginduksi reaksi putus alkohol. ? Produk Biotera pada dosis 0,1 ml; 0,2 dan 0,4 ml/10 g, diberikan sekali dalam 2 hari. ? 5. Prosedur Percobaan ? Mencit dibagi ke dalam 6 kelompok sebagai berikut:
o Kelompok 1: diberi minuman beralkohol ad lib selama 16 hari/ Kontrol (+) o Kelompok 2: diberi minuman sukrosa 0,2% ad lib selama 16 hari/Kontrol (-) o Kelompok 3: diberi air minum biasa o Kelompok 4: seperti pada Kelompok 1 dan diberi Produk Biotera oral 0,1 ml/10 g o Kelompok 5: seperti pada Kelompok 1 dan diberi Produk Biotera oral 0,2 ml/10 g Kelompok 6: seperti pada Kelompok 1 dan diberi Produk Biotera oral 0,4 ml/10 g ? o ? Pada hari ke-17 semua mencit diberi ibuprofen 10 mg/kg intraperitoneal, 1 jam setelah minuman diambil. ? Pengamatan ekspresi reaksi putus alkohol dilakukan segera setelah pemberian ibuprofen selama 1 jam, dengan menghitung insidensi reaksi putus alkohol yang paling nyata terekspresi. 6. Hasil Percobaan Profil konsumsi alkohol harian (total per kelompok) ditampilkan pada Gambar 1. Terlihat bahwa kelompok yang diberi minuman beralkohol saja menunjukkan konsumsi minuman alkohol yang tinggi. Peningkatan tajam teramati pada hari ke-2 dan ke-3 pemberian alkohol. Peningkatan konsumsi minuman beralkohol ini terlihat menurun pada kelompok yang diberi Produk Biotera pada dosis 0,2 ml dan 0,4 ml/10 g. Gambar 2 menunjukkan persen perubahan jumlah alkohol yang dikonsumsi oleh tiap kelompok. Terlihat bahwa kelompok yang hanya diberi minuman beralkohol menunjukkan persen kenaikan konsumsi alkohol yang meningkat tajam pada hari ke-2 dan ke-3 percobaan.
Kenaikan ini dapat ditekan pada kelompok yang menerima Produk Biotera pada dosis 0,2 dan 0,4 ml/10 g. Sementara itu, pada dosis 0,1 ml/20 g, Produk Biotera pada hari ke-2 menyebabkan peningkatan konsumsi alkohol, namun pada hari ke-3 konsumsi menurun.
Gambar 1 Profil jumlah konsumsi alkolhol harian. Kontrol (+): mencit mendapat minuman beralkohol; Kontrol (): mencit mendapat minuman sukrosa 0,2%, Normal: mencit diberi minum air; Dosis 1: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,1 ml/10 g; Dosis 2: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,2 ml/10 g; Dosis 3: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,4 ml/10 g.
Gambar 2 Perubahan persen konsumsi alkohol. Kontrol (+): mencit mendapat minuman beralkohol; Kontrol (-): mencit mendapat minuman sukrosa 0,2%, Normal: mencit diberi minum air; Dosis 1: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,1 ml/10 g; Dosis 2: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,2 ml/10 g; Dosis 3: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,4 ml/10 g.
Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2 dapat merupakan petunjuk bahwa Produk Biotera dapat mencegah perkembangan ketergantungan pada alkohol. Pada pemeriksaan ekspresi reaksi putus alkohol yang diinduksi dengan ibuprofen, dapat diamati bahwa kelompok mencit yang mendapat perlakuan Produk Biotera memiliki insidensi reaksi putus alkohol yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok mencit yang hanya menerima minuman beralkohol.
Untuk reaksi yang berupa fore paw licking (gerakan menjilati telapak kaki depan) penurunan paling signifikan diberikan setelah Produk Biotera pada dosis 0,2 ml/10 g, seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Demikian pula untuk reaksi grooming (menjilati seluruh bagian tubuh), penuruman insidensi reaksi sampai ke tingkat paling kecil setelah dosis 0,2 ml/10 g (Gambar 4).
Gambar 3 Profil insidensi reaksi putus alkohol fore paw licking. Pengamatan perilaku dilakukan selama 60 menit setelah menginduksi putus obat. *, ** masing-masing p<0,05 dan 0,01, berbeda nyata secara statistik terhadap kelompok yang hanya menerima minuman berlakohol (ANOVA, post hoc Fisher's PLSD).
Gambar 4 Profil insidensi reaksi putus alkohol grooming. Pengamatan perilaku dilakukan selama 60 menit setelah menginduksi putus obat. *, ** masing-masing p<0,05 dan 0,01, berbeda nyata secara statistik terhadap kelompok yang hanya menerima minuman berlakohol (ANOVA, post hoc Fisher's PLSD).
Hasil dari pengujian ekspresi reaksi putus alkohol, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4 di atas, mengindikasikan bahwa pemberian Produk Biotera juga dapat mencegah munculnya reaksi putus alkohol, yang terlihat pada pecandu pada saat konsumsi alkohol, dan bahan adiktif umumnya, dihentikan. 7. Kesimpulan Produk Biotera teramati dapat menekan konsumsi alkohol serta mencegah ekspresi reaksi putus obat pada mencit yang mengalami ketergantungan alkohol. Hasil ini lebih jauh menunjukkan bahwa Produk Biotera berpotensi untuk digunakan untuk mengatasi ketergantungan terhadap alkohol.